Upload
vonguyet
View
235
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI DENGAN BAHAN
PENGENCER TRIS KUNING TELUR DAN AIR KELAPA MUDA
PADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
WA ICA
NIM. L1A1 11 031
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ii
KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI DENGAN BAHAN
PENGENCER TRIS KUNING TELUR DAN AIR KELAPA MUDA
PADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Peternakan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana pada jurusan Peternakan
Oleh:
WA ICA
NIM. L1A1 11 031
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA
SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA
SANKSI SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Oktober 2016
WA ICA
NIM. L1A1 11 031
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kualitas Spermatozoa Sapi Bali dengan Bahan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda pada
Lama Penyimpanan yang Berbeda
Nama : Wa Ica
NIM : L1A1 11 031
Jurusan/Fakultas : Peternakan/Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si. Achmad Selamet Aku, S. Pt., M.Si.
NIP. 19621231 199103 1 021 NIP. 19720714 200012 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan, Ketua Jurusan Peternakan
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc.
NIP. 19690212 199403 1 003 NIP. 19731231 199903 1 005
Tanggal lulus : 25 Oktober 2016
v
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul : Kualitas Spermatozoa Sapi Bali dengan Bahan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda pada
Lama Penyimpanan yang Berbeda
Nama : Wa Ica
NIM : L1A1 11 031
Jurusan/Fakultas : Peternakan/Peternakan
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai
saran-saran saat ujian
Kendari, 28 Oktober 2016
Tim Penguji:
Ketua : Dr. Ir. La Ode Ba’a, M.P. ........................................
Sekretaris : Syam Rahadi, S.Pt., M.P. ........................................
Anggota : Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si. ........................................
Anggota : Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si. ........................................
Anggota : Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. ........................................
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Wa Ica, dilahirkan pada 23 April 1991 di
Lapokainse, Kec. Kosambi, Kab. Muna Barat. Penulis
adalah anak keempat yang merupakan anak perempuan
tunggal dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak La
Dati dan Ibu Wa Ngkobala.
Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh penulis dan
diselesaikan pada tahun 2004 di SD Madrasah Ibtidaiyah
Kosambi, Kabupaten Muna Barat. Pendidikan Menengah Pertaman diselesaikan
pada tahun 2008 di MTs negeri Kusambi, Kabupaten Muna Barat dan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2011 di SMK Negeri 1 Kusambi.
Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi pada tahun 2011 dan
diterima sebagai mahasiswa di Universits Halu Oleo melalui jalur SNMPTN.
Selama masa perkuliahan, penulis mendapatkan bantuan Beasiswa Pendidikan
Mahasiswa Miskin (BIDIKMISI) selama 4 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswa
aktif di Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
vii
ABSTRAK
WA ICA (L1A1 11 031): Kualitas Spermatozoa Sapi Bali dengan Bahan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda pada Lama Penyimpanan
yang Berbeda. Dibimbing oleh Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si. sebagai Pembimbing
I dan Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. sebagai Pembimbing II.
Sapi bali merupakan plasma nutfah Indonesia yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan. Teknologi IB pada sapi bali melibatkan penggunaan
pengencer semen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian tris kuning telur dan air kelapa muda terhadap kualitas spermatozoa
sapi bali pada lama penyimpanan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan sapi
bali sebanyak 1 ekor dengan bahan pengencer tris kuning telur dan air kelapa
muda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini menggunakan pengencer tris kuning telur
dengan penambahan air kelapa 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari total volume
pengencer. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas semen segar sapi bali
pada penelitian ini baik secara makroskopis maupun mikroskopis sangat bagus
dengan warna semen segar yaitu krem, berbau khas amis, pH normal (7), volume
ejakulat 4 ml, konsistensi kental, konsentrasi 1,5 x 109 sel/ml, gerak massa +++,
motilitas 85% dan daya hidup 88%. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa
penggunaan pengencer tris kuning telur dengan level penambahan air kelapa
muda yang berbeda pada lama penyimpanan yang berbeda tidak menunjukan
pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tris kuning
telur dan subtitusi sebagian pengencer tris kuning telur dengan air kelapa muda
dapat mempertahankan kualitas spermatozoa.
Kata Kunci: sapi bali, plasma semen, spermatozoa, tris kuning telur, dan air
kelapa
viii
ABSTRAK
WA ICA (L1A1 11 031): The Spermatozoa Quaility of Bali Cattle with Tris-Egg
Yolk Thinner and Coconut Water on Different Storage Time. Supervised by La
Ode Nafiu and Achmad Selamet Aku
Bali cattle was Indonesia local cattle that had big potent to be developed.
Artificial insemination (AI) technology on Bali cattle involves the using of sperm
diluents. The aim of this research was to understand effect of addition of tris-egg
yolk and coconut water on spermatozoa quality at different storage time. This
research used Bali cattle and tris-egg yolk with coconut water as the diluents
substrate. This study used completely randomized design with 5 treatments and 3
replications. Treatments of this study used tris-egg yolk thinner with addition of
coconut water as much 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% of total of thinner volume.
Result of this research showed that fresh sperm quality of Bali cattle was good
both by macroscopic and microscopic indicated by cream sperm color, distinctive
odor, normal pH (7), ejaculate volume were 4 ml, thick consistency, concentration
of spermatozoa were 1.5 x 109 cells/ml, mass motility were +++, individual
motility was 85%, viability was 88%. Result of statistical analysis showed that
application of tris-egg yolk thinner with different level of addition coconut water
at different time storage has real effect on motility and viability of spermatozoa.
Based on the result, it could be concluded that application of tris-egg yolk and
partial substitution of tris-egg yolk thinner with coconut water can sustain the
quality of spermatozoa.
Key word: bali cattle, seminal plasma, sperm, spermatozoa, tris-egg yolk, and
coconut water
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam juga senantiasa
tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW atas perjuangan beliaulah
yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah atau kebodohan
kepada cahaya Islam.
Skripsi yang berjudul “Kualitas Spermatozoa Sapi Bali dengan Bahan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda pada Lama Penyimpanan
yang Berbeda”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu tahapan sekaligus syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak
Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak
Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku Pembimbing II, atas segala bantuan,
bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis untuk
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan penuh rasa
hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta
La Dati dan Ibunda tercinta Wa Ngkobala atas segala cinta, kasih sayang,
perhatian, doa dan perngorbanan yang tidak pernah bisa terukur.
Melalui kesempatan ini pula tanpa mengurangi rasa hormat dan
penghargaan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu
Oleo, Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Peternakan dan Bapak La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc., selaku Ketua
Jurusan Peternakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo.
x
2. Bapak Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si. selaku Penasehat Akademik yang
senantiasa membimbing dan membantu kelancaran penulis selama
mengikuti perkuliahan.
3. Bapak Syam Rahadi, S.Pt., M.P., Bapak Dr. Ir. La Ode Ba’a, M.P., Ibu
Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si., Bapak Dr. Ir. La Ode Nafiu, M.Si.,
dan Bapak Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku dosen penguji atas
kesediaannya menguji, memberikan saran dan koreksinya kepada penulis
demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Peternakan yang tidak dapat disebut satu
persatu yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai
bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf yang telah melayani dengan baik
dan memberikan bantuan selama penulis melakukan pengurusan segala
administrasi perkuliahan.
