Upload
bang-zai
View
264
Download
6
Embed Size (px)
0
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
POLA SIDIK JARI TANGAN PADA KANKER PAYUDARA
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
Diusulkan oleh:
Linda Jana Sintaningtyas G0006109 (Angkatan 2006)
Dyah Listyorini G0008089 (Angkatan 2008)
Sofina Kusnadi G0008171 (Angkatan 2008)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
1
1 Judul Kegiatan : POLA SIDIK JARI TANGAN PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA
2 Bidang Kegiatan : (√) PKM-P ( ) PKM-K
( ) PKM-T ( ) PKM-M
3 Bidang Ilmu : (√ ) Kesehatan ( ) Pertanian
( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Linda Jana Sintaningtyas
b. NIM : G0006109
c. Jurusan : Pendidikan Dokter
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sebelas Maret
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Arief Rachman Hakim 12
Bojonegoro, Jawa Timur/
081329429040
f. Alamat email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Nanang Wiyono, dr., M.Kes.
b. NIP : 132301027
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Slamet Riyadi 570 Surakarta/
08122593282
6. Biaya Kegiatan Total : Rp. 10.000.000,00
a. Dikti : Rp. 10.000.000,00
b. Sumber lain : -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan
Surakarta, 23 Oktober 2009
Menyetujui,
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
Fakultas Kedokteran UNS
(Hari Purnomo Sidik, dr., MMR.) (Linda Jana Sintaningtyas)
NIP. 130 543 163 NIM G0006109
Pembantu Rektor III UNS Dosen Pendamping
(Drs. Dwi Tiyanto, SU) (Nanang Wiyono, dr., M. Kes)
NIP. 130 814 593 NIP. 132 301 027
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ iv
A. JUDUL PROGRAM ................................................................. 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................... 1
C. RUMUSAN MASALAH ..................................................... 3
E. MANFAAT ............................................................................ 3
D. TUJUAN ............................................................................ 3
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN ........................................ 3
F. KEGUNAAN ................................................................ 3
G. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 3
H. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 15
I. METODE PELAKSANAAN ................................................... 16
J. JADWAL KEGIATAN PROGRAM ....................................... 20
K. RANCANGAN BIAYA ................................................... 21
L. DAFTAR PUSTAKA ................................................... 22
M. LAMPIRAN .............................................................. 24
3
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Contoh Pola Dermatoglifi ........................................................... 5
Gambar 2. Jumlah Sulur pada Pola Dermatoglifi.......................................... 6
Gambar 3. Cara Mengukur Sudut dari Posisi Axial Triradius .......... ........... 6
4
A. JUDUL PROGRAM
Pola Sidik Jari Tangan pada Pasien Kanker Payudara
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kanker (Carsinoma/Ca) adalah suatu kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara
(Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang
berasal dari parenchyma. Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam
bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Namun
tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen, bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi
akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi, karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (Guyton dan Hall, 2008; Price dan Wilson, 2006;
Robbins, 2007).
Pemeriksaan payudara klinis oleh ahli kesehatan yang profesional
dan mamografi adalah metode utama untuk mendeteksi dini kanker payudara.
Penapisan mamogram dilakukan pada perempuan yang tidak terdapat gejala
kanker untuk mendeteksi berbagai keabnormalan pada stadium praklinis
sebelum penyebaran atau sebelum terlibatnya kelenjar getah bening axillaris
ketika angka pengobatan tinggi. Mamografi yaitu radiogram jaringan lunak,
merupakan pemeriksaan klinis tambahan yang penting. Mamografi dapat
memberikan informasi selama penelitian yang intensif untuk mendiagnosis
kelainan, selain untuk screening. Untuk mengambil spesimen dilakukan
prosedur pengambilan contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik yaitu
5
dengan cara melakukan biopsi jarum halus, biopsi jarum inti, biopsi terbuka
eksisional (seluruh massa diangkat) atau insisional (sebagian massa diangkat)
(Price dan Wilson, 2006). Pemeriksaan-pemeriksaan di atas memerlukan biaya
yang mahal dan merupakan tindakan invasif.
Komponen genetik kanker payudara dibentuk oleh bermacam-macam
gen seperti BRCA1 dan BRCA2, P53 (Chintamani, 2007). Bukti-bukti yang
tersedia telah menunjukkan bahwa sejarah keluarga kanker payudara
berhubungan dengan faktor keturunan.
Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan maternal pada trimester pertama kehamilan. Sidik jari adalah pola
guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia, bersifat unik
bagi setiap individu. Jari tangan dan jari kaki, serta telapak tangan dan kaki,
dipenuhi oleh guratan-guratan teratur yang membentuk suatu pola. Istilah
dermatoglifi dipakai untuk menyebut konfigurasi guratan-guratan tersebut
(Graham dan Brown, 2005). Konfigurasi sidik jari dapat dianalisis dengan pola
ridge jari tangan, jari kaki, telapak tangan, dan telapak kaki yang digunakan
secara klinik sebagai petunjuk diagnosis beberapa sindrom dengan manifestasi
klinis yang kurang jelas. Beberapa ketidaknormalan kromosom telah diketahui
menghasilkan pola sidik jari yang berbeda (Suzumori, 1980). Relevansi sidik
jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan predisposisi
genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Sidik jari diturunkan secara
genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti
geografi dan ekonomi sehingga sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat
untuk menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan. Sejumlah gen yang
ditemukan pada sindrom kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan
keabnormalan pada sidik jari/ dermatoglifinya (Fuller, 1973). Cedric Smith
dari Laboratorium Gaiton, menganggap bahwa sidik jari hampir merupakan
subjek ideal untuk penelitian genetik secara kuantitatif. Sidik jari terpola
dengan jelas dari komponen genetik yang kuat (Loesch, 1983) dan dapat
digunakan sebagai petunjuk penelitian (Chintamani, 2007).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Lena Rosida dan Rosalina
dari Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru menemukan bahwa
6
penderita sindrom Down memiliki gambaran dermatoglifi yang khas seperti
memiliki pola triradius digital, hipothenar, garis Simians, dan pola loop telapak
tangan, tetapi tidak memiliki pola thenar. Penelitian yang telah dilakukan ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafiah (1980), Suryadi (1993),
dan Rosida (2005). Begitu juga pada pola dermatoglifi pasien yang menderita
diabetes, skizofrenia, ulkus duodenum, asma, dan beberapa keganasan lainnya
tampak adanya perbedaan yang berarti dari jumlah sulurnya, maksimum
sudutnya, dan jumlah sulur loop pada distal telapak tangan (Jurnal Anatomi
Indonesia, 2006)
C. PERUMUSAN MASALAH
Apakah ada pola sidik jari tangan (dermatoglifi) tertentu yang mengarah
kepada kecenderungan kanker payudara di daerah Surakarta?
