Upload
wahyu-slamet-nugroho
View
115
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisa, fisiologi, dan patofis parese plica vocalis atau yang sering disebut sebagai Disfonia yang mana kelemahan pada otot plica vocalis untuk menghasilkan suara. biasanya orang yang mengalami disfonia mengalami kesulitan berbica karena parese plica vocalis sehingga suara yang dihasilkan biasanya serak bahkan pasien yag mengalami disfonia ini biasa terdengar hanya seperti orang yang berbisik.
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pernapasan Manusia
Pada manusia, organ pernapasan utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan
dibantu oleh alat alat pernapasan lain. Menurut Guyton (1995) jalur udara
pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah: Rongga hidung > faring (rongga
tekak) > laring > trakea (batang tenggorok) > bronkus > paruparu > alveolus >
sel-sel tubuh.
Faring
Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke
faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai
persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara
rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat katup
yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan
dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan,
epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk
ke tenggorokan.
Jelaskan tentang faring
Laring
Antara faring dan tenggorokan terdapat struktur yang disebut laring.
Laring merupakan tempat melekatnya pita suara. Pada saat berbicara, pita suara
akan mengencang atau mengendor. Suara dihasilkan apabila udara bergerak
melewati pita suara dan menyebabkan terjadinya getaran. Laring juga berfungsi
untuk proteksi jalan nafas, respirasi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi
adalah mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam trakea, dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Cara menutup aditus
laring yaitu dengan pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot
1UNIVERSITAS INDONESIA
ekstrinsik laring. Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis.
Kartilago kiri dan kanan mendekat karena adduksi otot-otot instrinsik. Fungsi
respirasi dari laring adalah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila otot
krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis
kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka (abduksi),
terjadilah inspirasi. Ekspirasi menyebabkan plika vokalis berada pada posisi
adduksi.
Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala Leher. Edisi ke-5, Balai Penerbit
FK UI, Jakarta 2001. pp. 90-4.
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring, sedangkan bagian
bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid.
Rongga laring dibagi atas 3 bagian yaitu supraglotis, glotis, dan subglotis.
Daerah supraglotis terdiri dari epilaring dan vestibulum. Epilaring merupakan
gabungan dari permukaan epiglotis, plika ariepiglotika dan aritenoid, sedangkan
vestibulum terdiri dari pangkal epiglotis, plika vestibularis, dan ventrikel.
Daerah glotis terdiri dari pita suara dan 1 cm di bawahnya. Daerah
subglotis adalah dari batas bawah glotis sampai dengan batas bawah kartilago
krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid
dan beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U yang
permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh
tendon dan otot-otot. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago
epiglotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago
kornikulata dan kartilago kuneiformis.
Otot-otot laring terdiri atas otot ekstrinsik dan otot instrinsik. Otot
ekstrinsik terdiri dari m. digastrikus, m. geniohioid, m. stilohioid, m. milohioid,
m. sternohioid, m. omohioid, dan m. tirohioid. Sedangkan otot intrinsic laring
adalah m. krikoaritenoid lateral, m. tiroepiglotika, m. vokalis, m. tiroaritenoid, m.
ariepiglotika, m. krikotiroid, m. ariteoid transversum, m. ariteoid oblik, dan m.
krikoaritenoid posterior.
2UNIVERSITAS INDONESIA
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n. laringeus
inferior dan n. laringeus superior. Kedua saraf ini merupakan saraf motorik dan
sensorik. Sedangkan perdarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.
laringeus inferior yang merupakan cabang dari a. tiroid inferior dan a. laringeus
superior yang merupakan cabang dari a. tiroid superior.
Herman B, Kartosoediro S. Disfonia. Dalam: Iskandar
N, Soepardi EA editor. Buku ilmu kesehatn telinga
tenggorok kepala & leher. Edisi ke 6. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI. 2007: p. 231-236
Sasaki CT, Kim YH. Anatomy and physiologi of the
larynx. In: Ballenger JJ, Snow JB, editors.
Otorhinolaryngologi head and neck surgery. Ontario:
BC Decker Inc; 2003. p.1090-95
Jelaskan tentang laring, vaskularisasi laring, neurologi laring
4. Trakhea
Panjang tenggorokan mempunyai panjang sekitar 12 cm. Tenggorokan
tersusun dari cincin tulang rawan berbentuk C. Susunan tulang tersebut menjaga
supaya dinding tenggorokan tetap terbuka dan tidak saling berlekatan. Pada
dinding dalam tenggorokan terdapat lapisan lendir dan silia untuk menangkap
debu.
5. Bronkus
Pada ujung bawah tenggorokan terdapat dua percabangan yang disebut
bronkus yang membawa udara menuju ke paru-paru.
6. Paru-paru
Paru-paru menempati sebagian besar ruangan rongga dada. Di dalam paru-
paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang semakin kecil
ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada setiap bronkiolus
terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur, berdinding tipis yang disebut
alveolus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi di antara alveolus
dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Seiring dengan kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh
3UNIVERSITAS INDONESIA
sel-sel tubuh melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuh
pada saat mengeluarkan napas.
PARU PARU
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh
struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut
diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri
sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh
jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam
rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Pleura dibagi
menjadi dua yaitu:
Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru
Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
lobus yaitu lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Sedangkan paru-paru
kiri terdiri atas dua yaitu lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen
pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-
belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi
oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-
tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini
4UNIVERSITAS INDONESIA
bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah
terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2 masuk ke dalam darah dan
CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi
anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan
semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan
berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe
II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe
II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah
kolapnya alveolus.
Fungsi Paru-Paru
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya sebagai penjaga
keseimbangan asam basa tubuh. Bila terjadi asidosis, maka tubuh akan
mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat
asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi, fungsi paru-paru adalah untuk
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan, fungsi
paru-paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam
darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang
karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbon dioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-
paru melalui hidung.
5UNIVERSITAS INDONESIA
Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru, oksigen dihirup melalui hidung dan mulut. Pada
waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan
dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan
membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat
ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida
adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-
kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan
trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. Bila oksigen tidak mencukupi maka
warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan misalnya di bibir,
telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran
udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara
pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara
pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk
dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat
bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot
yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada
dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,
6UNIVERSITAS INDONESIA
apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut
terjadi secara bersamaan.
