12
KARYA TULIS ILMIAH MATEMATIKA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting karena pendidikan merupakan suatu hal penentu kemajuan suatu bangsa, dan satu penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu Negara. Dimana pada masa saat ini kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja tetapi pada saat ini juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusianya sendiri bagaimana memanfaatkan suatu sumber daya alam yang ada di negaranya. Namun permasalahannya saat ini ialah banyak siswa-siswi yang kurang mencintai pendidikan terutama yang paling disorot ialah pelajaran Matematika. Kebanyakan Siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran Matematika disebabkan karena belum ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan minat para siswa-siswi sekolah untuk menyukai mata pelajaran matematika bahkan untuk sekedar membaca dan membolak-balik buku yang bersangkutan dengan Matematika. Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setiap pelajaran yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang sangat menakutkan.

Karya Tulis Ilmiah Matematika2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

man

Citation preview

Page 1: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

KARYA TULIS ILMIAH MATEMATIKA

BAB IPENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat

penting karena pendidikan merupakan suatu hal penentu kemajuan suatu bangsa, dan satu

penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu Negara. Dimana pada masa saat ini

kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja tetapi pada saat ini

juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusianya sendiri bagaimana memanfaatkan suatu

sumber daya alam yang ada di negaranya. Namun permasalahannya saat ini ialah banyak siswa-

siswi yang kurang mencintai pendidikan terutama yang paling disorot ialah pelajaran

Matematika. Kebanyakan Siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran Matematika disebabkan

karena belum ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan minat para siswa-siswi sekolah

untuk menyukai mata pelajaran matematika bahkan untuk sekedar membaca dan membolak-

balik buku yang bersangkutan dengan Matematika.

Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setiap pelajaran

yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi

kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang sangat

menakutkan.

Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa

penyebab siswa-siswi jenuh matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan

belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran

otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan

pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting.

Karena begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi siswa-siswi jenuh matematika, maka

pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus

pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa

dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis. Karena itu, materi matematika bukan

Page 2: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan

sehari-hari.

B.     MASALAH PENELITIAN

Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:

        Mengatasi Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.

        Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.

C.     TUJUAN PENULISAN

Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting yaitu :

        Tujuan Umum: Membangkitkan minat siswa-siswa dalam menekuni dunia pendidikan

khususnya mata pelajaran matematika, menghilangkan kejenuhan siswa-siswi dalam

mempelajari pelajaran matematika, dan menyadarkan bahwa matematika bukan hanya sekadar

aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman

sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern.

D.    LANDASAN TEORI

        Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya

perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk

memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.

        Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa

yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan

guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran

yang dilakukan.

        Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.

        Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para

siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses

Page 3: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau

model yang dapat dijadikan rujukan ketika siswa menemukan persoalan serupa.

        Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis

yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi.

Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.

Page 4: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

BAB IIPEMBAHASAN MASALAH

A. MENGATASI KEJENUHAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA

  Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari interaksi

antara peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang.

ataupun tidak sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena

adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi

antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya.

Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah. Berbagai persepsi awal yang dimiliki

siswa terhadap pelajaran matematika, telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki

minat yang tinggi terhadap matematika, namun tidak sedikit yang bersikap jenuh terhadap

matematika. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang pernah mereka rasakan.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap matematika

adalah karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap jenuh yang

mereka rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan setiap soal yang

diberikan, atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang diajarkan. Kejenuhan ini

juga sering ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru kurang memiliki kemampuan dan

tidak menguasai metoda, strategi dan pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar

menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat.

Adapun Langkah-langkah untuk menyiasati kejenuhan belajar Matematika ialah:1. PEMBERIAN MOTIVASI

Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya

agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam

peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat

penghargaan dari teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti

“mampu berbuat”. Motivasi ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong

Page 5: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok,

lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar

yang memadai dan membangkitkan minat.

Dalam pembelajaran matematika, motivasi itu sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi

intrinsik, siswa diingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan

hidup sehari-hari, seperti perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa

berkeinginan untuk melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika

akan terus diperoleh, sehingga pemahaman dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan

membantu untuk tahap-tahap selanjutnya. Motivasi ekstrinsik dapat dikondisi oleh guru, seperti

dengan memberi pujian, hadiah dan sebagainya. Langkah-langkah berikut ini juga merupakan

bentuk motivasi ekstrinsik.

2. MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Suasana belajarn yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya menghindarkan

suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar, menyisipkan humor-humor yang segar

dan mendidik, tidak memberikan soal-soal yang terlalu sukar, dan lain-lain.

3. MEMBUAT LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN

Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar siswa. Ciptakan

suasana kelas yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan

memberi semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasan-

hiasan yang mereka minati.

