29
karya tulis ilmiah Senin, 19 Desember 2011 HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORNG TUA ANAK YANG MENDAPAT TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS DI RSUD PARIAMAN ABSTRAK Judul : Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Yang Mendapatkan Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di Bangsal Anak RSUD Pariaman Penulis : Agung Hari Saputro NIM : 2008489 Pembimbing : Ns. Yalinda, S, Kep Secara umum respon yang muncul dari orang tua terhadap penyakit anaknya yang dirawat dengan reaksi luar biasa, seperti tidak percaya, marah, merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi. Dengan demikian untuk mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus) perlu adanya pemberian informed consent . Dari survey awal yang penulis lakukan di bangsal anak RSUD Pariaman beberapa orang tua anak masih ada yang tidak berhasil melakukan koping terhadap masalah yang dihadapinya dan juga pemberian informed consent yang tidak adekuat terhadap anaknya yang dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus) sehingga menimbulkan gangguan kecemasan. Berdasarkan hal tersebut, penulis trtarik untuk meneliti lebih

Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

metlit

Citation preview

karya tulis ilmiahSenin, 19 Desember 2011HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORNG TUA ANAK YANG MENDAPAT TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS DI RSUD PARIAMAN

ABSTRAK

Judul: Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Yang Mendapatkan Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di Bangsal Anak RSUD PariamanPenulis:Agung Hari SaputroNIM: 2008489Pembimbing:Ns. Yalinda, S, Kep

Secara umum respon yang muncul dari orang tua terhadap penyakit anaknya yang dirawat denganreaksi luar biasa, seperti tidakpercaya, marah, merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi.Dengan demikian untuk mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus) perlu adanya pemberian informed consent . Dari survey awal yang penulis lakukan di bangsal anak RSUD Pariaman beberapa orang tua anak masih ada yang tidak berhasil melakukan koping terhadap masalah yang dihadapinya dan juga pemberian informed consent yang tidak adekuat terhadap anaknya yang dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus) sehingga menimbulkan gangguan kecemasan. Berdasarkan hal tersebut, penulis trtarik untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus) di bangsal anak RSUD Pariaman.Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antarapetugas medis dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.Kecemasan merupakan proses individu terhadap respon yang tidak menyenangkan, yangdialami dalam kehidupan sehari harinya.Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Juni s/d 26 Juli 2011. Populasi dalam penelitian inmi berjumlah 30 orang dan sekaligus dijadikan sampel. Pengolahan data diproses secara manual denagn analisa uji Chi Square.Hasil penelitian univariat sebagian besar responden (70%) mendapatkan informed consent yang kurang baik. Hampir dari separo responden (46.66%) mengalami kecemasan sedang. Pada analisa bivariat didapat X2hitung = 10.31(X2 tabel= 5.991) sehingga didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus) di bangsal anak RSUD Pariaman.Diharapkan pada responden untuk dapat menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan yang ada di ruangan, dan bagi petugas ruangan untuk memberi informed consent dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Umtuk peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan pada orang tua yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya juga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak yang Mendapat Tindakan Invasif ( Pemasangan Infus ) Di Bangsal Anak RSUD Pariaman.Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk menyelesaikan Pendidikan D III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :aIbu Nilma Sari. A.Kep.A, M.Kes selaku direktris Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah memberi bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiahini.bIbu Ns. Yalinda. S.Kep selaku pembimbing dalam pembuatanKarya Tulis IlmiahinicIbu Dewi Murni, SPd, S.Kep selaku penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk penulisdIbuSyafridawati.SSt, M. Siselaku penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk penuliseBapak Direktur RSUD Pariaman beserta staf yang telah memberikan data izin pengambilan data awal untuk pembuatanKarya Tulis Ilmiahini.fYang teristimewa Pakdhe dan Budhe yang telah memberi motivasi dan semangat, berupa materi maupun moril selama ini.gAyahanda dan Ibunda yang tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangat selama ini.hPada Kakak dan Adik yang tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangatselama penyusunanKarya Tulis Ilmiahini.iPada teman teman senasib seperjuangan Akper Pemda Kab. Padang Pariaman Angkatan IX, yang telah memberi dukungan dan semangat selama penyusunanKarya Tulis Ilmiahini.Semoga bimbingan dan dorongan yang telah diberikan pada penulis memperoleh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Pariaman,30September 2011

