Upload
dinhnga
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBUDI RUANG BERSALIN RSU DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2016
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikanpada Program Diploma III Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan
DISUSUN OLEH :RIDAYANTI
P00324014026
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANTAHUN 2017
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Ridayanti
2. Tempat/Tgl. Lahir : Bira, 11 Agustus 1995
3. Suku : Buton
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Buton/Indonesia
7. Alamat : Wandoka Utara Kec. Wangi-
Wangi Kab. Wakatobi
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Antapia : Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Wangi-Wangi : Tamat Tahun 2011
3. SMA Negeri 1 Wangi-Wangi : Tamat Tahun 2014
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D III Kebidanan Tahun
2014- Sekarang.
ABSTRAK
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBUDI RUANG BERSALIN RSU DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2016
Ridayanti 1 , Sulistina Sarita 2 , Elyasari 3
Latar Belakang : Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil
yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan (Hanifa, 2007).
Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi Indikasi Induksi Persalinan Pada Ibu
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan kejadian induksi persalinan di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016 sejumlah 193
kasus.dengan jumlah sampel sebanyak 193. Dengan teknik penarikan
sampel yaitu Total Sampling.Hasil Penelitian : Dari total 193 responden, terdapat 80 orang (41,5%) yang
mendapatkan tindakan akibat inersia uteri, akibat serotinus berjumlah 37 orang
(19,2%), akibat ketuban pecah dini berjumlah 65 orang (33,7%) dan akibat IUFD
berjumlah 11 orang (5,7%).
Kesimpulan : ibu bersalin yang mendapatkan tindakan induksi persalinan akibat
inersia uteri, serotinus, ketuban pecah dini dan IUFD lebih banyak.
Saran : Ibu hamil diharapkan untuk segera memeriksakan kehamilannya
apalagi terdapat tanda bahaya kehamilan.
Kata Kunci : Inersia Uteri, Serotinus,KPD,IUFD, Induksi PersalinanDaftar Pustaka : 35 (2006-2016 )
1. Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari3. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
KATA PENGANTAR
puji sukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ identifikasi
indikasi induksi persalinan pada ibu di ruang bersalin rsu dewi sartika kota
kendari tahun 2016”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan,
kesalahan, dan kekurangan disebabkan oleh keterbatasan waktu,
pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran, pendapat
dan kritikan sangat penulis harapkan dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
mendapat bantuan dan arahan, dari berbagai pihak. terutama kepada Ibu
Sulstina Sarita, SKM,M.Kes. Selaku pembimbing I, dan ibu Elyasari,
SST,M.Kes, selaku pembimbing II, dengan tulus mengarahkan dan
membimbing penulis dari awal hingga akhir penyusunan Karya Tulis
Ilmiah. kepada beliau penulis mengucapkan terima kasih.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekes Depkes Kendari.
2. Ibu Halijah S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Ibu Hasmia Naningsih,SST.,M.Kes, Ibu Melania Asi,S.SIT.,M.Kes dan
, Ibu Fitriyanti,SST.,M.Keb, sebagai penguji dalam ujian karya tulis
ilmiah.
4. Direktur RS Dewi sartika Kota Kendari yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di RS Dewi sartika
Kota Kendari.
5. Dosen dan Staf Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
6. Teristimewa kedua orang tuaku, yang telah memberikan doa,
dukungan, pengorbanan dan kasih sayang yang begitu besar kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iHALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iiiRIWAYAT HIDUP................................................................................................ ivABSTRAK ........................................................................................................ vKATA PENGANTAR ........................................................................................... viDAFTAR ISI .................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL................................................................................................. xDAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiBAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian.......................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka ............................................................................... 6
B. Tinjauan Khusus tentang Induksi Persalinan................................. 23
C. Tinjauan indikasi induksi dalam persalinan.................................... 30
1. Inersia Uteri............................................................................ 30
2. Ketuban Pecah Dini................................................................ 33
3. Serotinus................................................................................ 36
4. Intra Uteri Fetal death............................................................. 39
5. Tinjauan Tentang tanda bahaya kehamilan........................... 20
D. Landasan Teori ............................................................................. 42
E. Kerangka Konsep.......................................................................... 43
BAB III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ............................................................................. 45
B. Waktu dan Tempat penelitian........................................................ 45
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 45
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif ..................................... 46
E. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 47
F. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran umum Lokasi Penelitian............................................... 49
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 53
C. Pembahasan................................................................................. 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ................................................................................... 67
B. Saran ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1 Jumlah Ketenagaan RS Dewi sartika
Kota Kendari ………………………………………. 52
Tabel 2 Distribusi Induksi Persalinan …………………………… 53
Tabel 3 Distribusi Inersia Uteri ………………………………… 53
Tabel 4 Distribusi Ketuban Pecah Dini ………………………… 54
Tabel 5 Distribusi Serotinus …………………………………… 54
Tabel 6 Distribusi IUFD …………………………………… 55
Tabel 7 Distribusi Inersia uteri dengan Induksi persalinan…… 55
Tabel 8 Distribusi Serotinus dengan Induksi persalinan………...56
Tabel 9 Distribusi KPD dengan Induksi persalinan……………..57
Tabel 10 Distribusi IUFD dengan Induksi persalinan ……………..58
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian dari Politeknik Kesehatan
2. Surat Keterangan Penelitian dari Balitbang Provinsi Sultra
3. Surat keterangan Selesai penelitian dari RS Dewi Sartika Kota
Kendari
4. Master tabel
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan
(Hanifa, 2007).
Dalam ilmu kebidanan, ada kalanya suatu kehamilan terpaksa
harus diakhiri karena adanya suatu indikasi. Indikasi dapat datang dari
sudut kepentingan hidup ibu atau janin. Hasil induksi partus
bergantung pula pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus
dilakukan pada serviks yang sudah atau mulai matang (ripe atau
favourable), yaitu kondisi serviks sudah lembek, dengan pendataran
sekurang-kurangnya 50%, dan pembukaan serviks satu jari (Mochtar,
2012).
Menurut data dari Word Health Organization (WHO), tahun 2012
terdapat 500.000 ibu hamil, dimana didapatkan sebanyak 200.000
(40%) ibu hamil yang melakukan induksi pada saat saat persalinan
diseluruh dunia, sedangkan 300.000 (60%) lain melakukan persalinan
dengan section caesarea. Induksi persalinan pada kehamilan banyak
terjadi di Negara berkembang yang menyebabkan peningkatan
kejadian section caesarea 2-3 kali lipat (Sumarni, 2013).
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
mencatat sebanyak 250 (12,5%) kasus ibu hamil per bulan dilakukan
induksi pada saat persalinannya, yang didapat dari hasil penelitian
yang dilakukan disejumlah rumah sakit umum di Indonesia (Sumarni,
2013).
Data dari Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara, angka kejadian induksi persalinan pada tahun 2013
sebanyak 178 dari 1156 persalinan (15,3%). Pada tahun 2014 jumlah
kejadian induksi persalinan sebanyak 116 dari 1132 persalinan
1
2
(10,2%). (Rekam Medik RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
2013 – 2014).
