109
PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN 2008 Skripsi Oleh : Kurniawati Nugroho NIM K6404037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Kurniawati Nugroho

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penilaian portofolio motivasi belajar

Citation preview

Page 1: Kurniawati Nugroho

i

PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN

PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI

TAHUN 2008

Skripsi

Oleh :

Kurniawati Nugroho

NIM K6404037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

Page 2: Kurniawati Nugroho

ii

PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN

PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI

TAHUN 2008

Oleh :

Kurniawati Nugroho

NIM K6404037

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

Page 3: Kurniawati Nugroho

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. H. Utomo, M.Pd

NIP. 130 789 673

Pembimbing II

Drs. Suyatno, M.Pd

NIP. 130 814 559

Page 4: Kurniawati Nugroho

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Machmud Al Rasyid, S.H, M.Si 1. ...................

Sekretaris : Winarno, S. Pd, M.Si 2. ..................

Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd 3......................

Anggota II : Drs. Suyatno, M.Pd 4. ..................

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 131 658 563

Page 5: Kurniawati Nugroho

v

ABSTRAK

Kurniawati Nugroho. PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN 2008. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mengetahui apakah model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, serta tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, analisis dokumen dan tes atau pemberian tugas. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi metode. . Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi/pengamatan, (2) teknik In-dept interview(wawancara mendalam), dan (3) teknik tugas. Uji validitas yang digunakan adalah: triangulasi sumber data, dan review informan. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus, melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap analisis dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan Pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain.

Dengan diterapkannya pembelajaran portofolio di SMPN 1 Mojosongo Boyolali, siswa menjadi lebih kreatif dan kritis, ini terlihat dari kemampuan siswa memahami fenomena peristiwa di masyarakat, menanggapi masalah tersebut dengan penuh tanggung jawab.Selain itu juga siswa lebih berani menyampaikan gagasan, siswa mampu menggali dan menganalisa informasi utuk dipakai membuat keputusan.

Peningkatan daya kritis siswa tidak hanya dilihat dari meningkatnya daya kritis siswa secara individu, tetapi juga dari meningkatnya prosentase siswa yang memiliki daya kritis tinggi. Pada siklus I siswa yang memiliki daya kritis rendah 44%, siswa yang mempunyai daya kritis sedang 31%, siswa yang memiliki daya kritis tinggi 25%. Kemudian pada siklus II siswa yang memiliki daya kritis rendah 17%, siswa yang mempunyai daya kritis sedang 42%, siswa yang memiliki daya kritis tinggi 55%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa.

Page 6: Kurniawati Nugroho

vi

ABSTRACT

Kurniawati Nugroho, THE USING OF PORTFOLIO MODEL AS AN EFFORT

TO INCREASE STUDENT CRITICAL CAPABILITY ON PKN (CITIZENSHIP

EDUCATION) SUBJECT IN THE CLASS OF VIII E SMP NEGEI I

MOJOSONGO (STATE SECONDARY SCHOOL) -BOYOLALI IN 2008,

Thesis, Surakarta: Teaching and Education Science of Sebelas Maret University ,

December 2008.

The goal of the research is to know if learning model of portfolio can increase student critical capability in learning process of citizenship education.

The form of the research is Classroom action research, while strategy which is used in this research is qualitative-descriptive strategy. Data resources used in this research, are interview, document, location and events. Data collecting technique used is interview, document analyze, and test or task giving. Data Validity Measurement which performed is method triangulation. Data Collecting Technique which is applied include: (1) Observation, (2) In depth interview, (3) task giving technique. Validity test used is triangulation of data sources and information review. The procedure of classroom action research (PTK) is performed in two cycle, trough process of compound assessment which consists of 4 stages , those are : (1) planning stage, (2). Action research perceiving stage, (3). Observation stage and ($) analyze stage and reflection .

Based on the result of this research , it can be stated that the Applying ofPortfolio learning constitutes comfort learning and interesting , because students can obtain meaningful learning experience , not only for the teacher, but can also be adopted from recourses on the spot , environment, community and another media.

With the applying of portfolio in SMPI Mojosongo-Boyolali, student become more creative and critic, it can be seen from student capability in understanding phenomenon of the events in the community , in responding capability with full of responsibility .Except of that , student has more courage for delivering ideas. , students are able to dig and analyze information for making decisions.

The increasing of student critic capability is not only seen from the increasing of individual , but also from the increasing of the student percentage whose have high critic capability . On cycle 1 , student whose low critic capability 44% , student whose moderate critic capability is 31 %, student whose high critic capability is 25 %. Then on cycle 2 , students whose low critic capability is 17 %, , students whose moderate critic capability is 42 %, students whose high critic capability is 55 5. It shows that the using of learning portfolio model can enhance students critic capability.

Page 7: Kurniawati Nugroho

vii

MOTTO

“ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan..”

(Q.S AL Baqarah : 286)

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain “.

(Q.S. Al Insyiroh : 6)

Belajarlah sepanjang hayat

(Penulis)

Page 8: Kurniawati Nugroho

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu atas doa, semangat, dan

kasih sayangnya

Mas Agung Nugroho tercinta

Afrihayana CP terkasih

Teman-Teman PKn Angkatan 2004

Almamater

Page 9: Kurniawati Nugroho

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penyusunan skripsi dan penelitian lapangan

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan,

FKIP UNS yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi

4. Bapak Drs. H Utomo, M.Pd, Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan

di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Dan memberikan curahan pikiran, mengarahkan dan

membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini

5. Bapak Drs. Suyatno, M.Pd, Pembimbing II yang telah mengarahkan dan

membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan

menyelesaikan studi ini.

6. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Page 10: Kurniawati Nugroho

x

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis

7. Bapak Drs, Joko Sawidji Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian, sehingga diperoleh data

yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.

8. Bapak Suwadi guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 1 Mojosongo

untuk wawancaranya sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan

skripsi dari penulis.

9. Bapak Sunyoto dan Bapak Joko terima kasih atas bantuan dan informasinya

sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.

Penulis berharap, semoga Allah SWT selalau memberikan barokah dan

anugrah yang terbaik atas jasa yang diberikan.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

keterbatasan penulis, meski demikian diharapkan sudah dapat memenuhi

persyaratan yang wajib penulis penuhi. Dengan segala rendah hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Desember 2008

Penulis

Page 11: Kurniawati Nugroho

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ......................................................................................................... i

PENGAJUAN.................................................................................................. ii

PERSETUJUAN........................................................................................... iii

PENGESAHAN............................................................................................ iv

ABSTRAK…………………………………………………………………... v

MOTTO……………………………………………………………………... vi

PERSEMBAHAN…………………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah.............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian.................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5

1. Belajar Dan Pembelajaran ............................................... 5

2. Model Pembelajaran Portofolio………………................. 6

3. Daya Kritis Siswa............................................................. 13

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)................. 15

5. Pendidikan Kewarganegaraan .......................................... 21

6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)...................................... 26

B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 28

Page 12: Kurniawati Nugroho

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian.................................................................. 31

B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 32

C. Subjek Penelitian ……………………………………………... 33

D. Sumber Data Penelitian ........................................................ 33

1.Tempat dan Peristiwa……………………………………… 33

2. Informan………………………………………………….. 33

3. Dokumen…………………………………………………. 34

E. Teknik Pengumpulan data..................................................... 34

1. Observasi…………………………………………………. 34

2. Wawancara Mendalam……………………………………. 35

3. Pemberian Tugas……………………………….............. .. 36

4. Analisis Dokumen………………………………………... 36

F. Uji Validitas Data................................................................. 36

G. Teknik Analisis Data……………………………………….. 37

H. Prosedur Penelitian............................................................... 37

BAB. IV HASIL PENELITIAN

A .Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 40

1. Sejarah SMP N 1 Mojosongo Boyolali…………………… 40

2. Keadaan Fisik SMP N 1 Mojosongo Boyolali…………… 40

3. Keadaan SMP N 1 Mojosongo Boyolali………………….. 41

B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………… . ........... 49

1. Siklus I .............................................................................. 49

2. Siklus II………………………………………………….... 67

C. Pembahasan…………………………………………………. 74

D. Indikator Keberhasilan…………………………………….... 77

E. Temuan Studi………………………………………………… 77

BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………... 79

B. Implikasi…………………………………………………….. 80

C. Saran………………………………………………………… 81

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 82

Page 13: Kurniawati Nugroho

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Jadual Kegiatan Penelitian ............................................................... 31

Tabel 2.Daftar Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali ....... 41

Tabel 3.Data Siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali dalam 1 Tahun

Terakhir……................................................................................... 45

Tabel 4.Daftar Masalah dan Pemungutan Suara untuk Kajian Kelas Tahap Satu 50

Tabel 5.Daftar Masalah dan Pemungutan suara untuk Kajian Kelas Tahap Dua. 51

Tabel 6.Hasil ujian formatif mata pelajaran PKn............................................. 62

Tabel 7.Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E siklus I....................... 64

Tabel 8. Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E siklus II.................... . 72

Tabel 9. Presentase daya kritis siswa.......................................………. 74

Page 14: Kurniawati Nugroho

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar…………………………………….. 12

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir ........................................................... 30

Gambar 3.Alur penelitian tindakan kelas....................................................... 38

Gambar 4. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali .............. 47

Gambar 5. Sruktur Organisasi TU SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali……. 48

Gambar 6. Kunjungan siswa ke kantor DPRD Kab. Boyolali………………. 52

Gambar 7.Siswa antusias berdiskusi dengan Hakim Ketua Bapak Tumpak

Situmorang............................................................................... 53

Gambar 8. Siswa mengikuti proses persidanagan yang berlangsung............ 54

Gambar 9. Gelar kasus(show case) masing-masing kelompok portofolio 57

Gambar 10 . Pentas seni saat gelar kasus portofolio……………………... 58

Gambar 11 . Peneliti merefleksi pengalaman belajar portofolio………... 61

Page 15: Kurniawati Nugroho

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Petikan Hasil Wawancara ..................................................... 85

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............... 86

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............. 90

Lampiran 4. Hasil Refleksi Pengalaman Belajar………………………… 93

Lampiran 5.Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP

UNS ..................................................................................... 95

Lampiran 6. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin

Penyusunan Skripsi/Makalah ............................................... 96

Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor

UNS ..................................................................................... 97

Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP

Negeri 1 Mojosongo Boyolali ............................................... 98

Lampiran 9. Surat Keterangan Pemberian Ijin Penelitian di Kabupaten

Boyolali…………………………………………………... .... 99

Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 1 Mojosongo Boyolali ............................................... 100

Page 16: Kurniawati Nugroho

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan diri sebagai warga negara Indonesia yang

memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan kewajibannnya untuk menjadi

warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mendidik generasi

bangsa untuk secara sukarela mengikatkan pada norma atau nilai-nilai moral.

Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat interdisipliner

(antar-bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang

membangun ilmu kewarganegaan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu, seperti

ilmu politik, ilmu hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi negara, tata

negara, sejarah, filsafat dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai

budi pekerti, hak-hak asasi manusia dengan penekanaan kepada hubungan antar

warga-negara, warga dengan pemerintahan, serta hubungan antar negara (Arnie

Fajar, 2005:144).

Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan

guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Metode pembelajaran

merupakan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Metode pembelajaran yang dipilih guru harus sesuai dengan rencana dan tidak

boleh asal-asalan. Guru berperan penting dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik dan tujuan mata pelajaran tersebut di atas, jelas

bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bukan merupakan mata

pelajaran hafalan, para siswa harus diajak untuk ikut menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Salah satu cara yang yang ditempuh adalah menggunakan

model yang inovatif, yakni model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa

sebagai subyek belajar, peristiwa dan masalah sosial sebagai sumber belajar,

sedangkan guru bertindak sebagai director of learning, yakni pihak yang

Page 17: Kurniawati Nugroho

2

mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar.Hal ini siswa dituntut untuk

lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat menumbuhkembangkan

pemikiran dalam menyelesaikan masalah.

Kamii dalam Arnie Fajar (2005 : 43) menyebutkan ada beberapa pembelajaran menurut beberapa aliran. Pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, humanistic serta kontemporer. Pembelajaran menurut aliran kontemporer yang dimaksud adalah berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Model pembelajaran portofolio merupakan teori belajar kontruktivisme yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.

Prinsip yang paling umum dan paling essensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah anak-anak(siswa) memperoleh banyak pengetahuan diluar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk mengelaborasikanya. (Arnie Fajar, 2005:43)

Bapak Suwadi, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP

Negeri 1 Mojosongo menyampaikan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII E

dapat dikatakan memiliki daya kritis rendah dibanding dengan kelas lain hal ini

dibuktikan dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang

mendapatkan perhatian yang baik dari siswa, kurangnya respon dari siswa apabila

guru sedang memberikan materi di kelas, jarang sekali ada feedback dari siswa.

Kebanyakan siswa menganggap materi dalam pendidikan kewarganegaaraan

cenderung menghafal saja sehingga siswa merasa bosan. Saat guru menerangkan

tidak ada umpan balik dari para siswa kadang siswa malah ramai sendiri dan

membuat suasana gaduh dikelas, mereka cenderung pasif, motivasi belajar rendah,

saat diberi pertanyaan hanya ada beberapa siswa saja yang menjawab.

Wina Sanjaya (2006: 216) menjelaskan bahwa “Metode Pembelajaran

Portofolio dianggap dapat meningkatkan daya kritis siswa yang dalam hal ini

terlihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan

masalah sosial.”

Page 18: Kurniawati Nugroho

3

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat siswa terhadap

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah dengan menggunakn model

portofolio. Melalui model pembelajaran portofolio, siswa dapat meningkatkan

daya kritisnya yang hal ini terlihat dari seberapa dalam siswa mampu

memecahkan masalah sosial yang dilakukan melalui analisis ilmiah terhadap isu-

isu strategis yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara seperti norma hukum dan peraturan, sistem hukum dan peradilan

nasional dan internasional kemudian hak dan kewajiban warga negara serta

kekuasaan dan politik dalam pemerintahan yang terkait dengan penyelesaian

masalah sosial budaya yang berkembang dimasyarakat.

Isu-isu masyarakat sosial yang berkembang dimasyarakat tersebut perlu

dianalisis dan hasil analisis ini merupakan alternatif tindakan dan atau kebijakan

baru yang lebih baik. Siswa dalam proses ini ditempatkan dan diperlakukan

sebagai subyek, yang harus secara aktif berperan dalam proses pembejaran,

sehingga siswa akan menemukan kebermaknaan belajar. Kebermaknaan belajar

akan diperoleh apabila siswa mencari, menemukan dan mengalami sendiri

berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Portofolio dalam pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan metode portofolio sangat memperhatikan dan melakukan suatu pemecahan masalah dengan cara isu atau masalah sosial yang muncul dalam lingkungan sekitar atau yang sedang menjadi sorotan digunakan sebagai dasar pembahasan, diskusi dan investigasi kegiatan di dalam atau di luar kelas. (Yager dalam Arnie Fajar, 2005: 16)

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk megadakan penelitian

tindakan kelas dengan model pembelajaran portofolio karena portofolio

menempatkan siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran sehingga diharapkan

kemampuan daya kritis siswa akan meningkat karena siswa sebagai sentral dalam

proses pembelajaran. Sehubungan dengan uraian tersebut, penulis bermaksud

mengangkat permasalahan ini dalam penelitian berjudul “Penggunaan Model

Portofolio Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII SMP NEGERI 1 Mojosongo Boyolali

Tahun 2008”.

Page 19: Kurniawati Nugroho

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dapat

memberikan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

Apakah penerapan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan

daya kritis siswa dalam proses pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui apakah model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya

kritis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritik akan memperkaya khasanah

pengetahuan mengenai model pembelajaran portofolio sehingga model

pembelajaran lebih inovatif.

2. Manfaat Praktis

1 Bagi peneliti, penelitian ini akan meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman kongkrit dalam mengembangkan model pembelajaran

portofolio yang inovatif.

2 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengajar

secara lebih professional.

3 Sebagai masukan sekolah untuk mengadakan variasi model

pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi

belajar.

4 Sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan-kebijakan

baru dalam dunia pendidikan.

Page 20: Kurniawati Nugroho

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Menurut J. Gino (2000: 6) mengatakan bahwa belajar diartikan “Sebagai

proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan,

“Learnimg is a process which behavior (in the broader sense) is originated

through practise or training”.

Sedangkan J. Gino ( 2000 : 6) mengatakan bahwa, “belajar adalah aktivitas

mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan

nilai sikap”. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.

Jadi belajar menurut penulis adalah perubahan perilaku akibat

pengalaman.

b. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran”. (Oemar Hamalik, 1995 :

57).

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang berarti

self instruction dan external instruction. Pembelajaran yang external datangnya

dari guru yang disebut “teaching” atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang

bersifat external prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-

prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa ketentuan

dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu itu akan efektif atau

sebaliknya. Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku guru yang efektif

mendeskripsikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang

diinginkan dengan menyediakan lingkungan kondusif agar terjadi hubungan

stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik).

