123
Prof. t': EK-O FUDiI{ARD.!O, M.Sc. {F-Citor) r T I I I I f; r .; t ]f'TI Lt\TU[t NfijIN T 0 r; )! t [t N A I

Jati Diri Arsitektur Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

arsitektur

Citation preview

Page 1: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Prof. t': EK-O FUDiI{ARD.!O, M.Sc.

{F-Citor)r

TI

I

I

If;r.;t]f'TI

Lt\TU[t

NfijINT

0

r;)!t

[t

N

A

I

Page 2: Jati Diri Arsitektur Indonesia

lffi"iI lu*a Timur t

EFT_r.--ffit'r: LLj

Hak Cipta yang-dilindungi undang_undang pada: pengarangHak Penerbitan pada , p.n"iiitAlrrnii---Percetakan : AlumniPerancangkulit ; EkoBudihardjo

Cetakan ke1Cetakan ke2Cetakan ke3

Sebagian atau seluruhnya isi buku ini dilarang digunakanatau diperbanyak dalam bentuk apa pun t""p""irfri.rr,ii.

dari penerbitAlumni, kecualidalamhai ---'-'

pengutipan untuk keperluan penulisanartjkel atau karangan ilmiah.

Y

r

ru.--.A5Urtrrot'-}=,;

),rW'q IfMUI

: Tahun 1989: Tahun 1991: Tahun 1996

-156-9

P.T. ALUMNIJl. Bukit pal<ar Timur IIl109

T el. @22) 2sll?st, 2503038, 2503039Fax. (022) 2fiN44 - Bandung - 40197

JATI DIRIARSITEIffUR INDONESIA

Editor:PROF.IR. EKO BUDIHARDIO, M.Sc.

PENERB IT ALUMNI / L997 / BANDUN GKOTAK POS 8232 BIIID

ul

Page 3: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Riwayat Singkat Penulis

ilR()li 1fi. Fltr0 ti{iDIfLARDJO, M.Sc., dilahirkan tanggal 9 Juni 1944 dir'),irhatinr'fr.;, rrr,.ri'.'lr',irrillrrr sludr sl'l)?)!iai sarjana tckntk Arsitt'ktur pada F'akultas''t.krrii< i nj'"-i'r,rit;rs {iadjirh l,iaria Y,,gyak;,rta tahrn 1969.

I:',.rrr1irlir.r;i l'.r'rcir-raria.nanf ir dilr:nrJrrrh ss;xla(ltti,ue.rsily of ll'aleslnstituteof Science

$ri'! n'hr!4!,4ty tli irrggr-i" dalarr birlarr.r', pcren(',rnaan kota (1976-1t)78). Tahun 1U90

Jiiri;k,r,,ir.in r,..lr,Ul;ri {i:rrri lJr sar, terrrasuk salah satu _v;rir.g tr:rrnuda di t-lndip.,{}qr1}i;1.1;,r',nt\.ri:,mcnyalikannrakalahrlrlarnbt:rbagai p('rtemuanilnriah,baikdidiil.u!r r!i.tui,un di luar nt,geri. antara lain IAIIOI'H Congress oil PLanniilg towards aClti,l;11 ;.'" r,rt iKrrala l.unrpui. 191)11\: ILtlLl In/iastrucfure Confcrente ft>r Local(]r.,rn't'tttLttl:. trtid Ptthltt: Authorrljp-r (llan.llkok, 1992); Couference on Urban IIU'itagci)orsrrrilt,.tt llian l,'ransisco, l:lyilt: World Planning Coilgress ott lIunan Settlententsli,tr ltii:; 2: i.rt i'{,nlilry ([3t:ijing. 199tr); lnlernotionul Congress on Engineeriilg[,"lti,,tii.,* l\lrlhournt,l*)5)thnhiltrnotional L)ottfuptceon'nnoisntondlTeritogel;l a t; $ { rpr? i, y I r" orlvakarta, M)(i)jir.rl:nt:.rr f,,. ngli:rrE,urn ttlah ri!perroieh, dianf;rranya I/panyasa lihakti UPa|radakarJ u'i ii riri lurrr .lalva'lengah (1969); Penghargaan rlengan Prrjian dari IkatanArsiteklriri,:n,.;.r (i:1.)11. 11in,nu* ilrn;ri+ Iluda,','a rlari Prrvrt Lcmbaga Kebudayaan Jawzrt,1""',,\.t'i,Mtiitl r:ftheYnrdari llariaoSuar;rlVlerdeka (199i1);Wibau:aSerojaNugraha,.irr i i i-r nilriirrrr:rs {i\$4) ,.tulh ici[kt R&ayust; rJari Pcrsatuan ln sinyur Indonesia (l 995)

darr.trr{vr" l.ttilturo !'it!t\k |\l\t tlirri Prr:sirlon Itl (1lXt6)

.j;rhal;iri:tr,,a srlritang ;,rlai;rir I)t'k;rn lr:ikttltas 'l'eknik Universitas Dipononegoro,1{1 i1in K,,h,}}r});ri;rn lA! da lAii (labang,lawa1i.ngah, Ketua I)ewan Kesenian.Jawa'l r'ngaii, Ketu:i l)r"*;r'r lrr'nasihat Arsitrktitr rian I'embangunan Perkotaan srrrta

i)resi.l,.ri Ii,,ht ry L'tu l; l'ilrn;q13ng.

Kr'ar:qgot,i,rri I'r,rii'si<,,nal dalam badern intrrirasional r-n eliputi couwil menbei l{ahitutltisnotitttttt.! r..'ottlitrun (llitl) ir,lt'xico; touncil nenher Eastern Regianal()rg,ttirt:tltr,;tr i,n l'lqnning ond Ilousittg (EAROPIl) Malaysia; aoggotaltltt/fiatio,tull"ciryltt.irtt .i:it I l,ttrt'itry onl l'lnnilng (lh'tlP) N t.derland, dan ang.qota Natio'nol Tiust

for i lisloti' I'rrce rt ittt,tn , Anre'rika Sr-'rikat"

I)ada iahun 191).i trrpilih sebagai anggota Dewan Riset Nasional dan anggota Pokja-,'.i:ri Ij'r,!ir.,',,,!i I, rllltantt;tt.

il

\

KATA PENGANEAR CE*fAI{AI.{ I'EKIAryIA

Tukar pendapat dan arlu argurnenlasi terrrang lati diriatau identitas arsitektur, baik rlaiam skala ]olcal, regional.nasional maupun internasional, <lewasa irti r:eririerungsemakin menghangat, Terutartra seteiah ki;rn riisad;ir i hahwaperkembangan Arsitektur Nloclerri derrgan B,-dy.l inter-nasionalnya, telah mencipi.akan ketunggai-rrrl)aan wajahlingkungan pada berbagai kota Lre'sar iii selurirl, rluni;r.

Para arsitek dan budayawan Indonesia sebetulnva telahbanyak men gemukakan ga.gasan ten *ur g upavil rn r-'rtir r pta kankarya arsitektur yang berwawasan pa(-la perigrm.gkixparl jatidiri dan rasa ruangyang idlas berpribadi. Flanya saja $angatdisayangkan bahwa pokok-ylokoh pikiran )'an,r- hand;rltersebut terlontar secara spora(lis llal;lnr hr:::[;1gnikesempatan terpisah sehingga tiilak tereir;rni (I{'r,g.aIi h;rik.'ferasa kesan bahwa para arsitek bt'rirui:rr"rrrlt;-ir' l( i'rr$ l)adamaulah sempa sepanjang waldu. Slrk,ltlar si'b;:jlirr r.,,rltoh,patla tahun 198O-an <triserlengganrlilii: I,ii{rivirll st'}iaiipertentuan ihniah dan lrrofesioriiil nleni.i('! r:ii u I r;l]1':r r i rfl]lujuarsitektur Indonesia, Padalhal surlah stj;rli ini:rrrr ti)50.anProf.lr. Van Romondt meiemlrarkan gagasan rnrn1.j,-.i i)"ri halyang sama,

Saya lantas merasa terpanggii untuk niruiilih rianrnenyusun secara urut. dan mnhrt, beri:agai gagilsan, J)okokpikiran dan ide-ide yang tersebar tercerai tierai itr,r iiaian-rbentuk antologi.

Ucapan terinia kasih t-ak terhingga saya sampaikankepada para penlumbang fulisan yang telah merrbcdkan izinrlan dengan anfusias menyarnbut haik peni,rli;l1rr i;riku ini.

Demikian juga kepada pirnpinan JLrnlv)!r :n'rsitr:kiur" patlaberbagai universitas dan institut nr,t{eri nraril}r.'{ri swasta(khususnya ITB, UGiVI, Undip, LII. IfS, Untar) rl;n, iiratanArsitek Indonesia yang telah ihul mernbanhr tersusun clan

Page 4: Jati Diri Arsitektur Indonesia

terbitnya antologi ini, baik secara langsung maupun tidaklangsung, saya sampaikan penghargaan yang setinggi'tingginya.

Dengan segenap keterbatasan, saya percaya bukuantologi ini akan mampu menjalankan misinya sebagai salah

safu bahan acuan yang bermanfaat, terutama bagr bagr para

arsitek dan mahasiswa arsitekfur yang berminat menggalilebih dalam esensi arsitektur Indonesia yang memiliki jati

diri.

Semarang, November 1989 Eko BudihardjoEditor

I{Af,A PENGANIAR CEIAI(AN XEDUA

Pada cetakan kedua buku ini tidak mengalami perubahan

mengenai materinya. Disain sampul dan kualitas kertas isi

buku diperbaiki sehingga tampil lebih memadai.

Semoga dengan cetakan kedua buku ini masih tetap

bermanfaat bagi para Pembaca.

Ikitik dan saran demi perbaikan buku ini senantiasa akan

dihargai.

Bandung, Maret 1991

vl

I{AIA PENGANTAR CETAIGN KETIGA

Cetakan ketiga dari buku ini menyiratkan adanya rasa

haus akan bacaan tentang gagasan penciptaan karyaarsitektur yang memiliki jati diri atau identitas.

Kenyataan di berbagai kota besar di dunia memangmenunjukkan gejala kian lunturnya jati diri akibatbermunculannya karya-karya arsitektur modern yangmemang efisien, rasional, fungsional, bahkan juga sangatcerdas, namun acap kali lepas tercabut dari akarnya, tidakkontekstual, dan kurang menyuguhkan karakter lokalnya.

Jati diri memang merupakan istilah yang berwayuh artialias mendua. Di satu sisi bisa diartikan denganpenyeragaman, seperti yang pernah terjadi di Jawa Tengahdengan 'joglonisasi'. Di sisi lain jati diri lebih tepatdiidentild<an dengan keunikan atau karakter pribadi, yang

membedakannya dari yang lain.

Jati diri se.bagai kekhasan atau kepribadian arsitekturalsemacam itulah yang seyogianya dikembangkan terus-menerus bila memang disepakati bahwa karya arsitekhrrmerupakan pertanda zzLman dan cerminan dari masyarakatyang selalu berubah. Panta rei, mengalir terus tanpa henti.

Hanya dengan tekad dan upaya tak kenal lelah unfukmenciptakan karya arsitektur yang memiliki jati diri, baruakan bisa diharap terb entuknya lingkungan binaan yang tidaksekadar merupakan kumpulan bangunan dengan bahasa

arsitektur yang centang perenang.

Jati diri arsitektur Indonesia akan muncul dengansendirinya bila si perancang tidak terpasung pada persepsi

visual saja, melainkan juga memasukkan pertimbanganbudaya, perilaku masyarakat, ildim rlan seni-kriya setempatyang khas.

Kumpulan fulisan tentang jati diri arsitekfur Indonesiaditilik dari berbaeai disiplin ilmu dan sudut pandang ini,Penerbit

vll

Page 5: Jati Diri Arsitektur Indonesia

cliharapkan akan menyuburkan dialog yang sinambung, agar

kita tidak terlindas arus globalisasi sehingga kehilangan

kepribadian.Merupakan tugas luhur bersama, mengupayakan

suburnya lahan penciptaan h'arya arsitektur yang berjatidiri

agar kita ttdakpangling pada diri kita sendiri.

Semarang, 10 November 1996

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Cetakan PertamaKata Pengantar Cetakan KeduaKata Pengantar Cetakan Ketiga

BAB I IDENTITAS BUDAYA DAN ARSITEKIURTRADISIONAL ..I.1. Identitas Budaya dan Arsitekfur Indonesia/

Prof.Ir. Sidharta1.2. Identitas Budaya dalam Karya Arsitektur/

Prof.Dr. S. Budhisantosa . . .

1.3. Arsitektur dan Kebudayaan/lr. Hindroljatrjono Sumardjan, IAI . . .

1.4. Memahami Arsitektur Tradisional denganPendekatan Tipologi/Ir. Budi A. Sukada,Grad.Hons. Dipl. (M)Arsitektur Tradisional: Sebuah Faktor da-

lam Perancangan/lr. Baskoro Sardadi, IAIArsitektur Bukan Sekadar Bangunan/lr.Eko Budihardjo, M.Sc.

BAB II. WAWASAN ARSITEKIUR, SENI DAN TEK.NOLOGIII.1. Menczri Wawasan Arsitektur/lr. 'l)uk

Kuswartojo, IAIll.2 Arsitektur sebagai Seni-Skuktur/lr.

Wiratman Wangsadinatafusitektur dan Teknologi/lr. YuswadiSaliya, M.Arch.

II.4. Arsitektur dan Kesempalan KerjadiSektorIndustri Konstruksi/Dr. Hidayat

IL5. Penjabaran Wawasan Identitas dalaLrn Wa-

clag Arsitektur/lr.hkoBudiharcljo, M.Sc. , .

vvi

vii

Eko Budihardjo

20

30

60

70

76

76

82

93

103

113

1X

1.5.

Page 6: Jati Diri Arsitektur Indonesia

lII.3. I-aboratorium Arsitektur Tropis/lr' Maurn

Purnomo Rahardjo' M'SArs

III.4 fusitektur liopis: Tinjauan dari Segi Fisika

Bangunan/Dr'l' R'M' Sugijanto

I[.5. Landasan fusitektur Indonesia/Drs'

Darmanto Jatman, S'U' ' 'III.6. Pusarnya fusitektur Tropis Indonesia/Ir'

AndY Siswanto, IAI '

BAB W. ARSITEK|UR DAN MASYARAKAT

IV. 1. Kembalikan Arsitektur Tradisional kepada

MasYarakat/Ir' Johan Silas, IAI

IV.2. fusitektur Masyarakat Transisi/Dr' Llmar

KaYam

IV.3. fusitektur dan Kepentingan Masyarakat/

Permadi, S'H' ' 'IV.4. Tradisi, Transisi, dan Identitas/Dipl'lng'

Suwondo Sutedjo, IAI . . .

Arsitektur: Suahr Profesi Esoteris?/

Gunawan W. Gandasubrata. '

Ilmu Sosial dan Humaniora dala''n Pendi-

dikan Arsitektur/Ir' Eko Budihardjo, M'Sc'

ARSITEKIUR'IROPIS IN DONESIA

I[.1. Proses Berpikir Perancangan Arsitektur

dan Arsitektur 'liopis/lr' Zaenudin

Kartadiwiria, M.fuchlII.2. fusitukhrr Tropis di lndonesia/Dipl' Ing'

Harisanto . ..

IV.5.

IY.6.

120

t20

131

136

143

PENDAHULUAN

Jati diri dalam bidang arsitektur bukanlah merupakanobjek mati atau sasaran yang statis, melainkan lebih berupaproses yang dinamis dengan sasaran yang selalu bergerak.

Menggali dan mengungkap jati diri arsitektur Indonesia serupa

saja halnya dengan menjelajahi perjalanan budaya danperadaban masyarakatnya sepanjang sejarah.

Sebagai suatu proses yang menerus, jati diri arsitektur tidakbisa sekadar direncanakan, dirancang, dan dibuat dari luar,semata-mata dengan maksud membentuk identitas itusendiril) Jati diri arsitektur lebih mungkin terbentuk daridalam, seringkali secara tanpa sadar, dengan wawasankontekstual untuk memecahkan masalah yang spesifik. Paraundagi dari Bali, misalnya menciptakan karya-karya arsitektur

berlandaskan pada kaidah-kaidah yang telah disepakati

sesuai kepercayaatt tnereka, tanpa ada maksud khusus untuk

menampilkan jati diri. Ternyata kemudian hasilnya diakuisebagai karya arsitektur yang unik, berkarakter, khas. Denganperkataan lain, jati diri arsitektur akan muncul secara wajar

sebagai produk samping hasil pemecahan masalah arsitektursetempat, dan bukan sebagai tujuan akhir yang harus dicapai.

Prof. Udo Kultermann lebih jauh melontarkan pendapat

bahwa jati diri dalam bidang arsitektur hanya dapat tumbuhdari akar kebudayaan yang khusus. Semakin dalam akartradisinya di masa silam, semakin tinggi dan sehat pula tum-buhnya pohon arsitektur yang berkepribadian di masa depan.

Jati diri arsitektur yang berakar pada tradisi tersebut tidakmerupakan komoditi yang dapat dipindah-pindahkan. Lainhalnya dengan produk di bidang teknologi atau hasil penelitian-

penelitian ilmiah, yang dapat dialihkan, diserah-terimakan atau

diperjual-belikan.2)

Powell. R.ed:

Kultermann, U:1984 : 2.

"Architecture and ldentitt", 1983 : 10.

"Revilalizalion oJ Traditional Pqttern in Modern Architecture"'

153

161

166

166

773

186

196

201,

218

l)2\

xl

Page 7: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Faktor-faktor kunci yang dinilai sangat berpengaruhterhadap penciptaan jati diri arsitektur Indonesia. meliputiantara lain keunikan budaya dan arsitektur tradisional;perkembangan ihnu, seni, dan teknologi; iklim setempat yangtropis lembap; dan sudah barang tentu masyarakat lndonesiasendiri yang sarat dengan kekhasan perilaku, tata nilai, dannornla-llorrna yang dianut.

Antologi ini disusun atas dasar kategitri I'aktor_l'aktorpenenlri terscbut.

Dalam Bab I yang bertemakan "ldentitas Budaya danArsitektur Tradisional", disajikan pokok-pokok pikiran dariPorf. Ir. Sidharta (gurubesar arsitektur Undip), Prof. DR.S.Budhisantoso (antropolog UI dan Direktur Direktorat Sejarahdan Nilai Tradisional. Ditjen Kebudayaan PDK), Ir. HindroTjahjono Soemardjan, IAI (mantan Ketua lkatan ArsitekIndonesia), Ir. Budi A. Sukada. Grad. Hons. Dipl.AA. (stafpengajar UI) Ir. Baskoro Sardadi, IAI (arsitek profesional)dan lr. Eko Budihardjo, M.Sc (arsitek-planolog dosen Undip).