Data Rumah Sakit Umum Kota Kendari tahun 2013 menunjukan
angka kejadian induksi persalinan sebanyak 107 dari 1234 persalinan
(8,7%), Pada tahun 2014 jumlah kejadian induksi persalinan sebanyak
70 dari 1251 persalinan (5,6%), (Rekam Medik RSUD Kota Kendari,
2013 – 2014).
Hasil survey Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari
kejadian induksi persalinan pada tahun 2014 sebanyak 78 dari 166
persalinan (46,98 %). Pada tahun 2015 jumlah kejadian induksi
persalinan sebanyak 148 dari 520 persalinan (28,46 %). Sedangkan
pada tahun 2016 jumlah kejadian induksi persalinan sebanyak 193 dari
709 persalinan (27,22 %), (Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari 2016).
Meningkatnya kejadian induksi persalinan di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari mendorong penulis untuk melakukan
penelitian yang berjudul Identifikasi Induksi Persalinan Pada Ibu di
Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun
2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dari penelitian
ini maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apa Saja
Indikasi Induksi Persalinan Pada Ibu di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari Tahun 2017”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi Indikasi Induksi Persalinan Pada Ibu di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
3
a. Untuk mengetahui kejadian Inersia Uteri pada ibu yang
dilakukan induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
b. Untuk mengetahui kejadian ketuban pecah dini (KPD) pada ibu
yang dilakukan induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
c. Untuk mengetahui kejadian serotinus pada ibu yang dilakukan
induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017.
d. Untuk mengetahui kejadian intra uterine fetal death (IUFD) pada
ibu yang dilakukan induksi persalinan di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai masukan bagi institisu pendidikan dan bahan pustaka
untuk kegiatan pelaksaan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Membertikan informasi kepada masyarakat khususnya pada ibu
bersalin mengenai induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari.
E. Keaslian Penelitian
Setyorini (2010). Dengan judul “Hubungan paritas dengan
keberhasilan induksi persalinan menggunakan misoprostol pervaginam
pada pasien di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Variabel bebas
penelitian ini adalah paritas dan variabel terikat adalah induksi
persalinan dengan misoprostol pervaginam. Metode penelitian ini
4
adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil
penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan
keberhasilan induksi persalinan menggunakan misoprostol
pervaginam. Penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan pada
pasien hamil aterm dan postterm, dengan kondisi serviks yang belum
matang lebih cenderung berhasil pada pasien multipara 4,35 lebih
besar dibandingkan dengan pasien nullipara.
Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat
pada jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel
penelitian serta teknik pengambilan sampel. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan variabel bebasnya
yaitu inersia uteri, ketuban pecah dini, serotinus, Intra Uterine Fetal
Death (IUFD), dan variabel terikatnya yaitu induksi persalinan. Adapun
populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
bersalin dengan Induksi Persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari dengan menggunakan teknik total sampling.
5
BAB IITELAAH PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2006).
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain (Mochtar, 2012).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
proses persalinannya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit dengan berat
badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama persalinan kurang
dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontaksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Ibu belum inpartu jika kontraksi tidak mengakibatkan perubahan
serviks (JNPK-KR, 2008).
2. Jenis-jenis persalinan
a. Persalinan spontan
Adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
5
6
Adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan (Nurasiah, 2012).
3. Sebab Mulainya Persalinan
a. Penurunan hormon progesteron
Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
menjadikan otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his.
b. Keregangan otot-otot
Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.
c. Peningkatan hormon oksitosin
Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga
dapat menimbulkan his.
d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang
peranan dalam proses persalinan, oleh karena itu pada
anencepalus kehamilan lebih lama dari biasanya.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat
umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada
setiap umur kehamilan.
f. Plasenta menjadi tua
7
Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan
estrogen menurun (Nurasiah, 2012).
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar, yaitu :
his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafrgma dan aksi dari
ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.
Kontraksi Uterus (His)
His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang
teratur, yang secara bertahap akan mendorong janin melalui
serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga
janin keluar dari rahim ibu.
Pembagian His Dan Sifat-Sifatnya :
1) His pendahuluan : his tidak kuat dan tidak teratur namun
menyebabkan keluarnya bloody show.
2) His pembukaan (Kala I) : menyebabkan pembukaan
serviks, semakin kuat, teratur dan sakit.
3) His pengeluaran (Kala II) : untuk mengeluarkan janin;
sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinir dan lama;
koordinasi bersama antara kontraksi otot perut,
diafragma dan ligament.
4) His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk
melepaskan dan melahirkan plasenta.
8
5) His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit
nyeri (merian), terjadi pengecilan rahim dalam beberapa
jam atau hari.
Perbedaan Antara His Sejati Dan His Palsu :
1) His sejati
a) Timbul secara teratur dan semakin sering,
berlangsung selama 30 – 70 detik.
b) Meskipun posisi/gerakan ibu berubah, kontraksi tetap
dirasakan.
c) Kontraksinya semakin kuat.
d) Biasanya berawal dipunggung dan menjalar kedepan.
2) His palsu
a) Tidak teratur dan tidak semakin sering (disebut
kontraksi Braxton Hicks).
b) Jika ibu berjalan atau istirahat atau jika posisi tubuh
ibu berubah, kontraksi akan menghilang/berhenti.
c) Biasanya lemah dan tidak semakin kuat (mungkin
menjadi kuat lalu melemah).
d) Biasanya hanya dirasakan ditubuh bagian depan.
Perubahan-Perubahan Akibat His :
1) Pada uterus dan servik
Uterus teraba keras atau padat karena kontraksi.
2) Pada ibu
9
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim.
Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter
kurang, maka timbul hipoksia janin. denyut jantung janin
melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena
adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin hal-hal
yang harus diperhatikan dari his adalah :
a) Frekuensi his
b) Intensitas his
c) Durasi atau lama his
d) Datangnya his
e) Interval
f) Aktivitas his (Marmi, 2012).
Tenaga Mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah
atau dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada
didasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat
mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk
mengedan atau usaha volunteer (Nurasiah, 2012).
b. Passage
Jalan lahir terdiri dari atas :
1) Jalan lahir keras (pelvik atau panggul)
Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu :
10
a) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium
(tulang usus), os ischium (tulang duduk) dan os pubis
(tulang kemaluan).
b) 1 tulang kelangkang (os sacrum).
c) 1 tulang tungging (os cocygis).
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul
menjadi dua bagian :
1) Panggul palsu atau false pelvis (pelvis mayor)
2) Panggul sejati atau true pelvis (pelvis minor)
Dalam obstetri yang dimaksud Pelvis Minor terdiri atas :
a) Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inlet
b) Bidang tengah panggul (midlet)
c) Pintu bawah panggul
Ukuran-Ukuran Panggul :
Pintu Atas Panggul :
1) Konjugata diagonalis : pinggir bawah symphisis pubis ke
promontorium : 12,5 cm.
2) Konjugata vera : pinggir atas symphisis pubis ke
promontorium : konjugata diagonalis - 1,5 cm = 11 cm.
conjugate vera adalah ukuran PAP yang utama yang
dapat diukur secara tidak langsung.
3) Konjugata transversa : antara dua linea innominata : 12
cm – 13 cm.
