60
BAB II KAJIAN TEORI A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan Manusia Pada manusia, organ pernapasan utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan dibantu oleh alat alat pernapasan lain. Menurut Guyton (1995) jalur udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah: Rongga hidung > faring (rongga tekak) > laring > trakea (batang tenggorok) > bronkus > paruparu > alveolus > sel-sel tubuh. Faring Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk ke tenggorokan. 1 UNIVERSITAS INDONESIA

Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisa, fisiologi, dan patofis parese plica vocalis atau yang sering disebut sebagai Disfonia yang mana kelemahan pada otot plica vocalis untuk menghasilkan suara. biasanya orang yang mengalami disfonia mengalami kesulitan berbica karena parese plica vocalis sehingga suara yang dihasilkan biasanya serak bahkan pasien yag mengalami disfonia ini biasa terdengar hanya seperti orang yang berbisik.

Citation preview

Page 1: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem Pernapasan Manusia

Pada manusia, organ pernapasan utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan

dibantu oleh alat alat pernapasan lain. Menurut Guyton (1995) jalur udara

pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah: Rongga hidung > faring (rongga

tekak) > laring > trakea (batang tenggorok) > bronkus > paruparu > alveolus >

sel-sel tubuh.

Faring

Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke

faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai

persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara

rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat katup

yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan

dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan,

epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk

ke tenggorokan.

Jelaskan tentang faring

Laring

Antara faring dan tenggorokan terdapat struktur yang disebut laring.

Laring merupakan tempat melekatnya pita suara. Pada saat berbicara, pita suara

akan mengencang atau mengendor. Suara dihasilkan apabila udara bergerak

melewati pita suara dan menyebabkan terjadinya getaran. Laring juga berfungsi

untuk proteksi jalan nafas, respirasi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi

adalah mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam trakea, dengan jalan

menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Cara menutup aditus

laring yaitu dengan pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot

1UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

ekstrinsik laring. Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis.

Kartilago kiri dan kanan mendekat karena adduksi otot-otot instrinsik. Fungsi

respirasi dari laring adalah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila otot

krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis

kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka (abduksi),

terjadilah inspirasi. Ekspirasi menyebabkan plika vokalis berada pada posisi

adduksi.

Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau. Dalam: Soepardi EA, Iskandar

N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala Leher. Edisi ke-5, Balai Penerbit

FK UI, Jakarta 2001. pp. 90-4.

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas atas. Bentuknya

menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih besar daripada

bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring, sedangkan bagian

bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid.

Rongga laring dibagi atas 3 bagian yaitu supraglotis, glotis, dan subglotis.

Daerah supraglotis terdiri dari epilaring dan vestibulum. Epilaring merupakan

gabungan dari permukaan epiglotis, plika ariepiglotika dan aritenoid, sedangkan

vestibulum terdiri dari pangkal epiglotis, plika vestibularis, dan ventrikel.

Daerah glotis terdiri dari pita suara dan 1 cm di bawahnya. Daerah

subglotis adalah dari batas bawah glotis sampai dengan batas bawah kartilago

krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid

dan beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U yang

permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh

tendon dan otot-otot. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago

epiglotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago

kornikulata dan kartilago kuneiformis.

Otot-otot laring terdiri atas otot ekstrinsik dan otot instrinsik. Otot

ekstrinsik terdiri dari m. digastrikus, m. geniohioid, m. stilohioid, m. milohioid,

m. sternohioid, m. omohioid, dan m. tirohioid. Sedangkan otot intrinsic laring

adalah m. krikoaritenoid lateral, m. tiroepiglotika, m. vokalis, m. tiroaritenoid, m.

ariepiglotika, m. krikotiroid, m. ariteoid transversum, m. ariteoid oblik, dan m.

krikoaritenoid posterior.

2UNIVERSITAS INDONESIA

Page 3: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n. laringeus

inferior dan n. laringeus superior. Kedua saraf ini merupakan saraf motorik dan

sensorik. Sedangkan perdarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.

laringeus inferior yang merupakan cabang dari a. tiroid inferior dan a. laringeus

superior yang merupakan cabang dari a. tiroid superior.

Herman B, Kartosoediro S. Disfonia. Dalam: Iskandar

N, Soepardi EA editor. Buku ilmu kesehatn telinga

tenggorok kepala & leher. Edisi ke 6. Jakarta: Balai

Penerbit FK-UI. 2007: p. 231-236

Sasaki CT, Kim YH. Anatomy and physiologi of the

larynx. In: Ballenger JJ, Snow JB, editors.

Otorhinolaryngologi head and neck surgery. Ontario:

BC Decker Inc; 2003. p.1090-95

Jelaskan tentang laring, vaskularisasi laring, neurologi laring

4. Trakhea

Panjang tenggorokan mempunyai panjang sekitar 12 cm. Tenggorokan

tersusun dari cincin tulang rawan berbentuk C. Susunan tulang tersebut menjaga

supaya dinding tenggorokan tetap terbuka dan tidak saling berlekatan. Pada

dinding dalam tenggorokan terdapat lapisan lendir dan silia untuk menangkap

debu.

5. Bronkus

Pada ujung bawah tenggorokan terdapat dua percabangan yang disebut

bronkus yang membawa udara menuju ke paru-paru.

6. Paru-paru

Paru-paru menempati sebagian besar ruangan rongga dada. Di dalam paru-

paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang semakin kecil

ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada setiap bronkiolus

terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur, berdinding tipis yang disebut

alveolus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi di antara alveolus

dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh

tubuh. Seiring dengan kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh

3UNIVERSITAS INDONESIA

Page 4: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

sel-sel tubuh melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuh

pada saat mengeluarkan napas.

PARU PARU

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh

struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut

diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri

sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh

jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam

rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Pleura dibagi

menjadi dua yaitu:

Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru

Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.

Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura.

Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat

berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk

meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding

dada sewaktu ada gerakan bernafas.

Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga

lobus yaitu lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Sedangkan paru-paru

kiri terdiri atas dua yaitu lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri

dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh

segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada

inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen

pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen

pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-

belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi

oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-

tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini

4UNIVERSITAS INDONESIA

Page 5: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus

berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah

terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2 masuk ke dalam darah dan

CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan

endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung

paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi

anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan

semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan

berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe

II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe

II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah

kolapnya alveolus.

Fungsi Paru-Paru

Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya sebagai penjaga

keseimbangan asam basa tubuh. Bila terjadi asidosis, maka tubuh akan

mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat

asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi, fungsi paru-paru adalah untuk

mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan, fungsi

paru-paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam

darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang

karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.

Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan

karbon dioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap

karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.

Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-

paru melalui hidung.

5UNIVERSITAS INDONESIA

Page 6: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Fisiologi Paru-Paru

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada

pernapasan melalui paru-paru, oksigen dihirup melalui hidung dan mulut. Pada

waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan

dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan

membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah.

Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah

dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat

ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida

adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-

kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan

trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat

membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama

4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan

bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan

menimbulkan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang

sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. Bila oksigen tidak mencukupi maka

warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan misalnya di bibir,

telinga, lengan, dan kaki (sianosis).

Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran

udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara

pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara

pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk

dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah

menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat

bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot

yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada

dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.

Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,

6UNIVERSITAS INDONESIA

Page 7: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan

pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua

macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut

terjadi secara bersamaan.

Mekanisme Pernapasan

Dikenal dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut.

Pernapasan Dada

Pernapasan dada terjadi karena gerakan tulang-tulang rusuk oleh otot-otot antar

rusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk berkontraksi

sehingga tulang-tulang rusuk terangkat ke atas, demikian pula tulang dada ikut

terangkat ke atas. Akibatnya, rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada

menyebabkan paru-paru ikut membesar, akibatnya tekanan udara dalam paru-paru

berkurang sehingga udara luar masuk. Sebaliknya, ekspirasi terjadi jika otot-otot

antar rusuk relaksasi, yaitu tulang rusuk dan tulang dada turun kembali pada

kedudukan semula sehingga rongga dada mengecil. Oleh karena volume paru-

paru berkurang maka tekanan udara dalam paru-paru bertambah; akibatnya udara

keluar.

Pernapasan Perut

Pernapasan perut terjadi karena gerakan otot diafragma (sekat rongga badan yang

membatasi rongga dada dan rongga perut). Inspirasi terjadi jika otot diafragma

berkontraksi sehingga letaknya agak mendatar; berarti mendesak rongga perut

hingga ± 5 cm ke bawah. Oleh karena rongga dada membesar maka paru-paru ikut

membesar. Akibatnya, tekanan udara dalam paru-paru berkurang sehingga udara

luar masuk. Sebaliknya, ekspirasi terjadi jika otot diafragma mengendur kembali

pada kedudukan semula, sehingga rongga dada mengecil dan paru-paru pun ikut

mengecil. Oleh karena volume paru-paru berkurang, tekanan udara dalam paru-

paru bertambah akibatnya udara keluar. Jadi, jelaslah bahwa aliran udara dalam

alveolus terjadi karena perbedaan tekanan udara bebas dengan tekanan udara

dalam alveolus. Perbedaan tekanan tersebut di sebabkan oleh perubahan volume

rongga dada dan rongga perut dengan adanya gerakan kontraksi dan relaksasi otot

7UNIVERSITAS INDONESIA

Page 8: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

interkostalis, otot diafragma, dan otot perut. Perbedaan tekanan udara paru-paru

dibandingkan tekanan udara luar pada akhir ekspirasi adalah lebih tinggi ± 2

sampai 3 mmHg, sedangkan pada saat inspirasi dimulai, perbedaannya lebih

rendah ± 1 sampai 2 mmHg.

Proses Pernapasan di Dalam Paru-Paru

Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung > faring >

trakea > bronkus > paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap

pada waktu menarik nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung

(nares) kiri dan kanan selain melalui mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh

bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung.

Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula

kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga

dada menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan

kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga

dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.

Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada

menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya

melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga

paru-paru mengembang.

Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian

atas (naro-pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).

Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok

atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang bernama bronkus. Saluran

bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan

di alveolus di paru-paru. Jika Oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen

siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru.

Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri

dengan cara difusi. Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan

cabang dari Bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen

dengan karbondioksida.

8UNIVERSITAS INDONESIA

Page 9: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Udara yang diserap melalui alveolus akan masuk ke dalam kapiler yang

selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Oksigen

diikat oleh hemoglobin dalam sel-sel darah merah (eritrosit). Dari sana darah akan

dialirkan ke serambi kiri jantung, lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh yang

nantinya akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk

menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tripospat).

Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan

dikeluarkan melalui hidung kembali. Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler

vena untuk dibawa ke alveolus dan akan dikeluarkan di alveolus melalui proses

respirasi. Pengeluaran napas disebabkan karena rileksnya otot diafragma dan otot-

otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma

menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke

arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada

naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-

paru keluar melewati saluran pernapasan.

Ringkasan jalannya Udara Pernapasan:

Udara masuk melalui lubang hidung

melewati nasofaring

melewati oral farink

melewati glotis

masuk ke trakea

masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus

masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus

udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus

(jamak: alveoli)

Kapasitas Paru-Paru

Kapasitas paru-paru adalah kemampuan paru-paru menampung udara

pernapasan yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Udara tidal, yaitu udara yang keluar masuk paru-paru pada saat pernapasan

biasa. Jumlah volume udaranya sebesar 500 mL.

Udara komplementer, yaitu udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi

biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.

9UNIVERSITAS INDONESIA

Page 10: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Udara suplementer, yaitu udara yang masih dapat dikeluarkan setelah

melakukan ekspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.

Kapasitas vital paru-paru, yaitu kemampuan paru-paru untuk melakukan

respirasi sekuat-kuatnya atau merupakan jumlah udara tidal, udara

komplementer, dan udara suplementer. Jadi besarnya volume kapasitas vital

paru-paru kurang lebih 4 liter.

Kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.

Udara residu, yaitu udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah

melakukan respirasi sekuat-kuatnya. Jumlahnya kurang lebih 500 mL.

Volume total paru-paru (total lung volume), yaitu seluruh udara yang dapat

ditampung oleh paru-paru.

V total paru-paru = V sisa + Kapasitas Vital

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc.

Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.

Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses

bernapas mencapai 3.500 cc, yang 1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak

dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau

udara sisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-beda. Kapasitas vital dapat kalian

rasakan saat kalian menghirup napas sedalam mungkin dan kemudian

menghembuskanya sekuat mungkin. Cara mengukurnya dapat dilakukan dengan

alat spirometer. Spirometer merupakan alat pengukur kapasitas paru-paru

seseorang. Spirometer yang konvensional terbuat seperti tangki yang memiliki

selang. Seseorang yang ingin mengetahui kapasitas paru-parunya dapat

menghembuskan napas pada selang. Pada alat yang lebih modern, spirometer

telah dihubungkan dengan komputer.

Dalam keadaan normal, kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas

hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal ±

500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada

pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi

menggunakan sekitar 1.500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume =

inspiratory reserve volume = 1.500 cc). Dengan demikian, udara yang digunakan

dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3.500 cc.

10UNIVERSITAS INDONESIA

Page 11: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas,

serta kondisi kesehatan.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/03/paru-paru-artikel-lengkap.html

https://chezchawan.wordpress.com/science-ii/sistem-pernapasan-manusia/organ-

organ-sistem-pernapasan/

Gas O2 dan CO2 dalam tubuh

Oksigen (O2) sangat diperlukan dalam semua kegiatan tubuh. Oleh karena itu,

pemasukan oksigen dari luar ke dalam tubuh tidak boleh terhenti. Difusi oksigen

dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh terjadi akibat perbedaan tekanan O2. Pada

waktu tekanan udara luar satu atmosfer (760 mmHg), besamya tekanan oksigen di

paru paru ±150 mmHg (± seperlimanya). Tekanan dalam arteri ±100 mmHg, dan

di vena ± 40 mmHg. Tekanan O2 di jaringan 0-40 mmHg, maka oksigen dapat

berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh. Pada saat tekanan oksigen dalam arteri 100

mmHg, setiap 100 ml darah dapat mengangkut 19 ml O2. Dari 19 ml O2 tersebut,

12 ml oksigen ikut terbawa darah dalam vena, sedangkan yang 7 ml disampaikan

ke sel-sel jaringan tubuh. Jadi seorang laki-laki dengan 5 liter darahnya dapat

menyampaikan 350 ml oksigen setiap satu kali beredar. Dalam keadaan biasa, kita

memerlukan oksigen ± 300 liter sehari semalam atau liter tiap menitnya. Jumlah

ini bertambah apabila aktivitas tubuh juga meningkat. Pengangkutan oksigen

dalam tubuh dilakukan oleh plasma darah dan hemoglobin. Sebagian besar

oksigen diangkut oleh Hb (hemoglobin) dalam bentuk oksimioglobin (tersimpan

dalam otot) dan oksihemoglobin (tersimpan dalam darah merah); hanya 2-3% saja

oksigen yang larut dalam plasma. Hemoglobin dapat mengikat dan melepaskan

oksigen dalam reaksi bolakbalik sebagai berikut.

Hb4 + 4 O2 4 HbO2

Difusi CO2 dari jaringan ke aliran darah dan paru-paru juga disebabkan oleh

perbedaan tekanan CO2 Tekanan karbon dioksida (CO2) dalam jaringan ± 60

mmHg, dalam vena 47 mmHg,

11UNIVERSITAS INDONESIA

Page 12: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

dalam arteri 41 mmHg, sedangkan tekanan CO^ dalam alveolus 35 mmHg. Oleh

karena itu, CO2 dalam jaringan akan diangkut ke alveolus dalam paru-paru.

Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida perhari.

6. Kecepatan Pernapasan

Kecepatan pernapasan (frekuensi pernapasan) dipengaruhi oleh jenis kelamin,

umur, suhu tubuh, posisi tubuh maupun kegiatan. Frekuensi pernapasan pada

orang dewasa normal dan sehat berkisar antara 15 - 20 permenit. Pada kaum pria,

frekuensi pernapasan ini lebih kecil daripada frekuensi pernapasan pada wanita.

Jadi, pernapasan wanita lebih cepat daripada pernapasan laki laki. Semakin tua

umur seseorang, frekuensi pernapasan semakin berkurang atau semakin lamban.

Semakin tinggi tubuh semakin meningkat frekuensi pernapasan. Frekuensi

pernapasan orang yang berbaring lebih rendah daripada orang yang duduk atau

berdiri. Demikian pula orang yang tidak melakukan kegiatan (sedang beristirahat)

frekuensi pernapasannya lebih rendah daripada orang yang bekerja keras.

Kekurangan O2 menyebabkan kecepatan pernapasan bertambah, sedangkan bila

konsentrasi CO2 bertambah kecepatan pernapasan bertambah pula. Gerakan

pernapasan diatur oleh sistem saraf pusat pada medulla oblongata (sumsum

penyambung) yang terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Kedua pusat ini

bekerja bergantian sehingga terjadi ritme pernapasan. Saraf pusat juga dapat

mempengaruhi dalamnya pernapasan, meskipun terbatas. Misalnya bila kita

menahan atau berhenti bernapas sampai batas waktu tertentu. Dari frekuensi

pengeluaran impuls dari paru jantung.

12UNIVERSITAS INDONESIA

Page 13: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Gambar 1

B. Otot

Otot merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh manusia dan hewan yang

berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakan tulang karena memiliki

kemampuan untuk dapat berkontraksi. Otot akan memendek jika berkontraksi dan

memanjang bila berelaksasi. Otot didalam tubuh manusia terdiri dari 3 macam

yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.

Mekanisme Kontraksi  Otot Rangka

Otot berkontraksi apabila dirangsang oleh impuls-impuls saraf.

Rangsangan dapat berasal dari otak atau sumsum tulang belakang. Selanjutnya,

impuls-impuls saraf mengalir melalui saraf motorik menuju serat-serat otot.

Bagian serat otot yang langsung berhubungan dengan saraf disebut

neuromuskular.

Otot pernafasan

13UNIVERSITAS INDONESIA

Page 14: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Berdasarkan Lokasinya

14UNIVERSITAS INDONESIA

Page 15: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

1. Otot Ekstrinsik Dada

a. M. Pectoralis Major

b. M. Pectoralis Minor

c. M. Sternocleidomastoideus

d. M. Skalenus Anterior, Medius, Superior

2. Otot Intrinsik Dada

a. M. Intercostalis Eksternus (lapis luar)

b. M. Intercostalis Internus (lapis tengah)

i. Antar tulang iga (ekspirasi)

ii. Antar iga rawan (inspirasi)

c. M. Tranversus Thoracis/M. Ternocostalis (ekspirasi)

15UNIVERSITAS INDONESIA

Page 16: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

 Berdasarkan Jenis Serat Ototnya

1. Lapis Luar : Arah Serat Caudomedial

2. Lapis Tengah : Arah Serat Caudolateral

3. Lapis Paling Dalam : Arah Serat Melintang

 Berdasarkan Jenis Pernapasannya

1. Inspirasi Costal

a. M. Intercostalis Eksternus

b. M. Intercostalis Internus Pars Cartilaginis

2. Inspirasi Costal Terpaksa/Kuat

a. M. Pectoralis Major

b. M. Sternocleidomastoideus

c. Mm. Scalenii

 Ekspirasi Costal

a. Tidak memerlukan kerja otot, tetapi efek normal dari elastisitas

tulang rawan (daya balik ekstrinsik) yang dapat berkurang

karena faktor usia

b. Serta faktor elastisitas paru-paru (daya balik intrinsik) yang

dapat berkurang

jika adanya kelainan paru seperti emphysema.'

4. Ekspirasi Costal Terpaksa/Kuat

a. M. Intercostalis Eksternus Kontraksi sehingga menurunkan

diameter dinding dada dan meningkatnya tekanan intrathoracal,

contohnya pada saat bersin.

5. Pernapasan Diafragma

a. Inspirasi : Otot-otot diafragma berkontraksi dan menambah

diameter rongga dada, serta menurunkan tekanan intrathoracal,

menaikkan tekana intraabdominal

b. Ekspirasi : Tekanan rongga dada meningkat

16UNIVERSITAS INDONESIA

Page 17: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

http://doktersarap.blogspot.com/2012/04/anatomi-otot-sistem-respirasi.html

C. Saraf

Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan

eksistabilitas (dapat dirangsang, serta memiliki kemampuan merespon rangsangan

dengan sangat baik. Neuron terdiri dari tiga bagian yang berbeda satu dengan

yang lain, yaitu sebagai berikut.

a. Badan Sel (Perikarion)

Bagian sel menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus),

berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi sitoplasma granuler. Dalam sitoplasma

badan sel juga terdapat badan Nissl yang merupakan modifikasi dari retikum

endoplasma kasar. Badan Nissl mengandung protein yang digunakan untuk

mengganti protein yang habis. Selama metabolisme, protein ini juga bermanfaat

untuk pertumbuhan neuron. Jika badan sel rusak, maka serabut-serabut neuron

akan mati.

b. Dendrit

Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma dari bagian badan sel.

Dibandingkan akson, dendrit ini lebih halus, lebih pendek, dan memiliki

percabangan yang lebih banyak. Fungsi dendrit ini adalah untuk meneruskan

rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.c. Akson

Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan

sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang

berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang

spesifik, yaitu sebagai berikut.

1) Neurofibril

Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-

serabut halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk meneruskan

implus.

2) Selubung Mielin

Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann. Selubung

mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi

17UNIVERSITAS INDONESIA

Page 18: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

akson. Selain itu, selubung mielin yang memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.

3) Nodus Ranvier

Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi

selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian ini,

terlihat bagian akson tampak berbuku-buku.

Gambar 2Saraf

Sel-sel saraf tersebut membentuk jaringan saraf. Antara sel satu dengan

yang lain terjalin saraf dan saling berhubungan. Ujung dendrit berhubungan

langsung dengan penerima rangsang (reseptor). Selain itu, ujung dendrit ada pula

yang berhubungan dengan ujung akson dari neuron lain. Ujung akson pada sel-sel

lain ada juga yang berhubungan dengan efektor, yaitu struktur yang memberikan

jawaban terhadap impuls yang diterima reseptor, misalnya otot dan kelenjar.

Pertemuan antara akson dengan dendrit atau efektor disebut sinapsis. Antara sel

saraf satu dengan yang lain terjalin hubungan sangat erat dalam meneruskan

impuls. Impuls dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang disebabkan

adanya perbedaan potensial listrik yang disebut dengan polarisasi. Muatan listrik

di luar membran sel saraf adalah positif sedang muatan yang di luar adalah

18UNIVERSITAS INDONESIA

Page 19: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

negatif. Apabila sel saraf diberi rangsangan akan mengakibatkan polarisasi

membran berubah, sehingga polarisasi akan mengalami pembalikan. Proses

pembalikan akan diulang yang menyebabkan rantai reaksi. Apabila impuls

mengenai tombol sinaps, maka permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion

kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk, sedangkan

gelembung sinaps akan melepaskan neutransmitter ke celah sinaps. Gelembung

sinaps melebur dengan membran prasinaps. Impuls sampai ke membran

postsinaps karena dibawa oleh neurotransmitter, kemudian neurotransmitter

dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinaps.

Bagian-bagian sistem saraf dapat dikelompokkan berdasarkan struktur

atau fungsinya. Sistem saraf pusat meliputi: Pembagian sistem saraf secara

anatomis atau secara struktural adalah sebagai berikut:

1. Sistem saraf sentral /pusat (SSS), meliputi otak (encephalon) dan sumsum

tulang belakang (medulla spinalis).

2. Sistem saraf perifer / tepi (SSP) terdiri dari seluruh saraf di luar SSS, yang

meliputi saraf kranial (nervus cranialis) dan saraf spinal (nervus spinalis). Saraf

kranial adalah saraf yang membawa impuls dari dan ke otak; sedangkan saraf

spinal adalah saraf yang membawa pesan-pesan dari dan ke sumsum tulang

belakang.

Sistem saraf pusat berarti sebagai pusat koordinasi dari segala aksi yang harus

dilaksanakan. Adapun sistem saraf tepi berfungsi untuk memberikan informasi

kepada sistem saraf pusat tentang adanya rangsangan dan menyebabkan otot dan

kelenjar melakukan respons. Sistem saraf pusat dan tepi ada kerja sama yang

sinergis dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri.

1. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sumsum tulang belakang (medula spinalis) merupakan lanjutan ke bawah

dari medula oblongata. Sumsum tulang belakang ini terletak memanjang dari

ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pertama dan kedua. Fungsi

sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut.

19UNIVERSITAS INDONESIA

Page 20: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

a) Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron

sensori ditransmisikan dengan bantuan interneuron.

b) Sebagai pusat dari gerak reflex.

Ada 31 pasang saraf tulang belakang. Setiap saraf dilekatkan pada sumsum

tulang belakang oleh dua akar: yaitu dorsal dan ventral. Pada setiap akar dorsal

ditandai dengan mem-bengkaknya bahan abu-abu yang dinamakan dorsal root

ganglion yang berisi tubuh sel neuron sensoris.

Cabang-cabang Saraf Tulang Belakang

Setiap saraf tulang belakang jaraknya dekat sekali dengan sumsum tulang

belakang, kemudian cabang-cabang masuk ke dalam divisi posterior yang kecil.

Cabang anterior yang lebih besar ber jalin (interlace) untuk membentuk jaringan

yang dinamakan plexuses yang kemudian mendistribusikan cabang-cabang tadi ke

bagian-bagian tubuh. Ada tiga pleksus yang utama, yaitu:

1. Cervical plexus memasok dorongan motorik pada otot-otot leher dan

menerima dorongan sensoris dari leher dan belakang kepala. Saraf phrenic

yang mengaktifkan diafragma muncul dari pleksus ini.

2. Brachial plexus mengirimkan sejumlah cabang pada pundak, lengan atas,

lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan. Saraf radial timbul dari

brachial pleksus ini.

3. Lumbosacral plexus memasok saraf pada ekstrimitis bagian bawah.

Bagian yang terbesar dari cabang ini ialah sciatic nerve yang

meninggalkan bagian dorsal panggul lewat di bawah otot gluteus

maksimus dan memanjang ke bawah belakang paha. Pada permulaan- nya,

tebalnya hampir 1 inci tetapi segera bercabang-cabang pada otot paha, di

dekat lutut ia membentuk dua sub divisi yang memasok tungkai dan

kaki.10,11

Gambar 3 Saraf pada vertebra

C. Neuropati

20UNIVERSITAS INDONESIA

Page 21: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Neuropati merupakan gangguan saraf yang dapat terjadi pada usia lanjut, pasien

diabetes, trauma pada saraf, serta kekurangan vitamin neurotropik, yaitu B1, B6

dan B12. Semua orang berisiko terkena neuropati. Hanya, risiko bisa lebih tinggi

atau rendah, tergantung dari berbagai faktor, seperti gaya hidup dam riwayat

keluarga. Jika ia tidak diterapi dengan benar, neuropati dapat mengarah pada

penyakit saraf yang lebih berat.

Gejala-gejala neuropati berikut:

21UNIVERSITAS INDONESIA

Page 22: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Nyeri

Rasa terbakar di jari-jari kaki, telapak kaki, tungkai, tangan, lengan, dan

jari-jari lengan.

Mati rasa atau baal.

Kram.

Kaku otot dan kesemutan.

Kehilangan kontrol kandung kencing.

Kulit menjadi hipersensitif.

Kulit mengkilap.

Kelemahan anggota gerak.

Rambut rontok pada area tertentu.

Atrofi otot (otot yang mengecil).

Kasifikasi kerusakan saraf13

a. Neuropraxia/penekanan: Adalah tidak berfungsinya sistem saraf yang bersifat

sementara tanpa terjadinya disrupsifisik axon. Biasanya fungsi saraf akan

kembali normal setelah 2-4 minggu.

b. Axonotmesis/ kerusakan sel saraf: Adalah terjadinya disrupsi axon dan

myelin. Jaringan ikat lunak sekitarnya termasuk endoneurium intak. Terjadi

degenerasi axon distal dan proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi

distal dikenal sebagai degenerasi Wallerian. Axon akan mengalami regenerasi

dengan kecepatan 1mm/ hari. Secara bermakna fungsi akan kembali normal

setelah 18 bulan. 

c. Neurotmesis/inti saraf yang terputus: Adalah terjadinya disrupsi axon dan

endoneurial. Komponen kolagen perifer sepertiepineurium dapat intak atau

terjadi disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan proksimal

segmen.14

22UNIVERSITAS INDONESIA

Page 23: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Gambar 4Neuropati

Bahas saraf pada pernafasan

E. Paralisis plika vokalis

Plika vokalis adalah dua pita elastis jaringan otot yang berada pada laring

yang secara langsung berada diatas trakea. Kedua sisinya berdekatan dengan

Adam’s apple. Plika vokalis menghasilkan suara ketika udara dari paru paru

dilepaskan dan terjadi penutupan dari plika vokalis, menyebabkan plika vokalis

mengalami vibrasi. Apabila seseorang tidak sedang berbicara, plika vokalis

terbuka agar terjadi proses pernafasan.

Paralisis plika vokalis berarti bahwa plika vokalis terpaku di tempatnya pada

posisi tertentu atau terjadi gangguan apabila satu atau dua plika vokalis

tidak terbuka atau tertutup karena impuls saraf dari otak ke laring terputus

sehingga tidak terjadi pergerakan otot. Paralisis plika vokalis dapat terjadi pada

semua umur, dan gejalanya dari yang ringan sampai mengancam jiwa. Paralisis

plika vokalis unilateral atau bilateral terjadi sekitar 10% dari semua kelainan

kongenital pada laring. Paralisis plika vokalis unilateral biasanya tidak

terdiagnosa pada beberapa bayi, karena berfungsinya kembali laring sehingga

jarang dilaporkan. Cedera dapat berada pada sepanjang penghantaran saraf mulai

dari nukleus ambigus pada batang otak ke neuromuscular junction dilaring,

termasuk nervus vagus dan serat rekuren.

23UNIVERSITAS INDONESIA

Page 24: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

http://www.scribd.com/doc/178109110/PLIKA-VOCALIS

Epidemiologi

Penyebab paling sering paralise plika vokalis adalah trauma operasi. Woodson

dan Miller mendapatkan penyebab karena trauma operasi 42%, idiopatik 25%,

malignansi 23%, lain-lain 13% kasus. Pada dewasa paralise plika vokalis bagian

kiri lebih sering terjadi daripada yang kanan, disebabkan nervus laringeal rekuren

sebelah kiri lebih panjang jalannya daripada yang sebelah kanan. David

mendapatkan paralise nervus laringeal rekuren kiri 78%, nervus laringeal rekuren

kanan 16% dan kedua nervus 6% kasus. Di RSUP. H. Adam Malik, dari Januari

2004 sampai dengan Desember 2007 dijumpai kasus paralise plika vokalis

sebanyak 35 kasus terdiri dari 13 kasus disebabkan oleh pembesaran jantung, 8

kasus disebabkan oleh tumor di leher dan paru, 5 kasus diduga disebabkan oleh

infeksi TB paru, 4 kasus karena trauma operasi, selebihnya belum

diketahui penyebabnya.

F. Penyebab

Kongenital: Beberapa kasus pada bayi yang baru lahir dengan stridor

dijumpai adanya paralise baik satu atau kedua plika vokalisnya.

Malignansi: Satu dari tiga kasus paralise nervus laringeal rekuren

disebabkan oleh kanker dimana 50% disebabkan oleh kanker diparu-

paru, 20% di esofagus, dan 10% kanker tiroid. Selebihnya meliputi

24UNIVERSITAS INDONESIA

Page 25: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

keganasan di fosa kranii posterior, karsinoma nasofaring,

paraganglioma di vagal, jugular dan karotis, metastase dan limpoma.

Trauma: Trauma bedah pada percabangan nervus vagus masih

merupakan komplikasi operasi yang sering ditemukan pada operasi

leher dan mediastinum. Operasi struma adalah penyebab paling sering

diantara trauma bedah lainnya. Trauma non bedah misalnya trauma

dileher bisa disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas, fraktur leher,

cekikan sekeliling leher seperti ketika bergulat, pukulan ringan pada

bagian anterior leher.

Trauma saat melakukan intubasi juga dapat menyebabkan paralise pita

suara.

Infeksi Penyebab paling sering adalah infeksi tuberkulosis paru.

