Upload
anggit-prakasiwi
View
396
Download
18
Embed Size (px)
7/29/2019 LP Angina Pektoris
1/17
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN ANGINA
PEKTORIS
DI IGD RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Penyusun
I Made Yase Sanjaya
3212015
1
7/29/2019 LP Angina Pektoris
2/17
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa
( Masta Hutasoit S.Kep.,Ns.) ( Nurul Budi S. S.Kep.,Ns.) (I Made Y. Sanjaya)
2
7/29/2019 LP Angina Pektoris
3/17
ANGINA PEKTORIS
1. DEFINISI
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.
Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau dengan kata lain, suplai
kebutuhan oksigen juga meningkat (Smaltzer and Bare, 2002).
Angina Pektoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering
kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa timbul saat paien melakukan
aktivitas dan segera hilang saat aktifitas dihentikan. Angina Pektoris biasanya
berkaitan dengan penyakit jantung koroner aterosklerotik tapi dalam beberapa
kasus dapat merupakan kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufisiensi atau
hipertropi kardiomiopati tanpa/disertai obstruksi, aortitis sifilitika,
peningkatan kebutuhan metabolik (seperti hipertiroisme atau pasca
pengobatan tiroid), anemia yang jelas, takikardi paroksismal dengan
frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner (Mansjoer dkk.,
2001; Karlina, 2010).
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium, mekanisme pasti bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri
masih belum jelas, kemungkinan hal ini terjadi karena reseptor saraf nyeri
terangsang oleh metabolit yang tertimbun atau oleh zat kimia antara yang
belum diketahui, atau oleh stres mekanik lokal akibat kelainan kontraksi
miokardium (Price and Wilson, 2006).
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari
suatu iskemik miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada
dasarnya berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Angina
pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut
yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut (Bahri,
2004).
3
7/29/2019 LP Angina Pektoris
4/17
Angina pektoris adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
ketidaknyamanan atau nyeri dada, leher, punggung dan lengan sebelah kiri
yang akan berkurang jika digunakan untuk beristirahat atau dengan
nitrogliserin (European Society of Cardiology, 2006).
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik
miokard dan bersifat sementara atau reversible (RS Jantung Harapan Kita,
1993).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu
aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Noer, 1996).
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah
retrosternum. (Chung, 1996).
Sindroma koroner akut merupakan suatu kegawatan jantung dengan
gambaran klinis yang beragam mulai dari nyeri dada angina tak stabil sampai
infark miokard akut (AMI) (PUSBANKES 118 & PERSI DIY, 2012).
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti
penebalan tunika intima arteri (schlerosis, penebalan) dan penimbunan lipid
(athere, pasta) yang mencirikan lesi yang khas (Price and Wilson, 2006).
4
7/29/2019 LP Angina Pektoris
5/17
2. KLASIFIKASI
Menurut Smaltzer and Bare (2002) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah,
angina dibagi menjadi 7 jenis angina, yaitu:
1. Angina Non-Stabil (Angina Prainfark/Angina Kresendo: Frekuensi,
intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara progresif)
2. Angina Stabil Kronis: Dapat diperkirakan, konsisten, terjadi saat
beraktifitas, hilang dengan istirahat.
3. Angina Nokturnal: Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur,
biasanya karena gagal ventrikel kiri, dapat dikurangi dengan duduk tegak.
4. Angina Dekubitus: Angina saat berbaring.
5. Angina Refrakter atau Intraktabel: Angina yang sangat berat sampai tidak
tertahan.
6. Angina Prinzmetal (Varian: Istirahat): Nyeri angina yang bersifat spontan
disertai elevasi segmen-ST pada EKG, diduga disebabkan oleh spasme
arteri koroner, berhubungan dengan resiko tinggi terjadinya infark.
7. Iskemia tersamar: Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stres)
tetapi pasien tidak menunjukan gejala.
Ringkasan Klasifikasi Angina Pektoris
Angina Stabil
(Angina Pektoris
Klasik/Angina of
Effort)
Angina Prinzmental
(Angina Varian)
Angina Tak Stabil
(Angina Crescendo)
Serangan timbul
secara klasik
berkaitan dengan
latihan atau aktifitas
yang meningkatkan
kebutuhan oksigen
miokard
Durasi nyeri 3-15
Sakit dada atau nyeri
timbul pada waktu
istirahat, seringkali pagi
hari atau antara tengah
malam dan pagi buta.
Nyeri disebabkan
karena pembuluh
koroner aterosklerotik.
