18
KUALITAS PELAYANAN JASA TERMINAL PENUMPANG PADA PELABUHAN PT. PELINDO I (PERSERO) SRI BAYINTAN KIJANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: RAHMAT HIDAYAT NIM : 110563201072 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Kualitas Pelayanan Jasa Terminal Penumpang Pelabuhanjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyebutkan bahwa kepuasan konsumen merupakan fungsi dari

  • Upload
    votuyen

  • View
    228

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

KUALITAS PELAYANAN JASA TERMINAL PENUMPANG PADA

PELABUHAN PT. PELINDO I (PERSERO) SRI BAYINTAN KIJANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

RAHMAT HIDAYAT

NIM : 110563201072

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

KUALITAS PELAYANAN JASA TERMINAL PENUMPANG PADA

PELABUHAN PT. PELINDO I (PERSERO) SRI BAYINTAN KIJANG

RAHMAT HIDAYAT

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Pelabuhan PT. PELINDO I Sri Bayintan Kijang merupakan pelabuhan yang

terletak di wilayah Bintan Timur dan merupakan pelabuhan Perwakilan dari

Pelabuhan cabang PT. PELINDO I Sri Bintan Pura Tanjungpinang. PT. PELINDO I

Sri Bayintan sebagai penyelenggara perhubungan laut khususnya di Provinsi

Kepulauan Riau mempunyai peran yang sangat penting bagi jalur trasportasi laut

untuk masyarakat karena Pelabuhan PT. PELINDO I Sri Bayintan ini selalu rutin

melakukan kegiatan penyeberangan laut dengan kapal-kapal berukuran besar milik

PT. PELNI. Salah satu kegiatan pelayanan jasa Pelabuhan PT. PELINDO I Sri

Bayintan adalah Jasa Terminal Penumpang. Terminal Penumpang adalah suatu

tempat atau ruangan untuk menunggu waktu embarkasi atau naik keatas kapal yang

disediakan oleh PT. PELINDO I Sri Bayintan (Pelabuhan) kepada penumpang yang

akan segera berangkat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan

jasa terminal penumpang pada PT. PELINDO (Persero) I Sri Bayintan Kijang dengan

jenis penelitian Kuantitatif. Untuk mengukur kualitas pelayanan di Pelabuhan Sri

Bayintan Kijang peneliti mengacu kepada pendapat Tjiptono & Diana (Wijaya,

2011:74) yang merumuskan bahwa ada 5 dimensi kualitas pelayanan yang disebut

Service Quality. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 98

penumpang. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan penilaian terhadap Kualitas Pelayanan dengan pelayanan yang diharapkan

(expected service) dan pelayanan yang diterima (perceived service).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Kualitas Pelayanan Jasa

Terminal Penumpang pada PT. PELINDO I Sri Bayintan Kijang diketahui bahwa

Pelayanan yang diterima oleh penumpang belum sesuai dengan pelayanan yang

diharapkan oleh penumpang. Dengan melakukan perhitungan GAP dari kelima

dimensi kualitas pelayanan diketahui bahwa rata-rata kelima dimensi memiliki nilai

0,569, dimana hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada PT. PELINDO I

Sri Bayintan Kijang dilihat dari rata-rata seluruh dimensi tidak baik berdasarkan nilai

Q (kualitas) < 1

Kata Kunci : Kualitas Pelayanan

2

A B S T R A C T

Port PT. PELINDO I Sri Bayintan Kijang is a port situated in the territory of

East Bintan and is the port of Representatives of the Port branch of PT. PELINDO I

Sri Bintan Pura Tanjungpinang. PT. PELINDO I Sri Bayintan as providers of

marine transportation, especially in Riau Islands province has a very important role

for sea transportation lines to the public because of the Port of PT PELINDO I Sri

Bayintan have always routinely conduct sea crossings to large-sized ships owned by

PT. PELNI. One of the services activities Port PT. PELINDO I Sri Bayintan is the

Passenger Terminal Services. Passenger Terminal is a place or room to wait for the

time of embarcation or rise above the ship provided by PT. PELINDO I Sri Bayintan

(Port) to passengers who will soon depart

The purpose of this study was to determine the quality of passenger terminal

services at PT. PELINDO I (Persero) Bayintan Sri Kijang with this type of

quantitative research. To measure the quality of services at the Port of Sri Kijang

Bayintan researchers refer to the opinions Tjiptono & Diana (Wijaya, 2011: 74),

who theorized that there are five dimensions of service quality which is called

Service Quality. The samples used in the study are as much as 98 passengers.

Analysis of the data in this research is to do scoring towards Quality Services with

service expected (expected service) and service received (perceived service).

Based on the results of research conducted on the Passenger Terminal

Service Quality at PT. PELINDO I Sri Bayintan Kijang is known that the service

received by passengers is not in accordance with the service expected by the

passenger. By calculating the GAP of the five dimensions of service quality in mind

that the average fifth dimension has a value of 0.569, where it indicates that the

quality of service at PT. PELINDO I Sri Bayintan Kijang seen from the average of

all dimensions aren’t good based on the value of Q (quality) <1

Keywords: Service Quality

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk

mengamati mengenai kualitas

pelayanan di Terminal Penumpang

Pelabuhan PT. PELINDO I Sri

Bayintan Kijang. Hal ini penting

sebagai bahan evaluasi dan

pembelajaran bagi Pelabuhan PT.

PELINDO I Sri Bayintan dalam

membenahi kualitas pelayanan yang

diberikan agar lebih optimal.

Kualitas pelayanan bukanlah sebuah

wacana baru dalam dunia akedemisi

tetapi faktanya sampai hari ini masih

banyak tulisan-tulisan yang memuat

wacana ini dikarenakan hingga saat ini

di Indonesia belum semua

instansi,lembaga ataupun perusahaan

yang mampu memberikan kualitas

pelayanan yang baik kepada

konsumennya.

Sebuah pelayanan dapat dikatakan

berkualitas apabila pengharapan yang

diinginkan pemakainya baik yang

berbentuk jasa maupun barang telah

terpenuhi. Sebuah pelayanan juga

dianggap memiliki kualitas setelah

mereka memberikan pelayanan yang

telah diharapkan oleh masyarakat

sebagai abdi masyarakat yang

bertanggung jawab atas kinerjanya.