Neurologis Wallenberg syndrome, syringomyelia, myasthenia Gravis.

Idiopatik 20 % dari kasus tidak diketahui penyebabnya.

Gejala klinis

Jika satu plika vokalis yang paralise menyebabkan perubahan suara pada kualitas

suaranya menjadi serak atau parau, mendesah, pelan dan tidak bisa nyaring.

Kedua plika vokalis paralise membuat penderita menjadi susah bernafas

disebabkan udara yang melewati trakea terhambat. Pada beberapa penderita

dijumpai juga keluhan disfagia dan mudah teraspirasi makanan dan minuman.

Kesulitan untuk batuk pada paralise plika vokalis bilateral yang berada pada posisi

abduksi (intermediate) sehingga sekret terkumpul di trakea. Pada bayi dan anak-

anak: susah bernafas, menangis lemah, aspirasi, stridor, sianosis.

DIAGNOSA BANDING

1. Laringitis

2. Neoplasma disekitar plika vokalis yang mengganggu pergerakan plika

vokalis.

3. Kelumpuhan laring yang disebabkan oleh penyakit otot.

4. Kelainan kongenital laring.

25UNIVERSITAS INDONESIA

Page 26: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Willat DJ, Stell PM. Vocal Cord Paralysis. In: Paparella MM, Shumrick DA,Ed.

Otolaringology. Vol III. 3 ed, WB Saunders Company, Philadelphia 1991. pp.

2289- 304.

Miller RH, Nemechek AJ. Hoarseness and Vocal Cord Paralysis. In: Bailey BJ,

Ed. Otolaryngology Head and Neck SurgeryOtolaryngology. Vol.II. 2nd ed,

Lippincot- Raven, Philadelphia 1998. pp. 741-80

file:///C:/Users/Nadidah/Downloads/mkn-des2008-41%20(7).PDF

Disfonia

Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan

kelainan pada organ–organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik

maupun fungsional. Disfonia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan

gejala penyakit atau kelainan pada laring. Setiap keadaan yang menimbulkan

gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam

pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfoni.

Gangguan suara dapat berupa suara parau (hoarseness), suara terdengar

kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah

(hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spatik), suara

terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau

ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu.

Mekanisme Pembentukan Suara

Proses pembentukan suara dapat dibagi menjadi tiga subproses,

yaitu: pembangkitan sumber, artikulasi dan radiasi.  Organ tubuh yang terlibat

dalam proses produksi suara meliputi paru-paru, tenggorokan (trachea), laring

(larinx), faring (pharynx), rongga hidung (nasal cavity), dan rongga mulut (oral

cavity). Terdapat suatu lintasan vokal (vocal tract) yang terdiri dari faring

(koneksi antara kerongkongan dan mulut) dan mulut. Bentuk lintasan vokal dapat

berubah sesuai dengan pergerakan rahang, lidah, bibir dan organ internal lainnya.

Paru-paru mengembang dan mengempis untuk menyedot dan mengeluarkan

udara. Udara yang dihembuskan oleh paru-paru keluar melewati suatu daerah

yang dinamakan daerah glotal. Pita suara (vocal cord) pada keadaan ini bervibrasi

26UNIVERSITAS INDONESIA

Page 27: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

menghasilkan berbagai jenis gelombang suara. Udara kemudian melewati lorong

yang dinamakan faring. Dari faring, udara melewati dua lintasan, yaitu melalui

hidung dan melalui rongga mulut. Lidah, gigi, bibir dan hidung bertindak sebagai

sebagai modulator untuk menghasilkan berbagai bunyi yang berbeda.

 Etiologi

1.            Kelainan fungsional

2.            Kelainan organik:  gangguan neurologis sentral dan perifer

3.            Kelainan sistemik

Walaupun disfonia hanya merupakan gejala, tetapi bila prosesnyaberlangsung

lama atau (kronik) keadaan ini dapat merupakan tanda awal daripenyakit yang

serius di daerah tenggorok. Penyebab disfonia dapat bermacam-macam yang

prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab etiologi inidapat berupa

radang, tumor (neoplasma), paralisis oto-otot laring, kelaian laring seperti sikatrik

akibat operasi, fiksasi pada sendi akibat krikaaritenoid dan lain-lain.

Faktor Resiko

·         Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih

·         Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring

·         Merokok, ( juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinoma

Laring )

·         Menghisap ganja

·         Penyalahgunaan obat-obatan

·         Refluks gastroesofagus

·         Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal :

guru,aktor, penyanyi

·         Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama

·         Minum alkohol, kopi berlebihan

·         Berteriak pada acara olahraga atau tempat ramai seperti bandara dan bar

·         Berbicara saat makan

·         Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan

·         Kebiasaan berbisik

·         Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara

Pengembangan paru dan penggetaran pita suara

27UNIVERSITAS INDONESIA

Page 28: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

F. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada (apa?)

Assessmen merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun

data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari penyusunan program

terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan

sekitar pasien. Assesment sangat penting dalam proses fisioterapi. Assesment

dapat membantu, fisioterapi mengidentifikasikan permasalahan yang ada.

Kemudian hasil dari identifikasi ini akan menjadi dasar untuk menentukan

rencana dan program fisioterapi, mengevaluasi perkembangan penderita dan

dengan assesmen pula akan diketahui metode yang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi penderita. Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen meliputi:

Anamnesis

Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara

terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya anamnesis

dibedakan atas dua yaitu:

Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada

pasien yang bersangkutan

Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain

yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang

mengetahui keadaan pasien tersebut.

I. Anamnesis yang akan dilakukan berupa

a. Anamnesis Umum

1. Nama,

2. Tempat tanggal lahir(umur),

3. Alamat,

4. Pekerjaan,

5. Pendidikan terakhir,

6. Hobi,

7. Diagnosis medik.

b. Anamnesis Khusus

28UNIVERSITAS INDONESIA

Page 29: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

1. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan alasan pasien datang ke fisioterapi. Keluhan

utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam,

melakukan pemeriksaandan pemberian tindakan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan keluhan utama yaitu

perjalanan penyakit sejak timbul keluhan samapai dilakukan intervensi fisioterapi

sekarang. Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang

berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap

serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya

dan hasil yang diperoleh. Hal ini bertujuan sebagai acuan dalam melakukan

pemeriksaan serta pemberian tindakan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang berhubungan tidak langsung ataupun tidak

berhubungan sama sekali dengan keluhan utama. Meliputi penyakit diabetes

melitus, hipertensi, gangguan jantung atau penyakit lainnya. Pernah dirawat di

rumah sakit atau tidak, dimana, kapan, dan berapa lama. Hal ini perlu diketahui

karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada hubungannya dengan

penyakit yang pernah dialami sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan

dalam pemilihan cara dan toleransi latihan.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama seperti pasien yang diderita oleh anggota

keluarga lain.

5. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial pada kasus muskuloskeletal meliputi pekerjaan, aktifitas

sehari hari, dengan siapa pasien tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga

pasien, serta biaya pengobatan pasien.

II. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum:

29UNIVERSITAS INDONESIA

Page 30: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

1. Cara datang: mandiri atau menggunakan alat bantu

2. Kesadaran

Secara sederhana tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu

a. Normal (compos mentis)

b. Somnolen

Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.

Somnolen disebut juga sebagai latergi, obtudasi. Tingkat kesadaran ini ditandai

oleh mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan

menangkis rangsang nyeri.

c. Sopor (stupor)

Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan

rangsangan yang kuat namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat

mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan yang spontan. Dengan

rangsang nyeri penderita tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap

perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari

penderita. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.

d. Koma ringan (semi koma)

Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Refleks

kornea, pupil dan lainnya masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon

terhadap rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi,

merupakan jawaban “primitif”. Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan.

e. Koma (dalam atau komplit)

Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap

rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.3

3. Tensi atau Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung

yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah meregang.

Sedangkan, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada

30UNIVERSITAS INDONESIA

Page 31: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

rentang di antara grafik denyut jantung dan merupakan nilai terendah yang

dicapai.6

Sistolik Diastolic

Pada Masa Bayi 70 – 90 50

Pada Masa Anak Anak 80 - 100 60

Selama Masa Remaja 90 - 110 60

Dewasa muda 110 - 125 60-80

Umur Lebih Tua 130 – 150 80 - 90

Tabel 1 Tekanan darah normal

4. Nadi

Suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar

jantung. Mudah di raba di tempat arteri melintasi sebuah tulang yang terletak

dekat permukaan. Kecepatan denyut jantung berbeda beda sesuai dengan kondisi

individu

Pada bayi baru lahir 140

1 tahun pertama 120

2 tahun 110

Umur 5 tahun 96-100

Pada umur 10 tahun 80-90

Pada orang dewasa 60-80

Tabel 2 tabel nadi normal

5. Tingkat Respirasi

Kecepatan pernafasan diukur pada saat satu kali inspirasi dan ekspirasi.

Bernafas secara normal diidentifikasikan dengan ekspirasi yang menyusul

inspirasi dan kemudian terdapat jeda sebentar.

Umur Kecepatan normal pernafasaan

tiap menit

Bayi baru lahir 30 – 40

1 tahun 30

1-5 tahun 24

Orang dewasa 10-20

31UNIVERSITAS INDONESIA

Page 32: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Tabel 3 Tabel tingkat respirasi

6. Status Gizi

Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia disebut Index

Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang

umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori

Underweight yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat

badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara menghitung BMI sangat

mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari

tinggi badan dalam meter yaitu kg/m².

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat badan (Kg)

IMT = -----------------------------

[Tinggi badan (m)] 2

32UNIVERSITAS INDONESIA

Page 33: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

Gambar 5 Klasifikasi berdasarkan BMI1

7. Suhu Badan

Pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan punggung tangan. Afebris

berarti dalam batas normal, subfebris berarti demam yang tidak tinggi atau saat

dipalpasi terasa hangat, febris berarti demam.

8. Saturasi O2

Saturasi oksigen merupakan rasio antara jumlah oksigen aktual yang

terikat oleh hemoglobin terhadap kemampuan total hemoglobin darah mengikat

oksigen. (Darmanto Djodjodibroto)

Dalam tubuh manusia, saturasi oksigen adalah ukuran dari oksigen yang

terlarut dalam darah ukuran normal oksigen didalam tubuh manusia yaitu 95%.

Tingkat oksigen di dalam tubuh dapat diukur dengan bantuan berbagai metode.

Cara yang paling umum untuk menentukan apakah kadar oksigen yang sehat

adalah dengan bantuan tes darah. Cara lain yang mudah untuk memeriksa tingkat

oksigen dalam darah, adalah dengan menggunakan oksimeter pulsa. Ini adalah

sebuah perangkat kecil yang mengukur kadar oksigen dalam darah dengan cara

sensor cahaya.

http://xxxchoirunnisa.wordpress.com/2014/04/02/data-penunjang-oksigenasi/

b. Pemeriksaan Khusus:

1) Inspeksi

Fase observasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari penglihatan

atau penampilan. Berlangsung mulai dari pasien berjalan dari ruang tunggu

sampai masuk dan di periksa di dalam ruangan pemeriksaan. Hal-hal yang

harus di periksa dalam fase inspeksi adalah:

- Posture

- Menggunakan NGT atau tidak

- Konjungtiva mata

- Warna wajah

1Adaptasi dari WHO 1995, WHO 2000 dan WHO 2004 pada www.andeka.com

33UNIVERSITAS INDONESIA

Page 34: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

- Warna bibir dan kuku

- Gerak cuping hidung

- Pola nafas

- Gerak nafas

- Bentuk dada

- Kontraksi otot bantu pernapasan

- Batuk

- Sputum

-

a. Posture

Kifosis (kyphosis) adalah gangguan tulang belakang progresif di mana

punggung atas menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal,

mengakibatkan kelainan tulang yang kadang-kadang digambarkan sebagai

bungkuk. Kifosis menyebabkan berkurangnya ekspansi thoraks.

Sangkar thorak mengembang ketika dada terangkat ke atas dan ke depan dengan

posisi punggung tegak. Postur tubuh saat duduk atau berdiri dengan posisi

membungkuk mengakibatkan rongga dada tertekan sehingga menekan otot

intercostalis.

34UNIVERSITAS INDONESIA

Page 35: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2534-BAB%20I.pdf

b. Gerak Nafas

3.1. Pernapasan Dada

Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang

rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar

yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam

yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.

a. Inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga

dada mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru

juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk

ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga

mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada

tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya

karbon dioksida keluar.

3.2. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan

aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada

a. Inspirasi

Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat

dirasakan adalah diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan

otot antartulang rusuk sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan

terangkatnya tulang rusuk yang menyebabkan rongga dada membesar.

Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan di dalam rongga dada

mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat mengembang.

Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru

mengecil bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat masuk secara

35UNIVERSITAS INDONESIA

Page 36: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

berurutan ke lubang hidung-rongga hidung > faring > trakea (melaui glottis) >

bronkus (kanan-kiri) > bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus) alveolus (kantong-

kantong kecil).

b. Ekspirasi

Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan

adalah diafragma relaksasi sehingga kembali ke posisi semula dan otot antar rusuk

dalam kontraksi menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga

rongga dada mengecil. Rongga dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di

dalam rongga dada meningkat yang mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.

Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan membesaranya tekanan di dalam

paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus melalui bronkiolus >

bronkus > trakea glotis > faring > rongga hidung > lubang hidung.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/03/paru-paru-artikel-lengkap.html

c. Sputum

2) Palpasi

a. Cek spasme Otot bantu pernafasan

b. Auskultasi

Auskultasi adalah suatu cara untuk mendengar suara di dalam tubuh pasien.

Sebelum, sesaat dan sesudah treatment.

Tekhnik auskultasi

- Diafragma stetoskop digunakan untuk suara nafas yang berfrekuensi tinggi

- bell digunakan untuk suara jantung berfrekuensi rendah dan untuk anak-

anak.

36UNIVERSITAS INDONESIA

Page 37: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

- Posisi duduk dengan posisi tangan ke depan untuk memprotraksikan

scapula

- Pasien yang tidak bisa duduk, bisa dengan posisi tidur miring

- Menempatkan stetoskop pada

Suara napas bisa normal, abnormal, atau berkurang

Normal : ekspirasi lebih pendek dan lebih lembut dari inspirasi

Abnormal:

- a hollow blowing quality on expiration

- ekspirasi panjang

- ada jeda antara inspirasi dan ekspirasi

suara napas berkurang jika:

37UNIVERSITAS INDONESIA

Page 38: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

- pasien obesitas, posisi buruk atau tidak bernapas dengan dalam

- there is no air entry to generate the sound, e.g. atelectasis with occluded

airway

- there is air entry but transmission of sound is deflected by an acoustic

barrier such as the air-solid or air-liquid interface of a pneumothorax or

pleural effusion (Figure 2.6)

- ada udara masuk tapi aliran udara tidak cukup untuk meningkatkan suara

misalnya hiperventilasi pada asma yang akut atau pada emfisema.

Wheezes

Wheezes adalah suara yang terdengar “ngik” terbentuk dari adanya getaran pada

dinding yang sempit. Bunyi “ngik” saat ekspirasi biasanya di sebabkan oleh

broncospasm sedangkan bunyi saat inspirasi dan ekspirasi bisa disebabkan oleh

obstruksi seperti radang mukosa, radang paru, sputum, dan tumor

c. Kesimetrisan gerak dada

Ekspansi dada asimetris adalah ekstensi bagian-bagian dari dinding dada pada

saat inspirasi. Pada respirasi normal, toraks bersamaan mengembang keatas

dan kebawah, kemudian berkontraksi kebawah dan kedalam.

d. Fremitus

Fremitus adalah getaran yang ditularkan melalui tubuh. Biasanya

dalam dunia medis fremitus digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau

assesment pada paru – paru, dengan cara merasakan intensitas getaran

pada dinding dada atau mendengarkan dengan stetoskop pada dinding

dada saat pasien mengucapkan kata atau kalimat.

3) Move

a. Endurance

4) Spesial test

a. Ekspansi thoraks

38UNIVERSITAS INDONESIA

Page 39: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

b. Peak Flow Meter

c. Test Six minute

III. Data Penunjang

Rontgen merupakan gambaran radiologi untuk mengevaluasi tulang, sendi, dan

luka degenerative pada spinal. Gambaran X-ray merupakan tes yang sangat

sederhana dan mampu menunjukkan keabnormalan pada tulang. Foto X-ray

dapat dilakukan pada posisi anteriorposterior (AP), lateral, dan bila perlu

oblique kiri dan kanan.

Electromiography (EMG) memberikan informasi tentang adanya kerusakan

saraf, lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), lokasi terjadinya

kerusakan saraf, tingkat kerusakan saraf, dan memantau penyembuhan dari

kerusakan saraf.

IV. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas

Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik

pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan dari pasien itu

sendiri berdasarkan prioritas.

V. Diagnosa Fisioterapi

Berisikan tentang penegakkan diagnosa fisioterapi yang didapat dari

permasalahan fisioterapi yang terdiri dari impairment, functional limitation dan

partisipasi restricted. Diagnosa Fisioterapi berhubungan dengan fungsi :

Impairment

Ketidaknormalan anatomi, fisiologi & psikologi dalamorgan-organ tertentu

sistem tubuh.

Functional limitation

Ketidakmampuan Antaramembentuk suatu aktivitas fungsional yang normal

contoh AKS, transferdan ambulasi

Partisipasi restriction

Ketidakmampuam dalam bersosialisasi

VI. Program Pelaksanaan Fisioterapi

39UNIVERSITAS INDONESIA

Page 40: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik

Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang

bersangkutan.

2. Tujuan

a. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang

utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana

tujuan/rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, kondisi-kondisi

seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.

b. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan yang dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan masalah

utama/segera. Tujuan jangka panjang harus sesuai realistis sesuai dengan patologi

dan kondisi pasien.

3. Metode Pemberian Fisioterapi

Berisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan

masalah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda ini adalah jenis latihan, metoda

latihan, dosis (intensitas, durasi, frekuensi) dan keterangan.

VII. Metode Pemberian Fisioterapi

Berisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai

dengan masalah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda ini adalah jenis latihan,

metoda latihan, dosis (intensitas, durasi, frekuensi) dan keterangan.

a) Nebulizer (jelaskan obatnya)

b) Chest mobility

c) Latihan untuk meningkatkan endurance

d)

40UNIVERSITAS INDONESIA

Page 41: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

VIII. Evaluasi

1. Evaluasi Hasil Terapi

Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah dilakukan

tindakan fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari sebelumnya maka

evaluasi ditulis dalam format subyektif, obyektif, assessment dan planning.

2. Jadwal Evaluasi Ke Dokter

Jadwal evaluasi ke dokter rehabilitasi medik pada kasus drop foot

sebanyak 6 kali setelah terapi.3,16,17,21,22

41UNIVERSITAS INDONESIA

Page 42: Kardio Respirasi (Parese Plica Vocalis)

A. Underlying Process

B.

42UNIVERSITAS INDONESIA

Trauma Fisik

Penjepitan Saraf Ischiadicus

Nyeri Kelemahan OtotKesemutan

Spasme kram Baal Defisit Sensori Atrofi

Imbalance Muscle

Balance Inadekuat

Gangguan Berjalan

Gangguan ADL

Steppage Gait

Drop Foot

Tidak bisa berjalan cepat

Tidak dapat bermain futsal

Intervensi:- ES- PNF- Stretching- Propriosepsi- Transfer weight bearing& balance- Latihan Pola Jalan

Tujuan:- Reedukasi Otot- Kekuatan Otot meningkat- Balance adekuat- Normal Gait