6
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010 MAKALAH ILMIAH Karakteristik Pertambangan Batu bara Ditinjau dari segi fisik serta susunan kimianya, batu bara Indonesia termasuk ke dalam jenis bituminus sampai lignit. Hal ini antara lain ditunjukan oleh tinggi rendahnya nilai kalor, tingginya kandungan air lembab dan kandungan gas terbang, serta rendahnya kandungan belerang serta abu. Sebagian besar batu bara yang terdapat di Indonesia termasuk ke dalam jenis batu bara uap (steaming coal), sehingga cocok digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap, pabrik semen dan industri pengecoran logam. Berdasarkan bentuk dan keterdapatannya/ penyebarannya, batu bara merupakan sumber daya alam dengan cadangan tidak teratur dan tidak dapat diperbaharui. Apabila cadangan batu bara yang ditemukan sekarang ini terus dieksploitasi maka suatu saat cadangan akan habis jika tidak ditemukan cadangan baru. Lokasi kegiatan pertambangan umumnya berada di daerah pedalaman dan terpencil dimana infrastruktur yang ada sangat minim, dan memerlukan perbaikan infrastruktur yang seringkali menimbulkan bergesekan dengan kegiatan masyarakat terpencil. Secara mayoritas batu bara Indonesia berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan, sedangkan mayoritas pengguna di Pulau Jawa. Maka hal-hal yang perlu menjadi perhatian ke-depan adalah angkutan batu bara dari luar Pulau Jawa ke Pulau Jawa perlu ditingkatkan, emisi gas buang dari pembakaran batu bara di Pulau Jawa perlu dikaji secara mendalam serta pemanfaatan batu bara peringkat rendah masih belum optimal. Selain yang disebutkan di atas, karakteristik batu bara yaitu non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan. Berdasarkan tingkat risikonya, kegiatan pertambangan batu bara mengandung risiko tinggi, dimana tingkat keberhasilan eksplorasi sangat rendah (antara 2%-5%) dan tergolong kegiatan yang lambat menghasilkan, yaitu membutuhkan waktu 8-10 tahun untuk sampai ke kegiatan eksploitasi. Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu risiko geologi (eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Sektor Pertambangan membutuhkan peralatan berteknologi tinggi yang relatif padat modal untuk melakukan kegiatannya, baik eksplorasi, eksploitasi maupun saat mengolahnya menjadi komoditas akhir (ada nilai tambah). Risiko-risiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi. Cadangan batu bara dapat ditemukan di atas maupun di bawah permukaan tanah, sehingga cadangan yang berada di bawah permukaan tanah mempunyai implikasi terhadap tumpang tindih dengan kegiatan lainnya, seperti perkebunan, kehutanan dan sebagainya. Mengingat pada masa yang akan datang, minyak bumi yang umurnya sudah hampir 130 tahun sudah tidak dapat diandalkan, maka harus dicari alternatif pengganti minyak bumi. Untuk bahan bakar fosil, gas dan batu bara akan menjadi andalan jangka menengah dan jangka panjang. Hal tersebut membuktikan bahwa era minyak bumi akan berkahir dan batu bara akan mengganti peran utama minyak bumi sebagai energi utama. Produksi batu bara Indonesia selama 10 tahun terakhir menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan. Pada tahun 2009 produksi batu bara Indonesia mencapai sekitar 254 juta ton atau 94,4 % diantaranya dari Kalimantan. Sekitar 75% dari produksi batu bara nasional tersebut di ekspor ke berbagai negara, Strategi dan Langkah Kebijakan KEBIJAKAN DAN PROSPEK PENGELOLAAN BATU BARA DI INDONESIA Oleh: Daulat Ginting Perencana Madya Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi

kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

MAKALAH ILMIAH

KarakteristikPertambanganBatubara

Ditinjau dari segi fisik serta susunankimianya, batu bara Indonesia termasuk kedalam jenis bituminus sampai lignit. Hal ini antaralain ditunjukan oleh tinggi rendahnya nilai kalor,tingginya kandungan air lembab dan kandungangas terbang, serta rendahnya kandunganbelerang serta abu. Sebagian besar batu barayang terdapat di Indonesia termasuk ke dalamjenis batu bara uap (steaming coal), sehinggacocok digunakan sebagai bahan bakar padapembangkit listrik tenaga uap, pabrik semen danindustri pengecoran logam.