4. MENGADAKAN REFRESHING

Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan suasana

refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar, memberikan

permainan-permainan simulasi-simulasi yangterjait dengan materi belajar. Pada saat-saat

tertentu, ajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman, di lapangan dan lain sebagainya.

B. PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR MATEMATIKA

Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah.

Sementara itu, matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para

Page 6: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

siswa. Di antara berbagai faktor yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang kurang

asyik dan menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika

adalah proses pembelajaran bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada

guru. Sehingga guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan.

Pembelajaran menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan

tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah “take and

give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar,

yakni pembelajaran yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam

contoh soal. Model pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk

melakukan observasi (mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-

aktivitas lain yang memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang

sesungguhnya. Model seperti ini yang mengakibatkan matematika bak kumpulan rumus yang

menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak.

C. BAGAIMANA SEBAIKNYA MATEMATIKA DIAJARKAN ?

Sebagai contoh dalam pembelajaran mengenai perbandingan trigonometri . Pembelajaran

trigonometri sering kali ditakuti karena yang nampak ke permukaan adalah simbol-simbol dan

rumus-rumus yang abstrak. Adapun maknanya jarang diangkat dan dipahamkan kepada para

siswa. Perbandingan trigonometri sesungguhnya berawal dari persoalan nyata. Berikut salah satu

alternatif pengajaran yang dapat dilakukan:

a. Guru terlebih dahulu menjelaskan definisi-definisi penting sebagai bekal bagi mereka

untuk melakukan observasi dilapangan.

b. Selanjutnya minta para siswa untuk mengukur tinggi benda-benda seperti tiang bendera,

pohon, bangunan kelas, dan lain-lain. Biarkan mereka berekslporasi menemukan caranya

sendiri. Dari sisni tentu akan ada beragam cara yang diusulkan siswa agar dapat

mengukur tinggi benda-benda tersebut. Dalam hal ini guru bertugas mengakomodir

berbagai respon yang muncul, membimbing, dan mencoba mengarahkan para siswa agar

tidak terlalu keluar dari wilayah yang dijadikan tujuan.

c. Berikutnya guru dapat mengarahkan siswa untuk menerapkan perbandingan trigonometri

dalam permasalahan tersebut. Misalnya akan diukur tinggi pohon P. Minta salah seorang

Page 7: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

siswa, katakanlah siswa A, berdiri dalam jarak tertentu terhadap benda yang ingin diukur

ketinggiannya. Misalkan jaraknya x meter. Dengan bantuan klinometer dapat diketahui

besarnya sudut yang dibentuk oleh siswa A dengan pohon P, katakanlah sudut yang

dibentuk adalah ?. Dengan menggunakan aturan tangent, dengan mudah akan diperoleh

tinggi pohon P. yakni: Tinggi pohon P = x tan(?)

d. Ajak siswa membandingkan efektifitas dan tingkat kemudahan berbagai macam cara

yang diperoleh melalui kegiatan tersebut. Dari sini akan diperoleh gambaran bahwa

matematika khususnya perbandingan trigonometri dapat mempermudah menyelesaikan

permasalahan yang ada.

e. Kegiatan pembelajaran dapat diakhiri dengan meminta siswa menuliskan rangkaian

kegiatan yang dilakukan hingga hasil akhir yang dicapai. Dengan ini, kemungkinan besar

siswa dapat lebih memahami konsep perbandingan trigonometri.

BAB III

PENUTUPA. KESIMPULAN

Matematika adalah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan nyata.

Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari ilustrasi yang dekat dan

mampu dijangkau siswa, dan kemudian disederhanakan dalam formulasi matematis.

Mengajarkan matematika bukan sekedar menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun

rumus-rumus yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula pada

kondisi atau permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran yang dapat dilakukan:

a. Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya

perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal

untuk memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.

b. Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa

yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar

Page 8: Karya Tulis Ilmiah Matematika2

dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses

pembelajaran yang dilakukan.

c. Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.

d. Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para

siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan

proses verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau

rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika siswa menemukan persoalan

serupa.

e. Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis

yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi

apresiasi. Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.

B. SARAN

Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari matematika,

maka siswa-siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya sendiri, mulai menyukai

guru yang mengajar matematika maka dengan begitu diharapkan siswa-siswi juga menyukai

pelajarannya, dan mulailah buat suatu kelompok belajar agar lebih banyak masukan-masukan

yang bisa di dapat dari teman yang lain. Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan agar

bisa lebih baik untuk menulis karya ilmiah selanjutnya.

C. DAFTAR PUSTAKA

Wordpress.com, www.idblognetwork.com, http:/id.wikipedia.org