Microsoft Word -
imam_moerdo_koentjoro-skripsi-fakultas_teknik-naskah_ringkas-2013.docDI
KECAMATAN MESUJI TIMUR
Imam Moerdo Koentjoro
[email protected]
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK Perubahan fungsi dari suatu wilayah pertanian di kawasan
transmigrasi menjadi suatu wilayah perkotaan baru mengakibatkan
berubahnya pola transportasi di Kecamatan Mesuji Timur, sehingga
perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya.
Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal dari suatu perencanaan
transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur.
Pengumpulan data untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan
dilakukan dengan survey data primer melalui kuesioner terhadap
sejumlah rumah tangga yang dipilih secara acak, perhitungan
lalu-lintas di lapangan serta data sekunder.
Model disagregat produksi perjalanan orang berbasis rumah (home
based trip production) yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah
anggota keluarga dan penghasilan rata-rata keluarga, sementara
variabel kepemilikan kendaraan tidak disertakan dalam model karena
variable tersebut mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel
penghasilan rata-rata keluarga serta tidak signifikan terhadap
model produksi perjalanan.
2
ABSTRACT
Transformation of the function of agricultural region in
transmigration areas into a new urban areas results in changes in
transport patterns in The East Mesuji Sub- District. Hence, it is
required to develop transportation planning in such area. Trip
generation is the initial phase of the transportation planning. The
purpose of this research is to develop trip generation model of The
East Mesuji Sub-District. The calibration process of the model is
performed with primary data survey through a questionnaire to a
number of households which were randomly selected, as well as
traffic counting in the field and secondary data. Disaggregated
model of the home based trip production generated in this research
is a function of the number of family members and the family
average income, while vehicle ownership variables could not be
included in the model since it has high correlation to the family
average income variable and it is not significant to the trip
production model. The non home-based trip attraction model
generated in this research is related to the goods or commodities
movement and it is a function of the acreage of oil palm, rice and
rubber planting area. Keywords: Trip generation, East Mesuji
Pendahuluan
perekonomian masyarakat transmigran dan mengurangi kesenjangan
pembangunan
antar wilayah, serta mengatasi rendahnya keterkaitan antara pusat
pertumbuhan
dengan daerah belakangnya (hinterland) dan juga untuk mempercepat
perkembangan
kawasan transmigrasi, maka dilakukan perubahan pada kebijakan
ketransmigrasian,
yaitu adanya Undang –Undang No. 29 Tahun 2009 sebagai perubahan
atas
Undang –Undang No. 15 Tahun 1997.
Dalam perubahan undang-undang ini peran pemerintah daerah lebih
dipertegas mulai
dari penyediaan kawasan, pembangunan kawasan, sampai dengan
pengembangan
kawasan transmigrasi.
Dalam UU No. 29 Tahun 2009 pembangunan transmigrasi dilaksanakan
berbasis
kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya,
membentuk suatu
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
3
transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai
dengan rencana tata
ruang wilayah dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT)
atau
Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT). WPT adalah wilayah potensial
yang
ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang
terdiri atas
beberapa Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang salah satu
diantaranya
direncanakan untuk mewujudkan Pusat Pertumbuhan Wilayah Baru
(PPWB)
sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KPB). Untuk mempercepat
terbentuknya Pusat
Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, maka
dibentuklah
konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM).
Tujuan Terbentuknya KTM adalah untuk mempercepat terbentuknya
Pusat
Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru
(KepMenakertrans.RI
No.: KEP.214/MEN/V/2007).
pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai
fungsi
perkotaan. Adanya KTM menimbulkan perubahan fungsi tata guna lahan,
yang
semula sebagai kawasan pertanian berubah menjadi Kawasan Perkotaan
Baru
(KPB). Perubahan fungsi tata guna lahan mengakibatkan berubahnya
pola
transportasi di Kawasan Perkotaan Baru, sehingga perlu dilakukan
perencanaan
terhadap sistim transportasinya.
perjalanan untuk berbagai jenis pusat bangkitan perjalanan,
diantaranya adalah
(Budi,I.S.,2007) mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap
bangkitan dan
tarikan pergerakan di sepanjang Jalan Gadjah Mada Kota Batam,
(Lubis,M.E.,2008)
mengkaji model bangkitan pergerakan untuk beberapa tipe rumah di
Kota
Pematangsiantar (studi kasus perumahan pinggiran Kota
Pematangsiantar) dan
(Djuniati,S., 2004) melakukan studi perbandingan variabel yang
berpengaruh pada
model bangkitan perjalanan di kawasan perumahan.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
4
Perubahan fungsi tata guna lahan pada wilayah Kecamatan Mesuji
Timur
yang di dalamnya terdapat KTM Mesuji menjadi dasar pertimbangan
untuk
melakukan kajian bangkitan perjalanan dalam suatu kawasan
transmigrasi yang
dikembangkan menjadi KPB / KTM. Untuk itu, penelitian ini bertujuan
untuk
mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan
Mesuji
Timur.
Pendekatan agregat adalah pendekatan secara menyeluruh dengan
memahami atribut-
atribut zona seperti : penduduk suatu zona, sosial ekonomi zona,
perkembangan
wilayah dan pola tataguna lahan zona. Pendekatan ini dilakukan
apabila
perjalanannya berbasis zona (zone based trip) (Miro,F.,2005).
Perjalanan berbasis
zona dianalisis sebagai tarikan perjalanan (trip attraction).
Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang dilakukan perindividu
dengan
memahami faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya perjalanan
pada pelaku
perjalanan (trip maker), seperti : jumlah kendaraan yang dipunyai,
struktur dan
ukuran rumah tangga dimana pelaku perjalanan tinggal,
pendapatannya, dan
sebagainya (Miro,F.,2005). Sehingga pendekatan ini condong kepada
basis perjalanan
rumah (home based trip) dengan asumsi perjalanan diawali dari rumah
menuju suatu
zona sesuai aktifitasnya. Perjalanan berbasis rumah dianalisis
sebagai produksi
perjalanan (trip production).
didasarkan pada kajian literatur dan hasil penelitian-penelitian
terdahulu dan
juga didasarkan pada faktor-faktor yang secara logika paling
dominan
mempengaruhi jumlah perjalanan keluarga, yaitu : jumlah anggota
keluarga,
jumlah penghasilan rata-rata keluarga perbulan dan jumlah
kepemilikan
kendaraan.
5
2) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan
agregat
didasarkan pada faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi
jumlah
perjalanan barang / komoditi, yaitu: luas tanam sawit, luas tanam
padi, luas
tanam karet dan jumlah pasar yang ada di wilayah studi.
Pengumpulan Data
didapatkan dengan cara survey lapangan sedangkan data-data sekunder
didapat dan
dikumpulkan dari instansi-instansi terkait.
Survey data primer sosio-ekonomi dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner secara
acak kepada sejumlah keluarga di daerah studi. Kuisioner tersebut
disampaikan
langsung ke masing-masing keluarga yang terpilih sebagai responden,
kemudian
mereka diminta untuk mengisinya dan selanjutnya diambil kembali
setelah diisi
secara lengkap. Informasi yang didapatkan dari kuisioner adalah
data yang berisi
informasi keluarga, terdiri dari: jumlah anggota keluarga, jumlah
penghasilan rata-
rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan kendaraan (data-data
tersebut
digunakan sebagai variabel bebas Xi pada analisis regresi) serta
data yang berisi
informasi perjalanan, terdiri dari: asal, maksud dan tujuan
perjalanan, moda
transportasi yang digunakan serta jumlah perjalanan yang dilakukan.
Data jumlah
perjalanan yang dilakukan dalam satu hari digunakan sebagai
variabel tidak bebas
(Y) pada analisis regresi.
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara
random. Data primer
dari responden diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para
responden
yang tinggal di 11 desa eks transmigrasi. Jumlah data primer yang
diperoleh
sebanyak 449 responden. Jumlah responden pada masing-masing desa
disajikan pada
tabel 1.
6
Tabel 1.Jumlah Responden pada Masing-masing Desa di Kecamatan
Mesuji Timur.
No. Nama Desa Jumlah Responden (KK) 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
Tujuan survey lalu-lintas angkutan barang adalah untuk memperoleh
volume lalu-
lintas angkutan barang (truk) di pasar-pasar pada daerah kajian,
sedangkan untuk
menghitung volume lalu-lintas truk pengangkut komoditas perkebunan
dilakukan
dengan cara estimasi, yaitu hasil panen komoditas (ton) dibagi
dengan kapasitas
angkut sebuah truk (ton). Selanjutnya volume lalu-lintas angkutan
barang tersebut
digunakan sebagai variabel tidak bebas Y, sedangkan sebagai
variabel bebas (Xi)
adalah luas panen komoditas pertanian/perkebunan dan jumlah pasar
yang ada pada
daerah yang sedang dikaji.
§ Pengumpulan Data Sekunder
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah : data luas
tanam komoditas pertanian di wilayah studi, data kependudukan, data
Profil
Kecamatan Mesuji Timur, data Profil Kabupaten Mesuji serta data
tentang kebijakan-
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
7
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dan Pemerintah
Propinsi Lampung
terhadap wilayah Kecamatan Mesuji Timur yang tertuang pada RTRWK
Mesuji dan
RTRWP Lampung.
regresi linear berganda. Model yang terbaik dipilih berdasarkan uji
statistik uji-t dan
uji-F dan koefisien determinasi.
§ Uji t – ( t-Test)
Uji t digunakan untuk dua tujuan, yaitu : untuk menguji
signifikansi nilai korelasi (r)
dan untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi. Setiap
perubah yang
mempunyai koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik
harus dibuang dari
model.
Jika thitung < ttabel , maka tolak Ha (tidak signifikan)
dengan:
- nilai ttabel didapat dari tabel t, dengan rumus ttabel = t α/2;
db(n-2).
- taraf signifikansi α = 0,05 atau 0,01 dan derajad bebas (db) =
n-2.
- n = jumlah sampel
- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan/
pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
- Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah
pernyataan adanya
hubungan/pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
§ Uji F (F – Test)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh variabel bebas secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kaidah pengujian signifikansi (Riduan, 2010) :
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak Ho (signifikan)
Jika Fhitung < Ftabel maka tolak Ha (tidak signifikan)
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
8
dengan :
- m = jumlah variabel bebas
- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya pengaruh
yang
signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel
terikat.
variabel terikat
Evaluasi dilakukan terhadap nilai koefisien determinasi, nilai
konstanta dan koefisien
regresi pada setiap tahap analisis agar dapat ditentukan model
persamaan regresi
linear ganda yang terbaik dengan kriteria sebagai berikut
(Tamin,O.Z., 2000) :
- Semakin banyak perubah bebas yang digunakan, semakin baik
model
tersebut.
- Nilai konstanta regresi kecil (semakin mendekati nol) semakin
baik.
- Nilai koefisien determinasi (R2) besar (semakin mendekati satu)
semakin baik.
Pemilihan Model Agregat Produksi Perjalanan Berbasis Rumah
Terbaik
Variabel bebas yang digunakan pada produksi perjalanan berbasis
rumah adalah
jumlah anggota keluarga, pendapatan rata-rata keluarga, dan
kepemilikan kendaraan,
sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan.
Hasil analisis regresi linear berganda terhadap variabel – variabel
tersebut yang telah
lolos uji-t dan uji-F disajikan pada tabel 2.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
9
Berdasarkan pada kriteria model persamaan regresi linear ganda yang
terbaik, maka
dipilih Model Alternatif A1 (tabel 2) sebagai model terbaik dengan
persamaan
prediksi jumlah perjalanan sebagai berikut:
Y = 0,544 + 0,681 X1 + 0,116 X2 …………………………………………….. (1)
dengan X1 : jumlah anggota keluarga, X2 : penghasilan rata-rata
keluarga, X3 :
kepemilikan kendaraan, Y: jumlah prediksi perjalanan.
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan
Berbasis Rumah
Model Alternatif
Nilai koefisien
determinasi R2
Koefisien korelasi
A1 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Penghasilan rata-rata kel.
(X2)
0,551 0,671 0,384
A2 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Kepemilikan kendaraan (X3)
0,500 0,671 0,397
A3 -Penghasilan rata-rata kel. (X2) -Kepemilikan kendaraan
(X3)
0,186
Y= 2,702 + 0,081 X2 +0,310 X3
A4 -Jumlah anggota keluarga (X1) 0,451 0,671 Y = 0,875 + 0,716
X1
A5 - Penghasilan rata-rata kel.(X2) 0,148 0,384 Y = 2,947 + 0,140
X2
Sumber : olahan
Korelasi antar variabel hasil analisis regresi linear berganda pada
Model Alternatif A1
perjalanan berbasis rumah disajikan pada tabel 3.
Korelasi antar variabel bebas tersebut relatif tidak kuat/ kecil,
sehingga masing-
masing variabel dapat digunakan dalam persamaan regresi linear
berganda.
Tabel 3. Korelasi Antar Variabel Hasil Analisis Regresi Linear
Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah
Variabel Perjalanan Keluarga (Y)
Jumlah Anggota Keluarga (X1)
Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2)
Jumlah Anggota Keluarga (X1)
10
Analisis regresi linear berganda terhadap data atraksi perjalanan
berbasis zona /
bangkitan perjalanan barang perlu dilakukan dengan coba-coba agar
didapat
persamaan regresi linear yang baik. Variabel bebas yang dianalisis
meliputi : luas
tanam sawit (X1), luas tanam padi (X2), luas tanam karet (X3) dan
jumlah pasar (X4).
Sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan
(Y).
Hasil analisis perjalanan berbasis zona dari beberapa alternatif
yang lolos uji-t dan
uji-F tersebut disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Perjalanan Berbasis
Zona
Model Alter- natif
Nilai koefisien determinasi
terhadap Y Persamaan prediksi Y
B1 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam karet
(X3)
0,998 0,998 - 0,267 - 0,378
B2 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2)
0,997 0,987 - 0,255
Y = - 2,892 + 0,011 X1 + 0,017 X2
B3 Luas tanam sawit (X1) 0,998 0,999 Y = - 1,233 + 0,011 X1
Sumber : olahan
Dari beberapa alternatif analisis regresi linear tersebut di atas
maka analisis regresi
Model Alternatif B1 memberikan persamaan regresi linear berganda
yang terbaik
karena secara statistik memenuhi syarat uji-t maupun uji-F dan
mempunyai
konstanta positif. Persamaan prediksi Y (jumlah perjalanan)
berbasis zona adalah :
Y = 0,818 + 0,010 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3 ………………………………… ( 2
)
Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model
Alternatif B1 pada
perjalanan berbasis zona dijelaskan pada tabel 5.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
11
Tabel 5. Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear
Model Alternatif B1 - pada Perjalanan Berbasis Zona.
Variabel jumlah perjalanan
Luas tanam sawit (X1)
0,988 1,000 -0,401 -0,275
Luas tanam padi (X2)
-0,267 -0,401 1,000 -0,379
Luas tanam karet (X3)
-0,378 -0,275 -0,379 1,000
Dari table 5 dapat disimpulkan bahwa hanya variabel bebas luas
tanam sawit yang
mempunyai korelasi yang kuat terhadap variabel terikat jumlah
perjalanan.
Korelasi antar variabel bebas bertanda negatif (-). Hal ini secara
logika dapat
dipahami, yaitu apabila dalam satu kawasan salah satu komoditi
mempunyai
peningkatan pada luas tanam dan produksinya maka komoditi yang lain
akan
mengalami penurunan luas tanam dan produksinya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terhadap data
responden, data
potensi desa (komoditi) dan data pencatatan jumlah angkutan barang
di pasar pada
kawasan transmigrasi di Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji
Propinsi
Lampung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Model produksi perjalanan disagregat berbasis rumah (home based
trip) adalah:
Y = 0.544 + 0.681 X1 + 0.116 X2
dengan:
X1 = jumlah anggota keluarga (orang)
X2 = penghasilan rata-rata keluarga (dalam jutaan rupiah)
Koefisien determinasi ( R2 ) model disagregat sebesar 0,551 atau
55.1 %.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
12
2) Model atraksi perjalanan agregat berbasis zona (non home based
trip)
Model atraksi perjalanan berdasarkan zona atau bangkitan perjalanan
barang /
komoditas pertanian (perkebunan) di daerah studi adalah:
Y = 0.818 + 0.010 X1 + 0.013 X2 - 0.007 X3
dengan:
X2 = luas tanam padi (Ha)
X3 = luas tanam karet (Ha)
Y = prediksi jumlah perjalanan ( truk/hari)
Koefisien determinasi ( R2 ) model agregat sebesar 0,998 atau 99,8
%.
Saran
mempertimbangkan volume perjalanan angkutan barang/komoditas (truk)
mengingat
semakin bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas
yang terjadi
akibat pertambahan luas perkebunan sawit. Pertambahan luas
perkebunan sawit
terjadi baik di wilayah Kecamatan Mesuji Timur maupun di wilayah
Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI) yang berbatasan dengan Kecamatan Mesuji
Timur.
Dampak dari perluasan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten OKI
adalah
bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas sawit yang
melewati
wilayah Kecamatan Mesuji Timur karena sebagian produk sawit di
wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diangkut ke pabrik pengolahan
sawit yang
berada di Simpang Pematang Kabupten Mesuji.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
13
Tamin, Ofyar Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi,
Edisi Kedua, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.
Masterplan KTM Mesuji, 2007, Direktorat Perencanaan Teknis
Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, Ditjen P2MKT, Kemenakertrans
RI.
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Cetakan ke 8, 2010, Bandung,
Alfabeta.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013