Page 21: Kurniawati Nugroho

6

Tujuan (goals) pembelajaran adalah “rumusan yang luas mengenai hasil-

hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya mengandung tujuan yang menjadi

target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman

belajar” (Oemar Hamalik, 1995 :76).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan suatu strategi

yang diyakini efektivitasnya. Penerapan stategi pembelajaran tidak asal memilih

tetapi, seorang guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang tepat. Model

pembelajaran yang sesuai dengan teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan

model mengajar.

Kamii dalam Arnie Fajar (2005 : 43) menyebutkan ada beberapa pembelajaran menurut beberapa aliran. Pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, humanistic serta kontemporer. Pembelajaran menurut aliran kontemporer yang dimaksud adalah berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Model pembelajaran portofolio merupakan teori belajar kontruktivisme yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.

Jadi dapat disimpulkan pembelajaran menurut penulis adalah siasat,

strategi guru agar peserta didik mau belajar dan mau memahami subyek belajar

sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku akibat pengalaman dari

pembelajaran tersebut.

2. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran

Portofolio

a. Pengertian Portofolio

Portofolio berasal dari “bahasa inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat dan dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. (Arnie Fajar, 2005:47)

Dasim Budimansyah (2003: 7) menjelaskan bahwa “Portofolio diartikan

sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai

adjective.”

Page 22: Kurniawati Nugroho

7

Adapun ssebagai suatu adjective, portofolio seringkali disandingkan

dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika

disandingkan dengan konsep pemebelajaran maka dikenal istilah pembelajaran

berbasis portofolio (portofolio based kearning), sedangkan jika disandingkan

dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilian berbasis portofolio

(portofolio based assesment). Sebagai wujud benda fisik portofolio itu adalah

bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang

disimpan pada suatu bendel.

Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu atau kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan yang ada dalam pikirannya, selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya atau tugas-tugasnya. (Arnie Fajar, 2005:47)

Strategi intruksional yang digunakan dalam model ini pada dasarnya bertolak dari stategi “ inquiri learning discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project” oleh Jonh Dewey.

Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil

dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam-sumber belajar di sekolah

maupun di luar sekolah (masyarakat).

Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari :1. Manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat).2. Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis.3. Bahan terekam.4. Bahan tersiar (TV, Radio).5. Alam sekitar.6. Situs sejarah, artefak, dan lain-lain (Arnie Fajar, 2005: 48)

b. Landasan Pemikiran Pembelajaran Portofolio.

Model pembelajaran berbasis portofolio dilandasi oleh beberapa landasan

pemikiran sebagai berikut (Budimansyah, 2003 : 9-12) :

Page 23: Kurniawati Nugroho

8

1) Empat Pilar PendidikanEmpat pilar pendidikan sebagai pendidikan landasan model pembelajaran

berbasis portofolio adalah Learning to do, learning to know, learning to live together yang dicanangkan UNESCO.

a) Learning to DoPeseta didik seharusnya diberdayakan agar mau dan mampu

berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Peserta didik hanya menerima materi dari guru tetapi harus aktif mau dan mampu menambah pengetahuan untuk pribadinya dimana belajar dari pengalaman dalam kehidupanya.

b) Learning to Know Pengetahuan yang didapat peserta didik selain dari sekolah juga

didapatkan dari dunia luar sekolah. Peserta didik dapat meningkatkan interaksinya dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya.

c) Learning to Be Diharapkan hasil interksi dengan lingkungannya dapat

membangun pengetahuan dan kepercayaan diri. Karena banyak peserta didik yang tidak mempunyai kepercayaan diri, mereka merasa bahwa tidak mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang bisa dibanggakan, sehingga terjadi kemandekan belajar.

d) Learning to live TogetherKesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau

kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup

2) Pandangan KonstruktivismePandangan Kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir

menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan disekitarnya. Para ahli pendidikan bepandapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui peserta didik”.

Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai filosofi kontruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan hasil penelitian sederhana, demokrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik mempertajam gagasan.3) Democratic Teaching

Democratic Teaching adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat, democratic teaching adalah proses pembelajaran yang didasari oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik.

Page 24: Kurniawati Nugroho

9

c. Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Portofolio

Prinsip dasar model pembelajaran portofolio sekurang-kurangnya ada

lima prinsip menurut Budimansyah (2003 : 13-20) yaitu :

1) Prinsip Belajar Siswa AktifProses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

portofolio berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir diseluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas kegiatan lapangan dan pelaporan. Hal ini tampak terlihat pada saat siswa mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, kemudian setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih masalah untuk kajian kelas.

Untuk menjawab permasalahan yang dikaji, maka siswa mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan cara wawancara, pengamatan serta mengambil foto atau membuat kliping. Setelah itu, aktivitas siswa terfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data dan informasi disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel. Data dan informasi yang penting dan menarik ditempel pada seksi penayangan, setelah portofolio dibuat, dilakukan public hearing dalam kegiatan show case dihadapan dewan juri.

2) Kelompok Belajar KooperatifProses pembelajaran yang berbasis kerja sama antar siswa dan komponen

lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-orangnya ditentukan, siapa yang mengerjakan apa, merupakan bentuk kerja sama itu. Kerja sama dengan lembaga terkait diperlukan saat siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab tertentu.

3) Pembelajaran PartisipatorikModel pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip dasar

pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil melakoni(learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Siswa pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai pendapat yang didukung suara terbanyak dan pada saat diskusi siswa belajar mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain.

4) Reactive TeachingGuru perlu menciptakan strategi yang tepat agar motivasi belajar tinggi.

Motivasi akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siawa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik dan tidak membosankan. Caranya adalah memberikan penghargaan atau reward pada pendapat siswa bagaimana pun kualitasnya. Jika pendapat siswa dihargai, maka pada diri siswa akan muncul kepercayaan diri untuk tidak malu-malu lagi mengemukakan pendapat.

Page 25: Kurniawati Nugroho

10

5) Joyfull LearningSalah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun materi

pelajaran bila dipelajari dalam suasana yang menyenangkan, penuh daya tarik dan penuh motivasi pelajaran akan akan mudah dipahami, sebaliknya bila suasana belajar membosankan, maka pelajaran akan sulit dipahami

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Portofolio

Model pembelajaran portofolio merupakan salah satu model pembelajaran

yang menekankan belajar siswa untuk aktif dan kreatif. Dalam hal ini siswa harus

peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan ikut serta

berusaha untuk mencari dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dengan

cara-cara positif.

Langkah-langkah model pembelajaran portofolio menurut Arnie Fajar

(2005 : 48) adalah sebagai berikut

1) Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakatDalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru

bersama siswa yaitu : mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui, tentang masalah- masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa.

Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tersebut siswa diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah yang akan dikaji dengan cara : a) mewawancarai orang tua atau keluarga, teman, tetangga, dan orang lain yang dianggap menguasai masalah yang dikaji, b) melalui sumber-sumber cetak seperti majalah, koran dan tabloid, c) melalui media elektronik seperti radio, TV dan internet. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di kelas.

2) Memilih Masalah untuk Kajian KelasSebelum memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa

mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan langkah sebagai berikut :

a) Mengkaji masalah yang telah dikumpulkan.b) Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan

mereka kaji dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis.

c) Melakukan penelian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpulkan informasi.

3) Mengumpulkan Informasi masalah yang akan dikaji oleh KelasLangkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut :

a). Mengidentifikasi sumber-sumber informasi.b) Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi.c) Pengumpulan informasi.

Page 26: Kurniawati Nugroho

11

4) Mengembangkan Portofolio KelasPada tahap ini siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut :

Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio.

a) Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.b) Guru menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh tim

peneliti seringkali akan bermanfaat bagi lebih dari satu kelompok portofolio.

5) Penyajian PortofolioDalam menyelenggarakan gelar kasus (show case), guru sebagai pihak

penyelenggara hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut :a) Persiapan show case.b) Pembukaan show case.c) Penyajian oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab

oleh dewan juri.d) Selingan.e) Tanggapan audiens.f) Pengumuman dewan juri.g) Kriteria dan format penilaian.Penyajian portofolio (show case) dilaksanakan setelah kelas

menyelesaikan portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi. 6) Merefleksi pada Pengalaman Belajar

Arnie Fajar (2005:87) menjelaskan bahwa “Dalam kegiatan refleksisiswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari kesalahan di masa yang akan dating dan meningkatkan kinerja siswa. Dengan merefleksi pengalaman belajar siswa maka sangat mendukung modus pengalaman belajar.” Pengalaman belajardigambarkan melalui kerucut dibawah ini dengan dijelaskan sebagai berikut :

Page 27: Kurniawati Nugroho

12

Yang Kita Ingat: modus

10%

20%

30%

40%

70%

90%

Verbal

Visual

berbuat

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar

Sumber : Sheal, Peter (dalam Fajar,2004 : 88)

e. Penilaian Portofolio

Yang dimaksud dengan indikator adalah unsur-unsur pokok yang

dapat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satuan-

satuan pendidikan tertentu. Banyak indikator yang dapat dipilih, tetapi

dipandang paling sensitif adalah :

1) Hasil ulangan harian dan ulangan umum yang biasanya dicatat dalam buku nilai siswa.

2) Tugas-tugas tersruktur biasanya dikumpulkan dalam sebuah map atau loker khusus untuk tugas-tugas siswa.

3) Catatan perilaku harian para siswa biasanya tersimpan dalam buku khusus yang disebut dengan catatan anekdot.

4) Laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar, Biasanya dikumpulkan pada guru dan selanjutnya didokumentasikan. (Dasim Budimansyah, 2003: 45)

bacaa

dengar

lihat

Lihat dan dengar

katakan

Katakan dan lakukan

Page 28: Kurniawati Nugroho

13

3. Tinjauan Umum Tentang Daya Kritis Siswa

Dasim Budimansyah (2003: 3) menjelaskan bahwa “Daya kritis adalah

kemampuan berfikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal,

mencermati dengan seksama, tidak lekas percaya akan hal itu, sehingga ada rasa

ingun tahu yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada.”

R. Swarts dan D.N. Perkins dalam Zaleha izhab( 2007 : 86) mengatakan

bahwa berfikir kritis berarti :

a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhaap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis

b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berfikir kritis dalam membuat keputusan

c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut

d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Radno Harsanto (2005 : 62) menjelaskan bahwa “Daya kritis adalah

kemampuan berfikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal,

mencermati dengan seksama, tidak lekas percaya akan hal itu, sehingga ada rasa

ingun tahu yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada.”

Pada dasarnya sejak kanak-kanak manusia sudah memiliki kemampuan berfikir kritis. Sebagai makhluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal di sekelilingnya. Dengan kemampuan berfikir kritisnya diharapkan dapat menggali kemampuan siswa yakni kemampuan membedakan fakta dan non fakta, kemampuan membedakan antara kesimpulan definitif dan kesimpulan sementara, kemampuan menguji tingkat kepercayaan sumber-sumber informasi, kemampuan membuat keputusan, kemampuan mengidentifikasi sebab dan akibat, kemampuan memecahkan masalah yang ada disekelilingnya, kemampuan mempertimbangkan wawasan lain (Radno Harsanto, 2005 : 62)

Kemampuan siswa berfikir kritis tidak begitu saja muncul tetapi harus

diasah sejak dini. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis,

sebab berfikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Siswa cenderung

hanya menerima materi yang diberikan oleh guru dan kurang kreatif dalam

berpikir, mereka kurang bisa mengeksplorasi kemampuan berfikir kritis terhadap

suatu hal.

Page 29: Kurniawati Nugroho

14

Radno Harsono 2005 : 45-62 mengemukakan bahwa kemampuan berfikir kritis meliputi :

a. Kemampuan membedakan antara fakta, non fakta dan pendapatPada saat kita membaca sebuah koran atau majalah, apakah setiap kalimat

yang tertera di dalamnya merupakan suatu fakta yang terjadi atau hanya sebuah pendapat dari si penulis saja. Di sinilah kemampuan siswa akan dilatih bahwa suatu berita yang ada tidak langsung kita yakini kebenarannya tetapi siswa harus jeli dalam membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat seseorang, sehingga jika siswa mampu membedakan maka siswa dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana sebuah pernyataan itu merupakan fakta atau pendapat.

b. Kemampuan membedakan antara kesimpulan Definitif dan SementaraBanyak orang langsung mengambil suatu kesimpulan ketika melihat atau

menyaksikan atau membaca berita. Mereka tidak berfikir apakah sesuatu yang dibaca atau disaksikan itu merupakan hal yang dapat diyakini kebenaran dan keakuratan datanya. Dalam membahas suatu masalah, mampu membedakan antara kesimpulan definitif dan kesimpulan sementara adalah hal yang sangat penting, sebab bila salah memberikan kesimpulan, maka akan timbul satu masalah baru bukannya menyelesaikan masalah.

c. Kemampuan Menguji Tingkat Kepercayaan Sumber InformasiPada saat kita membaca berita di surat kabar, hal pertama yang perlu

dipertanyakan atas berita tersebut adalah sejauh mana berita itu dapat dipercaya atau sejauh sejauh mana si penulis artikel dapat dipercaya. Pada dasarnya kita membutuhkan bukti atau kejelasan tertentu sebelum klaim seseorang diakui kebenarannya. Siswa yang kritis mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguji kebenarannya sehingga didapatkan kebenaran yang jelas dari sumber yang jelas pula.

d. Kemampuan Membuat KeputusanMembuat keputusan adalah bagaimana menggunakan kriteria yang

relevan untuk memilih berbagai alternatif kemungkinan. Kedua, kita harus mengidentifikasi pilihan-pilihan dan memberikan penilaian baik buruknya masing-masing pilihan, mengidentifikasi kriteria yang relevan untuk mengambil keputusan dari pilihan-pilihan yang ada. Yang terakhir memeriksa kembali pilihan-pilihan tersebut jika dibandingkan dengan ukuran yang ada.

e. Kemampuan Mengidentifikasi Sebab dan AkibatSeorang pemikir kritis mencoba untuk mengklarifikasi setiap informasi

yang didapatnya. Siswa yang kritis apabila mendapatkan suatu masalah maka ia akan mencari sebab dari masalah yang timbul serta mencari apa akibat dari masalah tersebut. Dan tidak langsung menerima informasi tersebut tanpa diidentifikasi terlebih dahulu.

f. Kemampuan Mempertimbangkan Wawasan LainRealitas yang ada sebagian orang ketika akan mengambil keputusan

hanya mempertimbangkan alasan yang ia miliki. Jarang sekali mereka mau mendengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain dan mengapa orang lain berpendapat seperti itu. Seorang siswa yang berfikir kritis sangat memberi ruang

Page 30: Kurniawati Nugroho

15

untuk pertimbangan-pertimbangan di luar dirinya dan selalu terbuka untuk mendengarkan pendapat orang lain. Terkadang permusuhan yang terjadi disebabkan tidak mau mendengarkan dan menyimak pendapat masing-masing orang.

g. Kemampuan Memecahkan MasalahPemecahan masalah dapat dilakukan dengan kemampuan siswa

menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada, siswa dapat menentukan prioritas masalah, siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang akan diselesaikan, siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang akan diselesaikan, siswa cakap mengumpulkan data dan memilahnya, siswa cakap memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan.

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan upaya untuk

menyempurnakan kurikulum agar lebih famliar dengan guru, karena mereka

banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Menurut Mulyasa, (2006:8) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

”kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah

atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat

dan karakteristik peserta didik". KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan, dan silabus.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum yang disusun,

dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap

dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terkait dengan hal tersebut

pasal 36 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 menetapkan:

1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

Page 31: Kurniawati Nugroho

16

dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

daerah dan peserta didik.

3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan

kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Mulyasa, (2006:12) menyatakan bahwa :

”Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi,kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangun daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; agama; dinamika pekembangan global; persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan”.

Sehubungan dengan itu, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib

memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematik,

IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, ketrampilan/

kejujuran, dan muatan lokal.

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Mulyasa (2006 : 22-23) menjelaskan bahwa secara umum tujuan

diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan

pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan

dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara

partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuan

diterapkannya KTSP adalah untuk :

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetisi yang sehat satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

Page 32: Kurniawati Nugroho

17

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dipandang sebagai

suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks

otonomi daerah yang sedang bergulir dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu

diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal,

sebagai berikut :

1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.

2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses

pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan

peserta didik.

3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok

untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang

paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.

4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum menciptakan trasparansi dan demokrasi

yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh

masyarakat setempat.

5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-

masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat

pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin

untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.

6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-

sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-

upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat,

dan pemerintah daerah setempat.

7) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan

lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya

dalam KTSP.

Page 33: Kurniawati Nugroho

18

c. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangannya

agar dapat berjalan dengan semestinya dilandasi oleh undang-undang dan

peraturan pemerintah, sebagai berikut :

1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan5) Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas

no 22 dan 23. Mulyasa (2006 : 24)

d. Proses Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis

konteks terhadap hal-hal sebagai berikut :

1). Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan

pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan

tenaga administrasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan, dan program-

program yang ada di sekolah.

2). Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan

sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas

pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, serta sumber daya

alam dan sosial budaya.

3). Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan

dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Selanjutnya melakukan School review, dan Benhcmarking. School review

merupakan suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah agar

dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli)

untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan.

Benhcmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target

yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.