Pada tahun 1985 tiga orang pakar

yang pertama kali melakukan penelitian

tentang kualitas pelayanan yaitu

Parasuraman, Valarie A. Zeithaml dan

Leoanard L. Berry dalam jurnalnya

yang berjudulnya “A conceptual Model of

Service Quality and Implications for Future

Research” mengatakan bahwa didalam

mengukur suatu kualitas pelayanan

menggunakan perbandingan antara nilai

harapan dan nilai persepsi konsumen

sehingga akhirnya akan terlihat gap

antara kedua nilai tersebut. Pemikran

dan ide yang di rumuskan oleh

Parasuraman, Valarie A. Zeithaml dan

Leoanard L. Berry kemudian mendapat

banyak pengakuan dan persetujuan dari

ilmuwan-ilmuwan lain seperti misalnya

M. Carman (1990), J. Joseph Cronin Jr

and Steven A. Taylor (1992), Thomas

P. Van Dyke (1997) dan Alexandria

Brysland and Adrienne Gurry (2001).

Kualitas pelayanan kini memainkan

peranan penting dalam banyak industri

jasa karena merupakan pembeda yang

paling efektif bagi sejumlah produk

(Wijaya 2011:1). Maka tidak

mengherankan saat ini banyak

perusahaan yang dulu bersaing

berdasarkan harga yang murah atau

teknologi yang canggih

mengembangkan strategi bisnis mereka

berdasarkan kualitas pelayanan yang

dapat memuaskan konsumennya.

Kotler (Wijaya 2011:2)

menyebutkan bahwa kepuasan

konsumen merupakan fungsi dari

pandangan terhadap kinerja produk atau

jasa dan harapan konsumen. Kepuasan

merupakan fungsi dari persepsi kesan

atau kinerja dan harapan konsumen.

Jika kinerja di bawah harapan maka

konsumen tidak akan puas, jika kinerja

memenuhi harapan maka konsumen

akan puas dan jika kinerja melebihi

harapan maka konsumen akan sangat

puas. Akhir-akhir ini persaingan antar

instansi, lembaga, dan perusahaan

penyedia jasa pelayanan semakin ketat

sehingga menuntut mereka agar selalu

dapat memanjakan dan memberikan

pelayanan terbaik kepada para

konsumennya. Konsumen saat ini

sangat selektif dalam memilih

perusahaan penyedia jasa yang dapat

memberikan pelayanan yang terbaik

kepadanya.

Pelabuhan PT. PELINDO I Sri

Bayintan Kijang merupakan pelabuhan

yang terletak di wilayah Bintan Timur

4

dan merupakan pelabuhan Perwakilan

dari Pelabuhan cabang PT. PELINDO I

Sri Bintan Pura Tanjungpinang. PT.

PELINDO I Sri Bayintan sebagai

penyelenggara perhubungan laut

khususnya di Provinsi Kepulauan Riau

mempunyai peran yang sangat penting

bagi jalur trasportasi laut untuk

masyarakat karena Pelabuhan PT.

PELINDO I Sri Bayintan ini selalu

rutin melakukan kegiatan

penyeberangan laut dengan kapal-kapal

berukuran besar milik PT. PELNI setiap

minggunya, hal ini terjadi karena di

wilayah Pulau Bintan hanya PT.

PELINDO I Sri Bayintan yang

memiliki kedalaman laut yang cukup

untuk bisa dilewati kapal-kapal

berukuran besar. Banyak penumpang

yang datang dari dalam dan luar pulau

di sekitar Pulau Bintan untuk pergi

keluar menuju suatu daerah ataupun

provinsi lainnya melalui Pelabuhan PT.

PELINDO I Sri Bayintan setiap

minggunya.

Salah satu kegiatan pelayanan jasa

Pelabuhan PT. PELINDO I Sri

Bayintan adalah Jasa Terminal

Penumpang. Terminal Penumpang

adalah suatu tempat atau ruangan untuk

menunggu waktu embarkasi atau naik

keatas kapal yang disediakan oleh PT.

PELINDO I Sri Bayintan (Pelabuhan)

kepada penumpang yang akan segera

berangkat. Sebagai salah satu

perusahaan yang menawarkan jasa

pelayanan untuk penumpang Pelabuhan

PT. PELINDO I Sri Bayintan dituntut

dapat memberikan pelayanan yang

berkualitas bagi para calon

penumpangnya.

Didalam mewujudkan kualitas

pelayanan yang optimal khususnya bagi

Pelabuhan Sri Bayintan Kijang, masih

terdapat beberapa gejala permasalahan

didalam pelaksanaannya yaitu :

1. Rusaknya akses jalan masuk dan

keluar menuju Pelabuhan Sri Bayintan

Kijang

2. Parkir kendaraan bermotor para

penjemput dan pengantar tidak di pada

area parkir yang disediakan

3. Luas terminal dan minimnya

fasilitas pada terminal penumpang

Pelabuhan Sri Bayintan Kijang yang

belum memadai

4. Pedagang yang berjualan di area

yang dilarang dalam terminal

penumpang

5. Layanan informasi yang belum

maksimal.

Berdasarkan data jumlah

penumpang dari tahun 2010 sampai

dengan April 2016 menunjukkan bahwa

jumlah setiap tahunnya mengalami

ketidakstabilan. Hal tersebut

mengindikasikan adanya ketidakpuasan

penumpang terhadap pelayanan yang

diberikan. Dari uraian diatas

selanjutnya membuat peneliti tertarik

untuk mengetahui bagaimana kualitas

pelayanan yang diberikan petugas

pelabuhan, fasilitas yang disediakan

pelabuhan dalam ruang terminal,

kenyamanan serta keamanan

penumpang dan lain sebagainya. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui keinginan

serta harapan penumpang agar

pelayanan yang ada dapat memberikan

kepuasan penumpang yang akhirnya

dapat membentuk loyalitas dari

penumpang.

Penelitian tentang kualitas

pelayanan sebelumnya yang ditulis oleh

Septyan Nur Andika dalam skripsinya

yang berjudul “Kualitas Pelayanan

Jasa Terminal Penumpang Gapura

Surya Nusantara Pada PT PELINDO

III (PERSERO) Cabang Tanjung Perak

Surabaya” dibahas tentang bagaimana

melihat kualitas pelayanan dalam

sebuah terminal penumpang yang baru

5

saja di renovasi dengan menguraikan

masalah menjadi 5 dimensi dengan

menggunakan teori Tjiptono & Diana

(dalam Wijaya, 2011:74) yaitu

realibility (kehandalan), responsiveness

(ketanggapan dan kepedulian),

assurance (jaminan kepastian), empathy

(empati), dan tangible (berwujud).

Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara

serta dokumentasi sedangkan teknik

analisis data menggunakan model

interaktif dari Miles dan Hubberman.

