22
Batu bara secara umum Umur batu bara Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan- endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. Materi pembentuk batu bara Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari periode ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari periode ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding

Batu Bara Sebagai Sumber Energi

  • Upload
    -

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

energi

Citation preview

Page 1: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Batu bara secara umum

Umur batu bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

Materi pembentuk batu bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari periode ini.

Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari periode ini.

Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Penambangan

Tambang batu bara di Bihar, India.

Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.

Page 2: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.

Kelas dan jenis batu bara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Pembentukan batu bara

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.

Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Batu bara di IndonesiaDi Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip

Page 3: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.

Endapan batu bara Eosen

Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.

Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.

Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).

Endapan batu bara Miosen

Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.

Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.

Page 4: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Sumberdaya batu bara

Pengisian batu bara ke dalam kapal tongkang.

Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.

Badan Geologi Nasional memperkirakan Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan batu bara yang belum dieksplorasi. Cadangan tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Namun upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang. Daerah-daerah tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi. Rata-rata produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, dan sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.

Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).

Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan miliar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.

Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu bara.

Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.

Page 5: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Gasifikasi batu baraCoal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.

Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" “acid rain”. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.

Bagaimana membuat batu bara bersihAda beberapa cara untuk membersihkan batu bara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya

Page 6: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

"scrubbers" — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara.

Membuang NOx dari batu bara

Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.

Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.

Cadangan batu bara dunia

Daerah batu bara di Amerika Serikat

Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg atau 1 trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini, diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia adalah 290

Page 7: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

zettajoules. Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt, terdapat cukup batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.

British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun (cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan cadangan baru.

Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika Serikat sekitar 1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion barrels of oil equivalent).

Page 8: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Batubara Sebagai Sumber EnergiBarangkali kita semua sudah familiar dengan penggunaan batubara sebagai bahan

bakar. Mulai dari pembangkit listrik, untuk transportasi, dan lain sebagainya. Batubara memang salah satu sumber bahan bakar yang patut diperhatikan selain bahan bakar minyak dan gas. Selain karena batubara bisa menjadi energi alternatif, pada prakteknya harga penjualan batubara tidak semahal minyak dan gas. Meskipun memiliki manfaat yang cukup bagus, namun penggunaan batubara sebagai sumber energi sering terkadang terkendala masalah kebersihan. Hasil pembakaran batubara menyumbang polusi CO2 yang cukup melimpah dan bertanggung jawab atas efek rumah kaca yang semakin memburuk. Namun demikian, batubara memiliki banyak keunggulan untuk dijadikan energi alternatif kedepannya. Selain harga yang relatif murah dibanding minyak dan gas, cadangan Indonesia akan batubara lebih banyak daripada minyak bumi dan masih bisa bertahan selama 200 tahun kedepan. Batubara juga bisa ditambang dan dibakar dengan dampak lingkungan yang kecil. Reklamasi tambang batubara dapat memberikan pemilik tanah lahan lebih banyak pilihan untuk mengembangkan tanahnya. Batubara banyak menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas. Tidak seperti halnya dari energi (nuklir, gas alam, minyak, pembangkit listrik tenaga air), batubara menyediakan banyak pekerjaan dalam menghilangkan batubara dari bumi, membawanya ke utilitas, membakarnya, dan membuang abu batubara dengan baik. Berkaitan dengan polusi batubara yang menyumbang efek rumah kaca, baru-buru ini ada teknologi yang mampu meminimalisir kadar polusi yang dihasilkan oleh batubara. Menurut kompasiana.com,  Teknologi batubara bersih adalah teknologi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan dari pembangkit energi berbasiskan batubara. Ini artinya adalah bagaimana mengurangi emisi karbondioksida (CO2) dan polutan lainnya seperti SOx, NOx, partikulat, dll. Beberapa metode digunakan antara lain dengan sistem Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC), mentreatment gas buang dengan uap untuk menghilangkan sulfurdioksida, carbon capture, pencucian secara kimia, upgrading batubara peringkat rendah untuk memperbaiki nilai kalor dan efisiensi. Pada awalnya fokus utamanya adalah mereduksi SO2 dan partikulat, karena menyebabkan hujan asam. Tetapi kemudian fokus berkembang ke CO2 karena memberikan dampat pemanasan global.

