Katarak Senillis Immmatur Ariff

Embed Size (px)

Citation preview

KATARAK SENILLIS IMMATUR

Oleh :

Arif Agung Wibowo01.208.5611FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2012HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Arif Rahmawan HSNIM

: 01.208.5612Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Universitas Islam Sultan Agung

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian

: Ilmu Penyakit Mata

Judul Laporan Kasus: Katarak Senillis immaturPembimbing: dr. Djoko Heru Santosa, Sp.M.

Kudus, Juli 2012Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD KUDUS

dr. Djoko Heru Santosa, Sp.M.KATARAKDEFINISI

Lensa adalah suatu struktur transparan (jernih). Kejernihannya dapat terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut lensa. Terjadinya kekeruhan pada lensa disebut dengan katarak (Hutasoit, 2009).

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus.

Kapsul lensa adalah membran yang semipermeabel(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas (Khalilullah, 2010).

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar (Ilyas, 2004).

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata (Ilyas, 2004). Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal dengan trias akomodasi (Konvergensi, konstriksi pupil, pencembungan lensa). Kemampuan akomodasi ini dipengaruhi oleh umur, pada umur 40 tahun ke atas dimana biasanya terjadi rabun dekat dimana akomodasi lensa sudah tidak fleksibel lagi atau lensa sudah mengalami pengerasan (Khalilullah, 2010).

Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi (Khalilullah, 2010).

KLASIFIKASI

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarakkongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.

1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai softcataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.

3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan lensa.Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur, stadium matur dan stadium hipermatur.

Insipienimaturmaturhipermatur

KekeruhanRinganSebagianSeluruhMasif

Cairan lensaNormalBertambah (air masuk)NormalBerkurang (air+masa lensa keluar)

IrisNormalTerdorongNormalTremulans

Bilik mata depanNormalDangkalNormalDalam

Sudut bilik mataNormalSempitNormalTerbuka

Shadow testNormalPositifNormalPseudopos

PenyulitNegatifGlaukmaNegatifUveitis+glaukoma

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Pada katarak insipien, kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.

Ciri2 :

i. Visus masih cukup baik

ii. Bertambah kabur bila bertambah usia

iii. Fundus reflek masih positif

iv. Kekeruhan ditepi lensa.

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Ciri2 :

Visus bertambah kabur terutama sore menjelang malam

Kekeruhan belum merata, bisa dinukleus atau di kapsul posterior

Fundus reflek mulai suram

Bisa terjadi komplikasi glaucoma

3. Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Pada katarak matur ini, bilik mata depan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

Ciri2 :

Kekeruhan lensa merata

Visus 1/300 1/

Fundus reflek (-)

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni (Khalilullah, 2010).

PATOFISIOLOGI

Aging proses Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive pigmentasi.perubaha lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium (Khalilullah, 2010).

Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:

a. Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.

b. Proses pada korteks

Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).

GEJALA DAN TANDAGejala dan tanda umum katarak dapat digambarkan sebagai berikut :

Tajam penglihatan berkurang

Penglihatan berkabut, berasap

Menyebabkan rasa silau

Dapat mengubah kelainan refraksi

Penglihatan ganda

Halo (warna disekitar sumber sinar)

Pada beberapa penderita tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau (Zubaidah, 2008).

DIAGNOSIS

ANAMNESIS :

Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :

1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

2. Perubahan daya lihat warna

3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta resep ganti kacamata

6. Penglihatan ganda (diplopia)

PEMERIKSAAN FISIK MATA

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa dengan penlight dan loop

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.

3. Slit lamp

4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)

(Wijana, 1983)DIAGNOSIS BANDING

Leukokoria

Oklusi pupil

Ablasi retina

Retinoblastoma

(Wijana, 1983)

PENATALAKSANAAN

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu :

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).

ECCE terdiri dari :

a. ECCE konvensional,

b. SICS (Small Incision Cataract Surgery),

c. fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification),

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm (Faradilla, 2009).Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan:

1. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana retina disinari dari semua arah, dan arahnya itu harus dapat ditentukan oleh penderita dengan baik. Kalau semua arah dapat ditentukan dengan baik, berarti fungsi retina masih baik, operasi dapat dilakukan. Bila tidak, operasi tidak dijalankan, karena tak ada gunanya.

