58
KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo SAL. MULLER 1846) DI KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA SKRIPSI Oleh : TAUFIK NIM. L1A112095 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112095_sitedi_SKRIPSI.pdf · Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky ... melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari

Embed Size (px)

Citation preview

KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalonmaleo SAL. MULLER 1846) DI KECAMATAN MALIGANO

KABUPATEN MUNA

SKRIPSI

Oleh :

TAUFIKNIM. L1A112095

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI2016

KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO (MacrocephalonmaleoSAL. MULLER 1846) DI KECAMATAN MALIGANO

KABUPATEN MUNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Peternakanuntuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Jurusan Peternakan

Oleh :

TAUFIKNIM. L1A112095

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI2016

ii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU

DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA

BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU

iii

iv

v

RIWAYAT HIDUP

Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa

Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.

Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September

1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu

Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8

Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari

pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana

Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas

Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai

sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis

juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.

Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan

(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali

pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah

lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi

Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan

halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya

dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.

v

RIWAYAT HIDUP

Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa

Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.

Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September

1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu

Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8

Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari

pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana

Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas

Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai

sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis

juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.

Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan

(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali

pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah

lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi

Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan

halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya

dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.

v

RIWAYAT HIDUP

Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa

Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.

Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September

1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu

Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8

Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari

pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana

Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas

Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai

sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis

juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.

Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan

(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali

pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah

lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi

Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan

halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya

dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.

vi

ABSTRACT

Taufik (L1A112095) The Characteristics of Maleo Eggs (Macrocephalon maleo Sal.Muller 1846) in Maligano Sub-district of Muna Regency (guided by La Ode Nafiu asFirst Supervisor and Achmad Selamet Aku as Second Supervisor).

Maleo bird (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) is an endemic birdwhich can only be found on Sulawesi Island. This bird can be found in the mountainforests and coastal forests of Southeast Sulawesi. The study aims to determine eggcharacteristics consist of egg weight, texture, shell color, index, shell thickness, andHaugh unit (HU) of Maleo in Maligano Sub-district of Muna Regency. This studywas conducted in Maligano Sub-district of Muna Regency and Poultry Cages Unit ofAnimal Husbandry Faculty, University of Halu Oleo Kendari in February to April2016. The study used direct observation methods supported by secondary datacollection through literature studies and interviews with relevant parties. The resultsshowed that maleo’s eggs average weight were 208.39 gram with average index was60.08 %. Shell thickness average on blunt, middle, and sharp were 0.36 ± 0.08 mm;0.41 ± 0.05 mm; 0.37 ± 0.02 mm respectively. Maleo’s eggs texture was soft withbrown egg shell color, whereas HU average was 74.7 ± 4.69.

Key words: Maleo Bird, Egg characteristic, Egg index.

vii

ABSTRAK

Taufik (L1A112095) Karakteristik Telur Burung Maleo (Macrocephalon maleoSal.Muller 1846) di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna (Dibimbing oleh La OdeNafiu sebagai Pembimbing I dan Achmad Selamet Aku sebagai Pembimbing II).

Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) merupakan burungendemik yang hanya bisa dijumpai di Kepulauan Sulawesi. Burung ini bisaditemukan di hutan pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tenggara. Penelitianbertujuan untuk mengetahui bobot telur, tekstur telur, warna kerabang telur, indekstelur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung maleo di KecamatanMaligano Kabupaten Muna. Penelitian di laksanakan di KecamatanMaliganoKabupaten Muna dan Kandang Unit Unggas Fakultas PeternakanUniversitas Halu Oleo Kendari pada bulan Februari sampai April 2016.Penelitianmenggunakan metode observasi langsung yang didukung denganpengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik telur yaitu: bahwarata-rata bobot telur burung maleo yaitu 208,39gram. Rata-rata indeks telur burungmaleo yaitu 60,08%. Rata-rata tebal kerabang telur burung maleo yang tumpul,tengah dan tajam yaitu 0,36±0,08 mm; 0,41±0,05 mm; 0,37±0,02 mm. Warnakerabang telur burung maleo adalah coklat. Tekstur telur burung maleo diperolehtekstur telur yang halus, sedangkan rata-rata nilai HU adalah 74,7±4,69.

Kata kunci: Burung maleo, Karakteristik telur, Indeks telur.

viii

KATA PENGANTAR

حمنا لر حیم الر ا بسم

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT.atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Karakteristik Telur Burung Maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller

1846) di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Halu Oleo, Kendari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang

senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapakDr. Ir. La Ode Nafiu, M,Si.

selaku pembimbing I dan bapak Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku

pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, petunjuk

dan arahan yang sangat berarti sejak persiapan penulisan hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta, dan kasih sayang

penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Ir. Djamaluddin Baso dan Ibunda

tercinta Rossmini Loliwu. atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, kesabaran, doa,

dan pengorbanan yang tidak dapat penulis balas sampai kapan pun dan dengan

apapun.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo,

Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku Dekan Fakultas Peternakan, Bapak

La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. selaku KetuaJurusan Fakultas Peternakan yang

telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu

Oleo.

ix

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si., Bapak Syam Rahadi, S.Pt., M.P., dan

Bapak Hairil Adzulyatno Hadini, S.Pt., M.Sc selaku dosen penguji atas

kesediaannya menguji, memberikan saran, dan koreksinya kepada penulis.

3. Bapak Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik,

yang telah memberikan pengarahan dan motivasi.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat

bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf Fakultas Peternakan yang telah

membantu dalam kelancaran proses administrasi.

5. Saudara-saudaraku Zulkifli, Trisno Ilham, paman, tante, nenek dan keponakan,

atas segala cinta, kasih sayang, dukungan, doa dan bantuannya baik moril maupun

finansial serta kesabarannya menghadapi penulis.

6. Sahabat-sahabatku: La Ode Gatra, La Atri, S.Pt., Melly Pratiwi S.Pt., Ficca Shella

Ananda, Hikmawati S.Pt., Sri Novianti S.Pt., Wahyuni Syuhada, S.Pt., Sitti

Isyqzamiyah Assambo S.Pt., Rachmita Dewi S.Pt., Indra Muhamad, Awang

Rosyadi,Kabul Budiansyah, Muanmar Bakal, Yundy Putra M, Reski Putra, Iqbal

Jalil Hafid, Bayu Maharullah serta teman-teman angkatan 2012, Vidya Batara

S.Pt., Salmiyati Wanci S.Pt., Yuliana, Wa Nurnia S.Pt., Darmin, Darsin, Asis

Surajat, Muh. Asis, Sumran, Ajeng, Linda, Nuraenih S.Pt., Febi Febria Ningsih

S.Pt., Reza, Muhammad Andhi S.Pt., Hendra Sudarno, Riska, Icha, Ros, Serli,

Rida, Harniati, Minayanti, Jumi, Ana,Zainuddin, S.Pt., Surya, Fardi, Ilul, Muji,

Idi, Sufar, Dimas, Danang, Nafar, Nela, Eni, Ikbal, Harpan, Adista, dan teman-

teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas semua

canda, tawa, suka, duka, dukungan, dan perhatiannya. Semoga keakraban kita

tetap terjaga.