Mekanisme Pernapasan
Dikenal dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena gerakan tulang-tulang rusuk oleh otot-otot antar
rusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk berkontraksi
sehingga tulang-tulang rusuk terangkat ke atas, demikian pula tulang dada ikut
terangkat ke atas. Akibatnya, rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada
menyebabkan paru-paru ikut membesar, akibatnya tekanan udara dalam paru-paru
berkurang sehingga udara luar masuk. Sebaliknya, ekspirasi terjadi jika otot-otot
antar rusuk relaksasi, yaitu tulang rusuk dan tulang dada turun kembali pada
kedudukan semula sehingga rongga dada mengecil. Oleh karena volume paru-
paru berkurang maka tekanan udara dalam paru-paru bertambah; akibatnya udara
keluar.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut terjadi karena gerakan otot diafragma (sekat rongga badan yang
membatasi rongga dada dan rongga perut). Inspirasi terjadi jika otot diafragma
berkontraksi sehingga letaknya agak mendatar; berarti mendesak rongga perut
hingga ± 5 cm ke bawah. Oleh karena rongga dada membesar maka paru-paru ikut
membesar. Akibatnya, tekanan udara dalam paru-paru berkurang sehingga udara
luar masuk. Sebaliknya, ekspirasi terjadi jika otot diafragma mengendur kembali
pada kedudukan semula, sehingga rongga dada mengecil dan paru-paru pun ikut
mengecil. Oleh karena volume paru-paru berkurang, tekanan udara dalam paru-
paru bertambah akibatnya udara keluar. Jadi, jelaslah bahwa aliran udara dalam
alveolus terjadi karena perbedaan tekanan udara bebas dengan tekanan udara
dalam alveolus. Perbedaan tekanan tersebut di sebabkan oleh perubahan volume
rongga dada dan rongga perut dengan adanya gerakan kontraksi dan relaksasi otot
7UNIVERSITAS INDONESIA
interkostalis, otot diafragma, dan otot perut. Perbedaan tekanan udara paru-paru
dibandingkan tekanan udara luar pada akhir ekspirasi adalah lebih tinggi ± 2
sampai 3 mmHg, sedangkan pada saat inspirasi dimulai, perbedaannya lebih
rendah ± 1 sampai 2 mmHg.
Proses Pernapasan di Dalam Paru-Paru
Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung > faring >
trakea > bronkus > paru-paru (bronkiolus dan alveolus).
Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap
pada waktu menarik nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung
(nares) kiri dan kanan selain melalui mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh
bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula
kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga
dada menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan
kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga
dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada
menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya
melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga
paru-paru mengembang.
Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian
atas (naro-pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).
Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok
atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang bernama bronkus. Saluran
bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan
di alveolus di paru-paru. Jika Oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen
siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru.
Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri
dengan cara difusi. Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan
cabang dari Bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen
dengan karbondioksida.
8UNIVERSITAS INDONESIA
Udara yang diserap melalui alveolus akan masuk ke dalam kapiler yang
selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Oksigen
diikat oleh hemoglobin dalam sel-sel darah merah (eritrosit). Dari sana darah akan
dialirkan ke serambi kiri jantung, lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh yang
nantinya akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk
menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tripospat).
Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan
dikeluarkan melalui hidung kembali. Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler
vena untuk dibawa ke alveolus dan akan dikeluarkan di alveolus melalui proses
respirasi. Pengeluaran napas disebabkan karena rileksnya otot diafragma dan otot-
otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma
menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke
arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada
naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-
paru keluar melewati saluran pernapasan.
Ringkasan jalannya Udara Pernapasan:
Udara masuk melalui lubang hidung
melewati nasofaring
melewati oral farink
melewati glotis
masuk ke trakea
masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus
(jamak: alveoli)
Kapasitas Paru-Paru
Kapasitas paru-paru adalah kemampuan paru-paru menampung udara
pernapasan yang dapat diuraikan sebagai berikut.
Udara tidal, yaitu udara yang keluar masuk paru-paru pada saat pernapasan
biasa. Jumlah volume udaranya sebesar 500 mL.
Udara komplementer, yaitu udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi
biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.
9UNIVERSITAS INDONESIA
Udara suplementer, yaitu udara yang masih dapat dikeluarkan setelah
melakukan ekspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.
Kapasitas vital paru-paru, yaitu kemampuan paru-paru untuk melakukan
respirasi sekuat-kuatnya atau merupakan jumlah udara tidal, udara
komplementer, dan udara suplementer. Jadi besarnya volume kapasitas vital
paru-paru kurang lebih 4 liter.
Kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.
Udara residu, yaitu udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah
melakukan respirasi sekuat-kuatnya. Jumlahnya kurang lebih 500 mL.
Volume total paru-paru (total lung volume), yaitu seluruh udara yang dapat
ditampung oleh paru-paru.
V total paru-paru = V sisa + Kapasitas Vital
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc.
Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses
bernapas mencapai 3.500 cc, yang 1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak
dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau
udara sisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-beda. Kapasitas vital dapat kalian
rasakan saat kalian menghirup napas sedalam mungkin dan kemudian
menghembuskanya sekuat mungkin. Cara mengukurnya dapat dilakukan dengan
alat spirometer. Spirometer merupakan alat pengukur kapasitas paru-paru
seseorang. Spirometer yang konvensional terbuat seperti tangki yang memiliki
selang. Seseorang yang ingin mengetahui kapasitas paru-parunya dapat
menghembuskan napas pada selang. Pada alat yang lebih modern, spirometer
telah dihubungkan dengan komputer.
Dalam keadaan normal, kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas
hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal ±
500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada
pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi
menggunakan sekitar 1.500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume =
inspiratory reserve volume = 1.500 cc). Dengan demikian, udara yang digunakan
dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3.500 cc.
