Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL VEKTOR
DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN GAYA KOGNITIF
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
SUWARNI
A410160185
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL VEKTOR DIMENSI TIGA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA
KOGNITIF
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
SUWARNI
NIM. A410160185
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dra. Sri Sutarni, M.Pd. 0620016502
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL VEKTOR DIMENSI TIGA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA
KOGNITIF
Oleh:
SUWARNI A410160185
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 03 Agustus 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dra. Sri Sutarni, M.Pd. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( )
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Isnaeni Umi Machromah, S.Pd., M.Pd. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernali diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepan jang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang perna ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas.
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 12 Juni 2020
Suwarni
1
KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL VEKTOR DIMENSI
TIGA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA
KOGNITIF
Abstrak
Penelitian ini dilakukan bertujuan menganalisis kesalahan siswa menyelesaikan
soal Vektor Dimensi Tiga dengan tipe gaya kognitif Field Independent (FI) dan
Field Dependent (FD) berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis terdiri dari 5 indikator yaitu (1)Memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) Membangun keterampilan
dasar (basic support), (3)Menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics),
(4)Membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification), dan (5)Membuat
simpulan (inference). Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian dilakukan siswa kelas XI AKP dengan mengambil 6 siswa sebagai
subjek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan wawancara.
Keabsahan data yang digunakan metode triangulasi teknik. Teknik analisis data
yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan siswa Field Independent (FI)
yaitu pada indikator (1)Membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification)
dan (2)Membuat simpulan (inference). Siswa tipe Field Dependent (FD)
melakukan kesalahan pada indikator (1)Memberikan penjelasan sederhana
(elementary clarification), (2)Membangun keterampilan dasar (basic support),
(3)Menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics), (4)Membuat penjelasan
lebih lanjut (advances clarification), dan (5)Membuat simpulan (inference).
Kata Kunci: Analisis kesalahan, Kemampuan berpikir kritis, Gaya kognitif,
Vektor dimensi tiga
Abstract
This research was conducted aimed at analyzing students' mistakes in solving
Three Dimensional Vector problems with the cognitive style types Field
Independent (FI) and Field Dependent (FD) based on indicators of critical
thinking skills. Critical thinking ability consists of 5 indicators, namely (1)
Providing simple explanations (elementary clarification), (2) Building basic skills
(basic support), (3) Determining strategy and tactics (strategy and tactics), (4)
Making further explanation (advances clarification), and (5) Making inferences.
This type of research is a qualitative descriptive study. The study was conducted
by students of class XI AKP by taking 6 students as research subjects. Data
collection techniques using tests and interviews. The validity of the data used by
the technique triangulation method. Data analysis techniques used are data
reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the
errors of the Field Independent (FI) type were on indicators (1) Making further
clarification (advances clarification) and (2) Making inferences. Field Dependent
(FD) type students make mistakes on indicators (1) Provide a simple explanation
(elementary clarification), (2) Building basic skills (basic support), (3) Determine
strategies and tactics (strategies and tactics), (4) Making further explanation
(advances clarification), and (5) Making inferences.
2
Keywords: Error analysis, Critical intelligence, Cognitive style, Three
dimensional vector.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan dari suatu bangsa. Pendidikan
bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi
manusia dewasa, beradab dan normal (Jumali, Surtikanti, Aly, dan Sundari
2010:3). Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bilangan dan bangun (datar dan ruang) (Shadiq Fajar, 2014:5). Seiring dengan
perkembangan zaman yang pesat menuntut Sumber Daya Manusia (SDM)
mampu mempunyai kualitas yang tinggi sehingga menuntut pendidikan dapat
selalu berkembang. Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis yang
memungkinkan seseorang untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan
pendapatnya berpikir (Hendriana, Rohaeti dan Sumarmo, 2017).
Guru berupaya mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dengan
memberikan soal setiap siswa ketika menyelesaikan soal memiliki kesalahan
yang berbeda – beda. Siswa menjadi pemecah masalah yang baik jika
keterampilan berpikir kritis matematis mereka berkembang dengan baik
(Apriliana,Handayani, dan Awalludin, 209). Berpikir kritis adalah metode yang
memaksimalkan hasil dan mendorong mereka untuk menghasilkan hasil yang
memuaskan dan menganalisis informasi (Choy dan Chea, 2009). Setiap siswa
mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses suatu informasi. Gaya
kognitif merupakan ciri khas dari memfungsikan aktivitas persepsi dan
intelektual (Rahman dan Ahmar, 2017).
Dimensi gaya kognitif dibagi menjadi dua bidang yaitu Field Dependent
(FD) dan Field Independent (FI) (Yuwono, Ridlo, dan Wijayanti, 2018).