7. Teman-teman PKL di P.T Karya Anugerah Rumpin Desa Cibodas Kecamatan

Rumpin Kabupaten Bogor: Universitas Padjajaran Bandung (Adnan, Yerry, Deva,

Ida, Nadzira, Rena), Universitas Hasanuddin Makassar (Mislah, Putra, Fahri),

Universitas Islam Negeri Jakarta (Isman dan Fauzi), serta Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto (Bayu, Bustomy, Reina, Ruri, Fundi, Dinar, Mar’a, Nuril,

x

Panji, Eva, Ridla, Nurul, Ninda) atas kerja samadan kebersamaan singkat yang

tidak akan terlupakan. Semogakita tetap terjaga.

8. Teman-teman KKN Tematik 2015 Desa Tambosupa: La Ode Gatra Pradana,

Sufardiman, Dimas Octavyan, Sutrianto, Ld. Mahafardi, Melly Pratiwi S.Pt.,

Ficca Shella Ananda, Hikmawati S.Pt., Riska Marsandi, Devi Chairina S.Ik., atas

kerja sama, canda, tawa, suka, duka, dan kebersamaan singkat yang tidak akan

terlupakan. Semoga keakraban kita tetap terjaga.

9. Pak Desa Tambosupa Bapak Ismail, S.Hi,. dan Ibu Risnawati yang begitu baik

dan perhatian kepada kami peserta KKN di Desa Tambosupa. Terima kasih,

semoga Allah SWT. membalas dengan pahala yang berlipat ganda.

10. Senior-seniorku:Fitri, S.Pt., Novi, S.Pt., Iva Armila, S.Pt., Astrid, S.Pt., Mugni

Noor, S.Pt., Rispan Dahlan, S.Pt., Juita, S.Pt., Siti Maulidiyah, S.Pt., Anita

Mustika Ibrahim, S.Pt., Lija Numria Nullah, S.Pt., Wiwin Malvina, S.Pt., Andi

Alif Abdussalam, S.Pt., Elvanuddin, S.Pt., M.Pt., Reza Harjanto, S.Pt., Hidra,

S.Pt., Wiwik Rahayu, S.Pt., Dizka Bintayani, S.Pt., Edris, S.Pt., Adi Saputro

S.Pt., Eki Suarlan, Gerson Tikara, S.Pt., Muhammad Jandi Lapedu, S.Pt., Rahma

Ratu Pujian, Elen Rosalia Joka, S.Pt., Danian Apri, S.Pt., Desna Sari Putri, S.Pt.,

Herisyahrizal, Heriksan, S.Pt., Handi, S.Pt., Nur Halim, S.Pt., serta seluruh senior

yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

11. Junior-juniorku angkatan 2013 (Amin, Nofal, Akram, Ade, Boys, Neli, Febri,

Ita),2014 (Dian, Indra, dan Nurul) dan 015 terima kasih atas kerjasama selama ini,

terus semangat menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan.

12. Teman-teman dari Youngsters Radio Kendari (Inho Renggaala, Iqbal Jalil Hafid,

Gradiyanto Tamburaka, Wa Ode Emildayanti, La Ode Fidayan, Firdha

Nirmalasari, Debora Grace, Ilham, Dilla, Lulu, Nindy, Ryan) dan Radio Suara

Kendari (Immanuel Reynaldo Tauran, Wa Ode Rossmanti, Kak Dhea, Yhani, Kak

Ono, Shapy, Adi, Kak Aby, Kak Ari, Nila, Xiaoling)

13. Teman-teman alumni SDN 8 Mandonga 2004, alumni SMPS Kartika Kendari

2007, alumni SMAS Kartika Kendari 2010.

xi

14. Semua pihak yang terlibat dalam bentuk apapun yang tidak dapat ditulis satu

persatu, dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT.

memberi balasan yang sesuai.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait

dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Kendari, Juni 2016

Penulis

xii

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ...................................................................................... iPERNYATAAN.............................................................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iiiHALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ....................................... ivRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vABSTRACT .................................................................................................... viABSTRAK ...................................................................................................... viiKATA PENGANTAR ................................................................................... viiiDAFTAR ISI .................................................................................................. xiiDAFTAR TABEL .......................................................................................... xivDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvDATAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Deskripsi Teori ..................................................................................... 4

1. Burung Maleo (Macrocephalon maleo) .......................................... 42. Bobot Telur...................................................................................... 63. Tekstur Telur ................................................................................... 84. Warna Telur..................................................................................... 95. Indeks Telur..................................................................................... 106. Kerabang Telur ................................................................................ 127. Haugh Unit (HU)............................................................................. 12

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 13C. Kerangka Pikir...................................................................................... 15

xiii

III. MATERI DAN METODE PENELITIANA. WaktudanLokasi Penelitian ................................................................. 16B. Materi Penelitian .................................................................................. 16C. Prosedur Penelitian............................................................................... 16D. Variabel Penelitian ............................................................................... 18

1. Bobot Telur...................................................................................... 182. Indeks Telur..................................................................................... 183. Tekstur Telur ................................................................................... 184. Warna Kerabang Telur .................................................................... 195. Tebal Kerabang Telur...................................................................... 196. Haugh Unit(HU).............................................................................. 20

E. Analisis Data ........................................................................................ 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Spesifikasi Lokasi ................................................................................ 21B. Karakteristik Telur Burung Maleo ....................................................... 22

1. Bobot Telur...................................................................................... 232. Indeks Telur..................................................................................... 253. Tebal Kerabang Telur...................................................................... 264. Haugh Unit (HU)............................................................................. 275. Warna Kerabang Telur .................................................................... 286. Tekstur Telur ................................................................................... 28

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................................... 30B. Saran..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Rataan karakteristik telur yang terdiri dari beberapa komponenyaitu bobot telur, tekstur telur, warna kerabang telur, dan indekstelur, tebal kerabang dan Haugh Unit (HU)........................................ 22

2. Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalammesin penetasan .................................................................................. 24

3. Karaketristik Kualitatif yang meliputi warna kerabang telur dantekstur telur.......................................................................................... 27

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) .............................. 42. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 153. Timbangan Analitik ........................................................................................ 184. Mikrometer ...................................................................................................... 195. Mengukur bobot telur...................................................................................... 246. Mengukur Tebal Kerabang Telur.................................................................... 26

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

7. Hasil penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalammesin tetas....................................................................................................... 37

8. Hasil perhitungan haugh Unit (HU)................................................................ 389. Hasil bobot telur, panjang telur, lebar telur dan indeks telur burung maleo... 39

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Burung maleo (Macrocephalon maleo) merupakan burung endemik yang

banyak dijumpai di Kepulauan Sulawesi.Burung ini bisa ditemukan di hutan

pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tenggara.Sepintas penampilan burung ini

biasa saja, selain jambul di kepalanya, burung ini mirip dengan ayam.Dari

penampilannya, sulit dibedakan antara burung jantan dan betina. Daya tarik burung

maleo justru pada telurnya, yang ukurannya lima kali lebih besar dari telur ayam.

Inilah yang menyebabkan telur burung maleo banyak diburu orang, sehingga

kelestariannya terancam.

Penyebab utama terancamnya kelestarian burung maleo tidak hanya

disebabkan telurnya diambil oleh manusia, tetapi juga gangguan dari predator

alaminya, yakni biawak dan tikus hutan.Selain itu, pembukaan lahan hutan untuk

perkebunan, dan kebakaran hutan juga menjadi penyebab rusaknya habitat asli

burung maleo.

Populasi dan penyebaran burung maleosampai saat ini diketahui biasa hidup

di pulau Sulawesi.Burung Maleo banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan

Sulawesi Utara (Santoso, 1990).Pada tahun 1978 populasi maleo diperkirakan 5.000-

10.000 ekor, namun angka ini didasarkan pada produksi telur tahunan yaitu 30 butir

per burung (MacKinnon, 1978).Produktivitas sekarang diperkirakan 8-12 butir telur

per burung (Dekker, 1990b).Sebagai perbandingan pada tahun 1947, (Gunawan,

2

2000) mencatat perolehan telur burung maleo sebanyak 9.705 butir di Cagar Alam

Panua, Sulawesi Utara dengan jumlah terbanyak diperoleh pada bulan April yakni

1.596 butir dan paling sedikit pada bulan Juli yakni 82 butir.

Telur burung maleo memang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi

dibandingkan telur ayam, karena ukurannya yang lebih besar.Harganya di pasar gelap

bisa mencapai 50 ribu rupiah per butir.Burung Maleo sebenarnya dapat bertelur dua

kali dalam sebulan dan setiap bertelur, hanya satu telur yang dihasilkan.Sang induk

meletakkan telurnya di dalam lubang yang berpasir, yang dekat dengan sumber air

panas.Oleh karena itu, habitat asli burung ini berada di sekitar sumber air panas, yang

tanahnya berpasir.

Survei pendahuluan diperoleh informasi tentang banyaknya telur maleo

diperjual belikan di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.Sementara diketahui

bahwa telur merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak unggas dan burung yang

berguna untuk meneruskan kehidupan/perkembangbiakan. Telur merupakan mata

rantai yang esensial dalam siklus reproduksi kehidupan hewan.Oleh karena

pentingnya peranan telur, maka perlu untuk mempelajari karakteristik telur, meliputi

kualitas telur yang terdiri dari beberapa komponen yaitu bobot telur, tekstur telur,

warna kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU)

sebagai memperkaya informasi tentang karakteristik burung maleo di Sulawesi

Tenggara. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu adanya penelitian tentang

karakteristik telur burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana karateristik telur burung maleo berdasarkan bobot

telur, tekstur telur, warna kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan

Haugh Unit (HU) burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

C. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot telur, tekstur telur, warna

kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung

maleodi Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mempertegas

karakteristik telur burung maleo berdasarkan bobot telur, tekstur telur, warna

kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung

maleodi Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Burung Maleo (Macrocephalon maleo SAL. MULLER 1846 )

Jones etal. (1995) menyatakan bahwa maleo adalah hewan yang berjalan

seperti ayam, lebih banyak di darat (tidak terbang seperti kebanyakan burung lain),

bila sedang terbang gerakan sayapnya keras. Hal ini disebabkan bobot tubuhnya yang

cukup besar dibandingkan dengan lebar sayap, sehingga untuk mencapai jarak relatif

pendek harus hinggap dulu pada cabang-cabang pohon yang satu ke cabang pohon

lainnya.

Gambar 1.Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal.Muller 1846) (foto survey awal).

Burung maleo termasuk spesies burrow nester, yaitu burung pembuat lubang

atau liang. Besarnya hampir sama dengan ayam betina piaraan, berbobot 1,6 kg,

dengan panjang sayap jantan 292 mm dan betina 302 mm (PPA, 1994) Anak maleo

yang baru menetas mempunyai berat 109-169 gram (Argelo, 1991). Dinyatakan juga

umur burung maleo bisa mencapai 25-30 tahun dan mencapai usia dewasa

5

produktivitas setelah 4 tahun. Menurut Dekker (1990b) pada penangkaran, maleo

dapat mencapai umur 20 tahun lebih.

Warna burung maleo dewasa, baik jantan maupun betina umumnya sama,

yaitu mengkilap di bagian sayap dan ekor. Pada bagian dada berwarna kuning

bercampur putih, bila dilihat dari dekat dada betina berwarna sawo matang.Pada

bagian kepalanya terdapat benjolan besar menyerupai helm (mahkota) berwarna

kelabu kehitam-hitaman.Mahkota pada jantan lebih besar dibandingkan dengan

mahkota betina.Kaki burung maleo besar dan kuat yang dapat dipergunakan untuk

menggali lubangpasir untuk keperluan bertelur.Panjang kaki burung maleo ± 25 cm,

jari-jari cakar sekitar 5–8 cm panjangnya (Addin, 1991).

Sarang burung maleo berada di dalam hutan terbuka dataran rendah yang

dekat atau dikelilingi dengan sungai.Burung maleo bertelur di areal yang tidak

bervegetasi dan letakknya lebih tinggi dari sungai.Struktur tanah datar yang terdiri

dari pasir, debu dan liat yang terus-menerus mendapatkan penyinaran matahari

(Nurhalim, 2013).

Faktor kunci bagi Maleo senkawor dalam memilih lokasi bertelur adalah: (1)

sumber panas, (2) aksesibilitas, (3) keamanan dari gangguan, dan (4) musim(untuk

lokasi bersumber panas matahari). Dalam menentukan sarang untukmeletakkan telur,

Maleo senkawor cenderung lebih menyukai tempat dengankondisi: (1) aman dari

gangguan manusia, (2) efektivitas sumber panas, (3)kelembaban tanah, (4) pengaruh

iklim mikro di atas permukaan tanah (terutamahujan), dan (4) keamanan dari predator

(Gunawan, 2000).

6

Burung maleo (Macrocephalon maleo, Sal. Muller 1846) oleh Grzimek

(1972) diklasifikasikan ke dalam: Klas Aves, Sub Klas Neonirthes, Ordo Galliformes,

Sub Ordo Galli, Famili Megapodidae, Sub Famili Crocoide, Genus Macrocephalon,

spesies Macrocephalon maleo Sal Muller 1846. Menurut Jones et., al. (1995), PPA

(1994) dan Hoyo et., al. (1994), burung maleo dikenal dengan nama daerah

senkawor, sengkawur, songkel, maleosan (Minahasa), saungke (Bintauna), tuanggoi

(Bolaang Mongondow), tuangoho (Bolaang Itang), bagoho (Suwawa), mumungo,

panua (Gorontalo), molo (Sulawesi Tenggara). Jenis ini dikenal pula dengan nama

asing megapode maleo (Perancis), hammerhuhn (Jerman), talegalo maleo (Spanyol),

maleo fowl, gray’s brush turkey (Inggris).

2. Bobot Telur

Telur untuk semua jenis burung memiliki warna, bentuk, ukuran dan ciri khas

tersendiri, telur maleo mempunyai bobot antara 190-280 gram, panjang 92,1-112,6

mm dan lebar 56,6-57,6 mm. Telur maleo mempunyai kuning yang lebih banyak

yaitu berkisar antara 60-64% dan albumen 35-39% dari kandungan telur seluruhnya

(Dekker, 1990b)

Kuning telur yang besar merupakan persediaan makanan cukup banyak bagi

anak burung, karena sejak menetas anak burung tersebut harus sepenuhnya mandiri

(Kinnaird, 1997).

Kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur, karena kuning telur

mengandung zat bergizi tinggi untuk menunjang kehidupan embrio.Bentuk kuning

7

telur hampir bulat, terletak ditengah-tengah dan berwarna jingga atau kuning.Pigmen

pemberi warna kuning terdiri dari kriptoxantin, xantofil, karoten dan lutein. Kuning

telur terbungkus oleh selaput tipis, kuat dan elastis yaitu “membran vitelin” dengan

ketebalan sekitar 24 mikron, terbuat dari protein musin dan keratin. Di samping itu,

kuning telur tersusun dari lapisan-lapisan putih dan kuning, biasanya berjumlah 6

lapisan berselang-seling dengan lapisan kuning yang lebih lebar (Nugraha, 2012).

Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase kerabang telur juga

mempengaruhi bobot telur, persentase kerabang telur sekitar 10%-12% dari bobot

telur.Ketebalan kerabang telur ayam merupakan hasil dari metabolisme kalsium

melalui pakan ayam. Bobot telur juga dipengaruhi oleh genetik, umur induk dan feed

intake serta nutrien pakan. Semakin bertambahnya umur induk tingkat menjelang

puncak produksi, maka bobot telur akan semakin meningkat.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi bobot telur ayam adalah umur

ayam, suhu lingungan, strain atau breed, umur ayam, kandungan nutrisi dalam

ransum, bobot tubuh ayam dan waktu telur dihasilkan (Sodak, 2011). Ditambahkan

oleh Nort dan Bell (1984) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur antara lain

genetik dan umur ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim dan sistem

pengelolaan ayam. Menurut Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki

kisaran bobot antara 35-45 gram.

Bobot telur tidak terlepas dari pengaruh bobot kuning telur.Persentase kuning

telur sekitar 30-32% dari bobot telur.Bobot kuning telur dipengaruhi oleh

perkembangan ovarium.Ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur,

8

apabila pembentukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil

(Tugiyanti, 2012). Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan

berpengaruh terhadap pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang

optimal.

3. Tekstur Telur

Kerabang telur memiliki sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat pada

bagian luar dari lapisan membran kulit luar (Winarno dan Koswara, 2002). Awal

pembentukan kerabang dimulai dari terbentuknya membran dalam dan luar kerabang

yang diikuti dengan penyusunan lapisan mamiler yang terikat dengan membran

kerabang bagian dalam dan tersusun dari cone dasar dan membran cone, selanjutnya

penyusunan membran palisadik yang mengandung kapur berupa kalsium karbonat

yang berikatan dengan bahan organik. Bagian terakhir dari pembentukan kerabang

dalam uterus adalah peletakan lapisan kutikula pada permukaan kerabang sekitar 1,5

jam sebelum peneluran (Suprijatna et al.,2008).

Kerabang telur yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga

mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000).

4. Warna Telur

Telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna

putih (Hadiwiyoto, 1993). Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya

9

masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang

dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna

(Suprijatna et al., 2008).

(Suprapti, 2006) menyatakan bahwa banyak jenis telur unggas yang dapat kita

jumpai di sekitar kita. Namun secara umum, ada 5 macam telur unggas yang paling

sering dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu telur ayam kampung, ayam ras,

itik/bebek, entok, dan puyuh. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau

putih kecoklatan, dengan berat berkisar antara 25-35 g/butir.Telur ayam negeri/ras,

umumnya berwarna coklat pastel hingga coklat merah, dengan berat berkisar antara

50-70 g/butir.Telur itik/bebek, umumnya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar

antara 70-80 g/butir. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar

antara 70-80 g/butir.Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol coklat

kehitaman, dengan berat 10 g/butir.

Telur itik merupakan hasil pertama yang diperoleh dari ternak itik selain

dagingnya. Telur itik berukuran hampir sama dengan ukuran telur ayam dan

kandungan gizi nya pun hampir sama. Akan tetapi, telur itik kulitnya berwarna biru,

biru muda serta biru tua. Telur itik biasanya berukuran besar, warna kulitnya hijau

kebiruan. Kandungan gizi pada telur itik hampir sama dengan kandungan gizi telur

ayam, akan tetapi pada telur itik mudah sekali menyerap air dan kotoran (Rasyaf,

1994).

10

Warna telur burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih dan

kekuning-kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru.Pigmen dari kulit

telur puyuh berasal dari oopophyrin dan billiverdin (Nugroho, 1990).

Telur maleo berwarna putih berbintik-bintik kemerah-merahan (Widyastuti,

1993). Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu dan lama kelamaan

berubah menjadi kecoklat-coklatan. Warna telur dalam taksonomi bukan hal yang

penting, tetapi warna ini menunjukkan hubungan dengan tipe pemilihan tempat

bersarang.

5. Indeks Telur

Menurut Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-

79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah

70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index"

(SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).Nutrisi yang terserap oleh tubuh ayam yang

digunakan sebagai sumber energi untuk pemenuhan hidup pokok sehingga energi

yang digunakan untuk organ reproduksi dan produksi belum optimal.Bentuk telur

yang tidak proporsional berupa bentuk telur yang tidak bulat, terdapat bentuk cetak

tubuh pada telur (body-check) dan tidak seimbang perbandingan panjang dan

lebarnya.Hal ini disebabkan oleh daya kerja alat reproduksi ayam. Penurunan

kemampuan daya cerna pakan, ketersediaan Ca dan mineral lainnya pada tubuh ayam,

dan kemampuan alat reproduksi yang terjadi akan berpengaruh terhadap kualitas telur

yang dihasilkan (Sodak, 2011).

11

Pengaruh perubahan suhu dan kelembapan lingkungan yang secara mendadak

secara langsung dapat menyebabkan stress pada ayam. Ketika ayam mengalami

stress, produksi hormon FSH akan terganggu yang diduga berdampak negatif pada

kerabang telur yang dihasilkan. Hormon FSH mempengaruhi sekresi steroid yaitu

estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh sel theca dan sel granulosa, yang

penting untuk pembentukan kuning telur, albumin dan cangkang telur. Stress juga

dapat mengakibatkan turunnya nafsu makan ayam, sehingga asupan nutrien bagi

ayam menjadi rendah. Kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan

terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional (Hafez, 2000).

Bobot tubuh ayam juga mempengaruhi bentuk telur, bobot tubuh ayam yang

semakin besar memungkinkan ukuran isthmus semakin besar dan lebar, sehingga

bentuk telur yang dihasilkan akan cenderung bulat. Bentuk telur yang semakin bulat

tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi (Sodak, 2011).

Ditambahkan oleh (Piliang, 1992) apabila diameter isthmus lebar maka bentuk

telur yang dihasilkan cenderung bulat, apabila diameter isthmus sempit maka bentuk

telur yang dihasilkan cenderung lonjong.Pada penelitian (Tanari et al., 2008) rata-rata

indeks telur maleo yaitu 59,01%.

12

6. Kerabang Telur

Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari

penurunan kualitas baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan fisik,

maupun penguapan. Salah satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah

umur burung maleo, semakin meningkat umur burung maleo kualitas kerabang

semakin menurun, kerabang telur semakin tipis,warna kerabang semakin memudar,

dan berat telur semakin besar (Yuwanta, 2010b).

Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia.Pada

ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran

kerabang, kerabang dan kutikula. Kerabang pada telur terbuat dari bahan CaCO 3

atau kalsit (Suprijatna et al., 2008).