Berbagai wawasan dalam arsitektur, seni dan teknologidirangkum dalam Bab II yang menampilkan tokoh-tokohseperti Ir. Tjuk Kuswartojo (sekretaris PSLH, dan dosen ITB),Ir. Wiratman Wangsadinata (Ketua Himpunan Ahli Konstruksidan Ketua INKINDO), Ir. YuswadiSaliya, M. Arch (mantanKetua Departemen Arsitektur FTSP ITB), DR. Hidayat(ekonom, direktur Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan[-ingkungan, Unpad) dan Ir. Eko Budihardjo, M.Sc (KepalaIliro Penelitian Ir.T. Undip).

Bab III mencoba mengupas kaitan antara iklim tropisdengan karya arsitektur di Indonesia, dengan pembahas-pembahas yang latar belakang pendidikan dan profesinyabcrbcda. 'ferekam di sini pendapat lr. Zainuddin Kartadiwira,M. Arch (staf pengajar senior dari ITB), Dipl. Ing. Harisarr-to (konsLrltan, pemegang satya lcncana dari Menristck), Ir.IVlauro f)urnomo Rahardjo, MS.Ars (Untar), DR.lr.R.lVlSugiyanto (l)osen t.'isika Teknik I I'li), Drs. Darmarrto.lirtrrr;rrr,

xii

SU (Psikolog, pertyair), dan Ir.Andy Siswattto' lAl (direktur

biro konsultan).Pengkajian tentang saling ltubungatt alltara arsitcktur datr

masyarakat banyak, dikelonlpokkatt dalam llab lV' yaltg

mengetengahkan pcndapat lr. Johan Silas (dosen dan pcrrcliti

dari ll-S), DR. Urnar Kayanl (bLrdayawan, UCN'l), l)ettnadi,

S. H. (rnantatt Ket tta Yayasatl l.erttbaga Kottstttttctt), I)ipl. Irlg'

Suwondo Bisrno Strtedjo (stal'pcrlgajar se rtior Ul), (iuttawatl

W. (landasubrata, darl Ir. Eko lludiharclio, NISc (Kettra Ikatart

Arsitek lndortcsia Cabang Jatcng).Harus diakui dengan jujur dan rendah hati, banyak sekali

kendala yang dihadapi dalam setiap upaya penyuntingan karya

tulis para pakar dan arsitek profesional. Bahkan nlulai daripemilihan jenis tulisan dan pengelompokannya pun sudah

dapat terpancing beda pendapat yang tajam" Apalagi Inemeras,

menyarikan, dan menyimpulkan gagasan, ide darr pokok-pokok pikiran yang sungguh sangat beraneka ragam.

Oleh karena itu, penulis mengambil sikap tcrbuka: memper-

silakan setiap pembaca untuk memilih dan menangkap sen-

diri dari setiap pembahasan sesuai dengan minat dan daya serap

masing-masing.Berbekal pernahaman yang bervariasi itu, bisa dilang-

sungkan forum temu wicara labih lanjut yang diharapkandapat kian memperjelas masalah yang masih helum terungkap

atau terpecahkan. Dengan dernikian 'roda dwicakap' akan

menggelinding terus, sesuai dengan hakikat dan tlatasan

pengertian jati diri sebagai suatu proses yang menerus dan

berkesinambungan.

,I**

L

xllt

Page 8: Jati Diri Arsitektur Indonesia

1i

BAB IIDENTITAS BUDAYA DAN

ARSITEKTUR TRADISIO NAL

I.I. IDENTITAS BUDAYA DANARSITEKTUR I NDON ESIA*)Oleh: Prof. Ir. Sidharta.

Persoalan tentang bagaimana penerapan identitas budayaatau adat pada bangunan-bangunan baru secara tepat, analogdengan pertanyaan bagaimana identitas Arsitektur Indonesiadi masa depan.

Pertanyaan di atas dilatar belakangi:l. Adanya Arsitektur Tradisional yang merupakan sarana

(wadah) bpgi bermacam kegiatan kehidupan manusia In-donesia Tradisional yang kemungkinan memiliki unsur-unsur yang dapat diterapkan pada Arsitektur Indonesiamasa kini atau masa depan.

2. Bahwa ungkapan Arsitektur Tradisional menunjukkanidentitas budayanya.

3. []ahwa Arsitektur l'radisional di Inclonesia dilatarbelakangi olch budaya suku bangsa yang telah berkembangnre lewati be rbagai kurun waktu.

Penelitian ArsitekturUsaha meneliti Arsitektur Tradisional Indonesia dan

Arsitektur Hindu Jawa sebenarnya sudah lama dilakukan,jauh-jauh sebelum pendidikan Arsitektur di Indonesia dimulai.

*) Dsajikan dalam Simposium "Peranan Identitas Budaya dalam Arsitektur", IAI-DKJ-DI'ITABA, Jakarta, l0 September 1984.

L.

xlv

Page 9: Jati Diri Arsitektur Indonesia

r

Sayangnya ini semua dalam bahasa Belanda, dan tersimpandalam perpustakaan musium di Indonesia dan khususnya diNegeri Belanda sehingga tidak terjamah oleh Arsitek-ArsitekIndonesia sekarang. Mengenai Arsitektur Tradisional Jawa danbagaimana masa depannya banyak ditulis oleh Ir. H. MaclainePont dan juga oleh Ir. Thomas Karsten. R. Goris, J.L.Swellengrebel dan V.E. Korn banyak menulis mengenaiArsitektur Bali, dan latar belakangnya. DR. N.J. Krom,DR.W.F. Strutterheim, DR.F.D.K. Bosch dan lain-lain penulislagi sebelum Perang Dunia II, banyak mengemukakan pan-dangannya mengenai Arsitektur Hindu Jawa. Henri Parmen-tier pada tahun 1907 mengenai konstruksi kayu yang gambar-gambarnya ditemukan pada relief-relief Candi Hindu Jawa.Meskipun pendapat ahli, ini belum tenlu betul atau sesuaiuntuk masa kini ada baiknya dijadikan acuan bagi kitadalam usaha mencari identitas Arsitektur Indonesia (daripadamulai dari depan sama sekali). Kepada yang masih menguasaiBahasa Belanda saya ajak untuk bersedia menerjemahkantulisan-tulisan tersebut.

Batasan Kebudayaan

Karena yang dipermasalahkan adalah identitas budaya danArsitektur Indonesia masa depan maka di sini diajukan salahsatu definisi dari kebudayaan atau budaya yang sangat banyakmacamnya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dariW.J.S. Poerwadarminta, budaya sama dengan pikiran, akalbudi (penulis: intuisi); kebudayaan : hasil kegiatan, dan pen-ciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kese-nian, adat istiadat, dan sebagainya. Jadi kebudayaan dapatberarti benda abstrak atau non materil maupun benda materil.Menurul kamus Poerwadarminta dan juga kamus lnggris -lndonesia dari John M. Echols dan Hassan Shadily:kebudayaan : Culture : kultur. Jadi norma-norma, kaidahkehidupan adat istiadat merupakan kebudayaan juga (u mun

of cuiture = seorang yang baik tingkah lakunya, sopan

santun, beradat).Kalau norma atau kaidah yang lama merupakan aspek

kebudayaan, tentunya norma atau kaidah demikian tercermindalam ungkapan Arsitektur: Contoh-contoh yang kongkretmemang kita jumpai dalam Arsitektur Tradisional misalnya:1. Cara menentukan/memberikan dif'erensiasi tentang ruang,

dan tempat yang memperbedakan ruang milik seorang

terhadap orang luar, kita jumpai ungkapannya dalamArsitektur Tradisional di Jawa, di Minangkabau, didaerah-daerah lain di Indonesia. Pada rumah Jawa Kunokita lihat dinding seketeng yang memisahkan "Dolemogeng " dengan peringatan sekaligus memisahkan teritorialprivocy, dan setengah public atau daerah anggota keluargawanita dan daerah anggota keluarga pria. Pemisahteritorial demikian yang menunjukkan sifat outside alaumole, femolekitajumpai pula pada Arsitektur TradiSionalMaya, Latin Amerika, Norway, Swedia bahkan padahewan baboon (Amos Rapoport: "Culture Origins ofArchitecture").

2. Untuk menyiapkan pusaka atau barang keramat danpenyelenggaraan upacara-upacara tertentu pada ArsitekturJawa Tradisional tersedia ruangnya, yaitu dalem ageng

dengan pedaringan yang dianggap ruang yang palingkeramat.

3. Bali merupakan daerah yang norma dan kaidah-kaidahkehidupan sangat jelas diungkapkan dalam arsitekturnya.

Perubahan Norma

Dengan lebih mudahnya hubungan antarbangsa maka ter-bukalah kebudayaan Indonesia terhadap pengaruh luar. Makaterjadilah perubahan norma. Apa yang dahulu merupakanlarangan, sekarang telah diterima oleh masyarakat. Kedudukandan peranan wanita telah berubah, wanita Indonesia bukanlagi berperan di belakang tembok seketeng; cara bergaul muda

3

Page 10: Jati Diri Arsitektur Indonesia

mudi juga berubah, sikap anak terhadap orang tuanya juga

,ungui ierbeda dengan zaman 30 tahun yang lalu' Anak

f..f,iurgu Jawa di Jakarta jarang dapat berbahasa Jawa dengan

baik, Jpa lagi berkrama-hinggil' Sampai sejauh mana elemen

Arsiiekiur Tiadisional masih dapat diterapkan pada bangunan

baru berkaitan dengan perubahan norma-norma sosial penulis

belum dapat menjawab. Diperlukan suatu penelitian yang lebih

mendalam.Kenyataan menunjukkan bahwa kita tidak terlalu sukar

mengadaptasi cliri, contoh: keluarga-keluarga yang harus (ter-

pafJa) tinggal di rumah susun lambat laun mengadaptasikan

ii.i auU. *asana baru, meskipun pada permulaan dapat tim-

bul konflik-konflik sosial' Jadi budaya bertetangga pada

rumah susun juga berubah'Yang berkaitan dengan persoalan yang menjadi tema pem'

bahasari ialah dapattcatr ciii-ciri Arsitektur Tradisional juga

diterapkan pada Arsitektur masa depan yang dilandasi nor-

ma dan kaidah baru?

Ciri Arsitektur Tradisional

Mengingat norma, kaidah, dan tata nilai dalam masa kinimasih banyak kemungkinan berubah maka dalam usaha men-

cari identitas budaya yang dapat diterapkan pada bangunanbaru disarankan sebagai berikut. Fa[tor-faktor apa yang dapatkita tqplkan dalam Arsitektur, fang mempunyai identitasyang sedikit atau tidak dipengaruhi oleh perubahan norma tatanilai. Carilah ciri-cirinya ini dalam Arsitektur Tradisionaluntuk diterapkan pada bangunan baru.

a. Iklim merupakan faktor yang tidak berubah (relatif)Indonesia beriklim tropis panas dan lembap. Karena letaknyadi sekitar khatulistiwa antara garis-giris lintang utara danselatan 23,5" maka sepanjang tahun sudut jatuhnya sinarmatahari tegak lurus, hal mana mengakibatkan suhu yang

selalu panas. Ciri Arsit ek_t u r_T radis io nal yalr g_b"g..\gl!an de1gan

iklim yang parras -misalnya. at?p- y.gng, mempunyai-lonjo*ugan(Verhong) yang panjang dan mempunyai sudut yang tidakterlalu landai.

Di samping itu rua_ngruang-y.aUg"Jeu.hu-k-4, di mana din-ding tidak menutup rapat ke bidang bawah atas atau langit-langit memungkinkan ventilasi yang leluasa, hal mana memper-tinggi comfort dalam ruang.

Dinding atau bidang kaca yang berlebihan, apa lagi tidakdilindungi terhadap sinar matahari langsung, dan hujan tidaksesuai untuk iklim tropis.

Kita sering menggunakan air conditioning untuk ruang-ruang yang jika direncanakan dengan tepat sebenarnya tidakmemerlukannya. Energi yang diperlukan untuk air condition-ing cukup besar. Dalam negara yang sedang menganjurkanhemat energi, hendaknya penggunaan air conditioning iugadibatasi. Rumah tradisional Jawa dan B_4li 111e-1.11pakan openair habitation.

Dengan pohon-pohon yang rindang di sekitarnya ntembuatiklim dan suasana menjadi sejuk. Juga dalam berpakaian,

Arsitekturr- Tradisional (I lndonesia

I *".*", $",0"n,

l['"::::::"Ll+ tndonesiaI ruuru Depan

L***rfu

Page 11: Jati Diri Arsitektur Indonesia

orang Jawa dan Bali menyesuaikan diri. Orang Indonesiadilahirkan dan dibesarkan di daerah tropis. Secara fisiologisdan kultural kita telah mengadaptasikan diri dengan kondisitropis itu. (Otto Sumarwoto: "Ekologi, Iingkungan Hidup,dan Pembangunan", hal. 318).

Seni KeraJinan

Seni kerajinan yang banyak ragamnya di Indonesia seper-ti seni ukir, seni ornamen, seni tenun, seni anyam, batik danlain-lain lagi harus dimanfaatkan untuk memberi identitaskepada Arsitektur Indonesia masa depan. Orang Jepang meng-gunakan tatomi atau tikar, tidak hanya untuk duduk atau tidurdi atasnya, tetapi juga sebagai modul untuk menentukan luasruang. Seni kerajinan dalam arsitektur dapat dikembangkan,lepas dari perubahan norma dan tata nilai. Suatu ornamenkadang-kadang mempunyai arti simbolik yang sangat da"l[myang tidak mudah dijelaskan dalam satu dua kata.

Sering artinya harus dicari dalam sejarah bahkan dalamprasejarah. Seni hias Indonesia yang modern tentunya tidakdapat dikembangkan hanya dengan sekadar meniru contoh-contoh kuno yang bagaimanapun bagusnya. Para senimansekarang harus mempelajari jiwa dan arti seni yang kuno,tetapi juga harus mencari jalan baru sendiri. Perlunyamempelajari seni yang kuno adalah juga untuk menjaga agartidak melakukan yang sebaliknya, yaitu meniru hiasan ataumotif Eropa dengan seenaknya (Th. Van. der Hoop: 1n-

donesisc he Sier mot ieven ; I ndo nesian Orna ment al Desi gn, hal7-8). Munculnya ornamen-ornamen klasik (yang jauh menyim-pang dari bentuk murninya) pada rumah-rumah baru di kota-kota di Indonesia yang disebut dengan nama yang salahkaprah, Arsitektur Spanyolan, justru membuat kabur usahakita membina Arsitektur yang modern. Kita tidak perlu ragu-ragu dalam pengetrapan ornamen sebagaielemen estetis dalamarsitektur, asal:

1 P3lT batas yang wajar dan tempat yang tepar.2' Dihindari ornamen mesin, nirat hontdcraftornamen terretakpada virtuositynya atau kemahiran yang membuat, jadimenampilkan keterampilan dan kemampuan ,.nirn npengrajin, ingat pada victorion styte orname:rt ying{icetak dengan mesin dan yang sangat ditentang olehWilliam Morris.lr'H' Macraine polrl cjararn lulisann-va bcrludur "Javaan.v-

the A r<'hite(tuur", majalah Jawa I g23_lg24 r.,,g"tonrfntkarr scni kcraji.arr craram Arsitckrur sera,ra tujuannya sesuaidengan def'i n i si A rsi tck t u r. ",4 rc h i t e. I u u r,, f ooi, r,' r) ri,"",lirgen eer.tte, yoornaom'le w,roc.hlsel, dar i.E tlc omge,inC dii )emensch uit de aonzich zef schept, om den zru l;;r:;r;;;;,;;gmogelijk temaken, in de vereischte sfeer le brengen en doarao'nde verenschte statie te voilen derhitve in het alg"mernroo,rorde bouwkunst, de schilderkunst, de beeldhou*ium"nrt, ini,kunstnijverheid in zoo verredeze kunsten srrkkenbevengenoemd doel.,'

(_-].:rj.rnuhan penulis: Arsitektur atau .,aarts,, (bahasa

rnggrrs: arch) artinya yang pertama atau asal mula yaitulingkungan yang diciptakan manusia sendiri .tari d;; ;;;;dikuasainya, untuk memungkinkan kedudukannyu f"Lonldisinya) dan sikap hidupnya, dalam suasana yang diinginkandan dalam status yang diharapkan. Daram definisilni

"."r"rr[pula seni bangunan, seni lukis, seni pahat, dan seni t..r;inu,selama seni rersebut sesuai dengan'tujuan di ;;.

')'-'"''"

Bahan Lokal ./

. - Di samping bahan produksi teknologi maju penggunaan

PlhT lokal seperti batu bata, genting, L"V, b;.b",;il;;-lain lagi hasil produksi industrilutyui t u.u. tetap clianjurkan.Selama bahan tersebut.memenuhi k.grnrun dan persyaratanteknis apa lagi ekonomis, maka bahai tersebut t.tup *od.rn.Bahwa sering dijumpai kualitas produksi industri ,"f.V"iV""g

Page 12: Jati Diri Arsitektur Indonesia

inferiorjanganmenjadisebabkitamutlakharusmemilihbahanimpor, utuu Uuhun produksi industri padat modal' Arsitek

haius ikut menunjang pembinaan dan pengembangan industri

rakyat kita.Keaneka ragaman dalam Arsitektur Indonesia modern

sesuai dengan keaneka ragaman budaya daerah harus tetap

kita kembangkan. Justru keaneka ragaman inilah merupakan

ciri khas Indonesia.

I.2 IDENTITAS BUDAYADALAM KARYA ARSITEKTUR*)Oleh: Prof. DR. S. Budhisantoso.

Dalam usaha bertahan dan mengembangkan jenisnya,manusia dihadapkan kepada berbagai tantangan baik yang tim-bul dari dalam dirinya maupun yang timbul karena faktor luar.

Sebagai mahluk hidup manusia menghadapi kebutuhan'pokok (biological needs) yang diperlukan untuk memper-tahankan keseimbangan organismanya serta menyalurkandorongan biologis secara memadai. Sementara itu faktor luarjuga menimbulkan berbagai tantangan yang harus ditanggapiseperti berbagai kebutuhan yang timbul dalam proses adap-tasi dan pemanfaatan lingkungan alam untuk memenuhikebutuhan pokok dan sampingan.