4) Pada panggul normal promontorium teraba, bila ukuran
CV diatas 10 cm dianggap panggul dalam batas normal.
11
Ruang Tengah Panggul :
a) Bidang luas panggul : pertengahan symphisis ke
pertemuan os sacrum 2 dan 3. Sekitar 12,75 x 12,5 cm.
dalam persalinan tidak mengalami kesukaran.
b) Bidang sempit panggul : tepi bawah symphisis menuju
spina ischiadica. Sekitar 11,5 x 11 cm.
c) Jarak kedua spina 10 – 11 cm.
Pintu Bawah Panggul :
(1) Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os
coccygis : 10 – 11 cm
(2) Melintang : 10,5 cm
(3) Arcus pubis : lebih dari 90 derajat
Bidang Hodge
Adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam atau vagina
toucher (VT).
Bidang hodge antara lain sebagai berikut :
Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas symphisis dan promontorium.
Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadica
kanan dan kiri.
Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi os coccygis.
Jenis-Jenis panggul
Caldwell- Moloy mengemukakan 4 jenis panggul :
1) Ginekoid
12
2) Android
3) Anthropoid
4) Platipeloid
2) Jalan lahir lunak, segmen bawah rahim (SBR), serviks
vagina, introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentum
yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul atau
diafragma pelvis terdiri dari bagian otot disebut muskulus
levator ani, sedangkan bagian membrane disebut diafragma
urogenital.
3) Perineum, merupakan daerah yang menutupi pintu bawah
panggul, terdiri dari :
a) Region analis, sebelah belakang. Spingter ani eksterna
yaitu muskulus yang mengelilingi anus.
b) Region urugogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo
cavermnosus, ischiocavernosus dan transverses perinea
superficialis.
c. Passenger
Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air
ketuban dan plasenta.
1) Janin
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
13
Tulang-tulang penyusun kepala janin terdiri dari :
a) Bagian tengkorak
(1) Os Frontal atau tulang dahi
(2) Os Parietal atau tulang ubun-ubun
(3) Os Occipital atau tulang belakang kepala
(4) Os Temporal atau tulang pelipis
b) Bagian muka
(1) Os nasalis atau tulang hidung
(2) Os maxilaris atau tulang rahang atas
(3) Os mandibularis atau tulang rahang bawah
(4) Os zygomatic atau tulang pipi
c) Sutura (sela ruang antara dua tulang)
(1) Sutura frontalis, antara kedua tulang frontal
(2) Sutura sagitalis, antara kedua tulang parietal kiri dan
kanan
(3) Sutura koronalis, antara tulang parietal dan frontal
(4) Sutura lambidea, antara tulang parietal dan oksipital
Pada tulang tengkorak terdapat dua fontanel atau ubun-
ubun (merupakan pertemuan beberapa sutura), yaitu :
(a) Fontanel mayor atau fontanel anterior atau ubun-ubun
besar. Merupakan pertemuan antara sutura sagitalis,
sutura frontalis dan sutura koronaria, berbentuk
segiempat panjang. Fontanel ini menutup pada usia bayi
18 bulan.
14
(b) Fontanel minor atau fontanel posterior atau ubun-ubun
kecil. Berbentuk segitiga dengan puncak segitiga runcing
searah muka janin dan dasar segitiga searah dengan
punggung janin, merupakan pertemuan antara sutura
sagitalis dengan sutura lamboidea. Fontanel ini menutup
pada usia 6 – 8 minggu.
Ukuran-ukuran kepala janin :
(1) Diameter
(a) Diameter sub occipito bregmatika ± 9,5 cm.
(b) Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput
dan frontal, 12 cm.
(c) Diameter vertikomento atau supraoksipitomental atau
mento occipitalis ± 13,5 cm, merupakan diameter
besar, terjadi pada presentasi dahi.
(d) Diameter submentobregmatika ± 9,5 cm atau
diameter anteroposterior pada presentasi muka.
(2) Diameter melintang pada tengkorak janin
(a) Diameter biparietalis 9,5 cm
(b) Diameter bitemporalis ±8 cm
(3) Ukuran Circumferensia (keliling)
(a) Cirkum feren Cirkum ferensia fronto occipitalis ± 34
cm
15
(b) Cirkum ferensia mento occipitalis ± 35 cm
(c) Cirkum ferensia sub occipito bregmatika ± 32 cm
2) Air ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan
mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian
selaput anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu
his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.
3) Plasenta
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada
persalinan normal (Marmi, 2012).
Struktur plasenta :
a) Bagian janin/permukaan fetal (fetal portion).
b) Bagian ibu/permukaan maternal (maternal portion).
c) Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian
depan atau belakang agak kearah fundus uteri. Hal ini
adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi.
d) Plasenta berbentuk bundar dan oval. Ukuran diameter 15
– 20 cm, tebal 2 – 3 cm dan beratnya ± 500 gram.
Panjang tali pusat 30 – 100 cm, terdiri dari : 2 arteri dan 1
vena (arteri mengandung darah “kotor” dan vena
mengandung darah “bersih”.
16
e) Fungsi plasenta (nutrisi, ekskresi, repirasi, produksi,
imunisasi dan barrier) (Nurasiah, 2012).
4) Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses
persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan
keluarga cenderung mengalami proses persalinan yang lebih
lancar dibanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini
menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif
bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh terhadap
kelancaran proses persalinan (Nurasiah, 2012).
Perubahan Psikis Yang Terjadi Pada Ibu Bersalin :
a) Kecemasan
Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan
muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus
operasi, takut persalinannya lama dan sebagainya.
b) Ketakutan
Kegelisahan dan respon endokrin akan
mengakibatkan :
(1) Retensi Na (Natrium)
(2) Ekskresi K (Kalium)
(3) Penurunan glukosa, sehingga dapat mempengaruhi
sekresiu epinephrine dan dapat menghambat aktivitas
myometrium (Marmi, 2012).
5) Penolong (Bidan)
Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan
dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi
atau perasaan maupun fisik.
17
6) Posisi (Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi
tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok.
Membantu penurunan janin, membantu penipisan dan
dilatasi serviks, sehingga persalinan lebih cepat. Posisi tegak
dapat mempengaruhi insiden penekanan tali pusat (Marmi,
2012).
5. Tanda-tanda Persalinan (Inpartu)
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan (Mochtar, 2012).
6. Tahapan Persalinan
Dalam persalinan terdapat tahapan-tahapan persalinan yaitu
antara lain:
a. Kala I Persalinan
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
18
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
pembukaan sampai pembukaan 3 cm.
b) Pada umumnya berlangsung 8 jam.
2) Fase aktif
Dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4cm.
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2
jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
b. Kala II (dua) Persalinan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II (dua)
ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah :
1) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), atau
2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
c. Kala III (tiga) Persalinan
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan dari fundus uteri.
19
d. Kala IV (empat) Persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai
2 jam post partum (Nurasiah, 2012).
7. Mekanisme Persalinan
a. Turunnya kepala
Kepala masuk ke PAP yang bisanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Majunya kepala
bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran faksi dalam dan
ekstensi.
b. Fleksi
Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah
hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.
c. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
syimfisis.
d. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari kepala.
e. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah
sympysis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
20
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir
(Nurasiah, 2012).