Agung Hari Saputro

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................iPERNYATAAN PENGUJI..................................................................................iiKATAPENGANTAR .........................................................................................iiiDAFTAR ISI.......................................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viiBAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1ALatar Belakang ........................................................................................1BRumusan Masalah ...................................................................................8CTujuan Penelitian ....................................................................................8DManfaat Penelitian ..................................................................................9BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................10AInformed Consent...................................................................................10BKecemasan............................................................................................17CKerangka Konseptual ..............................................................................24DDefinisi Operasional ...............................................................................25EHipotesa.................................................................................................. 26BAB III. METODE PENIAN.......................................................................27ADesain Peneliti.........................................................................................27BTempat dan Waktu Penelitian ................................................................27CPopulasi dan Sampel ............................................................................... 27DInstrumen Penelitian ............................................................................. 28ETeknik Pengolahan Data ........................................................................28FAnalisa Data ...........................................................................................29BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA.Gambaran Umum Penelitian........32B.Hasil Penelitian .........34C.Pembahasan .......37BAB V. PENUTUPA. Kesimpulan......44B. Saran ...44DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1Data pasien anak yang dirawat di Bangsal Anak RSUD Pariaman Bulan Januari s/d Desember 2010...................................................6

Tabel 2Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011........................................... 33

Tabel 3Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Umur Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011..........................................................34

Tabel 4Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011............................................34

Tabel 5Distribusi Frekwensi Responden Menurut Pemberian Informed Consent Kepada Orang Tua Anak Yang Mendapat Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011...............................................................................................35

Tabel 6Distribusi Frekwensi Responden Menurut Tingkat Kecemasan Kepada Orang Tua Anak Yang Mendapat Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011...............................................................................................35

Tabel 7Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Yang Mendapat Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di Bangsal Anak RSUD Pariaman 2011......36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi- kisi kuisionerLampiran 2: Kuisioner penelitianLampiran 3: Surat balasan pengambilan data awalLampiran 4: Surat Permohonan RespondenLampiran 5: Format persetujuanLampiran 5: Lembaran Konsul