10UNIVERSITAS INDONESIA
Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas,
serta kondisi kesehatan.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/03/paru-paru-artikel-lengkap.html
https://chezchawan.wordpress.com/science-ii/sistem-pernapasan-manusia/organ-
organ-sistem-pernapasan/
Gas O2 dan CO2 dalam tubuh
Oksigen (O2) sangat diperlukan dalam semua kegiatan tubuh. Oleh karena itu,
pemasukan oksigen dari luar ke dalam tubuh tidak boleh terhenti. Difusi oksigen
dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh terjadi akibat perbedaan tekanan O2. Pada
waktu tekanan udara luar satu atmosfer (760 mmHg), besamya tekanan oksigen di
paru paru ±150 mmHg (± seperlimanya). Tekanan dalam arteri ±100 mmHg, dan
di vena ± 40 mmHg. Tekanan O2 di jaringan 0-40 mmHg, maka oksigen dapat
berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh. Pada saat tekanan oksigen dalam arteri 100
mmHg, setiap 100 ml darah dapat mengangkut 19 ml O2. Dari 19 ml O2 tersebut,
12 ml oksigen ikut terbawa darah dalam vena, sedangkan yang 7 ml disampaikan
ke sel-sel jaringan tubuh. Jadi seorang laki-laki dengan 5 liter darahnya dapat
menyampaikan 350 ml oksigen setiap satu kali beredar. Dalam keadaan biasa, kita
memerlukan oksigen ± 300 liter sehari semalam atau liter tiap menitnya. Jumlah
ini bertambah apabila aktivitas tubuh juga meningkat. Pengangkutan oksigen
dalam tubuh dilakukan oleh plasma darah dan hemoglobin. Sebagian besar
oksigen diangkut oleh Hb (hemoglobin) dalam bentuk oksimioglobin (tersimpan
dalam otot) dan oksihemoglobin (tersimpan dalam darah merah); hanya 2-3% saja
oksigen yang larut dalam plasma. Hemoglobin dapat mengikat dan melepaskan
oksigen dalam reaksi bolakbalik sebagai berikut.
Hb4 + 4 O2 4 HbO2
Difusi CO2 dari jaringan ke aliran darah dan paru-paru juga disebabkan oleh
perbedaan tekanan CO2 Tekanan karbon dioksida (CO2) dalam jaringan ± 60
mmHg, dalam vena 47 mmHg,
11UNIVERSITAS INDONESIA
dalam arteri 41 mmHg, sedangkan tekanan CO^ dalam alveolus 35 mmHg. Oleh
karena itu, CO2 dalam jaringan akan diangkut ke alveolus dalam paru-paru.
Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida perhari.
6. Kecepatan Pernapasan
Kecepatan pernapasan (frekuensi pernapasan) dipengaruhi oleh jenis kelamin,
umur, suhu tubuh, posisi tubuh maupun kegiatan. Frekuensi pernapasan pada
orang dewasa normal dan sehat berkisar antara 15 - 20 permenit. Pada kaum pria,
frekuensi pernapasan ini lebih kecil daripada frekuensi pernapasan pada wanita.
Jadi, pernapasan wanita lebih cepat daripada pernapasan laki laki. Semakin tua
umur seseorang, frekuensi pernapasan semakin berkurang atau semakin lamban.
Semakin tinggi tubuh semakin meningkat frekuensi pernapasan. Frekuensi
pernapasan orang yang berbaring lebih rendah daripada orang yang duduk atau
berdiri. Demikian pula orang yang tidak melakukan kegiatan (sedang beristirahat)
frekuensi pernapasannya lebih rendah daripada orang yang bekerja keras.
Kekurangan O2 menyebabkan kecepatan pernapasan bertambah, sedangkan bila
konsentrasi CO2 bertambah kecepatan pernapasan bertambah pula. Gerakan
pernapasan diatur oleh sistem saraf pusat pada medulla oblongata (sumsum
penyambung) yang terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Kedua pusat ini
bekerja bergantian sehingga terjadi ritme pernapasan. Saraf pusat juga dapat
mempengaruhi dalamnya pernapasan, meskipun terbatas. Misalnya bila kita
menahan atau berhenti bernapas sampai batas waktu tertentu. Dari frekuensi
pengeluaran impuls dari paru jantung.
12UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1
B. Otot
Otot merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakan tulang karena memiliki
kemampuan untuk dapat berkontraksi. Otot akan memendek jika berkontraksi dan
memanjang bila berelaksasi. Otot didalam tubuh manusia terdiri dari 3 macam
yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.
Mekanisme Kontraksi Otot Rangka
Otot berkontraksi apabila dirangsang oleh impuls-impuls saraf.
Rangsangan dapat berasal dari otak atau sumsum tulang belakang. Selanjutnya,
impuls-impuls saraf mengalir melalui saraf motorik menuju serat-serat otot.
Bagian serat otot yang langsung berhubungan dengan saraf disebut
neuromuskular.
Otot pernafasan
13UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan Lokasinya
14UNIVERSITAS INDONESIA
1. Otot Ekstrinsik Dada
a. M. Pectoralis Major
b. M. Pectoralis Minor
c. M. Sternocleidomastoideus
d. M. Skalenus Anterior, Medius, Superior
2. Otot Intrinsik Dada
a. M. Intercostalis Eksternus (lapis luar)
b. M. Intercostalis Internus (lapis tengah)
i. Antar tulang iga (ekspirasi)
ii. Antar iga rawan (inspirasi)
c. M. Tranversus Thoracis/M. Ternocostalis (ekspirasi)
15UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan Jenis Serat Ototnya
1. Lapis Luar : Arah Serat Caudomedial
2. Lapis Tengah : Arah Serat Caudolateral
3. Lapis Paling Dalam : Arah Serat Melintang
Berdasarkan Jenis Pernapasannya
1. Inspirasi Costal
a. M. Intercostalis Eksternus
b. M. Intercostalis Internus Pars Cartilaginis
2. Inspirasi Costal Terpaksa/Kuat
a. M. Pectoralis Major
b. M. Sternocleidomastoideus
c. Mm. Scalenii
Ekspirasi Costal
a. Tidak memerlukan kerja otot, tetapi efek normal dari elastisitas
tulang rawan (daya balik ekstrinsik) yang dapat berkurang
karena faktor usia
b. Serta faktor elastisitas paru-paru (daya balik intrinsik) yang
dapat berkurang
jika adanya kelainan paru seperti emphysema.'
4. Ekspirasi Costal Terpaksa/Kuat
a. M. Intercostalis Eksternus Kontraksi sehingga menurunkan
diameter dinding dada dan meningkatnya tekanan intrathoracal,
contohnya pada saat bersin.