B. Tinjauan Khusus Tentang Induksi Persalinan
1. Pengertian Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin
menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda
persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat
hidup diluar kandungan (umur diatas 28 minggu). Dengan induksi
persalinan bayi sudah dapat hidup diluar kandungan, sebagai
upaya untuk menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila
janin masih dalam kandungan (Manuaba, 2010).
Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his (Mochtar, 2012).
2. Tujuan Induksi Persalinan
a. Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan
kelanjutan kehamilan
b. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk
perubahan serviks dan penurunan janin tanpa menyebabkan
hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin
c. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman
mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu (Manuaba, 2010).
3. Indikasi Persalinan
Indikasi dari induksi persalinan yaitu kehamilan lewat waktu,
ketuban pecah dini, kematian janin, inersia uiteri, kehamilan
21
dengan hipertensi dan kehamilan dengan diabetes mellitus (Hanifa,
2010).
1) Indikasi dari ibu yaitu kehamilan dengan hipertensi, kehamilan
dengan diabetes mellitus, ketuban pecah dini.
2) Indikasi dari janin yaitu kehamilan lewat waktu, plasenta previa,
solusio plasenta, kematian intra uteri, kematian berulang dalam
rahim, pertumbuhan janin terhambat (Nugorho, 2012).
4. Kontra Indikasi Induksi Persalinan
a. Terdapat distosia persalinan
1) Panggul sempit atau disproporsi sefalopelvik
2) Kelainan posisi kepala janin
3) Terdapat kelainan letak janin dalam rahim
4) Perkiraan bahwa berat janin > 4000 gram
b. Terdapat kedudukan ganda
1) Tangan bersama kepala
2) Kaki bersama kepala
3) Tali pusat menumbung terkemuka
c. Terdapat overdistensi rahim
1) Kehamilan ganda
2) Kehamilan dengan hidramnion
3) Terdapat bekas operasi pada otot rahim
4) Bekas seksio sesaria
5) Bekas operasi mioma uteri
d. Pada grandemultipara atau kehamilan > 5 kali
22
e. Terdapat tanda atau gejala intrauterine fetal distress (Manuaba,
2010).
5. Metode Induksi
Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
a. Cara kimiawi
Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang
merangsang timbulnya his.
1) Oksitosin drip
Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon.
Pemberiannya dapat secara suntikkan intramuskular,
intravena, infus tetes dan secara bukal. Yang paling baik dan
aman adalah pemberian infus tetes (drip) karena dapat di
atur dan di awasi efek kerjanya.
Cara :
a) Kandung kemih dan rektum terlebih dahulu dikosongkan.
b) Masukkan 5 satuan oksitosin ke dalam 500 cc Dektor 5%
atau NaCl 0,9% dan diberikan per infus dengan
kecepatan pertama 10 tetes per menit.
c) Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit
sampai tetes maksimal 4-60 tetes per menit.
d) Oksitosin drip akan lebih berhasil jika nilai pelvis di atas 5
dan dilakukan amniotomi (Mochtar, 2012).
2) pemberian larutan hipertonik intraamnion
Cara ini biasanya dilakukan pada kehamilan di atas 16
minggu dimana rahim sudah cukup besar. Secara
amniosentesis ke dalam kantong amnion yaitu di masukkan
23
larutan garam hipertonik atau larutan gula hipertonik (larutan
garam 20% atau larutan glukosa 50%) sebagai iritasi pada
amnion, dengan harapan akan terjadi his. Sebelumnya
dengan semprit cairan amnion dikeluarkan dahulu, sebagai
gantinya dimasukkan cairan hipertonik. Sebaiknya diberikan
oksitosin drips yaitu 10-20 satuan oksitosin dalam 500 cc
larutan dekstrosa 5% dengan tetesan 15 sampai 25 tetes per
menit.
Penderita diobservasi baik-baik.
3) Pemberian prostaglandin
Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos
termasuk juga otot-otot rahim, prostaglandin yang spesifik
untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha.
Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan
secara intravena, oral, vaginal, rektal dan intra amnion.
Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah
mual, muntah, diare (Hanifah, 2007).
b. Cara mekanis
1) Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane)
Dengan jari yang dapat masuk kedalam kanalis servikalis
selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding uterus
sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih berhasil bila
serviks sudah terbuka dan kepala sudah turun. Dianggap
bahwa dengan bersamaan turunnya kepala dan lepasnya
selaput ketuban, selaput ini akan lebih menonjol sehingga
akan menekan pleksus Frankenhauser yang akan
merangsang timbulnya his dan terbukanya serviks.
2) Memecahkan ketuban (amniotomi)
Hendaknya ketuban baru dipecahkan kalau memenuhi
syarat sebagai berikut :
24
a) Serviks sudah matang atau skor pelvis di atas 5,
b) Pembukaan kira-kira 4-5 cm,
c) Kepala sudah memasuki pintu atas panggul. Biasanya
setelah 1-2 jam pemecahan ketuban diharapkan his akan
timbul dan menjadi lebih kuat. Adapun cara amniotomi
adalah: lakukan dulu stripping selaput ketuban, lalu
pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher
atau alat khusus pemecah ketuban. Kepala janin
disorong masuk pintu atas panggul.
3) Dilatasi serviks uteri
Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan dengan memakai
gagang laminaria dan dilatator (busi) Hegar. Pada beberapa
kasus diperlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih
besar (misalnya pada primigravida) untuk mengeluarkan
hasil konsepsi.
Cara :
a) Tahap pertama pasang gagang laminaria: Masukkan 2-3
gagang laminaria ke dalam kanalis servikalis dengan
ujung atas masuk dalam cavum uteri dan ujung bawah
dalam vagina, lalu masukkan tampon kasa dalam vagina.
Sifat alat ini adalah hidroskopis-menarik air menjadi
gembung perlahan-lahan sehingga membuka kanalis
servikalis. Gagang ini sebaiknya di pasang dari jam 6
atau 7 malam hari dan setelah 12 jam, jadi pada besok
pagi hari jam 6 atau 7 laminaria dikeluarkan.
25
b) Tahap kedua bila pembukaan belum cukup besar, dapat
dilakukan dilatasi dengan busi Hegar sampai pembukaan
yang dikehendaki tercapai.
c) Tahap selanjutnya adalah melakukan pengeluaran isi
kavum uteri dengan cunam abortus atau dengan alat
kuret. Bahaya yang mungkin mengancam adalah infeksi
dan perdarahan. Karena itu bekerjalah asepsis. Kalau
rahim agak besar berikan terlebih dahulu uterus tonika
untuk mencegah perdarahan.
c. Cara kombinasi kimiawi dan mekanis
Adalah memakai cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti
dengan cara mekanis, misalnya amniotomi dengan pemberian
oksitosin drip atau pemecahan ketuban dengan pemberian
prostaglandin per oral dan sebagainya.
Pada umumnya, cara kombinasi memiliki angka
keberhasilan yang lebih tinggi. Kalau induksi partus gagal,
sedangkan ketuban sudah pecah dan pembukaan serviks tidak
memenuhi syarat untuk pertolongan operatif per vaginam, satu-
satunya jalan adalah mengakhiri kehamilan dengan seksio
sesarea.
