Upload
asep-supriyono
View
391
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Jati Diri PGRIwahyuwap40 / September 6, 2013
JATI DIRI PGRI
A. Pengertian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang disusun pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Jatidiri mengandung pengertian :
1. Ciri – ciri, gambaran atau keadaan khusus seseorang atau suatu tanda/ identitas
2. Inti, jiwa, semangat dan daya gerak dari dalam (spiritualitas).
B. Jati diri PGRI
Berdasarkan pengertian tersebut diatas Jatidiri PGRI mengandung makna, jiwa semangat
dan daya
gerak dari dalam yang telah memberikan hidup kepada organisasi PGRI serta ciri – ciri khas
yang dimiliki PGRI dan menjadi identitas organisasi PGRI yang mengikat dan dipegang
teguh anggotanya.
Jatidiri PGRI adalah landasan filosofi yang menjadi norma dalam pola pikir, sikap
perbuatan dan tindakan serta bersifat mengikat dan ditaati oleh para anggotanya.
Jatidiri PGRI adalah perwujudan dari sifat – sifat khas PGRI yang tampak dalam nilai-
nilai dalam sikap perbuatan, tindakan, perjuangan dan profesi analisasi yang didasarkan pada
falsafah Negara Pancasila serta Jiwa semangat dan nilai – nilai 1945.
C. Dasar dan Ruang Lingkup PGRI
1. Dasar Jatidiri PGRI
Jatidiri PGRI memiliki dasar yang dalam dan kokoh. Dengan dasar yang kokoh itu
jatidiri PGRI menjadi landasan filosofi yang kuat bagi PGRI dalam mengemban misi sebagai
organisasi perjuangan organisasi profesi, organisasi ketenagakerjaan.
a. Dasar – dasar Jatidiri PGRI, meliputi
a.1. Dasar Historis
Berdasarkan hakekat kelahirannya PGRI merupakan bagian dari perjuangan seluruh
rakyat Indonesia. Melalui profesi keguruan guru Indonesia berhimpun dalam organisasi PGRI
untuk berjuang menyebarkan semangat perjuangan. Untuk merebut, menegakkan dan
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945
a.2. Dasar Idiologis – politis
Secara Idiologis – politis, PGRI memiliki kewajiban untuk mewujudkan cita – cita
kemerdekaan melalui pembangunan nasional dibidang pendidikan. PGRI memiliki tangggung
jawab moral dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, terutama dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.
a.3. Dasar Sosiologi dan IPTEK
Dalam perjuangan dan pengabdiannya, PGRI sangat tanggap dan aspiratif atas nasib
anggotanya serta selalu bersifat responsife, adatif, inovatif, dan permisif – selektif, terhadap
keadaan masyarakat serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945
Pewaris jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945 keapda generasi muda sebagai penerus
perjuangan bangsa sangat penting. Dengan memahami secara baik dan benar, jiwa, semangat
dan nilai – nilai 1945, perjuangan generasi penerus akan tetapi berpijak pada norma – norma
serta selalu dijiwai semangat dan nilai – nilai yang telah disepakati para pendiri Negara kita.
Jiwa dan semangat 1945 tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø Jiwa merdeka, yaitu percaya pada kemampuan bangsa sendiri.
Ø Jiwa persatuan dan kesatuan, yaitu semangat yang tumbuh dan sesuai dengan jiwa semangat
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Ø Jiwa konsekuen, yaitu sikap berjuang tanpa pamrih, selalu bekerja keras, teguh pendirian, ulet,
sederhana, pantang menyerah dan tidak putus asa.
Ø Jiwa pelopor, yaitu berani berinisiatif, kreatif dan memiliki jiwa membangun.
Ø Jiwa ikhlas beramal, rela berjuang dan berkorban.
Dalam buku Dharma Pusaka 45, menguraikan tentang nilai – nilai dan prinsip – prinsip 1945
yang penting diwariskan kepada generasi penerus.