Komponen penyusun telur adalah cangkang (kulit telur), membran putih telur,

membran kuning telur dan kuning telur.Warna telur dipengaruhi oleh zat warna yang

dikumpulkan dalam kerabang pada saat penbentukan di dalam uterus (Syarief dan

Irawati, 1990).

7. Haugh Unit (HU)

Haughunit (HU) yaitu satuan nilai dari putih telur yang dikemukakan oleh

Haugh pada tahun 1939 dengan menghitung secara logaritma terhadap tinggi

albumen kental dan kemudian ditransformaskan ke dalam nilai koreksi dari fungsi

berat telur (Yuwanta, 2004).

13

Haugh Unit (HU) digunakan untuk menentukan kualitas telur yang

menyatakan hubungan antara berat telur dengan tinggi albumen (Card and Nieshein,

1975).

Menurut (Yuwanta, 2004) Biasanya nilai HU bervariasi antara 20-110 dan

telur yang baik antara 50-100.Nilai HU ini kemudian digunakan sebagai indikator

terhadap kualitas isi telur dan diklasifikasikan ke dalam empat kelas sebagai berikut.

Kelas AA A B CHU U > 79 79 > U > 55 55 > U > 31 U < 31

B. Penelitian Terdahulu

Tanari et al. (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ukuran telur

burung maleo di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dengan rata-rata bobot telur

adalah 208,80±12,30 gram dengan indeks telur 59,01±2,91. Penelitian tersebut tidak

jauh berbeda dengan penelitian saya di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna

dengan rata-rata 208,39±14,39 gram dengan indeks telur 60,08±3,17.

Saerang et al. (2010) melaporkan dalam penelitiannya bahwa rata-rata bobot

telur yang ada di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yaitu 223,70 gram dengan

indeks telur 56,41. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian saya di Kecamatan

Maligano Kabupaten Muna dengan rata-rata 208,39±14,39 gram dengan indeks telur

60,08±3,17.

Nurhalim (2013) dalam penelitiannya melaporkan bahwa bobot telur burung

maleo di Blok Hutan Pampaea Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan rata-

14

rata bobot telur adalah 252,6 gram. Bobot telur yang terdapat di Blok Hutan Pampaea

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai lebih besar dari telur yang ada di

Kecamatan Maligano Kabupaten Muna dengan rata-rata 208,39±14,39 gram.

Widyastuti (1993) melaporkan bahwa telur maleo berwarna putih berbintik-

bintik kemerah-merahan. Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu

dan lama kelamaan berubah menjadi kecoklat-coklatan. Warna tersebut tidak jauh

berbeda dengan warna telur di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.Warna telur

dalam taksonomi bukan hal yang penting, tetapi warna ini menunjukkan hubungan

dengan tipe pemilihan tempat bersarang.

15

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

\

Gambar 2.Kerangka pikir penelitian.

Burung Maleo

Telur Burung Maleo

Analisis Data

Bobot Telur TebalKerabang

Telur

WarnaTelur

Tekstur TelurIndeks Telur Haugh Unit(HU)

Karakteristik Telur Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) diKecamatan Maligano Kabupaten Muna

16

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016

bertempat di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna dan Kandang Unit Unggas

Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Telur Burung Maleo

Telur burung maleo yang diukur dan diamati dalam penelitian ini berjumlah 33

butir.Telur tersebut diperoleh dari Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

2. Mesin Penetasan

Mesin penetasan dalam penelitian ini digunakan sebagai tempat untuk mengukur

penyusutan bobot telur selama 2-4 minggu.

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah alat tulis menulis, jangka sorong, timbangan

analitik, micrometer, mistar dan kamera.

C. Prosedur Penelitian

1. Studi Pustaka

17

Penelitian diawali dengan melakukan studi pustaka yang bertujuan untuk

mengumpulkan dan informasi mengenai burung maleo, karakteristik telur dan

keadaan umum lokasi penelitian di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

2. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan untuk mengetahui kondisi areal penelitian dan mengetahui

karakteristik telur burung maleo. Penelitian menggunakan metode observasi langsung

yang didukung dengan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan

wawancara dengan pihak-pihak terkait

3. Pengumpulan Data

Data diperoleh berdasarkan pengukuran/penimbangan dan pengamatan dari

telur burung maleo.Data yang dikumpulkan yaitu bobot telur (g), indeks telur, tebal

kerabang telur, tekstur telur, warna kerabang telur dan Haugh unit (HU).Data

pengukuran bobot telur, indeks telur, tekstur telur dan warna kerabang telur berasal

dari 33 butir telur burung maleo, untuk penimbangan telur yang disimpan dalam

mesin penetasan menggunakan 8 butir telur, dan untuk pengukuran tebal kerabang

telur dan perhitungan Haugh Unit (HU) dilakukan dengan memecahkan sebanyak 3

butir telur.

4. Data Pendukung

Data pendukung juga diperoleh baik dari buku, jurnal, hasil penelitian,

informasi di taman nasional serta data yang diperoleh di internet tentang karakteristik

telur burung maleo, dan keadaan umum lokasi penelitiandiKecamatan Maligano yang

18

bertujuan untuk memperlancar kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dan

sebagai pembanding

D. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bobot telur

Bobot telur (g) merupakan rata-rata hasil penimbangan telur dengan

menggunakan timbangan analitik.Alat untuk mengukur bobot telur disajikan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Timbangan Analitik

2. Indeks telur

Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar telur dan panjang telur

dikalikan 100%, panjang telur (cm) dan lebar telur (cm) masing-masing diperoleh

dengan mengukur sumbu memanjang dan melintang telur dengan menggunakan

jangka sorong (kaliper).

3. Tekstur telur

19

Tekstur telur diperoleh dengan cara mengamati bentuk morfologi kerabang

telur, cukup diraba atau dirasakan dengan tangan.

4. Warna kerabang telur

Warna kerabang telur diproleh dengan cara melihat dan mangamati warna

pada kerabang.

5. Tebal kerabang telur

Tebal kerabang (mm) diukur dengan menggunakan mikrometer masing-

masing pada bagian ujung tumpul, ujung tajam dan tengah telur.Alat untuk mengukur

tebal kerabang telur disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4.Mikrometer

20

6. Haugh Unit (HU)

Nilai Haugh Unit (HU) merupakan hubungan antara berat telur dengan tinggi

albumen kental, diperoleh melalui persamaan berdasarkan Romanoff and Romanoff,

(1963):

Haugh Unit = 100 log (H + 7,57 – 1,7 W0,7 )

Keterangan : H = Tinggi Albumen (mm)

W = Bobot telur (g)

E. Analisis Data

Penelitian Karakteristik telur meliputi tekstur dan warna kerabang telur

dihitung nilai persentasenya (%) dan data serta informasi yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif.

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Spesifikasi Lokasi

Secara Astronomis, Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang

terletak di bagian Tenggara pulau Sulawesi. Secara geografis, Muna terletak dibagian

selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4º15’ sampai

5o15’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur 122º30’ sampai 123º15’

Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten Muna sebelah Utara berbatasan dengan

Selat Spelman, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Tengah, sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, dan sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Muna Barat. Luas daratan Kabupaten Muna setelah mekar dengan

Kabupaten Muna Barat, memiliki luas wilayah daratan ± 2.057,69 km2atau ± 205.769

Ha.(BPS, 2015).

Secara astronomis, Kecamatan Maligano terletak di bagian Utara pulau Buton.

