Upload
rina
View
2
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
234
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam hiruk-pikuk masyarakat dunia termasuk di Indonesia, dewasa i terjadi
tindak criminal yang sudah membudaya dan sangat kronik.
Suatu tindakan dapat digolongkan korupsi, kalau tindakan itu merupakan
penyalahgunaan sumber daya public, yang tujuannya untuk memenuhi kepentingan
pribadi atau kelompok .
Hasil survey (2004) Political and Economic Risk Consultancy Ltd. (PERC)
menyatakan bahwa korupsi di Indonesia menduduki skor 9,25 di atas India (8,90),
Vietnam (8,67), dan Thailand (7,33). Artinya, Indonesia masih menjadi Negara terkorup
di Asia. Apabila banyak upaya baik tingkat legislative, yudikatif, maupun eksekutif untuk
memberantas korupsi, maka timbul pertanyaan apakah korupsi telah membudaya?
Mampukah Sistem Pendidikan Nasional dijadikan strategi pemberantasan korupsi di
Indonesia?
Merujuk pada permasalahan tersebut dan fenomena yang berkembang selama ini,
maka kajian ini dipikir penting untuk mendeskripsikan dan dijadikan salah satu strategi
pemberantasan korupsi di Indonesia. Korupsi tidak dapat dirumuskan dengan satu kalimat
saja yang mungkin ialah membuat gambaran yang masuk akal mengenai gejala tersebut
agar kita dapat memisahkanya dari gejala lain yang bukan korupsi. Inti dari korupsi ialah
penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Rumusan korupsi menurut
brooks adalah “dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang
diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan
memperoleh keuntungan yang sedikit banyak untuk dirinya”.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Syed Hossein Atalas ciri-ciri korupsi
diringkaskan sebagaiberikut: (a) Suatu penghianatan terhadap kepercayaan, (b) penipuan
terhadap badan pemerintahan, lembaga swasta atau masyarakat umumnya, (c) dengan
sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, (d) dilakukan dengan
rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau bawahanya
menganggapnya tidak perlu, (e) melibatkan lebih dari satu orang atau pihak, (f) adanya
kewajiban dan keuntungan bersama, dalambentuk uang atau yang lainya, (g) terpusatnya
kegiatan (korupsi) pda mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dann
1
menguntungkan bagi dirinya ataupun kelompoknya, (h) adanya usaha untuk menutupi
perbuata korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum, dan (i) menunjukan fungsi
ganda yang kontradiktitif pada mereka yang melakukan korupsi.
Terdapat perhatian yang patut dicatat terhadap maasalh korupsi dari para pemikir
muslimdi masa Islam. Salah satu karya serupa yang relevan disebutkan disini. Mustafa
Ibn Abdullah, yang lebih dikenal sebagai Katib Chelebi (1609-1657 M) seorang
cendekiawan asl turki, menulis tentang korupsi dan mengacu dari sumber-sumber yang
ada sebelumnya. Ia mengikhtisarkan pandangan-pandangan penulis sebelumnya yang
mengelompokan penyuapan kedalamm tiga jenis dalam rangka penilaian boleh tidaknya
dalam moral. Jenis-jenis ini adalah: a. Penyuapan yang baik dari pihak pemberi ataupun
penerimanya secara moral bersalah; b. penyuapan boleh diberikan tetapi tidak boleh
diterima. Ini adalah korupsi difensif. Bila seorang penguasa yang kejam menginginkan
hak seseorang, tidak berdosalah memberikan kepada penguasa tersebut sebagan dari harta
itu untuk menyelamatkan harta selebihnya; c. Penyuapan pihak pemberinya bermasalah
sedang pihak penerimanya tidak bermasalah. Ini adalah korupsi investif yang
direncanakan oleh pemberi dengan tujuan korupsi.
Kiranya tidak perlu dikatakan bahwa masih banyak segi-segi korupsi yang
penting yang relevan dengan pendekatan kita yang belum disentuh disini, karena ada
alasan sederhana bahwa ada orang yang dapat mengamati semua perubahan masalah atau
memberikan seluruh hidup dan tenaganya untuk menangani kesemuanya. Ada satu segi
penting yang tidak dibicarakan disini, yaitu hubungan antara korupsi dengan filsafat
hidup atau agama seseorang. Ini merupakan kajian tersendiri. Tujuan makalah ini ialah
menyajikan analisa dan latar belakang pemikirann yang mendalam tentang masalah itu
yang mungkin dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian korupsi ?