Sesungguhnya secara ragawi manusia termasuk mahlukyang masih serba umum. Manusia tidak mempunyaikelengkapan jasmaniah tertentu untuk hidup dalam suatuiingkungan tertentu. Akan tetapi kelemahan ragawi itu nam_paknya diimbangi dengan kemampuan akalygg memungkin-kan manusia berfiki r r.carulireta fo ii[ftffi nifan lamLangyang bermakna. P=engal kepampuan mengembangll1 d1"m e n g gu n a k an I a mb q!g:! eqb atg jtu

11e ! !-s i tFalm g_ -tj t h u _

ry€al-,mele-$ffi k*,drrr.ng.rn-bingkanpenie,ut,uunmereka secara lebih e_fektif. Segala pengalaman manusia daparcifi id;;AiilmpaiFd,-n, dan aip.it, [urkan dengan sesamasehingga memperkaya pengetahuan mereka melintasigenerasinya secara kolektif. pengalaman itu akhirnyamemungkinkan manusia menanggapi lingkungan secara aktifserta mewujudkan pedoman bagi sikap dan pola tingkah lakumereka dalam proses adaptasiriya.

t) Dsajikan dalam Simposium "Peranan ldentitas Budaya dalam Arsitektur", IAI-DKJ-DITTABA, Jakarra, l0 September 1984.

l

Page 13: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Demikian manusia hidup menghadapi lingkungannya

Oalam arti luas, tidak lagi dikuasai oleh nalurinya semata'

*.iuintrn ia didominasi oleh abstraksi pengalaman yang

..*"irar."n nilai-niiai, norma-norma, dan pandangart hidttp

sebagai Pedoman'"-" K;i"; pada mulanya manusia bersikap dan bertindak atas

dasar dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan bio-

Iogisnya, dalam proses kehidupan selanjutnya manusia ber-

;;k"p a;; bertindak dengan berpedoman pada b'd'l1J.i:i,"rrtu mereka kembangkan. Abstraksi pengalaman manusla

;;il beradaptasi de"ngan lingkungan itu mewujudkatt

p.t""gf.", nila-i atau asumsi apa yang baik dan apa yang

seharusnya aininaartan' Oi samping nilai-nilai abstraksi

p.ruuturnun itu mewujudkan norma-norma yang mengatur

;;;;;;i;*tosial di antara sesama ansgota masvarakat di sam-

iirE [.v"f inan-keyakinan (beliefs) khususnya yang mencer-

mirikan-pandangan hidup dan gambaran tentang semesta yang

..fiputi'-.reka. Dengan berpedoman pada nilai-nilai' norma-

,".*u, dan keyalii.,ui ttUugui abstraksi pengalaman kolektif

i;;ilh 'manusia

berusaha memahami gejala vang dalam

iingf,ungunnya kemudian memilah-milahnya atau mengelom-

polf un"auf am kategori-kategori baik. dan buruk untuk meren-

canakan langkahJaigkah dan memilih sikap ataupun tindakan

,.rrui dengan kemampuan yang ia miliki'DemikLn nilai-nilai, norma-norma' dan keyakinan' yang

berlaku dalam .nuryu.utt"t menjadi pengetahuan budaya.bagi

setiap anggota masyarakat pendukung' Demikian pengetahuan

budaya yang diperoleh melalui proses pendidikan dalam arti

luas sejak lahir itu *.t'putun rnodel-model untuk memahami

**..ng.fompokkan gtjut" yang dihadapi oleh manusia dan

landasan untuk U.iti["p ataupun bertindak' Dengan lain

;;il;", kebudayaan itu merupakan pengetahuan yang

lur,iur. yang berfungsi sebagai kerangka acuan yang hanya

Aupu, diiihai melaluiberbagai perwujudan dan peragaannya

(expression ond rnonifestation)'

l0

li

Sementara itu L.A. White (1949) menganggap kebudayaanitu sebagai sistem terpadu dan terorganisasi (integroted organiz-ed system) yang dapat terperinci dalam tiga bagian atau aspek,yaitu sistem teknologi, terdiri dari peralatan materil, fisik, dankimiawi beserta manusia menyesuaikan diri secara aktifterhadap lingkungan hidupnya. Dalam sistem teknologi ter-cakup peralatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pokok,perlindungan fisik atau perumahan dalam arti luas, peralatanberperang maupun peralatan pertahanan.

Sedang. yang dimaksud dengan sistem sosial menurutWhite, merupakan perwujudan alam hasil pergaulan sosialyang tercermin dalam pola-pola tingkah laku kolektif maupunperorangan yang menghasilkan keteraturan yang berpola,seperti sistem organisasi kemasyarakatan, sistem kemiliteran,sistem kepercayaan, sistem pembagian kerja, sistem rekreasi,dan sebagainya. Egdar1g_1-sJem idea terdiri dari gagasan, keper-cayaan, dan pengetahuan yang biasanya tercermin dalam per-cakapan ataupun bentuk perlambang lainnya. Dalam kategoriini termasuk mitologi, legenda, kesusastraan, filsafat, danilmu pengetahuan, kebijakan (kata mutiara), serta pengetahuanumum (common sense knowledge). Ketiga sistem itu salingberkaitan dan walaupun tidak samtEatnya mereka itusaling berpengaruh. Sebagai seorang penganut pahamneoevolusionis L.A. White berpendapat bahwa sistem sosialitu merupakan wujud fungsionalisasi sistem teknologi. Sedangsistem idea merupakan cermin atau pantulan sistem teknologi.Pendapat L.A. Whiti ini dapat dimengerti karena ia seorangevolusionis yang mendewakan teknologi sebagai dasarkebudayaan.

Sementara itu ada juga orang yang berpendapat bahwasistem idealah yang lebih dominan dan menentukan corakinteraksi serta teknologinya. Johan Galtung (1978) dalamuraiannya mengenai pengaruh sosial budaya pengambil alihanteknologi dan ilmu pengetahuan di negara yang sedang berkem-bang menyatakan bahwa hambatan proses penyerahan itujustru terjadi karena perbedaan sistem idea dan sistem sosial.

II

Page 14: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7

Walaupun mendatangkan teknologi dan ilmu pengetahuan dariBarat tidak sulir, akan tetapi yang sulit ialah meiy rrup iiop_tio.n) .!an menyesuaikan nilai_nilai ke yang aaa ai Uatltteknologi dan ilmu itu ke dalam sistem idea dan sosialmasyarakat yang bersangkutan.

Lepas dari setuju ataupun tidak dengan kedua pendapatyang bertolak.belakang itu, budaya suatu bangsa Vung puOuhakikatnya mengandung nilai_nilai, gagasan utama, dankeyakinan nampak jelas dalam iehidupan sosiai dankebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Dengan mudah,sebelum intensitas komunikasi dan transportasi yang didukungoleh teknologi modern, kita mengenal kebuduyuurir.r"orungdengan melihat bahasa dan ragam pakaiannya. xurau [iiumengadakan perjalanan di ke pulauan Nusantara, maka afayang menunjukkan keanekaragaman kebudayaan pendudukialah bentuk perumahan tradisional dan lain-lain teuuaayaanmateril. Sedangkan untuk memahami budaya mefafui poia_pola tingkah laku (social system) ataupun tata kelakuan(ideologicol system) diperlukan pengamatan lebih rama danmendalam, walaupun bentuk bangunan tradisional itu sudahmencerminkan sistem sosial maupun ideologi -uryu.uLut yungbersangkutan.

Arsitektur Tradisional

- Dalam kesempatan ini uraian akan dipusatkan pada sistemteknologi khususnya arsitektur tradisional sebagai sarah satumanifestasi dan ekspresi kebudayaan. Sesungguhnyaperumahan (shelter) merupakan salah satu kebutuhin"poroImanusia yang tidak mengenal waktu, tempat, dan tingkatteknologi. Kita masih ingar betapa nenek moyang tira ianghidup pada zaman batu telah mengembangkan sistem perlin]lWsan fisik, yaitu perumahan di gua-gua, kemudian disusuldengan penggunaan tenda-tenda tadih angin (windsueen)ataupun tenda yang sifatnya sementara karena seringnya n.n.imoyang kita berpindah mengikuti binatang perburuin ataupun

t2

musim panen tanaman liar. Apabila mereka sudah mulai ber-cocok tanam dan menetap di perkampungan, maka perumahansemi permanen pun dibangun. Kita hidup dalam rumah-rumahyang lebih kokoh dengan harapan dapat bertahan untukselamanya walaupun kenyataan seringkali berlainan denganharapan.

Apabila kita perhatikan dengan seksama, uraian tersebutmenunjukkan cara berfikir yang evolusionis. Sementara itukita dapat pula melihatnya dari sudut pandangan fungsionisataupun strukturalis. Akan tetapi sebaiknya kita telaah ar-sitektur tradisional secara menyeluruh sehingga dapat dipahamikaitannya dengan nilai-nilai budaya masyarakat yang ber-sangkutan. Untuk keperluan tersebut, kita telaah arsitektur-arsitektur tradisional dengan memperhatikan kegunaan (use),

fungsi (function), dan arti sosial (meoning)di samping wujuddan gayanya.

Kegunaan rum4h khususnya bangunan tradisional ituberanbka ragam, sesuai dengan struktur masyarakat dankebudayaan penduduk yang bersangkutan. Akan tetapi padaumumnya sebagai bangunan tradisional mempunyai kegunaansebagai perlindungan fisik terhadap dinginnya udara, panasnyamatahari atau derasnya angin serta air hujan. Kalau kitaperhatikan dengan sungguh-sungguh ada rumah-rumah yangsekadar menjadi tempat perlindungan sementara orang perluistirahat (windscreen) pada penduduk asli Australia, misalnya:masyarakat Arunta sebagian besar waktunya dihabiskan dialam terbuka untuk berburu binatang reptile yang langka,meramu ataupun bercengkrama dengan sesamanya. Sebaliknyaada pula penduduk yang memanfaatkan tempat berlindungsemaksimal mungkin untuk, bekerja, beristirahat maupunmenyelenggarakan pertemuan sosial seperti pada kebanyakanmasyarakat petani yang sudah menetap.

@nnya dengan kehidupan sosialbudaya lainnya, beraneka ragam'pula. Rumah dapat berfungsisebagai kesatuan sosial, anggotanya terikat dalam kerja sama

l.l

Page 15: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7

ekonomi (rumah tangga, keluarga luas, rumah bujangan).Dapat pula ia berfungsi sebagai wadah ke[iatan pendidikan(sosialisasi) anggota-anggotanya belajar memahami danmenghayati kebudayaan dengan cara belajar sambil bekerja(informal/non formal education) atau sebagai satu asosiasiseperti rumah bujang, yang berfungsi sebagai tempat penam-pungan anggota masyarakat yang telah dewasa dan berperansebagai prajurit ataupun penggembala ternak sukunya. Banyakragam fungsi rumah/bangunan tradisional, sesuai kaitannyadengan struktur dan kehidupan sosial budaya masyarakat yang

bersangkutan, sehingga menimbulkan berbagai perwujudanfisik dan gaya serta hiasan yang beraneka ragam. Bagi banyaksuku di Indonesia rumah bisa berarti identitas seseorang.Si A misalnya orang A, karena ia berasal atau anak dari rumahA. Rumah dapat diartikan sebagai lambang status sosial, pen-

didikan maupun ekonomi, karena itu kita lihat orang kayadewasa ini berlomba membangun rumah megah dengan segalagaya dan bentuk fisiknya. Sekadar ilustrasi bagi orang Jawa,seseorang lelaki itu dianggap sempurna'kalau sudah memilikilima syarat, wonodyo (istri), turonggo (kuda) atau kedudukan,curigo, (keris lambang keamanan lahir batin) kukilo (burung)atau kesenangan (hiburan) yang berarti sanggup menyisihkanwaktu dan wismo (rumah). memang rumah merupakan lam-bang keberhasilan seseorang. Rumah juga berarti tanggungjawab yang dikaitkan dengan status orang yang telah berumahtangga atau mempunyai tanggungan keluarga. Oleh karena ituia berhak menjadi anggota penuh dari masyarakat setempatdengan segala hak dan kewajibannya.

Mengingat arti pentingnya rumah dalam kehidupan sosialmasyarakat kalau ditinjau dari segi kegunaan fungsi, dan artisosialnya, maka wujud dan struktur rumah sebagai bangunantradisional dapat dipakai sebagai cermin tingkat teknologi,cermin gaya hidup (woy of life) serta nilai-nilai budayamasyarakat yang bersangkutan.

Arsitektur tradisional (baca rumah tradisional) baikstruktur maupun bahannya menunjukkan kondisi lingkunganserta sumber bahan bangunan yang tersedia. Orang-orang didaerah tropis lebih banyak menggunakan bambu atau kayudalam membangun rumah. Sebaliknya kayu dan bambu itumembatasi variasi bentuk/struktur bangunan, terutama apabiladikerjakan dengan teknologi sederhana. Demikian pula ben-tuk dan struktur bangunan dipengaruhi oleh iklim. C)rang-orang di daerah hujan tropis tidak ada pilihan lain, kecualimembuat rumah yang beratap curam dan memperlancarjatuhnya air. Demikian pula di hutan yang banyak binatangbuasnya orang terpaksa mendirikan rumah di atas tiang yangtinggi-tinggi (Sumatra Selatan). Sedang mereka yang hidup didaerah rawa-rawa (Asmat) terpaksa mendirikan rumah di atastiang yang cukup tinggi untuk menghindarkan pasang surut-nya air payau. Sedang di Jawa Barat yang berudara dingin,orang mendirikan rumah panggung sekadar menghimpunudara hangat sebagai antara yang memisahkan lantai, dantanah.

Keterbatasan variasi itu tentunya tidak berlaku dalammasyarakat yang teknologinya sudah maju. Orang denganmudah membuat bangunan yang mampu memberikankenyamanan tanpa pengaruh langsung iklim maupun bahanyang tersedia di sekitarnya. Sebagai contoh ialahkecenderungan orang kita membuat rumah dengan langit-langityang disesuaikan dengan teknologi air conditioned. Merekamenjinakkan iklim di luar dan manfaatkan kemampuanteknologi.

Sebagai cermin gaya hidup, rumah dapat dilihat daristruktur ataupun denah pokoknya. Kalau kita perhatikanrumah-rumah orang Amerika di masa awal kemerdekaan, padaumumnya didirikan dalam perkampungan baru (new settle-ment) yang menghadap ke jalan-jalan kaki lima yangmenghubungkan rumah-rumah serta pelayanan umumsehingga mempermudah penghuninya bepergian dengan.jalan

l5l4

Page 16: Jati Diri Arsitektur Indonesia

JT

kaki. Bagian depan dilengkapi beranda terbuka untukberangin-angin di musim panas dan sekaligus untukbercengkerama. Ke sebelah dalam ruang tamu resmi dan

sekaligus untuk pertemuan kekeluargaan, disambung dengan

kamar makan dan kemudian dapur yang luas untuk masak

dan menerima tamu dekat atau kawan karib. Di bagianbelakang ada halaman tempat berkebun, jemuran pakaian,tempat sampah, dan WC serta garasi. Kesemuanya itu menun-jukkan gaya hidup tahun 1930-an.

Pada tahun 1970-an gaya hidup orang Amerika berubahdan tercermin dalam bentuk dan struktur ruang rumah mereka.

Jalan kaki Iima yang menghubungkan dengan rumah-rumahlain tidak penting (kecuali belakangan karena krisis energi).Pagar dibuang dan diganti dengan halaman depan yang dihiasdengan pertamanan. Beranda depan terbuka hilang, digantidengan ruang makan dan dapur yang mengecil. Di sampingitu kamar-kamar tidur dilengkapi dengan kamar mandi danpeturasan di dalam rumah.

Sementara itu orang kaya sudah melengkapi rumah dengan

beranda belakang terbuka dan sekaligus kolam renang, di sam-ping garasi yang membuat dua mobil (ingat revolusi auto mobildi Amerika Serikat pada tahun 1950-an).

Perkembangan demikian itu juga terlihat di kota-kota besar

di Indonesia. Banyak bangunan rumah tradisional dihancurkandan diganti dengan rumah-rumah gaya modern. Akan tetapiberlainan dengan apa yang dilakukan penduduk di AmerikaSerikat,. orang-orang Indonesia sekadar mengikuti modesebagai lambang tanpa memperhatikan kegunaan praktis,misalnya dalam pembagian ruang tidur dan dapur yang

merupakan bagian belakang (paling kotor) disatukan dengan

ruang makan dan tamu. Akibatnya dapat dibayangkan kalaucara-cara memasak dan kebiasaan lama masih tetap dipraktek-kan. Bukan tidak jarang terpaksa orang kaya di Indonesiamembuat dua dapur, satu dapur mewah dan satu dapur tam-

bahan yang dibuat di luar bangunan pokok sebagai tempatmemasak yang sesungguhnya.

Contoh lain betapa jelas adanya hubungan dengan antarabentuk perumahan dengan gaya hidup ialah apa yang terjadidi kalangan orang Minangkabau. Pada masa lampau, ke-hidupan adat yang berprinsip pada garis keibuan, orangMinangkabau hidup dalam kesatuan sosial yang berupakeluarga luas (porui). Kesatuan keluarga luas yang seketurunandari satu ninik, dan dipimpin oleh seorang msmak itu tercer-min dalam bentuk rumah gadang yang biasanya terdiri darisejumlah kamar yang masing-masing menampung seorangwanita yang telah bersuami dengan anak-anak yang masihkecil. Sedang anak-anak dewasa tidur di bagian "dalam"secara bersama. Anak laki-laki yang sudah besar tinggal dirumah bujang atau kemudian di surau. Para suami tidak mem-punyai tempat tinggal khusus kecuali rumah gadang ibunyasebagai pengenal dan kamar (kamar) istri (istri)nya tempat ber-malam atau bergilir. Keadaan masyarakat matrilineal danuxorilokalitu sudah berubah, kini terjadi nuclearisasi, yaituproses perubahan dari keluarga batih. Akibatnya ialahkurangnya arti penting rumah gadang dan selanjutnya digan-tikan bermunculan rumah-rumah kecil yang berpenghunikeluarga batih yang outonomous (berdiri sendiri).

Hal yang sama melanda masyarakat Bali, kini terlihatkehidupan "modern" dengan lebih banyak pilihan pencahariandi luar sektor pertanian. Kalau di masa lampau kesatuan sosialyang berdasarkan budaya kerabat patrilineal sangat dominandan orang menetap secara y,irilocaldan mewujudkan kesatuandadio (keluarga luas terbatgs patrilineal) kini terjadikecenderungan untuk menetap secara bebas sesuai dengan tem-pat kerja mereka. Demikian kalau perkampungan orang Balidulu terbagi dalam blok-blok yang menarnpung sejumlahrumah dari satu keluarga luas, kini orang mulai mendirikanrumah di luar lingkungan blok dadia mendekati tempat kerjayang baru dengan segala gaya hidup.

-l t oounol'"'^\J^l.{':'l;''

- tJ.ts','" 1v' yuMr\Jn ?

t6

Page 17: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Sebaliknya perumahan modern di kota-kota besar tidakbebas dari gaya hidup penghuninya. Ikatan kerabat dan kewa-jiban sosial yang masih kuat mendorong orang untukmemperluas rumah-rumah modern, yang semula direncanakanuntuk menampung satu keluarga batih dengan menambahkamar ke belakang, ke samping atau ke atas. Tidak jarangmereka harus mengorbankan nilai estetika demi nilai-nilaibudaya yang berlaku.