2. Tidak boleh ada infeksi pada mata atau jaringan sekitarnya.

Jangan lupa melakukan tes Anel. Bila tes Anel (-), tak boleh dilakukan operasi dan merupakan kontraindikasi mutlah untuk tindakan operasi intraokular, karena kuman dapat masuk ke dalam mata.

3. Tidak boleh ada glaukoma.

Pada keadaan glaukoma, pembuluh darah retina, telah menyesuaikan diri dengan tensi intraokular yang tinggi. Bila kemudian dilakukan operasi, pada waktu kornea dipotong, sekonyong-konyong tensi intraokular menurun, pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan yang hebat. Juga dapat menyebabkan prolaps dari isi bulbus okuli, seperti iris, badan kaca dan lensa.

4. Visus

Setelah dikoreksi batasnya pada orang buta huruf 5/50 sedangkan pada yang terpelajar 5/20.

5. Keadaan umum harus baik.

Tidak boleh ada hipertensi, diabetes melitus, batuk menahun, sakit jantung, seperti decompensatio cordis. Bila penderita menderita diabetes melitus, dengan kadar gula darah lebih dari 150 mg%, dioperasi, dapat terjadi luka sukar sembuh, mudah terkena infeksi, perdarahan pasca hifema yang sulit hilang. Kadar gula harus kurang dari 150mg%, baru dapat dioperasi.KOMPLIKASI

Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain :

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris(Faradilla, 2009).PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat. Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

Fungsi media refrakta baik

Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.

Fungsi makula atau retina baik

Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara menyorotkan cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata.

Fungsi N. Opticus (N.II) baik

Fungsi serebral baikSTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap

: Tn.M

Umur

: 60tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan Guru

Alamat

: Dawe, KudusTanggal Pemeriksaan: 1 Agustus 2012II. ANAMNESIS

Anamnesis secara: Auto anamnesis dan allo anamnesis pada tanggal 1 Agustus 2012.

Keluhan Utama:

Pasien merasa pandangan kabut pada mata kanan.Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 1 Agustus 2012. Ini adalah kunjungan ke2 kalinya. Kunjungan pertama 1 minggu yang lalu dengan keluhan OD kemeng dan kabut kunjungan ke 2 pasien mengeluh pandangan mata kabur . Pasien mengaku tidak ada riwayat kemasukam debu atau benda asing kedalam mata ataupun riwayat trauma pada mata yang sakit. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengatakan bahwa belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Hipertensi (-) Riwayat diabetes melitus (-), Riwayat Operasi mata (-) Riwayat menggunakan kaca mata (-) Riwayat trauma disangkalRiwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keadaan serupa.

Riwayat sosial ekonomi:

Berobat menggunakan ASKES. Kesan ekonomi cukup. III. PEMERIKSAAN FISIK

A. VITAL SIGN

Tensi (T):130/80 mmHg

Nadi (N):80 kali/ menit

Suhu (T):36,7o c

Respiration Rate (RR):19 x / menit

Keadaan Umum:Baik

Kesadaran:Compos mentis

Status Gizi:BaikB. STATUS OFTALMOLOGI

Gambar:

OD OS

Keterangan:

1. Lensa keruh sebagian di sentral2. Arkus senilisOCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/120 kabutVisus6/24

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoresi

Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-)Bulbus okuliGerak bola mata normal, enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-), nyeri tekan(-),blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-)PalpebraEdema (-), hiperemis(-), nyeri tekan (-),blefarospasme (-), lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-), infiltrat (-),

hiperemis (-)KonjungtivaEdema (-),

injeksi konjungtiva (-),injeksi siliar (-),infiltrat (-),

hiperemis (-)

PutihSkleraPutih

Bulat, jernih, edema (-) menyeluruh,

keratik presipitat(-), infiltrat (-), sikatriks (-)KorneaBulat, edema (-),

keratik presipitat(-), infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, kedalaman dangkal,