2. Apakah Faktor penyebab terjadinya tindakan korupsi?
3. Apa saja Jenis-jenis korupsi ?
4. Apa saja Dampak negatif yang ditimbulkan korupsi?
5. Apa saja Akibat dari korupsi?
6. Apakah Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi?
7. Apakah Peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi?
2
8. Apakah Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia?
9. Apakah Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui Faktor penyebab terjadinya tindakan korupsi
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis korupsi
4. Untuk mengetahui Dampak negatif yang ditimbulkan korupsi
5. Untuk mengetahui Akibat dari korupsi
6. Untuk mengetahui Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi
7. Untuk mengetahui Peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi
8. Untuk mengetahui Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia
9. Untuk mengetahui Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi
3
BAB II
PEMBAHSAN
A. PENGERTIAN
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mengeduk keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut
Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma
yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka
memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan
curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah
laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah
pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap
sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri
sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970)
menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia
menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil
keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang
yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima
atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga
dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang
4
paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas
pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham
keuangan pribadi dengan masyarakat.
B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAKAN KORUPSI
1. Faktor Individu :
a. Kemiskinan pelakunya.
b. Kelihaian pelakunya.
c. Penggunaan teknologi canggih yang mempermudah korupsi.
2. Faktor Kelompok :
a. Lemahnya pengawasan dari atasan.
b. Atasan tidak mampu melaksanakan fungsinya.
c. Atasan kurang berani bertindak tegas pada bawahan korupsi.
d. Ketiadaan/kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci.
e. Kohesivitas kelompok yang tinggi.
f. Persaingan yang ketat.
3. Faktor Pekerjaan dan Organisasi :
a. Gaji/penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dasar.
b. Sistem alih tugas jabatan tidak diterapkan secara konsisten.
c. Tidak adanya hukuman/sanksi yang keras.
d. Adanya kesempatan.
4. Faktor Luar Organisasi (Lingkungan) :
a. Lemah/kurangnya pendidikan, pengajaran agama dan etika.
b. Feodalisme, unsur tidak menggugah kesetiaan & kepatuhan.
c. Langkanya lingkungan yang subur bagi perilaku anti korupsi.
d. Terjadinya perubahan radikal dalam struktur masyarakat.
C. JENIS-JENIS KORUPSI
Menurut Syeid Husein Alatas(1997), dalam ilmu sosiologi korupsi dibedakan menjadi:
1. Korupsi Transaktif
Korupsi transaktif merujuk kepada adanya kesepakatan timbal-balik antara pihak
pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak, dan dengan aktif
diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya
5
melibatkan dunia usaha dan pemerintah, atau antara masyarakat dan pemerintah.
Contoh adalah penjualan aset pemerintah dengan harga murah.
2. Korupsi Ekstroktif
Korupsi ini adalah jenis korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna
mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-
orang dan hal-hal yang dihargainya. Contoh Seorang pemimpin proyek secara
langsung maupun tidak mendapat tekanan untuk menyetor sejumlah uang kepada
pejabat di atasnya. Jika tidak, ia bisa kehilangan kesempatan untuk menjadi pimpinan
pada proyek-proyek berikutnya.
3. Korupsi Investif
Korupsi investif adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung
dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di
masa yang akan datang. Bentuk korupsi ini, misalnya: Pejabat meminta balas budi
pengusaha yang mendapatkan proyek dan membuat pengusaha selalu menyisihkan
sebagian dana proyek dengan mengurangi kualitas proyek.
4. Korupsi Nepotistik
Korupsi ini merupakan penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara
untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan
perlakuan yang mengutamakan mereka, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain,
secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku. Contohnya, anak atau
keluarga pejabat mendapat jatah proyek paling banyak dan peran besar dalam
mengatur siapa yang layak melaksanakan proyek-proyek pemerintah.