BAB IPENDAHULUAN

ALatar BelakangKeperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian jntegral dan pelayanankesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya,1983).Tujuan proses keperawatan tersebut secara umum adalah menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan secara umum dalam proses keperawatan terhadap beberapa tujuan khusus sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2004).Dalam memberikan proses asuhan keperawatan dilaksanakan oleh perawat. Dalam menunaikan tugas dan kewajibannya perawat senantiasa berusaha denan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh berbagai macam pertimbangan seperti suku,agama,jenis kelamin dan lain-lain (Nila Ismani, 2001).Tugas perawat adalah memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. Informasi yang diberikan tersebut harus menggunakan informasi yang efektif dan jelas.Peran perawat berada dalam pekerjaan dimana komunikasi interpersonal merupakan inti pekerjaan. Semua tugas kepeawatan berkisar pada kebutuhan bagi perawat untuk menjadi komunikator yang efektif misalnya dalam berkomonikasi dengan orang tua yanganaknya mendapat tindakan invasif. Tindakan invasif merupakansuatu tindakan medis keperawatan berupa memasukkan atau melukai jaringan yang dimasukkan melalui organ tubuh tertentu (Hinah Leff, 1999). Informasi yang diberikan perawat tersebut merupakan salah satu hak pasien.Pada dasarnya setiap pasien mempunyai hak. Hak-hak pasien antara lain : berhak atas pelayanan yang manusiawi, memperoleh asuhan keperawatan yang bermutu baik, pasien berhak memilih dokternya, pasien berhak meminta dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan dokter yang lain, berhak atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya, mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab sendiri, pasien pun berhakmenolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya.Selain mendapatkan pengobatan dan perawatan di rumah sakit, pasien pun berhak mengajukan keluhan-keluhan dan memperoleh tanggapan, meminta tidak diinformasikan tentang penyakitnya (hak waler), mendapatkan informasi tentang penyakit yang dideritanya, tindakan medik apa yang hendak dilakukan kemungkinan penyulit sebagai akibat dari tindakan tersebut, alternatif terapi lainnya, perkiraan biaya pengobatan dan prognosis. (Hanafiah,1999)Dalam memberikan informasi kepada pasien, kadang kala agak sulit menentukan informasi mana yang harus diberikan, karena sangat bergantung pada usia, pendidikan, dan mentalnya. Namun dapat dipedomani hal-hal seperti berikut : informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti, informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti, pasien harus dapat memperoleh informasi tentang penyakitnya, tindakan yang akan diambil, kemungkinan terjadi komplikasi dan resikonya, untuk anak-anak maka informasi yang akan diberikan kepada orang tuanya.Secara umum respon yang muncul dari orang tua terhadap penyakit anaknya yang dirawat denganreaksi luar biasa, seperti tidak percaya, marah, merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi. Perasaan takut, cemas dan frustasi sehubungan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur tindakan pengobatan dan perawatan. Perasaan cemas seringkali berhubungan dengan kekurangan informasi tentang prosedur tindakan pengobatan dan perawatan, ketidaktahuan aturan dan kebijakan Rumah Sakit (Whaley and Wong,1999). Selain dari kurangnya informasi yang didapatkan dari perawat, kecemasan juga dapat disebabkan oleh kondisi fisik orang tua anak, dukungan sosial dari anggota keluarga yang lain dan ketersediaan dana untuk mengobati anak yang sakit.Informasi mengenai diagnosa dan prognosa merupakan hak dokter, tapi penting agar perawat yang bertugas dapat mengetahui isi dan pembicaraan terutama dalam melakukan tindakan, sehingga ia dapat menjelaskan dan seringkali menyederhanakan istilah yang digunakan. Dalam keadaan darurat orang tua sering dalam keadaan syock dan gagal untuk mengerti apa yang dikatakan pada dirinya. Pada keadaan inilah perawat dapat mengambil alih dan memberikan penjelasan yang tepat dan sederhana (Sacharin RM,1996).Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Mekanisme koping termasuk proses psikologis yang merupakan perlindungan sementara individu dan kecemasan atau untuk menghilangkan stress. Hal ini normal dan sehat. Mereka akan tidak normal ketika tidak berhasil melakukan koping terhadap masalah yanag dihadapi (Whaley and Wong, 1996).Dengan demikian untuk mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya dilakukan tindakan invasif, perlu adanya pemberian informasi. Masih ada orang tua yang tidak berhasil melakukan koping terhadap masalah yang dihadapinya dan juga pemberian informasi yang tidak adekuat pada orang tua yang anaknya dilakukan tindakan invasif sehingga menimbulkan gangguan kecemasan.Adekuatnya informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam menyampaikan pesan melalui komunikasiterapeutik, pengetahuan dan pemahaman dasar tentang penyakit. Dalam melaksanakan tindakan invasif hal-hal yang perlu diinformasikan adalah alasan dilakukan tindakan tersebut, manfaat atau kegunaannya, langkah-langkah yang akan dilakukan, persiapan yang dibutuhkan, dan cara perawatan setelah pemasangan alat tersebut, sehingga akan meningkatkan kerja sama perawat dan orang tua yang pada gilirannya diharapkan akan menurunkan tingkat kecemasan oran tua (Whaley and Wong, 1996).Hasil utama yang diperoleh dari penelitian bahwa kecemasan pada orang tua yang anaknya menjalani perawatan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi secara umum mengalami kecemasan berat 11 responden 37% dan sebagian mengalami kecemasan ringan 15 responden ( 50%).Kesimpulan dari peneltian tersebut bahwa kecemasan orang tua yang anaknya dirawat diruang anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi secara umum mengalami cemas berat. Diantaranya saran yang perlu yaitu meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan kompleks yang mencakup dari berbagai segi, mencitakan rumah sakit sebagai lingkungan yang nyaman dan aman baik bagi keluarga maupun anak yang dirawat, menyarankan bentuk koping yang sesuai dan bisa diterima oleh keluarga seperti memberikan informasi yang adekuat tentang segala tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya, terutama tindakn invasive, seperti pemasangan infus misalnya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patmimi di IRNA D RSUP Dr. M. Djamil Padang, tahun 2005, dapat dilihat dari 20 orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus), 10 diantaranya memiliki kecemasan tingkat sedang, 7 orang memiliki kecemasan berat, dan 3 orang memiliki kecemasan ringan.Berdasarkan survey awal pada Desember tahun 2010 yang telah penulis lihat bahwa di Bangsal Anak RSUD Pariaman dengan rata-rata pasien yaitu 40anak/bulan. Perawat ruangan mengatakan bahwa setiap anak yang dirawat inap di bangsal anak RSUD Pariaman selalu mendapat tindakan invasif (pemasangan infus).Untuk mengetahui lebih lanjut tentang jumlah pasien anak yang menjalani perawatan setiap bulannya di bangsal Anak RSUD Pariaman dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut :Tabel. 1Data pasien anak yang dirawat di Bangsal Anak RSUDPariaman Bulan Januari s/d Desember 2010NoBulanJumlah