Page 34: Kurniawati Nugroho

19

Benhcmarking dapat diaplikasikan dalam proses penyusunan KTSP

melalui tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh Benhcmarking sebagai

berikut :

a) Seberapa baik kondisi satuan pendidikan/sekolah kita?

b) Harus menjadi seberapa baik satuan pendidikan/sekolah kita ini?

c) Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?

Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat tujuh langkah yang

harus dilaksanakan dalam proses penyusunan KTSP.

(1) Menentukan fokus atau kompetensi dasar

(2) Menentukan variabel atau indikator

(3) Menentukan standar

(4) Membandingkan standar dan kompetensi

(5) Menentukan kesenjangan yang terjadi

(6) Merencanakan target untuk mencapai standar

(7) Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target

Kegiatan analisis konteks, school review, dan benhcmarking di atas

dilakukan oleh Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP,

SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan

nara sumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, di bawah

pengawasan dinas kabupaten/kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang

pendidikan. Mulyasa (2006 : 172-174)

e. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Mulyasa (2006 : 151-153) Kurikulum tingkat satuan pendidikdn jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Permendiknas, No. 22 Tahun 2006)

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi

Page 35: Kurniawati Nugroho

20

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2) Beragam dan terpaduKurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seniKurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupanPengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5) Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6) Belajar sepanjang hayatKurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional

dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Page 36: Kurniawati Nugroho

21

5. Tinjauan Umum Tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

a. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Peraturan Mentri Pendidika Nasional RI . No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa “Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945(PERMENDIKNAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut ;

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dengan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung/tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan demokrasi di sekolah dalam pendidikan kewarganegaraan

diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada

pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana

siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk

mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas

mengungkapkan gagasan dan pikirannya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru.

Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan

mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hendaknya mengutamakan

proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku yang positif supaya dapat

internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga

siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar

Page 37: Kurniawati Nugroho

22

dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan model

pembelajaran yang sesuai.

Arnie Fajar (2005: 141) meguraikan bahwa “Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkrakter yang diamanatkan oleh pncasila dan UUD 1945.” Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung niai-

nilai moral yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baik

yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini

telah ditetapkan oleh MPR dengan Tap MPR No. II / MPR / 1998 yang mana

sebagai realisasinya dalam GBHN sebagai berikut :

Bahwa pendidikan kewarganegaraan termasuk pendidikan pancasila dan unsur-unsurnya yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 45 kepada generasi muda dimasukkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari TK sampai Universitas baik negeri maupun swasta. (Depdikbud, 2006:53).Peryataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat besar

terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan disetiap jenjang pendidikan mulai dari

Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur

dan moral tersebut diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku

kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membekali siswa dengan budi

pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga

Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi

warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah”pendidikan yang mengembangkan

semangat kebangsaan dan cinta tanah air”.(penjelasan pasal 37 Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional)

Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi.

Page 38: Kurniawati Nugroho

23

yang menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara

demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila

dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warga Negara yang demokratis bukan

hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul

tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa

depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita

yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika

mereka pertama kali merumuskan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar setiap warga Negara

memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola

pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan

Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil, akan membuahkan sikap

mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan

perilaku yang :

1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati

nilai-nilai falsafah bangsa.

2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermayarakat, bangsa dan

Negara.

3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai

warga Negara.

4) Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.

5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk

memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh

masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten

dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan

UUD 1945.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi kemerdekaan

Page 39: Kurniawati Nugroho

24

menghadapi pengaruh global , maka setiap warga negara harus tetap pada jati

dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan non fisik

sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam disemua aspek kehidupan,

khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna memiliki daya

saing/kompetitif, transpran dan memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa, berpikir obyektif rasional dan mandiri, sehingga menjadi bangsa yang

dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.

Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya memiliki fungsi. :

1) Sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti sesungguhnya yaitu civic education. Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban dan tanggung jawabsebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

2) Sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal inipendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai / kepribadian kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warga Negara yang berkarakter baik bagi bangsa yang bersangkutan.

3) Sebagai pendidikan demokrasi (politik). Pendidikan Kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan kewarganegaraan maka akan ada sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.

4) Sebagai pendidikan bela negara. Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agara memiliki kesadaran bela negara sehingga diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.(Winarno,2005:10)

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1) Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa indonesi , Sumpah pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipsi dalam

Page 40: Kurniawati Nugroho

25

pembelaan Negara, Sikap posiif terhadap Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma hukum dan peraturan, meliputi: Tertip dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-

peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

internasional.

3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan Kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,

Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,

Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem

politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan

ideologi Negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara,

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi meliputi: Gobalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Hubungan intrenasional dan organisasi

internsional, dan mengevaluasi globalisasi.

Page 41: Kurniawati Nugroho

26

c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami perkembangan dan

perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.

“Pendidikan kewraganegaraan dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civic (1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn (1994) dan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (2004)”. (Winarno, 2005:8)

“Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang dikenal dengan mata pelajaran “Civic” di sekolah dasar dan merupakan embrio dari “Civic Education” sebagai “the body Of knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai instrument pengetahuan diarahkan untuk membangun masyarakat demokrasi yang beradab”. (Syahrial, 2006:3)

6. Tinjauan Pustaka Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Balai Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah Depdikbud, Dirjen Dikti, Jakarta (1999 : 6) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Sedangkan Zainal Aqib (2006 : 127) menjelaskan bahwa “Penelitian

Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), merupakan penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan

pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran”.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK mempunyai karakteristik antara lain : 1) Didasarkan masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaan.3) Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.4) Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik instruksional.5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. ( Zainal Aqib, 2006 : 16)

Page 42: Kurniawati Nugroho

27

c. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Hopkins, ada 6 prinsip dalam PTK. pekerjaan utama guru adalah

mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak

mengganggu komitmen sebagai pengajar:

1) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

2) Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan gurumengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.

3) Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan,

4) Dalam menyelenggarakan PTK guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaanya.

5) Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom prespective, dalam permasalahan tidak terlihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan prespektif misi sekolah secara keseluruhan. dalam (Zainal Aqib, 2006 : 17)

d. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi

guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara

keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas

adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri guru dalam penuaian misi

profesional kependidikannya.

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan

penelitian tindakan kelas terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain :

1) Inovasi pembelajaran

2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas, dan

3) Peningkatan professional guru (Zainal Aqib, 2006 : 17)

Page 43: Kurniawati Nugroho

28

e. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggambarkan empat tahapan : 1). Penyusunan rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan.2). Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi isi rancangan di dalam kancah, mengenai tindakan di kelas.3). Pengamatan pelaksanaan pengamatan oleh pengamat4). Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. (Zainal Aqib, 2006 : 17)

B. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran portofolio merupakan suatu inovasi pembelajaran

yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori dan memecahkan

masalah melalui pengalaman belajar praktik empirik, tidak terkecuali implikasi

pengalaman belajar dalam masyarakat. Langkah-langkah pembelajaran portofolio

diharapkan mampu meningkatkan daya kritis siswa. Peningkatan daya kritis ini

dapat dilihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata

pelajaran Pendidikan kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan

masalah sosial.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio adalah

Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat, Memilih suatu masalah

untuk dikaji di kelas, Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang

dikaji. Membuat portofolio kelas, Membuat portofolio dengar pendapat (show

case), Melakukan refleksi pengalaman belajar.

Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil

dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam-sumber belajar di sekolah

maupun di luar sekolah (masyarakat). Diluar sekolah siswa dapat memperoleh

sumber belajar dari tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, informasi baik dari

media cetak maupun media elektronik, lingkungan kehidupan dll. Dengan

demikian siswa akan aktif berinteraksi dan bersosialisasi langsung dengan

lingkungan mereka.

Kemampuan siswa berfikir kritis tidak begitu saja muncul tetapi harus

diasah sejak dini. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis,

Page 44: Kurniawati Nugroho

29

sebab berfikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Siswa cenderung

hanya menerima materi yang diberikan oleh guru dan kurang kreatif dalam

berpikir, mereka kurang bisa mengeksplorasi kemampuan berfikir kritis terhadap

suatu hal.

Pembelajaran portofolio dapat diterapkan pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan, karena pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang

menyeluruh sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa. Mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga

yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia pada bangsa dan Negara

Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak

sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD45. Berdasarkan fungsi tersebut, mata

pelajaran Kewarganegaraan harus dinamis dan mampu menarik perhatian peserta

didik, yaitu dengan cara sekolah membantu peserta didik mengembangkan

pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipatori dalam

kegiatan sekolah yang berupa intra kurikuler dan ekstra kurikuler.

Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 45: Kurniawati Nugroho

30

Gambar.2

Model Portofolio Daya Kritis

PENINGKATAN DAYA KRITIS SISWA :1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat

2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan

sementara

3. Menguji tingkat kepercayaan

4. Memecahkan masalah

5. Membuat keputusan

6. Mengidentifikasi sebab dan akibat

7. Mempertimbangkan wawasan lain

Siswa :a. Memilih masalahb. Memilih masalah untuk kajian

kelasc. Mengumpulkan informasid. Membuat portofolio kelase. show casef. pengalaman belajar

Data Kritis Meningkat

Pendidikan Kewarganegaraan

Page 46: Kurniawati Nugroho

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali. SMP ini

dipimpin oleh Drs.Joko Sarwidji yang bertindak sebagai kepala sekolah dan

membawahi 44 tenaga pengajar.Di SMP Negeri 1 Mojosongo terdapat beberapa

bangunan antara lain terdiri dari 18 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang

keterampilan, 1 ruang pertemuan (aula), 1 ruang UKS, 1 ruang komputer, 1 ruang

kepala sekolah, 1 ruang guru-guru,1 ruang tata usaha,1 ruang gudang, 3 ruang

kantin, 4 kamar mandi, dan 1 mushola.

Alasan pemilihan sekolah dan kelas VIII-E ini sebagai tempat penelitian

adalah karena pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik

dengan guru kelas VIII-E yang mengampu mata pelajaran Pendidikan

Kewarganeraraan. Kedua, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek

penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga

berdasarkan survey pendahuluan kekritisan dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih kurang terutama dalam hal

memahami praktek berwarganegara di masyarakat.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2008 sampai dengan Oktober

2008. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian

Bulan

Mar.

Apr. Mei. Juni. Juli. Agt. Sep. Okt. Nov Des

1. Pengajuan Judul

2. Proposal Penelitian

3. Pengurusan Ijin Penelitian

Page 47: Kurniawati Nugroho

32

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK)

atau classroom action research. Suwandi Sarwiji (2004: 119) mengungkapkan

bahwa “PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian

berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar

mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan

ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur”.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas,menurut Suharsimi Arikunto, Sudjanto dan Supardi (2006:16), yakni:1. Perencanaan : Kegiatan ini meliputi identifikasi masalah, identifikasi

penyebab masalah dan pengembangan masalah atau solusi.2. Pelaksanaan : Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya

memperbaiki peningkatan atau perubahan yang diinginkan.3. Pengamatan : Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

dilaksanakan atau dikenakan pada siswa.4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru dari melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Keempat komponen tersebut merupakan langkah-langkah yang harus

ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan

untuk menjelaskan atau menggambarkan realita atau kenyataan yang ada. Peneliti

menjabarkan keadaan di lapangan dengan disertai data yang diperoleh selama

proses penelitian.

Page 48: Kurniawati Nugroho

33

C. Subjek Penelitian

Akibat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya peneliti tidak

mencari semua informasi sebagai objek kajian dalam penelitian ini. Peneliti hanya

mengambil informasi Guru kelas sekaligus guru bidang studi PKn Kelas VIII

SMPN 1 Mojosongo Boyolali (Bapak Suwadi), serta siswa kelas VIII sebagai

subjek penelitian. Pengumpulan data dari siswa dilakukan dengan wawancara dan

tugas-tugas siswa untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data.

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu: tempat dan

peristiwa, informan, dan dokumen.

1. Tempat dan Peristiwa

Tempat yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1

Mojosongo Boyolali. Lokasi ini dipilih karena kasus yang hendak dipelajari

berkaitan dengan lembaga pendidikan formal. Tempat ini juga memiliki relevansi

yang kuat dengan peristiwa yang diamati yaitu proses pembelajaran yang terjadi

di kelas VIII-E pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan dengan

menggunakan model portofolio..

2. Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal

yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data

manusia atau narasumber sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki

informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama dan

narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti,

tetapi ia lebih lebih bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi

yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002: 50). Yang menjadi informan dalam penelitian

ini adalah Bapak Suwadi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di kelas VIII-E dan siswa kelas VIII-E.

Page 49: Kurniawati Nugroho

34

3. Dokumen

Dokumen dan arsip adalah segala hal yang dapat dijadikan sumber data

yang bersifat tertulis. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang

bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B. Sutopo, 2002: 54).

Dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari SMP

Negeri 1 Mojosongo, yaitu :

a. Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII, Pengarang Wiyono

Hadi.

b. Silabus pengajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Semester ganjil Tahun ajaran 2007/2008 yang dibuat oleh Bapak

Suwadi, S.Pd.

c. Hasil Pekerjaan siswa kelas VIII-E.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat untuk

mengumpulkan data, yaitu :

1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda. Observasi dapat dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Observasi dilakukan dengan mengamati

secara cermat interaksi pembelajaran yang terjadi antara peneliti dengan siswa di

dalam kelas.

Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah :

a. Pengamatan langsung di dalam kelas yaitu : menerangkan materi yang

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, memberikan tugas baik

tugas individu atau tugas kelompok, Evaluasi dengan mengadakan tes

tertulis.

b. Pengamatan langsung di luar kelas yaitu : Kunjungan ke Pengadilan

Negeri Boyolali dan Kunjungan ke DPRD Kabupaten Boyolali.

Page 50: Kurniawati Nugroho

35

2. Wawancara Mendalam

Esterberg dalam Sugiyono (2005: 72) mendefinisikan interview sebagai

berikut, “ a meeting of two persons to exchange information and idea throught

queation and responses, resulting in communication and joint construktion of

meaning about particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan wawancara

semistruktur/mendalam (in-depth interview) adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat, dan ide-idenya.

Dalam penelitian, sumber data yang paling penting adalah informan.

Wawancara dilakukan secara bebas, dalam suasana informal dan pertanyaan tidak

terstruktur namun tetap mengarah pada fokus masalah penelitian. Informan yang

dipilih adalah informan yang dianggap tahu tentang topik permasalahan yang

bersangkutan. Peneliti menerapkan teknik face to face sehingga peneliti dapat

mengungkap secara langsung keterangan dari informan tanpa melalui perantara,

kemudian penulis mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan

dengan masalah yang ingin dibahas kepada narasumber.

Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara sebagai

berikut :

a. Penulis mengajukan pertanyaan kepada narasumber dengan

mengacu pada panduan wawancara yang telah dibuat.

b. Narasumber manjawab pertanyaan yang diajukan penulis.

c. Apabila dari hasil jawaban narasumber terdapat hal-hal yang

kurang jelas maka penulis mengajukan pertanyaan tambahan tetapi

tetap mengacu pada panduan wawancara.

d. Setelah narasumber memberikan jawaban, penulis mengulangi lagi

jawaban narasumber untuk menguatkan kembali jawaban tersebut.

e. Narasumber menguatkan jawabannya.

Page 51: Kurniawati Nugroho

36

3. Pemberian Tugas

Usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengetahui hasil dari

kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan

cara memberikan tugas mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan materi,

tujuannya untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam proses pembelajaran

portofolio, serta post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti

pembelajaran portofolio dengan mengidentifikasi dan memecahkan masalah

4. Analisis Dokumen

Teknik analisis dokumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data

atau informasi bersumber dari dokumen atau arsip yang berupa buku pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, silabus mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan rencana pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa.

F. Uji Validitas Data

Validitas data adalah keabsahan data yang diperoleh di dalam penelitian

atau suatu data yang diakui kebenarannya. Jadi dalam penelitian ini untuk

menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka uji validitas data dapat dilakukan

berbagai cara, yaitu: trianggulasi, informan review, dan member chek.

1. Trianggulasi

Menurut Lexy J. Moleong (2004 : 330)“Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”.

Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, H. B. Sutopo (2002: 78-

82) menyebutkan bahwa ada empat macam trianggulasi yaitu:

a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap

kebenarannya bisa digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

b. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini biar dilakukan oleh seorang peneliti

dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan

metode pengumpulan data yang berbeda.

Page 52: Kurniawati Nugroho

37

c. Trianggulasi peneliti, adalah hasil peneliti yang baik data atau simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti.

d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan persepektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan

yang dikaji. (H. B. Sutopo, 2002: 78-82)

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut;

Trianggulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat

kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda. Selain itu.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kritis, yaitu

membandingkan hasil dari tindakan dalam tiap siklus dengan indikator kerja yang

telah ditetapkan. Hasil dari analisis ini adalah kelebihan dan kekurangan dalam

tiap siklus.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari

awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur

sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto

(2006:74). Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan

(planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan

(4) refleksi (reflecting).

Page 53: Kurniawati Nugroho

38

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, dkk., “Penelitian Tindakan Kelas “

2006:74)

Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan

sebagai berikut:

1) Siklus Pertama (Siklus I)

a) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I

b) Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada siklus I

c) Melakukan observasi/pengamatan terhadap tindakan/pelaksanaan

pembelajaran (KBM) antara guru dan siswa.

d) Membuat refleksi atau tindakan pada siklus I oleh peneliti dan guru.

e) Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti.