5. Teman-teman Angkatan 2011: Siti Murni Syafiu, S.Pt., Erfin, S.Pt.,
Sarpen, S.Pt., Sumarni, S.Pt., Marniati, S.Pt., Hajar, S.Pt., Iva Armila, S.Pt.,
Kresno Dwi Atm., S.Pt., Ridwan, S.Pt., Mahfud, S.Pt., Muh. Zikrullah,
S.Pt.,, Jandi Muh. L., S.Pt., Jumardi, S.Pt., Muh. Edy Suryono, S.Pt.,
Usman, S.Pt., Herwanto Teni, S.Pt., Adi Saputro, S.Pt., dan Fakhrul Arifin
Nasution, S.Pt.,. Terima kasih atas kebersamaan yang indah selama di
bangku kuliah serta motivasi dan inspirasi tiada henti.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak,
terutama dalam pengembangan IPTEK dibidang peternakan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Kendari, Oktober 2016
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................................... 4
1. Sapi Bali ............................................................................................ 4
2. Spermatozoa ...................................................................................... 5
3. Morfologi Spermatozoa ...................................................................... 7
4. Evaluasi Kualitas Spermatozoa ........................................................ 9
5. Kandungan Tris Kuning Telur .......................................................... 12
6. Kandungan Air Kelapa ...................................................................... 13
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 14
C. Hipotesis ................................................................................................. 16
xii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 17
B. Materi Penelitian .................................................................................... 17
1. Bahan Penelitian ................................................................................. 17
2. Peralatan Penelitian ............................................................................ 17
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 17
1. Persiapan Penampungan Semen ........................................................ 17
2. Penampungan Semen ........................................................................ 18
3. Pengamatan Semen Segar ................................................................. 18
4. Pembuatan Tris Kuning Telur .......................................................... 19
5. Pencampuran Bahan Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa
Muda .................................................................................................. 19
6. Komposisi Pengencer ........................................................................ 19
D. Rancangan Penelitian ............................................................................ 20
E. Variabel Penelitian ................................................................................. 21
1. Evaluasi Makroskopis ....................................................................... 21
2. Evaluasi Mikroskopis ........................................................................ 22
E. Analisis Data .......................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Semen Segar ........................................................................... 24
1. Kualitas Makroskopis ....................................................................... 24
2. Kualitas Mikroskopis ........................................................................ 27
B. Pengaruh Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda terhadap Daya
Hidup Spermatozoa ................................................................................ 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 34
B. Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Komponen Kimiawi Semen Sapi ............................................................... 8
2. Komposisi Pengencer Semen Penelitian .................................................... 20
3. Rataan Kualitas Makroskopis Semen Segar Sapi Bali ............................... 24
4. Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Sapi Bali ........................................... 27
5. Rataan Persentase Motilitas Spermatozoa Sapi Bali dengan
Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa .................... 30
6. Rataan Daya Hidup Spermatozoa Sapi Bali dengan Menggunakan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa ............................................ 32
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 37
2. Prosedur Pembuatan Pengencer Semen ................................................. 39
3. Data Penelitian ....................................................................................... 40
4. Analisis Data Penelitian ......................................................................... 41
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi bali merupakan plasma nutfah Indonesia yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan sebagai sumber ketersediaan daging. Kelebihan sapi bali
adalah memiliki cita rasa yang lebih disukai oleh masyarakat. Sapi bali
mempunyai keterbatasan pejantan unggul dan terjadinya perkawinan silang
dengan bangsa lain karena dipelihara secara umbaran. Pemeliharaan secara
umbaran dapat menyebabkan perkawinan alam yang tidak terkendali sehingga
memungkinkan terjadinya perkawinan antar bangsa. Oleh karena itu, guna
mempertahankan kemurnian sapi bali perlu dilakukan upaya manipulasi
bioteknologi reproduksi, salah satunya dengan Inseminasi Buatan.
Sapi bali adalah hasil domestikasi dari Banteng (Bibos banteng) habitat
aslinya di pulau bali. Sapi bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses
domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan
Lombok. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed), didasarkan atas
sekumpulan persamaan karakteristik tersebut yang sama. Atas dasar karakteristik
tersebut, sapi dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies
yang sama. Usaha pemeliharaan sapi bali secara tradisional dengan sistem umbar
menyebabkan perkembangan dan kesehatan sulit dikontrol. Pemeliharaan ini juga
memungkinkan terjadinya perkawinan dalam satu kerabat sehingga menghasilkan
keturunan yang homozigot resesif, yakni individu yang memiliki kemampuan
produksi dan reproduksi rendah.
2
Inseminasi buatan merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan
efektif dalam penggunaan semen pejantan unggul untuk membuahi sapi betina
dalam jumlah banyak dibandingkan dengan perkawinan alam. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah kualitas semen pejantan unggul yakni
karakteristik semen yang dapat dinilai melalui pemeriksaan secara makroskopis
maupun mikroskopis.
Keberhasilan IB dipengaruhi oleh penampungan, penyimpanan,
pengenceran semen, kesuburan betina dan kualitas semen sapi bali sangat
diperhatikan. Upaya peningkatan kualitas semen sapi bali dapat dilakukan dengan
memberikan. tris kuning telur dan lesitin kelapa. tris kuning telur dan air kelapa
muda dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas spermatozoa sapi bali.
Air kelapa muda adalah cairan isotonis alami yang banyak digunakan
sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang, mencegah keracunan khususnya
keracunan mineral.Air kelapa muda mengandung glukosa, mineral, vitamin dan
protein. Hal ini menyebabkan air kelapa muda banyak digunakan sebagai
pengencer semen terutama pada sapi dan kambing. Bahan-bahan yang terkandung
di dalam air kelapa muda dapat menyediakan kebutuhan fisik dan kimiawi
spermatozoa sehingga dapat mempertahankan fertilitas dan daya hidup
spermatozoa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dapat dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana kualitas spermatozoa sapi bali yang diencerkan
3
menggunakan tris kuning telur dan air kelapa muda pada lama penyimpanan yang
berbeda.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tris
kuning telur dan air kelapa muda terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pada
lama penyimpanan yang berbeda. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah
memperkaya pilihan bahan pengencer spermatozoa untuk mempertahankan
viabilitas spermatozoa sapi bali.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sapi Bali
Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia dengan populasi
yang cukup besar. Pada tahun 2011, populasi sapi potong di Indonesia adalah
14.824.373 ekor, dimana 4.789.777 ekor merupakan sapi bali (BPS, 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa posisi sapi bali dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional
sangat strategis, sehingga upaya peningkatan populasi dan peningkatan mutu
genetik tetap harus diupayakan (Ishak, 2011). Taksonomi sapi bali yaitu :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Infra Class : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminantia
Infra Prdo : Pecora
Family : Bovidae
Genus : Bos (cattle)
Spesies : Bos javanicus (banteng/sapi bali)
Sapi bali memiliki bibir dan ekor hitam, dan kaki berwarna putih dari lutut
ke bawah, dan terdapat warna putih di bawah paha dan bagian oval yang putih
yang jelas pada bagian pantat. Pada bagian punggung selalu terdapat garis hitam
yang jelas, dari bahu dan berakhir di atas ekor. Warna pada ternak jantan lebih
gelap daripada ternak betina, warna bulu menjadi coklat tua sampai hitam pada
5
saat mencapai dewasa. Sapi bali memiliki bulu pendek, halus, licin, kulit
berpigmen dan halus, dan kepala lebar dan pendek (Williamson dan
Payne, 1993).
Penelitian mengenai sapi bali telah banyak dilakukan diantaranya adalah
potensi dan keragaman genetik sapi bali (Noor dkk., 2001). Sapi bali merupakan
tipe sapi yang kecil namun peluang pengembangannya sangat potensial karena
dapat dipelihara pada padang penggembalaan ekstensif dengan kualitas rumput
rendah, tetapi kemampuan reproduksi dan adaptasi yang tinggi (Talib, 2002).
Rataan bobot lahir sapi bali secara umum 18,4 ± 1,6 kg, namun ada variasi kisaran
bobot jantan dan betina yaitu pada jantan 10,5 sampai 22 kg rataan 18,9 ± 1,4
sementara betina bobot lahir 13 sampai 26 kg rataan 17,9 ± 1,6 dengan lama
kebuntingan 284,4 ± 5,7 (Prasojo dan Muhamad, 2010).
Perbaikan mutu genetik sapi bali yang sekaligus sebagai upaya
menghasilkan bibit unggul dan mempertahankan keberadaannya dilakukan
melalui program seleksi dan pengaturan perkawinan yang jelas arah dan tujuannya
serta berkelanjutannya. Upaya perbaikan mutu genetik mencakup aspek
pelestarian, peningkatan performans produksi dan reproduksi serta populasinya
secara terintegrasi (Hakim, 2010).
2. Spermatozoa
Spermatozoa merupakan suatu sel kecil, kompak, khas yang tidak
bertumbuh atau membagi diri. Secara umum terdiri dari kepala yang membawa
materi herediter paternal dan ekor yang mengandung sarana penggerak. Ukuran
dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan tetapi struktur
6
morfologinya sama. Pada bagian permukaan spermatozoa dibungkus oleh suatu
membran lipoprotein yang apabila sel mati permeabilitas membrannya akan
meninggi terutama di daerah pangkal kepala dan hal ini merupakan dasar
pewarnaan semen yang membedakan spermatozoa hidup dan mati
(Feradis, 2010).
Pada hakekatnya spermatozoa merupakan bagian dari semen. Semen
tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu; spermatozoa dan sel-sel jantan yang
bersuspensi di dalam suatu cairan yang disebut dengan plasma semen
(Toelihere, 1985).