Arkus senilis (+),

hipopion (-),hifema (-),Camera Oculi Anterior

(COA)Jernih, kedalaman cukup,

Arkus senilis (+)

hipopion (-), hifema (-),

Kripta(+),warnacoklat,(-), edema(-), synekia (-)IrisKripta(+),warnacoklat,(-), edema(-), synekia (-)

bulat,diameter 3mm, letak sentral,

refleks pupil langsung (+),refleks pupil tak langsung (+)Pupilbulat, diameter 3mm, letak sentral, refleks pupil langsung (+), refleks pupil tak langsung (+)

Keruh sebagian di sentralLensaJernih

JernihVitreusJernih

Papil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)RetinaPapil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)

Cemerlang orange Fundus RefleksCemerlang orange

Secara digital normalTIOSecara digital normal

Epifora (-), lakrimasi (-)Sistem LakrimasiEpifora (-), lakrimasi(-)

(+) Shadow Test(-)

IV. RESUME

Subjektif:

Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan :

Pasien mengeluh kabut pada mata kanan Pasien menyangkal adanya riwayat trauma benda tumpul

Pasien menyangkal adanya riwayat menggunakan kaca mata

Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.Objektif:

OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/120Visus6/24

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoresi

Keruh sebagian di sentralLensaJernih

Papil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)RetinaPapil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)

orange Fundus RefleksOrange

(+)Shadow Test(-)

V. DIAGNOSA BANDING

1. OD katarak senilis immatur

2. OD Katarak senilis matur3. OD katarak hipermaturVI. DIAGNOSA KERJA

OD katarak senilis immatur

Dasar diagnosis:

Gejala Subjektif:

Pasien mengeluh pada mata kanan dan pandangan kabut Tanda Objektif:OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/120Visus6/24

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoresi

Keruh sebagian di sentralLensaJernih

Papil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)RetinaPapil n.II bulat, tegas, ablatio (-), eksudat (-) oedem (-)

orange Fundus RefleksOrange

(+)Shadow Test(-)

VII. TERAPI

Medikamentosa:

a. Gentamicin tetes 4 x 2 tetes ODSb. Glukon 250 g 1x1 Operatif

Ektraksi katarak, baik secara EKEK maupun EKIK disertai dengan pemberian IOL (Intra Okuler Lensa). Tapi pada pasien ini menunggu gula darah pasien normal atau terkendali.VIII. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA (OD)OKULISINISTRA(OS)Quo Ad Visam:Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanam:Dubia ad bonam ad bonam

Quo Ad Kosmetikam: Dubia ad bonam ad bonam

Quo Ad Vitam

:Dubia ad bonam ad bonamIX. USUL DAN SARAN

Usul :

Dilakukan operasi EKEK + IOL OD, untuk menangani keadaan katarak senilis matur. Operasi ini dilakukan setelah USG. Melakukan pemeriksaan fungsi retina : Retinometri, uji proyeksi sinar dan persepsi, Diskriminasi 2 sinar

Saran: Gunakan tetes mata secara teratur.

Konsumsi obat secara teratur.

Kontrol pasca operasi EKEK dilakukan 1 minggu setelah operasi, 1 bulan setelah operasi, 2 bulan setelah operasi, maupun jika terdapat keluhan maupun masalah-masalah lain sebelum jadwal kontrol yang telah ditentukan.

Lindungi mata dari debu ataupun benda asing pasca operasi untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Kontrol gula darah, tekanan darah dan kolesterolDAFTAR PUSTAKA

Faradilla, 2009. Glaukoma dan Katarak Senillis. http://www.Files-of-DrsMed.tkIlyas, H.S. 2009.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Ilyas, H.S. 2009.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2.Sagung seto. JakartaKhalilullah, 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senillis. [email protected], 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.

Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta

Wijana, N., 1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta Seal, G.N, 1987, text book of ophthalmology, jakartaZubaidah, 2008. Perbandingan Efektivitas Acetazolamide Tablet dengan Tetes Mata Betaxolol HCL dalam Menurunkan Tekanan Intra Okuli Pada Pre Operasi Katarak.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6386/1/Siti%20Harilza%20Zubaidah1.pdf EMBED Word.Picture.8

2

1

2

_1405502864.doc