Berdasarkan bentuk dan keterdapatannya/penyebarannya, batu bara merupakan sumberdaya alam dengan cadangan tidak teratur dantidak dapat diperbaharui. Apabila cadangan batubara yang ditemukan sekarang ini terusdieksploitasi maka suatu saat cadangan akanhabis jika tidak ditemukan cadanganbaru.

Lokasi kegiatan pertambangan umumnyaberada di daerah pedalaman dan terpencildimana infrastruktur yang ada sangat minim, danmemerlukan perbaikan infrastruktur yangseringkali menimbulkan bergesekan dengankegiatan masyarakat terpencil. Secara mayoritasbatu bara Indonesia berada di Pulau SumateradanKalimantan, sedangkanmayoritas penggunadi Pulau Jawa. Maka hal-hal yang perlu menjadiperhatian ke-depan adalah angkutan batu baradari luar Pulau Jawa ke Pulau Jawa perluditingkatkan, emisi gas buang dari pembakaranbatu bara di Pulau Jawa perlu dikaji secaramendalam serta pemanfaatan batu baraperingkat rendahmasih belumoptimal.

Selain yang disebutkan di atas, karakteristikbatu bara yaitu non-renewable (tidak dapatdiperbarui), mempunyai risiko relatif lebih tinggi,dan pengusahaannya mempunyai dampaklingkungan baik fisik maupun sosial yang relatiflebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditilain pada umumnya. Karena sifatnya yang tidakdapat diperbarui tersebut pengusahapertambangan selalu mencari proven reserves(cadangan terbukti) baru. Cadangan terbuktiberkurang dengan produksi dan bertambahdenganadanya penemuan.

Berdasarkan tingkat risikonya, kegiatanpertambangan batu bara mengandung risiko

tinggi, dimana tingkat keberhasilan eksplorasisangat rendah (antara 2%-5%) dan tergolongkegiatan yang lambat menghasilkan, yaitumembutuhkanwaktu 8-10 tahun untuk sampai kekegiatan eksploitasi. Ada beberapa macam risikodi bidang pertambangan yaitu risiko geologi(eksplorasi) yang berhubungan denganketidakpastian penemuan cadangan (produksi),risiko teknologi yang berhubungan denganketidakpastian biaya, risiko pasar yangberhubungan dengan perubahan harga, danrisiko kebijakan pemerintah yang berhubungandengan perubahan pajak dan harga domestik.Sektor Pertambangan membutuhkan peralatanberteknologi tinggi yang relatif padat modal untukmelakukan kegiatannya, baik eksplorasi,eksploitasi maupun saat mengolahnya menjadikomoditas akhir (ada nilai tambah).

Risiko-risiko tersebut berhubungan denganbesaran-besaran yang mempengaruhikeuntungan usaha yaitu produksi, harga, biayadan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebihtinggi menuntut pengembalian keuntungan (RateofReturn) yang lebih tinggi.

Cadangan batu bara dapat ditemukan diatas maupun di bawah permukaan tanah,sehingga cadangan yang berada di bawahpermukaan tanah mempunyai implikasi terhadaptumpang tindih dengan kegiatan lainnya, sepertiperkebunan, kehutanan dan sebagainya.

Mengingat pada masa yang akan datang,minyak bumi yang umurnya sudah hampir 130tahun sudah tidak dapat diandalkan, maka harusdicari alternatif pengganti minyak bumi. Untukbahan bakar fosil, gas dan batu bara akanmenjadi andalan jangka menengah dan jangkapanjang. Hal tersebut membuktikan bahwa eraminyak bumi akan berkahir dan batu bara akanmengganti peran utama minyak bumi sebagaienergi utama.

Produksi batu bara Indonesia selama 10tahun terakhir menunjukkan peningkatanproduksi yang signifikan. Pada tahun 2009produksi batu bara Indonesia mencapai sekitar254 juta ton atau 94,4 % diantaranya dariKalimantan. Sekitar 75% dari produksi batu baranasional tersebut di ekspor ke berbagai negara,

Strategi danLangkahKebijakan

KEBIJAKAN DAN PROSPEK PENGELOLAANBATU BARA DI INDONESIA

Oleh:

Daulat GintingPerencana Madya

Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi

Page 2: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

MAKALAH ILMIAH

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

sedangkan untuk pangsa pasar domestik masihsekitar 30% saja. Kedepan kebutuhan domestikakan terus meningkat sehingga hal ini harusdiantisipasi oleh Pemerintah.

Sebagian besar dari produksi tersebutdigunakan untukmemenuhi kebutuhan ekspor keberbagai negara terutama di kawasan AsiaPasifik, seperti Jepang Taiwan, Korea dannegara-negara ASEAN. Sisanya digunakanuntuk keperluan di dalam negeri antara lain untukpembangkit listrik, pabrik semen, industri pulp,dan lainnya.

Dewasa ini untuk kegiatan pertambanganbatu bara, pengolahan yang sudah dilakukankebanyakan sebatas penggerusan, pencuciandan pencampuran yang umumnya memangdilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pasarbaik di dalam maupun di luar negeri. Sedangkanuntuk kegiatan peningkatan mutu, pembriketan,pencairan dan gasifikasi batu bara masih harusterus dikembangkan. Batu bara mutu rendahsampai menengah di Indonesia jumlahnyacukup besar (86 %), oleh karena itu upayapeningkatanmutu pada batu bara jenis ini sangatbernilai strategis, karena dapat meningkatkannilai ekonomi batu bara tersebut.

Pengelolaan sumber daya batu baramenghasilkan beberapa manfaat yaitu sebagaisumber penerimaan negara, sumber energi danbahan baku industri, sarana pertumbuhan danmenciptakan efek ganda. Manfaat tersebut akansangat berpengaruh terhadap pembangunanekonomi. Pembangunan dalam bidang ekonomiyang berasal dari pengelolaan sumber daya batubara akan menciptakan pembangunanberkelanjutan.

Di dalam pasal 102-103 UU Minerba,pemilik IUP dan IUPK batu bara memilikikewajiban untuk melakukan usaha nilai tambahdi dalam proses penambangan dan pengolahan.Pengolahan batu bara yang dirumuskan didalam RPP Kegiatan Pertambangan UsahaMineral dan Batu Bara meliputi penggerusan,pencucian, pencampuran, peningkatan mutu,pembriketan, pencairan dan gasifikasi.

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki,pemerintah menyusun dan menyempurnakankriteria/pedoman pelaksanaan “good miningpractices” yang dapat mendorong perusahaantambang me laksanakan penge lo l aanpertambangan secara baik dan benar sesuainorma, kaidah dan peraturan/standar.Pengelolaan pertambangan yang baik dan benar(good mining practice) perlu terus dikaji dand ikembangkan pada keg ia tan usahapertambanganmasa kini.

D iha rapkan dengan pe laksanaanpengelolaan pertambangan yang baik dan benar

a. PelaksanaanGoodMiningPractice

(good mining practice), memberikan kesadaranperusahaan tambang untuk melaksanakankegiatan pertambangan yang baik dan semakinmeningkat serta memberikan perlindunganlingkungan yang semakin membaik sehinggamasyarakat dapat diyakinkan bahwa kegiatanpertambangan dapat menjadi bagian daripembangunan berkelanjutan dan memberikanmanfaat yang sebesar-besarnya bagikemakmuran masyarakat dan pelestarian fungsilingkungan.

Melalui penerapan tata cara pertambanganyang baik ini maka dapat dihindari terjadinyapemborosan sumber dayamineral dan batu bara,tercapainya optimalisasi sumber daya,terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan sertaterjaganya Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3). Upaya melakukan pengawasan kegiataneksplorasi dan produksi kepada perusahaan KK,PKP2B dan IUP (eks KP dan IUP baru) perluterus dilaksanakan secara konsisten dankontiniu. Kunci pokok keberhasilan dari padapelaksanaan pembangunan pertambanganumum adalah hati nurani para pelakupembangunan itu sendiri, antara lain parapengusaha, aparat pemerintah pusat dan daerahserta para stakeholder lainnya.