Semen berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti biji. Semen dalam
ilmu reproduksi diartikan sekresi kelamin jantan yang secara normal di
ejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, dan dapat juga
ditampung dalam tempat sementara sebagai inseminasi buatan (Partodiharjo,
1992). Spermatozoa sendiri dihasilkan didalam testis yang disebut dengan tubuli
semiferus, sedangkan plasma semen adalah campuran seksresi yang dibuat oleh
epididimis dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar vasikularis dan
kelenjar prostat. Reproduksi spermatozoa atau plasma semen keduanya dikontrol
dengan hormon (Toelihere, 1985).
Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogonium bermitosis menjadi spermatosit primer spermatosit primer
bermiosis menjadi spermatosit sekunder, spermatosit sekunder bermiosis menjadi
spermatid. Spermatid mengalami metamorphose menjadi spermatozoa.
7
Spermatozoa keluar dari testis menjadi saluran vas efferens, ductuss epididymis,
vas defferent, urethra dan penis (Ihsan, 2010).
3. Morfologi spermatozoa
Spermatozoa yang normal memiliki kepala, badan dan ekor, bagian depan
dinding kepala (yang mengandung asam dioxyribonucleus, di dalam kromosom),
tampak sekitar 2/3 bagian tertutup akrosom. Tempat sambungan dasar akrosom
dan kepala disebut cincin nukleus.Diantara kepala dan badan terdapat sambungan
pendek, yaitu leher yang berisi sentriole proximal, yang disebut galea
capitis.Galea capitis ini penting dalam proses fertilisasi. Bagian leher dari
spermatozoa merupakan bagian yang paling lemah dan mempunyai panjang kira-
kira 0,5 mikron. Leher ini menghubungkan kepala dan bagian tubuh. Bagian ekor
spermatozoa meruncing dan membentuk filament terminal yang mempunyai
panjang kira-kira 5 sampai 10 mikron (Feradis, 2010).
Semen berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti biji. Semen dalam
ilmu reproduksi diartikan sekresi kelamin jantan yang secara normal di
ejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, dan dapat juga
ditampung dalam tempat sementara sebagai inseminasi buatan
(Partodiharjo,1992). Spermatozoa sendiri dihasilkan didalam testis yang disebut
dengan tubuli semiferus, sedangkan plasma semen adalah campuran seksresi yang
dibuat oleh epididimis dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar
vasikularis dan kelenjar prostat. Reproduksi spermatozoa atau plasma semen
keduanya dikontrol dengan hormon (Toelihere, 1985).
8
Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Proses
spermatogenesis diawali dari spermatogonium yang bermitosis menjadi
spermatosit primer, kadang-kadang dinyatakan sebagai pusat genetik aktivitas
spermatozoa. Bagian badan dimulai dari leher dan berlanjut ke cincin sentriole.
Bagian badan dan ekor mampu bergerak bebas, meskipun tanpa kepala. Ekor
berupa cambuk, membantu mendorong spermatozoa untuk bergerak maju
(Salisbury, 1985).
Bagian kepala spermatozoa terdiri dari inti dan akrosom dan perbandingan
antara akrosom dan inti adalah sepertiga dari kepala dibentuk oleh akrosom dan
dua pertiganya dibentuk oleh inti. Perbandingan ini terlihat bila spermatozoa
diamati di bawah mikroskop elektron. Dalam akrosom dapat dijumpai satu sampai
tiga buah vakuola dengan besar yang berbeda-beda. Akrosom dilindungi oleh
sebuah lapisan yang tipis dan transparan yang motilitas, dan gerakan masa
spermatozoa ( Toelihere, 1985).
Tabel 1. Komponen Kimiawi Semen Sapi
Komposisi semen Satuan mg(mg/ 100 ml)
PH
Air, g 100/ml
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Klorida
6,9 (6,4-7,8)
90 (87-95)
230 (240-280)
140 (80-210)
44 (35-60)
9 (7-12)
180 (110-290)
9
4. Evaluasi kualitas spermatozoa
Kualitas reproduksi sapi bali dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
umur, genetik, lingkungan dan pakan. Setiap spesies memiliki sifat semen yang
berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada volume, kekentalan, konsentrasi
spermatozoa, bau, warna, motilitas dan gerakan massa spermatozoa.
(Toelihere, 1985).
a. Evaluasi makroskopis
1. Volume
Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung
penampung semen yang berskala. Semen sapi dan domba mempunyai volume
rendah tetapi konsentrasi spermatozoa tinggi sehingga memperlihatkan warna
krem atau warna susu. Semen kuda dan babi merupakan cairan yang lebih
voluminous dan lebih putih karena konsentrasi spermatozoa rendah. Volume
semen per ejakulat berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan
makanan, frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain. Pada umumnya,
hewan muda yang berukuran kecil dalam satu spesies menghasilkan volume
semen yang rendah. Ejakulasi yang sering menyebabkan penurunan volume dan
apabila dua ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka umumnya
ejakulat yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah (Feradis,2010).
Volume semen sapi antara 5-8 ml, domba 0,8-1,2 ml, babi 150-200 ml, dan
kuda 60-100 ml. Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila disertai dengan
konsentrasi yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia
(Feradis, 2010).
10
2. Warna dan Konsistensi
Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan
keruh. Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen yang normal dengan warna
kekuning-kuningan, yang disebabkan oleh riboflavin yang dibawa oleh satu gen
autosom resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas (Feradi., 2010).
Adanya kuman-kuman Pseudomonas Aeruginosa di dalam semen sapi dapat
menyebabkan warna hijau kekuning-kuningan apabila semen dibiarkan di suhu
kamar. Gumpalan-gumpalan, bekuan dan kepingan-kepingan di dalam semen
menunjukkan adanya nanah yang umumnya berasal dari kelenjar-kelenjar
pelengkap dari ampula. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda
menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran
kelamin urethra atau penis. Warna kecoklatan menunjukkan adanya darah yang
telah mengalami dekomposisi. Warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan
menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan feses (Feradis, 2010).
Warna, dan konsistensi berkaitan satu sama lainnya. Bila warna semakin
pudar, maka konsistensi spermatozoa semakin rendah dan semen akan semakin
encer. Aerens dkk, (2012) menyatakan bahwa hasil pemeriksaan konsistensi
semen segar yang dilakukannya mempunyai persentase yang bervariasi antar
bangsa. Hal ini disebabkan oleh perbedaan rata-rata konsentrasi dan volume
semen segar yang berbeda. Sapi bali mempunyai volume semen yang tinggi
namun mepunyai konsentrasi semen yang rendah sehingga semen segar yang
mempunyai konsistensi sedang persentasenya tinggi. Savitri (2014) menambahkan
bahwa konsistensi atau kekentalan semen segar sapi bali yang bagus adalah pekat.
11
3. pH
Pada umumnya, spermatozoa sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH
sekitar 7,0. Motilitas partial dapat dipertahankan pada pH antara 5 sampai
10.Walaupun spermatozoa segera dimobiliser oleh kondisi-kondisi asam, pada
beberapa spesies dapat dipulihkan kembali apabila pH dikembalikan ke netral
dalam waktu satu jam. Spermatozoasapi dan domba yang menghasilkan asam
laktat dalam jumlah yang tinggi dan metabolisme fruktosa plasma seminalis,
sehingga penting untuk memberikan unsur penyangga seperti garam phospat,
sitrat bikarbonat di dalam medium (Toelihere, 1985).
b. Evaluasi mikroskopis
1. Konsentrasi
Pada sapi dan domba mempunyai konsistensi kental berwarna krem,
sedangkan semen kuda dan babi cukup encer dan berwana terang sampai kelabu.
Pada sapi konsistensi kental dan berwarna krem mempunyai konsentrasi 1.000
juta sampai 2.000 juta atau lebih sel spermatozoa per ml, konsisitensi encer
berwarna susu memiliki konsentrasi 500 juta sampai 600 juta sel spermatozoa per
ml, semen yang cairan berawan atau sedikit kekeruhan memiliki konsentrasi
sekitar 100 sampai 50 juta spermatozoa per ml (Feradis, 2010).