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Pengamatan/ pengumpulan data I

Refleksi I

Pengamatan/ pengumpulan data II

Perencanaan tindakan II

Refleksi II

Pelaksanaan tindakan II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

PERMASALAHAN

PERMASALAHAN BARU HASIL

REFLEKSI

APABILA PERMASALAH

BELUM TERSELESAIKAN

Page 54: Kurniawati Nugroho

39

2) Siklus Kedua (Siklus II)

a) Merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada

revisi/perbaikan pada siklus I

b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada

siklus sebelumnya (siklus I).

c) Mengamati atau mengobservasi tindakan kegiatan belajar-mengajar antara

peneliti dengan siswa

d) Melakukan perbaikan atau revisi oleh peneliti.

Page 55: Kurniawati Nugroho

40

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi penelitian merupakan tahapan dimana data yang diperoleh

peneliti di lapangan penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

dikumpulkan, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat

disajikan secara sistematis. Adapun aspek yang diteliti dapat dijabarkan lebih rinci

dalam sub bab sebagai berikut : sejarah singkat SMP Negeri 1 Mojosongo

Boyolali, keadaan fisik SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali, keadaan tenaga

pangajar dan karyawan, dan struktur organisasi

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali berdiri pada 1 Mei 1984 dan langsung

beroperasi. Sekolah ini beralamatkan di jalan Tambak, Tambak Mojosongo ,

Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Surat keputusan berdirinya sekolah

ini bernomor 187/ SKB III/25 Mei 1985. Berikut ini Kepala Sekolah yang pernah

menjabat di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali, yaitu:

a. Herlani : Periode tahun 1984-1985

b. Suratman : Periode tahun 1985-1992

c. Soekandar, BA : Periode tahun 1992-1995

d. Warnindah WK, BA : Periode tahun 1995-1999

e. Drs. Joko Minarto : Periode tahun 1999-2005

f. Drs. Djoko Sarwidji : Periode tahun 2005-Sampai Sekarang

2. Keadaan Fisik SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

Secara umum keadaan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali dalam keadaan

baik dan memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar

mengajar, disamping tanahnya yang luas juga didukung dengan tersedianya

ruang-ruang kegiatan yang mendukung fasilitas belajar-mengajar, yaitu 18 ruang

kelas, 1 ruang guru, 1 ruamg BP, 1 laboratorium komputer, 1 ruang perpustakan, 1

ruang laboratorium IPA, 4 kamar mandi, 1 lapangan upacara, 3 kantin, 1 rumah

Page 56: Kurniawati Nugroho

41

penjaga, 1 ruang ganti, 1 masjid, 2 gudang, 1 lapamgan tenis dan bola basket, 1

lapangan sepak bola, 1 lapangan bola voly, 1 lapangan lompat tinggi, 1 ruang

koperasi, 1 ruang UKS, 2 tempat parkir.

SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali ini merupakan sekolah yang cukup

luas dan fasilitas pendukungnya pun baik. Sekolah yang berada di tengah

perkampungan dan cukup strategis untuk tempat pendidikan. Transportasi cukup

mudah bagi para siswanya. Ruang kelas yang cukup untuk menampung jumlah

siswa yang banyak.

3. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan

SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali merupakan sekolah yang cukup lama

berdiri. Dengan berdirinya sekolah ini tentunya tidaklah mungkin dapat berfungsi

sebagaimana mestinya tanpa adanya guru, staf tata usaha, dan tentunya saja siswa.

Jumlah guru, karyawan, dan siswa mengalami peningkatan seiring dengan

semakin sadarnya orang tua akan pendidikan.

Guru yang bertugas di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali pada saat ini

berjumlah empat puluh lima guru dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 2. Daftar Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

No Nama Tempat Tgl Lahir Jabatan

1 Drs. Djoko Sarwiji Boyolali, 21-03-1559 Kepala

sekolah

NIP 131 626 372

2 Drs. Wahyudi Solo, 24-09-1559 Guru

NIP 131 611 854

3 Drs. Joko Purwanto Boyolali, 21-04-1959 Guru

NIP 131 630 550

4 Drs. Suyadi Boyolali, 13-09-1964 Guru

131 784 487

5 Drs. Slamet Wiyono Sukoharjo,15-12-1959 Guru

NIP 130 921 615

6 Drs. Mahmudi Boyolali, 08-07-1958 Guru

Page 57: Kurniawati Nugroho

42

NIP 131 648 462

7 Dra. Siti Muslimatun Klaten, 01-03-1948 Guru

NIP 131 930 192

8 Sumanto, S.Pd Boyolali, 04-08-1960 Guru

NIP 131 100 263

9 Suji, S. Pd Boyolali, 04-12-1962 Guru

NIP 131 468 986

10 Tri Suyanto Klaten, 13-08-1961 Guru

NIP 131 261 666

11 Haryono, S.Pd Sukoharjo,05-07-1958 Guru

NIP 131 265 787

12 Suwadi, S.Pd Klaten, 03-05-1965 Guru

NIP 131 647 783

13 Yohanes Sutrisno Klaten, 29-11-1959 Guru

NIP 131 698 950

14 Supriyadi, A. Md. Pd Boyolali, 17-08-1948 Guru

NIP 131 792 536

15 Sri Haryatun, S.Pd Klaten, 24-01-1966 Guru

NIP 131 792 536

16 Endang Sri W, A.Md.Pd Semarang, 18-06-1960 Guru

NIP 131 100 202

17 Tutik Karyani, S.Pd Boyolali, 03-03-1965 Guru

NIP 131 680 092

18 Luki Widyaningrum Blora, 02-06-1963 Guru

NIP 131 430 233

19 Samiyem Sukoharjo,25-01-1965 Guru

NIP 131 678 785

20 Giyanto Sudarno Boyolali, 16-09-1957 Guru

NIP 131 253 652

Page 58: Kurniawati Nugroho

43

21 Muryanti, S.Pd G. Kidul, 08-09-1966 guru

NIP 131 771 539

22 Ma’arif, S.Pd Cilacap, 16-03-1960 Guru

NIP 131 665 806

23 Dalari, S.Pd Boyolali,03-05-1958 Guru

NIP 131 569 179

24 Sapto Nugroho Boyolali, 15-02-1960 Guru

NIP 131 098 971

25 Sutanto Joko Triyono Boyolali, 04-03-1963 Guru

NIP 131 278 995

26 Riyantini, A.Md.Pd Kendal, 09-071964 Guru

NIP 131 565 415

27 Sri Mulyani, S.Pd Klaten, 14-08-1964 Guru

NIP 131 429 555

28 Sunyoto Klaten, 27-07-1955 Guru

NIP 130 815 416

29 Wasiati, S.Pd Klaten, 17-05-1965 Guru

NIP 131 618 442

30 Nur Panti Hayuningsih Surakarta, 05-09-1964 Guru

NIP 131 669 468

31 Sri Endah W, S.Pd Klaten, 06-08-1968 Guru

NIP 131 995 341

32 Sri Sudarmi Boyolali, 05-05-1965 Guru

131 460 270

33 Drs. Adi Suranto Boyolali, 20-04-1967 Guru

NIP 132 193 137

34 Aniti Wismayasari, S.Pd Boyolali, 19-06-1969 Guru

NIP 132 193 137

35 Djoko Walujo, S.Pd Boyolali, 28-03-1971 Guru

Page 59: Kurniawati Nugroho

44

NIP 132 197 527

36 Kun Nuryatun Boyolali, 12-11-1967 Guru

NIP 132 116 843

37 Sri Marningsih, S.Pd Surakarta, 22-09-1968 Guru

NIP 500 112 859

38 Sri Pratiwi Handiastuti Kediri, 13-02-1967 Guru

NIP 132 119 816

39 Sri Wahyuni, S.Pd Boyolali, 10-08-1963 Guru

NIP 131 400 057

40 Hendraningsih, S.Pd Boyolali,13-03-1978 Guru

NIP 500 179 373

41 Fikta Devit Rendra, S. Pd Sleman, 30-03-1978 Guru

NIP 500 130 479

42 Tri Hastuti, S.PD Boyolali, 07-08-1972 Guru

NIP 500 182 898

43 Lasmini, S.Pd Grobokan,05-05-1976 Guru

44 Sarman Boyolali, 04-02-1975 Guru

45 Yahmin Boyolali, 06-02-1963 Karyawan

NIP 131 402 534

46 Widoyo Boyolali, 30-12-1959 Karyawan

NIP 132 048 088

47 Suwartini Boyolali, 08-03-1965 Karyawan

NIP 131 584 868

48 Sri Hartati Klaten, 24-03-1954 Karyawan

NIP 131 583 409

49 Suwardi Boyolali, 25-06-1959 Karyawan

NIP 131 641 311

Page 60: Kurniawati Nugroho

45

50 Sunarto Boyolali, 13-07-1953 Karyawan

NIP 131 687 570

51 Aristyaningsih Boyolali, 28-03-1972 Karyawan

52 Ngadini Boyolali, 02-08-1961 Karyawan

53 Suroto Boyolali, 05-02-1958 Karyawan

54 Triana Yuni Lestari Purworejo,23-06-1983 Karyawan

Tidak lepas juga dari peran serta siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

dalam proses belajar mengajar, berikut adalah data siswa , yaitu :

Tabel. 3 Data Siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun 2008

L P Jumlah

Kelas VII A

B

C

D

E

F

20

20

20

22

22

22

20

19

20

18

18

18

40

39

40

40

40

40

Jumlah 126 113 239

Kelas VIII A

B

C

D

E

F

18

20

18

18

18

19

18

16

16

18

18

17

36

36

34

36

36

36

Jumlah 111 103 214

Kelas IX A

B

18

18

16

16

34

34

Page 61: Kurniawati Nugroho

46

C

D

E

F

18

16

17

18

16

18

16

16

34

34

33

34

Jumlah 105 98 203

Jumlah Seluruhnya : 656

Sumber : Data Monografi SMP N 1 Mojosongo

Stuktur organisasi yang ada di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali

berbentuk vertikal yang memberikan wujud atau realisasi pembagian tugas dari

mulai Kepala Sekolah hingga staf Tata Usaha. Struktur organisasi ini berlaku bagi

seluruh pegawai yang terkait dengan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali,

sehingga setiap karyawan atau guru mendapatkan hasil yang sesuai dengan

keahliannya.

Struktur organisasi ini sangat diperlukan di dalam suatu instansi/ lembaga

pemerintahan karena dengan begitu Kepala Sekolah dapat mengawasi pekerjaan

pegawainya dan lebih mudah terkontrol.

Page 62: Kurniawati Nugroho

47

GAMBAR 4 : STRUKTUR ORGANISASISMP NEGERI 1 MOJOSONGO

TAHUN 2008/2009

KOMITESEKOLAH

GAMBAR 4 :

KEPALA SEKOLAH Drs.DJOKO

KASUBAG TU YAHMIN

WAKASEKDrs.SUYADI

W.URUSANKESISWAAN

Drs. MAHMUDI

W.URUSAN KURIKULUM

SUTANTO JOKO T

W.UR SARANAPRASARANA

SAPTO NUGROHO

W.URUSANHUMAS

SUWADI, S.Pd

WALI KELAS

BP/BK GURU MAPEL

SISWA

Page 63: Kurniawati Nugroho

48

GAMBAR 5 : STRUKTUR ORGANISASI TATA USAHA

SMP NEGERI 1 MOJOSONGO

TAHUN 2008/2009

Urusan Perlengkapan

Sri Hartati

Urusan Kebersihan :1. Suwardi2. Sunarto

Ur. Agenda/Pengetik :1. Sri Hartati2. Triana Yuni Lestari

Ur. Keamanan/Pesuruh :1. Suroto2. Ngadini

Urusan Keuangan :1.Sri Haryatun, S.Pd2.Suji, S.Pd3.Tri Marningsih, S.Pd

Kasubag. Tata UsahaYahmin

Urusan Kepegawaian

Yahmin

Urusan KesiswaanSuwartini

Page 64: Kurniawati Nugroho

49

B. Diskripsi Hasil Penelitian

Data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya akan dianalisis oleh

peneliti. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis maka data yang diperoleh

perlu dideskripsikan secara sistematis agar dapat dilakukan penarikan hasil

kesimpulam sebagai hasil penelitian. Sesuai dengan masalah yang dikaji yaitu

tentang Penggunaan model portofolio sebagai upaya meningkatkan daya kritis

siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran 2007/2008.

1. Penggunaan Model Portofolio Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya

Kritis Siswa Kelas VIII E SMPN 1 Mojosongo Boyolali

SIKLUS 1

a. Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus 1

Pada tahap yang pertama dalam siklus I ini adalah merencanakan

tindakan. Peneliti membuat Rencana Pembelajaran. Selain itu penaliti juga

menyiapkan topik-topik yang akan diberikan kepada siswa untuk dikaji di

kelas oleh tiap kelompok.

Bapak Suwadi, S.Pd. guru mata pelajaran PKn, SMP N 1

Mojosongo menyampaikan bahwa pembelajaran yang baik dan diharapkan

akan memberikan hasil maksimal adalah pembelajaran yang secara

administratif sudah terencana sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat

ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada saat awal pertemuan dengan siswa, peneliti memberikan

penjelasan tentang apa dan bagaimana pembelajaran portofolio dan apa

yang harus dipersiapkan oleh siswa. Persiapan peneliti secara administratif

sebelum mengajar adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Hal itu diperlukan agar materi yang akan diajarkan dapat runtut dan

terarah serta mudah dipahami oleh siswa.

b. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan

Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa yang telah dibuat dalam

rencana pembelajaran misalnya menjelaskan materi, pemeberian tugas

kepada siswa dalam bentuk tugas kelompok atau individu. Sebagai

Page 65: Kurniawati Nugroho

50

puncaknya, peneliti menyuruh siswa untuk menentukan dan memilih

topik-topik yang telah disediakan pada tahap pertama untuk dikaji siswa.

Tahap awal peneliti menerangkan materi yang berkaitan dengan

pokok bahasan “Korupsi” serta memberikan contoh-contoh korupsi yang

ada di masyarakat misalnya fakta yang terjadi saat ini bahwa ada kasus

korupsi di DPRD Kabupaten Boyolali.

Peneliti membantu,membimbing dan memotivasi siswa

mengemukakan pendapat, isu-isu dan permasalahan yang sedang

berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan korupsi berdasarkan

pengetahuan yang telah dimiliki.

Tabel 4 : Daftar Masalah dan Pemungutan Suara untuk Kajian Kelas Tahap SatuNo Memilih untuk Kajian Kelas Jumlah

1 LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya 6

2 Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah

8

3 Kasus Korupsi di DPRD Boyolali 11

4 Dugaan Kasus Penyalahgunaan Jabatan untuk pilgub 5

5 Pungutan liar mewarnai pembagian paket konversi di sejumlah wilayah Klaten

4

6 Korban desak kasus penggelapan uang KPS Giriroto segera dituntaskan

2

36

Catatan : Pemilih 36 SiswaSumber : Data Primer

Pada tahap mengidentifikasi masalah, seluruh siswa membaca dan

mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan di masyarakat. Siswa dibagi

menjadi 6 kelompok yang terdiri 6 siswa yang bertugas meyakinkan bahwa

masalah yang ditentukan adalah masalah yang penting, menyangkut banyak orang

dan perlu penanganaan. Akhirnya berdasarkan suara terbanyak maka kasus yang

dijadikan kajian kelas adalah kasus korupsi di DPRD Kabupaten Boyolali.

Page 66: Kurniawati Nugroho

51

Hasil pemilihan tahap pertama dipilih tiga masalah yang akan dikaji.

Masalah yang paling banyak dipilih siswa, yaitu (1) Kejari terima aduan

penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah, (2) Kasus Korupsi di

DPRD Boyolali, (3). LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya. Tahap kedua, siswa

menentukan satu masalah. Untuk itu diadakan pemungutan suara lagi secara

terbuka. Hasil pemilihan tahap kedua terlihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 5 : Daftar Masalah dan Pemungutan suara untuk Kajian Kelas Tahap Dua.

No Masalah untuk kajian kelas jumlah

1 Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa

baru di sekolah

12

2 Kasus Korupsi di DPRD Boyolali 14

3 LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya 10

Jumlah 36

Catatan : Pemilih 36 siswa

Sumber : Data Primer

Dari pemilihan tahap kedua, masalah yang paling banyak dipilih siswa

adalah Kasus Korupsi di DPRD Boyolali dan secara otomatis masalah ini menjadi

kajian kelas.Dari proses pemungutan suara dapat diambil satu nilai moral yaitu

kehidupan demokratis dalam kelas, sebab suara siswa yang tidak terpilih harus

menghargai dan menghormati pilihan suara terbanyak. Dalam pembelajaran ini

siswa diharapkan berfikir lebih kritis dalam pembelajaran PKn dengan model

portofolio, model ini menuntut siswa untuk belajar dalam bentuk teori atau dalam

bentuk praktek langsung.

c. Melakukan observasi/pengamatan terhadap tindakan/pelaksanaan

pembelajaran antara guru dan siswa

Setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti maka tahap

selanjutnya adalah mendiskusikan permasalahan yang sudah dikaji pada tahap

merencanakan tindakan.