Nilai – nilai yang telah disepakati seluruh rakyat Indonesia :
a) Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai penjelmaan falsafah dan pandangan
bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945.
b) Lima sila dalam Pancasila yang masing – masing merupakan nilai – nilai intrinsic yang
abstrak, umum/ universal tetap tak berubah terlepas dari perubahan dan perkembangan.
Kelima – limanya merupakan kesatuan bulat dengan rumusan hierarchis pyramidal.
c) Nilai – nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 :
Ø Negara Persatuan, yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia. Negara mengatasi
segala paham perorangan.
Ø Tujuan Negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social.
Ø Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwailan.
Ø Negar berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradap.
Ø Negara yang merdeka dan berdaulat.
Ø Anti penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan perikemansiaan dan perikeadilan.
3. Jatidiri PGRI sesuai dengan jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945
Perwujudan dari sifat – sifat khas yang dimiliki PGRI tampak dalam nilai – nilai, pola
pikir, sikap perbuatan, tindakan, perjuangan dan profesionalisme adalah merupakan Jatidiri
PGRI yang berdasarkan pada falsafah Pancasila serta jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945.
Kelahiran PGRI pada masa perjuangan fisik, tidak lepas dari tekad kaum guru untuk
turut serta berjuang mempertahankan, menegakkan dan mengisi Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diplokamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Secara ideologis – politis PGRI
memiliki kewajiban untuk mewujudkan cita – cita kemerdekaan melalui pembangunan
nasional dibidang pendidikan serta memegang peranan terpenting dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu dari tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Dalam pengabdiannya PGRI selalu tanggap dan aspiratif
terhadap nasib anggotanya dan bersifat responsive, adaftif, inovatif dan permisif selektif
terhadap keadaan masyarakat serta perkembangan IPTEK. Hal tersebut menjadi dasar
sosiologi dan IPTEK bagi organisasi PGRI.
Uraian tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa Jatidiri PGRI bersumber dan
berakar pada dasar falsafah Pancasila dan dijiwai oleh Jiwa, Semangat dan Nilai – nilai
1945.
D. CIRI – CIRI JATIDIRI PGRI
Jatidiri PGRI adalah perwujudan dari sifat – sifat khas PGRI yang tampak dari nilai –
nilai pola pikir, sikap perbuatan, tindakan dan perjuangan yang didasarkan pada falsafah
Pancasila dan UUD 1945.
SEMBILAN CIRI JATIDIRI PGRI
1. Nasionalisme
Nasionalisme adalah kesadaran suatu warga Negara yang secara professional atau
actual bersama – sama mencapai, mempertahankan dan mengabdiakan identitas, intergritas
kemakmuran dan kekuatan bangsa secara mandiri. Dalam hal ini PGRI mengutamakan
persatuan dan kesatuan sebagai modal dasar dengan memupuk sikap dan sifat patriotisme
sebagai jiwa dan semangat PGRI dalam melaksanakan misinya. Indonesia yang merupakan
Negara kepulauan dengan berbagai macam suku bangsa, bahasa daerah, budaya dan dapat
istiadat perlu mewujudkan persatuan dan kesatuan. Sikap ini harus diawali dari kehidupan
sehari –hari di rumah, dalam pergaulan, disekkolah. Hal itu akan terwujud jika kita bila
diantar kita saling mengenal, memahami, saling menghormati dan saling menghargai.
2. Faham demokrasi
Faham demokrasi diawali dalam system pemerintahan kota bangsa Yunanai (508 SM).
Bentuk pemerintahan baru itu kemudian dinamakan “ demokrasi”, artinya pemerintahan oleh
rakyat. Jadi demokrasi itu sudah ada sebelum Kristen dan islam lahir sebagai agama besar di
dunia. Kemudian demokrasi memasuki abad Rasionalisme yaitu suatu aliran mendasarkan
pemikiran atas akal semata – mata. Suatu teori yang mengandung prinsip – prinsip keadilan
yang universal, yang berlaku bagi semua waktu dan semua manusia. Teori ini mendasari
pengertian dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi didasarkan bahwa semua
manusia pada prinsip kedaulatan rakyat yang mengandung pengertian bahwa semua manusia
pada dasarnya memiliki kebebasan dan hak serta kewajiban yang sama. Kesamaan hak dan
mengeluarkan pendapat telah dilakukan dalam kehidupan sehari – hari, seperti gotong –
royong, dalam organisasi masyarakat dan dalam organisasi sekolahan.