2. Gerak
1. Gerakan massa
Menurut Salisbury dan VandenMark (1985) sesuai dengan bentuk morfologi
spermatozoa dan pola metaboliknya yang khusus dengan dasar produksi energi
12
spermatozoa hidup dapat mendorong dirinya sendiri maju ke depan di dalam
lingkungan zat cair. Motilitas telah sejak lama dikenal sebagai alat untuk
memindahkan spermatozoa melalui saluran reproduksi hewan betina. Transpor
kilat spermatozoa dari serviks ke infundibulum terjadi secara otomatik (meski
pada spermatozoa tidak motil) karena rangsangan oxitocyn, terhadap konsentrasi
saluran reproduksi. Motilitas spermatozoa di dalam infundibulum bertugas
sebagai alat penyebaran spermatozoa secara acak ke seluruh daerah saluran
kelamin betina, dimana terdapat ovum yang mampu dibuahi, jadi menjamin
kepastian secara statik pertemuan spermatozoa dengan ovum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur spermatozoa, maturasi
(pematangan) spermatozoa, penyimpanan energi ATP (Adenosin Triphosfat),
agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan
hambatan (Hafez, 2000).
5. Kandungan Tris Kuning Telur
Bahan pengencer Tris Kuning Telur terdiri dari Tris aminomethane, asam
sitrat monohidrat, kristal glukosa, kuning telur, penicillin, strepromycin dan
aquabidestilata. Tris aminomethane berfungsi sebagai buffer dan
mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit.Kuning telur
berfungsi melindungi spermatozoa terhadap cold shock dan sebagai sumber energi
(Triana, 2005).
Sekitar 30% dari berat telur adalah bagian dari kuning telur.Kuning telur
memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibanding putih telur. Komposisi
kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin
13
(Sarwono, 1995). Protein telur termasuk sempurna karena mengandung semua
jenis asam amino esensial dalam jumlah yang cukup seimbang (Haryanto, 1996).
Menurut Toelihere (1985). Kuning telur mengandung lipoprotein dan lechitin
yang mempertahankan dan melindungi integritas dan selubung lipoprotein dari sel
spermatozoa dan mencegah cold shock. Menurut Hafez (1987) mengenai daya
guna telur ayam sebagai pengencer semen sangat berharga dan pada dewasa ini
penggunaannya meluas ke seluruh dunia. Tetapi pada kuning telur juga terdapat
zat yang dapat merusak fertilitas spermatozoa sehingga bisa menjadi racun bagi
spermatozoa dan juga zat-zat yang dapat mencegah kerusakan spermatozoa
selama proses pendinginan (Situmorang, 1991).
6. Kandungan air kelapa
Pada setiap butir kelapa mengandung air sebanyak 300 ml pada kelapa
dalam dan 230 ml pada kelapa hibrida dengan bobot jenis rata-rata 1,02 dan pH
agak asam (pH 5,6). Selain karakteristik cita rasa yang khas, air kelapa merupakan
kandungan cairan yang memiliki gizi terutama mineral yang sangat baik untuk
tubuh manusia. Secara khusus air kelapa kaya akan kalsium. Selain mineral, air
kelapa mengandung gula (1,7-2,6%) dan protein (0,14-0,2%) sehingga air kelapa
berpontensi dijadikan bahan baku produk pangan dan minuman (Hidayat et al.,
2010).
Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2%, lemak 0,15%,
karbohidrat 7,27%, gula, vitamin, elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan
gula maksimun 3 gram per 100 ml air kelapa (Warisno, 2004). Selain itu air
kelapa juga mengandung mineral seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral itu
14
diperlukan dalam poses metabolisme, juga dibutuhkan dalam pembentukan
kofaktor enzim-enzim ekstraseluler oleh bakteri pembentuk selulosa. Selain
mengandung mineral, air kelapa juga mengandung vitamin-vitamin seperti
riboflavin, tiamin, biotin (Pambayun, 2002., Ulrike dkk., 2005).
B. Kerangka pikir
Produktifitas ternak sangat menentukan keberhasilan suatu usaha
peternakan. Untuk meningkatkan produktifitas sapi bali terkhusus di Sulawesi
Tenggara perlu dilakukan upaya inseminasi buatan (IB) guna menjamin
ketersediaan bibit sapi bali yang memiliki sifat unggul. Pengenceran semen sangat
perlu diperhatikan guna keberhasilan pelaksanaan IB, terutama untuk menjamin
kualitas spermatozoa yang digunakan saat IB tetap terjaga. Pengencer tris kuning
telur merupakan bahan pengencer yang umum digunakan sebagai bahan
pengencer spermatozoa sapi. Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi antara
bahan pengencer tris kuning telur dengan air kelapa dengan tujuan untuk melihat
berapa persen konsentrasi pemberian air kelapa dalam bahan pengencer tris
kuning telur yang bagus digunakan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa
sapi bali.
15
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Produktivitas sapi bali
Peningkatan produktivitas sapi bali
Inseminasi Buatan
Semen Pejantan
Pemberian bahan penencer Tris kuning
telur dan air kelapa muda
Spermatozoa
Evaluasi Kualitas Spermatozoa
Kualitas Makroskopis
Kualitas Mikroskopis
Motilitas dan
Viabilitas
Spermatozoa
16
C. Hipotesis
Pemberian bahan pengencer tris kuning telur dan air kelapa muda diduga
dapat mempertahankan kualitas spermatozoa sapi bali.
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dimulai pada bulan Februari-
Maret tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Peternakan, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi
Tenggara.
B. Materi penelitian
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi bali sebanyak 1 ekor,
bahan pengencer tris kuning telur dan air kelapa muda, NaCl fisiologis, dan eosin.
2. Peralatan penelitian
Perlatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas Vagina buatan,
timbangan, mikroskop, pipet tetes, spoid, gelas ukur, sendok, gelas objek, kaca
preparat, kaca penutup, tisu, pingset, alkohol, petridis, dan dhaemocytometer.
C. Prosedur penelitian
1. Persiapan Penampungan Semen
Sebelum dilakukan penampungan semen, terlebih dahulu disediakan betina
pemancing dan kandang jepit. Tubuh betina pemancing harus bersih terutama
bagian vulva, sedangkan kandang jepit harus terbebas dari kontaminasi kotoran
dan dalam keadaan bersih kemudian betina pemancing diikat dan ditempatkan
pada kandang jepit. Setelah itu disediakan vagina buatan yang terlah terisi dengan
18
air hangat. Suhu vagina buatan disesuaikan, bagian permukaan vagina buatan
dilapisi dengan jely atau vaselin.
2. Penampungan Semen
Setelah dipersiapkan betina pemancing, kandang jepit dan vagina buatan,
pejantan yang telah disediakan kemudian dibiarkan mendekati betina hingga
menaiki betina. Pada saat pejantan mulai menaiki betina dan ereksi, penis pejantan
yang ereksi kemudian diarahkan masuk kedalam vagina buatan dengan posisi
vagina buatan yang konstan (tidak goyang/bergerak).
Setelah pejantan mengalami ejakulasi, bagian permukaan corong vagina
buatan yang telah berisi semen segera di hadapkan keatas agar keseluruan semen
masuk kedalam tabung penampungan dalam vagina buatan. Kemudian vagina
buatan dibalut dengan kain hitam untuk menghindari terpaan sinar matahari secara
langsung dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengamatan.
Penampungan spermatozoa dilakukan selama tiga hari yaitu pada pagi hari.
3. Pengamatan Semen Segar
Tahap selanjutnya yang kita lakukan adalah pengamatan terhadap kualitas
spermatozoa segar baik secara makroskopis dan mikroskopis sesuai dengan
parameter yang sudah ditentukan.
19
4. Pembuatan Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Muda
Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan menyediakan bahan-bahan
pengencer seperti Tris kuning telur dan air kelapa muda sebelum melakukan
penelitian. Setelah bahan pengencer sudah diperoleh semuanya maka langkah
pertama yang dilakukan adalah dengan mencampurkan Tris kuning telur dan air
kelapa muda yang berfungsi untuk melihat kualitas spermatozoa sapi bali.
5. Pencampuran bahan pengencer Tris kuning telur dan air kelapa muda
Setelah pembuatan bahan pengencer tris kuning telur dan air kelapa muda,
disiapkan sebagai bahan pengencer untuk perlakuan penelitian, dilakukan
perlakuan dengan pemberian bahan pengencer tris kuning telur dengan
konsentrasi air kelapa yang berbeda-beda pada semen. Setelah itu dilakukan
pengamatan Viabilitas (daya hidup) dari spermatozoa yang telah diberikan
pengenceran dengan perlakuan yang berbeda.
6. Komposisi Pengencer
Komposisi pengencer yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
persentase kandungan dan subtitusi air kelapa muda disajikan pada Tabel 2.