Page 67: Kurniawati Nugroho

52

Langkah selanjutnya setelah siswa melakukan pemilihan masalah adalah

membagi kelompok atau tim. Kelas dibagi ke dalam 4 (empat) tim. Setiap tim

mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengumpulkan informasi

sebanyak dan seakurat mungkin dari sumber yang berbeda.

Kegiatan pengumpulan informasi ini dilakukan di luar kelas dan diluar jam

pelajaran karena dilakukan setelah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu

kegiatan belajar mengajar. Siswa mencari data tentang kasus korupsi yang ada di

DPRD dengan cara mendatangi berbagai sumber informasi, diantaranya di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali, Pengadilan Negeri (PN)

Kabupaten Boyolali.

Lokasi pertama yang dikunjungi siswa dalam rangka memperoleh

informasi berkenaaan dengan masalah yang menjadi kajian kelas adalah di kantor

DPRD Kabupaten Boyolali yang dilakukan pada hari Senin 21 Juli 2008.

Kedatangan siswa di kantor DPRD di Jalan Pandanaran disambut baik oleh Bapak

Heru.

Gambar 6 : Kunjungan siswa ke kantor DPRD Kab. Boyolali

Dalam Kunjungan ini siswa mendapatkan banyak informasi, antara lain

tentang sebab-sebab korupsi, syarat-syarat menjadi anggota DPRD. Pada

kesempatan ini siswa juga menanyakan “Bagaimanakah sanksi yang pantas

apabila ada anggota DPRD yang korupsi?”.

Mengenai sanksi yang pantas Bapak Heru menjawab “Hal itu sepenuhnya

diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk menangani kasus korupsi tersebut

dan sanksi yang setimpal sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan.

Page 68: Kurniawati Nugroho

53

Kunjungan ke Kantor DPRD Kab. Boyolali ini memberikan pengalaman

berharga bagi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hakim berperan penting dalam

menegakkan keadilan. Hakim adalah orang yang bertugas mengadili dan

memutuskan perkara. Jadi dalam hal ini siswa menjadi lebih paham tentang apa

itu korupsi, bahaya korupsi dan sanksinya. Siswa secara nyata mendapat materi

bukan hanya lewat teori yang disampaikan oleh peneliti, namun juga dari praktek

dalam kehidupan bernegara.

Selain berkunjung langsung ke Kantor DPRD Kab. Boyolali siswa juga

berkunjung ke (PN) Pengadilan Negeri Kab. Boyolali di Jalan Perintis

Kemerdekaan pada tanggal 22 Juli 2008. Dalam kunjungan ini, para siswa ingin

melihat secara langsung proses persidangan kasus korupsi yang dilakukan oleh

salah satu anggota DPRD Kab. Boyolali.Sebelum sidang dimulai para siswa

diberikan pengarahan oleh Bapak Tumpak Situmorang selaku Hakim Ketua. Para

siswa diperbolehkan mengikuti jalannya persidangan dan Bapak Tumpak

Situmorang menjelaskan apa itu hukum dan sanksi bagi pelanggar hukum sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku selain itu juga kasus-kasus

yang sidangnya terbuka untuk umum dan sidang yang tertutup untuk umum

Gambar 7 : Siswa antusias berdiskusi dengan Hakim Ketua Bapak Tumpak

Situmorang.

Page 69: Kurniawati Nugroho

54

Gambar 8 : Siswa saat mengikuti proses persidanagn berlangsung

Dalam kunjungan ini, para siswa berdialog langsung dengan pihak yang

berkompeten dalam masalah yang dikaji. Siswa juga menanyakan “Apakah sanksi

yang pantas apabila anggota DPRD korupsi?”. Bapak Tumpak Situmorang

menjawab “Untuk mengatasi masalah sanksi apa yang pantas bagi pelanggaran

oleh anggota DPRD tersebut maka sebelumnya dilakukan penyelidikan terlebih

dahulu secara teliti baru setelah bukti-bukti terkumpul dengan jelas maka Hakim

baru memutuskan sanksi/hukuman yang pantas dan setimpal.misalnya dengan

diberikan sanksi yaitu harus mengembalikan uang yang telah dipergunakan,

dipecat dari jabatannya, hukuman penjara, dll sesuai dengan pelanggaran yang

telah diperbuat. Dalam kasus korupsi Salah satu anggota DPRD ini para siswa

diperbolehkan mengikuti jalannya persidangan tetapi tidak boleh ramai agar tidak

mengganggu jalannya persidangan, karena sidang dibuka untuk umum jadi siapa

saja diperbolehkan untuk mengikuti jalannya persidangan.

Dalam kunjungan ke Pengadilan Negeri (PN) para siswa mendapatkan

pengalaman yang sangat berarti. Mereka dapat secara langsung mengetahui

jalannya proses persidangan dan sebelum sidang dimulai para siswa diberikan

pengarahan yang baik oleh Bapak Tumpak Situmorang, dan siswa merasa senang

karena merasa diperhatikan, apalagi bisa berdialog dengan Bapak Hakim. Ini

merupakan pengalaman pertama para siswa bisa belajar diluar kelas sambil

bermain.

Data-data yang diperoleh siswa cukup banyak dan dapat dipertangggung

jawaban karena langsung diperoleh dari sumber yang berkompeten di lapangan.

Page 70: Kurniawati Nugroho

55

Selanjutnya para siswa berkelompok membuat laporan untuk portofolio tayangan

dan dokumentasi. Kegiatan kunjungan ke lokasi sumber informasi merupakan

salah satu sarana melatih keberanian dan kepercayaan diri siswa untuk

mengemukakan pendapatnya dimuka umum, tanpa malu melakukan wawancara,

padahal mereka masih tergolong anak kecil. Dengan demikian secara tidak

langsung siswa belajar sambil bermain.

Hal yang perlu ditekankan dari serangkaian kunjungan tersebut adalah

siswa dapat memahami bahwa segala sesuatu memiliki keterkaitan dan perlu

kerjasama antar kelompok, tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri.

Sebagai contoh kasus korupsi salah satu anggota DPRD Kab. Boyolali yang hanya

memperkaya dirinya sendiri tanpa mengutamakan kepentingan rakyat. Maka dari

itu diperlukan kesadaran para pemimpin agar senantiasa mementingkan

kepentingan umum bukan kepentingan individu semata agar dapat tercipta

kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Selain itu, yang perlu dipahami siswa bahwa sebagai warga negara yang baik

harus benar-benar taat hukum dan mau melaksanakan tugasnya dengan baik.

Kegiatan kunjungan tersebut juga menyadarkan siswa bahwa apa yang mereka

pelajari di sekolah sangat bermanfaat dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan

bermasyarakat pada masa mendatang setelah mereka terjun langsung.

Langkah selanjutnya diadakan Gelar kasus (show case) yang dilaksanakan

pada hari Selasa 29 Juli 2008 dari pukul 08.00-09.30 WIB yang merupakan jam

pelajaran PKn, sehingga tidak mengganggu jam pelajaran lain.

Dalam gelar kasus (show case) tiap kelompok portofolio satu persatu

mempresentasikan hasil karya portofolio tayangan secara lisan dihadapan dewan

juri dan siswa lain.

Acara gelar kasus dimulai dengan pembukaan acara yang dilakukan oleh

peneliti selaku moderator. Moderator menginformasikan kepada siswa dan juri

mengenai masalah yang akan dikaji. Setelah itu, juri mengamati portofolio kelas

kurang lebih 10 menit.

Page 71: Kurniawati Nugroho

56

Gelar kasus Kelompok I,

Juru bicara kelompok I menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas

yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Agus Setiyoko dihadapan juri

sekitar 5 menit. Hal itu disebabkan karena terdakwa menggunakan uang Setwan

senilai Rp 173,7 juta untuk kepentingan pribadinya, sehingga dapat merugikan

negara. Setelah itu diadakan Tanya jawab. Ada 2 siswa yang bertanya dan juri

juga mengajukan pertanyaan, yaitu: sebab bapak itu melakukan korupsi (jawab:

terdesak tuntutan kehidupan), untuk apa uang itu (untuk membiayai kuliah

anaknya,biaya hidup sehari-hari), adakah pihak-pihak lain yang terlibat (tidak

ada). Pada sesi Tanya jawab kelompok I ini kurang terlihat maksimal, hal ini

dibuktikan dengan sedikitnya respon dan pertanyaan dari juri atau siswa yang lain.

Setelah sesi tanya jawab selesai, Tahap selanjutnya adalah kelompok ini

menjelaskan kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. Korupsi merupakan

suatu perbuatan yang melanggar hukum dan bahkan sebagian besar masyarakat

sudah menganjurkan pelaku tindak korupsi harus dihukum dengan hukuman mati.

Selain hukuman mati, biasanya pelaku tindak pidana korupsi juga dikucilkan dari

pergaulan dalam masyarakat.

Pada tahapan ke 3 yaitu mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi

masalah, maka kelompok ini berpendapat bahwa sesuai dengan Undang-undang

Nomor 3 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi maka Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Agus

Setyoko dapat dibuktikan adanya unsur kerugian keuangan negara sehingga

pelaku dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

yang berbunyi “Setiap orang yang secara melawan hukum nelakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangna negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000 (Dua

Ratus Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)”

Pada tahap ke 4 membuat rencana tindakan, maka kelompok ini

berpendapat kalau korupsi dapat diberantas apabila ada kerjasama yang baik

Page 72: Kurniawati Nugroho

57

antara masyarakat dan para aparat penegak hukum dalam mengamalkan Undang-

Undang Korupsi yang sebenarnya sudah bagus materinya.

Gambar 9 : Gelar kasus(show case) masing-masing kelompok portofolio

Gelar Kasus Kelompok II,

Juru bicara kelompok II menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas

yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Agus Setiyoko dihadapan juri

sekitar 5 meni

Setelah itu diadakan Tanya jawab, pada sesi tanya jawab ini hanya ada

satu anak yang bertanya yaitu “dalam kasus korupsi oleh Bapak agus ini apakah

ada perintah dari atasan untuk menggunakan uang negara?”, kelompok ini

menjawab, berdasarkan bukti-bukti yang dikemukakan dalam persidangan maka

tidaka ada perintah dari atasan untuk menggunakan uang negara.

Seperti pada kelompok I, gelar kasus kelompok II diawali dengan

presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk menghadapi masalah oleh wakil

dari kelompok II dihadapan juri sekitar 5 menit. Siswa itu mengemukakan

kebijakan untuk mengatasi masalah antara lain : apabila ada seseorang yang

melakukan korupsi maka harus dihukum sesuai dengan kesalahannya yang

setimpal. Dalam hal ini bapak Agus terbukti telah melakukan korupsi maka harus

diberi hukuman seperti dipenjara, mengembalikan uang yang sudah dimanfaatkan,

langsung dipecat karena sudah mencemarkan nama baik, dikucilkan. Setelah

presentasi maka diadakan Tanya jawab. Antara lain, bagaimana caranya untuk

mengurangi agar tidak ada korupsi( meningkatkan iman dan tagwa kepada Tuhan

YME, memberlakukan sanksi yang tegas.) Menurut anda hukuman apa yang

paling tegas agar tidak ada yang korupsi lagi (itu susah karena tergantung individu

masing-masing kalau menurut saya hukuman mati saja agar para koruptor takut

Page 73: Kurniawati Nugroho

58

dan jera). Apa ada undang-undang khusus tentang korupsi(ya ada misalnya UU

No. 20 Tahun 2000 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, UU No. 20

Tahun 2001 tentang komisi anti korupsi), apa ada lembaga yang mencegah dan

memberantas korupsi (ada, salah satunya adalah KPK) apa KPK itu sudah

menjalankan tugasnya dengan baik (belum sepenuhnya menjalankan tugasnya

karena masih banyak kasus-kasus korupsi yang belum ditindak lanjuti). Pada gelar

kasus kelompok II ini menunjukan respon yang lumayan meningkat dari

kelompok I karena ada diskusi yang menarik dari siswa juri-kelompok II. Sesi

Tanya jawab ini dilakukan sekitar 15 menit.

Acara gelar kasus tidak menjenukan, maka setelah gelar kasus kelompok II

diselingi dengan pentas seni siswa yaitu ada siswa yang menyanyi.

Gambar 10 : Pentas seni saat gelar kasus portofolio.

Setelah acara selingan selesai maka acara gelar kasus selanjutnya

dilanjutkan untuk gelar kasus kelompok III.

Gelar kasus kelompok III

Diawali dengan presentasi yaitu negara indonesia adalah negara yang kaya

budaya tersebut akan membentuk suatu peraturan mengikat dan sanksi tegas yang

disebut hukum. Tanpa adanya Hukum maka kehidupan berbangsa dan bernegara

akan mengakibatkan kekacauan. Seperti halnya Kasus Korupsi yang menjadi

masalah di Indonesia haruslah ada peraturan yang tegas, karena korupsi dapat

mengakibatkan kerugian negara dan rusaknya moral warga negara. Dalam hal ini

perlu adanya Kebijakan alternatif agar korupsi dapat diberantas, kebijakan

alternatif tersebut meliputi mempertegas sanksinya tanpa memandang status

Page 74: Kurniawati Nugroho

59

seseorang, bagi para pejabat wajib melaporkan kekayaannya, ganti rugi yang

berlipat dari jumlah yang sudah dikorupsi, dilaporkan langsung ke pengadilan

tindak pidana korupsi. Setelah juru bicara selesai melaksanakan tugasnya

dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara lain : apa harus ada kebijakan

alternatif itu(ya, karena dengan adanya kebijakan tersebut disamping untuk

menekan adanya korupsi selain itu membuat efek jera pada koruptor) untuk apa

kekayaan itu harus dilaporkan (agar dapat dipantau apabila ada pejabat yang

melakukan korupsi), apa ada lembaga tersendiri yang memeriksa kekayaan

negara (ada yaitu Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), apa

tugas dari pengadilan tindak pidana korupsi (memeriksa dan memutus perkara

tindak korupsi) apa dengan adanya kebijakan alternatif itu masyarakat sudah

mentaatinya dengan baik (belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik karena

masih banyak para pejabat-pejabat yang melakukan korupsi). Pada sesi Tanya

jawab kelompok III ini, anggota kelompok III aktif menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan audiens.

Gelar Kasus Kelompok IV,

Pada tahap ini, kelompok 3 mengusulkan, karena unsur kerugian negara sudah

terbukti maka uang negara yang sudah dikorupsi harus dikembalikan akan tetapi

pengembalian uang tersebut tidak menghapuskan dipidanya seseorang (pelaku

tindak korupsi).

Seperti pada kelompok-kelompok sebelumnya, gelar kasus kelompok IV

diawali dengan presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk menghadapi

masalah oleh wakil dari kelompok IV dihadapan juru sekitar 5 menit.Korupsi

adalah suatu tindakan penyelewengan wewenang yang diberikan kepadanya yang

dapat merugikan pihak lain. Dalam hal ini Indonesia adalah negara yang banyak

melakukan korupsi, ini dapat ditunjukkan Indonesia adalah negara terkorup nomer

2 dunia setelah RRC. Korupsi perlu diberantas karena dengan adanya korupsi

negara akan menjadi miskin selain itu, berpengaruh pada moral warga negaranya.

Proses pemberantasan dapat dilakukan dengan beberapa macam antara lain dalam

bentuk preventif dan represif. Pemerintah Indonesia telah mempunyai peraturan

perundang-undangan yang lebih tegas dan mengikat tentang korupsi, hal ini

Page 75: Kurniawati Nugroho

60

diharapkan mempunyai efek jera pada para pelaku. Dari peran aktif pemerintah

dalam memberantas korupsi, lingkungan dan diri sendiri juga sangat menunjang.

Kadar iman dan takwa seseorang sangat penting, karena mereka dapat

membedakan hal itu baik atau buruk. Jadi dalam hal ini perlu adanya peningkatan

dan perbaikan terhadap Iman dan takwa, yaitu melalui penyuluhan, ceramah dan

renungan keagamaan. Setelah preesentasi maka diadakan Tanya jawab. Sesi

Tanya jawab yaitu : bagaimana cara mencegah adanya korupsi (yaitu dengan

peningkatan iman dan takwa dan memketat peraturan hukum), bagaimana cara

pemberlakuan peraturan tentang korupsi (pemberlakuan dilakukan semua aspek

kehidupan antara lain politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan),

bagaimana peraturan itu dapat dikatakan tegas dan mengikat (tegas yaitu suatu

peraturan yang mengandung efek jera bagi para pelakunya sehingga tidak

mengulangi kesalahan yang sama, mengikat yaitu berlaku pada semua orang tanpa

kecuali)

Setelah semua kelompok mempresentasikan kasusnya, moderator meminta

para siswa secara keseluruhan dan dewan juri untuk menyampaikan tanggapan

atas presentasi dari masing-masing kelompok. Pada sesi ini, ada siswa yang

sangat antusias sampai ada yang memberikan tanggapan kepada salah satu

kelompok dengan menggebu-gebu dan sangat mempertahankan argumennya.