3. Kemitraan
Kata “mitra” mempunyai arti teman, sahabat atau kawan kerja. Menjalin kemitraan
berarti menjalin persahabatan. Seseorang yang menjalain persahabatan dengan orang lain
diharpkan memperoleh kebahagiaan dan keuntungan dikedua belah pihak. PGRI sebagai
oraganisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha menjalain dan
mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama nasional maupun internasional.
Kesemuannya itu dimaksudkan untu kmembela hak dan nasib pekerja pada umumnya dan
guru pada khususnya.
4. Unitarisme
Pengertian “ unitarisme” mengandung arti suatu ajaran atau paham yang menginginkan
suatu bentuk kesatuan ( misalnya Negara kesatuan). Sedang pengertian ciri unitarisme dalam
organisasi PGRI ialah semua guru dapat menjadi anggota dengan tidak membedakan latar
belakang, tingkat dan jenis kelamin, status, asal – usul serta adat istiadat. Sikap dan perilaku
yang unitaristik ditandai dengan sikap yang toleran, sabar dan penuh pengertian. Sangat tidak
terpuji sebagai siswa lembaga PGRI, apabila disekolah ada berbagai kelompok yang
menonjolkan adanya perbedaan yang didasarkan pada agama, ras, suku dan social ekonomi.
5. Profesionalisme
Kata “Profesionalisme” diturunkan dari kata “professional” yang berarti segala sesuatu
yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilandasi pendidikan seseorang dikatakan professional
apabila ia telah mendapatkan pendidikan dan kepandaian khusus untuk menjalankan
pekerjaannya. Ciri profesioanlisme artinya PGRI mengutamakan karya dan kemampuan
profesionalisme dikalangan siswa. PGRI mewajibkan siswa belajar sungguh – sungguh sesuai
dengan bakat minat dan cita – citanya, agar memperoleh suatu keahlian atau dalam
mengerjakan sesuatu.
6. Kekeluargaan
Hubungan sosial dalam bentuk kekeluargaan sangat dikenal di Indonesia. Sikap
kekeluargaan ditunjukan dalam sikap dan perilaku keseharian. Sikap gotong – royong, ramah,
tenggang rasa, saling membantu dan rasa senasib dan sepenanggungan dapat dilihat dalam
kehidupan didesa. Dalam kekeluargaan akan tumbuh sikap saling asah, asuh, ajrih. Saling
asah berarti saling membntu dalam memperoleh pengetahuan, saling asih berkaitan dengan
kasih saying sesame siswa lembaga PGRI. Saling Asuh mempunyai makna saling
mengingatkan apabila ada kesalahan. Ajrih berarti sikap segan atau hormat, sikap takut
melanggar tata tertib atau peraturan, baik yang diatur oleh manusia maupun yang diatur
dalam agama.
7. Kemandirian
Organisasi PGRI memiliki ciri kemandirian, artinya bahwa dalam melaksanakan
sesuatu tidak sepenuhnya bergantung pada pihak lain, PGRI bertumpu pada kepercayaan,
kemampuan diri sendiri, tanpa ketertarikan dan ketergantungan pada pihak lain.
Dalam era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi sangat
memerlukan kemandirian dan kerja sama antar bangsa.
Seseorang memiliki kemandirian apabila mempunyai kemampuan, percaya diri serta
keberanin untuk berbuat dan bertindak untuk mencapai kemajuan.