Pada dasarnya kekayaan sumber dayamineral di bumi Indonesia mempunyai potensib e s a r un t u k memban t u p e r c epa t a npembangunan di daerah, melalui dari membukaisolasi kemudian diharapkan dapat disusuldengan pertumbuhan investasi lainnya sertamembuka dan memperluas lapangan kerja.Perekonomian di daerah akan tergerakkan dantentunya pendapatan pemerintah untukmenjalankan roda pemerintahan akanmeningkat. Dengan pengelolan yang tepat danbenar kegiatan pertambangan dapat memberikontribusi besar terhadap proses pembangunanberkelanjutan.

Satu hal yang perlu juga disadari adalahbahwa sumber daya mineral termasuk sumberdaya tak terbarukan, berimplikasi terhadapketerbatasan waktu pemanfaatannya, olehkarena itu memerlukan kebijakan dalampengelolaan hasil-hasil pertambangan, agarterwujud transformasi manfaat yang dapatdirasakan masyarakat tidak sebatas hanya padawaktu selamaumur tambang saja.

Pemerintah sendiri terus berupaya untukmeningkatkan daya tarik investasi di Indonesiaantara lain dengan mensinergikan berbagaikebijakan lintas sektor dan lintas pusat-daerahagar tercipta konsistensi dalam penerapankebijakan yang menjadi salah satu bagian palingpenting bagi perusahaan pertambangan untukmenanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu,

b. DayaTarik Investasi

Page 3: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

MAKALAH ILMIAH

pemer in tah akan terus meningkatkankemampuan/keahlian pengelolaan lingkungandan reklamasi oleh dinas pertambanganpropinsi/kabupaten/kota terutama pelaksanainspeksi tambang yang ada di daerah.Pemerintah juga akan menyempurnakanperaturan/standard lingkungan pertambangantermasuk peraturan tentang reklamasi danpenutupan tambang (mine closure). Demikianpula, pemerintah akan terus meningkatkanstandard kompetensi personil dan sertifikasinyaserta melakukan kampanye tentang arti pentingpertambangan terhadap pembangunan nasional,sesuai dengan kewenangan yangdimiliki.

Peningkatan nilai tambah batu baradimaksudkan untuk memberikan aspek lebih daribatu bara sehingga batu bara mutu rendah yangmerupakan sebagian besar batu bara diIndonesia dapat memberikan manfaat yangoptimal, terutama dalam memasok kebutuhanenergi. Selain itu juga sebagai langkah dalammeminimalisir dampak lingkungan, baik dari sisihulu maupun hilir sedang dikembangkanteknologi batu bara bersih (Coal CleanTechnology).

Kebijakan tentang nilai tambah akanberdampak kepada mengoptimalkan nilaitambah dari produk, tersedianya bahan bakuindustri, peningkatan pendapatan negara,kesempatan pekerjaan dan kesejahteraanmasya raka t . UU No .4 /2009 Ten tangPertambangan Mineral dan Batu bara telahmewajibkan pemurnian, pengolahan sertapemanfaatan mineral dan batu bara di dalamnegeri.

Sesuai dengan pasal 103 ayat 3 UUNo.4/2009 tentang Pertambangan Mineral danBatu Bara dijelaskan bahwa “Ketentuan lebihlanjut mengenai peningkatan nilai tambahsebagaimana dimaksud dalam pasal 102 sertapengolahan dan pemurnian sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan PeraturanPemerintah. Oleh karena itu, kewajiban tentangnilai tambah dimasukkan dalam RPP TentangKegiatan Usaha Mineral dan Batu Bara.Kewaj iban peningkatan n i la i tambah,pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara di dalam RPP ini antara lain menyebutkanpemegang IUP/IUPK Operasi Produksi wajibmelakukan pengolahan di dalam negeri dandilarang ekspor mineral yang diproduksi sebelumdiolah.

