42
Emboli Paru Satria Utomo 1110070100160

Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gagag

Citation preview

  • Emboli Paru

    Satria Utomo 1110070100160

  • BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangEmboli paru mempunyai insiden 20-25 per 100.000 pasien yang dirawat di rumah sakit. Meskipun angka yang fatal (sesuai dengan hasil pemeriksaan autopsi) telah menurun dari 6% menjadi 2% selama seperempat abad terakhir, emboli paru masih menyebabkan kira-kira 200.000 kematian per tahun di Amerika Serikat.

  • Di Amerika Serikat, insiden DVT 159/100.000 penduduk atau 398.000 kasus per tahun, insiden emboli paru 139/100.000 penduduk atau 347.000 kasus per tahun, dan angka mortalitasnya 94/100.000 atau 235.000 kasus per tahun.

  • 1.2. TujuanUmum:Mengetahui apa itu emboli paru.Khusus:Mengetahui faktor penyebab emboli paru.Mengetahui patofisiologi emboli paru.Mengetahui gejala dan cara mendiagnosa emboli paru.Mengetahui cara penatalaksanaan dan pencegahan emboli paru.

  • 1.3. Manfaat Bagi penulisBagi mahasiswa dan petugas medis

  • BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN2.1. Paru-Paru 2.1.1. Anatomi Paru dan Pembuluh Darah Paru

  • 2.1.2. Fisiologi ParuTerdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi:Tekanan atmosfer (barometrik).Tekanan intra-alveolusTekanan intrapleura.

  • 2.2. Emboli Paru 2.2.1. Definisi Emboli paru merupakan keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau total sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabang akibat tersangkutnya emboli-trombus atau emboli yang lain.

  • 2.2.2. Etiologi TromboemboliEmboli lemak Emboli gasEmboli amnion Tromboemboli sistemik

  • 2.2.3. Patogenesis

  • 2.2.4. Patofisiologi

  • 2.2.5. Gejala klinisDispnea 77%Nyeri dada 63%Hemoptisis 23%Perubahan keadaan mental 14%

  • 2.2.6. Diagnosis Anamnesa Pemeriksaan FisikPemeriksaan penunjang

  • 2.2.7. Penatalaksanaan Antikoagulan heparin merupakan obat pilihan pertama pada trombosis vena karena kerjanya cepat. Heparin mempunyai daya untuk mencegah perluasan trombus, termasuk mencegah terjadinya embolus paru yang berasal dari trombus. Heparin diberikan dengan dosis 100-200 ml/kgBB tiap 4-6 jam tergantung masa protrombin atau masa pembekuan

  • Antikoagulan oral seperti warfarin atau asenokumarol diberikan sebagai lanjutan sesudah pemberian heparin 10-14 hari dan diberikan bersamaan dengan heparin selama 2-3 hari.

  • 2.2.8. Komplikasi Kematian yang mendadak .2.2.9. Prognosis Angka kematian mencapai 10-15%.

  • BAB IIIPEMBAHASAN3.1. KasusSeorang wanita umur 45 tahun, berat badan 75 kg, tinggi badan 145 cm, masuk RS dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk dan sering mengeluh pusing dengan onset relatif akut. Pada pemeriksaan angiografi pulmonal ditemukan tanda-tanda emboli paru.

  • 3.2. Status PasienIdentitas PasienNama: Susi margarethaUsia: 45 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Papcy residence blok AA8Status: MenikahPekerjaan : Pegawai negri sipilPendidikan : S1Agama : IslamSuku: Batak

  • Anamnesa Keluhan utama: Sesak napas yang terjadi sejak 3 hari yang lalu.Riwayat penyakit sekarang:Sesak napas sejak 3 hari yang lalu.Mengeluh nyeri dada sejak 1 hari yang lalu.Batuk yang terjadi 1 hari yang lalu.Kepala terasa pusing sejak kemarin siang.

  • Riwayat penyakit dahulu:Pernah melakukan secsio caesar atas indikasi panggul sempit sebanyak 2 kali.Riwayat penyakit keluarga:tidak ada anggota keluarga yang mengeluh sesak napas dan batuk.Riwayat psikososial:Pasien tinggal bersama anak dan suami.

  • Pemeriksaan Fisik:Keadaan UmumStatus generalisataKeadaan sakit: sakit sedang.Kesadaran/GCS: compos mentis/E4V5M6.