Karakteristik yang dikemukakan oleh Witkin dalam Sulani yang dikutip oleh
Inayah (2016), yaitu gaya kognitif FI lebihh mandiri, otonom, berinisiatif,
bertanggung jawab, berpikit sendiri, karakteristik kuat, terkontrol, tidak
pengertian, memanipulasi orang lain, dan menjahui orang lain, sedangkan gaya
kognitif FD lebih selektif dalam sosial, menyukai situasi untuk berhubungan
dengan orang lain, mencari kedekatan fisik dan mampu bergaul dengan orang
3
lain. Gaya kognitif Field Independent (FI) dan gaya kognitif Field Dependent
(FD) mempunyai pengaruh bagi dunia pendidikan dalam hal belajar siswa
mampu berinteraksi dengan guru dan mengambil suatu keputusan dalam
penugasan.
Berdasarkan hasil observasi saat PLP 2 dan 3 di SMK Muhammadiyah
Delanggu menunjukkan bahwa siswa dalam menyelesaikan soal matematika
menjawab tidak secara sistematis, ditunjukkan bahwa siswa saat
menyelesaikan soal hanya menuliskan jawaban saja, saat menyelesaikan soal
yang diberikan guru siswa duduk sendiri dan duduk berkelompok. Pemilihan
kemampuan berpikir kritis dan gaya kognitif sebagai tinjauan karena indikator
kemampuan berpikir kritis sejelan dengan masalah yang telah dipaparkan saat
observasi di SMK Muhammadiyah Delanggu dan gaya kognitif digunakan
untuk mengetahui kebiasaan siswa yang berhubungan dengan belajar. Vektor
dimensi tiga dipilih untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti mencoba menganalisis kesalahan
siswa menyelesaikan soal vektor dimensi tiga ditinjau dari kemampuan
berpikir kritis dan gaya kognitif di kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu
2. METODE
Peneltitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif-kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono
2015:1). Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan wawancara. Tes
GEFT merupakan tes setiap individu yang dilakukan siswa dan diarahkan oleh
peneliti untuk mendapatkan bentuk sederhana dalam bentuk yang lebih
kompleks yang didesain untuk menyembunyikan bentuk sederhana. Tes terdiri
dari tiga bagian ini dilakukan 25 menit, bagian pertama sebagai latihan dimana
hasilnya tidak diperhitungkan sebanyak tujuh soal. Bagian kedua dan ketiga
4
hasinya diperhitungkan dengan jawaban salah bernilai 0 dan jawaban benar
bernilai 1 serta jumlah dari bagian kedua adalah 9 soal dan ketiga adalah 9
soal. Pada pengelompokkan siswa dengan (FI) dan (FD) menggunakan
rumusan oleh Gordon dan Wyant (1994) dengan skor 0 – 11 masuk dalam
kelompok FD dan skor 12 – 18 masuk dalam kelompok FI. Soal tes GEFT
telah reliabel yang dilakukan oleh (Witkin,1971) dikutip Suryanti (2014:1400)
menyatakan uji reliabilitas yang pernah memiliki tingkat koefisien alpha
sebesar 0,8 hal ini menunjukkan bahwa tes GEFT telah reliable.
Pada penelitian ini keabsahan data menggunakan triangulasi teknik.
Dalam penelitian ini keabsahan data dilakukan untuk membandingkan data
hasil tes dan data hasil wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses reduksi yakni mencatat
hal penting yang diperoleh dari hasil wawancara, mengumpulkan hasil tes
GEFT, hasil soal tes Vektor Dimensi Tiga yang telah diselesaikan oleh siswa.
Kemudian, penyajian data berbentuk naratif yang dijabarkan peneliti dari hasil
wawancara dan hasil tes Vektor Dimensi Tiga. Penarikan kesimpulan yaitu
peneliti mengutarakan uraian analisis kesalahan siswa menyelesaikan soal
Vektor Dimensi Tiga yang ditinjau dari indikator kemampuan berpikir kritis
dan gaya kognitif siswa tipe FI dan siswa tipe FD.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan tes GEFT dan menyelesaikan soal uraian Vektor Dimensi
Tiga di kelas XI AKP SMK Muhammadiyah Delanggu, penelitian ini ditinjau
dari indikator kemampuan berpikir kritis dan gaya kognitif maka hanya dipilih
enam orang siswa dengan 3 siswa tipe FI dari 12 siswa tipe FI dan 3 siswa tipe
FD dari 23 siswa tipe FD.