5. Pernapasan Diafragma
a. Inspirasi : Otot-otot diafragma berkontraksi dan menambah
diameter rongga dada, serta menurunkan tekanan intrathoracal,
menaikkan tekana intraabdominal
b. Ekspirasi : Tekanan rongga dada meningkat
16UNIVERSITAS INDONESIA
http://doktersarap.blogspot.com/2012/04/anatomi-otot-sistem-respirasi.html
C. Saraf
Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan
eksistabilitas (dapat dirangsang, serta memiliki kemampuan merespon rangsangan
dengan sangat baik. Neuron terdiri dari tiga bagian yang berbeda satu dengan
yang lain, yaitu sebagai berikut.
a. Badan Sel (Perikarion)
Bagian sel menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus),
berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi sitoplasma granuler. Dalam sitoplasma
badan sel juga terdapat badan Nissl yang merupakan modifikasi dari retikum
endoplasma kasar. Badan Nissl mengandung protein yang digunakan untuk
mengganti protein yang habis. Selama metabolisme, protein ini juga bermanfaat
untuk pertumbuhan neuron. Jika badan sel rusak, maka serabut-serabut neuron
akan mati.
b. Dendrit
Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma dari bagian badan sel.
Dibandingkan akson, dendrit ini lebih halus, lebih pendek, dan memiliki
percabangan yang lebih banyak. Fungsi dendrit ini adalah untuk meneruskan
rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.c. Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang
berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang
spesifik, yaitu sebagai berikut.
1) Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-
serabut halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk meneruskan
implus.
2) Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann. Selubung
mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi
17UNIVERSITAS INDONESIA
akson. Selain itu, selubung mielin yang memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.
3) Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi
selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian ini,
terlihat bagian akson tampak berbuku-buku.
Gambar 2Saraf
Sel-sel saraf tersebut membentuk jaringan saraf. Antara sel satu dengan
yang lain terjalin saraf dan saling berhubungan. Ujung dendrit berhubungan
langsung dengan penerima rangsang (reseptor). Selain itu, ujung dendrit ada pula
yang berhubungan dengan ujung akson dari neuron lain. Ujung akson pada sel-sel
lain ada juga yang berhubungan dengan efektor, yaitu struktur yang memberikan
jawaban terhadap impuls yang diterima reseptor, misalnya otot dan kelenjar.
Pertemuan antara akson dengan dendrit atau efektor disebut sinapsis. Antara sel
saraf satu dengan yang lain terjalin hubungan sangat erat dalam meneruskan
impuls. Impuls dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang disebabkan
adanya perbedaan potensial listrik yang disebut dengan polarisasi. Muatan listrik
di luar membran sel saraf adalah positif sedang muatan yang di luar adalah
18UNIVERSITAS INDONESIA
negatif. Apabila sel saraf diberi rangsangan akan mengakibatkan polarisasi
membran berubah, sehingga polarisasi akan mengalami pembalikan. Proses
pembalikan akan diulang yang menyebabkan rantai reaksi. Apabila impuls
mengenai tombol sinaps, maka permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion
kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk, sedangkan
gelembung sinaps akan melepaskan neutransmitter ke celah sinaps. Gelembung
sinaps melebur dengan membran prasinaps. Impuls sampai ke membran
postsinaps karena dibawa oleh neurotransmitter, kemudian neurotransmitter
dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinaps.
Bagian-bagian sistem saraf dapat dikelompokkan berdasarkan struktur
atau fungsinya. Sistem saraf pusat meliputi: Pembagian sistem saraf secara
anatomis atau secara struktural adalah sebagai berikut:
1. Sistem saraf sentral /pusat (SSS), meliputi otak (encephalon) dan sumsum
tulang belakang (medulla spinalis).
2. Sistem saraf perifer / tepi (SSP) terdiri dari seluruh saraf di luar SSS, yang
meliputi saraf kranial (nervus cranialis) dan saraf spinal (nervus spinalis). Saraf
kranial adalah saraf yang membawa impuls dari dan ke otak; sedangkan saraf
spinal adalah saraf yang membawa pesan-pesan dari dan ke sumsum tulang
belakang.
Sistem saraf pusat berarti sebagai pusat koordinasi dari segala aksi yang harus
dilaksanakan. Adapun sistem saraf tepi berfungsi untuk memberikan informasi
kepada sistem saraf pusat tentang adanya rangsangan dan menyebabkan otot dan
kelenjar melakukan respons. Sistem saraf pusat dan tepi ada kerja sama yang
sinergis dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri.
1. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang (medula spinalis) merupakan lanjutan ke bawah
dari medula oblongata. Sumsum tulang belakang ini terletak memanjang dari
ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pertama dan kedua. Fungsi
sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut.
19UNIVERSITAS INDONESIA
a) Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron
sensori ditransmisikan dengan bantuan interneuron.
b) Sebagai pusat dari gerak reflex.
Ada 31 pasang saraf tulang belakang. Setiap saraf dilekatkan pada sumsum
tulang belakang oleh dua akar: yaitu dorsal dan ventral. Pada setiap akar dorsal
ditandai dengan mem-bengkaknya bahan abu-abu yang dinamakan dorsal root
ganglion yang berisi tubuh sel neuron sensoris.
Cabang-cabang Saraf Tulang Belakang
Setiap saraf tulang belakang jaraknya dekat sekali dengan sumsum tulang
belakang, kemudian cabang-cabang masuk ke dalam divisi posterior yang kecil.
Cabang anterior yang lebih besar ber jalin (interlace) untuk membentuk jaringan
yang dinamakan plexuses yang kemudian mendistribusikan cabang-cabang tadi ke
bagian-bagian tubuh. Ada tiga pleksus yang utama, yaitu:
1. Cervical plexus memasok dorongan motorik pada otot-otot leher dan
menerima dorongan sensoris dari leher dan belakang kepala. Saraf phrenic
yang mengaktifkan diafragma muncul dari pleksus ini.
2. Brachial plexus mengirimkan sejumlah cabang pada pundak, lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan. Saraf radial timbul dari
brachial pleksus ini.