20
Tabel 2. Komposisi Pengencer Semen Penelitian
Komposisi
Jumlah
Bahan
Satuan
Rancangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Tris Aminomethan (g) 3,87 3,096 3,096 3,096 3,096 3,096
Asam Sitrat (g) 2,17 1,756 1,756 1,756 1,756 1,756
Fruktosa (g) 1,56 1,248 1,248 1,248 1,248 1,248
Aquades (ml) 100 80 80 80 80 80
Penicilin (UI) 100.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Streptomycin (mg) 100 80 80 80 80 80
Kuning Telur (%) * 20,00 % 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
Air (%) 47,00 % 9,40 7,05 4,70 2,35 0,00
Protein (%) 17,00 % 3,40 2,55 1,70 0,85 0,00
Lemak (%) 34,00 % 6,80 5,10 3,40 1,70 0,00
Karbohidrat (%) 0,80 % 0,16 0,12 0,08 0,04 0,00
Lain-lain (%) 1,20 % 0,24 0,18 0,12 0,06 0,00
Air Kelapa (%) ** - 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00
Air (%) 94,80 % 0,00 4,74 9,48 14,22 18,96
Protein (%) 0,99 % 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20
Lemak (%) 0,20 % 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04
Karbohidrat (%) 3,77 % 0,00 0,19 0,38 0,57 0,75
Lain-lain (%) 0,24 % 0,00 0,01 0,02 0,04 0,05
Total - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Ket: * Sumber: Winarno & Koswara, 2002.
** Sumber: Esti & Sawedi, 2001.
D. Rancangan penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental, yaitu
dengan menggunakan semen sapi bali (bos sondaicus). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5
perlakuan dengan 3 kali ulangan uji kualitas spermatozoa. Perlakuan yang
diberikan yaitu :
P0 = 80% tris aminomethan + 20% kuning telur
P1 = 80% tris aminomethan + 15% kuning telur + 5% air kelapa muda
P2 = 80% tris aminomethan + 10% kuning telur + 10% air kelapa muda
P3 = 80% tris aminomethan + 5% kuning telur + 15% air kelapa muda
P4 = 80% tris aminomethan + 0% kuning telur + 20% air kelapa muda
21
E. Variabel penelitian
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Evaluasi makroskopis
a. Warna semen
Warna semen dilihat langsung dari gelas ukur saat penampungan
spermatozoa dilakukan, pada umumnya spermatozoa berwarna putih susu.
b. Bau semen
Bau spermatozoa dapat langsung dilakukan dengan mencium bau secara
langsung.
c. Volume semen
Volume dapat diketahui secara langsung dari semen yang terlihat pada
tabung penampung berskala.
d. Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diketahui dengan cara
menggoyangkan tabung yang berisi semen secara perlahan-lahan sambil melihat
gerakan permukaan semen di dalam tabung. Jika pergeseran semen dalam tabung
gerakannya lambat maka dapat diartikan bahwa semen memiliki konsistensi
kental, sedangkan jika gerakannya cepat maka dapat diartikan bahwa semen
memiliki konsistensi encer.
e. pH semen
Derajat keasaman (pH) semen dapat diketahui dengan cara meneteskan
semen diatas kertas indikator pH berskala 1-14. Perubahan warna pada kertas pH
tersebut disesuaikan dengan standar warna pada kertas indikator pH.
22
2. Evaluasi mikroskopis
a. Persentase gerakan massa spermatozoa
Gerakan massa spermatozoa dikategorikan dalam 3 golongan, yaitu
pergerakan masa spermatozoa menyerupai awan tebal dan bergerak cepat (+++),
pergerakan massa spermatozoa menyerupai awan tebal dan bergerak agak lambat
(++) dan pergerakan massa spermatozoa menyerupai awan tipis dan bergerak
lambat (+) (Toelihere, 1985).
b. Persentase motilitas
Persentase motilitas spermatozoa ditentukan melalui pengamatan
spermatozoa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa objektif 40 x.
penilaian diberikan mulai nol persen (tidak ada spermatozoa yang bergerak ke
depan) sampai 100% (semua spermatozoa bergerak ke depan). Penentuan
motilitas dapat dilakukan dengan penilaian yaitu:
a. Nol adalah spermatozoa tidak bergerak,
b. Satu adalah spermatozoa dengan gerakan berputar di tempat,
c. Dua atau kurang dari 50% spermatozoa bergerak agresif, gerakan melingkar
dan bergelombang,
d. Tiga adalah antara 50-80% spermatozoa bergerak progresif dan membentuk
lingkaran kecil,
e. Empat adalah 90% spermatozoa bergerak aktif, progresif dan membentuk
gelombang cepat, dan
f. Lima adalah 100% spermatozoa bergerak aktif, sangat progresif dan
membentuk gelombang sangat cepat (Toelihere, 1985).
23
c. Persentase Daya Hidup
Persentase daya hidup dihitung dengan melihat jumlah spermatozoa yang
hidup dan mati menggunakan media eosin. Pengamatan dilakukan secara
mikroskopis menggunakan mikroskop.
d. Konsentrasi
Konsentrasi spermatozoa menunjukan jumlah sel spermatozoa tiap satuan
volume semen. Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan
haemocytometer.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
variabel penelitian. Jika penelitian berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut
menggunakan uji Duncan (Gaspers, 1989).
Model linear yang digunakan yaitu :
Yij = µ + αi+ εij
Dimana :
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i (1, 2, 3) dan ulangan ke-j (1,2,3)
µ = Rataan umum dengan bahan Tris kuning telur dan air kelapa muda
αi = Pengaruh ke-i terhadap pemberian bahan pengencer Tris kuning telur
dan air kelapa muda.
εij = Pengaruh galat dari perlakuan
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Semen Segar
1. Kualitas Makroskopis
Kualitas reproduksi sapi bali dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
umur, genetik, lingkungan dan pakan. Setiap spesies memiliki sifat semen yang
berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada volume, kekentalan, konsentrasi
spermatozoa, bau, warna, motilitas dan gerakan massa spermatozoa.
(Toelihere, 1985). Kualitas makroskopis semen segar sapi bali dalam penelitian
ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Kualitas Makroskopis Semen Segar Sapi Bali
Variabel Uji Hasil Uji
Warna Putih krem
Bau Khas amis
Volume ejakulat 4 ml/ejakulasi
Konsistensi Kental
pH 7
a. Warna dan Bau
Warna dan bau semen diamati secara langsung saat penampungan
spermatozoa dilakukan. Warna dan bau semen menentukan kualitas fisik dari
semen yang ditampung. Tabel 3 menunjukan bahwa warna semen sapi bali yaitu
putih krem dengan bau amis yang khas. Warna dan bau semen dalam penelitian
ini masih dalam kondisi bagus dan menjukan bahwa semen tidak terkontaminasi
oleh darah, nanah, urin maupun zat kontaminator lainnya.
Feradis (2010) menyatakan bahwa semen sapi normal berwarna seperti susu
atau krem keputih-putihan dan keruh. Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen
25
yang normal dengan warna kekuning-kuningan, yang disebabkan oleh riboflavin
yang dibawa oleh satu gen autosom resesif dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap fertilitas. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda menandakan
adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran kelamin urethra
atau penis. Warna kecoklatan menunjukkan adanya darah yang telah mengalami
dekomposisi. Warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukkan
kemungkinan kontaminasi dengan feses. Selain itu, kontaminasi dari darah, nanah
maupun feses dapat diketahui dari bau semen.
b. Volume semen
Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung
penampung semen yang berskala. Semen sapi dan domba mempunyai volume
rendah tetapi konsentrasi spermatozoa tinggi sehingga memperlihatkan warna
krem atau warna susu (Feradis, 2010). Volume semen sapi bali dalam penelitian
ini (Tabel 3) yaitu 4 ml. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Feradis
(2010) yang menyatakan bahwa volume semen sapi antara 5-8 ml.
Volume semen per ejakulat berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan,
tingkatan makanan, frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain. Pada
umumnya, hewan muda yang berukuran kecil dalam satu spesies menghasilkan
volume semen yang rendah. Ejakulasi yang sering menyebabkan penurunan
volume dan apabila dua ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat
maka umumnya ejakulat yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah.
Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila disertai dengan konsentrasi yang
rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia (Feradis, 2010).
26
c. Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diketahui dengan cara
menggoyangkan tabung yang berisi semen secara perlahan-lahan sambil melihat
gerakan permukaan semen di dalam tabung. Jika pergeseran semen dalam tabung
gerakannya lambat maka dapat diartikan bahwa semen memiliki konsistensi
kental, sedangkan jika gerakannya cepat maka dapat diartikan bahwa semen
memiliki konsistensi encer. Konsistensi semen sapi bali dalam penelitian ini
(Tabel 3.) adalah kental.
Warna, dan konsistensi berkaitan satu sama lainnya. Bila warna semakin
pudar, maka konsistensi spermatozoa semakin rendah dan semen akan semakin
encer. Aerens dkk, (2012) menyatakan bahwa hasil pemeriksaan konsistensi
semen segar yang dilakukannya mempunyai persentase yang bervariasi antar
bangsa. Hal ini disebabkan oleh perbedaan rata-rata konsentrasi dan volume
semen segar yang berbeda. Sapi bali mempunyai volume semen yang tinggi
namun mepunyai konsentrasi semen yang rendah sehingga semen segar yang
mempunyai konsistensi sedang persentasenya tinggi. Savitri (2014) menambahkan
bahwa konsistensi atau kekentalan semen segar sapi bali yang bagus adalah pekat.
d. pH semen
Derajat keasaman (pH) semen dapat diketahui dengan cara meneteskan
semen diatas kertas indikator pH berskala 1-14. Perubahan warna pada kertas pH
tersebut disesuaikan dengan standar warna pada kertas indikator pH. Rataan pH
semen segar sapi bali dalam penelitian ini adalah 7 (Tabel 3).
27
Hasil ini sesuai dengan Toelihere, (1985) yang menyatakan bahwa pada
umumnya spermatozoa sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH sekitar 7,0.
Motilitas partial dapat dipertahankan pada pH antara 5 sampai 10. Walaupun
spermatozoa segera dimobiliser oleh kondisi-kondisi asam, pada beberapa spesies
dapat dipulihkan kembali apabila pH dikembalikan ke netral dalam waktu satu
jam.
2. Kualitas Mikroskopis Semen Segar
Hasil uji kualitas mikroskopis semen segar sapi bali pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kualitas Mikroskopis Semen Segar Sapi Bali
Variabel Uji Hasil Uji
Konsentrasi 1540 x 106
sel/ml
Gerak Massa +++
Gerakan Individu (Motilitas) 85%
Daya Hidup 88%
a. Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi adalah jumlah sel spermatozoa per milliliter spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa dalam penelitian ini (Tabel 4) adalah 1540 x 106
sel/ml.
Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Feradis (2010) bahwa sapi dengan
konsistensi semen yang kental dan berwarna krem mempunyai konsentrasi 1.000
juta sampai 2.000 juta atau lebih sel spermatozoa per ml, konsistensi encer
berwarna susu memiliki konsentrasi 500 juta sampai 600 juta sel spermatozoa per
ml, semen yang cairan berawan atau sedikit kekeruhan memiliki konsentrasi
sekitar 100 sampai 50 juta spermatozoa per ml.
28
b. Gerak Massa Spermatozoa
Gerak spermatozoa dikategorikan dalam 3 golongan, yaitu pergerakan masa
spermatozoa menyerupai awan tebal dan bergerak cepat (+++), pergerakan massa
spermatozoa menyerupai awan tebal dan bergerak agak lambat (++) dan
pergerakan massa spermatozoa menyerupai awan tipis dan bergerak lambat (+)
(Toelihere, 1985). Gerak massa dalam penelitian ini (Tabel 4) sangat bagus yaitu
menyerupai awan tebal (+++). Hal ini menunjukan bahwa tingkat keaktifan
pergerakan spermatozoa tinggi.
c. Persentase motilitas
Persentase motilitas menentukan kualitas spermatozoa dengan melihat besar
persentase pergerakan spermatozoa secara individu. Rataan presentase motilitas
semen segar sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4) adalah 85%. Angka motilitas
semen segar sapi bali dalam penelitian ini tinggi (progresif) yang menunjukan
bahwa semen segar sapi bali yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
kualitas yang bagus.
Terjadinya penurunan motalitas pada semen cair spermatozoa sapi bali
diduga karena terjadi penurunan jumlah energi dan adanya penimbunan asam
laktat akibar akhir metabolisme spermatozoa. Hafez (2000) menambahkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur
spermatozoa, maturasi (pematangan) spermatozoa, penyimpanan energi ATP
(Adenosin Triphosfat), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan
adanya rangsangan hambatan.
29
d. Daya Hidup
Persentase daya hidup dihitung dengan melihat jumlah spermatozoa yang
hidup dan mati menggunakan media eosin. Daya hidup spermatozoa pada semen
segar sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4) adalah 88%. Hasil ini menunjukan
bahwa semen segar sapi bali pada penelitian ini memiliki kualitas yang bagus.
Persentase daya hidup semen segar dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan persentase hidup sapi bali pada penelitian Savitri, dkk. (2014) bahwa
persentase hidup semen segar sapi bali yaitu 75%.
Hafez (1993) menyatakan bahwa persentase hidup spermatozoa harus lebih
dari 50%. Terjadinya penurunan motilitas pada semen cair spermatozoa sapi bali
yang kemudian diikuti dengan penurunan daya hidup dari spermatozoa dan pada
penelitian ini diduga disebabkan terbentuknya asam laktat yang semakin banyak .
Asam laktat tersebut akan menghambat proses metabolisme maupun proses
respirasi spermatozoa yang mempunyai daya hidup rendah sehingga akan semakin
cepat menurun daya hidupnya atau mengalami kematian.
B. Pengaruh Tris Kuning Telur dan Air Kelapa Terhadap Kualitas
Spermatozoa
1. Persentase Motilitas
Persentase motilitas merupakan salah satu parameter yang menentukan
kualitas spermatozoa. Persentase motilitas dapat dilihat dengan mengamati
persentase pergerakan spermatozoa secara mikroskopis pada pembesaran 400x
dengan mengamati setiap pergerakan masing-masing sel spermatozoa. Persentase
motilitas dapat dijadikan sebagai acuan apakah spermatozoa yang terkandung
30
dalam semen layak digunakan dalam kegiatan inseminasi buatan atau tidak.
Persentase motilitas spermatozoa dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Persentase Motilitas Spermatozoa Sapi Bali dengan
Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa
Perlakuan Motilitas (%)
H1 H2 H3
P0 85.00 75.00 70.00
P1 83.33 75.00 60.00
P2 84.00 70.00 65.00
P3 80.00 70.00 60.00
P4 85.00 80.00 70.00
Rata-rata 83,47 74,00 65,00
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan pengencer Tris
kuning telur dan air kelapa pada level yang berbeda tidak menunjukan pengaruh
yang nyata (P>0,05) terhadap persentase motilitas spermatozoa. Hal ini
menunjukan bahwa pemberian pengencer tris kuning telur menggunakan
penambahan air kelapa tidak lebih baik untuk mempertahankan motilitas
spermatozoa. Rataan persentase motilitas spermatozoa (Tabel 5) pada hari
pertama adalah 85% (P0), 83,33% (P1), 84% (P2), 80% (P3), dan 85% (P4).
Rataan persentase motilitas spermatozoa menurun pada hari ke-2 yang berkisar
antara 70% - 75%, dan pada hari ke-3 yang berkisar antara 60% - 70%.
Situmorang (1992) dalam Ikhsanuddin (2002) menyatakan bahwa terjadinya
penurunan motalitas pada semen cair spermatozoa sapi bali diduga karena terjadi
penurunan jumlah energi dan adanya penimbunan asam laktat akibar akhir
metabolisme spermatozoa. Hafez (2000) menambahkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur spermatozoa, maturasi
31
(pematangan) spermatozoa, penyimpanan energi ATP (Adenosin Triphosfat),
agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan
hambatan.
2. Daya Hidup Spermatozoa
Daya hidup spermatozoa menggambarkan persentase banyaknya
spermatozoa yang hidup dalam konsentrasi spermatozoa permeliter secara objektif
pada saat semen di campur dengan zat warna (eosin 2%) karena adanya
perbedaan aktifitas antara spermatozoa yang hidup dengan spermatozoa yang
mati ( Hafez, 1993, dalam Puspita 2002). Rataan daya hidup spermatozoa sapi bali
dengan penambahan tris kuning telur pada level pemberian air kelapa yang
berbeda disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Daya Hidup Spermatozoa Sapi Bali dengan Menggunakan
Pengencer Tris Kuning Telur dan Air Kelapa
Perlakuan Daya Hidup Spermatozoa (%)
H1 H2 H3
P0 88,00 80,00 73,00
P1 85,00 80,00 67,00
P2 87,00 74,00 68,00
P3 83,00 73,00 65,00
P4 88,00 83,00 73,00
Rata-rata 86,20 78,00 69,20
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan pengencer tris
kuning telur dan air kelapa pada level yang berbeda tidak menunjukan pengaruh
yang nyata (P>0,05) terhadap daya hidup spermatozoa. Rataan persentase daya
hidup spermatozoa (Tabel 6) pada hari pertama adalah 88% (P0), 85% (P1),
32
87% (P2), 83% (P3), dan 88% (P4). Rataan persentase daya hidup spermatozoa
menurun pada hari ke-2 yang berkisar antara 73% - 83%, dan pada hari ke-3 yang
berkisar antara 65% - 73%.
Terjadinya penurunan motilitas pada semen cair spermatozoa sapi bali yang
kemudian diikuti dengan penurunan daya hidup dari spermatozoa dan pada
penelitian ini diduga disebabkan terbentuknya asam laktat yang semakin banyak .
Asam laktat tersebut akan menghambat proses metabolisme maupun proses
respirasi spermatozoa yang mempunyai daya hidup rendah sehingga akan semakin
cepat menurun daya hidupnya atau mengalami kematian (Hafez, 1987)
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tris
kuning telur dan subtitusi sebagian pengencer tris kuning telur dengan air kelapa
muda dapat mempertahankan kualitas spermatozoa.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan pengencer spermatozoa
dengan penambahan air kelapa menggunakan metode yang berbeda dengan
konsentrasi pengencer yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
34
BPS. 2011. Rillis Hasil Akhir Pendapatan Sapi potong, Sapi Perah, dan Kerbau
(PSPK). Badan Pusat Statistik: Jakarta.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta : Bandung.
Gaspersz. 1989. Metode perancangan percobaan. Armico, Bandung.
Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation in Reproduction In Farm Animals.
7edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Farm Animal, 4th
Edition, Lea and
Fibiger.Philadelfia, USA.
Haryanto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius, Yogyakarta.
Hakim, L. 2010.Pengembangan dan Penerapan Teknologi Breeding untuk
Menghasilkan Bibit Unggul Sapi Bali di Indonesia. Laporan Program
Insentif Universitas Brawijaya: Malang.
Hidayat, T., D. sumangat dan A. N. Alamsyah, 2010. Produksi, pangsa pasar dan
divertifikasi Produk olahan kelapa.
Ishak, Andi B. L. 2011. Identifikasi Keragaman Gen FSH Sub-Unit Beta, Gen
FSH Reseptor dan Gen GH pada Sapi Bali Jantan Sebagai Penanda
Kualitas Sperma. Disertasi. Fakultas Peternakan IPB: Bogor.
Ihsan, M. N. 2010. Ilmu reproduksi ternak dasar. Universitas Brawijaya Press.
Malang.
IKhsanuddin.M, 2002. Efektivitas dan Teknilogi Reproduksi Hewan Betina
Domestik Terjemahan O.K. Hanya Putra. Bandung
Noor RR, Farajallah A, Karmita M. 2001. Pengujian Kemurnian Sapi Bali
Dengan Analisis Hemoglobin dengan Metode Isoelectric Focusing.
Prasojo, G., I. Arifiantini dan K. Mohamad. 2010. Korelasi antara lama
kebuntingan, bobot lahir dan jenis kelamin pedet hasil inseminasi buatan
pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner: 11 (1) : 41-45.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber
Widya. Jakarta.
Pambayun, R., 2002, Teknologi Pengolahan Nata de Coco.Kanisius: Yogyakarta.
Puspita, M. R, 2002. Pengaruh Perbedaan Jenis Pengecer Terhadap Kualitas
Semen Cair Domba Garut. Skripsi.Institusi pertanian Bogor.
Salisbury, G. W. and N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi (Physiologi and Artificial Insemination of Cattle).
35
Diterjemahkan oleh Djanuar, R. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Savitri F.K. 2014. Kualitas Semen Beku Sapi Bali dengan Penambahan Berbagai
Dosis Vitamin C pada Bahan Pengencer Skim Kuning Telur. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Lampung.
Sarwono B. 1995. Pengawetan Telur dan Manfaatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Situmorang, P. 1991. Meningkatkan Produksi ternak kerbau melalui Inseminasi
Buatan (IB). Makalah Seminar Aplikasi Teknologi di Medan Johor,
Medan, 3 sampai 5 Juli 1991.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.Angkasa. Bandung.
Triana, I. N., 2005. Reproduksi Ternak. Http://[email protected]. Diakses
pada tanggal 1 Mei 2013.
Talib C, K Entwistle, A Siregar, S Budiarti-Turner and D Lindsay, 2002. Survey
of population and production Dynamics of Bali cantle and existing
Breeding programs in Indonesia. Working Papers: Bali Catle Workshop.
Bali. 4-7 February 2002.
Ulrike, U., Stephanie H., Dieter K. 2005, Analytical Investigation of Baterial
Cellulose: 223 (1) : 201- 202.
Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis,Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Warisno, 2004, Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco, Media Pustaka,
Jakarta.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
A. Proses Pembuatan Deluter/Buffer (200 Ml) di Hari Pertama Sebelum
Melakukan Penampungan Semen Pada Sapi Bali.
B. Proses Penampungan Semen Sapi Bali
38
C. Pemeriksaan Semen Segar
D. Proses Penyiapan Bahan Pengencer pada Perlakuan Penelitian
39
Lampiran 2. Prosedur Pembuatan Pengencer Semen
I. Buffer (untuk 100 ml) (Buffer A)
- Tris aminomethan 3,87 gram
- Asam sitrat 2,17 gram
- Fruktosa 1,56 gram
- Ditambahkan aquades sampai 100 ml
II. Buffer Antibiotik (Buffer B)
- Streptomycin 0,5 gram dilarutkan dalam 4 ml aquades sehingga tiap 1 ml
mengandung 250 mg streptomycin
- Penicilin 1,5 juta IU + 15 ml aquabides, jadi tiap ml mengandung
100.000 IU penicillin
Sehingga, Buffer A sebanyak 99,1 ml + 0,4 ml streptomycin + 0,5 ml
penicillin
Bahan Pengencer AB = 80% + Kuning Telur 20% (Kontrol)
40
Lampiran 3. Data Penelitian
Kualitas Semen Segar Sapi Bali
Kualitas Makroskopis
Variabel Karakteristik
Volume Ejakulat 4
Warna Putih Krem
Bau Khas amis
Konsistensi Kental
pH 7
Kualitas Mikroskopis
Variabel
Karakteristik
Konsentrasi 1,540 x 106
Gerak Massa +++
Gerakan Individu (Motilitas) 85%
Daya Hidup 78%
Motilitas Spermatozoa
Perlaku
an
Motilitas (%) Rata-
rata H1 H2 H3
1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x
P0 85,00 85,00 85,00 85,00 75,00 75,00 75,00 75,00 70,00 70,00 70,00 70,00 76,67
P1 80,00 85,00 85,00 83,33 70,00 80,00 75,00 75,00 55,00 65,00 60,00 60,00 72,78
P2 80,00 88,00 84,00 84,00 60,00 80,00 70,00 70,00 50,00 75,00 70,00 65,00 73,00
P3 80,00 80,00 80,00 80,00 70,00 70,00 70,00 70,00 60,00 60,00 60,00 60,00 70,00
P4 82,00 88,00 85,00 85,00 75,00 85,00 80,00 80,00 65,00 75,00 70,00 70,00 78,33
Rata-
rata 81,40 85,20 83,80 83,47 70,00 78,00 74,00 74,00 60,00 69,00 66,00 65,00 74,16
Daya Hidup Spermatozoa
Perlaku
an
Daya Hidup Spermatozoa (%) Rata-
rata H1 H2 H3
1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x
P0 84,00 90,00 90,00 88,00 75,00 85,00 80,00 80,00 70,00 72,00 77,00 73,00 80,33
P1 85,00 85,00 85,00 85,00 80,00 80,00 80,00 80,00 60,00 75,00 66,00 67,00 77,33
P2 85,00 90,00 86,00 87,00 72,00 80,00 70,00 74,00 64,00 70,00 70,00 68,00 76,33
P3 80,00 85,00 84,00 83,00 70,00 75,00 74,00 73,00 65,00 65,00 65,00 65,00 73,67
P4 86,00 90,00 88,00 88,00 80,00 85,00 84,00 83,00 65,00 80,00 74,00 73,00 81,33
Rata-
rata 84,00 88,00 86,60 86,20 75,40 81,00 77,60 78,00 64,80 72,40 70,40 69,20 77,80
41
Lampiran 4. Analisis Data
1. Motilitas Spermatozoa
Hari Pertama
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 85 85 85 85,00
P1 80 85 85 83,33
P2 80 88 84 84,00
P3 80 80 80 80,00
P4 82 88 85 85,00
Rata-rata 81,40 85,20 83,80 83,47
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
db Perlakuan
db Galat
85,00 104500,2667
7225,00 7225,000 104500,2667
104618,00 104500,26667
85,00
117,7333333
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
1567504
15
104500,2667
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
1252,00
83,47
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =1252,0
2
2)(
2
2)( 2
)(
42
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
1,915
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =6,6667
83,4667
6,666666667
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =12,7667
3,09%
- 104500,2667
51,06666667
117,7333333 51,06666667
66,66666667
255,00
=2,5820
83,4667
313654,00
4
– 104500,2667
65025,00 65025,00– 104500,2667
255,00
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
6,6667
12,76666667
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =66,66666667
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =51,06666667
2
– FK
2
– FK
x100% x100%
x100%
2)( 2
)(
43
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
8. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
=
BNT(0,01) =
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,99433866117,733
Total 436,4
Kuadrat Tengah
12,7667
6,667
Perlakuan 51,0667 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
BNT(α) = x √( )tα (db galat)2KTG
n
F Hitung
1,95
)15
= 2,228138842 x √( )
BNT(0,05) = 2,228138842
6,10170732
0,888933333
= 2,228138842 x 0,942832612
2,100761964
x √(13,334
44
Hari Kedua
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 75,00 75,00 75,00 75,00
P1 70,00 80,00 75,00 75,00
P2 60,00 80,00 70,00 70,00
P3 70,00 70,00 70,00 70,00
P4 75,00 85,00 80,00 80,00
Rata-rata 70,00 78,00 74,00 74,00
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
db Perlakuan
db Galat
- 82140,0000
210
240,00
247050,00
– 82140,0000
50625,00 57600,00– 82140,0000
80,00 82140,0000
5625,00 6400,000 82140,0000
82650,00 82140,00000
75,00
510
225,00
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
=
1232100
15
82140
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
1110,00
74,00
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =1110,0
2
2
– FK
2
– FK
2)(
2
2)( 2
)(
2)( 2
)(
45
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
1,75
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =30,0000
74,0000
30
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =52,5000
7,40%
F Hitung
1,75
510 210
300
=5,4772
74,0000
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,99433866300
Total 510
Kuadrat Tengah
52,5
30
Perlakuan 210 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
4
30,0000
52,5
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =300
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =210
x100% x100%
x100%
46
Hari Ketiga
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 70 70 70 70
P1 55 65 60 60
P2 50 75 70 65
P3 60 60 60 60
P4 65 75 70 70
Rata-rata 60 69 66 65
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
db Perlakuan
db Galat
- 63375,0000
300
210,00
191025,00
– 63375,0000
44100,00 44100,00– 63375,0000
70,00 63375,0000
4900,00 4900,000 63375,0000
64125,00 63375,00000
70,00
750
210,00
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
=
950625
15
63375
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
975,00
65,00
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =975,0
2
2
– FK
2
– FK
2)(
2
2)( 2
)(
2)( 2
)(
47
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
1,666666667
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =45,0000
65,0000
45
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =75,0000
10,32%
F Hitung
1,666666667
750 300
450
=6,7082
65,0000
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,99433866450
Total 750
Kuadrat Tengah
75
45
Perlakuan 300 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
4
45,0000
75
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =450
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =300
x100% x100%
x100%
48
2. Daya Hidup Spermatozoa
Hari Pertama
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 84 90 90 88
P1 85 85 85 85
P2 85 90 86 87
P3 80 85 84 83
P4 86 90 88 88
Rata-rata 84 88 86,6 86,2
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
db Perlakuan
db Galat
88,00 111456,6000
7056,00 7744,000 111456,6000
111573,00 111456,60000
84,00
116,4
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
1671849
15
111456,6
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
1293,00
86,20
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =1293,0
2
2)(
2
2)( 2
)(
49
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
2,35
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =6,0000
86,2000
6
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =14,1000
2,84%
- 111456,6000
56,4
116,4 56,4
60
264,00
=2,4495
86,2000
334539,00
4
– 111456,6000
69696,00 69696,00– 111456,6000
264,00
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
6,0000
14,1
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =60
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =56,4
2
– FK
2
– FK
x100% x100%
x100%
2)( 2
)(
50
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
8. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
=
BNT(0,01) =
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,9943386660
Total 116,4
Kuadrat Tengah
14,1
6
Perlakuan 56,4 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
BNT(α) = x √( )tα (db galat)2KTG
n
F Hitung
2,35
)15
= 2,228138842 x √( )
BNT(0,05) = 2,228138842
6,10170732
0,8
= 2,228138842 x 0,894427191
1,992907966
x √(12
51
Hari Kedua
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 75 85 80 80
P1 80 80 80 80
P2 72 80 70 74
P3 70 75 74 73
P4 80 85 84 83
Rata-rata 75,4 81 77,6 78
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
db Perlakuan
db Galat
- 91260,0000
222
249,00
274446,00
– 91260,0000
57600,00 62001,00– 91260,0000
84,00 91260,0000
5625,00 7056,000 91260,0000
91616,00 91260,00000
75,00
356
240,00
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
=
1368900
15
91260
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
1170,00
78,00
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =1170,0
2
2
– FK
2
– FK
2)(
2
2)( 2
)(
2)( 2
)(
52
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
1,424460432
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =27,8000
69,2000
27,8
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =39,6000
7,62%
F Hitung
1,424460432
436,4 158,4
278
=5,2726
69,2000
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,99433866278
Total 436,4
Kuadrat Tengah
39,6
27,8
Perlakuan 158,4 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
4
27,8000
39,6
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =278
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =158,4
x100% x100%
x100%
53
Hari Ketiga
Perlakuan Ulangan
Rata-rata 1 2 3
P0 70 72 77 70
P1 60 75 66 60
P2 64 70 70 64
P3 65 65 65 65
P4 65 80 74 65
Rata-rata 70 72 77 70
5
3
= p – 1 = 4 (db P)
= p x ( u – 1 ) = 10 (db G)
= ( p x u ) – 1 = 14 (db T)
Y
p x u 5 x 3
=
JKT = Ʃ Yij – FK = + …….. + –
= + …….. + –
= –
=
Ʃ Yi. + …….. +
u 3
+ …….. +
3
3
=
db Perlakuan
db Galat
- 71829,6000
158,4
219,00
215964,00
– 71829,6000
47961,00 47961,00– 71829,6000
74,00 71829,6000
4900,00 5476,000 71829,6000
72266,00 71829,60000
70,00
436,4
219,00
Diketahui: Jumlah Perlakuan (p) =
Jumlah Ulangan (u) =
Total Keseluruhan (Y) =
Rataan Total (r) =
1. Derajat Bebas (db)
=
=
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = =
=
1077444
15
71829,6
3. Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
1038,00
69,20
db Total
2. Faktor Koreksi (FK)
Faktor Koreksi = =1038,0
2
2
– FK
2
– FK
2)(
2
2)( 2
)(
2)( 2
)(
54
JKG = JKT – JKP = -
=
JKP
db. Perlakuan
=
JKG
db. Galat
=
KTP
KTG
=
KTG
r. Total
=
7. Tabel ANOVA
4
10
14
Ket.
tn Tidak Berbeda Nyata
1,424460432
6. Koefisien Keragaman (Coefisien Varian/CV)
CV = =27,8000
69,2000
27,8
5. Nilai F Hitung ( F Hit.)
F Hit. = =39,6000
7,62%
F Hitung
1,424460432
436,4 158,4
278
=5,2726
69,2000
F Tabel
5% 1%
3,47804969 5,99433866278
Total 436,4
Kuadrat Tengah
39,6
27,8
Perlakuan 158,4 tn
Galat
Keragaman db Jumlah Kuadrat
4
27,8000
39,6
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = =278
10
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
4. Kuadrat Tengah
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = =158,4
x100% x100%
x100%