Secara geografis, Kecamatan Maligano terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa,

memanjang dari Utara ke Selatan di antara 5.00osampai 6.25oLintang Selatan dan

membentang dari Barat ke Timur diantara 123.34osampai 124.64oBujur Timur. Batas

wilayah bagian Utara Kecamatan Maligano berbatasan dengan Kabupaten Buton

Utara, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, bagian Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Batukara, dan bagian Barat berbatasan dengan Selat

Buton.Kecamatan Maligano pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata

22

antara 25o-27oC.Luas daratan Kecamatan Maligano yaitu sekitar 98.09 km2(BPS,

2015).

Secara umum total penggunaan tanah di Kecamatan Maligano terdiri dari 8

jenis penggunaan yaitu, tanah pekarangan atau bangunan dan halaman sekitarnya,

tegal atau kebun, tambak atau kolam, tanah sementara tidak diusahakan, perkebunan

dan lain-lain, hutan negara dan lahan lainnya. Rincian penggunaan tanah tersebut

yang terluas adalah hutan negara 10.967ha (69,58%), yang sementara tidak

diusahakan seluas 853 ha (5,4%), tanah perkebunan seluas 1.907 ha (12,1 %). Tanah

tegal atau kebun seluas 858 ha (5,4 %), tanah pekarangan seluas 247 ha (1,6%), lahan

lainnya seluas 552 ha (3,5 %). Tanaman kayu-kayuan seluas 337 ha (2,1%) dan

tambak atau kolam seluas 20 ha (0,1%) (Hermansyah, 2011).

B. Karakteristik Telur Burung Maleo

Berdasarkan hasil penelitian tentang Karakteristik telur yang terdiri dari

beberapa komponen yaitu bobot telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh

Unit (HU) telur dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Rataan Karakteristik Telur yang terdiri dari beberapa komponen yaitu bobottelur, indeks telur, tebal kerabang dan Haugh Unit (HU).Komponen N Rata-rata ± Sd Maksimum Minimum

Bobot Telur (g) 33 208,39 ± 14,39 236 180Indeks Telur (%) 33 60,08 ± 3,17 65,56 50,50Tebal kerabang tumpul (mm) 3 0,36 ± 0,08 0,45 0,29Tebal kerabang tajam (mm) 3 0,37 ± 0,02 0,38 0,35Tebal kerabang tengah (mm) 3 0,41 ± 0,05 0,47 0,38Haugh Unit 3 74.77 ± 4.69 79.24 69.88Keterangan : N = Jumlah sampel ; Sd = Standar Deviasi

23

1. Bobot Telur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot telur burung maleo

yaitu 208,39gram. Hasil tersebut sesuai dengan Dekker (1990b) yang melaporkan

bahwa bobot telur maleo berkisar antara 190-280 gram.Berbeda dengan telur ayam

kampung dengan berat berkisar antara 25-35 gram.Telur ayam ras dengan berat

berkisar antara 50–70 gram.Telur itik/bebek dengan berat berkisar antara 70–80

gram.Telur entok dengan berat berkisar antara 70-80 gram.Telur puyuh dengan berat

10 gram (Suprapti, 2006).

Bobot telur maleo dapat dipengaruhi oleh bobot kuning telur dan putih telur

yaitu berkisar antara 60-64% dan 35-39% dari kandungan telur seluruhnya, oleh

karena itu ukuran telur pada burung maleo sangat beragam. Selain kandungan kuning

telur dan putih telur faktor lain yang mempengaruhi bobot telur yaitu kerabang telur,

genetik, umur induk dan feed intake serta nutrien pakan. Bell dan Weaver (2002)

menyatakan bahwa persentase kerabang telur sekitar 10-12% dari bobot telur.Bobot

kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan ovarium.Sementara itu Tugiyanti (2012)

mengemukakan bahwa ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur,

apabila pembentukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil.

Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan berpengaruh terhadap

pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang optimal. Cara mengukur

bobot telur disajikan pada Gambar 5.

24

Gambar 5. Mengukur Bobot Telur.

Sementara itu bobot telur dalam waktu penyimpanan 2-4 minggu

mempengaruhi penyusutan telur burung maleo.Penyusutan adalah hasil pengurangan

bobot awal oleh bobot akhir setelah telur mengalami penyimpanan. Penyusutan bobot

telur dapat terjadi akibat temperatur dan usia embrio melalui proses penguapan

air.Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan disajikan pada Tabel

2.

Tabel 2.Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalam mesinpenetasan.

NoBobotAwal

(gram)

Penyusutan

2 Minggu Susut % 4 Minggu Susut %

1 220 220 0 0 216 4 1.822 205 204 1 0.49 195 10 4.883 196 192 4 2.04 178 18 9.184 205 203 2 0.98 193 12 5.855 199 194 5 2.51 177 22 11.066 202 199 3 1.49 184 18 8.917 229 223 6 2.62 202 27 11.798 191 189 2 1.05 174 17 8.90

Rata-rata 205.88 203.00 2.88 1.40 189.88 16.00 7.80

25

Berdasarkan Tabel 2 diatas pada penyimpanan minggu kedua berkisar antara

0-2,62% dengan rata-rata penyusutan 1,40%, pada penyimpanan minggu keempat

berkisar antara 1,82-11,79% dengan rata-rata penyusutan 7,80%. Faktor yang

mempengaruhi penyusutan adalahterjadi penguapan yang tinggi.Davis dkk. (1988)

menunjukkan bahwa kehilangan air selama dalam mesin tetas disebabkan gerakan

peningkatan ion Ca+ dan Na+ dari cairan allantoic disebabkan oleh transfer aktif

dalam membran chorioallantoic (CAM) dan menyarankan bahwa sistem

osmoregulatory embrio merespon dengan meningkatkan kehilangan air selama dalam

mesin tetas.

2. Indeks Telur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata indeks telur burung maleo yaitu

60,08%. Hasil tersebut sesuai dengan Tanari et al., (2008) yang melaporkan bahwa

rata-rata indeks telur maleo yaitu 59,01%. Tingginya Indeks telur disebabkan oleh

bentuk telur yang semakin bulat (Sodak, 2011).Bentuk telur yang berbeda-beda

disebabkan oleh diameter isthmus.Diameter isthmus yang lebar menghasilkan bentuk

telur yang cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit maka bentuk telur

yang dihasilkan cenderung lonjong (Piliang, 1992).

Bentuk telur burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna

tergolong asimetris. Secara umum telur memiliki dua bentuk yaitu bentuk simetris

(lebar oval hampir bulat, panjang oval ellips, normal oval) dan asimetris (normal

26

oval, panjang oval, lebar oval) (Mardiastuti, 1991). Bentuk telur pada unggas yaitu

oval, elliptical, biconial, conial, dan spherical (Yuwanta, 2004).

3. Tebal Kerabang Telur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tebal kerabang telur burung

maleo yang tumpul, tengah dan tajam yaitu 0,36±0,08 mm;0,41±0,05 mm; 0,37±0,02

mm.Tebal telur burung maleo dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu yang

mempengaruhi adalah umur burung maleo, semakin meningkat umur burung maleo

kualitas kerabang semakin menurun, kerabang telur semakin tipis, warna kerabang

semakin memudar, dan berat telur semakin besar (Yuwanta, 2010).Cara mengukur

tebal kerabang telur disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Mengukur Tebal Kerabang Telur.

