Transcript
Page 1: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

1

 

KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI

DI KECAMATAN MESUJI TIMUR

Imam Moerdo Koentjoro [email protected]

Dosen Pembimbing:

Ir. Ellen S.W.Tangkudung, MSc. DR. Ir. Nahry, M.T.

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

ABSTRAK Perubahan fungsi dari suatu wilayah pertanian di kawasan transmigrasi menjadi suatu wilayah perkotaan baru mengakibatkan berubahnya pola transportasi di Kecamatan Mesuji Timur, sehingga perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya. Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal dari suatu perencanaan transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur. Pengumpulan data untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dilakukan dengan survey data primer melalui kuesioner terhadap sejumlah rumah tangga yang dipilih secara acak, perhitungan lalu-lintas di lapangan serta data sekunder.

Model disagregat produksi perjalanan orang berbasis rumah (home based trip production) yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah anggota keluarga dan penghasilan rata-rata keluarga, sementara variabel kepemilikan kendaraan tidak disertakan dalam model karena variable tersebut mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel penghasilan rata-rata keluarga serta tidak signifikan terhadap model produksi perjalanan.

Model tarikan perjalanan (trip attraction) berbasis bukan rumah (non home based trip) terkait dengan perjalanan barang atau komoditi dan merupakan fungsi dari luas tanam sawit, luas tanam padi dan luas tanam karet. Kata kunci: Bangkitan perjalanan, Mesuji Timur

 

1

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 2: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

2

 

ABSTRACT

Transformation of the function of agricultural region in transmigration areas into a new urban areas results in changes in transport patterns in The East Mesuji Sub-District. Hence, it is required to develop transportation planning in such area. Trip generation is the initial phase of the transportation planning. The purpose of this research is to develop trip generation model of The East Mesuji Sub-District. The calibration process of the model is performed with primary data survey through a questionnaire to a number of households which were randomly selected, as well as traffic counting in the field and secondary data. Disaggregated model of the home based trip production generated in this research is a function of the number of family members and the family average income, while vehicle ownership variables could not be included in the model since it has high correlation to the family average income variable and it is not significant to the trip production model. The non home-based trip attraction model generated in this research is related to the goods or commodities movement and it is a function of the acreage of oil palm, rice and rubber planting area. Keywords: Trip generation, East Mesuji

Pendahuluan

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi rendahnya kegiatan

perekonomian masyarakat transmigran dan mengurangi kesenjangan pembangunan

antar wilayah, serta mengatasi rendahnya keterkaitan antara pusat pertumbuhan

dengan daerah belakangnya (hinterland) dan juga untuk mempercepat perkembangan

kawasan transmigrasi, maka dilakukan perubahan pada kebijakan ketransmigrasian,

yaitu adanya Undang –Undang No. 29 Tahun 2009 sebagai perubahan atas

Undang –Undang No. 15 Tahun 1997.

Dalam perubahan undang-undang ini peran pemerintah daerah lebih dipertegas mulai

dari penyediaan kawasan, pembangunan kawasan, sampai dengan pengembangan

kawasan transmigrasi.

Dalam UU No. 29 Tahun 2009 pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis

kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya, membentuk suatu

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 3: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

3

 

kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan kawasan

transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) atau

Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT). WPT adalah wilayah potensial yang

ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas

beberapa Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang salah satu diantaranya

direncanakan untuk mewujudkan Pusat Pertumbuhan Wilayah Baru (PPWB)

sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KPB). Untuk mempercepat terbentuknya Pusat

Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, maka dibentuklah

konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM).

Tujuan Terbentuknya KTM adalah untuk mempercepat terbentuknya Pusat

Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KepMenakertrans.RI

No.: KEP.214/MEN/V/2007).

KTM adalah kawasan transmigrasi yang pembangunan dan

pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi

perkotaan. Adanya KTM menimbulkan perubahan fungsi tata guna lahan, yang

semula sebagai kawasan pertanian berubah menjadi Kawasan Perkotaan Baru

(KPB). Perubahan fungsi tata guna lahan mengakibatkan berubahnya pola

transportasi di Kawasan Perkotaan Baru, sehingga perlu dilakukan perencanaan

terhadap sistim transportasinya.