, Ee!ry3n l$[ional sebagai cermin nilai budava masihanfat jelas nampakialam perwujudan bentuk, struktur, tataruang, dan hiapannya. Bentuk fisik rumah tradisional,walaupun tidak mengabaikan rasa keindahan (estetika), namunia terikat oleh nilai-nilai budaya yang berlaku dalammasyarakat. Pertama-tama mengenai letak lintangnya tidakbebas dari keperc ay aan / key akinan yang berlaku. Kebanyakanmasyarakat kita percaya bahwa arah muka yang menghadapmatahari itu ideal karena menyongsong kehidupan dan rezeki.Sebaliknya dianggap pantang dan dapat mendatangkan ben-cana kalau posisi rumah itu membelakangi matahari terbit.Karena itu rumah-rumah tradisional amat jelas membedakanmana bagian muka dan mana bagian belakang sebagaimanatercermin dalam lambang/ragam hias. Belum lagi terhitungtata susunannya dalam perkampungan, ada tempat-tempatistimewa/suci yang perlu diperhitungkan, misalnya tempatmendirikan lumbung dan pura pemujaan di samping pelatarantempat berkur4pul penduduk.

Mengenai pembagian ruang, amat jelas dikerjakan sesuaidengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Rumah dianggap tem-pat suci dan hanya layak dimasuki oleh penghuni rumah dankerabat dekat. Oleh karena itu ada bagian-bagian yang ter-buka buat tamu dan sebaliknya ada bagian-bagian ruang tamubagi orang lain menjadi satu dengan tempat tinggal. Contohnyadi pulau Lombian (Pulau l.ambate) Toraja dan bahkan jugapada masyarakat orang Karo ditemukan juga bangunan khususuntuk menumbuk padi secara kolektif dalam setiap perkam-

l8

pungan. Tempat itu merupakan salah satu bangunan yang pen-ting bagi kegiatan sosialisasi penduduk setempat.

Nilai-nilai yang tercermin pada bentuk rumahnya. Adasementara masyarakat yang memberikan arti tertentu padabentuk rumah mereka, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.Orang Batak Karo dan Toraja serta Minang bentuk bangunanhubungan rumah itu dibuat mirip perahu sebagai kendaraansuci dalam mitologi kehidupan mereka. Semakin banyak atapbersusun (Mang) semakin tinggi martabat keluarga yang ber-sangkutan. Demikian pula hubungan berganda hanya bolehdimiliki oleh bangsawan di Sulsel.

Sementara itu bentuk dan pola hiasan rumah juga tidakbebas dari pengaruh nilai budaya, gagasan utama dankeyakinan yang mendominasi penduduk. Kepala kerbau,sebagai hewan kerja dalam pertanian, sangat tinggi nilainya.Ada yang mengkaitkan dengan pemujaan bulan sebagaisumber air hujan/kesuburan dan bukan semata-mata sebagaihewan kerja. Oleh karena itu kepala kerbau atau sekurang-kurangnya tanduknya menjadi bahan penghias yang penuharti. Di samping itu ada pula lambang-lambang lain yangmenggambarkan nilai-nilai budaya, gagasan vital, dankeyakinan masyarakat ikut menghias rumah/bangunan tradi-sional dalam bentuk ukiran dan gambar.

Kenyataan ini menunjukkan betapa penting artinya ar-sitektur tradisional sebagai salah satu cermin kebudayaan,sekurang-kurangnya mengandung nilai-nilai yang berlakudalam masyarakat. Oleh karena itu pelestarian bangunan tradi-sional mempunyaiarti bukan sekadar memelihara bangunankuno akan tetapi ikut memperluaskan pesan dan informasinilai-nilai budaya yang ada untuk ditawarkan kalau tidakdikukuhkan pada generasi mendatang.

I ()

Page 18: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7

I.3 ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAANOleh: Ir. Hindro Tjahjono Sumardjan, IAI

Perspektif Kebudayaan Indonesia

Pokok persoalan yang kita bahas dalam temu karya ini adalah:bagaimanakah identitas budaya atau adat dapat diterapkanpada bangunan-bangunan baru secara tepat?Mencari dan menemukan identitas budaya adalah masalahyang sulit bagi kita, bangsa Indonesia, disebabkan oleh posisititik perjalanan sejarah saat ini kita berada. Kesulitan-kesulitantersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

l. Ke-bhineka-an Ragam Budaya di Indonesia

Tidak dapat kita ingkari bahwa sejarah terbentuknyanegara kesatuan kita dari Sabang sampai Merauke ini diper-tautkan oleh kesamaan nasib dan penderitaan karena sama-sama dijajah oleh Belanda. Secara etnologis sesungguhnyasuku-suku bangsa di lndonesia tidak mempunyai cukup banyakkesamaan untuk dapat dipandang sebagai suatu kesamaan,untuk dapat dipandang sebagai suatu kesatuan bangsa.Baik dalam hal bahasa, adat istiadat ataupun agama, terdapatperbedaan-perbedaan yang cukup besar, bila kita meng-gunakan ukuran Eropa maka perbedaan sebegitu sudah cukupuntuk menjadi dasar menyebut diri sebagai bangsa yangberbeda. Namun tekad yang pernah dicetuskan dalam Sum-pah Pemuda 1928 serta semangat kemerdekaan 1945 telahberhasil menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut sehinggadarihari ke hari rasa kebangsaan tersebut makin kuat. Namunsuatu kesatuan budaya yang tuntas utuh masih memerlukanperjalanan panjang.

2. Struktur Sosial yang Baru Setelah Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan bangsa kita telah memilih bentukrepublik bersifat demokratis. Ditilik secara historis maka ben-

20

tuk tatanan republik yang demokratis, adalah suatu hal yangsama sekali baru bagi bangsa Indonesia. Sejarah Indonesiasebelumnya hanya mengenal bentuk tatanan kerajaan yang

otokratis, lengkap dengan perangkat feodalnya. Oleh karenaitu mudah dimengerti bahwa banyak terjadi kekikukan dankesalahpahaman mengenai arti kaidah-kaidah kehidupan yang

baru ini. Banyak norma kehidupan sehari-hari harus ditukardengan yang baru. Terjadi kekacauan norma selama normabaru yang diterima semua pihak belum tercipta. Timbulkeracunan budaya.Beberapa contoh dapat kita sebutkan antara lain:

Di Bidang Sosial PolitikMisalnya tentang pengertian 'oposisi'. Pihak yang satu

menganggap bahwa oposisi itu adalah hal yang wajar dalamkehidupan demokrasi, bahkan itu adalah hal yang wajar dalamkehidupan demokrasi, bahkan mutlak diperlukan. Sementarapihak lainnya, karena masih terbiasa berpikir dalam polaotokratis berpandangan bahwa oposisi adalah ketidakpatuhanyang mendorong kewibawaan penguasa dan merupakan bibitpemberontakan, oleh karenanya perlu segera ditumpas sebelumterlambat. Soal lain menyangkut hubungan antara agama dannegara. Apakah negara perlu (berhak) mencampuri masalahagama? atau sebaliknya yaitu agama mencampuri masalahnegara? Secara undang-undang hal ini mungkin cukup jelastapi hal ini tidak berarti cukup jelas diterima oleh seluruhmasyarakat. Salah satu latar belakangnya adalah kebiasaan,dahulu seorang raja selain sebagai pemimpin eksekutif adalahjuga 'pendita' (pemimpin agama), bahkan bisa bergelar Sayid-din Panatagama (orang suci pembina agama) seperti diYogyakarta.Contoh soal lain lagi, menyangkut kepemerintahan.Masalahnya, pemerintah itu adalah penguasa (the ruler)ataupamong (public servont)? Secara undang-undang jelas bahwaperan pemerintah lebih ditekankan sebagai pamong. Tapi

lt

Page 19: Jati Diri Arsitektur Indonesia

-

masyarakat hanyak masih terbiasa memandang pemerintah

sebagai penguasa sebagaimana di zaman kerajaan. Terlebih-lebih di kalangan aparat pemerintah pun banyak yang sadar

ataupun tidak, bertindak lebih menyerupai penguasa.

Dalam Kehidupan Ekonami

Masih menjadi persoalan apakah mengusahakan untungyang sebesar-besarnya itu sikap yang benar atau tidak?Masalahnya bukan soal hukurn, tidak dilarang, melainkansecara etika normatif . Masyarakat masih menganggap

mengusahakan untung sebesar nluttgkin itu berarti tamak,rakus dan bukan tindakan yang patut dipuji sebagai ekonomirasional. Sulitriya, sampai kini belum didapat kesepakatanberapa batas keuntungan yang dianggap wajar.

Dalam Stratifikasi Sosial

Bagaimanakah stratifikasi sosial di dalam pola republik?Mana yang lebih tinggi antara keturunan bangsawan, ulama,pejabat pemerintah, perwira, politisi, orang yang dituakan,cerdik cendekiawan, dan kaum hartawan? Bila iniditanyakanmaka kita akan mendapat j4waban yang berbeda-beda yang

membuktikan belum adanya suatu kesatuan norma di antarakita.

Bila contoh-contoh itu kita kaji secara lebih mendalammaka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya akar pan-

dangan filosofislah yang menciptakan perbedaan-perbedaan

tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan bila dalamkehidupan sehari-hari kita seringkali bingung menghadapi

situasi tertentu. Lain daripada itu kita sebagai bangsa yang

baru berkembang, sebagaimana bangsa lainnya yang setaraf,dihantui oleh perasaan terbelakang dibandingkan dengan

bangsa-bangsa lain yang telah maju. Oleh karenanya kitamerasa terdorong untuk mengejar ketinggalan itu. Untuk itukita umumnya berpendapat bahwa jawabannya terletak pada

22

kunci mukjizat yang disebut modernisasi. Kita harus memoder-nisasikan segala hal agar bisa mengejar ketinggalan kita. Makadipaculah gerakan modernisasi yang berintikan meningkatkanteknologi dan pembangunan ekonomi. Maka didengungkanlahnilai-nilai baru yang akan dipakai mengukur keberhasilan dan

keluhuran manusia modern. Manusia yang baik kini bukanlagi yang saleh, rendah hati, sopan santun, tahu diri,sederhana, dan lain sebagainya melainkan yang pragmatis,efisien, produktif, ambisius, agresif, dan lain sebagainya.Perubahan ini betul-betul menjungkir-balikkan tata nilai yang

lama. Dan siapa tidak cepat turut bergerak, akan ketinggalandan terlindas. Tapi, belum lagi seluruh barisan rnulai trergerak

tiba-tiba barisan terdepan terperangah. Tiba-tiba gambaranmasyarakat modern yang dicita-citakan tidak lagi secemerlanggambaran semula. Dan sekali lagi gerakan pertumbuhanbangsa menghadapi masalah besar yang ketiga.

3" Krlsls Perkembangrn Budaya Dunia

Perkembangan kebudayaan negara rnaju dalam kurun dandasawarsa terakhir menunjukkan gejala-gejala yang mem-prihatinkan. Berbagai tatanan mudern yang sernula."lianggapmukjizat ternyata mengandung hibit-bibit penyakit yang amatmembahayakan kehidupan manusia, bahkan juga planet bumiini. Industri yang sangat maju ternyata telah melahirkanpencemaran lingkungan, yang mengganggu kelestarian alam.lndustri telah pula mendorong tingkat konsumsi yang rnelewatibatas wajar yang tertanggungkan oleh suntber daya alam yang

tersedia. Sedangkan teknologi telah mendorong terciptanyasenjata-senjata pernunah, yang maha dahsyat yang denganmudah menghancur leburkan planet bumi dan segenap

kehidupannya dalam tempo sekejap saja" Sernentara itutelah terbukti juga bahwa kemajuan ekonouri dan tingkatkemakmuran tidak dengan ser"rdirinya rneningkatkan rasabahagia dan sejahtera pada manusianya. Tatanan politik danekonomi dunia vang ada di lain pihak telah mendurong ter-

l.l

Page 20: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Fr--

ciptanya jurang pemisah yang makin lebar antara bangsa-bangsa maju dengan yang terbelakang, hal ini mendorongketidak stabilan politik dunia yang pada gilirannya akanmemukul balik negara-negara maju itu juga. Dengankenyataan-kenyataan seperti itu tentu kita harus memper-tanyakan kembali benarkah kita sebagai umat manusia telahmemilih jalan yang tepat untuk mencapai kesejahteraanmanusia dan kelestarian alam kita? Bila tidak, alternatifmanakah yang tersedia untuk dipilih? Dan kita pun harusmemilih, ke arah manakah perjalanan bangsa ini akan menuju?

Bila kita mengamati ketiga kesulitan besar tersebut makadengan mudah kita menyadari besarnya kesulitan budaya yangkita.hadapi. Jadi bila kita ingin membicarakan tentang ciribudaya yang akan kita tetapkan dalam arsitektur kita makakita akan dihadapkan pada serangkaian pertanyaan berikutini. Budaya yang mana yang ingin kita cerminkan? Yang dulupernah kita punyai dan sedang kita ubah ini? Atau yangsekarang, yang masih rancu dan sedang kita pertanyakan kem-bali? Atau yang akan datang yang belum kita ketahuigambarannya?

Ciri Budaya dan ArsitekturBila kita membicarakan ciri budaya dalam arsitektur kita

dapat membicarakan tentang dua seginya yaitu:a. Apa ciri yang ingin diungkapkan.b. Bagaimana ciri itu dapat diungkapkan.

Suatu karya arsitektur hampir selalu, secara disadariataupun tidak, mencerminkan ciri budaya dari kelompokmanusia yang terlibat di dalam proses pcncipraannla.Sekurang-kurangnya akan tercermin di situ tata nilai yangmereka anut. Dengan demikian apabila kita secara cermatmengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat makalambat laun kita pasti dapat mengenali ciri budaya masyarakattersebut. Namun untuk dapat mengenalinya dengan benar-

),1

benar baik kita akan perlu mengenali kondisi lain darimasyarakat tersebut.

Sebagai contoh kita dapat mencoba mengenali gejalabudaya masyarakat kita sendiri dengan mengamati karyaarsitektur di sekeliling kita. Saya akan mengambil kasus kotaJakarta yang cukup saya kenal.

l. Arsitektur Perubahan Elite di Jakarta

Mengamati arsitektur ini cukup relevan karena:

- Jakarta adalah pusat orientasi budaya lndonesia masa kini.

- Golongan elite di Indonesia sangat berperan dalammempengaruhi tata nilai masyarakat karena masih kuat-nya sikap feodal di masyarakat kita.Dari pengamatan perkembangan arsitektur sektor initerasa adanya alur kecenderungan tertentu yaitu:

* Perubahan mode bentuk yang relatif cepat/sering.Hal ini menunjukkan belum mantapnya kedudukan suatuungkapan arsitektonis tertentu yang 'pas' dengan hasratdan keinginan golongan elite tersebut. Dengan perkataanlain mereka masih mencari-cari ungkapan yang dirasakantepat.

* Sikap individualistik secara konsisten tetap ber_tahan. Hal ini tercermin dari bentuk disain yang sangatmengabaikan keadaan lingkungan sekitarnya. Hal inimencerminkan tiadanya rasa solidaritas dengan masyarakatsekelilingnya. Terungkap juga pemahamannya terhadapkemerdekaan dan haknya sebagai individu yang merdeki.* Penonjolan kemewahan kini dibarengi juga olehpenonjolan ciri aristokratis. Hal ini mengungkapkanadanya kebutuhan kuat untuk menciptakan atribut statussosial. Demikian kuatnya kebutuhan atribut ini sehinggaterasa fungsi utama rumah sudah tergeser bukan lagisebagai gua garba keluarga (fungsi primer) tetapi lebihsebagai aktualisasi diri (fungsi sekunder).

l5

Page 21: Jati Diri Arsitektur Indonesia

a

\ClL

-raa)

\'too

.r<q)

o.

!q

Gejala-gejala budaya tersebut memang makin terasa kokohdi masyarakat kota Jakarta bila kita mengamati pula bentukkehidupan lainnya. Bila kemudian kita amati perumahangolongan yang lebih rendah di daerah pelosok kota atau di

kampung-kampung maka kita melihat juga imitasi mode

tersebut dalam skala mini atau terbatas. Gejala ini mencer-minkan tingkat kesadaran dari masyarakat golongn bawahbahwa mereka mempunyai hak untuk berbuat yang sama

dengan golongan atas. Suatu hal yang tabu dilakukan dimasalalu.

2. Arsitektur Perkotrsn

Pada gedung-gedung perkotaan yang disewakan (komer-sial) kita akan menemukan gejala yang agak berbeda. Gedung-gedung tersebut umumnya dibangun dengan penekanan yang

kuat dalam ciri prestise. Atribut yang biasanya dikenakanbukan saja kemewahan tapi juga atribut ke-internasional-an,ke-modern-an dan teknologi tinggi. Pada hal gaya internasionaljet-set ini telah mereka tinggalkan untuk bentuk rumah ting-gal mereka. Nampaknya ada gejala penerapan standar ganda

bagi mereka yaitu di kantor bercitra modern-ftrgh technologytapi di rumah bercitra aristokratis"

Pada gedung-gedung perkantoran pemerintah terdapat ciriyang berbeda. Kemewahan tidak terasa menonjol, meskipundi sana sini terlihat adanya keinginan untuk itu (tapi terhalangbiaya), tapi sering terasa adanya keinginan kuat untuk menam-pilkan citra wibawa. Hal ini tercermin dari bentuk yang

simetris, tempat masuk utama yang ingin megah atau pen-jagaan yang ditonjolkan. Gejala lain yang sering terasa

menyolok adalah penyediaan fasilitas yang menyolok berbeda

antara pejabat tinggi dengan segenap bawahannya.Selain itu fasilitas yang disediakan untuk publik selalu

sangat minim, terbatas pada lobby di tempat masuk utama

dan di lorong-lorong. Gejala-gejala tersebut mengungkapkansikap aparat pemerintahan yang berorientasi pada status

)7

Page 22: Jati Diri Arsitektur Indonesia

v

penguasa dan adanya sikap yang feodalistik antara atasan danbawahan.

3. Bangunan-bangunan Fasilitas Umum

Pada bangunan-bangunan sekolah umum selalu menim-bulkan kesan seadanya. seolah-olah yang penting ada ruangantertutup. Susunan ruang dan pengaturan dalam kelas tidakmenunjukkan adanya perbedaan dengan sekolah yangdibangun 40-50 tahun yang lalu. Sebaliknya pada bangunan-bangunan sekolah yang bersifat khusus (biasanya sekolah per-cobaan seperti STM pembangunan dan lain sebagainya) terasaadanya usaha agak berlebihan untuk menunjukkan bahwa'yang ini memang lain'. Gejala ini mengungkapkan sikap danpandangan kurang serius terhadap pendidikan dan sikapingin memaksakan kesan sukses pada proyek-proyekpercobaan.