  • Pemeriksaan vital signTekanan darah : 140/80 mmHg.Nadi : 104 kali per menit.Pernapasan : 32 kali per menit.Suhu : 37CBerat Badan: 75 kgTinggi Badan: 145 cmIMT = 75/(1,45)2IMT = 75/2,1IMT = 35,71obesitas

  • Status LokalisKepala:Ekspresi wajah: normalBentuk dan ukuran: normalRambut: normalUdema: (-)Nyeri tekan kepala: (-)

  • Mata: Konjungtiva: AnemisSklera: NormalPupil: NormalVisus: Terganggu

  • Hidung:Lubang hidung: NormalPosisi septum nasi: NormalMulut: Keadaan bibir: PucatKeadaan gigi geligi: Normal

  • Leher:Kelenjer getah bening: NormalJugular vena pressure: NormalDeviasi trakea: (-)

  • ThorakParu:Inspeksi:Bentuk: asimetrisPergerakan dinding dada: asimetrisFrekuensi pernapasan: 32 kali per menit

  • Palpasi:Pergerakan dinding dada: asimetrisNyeri dada: adaFremitus raba: berkurangPerkusi:Sonor Nyeri ketok

  • AuskultasiSuara napas vesikular: tidak terdengarSuara tambahan ronki basah: adaSuara tambahan whezing: ada

  • Jantung Inspeksi dan palpasi:Pulsasi: NormalIktus cordis: TerabaPerkusiBatas jantung: Normal

  • Auskultasi:Bunyi jantung 1: LupBunyi jantung 2: DupBising/ murmur: AdaAbdomen:Inspeksi: NormalPalpasi: NormalPerkusi: NormalAuskultasi: Normal

  • Genitalia Inspeksi: NormalPalpasi: normalPerkusi: normalEkstermitas Superior: NormalInferior: Normal

  • Pemeriksaan Penunjang:Elektrokardiogram: Normal.Rotgen thorak: Terdapat gambaran penyebukan (bayangan opaq) pada paru kiri bawah pasien.

  • Anggiografi: Terlihat adanya gambaran pembuluh darah yang terputus pada cabang pembuluh darah vena pulmonal, dan gambaran ekor tikus.Analisa gas darah: Pco2 yang meningkat dan P02 yang menurun yang disertai perubahan pH menjadi asidosis

  • Diagnosis: Emboli paruPenatalaksanaan:

  • BAB IVPENUTUP4.1. Kesimpulan Emboli paru merupakan keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau total sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabang akibat tersangkutnya emboli-trombus atau emboli yang lain. Yang mana pada keadaan tersebut dapat menyebabkan infark paru sehingga sistem perfusi oksigen untuk seluruh organ tubuh akan mengalami gangguan yang dapat berujung pada kematian.

  • Mendiagnosis emboli paru tergantung pada kondisi klinis dan faktor penyebabnya yang ditimbulkan. Penatalaksanaan yang cepat untuk emboli paru akibat tromboemboli setidaknya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien karena pasien dengan tromboemboli kemungkinan untuk kambuh besar, dan penanganan untuk emboli akibat ketuban, udara sulit karena biasanya dalam beberapa saat saja pasien dapat jatuh dalam kondisi yang sangat buruk.

  • 4.2. Saran

    Saran yang dapat saya berikan bagi petugas medis adalah bahwa mendiagnosis dan penanganan segera untuk kasus emboli paru dapat mencegah agar tidak jatuh pada kondisi yang buruk.

  • Dan cara yang paling baik untuk mencegah emboli paru adalah menjauhi faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan embolus dan melakukan setiap penanganan medis secara hati2 karena apabila dalam penanganan medis seperti secsio caesar/ partus normal yang tidak sesuai dengan standar maka dapat meningkatkan resiko terjadi emboli yang besar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Kumar V, Ramzi S. 2007. Robbin Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit buku EGCSjamsuhidayat R, Jong WD. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi III. Jakarta: Penerbit buku EGC Robbins SL, Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi II edisi 4. Jakarta: Penerbit buku EGCSnell SR. 2012.Anatomi Klinis berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit buku EGCSherwood L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit buku EGCSudoyo AW, Setiyohadi B. 2010. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 3 edisi V. Jakarta Pusar: Penerbit buku Interna publishing

  • Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistemik volume 1 edisi 2. Jakarta: Penerbit buku EGCSjamsuhidayat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu badah edisi Revisi. Jakarta: Penerbit buku EGCSabiston DC. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku EGCIsselbacker KJ. 2000.Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit buku EGCKumar V, Ramzis. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7. Jakarta; Penerbit buku EGC

  • Terima kasih

    *