Kemandirian yang harus dimiliki siswa lembaga pendidikan PGRI, adalah berrbekal
pengadaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Sikap perrcaya diri dapat ditumbuhkan melalui kemampuan untuk mengembangkan
dan mengaktualisasikan bakat dan minatnya. Misal seorang siswa akan memiliki percaya diri,
apabila ampu mewujudkan kebolahannya berbahasa inggris, bermain musik, bermain basket,
atau memperoleh prestasi akademik yang tinggi. Sebaliknya siswa akan suka tawuran,
mengganggu orang lain dan sebagainyya,mewudkan sikap menutupi kelemahan / kekurangan
pada dirinya.
Keberanian adalah sikap berani mencoba hal-hal baik meskipun sulit, berani menentang arus
mayoritas yang menuju kearah yang salah, berani berkata “tidak” terhadap ajakan berbuat
salah, berani mengikuti kata hati yang baik, tersisih dan menderita karenanya, berani bersikap
ramah dan bersahabat.
Dengan demikian kemandirian, seseorang dapat mengembangkan serta mampu
mengaktualisasikan diri dalam menyesuaikan kehidupannya dengan lingkungan masyarakat.
8. Non Partai
Ciri non partai artinya bahwa PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi dengan
sosial politik namapun sebagai organisasi. PGRI tidak menganut suatu paham politik tertentu,
tidak menjadi bagian dari partai dari politik apapun dan tidak melakukan kegiatan – kegiatan
politik praktik seperti yang dilakukan oleh partai politik. Hakekat dan ciri non partai politik
adalah kemandirian yang berarti memiliki kemampuan diri. Disekolah ciri non partai ini
harus dapat ditunjukkan dalam wawasan wiyata mandala. Arti kata “ wawasan” berarti
pandangan, “ wiyata” berarti pengajaran. Jadi wawasan wiyata mandala adalah suatu
pandangan bahwa sekolah adalah lingkungan belajar mengajar, yang terlepas dari pengaruh
apapun yang dapat mengganggu proses belajar mengajar tersebut. Kewajiban siswa PGRI
harus dapat menciptakan wawasasn wiyata mandala disekolah. Untuk menciptakannya, siswa
harus menjaga pengaruh – pengaruh dari luar yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar. Misalnya pengaruh untuk ikut tawuran atau berkelahi, ikut serta berpolitik praktis.
9. Jiwa, Semangat dan Nilai-niali 1945
Jiwa, Semangat dan Nilai-niali 1945 itu adalah upaya PGRI dalam menegakkan dan
melestarikan semangat perjuangan kemerdekaan 1945 sebagai jiwa kejuangan bangsa kepada
generasi penerus. Semangat para pejuang dan pendiri bangsa selalu disertai dengan semangat
rela berkorban, pantang mundur, dan pengabdian kepada bangsa Indonesia tanpa pamrih.
Rela berkorban bukan berarti mengorbankan diri dengan sia – sia, tetapi berkorban dalam
membela keadilan dan kebenaran. Rela berkorban harus disertai keiklasan dan kejujuran.
Sikap pantang mundur memeberi makna tidak mudah putus asa. Siswa PGRI harus terus
belajar. Kegagalan merupakan awal keberhasilan. Belajar dan bekerja merupakan motto
lembaga pendidikan PGRI. Sifat pengabdian kepada bangsa pernyataan sikap seluruh rakyat
sebagai bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke. Membela bangsa Indonesia perlu
ditumbuh kembangkan.
KESIMPULAN
Sesuai dengan semangat kelahirannya jatidiri PGRI adalah organisasi perjuangan,
organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang mewadahi kaum buruh diseluruh
Idonesia dalam uapaya mewujudkan hak – hak asasi sebagai pribadi, warganegar, dan
pengemban profesi. Adapun sifatnya PGRI sebagai organisasi yang unitaristik,
Independendan non parpol praktis.
Sebagai organisasi perjuangan PGRI merupakan wadah bagi para guru dalam
memperoleh, memepertahankan, meningkatkan, dan membela hak asasinya baik secara
pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, maupun pemangku profesi keguruan.
Sebagai organisasi profesi PGRI berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa
kesesejahwatan ( kesetiakawanan) para anggota dalam mewujudkan keberadaannya
dilingkunang masyarakat, memperjuangkan segala aspirasi dan kepentingannya suatu profesi,
menetapkan standar perilaku professional melindungi seluruh anggotanya, meningkatkan
kualitas kesejahteraan, dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi.
Sebagai organisasi ketenagakerjaan, PGRI merupakan wadah perjuangan hak – hak
asasi guru sebagai pekerja, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan. Guru sebagai
kelompok tenaga kerja professional memerlukan jaminan yang pasti menyakut hokum,
kesejahteraan, hak – hak pribadi dan warga Negara. Dalam konteks yang lebih luas,
kesejahteraan mempunyai arti sebagai suatu kondisi kehidupan yang utuh seimbang dan
wajar. Perwujudan kesejahteraan secara utuh ditopang oleh lima pilar yaitu imbalan jasa, rasa
aman, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, serta kesempatan untuk pengembangn karir dan
pribadi.
http://cumcumca.blogspot.com/2012/07/jati-diri-pgri.html
makalah jati diri PGRI
MENCARI JATIDIRI LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT SEDANG BERKEMBANG
A. Jatidiri Lembaga Pendidikan
Pengertian dari “keakuan” dan “identitas atau jatidiri” kedua pengertian ini terletak
pada kekhasan dari sesuatu (manusia, lembaga) dibandingkan dengan yang lainnya dalam
kelompoknya yang komperabel. Namun kedua pengertian itu mempunyai perbedaan kategori
yang hakiki apabila “keakuan” berkenaan dengan eksistensi sesuatu yang unik, artinya
sesuatu itu tidak ada duanya. Seperti dalam adagium Descartes “cogito ergo sum”, “aku
berpikir maka aku ada”. Aku dalam pengertian di sini adalah aku yang unik, aku yang
“einmalig”, yang hanya sekali dilahirkan atau sekali ada di muka bumi ini. Sabaliknya
identitas atau jatidiri menunjukkan eksistensi sesuatu (orang, lembaga) di dalam kaitan
dengan kelompoknya. Artinya, tanpa jatidiri sesuatu akan kehilangan atau lebur dalam
kelompoknya. Jatidiri yang tidak proporsional akan menghilangkan sesuatu dari makna
keseluruhan kelompok. Disini hukum Gestalt berlaku, bagian akan bermakna dalam
kaitannya dengan keseluruhan. Jadi elemen yang mempunyai jatidiri yang tepat adalah
elemen yang bermakna dalam keseluruhan, jatidiri yang tidak tepat akan lebur atau terlempar
dari keseluruhan, sebaliknya jatidiri yang tepat bukan saja mengukuhkan eksistensi, juga
akan mempunyai nilai tambah terhadap keseluruhnya.
Lembaga pendidikan yang memliki jatidiri adalah lembaga pendidikan yang memilki
identitas dan kekhasannya sendiri, sehingga memiliki perbedaan dengan pendidikan lain pada
umumnya, menunjukkan kemandirian, mampu berinovasi, daya saing yang tinggi, program
kegiatan pendidikan tertentu ada yang unggulkan, dan outputnya sangat diharapkan oleh
masyarakat.
B. Masyarakat Sedang Berkembang
Tahapan pembangunan masyarakat Indonesia saat ini sedang meningkatkan tarap
hidup masyarakat melalui proses industrialisasi, dengan era industrialisasi maka, bukan
hanya berbicara mengenai tumbuh kembangnya berbagai macam industri dengan sarana serta
sumber pendukungnya, tetapi juga lahirnya suatu bentuk masyarakat tertentu dengan ciri-ciri
khususnya ialah masyarakat industri, sedangkan masyarakat industri biasanya bertentangan
dengan masyarakat agraris dengan ciri-ciri yang khas. Peralihan masyarakat agraris ke
masyarakat industri merupakan suatu proses yang multikompleks, namun bukannya tidak
dapat direkayasakan dalam pengertian diidentifikasi masalah secara cepat dan tepat sehingga
dapat disusun rencana kerja yang dapat mengarahkan perkembangan masyarakat kearah yang
lebih tepat untuk mencapai tujuan nasional.
Salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasakan arah perkembangan
masyarakat Indonesia masa depan ialah pendidikan. Masyarakat industri masa depan
memberi peluang yang besar bagi pengembangan manusia, namun dapat menjadi pembunuh
pengembangan manusia apabila masyarakat tidak dipersiapkan untuk hidup dan menghidupi
masyarakat industri tersebut.
C. Perspektif Masyarakat Masa Depan
Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengkaji sosok masyarakat Indonesia masa
depan, sebagaimana dituangkan dalam RPJP-II. Sosok masyarakat masa depan tentunya
dapat dilihat dari berbagai segi. Aspek kehidupan masyarakat masa depan yang didominasi
oleh masyarakat industri. Nilai-nilai itu terbentuk baik oleh karena nilai-nilai itu inheren
dalam masyarakat industri dengan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan, maupun nilai-
nilai yang ingin diciptakan bagi kelanggengan kehidupan masyarakat Indonesia yang kita
cita-citakan bersama, yaitu nilai-nilai pancasila.
Proses perubahan tata-nilai akan berjalan sesuai dengan dinamika masyarakat dalam
era tertentu. Perubahan nilai-nilai pada generasi yang mendahului sebagian atau seluruhnya
masih tetap hidup dalam generasi berikutnya. Nilai-nilai yang dominan pada setiap generasi
ada yang bernilai positif namun ada juga yang negatip. Oleh sebab itu perlu kita
identifikasikan sejak dini dan waspada untuk mengurangi pengaruhnya atau menghidarinya.
Sebaiknya nilai-nilai positif seperti intelektualisme dalam generasi kedua perlu dimanfaatkan
bagi kemajuan pengembangan iptek dan kesejahteraan masyarakat yang sebesar-besarnya
tanpa jatuh kepada sikap intelektualistik yang kering terhadap nilai-nilai humanisme.
Demikian pula nilai-nilai nasionalisme dan patriotism dalam generasi pertama perlu kita jaga
dan langgengkan karena merupakan dasar dari lahirnya Republik Proklamasi 1945
D. Sistem Pendidikan Nasional Yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai
dinamisator masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa sektor pendidikan selalu
terbelakang dalam berbagai pembangunan lainnya bukan saja karena sektor itu lebih dilihat
dari berbagai sektor konsumtif juga karena “by definition” pendidikan adalah menjaga status
quo masyarakat itu sendiri. Dalam aspek ini peranan pendidikan sangat strategis karena
menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri. Betapa runyamnya
kehidupan dimasyarakat bila tidak ada dasar pijakan dan bintang penunjuk jalan.
Perkembangan generasi nilai-nilai dalam masyarakat akan berkesinambungan antar generasi.
Nila-nilai dasar akan semakin kokoh dalam perjalanan kehidupan bangsa seperti nasionalisme
dan patriotisme sebagai nilai-nilai generasi pertama. Sudah tentu nilai-nilai luhur itu perlu
tempa, dihaluskan dan diasah terus-menerus sesuai dengan perubahan kehidupan. Inilah salah
satu tugas dari system pendidikan nasional (SISDIKNAS), menjaga, melestarikan, dan
mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa.
Sistem pendidikan harus mampu menghadapi dinamika dari kehidupan nasional.
Masyarakat akan terus berubah dan setiap perubahan membawa nilai-nilai baru. Ada yang
sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku tatapi banyak juga yang justru berlawanan. Apalagi
kehidupan manusia Indonesia telah mengglobalisasi sehingga tidak bisa mengelak dari
perubahan-perubahan di dunia. SISDIKNAS sebagai bagian dari system manajemen
pembangunan nasional seyogyanya sensitif terhadap gerak perubahan itu agar dapat
menyiapkan generasi muda yang tanggap dan dapat ikut mengarahkan dinamika perubahan
masyarakat tersebut.
