Upload
zola1st
View
216
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lereng
Citation preview
4-1
BAB 4
PENGUMPULAN DATA LAPANGAN
4.1. Pemetaan Geologi dan Struktur Geologi
Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian
yang berupa jenis batuan, penyebarannya, stratigrafi, tingkat pelapukan dan struktur
geologi yang berkembang. Pada penelitian ini pemetaan geologi dilakukan di daerah
Pit K dan sekitarnya.
Hasil akhir dari pemetaan geologi disajikan dalam bentuk peta geologi permukaan
yang memberikan gambaran atau informasi tentang kondisi geologi yang meliputi
keadaan geomorfologi, stratigrafi yang mencakup seluruh jenis batuan yang ada,
penyebaran dan pengelompokan secara lateral-vertikal, tingkat pelapukan, gejala-
gejala rembesan dan analisa pola struktur baik makro (patahan) maupun mikro
(kekar).
Dalam pelaksanaan pemetaan geologi, dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan.
Tahap persiapan ini terdiri dari pengumpulan data serta referensi-referensi
geologi yang berkaitan dengan daerah penelitian dan penyiapan alat-alat survey
yang terdiri dari: palu geologi, kompas geologi, kamera, peta dasar, pita ukur,
dan alat tulis.
4-2
2. Tahap pemetaan geologi
Pemetaan geologi dilaksanakan dengan metoda lintasan. Perencanaan jalur
lintasan dibuat dengan mempertimbangkan variasi litologi dan kontrol struktur
geologi. Dalam hal ini data geologi regional sangat dibutuhkan. Pada penelitian
ini, pekerjaan pemetaan dimulai dari arah Blok 1 hingga Blok 15. Hal ini
dilakukan untuk mengatahui kemenerusan lapisan batuan serta struktur geologi
yang berkembang disekitar daerah penelitian.
Pemetaan geologi yang dilaksanakan meliputi:
• Pengamatan singkapan batuan
- Jenis batuan
- Jurus dan kemiringan, keselarasan, dan ketidak selarasan
- Identifikasi kekar (arah, sifat kemenerusan, kerapatan, dan jenisnya)
- Umur dari formasi batuan
• Kualitas batuan
- Tingkat pelapukan batuan
- Tingkat pelapukan kekar
- Kejadian luar biasa (mineralisasi, pelepasan gas, dan lain-lain)
• Pengamatan struktur geologi
- Jenis lipatan (sinklin, antiklin)
- Jenis Patahan (patahan naik, normal, geser), arah, dan
kemenerusannya
• Kondisi geologi teknik
- Gejala rayapan (creeping)
4-3
- Gejala longsoran (sliding)
- Gejala rembesan (seepage)
- Gejala pergerakan massa batuan (mass movement)
• Pengamatan air tanah
- keberadaan mata air (lokasi, jumlah, kualitas, temperatur, dan
kedalaman muka air tanah)
Hasil survai lapangan sepanjang jalur lintasan kemudian dianalisa dan dipakai
sebagai dasar pembuatan peta geologi. Pada peta geologi tersebut akan ditampilkan
jenis dan penyebaran litologi, serta struktur geologi yang berkembang di daerah
penelitian.
Berdasarkan hasil pemetaan geologi, daerah penelitian terbagi menjadi 4 jenis
batuan, yaitu: Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Batubara.
Batupasir, berwarna abu-abu muda hingga abu-abu kekuningan, berbutir halus
hingga sedang, terpilah baik, ukuran butir relatif seragam, bergradasi buruk,
merupakan batuan dengan kekuatan menengah (medium strong rock) dengan UCS
sekitar 25 MPa. Lapisan ini teramati dari Blok 1 dan menerus dengan penyebaran
agak miring hingga Blok 15 dengan ketebalan sekitar 30 m. Lapisan ini mempunyai
arah jurus dan kemiringan (strike/dip) N175oE/18o atau Dip/Dip Direction
18o/N265oE. Kekar yang berkembang berupa kekar bergelombang (undulating)
dengan permukaan agak kasar (slightly rough), dinding kekar agak lapuk (slightly
weathered), sebagian terisi oksida besi. Tingkat pelapukan massa batupasir dari Blok
4-4
1 hingga Blok 6 dikatagorikan agak lapuk (slightly weathered) dengan kerapatan
kekar antara 0.5 hingga 3 m. Sedangkan mulai Blok 6 hingga Blok 10, tingkat
pelapukan massa batupasir ini mengalami perubahan menjadi lapuk sedang
(moderately weathered) dengan intensitas kekar menjadi lebih rapat antara 20 hingga
50 cm. Hal ini disebabkan oleh lebih dekatnya batuan di Blok 6 hingga Blok 10 ini
ke zona patahan yang ada disekitar Blok 10 hingga Blok 15.
Batulempung, berwarna abu-abu kehijauan, menyerpih, secara umum lapuk tinggi
(highly weathered), merupakan batuan dengan kekuatan lemah (weak rock) dengan
UCS sekitar 14 MPa. Batuan ini teramati dari Blok 1 hingga Blok 15, terletak secara
selaras di atas lapisan batupasir dengan ketebalan hingga 20 m. Lapisan batulempung
ini mempunyai arah jurus dan kemiringan yang sama dengan lapisan batupasir, yaitu
N175oE/18o atau Dip/Dip Direction 18o/N265oE. Kekar pada lapisan ini sangat sulit
untuk diamati karena kondisi batuan ini yang menyerpih. Longsoran dan retakan
yang terjadi di Pit K, selalu terjadi pada lapisan batulempung ini. Tercatat 1 kali
longsoran dan 4 kali teramati adanya retakan yang terjadi pada lapisan batulempung
ini (lihat Tabel IV.1.).
Tabel IV.1. Longsoran dan retakan di Pit K Pada Satuan Batulempung
Tanggal Lokasi Elevasi (msl) Jenis Potensi 11 Nopember 2006 15 Nopember 2006
4 Juni 2007 9 Agustus 2007 20 Agustus 2007
Blok 1 – 3 Blok 1 – 3 Blok 5 – 7 Blok 9 – 10 Blok 8 – 9
+12 - +30 +12 - +30 +20 - +30 +20 - +23
0 - +10
Retakan Longsoran Retakan Retakan Retakan
Batulanau, berwarna abu-abu kekuningan dengan pelapukan tinggi, merupakan
batuan dengan kekuatan lemah (weak rock). Lapisan batulanau ini terletak secara
4-5
selaras di atas lapisan batulempung dengan ketebalan sekitar 2 – 5 m. Lapisan
batulanau ini mempunyai kenampakan berupa laminasi atau berupa lapisan-lapisan
tipis dengan ketebalan antar lapisan antara 1 hingga 5 cm. Lapisan ini diperkirakan
menebal kearah Utara daerah penelitian.