3. Lumbosacral plexus memasok saraf pada ekstrimitis bagian bawah.
Bagian yang terbesar dari cabang ini ialah sciatic nerve yang
meninggalkan bagian dorsal panggul lewat di bawah otot gluteus
maksimus dan memanjang ke bawah belakang paha. Pada permulaan- nya,
tebalnya hampir 1 inci tetapi segera bercabang-cabang pada otot paha, di
dekat lutut ia membentuk dua sub divisi yang memasok tungkai dan
kaki.10,11
Gambar 3 Saraf pada vertebra
C. Neuropati
20UNIVERSITAS INDONESIA
Neuropati merupakan gangguan saraf yang dapat terjadi pada usia lanjut, pasien
diabetes, trauma pada saraf, serta kekurangan vitamin neurotropik, yaitu B1, B6
dan B12. Semua orang berisiko terkena neuropati. Hanya, risiko bisa lebih tinggi
atau rendah, tergantung dari berbagai faktor, seperti gaya hidup dam riwayat
keluarga. Jika ia tidak diterapi dengan benar, neuropati dapat mengarah pada
penyakit saraf yang lebih berat.
Gejala-gejala neuropati berikut:
21UNIVERSITAS INDONESIA
Nyeri
Rasa terbakar di jari-jari kaki, telapak kaki, tungkai, tangan, lengan, dan
jari-jari lengan.
Mati rasa atau baal.
Kram.
Kaku otot dan kesemutan.
Kehilangan kontrol kandung kencing.
Kulit menjadi hipersensitif.
Kulit mengkilap.
Kelemahan anggota gerak.
Rambut rontok pada area tertentu.
Atrofi otot (otot yang mengecil).
Kasifikasi kerusakan saraf13
a. Neuropraxia/penekanan: Adalah tidak berfungsinya sistem saraf yang bersifat
sementara tanpa terjadinya disrupsifisik axon. Biasanya fungsi saraf akan
kembali normal setelah 2-4 minggu.
b. Axonotmesis/ kerusakan sel saraf: Adalah terjadinya disrupsi axon dan
myelin. Jaringan ikat lunak sekitarnya termasuk endoneurium intak. Terjadi
degenerasi axon distal dan proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi
distal dikenal sebagai degenerasi Wallerian. Axon akan mengalami regenerasi
dengan kecepatan 1mm/ hari. Secara bermakna fungsi akan kembali normal
setelah 18 bulan.
c. Neurotmesis/inti saraf yang terputus: Adalah terjadinya disrupsi axon dan
endoneurial. Komponen kolagen perifer sepertiepineurium dapat intak atau
terjadi disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan proksimal
segmen.14
22UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4Neuropati
Bahas saraf pada pernafasan
E. Paralisis plika vokalis
Plika vokalis adalah dua pita elastis jaringan otot yang berada pada laring
yang secara langsung berada diatas trakea. Kedua sisinya berdekatan dengan
Adam’s apple. Plika vokalis menghasilkan suara ketika udara dari paru paru
dilepaskan dan terjadi penutupan dari plika vokalis, menyebabkan plika vokalis
mengalami vibrasi. Apabila seseorang tidak sedang berbicara, plika vokalis
terbuka agar terjadi proses pernafasan.
Paralisis plika vokalis berarti bahwa plika vokalis terpaku di tempatnya pada
posisi tertentu atau terjadi gangguan apabila satu atau dua plika vokalis
tidak terbuka atau tertutup karena impuls saraf dari otak ke laring terputus
sehingga tidak terjadi pergerakan otot. Paralisis plika vokalis dapat terjadi pada
semua umur, dan gejalanya dari yang ringan sampai mengancam jiwa. Paralisis
plika vokalis unilateral atau bilateral terjadi sekitar 10% dari semua kelainan
kongenital pada laring. Paralisis plika vokalis unilateral biasanya tidak
terdiagnosa pada beberapa bayi, karena berfungsinya kembali laring sehingga
jarang dilaporkan. Cedera dapat berada pada sepanjang penghantaran saraf mulai
dari nukleus ambigus pada batang otak ke neuromuscular junction dilaring,
termasuk nervus vagus dan serat rekuren.
23UNIVERSITAS INDONESIA
http://www.scribd.com/doc/178109110/PLIKA-VOCALIS
Epidemiologi
Penyebab paling sering paralise plika vokalis adalah trauma operasi. Woodson
dan Miller mendapatkan penyebab karena trauma operasi 42%, idiopatik 25%,
malignansi 23%, lain-lain 13% kasus. Pada dewasa paralise plika vokalis bagian
kiri lebih sering terjadi daripada yang kanan, disebabkan nervus laringeal rekuren
sebelah kiri lebih panjang jalannya daripada yang sebelah kanan. David
mendapatkan paralise nervus laringeal rekuren kiri 78%, nervus laringeal rekuren
kanan 16% dan kedua nervus 6% kasus. Di RSUP. H. Adam Malik, dari Januari
2004 sampai dengan Desember 2007 dijumpai kasus paralise plika vokalis
sebanyak 35 kasus terdiri dari 13 kasus disebabkan oleh pembesaran jantung, 8
kasus disebabkan oleh tumor di leher dan paru, 5 kasus diduga disebabkan oleh
infeksi TB paru, 4 kasus karena trauma operasi, selebihnya belum
diketahui penyebabnya.
F. Penyebab
Kongenital: Beberapa kasus pada bayi yang baru lahir dengan stridor
dijumpai adanya paralise baik satu atau kedua plika vokalisnya.
Malignansi: Satu dari tiga kasus paralise nervus laringeal rekuren
disebabkan oleh kanker dimana 50% disebabkan oleh kanker diparu-
paru, 20% di esofagus, dan 10% kanker tiroid. Selebihnya meliputi
24UNIVERSITAS INDONESIA
keganasan di fosa kranii posterior, karsinoma nasofaring,
paraganglioma di vagal, jugular dan karotis, metastase dan limpoma.
Trauma: Trauma bedah pada percabangan nervus vagus masih
merupakan komplikasi operasi yang sering ditemukan pada operasi
leher dan mediastinum. Operasi struma adalah penyebab paling sering
diantara trauma bedah lainnya. Trauma non bedah misalnya trauma
dileher bisa disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas, fraktur leher,
cekikan sekeliling leher seperti ketika bergulat, pukulan ringan pada
bagian anterior leher.
Trauma saat melakukan intubasi juga dapat menyebabkan paralise pita
suara.
Infeksi Penyebab paling sering adalah infeksi tuberkulosis paru.
Neurologis Wallenberg syndrome, syringomyelia, myasthenia Gravis.
Idiopatik 20 % dari kasus tidak diketahui penyebabnya.