4. Pengamatan Segi Mutu Pengerjaan

Bila kita mengamati segi mutu pengerjaan maka kitatemukan bahwa dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulumaka keterampilan pengerjaan telah meningkat. Hal inimengungkapkan adanya gairah dan kemauan untuk menum-buhkan sikap profesionalisme di kalangan pekerja. Dari ber-bagai contoh di atas kiranya jelas bagaimana berbagai ciritatanilai budaya suatu masyarakat dapat tercermin (dicer-minkan) dalam masyarakat.

Penutup

Kembali pada pertanyaan pokok temu karya ini makajelaslah bahwa yang menjadi masalah sesungguhnya bukanlah'bagaimana menerapkan ciri budaya yang tepat dalam ar-sitektur?' Masalah utamanya justru pada 'ciri budaya apa yangingin kita cirikan di dalam arsitektur kita?' dan jawabanuntuk itu tidak terletak pada pundak arsitek semata-mata

28

karena ruang lingkupnya yang sangat luas' Dan dalam proses

p.-U.n,"f.ui t .UuOuvaan ini arsitek- dapat turut berperan'

Untut ini pertama-tama perlu ditegaskan sikap dasar tentang

peran arsiiek yaitu mengikuti arus kebudayaan atau menclp-

iatan arus kebudayaan- Pilihan yang terakhir adalah pilihan

yang berat karena selain sukar memerankannya pun mengan-

iutl Uunyuk risiko terutama bila berusaha menentang arus'

Kesulitan yang pertama adalah menentukan sendiri bagaimana

tata nilai dan bentuk kebudayaan yang diyakini baik, untuk

t*gru ini. Selanjutnya ia harus berusaha memanfaatkan setiap

kesempatan yung udu untuk menyadarkan dan meyakinkan

masyarakat bahwa tata nilai itulah yang baik dan benar' Upaya

ini adalah suatu upaya yang luhur tapi berskala raksasa'

Arsitek secara p..or"ngun mustahil dapat memerankan dengan

baik. Ia harus ditunjang oleh suatu organisasi dan media masa

vurg Uitu efektif menjangkau masyarakat luas' f)apatkah

lrginisasi para arsitek menialankan perannya?

l()

Page 23: Jati Diri Arsitektur Indonesia

I.4. MEMAHAMI ARSITEKTUR TRADISIONALDENGAN PF,NDEKATAN TIPOLOGIOleh: Ir. Budi A. Sukada, Grand.Hond, Dipl. (AA)

Tipologi berarti ilmu yang mempelajari segala sesuatu yangberkenaan dengan tipe. Arti kata ;tipe" sendiri diambil darikata "typos" (bahasa yunani) ying berarti: ,,the rooto!. ". Untuk dapat membahas tipofogi secara tuntas, perludikemukakan dahulu pengertian yang teikandung dalam kataarsitetur", karena demikian banyaknya pengertian yangdimiliki oleh kata itu dewasa ini.

. ',r Secara tipologis, yang dimaksudkan dengan ,,arsitektur,,ialah aktifitas yang menghasilkan objek tertentu, yang disebut"objek arsitektural". Dengan begitu tipologi derusahamenelusuri asal-usul/awal mula terbentuknvu oUj.t_oUj.larsitektural. Untuk itu, ada 3 tahapan yang harus dit.*put,yaitu:l ' Menentukan tJbentuk-bentuk dasar" (formar structures)

yang ada di dalam tiap objek arsirektural2' Menentukan "sifat-sifat dasar" (properties) yang dimilikioleh setiap objek arsitektural, berdasarkan bentuk dasa.yang ada padanya.

3. Mempelajari proses perkembangan bentuk dasar tersebutsampai kepada perwujudannya saat ini.Yang dimaksudkan dengan "bentuk dasar,, ialah unsur-

unsur geometris utama: segi tiga, segi empat, lingkaran, danglips; beritut segala variasi niasing-_masing unsur t..r.Urt.Unsur geometris utama ini serinlkafi ai"seUui ,,i.",n.r.iabstrak" atau disebut juga ',dee-per gro*iiy,,. ";i;;;;,"abstrak " karena unsur-unsur ini lebih,-.;;;;ir-dfi;keadaan tidak terwujud secara nyata di da-lam

"U:.f. ,"r;diamati, melainkan hanya terindiiasikan saja. seuuatr ataiberbentuk pelana misalnya,.bisa dianggap terdiri dari beberaflunsur segi tiga yang dibariskan.

30

g

Yang dimaksudkan dengan "sifat dasar" ialah hal-hal(.1'ealures) seperti: memusat, memencar, simetris, statis, sen-

tris, dan sebagainya. Beberapa sifat dasar ini sudah menjadirnilik beberapa bentuk clasar tertetttu dengan sendirinya (in-herent). Misalnya, sebuah bujur sangkar mempunyai sifStdasar "statis", sedangkan sebuah lingkaran mempunyai sifatdasar "memusat". Akan tetapi, beberapa bujur samgkar atau

lingkaran yang digabungkan belum tentu rnempunyai sifatdasar itu lagi. Demikian pula halnya bila beberapa bentukdasar yang berlainan digabungkan menjadi satu bentuk dasar

baru.Sebagai sebuah objek arsitektural, terdapat dua pendapat

vans berbeda mengenai asal-usul arsitektur. Pendapat yang

ir. i"ieruentut pada saat

manusia berhasil mewujudkan kehadiran Tuhan di dunia. Atas

dasar anggapan tersebut, objek arsitektural yang pertama didunia adalah bentukan/konstruksi yang berfungsi sebagai tem-pat pemujaan. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa ar-sitektur terbentuk pada saat manusia sadil akan kehadiran-nya di dunia dan mulai terarah pada lingkungannya. Atas dasar

hal tersebut, objek argjlektu1 yang.,pertaml. di dunia adalahbentu kan/ koriiliu'ksi iang trsitnngsi sebagai tempat pemuj aan.

Pendapat yang kedua mengalakan "ba!.ryva arpljekt"q1 terben-tuk pada saat manusia sadar akan kehadirannya di dunia danmulai terarah pada lingkungannya. Atas dasar hal tersebut,objek arsitektural yang pertama di dunia adalah bentukan-bentukan yang berfungsi sebagai hunian/tempat tinggalprimitif (primitive hut).

Dewasa ini, pengaruh kedua pendapat di atas masih dapatdirasakan. Pendapat yang pertama menghasilkan keyakinanbahwa yang pantas disebut sebagai karya arsitektur adalahkarya-karya yang monumental sifatnya dan diperuntukkanbagi kepentingan umum, Contoh: Nikr:rlaus Pevsner. dalambuku ",4n Outline of Europeon Architecture" (i 974) berpen-dapat sebagai berikut:

rl

Page 24: Jati Diri Arsitektur Indonesia

il*Im rillil

'E*iiiDlllttii l l lll

-r,

!r, * iil *'"'ll*![t! r&r: T.e.tI

tf,

-o

\cq,)

Bc

*a

a"

^\<e)

v

"Gudang sepedo adalah sebush bqngunqn; kotedral Lincoln' sdaloh sebuoh karyo orsitektur. Apapun yang membentuk

ruang dalam skalo yang cukup bogi monusio untuk bergerak

di dolamnya sdoloh sebuah bqngunqn; istiloh ursitektur \/hanya berloku bagi bongunan-bangunon yong dirancong

dengan tuiuan estelis". t )

Pada abad ke-18 dan 19, sebutan "estetis" hanya ditujukanpada bangunan-bangunan monumental dan umum saja.

Memang itulah yang ditampilkan oleh Pevsner dalam uraian-nya. Pengaruh pandangan ini terasa juga di Indonesia. Matakuliah Sejarah Arsitektur misalnya, penuh berisikan materimengenai bangunan-bangunan monumental saja.Di pihak lain, pendapat yang kedua menghasilkan pendapatyang percaya bahwa setiap bangunan, apa pun fungsinya dan

bagaimanapun penampilannya, harus disebut sebagai karyaarsitektur; bahkan apabila didirikan bukan oleh seorang

arsitek.Mengenai arsitektur sebagai sebuah objek pun terdapat dua

pendapat yang berbeda. Pendapat yang pertama mengatakanbahwa objek arsitektural itu unik dan orisinal sifatnya. Setiap

objek arsitektural merupakan ekspresi dari apa yang dipikirkanoleh pembuatnya, sehingga seharusnya tidak mungkin ada duaobjek arsitektural yang persis sama, sekalipun dibuat olehorang yang sama. Pendapat ini masih berpengaJqb*gUlfisekarang. Perhartikan pendapat prefeso(.P4.mrrano Atmadiberikut ini:

"Psdq dasarnya orsileklur selalu ingin menyampaikanpeson, honya karena peson itu tidok tertulis maka pesan tadidapar saja diartikan berbedo dori yang, dimaksudkan. Selain "i ,'ilu peson yang diharopkan dupal dctn hampir selalu diar-tikqn lain oleh seseorqng yong men<'r.tba membaca pesan

l. PEVSNER, Nikolaus -AN OUTLINE OF EUROPEAN ARCHITECTURE-England: 1974, hal. l5

1.1

Page 25: Jati Diri Arsitektur Indonesia

tersebut. Apuktgi bilo pengamaton dilokukqn dengon selisih

wak.tu yong cukup luml".2)

Menurut beliau, hal itu disebabkan karena:

". . . tumbuhnyo pondongan dsn nilai boru yang tidak honya

berbeda tetopi iuga dopot bertolok belakong dengan yang

lqmq".3)

Pendapat profesor Parmono di atas berasal dari salah satuaktifitas bidang Linguistik yang disebut "Semiologi".Semiologi berusah a meli h at balqqseba_g" 1! sAlqa komuni kasi .

Dalam halinimanusia dilihat sebagai makhluk bersimbol, yangberkomunikasi dengan sesamanya dengan tanda-tanda yangmengisyaratkan/ditujukan pada suatu arti atau maksud ter-tentu. Oleh karena itu, bahasa yang kita pakai sehari-haridipelajari dalam Semiologi dengan jalan menguraikannya men-jadi sebuah sistem tanda-tanda. Melalui pendekatan ini pro-ses pembentukan pengertian tentang apa pun diharapkan dapatditelusuri. Baik simbol maupun tanda (sign) diyakini bersifatuniversal, sehingga proses yang terjadi dalam pembentukansebuah bahasa terjadi juga pada hal lainnya, antara lain padaarsitektur. Elemen-elemen tektonis pembentukan sebuahobjek arsitektural disamakan dengan kata-kata, sedangkanobjek arsitekturalnya sendiri disamakan dengan sebuahkalimat. Kita tahu bahwa dalam prakteknya tiap orang mem-punyai cara masing-masing dalam bercakap-cakap. Arsitekturpun diperlakukan seperti itu. Setiap pembuat objek arsitekturaldianggap mempunyai cara masing-masing dalam pengolahan-nya agar objek yang dihasilkannya komunikatif. Dengandemikian setiap objek arsitektural adalah khas milik pembuat-nya (dalam pengertian: hanya mewakili si pembuatnya). Setiapobjek arsitektural unik dan orisinal karena hanya mem-bawakan pesan dari pembuatnya.

Parmono Atmadi -APA YANG TERJADI PADA ARSITEKTUR JAWA?-Yogyakarta: 1984, hal. 3

idem

Pendapat yang kedua justru mengatakan yang sebaliknya.Menurut pendapat ini, objek-objek arsitektural mempunyainilai yang sama dengan objek lain yang dihasilkan dari sebuahaktivitas yang bersifat repetitif (berulang kali). Bukan hanyaitu. Objek arsitektural justru sengaja dibuat agar untukseterusnya dapat diulangi lagi. Dengan perkataan lain, objekarsitektural bukan saja menghasilkan sebuah pengulanganmelainkan juga dihasilkan dari sebuah pengulangan.Atas dasar pandangan seperti itu, seseorang yang akan mem-buat objek arsitektural dianggap hanya mempunyai satupegangan, yaitu "bentuk-bentuk dasar" beserta "sifat-sifatdasar"-nya. Kemampuan yang dimilikinya hanyalah keteram-pilan melakukan klasifikasi, yaitu membeda-bedakan pelbagaibentuk dasar dan mencirikan sifat dasar masing-masing. Diabisa saja mOlakukan transformasi, modifikasi, atau imitasibentuk-bentuk dasar, akan tetapi hal itu bisa saja dilakukansetelah dia menetapkan satu bentuk dasar atau satu peng-gabungan bentuk-bentuk dasar pilihannya. Itulah sebabnya,orang lain akan dapat meniru apa yang dilakukannya denganmudah, segera setelah berhasil menelusuri bentuk dasar ataugabungan bentuk-bentuk dasar asli pilihan orang pertama tadi.

Sering timbul anggapan bahwa pendapat ini merupakanembrio dari konsep produksi arsitektur secara massal. Haltersebut tidak seluruhnya benar, walaupun memangmerupakan satu dari beberapa konsekuensi yang timbul.Sebenarnya tidak mudah meniru objek arsitektural hasil karyaseseorang, karena menelusuri bentuk-bentuk dasar asli tidakdapat dilakukan dengan mudah.Tulisan di atas memperlihatkan bahwa pengertian ,'karakter',tidak dihubungkan dengan pembuatnya, melainkan dengan ob-jeknya sendiri, dengan pengaturan di dalam objek itu sendiri.Si pembuat objek tidak punya andil sedikitpun dalam objekyang dibuatnya, dan tiap objek arsitektural telah mengandungsesuatu yang sudah ada dengan sendirinya bahkan sebelumdisentuh oleh tangan si pembuatnya.

1

3.

34 3s

Page 26: Jati Diri Arsitektur Indonesia

ffinro

Kombinasi dan kompos,r, r.3iT"1T.,1,, n ouru. (J. N. L. D,RAND)o, u l,tit"tlli;;.

t ersebu t di koreksi oI eh euarremere de euincy

o;,"*, i'ff rllli,.?,: : 1' n on pada pri ns i pnya horus b isa

r i pe n i t ii n ia' ri r' J!: " "' .m e t a t u i pe m, r, i i n, y ), i

" 6iii1

s e d e k a r ; ; ; r; ; ;A : rr; : :, :i:i; f , ; ;: r: o, ; o "i i,,i,, i, ituk memberi ,"i;d,:,'::':t.:,: ot.to mereka berharop in_b,;;s;;;:;'Y;;' PhYsiognomt" indi,idrr, orJr',ii,

Perhatikan bahwa r

lm:,,'r:n::, $;):"r,,,f":flffiT::jffil##4.

lloNIo, Raphaet _oNJemlnar on Typology.,,

36

,Lf^il?,ll; f{{Tlil ii;Summer r e78 : dari

5. idem

5t

,tda cara untuk menafsirkan objek-objek arsitektural dengan

lalan mengidentikkannya dengan suatu objek ragawi ter-entu, yang selanjutnya akan menghasilkan sebuah citraertentu pula. Contoh: sebuah kolom mengekspresikanekuatan karena berfungsi menahan berat atap atau bangunan-

rrya sekaligus (bila berlantai banyak). Kekuatan identik dengan

kejantanan atau keperkasaan seorang pria. Itulah sebabnyascbuah kolom harus berdimensi besar, tidak berukir ataurrkirannya seminimal mungkin, dan di bagian atasnya mem-

lrunyai profil yang ditransformasikan dari profil seorang pria.l)i kemudian hari, konsep "physiognomy" ini mengakibatkanripologi dilihat sebagai sebuah aktivitas pengelompokan ber-dasarkan langgam (style). Itu disebabkan oleh pernyataande Quincy berikutnya, bahwa tiap objek mempunyai tipenyarnasing-masing berdasarkan fungsi objek-objek tersebut dankebiasaan masyarakat dalam memakai objek-objek itu.Dengan demikian muncul penambahan aspek baru, yaituselera, yang dianggap sebagai faktor penggerak utama darimunculnyasebuah langgam tertentu.

Dipakainya langgam sebagai kriteria klasifikasi tipologisjuga dirangsang oleh pemikiran yang diajukan oleh Jean-Nicolas-Louis Durand, profesor arsitektur di Ecole Poly-technique, pada tahun 1795. Dikatakan oleh Durand:

". . . dalam bidang literstur misalnyo, seseorang selalu mulsidengan elemen pembahason. Bila paro siswa menerimousulan metode ini, mereka akan terbioso dengan bentuk-bentuk dan proporsi elemen-elemennyo, dan terlebih logidengan pelbagoi kombinusi dari elemen-elemen yang sams.

Setelqh itu, ketika mereko sendiri membuat sebuah kom'posisi, mereka akan mampu memilih dengon tepat bentuk'bentuk, proporsi dan kombinosi yong paling cocok dengonkebutuhannya; don akhirnya, dengon usahq sertq keria yong

lebih ringan mereks akan mampu menciptakan karya-korya yang bisu lebih memuaskan selera dqn masuk akal".5)

Page 27: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Tidak seluruh pendapat di atas termasuk dalam aktivitasbidang tipologi. Bidang ini dibangun atas dasar pendapat yangmengatakan bahvra "primitive hul" merupakan awal objekarsitektural pada prinsipnya bersifat "repetitif"; atau sepertiyang dikatakan olehlRap[aai]\fon&

lsebagai berikur :

"setora sederhana, tipotogi rtapat didefinisikqn sebuguisebuah konsep .yang mendeskripsikan sebuoh kelompok oltjek atas dasar kesumaan kar(tkter bentuk-bentuk dssarn.y'u.Padq dssarn.va tipologi berlandaskan poda kemungkinunmengelompokkan beberapo objek karenq mempunyai kcsu-rnaon sifat-si-fut dasar. Bahksn bisu juga dikataksn buhwutipologi berqrti tittdskan berpikir clolam kerungku

.) PengelomPoksn".6)

./Atas dasar itu, pengertian "arsitektur"". sebuah cara membuqt elemen-elemen tipologi -.yuitu idemengenai sebuuh struktur benluk- mencupoi keadaon .yunq bi.samencirikan karya yang utuh".7)

Pelbagai TafsiranMudah diduga bahwa pendekatan tipologis ini akan meng-

undang pelbagai tafsiran, baik yang tepat maupun tidak, ka-rena penekanannya yang diletakkan pada "karakter" sebagaifungsi klasil'ikasi. Masalah ini bahkan telah berlangsung se-jak dua abad yang lalu, pada saat istilah "tipe" dituliskanuntuk pertama kalinya oleh Quatremere dc Quincy pada tahun1788 dalam buku Ensiklopedi yang pertama di dunia.

Pengertian "karakler" ditulis pertama kalinya olehJacques-Francoise Blondel pada tahun l77l dcnganmenyatakan bahwa:

'7.