27

Faktor lain yang mempengaruhi tebal kerabang telur adalah kalsium atau

vitamin D. Kerabang telur yang baik tersusun atas kalsium. Pada proses bertelur,

ternak unggas membutuhkan kalsium (Ca) 20 kali lebih banyak dari kebutuhan

normal. Jika kesediaan Ca di dalam tubuh ternak kurang, maka pembentukan

kerabang telur dapat terganggu (Wibawan, 2012).

4. Haugh Unit (HU)

Berdasarkan hasil penelitian tentang Haugh Unit (HU) telur burung maleo

seperti tercantum pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata HU telur burung maleo

adalah 74,77±4.69 dengan kisaran nilai minimum 79,24 dan maksimum 69,88.

Melihat nilai HU dari telur burung maleo dapat diklasifikasikan menjadi telur grade

AA, A, B dan C. Sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), besarnya HU dalam

klasifikasi kualitas telur yaitu grade AA dengan nilai HU lebih dari 79; grade A

dengan nilai HU diantara 55 sampai 79; grade B dengan nilai HU antara 31 sampai

55; dan grade C kurang dari 31.

Sementara itu, untuk hasil karaketristik kualitatif yang meliputi warna

kerabang telur dan tekstur telur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Karaketristik Kualitatif yang meliputi warna kerabang telur dan tekstur telur.Komponen N Karakteristik Kualitatif

Warna Kerabang Telur 33 CoklatTekstur Telur 33 HalusKeterangan : N = Jumlah sampel

28

5. Warna Kerabang Telur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata warna kerabang telur burung

maleo adalah coklat.Berbeda dengan warna telur ayam kampung yang warnanya

putih atau putih kecoklatan.Telur ayam ras yang berwarna coklat pastel hingga coklat

merah.Telur itik/bebek berwarna biru hijau.Telur entok berwarna putih.Telur puyuh

berwarna putih bertotol-totol coklat kehitaman, yang telah dilaporkan oleh Suprapti

(2006).Warna tersebut menunjukkan bahwa warna kerabang pada berbagai jenis

unggas berbeda-beda.

Warna coklat pada kerabang telur burung maleo sejatinya dipengaruhi oleh

faktor genetic yaitu adanya zat warnaphorpyrin sebagai pembawa warna coklat atau

pigmen empedu yang tersimpan dalam hemoglobin yang disebut cyanin yang

disekresi oleh empedu sebagai pembawa warna biru atau hijau (Welty, 1979).

Kondisi lingkungan dan penyakit juga dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya

pewarnaan kulit telur.Salah satu faktor yang berperan penting adalah kandungan

kalsium. Kandungan kalsium pada ternak harus sesuai sehingga pada proses bertelur

burung maleo tidak kekurangan kalsium. Jika kalsium rendah maka sekresi phorpyrin

pada saat proses pewarnaan kerabang telur akan berkurang akibatnya warna kulit

kerabang telur akan lebih putih.

6. Tekstur Telur

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tekstur telur burung maleo diperoleh

tekstur telur halus, hasil ini sesuai dengan pendapat Nafiu et al. (2010) bahwa salah

29

satu ciri telur yang baik adalah mempunyai tekstur kerabang halus, kerabang telur

rata, tidak bernoda/berbintil-bintil dan tidak berpinggang. Sedangkan menurut Jacob

et al.(2009) bahwa Pada kerabang telur tidak ada bagian yang kasar yaitu kerabang

yang termasuk normal, sehingga tidak berpengaruh pada bentuk, tekstur dan kekuatan

dari kerabang. Secara eksterior telur burung maleo cukup berkualitas, karena tekstur

yang halus berkaitan dengan kebersihan telur itu sendiri.Hal ini sesuai pendapat

Sudaryati (1996) bahwa kualitas eksterior telur meliputi bentuk, bobot dan kebersihan

kerabang telur.

30

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa rata-rata bobot telur burung

maleo yaitu 208,39±14,39 gram. Rata-rata indeks telur burung maleo yaitu 60,08%.

Rata-rata tebal kerabang telur burung maleo yang tumpul, tengah dan tajam

0,36±0,08 mm;0,41±0,05 mm; 0,37±0,02 mm. Warna kerabang telur burung maleo

adalah coklat. Tekstur telur burung maleo diperoleh tekstur telur yang halus,

sedangkan rata-rata nilai HU adalah74,77±4,69.

B. Saran

Perlu adanya penelitian yang serupa dengan tempat yang berbeda agar dapat

dijadikan sebagai referensi dan memperkaya informasi tentang Karakteristik Telur

Burung Maleo.

31

DAFTAR PUSTAKA

Addin, A., 1991. Karakteristik Mikro Habitat Tempat Bertelur Burung Maleo(Macrocephalon maleo SAL. Muller 1846) Pada Habitat Alami DalamUpaya Penangkaran Di Suaka Margasatwa Buton Utara Sulawesi Tenggara,Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

Argeloo, M., 1991.The Maleo Conservation Project.Preliminary Report.Unpublished.

Bell, D. & Weaver., 2002.Commercial Chicken Meat and Egg.Kluwer AcademicPublishers, United States of America.

(BPS) Badan Pusat Statistik, 2015. Kabupaten Muna dalam Angka. Badan PusatStatistik, Sulawesi tenggara.

(BPS) Badan Pusat Statistik, 2015. Kecamatan Maligano dalam Angka. Badan PusatStatistik, Sulawesi tenggara

Chan, H. dan M. Zamrowi, 1993.Pemeliharaan dan Cara Pembibitan AyamPetelur.Penerbit Andes Utama. Jakarta.

Davis, T. A., S. Shen, and P. A. Ackerman., 1988.Embryonic Osmoregulation:Consequences of High and Low Water Loss During Incubation of TheChicken Egg. Journal of Experimental Zoology 245:144–156.

Dekker, R.W.R.J., 1990a. Conservation and Biology of Megapodes (Megapodidae,Galliformes, Aves). Universiteit van Amsterdam. Institut voor TaxonomischeZoologie.

Dekker, R.W.R.J., 1990b. The Distribution and Status of Nesting Ground of theMaleo(Macrocephalon maleo) in Sulawesi, Indonesia.Institut ofTaxonomicZoologi, Zoologicsh Museum.University of Amsterdam.TheNetherland.

Hoyo, D, JA Elliott and J. Sargatal, 1994.Handbook of the Birds of the WorldVolume2.New World Vultures to Guineafowl.Bird Life International andLynxEdition. Barcelona.

Gunawan, H., 2000. Startegi Burung Maleo (Macrochephalon maleo Sal Muller1846) Dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi. Tesis.ProgramPascasarjana Institut Pertanian Bogor.

32

Hadiwiyoto, S., 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty,Yogyakarta.

Hafez, E. S. E., 2000. Reproduction in Farm Animals.7 th Ed. Lea & Febiger.Philadelphia, 385-398.

Haryono, 2000.Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi AyamRas.Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2000.

Hermansyah, L.O., 2011. Kajian Potensi Kawasan Hutan Suaka Margasatwa ButonUtara dan Keterkaitannya Dengan Masyarakat.Universitas Indonesia.Tesis.Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan.Program Pascasarjana .Jakarta.