6. Komplikasi
a. Terhadap ibu
1) Kegagalan induksi
2) Kelelahan ibu dan krisis emosional
3) Inersia uteri dan partus lama
26
4) Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan
solusio plasenta, ruptur uteri dan laserasi jalan lahir lainnya,
5) Infeksi intrauterin.
b. Terhadap janin
1) Trauma pada janin oleh tindakan,
2) Prolapsus tali pusat,
3) Infeksi intrapartal pada janin (Mochtar, 2012).
C. Tinjauan Indikasi Induksi Dalam Persalinan
1. Inersia uteri
a. Pengertian
Inersia uteri adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi
sehingga menyebabkan persalinan macet. Inersia uteri dapat
menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat
terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan
dehidrasi.
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan
berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase aktif.
2) Inersia uteri sekunder
a) Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang
lama dan terjadi pada kala I fase aktif
b) His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah
c) Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan
27
d) Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin
ketuban telah pecah
e) Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung
sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan
otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang
ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi
pengawasan baik pada saat persalinan.
b. Etiologi
1) Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida,
khususnya primigravida tua
2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida
3) Faktor herediter
4) Faktor emosi dan ketakutan
5) Salah pimpinan persalinan
6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan
segmen bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin atau
pada disproporsi sefalopelvik
7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8) Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda
atau hidramnion
10)Kehamilan postmatur.
c. Penanganan
28
1) Periksa keadaan serviks, presentase dan posisi janin,
turunnya bagian terbawah janin keadaan janin
2) Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-
jalan
3) Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang
akan dikerjakan misalnya pada letak kepala :
a) Berikan oksitosin drip 5-10 satuan dalam 500cc Dektrose
5%, dimulai dengan 12 tetes per menit. Tujuan
pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat
membuka.
b) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak
memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa
lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada
malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10
mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drip.
c) Bila inersia uteri diserati disproporsi sefalopelvis maka
sebaiknya seksio sesaria
d) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri
sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada
diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetric lainnya (ekstraksi vakum, forcep, dan
seksio sesaria) (Taufan, 2010).
29
2. Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
b. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahuai dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-
faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahuai.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :
1) Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada
cairan ketuban bias menyebabkan terjadinya KPD.
2) Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat
persalinan, curetase).
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidramnion, gemelli.
30
4) Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
5) Kelainan letak misalnya sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
6) Keadaan sosial ekonomi.
7) Faktor lain :
a) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan
anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan kepala ibu
c) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan
antepartum
d) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin
C).
Beberapa faktor risiko dari KPD :
(1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
(2) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
(3) Riwayat KPD sebelumnya
(4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
(5) Kehamilan kembar
(6) Trauma
31
(7) Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
(8) Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
(Taufan, 2010).
c. Penanganan
1) Konservatif
Rawat dirumah sakit, berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500
mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika
usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negativ beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu,
sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia
kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosisi
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila
gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25
µg – 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada
32
tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan
serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5,
induksi persalinan (Saifuddin, 2013).
3. Serotinus
a. Pengertian
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus,
kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged
pregnancy, extended pregnancy, postdate/pos datisme atau
pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung sampai
42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28
hari (WHO 1977, FIGO 1986)2.
b. Etiologi
Sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum
jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan
bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan
terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara
lain :
1) Pengaruh progeteron
2) Kadar lesitin/spingomielin
3) Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
4) Sitologi cairan amnion
5) Sitologi vagina.
c. Penanganan
1) Bila serviks telah matang (dengan nilai Bishop > 5) dilakukan
induksi persalinan dilakukan pengawasan intrapartum
33
terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi
pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko
kegagalan ataupun persalinan tindakan.
2) Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih
lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri :
a) NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila
keduanya normal, kehamilan dapat dibiarkan berlanjut
dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua kali.
b) Bila ditemukan oligohidramnion ( < 2 cm pada kantong
yang vertical atau indeks cairan amnion < 5) atau
dijumpai deselerasi variable pada NST, maka dilakukan
induksi persalinan.
c) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif,
tes pada kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST
positif, terjadi deselerasi lambat berulang, variabilitas
abnormal (< 5/20 menit) menunjukkan penurunan fungsi
plasenta janin, mendorong agar janin segera dilahirkan
dengan mempertimbangkan bedah saesar. Sementara
itu, bila CST negative kehamilan dapat dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari
kemudian.
34
d) Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila
serviks matang.
Kehamilan lebih dari 42 minggu di upayakan diakhiri
(Saifuddin, 2013).
4. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
a. Pengertian
Adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan
500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
infeksi.
b. Etiologi
Pada 25 – 60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas.
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal,
atau kelainan patologik plasenta. Umumnya penderita hanya
mengeluh gerakan janin berkurang, pada pemeriksaan fisik
tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya
gerakan jantung janin. Pada anamnesis gerakan menghilang.
Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat
pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu menurun,
dan lingkaran perut ibu mengecil. Dengan fetoskopi dan Doppler
tidak dapat didengar adanya bunyi jantung janin. pemeriksaan
hCG urin menjadi negative setelah beberapa hari kematian
janin.
c. Komplikasi
35
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu
ataupun keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin
persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat
terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari
2 minggu.
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah
2 minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi
secara aktif dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau
misoprostal. Tindakan perabdominam bila janin letak lintang.
Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin + misoprostol.
Hati-hati pada induksi dengan uterus pasca seksio sesarea
ataupun miokmetomi, bahaya terjadinya rupture uteri.
d. Penanganan
Pada kematian janin 24 – 28 minggu dapat digunakan,
misoprostol secara vaginal (50-100 µg tiap 4 – 6 jam) dan
induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas 28 minggu dosis
misoprostol 25 µg pervaginam/6 jam. Setelah bayi lahir
dilakukan ritual keagamaan merawat mayat bayi bersama
keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta
akan membantu mengungkap penyebab kematian janin.
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah
atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin
menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya
solusio plasenta. Pada gemelli dengan T+T (twin to twin
transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh
anastomosis (Saifuddin, 2013).
36
D. Landasan Teori
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau
belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar
kandungan (umur diatas 28 minggu). Dengan induksi persalinan bayi
sudah dapat hidup diluar kandungan, sebagai upaya untuk
menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila janin masih dalam
kandungan (Manuaba, 2010).
Tinjauan induksi dalam persalinan yaitu :
Inersia uteri adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi
sehingga menyebabkan persalinan macet. Inersia uteri dapat
menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat
terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi
(Taufan, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <
4cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan
(Taufan, 2010).
Kehamilan serotinus, kehamilan postterm, kehamilan lewat waktu,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/pos datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-
rata 28 hari (Saifuddin, 2013).
IUFD (In\tra Uterine Fetal Death) Adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
37
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin,
atau infeksi (Saifuddin, 2013).
E. Kerangka konsep
Variabel Independent (bebas), Variabel Dependent (terikat)
….
Keterangan :Variabel Bebas : Inersia Uteri, Ketuban Pecah Dini, Serotinus dan Intra
Uterine Fetal Death.