123456789101112JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember624255505842556561759089

Sumber : Data Medical Register RSUD Pariaman 2010

Selain itu, observasi dan wawancara juga dilakukan oleh peneliti pada 7 orang tua yang sedang menunggu anaknya dirawat di Bangsal Anak RSUD Pariaman pada tanggal 26 Februari 2011 dengan pertanyaan yang sama yaitu tentang pemberian informasi apa saja yang diberikan perawat pada saat anaknya dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus). Didapatkan data dari 3 orang tua anak mengatakan bahwa mereka tidak diberi tahu tentang langkah- langkah yang akan dilakukan pada saat pemasangan infus, persiapan apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara perawatan setelah pemasangan infus tersebut.Kemudian 4 orang tua anak lagi mengatakan tidak diberi tahu tentang apa saja persiapan yang akan dibutuhkan pada saat pemasangan infus, dan bagaimana cara perawatannya oleh perawat ruangan. Selain itu, orang tua anak juga mengatakan cemas melihat kondisi anaknya yang telah dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus). Pada umumnya mereka cemas karena takut bilamana infus yang terpasang terlalu lama pada anaknya akan mengakibatkan infeksi, orang tua anak tidak tahu bagaimana cara perawatannya bila terjadi bengkak atau infus yang macet. Orang tua terlebih cemas karena melihat respon anaknya yang sering menangis setelah pemasangan infus, dan infus yang sering macet akibat dari darah yang membeku pada selang infus. Sehingga orang tua sering cemas apakah hal tersebut wajar atau telah terjadi komplikasi pada anaknya tersebut.Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif di Bangsal AnakRSUD Pariaman.BRumusan MasalahBerdasarkan latar belakang dari masalah di atas maka perumusanmasalah penelitian apakah terdapat hubungan antara pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus) di Bangsal Anak RSUD Pariaman.CTujuan Penelitian1.Tujuan UmumSecara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak yang Mendapat Tindakan Invasif (Pemasangan Infus).2.Tujuan Khususa.Diketahuinya pemberian informed consent kepada orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus).b.Diketahuinyatingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua anak yang dirawat dengan tindakan invasif (pemasangan infus).c.Diketahuinya hubungan antara pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus).

DManfaat Penelitian1.Bagi PenelitiSebagai pengembangan kemampuan peneliti sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yangtelah didapat di bangku perkuliahan dan menambah wawasan bagi peneliti dalam hal penelitian ilmiah.2.Bagi institusi pendidikanSebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar khususnya keperawatan anak.3.Bagi orang tuaTerjalin hubungan yang baik antara perawat dengan keluarga sehingga keluarga/orang tua pasien mendapatkan pelayanan terbaik.4.Bagi institusi pelayanan kesehatan (RS)Sebagai masukan bagi petugas keshatan khususnya perawat di Bangsal Anak RSUD Pariaman agar meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak.5.Bagi peneliti selanjutnyaSebagai dasar dan data pendukung bagi peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang kecemasan pada orang tua anak, yang anakya mendapat tindakan invasif (pemasangan infus).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

AInformed Consent1.Pengertian Informed ConsentInformed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.Menurut D.Veronika Komalawati, SH , informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.2.Unsur Informed ConsentInformed Consent mempunyai tiga elemen yaitu :1)Threshold elementsElemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yangreasonableberdasarkan alasan yangreasonable).Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.2)Information elementsTerdiri dari dua bagian yaitu,disclosure(pengungkapan) danunderstanding(pemahaman). Elemen ini berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3 standar, yaitu :oStandar Praktik ProfesiBahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria keadekuataninformasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalamkomunitas tenga medis. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwakebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan nilai-nilai sosialsetempat, misalnya resiko yang tidak bermakna (menurut medis)tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosialpasien.oStandar SubyektifBahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.oStandar padareasonable personStandar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.3)Consent elementsElemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,voluntariness(kesukarelaan, kebebasan) danauthorization(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya.Consent dapat diberikan dengan cara :a)Dinyatakan (expressed)oDinyatakan secara lisanoDinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabiladibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatifharus memperoleh persetujuan tertulis.b)Tidak dinyatakan (implied)Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari. Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya.3.Proxy ConsentAdalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.4.Konteks dan Informed ConsentDoktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :aKeadaan darurat medisbAncaman terhadap kesehatan masyarakatcPelepasan hak memberikan consent (waiver)dClinical privilege(penggunaanclinical privilegehanya dapat dilakukanpada pasien yang melepaskan haknya memberikanconsent.ePasien yang tidak kompeten dalam memberikanconsent.5.Hal hal yang mempengaruhi proses informed consentaBagi pasienoBahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknisoPerilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian,atau tidak ada waktu untuk tanya jawab.oPasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidakmampu mencerna informasioPasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.bBagi petugas kesehatanoPasien tidak mau diberitahu.oPasien tak mampu memahami.oResiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.oSituasi gawat darurat atau waktu yang sempit.