Dalam penelitiannya pada terminal

penumpang yang baru dibangun

kembali ini dengan menambah

kapasitas penumpang serta perbaikan

fasilitas dengan taraf standard

internasional yang dilakukan oleh pihak

PT. PELINDO III cabang Tanjung

Perak didapati bahwa dari kelima

dimensi yang diteliti semuanya

mendapat tanggapan baik/puas dari

penumpang. Dalam penelitian ini dapat

dipelajari bahwa kondisi kualitas

pelayanan ruang terminal penumpang

yang sebelumnya buruk dapat

diperbaiki dengan membangun kembali

dan menambah fasilitas-fasilitas dengan

standard internasional sehingga

mendapatkan respon yang positif dari

penumpang.

Penelitian lain tentang kualitas

Pelayanan sebelumnya juga pernah

ditulis oleh Heni Agustini dalam

artikelnya yang berjudul “Studi

Kualitas Pelayanan Kereta Api Tawang

Jaya Kelas Ekonomi DAOP IV

Semarang”. Teori yang digunakan

adalah model manajemen pelayanan

serta penelitiannya dilakukan dengan

tipe penelitian eksploratif. Dalam

artikel penelitiannya ini permasalahan

kualitas pelayanan dipandang dari

budaya dalam organisasi. Perubahan

struktur organisasi mendorong

perubahan yang positif bagi kualitas

pelayanan. Hal ini disebabkan oleh

pembuatan kultur organisasi yang

berperan sebagai nilai dan pedoman

yang harus diterapkan petugas dalam

melayani penumpang sehingga

meningkatkan kemampuan petugas

dalam melayani penumpang. Dalam

penelitian ini dapat diambil pelajaran

bahwa dengan merubah budaya

organisasi dapat merubah kualitas

pelayanan menjadi lebih baik dari

sebelumnya.

Jika dalam penelitian sebelumnya

memfokuskan masalah penelitian pada

pelayanan yang diterima dan kualitas

pelayanan dipandang dari budaya dalam

organisasi maka pada penelitian saya

ini memfokuskan permasalahan kualitas

pelayanan menurut apa yang dirasakan

dan apa yang diinginkan oleh

penumpang sebagai konsumen. Dengan

menggunakan analisis SERVEQUAL

akan dapat menggambarkan bagaimana

pelayanan yang diterima dan pelayanan

yang diharapkan serta mengetahui

seberapa besar GAP atau kesenjangan

diantara keduanya.

Berdasarkan pemaparan diatas

maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kualitas

Pelayanan Jasa Terminal

Penumpang pada Pelabuhan PT.

PELINDO (Persero) I Sri Bayintan

Kijang”. Dengan harapan bahwa segala

bentuk analisis akan dapat membantu

sebagai masukkan dan pembelajaran

untuk pihak terkait agar lebih baik

kedepannya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

tersebut maka peneliti membuat

rumusan masalah untuk mempermudah

ruang lingkup masalah yang akan dikaji

agar penelitian ini bisa fokus pada satu

masalah yang dikemukakan. Adapun

6

rumusan masalahnya yaitu:

“Bagaimana Kualitas Pelayanan Jasa

Terminal Penumpang pada

Pelabuhan PT. PELINDO I (Persero)

Sri Bayintan Kijang ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui kualitas

pelayanan jasa terminal penumpang

pada PT. PELINDO (Persero) I Sri

Bayintan Kijang.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Secara Praktis :

a. Diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang untuk

dapat meningkatkan atau memperbaiki

pelayanannya khususnya pada terminal

penumpang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat dan pelajaran yang

berguna kepada peneliti maupun

mahasiswa untuk mengetahui tentang

kualitas pelayanan yang diberikan oleh

PT. PELINDO I Sri Bayintan dalam

pelayanan jasa di terminal penumpang.

2. Secara teoritis diharapkan

penelitian ini mampu memberikan

kontribusi terhadap perkembangan Ilmu

Administrasi Negara khususnya dalam

pelayanan publik .

D. Konsep Operasional

Untuk mengukur kualitas pelayanan

di Pelabuhan Sri Bayintan Kijang

peneliti mengacu kepada pendapat

Tjiptono & Diana (Wijaya, 2011:74)

yang merumuskan bahwa ada 5 dimensi

kualitas pelayanan yang disebut Service

Quality yakni sebagai berikut :

1. Kehandalan (reliability) yaitu

kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat

dan memuaskan. Kehandalan dapat

dilihat dari:

a. Kecepatan pelayanan petugas dalam

melayani penumpang.

b. Kesesuaian pelayanan yang

diberikan dengan kebutuhan

penumpang.

c. Kesesuaian petugas dalam

memberikan informasi yang akurat.

d. Pemenuhan janji pelayananan yang

tepat dan memuaskan.

e. Kesigapan dan kecakapan petugas

dalam menanggapi keluhan

penumpang.

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

yaitu keinginan petugas untuk

membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap

dan peduli terhadap keluhan atau

harapan penumpang. Daya tanggap

tersebut dapat kita lihat dari indikator

sebagai berikut yaitu:

a. Kesediaan petugas memberikan

pelayanan dengan cepat kepada

penumpang.

b. Kesiapansediaan petugas dalam

menjawab pertanyaan dari

penumpang.

c. Kerelaan petugas memberikan

waktu dalam melayani penumpang.

d. Kesediaan petugas menerima kritik

dan saran dari penumpang.

e. Tindak lanjut dari setiap kritik dan

saran yang telah disampaikan.

3. Jaminan (Assurance) yaitu rasa aman

dari bahaya, resiko, atau keraguan dan

kepastian yang mencakup pengetahuan,

kesopanan dan sikap dapat dipercaya

yang dimiliki petugas. Hal tersebut

dapat dilihat dari:

7

a. Jaminan keamanan dari pihak

pelabuhan.

b. Kemampuan petugas dalam

menjaga kepercayaan penumpang.

c. Pengetahuan yang dimiliki petugas

dalam melayani penumpang.

d. Kemampuan petugas dalam

memberikan perlindungan apabila

terdapat resiko yang terjadi kepada

penumpang.

e. Kemampuan teknis petugas dalam

memberikan pelayanan.

4. Empati (Empathy) yaitu sifat dan

kemampuan petugas untuk memberikan

perhatian penuh kepada pelanggan,

kemudahan melakukan kontak,

komunikasi yang baik dan memahami

kebutuhan penumpang. Empati dapat

kita lihat melalui indikator berikut

yaitu:

a. Kemudahan penumpang untuk

menyelesaikan masalah kebutuhan

atau keluhan kepada petugas.

b. Kesediaan petugas dalam menjalin

komunikasi yang baik dengan

penumpang.

c. Pemahaman petugas atas kebutuhan

penumpang.

d. Keramahan petugas dalam

memberikan pelayananan.

e. Pelayanan yang diberikan merata

kepada semua penumpang tanpa

memandang status.