E. Peranan Lembaga-Lembanga Pendidikan Untuk Masyarat Masa Depan
Lembaga-lembaga pendidikan tentunya tidak terlepas dari tugas nasional baik dalam
fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia (pasal 3 SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989 ), maupun dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya Pasal 4). Karena tugas pendidikan nasional
sangat berat, pasal 47 SISDIKNAS mengatakan tentang kemitraan masyarakat dalam ikut
serta menyelenggarakan pendidikan nasional, masalah ciri khas satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan, dan syarat-syarat dan tata cara dalam
penyelenggaraan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
1. Kemitraan
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan-serta dalam menyelenggarakan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. GBHN 1988 dengan jelas menempatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan “Perguruan swasta sebagai bagian dari system pendidikan
nasional perlu terus didorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung
jawab serta mutu pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan swasta
yang bersangkutan serta syarat-syarat pendidikan secara umum”
Repelita I sampai dengan repelita V sekarang ini telah berjalan dengan sukses,
adapun yang tidak tercapai dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari peran serta
masyarakat, walaupun pada kenyataannya masih kurang memuaskan jika kita mengacu
kepada apa yang diamatkan dalam GBHN yaitu prioritas utama bidang pendidikan ialah
untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kebutuhan
akan tenaga terampil yang cukup dalam jumlah yang memadai.
Sebagai bahan ilustrasi pada perguruan tinggi.
Pemerintah tidak mungkin meningkatkan mutu pendidikan tinggi nasional tanpa ikut sertanya
PTS. Jadi pemerintah tidak mungkin untuk menambah jumlah PTN namun angka partisipasi
pendidikan tinggi tetap ditingkatkan agar lebih meluas kesempatan bagi warga negara kita
mengecap pendidikan tinggi. PTS dalam mengembangkan sumber daya manusia terdidik
tingkat atas sebagai mitra dari PTN dalam pembangunan nasional juga telah memberikan
sumbangan yang berharga dalam penyempurnaan PTN sebagai mitranya dalam kaitan dengan
pelaksanaan PP No. 30 Tahun 1990.
Dalam rangka meningkatkan dinama perguruan tinggi agar sesuai dengan gerak
pembangunan nasional maka kepada perguruan tinggi akan diberikan otonomi perguruan
tinggi sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1990, meliputi sekurang-kurangnya dua hal yaitu :
a. Otonomi pengelolaan kelembagaan
Dalam hal mengelolaan kelembagaan PTS mungukin mempunyai selangkah lebih maju dari
mitranya PTN, karena PTN sangat tergantung pada berbagai perundang-undangan dan
peraturan yang menyebabkan lembaga tersebut sangat terbatas ruang geraknya dan sangat
tergantung kepada sumber-sumber pemerintah.
b. Otonomi dalam bidang akademik
Karena memiliki ruang gerak yang relative lebih luas dari PTN, dengan sumber yang relative
lebih luas dan bervariasi, maka dapat mengembangkan program-program eksperimentasi,
melaksanakan penelitian-penelitian yang belum sanggup dilaksanakan oleh PTN atau untuk
pelengkap program-program PTN yang sangat dibutuhkan dan mendesak, di negara yang
telah maju dengan tradisi yang telah lama dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak
jarang PTS memegang peranan yang memimpin (leading role) dalam pengembangan
barbagai cabang ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu-ilmu terapan untuk bidang industri
serta tingkah laku manusia.
Tujuan dan kegiatan perguruan tinggi dinyatakan dalam program belajarnya atau
kurikulum. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sewajarnya
apabila program belajar diperguruan tinggi itu dinamis, fleksibel dan reseptif atas kemajuan.