IGCC adalah teknologi yang menerapkan siklus kombinasi gasifikasi batubara terintegrasi yang menggunakan turbin gas dan uap sebagai pembangkitnya. Komponen utama pada teknologi IGCC ini ada pada proses gasifikasi batubara. Gasifikasi adalah proses perubahan batubara menjadi gas yang mudah terbakar. Prosesnya berlangsung di dalam suatu reaktor dan melibatkan reaksi pirolisis dan oksidasi parsial yang nantinya menghasilkan gas antara lain hidrogen, karbonmonoksida, dan metana. Pembangkit listrik IGCC mempunyai efisiensi lebih baik dibanding pembangkit batubara konvensional. Efisiensinya bisa mencapai 35-48% atau sekitar 5-10% lebih tinggi dari pembangkit konvensional. Begitu juga dari sisi lingkungan, emisi yang dihasilkan pun lebih rendah. Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi dibersihkan terlebih dahulu sebelum dibakar, sehingga gas buangnya memiliki kandungan SO2, partikulat, dan merkuri yang lebih rendah. Jadi dengan menerapkan berbagai teknologi yang ada diharapkan pemanfaatan batubara bisa lebih optimal dan ramah lingkungan.

Setelah adamya IGCC ini, ide batubara sebagai energi alternatif patut dipertimbangkan karena dampak negatif yang dihasilkannya sudah bisa diminimalisir. Namun tetap saja, pemakaian batubara harus diperhatikan secara cermat agar tidak ada energi yang terbuang sia-sia dan lebih memelihara lingkungan.

Page 9: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Keuntungan Pemakaian Batubara Beberapa orang berpikir bahwa batubara "sudah kuno" sebagai sumber energi. Faktanya, batubara masih merupakan sumber energi yang paling berlimpah dan banyak digunakan di dunia, dan sejak tahun 2000 penggunaan batubara telah tumbuh lebih cepat dari penggunaan bahan bakar lainnya. Hampir setengah energi listrik yang dihasilkan di Amerika berasal dari penggunaan batubara. Keuntungan dari batubara sebagai sumber energi adalah karena fakta sederhana bahwa ada ketersediaan berlimpah batubara dan dengan demikian, harganya menjadi murah. berdasarkan perkiraan, terdapat setidaknya 930 miliar ton cadangan batubara yang  setara dengan sekitar 4.116 miliar barel minyak. Dengan asumsi tidak ada penemuan baru batubara, jumlah batubara saat ini akan bertahan setidaknya selama 137 tahun pada tingkat konsumsi sekarang.

China adalah produsen batubara terkemuka di dunia. Amerika Serikat dan India adalah produsen terbesar batubara berikutnya di dunia. Cina, India, dan Amerika Serikat memanfaatkan 68% produksi batubara dunia saat ini. Asia sendiri menyumbang lebih dari setengah dari konsumsi batubara dunia. Banyak negara menyadari bahwa mereka tidak memiliki sumber energi sendiri yang cukup sehingga mereka harus mendapatkan sumber energi impor. Batubara ternyata merupakan sumber energi yang paling hemat biaya untuk diimpor karena kemudahan transportasi, berlimpah dan murah.

Batubara tidak hanya melimpah, juga mudah digunakan. Batubara tidak memerlukan biaya dan proses penyulingan intensif seperti gas alam dan minyak. Sifat batubara yang padat juga membuatnya lebih mudah dan lebih aman untuk transportasi dibandingkan sumber energi lainnya. Batubara dapat dengan mudah disimpan dan tersedia disaat yang dibutuhkan. Batubara dapat digunakan dalam berbagai cara. Anda dapat menggunakan batubara untuk memasak telur dadar atau Anda dapat menggunakan batubara sebagai sumber energi turbin yang menghasilkan listrik bagi ribuan orang. Batubara merupakan sumber energi yang lebih aman daripada bahan bakar fosil lainnya seperti minyak. Misalnya Anda mungkin tidak pernah mendengar ada tumpahan batubara mematikan, sedangkan tumpahan minyak BP (beberapa tahun lalu di USA) berdampak besar pada satwa liar, ekosistem sekitarnya, dan pada gilirannya membahayakan populasi manusia sekitarnya yang bergantung pada kehidupan laut untuk rezeki.