5. Korupsi Autogenetik
Korupsi autogenetik adalah jenis korupsi yang dilakukan seorang diri, dan tidak
melibatkan orang lain. Misalnya, anggota DPR yang mendukung berlakunya sebuah
undang-undang tanpa menghiraukan akibat-akibatnya, dan kemudian menarik
keuntungan finansial dari pemberlakuan undang-undang itu, karena pengetahuannya
tentang undang-undang yang akan berlaku tersebut.
6. Korupsi Suportif
Korupsi ini tidak secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam
bentuk lain. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah untuk melindungi dan
memperkuat korupsi yang sudah ada. Tindakan menghambat seorang yang jujur dan
cakap untuk menduduki jabatan strategis tertentu bisa dimasukkan dalam kategori ini.
6
7. Korupsi Defensif
Korupsi defensif adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan. Korupsinya
adalah dalam rangka mempertahankan diri.
Jenis korupsi menurut Guy Benveniste yang terdapat dalam Pasal 2-Pasal 12
Undang-Undang No.31 Tahun 1999 adalah:
1. Discretionary Corruption adalah korupsi yang dilakukan karena ada kebebasan dalam
menentukan kebijaksanaan.
2. Illegal Corruption adalah tindakan yang dimaksud untuk mengacaukan bahasa atau
maksud hukum.
3. Mercenary Corruption adalah tindakan korupsi untuk kepentingan pribadi.
4. Ideological Corruption adalah korupsi untuk mengejar tujuan kelompok.
D. DAMPAK NEGATIF YANG DITIMBULKAN KORUPSI.
Salah satu faktor penyebab terbesar mengapa Indonesia tidak dapat menjadi negara
maju adalah karena korupsi. Budaya korupsi di Indonesia sudah ada sejak zaman nenek
moyang dengan gaya dan model yang berbeda-beda. Pada lingkungan para pajabat
negara, korupsi sudah menjadi hal yang sangat lumrah dan sudah menjadi rahasia umum.
Dampak korupsi itu sangatlah besar dan sangat merugikan banyak orang.
Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan bangsa. Dampak korupsi
di dunia politik akan mempersulit berkembangnya demokrasi dan terselenggaranya tata
pemerintahan yang baik dan bersih. Dampak korupsi pada sektor hukum akan
menghambat ketertiban dan penegakan hukum. Akibat korupsi, pembangunan ekonomi
negara jadi semakin sulit dan berantakan. Korupsi juga membuat kesenjangan sosial
ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Selain itu masih banyak lagi
dampak korupsi bagi negara yang sangat merugikan.
Pada sebuah kesempatan, para pakar ekonomi dunia berpendapat bahwa salah satu
faktor keterbelakangan bangsa Asia tidak dapat maju adalah karena budaya korupsi yang
sudah mendarah daging di kalangan pejabat dan petinggi negara. Hal ini mengakibatkan
para investor yang telah menanam sahamnya di negara korup tersebut beramai-ramai
pergi dan mencabut semua investasinya. Menurut survei, ada 13 negara yang terkorup
yaitu Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, Kamerun, Indonesia, Irak, Kenya, Nigeria,
Pakistan, Rusia, Tanzania, Uganda dan Ukraina.
7
Dampak negatif korupsi juga tidak berhenti sampai disini. Anak keturunan bangsa
Indonesia adalah calon korban berikutnya yang harus siap menerima keadaan yang suram
akibat ulah orang tuanya yang gemar korupsi.
Jika uang rakyat tidak di korupsi, banyak sekolah yang rusak di pelosok desa
diperbaiki dan di gratiskan. Hal ini akan menekan habis jumlah anak-anak yang putus
sekolah karena masalah biaya. Negara mampu membuat rumah sakit gratis dan pelayanan
kesehatan lebih merata untuk rakyat yang tidak mampu. Negara mampu membangun
perumahan untuk rakyat agar rakyatnya dapat hidup layak. Negara dapat memfasilitasi
para penemu dan ilmuwan muda yang pintar dan berbakat untuk dikembangkan
kemampuannya.
Negara dapat memberikan modal usaha kecil dan menengah dengan suku bunga 0%
agar perekonomian negara cepat berkembang dan menurunkan jumlah pengangguran.