Batubara, berwarna hitam berupa sisipan pada lapisan batupasir dan lapisan
batulempung. Di Pit K lapisan batubara ini terdiri dari 3 seam, yaitu Seam K, Seam
L, dan Seam O dengan ketebalan antara 1.5 hingga 4 m. Disekitar Blok 10 – Blok 14
terdapat adanya lensa-lensa batubara dan lapisan batubara yang tidak menerus. Hal
ini disebabkan karena di daerah tersebut merupakan zona patahan dimana terdapat
batuan yang campur aduk dan saling melensa satu sama lain. Arah jurus dan
kemiringan batubara secara umum sama dengan ketiga jenis batuan di atas yaitu
N175oE/18o atau Dip/Dip Direction 18o/N265oE. Kondisi geologi dan penyebaran
lihologi disekitar lereng Pit K dapat dilihat pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.3.
Gambar 4.1. Kenampakan lithologi Blok 1 – 6, tersusun oleh batupasir agak lapuk
(slightly weathered) di bagian bawah dan batulempung lapuk tinggi (highly weathered) di bagian atas
4-6
Gambar 4.2. Kenampakan lithologi Blok 6 – 10, tersusun oleh batupasir lapuk sedang (moderately weathered) di bagian bawah dan batulempung lapuk tinggi
(highly weathered) di bagian atas
Gambar 4.3. Kenampakan lithologi Blok 10 – 15 yang merupakan zona patahan
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah berupa pengkekaran
dan patahan. Kekar dapat diamati disekitar muka lereng maupun pada lantai galian
Pada penelitian ini dilakukan pula pengukuran arah jurus dan kemiringan kekar
dengan menggunakan kompas geologi dan meteran. yang akan dibahas tersendiri
pada sub-bab Analisis Kekar Dengan Metoda Stereografi.
4-7
Struktur patahan yang teramati dilapangan berupa patahan naik dengan bagian
Selatan relatif naik terhadap bagian Utara. Patahan diperkirakan berarah Barat Daya
– Timur Laut sekitar N30oE. Struktur patahan ini teramati disekitar Blok 10 hingga
Blok 15 dengan ciri-ciri dapat diamati dilapangan:
1. Terdapat gores garis (slickenside) pada bidang lemah,
2. Hilangnya kemenerusan lapisan batubara di sekitar daerah patahan,
3. Terjadi pengkekaran yang intensif,
4. Adanya anomali orientasi bidang perlapisan disekitar daerah patahan,
5. Terlihat adanya jenis batuan yang saling melensa satu sama lainnya.
Gambar 4.4. Gores garis (slickenside) yang merupakan indikasi keberadaan patahan,
teramati di sekitar Blok 11
Gambar 4.5. Anomali arah jurus dan kemiringan perlapisan yang mengindikasikan
keberadaan patahan, teramati disekitar Blok 12
4-8
Gambar 4.6. Peta Geologi Pit K Operasi Penambangan Binungan
U
Batulanau abu-abu kekuningan, lapuk tinggi, lemah ( weak ), berkekar rapat, kekar halus dengan bukaan 1-5mm, massa batuan sebagian besar telah terganggu
Batubara hitam, batuan dengan kondisi lapuk tinggi ( highly weathered ), lemah ( weak ), merupakan sisipan pada lapisan batupasir dan batulempung
Batuan di daerah patahan, massa batuan terkekarkan, lemah hingga sangat lemah ( weak to extremely weak rock ), terdapat anomali arah dan kemiringan perlapisan, bergores garis ( slickenside ), kekar terisi material lunak
Patahan Naik ( Trust Fault )
Batulempung abu-abu kehijauan, menyerpih, lapuk tinggi, lemah (weak ), berkekar rapat, kekar halus dengan bukaan 1-5mm, massa batuan sebagian besar telah terganggu
Batupasir abu-abu muda-kekuningan, berbutir halus hingga sedang, terpilah baik, ukuran butir relatif seragam, gradasi buruk, kekuatan menengah ( medium strong ), kekar kasar bergelombang, lapuk sedang-agak lapuk, sebagian terisi oksida besi.Blok 1-6, batupasir agak lapuk ( slightly weathered ).Blok 6-10, batupasir lapuk sedang ( moderately weathered ).
4-9
4.2. Pemetaan Tipe Massa Batuan
Berdasarkan hasil pemetaan geologi, daerah penelitian kemudian dibagi menjadi
beberapa tipe massa batuan, dimana setiap tipe massa batuan akan dihitung nilai
RMRnya untuk kepentingan analisa kestabilan lereng. Pembagian tipe massa batuan
ini didasarkan kepada beberapa faktor seperti variasi jenis batuan, tingkat
pelapukannya, dan kenampakan umum struktur geologi (kerapatan kekar dan
keberadaan patahan).
Berdasarkan hal tersebut di atas, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 tipe massa
batuan dimana setiap tipe mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda. Ke-empat
zona massa batuan tersebut, yaitu:
• Massa Batuan Tipe 1: Didominasi oleh batupasir, agak lapuk (slightly
weathered). Teramati di Blok 1 – 6.
• Massa Batuan Tipe 2: Didominasi oleh batupasir, lapuk sedang (moderately
weathered). Teramati di Blok 6 – 10.
• Massa Batuan Tipe 3: Didominasi oleh batulempung menyerpih dan
batulanau, lapuk tinggi (highly weathered). Teramati di Blok 1 – 10 di atas
satuan batupasir.
• Massa Batuan Tipe 4: Merupakan zona patahan. Teramati di Blok 10 – 15.
Deskripsi untuk masing-masing zona massa batuan dapat dilihat pada Tabel IV.2.
4-10
Tabel IV.2. Deskripsi Tipe Massa Batuan Pit K Operasi Penambangan Binungan Tipe Massa
Batuan Deskripsi Massa Batuan Kelas Massa Batuan
Tipe 1
Massa batuan dengan kondisi baik, agak lapuk (slightly weathered),
mempunyai kekuatan menengah (medium strong rock). Berkekar agak
kasar, bergelombang, spasi kekar antara 0.2 – 6m dengan rata-rata 2.2 m,
ketat (tight joints) 0.1 – 0.5mm, kekar sebagian terisi oksida besi. Secara
umum massa batuan masih utuh (undisturbed) walaupun sebagian ada
yang sudah tergangu (disturbed). Didominasi oleh batupasir
Baik (Good Rock)
RMR: 69
Tipe 2
Massa batuan dengan kondisi menengah, lapuk sedang (moderately
weathered), kuat menengah (medium strong rock). Berkekar agak kasar,
bergelombang, spasi antara 0.2 – 5.0 demgan rata-rata 1.0m, blocky, kekar
ketat hingga agak terbuka 0.1 – 2mm, kekar sebagian terisi oksida besi.