5
Tabel 1 Deskripsi Hasil Penelitian
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis
Field Independence (FI) Field Dependence (FD)
S06 S14 S26 S13 S23 S31
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. Memberikan
penjelasan sederhana
- - - - - - - - - - - - √ √ √ √ √ √
2. Membangun
keterampilan dasar
- - - - - - - - - - - √ √ - √ - - -
3. Menentukan strategi
dan taktik
- - - - - - - - - - - - √ - √ - - √
4. Membuat penjelasan
lebih lanjut
- - - √ - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
5. Membuat simpulan √ √ √ √ - - √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:
(√) : Melakukan Kesalahan
(-) : Tidak Melakukan Kesalahan
3.1 Kesalahan Siswa tipe Field Independent (FI)
Siswa dengan tipe FI berdasarkan hasil analisis yang dilakukan yaitu subjek
06, subjek 14, dan subjek 26. Hasil analisis yang dilakukan peneliti oleh
subjek 06 belum mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis.
Subjek melakukan kesalahan pada indikator membuat simpulan (inference).
Pada ketiga soal subjek 06 tidak menuliskan kesimpulan. Hal ini disebabkan
ketidak telitian siswa dalam menyelesaikan soal siswa tidak membaca
kembali langkah – langkah yang telah dituliskan pada indikator memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification). Hal ini sependapat dengan
Yunis, Dian, dan Nok Izatul (2018) bahwa siswa FI memiliki pemahaman
yang lebih dalam dan membuat kesalahan ceroboh. Hasil analisis yang
dilakukan peneliti oleh subjek 14 belum mampu memenuhi indikator
kemampuan berpikir kritis. Pada soal nomor 1 subjek melakukan kesalahan
pada indikator membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification) dan
membuat simpulan (inference). Hal ini terjadi lantaran siswa tidak teliti saat
menyelesaikan soal. Hasil analisis yang dilakukan peneliti oleh subjek 26
belum mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis. Subjek
melakukan kesalahan pada indikator membuat simpulan (inference).
6
Pada soal nomor 1 dan nomor 3, subjek 26 tidak menuliskan kesimpulan.
Hal ini disebabkan siswa tidak teliti dalam menyelesaikan soal, siswa
cenderung terburu – buru dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan. Hal
ini sependapat dengan Sulistyorini dkk, (2018) bahwa siswa FI mempunyai
pemahaman yang lebih mendalam dan melakukan kesalahan karena kurang teliti.
Di bawah ini hasil jawaban salah satu siswa FI dalam menyelesaikan soal
Vektor Dimensi Tiga.
Gambar 1. hasil jawaban siswa FI
3.1.1 Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S06,
S14 dan S26 sudah mampu memenuhi indikator. Hal ini ditujukkan pada
lembar jawab siswa mampu menuliskan langkah – langkah untuk
menyelesaikan soal. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara
salah satu siswa sebagai berikut:
P : Apakah penjelasan langkah – langkah yang dituliskan untuk
menyelesaikan soal nomor 1?
S14 : Satu menuliskan yang diketahui dan ditanya, dua
menuliskan rumus vektor satuan, tiga menyelesaikan soal
dengan rumus vektor satuan, empat kesimpulan
3.1.2 Membangun keterampilan dasar (basic support)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S06,
S14 dan S26 sudah mampu memenuhi indikator. Hal ini ditujukkan pada
lembar jawab siswa mampu menuliskan diketahui dan ditanya dengan benar.
Hal tersebut sependapat dengan Rifqiyana dan Masrukan (2016) bahwa
siswa jenis FI mampu menguasai kemampuan menentukan fakta yang ada.
7
3.1.3 Menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S06,
S14 dan S26 sudah memenuhi indikator. Hal ini ditujukkan pada lembar
jawab siswa mampu menuliskan rumus atau syarat yang digunakan untuk
menyelesaikan soal dengan benar. Hal tersebut sependapat dengan
Rifqiyana dan Masrukan (2016) yakni siswa jenis FI mampu menguasai
kemampuan menggunakan bukti – bukti yang benar.
3.1.4 Membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S14
pada soal nomor 1 siswa belum mampu menyelesaikan soal dengan benar.
S06 dan S26 sudah mampu memenuhi indikator. Hal tersebut sependapat
dengan penelitian Rifqiyana dan Masrukan (2016) yakni siswa jenis FI
kurang menguasai kemampuan bertindak dengan memberikan penjelasan
lebih lanjut.