Page 10: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Namun, ada banyak juga yang menentang penggunaan batubara karena menganngap ada banyak kekurangan pada pemakaian dan dampaknya terhadap lingkungan. Meraka menyebut bahwa pertambangan batu bara menyebabkan debu, polusi air, erosi tanah, dan menyebabkan kerusakan  pada lapisan ozon yang menyebabkan pemanasan global. Meskipun demikian, industri pertambangan batubara dan teknologi pemurnian saat ini sebagian besar telah menghilangkan dampak negatif batubara.

Emisi batubara masih menjadi perhatian, dan negara-negara pemakai harus sadar terhadap dampak lingkungan dari pembakaran batubara.

Page 11: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Masa Depan Batubara sebagai Sumber Energi

Kebutuhan akan energi alternatif telah membuat sebagian besar negara menoleh ke segala arah, dan salah satunya adalah batubara yang dipilih sebagai sumber energi. Banyak ahli melihat batubara sebagai sumber energi alternatif. Memang, batubara bukanlah penghasil energi paling bersih, tetapi merupakan alternatif yang lebih murah.

Masa depan batubara sebagai sumber energi belum dapat dipastikan, tetapi ada banyak prediksi mengenai masa depan batubara. Untuk negara-negara dengan harga minyak yang terus naik, maka diprediksi bahwa batubara dapat menjadi sumber energi yang lebih murah. Juga diprediksikan bahwa grafik konsumsi batubara total sebagai energi primer akan tetap mendatar selama dua dekade, lalu perlahan mulai meningkat.

Ada beberapa masalah mengenai kebersihan energi batubara, yang menyebabkan banyak polusi, tetapi perlakuan terhadap asap pembakaran dapat memecahkan masalah ini. Namun, batubara masih merupakan produsen besar bagi gas CO2, dan dengan sebagian besar negara berusaha mengurangi emisi gas rumah kaca, hal ini bisa bisa menjadi penghalang bagi rencana penggunaannya sebagai sumber energi alternatif.

Hampir pasti bahwa batubara memiliki masa depan sebagai sumber energi alternatif yang potensial. Cadangan batubara dunia cukup besar untuk bertahan selama 200 tahun, dengan asumsi tingkat konsumsi seperti saat ini. Keunggulan lainnya, cadangan batubara tersebar lebih merata di seluruh dunia dibandingkan dengan cadangan minyak, dan Amerika Serikat memiliki cadangan terbesar.

Batubara juga memiliki masa depan yang menjanjikan karena tidak semahal sumber energi alternatif lainnya. Batubara murah untuk diekstrak dan baik untuk digunakan sebagai penghasil listrik. Namun, ada beberapa faktor yang membuat masa depan batubara tampak suram. Ada beberapa keterbatasan teknis ketika menggunakan batubara sebagai sumber energi. Misalnya, batubara tidak dapat digunakan untuk tujuan transportasi kecuali digunakan pada kendaraan listrik (setelah dikonversi menjadi energi listrik). Ada juga beberapa masalah ekologi yang menghambat.

Batubara adalah polutan sulfur yang menjadi sulfur dioksida ketika dibakar. Setelah di atmosfer, sulfur dioksida menjadi asam sulfur, yang merupakan iritasi bagi paru-paru dan komponen utama hujan asam. Batubara juga memiliki kelemahan lain yang membuatnya diragukan sebagai sumber energi alternatif masa depan.

Page 12: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Pembakaran batubara menghasilkan CO2, yang merupakan gas rumah kaca yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Tidak ada solusi untuk CO2 yang berasal dari pembakaran batu bara, sehingga hal ini dapat menyebabkankannya dianggap terbelakang sebagai sumber energi alternatif. Oleh karena itu, negara-negara yang mencoba untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tidak akan berusaha untuk meningkatkan konsumsi batubara, karena akan menghambat tujuan tersebut. Di sisi lain, negara-negara yang tidak peduli dengan gas rumah kaca akan terus meningkatkan konsumsi batubara mereka di tahun-tahun mendatang.