Apa yang telah diuraikan di atas mengenai perguruan tinggi, juga berlaku untuk
satuan-satuan pendidikan lainnya seperti sekolah menengah, pendidikan dasar, dan
pendidikan pra-sekolah, meskipun besaran masalahnya tidak segawat yang dihadapi
perguruan tinggi. Namun demikian peluang dari satuan-satuan pendidikan ini dalam
pengembangan SISDIKNAS tidak lebih kecil dari pada perguruan tinggi. Apabila saat ini
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat baru sekedar mengacu kepada
sekolah pemerintah untuk kebutuhan universal, maka dengan tercapainya tahap wajib belajar
untuk tingkat dasar, sudah tiba waktunya sekolah-sekolah swasta untuk mewujudkan
kekhasannya dengan lebih sempurna dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Peningkatan
mutu bukan hanya dalam mutu akademi sesuai dengan dengan standar nasional, juga dalam
aspek-aspek pendidikan lainnya misalnya disiplin, kewirausahaan, pendidikan agama,
kewiraan, serta inovasi-inovasi pendidikan lainnya.
2. Lembaga Pendidikan PGRI
PGRI merupakan suatu organisasi profesi yang dari kancah perjuangan kemerdekaan
Republik, maka cita-cita PGRI tidak dapat dipisahkan dari cita-cita Republik Proklamasi.
Ada dua rangkaian nilai yang diemban oleh PGRI yaitu : nasionalisme dan patriotisme.
Kedua rangkaian itu merupakan nilai-nilai perjuangan atau nalai-nilai 45 yang ingin
dilestarikan. Pelaksanaan kedua rangkaian nilai yang dapat dianggap sebagai jatidiri dari
lembanga pendidikan PGRI tentunya tidak terlepas dari tujuan SISDIKNAS. Selanjutnya
bagaimana kedua rangkaian nilai itu dijabarkan dalam program lembaga pendidikannya
secara lebih menonjol sehingga memberi nilai-nilai terhadap SISDIKNAS tanpa
menyebabkan SISDIKNAS itu kehilangan bentuk atau salah bentuk.
PGRI adalah organisasi perjuangan dan kini ditambah lagi dengan organisasi profesi.
Hendaknya pula PGRI mejadi organisasi pejuang profesi atau organisasi pelopor peningkatan
dalam meningkatan profesi guru dan kependidikan. Jiwa kepeloporan ini hendaknya
diterjamahkan dalam jatidiri lembaga-lembaga pendidikan PGRI agar menjadi salah satu
lembaga pendidikan pelopor bagi pengembangan pendidikan nasional (the frontier of
nasional education innovation). Sebagai organisasi pendidikan swasta, lembaga-lembaga
pendidikan PGRI mempunyai banyak peluang untuk menjadi pelopor dalam berbagai inovasi
pendidikan seperti pendidikan dasar yang diarahkan kepada kebutuhan dan pengembangan
sumber daya.
Berbagai alternatip perlu dikembangkan dan dikaji dari berbagai segi terutama dari
fasibilitas pelaksanaannya dalam jangka waktu sedikitnya 25 tahun yang akan datang
mengingat penidikan meminta waktu cukup panjang. Dengan lahirnya UU Nomor 2 Tahun
1989 serta menghadapi RPJP Kedua yang sudah diambang pintu. Sekarang adalah waktu
yang tepat bagi lembaga pendidikan PGRI untuk merumuskan jatidirinya dan
menjabarkannya untuk ikut mengisi dan mengembangkan SISDIKNAS.
http://tutirahmawati1.blogspot.com/2012/04/makalah-jati-diri-pgri.html
Diri PGRI
JATI DIRI PGRI
PGRI adalah organisasi perjuangan, profesi, dan tenagakerjaan, berskala nasional yang bersifat :
1. Unitaristik, tanpa mmemandang perbedaan ijzah, tempat bekerja, kedudukan,suku, jenis kelamin, agama, dan asal usu
2. independent, yang berlandaskan pada prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan kemitrasejajaran dengan berbagai fiha
3. non partai politik, bukan partai politik, tidak terkait dan atau mengikat diri pada kekuatan organisasi/partai politik manapun.
wahyuwap40.wordpress.com/2013/09/06/jati-diri-pgri/