Sifat, tempat dan penyebaran
nyeri dada dapat mirip dengan
angina stabil.
Durasi serangan dapat timbul
lebih lama dari angina pektoris
stabil
Pencetus dapat terjadi pada
keadaan istirahat atau pada
5
7/29/2019 LP Angina Pektoris
6/17
menit
Nyeri disebabkankarenaaterosklerosis,
spasme koroner, stres
atau emosi, exposure
udara dingin, iskemia
dengan anemia,
makanan.
EKG menunjukan
elevasi segmen-ST Cenderung berkembang
menjadi AMI
Dapat terjadi aritmia
tingkat aktifitas ringan
Lebih sering ditemukandepresi segmen-ST
Dapat disebabkan oleh ruptur
plak aterosklerosis, spasme,
trombus atatu trombosis yang
beragregasi.
3. ETIOLOGI
Menurut Bahri (2004), ada beberapa keadaan yang menjadi penyebab baik
tersendiri ataupun bersama-sama angina pektoris yaitu :
1. Faktor di luar jantung: Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan
cadangan aliran koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik,
takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan simpatomimetik
dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun dan
penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan
menurunnya suplai O2 ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner: Sebagian besar penderita ATS mempunyai
gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh
plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang
dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan
sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner
ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner
sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit: Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi
dan stasis aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi
trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan
mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
6
7/29/2019 LP Angina Pektoris
7/17
4. Trombosis arteri koroner: Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh
darah yang sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang
terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih
distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
5. Pendarahan plak ateroma: Robeknya plak ateroma ke dalam lumen
pembuluh darah kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya
trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
6. Spasme arteri koroner: Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan
berkurangnya aliran koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan
sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal
atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang
dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi
trombosit dan trombus pembuluh darah.
Smaltzer and Bare (2002), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan angina pektoris, yaitu:
1. Emosi atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,
mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin
dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung
juga meningkat.
2. Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darahuntuk suplai jantung. (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan
darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
4. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
7
7/29/2019 LP Angina Pektoris
8/17
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan
arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Tidak
diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak
ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan
atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium. Berkurangnya kadar oksigen
memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi
metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan perantaraan
lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan
metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb.
Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar.
Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun
sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan
ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks
kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel kiri
dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia
miokardium. Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa
sakit masih belum jelas. Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh
metabolik yang tertimbun atau oleh suatu zat kimia antara yang belum
8
7/29/2019 LP Angina Pektoris
9/17
diketahui atau oleh stres mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang
abnormal. Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun kesisi medial lengan kiri. Tetapi
banyak pasien tak pernah mengalami angina yang pas; rasa sakit angina dapat
menyerupai rasa sakit karena maldigesti atau sakit gigi. Pada dasarnya angina
dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan miokardium akan oksigen,
seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang dalam beberapa menit
dengan istirahat atau nitrogliserin (Price and Wilson, 2006).
9
7/29/2019 LP Angina Pektoris
10/17
Pathway Angina Pektoris
10
7/29/2019 LP Angina Pektoris
11/17
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort)
sampai nyeri yang sangat hebat dan tak tertahan disertai dengan rasa takut
atau rasa akan menjelang ajal.
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran ekg : depresi segmen-ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG dan enzim jantung seringkali normal pada UAP.
8. Klien lanjut usia yang mengalami angina tak memperlihatkan jenis nyeri
tertentu akibat perubahan neuroresptor, lebih memperlihatkan kelemahan
dan pingsan.
(Smaltzer and Bare, 2002; Mansjoer dkk., 2001; PUSBANKES 118 & PERSI
DIY, 2012).
6. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
1. Enzim atau isoenzim jantung, biasanya dbn: meningkat dalam waktu
tertentu berarti menunjukkan kerusakan miokard. Pada ATS kadar enzim
HDL dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi nilai
50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk
nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. hal ini
menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk
menyingkirkan adanya AMI.
2. EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada
segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia.
3. Foto dada : biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada menunjukkan
dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
11
7/29/2019 LP Angina Pektoris
12/17
4. PCO2, kalium dan laktat miokard: mungkin meningkat selama serangan
angina.
5. Kolestrol / trigliserida serum : mungkin meningkat.
6. Kateterisasi jantung dengan angiografi: diindikasikan pada pasien dengan
iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada
pasien dengan kolesterolemia dan penyakit jantung keluarga yang
mengalami nyeri dada dan pasien dengan ekg istirahat abnormal.
(Smaltzer and Bare, 2002; Bahri, 2004)
7. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Farmakologi.
a. Nitrogliserin. Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk
menangani angina pektoris. Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan
konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia dan
mengurangi nyeri angina. Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang
berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria sehingga
mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena terjadi
pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit
darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan
pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anter terjadi pengumpulan
darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang
kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian
(preload). Nitrat juga melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan
penurunan tekanan darah (afterload). Semuanya itu berakibat pada
penurunan kebutuhan oksigen jantung,menciptakan suatu keadaan yang
lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan. Nitrogliserin biasanya
diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan
akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
b. Penyekat Beta-adrenergik. Obat ini merupakan terapi utama pada
angina. Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung, kontraktilitas ,
12
7/29/2019 LP Angina Pektoris
13/17
tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler.
Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol,
nadolol.
c. Nitrat dan Nitrit. Merupakan vasodilator endothelium yang sangat
bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pectoris, disamping
juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga
terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu
masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi
terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan
memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8
12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN,
isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
d. Kalsium Antagonis. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan
relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah
amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin,
nifedipin, nimodipin, verapamil.
2. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok,
karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
13
7/29/2019 LP Angina Pektoris
14/17
ambisius. Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-
tahun dengan hanya sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari.
Mortalitas bervariasi dari 2% - 8% setahun. Faktor yang mempengaruhi
prognosis adalah beratnyan kelainan pembuluh koroner. Pasien dengan
penyempitan di pangkal pembuluh koroner kiri mempunyai mortalitas
50% dalam lima tahun. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien
dengan penyempitan hanya pada salah satu pembuluh darah lainnya. Juga
faal ventrikel kiri yang buruk akan memperburuk prognosis. Dengan
pengobatan yang maksimal dan dengan bertambah majunya tindakan
intervensi dibidang kardiologi dan bedah pintas koroner, harapan hidup
pasien angina pektoris menjadi jauh lebih baik.
3. Bedah
Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah
jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner
transluminal perkutan (PCTA= percutaneus transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan
pembedahan. Angioplasti koroner transluminal perkutan adalah usaha
untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecahkan plak
atau ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke
jantung. Kateter dengan ujung berbentuk balon dimasukkan ke arteri
koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan di antara daerah
aterosklerotik. Balon kemidian dikembangkan dan dikempiskan dengan
cepat untuk memecah plak. PCTA dilakukan pada pasien yang mempunyai
lesi yang menyumbat paling tidak 70% lumen internal arteri koroner besar,
sehingga banyak daerah jantung yang berisiko mengalami iskemia. PCTA
jarang dilakukan pada pasien dengan: oklusi arteri koroner kiri utama yang
tidak menunjukkan aliran kolateral ke arteri sirkumflexa dan desebdens
anterior, yang mengalami stenosis di daerah arteria koroner kanan dan
aorta, yang aretri koronernya menunjukkan aneurisma proksimal atau
distal stenosis, yang telah menjalani tandur safena magma, atau fungsi
ventrikel kirinya sudah tidak jelas.
14
7/29/2019 LP Angina Pektoris
15/17
8. KOMPLIKASI
Komplikasi akibat adanya aterosklerosis yang menjadikan iskemia dan infark
miokard yaitu :
1. Gagal jantung kongestif
2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi m. papilaris
4. Defek septum ventrikel
5. Ruptur jantung
6. Aneurisme ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditis
9. Sindrom dressler
10.Disritmia
15
7/29/2019 LP Angina Pektoris
16/17
7/29/2019 LP Angina Pektoris
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Anwar. 2004. Angina Pektoris Tak Stabil. Medan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Chung, EK. 1996. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskule., Jakarta. EGC.
Herdman H.T. 2011.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta.
Mohammadzadeh, Kamal Khadem Vatan, Peyman Mikaili, Mohammad Hossein
Asghari, Golshan Fahimi. 2012. The effect of prodromal angina pectoris
on short-term prognosis of acute ST elevation myocardial infarction.
European Journal of Experimental Biology, 2012, 2 (1):217-221.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI.
Price Wilson, 2000, Patologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,
Jakarta.
PUSBANKES-PERSI DIY. 2012. Penanggulangan Penderita Gawt Darurat
(PPGD). Yogyakarta.
RS Jantung Harapan Kita. 1993. Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik
(Kumpulan Bahan Kuliah edisi ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan
Kita.
Smeltzer, S.C., Bare G.B. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.