Batubara bukan sumber energi alternatif yang sempurna, tetapi memungkinkan. Penelitian teknologi berkembang pesat di seluruh dunia dan banyak program penelitian pada saat ini, termasuk penelitian tentang gasifikasi batubara untuk menghasilkan hidrogen sebagai bahan bakar, dan juga usaha untuk penangkapan gas CO2.

Masa depan batubara sebagai sumber energi alternatif belumlah jelas, meskipun ada beberapa negara yang bersedia menerimanya lebih banyak dari negara lain. Masa depan batubara sebagai sumber energi mungkin sangat tergantung pada kebutuhan suatu negara, dan juga pandangan mereka terhadap lingkungan.

Page 13: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Batubara, Rusak Lingkungan, Sumber Beragam Penyakit sampai Hancurkan Pangan dan Budaya

Batubara masih menjadi produk primadona hingga ekspansi tambang terus dilakukan, termasuk pengembangan listrik batubara, . Foto: Hendar

Kala banyak negara sudah mulai mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber energi, pemerintah Indonesia, justru makin masif merencanakan pertambangan maupun pembangunan PLTU batubara. Padahal, penggunaan batu bara sangat merusak lingkungan dan manusia.

Lauri Myllyvirta, aktivis Greenpeace International mengatakan, penggunaan batubara menyebabkan 60 ribu orang Indonesia meninggal tiap tahun. “Ini karena polusi batubara menyebabkan kanker paru, stroke, penyakit pernafasan dan persoalan lain terkait pencemaran udara,” katanya di Jakarta, Minggu ( 23/2/14).

Lelaki yang fokus pada kajian pencemaran udara itu mengatakan, membangun puluhan pembangkit batubara dan pertambangannya mengakibatkan jutaan rakyat Indonesia merasakan dampak buruk pencemaran udara beracun. “Polusi batubara sangat berbahaya bagi manusia. Batubara mengeluarkan partikel PM 2,5 yang sangat mudah masuk ke tubuh

Page 14: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

manusia melalui udara yang dihirup. Ini menyebabkan risiko kanker lebih tinggi,” ujar Myllyvirta.

Indonesia tidak mempunyai aturan khusus menangani pencemaran udara akibat pertambangan. Begitupun standardisasi PM 2,5. Indonesia juga tidak pernah memantau bahaya polusi PLTU. “Indonesia membangun banyak PLTU juga banyak eksplorasi tambang batubara. Orang di dekat PLTU maupun lokasi tambang sangat dirugikan. Mereka akan menghirup udara dari batubara itu.”

Saat ini, beberapa negara justru berkomitmen mengurangi penggunaan batubara. China, misal, menargetkan pengurangan penggunaan batubara mulai 2017 sebesar 30%. Mereka mulai mengembangkan sumber energi terbarukan karena pencemaran udara sangat parah pernah melanda China tahun 2008.

“Dua tahun terakhir China berusaha mengembangkan energi angin, solar panel dan berbagai sumber energi terbarukan lain. Indonesia, sangat tergantung batubara sebagai komoditas utama ekspor. Saatnya berpindah menggunakan energi terbarukan.”

Bruce Buckheit, mantan Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA US), berpendapat senada. Dia mengatakan, tahun 1960-an, udara di AS begitu kotor karena banyak pembangkit listrik tenaga batubara tak menggunakan teknologi untuk mengurangi pencemaran udara seperti scrubber.

Keadaan ini, mendorong pemerintah AS mengeluarkan peraturan kualitas udara bersih tahun 1970 hingga menyebabkan ratusan perusahaan batubara ditindak hukum bahkan berhenti beroperasi.

“Amerika dan Inggris pernah mengalami pencemaran udara sangat buruk akibat pembangkit listrik batubara. Hal serupa terjadi di China baru-baru ini.”

Kini Buckheit aktif dalam gerakan penegakan aturan udara bersih (clean air act). Menurut dia, PM 2,5 dalam batubara sangat berbahaya. Walaupun ada alat untuk mengurangi di udara, tapi tak menjadi jawaban. Ia juga mencemari air. “PM 2,5, merkuri dari penggunaan batubara jika mencemari air akan sangat merugikan masyarakat. Peraturan di Indonesia mengenai emisi partikel halus seperti PM 2,5 sangat lemah.”