VIDLER, Anthony -A NOTE ON THE IDEA OF TYPEdalam: A. Henry - The Building oJ a Club, Princeton:Typology", op.cit. hal.23.idem, hal. 26

38 -19

<

i<-:tr z rt c

-: -aI

t$

P]f1J ^rrtf Cr-9!*+ ,E sl/--(3-\

I

F i:ilii+,.,,q:d*>

c-

t-

\(\-\

lrt

/

IN ARCHITECTL,IRE-1976; dari "Seminar orr Gambar 2

PRIMITM HUT: awal objek arsitektural

Page 28: Jati Diri Arsitektur Indonesia

". . . segenap hosil korya yong digolongkan harus mencer'minkan tujuan spesdiknya mosing-mosing, semuanya harusmemiliki sebuqh korokter yang menenlukon bentukkeseluruhannya, don menghadirkun bangunon lersebut apo

adanYa".8l

Gambar 3

Physiognomy

Tipologi sering juga disalahtafsirkan sebagai sebuah caramelakukan klasifikasi atas dasar kriteria "model", atau denganperkataan lain, "tipe" itu identik dengan "model". Masalahini sudah ada sejak tipologi dibahas untuk pertama kalinya,dan diketahuijuga oleh Quatremere de Quincy. Sebagai con-toh, dianrbil masalah atap bangunan, Dikatakannya:

"Sebuah 'pediment' tidok lagi dilihot sebogai represenlasisebuqh otap, kebetulsn karens bentuknyo yang segi tigo,maka sebush atop odoloh sebush segi tiga misterius, sesuolttyong melombongkon keobodion ".9 )

Dengan mengambil contoh mengenai atap bangunan, de

Quincy menyerang mereka yang rnelihat dulu apakah objektersebut telah mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar

8. idem, hal. 27

9. VIDLER, Anthony -Tt{E IDEA OF A TYPE: THE TRANSFORMATIONOIi THE ACADEMIC IDEAL, 1750-1830- Oppositions, Spring 1977: dari"Semitrar on Typology", op.cit. hal. 70.

40 ' : ' ..

dapat diperlakukan sebagai sebuah ,,bentuk dasar,l Dalamcontoh yang diberikannya, sebuah ,,pediment,,

dianggapsebagai model yang menyebabkan atap bangunan diidentit<_kan dengan sebuah segi tiga.

Pelbagai tafsiran yang memunculkan pelbagai aspek barudalam bidang tipologi seberulnya disebabkan oieh pengertianyang terkandung dalam masing-masing aspek, yung -..ungberkaitan satu sama lain. Dalam bahasa Inggris, kata-kata:tipe, model, dan langgam didefinisikan sebagai berikut:- tipe : seseorang, sesuatu, peristiwa, dan sebagai_

nya, yang dianggap sebagai sebuah contohdari satu kelas atau kelompok tertentu

_;;J*ff. dianggap mempunyai kesamaan

- model : representasi dalam tiga dimensi claristruktur atau langgam sebuah struktur. . . untuk dibuat kembali dengan bahanlain atau yang cliusulkan untukditiru.

- langgam : cara berbicara, menulis, atau melakukansesuatu; sebuah karakter yang bersifatkolektif; sebuah rumus deskriptif; jenis,ragam, terutama yang berhubungandengan caranya ditampilkan.ro;

Baik "tipe" maupun "langgam,, menyinggung hal yang sama,yaitu: kesamaan karakter yang bersifat mengelompot<ztotet<tir,sedangkan "model" justru berusaha melakukan imitasi atas"langgam". Akan tetapi, pada pemakaian tertentu, ',model,,mempunyaipengertian yang sama dengan "tipe,, karena sama_sama berhubungan dengan masalah representasi.

Tipologi memakai ketiga kata tersebut dalam ruang lingkupberlainan, yaitu dikaitkan langsung dengan "bentuk-beniuki,

10. THE CONCISE OXFORD DICTIONARy, Oxford University

ilro^* JAw^ ltMuBPUKI'iJS-'',{1 \i

lUM,'U;r('r\N 'fl J'l

JL. i'vtlr" U 'l-t

$

Page 29: Jati Diri Arsitektur Indonesia

lT

dan "sifat-sifat dasar" sebuah objek arsitektural' Oleh karena

itu, ketiganya harus dilihat secara konsepsional saja, tidak

boleh dikaitkan dengan sebuah wujud fisik tertentu. Dengan

demikian, yang dimaksudkan dengan "model" dalam analisis

tipologi iaiah-sebuah bentuk dasar geometris yang dipilih

r.Uugui sumber ideal bagi pembentukan sebuah objek ar-

sitektural tertentu, sedangkan langgam, adalah ciri khas yang

timbul dalam penampilan sebuah objek arsitektural yang

dibuat, sebagai akibat dari dipilihnya sebuah bentuk dasar

tertentu untuk dijadikan sebuah model ideal'

Seluruhuraiandiatasbarumeliputiduatahapanpertamayang dilakukan dalam tipologi' Pada tahap yang terakhir'

ilpotogi memakai metode yang biasa dilakukan dalam bidang

,.1u.uh, setiap objek arsitektural dipelajari perkembangannya

dengan mengikutsertakan aspek kebudayaan manusia'

khuiusnya yang berkaitan dengan caralteknik mendirikan

bangunan. Melalui tahapan terakhir inilah tipologi dikem-

banlkan bukan hanya sebagai aktifitas teoretis belaka

melainkan juga sebagai aktifitas praktis, sebagai alat peren-

cana dan perancangan.Bila sejarah arsitektur Barat kita lihat dalam ruang lingkup

ideologinya, maka tipologi ini termasuk dalam kelompok

Rasionalisme. Paham pemikiran tersebut dipelopori oleh Marc-

Antoine Laugier melalui karya tulisnya berjudul "Essai sur

l'architecture" (1753). Dialah yang menyatakan bahwa ar-

sitektur berawal dari sebuah "primitive hut", yang terdiri dari

4 buah batang kayu vertikal membentuk sebuah segi empat'

yang dihubungkan satu sama lain oleh 4 batang kayu horisontal

di bagian atasnya. Batang-batang kayu horisontal tersebut

sekalilus menjadi dasar lantai hunian manusia primitif'

Konstruksi ini menjadi bagian pertama dari hunian primitif.

Bagian kedua berupa empat batang kayu lain yang disusun

,n*;uAiduabuahsegitiga,yangdipasangdiduasisiterjauhdaritidang lantai dan dihubungkan satu sama lain oleh sebuah

batang kayu berikutnya yang dipasang horisontal' Bagian ke

42

dua inilah yang akan membentuk atap bangunan, setelah diberiranting dan ditutupi dengan dedaunan.

Dengan demikian, sebuah objek arsitektural pada prinsip-nya hanya mempunyai dua bagian utama, yaitu: kolom-kolom"free standing" dan bidang atap. lnilah elemen-elemen dasararsitektur Rasional. Di luar elemen-elemen ini, semuanya harusdianggap berfungsi sekunder. Melalui logika seperti itu,dinding-dinding pembentuk ruangan yang muncul dalamperkembangan selanjutnya, tidak boleh dilihat sebagai pemikulbeban bangunan karena hal itu akhn melanggar prinsip dasaryang telah ditentukan. Dinding maupun elemen lainnya yangmuncul kemudian harus dilihat'sebagai elemen pengisi sajasehingga logikanya, elemen-elemen tersebut harus bisa dicopotuntuk dipindahkan sesuka hati atau sesuai dengan kebutuhanpenghuninya. Seperti inilah perancangan yang rasional itu,yang sbkarang telah berkembang demikian jauhnya mer{adiproduksi massal (rasionalisasi seluruh elemen bangunan melaluiteknik pabrikasi), efisiensi dan ekonomisasi bangunan, moder-nisasi bahan bangunan, standardisasi, dan pelbagai penemuanlainnya dalam bidang arsitektur modern.

Arsitektur Tradisional Indonesia

Isu terbesar di kalangan arsitek Indonesia dewasa ini ialahbagaimana caranya ynenciptakan karya yang memberi citraIndonesia, dan di mana-mana sumber-sumber inspirasinya bisaditemukan. Pandapat umum yang beredar mengatakan bahwajawabnya harus dicari dalam arsitektur tradisional Indonesiasendiri. Yang dianggap Sebagai penghalang ialah pranatailmiahnya, yang dirasakan belum memadai (Djauhari S., 1984)ditambah dengan definisi arsitektur itu sendiri yang masihbelum disepakati oleh semua pihak.

Ide tentang suatu keputusan bersama memang sangat baik,karena dengan demikian semua pihak yang terlibat merasa puas

dan terikat untuk mengamalkannya. Akan tetapi, arsitekturadalah sebuah ilmu. Seperti juga ilmu lainnya, arsitektur dapat

43

Page 30: Jati Diri Arsitektur Indonesia

F

I

l

il

dan harus diperdebatkan tanpa harus menunggu keputusanbersama mengenai definisinya. Uraian ini pun ditulis dengan

sikap serupa, yaitu bahwa arsitektur tradisional lndonesiahanya dapat dimengerti apabila langsung dipelajari, dan dalamhal ini berarti dipelajari secara tipologis. Dengan demikianarsitektur tradisional Indonesia akan dilihat semata-matasebagai objek arsitektural, yang dibentuk oleh unsur-unsurgeometris dasar yang di dalamnya mengandung sifat-sifat dasar

tertentu serta berkembang secara historis menjadi bentuk-bentuk yang kita lihat dewasa ini.

Sebagai langkah pertama, beberapa kutipan berikut iniakan diajukan sebagai bahan perbandingan. Yuswu!!.Salyamengemukakan pendapat sebagai berikut:

". . - arsitektur tidsk dopat dirumuskan dengan ksto-katqtqnpo menyertakon sesuatu yong dinomakon misteri .

Arsitektur berusahs (merupakan usaha) untuk mengge-jalakan atau mewujudkon spa yang dinamakan misteri(mysterium fasciman) itu melalui unsur-unsurnyo (agregat-

agregatnya) . . . srsitektur dopot dikatskan iuga sebagaimodel surgawi (divine model): ado kalonya arsiteklur itu sen-

diril()h mitos . . . Kalsu arsitektur merupokon iembaton yang

menghubungksn msnusia dengan dunia pengalaman donideasi (ideqtion tidsk selolu venerotion), maka sehartunyolohorsitektur bersifot komunikotif . . . Campur tongan arsitekakan terbotss pado penafsiran (buksn hanya pener-jemahan!) ritual penghuni sesuai dengan koidoh-kaidah polo(sistem) ekspresi, sedemikisn agar bentuk dan makna ter-padu odanya. Ini berkaiton dengon paradigma arsitekturyang dianutnla".tt1

Pendapat lain dikemukakan oleh Robi Sularto dan DarmawanPrawirohardjo, yang mengatakan:

ll. Yuswadi Salya -POLITIK ARSITEKTUR INDONESIA:MASA DEPAN"- Yogyakarta: Desember 1982

44

". . jelas ada kecenderungqn masyarakat untuk men-dapatkon kembali miliknya sendiri yang belum postidiketahuinya"t2 )

dan disambung lagi dengan pernyataan sebagai berikut:

"Memandang orsitektur todisional dari benluk luarnyo,sudoh barang tenlu ukon menuntpilkon gombaran dalsmcitrq ke-kini-on kito yong rumit-runyarn, yung musykil-musprq, yong lomban-lumbat dan yang kolot-ngotot,meskipun justru sering hal yang demikion ini digandrungidengon salah mengerti, dan dicemooh tsnpa mengerti".t3)

nl k at al, an l6igb=lis&S;b$o. b ah wa :

"Berbogai arsitektur trqdisional yang teloh melembogadengan montop don utuh, poda umumnya mengandungpengetahuon dan pengertiqn yang songol mendalam dan luasmengenai toto ruong dan wqktu bagi kehidupan manusia didunia dan di qkhirat. Pado dasarnya io memosalahksnbagaimono monusiq menempatkon dirinya dslamlingkungon ke-diri-annya, dalam lingkungan keluarga,lingkungan masyarokat, lingkungan negora, lingkungankehidupon dunio, dan akhirot".ta)

sedangkan arsitektur itu sendiri didefinisikannya sebagai:

". . . perwujudant'pernyotqsn bentuk dqn tutq ruang/waktu darisuatu lingkungon kehidupon yang membudoyu (sedangkan) ar-sitektur maso depan kita tidaklah dopat kito bikin; sr.titektur itudiluhirksn don bukan sekador dibikin".ts)

Darmawan Prawirohardjo dan Robi Sularto -MENUJU ARSITEKTURINDONESIA- Yogyakarta Desember 1982

Robi Sularto -MENUJU ARSITEKTTJR INDONESIA: DALAM KAITAN-NYA DENGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL BAI-I- Cipta, no.64, Xlll1984, hal. 42.

14. idemt5. idem

t2

''TAMASYA KE

45

Page 31: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Akhirnya dipertanyakannya:

"Seberapa lauhkan dunio pendidiksn orsitektur kits telahmampu melihat masoloh orsitektur Indonesiq kecuolitergopoh-gopoh melatih keterampilan profesional? Danseberapa jauhkah kita, para arsitek telqh memberikan sum-bangan ke arah pembentukan ar,siteklur Indonesis ini?".t6)

Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa arsitekturtradisional sulit diteliti karena pranata ilmiahnya kurangmemadai atau bahkan belum ada sama sekali. Pendapat sepertiini sebenarnya berasal dari pendapat yang melihat arsitektursebagai pengetahuan keterampilan, baik bersifat teknis maupunseni. Arsitektur dianggap sebagai keterampilan memadukanmasalah teknis dengan nonteknis. Sumbernya adalah asal kata"arsitektur" itu, yaitu "architecton" (kepala tukang). Penger-tian yang terkandung di dalam kata tersebut memangmenekankan pada keterampilan. Padahal, sudah sejakVitruvius menuliskan pemikirannya ke dalam l0 jilid buku,arsitektur sudah dilihat sebagai ilmu. Sebagai sebuah ilmu,bidang arsitektur sudah sarat dengan catatan-catatan ilmiahsehingga kita tinggal memilih saja yang cocok dengan apayangingin dicapai di Indonesia.

Sebelum sampai pada pembahasan mengenai pendekatantipologi arsitektur tradisional Indonesia, akan digambarkanlebih dulu pelbagai penerapan pendekatan tipologi yangdilakukan di dunia barat sebagai pembanding dari pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para arsitek Indonesiatersebut di atas.

Tipologi Di BaratSejarahwan Anthony Vidler mengatakan bahwa dalam se-

jarahnya, pendekatan tipologis dapat dibagi dalam 3 babakBabak pertama dimulai oleh "ensiklopedis" abad ke-19,

16. idem

46

dengan tokoh utamanya Marc-Antoine (Abbe) Laugier. Sepertitelah diuraikan terdahulu, sumber acuannya ialah sebuahstruktur yang disebut "primitive hut,,. Di antara kelompokini, yang pemikirannya paling mempengar.uhi babak berikut_nya ialah Jean-Nicolas-Louis Durand (1760_1g34), dalam karyatulisnya: "summary of Lectures git,en at Ecole polytechni_que" (1802-1805). Buku itu berisi kumpulan gambar pelbagaibangunan dari pelbagai negara dan zaman, yang dikelo*po*_kan atas dasar pemakaiannya dan digambar dalam skala yangsama baik denah, potongan maupun tampaknya. Dari maiing_masing kelompok, Durand mengambil beberapa elementektonis yang dianggapnya paling menentukan karaktermasing-masing. setelah itu dicampurkannya kenrbali memben-tuk pelbagai bangunan yang sesuai dengan kebutuhan baru.Selain fungsi yang lebih baru, sasaran lain yang clituju olehDurand adalah efektif dan ekonomis, misalnya: kolom_kolomsedikit mungkin, luas dinding sekecil rnungkin, bahan semurahmungkin, dan seterusnya. Atas dasar komposi.si baru elemen-elemen tektonis tadi, Durand menentukan langgain arsitekturmana yang paling tepat dipakai sebagai dasar aturan masing_masing bangunan.

Babak kedua terjadi di akhir abad ke-19, sebagai usahauntuk menjawab tantangan revolusi dalam bidang industri.Dalam ruang lingkup teoretis, Walter Gropius dapat disebutsebagai pelopornya; akan tetapi L,e Corbusierlah yang pertamakali mewujudkannya <lalam perancangan perunrahan di pesac,Prancis. Pada pokoknya, yang dijadikan model dalant peran-cangan ialah penafsiran atas sebuah ,,proses,,,

sebagaimanadiperlihatkan oleh mekanisasi pembuatan barang secaramassal. Perancangan arsitektur tidak lagi dilihat atas dasarelemen-elemen tektonisnya, melainkan komponen-komponenfisiknya: yang diproduksikan secara massal setelah dirasio-nalisasikan terlebih dahulu.

Bila kita perhatikan, pendekatan tipologi dalam keduababak di atas sangat mengutamakan penguasaan atas bentuk,

4l

Page 32: Jati Diri Arsitektur Indonesia

I

{i

rasio, dan teknologi. Akibat dari penekanan tersebut padababak yang pertama ialah munculnya kebiasaan memakai lang-gam, arsitektur tertentu untuk fungsi tertentu, misalnya:bangunan pemerintahan harus berlanggam Klasik, bangunankeagamaan harus berlanggam Gothic, bangunan umum harusberlanggam campuran, dan sebagainya; walaupun yang ditu-ju oleh Durand bukanlah yang seperti itu. Babak kedua, sepertitelah kita ketahui bersama akhirnya menghasilkan konseparsitektur berlanggam Internasional(International Style) yangdikomersilkan sejak tahun 1950-an sampai sekarang ini, danyang justru sedang dipertanyakan kembali ketepatannyauntuk diamalkan di Indonesia.

Babak ketiga terjadi di sekitar tahun 1960-an, akan tetapibaru mendapatkan perhatian dari para pengamat arsitekturpada tahun 1970-an sampai sekarang. Mereka adalah para ar-sitek yang disebut "para Rasionalis generasi ketiga" olehVidler, sedangkan Kenneth Frampton menyebut merekasebagai para Neo-Rasionalis yang menerapkan pengertian yangsebenarnya, sebagaimana dituliskan oleh Laugier, yaitu:l. Melihat makna arsitektur sebagaimana diwariskan oleh

bentuk-bentuk yang teriadi di masa lampau.2. Memilih bentuk-bentuk dasarnya atas dasar pewarisan cli

atas.3. Membuat usulan perancangan atas dasar pengkomposisian

kembali bentuk-bentuk dasar hasil pervarisan tersebut diatas.