Negara dapat membangun sarana untuk menanggulangi krisis energi di masa depan
dengan mengembangkan pembangkit tenaga air dan tenaga surya. Negara dapat melunasi
hutang luar negeri. Negara dapat membangun sarana internet gratis / murah bagi
golongan pelajar dan mahasiswa. Negara dapat memperbaiki sarana dan fasilitas umum
yang ada di kota maupun di desa. Negara dapat menjamin kehidupan yang lebih layak
bagi petani dan nelayan. Begitu banyak yang negara Indonesia dapat lakukan jika tidak
ada orang jahat yang korupsi. Setelah diuraikan, ternyata dampak korupsi bagi bangsa
Indonesia sangatlah besar dan merugikan.
E. AKIBAT DARI KORUPSI
1. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintahan.
2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat.
3. Menurunnya pendapatan Negara.
4. Hukum tidak lagi dihormati.
F. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, Telah di
keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB
pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo Budiyono telah mengeluarkan instruksi
Presiden Nomor 5tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang
menginstruksikan secara khusus Kepada Jaksa Agung Dan kapolri:
8
1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegan & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan
hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi
Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan
Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Langkah – langkah pencegahan dalam RAN-PK di
prioritaskan pada :
1. Mendesain ulang layanan publik .
2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg
berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat – pangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi.
G. PERAN SERTA PEMERINTAH DALAM MEMBERANTAS KORUPSI
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat
hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi
“martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan
good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
9
H. PERAN SERTA MAYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
DI INDONESIA
Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak
pidana korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
I. UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya Pencegahan (Preventif)
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan
agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis
tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawah
10
2. Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov
Rusia milik Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam
kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar
Rp 15,9 miliar (2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial
terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
11
4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat):
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang
meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan
terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas
korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik
korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan
reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba
se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi
yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan
Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di
Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei
TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia.
IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak,
Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,
Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan
Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
12
BAB III
KASUS
A. CONTOH KASUS
Agus Sjafii Pane saat menghadiri sidang kasus suap bea cukai Tanjung Priok di
pengadilan Tipikor, Jakarta (13/7). Agus dituntut 3,5 tahun penjara dan denda Rp 250
juta. Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo
TEMPO.CO, Jakarta - Penetapan Hendrianus Langen Projo, Kepala Bidang
Penindakan dan Penyidikan Bea-Cukai Riau dan Sumatera Barat, sebagai tersangka oleh
Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia mengungkap modus permainan
petugas pabean nakal di wilayah perbatasan Indonesia. Langen ditetapkan sebagai
tersangka atas dugaan menerima gratifikasi saat menjabat Kepala Pengawasan dan
Pelayanan Bea-Cukai di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat--wilayah
perbatasan dengan Malaysia. Polisi juga menetapkan status tersangka terhadap Heri
Liwoto, pemilik perusahaan ekspedisi PT Kencana Lestari.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Arief
Sulistyanto mengatakan praktek lancung Langen dan Heri diduga memanfaatkan
perjanjian Indonesia dan Malaysia perihal kawasan perbatasan. Warga Entikong yang
mengantongi Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) berhak mengimpor barang dari
Malaysia maksimal 600 ringgit, atau sekitar Rp 2,28 juta per bulan. "Pakai KILB tidak
dipungut biaya," katanya kepada Tempo, Selasa pekan lalu.
Namun, di lapangan, barang yang jelas-jelas bernilai di atas 600 ringgit melewati
perbatasan tanpa membayar bea masuk dan tarif lain. Pegawai pabean nakal menerapkan
jalan pintas dengan memungut ongkos. "Ada yang memungut Rp 20 juta per kontainer,
dan Rp 500-700 ribu untuk kendaraan lebih kecil," ujar Komisaris Besar Agung Setya,
ketua tim penyidik perkara Langen.
Arief mengatakan modus memanfaatkan KILB di Entikong digunakan untuk
mengimpor barang ilegal dari Cina. Importir nakal menjaring konsumennya di Jakarta.
Importir ini lalu mengimpor barang sesuai pesanan dari Cina. Kontainer dari Cina akan
13
berlabuh di Pelabuhan Kuching, Malaysia. Lalu kontainer ditarik menuju Tebedu, daerah
yang berbatasan dengan Entikong, Indonesia.