Massa batuan sebagian sudah terganggu. Didominasi oleh batupasir.
Sedang (Fair Rock) RMR: 59
Tipe 3
Massa batuan dengan kondisi buruk, lapuk tinggi (highly weathered),
lemah (weak rock), very blocky hingga menyerpih. Kekar sangat sulit untuk
diamati karena telah terserpihkan. Massa batuan sudah terganggu
(disturbed). Didominasi oleh batulempung menyerpih dan batulanau.
Buruk (Poor Rock)
RMR: 30
Tipe 4
Merupakan zona patahan, batuan umumnya hancur dengan kerapatan kekar
yang sangat rapat. Terdapat ciri-ciri yang mendukung adanya patahan
seperti ketidak menerusan suatu lapisan ataupun adanya offset perlapisan,
teramati adanya gores garis (slickenside), dan perlapisan batuan yang acak.
Kekuatan batuan lemah, kekar bersifar geseran (sheared joints)
Sangat Buruk
(Very Poor Rock)
RMR: 20
Peta tipe massa batuan dan lokasi penampang lereng dapat dilihat pada Gambar 4.7.
4-11
Gambar 4.7. Peta Tipe Massa Batuan Pit K Operasi Penambangan Binungan
Massa Batuan Tipe 1 batuan dengan kondisi bagus, agak lapuk (slightly weathered ) berkekar jarang (spasi kekar 0.2 - 6 mm dengan rata-rata 2.2m), kekar kasar bergelombang, ketat dengan bukaan <0.5mm, massa batuan sebagian besar belum terganggu
U
Massa Batuan Tipe 2 batuan dengan kondisi sedang, berkekar agak jarang (spasi kekar 0.2 - 5.0m dengan rata-rata 1.0m), kekar kasar bergelombang, ketat dengan bukaan <0.5mm, massa batuan sebagian besar belum terganggu
Massa Batuan Tipe 3 batuan dengan kondisi lapuk tinggi ( highly weathered ), berkekar rapat (spasi kekar 10 hingga 30cm), lemah hingga sangat lemah ( weak to extremely weak rock ), kekar lunak ( soft) planar , terbuka dengan bukaan hingga 5mm, massa batuan sebagian besar telah terganggu
Massa Batuan Tipe 4 batuan pada daerah patahan, massa batuan terkekarkan, lemah hingga sangat lemah ( weak to extremely weak rock), terdapat anomali arah dan kemiringan perlapisan, bergores garis (slickenside ), kekar terisi material lunak
4-12
4.3. Inventarisasi Data Kekar
Data yang berupa kedudukan bidang perlapisan dan bidang kekar diperoleh dengan
melakukan pengukuran arah kemiringan (dip/dip direction) bidang perlapisan dan
bidang kekar dengan menggunakan kompas geologi dan rol meter.
Analisis kekar dilakukan untuk mengetahui arah umum dan kemiringannya serta
untuk memperkirakan jenis dan potensi longsoran yang mungkin terjadi pada suatu
lereng. Pada penelitian ini pengukuran kekar dilakukan di 3 lokasi dimana terdapat
perbedaan tipe massa batuan. Lokasi pengukuran dapat dilihat pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3. Lokasi Pengukuran Kekar
Lokasi Jumlah Pengamatan Kekar Blok 1- 5 Blok 6 – 9
Blok 10 - 14
110 132 146
Inventarisasi data kekar dilakukan dengan metoda scanline. Pada metoda ini, rol
meter dibentangkan sepanjang dinding pengamatan. Ilustrasi pengukuran dengan
scanline dapat dilihat pada Gambar 4.8. Hasil dari pengamatan ini adalah berupa arah
dan kemiringan kekar serta jarak semu antar bidang kekar. Jarak sebenarnya antar
bidang kekar dihitung dengan persamaan 4.1.
Gambar 4.8. Pengukuran Kekar dengan Scanline (Kramadibrata, 1997)
4-13
2)(
cos 11,11,
+++
+= ii
iii jdθθ
……………………………………………..…………(4.1)
Keterangan: ji,i+1 : jarak semu antar bidang kekar θi : sudut antara garis normal dengan scanline di,i+1 : jarak sebenarnya antar bidang kekar
Jarak rata-rata antar bidang kekar set A dihitung dengan persamaan 4.2.
k
dswAdswA
n
iiiii∑
=++
= 11,1, )cos(θ
, .................................. …………………...………(4.2)
Keterangan: dswAi,i+1 : jarak semu antar bidang kekar pada set A k : jumlah bidang kekar dalam satu set
Jarak rata-rata antar bidang kekar sepanjang scanline dihitung dengan persamaan 4.3.