Bangkitan perjalanan merupakan tahap awal dari perencanaan transportasi.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model bangkitan

perjalanan untuk berbagai jenis pusat bangkitan perjalanan, diantaranya adalah

(Budi,I.S.,2007) mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan dan

tarikan pergerakan di sepanjang Jalan Gadjah Mada Kota Batam, (Lubis,M.E.,2008)

mengkaji model bangkitan pergerakan untuk beberapa tipe rumah di Kota

Pematangsiantar (studi kasus perumahan pinggiran Kota Pematangsiantar) dan

(Djuniati,S., 2004) melakukan studi perbandingan variabel yang berpengaruh pada

model bangkitan perjalanan di kawasan perumahan.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 4: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

4

 

Perubahan fungsi tata guna lahan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur

yang di dalamnya terdapat KTM Mesuji menjadi dasar pertimbangan untuk

melakukan kajian bangkitan perjalanan dalam suatu kawasan transmigrasi yang

dikembangkan menjadi KPB / KTM. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji

Timur.

Pengembangan Model

Pendekatan Model Agregat dan Disagregat

Pendekatan agregat adalah pendekatan secara menyeluruh dengan memahami atribut-

atribut zona seperti : penduduk suatu zona, sosial ekonomi zona, perkembangan

wilayah dan pola tataguna lahan zona. Pendekatan ini dilakukan apabila

perjalanannya berbasis zona (zone based trip) (Miro,F.,2005). Perjalanan berbasis

zona dianalisis sebagai tarikan perjalanan (trip attraction).

Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang dilakukan perindividu dengan

memahami faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya perjalanan pada pelaku

perjalanan (trip maker), seperti : jumlah kendaraan yang dipunyai, struktur dan

ukuran rumah tangga dimana pelaku perjalanan tinggal, pendapatannya, dan

sebagainya (Miro,F.,2005). Sehingga pendekatan ini condong kepada basis perjalanan

rumah (home based trip) dengan asumsi perjalanan diawali dari rumah menuju suatu

zona sesuai aktifitasnya. Perjalanan berbasis rumah dianalisis sebagai produksi

perjalanan (trip production).

Pemilihan Variabel

1) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan disagregat

didasarkan pada kajian literatur dan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan

juga didasarkan pada faktor-faktor yang secara logika paling dominan

mempengaruhi jumlah perjalanan keluarga, yaitu : jumlah anggota keluarga,

jumlah penghasilan rata-rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan

kendaraan.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 5: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

5

 

2) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan agregat

didasarkan pada faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi jumlah

perjalanan barang / komoditi, yaitu: luas tanam sawit, luas tanam padi, luas

tanam karet dan jumlah pasar yang ada di wilayah studi.

Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dalam

penelitian ini meliputi data-data primer dan data-data sekunder. Data-data primer

didapatkan dengan cara survey lapangan sedangkan data-data sekunder didapat dan

dikumpulkan dari instansi-instansi terkait.

§ Survey Data Primer terkait Sosio Ekonomi dan Perjalanan

Survey data primer sosio-ekonomi dilakukan dengan menyebarkan kuisioner secara

acak kepada sejumlah keluarga di daerah studi. Kuisioner tersebut disampaikan

langsung ke masing-masing keluarga yang terpilih sebagai responden, kemudian

mereka diminta untuk mengisinya dan selanjutnya diambil kembali setelah diisi

secara lengkap. Informasi yang didapatkan dari kuisioner adalah data yang berisi

informasi keluarga, terdiri dari: jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan rata-

rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan kendaraan (data-data tersebut

digunakan sebagai variabel bebas Xi pada analisis regresi) serta data yang berisi

informasi perjalanan, terdiri dari: asal, maksud dan tujuan perjalanan, moda

transportasi yang digunakan serta jumlah perjalanan yang dilakukan. Data jumlah

perjalanan yang dilakukan dalam satu hari digunakan sebagai variabel tidak bebas

(Y) pada analisis regresi.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara random. Data primer

dari responden diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden

yang tinggal di 11 desa eks transmigrasi. Jumlah data primer yang diperoleh

sebanyak 449 responden. Jumlah responden pada masing-masing desa disajikan pada

tabel 1.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 6: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

6

 

Tabel 1.Jumlah Responden pada Masing-masing Desa di Kecamatan Mesuji Timur.