Di Tebedu, truk atau pikap milik perusahaan ekspedisi yang disewa importir telah
menunggu. Mereka mengangkut barang impor melewati perbatasan tanpa pemeriksaan
ketat, menuju Pontianak. Barang-barang itu lolos sebab dianggap barang bawaan warga
pemilik KILB. Setibanya di Pontianak, barang dipindahkan lagi ke kontainer dan
diangkut mengarungi Laut Jawa menuju Jakarta. "Di Jakarta tak diperiksa karena status
pengirimannya domestik," kata Arief.
Modus itu diduga dilakukan Heri yang terendus memasukkan barang berupa gula,
mebel, dan alat pertukangan. Dari bisnisnya ini, Heri diduga membelikan Langen
kendaraan Harley Davidson untuk Langen dan mengucurkan uang pelicin untuk
Syafruddin, Kepala Seksi Kepabeanan Bea-Cukai Entikong, yang terlebih dulu ditetapkan
sebagai tersangka oleh Kejaksaan Negeri Sanggau.
B. ANALISIS KASUS
Dari kasus di atas dapat di ketahui bahwa hendrianus langen projo merupakan
tersangka dari kasus bea cukai ini. Dia menerima gratifikasi ( berupa harley davinson dan
uang) saat menjabat menjadi kepala pengawasan dan pelayanan bea cukai di entikong.
Gratifikasi ini diberikan oleh hery liwoto pemilik perusahaan ekspedisi PT Kencana
Lestari. Demi memperlancar bisnisnya, hery liwoto memberikan gratifikasi tersebut
sehingga barang-barang impor miliknya bebas masuk melalui bea cukai tanpa harus
membayar biaya masuk apapun. Seharusnya hery liwoto membayar biaya masuk bea
cukai yang jelas-jelas bernilai di atas 600 ringgit tetapi pada kenyataannya hery liwoto
tidak dikenakan biaya apapun.
Dari kasus ini dapat diambil kesimpulan bahwa kasus korupsi ini merupakan jenis
korupsi defensif. Dimana hery liwoto telah menyuap hendrianus langen projo yaitu
berupa barang dan uang demi kelancaran bisnisnya. Hery liwoto melakukan hal tersebut
untuk mempertahankan bisnsinya sehingga mendapatkan keuntungan sendiri.
14
BAB IV
PENUTUTP
A. KESIMPULAN
korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Sebagian besar
tindakan yang dianggap korup oleh mereka yang melaksanakan norma dalam sistem
politik, pada dasarnya adalah transaksi pertukaran.
Ciri korupsi : (a) Suatu penghianatan terhadap kepercayaan, (b) penipuan
terhadap badan pemerintahan, lembaga swasta atau masyarakat umumnya, (c) dengan
sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, (d) dilakukan dengan
rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau bawahanya
menganggapnya tidak perlu, (e) melibatkan lebih dari satu orang atau pihak, (f) adanya
kewajiban dan keuntungan bersama, dalambentuk uang atau yang lainya, (g) terpusatnya
kegiatan (korupsi) pda mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dann
menguntungkan bagi dirinya ataupun kelompoknya, (h) adanya usaha untuk menutupi
perbuata korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum, dan (i) menunjukan fungsi
ganda yang kontradiktitif pada mereka yang melakukan korupsi.
Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan bangsa. Dampak
korupsi di dunia politik akan mempersulit berkembangnya demokrasi dan
terselenggaranya tata pemerintahan yang baik dan bersih. Dampak korupsi pada sektor
hukum akan menghambat ketertiban dan penegakan hukum. Akibat korupsi,
pembangunan ekonomi negara jadI semakin sulit dan berantakan. Korupsi juga membuat
kesenjangan sosial ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin lebar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Gie. 2002. Pemberantasan Korupsi Untuk Meraih Kemandirian, Kemakmuran, Kesejahteraan
dan Keadilan.
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Strategi pencegahan & penegakan hukum Tindak Pidana Korupsi (Chaerudin,SH.,MH.
Syafudin Ahmad Dinar,SH.,MH. Syarif Fadillah,SH.,MH.)
Modus Operandi Pelanggaran Keppres No. 80 tahun 2003 dari Perspektif KPK
http://muthiasfile.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-korupsi-di-indonesia.html
http://blogsimpleuntukpelajar.blogspot.com/2013/03/makalah-tentang-korupsi.html
16