D. TUJUAN
Menunjukkan adanya hubungan pola sidik jari tangan dengan kanker payudara
di seluruh rumah sakit di wilayah Karesidenan Surakarta.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Artikel yang merupakan hasil penelitian dan analisis serta hak paten.
F. KEGUNAAN
Memberikan alternatif identifikasi (screening) kanker payudara sedini
mungkin dengan cara dermatoglifi yang lebih mudah, murah dan non-invasif.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sidik Jari
Menurut Francis Galton (1822-1916) tidak ada sidik jari yang
identik di dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Jika ada 5 juta
orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama
baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian. Sistem sidik jari yang dipakai
sekarang berasal dari Sir Richard Edward Henry, seorang asisten
magistrate kolektor di Barat Daya India. Sistem Henry berasal dari pola
ridge (sulur/ garis-garis paralel) yang terpusat pada pola jari tangan, jari
kaki, khususnya telunjuk. Pola ridge ini dibentuk selama embrio dan tidak
pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan akibat luka-
luka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar (Saha, 2003).
7
Sidik jari telah terbukti cukup akurat, aman, mudah dan nyaman
untuk dipakai sebagai identifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari
antara lain :
1. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat
pada kulit manusia seumur hidup
2. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius
3. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap
orang.
(Elvayandri, 2002)
Pola ridge pada permukaan volar terbentuk dari orifisium kelenjar
keringat yang berukuran rata-rata 1 milimeter. Sidik jari tampak pertama
pada minggu ke-14 kehamilan dan berkembang ketika bulan ketiga
kehamilan. Lingkungan fetus terbukti berpengaruh pada pola sidik jari
(Okajima, 1975). Hal itu terbukti dengan adanya perbedaan pola sidik jari
tangan kanan dan tangan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit
perbedaan. Modifikasi lingkungan fetal dapat diinduksi substansi-substansi
teratogenik. Walaupun ketika dilihat secara mendetail pola sidik jari
manusia satu berbeda dengan yang lain namun pola skala besarnya
memiliki beberapa persamaan dan dapat diidentifikasi dengan mudah.
Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari dapat dinyatakan secara umum ke
dalam bentuk arch (garis melengkung), loop (garis melingkar), dan whorl
(garis memutar). Pola sidik jari ditentukan oleh banyak gen, beberapa
diantaranya diturunkan secara dominan seperti hypothenar radial loop,
interdigital loop yang kedua, dan axial triradius. Beberapa keganjilan dan
lipatan fleksi pada sidik jari ditemukan dalam berbagai sindrom klinik yang
disebabkan karena abnormalitas genetik dan obat-obatan teratogenik (
Naffah, 1977).
8
Gambar1. Contoh Pola Dermatoglifi
Pola sidik jari (gambar 1) dapat diperiksa secara langsung dan cara
untuk mendapatkannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan tangan
ke dalam genangan tinta kemudian ditempelkan di atas kertas. Pola sidik
jari terdiri dari baris-baris milimeter selebar setengah milimeter dari
kelenjar keringat dan terbentuk pada awal kehidupan sekitar 10 minggu
kehamilan. Pola yang kompleks ini terdiri atas doa pola utama yang
disebut loop dan triradius. Loop dibentuk saat arah alur paralel membelok
180 derajat ketika masuk dan keluar pada sisi jari yang sama dan
penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika mengarah ke tulang radius
dinamakan tipe radial, jika mengarah ke tulang ulna dinamakan tipe ulnar.
Triradius merupakan titik pusat dari bentuk segitiga yang menyebar
membentuk sulur-sulur di jari tangan dan kaki, serta di telapak tangan dan
kaki. Pancaran inilah yang mempunyai arti klinis karena spesifik untuk
tiap-tiap orang. Triradius di jari 2,3,4,5 dinamakan dengan abjad a,b,c,d.
Triradius penting lainnya dinamakan t, terdapat di region hipotenar yang
juga mampunyai arti klinik. Mekanisme terbentuknya pola ini belum
diketahui secara pasti (Penrose, 1968).
Triradius selalu ditemukan pada sisi radial dari ulnar loop dan
sebaliknya. Dua loop yang saling berlawanan dapat membentuk whorl
9
(garis memutar) yang variasinya dapat menjadi bentuk spiral, cincin
konsentris (elips), loop yang saling bersambungan maupun membentuk
celah dalam loop. Ada dua triradius dalam pola whorl. Saat tidak ada pola
yang tampak, bidang dari garis paralelnya tersebut disebut bidang terbuka.