Variabel Terikat : Induksi Persalinan
Intra Uterine FetalDeath
(IUFD) Preeklamsiamerupakan penyulitkehamilan yang akutdan dapat terjadiante, intra danpostpartum. Darigejala-gejala klinikpreeklamsia dapatdibagi menjadipreeklamsia ringandan preeklamsiaberat.
Pembagian
preeklamsia menjadi
berat dan ringan
tidaklah adanya dua
penyulit yang jelas
berbeda, sebeb
seringkali di
temukan penderita
dengan preeklamsia
ringan yang
Serotinus
Inersia uteri
KetubanPecahDini
Induksi persalinan
38
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
untuk mendeskripsikan fakta mengenai suatu keadaan secara objektif
(Hidayat, 2010).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret Tahun 2017.
2. Tempat Penelitian
Bertempat di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan
kejadian induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2016 sejumlah 193 kasus.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin
dengan Induksi Persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2016 yang sejumlah 193 kasus. Dengan
menggunakan teknik total sampling.
D. Definisi Operasional
1. Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau
belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar
38
39
kandungan (umur diatas 28 minggu). Dengan induksi persalinan
bayi sudah dapat hidup diluar kandungan, sebagai upaya untuk
menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila janin masih
dalam kandungan (Manuaba, 2010).
2. Inersia uteri adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi
sehingga menyebabkan persalinan macet (Taufan, 2010).
3. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <
4 cm (fase laten) (Taufan, 2010).
4. Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu, kehamilan lewat bulan, : kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28
hari (Saifuddin, 2013).
5. Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2013).
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu hasil
penelitian beserta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah
40
yang berbentuk narasi dan tabel, kemudian dari analisis yang telah
dilakukan diambil suatu kesimpulan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder dengan mencatat data ibu bersalin yang ada pada buku
register atau laporan bulanan Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Coding tahap ini dilakukan pengkodean nama responden
dengan beberapa huruf tertentu untuk menjamin keaslian
identitas responden.
b. Editing tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kembali
kelengkapan data responden yang telah dikumpulkan untuk
mendapatkan data yang akurat.
c. Scoring adalah perhitungan secara manual dengan
menggunakan kalkulator untuk mengetahui presentase setiap
variabel yang diteliti. Untuk pertanyaan yang benar yang diberi
skor 1 dan pertanyaan yang salah diberi skor 0.
d. Tabuling setelah dilakukan coding, editing dan scoring
dilanjutkan dengan pengelompokkan data dalam tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki data sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Analisis Data
41
Menggunakan analisis univariabel untuk menggambarkan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan persentase masing-masing
kelompok, selanjutnya data ditampilkan dalam bentuk tabel dan
narasi.
Untuk mendapatkan hasil digunakan rumus deskriptif statistik,
yaitu:
f
X = x 100%
n
Keterangan:
X = presentase hasil yang dicapai
f = variabel yang diteliti
n = jumlah sample yang diteliti
K = konstanta (100%) (Arikunto, 2006).
G. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel,
distribusi, frekuensi, disertai penjelasan/narasi.
42
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Letak Geografis RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari terletak di
jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota
Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas
lahan 1.624 m². Rumah Sakit Umum Dewi Sartika memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tandean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Visi dan Misi RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSU Dewi Sartika Kota
Kendari mempunyai visi dan misi :
a. Visi
Visi RSU Dewi Sartika Kota Kendari yaitu sebagai
“Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dan bersaing global”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada
masyarakat.
2) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau
dengan mengutamakan kepuasan pasien.
42
43
4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya
Manusia).
3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kota Kendari Adalah
melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif
dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka RSU
Dewi Sartika Kota Kendari mempunyai fungsi :
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
4. Fasilitas Layanan Kesehatan
Fasilitas /sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari ialah :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi gawat darurat
44
2) Instalasi rawat jalan
a) Poliklinik obsgyn
b) Poliklinik umum
c) Poliklinik penyakit dalam
d) Poliklinik mata
e) Poliklinik bedah
f) Poliklinik anak
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik radiologi
i) Poliklinik jantung
j) Poliklinik gigi anak
3) Instalasi rawat inap
a) Dewasa/anak/umum
b) Persalinan
4) Kamar operasi
a) Operasi obsgyn
b) Bedah umum
5) HCU
45
5. Sumber Daya Manusia
Tabel 1Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari
No Jenis Tenaga StatusKetenagaan
Jenis Kelamin
Tetap TidakTetap
L P
1 2 3 4 5 6I.
II.
III.
IV.
Tenaga Medis1. Dokter Spesialis Obgyn2. Dokter Spesialis Bedah3. Dokter Spesialis Interna4. Dokter Spesialis
anastesi5. Dokter Spesialis PK6. Dokter Spesialis Anak7. Dokter Spesialis
Radiologi8. Dokter Spesialis THT9. Dokter Spesialis Mata10. Dokter Spesialis
Jantung11. Dokter Gigi12. Dokter Umum
Paramedis1. S1 Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Kebidanan4. D III Keperawatan
Tenaga KesehatanLainnya
1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker4. D III Farmasi5. S1 Gizi6. D III Analis Kesehatan
Non Medis1. D II Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU
1-----------
265
4356-11113
11
11
111111111113
-2--
-121--
---
2111--1-11-3
10--
11
-11--1
--2
----11-1--1-
167
4345
-11212
119
Jumlah 67 19 24 60Sumber : Data primer
46
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi induksi
persalinan pada ibu di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Tahun 2016. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 193 Sampel.
Data yang di kumpulkan berdasarkan data catatan medical record
pasien. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan maka dapat
disajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Induksi Persalinan di RSUDewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016.
Indikasi Induksi Induksi PersalinanFrekuensi (f) Presentase (%)
Inersia Uteri 80 41,5Serotinus 37 19,2Ketuban Pecah Dini (KPD) 65 33,7Intra Uteri Fetal Death (IUFD) 11 5,7
Total 193 100Sumber :Data Primer (diolah, 2016)
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 193 ibu bersalin yang
dilakukan tindakan induksi persalinan di RS Dewi Sartika Kota Kendari
tahun 2016, akibat inersia uteri 80 orang (41,5%), Serotinus berjumlah
37 orang (19,2%), Ketuban Pecah dini 65 orang (33,7%), dan Intra
Uteri Fetal death (IUFD) berjumlah 11 orang (5,7%).
C. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian selama 1 bulan (Februari s/d Maret
2017 ) di RS Dewi Sartika maka hasil dan pembahasan ini adalah
sebagai berikut :
1. Indikasi induksi persalinan karena Inersia Uteri
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari total 193 ibu
bersalin yang dilakukan tindakan induksi persalinan di RS Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2016, akibat inersia uteri 80 orang
(41,5%) hal ini disebabkan karena ibu yang inersia uteri
47
mengalami his yang tidak normal sehingga mengakibatkan
persalinan macet dan harus dilakukan tindakan induksi.
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis saat janin
dan produk hasil konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi
uterus yang teratur, progresif, sering dan kuat. Kontraksi uterus
yang terjadi menimbulkan sakit, nyeri di sekitar perut makin
mendekati kelahiran. Nyeri tersebut membuat ketidaknyamanan
pada ibu (Walyani, 2015).