Jacob, J.P., R.D. Miles, dan F.B. Mather., 2009. Egg Quality.Institute of FoodandAgricultural Sciences.University of Florida, Gainesville.

Jones, DN., RWRJ,Dekker., and CS. Roselaar., 1995. Bird Families of the World:TheMegapodes. Oxford University Press. Oxford.

Kinnaird, M.F., 1997. Sulawesi Utara : Sebuah Panduan Sejarah Alam. YayasanPengembangan Wallacea. GEF-Biodiversity Collections Project. SULUT

MacKinnon, J., 1978. Sulawesi Megapodes.World Pheasant Association Journal.

Mardiastuti, A., 1991. Differences in size among waterbirds eggs in Pulau Rambut:SomePreliminary Observation. Media Konservasi, 3(2): 66-67.

Nafiu, L.O., Rusdin, M. dan Aku, A.S., 2010.Produksi dan karakteristik telur ayam tolakipada pemeliharaan intensif. Staf Pengajar Fakultas Peternakan UniversitasHaluoleo, Kendari.

Nasution, Saddat dan Adrizal., 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein-EnergiRansum Yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Buras.Jurnal.FakultasPeternakan. Universitas Andalas. Padang.

Nort, M. O. and D. D. Bell., 1990. Commercial Chicken Production Manual.The 4thEd. Avi Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.

Nugraha, A., 2012., Pengolahan Telur. (Online)http://ajiboger.blogspot.com/2012/.Di akses pada hari Selasa tanggal 5 April2016.

33

Nugroho, E dan I. G. K. Mayun., 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset,Semarang.

Nurhalim., 2013. Karakteristik Habitat dan Tingkah LakuBertelur Burung Maleo(Macrcephalon maleo Sal Muller 1846) di Blok Hutan Pampea TamanNasinal Rawa Aopa Watumohai, Skripsi, Jurusan Peternakan, FakultasPeternakan, Universitas Halu Oleo.Kendari.

Piliang, W.G., 1992. Manajemen Berternak Unggas. Departemen Pendidikan danKebudayaan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[PPA] Perlindungan dan Pelestarian Alam, 1994. Burung: Mengenal lebih dekatsatwayang dilindungi. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Rasyaf, M., 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff., 1963.The Avian Egg.2nd ed. Jhon Wiley andSons. Inc., New York.

Saerang, JLP., Manalu, W., soesanto IRH., dan Mardiastuti A., 2010. Physical andChemical Characteristics of Maleo Egg in Bogani Nani WartabonePark.Animal Production 12 (1):34-38

Santoso, N., 1990. Dampak Kegiatan Pemetaan Geologi dan PenelitianSeismikPantul terhadap Anoa (Bubalus spp.) dan Maleo (Macrocephalonmaleo)di Suaka Margasatwa Pulau Buton Utara, Sulawesi Tenggara.FakultasPasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sodak, F.J., 2011. Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada DuaPeternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Departemen IlmuProduksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan. Institut PertanianBogor.

Sudaryati, T., 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprapti, M.L., 2006. Pengawetan Telur .Kanisius.Yogyakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana., 2008. Ilmu Dasar TernakUnggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syarief, R dan Irawati., 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian.PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.

34

Tanari M, Rusiyantono Y, Hafsah., 2008. Teknologi Penetasan Telur Burung Maleo(Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) Sebagai Upaya Konservasi.Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah

Tugiyanti, E dan N. Iriyanti., 2012. Kualitas Eksternal Ayam Petelur Yang MendapatRansum Dengan Penambahan Tepung Ikan Fermentasi Menggunakan IsolateProduser Antihistamin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 1 No 2.

Welty, J. C., 1979.The Lie of Birds Second Edition. Sauders College Publishing,Philadephia.

Wibawan, I. W. T., 2012.Mengatasi Kerabang Telur Tipis.(Online).(http://peternakan.umm.ac.id/id.umm-news-2888-mengtasi-kerabang-telur-tipis.html. Di akses pada hari Selasa tanggal 5 April 2016).

Widyastuti, Y.E., 1993. Flora-Fauna.Maskot Nasional dan Propinsi. PenebarSwadaya. Jakarta

Winarno, F.G. dan S. Koswara., 2002.Telur : Komposisi, Penanganan danPengoahannya, M-Brio Press, Bogor.

Yuwanta, T., 2004a. Dasar Ternak Unggas. Gadjah Mada University.Yogyakarta.

Yuwanta, T., 2010b.Telur dan Kualitas Telur.Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.

35

LAMPIRAN - LAMPIRAN

36

Lampiran 1.Mengukur bobot telur Lampiran 2.Mengukur panjang telur

Lampiran 3.Mengukur lebar telur

37

Lampiran 4. Mengukur Komposisi Haugh Unit

Lampiran 5. Mengukur Tebal Kerabang

38

Lampiran1. Hasil Penyusutan Telur Burung Maleo selama waktu penyimpanan.

NoBobot Awal

(gram)Penyusutan

2 Minggu Susut % 4 Minggu Susut %1 220 220 0 0 216 4 1.822 205 204 1 0.49 195 10 4.883 196 192 4 2.04 178 18 9.184 205 203 2 0.98 193 12 5.855 199 194 5 2.51 177 22 11.066 202 199 3 1.49 184 18 8.917 229 223 6 2.62 202 27 11.798 191 189 2 1.05 174 17 8.90

39

Lampiran 2. Hasil perhitungan Haugh Unit (HU) Telur.

HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)

= 100 log (70 + 7, 57 – 1,7 . 2000,7)

= 100 log (75,57 – 69,37)

= 100 log (6,20)

= 79,24

HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)

= 100 log (65+ 7, 57 – 1,7 . 1900,7)

= 100 log (72,57 – 66,92)

= 100 log (5,65)

= 75,20

HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)

= 100 log (62 + 7, 57 – 1,7 . 1800,7)

= 100 log (69,57 – 64,44)

= 100 log (5,13)

= 69,88

40

Lampiran 3. Hasil bobot telur, panjang telur, lebar telur dan indeks telur burungmaleo.

Nomor Telur Bobot Telur Panjang Telur Lebar Telur Indeks Telur1 220 9.5 6 63.162 205 9.5 5.8 61.053 196 9.6 5.6 58.334 213 9.5 5.8 61.055 205 10 5.8 586 199 9.5 5.7 607 202 9.3 5.9 63.448 229 9.8 6 61.229 191 9 5.9 65.56

10 224 10 6 6011 236 10 6.1 6112 229 10.2 6 58.8213 200 10.1 5.7 56.4414 212 10 5.8 5815 211 9.8 5.8 59.1816 225 9.5 6.2 65.2617 223 10.1 5.9 58.4218 205 10 5.8 5819 215 9.5 6 63.1620 211 9.6 5.9 61.4621 204 9.3 5.9 63.4422 200 9.5 5.9 62.1123 180 9.8 5.5 56.1224 190 9.4 5.8 61.725 200 9.5 5.8 61.0526 194 9.2 5.9 64.1327 199 10.1 5.1 50.5028 217 10.3 5.9 57.2829 221 9.5 6.1 64.2130 193 9.8 5.7 58.1631 180 9.6 5.5 57.2932 224 10.3 6 58.2533 224 10.4 5.9 56.73

Rata-rata 208.39 9.73 5.84 60.08Sd 14.39 0.35 0.21 3.17

Ket :Sd = Standar deviasi;

41