Jika ada garis yang menunjukkan kurvatura kecil, susunannya dapat
membentuk pola arch (garis melengkung). Apabila konfigurasinya
membentuk arch maka tidak ada pola triradius di sidik jarinya. Namun,
bila polanya tented arch maka pola triradiusnya ditemukan di bawah tent
yang dibentuk oleh garis melingkar (Naffah,1977; Graham dan Brown,
2005).
Pada telapak tangan yang ditunjukkan gambar 2 dan 3 biasanya
ditemukan lima triradius. Empat dari lima triradius tersebut ditemukan
pada jari kedua sampai jari kelima yang disebut a,b,c,d atau triradius
digital. Satu triradius terakhir ditemukan dekat dengan aksis tulang
metacarpal keempat yang pada bagian akhir proksimal letaknya dekat
dengan pergelangan tangan. Triradius ini disebut triradius aksila atau T.
Triradius digital memiliki dua pancaran yang saling menutupi dasar dari
masing-masing jari dan satu pancaran proksimal berasal dari batas-batas
telapak tangan. Garis ini disebut garis utama (A,B,C,D) dan arahnya
kadang –kadang memiliki arti secara klinis maupun antropologis yang
signifikan. Untuk menunjukkan posisi dari jalan keluar garis utama, batas-
Gambar 2. Jumlah Sulur Pada Gambar 3. Cara Mengukur Sudut Dari
Pola Dermatoglifi Posisi Axial Triradius
10
batas telapak tangan dibagi menjadi 13 regio, dinomori 1 sampai dengan
13. Untuk memperkirakan indeks garis utama yang merupakan total dari 2
jumlah yang saling berhubungan pada akhiran garis D dan A, maka
digunakan beberapa angka menggantikan nomor satu sampai delapan untuk
nomor 6 sampai 13. Terkadang tampak adanya tambahan triradius di dekat
garis utama itu. Pola yang benar adalah jika loop dan whorl dapat
ditemukan di tiap-tiap lima area telapak tangan : hipothenar, thenar, area
interdigital kedua, ketiga, dan keempat. Gambaran tropografis dari pola itu
ditambah dengan pengukurannya secara metrical berguna untuk investigasi
secara antropologis dan medis. Total jumlah sulur pada jari tangan atau
TRC (Total Ridge Count) diperoleh dengan menghitung jumlah sulur
masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang ditarik dari
triradius ke pusat atau inti pola yang berdekatan kemudian menghitung
totalnya untuk 10 jari. Whorl ada dua, yang terbesarlah yang dicatat. Pola
intensitas indeks (PII) jari diperoleh dengan menghitung total triradius dari
sepuluh jari. PII telapak tangan dipastikan dengan menghitung jumlah loop
pada 5 area telapak tangan ( whorl dianggap sebagai 2 loop) (Naffah,
1977).
Distribusi dermatoglifi berbeda menurut jenis kelamin maupun ras.
Pria memiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita dan wanita
memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola
guratan-guratan sidik jari tidak hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi
juga bisa bermanfaat untuk menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi
yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan
kromosom (Graham dan Brown, 2005).
11
2. Kanker Payudara
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami Ca Mammae/ kanker
payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang
paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus
baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di
Amerika Serikat. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada
data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari
rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking
pertama diantara kanker lainnya pada wanita. Setelah menjalani perawatan,
sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya
bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Namun terdapat
sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu,
yang meliputi:
1. Ada riwayat keluarga yang memiliki kanker payudara (ibu, saudara
perempuan ibu, saudara perempuan, adik/ kakak)
2. Usia yang makin bertambah ( lebih dari 30 tahun)
3. Tidak kawin dan tidak memiliki anak (nulipara)
4. Kehamilan pertama pada usia di atas 35 tahun
5. Periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal/
berumur kurang dari 12 tahun atau menopause lebih lambat/ lebih dari
55tahun)
6. Terapi hormonal lama
7. Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
8. Pernah mengalami radiasi di daerah dada
9. Kontrasepsi oral pada pasien tumor jinak payudara (Mansjoer, 2007)
Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia
menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah mengalami
kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para
peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan
BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara sebesar
12
60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Namun
faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara
dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan
penting. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data
bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50
tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia
pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi
peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang
meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta
kurangnya olah fisik. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama
dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara.
Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi
dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi
pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Penggunaan
hormon-hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu studi meta analisis menyatakan bahwa
walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama
mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
1. Benjolan pada payudara.
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan
itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting
susu.
2. Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),
berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
13
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut,
atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin
besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara,
sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
3. Pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru
timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah
ada metastase ke tulang-tulang.
4. Timbulnya pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh
(Handoyo, 1990; Adams, 1995).
Perkembangan Kanker Payudara
1. Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi
pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila .
2. Stadium II
Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor
dengan diameter 2-5 cm dengan/ tanpa metastasis aksila.
3. Stadium IIIa
Tumor dengan diameter . 5 cm tapi masih bebas dari jaringan
sekitarnya dengan/ tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama
lain, atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
4. Stadium IIIb
Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang
telah menginfiltrasi kulit atau dinding thoraks.
5. Stadium IV
Tumor yang telah metastasis jauh (Mansjoer, 2007).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui
kriteria operbilitas Heagensen antara lain : terdapat edema luas pada kulit
payudara (lebih dari sepertiga luas kulit payudara), adanya nodul satelit
pada kulit payudara, terdapat nodul supraklavikula, adanya edema lengan,
adanya metastase jauh serta terdapat dua dari tanda-tanda locally
advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding
14
toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain (Handoyo, 1990).
Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara
dan terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan
pilihan terapi lebih banyak pada pasien. Pada kanker payudara terdapat
jenis tes yang menyertakan tes gen yaitu HER2 (human epidermal growth
factorreceptor-2). Gen ini berhubungan dengan pertumbuhan sel kanker
yang agresif. Pasien dikatakan HER2-positif jika pada tumor ditemukan
HER2 dalam jumlah besar. Kanker dengan HER2-positif dikenal sebagai
bentuk agresif dari kanker payudara dan memiliki perkiraan perjalanan
penyakit yang lebih buruk daripada pasien dengan HER2-negatif.
Diperkirakan satu dari empat sampai lima pasien dengan kanker payudara
tahap akhir memiliki HER2-positif (Robins dan Khumar, 2005; Adams,
1995).
3. Hubungan Kanker Payudara Dengan Sidik Jari Tangan
(Dermatoglifi)
Proses perkembangan organ janin yang mengalami perubahan
dapat dihubungkan dengan umur kronologis. Bentuk differensiasi kulit
dapat diperiksa dengan tes Okajima. Permukaan atau luaran kulit dari
seorang janin manusia menunjukkan perubahan yang berarti antara 12 dan
30 minggu kehamilan. Selama minggu 12 dan 13 terjadi undulasi pada
dermoepidermal junction kemudian alur primer dan gambaran berbukit
terdiferensiasi. Alur sekunder terbentuk pada minggu 18 dan 19. Pada
bulan ketujuh terjadi diferensiasi dan perkembangan papilla dermis di
sulur sekunder. Papilla dermis yang semula tersusun di antara dua sulur
ganda pada epidermis kemudian berubah jumlah, bentuk, ukuran dan
susunan selama masa kehamilan dan berubah setelah lahir (Okajima,
1975). Menurut pengamatan Okajima, pola ridge kulit pertama muncul
pada umur 13 minggu kehamilan, pola ridge kulit yang kedua mulai
differensiasi dari umur 19 minggu, dan papilla kulit pertama kali diketahui
pada 23-25 minggu kehamilan. Sementara itu, orifisium kelenjar keringat
15
pertama diidentifikasikan pada kehamilan 16 minggu, namun daya afinitas
orifisium kelenjar keringat pada reagent (bahan untuk penelitian)
mengalami pengurangan sehingga orifisium keringat tidak teramati dengan
umur kehamilan (Suzumori, 1980; Penrose and Ohara, 1973).
Berdasarkan penelitian Kauro Suzumori pada janin dengan
kromosom yang abnormal, kulit tampak mengalami keterlambatan dengan
dua minggu atau lebih dibanding janin yang normal pada umur kehamilan
yang sama (Suzumori, 1980). Nicholas Wald, di dalam bukunya Antenatal
and Neonatal Screening, menjelaskan prinsip dasar dari screening, yang
dapat digunakan untuk screening pengobatan pada penyakit spesifik dan
menggunakan prosedur yang benar. Di dalam bukunya, ada dua fokus
penting, yaitu pada ibu dan janin. Pada kehamilan ibu, perhatian
ditekankan pada penyakit, seperti adanya diabetes, infeksi selama
kehamilan, hipertensi, kanker, yang berguna untuk deteksi dini dan
pencegahan. Sedangkan pada bayi baru lahir, biasanya lebih ditekankan
dalam hal genetik, seperti penyakit metabolik, kanker, ketidaknormalan
kromosom dengan perhatian secara konsisten untuk mendeteksi dan
mencegah penyakit tersebut (Rowley, 1984).
Analisis terhadap sidik jari tangan terhadap 571 orang Habbanit
yang dilakukan oleh Slatis, Katznelson dan Bonne-Tamir pada tahun 1976
menunjukkan kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah
teori genetik telah dikembangkan; teori ini menyatakan bahwa pola sidik
jari dasar pada manusia adalah ulnar loops dan variasi gen menyebabkan
deviasi (penyimpangan) dari pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola
lain. Gen-gen yang berpengaruh antara lain: (1) Gen semidominan untuk
pola whorl pada ibu jari tangan (satu orang homozigot mempunyai pola
whorl pada kedua ibu jari, yang lainnya mempunyai ulnar loops pada
kedua ibu jari dan 288 orang heterozigot biasanya mempunyai dua pola
ulnar loops atau satu ulnar loop dan satu whorl); (2) gen semidominan
untuk pola whorl pada jari manis yang bekerja seperti gen untuk pola
whorl pada ibu jari; (3) gen dominan untuk pola arch pada ibu jari dan
seringkali pada jari tangan lain; (4) satu atau lebih gen dominan untuk pola
16
arch pada jari tangan; (5) Gen dominan untuk pola whorl pada semua jari
tangan kecuali untuk pola ulnar loop pada jari tengah; (6) Gen dominan
untuk radial loops pada jari telunjuk, seringkali berhubungan dengan pola
arch pada jari tengah; dan (7) gen resesif untuk pola radial loops pada jari
manis dan kelingking. Gen-gen ini dapat bekerja secara independen
maupun epistasis (Herman at al, 1976).
Screening merupakan hal penting dalam pencegahan penyakit. Hal
ini berpengaruh melalui dua cara. Pertama, mencegah kejadian penyakit
dengan meminimalisir atau menghilangkan penyebab, dan yang kedua
dengan melakukan deteksi dini dan sistem intervensi (Rowley, 1984).
Mavalwala di dalam bukunya Dermatoglyphics An International
Perspective, menegaskan bahwa sidik jari dapat, dan seharusnya
digunakan sebagai alat screening diagnosis sehingga memberi petunjuk
kepada petugas kesehatan untuk melakukan test lebih lanjut (Reed, 1978).