Sebagaicontoh dapat disebutkan sebuah monumen karyaAldo Rossi dari Itali. Monumennya lerdiri dari 3 bentuk-dasar:lingkaran, kotak, dan seeitiga. Mengikuti Laugier, makabentuk-dasar lingkaran menjadi sebuah kolom, kotak men-jadi dinding, dan segitiga menjadiatap, yang menumpu padadinding dan dilopang oleh kolom. Akan tetapi, Aldo Rossitidak merrrl)uatnya seperti sebuah "primilite hut" seperti yangdiceritakan oleh I-augier. melainkan digeser sehingga masing-masing elemen mendukung yang lainnya hanya di satu titik

48

Cambar 4Kuil Poseidon -

paesrum (5 SM)

TIPOLOCI DENAH KUIL YUNANI

Gambar 5karya. ALDO ROSSI, dengan 3 bentuk dasar:lingkaran, kotak, segitiga

Monumen

49

Page 33: Jati Diri Arsitektur Indonesia

I

r

saja. Hasilnya adalah (sebagaimana digambarkan oleh An-thony Vidler)" ... bukan bangunan yang terdiri dari elemen-elemen yang terpisah ... berdiri dengan lengkap dan siap un-tuk dipecah kembali menjadi fragmen-fragmen ... yang tidakmengindikasikan bentuk-bentuk yang sudah melembagaataupun mengulangi kembali bentuk-bentuk dasar aslinya".(Cambar 5).

Yang menjadi bahan untuk dipecahkan melalui tipologidari generasi Neo-Rasionalis ini adalah kota-kota besar diEropa atau daerah-daerah rurol (pinggiran) yang masih terasa

keaslian lingkungannya. Dalam hal perkotaan, sebuah kotadilihat sebagai sebuah lingkungan fisik yang terdiri daripelbagai fragmen objek arsitektural, yang telah dikikis habis

aspek historisnya oleh industrialisasi. Untuk menjawabmasalah itu, dicari sebuah model historis yang dianggap pa-

ling mencerminkan pola kehidupan bermasyarakat yang ideal.Dari model tersebut dicarikan aspek-aspek pembentukanlingkungan fisik yang paling baik mencerminkan keadaan idealtadi dan ditelusuri bentuk-bentuk dasarnya. Leon dan RobKrier misalnya, melihat zaman Pertengahan sebagai cermindari pola kehidupan bemasyarakat yang paling ideal di Eropa.Hal itu tercermin dari 2 aspek lingkungan fisiknya, yaitu:"Squares" (ruang terbuka yang seluruhnya dikelilingi olehbangunan), dan urban corridors/galleries" (selasar lebar diantara dua deret bangunan, tertutup atau terbuka; bisa jugaberupa selasar di pinggiran bangunan). Dari situ ditentukanbentuk-bentuk dasar "squures "dan "torridor" tadi, sekaligusditentukan juga elemen-elemen tektonis yang mencirikannya.Akhirnya dibuatlah komposisibaru yang akan menghasilkankesan seperti yang telah digambarkan oleh Anthony Vidler diatas.

Hal yang sama dilakukan juga pada situasi regional. Con-toh yang paling banyak dibahas ialah arsitek Mario Bota.Pertama-tama, dia akan menentukan bentuk-bentuk dasaryang dominan dari objek arsitektural di wilayah yang ber-

50

sangkutan (daram hal.ini berarti objek-objek arsitektural yangbersifat ',t,ernoculor,,). Setelatr itu a;caiiry" [u."L,.. v"rgpaling terrihat daram bangunan-bangunan di w,ayah tersebut,misalnya: bahan kayu, atau dindinE bata. Setelah itu, sesuaidengan fungsi bangunannya, dia membuat ,.ko_.nJr;;;r_tuk-bentuk dasar tadi dalam pengaturan yang seringkali diluar dugaan, akan tetapi dengan klterarahan yang jelas yaituagar ''vista" terbaik wilayah Grsebut dapat terrihat dari darambangunannya. Setelah itu karakte. bungunun,,ver,acular,,wilayah itu diuranginya kembali tanpa memakai sumberaslinya, misalnya: dengan memberi warna bata pada dindingbeton bangunan barunya, atau warna yang bermotif susunanbata. (Gambar 6). --)

Tipologi Arsitektur Indonesia TradisionalKita kembali sejenak ke Indonesia untuk membahas apayang dikemukakan oleh para arsitek Indonesia *.**il,warisan arsitekturnya. yuiwadi Salya pada dasarnya tidaksetuju b,a arsitektur hanya dilihat ,.Lugui objek fisik beraka,dan tugas seorang arsitek p* Urf"riln menciptakan objekfisik tersebut merainkun p.nurri.tln pe.,ar.u yang ritual.Aspek ritualisasi inilah sebenu.r,u Vurg menghadirkan unsur"ntisteri" karena seringkari diatami ffi;" dilakukannya suatuaktifitas ritual tidak pernah bisa dimer[erti alasannya, sehinggapenafsiran secara arsitekturar utur"urpek tersebut sudahseharusnya menampilkan pula ,.rruru Vun g ,,misterius,,

didalamnya.Dalam karya tulisnya, Abbe Laugier membuat sebuah gam_bar yang melukiskan apa yang dimaksudkannya dengan sebuah" p r i m i t i t, e h u t' ! p adicpUi.,;;il;;.lain sebuah strukruryang tidak tergambar seluruhnya, t..Ouput juga seorang anak

9T :.9.lnt ibu yang menunjuk ke arah yang sangar misterius(ridak jeras apakatr sl iuu itu m.nuniru-;0" srruktur tergam-bar ataukah pada sesuatu yang adadi belakangnya). Si anakadaiah kita,para arristik; r.o"Gr", Jlu'u aoaurr ,,arsitektur,,

5t

Page 34: Jati Diri Arsitektur Indonesia

r

I

(

Gambar 6

RekomPosisi bentuk dasar:

karya: MARIO BOTA

ooEoOOCIOOOEOCI

5253

untuk'mengacu pada sesuatu yang ditunjukkannya (dalam halini "primitive hut" atau sesuatu yang misterius dibelakangnya). Dalam penafsiran seperti apa pun, seluruh gam-

bar tersebut selalu menampilkan penafsiran misteri, samaseperti yang dikatakan oleh Yuswadi Salya sebelumnya.

Sebuah "primite hut" sebenarnya sebuah bentuk yang

tidak jelas. Tidak ada seorangpun yang bisa menggambarkan-nya atau memberi contoh wujud fisiknya dengan tepat.Struktur tersebut merupakan sesuatu yang belum pasti benaradanya, tapi dianggap "perndh" ada, pernah dimiliki olehperadaban manusia; seperti juga halnya pernyataan yangdiucapkan oleh Robi Sularto dan Darmawan Prawirohardjoterdahulu.

Pada waktu J.N.L. Durand menuliskan bahan kuliahnyadalam sebuah buku, dan menurunkan variasi baru yangdiperuntukkan bagi fungsi-fungsi bangunan yang lebih baru,tidak ada sedikit pun maksud untuk menetapkan sebuahgeneralisasi langgam-langgam arsitektur bagi bangunan-bangunan tertentu (Gambar l). Hanya karena tidak dipela-jari latar-belakangnya sajalah maka Durand dianggap sebagai

biang keladi pemakaian langgam arsitektur lama padabangunan berfungsi baru.Yang dilihat dari pemikiran Durandhanyalah hasil akhirnya saja, bukan prosesnya, hanya kulitluarnya, bukan isinya. Yang seperti itu jugalah yangmenyebabkan Robi Sularto mengeluarkan pernyataan yangcukup keras tentang kebiasaan "memandang arsitektur tradi-sional dari bentuk luarnya", sehingga "digandrungi dengansalah mengerti, dan dicemooh tanpa mengerti".

Leon dan Rob Krier memilih arsitektur zaman Pertengahansebagai model ideal mereka bukan karena menyukai bentukatau langgamnya, melainkan karena di zaman Pertengahankehidupan masyarakatnya mencerminkan caramengekspresikan eksistensi dirinya, keluarganya, kelompokmasyarakatnya, hubungannya dengan gereja dan pemerintah.Di zaman Pertengahan, seorang tukang mendirikan bangunan

Page 35: Jati Diri Arsitektur Indonesia

i

{

(

adalah sekaligus arsitek, kontraktor, dan seniman. Mereka

brrkarr "ltro.fesional" melainkan seorang pengabdi

kemanusiaan. Bila mereka sedang mengerjakan sebuah

bangunan, seluruh keluarganya ikut pindah ke lokasi bangunan

tersebut dan bersatu dengan kelompok masyarakat pemiliknya'

seluruh kebutuhan hidup mereka selama para suaminya beker-

ja, ditanggung oleh kelompok yang bersangkutan' Dengan

iemikian -proses

berdirinya sebuah bangunan sekaligus

mengatur juga pola kehidupan seluruh pihak yang terlibat di

dalamnya- Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pusat

perhatian para tipologis generasi ketiga ini dicurahkan di

masalah perancangan "urbon", karena di situlah kondisi yang

dianggap terparah dewasa ini, semakin lama semakin

mempe.iihatkan kesemrawutan (gambar 7)' Tidak juga

*.ngh..unkan apabila keinginan untuk mencari bentuk ar-

sitekiur lndonesia dimulai di kota-kota, sedangkan sumber

acuannya dicari di desa-desa'

Dari perbandingan di atas, dapat dilihat bahwa pendekatan

tipologis sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar

Uita AiUandingkan dengan pendekatan lainnya' Hal itudisebabkan karena sudut pandangnya yang langsung, yaitu

melihat arsitektur sebagai sebuah objek tanpa terjerumus ke

dalam sikap "me-material-kan" objek tersebut selama masih

dalam proses pencaharian' penemuan, dan peng-komposisi-

an kembali bentuk-bentuk dasarnya.

Studi Kasus

secara tipologis, arsitektur Indonesia tradisional cocok

dengan gambaran primitive hut yang dilakukan oleh Abbe

t-augier. Hanya ada 2 unsur utama di dalamnya: kolom dan

atapl Oi luar itu semuanya bersifat sekunder. Bila denah,

potongan, dan tampak bangunan tradisional tersebut

digu.bu.-ulang dengan mereduksikannya, maka komponen

yu-ng n,rn.ut aOiUfr titik (mewakili kolom) dan garis (mewakili

iegiiiga-bidang). Bila dikelompokkan berdasarkan tipenya, ter-

54

t

THE CITY THE ANTI-CITY

GambarProses penciptaan lingkungan binaan

RES PUBLICA

RES (ECONON,IICA) PRIVATA

CIVITAS

7

yang tuntas (LEON KRTER)

55

Page 36: Jati Diri Arsitektur Indonesia

(

jadi 2 kelompok sifat dasar: linier dan memusat. Bila akandi-transformasi-kan ke dalam pemakaian/fungsi yang lebihbaru, baik titik maupun garis tersebut bisa diperbesar dimen-sinya, misalnya: menjadi kolom atau "t'ore" bangunan bagititik, dan menjadi dinding, atap, atau garis luar sebuah ben-tuk fisik tertentu. Walaupun terlihat demikian leluasanya, adasyarat yang harus dipatuhi agar citra aslinya masih terasa,yaitu: unsur titik harus lebih dominan dibandingkan unsurgarisnya.

Dalam hal cara mengatur beberapa bangunan menjadi satukompleks pun dapat dilakukan penafsiran yang sama. Akanselalu dijumpai adanya pola pengaturan atas dasar unsur titikdan garis, yang menghasilkan sifat-sifat dasar serupa. Denganberpegangan pada penafsiran di atas, apa pun transformasidan peng-komposisi-an kembali yang dilakukan tidak akansampai meleset dari harapan semula, yaitu seperti yangdilukiskan oleh Anthony Vidler: suatu yang terpadu, akantetapi bisa ditafsirkan dalam fragmen-fragmennya, tidakmengesankan peniruan secara mentah, akan tetapi mengangkatkembali kenangan atas sesuatu yang pernah dikenal sebelum-nya di masa yang lalu.

Saat ini di Depok tengah dibangun sebuah kampus barubagi Universitas Indonesia, yang perencanaan keseluruhannyadan beberapa bangunan di dalamnya dirancang denganpendekatan tipologi; mengikuti program yang telah digariskanoleh pimpinan universitas yang bersangkutan, yaitu: mencer-minkan "taxonorn.r, " ilmu pengetahuan dan mengekspresikannilai-nilai arsitektur yang diwariskan oleh generasi pembangun

terdahulu di Indonesia. Beberapa ilustrasi yang dilampirkandalam tulisan ini kiranya bisa memperlihatkan bagaimana ar-sitektur tradisional di Indonesia bisa ditampilkan kembali tanpaterjerumus ke dalam pengulangan bentuk-bentuk luar semata(gambar 8, 9, 10).

5657

.i,).JIiii,)

*r*. ifu;

i.lif

,],

'1i

lrr;ii;,ri,li"t ,

- .;:,:',1' (, t.i

i1.,:t i

I;il: i

!:.i, r

Gambar g

Kampus LII Depok

Page 37: Jati Diri Arsitektur Indonesia

I

{

r

Gambar 9

Keberagaman yang menyatu, sekaligus kesatuan yang memberagam

58 59

Gambar l0Arsitektur halaman yang lega, dengan pemisahan yang jelas antara

lalulintas kendaraan dan pejalan kaki.

Page 38: Jati Diri Arsitektur Indonesia

r-

I

t

(

I.5. ARSITEKTUR TRADISIONAL: SEBUAH

FAKTOR DALAM PERANCANGAN

Ir. Baskoro Sardadi, IAI

Belakangan ini banyak sekali - pengertian-pe.ngertian

urri*k,u, yang simpang riur. Makin "menyimpang" penger-

;1", ;;;;dtterlma oi.t' i,utvutakat' makin " svur" bagi kelom-

p"t "itir.f..

oalam usaha untuk tidak menambah kegaulan

IJi, p.rrutis akan mencoba membahas anggapan-anggapan

v""g iigr.akan dalam kerangka acuan ini'

l.\r*.,r^.,11.', it,,,';,;'-;;-,-,:, tn t' / r,..'t' :''' !

Arsitektur Adalah Wadah Kegiatan

,_ Dalam pengertian ini airif.r.iui iioiah-olar, identik dengan

bangunan atau fasilitas fisik. Anggapan seperti ini adalah

sangat jelas, namun terlalu ekstrim' Tidak dapat menampung

kaitan yang "halut;;;;i;;" kegiatan dengan fasilitas (seperti

terjadinya "spatiote,npo'o|",'lhoppening"'suasana' dan lain-

lain). \

Arsitektur adalah produk dari kebudayaan

i Kalau seseorang dapat menerima bahwa arsitektur adalah

*'tj;;;gi",".. iialffah sukar untuk mengerti anggapan pada

Uutir ini. Selama diikuti dengan pengertian bahwa arsitektur

uJuiut bagian dari kebuduyiun (dan saling mempengaruhi)'

kita akan lebih mudah mengamati kejadian-kejadian di

,""r,"i"f"dKesulitan akan timbul bila disertai dengan pen-

dapat bahwa arsitektur adalah "hardware" sedangkan

kebudayaan adalah "software"'Dalamduniakomputerhalinidapatdipahami'namun

tidak di dunia bangunan' Arsitektur dalam dunia bangunan

sudah menyimpan ;p,og'u*-program" tertentu yang sewaktu-

waktu dapat ';di-uinkitt" ' "Program-program ini pada saat

tertentu dapat menghasilkan penampilan yang bersuasana gem-

bira, khusur, utuu buhkan mendirikan bulu roma"'

60

Arsitektur ,A,dalah "Alat Ungkapo' Dari KehidupanMasyarakatnyaI Tersirat dalam anggap;;r ini adalah bahwa arsitektur juga

mEifipakan media komunikasi bagi masyarakatnya. Sebelumdiketemukannya alat cetak, sernua benda buatan manusia men-jadi "buku" untuk mcnitipkan pesan-pesan sosial. Paradigmaagama, paham kosmos, pernbagian golongan masyarakat,nilai-nilai, moral, dan lain-lain adalah pesan yang harusdimengerti oleh anggota mas5'arakat.l

Bangunan, sebagai benda terbesfi, adalah "buku denganformat yang ideal" bagi "penulisan" semacam ini. Makin-canggih sebuah masyarakat, makin sarat pula pesannya diletak-kan pada bangunannya. Kemaiuan teknologi komunikasi telah"membebaskan" Lrangunan dari heban-beban diatas. Namundemikian, masih tetap diakui bahwa bagaimanapun jugabangunan rnerupakan media kornunikasi yang efektif bagimanusia.

Setiap Kebudayaan lVlempunyai ldentitas

Bagi yang jelas identitasnya, hal ini tidak menimbulkanmasalah. Orang akan dapat dengan mudah "membaca" ar-sitektur Bali, atau Jepang tradisional. Namun tidak demikianhalnya dengan kebudayaan yang sedang berubah.

Para pengarnat arsitektur Melayu tentu dapat merasakanini. Varian-varian yang ada sangat sedikit bedanya, itu punkadang-kadang disertai dengan keterangan yang sulitdimengerti.

Perlu Diketahui Carn Atau "Bentuk" Penerapan lden-titas Budaya Secera Tepat Padr Bangunan

Timbul dari keinginan untuk "menempelkan" pesan sosialpada bangunan! anggapan ini akan rnenjadi titik tolak tindakpenelitian masalah simhol pada ciunia arsitektur. Salah satucabang ilmu yang dapat membantu kita adalah Semiotika.

6l

Page 39: Jati Diri Arsitektur Indonesia

E_-

(

Anggapan dasar dari penelitian ini adalah' terdapat kaitan yang

erat diantara pesan' pengertian pesan secara keseluruhan' serta

i*O" r"r* memilitiptian tersebut' Sebagai lazimnya cabang

ilmu informasi, efisiinsi penyampaian pesan halyl diukur

pada apakah pesan tadi dapat dimengerti atau tidak oleh si

ffi;t*;. Segala ul*yu, waktu dan. usaha hanya dapat

dikatakan *.*uOui- uiu' "ekonomis" bila pesan tadi

dimengerti. tni menyangttut ptttoulan "bahasa" yang berlaku

Oi^-"tr"*tat. Tida-k '*uu orang setuju atau mengerti bahasa

prokem, apalagi prokem arsitektur'

Unsur-Unsur Rancangan

Beberapa masalah yang terdapuJ Pugu kalangan arsitek In-

donesia sekarang, "t*"iui' aOatatr "penerapan 1;i1eti1ur

tradisional Uifu -'igXi" ke dalam arsitektur masa kini" ' Apa

pun motivasi dari -keinginan semacam ini' terasa bahwa

masalah tersebut ptti':tttOapat jawaban' Upaya untuk

*.nJ"f.uti persoalan tersebut bermacam-macam'

Di tulisan ini uftun Oitoba untuk "melihatnya" dari segi

proses-awal perancangan' yaitu pada saat si perancang

melakukan ,.n.niuln" tttu*gi ptrrdtkututt' Bergerak dari

komentar u,u, u"Lilp#unglupun di atas' akan dicoba

untuk membagi Oa'ar-aa'ar rancangan menjadi sebagai

berikut:

1. Elemen Program Rancangan

1.1 Manusia dengan segala tingkah lakunya

a. Kebutuhan dasar (untuk kelangsungan hidup) termasuk

di sini aaafaft *e"dapatkan udutu' dan cahaya' tidur'

makan, perlindungan dari alam' kelangsungan keturunan

dan lain-lain'

b. Identitas pribadi' Antara lain: posisi seseorang dalam

62

keluarga atau masyarakat, usaha penaikan kualitas pribadi,sanksi malu dalam masyarakat, dan lain-lain.

c. Identitas kelompok atau sosial. Antara lain perasaan

teritorial, perasaan memiliki, perasaan keantanan, dan lain-lain.

d. Pengembangan dan kendali sosial. Antara lain:Pengumuman norma-norma, pemberitahuan tentangmekanisme sangsi, dasar-dasar hidup, dan lain-lain.

e. Kegiatan ekonomi dan politik. Antara lain: sistem tukarmenukar jasa, benda dan budi, pola pengelolaanlingkungan, sistem keamanan yang dianut, dan lain-lain.

f. Kegiatan agama. Pandangan tentang hidup, pandangantentang hubungan manusia dengan alam, pengalamanmisteri, dan lain-lain adalah bagian dari dasar-dasar sikapmanusia dalam melakukan kegiatannya.

g. Teknologi. Ini adalah kemampuan yang diturunkanmelalui banyak generasi.