Masalah dalam persalinan salah satunya disebabkan
karena his lemah atau inersia uteri. Inersia uteri adalah kelainan
his/his yang tidak normal yang sifatnya menyebabkan rintangan
pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet. Faktor yang mempengaruhi his lemah atau
inersia uteri adalah Power atau tenaga, Passage atau panggul,
Passager Fetus (Hidayat, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Hamimatus Zainiyah (2011) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan, menunjukkan bahwa terdapat 59 ibu bersalin dengan
umur di bawah 20 tahun mengalami inersia uteri (69.5%)
sehingga harus diinduksi dalam proses persalinan (Hamimatus
Zaniyah, 2011).
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil
penelitian yang dilakukan sejalan dengan teori dimana teori
mengatakan bahwa Usia seorang perempuan dapat
mempengaruhi emosi selama kehamilannya. Usia antara 20-35
tahun merupakan periode yang paling aman untuk melahirkan.
Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan
optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi
masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak
dipakai untuk ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janin (Ambarwati, 2010).
48
2. Indikasi induksi persalinan karena Serotinus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 193 ibu
bersalin yang dilakukan tindakan induksi persalinan di RS Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2016, akibat Serotinus berjumlah 37
orang (19,2%) hal ini disebabkan oleh ibu yang mengalami
serotinus akibat dari usia kehamilan lewat bulan sehingga harus
dilakukan induksi.
Kehamilan serotinus merupakan salah satu kehamilan
yang berisiko. Dimana usia kehamilan-nya telah mencapai 42
minggu lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan kom-
plikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas. Menjelang persalinan terjadi penurunan hormon
progestero-ne, peningkatan oksitosin serta peningkatan reseptor
oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya
produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat.
Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam
menim-bulkan kontraksi uterus (Saifuddin, 2012).
Penyebab pasti partus serotinus sampai saat ini belum
diketahui. Namun faktor yang mempengaruhi terjadinya serotinus
adalah hormonal, dimana kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan cukup bulan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang. Faktor predisposisi terjadinya
persalinan serotinus adalah graviditas, umur,paritas, sosial
ekonomi dan penyakit ibu (Winkjosastro, 2011).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Beillian-ningtyas (2013) dengan judul hubungan kehamilan
lewat waktu dan bayi prematur dengan kejadian asfiksia
neonatorum di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung,
menjelaskan bahwa semakin tua usia kehamilan ibu maka akan
49
lebih besar menyebabkan hipoksia/asfiksia pada janin. Hal
tersebut disebabkan karena berkurangnya jum-lah air ketuban dan
menurunnya fungsi plasenta. Dalam hal ini diharapkan bagi
petugas kesehatan untuk selalu memberikan informasi,
pendidikan kesehatan serta pentingnya pemeriksaan antenatal
yang teratur kepada ibu hamil dan ibu yang merencanakan
kehamilan, serta untuk pembekalan keterampilan dalam
penanganan resusitasi yang sesuai dengan standar pelayanan.
Dimana tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus
dilakukan dengan segera dan merupakan tindakan kritis sebagai
upaya untuk menyelamatkan bayi baru lahir yang mengalami
gawat nafas. Dengan kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan yang cukup maka diharapkan AKB dapat dikurangi.
3. Indikasi Induksi Persalinan Akibat Ketuban Pecah Dini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 193 ibu
bersalin yang dilakukan tindakan induksi persalinan di RS Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2016, akibat Ketuban Pecah Dini
berjumlah 65 orang (33,7%) hal ini disebabkan oleh kondisi fisik
ibu yang kurang baik, dimana ketuban ibu pecah sebelum waktu
persalinan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nur Hidayat (2009) menunjukkan bahwa komplikasi paling
sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan
37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi
pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus
tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada
ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia baru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm.
Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm
50
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu(Nur Hidayat,
2009).
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian
besar ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan
yang teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan
berhenti merokok. Membiasakan diri membersihkan daerah
kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama
setelah berkemih atau buang air besar. Memeriksakan diri ke
dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di daerah kemaluan,
misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti
biasanya. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan
hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban
pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
Menurut Hanindiyah (2011) Mengonsumsi 100 mg vitamin
C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu bisa
mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian
dari National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120
wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada
saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Vitamin C telah
diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan
membran (lapisan) yang menyelimuti janin dan cairan ketuban.
Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan kadar
yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya
resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang
disebut dengan ketuban pecah dini ("premature rupture of
membranes", PROM), tapi penelitian itu tidak menjelaskan
tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan
risiko terjadinya KPD.
51
4. Indikasi Persalinan akibat Intra Uteri Feath Death (IUFD)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 193 ibu
bersalin yang dilakukan tindakan induksi persalinan di RS Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2016, akibat intra uteri fetal death
(IUFD) berjumlah 11 orang (5,7%) hal ini disebabkan oleh
adanya janin yang mati dalam rahim sehingga harus dilakukan
induksi untuk mengeluarkan janin tersebut.,
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin
dalam rahim adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih. IUFD merupakan
salah satu penyebab kematian perinatal.
IUFD menurut ICD International Statistical Classification
of Disease and Related Health Problemsadalah kematian fetal
atau janin padausia gestasional ≥ 22 minggu(Petersson 2003
dalam Winkjosastro, 2008).
WHO dan American College of Obstetricians and
Gynecologist(1995) menyatakan IUFD adalah janin yang mati
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih tau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih(Petersson, 2003; dalam Winknjosastro, 2008).
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh
produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh
aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian
intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. (Wiknjosastro,
2007).
Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini,
kemungkinan besar akibat dari faktor maternal,dimana usia ibu
yang terlalu tua(>35tahun)(Sarah and Mcdonald, 2007).Edukasi
pada pasien ini ialah penjelasan mengenai program KB dan
memotivasi ibu untuk mengikutinya, mengingat sudah memiliki
52
anak 2 dan usia bu yang sudah tua. Mengedukasi kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi mengenai kehamilan pada usia ibu
yang tua.Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak
terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat ini, dan
menyarankan kepada keluarga pasien untuk memberikan
dukungan yang besar untuk ibu (Sarah and Mcdonald, 2007).
53
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Induksi persalinan di RS
Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari 193 ibu bersalin yang mengalami tindakan induksi persalinan
akibat inersia uteri berjumlah 80 orang (41,5%).
2. Dari 193 ibu bersalin yang mengalami tindakan induksi persalinan
akibat Serotinus berjumlah 37 orang (19,2%).
3. Dari 193 ibu bersalin yang mengalami tindakan induksi persalinan
akibat Ketuban Pecah Dini berjumlah 65 orang (33,7%).
4. Dari 193 ibu bersalin yang mengalami tindakan induksi persalinan
akibat IUFD berjumlah 11 orang (5,7%).
B. Saran
Berdasarkan penelitian dan pembahasan serta kesimpulan,
maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Masukan bagi institusi pendidikan dan bahan pustaka untuk
kegiatan pelaksaan penelitian berikutnya.
2. Informasi kepada masyarakat khususnya pada ibu bersalin
mengenai induksi persalinan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari.