m
dswdsw
m
im∑
== 1 ......................................................................................................(4.3)
Keterangan: dswm : jumlah jarak kekar sebenarnya sepanjang scanline setiap set m : jumlah set kekar dsw : rata-rata jarak kekar sepanjang scanline
Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel IV.4. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
4-14
Tabel IV.4. Pengamatan Bidang Kekar Lereng Blok 1-5 Pengukuran kekar Blok 1-5Scanline αs 50 βs 2Face αf 140 βf 65
No. StrikeDip
Direction αd
Dip βd
Jarak semu
αn αd±180
βn 90-βd θ i-m ji-m di-m No. Strike
Dip Direction
αd
Dip βd
Jarak semu
αn αd±180
βn 90-βd θ i-m ji-m di-m
N…oE N…oE o m o o o m m N…oE N…oE o m o o o m m1 315 45 75 0.80 225 15 85 1-2 0.55 0.038 56 176 266 51 0.67 86 39 54 56-57 1.7 0.842 317 47 75 0.55 227 15 87 2-6 4.61 0.322 57 117 207 67 1.7 27 23 67 57-63 12.85 10.13 80 170 65 1.55 350 25 30 3-18 17.71 15.98 58 35 125 55 0.5 305 35 15 58-60 3.3 2.934 29 119 65 1.60 299 25 21 4-5 0.57 0.534 59 350 80 15 2.8 260 75 60 59-69 17.59 6.455 30 120 75 0.57 300 15 20 5-8 4.13 2.514 60 10 100 65 0.5 280 25 40 60-61 0.5 0.376 315 45 70 0.89 225 20 85 6-7 0.74 0.045 61 5 95 65 0.5 275 25 45 61-62 6 4.247 318 48 75 0.74 228 15 88 7-32 38.31 13.1 62 5 95 65 6 275 25 45 62-64 3.4 2.948 25 115 55 2.50 295 35 25 8-9 2.5 2.275 63 220 310 65 2.55 130 25 10 63-109 66.02 64.59 26 116 53 2.50 296 37 24 9-12 2.46 2.239 64 35 125 75 0.85 305 15 15 64-65 1.5 1.4510 115 205 75 0.46 25 15 65 10-11 1.00 0.462 65 35 125 55 1.5 305 35 15 65-66 1.55 1.511 110 200 75 1.00 20 15 60 11-16 3.65 1.77 66 35 125 55 1.55 305 35 15 66-70 5.89 5.5312 25 115 65 1.00 295 25 25 12-13 0.65 0.548 67 75 165 55 1.75 345 35 25 67-68 0.83 0.7813 10 100 55 0.65 280 35 40 13-14 0.6 0.466 68 65 155 65 0.83 335 25 15 68-71 3.91 3.7314 12 102 57 0.60 282 33 38 14-15 0.75 0.639 69 333 63 65 1.56 243 25 77 69-74 7.26 0.8215 25 115 55 0.75 295 35 25 15-17 2.65 2.271 70 30 120 65 1.75 300 25 20 70-76 7.71 7.5316 112 202 67 0.65 22 23 62 16-19 5.60 1.73 71 55 145 75 0.6 325 15 5 71-72 0.93 0.9317 13 103 57 2.00 283 33 37 17-20 5.60 5.262 72 55 145 70 0.93 325 20 5 72-73 0.73 0.7318 53 143 72 1.80 323 18 3 18-21 5.35 5.027 73 55 145 70 0.73 325 20 5 73-75 3.89 3.819 132 222 76 1.80 42 14 82 19-27 14.20 10.55 74 320 50 70 3.25 230 20 90 74-79 4.06 0.7120 13 103 51 2.00 283 39 37 20-22 3.15 2.951 75 70 160 60 0.64 340 30 20 75-86 12.37 11.421 46 136 54 1.55 316 36 4 21-25 7.31 7.176 76 25 115 45 1.56 295 45 25 76-77 0.55 0.522 32 122 67 1.60 302 23 18 22-23 1.6 1.473 77 25 115 60 0.55 295 30 25 77-78 0.78 0.7423 22 112 56 1.60 292 34 28 23-24 3.55 2.977 78 40 130 55 0.78 310 35 10 78-80 1.2 1.1424 12 102 67 3.55 282 23 38 24-26 1.40 1.274 79 340 70 40 0.53 250 50 70 79-87 10.64 4.6625 61 151 71 0.56 331 19 11 25-30 9.74 8.827 80 25 115 55 0.67 295 35 25 80-81 0.65 0.5926 11 101 53 0.84 281 37 39 26-28 4.50 3.37 81 25 115 55 0.65 295 35 25 81-82 2.35 2.1327 232 322 77 2.50 142 13 2 27-31 7.40 6.954 82 25 115 55 2.35 295 35 25 82-83 1.55 1.3728 6 96 56 2.00 276 34 44 28-29 2.7 2.361 83 20 110 55 1.55 290 35 30 83-85 3.53 2.0229 36 126 66 2.70 306 24 14 29-35 11.05 10.91 84 150 240 55 1.67 60 35 80 84-85 1.86 130 46 136 76 1.70 316 14 4 30-37 10.98 10.8 85 15 105 60 1.86 285 30 35 85-88 3.44 3.2331 192 282 67 1.00 102 23 38 31-56 42.07 39.53 86 45 135 50 0.2 315 40 5 86-99 24.41 23.632 282 12 63 1.00 -168 27 52 32-33 2.35 0.899 87 352 82 77 1.69 262 13 58 87-90 4.4 1.6533 313 43 53 2.35 223 37 83 33-34 1.55 0.135 88 25 115 75 1.55 295 15 25 88-89 1.75 1.6434 317 47 55 1.55 227 35 87 34-38 7.58 5.406 89 35 125 75 1.75 305 15 15 89-91 2.66 2.4935 33 123 53 3.45 303 37 17 35-36 0.89 0.867 90 332 62 65 1.1 242 25 78 90-93 5.87 1.2736 41 131 62 0.89 311 28 9 36-42 8.57 8.531 91 24 114 63 1.56 294 27 26 91-92 1.56 1.4337 52 142 62 0.74 322 28 2 37-39 5.00 4.997 92 29 119 64 1.75 299 26 21 92-94 4.08 3.9538 328 318 61 2.50 138 29 2 38-41 4.33 3.218 93 333 63 61 2.56 243 29 77 93-97 8.65 1.0539 52 142 73 2.50 322 17 2 39-40 0.83 0.82 94 42 132 57 1.52 312 33 8 94-95 2.34 2.2240 34 124 74 0.83 304 16 16 40-47 10.14 9.152 95 21 111 55 2.34 291 35 29 95-96 3.25 2.9141 312 42 62 1.00 222 28 82 41-45 4.58 0.518 96 26 116 54 3.25 296 36 24 96-98 3.1 2.9842 15 105 56 1.00 285 34 35 42-43 1.53 1.338 97 321 51 76 1.54 231 14 89 97-100 4.58 0.0843 27 117 56 1.53 297 34 23 43-44 0.6 0.548 98 42 132 64 1.56 312 26 8 98-102 4.92 4.944 25 115 41 0.60 295 49 25 44-46 4.01 3.507 99 51 141 63 2.24 321 27 1 99-108 10.96 10.945 325 55 73 1.45 235 17 85 45-48 6.36 0.333 100 321 51 66 0.78 231 24 89 100-101 1.23 0.3946 17 107 43 2.56 287 47 33 46-49 5.60 5.311 101 343 333 55 1.23 153 35 13 101-104 4.9 4.0947 46 136 62 2.00 316 28 4 47-50 5.60 5.311 102 42 132 63 0.67 312 27 8 102-103 0.65 0.6248 321 51 58 1.80 231 32 89 48-52 6.95 4.183 103 24 114 43 0.65 294 47 26 103-105 3.9 3.6949 17 107 54 1.80 287 36 33 49-51 3.55 3.376 104 356 86 62 2.35 266 28 54 104-107 7.43 2.2350 47 137 57 2.00 317 33 3 50-53 4.75 4.67 105 32 122 57 1.55 302 33 18 105-106 1.67 1.6151 32 122 57 1.55 302 33 18 51-58 8.97 8.847 106 38 128 58 1.67 308 32 12 106-107 2.06 2.0452 347 337 55 1.60 157 35 17 52-54 5.15 4.113 107 321 51 71 1.86 231 19 91 107-108 1.86 1.8653 51 141 56 1.60 321 34 1 53-67 8.64 8.556 108 46 136 62 0.2 316 28 4 108-109 1.69 1.6954 353 83 56 3.55 263 34 57 54-55 2.22 0.777 109 53 143 66 1.69 323 24 3 109-110 0.65 0.6555 328 58 55 2.22 238 35 82 55-59 5.67 1.846 110 58 148 55 0.65 328 35 8
spasi kekar a dxa 6.39 mspasi kekar b dxb 2.806 mspasi kekar c dxc 2.315 m
λ=1/spasi kekar sebenarnya=1/3.84 0.2606 kekar per meter spasi kekar rata-rata sebenarnya dsw 3.837 mRQD 99.967 %
)11.0(100 1.0 += − λλeRQD
Berdasarkan data bidang kekar, pengamatan struktur geologi dengan stereografi
dilakukan untuk mengetahui jenis longsoran yang mungkin terjadi pada setiap lereng
galian. Hasil pengamatan dengan proyeksi stereografi dapat dilihat pada Gambar 4.9,
4.10, dan 4.11.
4-15
Muka Lereng Desain, 65/N50E
Join
t Set
1,
55/N
115EJoint Set 2, 65/N60E
Joint S
et 3, 6
3/N150E
Gambar 4.9. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 1-5 Pada
Stereonet
Joint Set 1, 60/N45E
Join
t Set
2,
60/N
122E
Muka Lereng Desain, 65/N50E
Arah Longsoran 1, N86E
Arah Longsoran 2, N108E
Joint Set 3, 60/N171E
Gambar 4.10. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 7-9 Pada
Stereonet
Muka Lereng Desain, N320E/65
Gambar 4.11. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 11-14 Pada
Stereonet
4-16
Berdasarkan Gambar 4.9, 4.10, dan 4.11, dapat disimpulkan antara lain:
1. Lokasi 1, terletak diantara Blok 1 – Blok 5. Pengukuran dilakukan pada lereng
batupasir. Arah jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batupasir 35o.
Terdapat 3 keluarga kekar d/dd 55o/N115oE, 65o/N60oE, dan 63o/N150oE serta
kekar acak (random). Berdasarkan hasil proyeksi stereografi pada Gambar 4.9,
terlihat bahwa perpotongan 3 bidang kekar yang terjadi, berada di luar daerah
antara jenjang gali dan sudut geser dalam (berada di luar bidang arsir). Hal ini
berarti bahwa kekar yang berkembang di daerah tersebut tidak menunjukan jenis
longsoran tertentu.
2. Lokasi 2, terletak diantara Blok 7 – Blok 9. Pengukuran dilakukan pada lereng
batupasir. Arah jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batupasir 35o.
Terdapat 3 keluarga kekar d/dd 60o/N45oE, 60o/N122oE, dan 65o/N171oE serta
kekar acak (random). Ketiga bidang keluarga kekar tersebut membentuk titik
perpotongan bidang kekar yang berada di dalam bidang arsir. Hal tersebut
menunjukan bahwa lereng tersebut mempunyai potensi ketidak mantapan.
Berdasarkan bentuk perpotongan bidang-bidang kekar tersebut, di daerah ini
berpotensi terjadi longsoran baji dengan arah longsoran N86oE dan N108oE.
Walaupun potensi kelongsoran teramati pada satuan batupasir, tetapi longsoran
yang intensif terjadi pada satuan batulempung yang berada di atasnya.
3. Lokasi 3, terletak diantara Blok 11 – Blok 14. Merupakan zona patahan. Arah
jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batulempung 12o. Berdasarkan
hasil proyeksi stereografi pada Gambar 4.11, terlihat bahwa arah dan
kemiringan bidang kekar bersifat acak. Kelongsoran yang mungkin terjadi di
daerah ini adalah berupa longsoran busur.
4-17
4.4. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm. Nilai RQD ini dipakai sebagai
parameter pendukung untuk penentuan nilai klasifikasi massa batuan RMR. Cara
untuk menentukan nilai RQD dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Pengukuran RQD Dari Contoh Inti Pemboran (Deere, 1988)
Pada penelitian ini, nilai RQD tidak dihitung berdasarkan persentase inti terambil
dari inti pemboran, tetapi berdasarkan pengamatan kerapatan kekar yang teramati di
dinding lereng. Metode ini diperkenalkan oleh Priest dan Hudson (1976) dengan
persamaan 4.4:
)11.0(100 1.0 += − λλeRQD ………….……………………………………………(4.4)
Keterangan: )kekar /(1 spasi=λ
4-18
Berdasarkan metode dari Priest dan Hudson (1976), Bieniawski (1989) membuat
suatu grafik yang menghubungkan antara spasi bidang kekar dan nilai RQD seperti
terlihat pada Gambar 4.13. Perlu dicatat bahwa nilai RQD maksimum pada grafik
dari Bieniawski (1989) adalah merupakan hasil perhitungan persamaan 4.4. dari
Priest dan Hudson (1976).
Gambar 4.13. Hubungan Antara Spasi Bidang Kekar dan RQD (Bieniawski, 1989)
Berdasarkan persamaan 4.4. dan Gambar 4.13. di atas, maka nilai RQD setiap jalur
pengamatan dapat dilihat pada Tabel IV.5.
Tabel IV.5. Nilai RQD Berdasarkan Kerapatan Kekar
Blok Lereng Jumlah Kekar
Panjang Pengamatan
(meter)
Spasi kekar rata-rata (meter)
RQD rata-rata (%)
Kualitas Batuan
Blok 1 - 5 110 167 2.2 99.9 Sangat baik Excellent
Blok 6 – 9 132 84 1.0 99.5 Sangat baik Excellent
Blok 11 - 14 160 16 0.1 73.6 Sedang Fair
4-19
4.5. Pengamatan Rembesan
Rembesan air teramati dibeberapa lokasi disekitar kaki galian lereng. Tercatat ada 7
lokasi rembesan yaitu 2 rembesan di sekitar Blok 1 – Blok 2, 2 rembesan di Blok 5 –
Blok 7, dan 3 rembesan disekitar Blok 10 – Blok 14. Rembesan-rembesan tersebut
umumnya berupa rembesan kecil sehingga sangat sulit untuk diukur, tetapi rembesan
yang terbesar yang terletak di sekitar Blok 1 dan Blok 14 mempunyai debit sekitar 5
liter per menit. Rembesan ini diperkirakan hanya merupakan rembesan air
permukaan yang masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan yang hanya muncul
setelah adanya hujan. Setelah hujan berhenti sekitar 3 hari rembesan ini menjadi
hilang. Perhitungan debit air rembesan dapat dilihat pada Tabel IV.6.
Tabel IV.6. Debit Air Rembesan Di Kaki Lereng Tanggal Pengukuran Lokasi Volume
(liter) Waktu (detik)
13 Nopember 2006
Blok 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
5.80 5.81 7.05 6.47 6.20 5.50 6.01 5.40 5.35 5.35
Debit Blok 1 ±5 lit/min. 13 Nopember 2006
Blok 14 0.5
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
5.85 6.42 6.20 6.01 6.20 6.30 6.21 5.90 5.45 6.35
Debit Blok 14 ±5 lit/min.
4-20
4.6. Klasifikasi Massa Batuan Geomekanika (RMR)
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa klasifikasi massa batuan yang dipakai
pada penelitian ini adalah klasifikasi massa batuan RMR dari Bieniawski 1989.
Untuk menerapkan system klasifikasi RMR, massa batuan dibagi ke dalam beberapa
tipe massa batuan dimana pada setiap tipe mempunyai ciri kenampakan (feature)
tertentu yang serupa. Umumnya pembagian tipe ini akan terkait langsung dengan
adanya struktur geologi utama (major geological structure) seperti sesar, zona geser
(shear zone), tingkat pelapukan maupun jenis batuan. Kemudian untuk masing-
masing tipe massa batuan tersebut ditentukan klasifikasi massa batuannya. Nilai
klasifikasi massa batuan RMR untuk setiap tipe massa batuan dapat dilihat pada
Tabel IV.7.
Tabel IV.7. Kelas Massa Batuan Setiap Tipe Massa Batuan Berdasarkan RMR (Bieniawski, 1989)
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4Nilai (Mpa) 25.7 25.7 13.75 13.75Peringkat 4 4 2 2Nilai (%) 99.9% 99.50% 73.6% 73.6%Peringkat 20 20 13 13Jarak (m) 2.2 1.0 0.1 0.1Peringkat 20 15 10 10
Kekasaran permukaan,
kemenerusan, spasi, dan tingkat pelapukan
Permukaan kekar agak kasar, bukaan <1mm, dindingnya agak lapuk
oleh aksida besi
Permukaan kekar agak kasar, bukaan >1mm, dindingnya agak lapuk
oleh aksida besi
Sparasi 1-5 mm, dinding bidang diskontinu lapuk
tinggi
Sparasi >5mm, Permukaan bergores
garis, lapuk tinggi, soft gouge
Peringkat 25 20 10 0Aliran (lt/m) Lembab Lembab Lembab LembabPeringkat 10 10 10 10
Arah jurus dan kemiringan bidang diskontinu terhadap
arah galian
Arah jurus bidang diskontinyu dd (N115oE
dan N65oE) relatif searah dengan arah
galian lereng (N50oE) dengan kemiringan bidang diskontinyu
hingga 65o
Arah jurus bidang diskontinyu dd (N65oE, N122oE dan N171oE ) relatif searah dengan
arah galian lereng (N50oE) dengan
kemiringan bidang diskontinyu hingga 65o
Kekar rapat dengan arah kemiringan dan kemiringan acak
Kekar rapat dengan arah kemiringan dan kemiringan acak
Peringkat -10 -10 -15 -15Peringkat 69 59 30 20
Kelas II III IV V
Deskripsi Baik (Good) Sedang (Fair) Buruk (Poor) Sangat Buruk ( Very Poor)
Parameter Kohesi (kPa) 300-400 200-300 100-200 <100Geomekanika Sudut geser dalam (o) 35-45 25-35 15-25 <15
Tipe Massa Batuan
Kekuatan Batuan Utuh (UCS)
Rock Quality Designation (RQD)
Parameter
RMR
Jarak Antar Bidang Diskontinyu
Kondisi Bidang Diskontinyu
Kondisi Air Tanah
Arah/kemiringan Bidang Diskontinyu
4-21
Berdasarkan Tabel IV.7 dapat dilihat bahwa Tipe Massa Batuan 1 yang tersusun oleh
batupasir agak lapuk (slightly weathered) mempunyai RMR 69 (batuan dengan
kondisi baik), Tipe Massa Batuan 2 yang tersusun oleh batupasir lapuk sedang
(slightly weathered) mempunyai RMR 59 (sedang), Massa Batuan Tipe 3 yang
tersusun oleh batulempung lapuk tinggi (highly weathered) mempunyai RMR 30
(buruk), dan Massa Batuan Tipe 4 yang merupakan zona patahan mempunyai RMR
20 (sangat buruk).
4.7. Peledakan (Ground Vibration)
Untuk menganalisa pengaruh getaran peledakan digunakan metode pseudo statis
dengan menggunakan nilai peak acceleration (g) yang didapatkan dari pengukuran
ground vibration yang dilakukan PT. DAHANA. Hasil analisa getaran peledakan
dapat dilihat pada Tabel IV.8.
Tabel IV.8. Getaran Peledakan Daerah Penambangan Binungan
No Tgl Peledakan Pengukuran Jml Trans Vert Long
Lokasi Elv. Lokasi Elv. Jarak hole P. Acc. P. Acc. P. Acc. (m) (m) (m) (bh) (g) (g) (g)
1 5-Feb-03 H2/H -25 Rawa H-2 0 400 92 0.0265 0.0398 0.0398
2 7-Feb-03 H2/K -24
Rawa HW 0 300 56 0.0795 0.0795 0.1190 (PT BUMA) Rawa HW +6 200 56 0.0530 0.0795 0.0530 C1 B.22-23 19.5 LW B-20 30 300 77 0.0265 0.0398 0.0265 (PT DLS)
C2/CLU +48
Jalan +50 300 44 0.0663 0.0663 0.0530 (PT BUMA) HW +60 200 44 0.0398 0.0530 0.0398 MAX 0.1190 MIN 0.0265 AVERAGE 0.0640
4.8. Data Laboratorium
Data laboratorium diperoleh dari hasil pengujian contoh batuan yang diambil di
lapangan. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan
4-22
mekanik batuan. Hasil pengujian laboratorium dapat dilihat pada Tabel IV.9, IV.10,
dan IV.11.
Tabel IV.9. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan
Sample Lokasi ρ n ρ d ρ s w S nCode Contoh (gr/cm3) (gr/cm3) (gr/cm3) % % %
1 DD-GT-BIN-07-11 Blok 2 Sandstone 2.33 2.27 2.46 2.86 34.04 19.03 0.242 DD-GT-BIN-07-12 Blok 4 Sandstone 2.32 2.23 2.42 4.07 46.25 19.61 0.243 DD-GT-BIN-07-13 Blok 11 Mudstone 2.20 2.16 2.23 1.71 52.17 7.08 0.084 DD-GT-BIN-07-21 Blok 6 Mudstone 2.18 2.14 2.24 1.89 40.54 9.95 0.115 DD-GT-BIN-07-22 Blok 7 Mudstone 2.10 2.06 2.14 1.79 45.45 8.09 0.096 DD-GT-BIN-07-23 Blok 12 Mudstone 2.19 2.15 2.23 1.75 47.83 7.88 0.097 DD-GT-BIN-07-24 Blok 13 Mudstone 2.19 2.14 2.21 2.26 66.67 7.26 0.088 DD-GT-BIN-07-25 Blok 14 Sandstone 2.36 2.28 2.47 3.43 42.11 18.57 0.239 DD-GT-BIN-07-26 Blok 13 Sandstone 2.32 2.27 2.45 2.46 30.61 18.22 0.22
No Lithology e
Tabel IV.10. Hasil Pengujian Kuat Tekan (UCS) Batuan
LokasiContoh
1 DD-GT-BIN-07-11 Sandstone Blok 2 22.60 2.34 0.242 DD-GT-BIN-07-12 Sandstone Blok 4 28.79 3.34 0.243 DD-GT-BIN-07-13 Mudstone Blok 11 0.52 0.04 0.294 DD-GT-BIN-07-21 Mudstone Blok 6 16.79 1.73 0.285 DD-GT-BIN-07-22 Mudstone Blok 7 10.70 1.00 0.286 DD-GT-BIN-07-23 Mudstone Blok 12 0.46 0.06 0.297 DD-GT-BIN-07-24 Mudstone Blok 13 1.15 0.12 0.298 DD-GT-BIN-07-25 Sandstone Blok 14 8.27 1.15 0.259 DD-GT-BIN-07-26 Sandstone Blok 13 1.37 0.30 0.27
E (GPa) υNo Sample Code Lithology σ (MPa)
Tabel IV.11. Hasil Pengujian Geser Langsung Batuan
Puncak Sisa Puncak Sisa Puncak Sisa67 318 168
390 264 208211 421 22872 108 54
135 135 67182 152 7679 99 59
168 126 84197 148 8270 140 70
141 176 88199 199 9972 322 161
157 372 196212 425 21263 190 111
131 212 131187 264 140
147.0 97.0 30.6 13.36 DD-GT-BIN-07-26 Blok 13 Sandstone
268.0 136.0 35.6 20.25 DD-GT-BIN-07-25 Blok 14 Sandstone
109.0 55.0 24.6 12.94 DD-GT-BIN-07-24 Blok 13 Mudstone
69.0 44.0 21.2 12.03 DD-GT-BIN-07-23 Blok 12 Mudstone
79.0 40.0 21.9 11.42 DD-GT-BIN-07-13 Blok 11 Mudstone
22.9
τ (kPa) Kohesi (kPa) Internal friction Angle (°)
269.0 143.0 31.6
Lithology σnormal
(kPa)
1 DD-GT-BIN-07-11 Blok 2 Sandstone
No Sample Code Lokasi Contoh
4-23
4.9. Uji Rayapan Geser Langsung
Seperti telah diketahui bahwa kestabilan lereng suatu tambang terbuka akan berubah
terhadap waktu dan akan semakin berkurang. Keruntuhan material yang bergantung
waktu merupakan fenomena deformasi jangka panjang yang berupa rayapan (creep).
Rayapan dapat terus berkembang hingga menyebabkan kelongsoran pada struktur
massa batuan. Hal ini berkaitan dengan penurunan kekuatan geser material yang
mempengaruhi kemantapan jangka panjang lereng tersebut. Untuk itu dilakukan
penelitian rayapan geser langsung di laboratorium terhadap contoh batulempung
yang merupakan lapisan pembawa batubara untuk mengetahui perilaku dan kekuatan
geser jangka panjangnya.
Uji rayapan geser langsung dilakukan dengan penerapan beban normal dan beban
geser konstan. Pembebanan dilakukan sampai batulempung mengalami keruntuhan
(failure) atau selama waktu tertentu. Perpindahan geser yang terjadi selama
pembebanan dicatat sebagai masukan untuk analisis perilaku rayapan.
Untuk mendapatkan kuat geser jangka panjang dan mengetahui perilaku batuan
dengan beban geser konstan, telah dirancang alat uji rayapann geser langsung
(Gunadi, 2002; Kramadibrata dkk., 2002). Alat uji rayapan geser langsung yang
dipakai pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.14.
4-24
1. Katrol 9. Dudukan load cell 2. Beban geser 10. Kotak geser bagian bawah 3. Beban normal 11. Katrol 4. Wire rope 12. Contoh uji 5. Proving ring 13. Bantalan geser 6. Dial gauge beban normal 14. Dial gauge geser 7. Dial gauge perpindahan 15. Batang penahan horizontal normal 16. Load cell 8. Batang penahan load cell 17. Strain indicator
Gambar 4.14. Alat Uji Rayapan Geser Langsung (Kramadibrata dkk., 2002)
Sistem pembebanan normal dan geser yang digunakan pada alat uji ini adalah sistem
bandul sehingga aplikasi gaya normal dan gaya geser diharapkan konstan selama
pengujian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoprasian alat uji ini adalah:
1. Mampu menjamin gaya normal dan gaya geser yang diaplikasikan konstan
selama waktu pengujian.
2. Mampu membaca besarnya perpindahan normal dan geser secara akurat.
3. Kotak uji geser dapat menguji berbagai bentuk contoh dengan ukuran
tertentu.
4. Mempunyai kemudahan untuk melakukan perubahan tingkat tegangan normal
maupun tegangan geser.
4.9.1. Uji Geser Langsung
Sebelum uji rayapan geser langsung dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji
geser langsung (direct shear test). Hasil dari uji geser langsung terhadap contoh
batulempung dapat dilihat pada Tabel IV.12.
4-25
Tabel IV.12. Hasil Uji Geser Langsung Batulempung Fnormal (kN)
σnormal (kPa)
Fgeser (kN)
τ (kPa)
c (kPa)
φ (o)
Puncak Sisa Puncak Sisa Puncak Sisa Puncak Sisa 0.20 70 0.40 0.20 140 70
109 54.8 24.6 12.7 0.40 141 0.50 0.25 176 88 0.60 199 0.60 0.30 199 99
Berdasarkan Tabel IV.12., dapat direpresentasikan ke dalam grafik kuat geser Mohr-
Coulomb (Gambar 4.15.) dengan persamaan kuat geser puncaknya
1096.24tan += onστ ............................................................................................(4.5.)
dan kuat geser sisanya
8.547.12tan += onστ ..........................................................................................(4.6.)
Kurva Kuat Geser
y = 0.4592x + 108.91
y = 0.2259x + 54.799
0
50
100
150
200
250
0 50 100 150 200 250Tegangan Normal (kPa)
Tega
ngan
Ges
er (k
Pa)
Puncak Sisa Gambar 4.15. Grafik Kuat Geser Mohr-Coulomb
Hasil pengujian kuat geser langsung ini dijadikan acuan untuk penentuan beban
normal dan beban geser pada uji rayapan geser langsung di laboratorium.
4.9.2. Hasil Uji Rayapan Geser Langsung
Hasil pengujian ditampilkan dalam bentuk kurva rayapan sesuai dengan tingkat
pembebanannya. Kurva tersebut menunjukan perpindahan geser dan perpindahan
4-26
normal (mm) terhadap waktu pembebanan (menit). Pengujian dilakukan terhadap 3
contoh uji CR-1, CR-2, dan CR-3 yang masing-masing diberi gaya normal 0.2 kN,
0.4 kN, dan 0.6 kN dengan tingkat gaya geser sebesar 50%, 70%, dan 90%.
Tabel IV.13., menunjukan hasil pengolahan data uji rayapan geser langsung untuk
contoh CR-3, sedangkan hasil untuk contoh lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel IV.13. Data Uji Rayapan Geser Langsung CR-3
4-27
Berdasarkan data uji rayapan geser langsung, kemudian dapat digambarkan kurva
perpindahan lateral (geser) terhadap waktu, kurva perpindahan aksial (normal)
terhadap waktu, dan kurva perubahan gaya (normal dan geser) terhadap waktu
selama pengujian. Kurva hasil uji rayapan geser langsung untuk CR-1, CR-2, dan
CR-3 dapat dilihat pada Gambar 4.16, 4.17, dan 4.18.
CR-1
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Waktu (menit)
Perp
inda
han
(x0.
001m
m)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
Gay
a (k
N)
Perpindahan Lateral Perpindahan Aksial Gaya geser Gaya normal
Gambar 4.16. Kurva Hasil Uji Rayapan Geser Langsung CR-1
CR-2
-100
0
100
200
300
400
500
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Waktu (menit)
Perp
inda
han
(x0.
001m
m)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
Gay
a (k
N)
Perpindahan Lateral Perpindahan Aksial Gaya geser Gaya normal
Gambar 4.17. Kurva Hasil Uji Rayapan Geser Langsung CR-2
4-28
CR-3
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Perp
inda
han
(x0.
001m
m)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
Gay
a (k
N)
Perpindahan Lateral Perpindahan Aksial Gaya geser Gaya normal
Gambar 4.18. Kurva Hasil Uji Rayapan Geser Langsung CR-3
Pada Gambar 4.16, 4.17, dan 4.18, terlihat adanya proses perpindahan geser seketika
yang diikuti dengan rayapan primer, sekunder dan tersier yang diikuti runtuhan
(failure). Hal ini menujukan bahwa contoh uji CR-1, CR-2, dan CR-3 mempunyai
sifat elasto-viskoplastik.
Pada saat batulempung dikenai gangguan berupa tegangan geser, akan terjadi
pembukaan rekahan awal pada bidang gesernya. Hal ini ditandai dengan Perpindahan
seketika yang teramati untuk CR-1, CR-2, dan CR-3 masing-masing sebesar 0.05
mm, 0.145 mm, dan 0.190 mm.
Sesaat sesudah pembebanan, batulempung mempunyai percepatan awal untuk
berpindah. Batulempung memberikan reaksi terhadap pembebanan awal sebagai
usaha untuk mencapai kestabilan. Reaksi batulempung ini mengakibatkan
perlambatan perpindahan hingga mencapai kondisi stabil. Peristiwa ini ditandai
dengan rayapan primer. Pada hasil pengujian terlihat bahwa rayapan primer terjadi
setelah perpindahan seketika berupa perpindahan ekponensial dan mencapai
4-29
kestabilan pada menit ke 4040, 2896, dan menit ke-7 untuk CR-1, CR-2, dan CR-3
secara berturut-turut. Perpindahan yang terjadi pada saat batulempung mencapai
kestabilan untuk masing-masing contoh uji adalah 0.114mm, 0.338mm, dan
0.255mm.
Setelah mencapai kondisi stabil, batulempung mengalami perpindahan geser secara
linier dengan laju konstan sebesar 10-4, 2 10-4, dan 2 10-2 untuk CR-1, CR-2, dan CR-
3. Pada peristiwa ini batulempung berada pada proses rayapan sekunder. Rayapan
sekunder terjadi hingga menit ke-17540, 13536, dan menit ke 54 untuk masing-
masing contoh uji.
Selama proses rayapan sekunder, pergeseran antar permukaan bidang geser
menyebabkan gerigi bidang geser semakin halus. Hal ini akan mengurangi kekuatan
batulempung untuk menahan tegangan geser yang diberikan. Pada saat ketahanan
batulempung dilampaui, akan terjadi percepatan perpindahan sebagai awal tahap
rayapan tersier. Rayapan tersier ini terus berlanjut hingga batulempung mengalami
keruntuhan. Hasil uji rayapan memperlihatkan bahwa keruntuhan terjadi setelah
batulempung mengalami tegangan geser konstan selama 27740 menit (19.3 hari)
untuk CR-1, 19606 menit (13.6 hari) untuk CR-2, dan 64 menit untuk CR-3.