3.1.5 Membuat simpulan (inference)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga, subjek S06
tidak menuliskan kesimpulan pada ketiga sedangkan S14 menuliskan
kesimpulan tapi jawaban tidak benar dan S26 tidak menuliskan kesimpulan
pada nomor 1 dan 3. Hal tersebut sependapat dengan peneelitian Rifqiyana
dan Masrukan (2016) siswa jenis FI kurang mampu menguasai kemampuan
menarik kesimpulan sesuai fakta.
3.2 Kesalahan Siswa tipe Field Dependent (FD)
Subjek yang diambil sebagai siswa tipe FD adalah subjek 13, subjek 23 dan
subjek 31. Hasil analisis yang dilakukan peneliti oleh subjek 13 belum
mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis. Subjek melakukan
kesalahan pada indikator membangun keterampilan dasar (basic support),
membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification), dan membuat
simpulan (inference). Hasil analisis yang dilakukan peneliti oleh subjek 23
dan subjek 31 belum mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis
Subjek melakukan kesalahan pada indikator memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic
8
support), menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics), membuat
penjelasan lebih lanjut (advances clarification) dan membuat simpulan
(inference). Hal ini disebabkan subjek tidak teliti dalam menyelesaikan soal.
Hal ini sependapat dengan Purwati, Hobri, dan Fatahillah (2016) bahwa siswa
dengan kategori kemampuan berpikir kritis rendah kurang mampu dalam
meninterpresatikan masalah (memahami masalah diketahui dan ditanya), dan
tidak mampu memenuhi indikator analisis (mengidentifikasi), evaluasi
(menggunakan strategi yang tepat), dan inferensi (menarik kesimpulan). Di
bawah ini hasil salah satu jawaban siswa FD dalam menyelesaikan soal
Vektor Dimensi Tiga.
Gambar 2. hasil jawaban siswa FD
3.2.1 Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S13
sudah memenuhi indikator sedangkan S23 dan S31 belum mampu
memenuhi indikator. Hal ini ditujukkan pada lembar jawab siswa belum
mampu menuliskan langkah – langkah untuk menyelesaikan soal dengan
lengkap. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara salah satu
siswa sebagai berikut:
P : Apakah penjelasan langkah – langkah yang dituliskan untuk
menyelesaikan soal nomor 1?
S31 : Langkah – langkah yaitu satu ada soal, dua lembar jawab, ketiga
diketahui, keempat ditanya , kelima dijawab
P : Untuk menyelesaikan soal nomor 1 perlu menggunakan rumus atau
syarat tidak?
9
S31 : Perlu
P : Kalo sudah selesai mendapatkan hasil ditulis kesimpulan tidak ?
S31 : Iya mba
P : Ada yang kurang tidak berarti?
S31 : Ada
3.2.2 Membangun keterampilan dasar (basic support)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S13,
S23, dan S31 belum mampu memenuhi indikator membangun keterampilan
dasar (basic support). Hal ini ditujukkan pada lembar jawab siswa
menuliskan diketahui dan ditanya tidak tepat. Hal ini sependapat dengan
penelitian Rifqiyana dan Masrukan (2016) bahwa siswa jenis FD kurang
mampu menguasai menentukan fakta yang ada.
3.2.3 Menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S13
sudah memeuhi indikator sedangkan S23 dan S31 belum mampu memenuhi
indikator menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics). Hal ini
ditujukkan pada lembar jawab siswa menuliskan rumus atau syarat yang
digunakan untuk menyelesaikan soal tidak tepat. Hal ini sependapat dengan
penelitian Rifqiyana dan Masrukan (2016) bahwa siswa jenis FD kurang
mampu menguasai kemampuan menggunakan bukti – bukti yang benar.
3.2.4 Membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal uraian Vektor Dimensi Tiga
subjek S13, S23 dan S31 belum memenuhi indikator. Hal ini ditujukkan
pada lembar jawab siswa menuliskan jawaban penyelesaian soal tidak tepat.
Hal ini sependapat dengan penelitian Rifqiyana dan Masrukan (2016) bahwa
siswa jenis FD kurang menguasai kemampuan bertindak dengan
memberikan penjelasan lebih lanjut.
3.2.5 Membuat simpulan (inference)
Berdasarkan hasil tes menyelesaikan soal Vektor Dimensi Tiga subjek S13,
S23 dan S31 belum memenuhi indikator membuat simpulan (inference). Hal
ini ditujukkan pada lembar jawab siswa tidak menuliskan dan menuliskan
10
tapi jawaban tidak tepat. Hal ini sependapat dengan penelitian Rifqiyana dan
Masrukan (2016) kurang mampu menguasai kemampuan menarik
kesimpulan sesuai fakta.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diuraikan oleh peneliti,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
4.1 Kesalahan siswa tipe Field Independent (FI)
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa tipe FI pada indikator membuat
penjelasan lebih lanjut (advances clarification) melakukan operasi
perhitungan yang salah dikarenakan tidak teliti mengakibatkan pada indikator
membuat simpulan (inference) salah. Siswa tipe FI yang lain tidak membaca
kembali langkah – langkah yang telah dituliskan pada indikator memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification) hal ini menyebabkan siswa
tidak menuliskan hasil yang telah didapatkan pada indiktor membuat
simpulan (inference) kesimpulan dikarenakan lupa.