No. Nama Desa Jumlah Responden (KK) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11.

Pangkal Mas Mulia

Pangkal Mas Jaya

Tanjung Mas Makmur

Muara Mas

Tanjung Mas Mulya

Tanjung Mas Jaya

Wonosari

Dwi Karya Mustika

Eka Mulya

Margo Jadi

Tanjung Menang

40

40

40

40

40

40

49

40

45

35

40

Jumlah 449

Sumber : hasil survey

§ Survey Lalu-lintas Angkutan Barang (Truk)

Tujuan survey lalu-lintas angkutan barang adalah untuk memperoleh volume lalu-

lintas angkutan barang (truk) di pasar-pasar pada daerah kajian, sedangkan untuk

menghitung volume lalu-lintas truk pengangkut komoditas perkebunan dilakukan

dengan cara estimasi, yaitu hasil panen komoditas (ton) dibagi dengan kapasitas

angkut sebuah truk (ton). Selanjutnya volume lalu-lintas angkutan barang tersebut

digunakan sebagai variabel tidak bebas Y, sedangkan sebagai variabel bebas (Xi)

adalah luas panen komoditas pertanian/perkebunan dan jumlah pasar yang ada pada

daerah yang sedang dikaji.

§ Pengumpulan Data Sekunder

Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : data luas

tanam komoditas pertanian di wilayah studi, data kependudukan, data Profil

Kecamatan Mesuji Timur, data Profil Kabupaten Mesuji serta data tentang kebijakan-

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 7: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

7

 

kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dan Pemerintah Propinsi Lampung

terhadap wilayah Kecamatan Mesuji Timur yang tertuang pada RTRWK Mesuji dan

RTRWP Lampung.

Analisis Regresi Linear Berganda

Kalibrasi model bangkitan perjalanan pada penelitian ini menggunakan analisis

regresi linear berganda. Model yang terbaik dipilih berdasarkan uji statistik uji-t dan

uji-F dan koefisien determinasi.

§ Uji t – ( t-Test)

Uji t digunakan untuk dua tujuan, yaitu : untuk menguji signifikansi nilai korelasi (r)

dan untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi. Setiap perubah yang

mempunyai koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik harus dibuang dari

model.

Kaidah pengujian (Riduan, 2010) :

Jika thitung ≥ ttabel, maka tolak Ho (signifikan)

Jika thitung < ttabel , maka tolak Ha (tidak signifikan)

dengan:

- nilai ttabel didapat dari tabel t, dengan rumus ttabel = t α/2; db(n-2).

- taraf signifikansi α = 0,05 atau 0,01 dan derajad bebas (db) = n-2.

- n = jumlah sampel

- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan/ pengaruh

antara variabel bebas dengan variabel terikat.

- Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah pernyataan adanya

hubungan/pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

§ Uji F (F – Test)

Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Kaidah pengujian signifikansi (Riduan, 2010) :

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak Ho (signifikan)

Jika Fhitung < Ftabel maka tolak Ha (tidak signifikan)

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 8: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

8

 

Nilai Ftabel didapat dari tabel F, dengan rumus :

Ftabel = F(1-α); (db pembilang = m); (db penyebut = n-m-1)

dengan :

- taraf signifikansi α = 0,01 atau α = 0,05

- m = jumlah variabel bebas

- n = jumlah sampel

- Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya pengaruh yang

signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

terikat.

- Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah pernyataan adanya

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat

§ Kriteria Model Persamaan Regresi Linear Berganda yang Terbaik

Evaluasi dilakukan terhadap nilai koefisien determinasi, nilai konstanta dan koefisien

regresi pada setiap tahap analisis agar dapat ditentukan model persamaan regresi

linear ganda yang terbaik dengan kriteria sebagai berikut (Tamin,O.Z., 2000) :

- Semakin banyak perubah bebas yang digunakan, semakin baik model

tersebut.