Lingkungan janin terbukti berpengaruh terhadap pola sidik jari (Okajima,
1975). Kejadian di dalam rahim berpengaruh terhadap hasil dari suatu
kehanilan. Sebagai contoh, Intra Uterin Growth Retardation (IUGR)
adalah kejadian dalam rahim yang menimbulkan kesakitan ataupun
kematian setelah lahir. Kejadian dalam rahim yang buruk dapat
menimbulkan kesehatan yang buruk pada kehidupan dewasa kelak (Power,
2004).
Plasenta memproduksi molekul-molekul ”informasi” dalam jumlah
besar seperti steroid dan peptida aktif yang membantu dalam hal regulasi
dan keseimbangan fisiologi ibu dan janin. Perubahan produksi dan
pengaturan pada peptida dan steroid plasenta akan berpengaruh secara
signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin. Dengan kata
lain, plasenta menjadi pusat pengaturan fisiologi ibu dan janin (Power,
2004).
Autosom maternal yang terlambat dalam duplikasinya,
menimbulkan ketidakseimbangan genetik yang dapat mempengaruhi
perkembangan embrio yang bersifat merugikan dan kadang-kadang
menunjukkan keterlambatan perkembangan organ. Oleh karena itu,
17
neonatus dengan ketidaknormalan autosom biasanya lebih kecil dibanding
neonatus dengan autosom normal (Suzumori, 1980). Penelitian oleh T.
Reed dan R.S. Young pun memperlihatkan adanya pengaruh maternal
terhadap organ janin (Reed, 1982).
Hampir pada tiap gangguan di awal kehamilan akan berakibat pada
pola dermatoglifi. Sebagai contoh pada keracunan thalidomide dan pada
defek kongenital pada tungkai, yaitu ectrodactily. Pada ectrodactily
terdapat malformasi pada tangan dan kaki yang sebabnya tidak diketahui.
Di sisi lain jika terjadi defek lingkungan genetik yang tidak mengenai
tungkai tidak terdapat kelainan pola dermatoglifi. Sebagai contoh tidak
ditemukannya pola yang aneh pada penderita phenylketonuria dan defek
biokimia lain. Kontroversi terjadi saat ditemukan adanya kelainan
dermatoglifi pada penderita skizophrenia (Penrose, 1968).
Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Reed, Evans, Norton
dan Christian pada tahun 1979, keluarga ras kaukasia yang berasal dari
kembar monozigot dianalisis dermatoglifinya dan ternyata faktor maternal
tidak lebih kuat pengaruhnya pada dermatoglifi dari faktor paternal. Hal
ini terlihat pada keturunan yang berasal dari perempuan kembar monozigot
menunjukkan variasi yang lebih banyak dibandingkan keturunan yang
berasal dari saudaranya. Pengaruh maternal yang lebih kuat terhadap
dermatoglifi terjadi pada ibu jari tangan, khususnya radial and ridge
count. Pola sidik jari pada jari kelingking dan ulnar counts juga
menunjukkan variabilitas yang lebih sedikit dalam keluarga yang berasal
dari kembar monozigot perempuan.
18
H. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Kerangka Berpikir Konseptual
Keterangan :
: Menyebabkan/ memberi efek
: Ikut mempengaruhi
: Menyebabkan bias
Konfigurasi Dermatoglifik
(Genetik)
Faktor Maternal
saat Kehamilan
Konfigurasi
Dermatoglifi
k Usia
Dewasa
Tetap Berubah
Ca Mammae
-Usia yang makin bertambah
(lebih dari 30 tahun)
-Tidak kawin dan tidak memiliki
anak (nulipara)
-Kehamilan pertama pada usia di
atas 35 tahun
-Periode menstruasi yang lebih
lama (menstruasi pertama lebih
awal/ berumur kurang dari 12
tahun atau menopause lebih
lambat/ lebih dari 55tahun)
-Terapi hormonal lama
-Pernah menjalani operasi
ginekologis misalnya tumor
ovarium
-Pernah mengalami radiasi di
daerah dada
-Kontrasepsi oral pada pasien
tumor jinak payudara
Luka-luka,
kecelakaan,
terbakar, dll
19
2. Kerangka Berpikir Teoritis
Konfigurasi dermatoglifi bersifat genetik dan pertama kali tampak
pada minggu ke-14 kehamilan. Deferensiasi dari papilla dermal
berlangsung dari bulan ke-7 kehamilan dan pada waktu ini papilla dermal
dapat berubah jumlah, bentuk maupun susunannya tergantung dari faktor
maternal. Tiga substansi dasar dari glikosaminoglikans yaitu hyaluronate,
dermatan sulfat, dan chondroitin 4,6-sulfat dapat berubah secara kuantitatif
maupun kualitatif selama perkembangan fetal, kelahiran, maupun balita
awal. Sangat sedikit perubahan yang terjadi setelah itu.(Pearse, 1968;
Montagna dan Parakkal, 1974).
Salah satu faktor resiko terpenting kanker payudara (Ca mammae)
adalah riwayat keluarga (genetik) serta usia walau faktor genetik hanya
berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan selebihnya
diperankan disebabkan oleh faktor risiko lainnya seperti usia yang makin
bertambah, tidak kawin dan tidak memiliki anak (nulipara), kehamilan
pertama pada usia di atas 35 tahun, periode menstruasi yang lebih lama
(menstruasi pertama lebih awal atau menopause lebih lambat), terapi
hormonal lama, pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor
ovarium, pernah mengalami radiasi di daerah dada, dan kontrasepsi oral
pada pasien tumor jinak payudara (Handoyo, 1990; Mansjoer, 2007)
Pemeriksaan dermatoglifi akan dapat digunakan untuk identifikasi
orang-orang dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit
tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi
lingkungan eksternal setelah lahir, seperti, geografi, ekonomi, dan lain-
lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat untuk menentukan
hubungan mendasar dalam kehidupan.
20
I. METODE PELAKSANAAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional ( Murti, 2006)
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di bangsal onkologi di rumah sakit- rumah sakit di
kota Surakarta.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien-pasien penderita kanker payudara di
semua umur yang telah didiagnosis secara histopatologis mencakup semua
stadium dan memiliki riwayat keluarga Kanker Payudara yang kami temui
di rumah sakit di kota Surakarta antara bulan Mei-Agustus 2009.
4. Teknik Sampling
Untuk pengambilan sample digunakan teknik purposif non random
sampling (Arief, 2004).
5. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Pola sidik jari.
b.Variabel terikat : Lima puluh pasien dengan kanker
payudara yang telah didiagnosis
secara histopatologis.
c. Variabel luar
1. Dapat dikendalikan : Tidak mempunyai anak, tidak
kawin, hamil pertama di usia lebih
dari 35 tahun, radiasi, terapi
hormonal dan kontrasepsi oral.
2.Tidak dapat dikendalikan : Genetik, faktor hormonal dan usia.
6. Skala Variabel
a. Pola dermatoglifi (jumlah sulur,
pola sidik jari, frekuensi triradius) : Skala rasio.
b. Menderita kanker payudara/ tidak : Skala nominal.
21
7. Definisi Operasional
a. Pasien kanker payudara
Penelitian akan dilakukan pada pasien ca mammae semua
umur yang telah didiagnosis secara histopatologis mencakup semua
stadium dan memiliki riwayat keluarga kanker payudara. Setelah
mendapatkan ijin dari pasien lewat informed consent dan dari rumah
sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dermatoglifi dilakukan
dengan menggunakaan tinta dengan cara mencelupkan telapak tangan
pada tinta kemudian meletakkannya pada kertas glossy. Hasilnya
kemudian dianalisis setelah discan ke computer lewat software Adobe
Photoshop sehingga bisa diketahui pola dermatoglifi, jumlah sulur
(ridge), frekuensi triradius total dan PII (Pattern Intensity Index).
b. Normal atau kontrol
Sampel diambil dari orang-orang yang tidak mempunyai
riwayat kanker payudara dan sedang tidak menderita kanker payudara
yang besarnya sejumlah pasien kanker payudara yang diteliti.
Pengambilan sidik jari pada kontrol menggunakan cara yang sama
dengan pengambilan dermatoglifi pada pasien kanker payudara.
Hasilnya dibandingkan dengan pola dermatoglifi kanker payudara
c. Dermatoglifi
Dermatoglifi merupakan konfigurasi guratan- guratan di ujung
jari manusia (Graham dan Brown, 2005). Yang akan diperiksa di sini
adalah dermatoglifi pada telapak tangan meliputi pola dermatoglifi,
jumlah sulur (ridge), frekuensi triradius total dan PII (Pattern Intensity
Index).
22
8. Instrumentasi Penelitian
a. Tinta hitam
b. Kertas Glossy
c. Bak stempel
d. Lap kering
e. Sabun cuci
f. Scanner
9. Rancangan Penelitian
Subjek Ca Mammae Subjek Normal
Cetak dan scanning
Jari Tangan
Membandingkan Pola Jari
Tangan
Menganalisis Pola Jari Tangan
Mencari Populasi
Cetak dan scanning
Jari Tangan
23
J. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
No Macam Kegiatan Minggu ke-
1 2 4 10 11 17 18 20
1 Kegiatan Persiapan
a. Membeli
Instrumen
Penelitian
b. Mengumpulkan
Kepustakaan
c. Diskusi-diskusi
2. Kegiatan Pelaksanaan
a. Mencari probandus
dan mengumpulkan
data dermatoglifi
b. Dan Menganalisis
secara kualitatif
dan kuantitatif
seluruh data
dermatoglifi
3 Penyusunan laporan
penelitian, penulisan,
perbanyakan dan
hasil penelitian.
24
K. RANCANGAN BIAYA
No. Jenis Pengeluaran Anggaran yang
Diusulkan (Rp, 00)
1. Bahan habis pakai
a. Tinta Hitam 50 botol x 13.000 650.000
b. Kertas glossy 500 lembar x 2500 1.250.000
c. Tissue basah 20 bungkus x 9000 180.000
d. Sabun cuci tangan
cair
10 botol x 15000 150.000
2. Bahan tidak habis pakai
a. Bak Stempel 20 buah x 25000 500.000
b. Lap Kering 20 buah x 8500 170.000
3. Peralatan
a. Sewa scanner untuk
kertas glossy
9 hari x 55.000 495.000
b. Flash disk 2 GB 2 buah x 110.000 220.000
c. Alat tulis (buku,
bolpoin, pensil,
kertas A4)
265.000
2. Internet 10 hari x 6500
(3 penulis @ 4 jam)
780.000
3. Print dan fotocopy sumber
pustaka, laporan cetak
350.000
4. Perijinan ( Rumah sakit, informed consent, ethical
clearance)
1.250.000
6. Transport pulang pergi ke seluruh rumah sakit
wilayah surakarta dalam tenggan waktu 8 minggu
2.300.000
7 Snack
a. Untuk dokter dan pegawai rumah sakit 360.000
b. Untuk responden penelitian:
25
-positif kanker payudara 50 orang x
@ 8500
425.000
-negatif kanker payudara 50 orang x
@ 8500
425.000
8 Biaya komunikasi 230.000
Total Biaya
L. DAFTAR PUSTAKA
Chintamani. 2007. Qualitative and Quantitative Dermatoglyphic Traits in
Patients with Breast Cancer : a Prospective Clinical Study. BMC
Cancer.
Cummins H. dan Midlo C. 1961. Fingerprint, Palms, and Soles. New York :
Dover Publications.
Ellis D. I., Goodacre, R. 2006. Metabolic Fingerprinting in Disease
Diagnosis : Biomedical Application of Iinfrared and Raman
Spectroscopy.
Fuller C. 1973. Journal of Medical Genetic Dermatoglyphics : A Diagnostic
Aid.
Graham R., Brown dan Burns T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Ed VIII.
Jakarta : Erlangga Medical Series, hal : 1-9.
Guyton A.C. dan Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11.
Jakarta: EGC, hal : 1092-4. Glanville, Edward. 1965. Heredity and
Line a of Palmar Dermatogliphics. American Journal of Human
Genetics. Vol. 17 No.5.
Jones, Christopher. 1993. Fingerprint Patterns Probably Inherited. Osney,
Oxford OX2 0BA : Cheirological Society.
Kumala P, Nuswantari D. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed25.
Jakarta: EGC.
Loesch D.Z. 1983. Quantitative Dermatoglyphics. Classification, Genetics,
and Pathology. Oxford Monographs on Medical Genetics. Oxford ,
England : Oxford University Press.
Mansjoer A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FK UI, hal : 283-7.
Murti B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Ed1.Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
26
Murti B. 2007. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropological and medical
aspects. Bulletin of The New York Academy of Medicine.
Okajima. 1975. Journals of Medical Genetics Development of Dermal Ridge
in The Fetus.
Penrose L.S. 1968. Medical Significance in Fingerprints and Related
Phenomena. British Medical Journal, hal : 321-5.
Penrose dan Ohara. 1973. The Development of the Epidermal Ridges.
Journal of Medicine Genetics 10: 201.
Poer M. R., Schulkin J. 2004. Introduction : Brain and Placenta, Birth and
Behaviour, Health and Disease.
Power L., Michael. 2004. Introduction : Brain and Placenta, Birth and
Behavior, Health and Disease. Whasington DC , USA : American
College of Obstetricians and Ginecologists : Cambridge University
Press.
Price S. A., Wilson C.M. 2006. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal : 1301-7.
Reed, Evans, Norton dan Christian. 1979. Maternal Effects on Fingertip
Dermatoglyphics. Am J Hum Genet 33, hal: 315 -23.
Reed, Terry. 1978. Dermatoglyphics. An International Perspective. Edited by
J. Mavalwala. The Hague/Paris: Mouton publishers: 383.
Reed, Terry. 1982. Maternal effects in Dermatoglyphics : Similarities from
Twin Studies among Palmar, Plantar, and Fingertip Variables.
American Society of Human Genetics. Am J Hum Genet 34, hal : 349-
52.
Reksoprodjo S.1989. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FK UI, hal :
331-63.
Robbins, Khumar. 2007. Buku Ajar Patologi Volume I. Ed7. Jakarta: EGC.
Rosida L. dan Rosalina P. 2006. Jurnal Anatomi Indonesia : Gambaran
dermatoglifi penderita sindrom Down di Banjarmasin dan Martapura
Kalimanyan Selatan. Jogjakarta : PB PAAI.
27
Rowly T.P. 1984. Antenatal and Neonatal Screening. Oxford , England :
Oxford University Press: 573
Saha S, Loesch D., Chant D., Welham J, El-Saadi O, Vananas L, Moury B,
Mc Grath J. 2003. Dirrectional and Fluctuating Asymmetry in Finger
a-b Ridge Counts in Psychosis : a Case Control Study. BMC
Psychiatry.
Slatis, Herman, Marisa and Batsheva B. 1976. The Ineritance of Fingerprint
Patterns. Am J Hum Genet 28, hal : 280-9.
Soltan H.C. dan Clearwater K. 1965. Dermatoglyphics in Translocation
Down Syndrome. American Journal of Human Genetics.
Suzumori K. 1980. Dermatoglyphic. Analysis of Fetuses with Chromosomal
Abnormalities. American Society of Human Genetics 32, hal : 859-68.
Taufiqurrahman, M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten : CSGF, hal : 8-10.
28
M. LAMPIRAN
1. Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
a. Ketua Pelaksana Kegiatan
1. Nama : Linda Jana Sintaningtyas
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Bojonegoro, 19 Juni 1988
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. NIM : G0006109
7. Alamat Rumah : Jln. Arief Rahman Hakim 12
Bojonegoro, Jawa Timur
8. Nomor Telepon : 081 329 429 040
9. E-mail : [email protected]
10. Riwayat Pendidikan :
No. Tingkat Pendidikan Tempat Tahun
Kelulusan
1. TK ABA III Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro 1993
2. SDN Sukorejo I
Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro 1999
3. SLTPN I Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro 2002
4. SMAN I Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro 2005
6. Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran UNS
Kota Surakarta -
11. Riwayat Organisasi dan Kegiatan :
No. Nama Organisasi Tahun Jabatan
1. Pengurus PMR SLTPN I
Bojonegoro
2001-2002 Anggota Divisi
2. Sentra Kegiatan Islam (SKI)
SMUN I Bojonegoro
2003-2004 Staf Bidang I
3. Koperasi SMUN I Bojonegoro 2004-2005 Kepala Sekretaris
29
4. Central for Indonesia Medical
Student Activities (CIMSA)
FK UNS
2006-sekarang Standing Comitee on
Public Health
5. SKI FK UNS 2006-2007 Staff FULDFK
3. Kastrat de Geneeskunde
FK UNS
2008-sekarang Anggota Tidak Tetap
4. Kelompok Studi Muslim FK
UNS
2006-2007 Koordinator Bidang
Perpustakaan
2007-sekarang Anggota
5. Arteri FK UNS 2005 2006-2007 Sekretaris Akademis
2007-2008 Sekretaris Kewirausahaan
6. Forma Joglo (Forum
Mahasiswa Bojonegoro-Solo)
2006-2007 Ketua umum
2007-sekarang Anggota
7. Dewan Mahasiswa FK UNS
2007-2008 Staff Komisi II
2008-sekarang Ketua Komisi I
8. Laboratorium Anatomi dan
Embriologi FK UNS
2007-sekarang Asisten Dosen
9. Bulan Sabit Merah Indonesia
Cab Surakarta
2008-sekarang Anggota
12. Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No. Judul Tahun
1. Pola Dermatoglifi Tangan pada Pasien Skizofrenia 2009
2. Hubungan Sidik Jari Tangan dengan Kanker Payudara 2009
Ketua Pelaksana Kegiatan
Linda Jana S.
NIM G0006109
30
b. Anggota Pelaksana Kegiatan I
1. Nama Lengkap : Dyah Listyorini
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 Mei 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. NIM : G0008089
7. Alamat Rumah : Jalan Arjuna Kadilangu, Baki
Sukoharjo
8. Telepon Seluler : 085624035943
9. E-mail : [email protected]
10. Riwayat Pendidikan :
No. Tingkat Pendidikan Tempat Tahun Kelulusan
1. TK Darma Wanita Sukoharjo 1994
2. SD Negeri BakiPandeyan 1 Sukoharjo 2001
3. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Surakarta 2004
4. SMA Negeri 7 Surakarta Surakarta 2007
5. Pendidikan Dokter FK UNS Surakarta -
11. Pengalaman Organisasi :
No. Nama Organisasi Tahun Jabatan
1. BIAS UNS 2009-sekarang Staff DOA
2. SKI FK UNS 2009-sekarang Bidang Kaderisasi
3 Kastrat de Geneskuunde 2008-sekarang Anggota
4 Asian Medical Students
Association of Sebelas Maret
University
2009-sekarang Staff M n D
5 Student English Forum UNS 2009-sekarang anggota
31
12. Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat
No. Judul Tahun
1. Hubungan Ketebalan Lidah dengan Skor IQ pada Anak
SD Penderita GAKI di Kabupaten Boyolali Jawa
Tengah
2009
2. Hubungan Pola Sidik Jari Tangan dengan Kanker
Payudara
2009
Anggota Pelaksana Kegiatan I
Dyah Listyorini
NIM G0008089
32
c. Anggota Pelaksana Kegiatan II
1. Nama Lengkap : Sofina Kusnadi
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 7 Juni 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. NIM : G0008171
7. Alamat Rumah : Perumahan Griya Karang Indah
Blok H no. 14 Purwokerto
8. Telepon Seluler : 081804732635
9. E-mail :[email protected]
10. Riwayat Pendidikan :
No. Tingkat Pendidikan Tempat Tahun Kelulusan
1. TK Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto 1995
2. SD Negeri 05 Kranji SLTP Purwokerto 2002
3. SMP Negeri I Purwokerto Purwokerto 2005
4. SMA Negeri 1 Purwokerto Purwokerto 2008
5. Pendidikan Dokter FK UNS Surakarta -
11. Pengalaman Organisasi :
No. Nama Organisasi Tahun Jabatan
1. BEM FK UNS 2009-sekarang Staff Departemen Luar
Negeri
2. Ikatan Senat Mahasiswa
Kedokteran Indonesia
(ISMKI) wilayah III
2009-sekarang anggota
3 Kastrat de Geneskuunde 2008-sekarang anggota
4 Asian Medical Students
Association of Sebelas Maret
University
2009-sekarang Staff M n D
5 Student English Forum UNS 2009-sekarang anggota
33
12. Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat
No. Judul Tahun
1. Hubungan Ketebalan Lidah dengan Skor IQ pada Anak
SD Penderita GAKI di Kabupaten Boyolali Jawa
Tengah
2009
2. Hubungan Pola Sidik Jari Tangan dengan Kanker
Payudara
2009
Anggota Pelaksana Kegiatan II
Sofina Kusnadi
NIM G0008171
34
2. Biodata Dosen Pembimbing
1. Nama Lengkap : Nanang Wiyono, dr., M.Kes
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Sukoharjo, 30 Mei 1976
3. Jenis Kelamin : Pria
4. NIP : 132 301 027
5. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIIb
6. Jabatan Fungsional : Assiten Ahli
7. Jabatan Struktural : -
8. Fakultas : Kedokteran
9. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
10. Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat
No. Judul Tahun
1. Pengaruh Stres Kronik terhadap tebal lamina
pyramidalis CA1 Hippocampus
2008
2. Hubungan antara tebal lamina pyramidalis CA1
Hippocampus dengan memori kerja pascastres kronik
pada tikus (Rattus norvegicus)
2008
3 Pengaruh stres kronik terhadap gambaran morfologis
gyrus dentatus dan CA1 hippocampus
2007
4. Hubungan antara tebal lamina pyramidalis CA1
Hippocampus dengan memori kerja pascastres kronik
pada tikus (Rattus norvegicus)
2008
Pembimbing
Nanang Wiyono, dr., M.Kes
NIP 132 301 027