14
Hipersepektral Untuk Batu Bara Hiperspektral adalah banyaknya jumlah band panjang gelombang yang terukur antara 100 -500, dengan perbedaan panjang gelombang 5nm<λ<10nm. Hiperspektral dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mencirikan materi yang unik serta memiliki potensi ekstraksi informasi lebih akurat dan detail dibanding dengan jenis multispektral. Keuntungan yang diperoleh citra hiperspektral, harus didasari dengan sejumlah konsep spektral yang digunakan di penginderaan jauh. Terminologi spektral berkaitan dengan panjang gelombang, dan energi, serta satuan panjang gelombang adalah micron. Seperti yang terlihat pada Gambar1. Gambar 1. Spektrum Elektromagnetik Gelombang tampak terletak di 400 nm-700 nm sedang gelombang radio memiliki panjang gelombang lebih dari gelombang tampak. Setiap materi memiliki identitas yang unik akibat pola reflektasi dan absorbsi dari gelombang elektromagnetik yang menimpanya. Bila delta nilai pantulan

Hiperspektral Untuk Batu Bara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Hipersepektral Untuk Batu Bara

Hiperspektral adalah banyaknya jumlah band panjang gelombang yang terukur antara 100 -

500, dengan perbedaan panjang gelombang 5nm<λ<10nm. Hiperspektral dapat digunakan untuk

mengidentifikasi dan mencirikan materi yang unik serta memiliki potensi ekstraksi informasi lebih

akurat dan detail dibanding dengan jenis multispektral.

Keuntungan yang diperoleh citra hiperspektral, harus didasari dengan sejumlah konsep spektral

yang digunakan di penginderaan jauh. Terminologi spektral berkaitan dengan panjang gelombang, dan

energi, serta satuan panjang gelombang adalah micron. Seperti yang terlihat pada Gambar1.

Gambar 1. Spektrum Elektromagnetik

Gelombang tampak terletak di 400 nm-700 nm sedang gelombang radio memiliki panjang gelombang

lebih dari gelombang tampak. Setiap materi memiliki identitas yang unik akibat pola reflektasi dan

absorbsi dari gelombang elektromagnetik yang menimpanya. Bila delta nilai pantulan panjang

gelombangnya sempit dan kecil sekali, maka akan terjadi kontinuitas pada piksel yang merekam

pantulan objek, itu terjadi di hiperspektral.

Citra hiperspektral kesemuanya mengukur radiasi pantulan dalam satu seri panjang gelombang yang

sempit dan kontinu, dibanding dengan multispektral. Dikatakan kontinu dan disebut data hiperspektral

bila perbedaan panjang gelombangnya kurang dari 5 nm, aplikasi materi yang sejenis secara spektral

dapat dibedakan dan informasi berskala sub piksel dapat diekstraksi, hal ini perlu dikembangkan teknik

pengolahan citra yang baru.

Page 2: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Tabel 1. JENIS CITRA HIPERSPEKTRAL

Page 3: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Fenomena Hughes

Seperti yang terlihat pada Tabel 1, melimpahnya jumlah band melebihi dari cukup (dimension),

mengakibatkan adanya persoalan pengkelasan dan pelabelan obyek. Fenomena reduce-dimension ini

disebut fenomena Hughes, fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut : dengan jumlah sampel

yang sama, maka pemisahan kelas terhadap n band selalu meningkat, pada titik tertentu terjadi

kejenuhan dan bahkan menurun probabilitas hasil klasifikasinya, maka ini terjadi efek counter

balancing. Dalam menerapkan proses pengkelasan dan pelabelan objek dikehendaki adanya

exhaustive, separable, dan information value. Agar ketiga momen itu secara simultan dapat terjadi

perlu dilakukan pemilihan model klasifikasi yang memenuhi kondisi tersebut. Diharapkan dengan

model seperti ini member keuntungan lebih yaitu proses cenderung membuat training sampel

semakin robust dan berlaku untuk keseluruhan data, sehingga meningkatkan generalisasi data yang

melebihi training sampel, mencegah fenomena Hughes (menggeser puncak akurat vs jumlah training,

juga meningkatkan akurasi dengan jumlah training sampel yang terbatas), proses diharapkan juga

menaksir probabilitas kelas objek lain, yang tidak dapat dilakukan oleh training sampel, sehingga citra

tematik yang dihasilkan bukan sebagai hasil akhir.

Gambar 2. Fenomena Hughes

Page 4: Hiperspektral Untuk Batu Bara

APLIKASI DAN KAPABILITAS CITRA HIPERSPEKTRAL

Berdasar sejumlah referensi, berikut ini disampaikan sejumlah aplikasi citra hiperspektral:

Melengkapi peta lahan basah untuk memantau lokasi yang menarik.

Meningkatkan pemetaan spesies vegetasi.

Mengidentifikasi dan memantau rumput yang berbahaya.

Meningkatkan pemantauan kuantifikasi biomassa dan evolusi.

Pemetaan penetrasi jalur dan tingkat kehancuran untuk lebih baik meredakanserangan spesies

yang beracun.

Pemantauan wilayah yang terkontaminasi dan rehabilitasi tambang logam.

Mendeteksi kontaminasi hidrokarbon terhadap tanah dan air yang dihubungkan

denganaktivitas industri dan pemantauan pipa hidrokarbon.

Mengukur pengaruh industri dan pertanggungjawaban manajemen sebagai garis dasar

lingkungan.

Memodelkan dan memantau kualitas air dari garis pantai.

Pengkajian kualitas tanah dan pemantauan pengaruh praktek pertanian.

Mendukung perhitungan karbon melalui inventarisasi hutan (komitmen protocol kyoto).

Pemantauan kelautan

Deteksi Marijuana dan Ganja

Deteksi Uang palsu

Target Deteksi penyamaran

Deteksi polutan pada sistem saluran air.

Eksplorasi geologi.

Pemantauan Lingkungan.

Precision Farming.

Geobotany.

Pemanfaatan untuk membangun system pengawasan, jalur, pertanian, pertahanan tanah air,

pemantauan lingkungan, pengintaian militer dan perencanaan kota.

Untuk mendeteksi status nutrisi dan air dari gandum pada sistem irigasi.

Deteksi aneka anggur dan dikembangkan sebagai sistem peringatan untuk penjangkitan

penyakit.

Dapat digunakan untuk mendeteksi komposisi kimia dari tumbuhan, gedung, pabrik.

Page 5: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Dapat digunakan untuk mengidentifikasi ragam mineral dan sangat ideal untuk industri

pertambangan dan perminyakan.

Pemetaan biomedis dan pencitraan biometric.

Identifikasi Mineral Campuran.

Bioteknologi : deteksi noda di microarray, deteksi seluler, analisa gel protein.

Kesehatan : deteksi melamonia, deteksi kanker perut.

Pemantauan asset : jalan yang retak, pemetaan koridor.

Aplikasi lain : ukuran serabut, deteksi simetri.

Deteksi kekerasan kayu.

Page 6: Hiperspektral Untuk Batu Bara

BATU BARA

Merupakan jenis batuan sedimen yang mudah terbakar dan yang paling sering digunakan

oleh masyarakat umum sebagai bahan bakar yang proses terbentuknya memerlukan waktu jutaan

tahun, karena terbentuk dari endapan fosil tumbuh-tumbuhan purba.

Klasifikasinya diantaranya:

1. Antrasit ( batu bara dengan warna hitam metalik yang mengandung 86%-98% karbon dengan

kadar air luring dari 8%)

2. Bitumnius (batu bara dengan kandungan karbon 68%-86% dengan kadar air 8%-10%)

3. Sub-Bituminus (batu bara dengan kandungan karbon yang lebih sedikit daripada Bituminus

dengan kadar air yang lebih tinggi )

4. Lignit (batu bara coklat dengan kandungan air 75%)

5. Gambut (batu bara berpori dengan kandungan air >75%)

Gambar 3. Batu Bara

Page 7: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Citra HyMap di Afghanistan

Page 8: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Gambar 3. Flight Line di Afghanistan

Page 9: Hiperspektral Untuk Batu Bara

Pada suatu contoh penelitian di Afghanistan mengenai potensi Sumber Daya Mineral yang

dilakukan oleh USGS (United State Geological Survey), batu bara dapat diketahui kenampakannya

berdasarkan warna kandungan Karbon yang terlihat pada citra Hiperspektral

Analisis citra Hiperspektral batu bara di Afghanistan menggunakan sensor satelit HypMap,

yang memiliki cross-track pixel 512 dan mencakup wavelength range 0.43 μm hingga 2.48 μm dari 128

channel. Sensor Imaging Spectrometer terbang diatas ketinggian 50,000 ft. Ada sekitar 207 garis

penerbangan standard an 11 garis perpotongan kalibrasi disepanjang wilayah Afghanistan seluas

438,012 kilometers persegi. Data hiperspektral diterima dalam bentuk scaled radiance (Dikalibrasi ke

referensi material National Institute of Standard and Technology). Sebelum diproses, empat channel

yang memiliki signal-to-noise yang rendah panjang gelombangnya pada region yang berdekatan

dihilangkan oleh data HyMap ( gambar kubus). Setiap garis penerbangan ter-georeferensi pada

imagery Landsat dasar dalam proyeksi UTM.

Gambar citra diatas menunjukkan distribusi karbonat, philosilikat, sulfat, mineral-mineral

terlarut/berubah dan mineral lainnya dalam peta 2-μm dan mineral Fe pada peta 1 –μm untuk seluruh

wilayah Aynak Logar Valley AOI. Aynak Logar Valley AOI mengandung berbagai macam litology dan

struktur tanah yang mengandung mineral yang bervariasi. Dua lempengan tanah dan zona potongan

menunjukkan distribusi persebaran mineral yang bervariasi. Wilayah bagian timur mengandung

lapisan batuan metasedimen karbonat yang banyak ditemukan di wilayah dengan tampilan warna

merah muda.

Page 10: Hiperspektral Untuk Batu Bara

DAFTAR PUSTAKA

Livo, Eric dan Johnson, M.R.2007. Analysis of Imaging Spectrometer Data for the Aynak-Logar Valley Area of InterestWiweka.2008.Kapabilitas Hiperspektralhttp://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara