Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

  • Upload
    lipson

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    1/49

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-1

    1  TEORI 

    DASAR 

    2.1 UMUM

    Tie in  pada dasarnya merupakan proses pengangkatan pipa yang dapat dimodelkan sebagai

    elemen balok dari keadaan diam dan tanpa sudut dari dasar laut ke atas permukaan laut atau

    di bawah permukaan laut dengan tujuan untuk disambungkan dengan fasilitas pemipaan yang

    lain, contohnya dengan riser atau dengan pipa yang lain. Tie in itu sendiri terbagi menjadi 2

    (dua) kegiatan utama, yaitu :

    1. 

    Menaikkan pipa dari dasar laut ke posisi yang diinginkan untuk dilakukan

     penyambungan. Posisi penyambungan tersebut dapat berada di bawah permukaan laut

    (underwater tie in) ataupun di atas permukaan air atau di atas barge (above water tie in).

    Proses ini juga memerlukan analisis yang mendalam agar jangan sampai pada saat proses

     pengangkatan tersebut stress yang dialami oleh pipa melebihi stress pipa yang

    disyaratkan. Biasanya pada proses pengangkatan pipa ini stress yang disyaratkan adalah

    stress pada saat pipa mengalami tekuk (bending stress) tegangan tekuk yang dialami pipa

    tidak boleh melebihi 85% SMYS (Specified Minimum Yield Strength).

    2.  Setelah pipa disambung ke fasilitas pipa yang lain, baik itu menggunakan proses

     pengelasan (welding ) maupun dengan menggunakan  flanged joint , kedua fasilitas

     pemipaan yang telah disambungkan tersebut diturunkan ke dasar laut. Sama halnya

    dengan proses penaikan pipa, pada saat penurunan pipa juga harus diperhatikan mengenai

    stress yang terjadi pada pipa. Jangan sampai stress yang terjadi pada pipa tersebut

    melebihi stress yang disyaratkan.

    Untuk dapat menganalisa proses tie in diperlukan pemahaman mengenai beberapa teori dasar

    yang berkaitan dengan tie in tersebut. Teori-teori dasar tersebut meliputi metode elemen

    hingga yang sangat sesuai untuk diaplikasikan pada instalasi pipa, baik itu penggelaran pipa

    2

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    2/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-2

    maupun tie in. Beberapa metode mengenai analisa deformasi suatu struktur juga dapat

    digunakan, seperti Metode Castigliano ataupu Metode Beban Satuan. Selain itu juga

     pengetahuan dasar mengenai mekanika bahan juga sangat penting karena digunakan dalam

    menentukan kekuatan daripada pipa, baik pada saat beroperasi maupun pada tahap instalasi

    dan juga pada saat lifting itu sendiri.

    2.2 METODE ELEMEN HINGGA

    Menurut  Logan, metode elemen hingga merupakan metode numerik yang digunakan untuk

    memecahkan permasalahan-permasalahan teknik dan matematik. Adapun tipikal

     permasalahan yang sering menggunakan metode elemen hingga dalam teknik maupunmatematik adalah analisis struktur, transfer panas, aliran fluida, transportasi massa, dan

     potensial elekrtomagnetik.

    Metode elemen hingga sangatlah efisien dan tepat sekali jika digunakan untuk menyelesaikan

     permasalahan-permasalahan mengenai analisis struktur. Pada dasarnya setiap elemen struktur

    memiliki kekakuannya masing-masing dan kekakuan tersebut yang akan menyebabkan

    deformasi tertentu kepada suatu elemen akibat gaya yang dikenakan pada elemen tersebut.

    Adapun contoh-contoh elemen yang ada adalah per ( spring ), balok (beam), rangka ( frame)

    dan grid serta plane.

    Gambar 2. 1 Contoh elemen per ( spring )

    Untuk proses pengangkatan dan penurunan pipa ini, dasar teori yang digunakan hampir

    serupa dengan teori pada saat penggelaran pipa pada umumnya. Teori penggelaran pipa yang

    lazim digunakan adalah metode elemen hingga yang juga dipergunakan dalam program

     pipelaying analysis, yaitu offpipe. Metode elemen hingga yang digunakan di sini

    mengasumsikan pipa sebagai sebuah elemen balok (beam) dimana menurut  Logan, beam

    adalah sebuah sebuah struktur bundar yang dapat menerima gaya transversal dan

    mengakibatkan tekuk pada member balok (beam) tersebut.

    L1   2

    k1x d    2x d 

     f 1x 

     f 2x 

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    3/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-3

    Pada teorinya terdapat 2 (dua) macam elemen balok yang dapat diselesaikan dengan metode

    elemen hingga. Pertama adalah elemen balok tanpa sudut awal dan yang kedua adalah elemen

     balok bersudut atau yang lebih dikenal dengan elemen balok 2 (dua) dimensi. Pada subbab ini

    akan dijelaskan mengenai penurunan matriks kekakuan dari kedua jenis elemen balok

    tersebut.

    2.2.1 Balok Tanpa Sudut Awal

    Ketika suatu pipa yang akan diangkat dari permukaan laut, pipa tersebut sebenarnya dapat

    dimodelkan sebagai sebuah balok tanpa sudut awal dimana hanya terdapat defleksi dan gaya

    transversal pada ujung bebas dari pipa tersebut. Oleh karenanya untuk memodelkannya dapat

    digunakan metode elemen hingga dengan balok tanpa sudut.

    Gambar 2. 2 Model balok tanpa sudut awal 

    Pada balok tanpa sudut awal terdapat gaya transversal, momen, rotasi, dan defleksi pada

    setiap titik-titik nodalnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1, sekaligus dengan sketsa

    gaya-gaya dalamnya. Adapun konversi tanda yang digunakan pada setiap nodalnya adalah

    sebagai berikut :

    •  Momen (m) positif adalah berlawanan arah dengan jarum jam

    • 

    Rotasi (ø) berharga positif jika berlawanan dengan arah jarum jam

    •  Gaya ( f ) yang ada juga berharga posritif jika searah dengan sumbu y-positif

    •  Defleksi (d ) yang terjadi juga bertanda positif apabila searah dengan sumbu y-positif

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    4/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-4

    Gambar 2. 3 Elemen balok dengan defleksi, momen, rotasi, dan gaya-gaya dalamnya pada tiap nodal

    Persamaan dasar elemen hingga pada umumnya adalah penurunan dari rumus Hooke, dimanasetiap gaya sebanding dengan kekauan benda tersebut dikali dengan jarak perpindahannya,

    seperti persamaan dibawah ini.

    F = K x d (2.2.1)

    Dimana :

    F : Gaya transversal

    K : Kekakuan daripada elemen yang dikenai gaya

    d : Perpindahan atau defleksi yang terjadi akibat gaya yang dikenakan pada elemen

    Ketika sebuah permasalahan dapat diselesaikan dengan metode elemen hingga maka langkah-

    langkah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

    1. 

    Tentukan jenis elemen tersebut (beam, spring, frame)

    2.  Tentukan fungsi daripada defleksinya

    3. 

    Tetukan hubungan antara regangan dengan defleksi dan tegangan dengan regangan

    4.  Tentukan persamaan matriks kekakuannya

    Berikut ini akan dijelaskan mengenai penurunan matriks kekakuan untuk elemen balok

    (beam).

    1.  Menentukan persamaan defleksi dari struktur balok

    Diasumsikan persamaan defleksi arah transversal adalah sebagai berikut:

    υ(x) = a1 x3 + a2 x

    2 + a3 x + a4  (2.2.2)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    5/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-5

    Persamaan defleksi di atas dapat digunakan karena untuk balok terdapat 4 (empat) derajat

    kebebasan, yaitu defleksi di 2 (dua) nodal dan rotasi di 2 (dua) nodal. Setelah itu kita

    sederhanakan persamaan (2.2.2) di atas dengan menggunakan persamaan

      dan

    syarat-syarat batas yang ada, yaitu :

    υ(0) = d 1y = a4  (2.2.3)

      (2.2.5)υ(L) = d 2y = a1 L

    3 + a2 L2 + a3 L + a4  (2.2.5)

    3 2   (2.2.6)Kemudian akan didapat persamaan defleksi transversal yang baru, yaitu : 2     (2.2.7)Persamaan (2.2.7) di atas diubah kedalam bentuk matriks dengan persamaan dasarnya

    adalah sebagai berikut :

      (2.2.8)

    Dimana  dan

      (2.2.98)Sehingga didapat : 2 3 ) 2 ) 2 3  ) (2.2.10)

     N1, N2, N3, dan N4 merupakan fungsi bentuk ( shape function) dari elemen balok.

    2.  Menetapkan hubungan antara regangan dan defleksi serta antara tegangan dan regangan.

    Pada balok dapat diasumsikan bahwasannya hubungan antara regangan axial dapat

    ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut :,   (2.2.11)Dimana u adalah fungsi daripada defleksi axial, sedangkan hubungan antara defleksi axial

    dengan defleksi axial adalah sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    6/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-6

      (2.2.12)

    Gambar 2. 4 Segmen elemen balok sebelum berdeformasi 

    Gambar 2. 5 Segmen elemen balok setelah berdeformasi 

    Dengan menggabungkan persamaan (2.2.11) dan (2.2.12) akan didapatkan peramaan

    regangan yang baru yang berbentuk sebagai berikut :

    ,   (2.2.13)Dari persamaan dasar balok dapat dituliskan hubungan antara momen dan tegangan geser

    dengan defleksi transversal. Hubungan ini nantinya akan digunakan untuk mendapatkan

    matriks kekakuan dari sebuah elemen balok. Hubungan momen dan tegangan geser

    dengan defleksi transversal tersebut adalah sebagai berikut :

        (2.2.14)3.  Turunkan persamaan dan matriks kekakuan dari elemen balok.

    Dengan menggunakan persamaan (2.2.7) dan (2.2.14) dan pendekatan kesetimbangan

    gaya antara gaya-gaya dalam (momen dan tegangan geser) dengan gaya-gaya pada tiap

    nodal maka akan didapatkan persamaan kesetimbangan gaya di tiap nodal seperti berikut :

      12 6 12 6 

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    7/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-7

    0 6 4 6 2   12 6 12 6  (2.2.15) 6 2 6 4 Kemudian persamaan gaya dia atas diubah kedalam bentuk matriks, sehngga didapatkan :

      

    12 6 12 66 4 6 212 6 12 66 2 6 4

      (2.2.16)

    Dengan persamaan matriks kekakuannya adalah :

    12 6 12 66 4 6 212 6 12 66 2 6 4   (2.2.17) Nantinya persamaan matriks inilah yang akan digunakan untuk menyelesaikan

     permasalahan davit lifting atau penaikan dan penurunan pipa tahap pertama. Persamaan

    matriks kekakuan di atas diterapkan pada saat pengangkatan awal pipa dari permukaan

    laut dan penurunan pertama pipa dari barge. Hal ini dilakukan karena pada pengangkatan

    dan penurunan tahap pertama, pipa hanya akan mendapatkan gaya transversal dan

    defleksi pada nodal di ujung pipa yang bebas.

    2.2.2 Elemen Balok 2 (dua) dimensi

    Ketika balok atau pipa yang diangkat sudah membentuk sudut dan defleksi maka pipa akan

    menjadi sebuah elemen yang selain memiliki gaya transversal (f 1y  dan f 2y) pipa juga akan

    mengalami gaya aksial dan perpindahan searah aksialnya juga. Untuk gaya aksial ini persamaan gaya, kekaukan serta efeknya akan dipelihatkan pada persamaan (2.2.18) berikut.

       1 11 1   (2.2.18)Untuk mempermudah perhitungan, perhitungan mengenai deformasi pipa hanya akan

    dilakukan pada koordinat lokal saja, sehingga gaya-gaya yang bekerja serta efeknya hanya

    akan diturunkan pada koordinat lokal pipa.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    8/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-8

    Gambar 2. 6 Model balok 2 (dua) dimensi 

    Kemudian persamaan (2.2.18) dikombinasikan dengan persamaan (2.2.17), dimana

    kombinasi ini dimaksudkan untuk memasukkan gaya dan efek aksial yang terjadi pada balok

    akibat sudut yang dibentuknya. Kombinasi kedua persamaan tersebut menjadi persamaan

     berikut.

        

    0 0 0 00 12 6 0 12 60 6 4 0 6 2 0 0 0 00 12 6 0 12 60 6 2 0 6 4

      (2.2.19)

    Dimana :

     dan   (2.2.20)Dengan persamaan matriks kekakuan lokalnya adalah sebagai berikut :

    0 0 0 00 12 6 0 12 60 6 4 0 6 2 0 0 0 00 12 6 0 12 60 6 2 0 6 4

      (2.2.21) Nantinya dengan persamaan matriks kekakuan inilah deformasi, gaya tali, dan panjang pipa

    yang akan diangkat akan ditentukan. Selain itu juga proses transformasi untuk mengubah

    gaya dan efek lokal menjadi gaya dan efek pada koordinat global tidak perlu dilakukan, hal

    ini dikarenakan gaya dan efek pada koordinat lokal sudah dapat mewakili defleksi dan rotasi

    yang terjadi pada koordinat global.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    9/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-9

    2.2.3 Penerapan Gaya Ekuivalen

    Pipa yang dapat dianggap sebagai balok yang memiliki beban merata dapat dihitung

    deformasi yang terjadi pada pipa dengan menggunakan metode elemen hingga. Untuk beban

    merata diperlukan sebuah perumusan gaya ekuivalen yang dapat mewakili beban merata

    tersebut pada setiap nodalnya.

    Gaya ekuivalen sendiri adalah gaya pengganti pada tiap nodal sebagai akibat dari beban

    merata maupun pada gaya terpusat lainnya. Gaya ekuivalen ini nantinya hanya dikerjakan

     pada nodal-nodal daerah penampang yang ditinjau. Selain untuk penyederhanaan dengan

    hanya mengumpulkan gaya-gaya yang terjadi sepanjang bentang hanya pada nodal,

     penerapan gaya ekuivalen ini juga dilakukan karena beban merata yang ada pada pipa tidak

    dapat dijadikan beban terpusat kecuali dengan gaya ekuivalen ini. Untuk itu penurunan

     persamaan gaya ekuivalen untuk beban merata akan dijelaskan pada subbab ini.

    Gambar 2. 7 Balok yang dikenakan beban merata dan gaya ekuivalen pada nodalnya

    Berdasarkan gambar 2.6 diasumsikan :

    Wdiskrit = Wmerata (2.2.22)

    Wmerata =   (2.2.23)Wdiskrit =

      (2.2.24)

    Untuk Wmerata dapat didefinisikan lebih lanjut menjadi :   (2.2.25)Dan substitusikan harga  dengan persamaan (2.2.7) 2

     

      (2.2.26)

    Sehingga akan didapatkan :

    L

    W

    1 2

    L

    m

     f  d 

    m

     f  d 

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    10/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-10

    2     (2.2.27)Pengkombinasian persamaan (2.2.25) dan persamaan (2.2.26) diamksudkan untukmendapatkan persamaan gaya dan momen ekuivalen pada nodal-nodal. Sebelum itu harga

    defleksi dan momen diasumsikan terlebih dahulu sehingga mendapatkan momen dan gaya

    ekuivalen pada nodal. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

    •  Untuk mendapatkan momen ( diasumsikan : 1 , 0 , 0 , dan 0 

    •  Untuk mendapatkan momen ( diasumsikan : 0 , 1 , 0 , dan 0 •  Untuk mendapatkan momen (

      diasumsikan :

    0 , 0 , 1 , dan 0 

    • 

    Untuk mendapatkan momen (  diasumsikan : 0 , 0 , 0 , dan 1 Dari asumsi yang telah digunakan untuk mendapatkan gaya dan momen pada nodal di atas,

    maka akan didapatkan persamaan gaya dan momen ekuivalen pada tiap nodal sebagai berikut

    :

    • 

     • 

     

    •     • 

       Tidak hanya beban merata saja, beban terpusat juga dapat disederhanakan menjadi beban

    ekuivalen pada nodal-nodal struktur. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk penyederhanaan

    masalah untuk struktur yang memiliki beban terpusat cukup banyak.

    Adapun untuk beban terpusat dengan model pembebanan seperti gambar 2.7 gaya dan

    momen ekuivalennya adalah sebagai berikut.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    11/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-11

    Gambar 2. 8 Pemodelan beban terpusat pada suatu bentang

    •   •   •     

    •     2.2.4 Perhitungan Gaya Dan Momen Asli

    Setelah kita mendapatkan gaya dan momen ekuivalen kita juga harus mencari gaya dan

    momen asli dimana perumusannya adalah sebagai berikut :

    F = kd – F0 (2.2.28)

    Dimana :

    F = gaya dan momen asli

    Kd= gaya dan momen efektif

    F0 = gaya dan momen ekuivalen

    Penggunaan persamaan di atas juga dapat dilakukan pada koordinat lokal maupun pada

    koordinat global. Adapun gaya dan momen efektif dapat dicari dengan menggunakan

     persamaan berikut.

    00   (2.2.29)

    a   b

    P1   2

    L

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    12/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-12

    Untuk harga defleksi pada nodal 2 (d 2y) dan rotasi pada nodal 2 (ø1) adalah besaran yang

    didapat dari proses iterasi dengan menggunakan gaya dan momen ekuivalen. Proses iterasi

    tersebut dilakukan hingga mendapatkan defleksi pada nodal 2 seperti yang diharapkan.

    Adapun pada laporan tugas akhir ini metode pengerjaan proses pengangkatan pipa dengan

    menggunakan metode elemen hingga adalah dengan terlebih dahulu mencari defleksi dan

    rotasi akibat gaya dan momen ekuivalen. Kemudian defleksi dan rotasi tersebut dikalikan

    dengan matriks kekakuan balok yang nantinya akan mendapatkan gaya dan momen efektif

     pada tiap nodal. Setelah itu gaya dan momen efektif tersebut dikurangkan dengan gaya dan

    momen ekuivalen hingga mendapatkan gaya dan momen asli.

    Gambar 2. 9 Flowchart perhitungan gaya dan momen asli dengan gaya dan momen ekuivalen 

    2.3 METODE CASTIGLIANO

    Apabila suatu gaya eksternal bekerja pada sebuah struktur, struktur tersebut akan mengalami

    deformasi dan titik dimana gaya luar tersebut bekerja akan berpindah dari posisi semula

    sebelum dikenakan gaya luar. Apabila gaya tersebut bekerja secara berangsur-angsur (quasi-

     static), maka energi kinetik yang terjadi bisa diabaikan sehingga bila tidak ada energi yang

    hilang dalam proses tersebut dan kerja yang dilakukan oleh gaya luar akan sama dengan

     perubahan internal energy.

    U F d∆j atau U ∆jdFj  (2.3.1)Dimana :

    U = energi deformasi atau strain energy 

    U* = energi komplementer atau force energy 

    Fj = gaya atau stress bekerja pada titik j

    F0

    Defleksi

    danRotasi

    Gaya dan MomenEfektif 

    F(e)

    Gaya dan Momen Asli

    F = F(e) F0-

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    13/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-13

    Δ j = perpindahan atau deformasi pada titik j

    Untuk sistem atau struktur linier, maka U =U* 

    Gambar 2. 10 Sistem struktur linier dan non-linier

    Turunan parsial dari U dan U* adalah sebagai berikut :

    ∆   (2.3.2) ∆  (2.3.3)Ada beberapa teorema yang dikeluarkan oleh Castigliano untuk dapat menghasilkan

     penurunan rumus mengenai deformasi yang terjadi pada sebuah balok atau struktur yang

    dikenai gaya luar.

    Teorema Castigliano 1 :

    Apabila sekumpulan gaya bekerja pada struktur elastis linier dan  strain energy  U dapat

    dituliskan sebagai fungsi dari perpindahan titik-titik dimana gaya-gaya tersebut bekerja, maka

    turunan parsialdari U terhadap salah satu perpindahan titik Δ j sama dengan gaya yang bekerja

     pada titik tersebut sebesar Fj.

      (2.3.4)

      (2.3.5)Teorema Castigliano 2 :

    Apabila sekumpulan gaya bekerja pada struktur dan Complementary Strain Energy U* dapat

    dituliskan sebagai fungsi dari kumpulan gaya tersebut, maka turunan parsial dari U* terhadap

    salah satu gaya Fj akan sama dengan perpindahan titik dimana gaya tersebut bekerja sebesar

    Δ j dalam arah sesuai dengan gaya tersebut bekerja.

    UU*

     j   jd 

    Fj

    d Fj

     Nonlinier 

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    14/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-14

    ∆  (2.3.6)   (2.3.7)Untuk struktur linier akan diperoleh :

    ∆  (2.3.8)   (2.3.9)2.3.1 Penurunan Teorema Castigliano

    Untuk lebih memperjelas mengenai penurunan Teorema Castigliano tinjau gambar berikut.

    Gambar 2. 11 Benda yang dikenakan sembarang gaya

    Bila gaya-gaya tersebut bekerja secara perlahan-lahandan secara bersamaan, maka kerja yang

    dilakukan oleh gaya-gaya tersebut adalah :

    ∆ ∆ ∆   (2.3.10)Usaha tersebut disimpan sevagai Internal Strain Energy. Apabila ditambah gaya sebesar dPn,

    maka Inetrnal Strain Energy akan bertambah sebesar :

    dPn  (2.3.11)Sehingga Strain Energy totalnya akan menjadi :

    U dPn  (2.3.12)Apabila gaya dPn bekerja terlebih dahulu kemudian gaya-gaya P bekerja kemudian,

     perpindahan pada titik dimana dPn bekerja dan searah dengan d Δn akan bertambah sebesar

    Δn akibat bekerjanya gaya-gaya P, sehingga total Strain Energy menjadi :

    ∆  (2.3.13)

    P1

    P2

    P3

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    15/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-15

    Untuk struktur elastis linier, Strain Energy  total tidak bergantung pada urutan gaya yang

     bekerja, sehingga Strain Energy  pada kasus pertama akan sam dengan Strain Energy  pada

    kasus ke dua.

    U dPn∆  (2.3.14) ∆ n Teorema Castigliano  (2.3.15)2.3.2 Strain Energy/Internal Energy

    1. 

    Apabila gaya tarik aksial P bekerja pada suatu balok elastis

    Gambar 2. 12 Balok dengan beban aksial dan grafik deformasinya

    Perpanjangan/perpindahan yang terjadi akibat gaya tarik P adalah

    ∆   (2.3.16)Dimana :

    L = Panjang Balok

    E = Modulus Elastisitas

    A = Luas Penampang Baloj

    Maka, Internal Strain Energy adalah :

    ∆   (2.3.17)Apabila gaya tarik P bekerja pada sepanjang balok, maka Strain Energy  pada elemen

     balok sepanjang dx adalah :

      (2.3.18)

    P

    A

    B

    0L

    P   P

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    16/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-16

    Sehingga Strain Energy total sepanjang balok menjadi :

      (2.3.19)2.  Apabila gaya momen puntir (torque) bekerja pada suatu balok elastis

    Gambar 2. 13 Torsi pada balok

    Perpindahan sudut (angle of twist ) akibat momen puntir adalah :

      (2.3.20)Dimana :

    L = Panjang Balok

    G = Modulus Elastisitas Geser

    J = Momen Inersia Polar Penampang Balok

    Maka, Internal Strain Energy adalah :

      (2.3.21)Strain Energy pada elemen balok sepanjang dx adalah :

      (2.3.22)

    Sehingga Strain Energy total sepanjang balok menjadi :

      (2.3.23)3.  Apabila gaya momen lentur bekerja pada suatu balok elastis, maka rotasi yang terjadi

    akibat momen lentut tersebut adalah :

      (2.3.24)

     Internal Strain Energy menjadi :

    T

    T

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    17/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-17

      (2.3.25)Sehingga Strain Energy total sepanjang balok menjadi :

      (2.3.26)2.4 MEKANIKA REKAYASA

    Untuk dapat menganalisa proses pengangkatan pipa dengan menggunakan Metode

    Castigliano, pengetahuan dasar mengenai mekanika rekayasa menjadi hal yang wajib untuk

    dipahami. Mekanika rekayasa di sini hanya yang berkaitan dengan gaya-gaya dalam yang

    timbul pada suatu bentang struktur akibat dikenai gaya eksternal maupun gaya internal. Hal

    ini dikarenakan Metode Castigliano merupakan metode analisa deformasi yang didasarkan

     pada gaya-gaya dalam, seperi momen untuk menghitung defleksi.

    Oleh karenanya menjadi sangat penting untuk dibahas dalam laporan ini mengenai dasar-

    dasar mekanika rekayasa yang nantinya sangat membantu dalam pengerjaan proses

     pengangkatan pipa dengan menggunakan Metode Castigliano.

    2.4.1 Sistem Perletakan

    Di dunia konstruksi ada beberapa jenis sistem perletakan yang dapat digunakan sebagai

    asumsi dalam pemodelan sebuah struktur. Sistem perletakan ini juga bisa digunakan sebagai

    sebuah syarat batas yang digunakan pada sebuah struktur. Efek dan keadaan yang dimiliki

    dan dihasilkan oleh sistem perletakan tertentu akan memiliki hasil yang berbeda untuk sebuah

    sistem perletakan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu proses penganalisa mengenai

    sistem perletakan ini tidak boleh keliru karena dampaknya yang sangat besar terhadap

    kekokohan dan keberlangsungan sebuah struktur.

    Adapun jenis-jenis sistem perletakan yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :

    1. 

    Sendi (Pin)

    Sistem perletakan sendi adalah sebuah sistem perletakan yang menahan gaya dan

     pergerakan arah horisontal dan vertikal. Akibatnya defleksi yang terjadi pada arah

    horisontal dan vertikal dari sistem perletakan tersebut adalah nol. Selain itu juga pada

     proses pengerjaan gaya-gaya dalamnya sudah dapat dipastikan bahwasannya momen pada

     perletakan yang berupa pin atau sendi akan sama dengan nol.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    18/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-18

    Gambar 2. 14 Simbolisasi sendi

    Pada perletakan sendi juga bisa terjadi rotasi pada strukturnya, hal ini dimungkinkan

    karena momen pada bentang yang tepat di atas perletakan sama dengan nol. Pipa bawah

    laut yang sudah digelar di atas seabed juga diasumsikan sebagai sebuah sendi perletakan

    tiap nodalnya. Hal ini dimungkinkan karena tanah atau seabed hanya dapat menahan

     pergerakan pipa arah vertikal dan pergeseran pipa selama dalam batas ketahanan daripada

    seabed untuk menahan pipa tersebut.

    2.  Rol

    Sistem perletakan rol adalah sebuah sistem perletakan yang menahan gaya dan

     pergerakan arah vertikal. Akibatnya defleksi yang terjadi pada arah vertikal dari sistem

     perletakan tersebut adalah nol. Selain itu juga pada proses pengerjaan gaya-gaya

    dalamnya, sudah dapat dipastikan bahwasannya gaya horisontal pada perletakan yang

     berupa rol akan sama dengan nol.

    Gambar 2. 15 Simbolisasi rol

    Pada sistem perletakan rol dimungkinkan untuk terjadinya defleksi pada arah horisontal

     perletakan dan rotasi pada perletakannya. Sama halnya seperti rol, sistem perletakan ini

    akan mengalami pergeseran atau bergerak searah horisontalnya jika diberi gaya

    horisontal. Oleh karena itu pemodelan pada struktur dengan menggunakan sistem

     perletakan rol harus benar-benar dipastikan apakah struktur tersebut tidak mengalami

    gaya horisontal sama sekali yang memungkinkan terjadinya defleksi arah horisontal.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    19/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-19

    3.  Jepit (Fixed)

    Sistem perletakan jepit adalah sebuah sistem perletakan yang menahan gaya dan

     pergerakan arah vertikal serta menahan rotasi pada perletakan.. Akibatnya defleksi yang

    terjadi pada arah vertikal, horisontal dan rotasi dari sistem perletakan tersebut adalah nol.

    Selain itu juga pada proses pengerjaan gaya-gaya dalamnya momen, gaya horisontal, dan

    gaya vertikal pada perletakan yang berupa jepit adalah sebuah bilangan unknown.

    Gambar 2. 16 Simbolisasi jepit

    Pada sistem perletakan jepit ini defleksi dan rotasi tidak diizinkan untuk terjadi. Adapun

    contoh sistem perletakan jepit adalah seperti pada kolom atau pilar sebuah bangunan yang

    langsung menumpu dan menancap ke dalam tanah. Dalam hal ini tanah digunakan

    sebagai alat penjepit untuk menahan pergerakan dari kolom atau pilar tersebut, baik

     pergerakan pada arah horisontal maupun pergerakan pada arah horisontal dan rotasinya.

    Proses pengangkatan pipa adalah suatu proses dimana pada ujung terikatnya dapat

    diasumsikan sebagai jepit, hal ini dikarenakan diharapkan pada ujung yang terikat

    tersebut tidak terjadi rotasi dan defleksi, baik pada arah horisontal maupun pada arah

    vertikal. Pada proses ini yang berperan sebagai penjepit adalah berat dari pipa itu sendiri.

    2.4.2 Penentuan Gaya-Gaya Dalam

    Sebelum menentukan gaya-gaya dalam yang ada pada suatu bentang struktur, terlebih dahulu

    dilakukan pengecekan terhadap sifat statis tertentu dan stabilitas suatu struktur yang akan

    ditinjau tersebut. Sifat statis tertentu tersebut ditentukan oleh ketentuan berikut.

    3m r 3 j n Struktur tidak stabil 3m r 3 j n Struktur statis tertentu 

    3m

    r

    3 j n Struktur statis tak tentu 

    Dimana :

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    20/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-20

    ma = banyaknya batang

    r a = banyaknya komponen reaksi

     j = banyaknya titik

    n = banyaknya persamaan kondisi

    Setelah itu baru dapat ditentukan gaya-gaya dalamnya dengan persamaan keseimbangan

    sebagai berikut :

    1.  Tentukan reaksi perletakan.

    2.  Buat diagram benda bebas dengan memotong pada titik yang akan dicari gaya dalamnya.

    3.  Pada diagram benda bebas gambarkan beban yang bekerja, reaksi-reaksi perletakan dan

    gaya-gaya dalam pada arah positifnya.

    4. 

    Hitung gaya dalam dengan persamaan statis. Hasil positif berarti arah asumsi awal sudah

     benar dan jika tanda negatif maka arah asumsi salah atau terbalik.

    Ketika akan mencari gaya dalam dan reaksi perletakan dari suatu struktur atau bentang, maka

    diperlukan beberapa persamaan kesetimbangan gaya untuk struktur statis tertentu.

    Kesetimbangan gaya yang digunakan adalah sebagai berikut.

    ∑ 0  (2.3.27)

    ∑ 0  (2.3.28)∑ 0  (2.3.29)2.5 MEKANIKA BAHAN

    Di dalam perhitungan dan analisis pada pipa banyak dijumpai proses-proses yang

    membutuhkan definisi dan formula yang jelas terhadap sifat-sifat bahan seperti ukuran

    dimensi, jenis bahan yang akan mempengaruhi nilai kekuatan bahan terhadap tarik atau

    tekan, dan nilai-nilai tegangan leleh dan tegangan runtuh spesifik bahan.

    Adapun manfaat ilmu mekanika bahan ini adalah untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan

    material yang digunakan pada suatu bagian struktur agar dapat menahan beban-beban

    tersebut secara aman dan ekonomis. Selain itu juga semua struktur yang didesain menahan

    tegangan tertentu akibat dari beban yang ada. Adapun jenis-jenis tegangan yang seringkali

    dijumpai pada suatu struktur akan dijelaskan pada subbab berikut.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    21/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-21

    2.5.1 Tegangan Dan Regangan Pada Balok

    Tegangan dan regangan merupakan suatu fenomena yang lazim terjadi pada setiap struktur,

    termasuk struktur pipa. Tegangan dan regangan yang terjadi pada pipa tersebut harus diamati

    dan dianalisa secara benar, karena pada dasarnya sebuah struktur memiliki keterbatasan

    dalam menerima tegangan dan regangan, baik akibat beban sendiri maupun beban dari luar.

    Oleh karenanya menurut kode dan peraturan yang berlaku secara internasional, diatur

    mengenai batasan-batasan tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu struktur.

    Berikut ini akan disajikan mengenai teori dasar yang berkaitan dengan tegangan dan

    regangan yang terjadi pada suatu struktur sederhana.Tinjau suatu benda uji tarik dari bahan

     berbentuk batang seperti pada gambar 2.12 yang memiliki luas penampang A, panjang

     batang L, dan diameter R

    Gambar 2. 17 Benda uji tarik  

    Benda uji ini ditarik dengan gaya sebesar P yang bekerja pada titik berat penampang.

    Intensitas gaya per satuan luas penampang yang didefinisikan sebagai tegangan ( stress)

    dihitung dengan menggunakan rumus :

     A

     P =σ    (2.5.1)

    Dengan :

    •  σ   adalah tegangan.

    •  P adalah tekanan ( pressure)

    •  A adalah luas penampang struktur

    Akibat adanya tarikan, bagian panjang batang L akan mengalami perpanjangan sebesar ΔL.

    Perpanjangan relatif, yaitu pertambahan panjang per satuan panjang awal batang yang

    didefinisikan sebagai regangan ( strain) diekspresikan sebagai berikut:

     L

     LΔ=ε    (2.5.2)

    Dengan :

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    22/49

    LAPOR

    Analisis

    • 

    • 

    • 

    Untuk

    merepr 

    Huku

    ⋅= ε σ 

    Diman

    sesaat

    modul

    Keadaa

    dinyata

    Hal in

    diprese

     zy

     yx

     x

    τ 

    τ 

    σ 

    Apabil

    represe

    Arah te

    memen

    AN TUGAS

    Tie In Pipa B

    ε   adalah r 

    ΔL adalah

    L adalah p

    P sebagai

    sentasikan

     Hooke be

     E  

    E disebut

    E tergantu

    s elastisita

    n tegangan

    kan oleh ti

    i disebut

    tasikan da

     z  zy

     yz  y

     z  x xy

    σ 

    τ 

    τ 

     

    kita men

    tasi tegan

    gangan ges

    uhi kondisi

    AKHIR

    awah Laut D

    gangan.

    erubahan

    njang (uku

    gaya teka

      hubunga

    ikut ini :

    modulus

    g pada je

     yang lazi

    yang beke

    ga kompo

    sebagai

    lam kompo

    ambil sal

    an dua di

    Ga

    er pada ga

    keseimban

     

    ngan Metode

    anjang (u

    ran) strukt

    , dapat ju

      linier an

    lastisitas b

    nis bahan.

     digunaka

    rja dalam t

    en tegang

    ensor Te

    nen matrik 

    h satu sisi

    ensi denga

    mbar 2. 18 T

     bar di atas

    gan.

    Elemen Hin

    uran) yang

    r awal.

    a digamb

    tara tegan

    ahan atu

    Untuk pi

     adalah se

    ga dimens

    n yang sal

    angan (St 

    :

    dari kubu

    n konfigur 

    egangan dala

     adalah sal

    ga Dan Casti

    terjadi pad

    rkan hubu

    an dan r 

    odulus Yo

    a yang te

    esar 3 x 10

     dapat dili

    ing tegak l

    ress Tens

    s sebagai

    si seperti p

     2 (dua) di

    ng mende

    B

    gliano

    a struktur.

    ngan serup

    gangan,

    ung. Nilai

     buat dari

    7 psi.

    at pada se

    urus pada

    r ). Tenso

    injauan m

    ada gamba

     

    ensi

    ati atau sal

    AB 2 TEOR

    a. Formul

    ituangkan

    modulus el

     baja ( steel 

    uah eleme

    seluruh sis

    r teganga

    ka akan d

     2.17 berik 

    ing menjau

     DASAR

    2-22

    si yang

    sebagai

    (2.5.3)

    astisitas

    , harga

    n kubus

    kubus.

    dapat

    (2.5.4)

    iperoleh

    t ini :

    i untuk

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    23/49

    LAPOR

    Analisis

    Sebuah

     pada b

     balok

    menim

    masing

    sebelu

    Pada p

    mengal

    Tegang

    1.  Teg

    Teg

    ole

    mo

    Mo

     bal

    ga

    AN TUGAS

    Tie In Pipa B

     balok yan

    lok untuk

    dalah gaya

    ulkan teg

    -masing ga

    nya.

     pa yang ju

    ami bebe

    an-teganga

    angan Nor 

    angan nor 

      beban a

    en lentur

    G

    en tekuk

    k dapat m

     bar 2.20.

    AKHIR

    awah Laut D

     dikenai g

    menjaga k 

      aksial, ga

    ngan terse

    ya dalam.

    ga dapat d

    apa tegan

     yang terj

    al

    al dapat

    sial yang

    ang bekerj

    mbar 2. 19

    (lentur) s

    enimbulka

    Ga

    (a

     

    ngan Metode

    aya luar a

    eseimbang

    a geser d

    ndiri pada

    Khusus k 

    asumsikan

    gan untu

    di tersebut

    ibagi menj

     bekerja pa

    a pada stru

    Balok dengan

     bagai kom

      deformas

    bar 2. 20 De

     Elemen Hin

    an bereaks

    n gaya-ga

    n momen

     balok. Un

    sus tegan

    sebagai se

      menjaga

    adalah seb

    adi 2 (dua)

    da struktu

    tur.

    tegangan aks

     ponen gay

      pada bal

    formasi pada

    (b)

    ga Dan Casti

    i menghasi

    a. Gaya-g

    lentur. Ma

    tuk itu pe

    an akibat

    uah balok 

    kesetimb

    gai beriku

    , yaitu teg

      dan tega

    ial (a) dan te

    a dalam a

    k itu send

     balok akibat

    B

    gliano

    lkan syste

    aya dalam

    sing-masin

    lu dianalis

     beban aksi

    , jika dike

    ngan ga

     :

    ngan aksi

    gan lentu

     

    angan lentur

    ibat aktivi

    ri. Tinjau

    entur  

    AB 2 TEOR

     gaya-gay

    yang mun

      gaya dal

    is teganga

    al telah di

    ai beban l

    a-gaya da

    l yang dia

      yang dia

    (b)

    as gaya l

    sebuah bal

     

    DASAR

    2-23

    a dalam

    ul pada

    m akan

    akibat

    elaskan

    ar akan

    lamnya.

    ibatkan

    ibatkan

    ar pada

    ok pada

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    24/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-24

    Momen lentur terhadap sumbu z batang (tegak lurus bidang gambar) akan menghasilkan

    deformasi balok yang ditandai dengan tertekannya serat atas dan tertariknya serat bawah

     balok. Bentuk deformasi balok ini dapat direpresentasikan sebagai bagian dari lingkaran

    dengan radius ρ sedangkan kurva kelengkungan dari deformasi ini dinyatakan sebagai κ.

    Dengan menggunakan hukum Hooke, persamaan (2.5.3) dapat diekspresikan kembali

    dalam bentuk hubungan tegangan regangan dalam arah longitudinal (sumbu x) sebagai

     berikut :

    σx = Eεx = -Eκy (2.5.5)

    Untuk kasus lentur murni pada balok, penjumlahan semua gaya dalam arah x (arah sumbu

     balok) harus nol.

    ∫∫   =−= A A

     x  ydA E dA 0κ σ    (2.5.6)

    Dari definisi, integral di atas (pers 2.5.6) ∫ − A

     ydA E κ  =  yd A dimana y adalah jarak d A

    terhadap titik berat A. karena hasil integral ini adalah nol sedangkan A bukanlah nol

    maka jarak y haruslah nol. Karena itu sumbu z (tegak lurus y) harus melalui titik berat

     penampang. Ini berarti bila sumbu z dipilih maka baik regangan normal εx  maupun

    tegangan normal σx adalah nol. Sumbu ini disebut juga sebagai sumbu netral.

    Selanjutnya untuk persamaan keseimbangan momen diformulasikan sebagai berikut :

     y E  ydA M  M 

     A

     x z O   κ σ σ    −==−⇒=∑ ∫ xdimana00 (2.5.7)

    sehingga

    Mz = Eκy2d A (2.5.8)

    atau

    Mz = EκIz (2.5.9)

    Dimana Iz  adalah momen inersia penampang A. Dengan mencari formula κ  melalui

     persamaan (2.5.6) dan mensubstitusikannya pada persamaan (2.5.3) maka formula elastik

    untuk tegangan pada batang akibat momen lentur adalah :

     y I 

     M 

     z 

     z  x  =σ    (2.5.10)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    25/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-25

    Dalam prakteknya, batang dapat dikenai momen lentur terhadap dua sumbu (misal y dan

    z) dan gaya aksial sekaligus yang masing-masing komponen dapat menimbulkan

    tegangan pada arah sumbu batang. Tegangan aksial akibat kombinasi komponen-

    komponen tersebut dapat diperoleh melalui superposisi masing-masing tegangan yang

    disormulasikan sebagai berikut :

     y

     y

     z 

     z  x

     I 

     Z  M 

     I 

     y M 

     A

     P ±±=σ    (2.5.11)

    Sedangkan tanda ± digunakan untuk menyatakan keadaan tarik atau tekan akibat momen

     pada suatu serat batang yang ditinjau.

    2.  Tegangan Geser

    Untuk bisa menurunkan persamaan tegangan geser pada struktur mari kita tinjau sebuah

     penampang berikut :

    Gambar 2. 21 Balok dengan tegangan geser

    Gambar 2. 22 Tegangan geser pada balok  

    Jika gaya geser timbul pada penampang batang maka momen lentur beraksi pada bagian

    A ketimbang pada bagian B. karena itu gaya tarik atau gaya dorong akan lebih bekerja

     pada salah satu bagian dari area  fghj  ketimbang bagian yang lain sebagai gaya reaksi

    dalam arah longitudinal pada jarak dx sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    26/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-26

     y A I 

    dM  ydA

     I 

    dM dF   fghj

    areafghj

    === ∫  (2.5.20)

    Pada batang solid, gaya reaksi dF dapat timbul hanya pada bidang dari perpotongan

    longitudinal yang paralel terhadap sumbu batang. Oleh karena itu, dengan

    mengasumsikan bahwa tegangan geser τ  terdistribusi seragam di sepanjang penampang

    yang lebarnya t maka tegangan geser pada bidang longitudinal dapat diperoleh dengan

    membagi dF dengan daerah t dx.

     It 

     y A

    dx

    dM 

    dxt 

    dF   fghj==τ 

      (2.5.21)

    Perlu diingat di sini bahwa gaya lintang V, merupakan turunan pertama momen lentur

    terhadap jarak sehingga persamaan (2.3.21) dimodifikasi menjadi:

     It 

     yVA fghj=τ 

      (2.5.22)

    3.  Tegangan Radial

    Tegangan radial adalah tegangan pada silinder yang memiliki tekanan dari dalam. Hal ini

    hampir serupa dengan keadaan yang dialami oleh pipa yang dialiri oleh zat tertentu. Zat

    yang mengalir tersebut memiliki tekanan yang akan menimbulkan tegangan radial pada

    dinding pipa. Untuk lebih jelasnya, tegangan radial ini akan dibahas lebih lanjut pada

    subbab berikut.

    2.5.2 Silinder Bertekanan

    Analisis pipa bawah laut yang mendistribusikan fluida dapat dipandang sebagai

    tabung/silinder yang dikenai tekanan dari dalam (tekanan dari fluida) dan tekanan dari luar

    (tekanan air/hidrostatis). Pada silinder bertekanan memiliki beberapa jenis tegangan utama,

    yaitu :

    1.  Tegangan Sirkumfernsial (Tegangan Hoop)

    2.  Tegangan Lentur (Bending Stress)

    3. 

    Tegangan Thermal (Thermal Stress)

    4.  Tegangan Poisson (Poisson Stress)

    5. 

    Tegangan longitudinal (Longitudial Stress)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    27/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-27

    6.  Tegangan Ekuivalen (Equivalent Stress)

    Tegangan-tegangan tersebut merupakan bagian daripada tegangan yang selalu terjadi pada

    silinder yang memiliki dinding tipis, ujung tertutup, dan memiliki tekanan baik dari dalam

     pipa itu sendiri maupun dari luar pipa. Tegangan hoop yang juga disebut tegangan tangensial

     pada dasarnya merupakan tegangan yang terjadi pada pipa akibat daripada kombinasi tekanan

    yang terjadi pada pipa, yaitu tekanan dari dalam pipa akibat fluida (cair atau gas) yang

    mengalir di dalamnya maupun tekanan dari luar pipa berupa tekanan hidrostatis akibat dari

     posisi pipa yang berada di dasar laut atau kedalaman laut tertentu.

    Dalam analisis tegangan akibat tekanan tersebut ada dua kasus yang dapat ditinjau yaitu

    kasus silinder berdinding tipis dan kasus berdinding tebal. Kriteria tipis-tebalnya dinding

    silinder secara umum adalah bahwa tebal maksimum dinding untuk silinder berdinding tipis

    sebesar sepersepuluh radius dalam silinder ( E.Popov, Mechanic of Solids,1999).

    1.  Tegangan Sirkumfernsial (Tegangan Hoop)

    Persamaan untuk menghitung tegangan tangensial yang diakibatkan oleh tekanan internal

    dan eksternal pipa diperoleh dari analisis gaya pada silinder bebas. Perhatikan pipa

    dengan jari-jari pipa r dan ketebalan pipa t pada gambar 2.18. Pipa tersebut dikenai beban

    tekanan sebesar P yang merupakan resultan dari tekanan luar (Po) yang diakbitkan oleh

    gaya hidrostatis dan tekanan dalam (Pi) yang diakibatkan oleh fluida yang mengalir dalam

     pipa. Ditetapkan P (tekanan total) pada pipa yang merupakan resultan antara tekanan

    internal pipa dan tekanan eksternal pipa.

    P = Po

    - Pi  (2.5.23)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    28/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-28

    Gambar 2. 23 Tekanan internal dan eksternal pada pipa 

    2 0   (2.5.24)  2   (2.5.25) 

     

    (2.5.26) 

    Tegangan dalam arah tangensial dan jari-jari pipa dapat dituliskan dengan persamaan

    sebagai berikut :

      (2.5.27)   (2.5.28)Dengan mensubtitusikan persamaan (2.5.26) ke persamaan (2.5.27), persamaan tegangan

    arah tangensial dapat dinyatakan sebagai berikut.

      (2.5.28)Dimana :

    σh  = Tegangan arah tangensial atau hoop stress, psi

    P = Tekanan internal pipa, psi

    D = Diameter luar pipa, inci

    t = Ketebalan pipa, inci

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    29/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-29

    Dalam perhitungan tegangan arah tangensial ini, digunakan faktor desain sebesar 0.5

    untuk riser dan pipeline yang berada di dalam radius 500 meter dari  platform dan faktor

    desain sebesar 0.72 untuk pipeline yang berada di luar radius 500 meter dari platform.

    2. 

    Tegangan Lentur (Bending Stress)

    Tegangan tekuk (bending stress) terjadi akibat adanya momen tekuk pada pipa, sehingga

     perlu diketahui beban total penghasil gaya tekuk pada pipa. Beban ini merupakan

    kombinasi dari berat pipa dalam air dan gaya hidrodinamik horizontal dengan persamaan

     berikut;

    ( )22

    max sub D I q W F F  = + +

      (2.5.28)

    Maka, tegangan tekuk maksimum yang terjadi adalah;

    . .

    2.

     B B tcc B

     y M D

     I I σ    = =

      (2.5.29)

    Dimana :

    σB  = Tegangan Lentur

    MB  = Momen Lentur Maksimum

    Dtcc  = Diameter terluar pipa

    I = Momen Inersia

    Untuk proses davit lifting ini, digunakan tegangan lentur yang berasal dari momen lentur

    akibat proses pengangkatan pipa. Momen lentur yang digunakan di sini adalah momen

    lentur maksimum pada setiap proses diskritisasi atau setiap step.

    3.  Tegangan Termal (Thermal Stress)

    Thermal stress adalah tegangan yang terjadi akibat adanya ekspansi (pemuaian) yang

    terjadi pada pipa. Persamaan tegangan pemuaian adalah sebagai berikut;

    . .T T  E T σ α = Δ   (2.5.30) 

    Dimana :

    E = modulus elastisitas baja

    αT = koefisien ekspansi thermal

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    30/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-30

    ΔT = perbedaan temperatur antara kondisi instalasi dan operasional

    4.  Tegangan Poisson (Poisson Effect Stress)

     Poisson stress  merupakan tegangan yang terjadi akibat adanya tegangan residual pada

    saat fabrikasi pipa, sehingga pipa harus kembali ke keadaan semula. Maka, kembalinya

     pipa ke keadaan semula menyebabkan terjadinya gaya aksial, sehingga menyebabkan

    kontraksi pada dinding pipa.

    .  p H σ ν σ =   (2.5.31)

    Dimana :

     ν  = Koefisien Poisson (0.3)

    σH  = Tegangan Hoop

    5.  Tegangan Longitudinal (Longitudinal Stress)

    Longitudinal stress merupakan kombinasi dari bending stress, thermal stress, end cap

    effect,dan poisson effect . Longitudinal stress ini merupakan tegangan aksial yang bekerja

     pada penampang pipa. Persamaan longitudinal stress adalah sebagai berikut;

     L B ep T pσ σ σ σ σ  = + + +   (2.5.32)

    Dimana :

    σL  = Tegangan Longitudinal

    σB = Tegangan Lentur

    σe  = Tegangan End Cap

    σT = Tegangan Termal

    σ p  = Tegangan Poisson

    6. 

    Tegangan Ekuivalent (Equivalent Stress)

     Equivalent stress merupakan resultan seluruh komponen tegangan yang terjadi pada pipa.

    Persamaan tegangan ekuivalen dirumuskan sebagai tegangan von mises berikut ini;

    2 2 . 3. E H L H L xσ σ σ σ σ τ  = + − +   (2.5.33) 

    Dimana :

    σE  = Tegangan Ekuivalen

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    31/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-31

    σH  = Tegangan Hoop

    σL  = Tegangan Longitudinal

    Besaran tegangan geser tangensial  xτ    diabaikan dalam perhitungan tegangan ekuivalen

    ini karena besarnya tidak dominan dibanding komponen tegangan lainnya. Untuk

     perhitungan konservatif maka perkalian antar tegangan tangensial dan longitudinal

    diabaikan.

    2.5.3 Karakteristik Penampang

    Dari garis besar penjelasan mengenai perhitungan tegangan pada suatu penampang dapat

    dilihat bahwa akan dibutuhkan besaran-besaran mengenai karakteristik penampang. Besaran-

     besaran tersebut adalah sebagai berikut :

    1.  Titik Berat Penampang

    Titik berat permukaan dapat dipandang sebagai suatu titik yang merupakan pusat dari

    seluruh permukaan. Hal ini berarti titik berat permukaan akan memberikan momen statis

    yang sama terhadap sumbu X dan sumbu Y atau terhadap sumbu manapun juga.

    Koordinat titik berat penampang dihitung dengan rumus:

    Tinjau penampang datar pada gambar di bawah ini (Gambar 2.20) :

    Gambar 2. 24 Luas permukaan datar  

    Jika x,y  koordinat titik berat penampang dan titik pusat sumbu koordinat berimpitdengan titik berat penampang, maka :

    x0 x dA 0 

    y0 y dA 0 

    A

    y

    y

    xxx

    ydA

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    32/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-32

    ∫==

     A

     A y

    odA

     xdA

     A

    S  x

      (2.5.34)

    ∫==

     A

     A xo

    dA

     ydA

     A

    S  y

      (2.5.35)

    Selain itu juga jika penampang A dapat dibagi menjadi beberapa penampang A i yang titik

     beratnya sudah diketahui, persamaan (2.5.34) dan persamaan (2.5.35) dapat ditulis

    menjadi sebagai berikut :

    x ∑ ∑   (2.5.36)y ∑ ∑   (2.5.37)2.

     

    Luas Penampang, A

    Rumus umum untuk luas penampang diberikan sebagai berikut:

    A dA  (2.5.38)

    Dimana untuk koordinat sumbu kartesian digunakan bentuk diferensial luas dA = dx dy.

    3.  Statis Momen, S

    Gambar 2. 25 Bidang datar dengan titik berat, luas pemukaan, dan statis momen

    Selanjutnya untuk perhitungan momen statis pada gambar 2.25 di atas digunakan formula

    :

    ∫=

     A X 

     ydAS    (2.5.39)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    33/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-33

    ∫= A

     xdASy   (2.5.40)

    Kedua persamaan di atas (pers (2.5.39) dan pers (2.5.40) menyatakan momen statis

     permukaan masing-masing terhadap koordinat sumbu X dan sumbu Y. titik O merupakantitik sembarang yang dipilih untuk digunakan sebagai titik referensi darimana sumbu X

    dan Y dinyatakan.

    4. 

    Momen Inersia, I

    Momen inersia merupakan sebuah besaran yang menunjukkan kemampuan dari sebuah

     penampang yang memiliki luas tertentu untuk menahan lentur atau tekukan. Jika terdapat

    dua buah balok dengan material yang sama dan penampang yang berbeda, balok dengan

     penampang yang memiliki momen inersia yang lebih besar akan memiliki ketahanan

    yang lebih besar pula terhadap lentur. Selain itu juga, tidak semua balok yang memiliki

    momen inersia besar memiliki luas permukaan yang besar pula. Momen inersia pada

    dasarnya ditentukan oleh distribusi dari luasan relatif terhadap sumu referensi yang

    diambil.

    Gambar 2. 26 Momen inersia penampang 

    Momen inersia penampang merupakan momen turunan kedua yang dinyatakan sebagai

     berikut :

    •  I momen inersia terhadap sumbu x y  dA •  I momen inersia terhadap sumbu y x  dA •  I   momen inersia terhadap koordinat 0,0 r d A x y d A

    I y 

    •  I   momen inersia silang xydA 

    A

    y

    xx

    y

    r

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    34/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-34

    •  I momen inersia pipa D ID Dari bentuk-bentuk persamaan di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

    1)  Momen inersia Ix,Iy selalu bernilai positif terhadap tata sumbu

    2)  Momen inersia silang (Ixy) bernilai riil (bisa positif, negatif, maupun nol)

    2.5.4 Penampang Komposit

    Pipa bawah laut pada dasarnya terdiri dari beberapa material, sebut saja baja yang menjadi

    material utama pipa dan lapisan pelindung pipa yang biasanya terbuat dari beton serta lapisan

    anti karat pipa. Oleh karenanya pipa bawah laut dapat disebut sebagai sebuah penampang

    komposit.

    Masing-masing material tersebut memiliki kualitas dan kekakuannya masing-masing serta

    keelastisan dari material tersebut. Parameter keelastisan dari material tersebut adalah

    modulus elastisitas ( Modulus Elasticity).

    Untuk dapat mempermudah perhitungan material yang berbeda-beda tersebut dilakukan

     proses transformasi agar penampang tersebut dianggap atau diasumsikan sebagai sebuah satu

     penampang yang utuh. Proses transformasi tersebut dapat didefiniskan sebagi ekivalensi

    material yang dinyatakan dengan sebuah angka modulus.

    Pada pipa bawah laut ini diasumsikan material dominan yang ada adalah beton dan baja.Lapisan anti korosi dianggap memiliki elastisitas yang sama dengan pipa dan juga

    ketebalannya dapat diabaikan. Oleh karenanya beton akan ditransformasikan menjadi baja

    dengan perhitungan sebagai berikut.   (2.5.41)E2  = modulus elastisitas baja

    E1  = modulus elastisitas beton

    n = ekivalensi

    Persamaan di atas digunakan untuk mentransformasikan material beton ke material baja.

     Nantinya beton tersebut akan ditransformasikan menjadi baja sehingga momen inersia dan

    modulus elastisitas yang digunakan adalah penampang komposit atau penampang hasil

    transformasi beton ke baja.

    2.5.5 Properti Pipa Bawah Laut

    Material utama pipa terdiri baja atau carbon steel  atau logam lainnya. Di laut yang notabenemerupakan lingkungan yang sangat ganas dimana terdapat gaya-gaya yang dapat membuat

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    35/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-35

     pipa tersebut rusak atau failure. Gaya-gaya dan fenomena yang mungkin terjadi di bawah laut

    yang dapat mengancam keberadaan sebuah pipa di bawah laut diantaranya adalah gaya

    hidrostatis, gaya hidrodinamika, dan air laut yang sangat bersifat korosif.

    Untuk itu pipa bawah laut agar dapat memenuhi masa layannya diberikan perlindungan yang

    mumpuni. Perlindungan tersebut dapat berupa memberikan lapisan pelindung pada pipa yang

    nantinya akan mengurangi dampak perilaku laut yang ganas tersebut atau hanya

    mengeliminirnya saja.

    Perlindungan yang biasanya diberikan pada pipa bawah laut ada 2 (dua) jenis, yaitu lapisan

    anti korosi dan lapisan beton. Untuk lapisan anti korosi dapat diberikan  High Density

     Polyethylene (HDPE), sedangkan untuk lapisan beton bisanya digunakan beton dengan mutu

    tinggi. Lapisan beton ini juga dapat berfungsi sebagai pemberat agar pipa yang digelar di

     bawah laut dapat lebih stabil menahan gaya-gaya yang ada.

    Potongan melintang sebuah pipa bawah laut ditunjukkan gambar 2.27 di bawah ini.

    Gambar 2. 27 Potongan melintang pipa bawah laut

    Berikut adalah keterangan mengenai properti pipa pada gambar 2.27.

    ID : Diameter dalam pipa baja

    OD (Ds) : Diameter luar pipa baja = ID + 2.ts 

    ts : Ketebalan dinding pipa baja

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    36/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-36

    tcorr   : Ketebalan lapisan anti korosi (corrosion coating) 

    tcc  : Ketebalan lapisan beton (concrete coating) 

    Wst  : Berat pipa baja di udara

    Wcorr   : Berat lapisan anti korosi di udara

    Wcc  : Berat lapisan beton di udara

    Wcont : Berat content (isi pipa) di udara

    W buoy  : Berat/gaya apung (buoyancy) 

    Wsub  : Berat pipa di dalam air (terendam)

    ρs  : Massa jenis baja

    ρcorr   : Massa jenis lapisan anti korosi

    ρcc  : Massa jenis lapisan beton

    ρsw  : Massa jenis air laut

    ρcont  : Massa jenis content (isi pipa)

    Dalam perhitungan tie in ini dilakukan perhitungan untuk mencari berat pipa dalam air.

    Adapun perhitungan tersebut dilakukan berdasarkan fase instalasi. Jadi di sini content

    daripada pipa tidak diperhitungkan.

    Berikut adalah langkah perhitungan untuk mencari berat pipa di dalam air (Submerged

    Weight ).

    Berat baja di udara (Ws)

    2 2

    4 s sW OD ID

    π  ρ   ⎡ ⎤= −⎣ ⎦

      (2.5.42)

     

    Berat lapisan anti korosi di udara (Wcorr )

    2 2( 2. )4

    corr corr s corr sW D t D

    π  ρ    ⎡ ⎤= + −⎣ ⎦

      (2.5.43) 

    Berat lapisan beton di udara (Wcc)

    2 2( 2. 2. ) ( 2. )4

    cc cc s corr cc s corr  W D t t D t  π 

     ρ    ⎡ ⎤= + + − +⎣ ⎦  (2.5.44)

     

    Berat content  pipa di udara (Wcont)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    37/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-37

    2.4

    cont cont  W ID

    π  ρ =

      (2.5.45) 

    Berat/gaya apung pipa (W buoy)

    [ ]2

    . 2. 2.4

    buoy sw s corr ccW D t t  π 

     ρ = + +  (2.5.46)

     

    Berat pipa di dalam air (Wsub)

     sub s corr cc cont buoyW W W W W W  = + + + −

      (2.5.47) 

    Telah dijelaskan sebelumnya bahwa lapisan beton berguna untuk menjaga stabilitas pipa di

    dasar laut. Selain itu, juga berguna sebagai pelindung pipa dari benturan, maupun aktivitas

    manusia lainnya yang bersifat merusak.

    Sebagai pemberat, ketebalan lapisan beton juga harus diperhitungan secara detail dengan

    melihat kondisi seabed dan gaya lingkungannya dan juga kondisi instalasi. Lapisan beton

    yang terlalu tebal dapat menyebabkan pekerjaan instalasi menjadi terlalu berat, dan rawan

    terhadap buckling .

    2.6 DATA SEKUNDER

    Segala sesuatu yang dijelaskan pada subbab-subbab sebelumnya berkaitan dengan mekanika

    rekayasa. Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar yang digunakan dalam

    menganalisa dan menggunakan data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud dalam

    subbab ini adalah pasang surut arus. Selain itu juga efek dari besaran tersebut seperti gaya

    hidrodinamika yang terjadi pada pipa juga harus diperhatikan. Gaya tersebut berupa gaya

    drag dan gaya lift yang terjadi akibat adanya arus yang mengalir pada saat proses

     pengangkatan pipa berlangsung. Besaran-besaran tersebut akan dijelaskan pada subbab

     berikut ini.

    2.6.1 Pasang Surut

    Besaran pasang surut sangat penting dalam menentukan seberapa tinggi pipa akan diangkat.

    Untuk proyek SSWJ II ini pipa akan diangkat setinggai kedalaman periran dan muka air

    tertinggi, seperti formulasi yang ada pada persamaan di bawah ini.

    Ketinggian angkat pipa = MSL + (2 x HAT)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    38/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-38

    Dimana :

    MSL : muka air rata-rata

    HAT : muka air tertinggi

    Besaran-besaran di atas dapat dicari dengan melakukan analisis terhadap pasang surut yang

    terjadi pada daerah tie in tersebut. Adapun data-data yang digunakan untuk analisa pasang

    surut ini dapat berasal dari pengamatan langsung di lapangan atau dengan menggunakan

     program pasang surut yang sudah ada.

    Pasang surut sendiri adalah peristiwa perubahan ketinggian (elevasi) muka air laut yang

    disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi benda-benda langit, terutama matahari dan bulan,

    terhadap massa air di bumi. Peristiwa pasang surut bersifat periodik karena pergerakan bumi

    dan benda-benda langit tersebut juga bersifat periodik.

    Tabel 2. 1 Sembilan Komponen Pasang Surut (Sumber : Coastal Processes 2002) 

    Oleh sebab itu, perubahan elevasi muka air laut di suatu lokasi dapat diramalkan dengan hasil

    yang baik. Untuk mengetahui pasang surut yang terjadi pada suatu lokasi, terlebih dahulu

    dilakukan pengukuran elevasi muka air laut di lapangan. Pengukuran dilakukan sekurang-

    kurangnya selama 15 hari secara kontinu dengan interval pengukuran adalah 1 jam. Setelah

    didapatkan data hasil pengukuran pasang surut lapangan, data kemudian dianalisa untukmendapatkan komponen-komponen pasang surut, sesudah itu baru dapat dilakukan

     peramalan pasang surut untuk jangka waktu yang diinginkan.

    Komponen pasang surut merupakan penjabaran pengaruh benda-benda langit terhadap

    terjadinya pasang surut. Ada sembilan komponen pasang surut yang utama. Kesembilan

    komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    39/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-39

    2.6.1.1 Least Square Method (Metode Kuadrat Terkecil) 

    Dalam mendapatkan nilai komponen pasang surut digunakan metode kuadrat terkecil (Least

    Square Method). Metoda ini menggunakan prinsip bahwa kesalahan peramalan pasang surut

    harus sekecil-kecilnya, sehingga jumlah selisih kuadrat antara peramalan dengan data

     pengamatan harus minimum.

    Gambar 2. 28 Grafik muka air  

    Dengan i ialah nomor pengamatan dan m adalah jumlah pengamatan, maka persamaan

    modelnya dapat ditulis, sebagai berikut :

    )cos()(1

    i

    m

    i

    ii t  ASot  z    Φ−+=   ∑=

    ω 

      (2.6.1)

    Dapat ditulis menjadi

    ∑=

    ++=m

    i

    iiii t  Bt  ASot  z 1

    sincos)(   ω ω    (2.6.2)

    Misalkan data pengamatan kita ialah )(^

    i z  , maka persamaan errornya akan menjadi :

    t  Bt  ASoi z 

    i z i z  J  t 

    ω ω 

    ε 

    sincos)(

    0)()(

    ^

    2^

    2

    ++=

    =⎟ ⎠ ⎞

    ⎜⎝ ⎛  −==   ∑∑

      (2.6.3)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    40/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-40

    { }∑=

    −−−=m

    i

    t  it  Bit  ASoi z  J 1

    2)(sin)(cos)(   ω ω    (2.6.4)

    Untuk mendapatkan harga minimum, maka persamaan diatas diturunkan secara parsial untuk

    setiap variabel atau parameternya :

    0)(

    =∂

    ∂ parameter 

     J   (2.6.5)

    ( ){ }∑=

    −−−−==∂∂ m

    i

    t  it  Bit  ASoi z it  B

     J 

    1

    )(sin)(cos)()(sin20   ω ω ω    (2.6.6)

    ( ){ }∑=

    −−−−==∂∂ m

    i

    t  it  Bit  ASoi z So

     J 

    1

    )(sin)(cos)(20   ω ω    (2.6.7)

    ( ){ }∑=

    −−−−==∂∂ m

    i

    t  it  Bit  ASoi z it  A

     J 

    1

    )(sin)(cos)()(cos20   ω ω ω    (2.6.8)

    Ketiga persamaan diatas bila ditampilkan dalam bentuk matriks akan seperti dibawah ini :

    ⎪⎪⎪

    ⎪⎪⎪

    ⎪⎪⎪

    ⎪⎪⎪

    =⎪⎭

    ⎪⎬

    ⎪⎩

    ⎪⎨

    ∑∑∑

    ∑∑∑

    ∑∑

    =

    =

    =

    ===

    ===

    ==

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    m

    i

    it i z 

    it i z 

    i z 

     B

     A

    So

    it it it it 

    it it it it 

    it it m

    1

    1

    1

    1

    2

    11

    11

    2

    1

    11

    )(sin)(

    )(cos)(

    )(

    )(sin)(sin)(cos)(sin

    )(cos)(sin)(cos)(cos

    )(sin)(cos

    ω 

    ω 

    ω ω ω ω 

    ω ω ω ω 

    ω ω 

      (2.6.9)

    Atau

    [ ]   { } z  B

     A

    So

     D   =⎪⎭

    ⎪⎬

    ⎪⎩

    ⎪⎨

      (2.6.10)

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    41/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-41

    [ ]   { } z  D B

     A

    So1−=

    ⎪⎭

    ⎪⎬

    ⎪⎩

    ⎪⎨

      (2.6.11)

    Matriks di atas dapat diselesaikan dengan Eliminasi Gauss sehingga nilai S0, A, B dapat

    diketahui. A dan B ialah komponen pasang surut.

    Selanjutnya untuk mendapatkan nilai amplitudo dan beda fasa dari kesembilan komponen

     pasut (m = 9) digunakan persamaan berikut :

    Amplitudo :

    22 B AC    +=   (2.6.12)

    Fasa :

    ⎟ ⎠

     ⎞⎜⎝ 

    ⎛ =Φ   − A

     B1tan   (2.6.13) 

    2.6.1.2 Peramalan pasang surut 

    Setelah kesembilan komponen pasut berikut amplitudo dan fasanya diketahui, maka perubahan elevasi muka air akibat pasang surut dihitung untuk jangka waktu 18,6 tahun.

    Jangka waktu 18,6 tahun adalah periode ulang pasang surut.

    Berdasarkan peramalan pasang surut, didapatkan data fluktuasi elevasi muka air laut selama

    18,6 tahun. Untuk keperluan perencanaan, ditetapkan elevasi-elevasi yang digunakan sebagai

    elevasi acuan dengan cara menganalisa data ramalan pasang surut tersebut (lihat Tabel 2.2).

    Analisa dilakukan dengan metode statistika.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    42/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-42

    Tabel 2. 2 Elevasi Muka Air Rencana

    Setelah mendapatkan elevasi-elevasi penting dari pasang surut daerah tersebut maka untuk

     proses Tie In ini elevasi muka air laut yang menjadi acuan adalah MSL (Mean Sea Level)

    atau muka air rata-rata . Sedangkan harga HHWL dapat disamakan dengan harga HAT(Higeh Astronomical Tide).

    2.6.2 Arus

    Data arus dibutuhkan pada saat menggunakan program offpipe. Data arus pada offpipe akan

    diolah menjadi gaya drag dan gaya lifting yang akan terjadi pada pipa akibat arus yang terjadi

     pada saat proses pengangkatan pipa. Untuk itu dirasa penting untuk sekedar memberikan

    sekilas mengenai teori dasar mengenai arus yang ada pada saat proses pengangkatan laut.

    Di Program Offpipe  hanya parameter kecepatan arus pada tiap kedalaman yang dijadikan

    input. Sedangkan parameter arus yang dimaksudkan di sini adalah kecepatan arus yang

    diakibatkan oleh pasang surut maupun fenomena penyebab timbulnya arus yang lain kecuali

    arus akibat gelombang di permukaan laut. Hal tersebut terjadi karena perairan di mana

    dilangsungkannya proses Tie In adalah perairan yang cukup tenang sehingga tidak terjadi

    tinggi gelombang yang signifikan. Oleh karenanya arus yang diakibatkan oleh gelombang

    diabaikan pada proses pengangkatan pipa ini.

    Arus yang dijadikan input ini adalah arus yang seragam pada setiap kedalamannya. Oleh

    karena itu nantinya gaya-gaya hidrodinamika yang muncul hanya gaya drag dan lifting. Gaya

    inersia tidak dimasukkan, karena pendefinisian dasar dari gaya inersia adalah gaya yang

    diakibatkan oleh adanya perubahan perpindahan massa air atau dengan kata lainnya

    terjadinya percepatan atau perlambatan pada arus yang mengalir, sedangkan dalam kasus ini

    arus diasumsikan seragam untuk setiap kedalamannya.

    Analisis data arus diperoleh dari pengukuran arus di lokasi instalasi jaringan pipa, dimana

    data arus yang diperoleh sebaiknya diproses menjadi grafik data kecepatan dan arah arus tiap

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    43/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-43

     jam yang kemudian ditransformasi menjadi data spektrum kecepatan arus. Selanjutnya

    dilakukan perhitungan kecepatan arus rata-rata pada kedalaman pipa menggunakan

    transformasi dari data arus pada kedalaman referensi (zr ) yang telah diketahui, dengan

    menggunakan asumsi bahwa kecepatan arus tetap ( steady current ) dan pengaruh efek lapisan

     batas dikombinasikan dalam formulasi integrasi :

    ( ) dcr  z  De

    e

    C   RU dz  z U U    ⋅== ∫+

      (2.6.14)

    ⎪⎭

    ⎪⎬⎫

    ⎪⎩

    ⎪⎨⎧

    −⎟⎟ ⎠

     ⎞⎜⎜⎝ 

    ⎛ ⎟⎟

     ⎠

     ⎞⎜⎜⎝ 

    ⎛ −⎟⎟

     ⎠

     ⎞⎜⎜⎝ 

    ⎛    +⎟⎟

     ⎠

     ⎞⎜⎜⎝ 

    ⎛ +

    ⎟⎟ ⎠

     ⎞⎜⎜⎝ 

    ⎛ = 1lnln1

    ln

    1

    oT o

    o

    dc z 

    e

     D

    e

     z 

     De

     D

    e

     z 

     z  R   (2.6.15)

    Dimana :

    - Uc  = kecepatan arus rata-rata (m/detik )

    - Uzr   = kecepatan arus pada kedalaman referensi (m/detik )

    - zr   = kedalaman referensi (m)

    - zo  = parameter kekasaran seabed (tabel 2.3 di bawah ini)

    - e = lebar gap antara pipa dan seabed (m)

    - DT  = diameter total pipa (termasuk seluruh lapisan) (m)

    - R dc  = faktor reduksi arus

    2.6.3 Gaya Hidrodinamika

    Gaya-gaya hidrodinamika yang lazim terjadi pada pipa bawah laut adalah Gaya Drag, Gaya

    Lift, dan Gaya Inersia. Gaya-gaya tersebut lazim terjadi akibat adanya arus yang melalui

     pipa. Gaya-gaya tersebut muncul baik pada saat pipa sudah digelar dan berpengaruh sangat

     besar terhadap kestabilan pipa di dasar laut, maupun ketika instalasi seperti pada saat proses

     penggelaran pipa maupun pada saat proses pengangkatan pipa yang dibahas dalam laporan

    ini.

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    44/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-44

    Tabel 2. 3 Parameter kekasaran seabed (zo)

    Sumber : DNV Free Spanning Pipelines, 2002

    Gaya hidrodinamik yang timbul oleh akibat adanya arus tersebut dikelompokkan menjadi 2

    (dua) jenis gaya berdasarkan pada arah gayanya. Gaya-gaya tersebut adalah gaya horisontal

    dan gaya vertikal.

    Gaya Horisontal sendiri adalah gaya yang bekerja searah horisontal. Atau searah dengan arah

    datangnya arus. Gaya-gaya yang termasuk dalam gaya horisontal pada gaya hidrodinamik

    adalah gaya inersia dan gaya drag. Kedua gaya ini sama-sama berarah horisontal dan sama-

    sama diakibatkan oleh adanya arus yang terjadi di bawah permukaan laut. Khusus untuk gaya

    inersia, gaya ini akan diabaikan dalam laporan ini. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

     bahwasannya gaya inersia pada dasarnya merupakan gaya yang terjadi akibat adanya

     perubahan perpindahan massa fluida dan dalam hal ini air laut. Gaya inersia ini juga

    sebanding dengan gaya inersia dari massa fluida yang dipindahkan oleh adanya struktur yang

    ada pada fluida tersebut dan dalam hal ini struktur tersebut adalah pipa bawah laut. Oleh

    karena tidak ada perubahan perpindahan massa air atau tidak adanya percepatan atau

     perlambatan perpindahan massa air maka gaya inersia dapat diabaikan atau akan sama

    dengan nol.

    Sedangkan gaya vertikal adalah gaya yang memiliki arah vertikal atau tegaklurus dengan arah

    datangnya arus. Gaya hidrodinamik yang termasuk dalam gaya vertikal adalah gaya lift atau

    gaya angkat yang terjadi pada pipa. Gaya ini juga diakibatkan adanya arus yang mengalir

    dibawah permukaan laut.

    1. 

    Gaya Drag (Gaya Seret) dan Gaya Inersia

    Dalam menganalisis gaya-gaya hidrodinamika yang terjadi dengan arah horizontal,

    seperti gaya drag ini dapat digunakan dua pendekatan, yaitu dengan menggunakan

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    45/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-45

     persamaan Morrison dan Teori Difraksi. Persamaan Morrison digunakan apabila pipa

    yang dianalisis berukuran relatif kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang

    dengan ketentuan D/L ≤  0.2 dimana D adalah diameter pipa dan L adalah panjang

    gelombang. Pada kondisi ini, gelombang yang terjadi tidak terganggu dengan adanya pipa

    tersebut serta pengaruh vorteks air (wake) cukup dominan dan dapat menimbulkan  flow

     separation. Hal ini mengakibatkan munculnya dua jenis gaya yang bekerja pada pipa,

    yaitu gaya seret dan gaya inersia.

    Sedangkan teori difraksi digunakan apabila pipa yang dianalisis berukuran relatif besar

     jika dibandingkan dengan panjang gelombang dengan ketentuan D/L > 0.2. Pada kondisi

    ini, pengaruh wake kecil sedangkan gaya inersia dominan dan efek difraksi harus

    dipertimbangkan dalam perhitungan.

    a)  Persamaan Morrison

    Pada perhitungan gaya hidrodinamika dengan menggunakan persamaan morrison ini,

    gaya gelombang yang bekerja dinyatakan sebagai penjumlahan dari gaya seret dan

    gaya inersia. Gaya seret berhubungan dengan kecepatan air yang melewati benda

    sedangkan gaya inersia berhubungan dengan percepatan air.

    Gaya seret terjadi karena adanya gesekan fluida dengan dinding pipa ( skin friction)

    dan vorteks yang terjadi di belakang struktur. Vorteks yang terjadi merupakan

     penyebab dominan dari gaya seret ini. Gambar 2.24 menunjukkan vorteks yang terjadi

     pada pipa.

     Nilai gaya seret yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

    ini.

    . . ... ||.

      (2.6.16)

    Dimana :

    dFD

    = Gaya seret per satuan panjang

    CD

    = Koefisien seret

    D = Diameter pipa

    ρ = Berat jenis fluida

    U = Kecepatan sesaat partikel air

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    46/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-46

    Gambar 2. 29 Vorteks dan flow separation 

    Gaya inersia yang bekerja pada pipa adalah sama dengan gaya inersia dari massa

    fluida yang dipindahkan oleh pipa. Nilai gaya inersia yang terjadi dapat dihitung

    dengan menggunakan persamaan berikut ini.

    . . .   .   (2.6.17)Dimana :

    dFI= Gaya inersia per satuan panjang

    CM

    = Koefisien inersia

    A = Luas penampang pipa

       = Percepatan sesaat partikel fluidaBentuk standar persamaan morrison menyatakan bahwa jumlah total gaya per satuan

     panjang (dz) dari sebuah struktur pipa adalah jumlah gaya seret dan gaya inersia

    seperti di bawah ini.

    . . ... ||. . . .   .   (2.6.18)Berikut ini beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan

     persamaan morrison di atas :

    •  Kecepatan dan percepatan sesaat dari pertikel air harus didapat dari beberapa teori

    gelombang seperti teori gelombang linier, Stokes 5th

    order, solitary, dan

    sebagainya, dengan menganggap karakteristik gelombang tidak terpengaruh oleh

    keberadaan struktur pipa. Batasan ukuran struktur agar persamaan morrison dapat

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    47/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-47

    diterapkan adalah D/L ≤ 0.2 dimana D adalah diameter pipa dan L adalah panjang

    gelombang.

    •  Bentuk standar dari persamaan morrison menganggap struktur yang dikenai gaya

    gelombang bersifat kaku (rigid/tidak bergetar). Bila struktur memiliki respon

    dinamik atau bergetar, maka struktur tersebut memiliki besaran kecepatan dan

     percepatan yang menyebabkan adanya pergerakan relatif partikel fluida terhadap

    struktur. Pada kondisi ini, persamaan morrison harus dimodifikasi dengan

    memasukkan besaran kecepatan relatif partikel fluida terhadap struktur tersebut.

    •  Khusus kasus Tie In ini, besaran kecepatan arus yang ada pada gaya drag adalah

    seramagm untuk tiap kedalaman. Selain itu juga kecepatan arus yang diperoleh di

    sini bukan berasal dari gelombang yang muncul, melainkan dari pasang surut dan

     penyebab arus lainnya.

    •  Oleh karena kecepatan arus yang seragam maka percepatan yang timbul akan

    sama dengan nol. Hal ini akan menyebabkan gaya inersia dapat diabaikan.

     b)  Teori Difraksi

    Apabila gelombang melewati struktur yang berukuran relatif besar jika dibandingkan

    dengan panjang gelombang tersebut, maka bentuk gelombang yang terjadi akan

    terpengaruh dan akan terjadi pemantulan gelombang oleh struktur. Pada kondisi ini,diperlukan formulasi potensial kecepatan baru yang dapat memenuhi semua kondisi

     batas. Dari potensial kecepatan tersebut dapat dihitung gaya gelombang yang bekerja

     pada struktur dengan menggunakan metode pressure area seperti di bawah ini.

    .   (2.6.19) .   (2.6.20)Dimana :

    P = Tekanan akibat gelombang

    A = Luas penampang struktur

    F = Gaya gelombang

     = Potensial kecepatan aliran gelombangUntuk teori difraksi ini pada dasarnya tidak digunakan pada analisis tie in laporan ini.

    Hal ini dikarenakan diasumsikan tidak terjadi gelombang yang siginifikan pada saat

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    48/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    LAPORAN TUGAS AKHIRAnalisis Tie In Pipa Bawah Laut Dengan Metode Elemen Hingga Dan Castigliano 2-48

     proses pengangkatan pipa sedang berlangsung. Gelombang yang ada tidak

    mengakibatkan pengaruh yang besar terhadap proses pengangkatan pipa. Akan tetapi

    kecepatan arus yang ada pada saat proses pengangkatan pipa harus ikut

    diperhitungkan. Arus tersebut mengaikibatkan pipa dikenai gaya hidrodinamik berupa

    gaya drag karena arus tersebut bersifat seragam dan tidak terjadi percepatan ataupun

     perlambatan sehingga tidak terjadi gaya inersia. Oleh karenanya teori difraksi hanya

    ditampilkan sebagai ilustrai perhitungan gaya-gaya hidrodinamik pada struktur lepas

     pantai khususnya struktur pipa bawah laut.

    2.  Gaya Lift (Gaya Angkat)

    Gaya dengan arah vertikal yang terjadi pada pipa di bawah laut adalah gaya angkat. Gaya

    angkat (lift force) adalah gaya dalam arah tegak lurus aliran / rambatan gelombang. Gaya

    ini timbul disebabkan oleh adanya perbedaan konsentrasi  streamline di bagian atas

    dengan konsentrasi  streamline di bagian bawah pipa Konsentrasi streamline terdapat di

    atas silinder yang mengakibatkan gaya angkat ke atas. Jika terdapat celah sempit diantara

    silinder dan seabed, konsentrasi streamline di bawah silinder akan mengakibatkan gaya

    angkat negatif ke arah bawah.

    Gambar 2. 30 Gaya angkat pada silinder di seabed 

    Besar gaya angkat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

      (2.6.21)Dimana :

    FL

    = Gaya angkat

    ρ = Berat jenis fluida

    CL

    = Koefisien angkat

  • 8/18/2019 Jbptitbpp Gdl Mendygerga 27710 3 2007ta 2

    49/49

    BAB 2 TEORI DASAR

    D = Diameter pipa

    U = Kecepatan partikel air arah tegak lurus dengan gaya angkat

    Untuk keperluan praktis dalam perencanaan desain pipa bawah laut, dapat digunakan nilai

    koefisien seret, koefisien inersia, dan koefisien angkat yang direkomendasikan seperti pada

    tabel di bawah ini.

    Tabel 2. 4 Daftar Koefisien Desain PIpa Yang Direkomendasikan

    Re (Bilangan Reynold)CD 

    (Koefisien Drag)

    CL 

    (Koefisien Lift)

    CM

    (Koefisien Inersia)

    Re < 5.0 x 104  1.3 1.5 2.0

    5.0 x 104< Re < 1.0 x 10

    5  1.2 1.0 2.0

    1.0 x 105< Re < 2.6 x 10

    5  1.53 - (Re / 3 x 10

    5) 1.2 - (Re / 5 x 10

    5) 2.0

    2.6 x 105< Re < 5 x 10

    5  0.7 0.7 2.6 - (Re / 5 x 10

    5)

    5 x 105 < Re 0.7 0.7 1.5

    Untuk menentukan Bilangan Reynold dapat digunakan persamaan berikut.

      (2.6.22)Dimana :

    Re : Bilangan Reynold

    Um  : Kecepatan maksimum aliran akibat gelombang

    D : Diameter Struktur

     υ  : Viskositas kinematik = 1.2363 x 10-5 ft2/s

    Bilangan Reynold sendiri merupakan bilangan yang menunjukkan jenis aliran yang terjadi

     pada fluida yang mengalir tersebut. Berdasarkan jenis aliran inilah nantinya dapat ditentukan

    koefisien drag, inersia, ataupun lift yang tepat bagi suatu fluida yang mengalir melewatu

    struktur tertentu seperti pipa bawah laut.