5. Bukti Fisik (tangible) yaitu wujud

kenyataan secara fisik yang meliputi

fasilitas, peralatan, pegawai dan sarana

prasarana lainnya untuk melayani

penumpang. Hal tersebut dapat diliihat

dari:

a. Keadaan ruangan yang bersih serta

nyaman bagi penumpang

b. Kelengkapan peralatan serta

fasilitas pelayanan untuk

penumpang.

c. Kelengkapan pakaian seragam

petugas

d. Sarana dan prasarana yang memadai

e. Lokasi penyedia fasilitas pelayanan

mudah terjangkau

Sedangkan teknik pengukuran yang

digunakan oleh peneliti adalah dengan

menggunakan skala likert. Menurut

Sugiyono (2009:107) ”Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena

sosial.” Lebih lanjut Sugiyono

(2009:107) mengatakan: “Jawaban item

instrument yang menggunakan skala

likert mempunyai gradasi sangat positif

sampai negatif yang dapat berupa kata-

kata antara lain, sangat baik, baik, ragu-

ragu, kurang baik dan tidak baik atau

jawaban lain yang mempunyai makna

yang sama”.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode

deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2013

: 8) mendefinisikan penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variable mandiri, baik

satu variabel atau lebih (independen)

tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan variable satu dengan

variable lainnya dengan jenis data dan

analisisnya kuantitatif yaitu data yang

berbentuk angka.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan

dalam analisis data menggunakan

statistik deskriptif yaitu menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah

terkumpul dari responden kemudian

dipisahkan menurut jenis data,

8

kelompok data, kemudian data tersebut

dianalisis, disajikan dalam bentuk table

dan penjelasan hasil tanggapan

responden yang menunjukkan penilaian

terhadap Kualitas Pelayanan dengan

pelayanan yang diharapkan (expected

service) dan pelayanan yang diterima

(perceived service) untuk

mendeskripsikan data agar lebih mudah

dimengerti.

Dengan sampel sebanyak 98

penumpang dan di bagi ke dalam 5

kelas yaitu Tidak Baik/Tidak Penting

skor 1, Kurang Baik/Kurang Penting

dengan skor 2, Ragu-ragu dengan skor

3, Baik/Penting dengan skor 4 dan

Sangat Baik/Sangat Penting dengan

skor 5 maka dapat diketahui bahwa skor

tertinggi adalah 98 x 5 = 490 dan skor

terendah adalah 98 x 1 = 98.

Pada tahap berikutnya untuk

mengidentifikasi Gap (Kesenjangan)

dengan metode SERVQUAL (Wijaya

2011:167) antara Pelayanan yang

diterima (Persepsi) dan Pelayanan yang

diharapkan (Ekspektasi) dapat

dilakukan dengan rumus :

G = P (Persepsi) – E (Ekspektasi)

Keterangan :

G = Gap (Kesenjangan)

P = Nilai rata-rata persepsi

N = Nilai rata-rata ekspektasi

Langkah pertama mencari Gap

(Kesenjangan) adalah mencari nilai

rata-rata persepsi, ekspektasi dan Gap

tiap-tiap indikator kemudian dihitung

rata-rata (Mean) perdimensi.

Selanjutnya langkah kedua mencari

Gap (Kesenjangan) yaitu menghitung

rata-rata Gap dari variabel yang

dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Q = Kualitas

P = Jumlah nilai rata-rata persepsi

tiap dimensi

E = Jumlah nilai rata-rata

ekspektasi tiap dimensi

Jika Kualitas (Q) < 1 maka

kualitas pelayanan dikatakan tidak baik,

sebaliknya jika (Q) > 1 maka kualitas

pelayanan dikatakan sangat baik.

G. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013:64)

hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah

penelitian dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Hipotesis dapat mendukung dan

menolak hasil penelitian. Adapun

hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Nilai Kesenjangan (Gap) antara

pelayanan yang diterima dengan

pelayanan yang diharapkan negatif

sehingga berdampak nilai kualitas

pelayanan < 0 yang berarti kualitas

pelayanan tidak baik.

2. Nilai Kesenjangan (Gap) antara

pelayanan yang diterima dengan

pelayanan yang diharapkan positif

sehingga berdampak nilai kualitas

pelayanan > 0 yang berarti kualitas

pelayanan baik.

9

II. LANDASAN TEORI

Kita ketahui bahwa pelayanan yang

memuaskan adalah pelayanan yang

sesuai dengan kebutuhan dan harapan

dari masyarakat itu sendiri. Pelayanan

yang berkualitas dapat dilakukan

dengan konsep “layanan sepenuh hati”

seperti yang dikemukakan oleh Patricia

Patton dalam Sinambela (2011:8)

bahwa yang dimaksudkan layanan

sepenuh hati itu adalah layanan yang

berasal dari diri sendiri yang

mencerminkan emosi, watak,

keyakinan, nilai, sudut pandang dan

perasaan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa layanan berkualitas itu dapat

tercermin dari kesungguhan penyedia

jasa atau aparatur untuk melayani dan

menjadikan kepuasan pelanggan

sebagai tujuan utamanya.

Menurut Lovelock dan Waright

(2007:96) bahwa kualitas pelayanan

jasa adalah evaluasi kognitif jangka

panjang pelanggan terhadap penyerahan

jasa yang diberikan oleh Perusahaan.

Apabila pelayanan yang diberikan baik

maka akan menghasilkan kepuasan

yang tinggi pula. Kemudian Khasmir

(2005:4) menegaskan bahwa kepuasan

pelanggan akan dicapai jika faktor

utama dari pelayanan tersebut tersedia

dimana ada kesiapan dari sumber daya

manusia itu sendiri dalam melayani

calon pelanggannya.

Pelayanan dapat dikatakan

berkualitas apabila pelayanan itu sendiri

telah sesuai dengan keinginan

pemakainya baik itu berupa barang

maupun jasa. Sebuah perusahaan

penyedia jasa sendiri dikatakan

berkualitas apabila mereka memberikan

pelayanan yang memuaskan kepada

pelanggan yang telah menggunakan

jasa perusahaan tersebut.

Lebih lanjut menurut Wyckof dalam

Hardiyati (2010:10) menjelaskan

bahwa:

“Kualitas jasa adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan

untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Apabila jasa yang diterima sesuai

dengan yang diharapkan, maka kualitas

jasa dipersepsikan baik dan

memuaskan. Jika jasa yang diterima

melampaui harapan pelanggan, maka

kualitas jasa dipersepsikan ideal.

Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih

rendah dari pada yang diharapkan,

maka kualitas jasa dianggap buruk.

Mengacu pada pengertian kualitas

layanan tersebut maka konsep kualitas

layanan adalah suatu daya tanggap dan

realitas dari jasa yang diberikan

perusahaan”.

Kualitas pelayanan itu hanya dapat

dirasakan apabila telah terjadi interaksi

antara konsumen dengan pihak

perusahaan yang memberikan

pelayanan jasanya. Jika dihubungkan

dengan perusahaan PT. PELINDO I

Kijang maka sudah selayaknya sebuah

perusahaan harus mulai memahami

bahwa pentingnya pelayanan kepada

pelanggan melalui peningkatan kualitas

pelayanan. Sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Tjiptono dalam

Hardiyati (2010:22) bahwa kini

semakin disadari bahwa pelayanan

(kepuasan pelanggan) merupakan aspek

vital dalam rangka bertahan dalam

bisnis dalam memenangkan persaingan.

Menurut Tjiptono dalam Saidani

dan Arifin (2012:4) menyatakan bahwa:

“Kualitas jasa merupakan sesuatu yang

dipersepsikan oleh pelanggan.

Pelanggan akan menilai kualitas sebuah

jasa yang dirasakan berdasarkan apa

yang mereka deskripsikan dalam benak

mereka. Pelanggan akan beralih ke

10

penyedia jasa lain yang lebih mampu

memahami kebutuhan spesifik

pelanggan dan memberikan layanan

yang lebih baik”.

Untuk mengukur kualitas pelayanan

peneliti mengacu kepada pendapat

Tjiptono & Diana (Wijaya, 2011:74)

yang merumuskan bahwa ada 5 dimensi

kualitas pelayanan yang disebut Service

Quality yakni sebagai berikut :

1. Kehandalan (reliability) yaitu

kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat

dan memuaskan.

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

yaitu keinginan petugas untuk

membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap

dan peduli terhadap keluhan atau

harapan pelanggan.

3. Jaminan (Assurance) yaitu rasa

aman dari bahaya, resiko, atau keraguan

dan kepastian yang mencakup

pengetahuan, kesopanan dan sikap

dapat dipercaya yang dimiliki penyedia

jasa.

4. Empati (Empathy) yaitu sifat dan

kemampuan petugas untuk memberikan

perhatian penuh kepada pelanggan,

kemudahan melakukan kontak,

komunikasi yang baik dan memahami

kebutuhan pelanggan.

5. Bukti fisik (tangible) yaitu wujud

kenyataan secara fisik yang meliputi

fasilitas, peralatan, pegawai dan sarana

prasarana lainnya untuk melayani

pelanggan.

Model SERVQUAL

Model kualitas jasa yang paling

populer dan hingga saat ini sering menjadi

acuan dalam riset manajemen dan

pemasaran jasa yaitu model servqual

(service quality) yang dikembangkan oleh

Pasuraman, Zeithaml dan Berry (1985,

1988, 1990, 1991, 1994) dalam serangkaian

penelitian mereka dalam Tjiptono

(2011:215). Perjalanan panjang

perkembangan model SERVQUAL bias

ditelusuri dari kelahiran SERVQUAL dan

pengukuran SERVQUAL sebagai berikut:

a. Kelahiran SERVQUAL (1983-1985)

Pada tahun 1983 tiga pakar

terkemuka kualitas jasa yaitu

A.Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, dan

Leonard L.Berry memberikan kontribusi

pertama mereka yang berjudul “A

Conceptual Model Of Service Quality And

Al Of Its Implications For Future

Research” yang dipublikasikan di journal

of marketing. Dalam paper tersebut

dipaparkan secara terperinci lima gap

kualitas jasa yang berpotensi menjadi

sumber masalah dan berpengaruh terhadap

kualitas jasa.

1. Gap Antara Harapan Pelanggan dan

Persepsi Manajemen (knowledge

Gap). Dimana gap ini berarti bahwa

pihak manajemen mempersepsikan

ekspektasi pelanggan terhadap

kualitas jasa secara tidak akurat.

2. Gap Spesifikasi kualitas yaitu

perbedaan antara persepsi manajemen

terhadap harapan konsumen dan

spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan

terjadi antara lain karena tidak

memadai komitmen manajemen

terhadap kualitas jasa, persepsi

mengenai ketidaklayakan, tidak

menyusun standar kerja yang jelas,

dan tidak ada penyusunan tujuan.

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa

dan penyampaian jasa yaitu gap ini

berarti bahwa spesifikasi kualitas

tidak terpenuhi oleh kinerja dalam

proses produksi dan penyampaian

jasa. Gap ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu :

Karyawan yang kurang terlatih, beban

kerja terlalu berlebihan, standard

kinerja tidak dapat ditetapkan.

4. Gap antara penyampaian jasa dan

komunikasi eksternal yaitu perbedaan

antara penyampaian jasa dan

komunikasi eksternal, seringkali

harapan pelanggan perusahaan.

11

Resikonya harapan pelanggan bisa

membungbung tinggi dan sulit

dipenuhi, terutama jika perusahaan

memberikan janji yang berlebihan.

5. Gap antara jasa yang dipersepsikan

dan jasa yang diharapkan yaitu

kesenjangan antara jasa yang

dipersepsikan dan jasa yang

diharapkan. Gap ini apabila pelanggan

mengukur kinerja perusahaan dengan

cara ukuran yang berbeda atau bisa

juga keliru dalam mempersepsikan

kualitas jasa tersebut. Gap ini

menganalisis dua variable pokok,

yaitu jasa yang diharapkan dan jasa

yang dirasakan atau dipersepsikan.

b. Pengukuran SERVQUAL

Pengukuran kualitas jasa SERVQUAL

didasarkan pada skala multi-item yang

dirancang untuk mengukur harapan dan

persepsi pelanggan, serta gap antara

keduanya pada lima dimensi utama kualitas

jasa (reliabilitas, daya tanggap, jaminan,

empati, dan bukti fisik). Kelima dimensi

utama tersebut dijabarkan kedalam masing-

masing indikator yang lebih terperinci

untuk variabel harapn dan persepsi yang

disusun kedalam pertanyaan-pertanyaab

berdasarkan skala likert. Dengan kata lain

bila kinerja sesuai dengan atau melebihi

standard maka persepsi atas kualitas jasa

keseluruhan akan positif atau sebaliknya.