- Tanda koefisien regresi (+/-) sesuai dengan yang diharapkan.

- Nilai konstanta regresi kecil (semakin mendekati nol) semakin baik.

- Nilai koefisien determinasi (R2) besar (semakin mendekati satu) semakin baik.

Pemilihan Model Agregat Produksi Perjalanan Berbasis Rumah Terbaik

Variabel bebas yang digunakan pada produksi perjalanan berbasis rumah adalah

jumlah anggota keluarga, pendapatan rata-rata keluarga, dan kepemilikan kendaraan,

sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan.

Hasil analisis regresi linear berganda terhadap variabel – variabel tersebut yang telah

lolos uji-t dan uji-F disajikan pada tabel 2.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 9: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

9

 

Berdasarkan pada kriteria model persamaan regresi linear ganda yang terbaik, maka

dipilih Model Alternatif A1 (tabel 2) sebagai model terbaik dengan persamaan

prediksi jumlah perjalanan sebagai berikut:

Y = 0,544 + 0,681 X1 + 0,116 X2 …………………………………………….. (1)

dengan X1 : jumlah anggota keluarga, X2 : penghasilan rata-rata keluarga, X3 :

kepemilikan kendaraan, Y: jumlah prediksi perjalanan.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah

Model Alternatif

Variabel–variabel bebas yang dianalisis

Nilai koefisien

determinasi R2

Koefisien korelasi

terhadap Y Persamaan prediksi Y

A1 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Penghasilan rata-rata kel. (X2)

0,551 0,671 0,384

Y = 0,544 + 0,681 X1+ 0,116 X2

A2 -Jumlah anggota keluarga (X1) -Kepemilikan kendaraan (X3)

0,500 0,671 0,397

Y= 0,687 + 0,649 X1 + 0,280 X3

A3 -Penghasilan rata-rata kel. (X2) -Kepemilikan kendaraan (X3)

0,186

0,384 0,387

Y= 2,702 + 0,081 X2 +0,310 X3

A4 -Jumlah anggota keluarga (X1) 0,451 0,671 Y = 0,875 + 0,716 X1

A5 - Penghasilan rata-rata kel.(X2) 0,148 0,384 Y = 2,947 + 0,140 X2

Sumber : olahan

Korelasi antar variabel hasil analisis regresi linear berganda pada Model Alternatif A1

perjalanan berbasis rumah disajikan pada tabel 3.

Korelasi antar variabel bebas tersebut relatif tidak kuat/ kecil, sehingga masing-

masing variabel dapat digunakan dalam persamaan regresi linear berganda.

Tabel 3. Korelasi Antar Variabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah  

Variabel Perjalanan Keluarga (Y)

Jumlah Anggota Keluarga (X1)

Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2)

Perjalanan Keluarga (Y) 1,000 0,671 0,384

Jumlah Anggota Keluarga (X1)

0,671 1,000 0,104

Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2)

0,384 0,104 1,000

 

 

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 10: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

10

 

Pemilihan Model Disagregat Atraksi Perjalanan Berbasis Zona

Analisis regresi linear berganda terhadap data atraksi perjalanan berbasis zona /

bangkitan perjalanan barang perlu dilakukan dengan coba-coba agar didapat

persamaan regresi linear yang baik. Variabel bebas yang dianalisis meliputi : luas

tanam sawit (X1), luas tanam padi (X2), luas tanam karet (X3) dan jumlah pasar (X4).

Sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan (Y).

Hasil analisis perjalanan berbasis zona dari beberapa alternatif yang lolos uji-t dan

uji-F tersebut disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Perjalanan Berbasis Zona

Model Alter-natif

Variabel–variabel bebas yang dianalisis

Nilai koefisien determinasi

R2

Koefisien korelasi

terhadap Y Persamaan prediksi Y

B1 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam karet (X3)

0,998 0,998 - 0,267 - 0,378

Y = 0,818 + 0,01 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3

B2 Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2)