6.Kualitas InformasiKualitas informasi sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman seseorang mengolah stimulus menjadi informasi. Burch (1986:5) mengatakan bahwa sebuah informasi yang berkualitas sangat ditentukan oleh kecermatan (accuracy), tepat waktu (timeliness) dan relevansinya (relevancy). Keakuratan informasi adalah bila informasi tersebut terbebas dari bias. Informasi dikatakan tepat waktu bila dihasilkan pada saat diperlukan. Adapun relevansi suatu informasi berhubungan dengan kepentingan pengambilan keputusan yang telah direncanakan.Informasi yang tidak adekuat sering menimbulkan masalah dalam menginterpretasikan perawatan klien di Rumah Sakit seperti kecemasan pada orang tua menolak dilakukan tindakan medik atau tindakan keperawatan invasif seperti pemasangan infus.Adekuatnya informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam menyampaikan pesan melalui komunikasi terapeutik, pengetahuan dan pemahaman dasar tentang penyakit. Dalam melaksanakan tindakan invasif hal-hal yang perlu diinformasikan kepada orang tua adalah:aAlasan dilakukan tindakan tersebut.bManfaat atau kegunaannya.cLangkah-langkah yang akan dilakukan.dPersiapan yang akan dibutuhkan.eCara perawatan setelah pemasangan alat tersebut.Dengan telah dijelaskannya kegunaan dari pemasangan alat tersebut oleh perawat diharapkan akan meningkatkan kerja sama perawat dan orang tua yang pada gilirannya diharapkan akanmenurunkan tingkat kecemasan orang tua(Setiawan,1992,Sachari, 1996, Whaley and Wongs, 1999)Penerimaan informasi bagi seseorang dipengaruhi oleh :1.Tingkat pendidikanSemakin tinggi pendidikan orang tua akan semakin luas wawasan pengetahuan dan akan semakin mudah untuk menerimadan mengangkat informasi yang disampaikan. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi, penerimaan informasi oleh petugas kesehatan serta menentukan penilaian objektif dan kognitif terhadap pengalaman prioritas yang lain (Andrew, MC. Ghie, 1999).2.PengalamanPengalaman adalah sesuatu yang telah dihayati (Purwardaminta, 1991). Pengalama baik bersifat efektif dan kognitif akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan terhadap kehidupannya, pengalaman juga dapat terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengethuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Andrew, MC. Ghie, 1999).3Nilai sosial dan budayaNilai sosial adalah segala sesuatu yang mendasari perilaku seseorang yang ditinjau dari segi nilai-nilai, kemanusiaan pengaruh dari individulain dan sebagainya. Sistem nilaiyang dianut oleh sesorang akan dapat mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. Dalam pembangunan kesehatan, aspek tingkah laku yang didasari oleh faktor sosial budaya perlu mendapat perhatian, karena umumnya program kesehatan lebih berhasil apabila intensitas tingkah laku sosial budaya individu ataupun masyarakat tidak begitu kuat (Azrul Azwar, 1996).BKecemasan1. Pengertian KecemasanKecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, dan dialamioleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari(Suliswati, 2005:108).Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian terhadap diri sendiri di dalam lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi(Sundari, 2005:50). Selanjutnya Stuart and Sundeen (1998:175) mengatakan kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian suatu yang berbahaya untuk mempertahankan hidup.2. Faktor predisposisiKecemasan suatu keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan, secara umum dapat dikategorikan dua ancaman bear yang dapat menimbulkan kecemasan:aAncaman terhadap integritas sesorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurutnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.bAncaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi social yang terintegrasi pada seseorang (Stuart,1998:181).cRentang Respon CemasRespon adaptifRespon maladaptif

AntisipasiRinganSedangBeratPanik3. Tingkat kecemasanGail.W.Stuart dan Sandra J..Sundeen membagi atas 4 tingkatan yaitu:a.Kecemasan RinganKecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dan peristiwa sehari-hari individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas

1.Respon Fisiologisa)Sesekali nafas pendekb)Nadi dan tekanan darah naikc)Gejala ringan pada lambungd)Muka berkerut dan bibir bergetar2.Respon Kognitifb)Lapangan persepsi meluasc)Mampu menerima rangsangan yang komplekd)Konsentrasi pada masalahe)Menyelesaikan masalah secara efektif3.Respon Perlaku dan Emosia)Tidak dapat duduk tenangb)Tremor halus pada tanganc)Suara kadang kadang meninggiKriteria gambaran respon terhadap tingkat kecemasan ringan(Juall,1998:138).a)Meningkatnya konsentrasi dan perhatian,waspada.b)Mampu menghadapi situasi yang bermasalahc)Dapat meningkatkan pengalaman masa lalu,saat ini dan masa yang akan datang.d)Menggunakan pembelajaran dapat menvalidasi secara konsektual,mmenyusun makna ingin tahu,mengulangi pertanyaan.e)Kurang tidurb.Kecemasan SedangKecemasan sedang memungkinkan sesorang memusatkan pada hal yang penting dan menyampingkan hal lain,sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu lebih terarah.1.Respon Fisiologisa)Sering nafas pendek.b)Nadi dan tekanan darah naikc)Mulut kering.d)Anoreksia.e)Diare/konstipasi.f)Gelisah.2.Respon Kognitifa)Lapangan terhadap sesuatu sempit.b)Tidak mampu menyelesaikan masalah3.Respon Perilaku dan Emosia)Perasaan ancaman meningkatb)Verbalisai meningkatKriteria gambaran respon kecemasan sedang (Juall,1998:138).a)Persepsi terhadap sesuatu sempit.b)Kesulitan berkonsentrasi.c)Mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu.d)Pandangan pengalaman saat ini dikaitkan dengan masa lalu.c.Kecemasan BeratKecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.1.Respon Fisiologia)Nafas pendekb)Rasa tercekik dan palplasic)Sakit dadad)Pucate)Hipotensif)Koordinasi motorik rendah2.Respon Kognitifa)Persepsi sangat menurunb)Tidak mampu berkonsenttrasi3.Respon Emosi Perilakua)Tidak mengerti terhadap situasib)Susah diajak berkomunikasic)Berperilaku bingungKriteria gambaran respon kecemasan berat(Juall,1998:138)a)Persepsi sangat menurun,fokus pada detail-detail yang terpisah,tidak dapat lebih memperhatikan meskipun diberi instruksi.b)Pembelajaran sangat terganggu,sangat kebingungan tidak mampu berkonsentrasi.c)Pandangan pengalaman sangat terkait pada masa lalu,hampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini.d)Penurunan fungsi kesulitan untuk dan berkomunikasi.e)Hipertensi,takikardi,skit kepala,mual dan pusing.d.Kecemasan PanikPerasaan panik berhubungan dengan terperangah,ketakutan dan teror,kemampuan memfokuskan terpecah, karena mengalami kehilngan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisai kepribadian.1.Respon Fisiologia)Dispneab)Palpilasic)Pusingd)Gemetar2.Respon Kognitifa)Lapangan persepsib)Tidak dapat berpikir logis3.Respon Emosi dan Perilakua)Agitasi,mengamuk dan marahb)Ketakutan dan berteriak-teriakc)Kehilangan kendali atau kontrol diriKriteria gambaran kecemasan tingkat panik(Carpenito,1998:138).a)Penyimpangan persepsib)Tidak mampu belajarc)Tidak mampu mengintergrasi pengalaman dan pengorganisasian, tidak dapat berfokus saat ini, tidak dapat melihat situasi, dan tidak dapat mengungkapkan apa yang dipikir.d)Tidak dapat berfungsi dan berkomunikasi tidak dapat dipahamie)Perasaan terancam pingsan, pusing, gemetar dan berkeringat.CKerangka KonseptualAnak merupakan anugerah Tuhan YME yang paling berharga dan perlu dijaga. Jika anak mengalami suatu masalah kesehatan sehingga perlu dirawat. Hal ini dapat menimbulkan perasaan cemas pada orang tua anak. Kecemasan orang tua tersebut dapat disebabkan oleh dilakakukannya tindakan invasif pada anak seperti, pemasangan infus. Dengan demikian untuk mengurangi kecemasan orang tua perlu adanya pemberian informasi oleh perawat. Informasi yang diberikan dapat berupa alas an dilakukan tindakan invasif, manfaat atau kegunaannya. Langkah-langkah yang akan dilakukan tindakan invasif, maka diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan orang tua.Dari uraian tersebut penulis membuat suatu kerangka konsep penelitian yang pada dasarnya adalah kerangka hubungan antar konsep-konsep yang ingin diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2005).Tingkat Kecemasan Orang Tua yang Anaknya Mendapat Tindakan Invasif (Pemasangan Infus)