Model ini menganalisis gap antara dua

variable pokok, yakni jasa yang diharapkan

(expected service) dan jasa yang dirasakan

(perceived service).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli

diatas dapat kita simpulkan bahwa

pelayanan merupakan tindakan yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

orang lain dan tingkat kepuasannya hanya

dapat dirasakan oleh orang yang melayani

dan dilayani. Sudah semestinya pelayanan

yang diberikan oleh pemberi jasa layanan

haruslah sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan masyarakat yang membutuhkan

jasanya.

III. GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

PT. PELINDO I Sri Bayintan

Kijang merupakan pelabuhan

perwakilan sebagai perpanjangan

tangan pelabuhan Cabang PT.

PELINDO I Sri Bintan Pura

Tanjungpinang. Dikarenakan masalah

kedalaman laut yang kurang

mendukung, kapal-kapal yang

berukuran besar tidak dapat berlabuh di

PT. PELINDO I Sri Bintan Pura

Tanjungpinang maka kapal-kapal

tersebut berlabuh di daerah belakang

Pulau Penyengat.

Di dalam perjalanan kegiatan

pelayaran penumpang melalui belakang

Pulau Penyengat terjadi kecelakaan

kerja, ketidak efektif dan efisiennya

kualitas pelayanan dan lain sebagainya.

Kemudian PT. PELINDO I Sri Bintan

Pura membuka sebuah Pelabuhan

Perwakilan yang dapat mengakomodasi

persoalan kedalaman laut tersebut.

Hingga ditemukan kawasan perairan di

Bintan yang mempunyai alur dan

kedalaman laut yang cukup untuk

dilewati dan dilabuhi kapal-kapal

berukuran besar yaitu di daerah Kijang.

Maka kemudian dibangunlah Pelabuhan

Perwakilan PT. PELINDO I (Persero)

Sri Bayintan Kijang pada akhir tahun

1980-an dan diselesaikan

pembangunannya sekitar awal tahun

1990-an. Hingga saat ini Pelabuhan Sri

Bayintan Kijang masih aktif melayani

jasa pelayanan penumpang dan jasa-

jasa kepelabuhan lainnya.

1. Visi Misi

Adapun visi dari PT. PELINDO I

Sri Bayintan Kijang ini adalah untuk

memperkenalkan secara luas Pelabuhan

Sri Bayintan Kijang sebagai Perusahaan

penyedia jasa kepelabuhan berkelas

dunia. Sedangkan untuk mencapai visi

tersebut diperlukan misi sebagai pusat

12

logistik untuk memuaskan kebutuhan

pelanggan serta mendorong

pertumbuhan ekonomi, melalui

pemeberdayaan SDM.

Terminal penumpang

merupakan sarana/fasilitas pelabuhan

yang difungsikan sebagai ruang

tunggu/titik pindah penumpang pada

saat embarkasi (naik penumpang)

menuju ke angkutan laut. Terminal

penumpang PT. PELINDO 1 Sri

Bayintan Kijang merupakan terminal

penumpang kelas II yaitu terminal

penumpang yang fasilitasnya telah

memenuhi Standar Pelayanan

Penumpang Angkutan Laut berdasarkan

Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor PM 119

tahun 2015

Dalam pelaksanaan kegiatan

pelayanan jasa terminal penumpang

pihak PT. PELINDO 1 Sri Bayintan

Kijang memiliki tanggungjawab

sebagai penyedia jasa fasilitas terminal

sedangkan untuk operatornya dilakukan

oleh PT. PELNI.

IV. ANALISA DATA DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil rekapitulasi

terhadap pelayanan yang diharapkan

dapat diketahui bahwa pelayanan yang

diharapkan oleh penumpang pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

memiliki skor 423 dimana berdasarkan

rentang nilai interval kelas termasuk

dalam kategori sangat baik.

Berikut merupakan diagram

yang memperlihatkan perbandingan

antara pelayanan yang diterima dengan

pelayanan yang diharapkan pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

sehingga tergambar seberapa besar

perbedaan antara pelayanan yang

diterima dan yang diharapkan sebagai

berikut :

Gambar 4.1

Pelayanan yang diterima dan

yang diharapkan

Berdasarkan diagram diatas dapat

diketahui bahwa nilai pelayanan yang

diterima lebih kecil dari pelayanan yang

diharapkan. Selanjutnya akan diliihat

kesenjangan (GAP) antara pelayanan

yang diterima dan yang diharapkan.

Untuk mengidentifikasi GAP

(Kesenjangan) dengan metode

SERVQUAL (Wijaya 2011:167) antara

Pelayanan yang diterima (Persepsi) dan

Pelayanan yang diharapkan

(Ekspektasi) dapat dilakukan dengan

rumus :

G = P (Persepsi) – E (Ekspektasi)

Dapat diketahui bahwa pada

masing-masing dimensi memiliki nilai

kesenjangan yang negative dengan rata-

rata GAP sebesar -182,2 dimana hal ini

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan

yang diberikan oleh PT. PELINDO I

Sri Bayintan Kijang tidak baik.

Selanjutnya untuk menganalisis kualitas

pelayanan yang diberikan maka

digunakan rumus sebagai berikut :

13

Keterangan :

Q = Kualitas

P = Jumlah nilai rata-rata persepsi

tiap dimensi

E = Jumlah nilai rata-rata ekspektasi

tiap dimensi

Menurut Wijaya (2011:171) Jika

Kualitas (Q) < 1 maka kualitas

pelayanan dikatakan tidak baik. Berikut

merupakan penjelasan berdasarkan

masing-masing dimensi dan rata-rata :

1. Pada dimensi Kehandalan

diketahui bahwa nilai kualitas

pelayanan yaitu 0,606 dimana

hal ini menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

dilihat dari dimensi kehandalan

tidak baik dimana nilai Q

(kualitas) < 1.

2. Pada dimensi Daya Tanggap

diketahui bahwa nilai kualitas

pelayanan yaitu 0,563 dimana

hal ini menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

dilihat dari dimensi Daya

Tanggap tidak baik dimana nilai

Q (kualitas) < 1.

3. Pada dimensi Jaminan dapat

diketahui bahwa nilai kualitas

pelayanan yaitu 0,556 dimana

hal ini menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

dilihat dari dimensi Jaminan

tidak baik dimana nilai Q

(kualitas) < 1.

4. Pada dimensi Empati diketahui

bahwa nilai kualitas pelayanan

yaitu 0,564 dimana hal ini

menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan pada PT. PELINDO I

Sri Bayintan Kijang dilihat dari

dimensi Empati tidak baik

dimana nilai Q (kualitas) < 1.