Peningkatan nilai tambah batu bara antaralain :PenggerusanBatu bara (Coal Crushing)PencucianBatu bara (CoalWashing)PencampuranBatu bara (Coal Blending)

c. PeningkatanNilai TambahBatuBara

Peningkatan Mutu Batu bara (CoalUpgrading)Pembuatan Briket Batu bara (CoalBriquetting)Pencairan Batu bara (Coal Liquefaction)Gasifikasi Batu bara (CoalGasification)

Pemanfaaan teknologi batu bara bersihyang terus dikembangkan, antara lain adalah :

1) UBC (Upgrading BrownCoal)UBC adalah proses peningkatan batu baraberkalori rendah. Peningkatan mutu batubara dilakukan untuk batu bara mutu rendah(< 5.000 kcal/kg) menjadi batu bara mutumenengah sampai tinggi (>6.000 kcal/kg)dengan cara pengurangan kandungan totalair (totalmoisture reduction).Pengoperasian penggunaan fasilitas pilotplant UBC diresmikan pada tahun 2003 diPalimanan Cirebon. Kemudian dilanjutkandengan pembangunan Demonstration PlantUBC berkapasitas di Kalimantan yangdiresmikan pada tahun 2008 denganmenjalin kerja samadengan Jepang.

2) PencairanBatu bara (Coal Liquefaction)Coal Liquefaction merupakan proses yangdilakukan pada jenis batu bara peringkatrendah yang dibuat dalam bentuk batu baracair yang disebut minyak mentah sintetis.Minyak sintetis ini diproses lebih lanjut untukmendapatkan jenis bahan bakar yang siappakai, seperti minyak bensin, solar, danminyak tanah.Program pencairan batu bara menjadi sangatpenting, sehubungan dengan kebijakanenergi yang dituangkan dalam KebijakanEnergi Nasional (KEN) yang didasarkan padaPerpres No. 5 Tahun 2006 tentang KebijakanEnergi Nasional, dan Inpres No. 2 Tahun2006 tentang Penyediaan Batu Bara YangDicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain, yangsalah satu sasarannya adalah batu bara cairharus dapat memenuhi kebutuhan akanbahan bakar sekitar dua persen dari jumlahkebutuhan nasional pada tahun 2025mendatang.

3) Gasifikasi Batu bara (CoalGasification)Seiring denganprogrampencairan batu bara,program gasifikasi batu bara juga terusdilaksanakan. Proses gasifikasi batu baraadalah proses yangmengubah batu bara daribahan bakar padat menjadi bahan bakar gas.Dengan mengubah batu bara menjadi gas,maka material yang tidak diinginkan yangterkandung dalam batu bara seperti senyawasulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gasdengan menggunakan metode tertentusehingga dapat dihasilkan gas bersih dan

Page 4: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

MAKALAH ILMIAH

dapat dialirkan sebagai sumber energi.Teknologi gasifikasi batu bara ini juga telahditerapkan sebagai campuran bahan bakarmesin diesel untuk keperluan PLTD dengankapasitas 250 kV.

4) PembriketanBatu BaraPembriketan batu bara dilakukan beberapaperusahaan antara lain PT. BA dan swastadengan produksi per tahun saat ini rata-ratasekitar 60 ribu ton pertahun, sedangkankapasitas mesin terpasang sebesar 210 ributon. Diharapkan produksi briket batu barasecara bertahap bisa naik 25% per tahunyang terdiri atas batu bara karbonisasi dannon karbonisasi. Briket batu bata dapatberperan sebagai energi penggantiBBM/Minyak Tanah di Pulau Jawa dan luarPulau Jawa. PTBA adalah produsen briketterbesar saat ini dengan produk briketnyaterutama adalah briket yang terkarbonisasi.Pada dasarnya Briket batu bara adalah

bahan bakar padat dengan bentuk dan ukurantertentu, yang tersusun dari partikel batu bara(kokas/semi kokas) halus yang telah mengalamiproses pemampatan dengan daya tekan tertentu,agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditanganidalampemanfaatannya.

Untuk mengupayakan keamanan pasokanbatu bara domestik dalam jangka panjang,pemerintah menetapkan Kebijakan DMO BatuBara (Domestic Market Obligation) atauKewajiban Pemasokan Dalam Negeri Batu Baradan Kebijakan Penetapan Harga Patokan BatuBara.

d. Kebijakan Domestic Market Obligation(DMO)BatuBara

Kewajiban DMO Batu baraKebijakan DMO batu bara merupakan

kebijakan produsen batu bara untuk memenuhikebutuhan dalam negeri. Undang-undang No. 30Tahun 2007 tentang Energi mengamanatkanterjaminnya ketahanan energi nasional melaluikewajiban Pemerintah untuk menyediakancadanganpenyanggaenergi.

Kebijakan DMO batu bara sangatdiperlukan untuk menjamin ketahanan energinasional. Kemudian berdasarkanUUNo. 4Tahun2009 tentang Pertambangan Mineral dan BatuBara, pasal 5 ayat 2 s.d. 5, pemerintah untukkepentingan nasional wajib melaksanakanpengendalian produksi dan ekspor. Di dalamimplementasinya Pemerintah Daerah nantinyawajib mematuhi ketentuan jumlah yangditetapkan olehPemerintahPusat.

Contoh Penghitungan DMO

Sumber data kebutuhan batu bara :PLN dan Depperind, 2008

Pada dasarnya perusahaan pertambanganbatu bara harus mendukung keamanan pasokanbatu bara untuk dalam negeri, dengan caramenjual batu bara yang diproduksikannyakepada pemakai batu bara dalam negeri sesuaidengan yang dibutuhkan. Sebagai contoh adalahkebutuhan DMO batu bara tahun 2008 sebesar68 juta ton lalu dibagikan secara proporsionalkepadaperusahaanbatu bara nasional.

Perusahaan pertambangan batu bara dapatmenjual batu bara yang diproduksikannya ke luarnegeri, apabila kebutuhan batu bara dalamnegeri telah terpenuhi. Konsekuensi dari hal iniadalah:

(1) Harus ditetapkan besarnya kebutuhanbatu bara dalamnegeri, dan

(2) Harus ditetapkan Persentase MinimalPenjualan Batu Bara Dalam Negeri(PMPBDN) atas produksi batu bara dariperusahaanpertambanganbatu bara.

Besarnya kebutuhan batu bara dalamnegeri dan PMPBDN merupakan suatu besaranyang dinamis dan dapat berubah setiap waktu.

A. PLTU 41,181. PLTU Existing (PLN + IPP) 34,502. PLN Percepatan 4,053. PLN non Percepatan 1,264. IPP Baru 0,145. Non PLN 1,23

B. Semen 8,10C Industri Metalurgi 9,40D Tekstil dan Produk Tekstil 7,60E Pupuk 1,80

Page 5: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

MAKALAH ILMIAH

Kedua hal ini harus dihitung dan ditetapkanpemerintah, misalnya sekali dalam setahun.Penentuan besarnya kebutuhan batu baraditentukan secara bersama oleh Menteri ESDMc.q. Direktur Jenderal Mineral, Batu bara danPanas Bumi (Dirjen Minerbapabum); MenteriPerindustrian; asosiasi industri pemakai batubara; asosiasi perusahaan produsen batu bara;dan asosiasi perusahaan niaga (trader) batubara.

Penetapan Volume DMO Batu bara

Penetapan PMPBDN dilakukan olehMenteri ESDM c.q. Dirjen Minerbapabum padasetiap bulan Juni tahun berjalan, yang digunakansebagai patokan penyusunan Rencana Kerjadan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaanpertambangan batu bara pada tahun selanjutnya,dan RKAB dari perusahaan pertambangan batubara harus memenuhi PMPBDN yangditetapkan.

Pada saat ini, harga batu bara dariperusahaan pertambangan batu bara diIndonesia sangat bervariasi. Variasi harga batubara ini dipengaruhi oleh kualitas batu bara, titikpenjualan batu bara, dan adanya transfer pricing,serta belum dimasukkannya seluruh kewajibanpembayaran kepada pemerintah ke dalam hargabatu bara, dan lain sebagainya.

Harga Patokan Batubara (HPB) ditetapkanberdasarkan beberapa prinsip mendasar antaralain penetapan harga jual batu bara (spotmaupun kontrak jangka tertentu) olehperusahaan pertambangan harus diketahui dandisetujui oleh Menteri ESDM c.q. DirjenMinerbapabum; dan setiap perusahaanpertambangan harus menjual batubaranyadengan harga wajar. Harga Patokan Batu Baradiusulkan mengacu pada publikasi harga batubara yang diakui secara internasional termasuk

c. PenetapanHargaPatokanBatubara (HPB)

Indonesian Coal Index (ICI)-Argus/Coalindo.Selain itu akan dikenakan sanksi bagiperusahaan yang menjual batu bara di bawahharga wajar atau di bawah Harga PatokanBatubara