Page 15: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Tambang barubara, menciptakan kerusakan lingkungan, kolam-kolam terbuka bekas galian juga membahayakan keselamatan manusia. Belum lagi, polusi udara dan air yang bisa menyebabkan beragam penyakit bagi manusia. Foto: Walhi Kalteng

Sementara itu, Donna Lisenby, Koordinator Kampanye batubara Global Waterkeeper Alliance, mengatakan, pencemaran tambang batubara terjadi mulai kegiatan penambangan, pengangkutan hingga pembangunan PLTU. “Pencemaran batubara berakibat langsung pada pencemaran air. Limbah yang ditahan tidak dibuang ke udara, akan terbuang ke tanah atau air. Ini mengakibatkan pencemaran di hulu dan hilir sungai,” katanya.

Pencemaran di tanah dan air akan berakibat buruk bagi pertanian. Lahan gambut yang berfungsi sebagai penjernih air bisa rusak. Tak pelak, ketahanan pangan bisa hancur.

Bahkan, katanya, dari 26 persen bayi lahir di sekitar tambang batubara berpotensi cacat. “Di Indonesia belum ada penelitian mengenai ini. Bentuk ikan dan katak di sungai sudah tercemar limbah batubara juga mengalami perubahan.”

Aktivis 350.org dari Renuka Saroha, menjabarkan kondisi di India. Menurut dia, penggunaan batubara pada pembangkit listrik di India menyebabkan persoalan sangat serius bagi lingkungan hidup. Batubara awal dari kematian manusia, lingkungan dan kebudayaan. “Budaya rusak ketika eksplorasi tambang batubara dilakukan karena memaksa orang yang tinggal di lokasi itu pindah.”

India, mengimpor batubara dari Indonesia dalam jumlah sangat besar bukan untuk ketersediaan listrik, atau pembangunan mensejahterakan rakyat. Namun, hanya menguntungkan politisi dan pengusaha, sedang masyarakat malah rugi.

Page 16: Batu Bara Sebagai Sumber Energi

Dia mencontohkan, PLTU Tata Mudra, yang menghasilkan listrik 4.000 megawatt. Batubara diimpor dari Indonesia dengan pengeluarkan US$4,140 juta, dan kerugian US$112 juta per tahun. “Ini tidak memberikan keuntungan sama sekali. Sudah saatnya pemerintah mendorong penggunaan energi terbarukan,” kata Saroha.

Ki Bagus Hadi Kusuma dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) pun angkat bicara. Dia mengatakan, Indonesia harus segera menghentikan ekspor batubara. Sebab, dampak lingkungan dan sosial jauh lebih tinggi dibandingkan keuntungan.

Menurut dia, produksi 400 ton per tahun harus dikurangi secara drastis jika ingin menyelamatkan pertanian, sungai dan hutan juga kesehatan warga di sekitar tambang. “Sebanyak 44 persen dari daratan Indonesia dikapling untuk pertambangan atau migas.”

Perizinan batubara, katanya, terbilang sangat mudah. Keadaan ini, terlihat dari statistik izin eksplorasi batubara sebanyak 40,21 persen dari keseluruhan izin tambang di Indonesia.

Batubara konsumsi dalam negeri hanya berkisar 20-25 persen. Mayoritas, 70-77 persen itu diekspor. “Jika pemerintah masih memaksakan memprioritaskan batubara sebagai ekspor, dalam 10-20 tahun mendatang perekonomian Indonesia kolaps,” ucap Bagus.

Hingga 2020, pemerintah Indonesia menargetkan penggunaan batubara pembangkit listrik hingga 64%. Sedang energi terbarukan sangat kecil. Gas 17 persen, gheotermal 12 persen, minyak satu persen dan hydro enam persen.

Pius Ginting, Manajer Kampanye Energi dan Tambang Walhi Nasional mengatakan, rencana investasi besar-besaran rel kereta api di Kalimantan dan Sumatera, akan bertentangan dengan target penurunan emisi pemerintah. Ia juga mengancam pencapaian target penggunaan energi terbarukan sebanyak 25 persen tahun 2025. “Pemerintah harus menghentikan PLTU batubara besar di Jawa-Sumatera.”