4.2 Kesalahan siswa tipe Field Dependent (FD)
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa tipe FD yaitu pada semua indikator,
pertama indikator memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification) siswa FD tidak menuliskan langkah – langkah dengan lengkap.
Kedua, indikator membangun keterampilan dasar (basic support) siswa FD
tidak menuliskan diketahui dan ditanyakan sesuai soal. Ketiga, indikator
menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics) siswa FD menuliskan
rumus tapi rumus yang dituliskan salah ada juga yang tidak menuliskan
rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal, sebab siswa FD tersebut
tidak mengetahui rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Keempat,
indikator membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification) akibat
kesalahan indikator sebelumnya siswa FD salah dalam menyelesaikan soal,
permasalahan yang muncul adalah salah dalam operasi perhitungan. Kelima,
indikator membuat simpulan (inference) akibat kesalahan indikator
sebelumnya kesimpulan yang telah ditulis siswa FD berakibat salah adapun
11
siswa yang tidak menuliskan kesimpulan disebabkan belum selesai dalam
menyelesaikan indikator sebelumnya dan tidak teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliana, Lidya Putri. Handayani, Isnaini & Awalludin, Subhan Ajiz (2019).
The Effect of a Problem Centered Learning on Student’s Mathematical Critical
Thinking.Journal of Research and Advances in Mathematics Education.
Vol. 4, No. 2, July 2019, hal 124-133. ISSN: 2503-3697, e-ISSN: 2541-
2590
Choy, S Chee dan Cheah, Phaik Kin (2009). Teacher Perceptions of Critical
Thinking Among Students and its Influence on Higher Education. Vol. 20,
No. 2, 2009, hal 198-206. ISSN: 1812-9129
Gordon, H.R dan dan Wyant, L.J (1994). Cognitive Style of Selected
International and Domestic Graduate Students at Marshall University
(online), https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED372711.pdf, diakses pada 20
september 2019.
Hendriana, Heris dan Soemarmo, Utari (2017). Penilaian Pembelajaran
Matematika. Bandung: PT Aditama
Jumali, M. Surtikanti, Aly, Taurat SA, & Sundari(2010). Landasan Pendidikan.
Surakarta: Muhammadiyah Uniersity Press 2008.
Purwati, Ratna. Hobri, &Fatahillah, Arif (2016). Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada
Pembelajaran Model Creatvie Problem Solving. Kadikama. Vol. 7, No. 1,
April 2016, hal. 84 – 93.
Rahman, Abdul dan Ahmar, Saleh Ansari (2017),Problem Posing of High School
Mathematics Student’s Based on Their Cognitive Style. Educational
Process: International Journal. VOL. 6, No. 1, 2017, hal 7–23, p- ISSN
2147– 0901.
Rifqiyana dan Susilo (2016). Analisis kemampuan Berpikir Krtitis Siswa Kelas
VII dengan Pembelajaran Model 4K Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa.
Unnes Journal of Mathematics Education. Vol. 5, No 1, Maret 2016. p-
ISSN 2252-6927 e-ISSN 2460-5840.
Sugiyono, (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta CV
Sutama (2019). Metode Penelitian Pendidikan. Sukoharjo: CV. Jasmine
Suryanti, Nunuk. (2014). Pengaruh Kognitif Terhadap Hasil Belajar Akuntansi
Keuangan Menengah 1. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika,
4(1111),1292 1406.
Shadiq Fajar(2014). Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
12
Yuliani, Kiki dan Saragih, Sahat (2015). The Development of Learning Devices
Based Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and
Critical Thinking Mathematically Ability of Students at Islamic Junior High
School of Medan . Journal of Education and Practice. Vol.6, No.24, 2015.
P-SSN 2222-1735 e-ISSN 2222-288X.
Yuwono, Muhammad Ridlo dan Wijayanti, Septiana (2018). The profile of
students’ metacognition in solving analytic geometry: Gender and cognitive
style perspective.Beta: Jurnal Tadris Matematika. Vol. 11, No. 2, 2018,
hal.177 – 190 . DOI.10.20414/betajtm.v1s1i2.17.