Penetapan HPB dapat mengacu padaempat indeks yaitu 2 indeks batu bara Indonesia(Indonesia Coal Index dan Platts) yang mewakilibatu bara Indonesia (ekspor dan domestik), serta2 index batu bara internasional (Barlow Jonkerdan Global Coal) yang mewakili batu bara dunia.Keempat indeks tersebut dirata-ratakan dalamkesetaraan nilai kalor, untuk mendapatkan satuHarga Batu Bara Acuan (HBA). HBA digunakansebagai dasar perhitungan harga batu baramarker pada setiap lapangan batu bara.

HPB harus menjadi acuan bagi perusahaanpertambangan batu bara dalam penetapan hargajual batu bara. HPB ditetapkan pada awal bulan,dan akan menjadi acuan penetapan harga batubara dalambulan yang bersangkutan. HPB harusmenjadi acuan baik untuk penjualan spotmaupun kontrak jangka tertentu (term). Jadi,dalam setiap kontrak penjualan jangka tertentu(term) batu bara harus memasukkan HPBsebagai faktor peubah (eskalasi harga).

Namun demikian, HPB tetap harusmemberikan keleluasaan bagi perusahaanpertambangan batu bara untuk menentukanharga batu bara yang diproduksikannya.Penyesuaian terhadap HPB terdiri ataspenyesuaian terhadap kualitas batu bara danpenyesuaian lainnya. Penyesuaian harga batubara terhadap kualitas batu bara dapat dilakukansecara otomatis oleh perusahaan pertambanganbatu bara. Sementara penyesuaian lainnya diluar penyesuaian kualitas batu bara dapatdilakukan atas persetujuan dari Menteri ESDMc.q. DirjenMinerbapabum.

Selain beberapa aspek tersebut di atasyang perlu diperhatikan juga adalah penerapana tau pengawasan pemer in tah da lampengamanan pasokan batu bara dalam negeri,sebagai berikut:

Evaluasi Rencana Kerja dan Biaya(RKAB Perusahaan setiap tahun), sehinggadapat ditetapkan jumlah produksi yang harusdipenuhi dalam negeri. Hal ini dikaitkandengan perkiraan kebutuhan dalam negeriyang sumbernya dari berbagai sektor sepertiindustri dan listrik. Untuk KP yang diterbitkanoleh daerah melalui Perda telah/akandikoordinasikan untukmelaksanakan hal yangsama;Setiap permohonan kenaikan produksi harusmeningkatkan untuk konsumsi dalamnegeri;Kontrak penjualan ke luar negeri untukdievaluasi kembali dan long term contracttidak lebih dari tiga tahun;Industri domestik yang akan menggunakan

Page 6: kebijakan dan prospek pengelolaan batu bara di indonesia

batu bara harus mempunyai rencanapemakaian jangka pendek dan jangkapanjang;Perusahaan diwajibkan meningkatkancadangan batu bara dengan peningkatanpenyelidikan/eksplorasi;Mempercepat pertumbuhan industri yangberbasiskan batu bara di dalam negeri, misal :

percepatan realisasi pembangunan PLTUbaik oleh PLN (10 ribu MW) dan swasta, sertaindustri-industri lain seperti : tekstil, pulp,semen, dan lain-lain.

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 1 - 2010

MAKALAH ILMIAH

AgendaPerbatu baraanTahun2010,Direktorat JenderalMineral, BatuBara danPanasBumi

Buku IsuAktual Tahun2008,Direktorat JenderalMineral, BatuBara danPanasBumi.

Menteri ESDM Purnomo Jusgiantoro, Perusahaan Perlu Tingkatkan Komitmen Terhadap “Good MiningPractices”; Ketika menyerahkan penghargaan lingkungan kepada beberapa perusahaanpertambanganmineral dan batubara di Jakarta (20/12-2007)

Menteri ESDMPurnomoJusgiantoro, Investasi pertambangandanenergi;

APBI-ICMA (Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia - Indonesia Coal Mining Assosiation),KebijakanBatu baraKe-Depan;

ErminaMiranti, Prospek Industri BatuBara di Indonesia, EconomicReview,No. 214,Desember 2008

ACUAN