53
54
DAFTAR PUSTAKAArikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hanifa, W. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo.
Hidayat, A. Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :Nuha Medika.
Hanindyah. 2011. Analisis tentang Paritas dengan Kejadian Ketubanpecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoardjo.Jawa Timur.2011
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Depkes : Jakarta.
Manuaba, Ida Ayu C, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit KandunganDan KB. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marmi. 2012. Intranatal Care (Asuhan Kebidanan Pada Persalinan).Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri (Fisiologi / Patologi) Jilid 1. Jakarta :EGC.
, R. 2012. Sinopsis Obstetri (Operatif / Sosial) Jilid 2. Jakarta :EGC.
Nugroho, T. 2010. Kasus Emergency Kebidanan (Untuk Kebidanan danKeperawatan). Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurasiah, A. dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung :Refika Aditama.
Prawihardjo. 2007. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina Pustaka SarwonoPrawihardjo
__________ 2008. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina Pustaka SarwonoPrawihardjo
_____________2009. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina PustakaSarwono Prawihardjo
_____________2010. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina PustakaSarwono Prawihardjo
__________ 2011. Ilmu kebidanan Jakarta : PT. Bina Pustaka SarwonoPrawihardjo
55
Rekam Medik RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2011 –2015. Rekam Medik RSU Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara.
Rekam Medik RSUD Kota Kendari. 2011 – 2015. Rekam Medik RSUDKota Kendari.
Rekam Medik RSU Dewi Sartika Kota Kendari. 2014 – 2016.
Saifuddin, A.B. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
, A.B. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sumarni, 2013. Gambaran Induksi Persalinan dan Out Come Di RsuMuhammadiyah Sumatera Utara. Sumaetera Utara:http//:repository.usu.ac.id (diakses tanggal 13 Februari 2017)
Widyasari, D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny “M” G1P0A0Umur 20 Tahun Dengan Induksi Pada Kehamilan Serotinus DiRSUD DR. Moewardi. Surakarta.http//:digilib.stikeskusumahusada.ac.id (diakses tanggal 13Februari 2017).
Winjosastro.2011. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP.SP
56
MASTER TABEL PENELITIAN
NO NAMAINDUKSI PERSALINAN
INERSIA UTERI SEROTINUS KPD IUFD
1 Ny Nn √
2 Ny Rs √
3 Ny Lk √
4 Ny Hn √
5 Ny Mt √
6 Ny Vn √
7 Ny Kk √
8 Ny. Ln √
9 Ny.Sk √
10 Ny.Dm √
11 Ny.Sn √
12 Ny.An √
13 Ny.Wt √
14 Ny.Ar √
15 Ny.Nv √
16 Ny.Rr √
17 Ny.Rm √
18 Ny.Vt √
19 Ny.Id √
20 Ny.Yn √
21 Ny.Ll √
22 Ny.Ir √
23 Ny.Yn √
24 Ny Mr √
24 Ny Nr √
26 Ny Yt √
27 Ny Si √
28 Ny R √
29 Ny B √
30 Ny Dn √
31 Ny Vt √
32 Ny Rn √
33 Ny Rr √
57
34 Ny Cn √
35 Ny Ys √
36 Ny Bn √
37 Ny Tn √
38 Ny Wn √
39 Ny Rs √
40 Ny Z √
41 Ny Nt √
42 Ny Bt √
43 Ny Rn √
44 Ny As √
45 Ny An √
46 Ny Bt √
47 Ny Rf √
48 Ny DS √
49 Ny Kl √
50 Ny Ln √
51 Ny Gn √
52 Ny Rt √
53 Ny Xt √
54 Ny Hd √
55 Ny Kn √
56 Ny Yn √
57 Ny Nn √
58 Ny Rs √
59 Ny Lk √
60 Ny Hn √
61 Ny Mt √
62 Ny Vn √
63 Ny Kk √
64 Ny. St √
65 Ny.Rk √
66 Ny.An √
67 Ny.Wn √
68 Ny.La √ 30
69 Ny.Tk √
70 Ny.Pt √
58
71 Ny.St √
72 Ny.Ay √
73 Ny.Vn √
74 Ny.Kn √ 20
75 Ny.Sr √
76 Ny.Ls √
77 Ny.Wn √
78 Ny.Tn √
79 Ny.Ay √
80 Ny.Is √
81 Ny.Id √
82 Ny.Ab √
83 Ny.An √
84 Ny.St √
85 Ny.Md √
86 Ny.Rs √
87 Ny.Ft √
88 Ny.Af √
89 Ny.Al √
90 Ny.Rk √
91 Ny Mr √
92 Ny Nr √
93 Ny Yt √
94 Ny Si √
95 Ny R √
96 Ny B √
97 Ny Dn √
98 Ny Vt √
99 Ny Rn √
100 Ny Rr √
101 Ny Cn √
102 Ny Ys √
103 Ny Bn √
104 Ny Tn √
105 Ny Wn √
106 Ny Rs √
107 Ny Z √
59
108 Ny Nt √
109 Ny Bt √
110 Ny Rn √
111 Ny As √
112 Ny An √
113 Ny Bt √
114 Ny Rf √
115 Ny DS √
116 Ny Kl √
117 Ny Ln √
118 Ny Gn √
119 Ny Rt √
120 Ny Xt √
121 Ny Hd √
122 Ny Kn √
123 Ny Yn √
124 Ny Nn √
125 Ny Rs √
126 Ny Lk √
127 Ny Hn √
128 Ny Mt √
129 Ny Vn √
130 Ny Kk √
131 Ny. Ln √
132 Ny.Sk √
133 Ny.Dm √
134 Ny.Sn √
135 Ny.An √
136 Ny.Wt √
137 Ny.Ar √
138 Ny.Nv √
139 Ny.Rr √
140 Ny.Rm √
141 Ny.Vt √
142 Ny.Id √
143 Ny.Yn √
144 Ny.Ll √
60
145 Ny.Ir √
146 Ny.Yn √
147 Ny. St √
148 Ny.Ay √
149 Ny.Ln √
150 Ny.Rt √
151 Ny.Fr √
152 Ny.Dt √
153 Ny.Ss √
154 Ny.Rd √
155 Ny.At √
156 Ny.Ly √
157 Ny.Kt √
158 Ny.Fr √
159 Ny.Hr √
160 Ny.Ij √
161 Ny.Ik √
162 Ny Z √
163 Ny Nt √
164 Ny Bt √
165 Ny Rn √
166 Ny As √
167 Ny An √
168 Ny Bt √
169 Ny Rf √
170 Ny DS √
171 Ny Kl √
172 Ny Ln √
173 Ny Gn V174 Ny Rt √
175 Ny Xt √
176 Ny.Zy √
177 Ny.Yl √
178 Ny.Jk √
179 Ny.Pn √
180 Ny.Rt V181 Ny.Tk √
61
182 Ny.Pt √
183 Ny.St √
184 Ny.Ay √
185 Ny.Vn V186 Ny.Kn √
187 Ny.Sr √
188 Ny.Ls √
189 Ny.Wn √
190 Ny.Tn √
191 Ny.Ay √
192 Ny.Ir √
193 Ny.St √
62
63
64
65