Variable IndependentVariable Dependent

DDefenisi OperasionalNoVariabel PenelitianDefenisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

1

Informed Consent

Sejumlah keterangan yang diberikan kepada orang tua yang anaknya dilakukan tindakan invasif meliputi alasan dilakukan tindakan, ,manfaat, langkah langkah tindakan, persiapan tindakan, dan cara perawatanAngket

Kuisioner

Kurang baik apabila < 50%Baik apabila 50%

Ordinal

2Tingkat KecemasanRespon orang tua terhadap suatu tindakan yang dilakukan terhadap anaknyaAngketKuisionerCemas ringan1 16-Cemas sedang :17 - 32-Cemas berat :33 - 48

Ordinal

EHipotesaHa :Ada hubungan pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan orang tua anak yang mendapat tindakan invasif (pemasangan infus) diBangsal Anak RSUD Pariaman.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

ADesain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain penelitianCross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan faktor efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus atau bersamaan pada suatu saat. (Notoadmodjo, 2005:145)BTempat dan waktu penelitianPenelitian dilakukan di Bangsal Anak RSUD Pariamanyang direncanakan pada tanggal 27 Juni s/d 26 Juli 2011CPopulasi dan Sampel1.PopulasiPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,2002:108). Populasi penelitian ini adalah orang tua (Ibu atau Bapak) yang sedang menunggu anaknya yang dirawat di Bangsal Anak RSUD Pariaman.2.SampelSampel adalah sebagian dari populasi (Notoadmodjo,,2002:108). Sampel yang diambil pada penelitiann ini adalah orang tua (Ibu atau Bapak) yang anaknya dirawat dengan tindakan invasif (pemasangan infus) di Bangsal Anak RSUD Pariaman. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan metode Accidental Sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bersedia (Notoadmodjo,2003), dengan kriteria sebagai berikut :a.Ibu yang anaknya dirawat terpasang infusb.Bisa baca dan tulisc.Responden ada di tempat penelitiand.Responden dapat berkomunikasi dengan baike.Responden hanya dihitung satu kaliDInstrumen penelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membagikan angket. Angket adalah kumpulan dari pertanyaaan / pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang dengan cara menjawabnya juga dilakukan secara tertulis (Arikunto, 2000 : 135).ETeknik pengolahan dataPengolahan data yang dilakukan dengan tahapan :1EditingKegiatan ini digunakan untuk memeriksa setiap kuisioner yang berkaitan dengan kebenaran dan kelengkapan jawaban oleh responden.2Coding dataMasing-masing kuisioner diberi kode dan pada setiap kuisioner dari jawaban responden untuk mempermudah pengolahan data

3EntrydataMemasukkan data ke dalam master tabel dengan sistem komputerisasi dari masing-masing variabel.4Cleaning dataPembersihan data dari kesalahan-kesalahan kita selama meng-entry data misalnya penecekan ulang ke kuisioner.FAnalisadataData dianalisis dan diolah secara manual ,setelah itu disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :1Analisa UnivariatAnalisa univariat merupakan analisis terhadap masing-masing variabel. Analisa dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan presentasea)Variabel pemberian informasiUntuk menentukan pemberian informasi yang telah diberikan pada responden menggunakan rumus Arikunto (2002). Jawaban setiap pertanyaan yang digunakan dalam kuisoner adalah bila :Nilai 1: untuk jawaban responden yang telah diberikaninformasiNilai 0 : untuk jawaban responden yang tidak diberikan informasi

P = Fx 100 %N

Dengan menggunakan rumus :

Keterangan :P: Presentase (%) yang diperoleh respondenF : Frekuensi jawaban responden tentang pemberian informasiN : Jumlah seluruh responden.Hasil ukur dapat disipulkan berdasarkan baik, kurangnya informasi yang telah diberikan pada responden maka dapat dikategorikan sebagai berikut :Baik: bila skor 50 %Kurang: bila skor < 50 %Diposkan olehmasgungdi22.01Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest