of 13 /13
KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI DI KECAMATAN MESUJI TIMUR Imam Moerdo Koentjoro [email protected] Dosen Pembimbing: Ir. Ellen S.W.Tangkudung, MSc. DR. Ir. Nahry, M.T. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Perubahan fungsi dari suatu wilayah pertanian di kawasan transmigrasi menjadi suatu wilayah perkotaan baru mengakibatkan berubahnya pola transportasi di Kecamatan Mesuji Timur, sehingga perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya. Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal dari suatu perencanaan transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur. Pengumpulan data untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dilakukan dengan survey data primer melalui kuesioner terhadap sejumlah rumah tangga yang dipilih secara acak, perhitungan lalu-lintas di lapangan serta data sekunder. Model disagregat produksi perjalanan orang berbasis rumah (home based trip production) yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah anggota keluarga dan penghasilan rata-rata keluarga, sementara variabel kepemilikan kendaraan tidak disertakan dalam model karena variable tersebut mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel penghasilan rata-rata keluarga serta tidak signifikan terhadap model produksi perjalanan. Model tarikan perjalanan (trip attraction) berbasis bukan rumah (non home based trip) terkait dengan perjalanan barang atau komoditi dan merupakan fungsi dari luas tanam sawit, luas tanam padi dan luas tanam karet. Kata kunci: Bangkitan perjalanan, Mesuji Timur 1 Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

  • Author
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

Microsoft Word - imam_moerdo_koentjoro-skripsi-fakultas_teknik-naskah_ringkas-2013.docDI KECAMATAN MESUJI TIMUR
Imam Moerdo Koentjoro [email protected]
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK Perubahan fungsi dari suatu wilayah pertanian di kawasan transmigrasi menjadi suatu wilayah perkotaan baru mengakibatkan berubahnya pola transportasi di Kecamatan Mesuji Timur, sehingga perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya. Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal dari suatu perencanaan transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur. Pengumpulan data untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dilakukan dengan survey data primer melalui kuesioner terhadap sejumlah rumah tangga yang dipilih secara acak, perhitungan lalu-lintas di lapangan serta data sekunder.
Model disagregat produksi perjalanan orang berbasis rumah (home based trip production) yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah anggota keluarga dan penghasilan rata-rata keluarga, sementara variabel kepemilikan kendaraan tidak disertakan dalam model karena variable tersebut mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel penghasilan rata-rata keluarga serta tidak signifikan terhadap model produksi perjalanan.
 
2
ABSTRACT
Transformation of the function of agricultural region in transmigration areas into a new urban areas results in changes in transport patterns in The East Mesuji Sub- District. Hence, it is required to develop transportation planning in such area. Trip generation is the initial phase of the transportation planning. The purpose of this research is to develop trip generation model of The East Mesuji Sub-District. The calibration process of the model is performed with primary data survey through a questionnaire to a number of households which were randomly selected, as well as traffic counting in the field and secondary data. Disaggregated model of the home based trip production generated in this research is a function of the number of family members and the family average income, while vehicle ownership variables could not be included in the model since it has high correlation to the family average income variable and it is not significant to the trip production model. The non home-based trip attraction model generated in this research is related to the goods or commodities movement and it is a function of the acreage of oil palm, rice and rubber planting area. Keywords: Trip generation, East Mesuji
Pendahuluan
perekonomian masyarakat transmigran dan mengurangi kesenjangan pembangunan
antar wilayah, serta mengatasi rendahnya keterkaitan antara pusat pertumbuhan
dengan daerah belakangnya (hinterland) dan juga untuk mempercepat perkembangan
kawasan transmigrasi, maka dilakukan perubahan pada kebijakan ketransmigrasian,
yaitu adanya Undang –Undang No. 29 Tahun 2009 sebagai perubahan atas
Undang –Undang No. 15 Tahun 1997.
Dalam perubahan undang-undang ini peran pemerintah daerah lebih dipertegas mulai
dari penyediaan kawasan, pembangunan kawasan, sampai dengan pengembangan
kawasan transmigrasi.
Dalam UU No. 29 Tahun 2009 pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis
kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya, membentuk suatu
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
3
transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) atau
Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT). WPT adalah wilayah potensial yang
ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas
beberapa Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang salah satu diantaranya
direncanakan untuk mewujudkan Pusat Pertumbuhan Wilayah Baru (PPWB)
sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KPB). Untuk mempercepat terbentuknya Pusat
Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, maka dibentuklah
konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM).
Tujuan Terbentuknya KTM adalah untuk mempercepat terbentuknya Pusat
Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KepMenakertrans.RI
No.: KEP.214/MEN/V/2007).
pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi
perkotaan. Adanya KTM menimbulkan perubahan fungsi tata guna lahan, yang
semula sebagai kawasan pertanian berubah menjadi Kawasan Perkotaan Baru
(KPB). Perubahan fungsi tata guna lahan mengakibatkan berubahnya pola
transportasi di Kawasan Perkotaan Baru, sehingga perlu dilakukan perencanaan
terhadap sistim transportasinya.
perjalanan untuk berbagai jenis pusat bangkitan perjalanan, diantaranya adalah
(Budi,I.S.,2007) mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan dan
tarikan pergerakan di sepanjang Jalan Gadjah Mada Kota Batam, (Lubis,M.E.,2008)
mengkaji model bangkitan pergerakan untuk beberapa tipe rumah di Kota
Pematangsiantar (studi kasus perumahan pinggiran Kota Pematangsiantar) dan
(Djuniati,S., 2004) melakukan studi perbandingan variabel yang berpengaruh pada
model bangkitan perjalanan di kawasan perumahan.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
4
Perubahan fungsi tata guna lahan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur
yang di dalamnya terdapat KTM Mesuji menjadi dasar pertimbangan untuk
melakukan kajian bangkitan perjalanan dalam suatu kawasan transmigrasi yang
dikembangkan menjadi KPB / KTM. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji
Timur.
Pendekatan agregat adalah pendekatan secara menyeluruh dengan memahami atribut-
atribut zona seperti : penduduk suatu zona, sosial ekonomi zona, perkembangan
wilayah dan pola tataguna lahan zona. Pendekatan ini dilakukan apabila
perjalanannya berbasis zona (zone based trip) (Miro,F.,2005). Perjalanan berbasis
zona dianalisis sebagai tarikan perjalanan (trip attraction).
Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang dilakukan perindividu dengan
memahami faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya perjalanan pada pelaku
perjalanan (trip maker), seperti : jumlah kendaraan yang dipunyai, struktur dan
ukuran rumah tangga dimana pelaku perjalanan tinggal, pendapatannya, dan
sebagainya (Miro,F.,2005). Sehingga pendekatan ini condong kepada basis perjalanan
rumah (home based trip) dengan asumsi perjalanan diawali dari rumah menuju suatu
zona sesuai aktifitasnya. Perjalanan berbasis rumah dianalisis sebagai produksi
perjalanan (trip production).
didasarkan pada kajian literatur dan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan
juga didasarkan pada faktor-faktor yang secara logika paling dominan
mempengaruhi jumlah perjalanan keluarga, yaitu : jumlah anggota keluarga,
jumlah penghasilan rata-rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan
kendaraan.
5
2) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan agregat
didasarkan pada faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi jumlah
perjalanan barang / komoditi, yaitu: luas tanam sawit, luas tanam padi, luas
tanam karet dan jumlah pasar yang ada di wilayah studi.
Pengumpulan Data
didapatkan dengan cara survey lapangan sedangkan data-data sekunder didapat dan
dikumpulkan dari instansi-instansi terkait.
Survey data primer sosio-ekonomi dilakukan dengan menyebarkan kuisioner secara
acak kepada sejumlah keluarga di daerah studi. Kuisioner tersebut disampaikan
langsung ke masing-masing keluarga yang terpilih sebagai responden, kemudian
mereka diminta untuk mengisinya dan selanjutnya diambil kembali setelah diisi
secara lengkap. Informasi yang didapatkan dari kuisioner adalah data yang berisi
informasi keluarga, terdiri dari: jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan rata-
rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan kendaraan (data-data tersebut
digunakan sebagai variabel bebas Xi pada analisis regresi) serta data yang berisi
informasi perjalanan, terdiri dari: asal, maksud dan tujuan perjalanan, moda
transportasi yang digunakan serta jumlah perjalanan yang dilakukan. Data jumlah
perjalanan yang dilakukan dalam satu hari digunakan sebagai variabel tidak bebas
(Y) pada analisis regresi.
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara random. Data primer
dari responden diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden
yang tinggal di 11 desa eks transmigrasi. Jumlah data primer yang diperoleh
sebanyak 449 responden. Jumlah responden pada masing-masing desa disajikan pada
tabel 1.
6
Tabel 1.Jumlah Responden pada Masing-masing Desa di Kecamatan Mesuji Timur.
No. Nama Desa Jumlah Responden (KK) 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
Tujuan survey lalu-lintas angkutan barang adalah untuk memperoleh volume lalu-
lintas angkutan barang (truk) di pasar-pasar pada daerah kajian, sedangkan untuk
menghitung volume lalu-lintas truk pengangkut komoditas perkebunan dilakukan
dengan cara estimasi, yaitu hasil panen komoditas (ton) dibagi dengan kapasitas
angkut sebuah truk (ton). Selanjutnya volume lalu-lintas angkutan barang tersebut
digunakan sebagai variabel tidak bebas Y, sedangkan sebagai variabel bebas (Xi)
adalah luas panen komoditas pertanian/perkebunan dan jumlah pasar yang ada pada
daerah yang sedang dikaji.
§ Pengumpulan Data Sekunder
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : data luas
tanam komoditas pertanian di wilayah studi, data kependudukan, data Profil
Kecamatan Mesuji Timur, data Profil Kabupaten Mesuji serta data tentang kebijakan-
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
7
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dan Pemerintah Propinsi Lampung
terhadap wilayah Kecamatan Mesuji Timur yang tertuang pada RTRWK Mesuji dan
RTRWP Lampung.
regresi linear berganda. Model yang terbaik dipilih berdasarkan uji statistik uji-t dan
uji-F dan koefisien determinasi.
§ Uji t – ( t-Test)
Uji t digunakan untuk dua tujuan, yaitu : untuk menguji signifikansi nilai korelasi (r)
dan untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi. Setiap perubah yang
mempunyai koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik harus dibuang dari
model.
Jika thitung < ttabel , maka tolak Ha (tidak signifikan)
dengan:
- nilai ttabel didapat dari tabel t, dengan rumus ttabel = t α/2; db(n-2).
- taraf signifikansi α = 0,05 atau 0,01 dan derajad bebas (db) = n-2.
- n = jumlah sampel
- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan/ pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
- Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah pernyataan adanya
hubungan/pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
§ Uji F (F – Test)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kaidah pengujian signifikansi (Riduan, 2010) :
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak Ho (signifikan)
Jika Fhitung < Ftabel maka tolak Ha (tidak signifikan)
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
8
dengan :
- m = jumlah variabel bebas
- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat.
variabel terikat
Evaluasi dilakukan terhadap nilai koefisien determinasi, nilai konstanta dan koefisien
regresi pada setiap tahap analisis agar dapat ditentukan model persamaan regresi
linear ganda yang terbaik dengan kriteria sebagai berikut (Tamin,O.Z., 2000) :
- Semakin banyak perubah bebas yang digunakan, semakin baik model
tersebut.
- Nilai konstanta regresi kecil (semakin mendekati nol) semakin baik.
- Nilai koefisien determinasi (R2) besar (semakin mendekati satu) semakin baik.
Pemilihan Model Agregat Produksi Perjalanan Berbasis Rumah Terbaik
Variabel bebas yang digunakan pada produksi perjalanan berbasis rumah adalah
jumlah anggota keluarga, pendapatan rata-rata keluarga, dan kepemilikan kendaraan,
sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan.
Hasil analisis regresi linear berganda terhadap variabel – variabel tersebut yang telah
lolos uji-t dan uji-F disajikan pada tabel 2.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
9
Berdasarkan pada kriteria model persamaan regresi linear ganda yang terbaik, maka
dipilih Model Alternatif A1 (tabel 2) sebagai model terbaik dengan persamaan
prediksi jumlah perjalanan sebagai berikut:
Y = 0,544 + 0,681 X1 + 0,116 X2 …………………………………………….. (1)
dengan X1 : jumlah anggota keluarga, X2 : penghasilan rata-rata keluarga, X3 :
kepemilikan kendaraan, Y: jumlah prediksi perjalanan.
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah
Model Alternatif
Nilai koefisien
determinasi R2
Koefisien korelasi
A1 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Penghasilan rata-rata kel. (X2)
0,551 0,671 0,384
A2 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Kepemilikan kendaraan (X3)
0,500 0,671 0,397
A3 -Penghasilan rata-rata kel. (X2) -Kepemilikan kendaraan (X3)
0,186
Y= 2,702 + 0,081 X2 +0,310 X3
A4 -Jumlah anggota keluarga (X1) 0,451 0,671 Y = 0,875 + 0,716 X1
A5 - Penghasilan rata-rata kel.(X2) 0,148 0,384 Y = 2,947 + 0,140 X2
Sumber : olahan
Korelasi antar variabel hasil analisis regresi linear berganda pada Model Alternatif A1
perjalanan berbasis rumah disajikan pada tabel 3.
Korelasi antar variabel bebas tersebut relatif tidak kuat/ kecil, sehingga masing-
masing variabel dapat digunakan dalam persamaan regresi linear berganda.