5. Pada dimensi Bukti Fisik dapat

diketahui bahwa nilai kualitas

pelayanan yaitu 0,561 dimana

hal ini menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

dilihat dari dimensi Bukti Fisik

tidak baik dimana nilai Q

(kualitas) < 1.

6. Dilihat dari nilai rata-rata

(mean) kelima dimensi kualitas

pelayanan diketahui bahwa nilai

kualitas pelayanan yaitu 0,569

dimana hal ini menunjukkan

bahwa kualitas pelayanan pada

PT. PELINDO I Sri Bayintan

Kijang dilihat dari rata-rata

seluruh dimensi tidak baik

dimana nilai Q (kualitas) < 1.

Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diatas

tentang Kualitas Pelayanan Jasa

Terminal Penumpang pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

diketahui bahwa Pelayanan yang

diterima oleh penumpang belum sesuai

dengan pelayanan yang diharapkan oleh

penumpang. Hal ini dapat dilihat dari

nilai Gap rata-rata dimensi antara

pelayanan yang diterima dan pelayanan

yang diharapkan bernilai –182,2.

Kemudian dalam analisis kualitas

pelayanan yang diberikan didapat nilai

rata-rata tiap dimensi sebesar 0,569

yang menurut Wijaya (2011:171) Jika

Kualitas (Q) < 1 maka kualitas

pelayanan dikatakan tidak baik.

Dari temuan penelitian ini

membuktikan dan mendukung teori

Parasuraman, Zeithaml dan Berry

(1985) tentang Gap kualitas pelayanan

yang berpotensi menjadi sumber

masalah dan berpengaruh terhadap

14

kualitas jasa salah satunya adalah Gap

antara jasa yang dipersepsikan dan jasa

yang diharapkan adalah benar, Gap ini

menyatakan bahwa pelayanan yang

dipersepsikan/diterima oleh konsumen

tidak konsisten dengan pelayanan yang

diharapkan.

Johns dalam Bandu (2013:24)

mengatakan kunci untuk menciptakan

rasa senang pelanggan yaitu pelayanan

yang diberikan harus berada satu

langkah dari pelayanan yang

diharapkan pelanggan. Maka dari itu

penting bagi Perusahaan penyedia jasa

untuk memberikan pelayanan yang

baik, karena dari pelayanan yang baik

akan terpenuhi harapan-harapan yang

diinginkan konsumen.

Dalam penelitian terdahulu yang

membahas tentang kualitas pelayanan

banyak yang menggunakan teori dari

Tjiptono yaitu 5 dimensi kualitas

pelayanan (Kehandalan, Daya Tanggap,

Jaminan, Empati & Bukti Fisik) namun

didalam analisa data didapatkan

beberapa perbedaan, penelitian yang

pertama yaitu jurnal Andhika

(Universitas Negeri Surabaya:2015)

yang berjudul “Kualitas Pelayanan

Jasa Terminal Penumpang Gapura

Surya Nusantara pada PT Pelindo III

(Persero) Cabang Tanjung Perak”.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif

dengan teknik pengambilan sampel

Snowball Sampling, fokus penelitian

yaitu meneliti kualitas layanan yang

diterima penumpang pada terminal

penumpang yang baru direnovasi

dengan hasil kualitas pelayanan baik

dari responden.

Rujukan yang kedua yaitu

skripsi Simon (Universitas Maritim

Raja Ali Haji:2013) yang berjudul

“Studi Kualitas Pelayanan Nasabah

Tabungan PT. Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang

Tanjungpinang”. Jenis Penelitian

deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengetahui bagaimana kualitas

yang diberikan PT. Bank Negara

Indonesia Cabang Tanjungpinang

dengan menggunakan metode analisis

SERVQUAL dan skala pengukuran

menggunakan skala likert. Jumlah

sampel yang digunakan sebanyak 100

nasabah yang diambil menggunakan

teknik sampling incidental, pada

penelitian peneliti menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan

data. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara rata-rata nasabah menilai

kualitas pelayanan yang diberikan PT.

Bank Negara Indonesia Cabang

Tanjungpinang adalah baik.

Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti sedikit berbeda

dengan penelitian yang dilakukan diatas

sebelumnya. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu

sama-sama menggunakan teori Tjiptono

yaitu 5 dimensi kualitas pelayanan

(Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan,

Empati & Bukti Fisik) dan

menggunakan teknik analisa

SERVQUAL. Kemudian perbedaan

penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu pada penelitian ini

telah dilengkapi dengan interval kelas,

uji validitas dan reliabilitas, nilai Gap

(Kesenjangan) hingga analisa kualitas

pelayanan untuk mengetahui bagaimana

kualitas pelayanan tersebut apakah

tidak baik, baik atau bahkan sangat

baik.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

yang dibahas pada bab sebelumnya

dapat diambil suatu kesimpulan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

15

1. Berdasarkan hasil rekapitulasi

terhadap pelayanan yang diterima dapat

diketahui bahwa pelayanan yang

diterima oleh penumpang pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang dari

penilaian 5 dimensi yaitu kehandalan,

daya tanggap, jaminan, empati dan

bukti fisik mendapat skor rata-rata 241,

berdasarkan nilai interval kelas skor

tersebut berada pada posisi kurang baik.

Hal ini menunjukkan tanggapan dari

responden bahwa pelayanan yang

mereka terima kurang baik. Adapun

indikator yang mendapatkan penilaian

terendah dari tiap-tiap indikator

diantaranya adalah pemenuhan janji

pelayanan yang tepat dan memuaskan,

kesediaan petugas memberikan

pelayanan dengan cepat dan tepat,

jaminan keamanan dari pihak

pelabuhan, kemudahan penumpang

untuk menyelesaikan masalah

kebutuhan atau keluhan kepada

petugas, dan kelengkapan peralatan

serta fasilitas pelayanan untuk

penumpang.

2. Berdasarkan hasil rekapitulasi

terhadap pelayanan yang diharapkan

dapat diketahui bahwa pelayanan yang

diharapkan oleh penumpang pada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang dari

penilaian 5 dimensi yaitu kehandalan,

daya tanggap, jaminan, empati dan

bukti fisik mendapat skor rata-rata 423,

berdasarkan nilai interval kelas skor

tersebut berada pada posisi sangat baik.