Gejala klinis
Jika satu plika vokalis yang paralise menyebabkan perubahan suara pada kualitas
suaranya menjadi serak atau parau, mendesah, pelan dan tidak bisa nyaring.
Kedua plika vokalis paralise membuat penderita menjadi susah bernafas
disebabkan udara yang melewati trakea terhambat. Pada beberapa penderita
dijumpai juga keluhan disfagia dan mudah teraspirasi makanan dan minuman.
Kesulitan untuk batuk pada paralise plika vokalis bilateral yang berada pada posisi
abduksi (intermediate) sehingga sekret terkumpul di trakea. Pada bayi dan anak-
anak: susah bernafas, menangis lemah, aspirasi, stridor, sianosis.
DIAGNOSA BANDING
1. Laringitis
2. Neoplasma disekitar plika vokalis yang mengganggu pergerakan plika
vokalis.
3. Kelumpuhan laring yang disebabkan oleh penyakit otot.
4. Kelainan kongenital laring.
25UNIVERSITAS INDONESIA
Willat DJ, Stell PM. Vocal Cord Paralysis. In: Paparella MM, Shumrick DA,Ed.
Otolaringology. Vol III. 3 ed, WB Saunders Company, Philadelphia 1991. pp.
2289- 304.
Miller RH, Nemechek AJ. Hoarseness and Vocal Cord Paralysis. In: Bailey BJ,
Ed. Otolaryngology Head and Neck SurgeryOtolaryngology. Vol.II. 2nd ed,
Lippincot- Raven, Philadelphia 1998. pp. 741-80
file:///C:/Users/Nadidah/Downloads/mkn-des2008-41%20(7).PDF
Disfonia
Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan
kelainan pada organ–organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik
maupun fungsional. Disfonia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan
gejala penyakit atau kelainan pada laring. Setiap keadaan yang menimbulkan
gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam
pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfoni.
Gangguan suara dapat berupa suara parau (hoarseness), suara terdengar
kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah
(hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spatik), suara
terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau
ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu.
Mekanisme Pembentukan Suara
Proses pembentukan suara dapat dibagi menjadi tiga subproses,
yaitu: pembangkitan sumber, artikulasi dan radiasi. Organ tubuh yang terlibat
dalam proses produksi suara meliputi paru-paru, tenggorokan (trachea), laring
(larinx), faring (pharynx), rongga hidung (nasal cavity), dan rongga mulut (oral
cavity). Terdapat suatu lintasan vokal (vocal tract) yang terdiri dari faring
(koneksi antara kerongkongan dan mulut) dan mulut. Bentuk lintasan vokal dapat
berubah sesuai dengan pergerakan rahang, lidah, bibir dan organ internal lainnya.
Paru-paru mengembang dan mengempis untuk menyedot dan mengeluarkan
udara. Udara yang dihembuskan oleh paru-paru keluar melewati suatu daerah
yang dinamakan daerah glotal. Pita suara (vocal cord) pada keadaan ini bervibrasi
26UNIVERSITAS INDONESIA
menghasilkan berbagai jenis gelombang suara. Udara kemudian melewati lorong
yang dinamakan faring. Dari faring, udara melewati dua lintasan, yaitu melalui
hidung dan melalui rongga mulut. Lidah, gigi, bibir dan hidung bertindak sebagai
sebagai modulator untuk menghasilkan berbagai bunyi yang berbeda.
Etiologi
1. Kelainan fungsional
2. Kelainan organik: gangguan neurologis sentral dan perifer
3. Kelainan sistemik
Walaupun disfonia hanya merupakan gejala, tetapi bila prosesnyaberlangsung
lama atau (kronik) keadaan ini dapat merupakan tanda awal daripenyakit yang
serius di daerah tenggorok. Penyebab disfonia dapat bermacam-macam yang
prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab etiologi inidapat berupa
radang, tumor (neoplasma), paralisis oto-otot laring, kelaian laring seperti sikatrik
akibat operasi, fiksasi pada sendi akibat krikaaritenoid dan lain-lain.
Faktor Resiko
· Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih
· Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring
· Merokok, ( juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinoma
Laring )
· Menghisap ganja
· Penyalahgunaan obat-obatan
· Refluks gastroesofagus
· Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal :
guru,aktor, penyanyi
· Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
· Minum alkohol, kopi berlebihan
· Berteriak pada acara olahraga atau tempat ramai seperti bandara dan bar
· Berbicara saat makan
· Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan
· Kebiasaan berbisik
· Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara
Pengembangan paru dan penggetaran pita suara
27UNIVERSITAS INDONESIA
F. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada (apa?)
Assessmen merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun
data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari penyusunan program
terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan
sekitar pasien. Assesment sangat penting dalam proses fisioterapi. Assesment
dapat membantu, fisioterapi mengidentifikasikan permasalahan yang ada.
Kemudian hasil dari identifikasi ini akan menjadi dasar untuk menentukan
rencana dan program fisioterapi, mengevaluasi perkembangan penderita dan
dengan assesmen pula akan diketahui metode yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi penderita. Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen meliputi:
Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara
terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya anamnesis
dibedakan atas dua yaitu:
Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada
pasien yang bersangkutan
Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain
yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang
mengetahui keadaan pasien tersebut.
I. Anamnesis yang akan dilakukan berupa
a. Anamnesis Umum
1. Nama,
2. Tempat tanggal lahir(umur),
3. Alamat,
4. Pekerjaan,
5. Pendidikan terakhir,
6. Hobi,
7. Diagnosis medik.
b. Anamnesis Khusus
28UNIVERSITAS INDONESIA
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan pasien datang ke fisioterapi. Keluhan
utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam,
melakukan pemeriksaandan pemberian tindakan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan keluhan utama yaitu
perjalanan penyakit sejak timbul keluhan samapai dilakukan intervensi fisioterapi
sekarang. Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang
berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap
serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya
dan hasil yang diperoleh. Hal ini bertujuan sebagai acuan dalam melakukan
pemeriksaan serta pemberian tindakan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang berhubungan tidak langsung ataupun tidak
berhubungan sama sekali dengan keluhan utama. Meliputi penyakit diabetes
melitus, hipertensi, gangguan jantung atau penyakit lainnya. Pernah dirawat di
rumah sakit atau tidak, dimana, kapan, dan berapa lama. Hal ini perlu diketahui
karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah dialami sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan
dalam pemilihan cara dan toleransi latihan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama seperti pasien yang diderita oleh anggota
keluarga lain.
5. Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial pada kasus muskuloskeletal meliputi pekerjaan, aktifitas
sehari hari, dengan siapa pasien tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga
pasien, serta biaya pengobatan pasien.
II. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum:
29UNIVERSITAS INDONESIA
1. Cara datang: mandiri atau menggunakan alat bantu
2. Kesadaran
Secara sederhana tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu
a. Normal (compos mentis)
b. Somnolen
Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Somnolen disebut juga sebagai latergi, obtudasi. Tingkat kesadaran ini ditandai
oleh mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsang nyeri.
c. Sopor (stupor)
Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan
rangsangan yang kuat namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat
mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan yang spontan. Dengan
rangsang nyeri penderita tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap
perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari
penderita. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
d. Koma ringan (semi koma)
Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Refleks
kornea, pupil dan lainnya masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon
terhadap rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi,
merupakan jawaban “primitif”. Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan.
e. Koma (dalam atau komplit)
Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap
rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.3
3. Tensi atau Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung
yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah meregang.
Sedangkan, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada
30UNIVERSITAS INDONESIA
rentang di antara grafik denyut jantung dan merupakan nilai terendah yang
dicapai.6
Sistolik Diastolic
Pada Masa Bayi 70 – 90 50
Pada Masa Anak Anak 80 - 100 60
Selama Masa Remaja 90 - 110 60
Dewasa muda 110 - 125 60-80
Umur Lebih Tua 130 – 150 80 - 90
Tabel 1 Tekanan darah normal
4. Nadi
Suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Mudah di raba di tempat arteri melintasi sebuah tulang yang terletak
dekat permukaan. Kecepatan denyut jantung berbeda beda sesuai dengan kondisi
individu
Pada bayi baru lahir 140
1 tahun pertama 120
2 tahun 110
Umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
Tabel 2 tabel nadi normal
5. Tingkat Respirasi
Kecepatan pernafasan diukur pada saat satu kali inspirasi dan ekspirasi.
Bernafas secara normal diidentifikasikan dengan ekspirasi yang menyusul
inspirasi dan kemudian terdapat jeda sebentar.
Umur Kecepatan normal pernafasaan
tiap menit
Bayi baru lahir 30 – 40
1 tahun 30
1-5 tahun 24
Orang dewasa 10-20
31UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 3 Tabel tingkat respirasi
6. Status Gizi
Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia disebut Index
Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang
umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori
Underweight yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat
badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara menghitung BMI sangat
mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari
tinggi badan dalam meter yaitu kg/m².
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat badan (Kg)
IMT = -----------------------------
[Tinggi badan (m)] 2
32UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5 Klasifikasi berdasarkan BMI1
7. Suhu Badan
Pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan punggung tangan. Afebris
berarti dalam batas normal, subfebris berarti demam yang tidak tinggi atau saat
dipalpasi terasa hangat, febris berarti demam.
8. Saturasi O2
Saturasi oksigen merupakan rasio antara jumlah oksigen aktual yang
terikat oleh hemoglobin terhadap kemampuan total hemoglobin darah mengikat
oksigen. (Darmanto Djodjodibroto)
Dalam tubuh manusia, saturasi oksigen adalah ukuran dari oksigen yang
terlarut dalam darah ukuran normal oksigen didalam tubuh manusia yaitu 95%.
Tingkat oksigen di dalam tubuh dapat diukur dengan bantuan berbagai metode.
Cara yang paling umum untuk menentukan apakah kadar oksigen yang sehat
adalah dengan bantuan tes darah. Cara lain yang mudah untuk memeriksa tingkat
oksigen dalam darah, adalah dengan menggunakan oksimeter pulsa. Ini adalah
sebuah perangkat kecil yang mengukur kadar oksigen dalam darah dengan cara
sensor cahaya.
http://xxxchoirunnisa.wordpress.com/2014/04/02/data-penunjang-oksigenasi/
b. Pemeriksaan Khusus:
1) Inspeksi
Fase observasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari penglihatan
atau penampilan. Berlangsung mulai dari pasien berjalan dari ruang tunggu
sampai masuk dan di periksa di dalam ruangan pemeriksaan. Hal-hal yang
harus di periksa dalam fase inspeksi adalah:
- Posture
- Menggunakan NGT atau tidak
- Konjungtiva mata
- Warna wajah
1Adaptasi dari WHO 1995, WHO 2000 dan WHO 2004 pada www.andeka.com
33UNIVERSITAS INDONESIA
- Warna bibir dan kuku
- Gerak cuping hidung
- Pola nafas
- Gerak nafas
- Bentuk dada
- Kontraksi otot bantu pernapasan
- Batuk
- Sputum
-
a. Posture
Kifosis (kyphosis) adalah gangguan tulang belakang progresif di mana
punggung atas menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal,
mengakibatkan kelainan tulang yang kadang-kadang digambarkan sebagai
bungkuk. Kifosis menyebabkan berkurangnya ekspansi thoraks.
Sangkar thorak mengembang ketika dada terangkat ke atas dan ke depan dengan
posisi punggung tegak. Postur tubuh saat duduk atau berdiri dengan posisi
membungkuk mengakibatkan rongga dada tertekan sehingga menekan otot
intercostalis.
34UNIVERSITAS INDONESIA
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2534-BAB%20I.pdf
b. Gerak Nafas
3.1. Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar
yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam
yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.
a. Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru
juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk
ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga
mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.
3.2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada
a. Inspirasi
Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat
dirasakan adalah diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan
otot antartulang rusuk sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan
terangkatnya tulang rusuk yang menyebabkan rongga dada membesar.
Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan di dalam rongga dada
mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat mengembang.
Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru
mengecil bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat masuk secara
35UNIVERSITAS INDONESIA
berurutan ke lubang hidung-rongga hidung > faring > trakea (melaui glottis) >
bronkus (kanan-kiri) > bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus) alveolus (kantong-
kantong kecil).
b. Ekspirasi
Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan
adalah diafragma relaksasi sehingga kembali ke posisi semula dan otot antar rusuk
dalam kontraksi menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga
rongga dada mengecil. Rongga dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di
dalam rongga dada meningkat yang mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.
Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan membesaranya tekanan di dalam
paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus melalui bronkiolus >
bronkus > trakea glotis > faring > rongga hidung > lubang hidung.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/03/paru-paru-artikel-lengkap.html
c. Sputum
2) Palpasi
a. Cek spasme Otot bantu pernafasan
b. Auskultasi
Auskultasi adalah suatu cara untuk mendengar suara di dalam tubuh pasien.
Sebelum, sesaat dan sesudah treatment.
Tekhnik auskultasi
- Diafragma stetoskop digunakan untuk suara nafas yang berfrekuensi tinggi
- bell digunakan untuk suara jantung berfrekuensi rendah dan untuk anak-
anak.
36UNIVERSITAS INDONESIA
- Posisi duduk dengan posisi tangan ke depan untuk memprotraksikan
scapula
- Pasien yang tidak bisa duduk, bisa dengan posisi tidur miring
- Menempatkan stetoskop pada
Suara napas bisa normal, abnormal, atau berkurang
Normal : ekspirasi lebih pendek dan lebih lembut dari inspirasi
Abnormal:
- a hollow blowing quality on expiration
- ekspirasi panjang
- ada jeda antara inspirasi dan ekspirasi
suara napas berkurang jika:
37UNIVERSITAS INDONESIA
- pasien obesitas, posisi buruk atau tidak bernapas dengan dalam
- there is no air entry to generate the sound, e.g. atelectasis with occluded
airway
- there is air entry but transmission of sound is deflected by an acoustic
barrier such as the air-solid or air-liquid interface of a pneumothorax or
pleural effusion (Figure 2.6)
- ada udara masuk tapi aliran udara tidak cukup untuk meningkatkan suara
misalnya hiperventilasi pada asma yang akut atau pada emfisema.
Wheezes
Wheezes adalah suara yang terdengar “ngik” terbentuk dari adanya getaran pada
dinding yang sempit. Bunyi “ngik” saat ekspirasi biasanya di sebabkan oleh
broncospasm sedangkan bunyi saat inspirasi dan ekspirasi bisa disebabkan oleh
obstruksi seperti radang mukosa, radang paru, sputum, dan tumor
c. Kesimetrisan gerak dada
Ekspansi dada asimetris adalah ekstensi bagian-bagian dari dinding dada pada
saat inspirasi. Pada respirasi normal, toraks bersamaan mengembang keatas
dan kebawah, kemudian berkontraksi kebawah dan kedalam.
d. Fremitus
Fremitus adalah getaran yang ditularkan melalui tubuh. Biasanya
dalam dunia medis fremitus digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau
assesment pada paru – paru, dengan cara merasakan intensitas getaran
pada dinding dada atau mendengarkan dengan stetoskop pada dinding
dada saat pasien mengucapkan kata atau kalimat.
3) Move
a. Endurance
4) Spesial test
a. Ekspansi thoraks
38UNIVERSITAS INDONESIA
b. Peak Flow Meter
c. Test Six minute
III. Data Penunjang
Rontgen merupakan gambaran radiologi untuk mengevaluasi tulang, sendi, dan
luka degenerative pada spinal. Gambaran X-ray merupakan tes yang sangat
sederhana dan mampu menunjukkan keabnormalan pada tulang. Foto X-ray
dapat dilakukan pada posisi anteriorposterior (AP), lateral, dan bila perlu
oblique kiri dan kanan.
Electromiography (EMG) memberikan informasi tentang adanya kerusakan
saraf, lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), lokasi terjadinya
kerusakan saraf, tingkat kerusakan saraf, dan memantau penyembuhan dari
kerusakan saraf.
IV. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas
Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik
pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan dari pasien itu
sendiri berdasarkan prioritas.
V. Diagnosa Fisioterapi
Berisikan tentang penegakkan diagnosa fisioterapi yang didapat dari
permasalahan fisioterapi yang terdiri dari impairment, functional limitation dan
partisipasi restricted. Diagnosa Fisioterapi berhubungan dengan fungsi :
Impairment
Ketidaknormalan anatomi, fisiologi & psikologi dalamorgan-organ tertentu
sistem tubuh.
Functional limitation
Ketidakmampuan Antaramembentuk suatu aktivitas fungsional yang normal
contoh AKS, transferdan ambulasi
Partisipasi restriction
Ketidakmampuam dalam bersosialisasi
VI. Program Pelaksanaan Fisioterapi
39UNIVERSITAS INDONESIA
1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang
bersangkutan.
2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang
utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana
tujuan/rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, kondisi-kondisi
seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.
b. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan yang dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan masalah
utama/segera. Tujuan jangka panjang harus sesuai realistis sesuai dengan patologi
dan kondisi pasien.
3. Metode Pemberian Fisioterapi
Berisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan
masalah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda ini adalah jenis latihan, metoda
latihan, dosis (intensitas, durasi, frekuensi) dan keterangan.
VII. Metode Pemberian Fisioterapi
Berisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai
dengan masalah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda ini adalah jenis latihan,
metoda latihan, dosis (intensitas, durasi, frekuensi) dan keterangan.
a) Nebulizer (jelaskan obatnya)
b) Chest mobility
c) Latihan untuk meningkatkan endurance
d)
40UNIVERSITAS INDONESIA
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Hasil Terapi
Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah dilakukan
tindakan fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari sebelumnya maka
evaluasi ditulis dalam format subyektif, obyektif, assessment dan planning.
2. Jadwal Evaluasi Ke Dokter
Jadwal evaluasi ke dokter rehabilitasi medik pada kasus drop foot
sebanyak 6 kali setelah terapi.3,16,17,21,22
41UNIVERSITAS INDONESIA
A. Underlying Process
B.
42UNIVERSITAS INDONESIA
Trauma Fisik
Penjepitan Saraf Ischiadicus
Nyeri Kelemahan OtotKesemutan
Spasme kram Baal Defisit Sensori Atrofi
Imbalance Muscle
Balance Inadekuat
Gangguan Berjalan
Gangguan ADL
Steppage Gait
Drop Foot
Tidak bisa berjalan cepat
Tidak dapat bermain futsal
Intervensi:- ES- PNF- Stretching- Propriosepsi- Transfer weight bearing& balance- Latihan Pola Jalan
Tujuan:- Reedukasi Otot- Kekuatan Otot meningkat- Balance adekuat- Normal Gait