Tabel 3. Korelasi Antar Variabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah  
Variabel Perjalanan Keluarga (Y)
Jumlah Anggota Keluarga (X1)
Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2)
Jumlah Anggota Keluarga (X1)
10
Analisis regresi linear berganda terhadap data atraksi perjalanan berbasis zona /
bangkitan perjalanan barang perlu dilakukan dengan coba-coba agar didapat
persamaan regresi linear yang baik. Variabel bebas yang dianalisis meliputi : luas
tanam sawit (X1), luas tanam padi (X2), luas tanam karet (X3) dan jumlah pasar (X4).
Sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan (Y).
Hasil analisis perjalanan berbasis zona dari beberapa alternatif yang lolos uji-t dan
uji-F tersebut disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Perjalanan Berbasis Zona
Model Alter- natif
Nilai koefisien determinasi
terhadap Y Persamaan prediksi Y
B1 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam karet (X3)
0,998 0,998 - 0,267 - 0,378
B2 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2)
0,997 0,987 - 0,255
Y = - 2,892 + 0,011 X1 + 0,017 X2
B3 Luas tanam sawit (X1) 0,998 0,999 Y = - 1,233 + 0,011 X1
Sumber : olahan
Dari beberapa alternatif analisis regresi linear tersebut di atas maka analisis regresi
Model Alternatif B1 memberikan persamaan regresi linear berganda yang terbaik
karena secara statistik memenuhi syarat uji-t maupun uji-F dan mempunyai
konstanta positif. Persamaan prediksi Y (jumlah perjalanan) berbasis zona adalah :
Y = 0,818 + 0,010 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3 ………………………………… ( 2 )
Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 pada
perjalanan berbasis zona dijelaskan pada tabel 5.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
11
 
Tabel 5. Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 - pada Perjalanan Berbasis Zona.
Variabel jumlah perjalanan
Luas tanam sawit (X1)
0,988 1,000 -0,401 -0,275
Luas tanam padi (X2)
-0,267 -0,401 1,000 -0,379
Luas tanam karet (X3)
-0,378 -0,275 -0,379 1,000
Dari table 5 dapat disimpulkan bahwa hanya variabel bebas luas tanam sawit yang
mempunyai korelasi yang kuat terhadap variabel terikat jumlah perjalanan.
Korelasi antar variabel bebas bertanda negatif (-). Hal ini secara logika dapat
dipahami, yaitu apabila dalam satu kawasan salah satu komoditi mempunyai
peningkatan pada luas tanam dan produksinya maka komoditi yang lain akan
mengalami penurunan luas tanam dan produksinya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terhadap data responden, data
potensi desa (komoditi) dan data pencatatan jumlah angkutan barang di pasar pada
kawasan transmigrasi di Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji Propinsi
Lampung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Model produksi perjalanan disagregat berbasis rumah (home based trip) adalah:
Y = 0.544 + 0.681 X1 + 0.116 X2
dengan:
X1 = jumlah anggota keluarga (orang)
X2 = penghasilan rata-rata keluarga (dalam jutaan rupiah)
Koefisien determinasi ( R2 ) model disagregat sebesar 0,551 atau 55.1 %.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
12
 
2) Model atraksi perjalanan agregat berbasis zona (non home based trip)
Model atraksi perjalanan berdasarkan zona atau bangkitan perjalanan barang /
komoditas pertanian (perkebunan) di daerah studi adalah:
Y = 0.818 + 0.010 X1 + 0.013 X2 - 0.007 X3
dengan:
X2 = luas tanam padi (Ha)
X3 = luas tanam karet (Ha)
Y = prediksi jumlah perjalanan ( truk/hari)
Koefisien determinasi ( R2 ) model agregat sebesar 0,998 atau 99,8 %.
Saran
mempertimbangkan volume perjalanan angkutan barang/komoditas (truk) mengingat
semakin bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas yang terjadi
akibat pertambahan luas perkebunan sawit. Pertambahan luas perkebunan sawit
terjadi baik di wilayah Kecamatan Mesuji Timur maupun di wilayah Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI) yang berbatasan dengan Kecamatan Mesuji Timur.
Dampak dari perluasan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten OKI adalah
bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas sawit yang melewati
wilayah Kecamatan Mesuji Timur karena sebagian produk sawit di wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diangkut ke pabrik pengolahan sawit yang
berada di Simpang Pematang Kabupten Mesuji.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
13
Tamin, Ofyar Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.
Masterplan KTM Mesuji, 2007, Direktorat Perencanaan Teknis Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, Ditjen P2MKT, Kemenakertrans RI.
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Cetakan ke 8, 2010, Bandung, Alfabeta.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013