Kejadian tersebut mendapat respon yang beranekaragam dari audiens, ada yang

terlihat sebal bahkan ada juga yang tertawa melihat penyampaian tanggapan yang

terlihat menggebu-gebu itu. Sembari menunggu sesi tanggapan dari udiens, dewan

juri menggunakan waktu tersebut untuk menyelesaikan penilaian yang belum

selesaii.

Pada akhir acara gelar kasus, dewan juri mengumumkan hasil penilaian

terhadap penampilan para siswa yang meliputi keseluruhan aspek dan kelompok

terbaik adalah kelompok IV.

Page 76: Kurniawati Nugroho

61

d. Membuat refleksi atau tindakan pada siklus 1 oleh peneliti dan guru.

Setelah gelar kasus (show case) selesai, siswa melakukan kegiatan

refleksi pengalaman belajar, bercermin pengalaman yang baru saja

diperoleh baik secara individual maupun kelompok. Dalam kegiatan

refleksi ini peneliti mengajak siswa untuk mengevaluasi tentang apa dan

bagaimana mereka belajar.

Gambar 11 : Peneliti merefleksi pengalaman belajar portofolio.

Dalam refleksi pengalaman belajar, peneliti menanyakan beberapa hal

kepada siswa antara lain :

(1) Apakah yang siswa (individu/kelompok) pelajari dan siswa peroleh dari

belajar diluar kelas, seperti di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) dan Pengadilan Negeri (PN) Kab. Boyolali.

(2) Apa yang telah siswa (individu/kelompok) pelajari tentang bagaimana cara

membuat kebijakan untuk mengatasi masalah yang dikaji di kelas.

(3) Keterampilan apa yang telah siswa peroleh melalui kegiatan belajar PKn

dengan menggunakan model pembelajaran portofolio.

(4) Apakah keuntungan dan kerugian belajar secara kelompok.

(5) Bagaimana apresiasi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

portofolio pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(6) Apa yang akan dilakukan kelas pada portofolio di masa mendatang.

Page 77: Kurniawati Nugroho

62

Hasil refleksi pengalaman belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 4

halaman 89. Setelah refleksi pengalaman belajar dilaksanakan, siswa dan guru

memperoleh kesimpulan bahwa betapa pentingnya siswa mengembangkan

keterampilan-keterampilan mempengaruhi pembuatan kebijakan publik dan

memecahkan masalah. Hal tersebut dapat diketahui setelah siswa mengadakan

refleksi pengalaman hasil belajar dimana para siswa mengetahui bagaimana cara

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan mempengaruhi

pembuatan kebijakan publik dan memecahkan masalah karena hal tersebut

merupakan salah satu perwujudan warga negara yang kritis sesuai dengan misi

pendidikan kewarganegaraan. Dengan adanya keterampilan tersebut, siswa secara

tidak langsung memiliki daya kritis yang cukup baik.

Kemampuan yang dimiliki dan dapatkan akan dapat bermanfaat dimasa

yang akan datang pada saat siswa menjadi dewasa dan berperan sebagai warga

negara yang baik. Setiap saat masalah-masalah baru akan terus bermunculan dan

berkembang sangat cepat, oleh karena itu diperlukan pemecahan masalah dan

kebijakan publik yang baru, dan itu merupakan tanggung jawab warga negara

dalam masyarakat yang demokratis.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

portofolio dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya kritis siswa

khususnya kelas VIII E. Dalam kegiatan intrakulikuler peneliti menerangkan

pokok bahasan “Korupsi” di kelas seperti biasanya. Setelah selesai dilakukan tes

formatif untuk mengetahui apakah siswa sudah paham dengan materi yang

diajarkan. Hasil tes formatif yang dicapai rata-rata kelas adalah nilai 88,88 yang

terlihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 6 : Hasil Ujian Formatif Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas VIII E SMP N 1 Mojosongo

No Nama Siswa Nilai

1 AGUS SETIAWAN 90

2 ANTON SUGIYANTO 80

3 ARY NURJANAH 70

Page 78: Kurniawati Nugroho

63

4 AULIA NUR CAHYANTO 60

5 DEWI KURNIAWATI 10

6 DWI AJI MERIAWAN 70

7 DWI NOFITASARI 90

8 ELFA FARDIANI PUTRI 10

9 FAJAR NUGROHO 80

10 FITRI SUSIYANTI 10

11 GERRY MUH SANTOSO 70

12 IRWAN RUDI SETIAWAN 60

13 JONI KRISTIYONO 90

14 LAILA WULAN MAGHFIROH 70

15 MARSINI 60

16 MUHAMMAD SHOLEH 90

17 NOVA ADI SETIAWAN 70

18 NUNIK SUPRIYANTI 90

19 PERMADI JOKO CAHYONO 60

20 PUPUT HANDAYANI 80

21 RISA UTAMI 90

22 ROMADHONI 90

23 SARMIDI 60

24 SITI HIDHAYATI 80

25 SLAMET WAHYUNI 40

26 SRI MURNI 80

27 SRI WAHYUNI 90

28 SUGIYANTO 80

29 TRI ENDAH APRIANI 90

30 TRI SANTOSO 80

31 TUTIK HANDAYANI 90

32 WAHYU ARDIANTO 60

Page 79: Kurniawati Nugroho

64

33 WIDHI HASTUTI 90

34 WINDARYANI 10

35 YOGA DEVANGGA 70

36 YULIANI WAHYU AFTIKA.S 70

Rata-rata 78,89

Tabel 7: Hasil Observasi Daya Kritis Siswa Kelas VIII E 1 Mojosongo Siklus I

Aspek yang diamati Kriteria

No 1 2 3 4 5 6 7 R S T

1 Agus setiawan √ √

2 Anton Sugiyanto √ √ √ √

3 Ary Nurjanah √ √

4 Aulia nur cahyanto √ √

5 Dewi kurniawati √ √ √ √ √ √ √

6 Dwi Aji Meriawan √ √

7 Dwi Novitasari √ √

8 Elfa Fardiani Putri √ √ √ √ √ √

9 Fajar Nugroho √ √ √ √

10 Fitri Susiyanti √ √ √ √ √ √

11 Gerry Muh Santoso √ √ √ √

12 Irwan Rudi Setiawan √ √

13 Joni Kristiyono √ √

14 Laila Wulan M √ √ √ √

15 Marsini √ √ √ √

16 Muhammad Sholeh √ √ √ √

17 Nova Adi Setiawan √ √ √ √

18 Nunik Supriyanti √ √

19 Permadi Joko C √ √ √ √

20 Puput Handayani √ √ √ √ √

21 Risa Utami √ √

Page 80: Kurniawati Nugroho

65

22 Romadhoni √ √ √ √

23 Sarmidi √ √

24 Siti Hidhayati √ √ √ √

25 Slamet Wahyuni √ √

26 Sri Murni √ √ √ √ √ √ √ √

27 Sri Wahyuni √ √ √ √

28 Sugiyanto √ √ √ √ √

29 Tri Endah Apriani √ √ √ √ √ √ √ √

30 Tri Santoso √ √

31 Tutik Handayani √ √ √ √ √ √ √ √

32 Wahyu Ardianto √ √

33 Widhi Hastuti √ √

34 Windaryani √ √ √ √ √ √ √ √

35 Yoga Devangga √ √

36 Yulianie wahyu aftika √ √

Sumber : Data Primer

Keterangan :

Aspek yang diamati

1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat

2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara

3. Menguji tingkat kepercayaan

4. Memecahkan masalah

5. Membuat keputusan

6. Mengidentifikasi sebab dan akibat

7. Mempertimbangkan wawasan lain

Kriteria

1. Aspek Rendah (R) : 0-1

dapat ditunjukkan dengan tidak adanya respon dari siswa terhadap masalah yang

sedang dibahas.

Page 81: Kurniawati Nugroho

66

2. Aspek Sedang (S) : 2-3

dapat ditunjukkan dengan adanya respon dari siswa atas masalah yang sedang

dibahas, akan tetapi respon dari siswa hanya berupa pertanyaan dan komentar-

komentar yang sifatnya mengomentari masalah.

3. Aspek Tinggi (T) : 4-7

dapat ditunjukkan dengan adanya opini-opini yang sangat tajam dari siswa

dalam menenggapi masalah sehingga terjadi perdebatan diskusi antar siswa karena

masing-masing siswa saling mempertahankan pendapatnya.

Ketujuh unsur daya kritis siswa tidak semuanya dimiliki oleh siswa kelas

VIII SMP N 1 Mojosongo. Ini bukan berarti siswa tidak mempunyai daya kritis,

sebab kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda. Lembar pengamatan daya

kritis siswa sangat bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui siswa mana yang

memiliki daya kritis rendah dan siswa yang memiliki daya kritis tinggi, sehingga

peneliti dapat memotivasi siswa yang memiliki daya kritis rendah untuk dapat

ditingkatkan dalam pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model portofolio pada

siklus yang selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan, peneliti mampu menggunakan model portofolio

dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan daya kritis siswa. Siswa sangat

tertarik dengan penggunaan model portofolio dalam pembelajaran PKn karena

tidak membosankan baik saat di kelas maupun saat di luar kelas (Pengadilan

Negeri dan Kantor DPRD Boyolali) dan siswa mempresentasikan apa yang

mereka peroleh di depan kelas. Ini dapat melatih mereka dalam mengemukakan

gagasan, ide yang mereka miliki sehingga melatih keberanian mereka tanpa takut

ataupun malu. Hal itu terlihat dengan raut wajah mereka yang sangat antusias

melihat temannya dari masinh-masing kelompok mempresentasikan di depan

kelas yang disuguhkan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat

dinyatakan bahwa :

1) Siswa yang mempunyai daya kritis rendah berjumlah 16 orang atau 44 %

2) Siswa yang mempunyai daya kritis sedang berjumlah 1 1 orang atau 31%

3) Siswa yang mempunyai daya kritis Tinggi berjumlah 9 orang atau 25 %

Page 82: Kurniawati Nugroho

67

e. Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti

Meskipun sudah mencapai tolok ukur ketuntasan individu yaitu 70, hasil

pembelajaran masih belum bisa dikatakan maksimal, dikarenakan masih ada

beberapa siswa yang kurang menguasai materi, siswa kurang antusias terhadap

materi pelajaran, saat kegiatan diskusi kelompok masih ada yang bercanda sendiri

dan tidak fokus pada materi.

Setelah peneliti merefleksi pengalaman belajar yang telah dilakukan oleh para

siswa maka peneliti merasa masih ada kekurangan-kekurangan, diantaranya

adalah posisi peneliti selama pelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar

peneliti dapat mengamati perilaku seluruh siswanya, baik yang duduk di kursi

bagian depan maupun di bagian belakang.

Sedangkan, untuk mengurangi kekurangan dari sisi siswa, terutama

keengganan siswa untuk mengemukakan respon atas stimulus dari peneliti serta

mengemukakan pendapat, komentar, dan tanggapan disepakati adanya pemberian

reward/hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Reward yang direncanakan

berupa: nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti; bagus sekali, baik

sekali, baik, tepat sekali, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar siswa

menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran berlangsung. Jadi ada hubungan

timbal balik antara peneliti dan siswa dan pembelajaran tidak berlangsung searah.

SIKLUS II

a. Merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada

revisi/perbaikan pada siklus I

Pada tahap yang pertama dalam siklus pertama ini adalah merencanakan

tindakan. Peneliti membuat Rencana Pembelajaran. Selain itu penaliti juga

menyiapkan topik-topik yang akan diberikan kepada siswa untuk dikaji di kelas

oleh tiap kelompok. Akan tetapi masalah yang akan dikaji sedikit berbeda pada

siklus I tetapi topiknya sama.

Pada saat awal pertemuan dengan siswa, peneliti mereview kembali

tentang apa dan bagaimana pembelajaran portofolio dan apa yang harus

dipersiapkan oleh siswa. Persiapan peneliti secara administratif sebelum mengajar

Page 83: Kurniawati Nugroho

68

adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal itu diperlukan

agar materi yang akan diajarkan dapat runtut dan terarah serta mudah dipahami

oleh siswa.

b. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada

siklus sebelumnya (siklus I)

Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa yang telah dibuat dalam rencana

pembelajaran misalnya menjelaskan materi, pemeberian tugas kepada siswa

dalam bentuk tugas kelompok atau individu. Sebagai puncaknya, peneliti

menyuruh siswa untuk menentukan dan memilih topik-topik yang telah

disediakan pada tahap pertama untuk dikaji siswa.

Tahap awal peneliti menerangkan materi yang berkaitan dengan pokok

bahasan “Korupsi” serta memberikan contoh-contoh korupsi yang ada di

masyarakat misalnya fakta yang terjadi saat ini bahwa ada kasus korupsi di DPRD

Kabupaten Boyolali.

Peneliti membantu,membimbing dan memotivasi siswa mengemukakan

pendapat, isu-isu dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat yang

berkaitan dengan korupsi berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Pada tahap ini siswa secara aklamasi menentukan kasus korupsi dana

purnabakti DPRD Kabupaten Boyolali 1999-2004 dengan tersangka Miyono cs

mengingat kasus ini sedang up to date dan banyak diperbincangkan oleh

masyarakat boyolali.

c. Mengamati atau mengobservasi tindakan kegiatan belajar-mengajar antara

peneliti dan siswa.

Setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti maka tahap

selanjutnya adalah mendiskusikan permasalahan yang sudah dikaji pada tahap

merencanakan tindakan.

Langkah selanjutnya setelah siswa melakukan pemilihan masalah adalah

membagi kelompok atau tim. Kelas dibagi ke dalam 4 (empat) tim. Setiap tim

mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengumpulkan informasi

sebanyak dan seakurat mungkin dari sumber yang berbeda.

Page 84: Kurniawati Nugroho

69

Kegiatan pengumpulan informasi ini dilakukan di luar kelas dan diluar jam

pelajaran karena dilakukan setelah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu

kegiatan belajar mengajar. Siswa mencari data tentang kasus korupsi yang ada di

DPRD dengan cara mendatangi berbagai sumber informasi, diantaranya di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali, Kejaksaan Negeri

Boyolali. Dalam gelar kasus (show case) tiap kelompok portofolio satu persatu

mempresentasikan hasil karya portofolio tayangan secara lisan dihadapan dewan

juri dan siswa lain.

Acara gelar kasus dimulai dengan pembukaan acara yang dilakukan oleh

peneliti selaku moderator. Moderator menginformasikan kepada siswa dan juri

mengenai masalah yang akan dikaji. Setelah itu, juri mengamati portofolio kelas

kurang lebih 10 menit.

Gelar kasus Kelompok I

Juru bicara kelompok I menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas

yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Miyono dihadapan juri sekitar 5

menit. Selaku Ketua DPRD pada periode 1999-2004 Bpk Miyono telah

melakukan penyimpangan wewenang yaitu dana purnabakti yang diperkirakan

merugikan negara Rp 3,2 milyar. Dalam kaitannya pelaku tidak dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bpk Miyono tidak melakukannya

sendiri melainkan ada oknum lain yang juga menikmatinya. Perbuatan Bapak

Miyono telah mencemarkan nama baik di DPRD Boyolali karena selaku ketua

tidak bisa memberikan contoh yang baik bagi para anggotanya. Dilaksanakan sesi

tanya jawab yaitu : kenapa bapak itu bisa melakukan korupsi? (karena bapak tidak

mempunyai jiwa pemimpin yang baik, tidak mempunyai rasa tanggungjawab,

tidak mempunyai pengendalian diri dalam dirinya dan mudah tergiur dengan uang

untuk memperkaya dirinya sendiri. Mengapa di Indonesia korupsi sangat

merajalela? (karena kurangnya penegakan hukum dan kesadaran masyarakat

terhadap hukum)

Pada tahap ke 2, kelompok ini mengusulkan alternatif untuk memecahkan

masalah. Agar korupsi tidak merajalela seperti sekarang ini maka pemerintah

harus tegas menindak para pelaku tindak korupsi.

Page 85: Kurniawati Nugroho

70

Setelah kelompok tiga mengusulkan kebijakan alternatif maka tahap

selanjutnya adalah mengusulkan kebijakan publik. Salah satu kebijakan publik

yang diusulkan oleh kelompok ini dalam memberantas korupsi adalah dengan

menggunakan Undang-udang pemberantasan tindak pidana korupsi dan

menggunakan lembaga KPK (Komisi Pemberantasan korupsi)

Gelar kasus kelompok II

Seperti pada kelompok I, gelar kasus kelompok II diawali dengan

menjelaskan kasus posisi. presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk

menghadapi masalah oleh wakil dari kelompok II dihadapan juri sekitar 5 menit.

Dengan banyaknya korupsi seperti saat ini maka peraturan hukum harus lebih di

tegakkan agar tercipta suasana yang tertip dan kondusip. Sehingga suatu

pelanggaran itu dapat terkurangi seperti halnya korupsi, bila suatu pelanggaran itu

dibiarkan maka hal itu akan menjadi kebiasaan yang tidak baik. Di Indonesia

contohnya, dimana Negara tersebut sangat kental dikenal sebagai Negara

terkorup. Dari hal tersebut perlu adanya penanggulangan lewat pencegahan/

preventif dan juga represif. Setelah presentasi maka diadakan Tanya jawab, yaitu

Bagaimana menciptakan suatu keadaan yang tertib dan teratur itu? (yaitu dengan

adanya kesadaran dari semua pihak antara lain pemerintah dan rakyat).