Hal ini menunjukkan tanggapan dari

responden bahwa pelayanan yang

mereka harapkan adalah pelayanan

yang sangat baik dari petugas

pelabuhan. Adapun indikator yang

mendapatkan penilaian tertinggi dari

tiap-tiap indikator diantaranya adalah

kesigapan dan kecakapan petugas

dalam menanggapi keluhan

penumpang, kesediaan petugas

menerima kritik dan saran dari

penumpang, kemampuan petugas dalam

menjaga kepercayaan penumpang,

pemahaman petugas atas kebutuhan

penumpang, dan sarana dan prasarana

yang memadai.

3. Berdasarkan hasil perhitungan

GAP dari kelima dimensi kualitas

pelayanan diketahui bahwa rata-rata

kelima dimensi memiliki nilai 0,569,

dimana hal ini menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pada PT. PELINDO

I Sri Bayintan Kijang dilihat dari rata-

rata seluruh dimensi tidak baik

berdasarkan nilai Q (kualitas) < 1.

4. Penelitian ini membuktikan dan

mendukung teori Parasuraman,

Zeithaml dan Berry (1985) tentang Gap

kualitas pelayanan yang berpotensi

menjadi sumber masalah dan

berpengaruh terhadap kualitas jasa

salah satunya adalah Gap antara jasa

yang dipersepsikan dan jasa yang

diharapkan adalah benar, Gap ini

menyatakan bahwa pelayanan yang

dipersepsikan/diterima oleh konsumen

tidak konsisten dengan pelayanan yang

diharapkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang

dipaparkan diatas dapat diberikan saran

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Disarankan kepada PT.

PELINDO I Sri Bayintan Kijang

agar dapat meningkatkan

disiplin petugasnya dalam

bekerja memberikan pelayanan

yang baik kepada penumpang

seperti misalnya mempercepat

kedatangan petugasnya dalam

melayani penumpang,

menyelenggarakan pelatihan

dan pendidikan kepada petugas

lewat seminar ataupun diklat

tentang kualitas pelayanan agar

petugas dapat mengerti terhadap

16

tugas pokok dan fungsinya serta

kesadaran tanggung jawab

dalam pelayanan.

2. Memperbaiki indikator-

indikator pelayanan yang

kurang baik seperti yang

pertama kurang baiknya

kesediaan petugas memberikan

pelayanan dengan cepat dan

tepat dengan cara

penyederhanaan prosedur

pelayanan, kedua kurang

baiknya jaminan keamanan dari

pihak pelabuhan dengan cara

menambah personil keamanan

dan pemasangan CCTV, ketiga

kurang baiknya kemudahan

penumpang untuk

menyelesaikan masalah

kebutuhan atau keluhan kepada

petugas dengan cara membuka

loket customer service, dan

keempat kurang baiknya

kelengkapan peralatan serta

fasilitas pelayanan untuk

penumpang dengan cara

menambah pendingin ruangan

terminal, memperbaiki toilet,

dan menambah sarana hiburan

seperti televisi atau bahan

bacaan di dalam terminal

penumpang.

3. Kepada PT. PELINDO I agar

dapat lebih memperhatikan

sarana dan prasarana yang

kurang memadai agar dapat

diperbaiki ataupun dilengkapi

seperti menambah pendingin

ruangan dengan Air Conditioner

(AC), melengkapi kursi/bangku

penumpang dengan kursi

berbahan stainless steel,

menambah papan informasi

kedatangan kapal,

keterlambatan kapal, dan segala

jenis informasi lainnya dalam

ruangan terminal penumpang.

4. Sesuai dengan teori exit and

voice tentang mekanisme voice

yang membahas mengenai

adanya kesempatan konsumen

untuk mengungkapkan

ketidakpuasan kepada lembaga

penyelenggara pelayanan publik

maka diharapkan kepada PT.

PELINDO I agar dapat tanggap

menangani dan menerima

keluhan, pengaduan, kritik

maupun saran dari penumpang

untuk dapat ditindak lanjuti

kemudian diperbaiki.

5. Pada penelitian selanjutnya

disarankan untuk meneliti

kualitas pelayanan dengan

menggunakan teori,metode

analisa yang lain atau

menambahkan variabel sehingga

dapat menambah wawasan dan

ilmu yang baru tentang kualitas

pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakart bineka Cipta.

Ariansyah, Muhammad. 2015. Kualitas

Pelayanan Pengurusan Surat

Perjalanan Republik Indonesia

(Spri) Atau Paspor Di Kantor

Imigrasi Kelas I

Tanjungpinang.Skripsi Ilmu

Administrasi Negara:UMRAH.

Bandu, Muh Yunus. 2013. Pengaruh

Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Pelanggan Pada

PT.PLN (Persero) Rayon

Makassar barat. Skripsi Ilmu

17

Administrasi:Universitas

Hasanudin.

Hardiyati, Ratih. 2010. Analisis

Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Konsumen

Menggunakan Jasa Penginapan

(Villa) Agrowisata Kebun Teh

Pegilaran.Skripsi Fakultas

Ekonomi:Universitas Diponegoro.

Khasmir. 2005. Etika Customer

Service. Jakarta: PT. Raja

Grafindo

Moenir. 2010. Manajemen Pelayanan

Umum Di Indonesia. Jakarta : PT.

Bumi Aksara

Nasution, Nur. 2004. Manajemen Jasa

Terpadu. Bogor : Ghalia

Indonesia

Parasuraman, Zeithmal dan Berry.1985.

Konsep operasional dalam

penelitian, A Conceptual Model

of Service Quality and Its

Implications for Future Research,

Jilid 49 No.4 (

http://www.jstor.org/stable/12514

30 Diakses pada 14 Mei 2012

pukul 03:24 WIB)

Poltak Sinambela, Lijan dkk. 2006.

Reformasi Pelayanan Publik,

Teori Kebijakan Dan

Implementasi. Jakarta. Bumi

Aksara

Ratmino, dan Atik Septi Winarsih.

2005. Manajemen Pelayanan.

Yogyakarta.

Sedarmayanti. 2009. Reformasi

Administrasi Publik, Reformasi

Birokrasi, dan Kepemimpinan

Masa Depan. Bandung. Refika

Aditama.

Tjiptono, Fandy dan Gregious Chandra.

2011. Service, Quality dan

Satisfaction. Yogyakarta: Andi

Offset.

Riduan. 2010, Metode dan Teknik

Menyusun Proposal Penelitian.

Bandung : Alfabeta

Simon, Fauzan Reza. 2013. Studi

Kualitas Pelayanan Nasabah

Tabungan PT. Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang

Tanjungpinang. FISIP. UMRAH

Sugiyono.2013. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung. Alfabeta.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung. Alfabeta.

Wijaya, Tony. 2011. Manajemen

Kualitas Jasa. Jakarta Barat. PT

Indeks.