0,997 0,987 - 0,255

Y = - 2,892 + 0,011 X1 + 0,017 X2

B3 Luas tanam sawit (X1) 0,998 0,999 Y = - 1,233 + 0,011 X1

Sumber : olahan

Dari beberapa alternatif analisis regresi linear tersebut di atas maka analisis regresi

Model Alternatif B1 memberikan persamaan regresi linear berganda yang terbaik

karena secara statistik memenuhi syarat uji-t maupun uji-F dan mempunyai

konstanta positif. Persamaan prediksi Y (jumlah perjalanan) berbasis zona adalah :

Y = 0,818 + 0,010 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3 ………………………………… ( 2 )

Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 pada

perjalanan berbasis zona dijelaskan pada tabel 5.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 11: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

11

 

Tabel 5. Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 - pada Perjalanan Berbasis Zona.

Variabel jumlah perjalanan

(Y)

Luas tanam sawit (X1)

Luas tanam padi (X2)

Luas tanam karet (X3)

Jumlah perjalanan (Y) 1,000 0,988 -0,267 -0,378

Luas tanam sawit (X1)

0,988 1,000 -0,401 -0,275

Luas tanam padi (X2)

-0,267 -0,401 1,000 -0,379

Luas tanam karet (X3)

-0,378 -0,275 -0,379 1,000

Dari table 5 dapat disimpulkan bahwa hanya variabel bebas luas tanam sawit yang

mempunyai korelasi yang kuat terhadap variabel terikat jumlah perjalanan.

Korelasi antar variabel bebas bertanda negatif (-). Hal ini secara logika dapat

dipahami, yaitu apabila dalam satu kawasan salah satu komoditi mempunyai

peningkatan pada luas tanam dan produksinya maka komoditi yang lain akan

mengalami penurunan luas tanam dan produksinya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terhadap data responden, data

potensi desa (komoditi) dan data pencatatan jumlah angkutan barang di pasar pada

kawasan transmigrasi di Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji Propinsi

Lampung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Model produksi perjalanan disagregat berbasis rumah (home based trip) adalah:

Y = 0.544 + 0.681 X1 + 0.116 X2

dengan:

Y = prediksi jumlah perjalanan ( orang / hari )

X1 = jumlah anggota keluarga (orang)

X2 = penghasilan rata-rata keluarga (dalam jutaan rupiah)

Koefisien determinasi ( R2 ) model disagregat sebesar 0,551 atau 55.1 %.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 12: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

12

 

2) Model atraksi perjalanan agregat berbasis zona (non home based trip)

Model atraksi perjalanan berdasarkan zona atau bangkitan perjalanan barang /

komoditas pertanian (perkebunan) di daerah studi adalah:

Y = 0.818 + 0.010 X1 + 0.013 X2 - 0.007 X3

dengan:

X1 = luas tanam kelapa sawit (Ha)

X2 = luas tanam padi (Ha)

X3 = luas tanam karet (Ha)

Y = prediksi jumlah perjalanan ( truk/hari)

Koefisien determinasi ( R2 ) model agregat sebesar 0,998 atau 99,8 %.

Saran

Pengembangan prasarana transporasi di wilayah Kecamatan Mesuji Timur, sebaiknya

mempertimbangkan volume perjalanan angkutan barang/komoditas (truk) mengingat

semakin bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas yang terjadi

akibat pertambahan luas perkebunan sawit. Pertambahan luas perkebunan sawit

terjadi baik di wilayah Kecamatan Mesuji Timur maupun di wilayah Kabupaten

Ogan Komering Ilir (OKI) yang berbatasan dengan Kecamatan Mesuji Timur.

Dampak dari perluasan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten OKI adalah

bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas sawit yang melewati

wilayah Kecamatan Mesuji Timur karena sebagian produk sawit di wilayah

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diangkut ke pabrik pengolahan sawit yang

berada di Simpang Pematang Kabupten Mesuji.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013

Page 13: KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN …

13

 

Daftar Pustaka

Miro, Fidel (2005), Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi.

Tamin, Ofyar Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.

Masterplan KTM Mesuji, 2007, Direktorat Perencanaan Teknis Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, Ditjen P2MKT, Kemenakertrans RI.

Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Cetakan ke 8, 2010, Bandung, Alfabeta.

Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013


Recommended