Kebijakan publik yang diusulkan oleh kepolmpok ini adalah,

mengimplementasikan Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi

dengan maksimal.

Gelar Kasus Kelompok III

Sebelumnya dilakukan presentasi yaitu Indonesia adalah Negara terkorup

nomer 2 dunia, dimana aparatur Negara dan masyarakat juga sangat berperan

dalam berkembangnya korupsi di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia

menjadi Negara yang bobrok di segala bidang. Penanggulangan yang sangat tepat

dilakukan dengan peran aktif masyarakat dan aparatur Negara demi tegaknya

Indonesia yang beradap. Selanjutnya dilakukan Tanya jawab, yaitu Bagaimana

suatu peraturan tersebut dapat ditaati? (dengan adanya hukum yang mengikat,

tegas dan kesadaran semua pihak terhadap hukum).

Page 86: Kurniawati Nugroho

71

Kelompok ini mengusulkan kebijakan alternatif yaitu agar setiap warga

negara menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dengan

tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma masyarakat dan hukum di

Indonesia seperti tidak melakukan korupsi, dan lebih mempertebal iman.

Gelar Kasus IV

Diawali dengan presentasi, yaitu Korupsi adalah penyimpangan hukum

yang berbahaya. Dimana hal tersebut dapat merugikan Negara dan merugikan

orang lain. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara penegakan hukum yang lebih

tegas dan mengikat. Masyarakat dan aparatur negara hendaknya juga ikut serta

dalam penegakan hukum tersebut. Kebijakan alternatif yang diusulkan oleh

kelompok ini adalah dibuat kantin kejujuran untuk membiasakan jujur dimulai

dengan hal-hal yang kecil. Selanjutnya dilanjutkan dengan Tanya jawab, yaitu

Apa di Boyolali sudah ada kantin kejujuran? Kalau sudah di mana tempatnya?(di

Boyolali sudah ada kantin kejujuran misalnya di Kejaksaan Negeri Boyolali yang

letaknya berdekatan dengan SMPN 2 Boyolali jadi selain pegawai dari kejari ada

juga siswa-siswi SMPN 2 Boyolali yang membeli di kantin kejujuran milik kejari.

Kantin ini didirikan pada bulan Desember 2008 yang bertujuan untuk

menanamkan kejujuran pada semua orang dan sindiran bagi masyarakat yang

selama ini tidak jujur dalam melaksanakan tugasnya sehingga mereka sadar dan

mau berbuat baik lagi sesuai dengan tugasnya.

Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berfikir secara kritis sangatlah

sulit,karena berfikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak

dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya

kritis siswa. Penilaiannya dapat melalui lembar pengamatan daya kritis siswa

dengan mengamati unsur atau indikator daya kritis siswa meliputi : a)

Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat, b) Membedakan antara

kesimpulan definitif dan sementara, c) Menguji tingkat kepercayaan, d)

Memecahkan masalah, e) Membuat keputusan, f) Mengidentifikasi sebab dan

akibat, dan g) Mempertimbangkan wawasan lain.

Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E SMP N 1 Mojosongo terlihat pada

tabel di bawah ini :

Page 87: Kurniawati Nugroho

72

Tabel 8: Hasil Observasi Daya Kritis Siswa Kelas VIII E 1 Mojosongo Siklus II

Aspek yang diamati Kriteria

No 1 2 3 4 5 6 7 R S T

1 Agus setiawan √ √ √ √ √

2 Anton Sugiyanto √ √ √ √

3 Ary Nurjanah √ √ √

4 Aulia nur cahyanto √ √ √

5 Dewi kurniawati √ √ √ √ √ √ √ √

6 Dwi Aji Meriawan √ √ √ √

7 Dwi Novitasari √ √ √ √ √ √ √

8 Elfa Fardiani Putri √ √ √ √ √ √ √ √

9 Fajar Nugroho √ √ √ √

10 Fitri Susiyanti √ √ √ √ √ √ √ √

11 Gerry Muh Santoso √ √ √ √ √ √

12 Irwan Rudi Setiawan √ √ √ √

13 Joni Kristiyono √ √ √ √ √ √ √

14 Laila Wulan M √ √ √ √ √

15 Marsini √ √ √ √

16 Muhammad Sholeh √ √ √ √ √ √ √

17 Nova Adi Setiawan √ √ √ √

18 Nunik Supriyanti √ √ √ √ √ √ √

19 Permadi Joko C √ √ √ √

20 Puput Handayani √ √ √ √ √ √ √

21 Risa Utami √ √ √ √ √ √ √ √

22 Romadhoni √ √ √ √ √ √ √ √

23 Sarmidi √ √ √

24 Siti Hidhayati √ √ √ √ √ √

25 Slamet Wahyuni √ √

26 Sri Murni √ √ √ √ √ √ √ √

27 Sri Wahyuni √ √ √ √ √ √ √ √

Page 88: Kurniawati Nugroho

73

28 Sugiyanto √ √ √ √ √

29 Tri Endah Apriani √ √ √ √ √ √ √ √

30 Tri Santoso √ √ √ √ √ √ √ √

31 Tutik Handayani √ √ √ √ √ √ √ √

32 Wahyu Ardianto √ √ √

33 Widhi Hastuti √ √ √ √ √ √ √ √

34 Windaryani √ √ √ √ √ √ √ √

35 Yoga Devangga √ √ √ √

36 Yulianie wahyu aftika √ √ √ √

Sumber : Data Primer

Keterangan :

Aspek yang diamati

1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat

2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara

3. Menguji tingkat kepercayaan

4. Memecahkan masalah

5. Membuat keputusan

6. Mengidentifikasi sebab dan akibat

7. Mempertimbangkan wawasan lain

Kriteria

1. Aspek Rendah (R) : 0-1

dapat ditunjukkan dengan tidak adanya respon dari siswa terhadap masalah

yang sedang dibahas.

2. Aspek Sedang (S) : 2-3

dapat ditunjukkan dengan adanya respon dari siswa atas masalah yang sedang

dibahas, akan tetapi respon dari siswa hanya berupa pertanyaan dan

komentar-komentar yang sifatnya mengomentari masalah.

3.Aspek Tinggi (T) : 4-7

dapat ditunjukkan dengan adanya opini-opini yang sangat tajam dari siswa

dalam menenggapi masalah sehingga terjadi perdebatan diskusi antar

siswa karena masing-masing siswa saling mempertahankan pendapatnya

Page 89: Kurniawati Nugroho

74

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut

dapat dinyatakan bahwa :

1) Siswa yang mempunyai daya kritis rendah berjumlah 1 orang atau 3 %

2) Siswa yang mempunyai daya kritis sedang berjumlah 15 orang atau 42 %

3) Siswa yang mempunyai daya kritis Tinggi berjumlah 20 orang atau 55%

d. Melakukan perbaikan atau revisi oleh peneliti

Pada tahap ini, peneliti tidak menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh siswa dalam mengkaji masalah yang sudah ditentukan oleh siswa yaitu, kasus

korupsi dana purnabakti tahun 1999-2004 karena pada siklus I, para siswa juga

sudah mengkaji dan menganalisis topik yang sama yakni kasus korupsi DPRD

Boyolali meskipun kasusnya berbeda, akan tetapi pada dasarnya siswa sudah

memiliki gambaran-gambaran berkaitan dengan kasus-kasus tersebut.

C.Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan I dan II dapat dinyatakan bahwa

terjadi peningkatan daya kritis siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9: Presentase Daya Kritis Siswa

Presentase

No. Daya kritis siswa

Siklus I Siklus II

1. Kriteria Daya Kritis Rendah44 % 3%

2. Kriteria Daya Kritis Sedang31 % 42%

3. Kriteria Daya Kritis Tinggi 25 % 55 %

Peneliti menyusun rencana guna melaksanakan siklus I. Siklus pertama

merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran PKn dengan

menggunakan model portofolio. Berdasarkan siklus pertama ini dapat

Page 90: Kurniawati Nugroho

75

dideskripsikan hasil pembelajaran PKn dengan model portofolio. Dari deskripsi

tersebut ternyata masih didapat beberapa kekurangan/kelemahan dalam

pelaksanaannya.

Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan

untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran

PKn dengan model portofolio pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus II

dapat dilihat peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I. Pada Siklus

II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan/kekurangan yang terjadi dalam proses

pembelajaran PKn dengan model portofolio pada siklus II. Selain itu, siklus II

merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Dalam siklus ini peneliti

berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama pembelajaran PKn

dengan menggunakan model portofolio. Siklus II menguatkan hasil dari siklus I

bahwa penggunaan model portofolio terbukti dapat meningkatkan daya kritis

siswa pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, peneliti

berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa, yang

berakibat pada meningkatnya daya kritis siswa. Selain itu, penelitian ini juga

bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran

yang efektif dan menarik di kelas. Keberhasilan penggunaan model portofolio

sebagai upaya meningkatkan daya kritis siswa dapat dilihat dari indikator-

indikator sebagai berikut

a) Proses Pembelajaran Menyenangkan dan Menarik

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suwadi dan angket dari siswa

bahwa pembelajaran portofolio pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(Pkn) menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Selain mendapat

teori mata pelajaran juga dapat belajar belajar sambil bermain. Siswa tidak merasa

jenuh dengan pembelajaran yang hanya di kelas tetapi juga ikut turun langsung ke

lapangan mencari data dan informasi, siswa dapat leluasa menuangkan ide dan

pendapat sehingga siswa terdorong untuk aktif, kreatif dan kritis terhadap masalah

yang dikaji. Siswa mendapatkan ruang yang cukup luas untuk berapresiasi dan

berkreasi, dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran portofolio

memberi tantangan tersendiri bagi siswa karena siswa terlibat, mencari,

Page 91: Kurniawati Nugroho

76

mengalami, bahkan menemukan kebermaknaan belajar dan mendapatkan

pengalaman berharga yang tidak didapatkan dalam kelas.

b). Kebermaknaan Belajar

Suatu pembelajaran yang hanya berpusat pada guru tanpa melibatkan

siswa aktif di dalamnya mengakibatkan siswa kurang memiliki kebermaknaan

belajar. Dengan pembelajaran satu arah saja, siswa akan mendapatkan

pengalaman belajar yang sangat terbatas, karena hanya mendengar materi dari

guru. Sheal, Peter (dalam Fajar, 2004:88) mengatakan bahwa siswa belajar 10%

dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50%

dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa

yang dikatakan dan dilakukan. Dengan metode portofolio yang berpusat pada

siswa maka kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna karena siswa

diberikan kebebasan untuk menentukan dan menyelesaikan suatu permasalahan

yang ada di masyarakat.Ini menjadikan pembelajaran portofolio benar-benar

bermakna bagi siswa.

c). Meningkatkan Daya Kritis

Model pembelajaran portofolio mampu mengajak siswa untuk praktek

sebagai warga Negara yang cerdas, terampil dan kritis dalam menanggapi masalah

yang ada di masyarakat sekitar. Mereka belajar untuk memecahkan masalah yang

ada di masyarakat bahkan mereka mencari, mengumpulkan informasi atau data

langsung dari sumbernya. Pembelajaran portofolio melatih siswa untuk berani

tampil di muka umum menyampaikan pendapat dan bertanya pada sumber dengan

pertanyaan yang kritis tanpa diajari guru. Selain itu, pada saat diskusi siswa

mampu membuat kebijakan-kebijakan alternatif yang dapat dijadikan masukan

kepada pemerintah. Dengan lembar pengamatan, guru dapat mengetahui siswa

yang memiliki tingkat kritis yang tinggi dan yang rendah sehingga dapat

memotivasi siswa. Pembelajaran prtofolio di SMP N 1 Mojosonggo Boyolali

khususnya kelas VIII E berjalan cukup sukses dan berhasil meningkatkan daya

kritis siswa.

Page 92: Kurniawati Nugroho

77

D. Indikator Keberhasilan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan

belajar-mengajar di dalam kelas, kemampuan guru dan rencana yang telah

ditetapkan oleh pihak sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara

konvensional dimana guru bertindak sebagai penceramah yang memberikan

materi, berubah menjadi suatu kegiatan dua arah. Peneliti memberikan stimulus

dan siswa merespon stimulus tersebut. Siswa yang tadinya tidak begitu aktif mau

aktif dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan dari peneliti dan

memperhatikan penyampaian materi dari peneliti.

Sedangkan, dari segi kemampuan peneliti semula peneliti masih

mengalami kebingungan untuk membangkitkan siswa agar mau ikut aktif dalam

pembelajaran yang sedang berlangsung, Setelah tindakan penelitian ini, peneliti

mulai dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengaktifkan siswa.

E. Temuan Studi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Penggunaan Metode

Portofolio Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Kritis Siswa Kelas VIII E

SMPN 1 Mojosongo Boyolali”.

Pada pertemuan pertama dalam proses belajar mengajar, peneliti

menerangkan secara klasikal pokok bahasan mengenai “Korupsi” dan sub pokok

bahasan “ pengertian korupsi, dampak korupsi dan undang-undang tentang

korupsi”.

Pada pertemuan kedua siswa melaksanakan identifikasi masalah

(memberikan contoh korupsi yang ada di masyarakat), dari contoh yang mereka

cari dipilihlah Kasus korupsi anggota DPRD Boyolali sebagai kajian kelas

dengan persetujuan bersama. Dilanjutkan dengan mengumpulkan informasi dan

mencari nara sumber yang berkaitan dengan kasus tersebut diatas, dipilihlah

Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pengadilan Negeri Boyolali

sebagai objek survey dan narasumber informasi. Pada pertemuan ke-4 siswa

mengembangkan portofolio kelas yaitu dengan menyusun dan menyelesaikan

Page 93: Kurniawati Nugroho

78

portofolio tayangan dan dokumentasi (pertemuan ke 5-7). Dan puncaknya adalah

pada pertemuan ke-8 yaitu saat gelar kasus (adanya presentasi dan dilanjutkan

tanya jawab oleh masing-masing kelompok) dan refleksi pengalaman belajar yang

bertujuan memberikan kesimpulan tentang pelaksanaan pembelajaran portofolio

yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Metode Pembelajaran

Portofolio dianggap dapat meningkatkan daya kritis siswa yang dalam hal ini

terlihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan

masalah social.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Radno Harsono yang mengemukakan bahwa

kemampuan berfikir kritis meliputi :

1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat

2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara

3. Menguji tingkat kepercayaan

4. Memecahkan masalah

5. Membuat keputusan

6. Mengidentifikasi sebab dan akibat

7. Mempertimbangkan wawasan lain

Page 94: Kurniawati Nugroho

79

BAB VSIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas, kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah

sebagai berikut:

Penggunaan Metode Portofolio sebagai upaya meningkatkan daya kritis

siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali.

Pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang menyenangkan

dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat

bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber

langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain.

Model pembelajaran portofolio belum pernah dilaksanakan di SMPN 1

Mojosongo Boyolali. Penelitian ini merupakan pertama kalinya model

pembelajaran portofolio dilaksanakan di SMPN 1 Mojosongo Boyolali sebagai

upaya untuk meningkatkan daya kritis siswa. Langkah-langkah pembelajaran

portofolio berupa identifikasi masalah; memilih masalah untuk kajian kelas;

mengumpulkan informasi (data); mengembangkan portofolio kelas; menyajikan

portofolio dalam diskusi kelas dan penyajian tayangan dan dokumentasi; serta

merefleksi pengalaman belajar telah dilaksanakan secara terencana dan sistematis.

Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berfikir secara kritis sangatlah

sulit, karena berfikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak

dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya

kritis siswa. Penilaiannya dapat melalui lembar pengamatan daya kritis siswa

dengan mengamati unsur atau indikator daya kritis siswa yang meliputi:

1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat

2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara

3. Menguji tingkat kepercayaan

4. Memecahkan masalah

5. Membuat keputusan

6. Mengidentifikasi sebab dan akibat

7. Mempertimbangkan wawasan lain

Page 95: Kurniawati Nugroho

80

Peningkatan daya kritis siswa tidak hanya dilihat dari meningkatnya daya

kritis siswa secara individu, tetapi juga dari meningkatnya prosentase siswa yang

memiliki daya kritis tinggi. Pada siklus I siswa yang memiliki daya kritis rendah

44 %, siswa yang memunyai daya kritis sedang 31 %, siswa yang memiliki daya

kritis tinggi 25 %. Kemudian pada siklus II siswa yang memiliki daya kritis

rendah 17 %, siswa yang memunyai daya kritis sedang 42 %, siswa yang memiliki

daya kritis tinggi 55 %. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan diatas, serta berbagai fenomena yang ditemukan

berkaitan dengan penelitian ini yakni “Penggunaan Metode Portofolio Sebagai

Upaya Meningkatkan Daya Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mojosongo

Boyolali Tahun Ajaran 2007/2008”.

Dalam pembelajaran portofolio siswa diharapkan dapat lebih mengerti dan

memahami tentang masalah yang dibahas selama proses pembelajaran. Dengan ini

tujuan belajar pembelajaran dapat terwujudkan dengan baik dan benar. Dalam hal

ini tidak hanya guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa

juga dituntut lebih aktif terlebih dalam pembelajaran portofolio. Siswa tidak hanya

mengetahui teori yang dikemukakan guru melainkan pengamatan secara langsung

tentang masalah yang dibahas. Dengan pembelajaran portofolio siswa

memperoleh banyak pengalaman belajar yang sangat bermakna. Pengalaman

tersebut antara lain pengalaman sosial dalam kerja kelompok (cooperation

learning), pengalaman akademik melalui pemecahan masalah (problem solving),

menyusun portofolio dokumen sebagai publikasi yang menarik serta

mempresentasikannya dengan membuat portofolio tayangan. Selain itu siswa

mendapatkan wawasan substansial seperti pemahaman tentang kebijakan publik,

belajar tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat, memahami bagaimana,

menyadari kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap

Page 96: Kurniawati Nugroho

81

masalah publik. Semua itu harus diselesaikan siswa sendiri dan guru hanya

sebagai fasilitator saja. Hal ini menjadikan pembelajaran portofolio benar-benar

bermakna dan dapat meningkatkan daya kritis siswa.

C.SARAN

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian yang dikemukakan diatas dapat

disampaikan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik SMP Negeri 1 Mojosonggo Boyolali

kepada khususnya antara lain sebagai berikut :

1. Model pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran yang

menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan daya kritis siswa. Para guru

dan sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran portofolio dengan

memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana prasarana dan fasilitas yang

ada, terlebih lagi bagi yang kesulitan dalam meningkatkan semangat belajar

siswa.

2. Bagi para siswa dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa aktif dan kritis

agar proses belajar berjalan dengan kondusif dan bermakna sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Masalah dan tantangan dalam kehidupan bermasyarakat

akan lebih banyak dan lebih berat dibanding dengan masalah di kelas.

Page 97: Kurniawati Nugroho

82

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. “Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional” .

Anonim. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata PelajaranPKn. Surakarta : Laboratorium PKn FKIP UNS.

Arnie Fajar. 2005. Portofolio. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dasim Budimansyah. 2003 . Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis

Portofolio. Bandung : PT Ganesindo.

Depdiknas. 2004. Praktek Belajar Pengetahuan Sosial Berbasis Portofolio.

Bandung: CV. Mini Jaya Abadi.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

PKn. Bandung: CV. Mini Jaya Abadi.

H.B Sutopo.2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

J. Gino. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesdional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Page 98: Kurniawati Nugroho

83

Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung : Bumi Aksara.

Radno Harsanto. 2005. Melatih Anak Berfikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta

: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sarwiji Suwandi. 2004. “Penelitian Tindakan Kelas sebagai Strategi Peningkatan

Profesionalisme Guru”, Dalam Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 2,

Desember 2004.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :

Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto,Sudjanto dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Angkasa.

Sumarsono,dkk.2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung:

Alfabeta.

Syahrial Syarbaini. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui

Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Winarno. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta : Universitas Sebelas

Maret.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Page 99: Kurniawati Nugroho

84

Zainal Aqib. 2006. Penelitian tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya.

Zaleha Izhab. 2005. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Page 100: Kurniawati Nugroho

85

Lampiran no. 1

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Bapak Suwadi, S.Pd

Pekerjaan : Guru PKn SMP N 1 Mojosongo

1. Menurut Bapak, apakah kriteria dari proses belajar yang baik?

Jawab : Pembelajaran yang baik dan diharapkan akan memberikan hasil

maksimal adalah pembelajaran yang secara administratif sudah

terencana sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Metode pembelajaran apa saja yang sudah pernah Bapak terapkan di Kelas

VIIIE?

Jawab : Metode pembelajaran yang saya gunakan yang yang standar,

misalnya metode ceramah. Jadi, saya sebagai guru menerangkan dan

para siswa menyimak.selain itu, saya juga biasanya memberikan PR

atau tugas kepada para siswa diakhir jam pelajaran.

3. Kenapa Bapak belum pernah menggunakan metode portofolio?

Jawab : Saya memang belum pernah menggunakan metode tersebut

mengingat waktu yang tersedia tidak imbang dengan jumlah meteri

yang banyak selain itu penerapan metode terebut terlalu rumit.

4. Apakah tanggapan Bapak setelah metode portofolio ini digunakan sebgai

metode pembelajaran di kelas VIII E?

Jawab : Sebelum penerapan model pembelajaran portofolio dapat dikatakan

rendah bila dibandingkan dengan kelas lain. Saat guru menerangkan

tidak ada umpan balik, siswa cenderung pasif, motivasi belajar

rendah. Saat diberi pertanyaan hanya ada beberapa siswa saja yang

menjawab, tidak ada kerja sama kelompok yang baik, hanya siswa

tertentu yang aktif, siswa kurang mengemukakan pendapat, lambat

dalam menganalisa masalah dan membuat keputusan.

Page 101: Kurniawati Nugroho

86

Lampiran no. 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SILKUS I

Nama Sekolah : SMP N 1 Mojosongo, BoyolaliMata Pelajaran : PKnKelas/Semester : VIII/1Standar Kompetensi : Menampilkan ketaatan terhadap Perundang-undangan nasionalKompetensi Dasar :

1 Mengidentifikasi kasus korupsi dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia

2 Mengidentifikasi pengertian anti Korupsi dan instrumen hukum serta kelembagaan di Indonesia

Indikator 1. Menjelaskan pengertian korupsi2. Mengidentifikasi akibat korupsi bagi kehidupan masyarakat3 Menyebutkan contoh dan upaya pemeberantasan

korupsi di Indonesia4 Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi

Alokasi Waktu : 16 x 40 menit ( 8x pertemuan )

A. Tujuan PembelajaranSetelah selesai pembelajaran siswa dapat :1. Menunjukkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia2. Merumuskan pengertian korupsi dengan benar3. Menyebutkan landasan hukum pemberantasan korupsi4. Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi

B. Materi Pokok1. Upaya pemberantasan korupsi2. Landasan hukum pemberantasan korupsi3. Lembaga pemberantasan korupsi

C. TemaKasus korupsi di daerah Boyolali

D. Kontektualisasi Materi (Topik)1. LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya2. Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah3. Dugaan kasus penyalahgunaan untuk pilihan gubernur4. Kasus korupsi di DPRD Boyolali5. Pungutan liar mewarnai pembagian paket konversi di sejumlah wilayah

Page 102: Kurniawati Nugroho

87

klaten6. Korban desak kasus penggelapan uang KPS Giriroto segera dituntaskan

E. Skenario Pembelajaran

Perte-muan

Tahap-tahap Waktu Kegiatan pembelajaran

1 Apersepsi

Inisiasi/Eks-plorasi

10

70

Peneliti menjelaskan tentang meteri berkenaan dengan pokok bahasan kasus korupsi dan upaya pemberantasannya di Indonesia,serta memberikan contoh pada kehidupan nyataPeneliti membimbing dan memotovasi siswa untuk mengemukakan isu/masalah yang berkaitan dengan korupsi yang terjadi di Indonesia

2 Identifikasi & memilih masalah

80 Tes formatifPeneliti meminta siswa untuk mencari Koran yang

berisi artikel berkaitan dengan konsep yang dibahas, menjelaskan portofolio dan langkahnya

Siswa dibagi menjadi 4-8 kelompok masing-masing diberi sumber bacaan sebagai wacana/ sumber dalam menjawab/ mencari solusi sementara terhadap isu/ masalah yang telah dikemukakan siswa

3 Mengumpul-kan Informasi

80 Peneliti melanjutkan materi berikutnya Peneliti membimbing siswa untuk membagi tugas

dalam pencarian informasi atau data diluar kelas sebagai tugas kokuler yang berkenaan dengan masalah yang dikaji

Guru menutup pelajaran4 Mengembang-

kan portofolio kelas

80 Peneliti menanyakan tugas yang diberikan minggu lalu Siswa dibagi 4 kelompok masing-masing diberikan

tugas sebagai berikut:Kelompok I Penjelasan MasalahKelompok II Kebijakan Alternatif untuk mengatasi

masalahKelompok III Usulan kebijakan untuk mengatasi

masalahKelompok IV Rencana Tindakan

Peneliti bersama siswa berdiskusi tentang tugas yang harus dilakukan diluar kalas antara lain :Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara

dengan nara sumber yang berkaitanMengumpulkan data/informasi dari Koran,

internet,lembaga pemerintah,swasta,masyarakatMenyusun laporan

5,6&7 Penyusunan & 80 Peneliti menanyakan tugas minggu lalu

Page 103: Kurniawati Nugroho

88

pembuatan portofolio

Peneliti memancing siswa untuk aktif dalam diskusi dan kerja kelompok

Peneliti membimbing untuk memilah,mengkaji dan merumuskan data/ informasi yang didapat

Peneliti membimbing siswa dalam penyusunan portofolio tayangan dan dokumentasi

Peneliti dan siswa berdiskusi merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Show Case

Peneliti menutup pelajaran8 Gelar

kasus(Show Case) & refleksi pengalaman belajar.Catatan1Show Case

dilaksanakan setelah siswa menyelesai-kan tugasnya dalam membuat/me-nyusun portofolio tayangan dan dokumentasi

2Waktu Menyesuai-kan kesiapan siswa

80 Peneliti menanyakan kesiapan siswa Peneliti menjelaskan pada juri tentang tugasnya Peneliti bertindak sebagai moderator,mempersiapkan

dewan juri (guru lain) untuk mengamati portofolio baik tayangan maupun dokumentasi

Peneliti mempersiapkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih 5menit dan dilanjutkan sesi tanyajawab dengan dewan juri kurang lebih 10menit. Selanjutnya sampai kelompok IV

Setelah seluruh peserta menyajikan secara lisan portofolionya,peneliti mempersilahkan siswa untuk beristirahat

Pengumuman pemenang oleh dewan juri dan pemberian hadiah/penghargaan

Peneliti menutup acara Show Case Peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan

pedoman pertanyaan dalam langkah model pembelajaran portofolio

Peneliti dan siswa menyimpulkan

F. Sumber Alat/ BahanBudimansyah, Dasim.2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.

Bandung :PT.Ganesindo.Fajar, Arni.2004. Portofolio : Dalam Pembelajaran IPS. Bandung :

PT.Remaja Rosdakarya.Wiyono, Hadi.2007. Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact.Tim. 2008. LKS Pendidikan Kewarganegaraan. Boyolali : CV.Harapan

Baru.

G. PenilaianPenilaian Proses (selama Proses Pembelajaran)Penilaian Produk (portofolio tampilan, presensi, dokumentasi)

Page 104: Kurniawati Nugroho

89

Boyolali, Juli 2008

MengetahuiGuru Pengampu

Guru Praktikan

Suwadi,S.PdNIP 131 647 783

Kurniawati NugrohoK6404037

Page 105: Kurniawati Nugroho

90

Lampiran no. 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II

Nama Sekolah : SMP N 1 Mojosongo, BoyolaliMata Pelajaran : PKnKelas/Semester : VIII/1Standar Kompetensi : Menampilkan ketaatan terhadap Perundang-undangan nasionalKompetensi Dasar :

1.Mengidentifikasi kasus korupsi dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia

2. Mengidentifikasi pengertian anti Korupsi dan instrumen hukum serta kelembagaan di Indonesia

Indikator 1. Mengembangkan sikap mematuhi perundang-undangan dalam kehidupan di sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara

2. Menjelaskan pengertian korupsi3. Mengidentifikasi akibat korupsi bagi kehidupan

masyarakat 4. Menyebutkan contoh dan upaya pemeberantasan

korupsi di Indonesia 5. Menyebutkan dasar hukum pemberantasan dan

pencegahan korupsi 6. Menyebutkan lembaga pemberantasan anti korupsi

Alokasi Waktu : 16 x 40 menit ( 8x pertemuan )

A. Tujuan PembelajaranSetelah selesai pembelajaran siswa dapat :

1. Menunjukkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia2. Merumuskan pengertian korupsi dengan benar3. Menyebutkan landasan hukum pemberantasan korupsi4. Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi

B. Materi Pokok1. Upaya pemberantasan korupsi2. Landasan hukum pemberantasan korupsi3. Lembaga pemberantasan korupsi

C. TemaKasus korupsi di daerah Boyolali

D. Kontektualisasi Materi (Topik)1. Korupsi Ketua DPRD Boyolali Tahun 1999-2004

Page 106: Kurniawati Nugroho

91

E. Skenario PembelajaranPerte-muan

Tahap-tahap Waktu Kegiatan pembelajaran

1 Apersepsi

Identifikasi & memilih masalah

50

30

Peneliti menjelaskan tentang pembelajaran dengan model portofolio secara detail kepada siswa kemudian memberikan tugas sesuai dengan kelompok masing-masingPeneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat. Siswa memilih kasus korupsi yang ada di DPRD Boyolali

2 Mengumpulkan informasi

80 Peneliti meminta masing-masing kelompok untuk menunjukkan tugasnya dan menjelaskan apabila ada kekurangan-kekurangan dan memberi tahu apa saja yang harus dikerjakan lagiPeneliti melanjutkan materi berikutnya

3 Mengembang-kan portofolio kelasPenyusunan & pembuatan portofolio

80 Peneliti membimbing siswa dalam pembuatan portofolio yang akan di presentasikan pada saat gelar kasus berkenaan dengan masalah yang dikajiPeneliti mengadakan ulangan harianPeneliti penutup pelajaran dan mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh

4 Gelar kasus(Show Case) & refleksi pengalaman belajar.Catatan1Show Case

dilaksanakan setelah siswa menyelesai-kan tugasnya dalam membuat/me-nyusun portofolio tayangan dan dokumentasi

2Waktu Menyesuai-kan kesiapan siswa

80 Guru menanyakan kesiapan siswa Guru menjelaskan pada juri tentang tugasnya Guru bertindak sebagai moderator,mempersiapkan

dewan juri (guru lain) untuk mengamati portofolio baik tayangan maupun dokumentasi

Guru mempersiapkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih 5menit dan dilanjutkan sesi tanyajawab dengan dewan juri kurang lebih 10menit. Selanjutnya sampai kelompok IV

Setelah seluruh peserta menyajikan secara lisan portofolionya,guru mempersilahkan siswa untuk beristirahat

Pengumuman pemenang oleh dewan juri dan pemberian hadiah/penghargaan

Guru menutup acara Show Case Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan pedoman

pertanyaan dalam langkah model pembelajaran portofolio

Guru dan siswa menyimpulkan

Page 107: Kurniawati Nugroho

92

F. Sumber Alat/ BahanBudimansyah, Dasim.2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.

Bandung :PT.Ganesindo.Fajar, Arni.2004. Portofolio : Dalam Pembelajaran IPS. Bandung :

PT.Remaja Rosdakarya.Wiyono, Hadi.2007. Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact.Tim. 2008. LKS Pendidikan Kewarganegaraan. Boyolali : CV.Harapan

Baru.

G. PenilaianPenilaian Proses (selama Proses Pembelajaran)Penilaian Produk (portofolio tampilan, presensi, dokumentasi.

Boyolali, Juli 2008

MengetahuiGuru Pengampu

Guru Praktikan

Suwadi,S.PdNIP 131 647 783

Kurniawati NugrohoK6404037

Page 108: Kurniawati Nugroho

93

Lampiran no. 4

HASIL REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR

No. Pertanyaan Pengalaman Belajar

1. Apa yang kalian

pelajaridanperolehdari

belajar diluar kelas?

Mengetahui Tugas dan Tanggungjawab instansi

pemerintahan(DPRD dan Pengadilan Negeri)

Bagaimana menyelesaikan permasalahan

Bagaimana memilih wakil rakyat yang

berkualitas

2. Apa yang kalian

pelajari tentang

kebijakan publik ?

Memahami cara membentuk kebijakan publik

Masalah publik merupakan masalah bersama

Pengetahuan tentang kebijakan publik

bertambah

Memahami kebijakan publik secara lebih baik

3. Keterampilan apa

yang siswa peroleh

dari pembelajaran

portofolio ?

Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan mengumpulkan informasi

Keterampilan berkomunikasi, berdiskusi

Keterampilan bekerjasama, bermusyawarah

Keterampilan Mempengaruhi orang lain

Keterampilan Berbicara di depan umum

Keterampilan Membuat keputusan

4. Apa keuntungan

belajar secara

berkelompok ?

Banyak memperoleh masukan dalam

menyelesaikan masalah

Saling Bantu membantu, tugas cepat selesai

Melatih bekerjasama dan demokratis dalam

menyelesaikan masalah

5. Apa kerugian belajar

secara berkelompok ?

Tidak semua siswa aktif, ada yang

menggantungkan tugas dan tanggungjawab

kepada orang lain

Jika terlalu banyak pendapat akan kesulitan

Page 109: Kurniawati Nugroho

94

mencari kesepakatan

6. Apa yang akan

dilakukan kelas

dengan lain di

kemudian hari ?

Mengerjakan sebaik mungkin

Meningkatkan upaya dalam mencari informasi

Melakukan persiapan yang lebih matang

Memilih masalah kajian kelas yang aktual

Guru Pengampu Peneliti

Suwadi S.Pd Kurniawati Nugroho

NIP. 131 647 783 K6404037