1.2 Alam Dengan Segala "Tingkah Lakunya"

a. Klimat

b. "Daya dukung" tanah (sebagai elemen yang "hidup")Kondisi-kondisi geoteknik, imbangi tumbuhan denganmahluk hidup, kemampuan ekosistem, dan lain-lain adalahfaktor yang di samping membatasi, juga memberi peluang

bagi pengembangan kehidupan.

c. Lingkungan buatan manusia.Kota, sawah, hunian, dan lain-lain adalah elemen fisik yangmempengaruhi arsitektur pada suatu tempat.

d. Alam sebagai "suplier" bahan bangunan.Kemampuan alam untuk menyediakan bahan bangunanada batasnya. Disertai dengan kemampuan teknologi danpendanaan, pilihan bahan bangunan yang dapat digunakanmenjadi sangat "sempit".

63

Page 40: Jati Diri Arsitektur Indonesia

-

'&

:

ffi

!j

":a\rL\

a"

q)

<tj

A.q)

\dtinJ..li''. r ,;,

k&#'*e,'&* a-+!:::,:,.1r. it'li i:''',.,. .il '* :r :

,.in+,,,fi. :", ; .s ,

:ir*::i'h r;: ,, | , i

nF

6:.,*

*,ikP.ir:$*t*:sry#t

s.rl;**s=S',&. d*+.- sy ,&s

64

-1'I;t * t""I

65

2. Elemen Rancangan

Seperti yang kita dapatkan di bangku sekolah dahulu,elemen-elemen ini adalah:

2.1 Tata Leta.k

Sistem as, orientasi, "zoning", hubungan antar bangunan,dan lain-lain adalah elemen rancangan yang menentukan.

2.2 Pembagian Ruang

Pembagian ruang secara fisik dapat dengan mudah kitarasakan namun tidak demikian dengan abstrak. Ada ruang-ruang yang "rasa"-nya berbeda, seolah-olah ada hierarkiataupun pemisahan yang tidak terlihat tetapi nyata. Bagiandepan dan belakang tidaklah sama "harga"-nya. Bagipenganut agama tertentu, ada ruang-ruang yang tidak dapatdilewatinya. Sisi depan dari orang yang kita hormati laindengan sisi belakangnya.

2.3BentukIni adalah elemen favorit dari para perancang. Elemen yang

paling sering dijadikan kancah akrobat dan manipulasi (demikebaikan maupun keburukan).

2.4 Hiasan/Ornamen

Sebagai perancang, karena beban analitis merasa "ber-dosa" bila menggunakannya. Elemen ini untuk beberapakontroversial.

2.5 Aturan Bangunan

Setiap kelompok masyarakat mempunyai seperangkataturan yang dikenakan pada "proses kelahiran" cara peng-gunaan, serta cara memusnahkan bangunan. Bagi masyarakattradisional, bangunan dianggap "hidup" dan sangatmempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dengan sendirinya

Page 41: Jati Diri Arsitektur Indonesia

aturan yang dikenakan juga sama rumitnya dengan aturanmasyarakat lainnya. Bagi masyarakat modern, secara eksplisit,aturan bangunan dikenakan untuk tujuan keselamatan dankenikmatan bersama.

Bagaimanapun juga peraturan-peraturan diturunkan daripandangan hidup dan norma-norma yang berlaku. Dalam ran-cangan skala besar, rencana tapak dari pusat kota misalnya,akan terasa bahwa elemen ini merupakan bagian dari alat ken-dali yang formal dari arsitektur.

Kemahiran sangat diperlukan dalam menentukan alat-alatpengembangan dan nonformal. Kesempatan dan larangan yangtidak tertulis adalah salah satu sumbangan arsitektur dalampeningkatan kualitas hidup manusia, atau juga sebaliknyadapat merupakan alat "pembunuh" yang ampuh.

Beberapa Strategi Pendekatan Perencsngan

Seandainya penyederhanaan unsur rancangan di atas dapatditerima, maka "daerah permainan" para perancang menjadijelas. Yang diperlukan adalah keterampilan dalam mengolahbutir 2.2. Pola-pola yang sering ditemui dalam "olah kreasi"ini, secara garis besar, dapat dibagi dalam 3 kelompok.

Pertama

Menggunakan bagian-bagian butir arsitektur tradisionalsebagai bahan rakitan dalam kerangka rancangan. Arsitekturhotel, pesan komersial, rumah makan Padang, gaya"Spanyolan", adalah contoh dari kelompok ini. Sistem"assemblitrg, " ini biasanya cukup efektif bila menggunakanunsur yang komunikatif. Atap rumah gadang cukup dikenaloleh sebagian besar penduduk kota. Untuk menyampaikanpesan bahqlq kedai/rumah makan tadi menjual masakanPadang, .aFren.rnpel bentuk yang tepat. Demikian pula,penggunaan hiasan-hiasan tradisional pada fasilitas pariwisataadalah usaha yang cukup meyakinkan untuk membawa hasil.Kunci utamanya adalah ditemukannya unsur-unsur yang sudah

66

dikenal oleh masyarakat. Kadang_kadang digunakan usahauntuk membuat unsur tadi dapat d-ikenar kembali (contohnya,Batik Iwan Tirta). l

Kedua

- Mengkaji hubungan bentuk dengan ,,alasan_alasan dibelakangnya" kemudian dengan b.a;, membuat interpretasiuntuk diterapkan pada rancangan.

- Plda kelompok ini proses yang terjadiadarah sedikit rebihkompleks dari pertama. Dalam teaAaan yang sulit, jalan yangpaling aman adarah mencari kaitan fungsi pemanfaatan faktoralam ("eavs5', miring Suyudi). nugi f.i"n.ang yang kuat dayakreasinya pendekatan ini me.up"afan futitin ,i* ,"rr;,menarik. Ujian yang sebenarnyaadalah pada pi"r.i ,.r.".,maan ciptaan tadi oleh *uryu.ukat. Kalau berha.il, ,nurliurut u,akan dapat merasakan tradisi yung;i,..uskan oreh si peran-cang. Kalau tidak, berarti bahwa t<otetsi barang ur.h;i;;;iuini akan semakin bertambah.

Ketigo

Mengkaji proses perubahan dalam masyarakat (besertasegala nilai-nilainya) untuk kemudian menca.i jalur ungkapan_nya pada proses perubahan arsitekturnya. Hasil p*gL":i",ini diterapkan pada .un.ungun- ,.rii.Lru, untuk kondisimasyarakat sekarang.

,.Ti{ak pelak lagi, cara ini adalah yang paling canggih dansulit. Segudang data dan sepasuk;; il;", ahti dari berbagaidisiplin ilmiah harus diker"hk"n *b.lr. proses perancangandimulai' Ini pun berum tentu menjamin bahwa has, rancanganakan dapat menaikkan kualitas lil;i.;;s"nrya. Di tansanperancang*yang tidak mampu, nurl :;rpor" progomrning,,semacam ini dapat saja tidak berarti apa-apa. Namun harusdiakui, di rangan perancang yang jempol";:;;;il;;ffi;bikemungkinan besar akan memb;ir# ilrgkungan yang baikbagi masyarakatnya' B,a cara t.iie;'-r d,akukan dengan

67

Page 42: Jati Diri Arsitektur Indonesia

FF

sungguh-sungguh oleh berbagai kalangan, hasil yang didapat

tentu merupakan sumbangan yang besar bagi arsitektur. Pen-

jelasan tertulis dan grafis akan mudah dikerjakan berdasarkan-hasil

tadi, untuk membantu komunikasi dalam dunia

arsitektur.Ketiga pendekatan di atas dibuat sekadar untuk memu-

dahkan pembicaraan. Pada prakteknya seseorang dapat

melakukan secara bersama-sama atau salah satu saja' Apa pun

cara yang dipilih, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi

untuk terjadinya rancangan yang baik.Pertama, tersedianya data dan hasil analisis yang memadai

tentang arsitektur tradisional.Kedua, adanya perancang yang kreatif, terampil serta ter-

biasa menghadapi masalah perancangan nyata dalam

masyarakatnya.

Penutup

Kondisi sekarang di tndonesia adalah pada taraf permulaan

sekali dari tahap pengumpulan data. Bangunan dan

masyarakat tradisional masih banyak terdapat di seluruh

pelosok di Nusantara. Tetapi, kemajuan pendidikan dan sarana

Lomunikasi telah memacu proses perubahan dengan sangat

gencarnya. Perub,ahan nilai-nilai tradisional yang disertai

lemahnya kemamiuan ekonomi akan mengarah kepada kea-

daan arsitektur menjadi sangat sederhana (rumah-rumah di

Halmahera Utara). dapat diduga bahwa tidak lama lagi

bangunan tradisional di tempat asalnya akan segera musnah.

Suka atau tidak, proses ini sedang terjadi dengan cepatnya'

Masalah ini adalah sangat gawat bagi arsitektur Indonesia. Bila

kita berbuat sesuatu, benda-benda tadi akan lenyap dengan

tanpa ada keterangan peninggalannva. [ruU!e!1-tttt4T

Melalui temu karya ini penulis mengusulkan agff segera

dibentuk kelompok khusus untuk menangani pendapatan

lengkap tentang arsitektur tradisional. Kelengkapan data

68

bangunan, masyarakat serta lingkungan hidupnya dari ber_bagai zaman akan merupakan data besar uagi plnettian seran-jutnya. Pengalaman kerja dasar bagi penelitian selanjutnya.Pengalaman kerja sama dengan para peneliti dari disipiin lain,menunjukkan bahwa bantuan tentang pengukuran dan peng_gambaran situasi dari objek merupakan kemahiran standiryang dituntut dari para arsitek. Suatu kemampuan yang telahdapat dikuasai oleh para mahasiswa arsitektur kelas 3 utuu +.Persoalan yang berikutnya, apakah kemampuan ini dapatditularkan kepada orang lain yang tanpa mempunyai laiarbelakang pendidikan arsitektur? Kalau tidak, bagaimana caramelakukan survai pendapatan sederhana mungkin dengan hasilsetepat mungkin? Kalau ya, bagaimana caranya?P_ertanyaan-pertanyaan ini adalah sekadar contoh untukdipikirkan bersama apabila kita tidak ingin kehilangan kesem-patan yang berharga (yang tinggal sebentar) ini.

Kalau kita tidak ingin berdosa kepada generasi berikutnyamarilah segera kita lakukan gerakan pendatang ini dengansebaik mungkin.

69

Page 43: Jati Diri Arsitektur Indonesia

1.6 ArsitekturOIeh: Ir. Eko

Bukan Sekadar BangunanBudthardJo, M.Sc. 4 V,,t'Tl#

I llL-( Oari qtsEl_gpedikita dapatkan batasan p{engertian bahwa"Arsitektur adalah seni, ilmu, dan teknologi yang berkaitandengan -bangunan dan penciptaan ruang untuk kegunaanm5nusia". Dalam pidato pengukuhan selaku guru besbr dalamilmu arsitektur di Undip, Prof. Ir. Sidharta mengutip teoripaling kuno yang dikemukakan oleh Vitruvius, bahwa adatigaaspek yang harus disintesiskan dalam arsitektur, yaitu: Fir-mitas (kekuatan atau konstruksi), Utilitas (kegunaan ataufungsi), dan Venustas (keindahan atau estetika)f,A. Gordonkemudian menambahkan dengan kata-kata 'ffi time und atthe right price". Psikolog Frank Barron dan kawan-kawannyadari University of CakiJ'ornia, Berkeley, atas dasar hasilpenelitiannyamenyimpulkan bahwa arsitektur mewakili domainprofesi kreatif, praktisi yang berhasil adalah yang sekaligusjuga seniman dan ilmuwan. (Broadbent: Design in Architec-ture, l98O:3).[*Di sinilah letak uniknya arsitektur sebagai disiplin ilmu,

yang harus merangkum tidak hanya teknologi tetapi juga seni.Manakala tugas ilmu adalah merumuskan hipotesis dan mem-buat teori baru, tugas teknologi memecahkan masalah teknisdan praktis secara elegan, efisien, dan ekonomis, maka tugasseni adalah menciptakan karya-karya yang kreatif dan orisinal.

Sebagaimana halnya dengan karya sastra yang dituntutharus selalu kreatif dan inovatif, demikian pula arsitektur tidakb oleh terpaky padaupgk\r tgt-t-saj a, karenp den gan begit umaka kreativitas sudah- lingiung te.purung.l

Gerakan Arsitektur Modern telah berbual keliru denganuniversalism e gayainternasionalnya, yang telah menciptakanmonotoni di seluruh pelosok kota di dunia, kemudian terjebakoleh teknologi yang tidak manusiawi, sehingga kemudiandinyatakan 'meninggal dunia' pada tahun 1972. Peristiwa iniditandai dengan diledakkannya rumah susun l4 lantai di St.

707t

Lgul: yang perencanaannya terlaluteknik-fisik dan mengabailan unsurkeunikan perilakunya.

Sentuhan Artistik yang Kreatif

ditekankan pada aspekmanusia dengan segala

Dalam bidang arsitektur yang merupakan seni-guna, tidakselayaknya ada pemecat an staniar,-r,u, model standar yangkaku. Karena kalau sudah d.;;il;n, hasil akhirnya aclalahsekadar bangunan, dan bukan kil arsitektur.Beda antara keduanya adalatr iahwa bangunan hanyamemenuhi dua syarat dari Trinitas_nya Vitruriir, vultu-lrrr_mitas dan Uititas. Sedangkan k4I; e5!{t_u_r mesri memilikikei n dahan dan r.nt*'-fr*ffi< reatr f. yang- d i i st i ra h hanPugin dalam bukunya ,,fni fri"rtinciptes of Architecture,,,dengan enrichment dan visuat iitiin,.

Mac Kinnon mengatakan, dalair perancangan arsitekturyang kreatif, ,.rr1L*^!r, di dalamnVa-p.mecahan masalah yangspesifik, penyesuaian dengan ,ltrur] tertentu, evaluasi danelaborasinya dengan pengamatan, penalaran dan penghayatanvang runtas (Mac Kinnon:The Noture and Nurtuie oi'ciriii*Tetent, 1982). Selaxjutnya o..l;;;;;' kutip kara_kata datambahasa aslinya: ",qi orintiii ;";;;;, reat buitdins to so onreol sites for real cllents. H, ;i;;A"not design unspecified

^ buitling on an undefined,i;r-j;;;inown ctient,,.Kalau kita membuat benru"k fiJt,' ,uru bangunan, atau"model" tanpa,tl ?0"

i;Gii;;;rnunnru, iru sama sajaartinya dengan 'mem.buar ,d;i ;;;;; tahu kudanya,. .

Yang terwujudnva jadinya aaatJ ;;;;; berpredikar bangunan..

saia, bukan arsitektur.' ------ ..sruq

Belajar Dari Nenek MoyangNenek moyang kita saja cukup arif memilah_milah, denganmenciptakan bermacam_macam bentuk arsitektur untukkegiatan manusia yang juga U.rU.au_U.da. Tidak main pukulrata dengan modelatau bentuk t..i.nir'ru:a. Misalnya untuk

Page 44: Jati Diri Arsitektur Indonesia

kios atau pasar, menggunakan atap Panggang Pe dengan ber-bagai jenis dan variasinya. Untuk rumah rakyat bisa digunakanbentuk Kampung, Trajumas. Pacul gowang, Gajah Ngombe,Daragepak, Klabang Nyander, dan lain-lain. Berbagai ragambentuk Tajug seperti Lawakan, Lambang Teplok, SemarTinandu, Tawon Boni, Pendowo, dan lain-lain digunakanuntuk langgar, mesjid, bangsal, maupun cungkup makam.Untuk rumah bangsawan terdapat bermacam-macam bentukLimason: Limolasan, Apitan, Semar Pinondong, Bapangan,Trajumas, Sinom Mangkurat. Sedangkan untuk kalanganRaja-raja d4n Pangeran digunakan bentuk joglo yang jugabanyak variasinya seperti Mangkurat Limolasan, Pangrawit,atau Lambangsari. Dan masih banyak lagi yang tidak bisadisebutkan di sini. Belum lagi kalau kita menengok keunikan-keunikan bentuk arsitektur di beberapa daerah tertentu sepertiBanyumasan dengan Srotongan, Trojogan, dan Tikelannya;daerah Kudus dengan Bekuk-lulang-nya, Jepara dengan atap-wayangnya dan lain-lain. Semua itu bisa dikembangkan terussesuai dengan perkembangan masyarakatnya, kemajuanteknologi, dan penemuan bahan-bahan baru. Pada hakikat-nya memang arsitektur adalah ibarat jasad hidup yang selaluakan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembanganzarnan.

Panduan Dasar Perancangan

Saya berpegang pada pendapat bahwa dalam upaya men-jabarkan wawasan identitas dalam wadah arsitektur, yangharus ditemukan, bukanlah 'model arsitektur baku' (apa pulamaknanya itu?) melainkan panduan atau dasar perancangan(basic design guides) yang bisa dijadikan pegangan bagi segenappihak yang terlibat dalam perencanaan dan pembangunanlingkungan binaan. Beberapa butir patokan yang saya maksudsebetulnya sudah disannpaikan dalam berbagai kesempatantemu wicara antararsitek antara lain:

'12

fi.

*B

s\r\-k

\qJ

€aa

,$i.l,'i,'t'l',

k

l

73

Page 45: Jati Diri Arsitektur Indonesia

- perlu dicegah adanya instruksi yang terlalu tegarmemaksakan suatu wadah/bentuk fisik tertentu yangtunggal-rupa (monoton).

- tempat, waktu dan sikon yang berbeda mesti tercermin jugadalam pertampilan arsitektonisnya.

- perlu penelitian dan pengkajian ilmiah arsitekturlingkungan budaya setempat untuk bisa mencerap kaitanantara bentuk dengan fungsi, makna sosial, maknaspiritual dan implikasi kulturalnya.

- konservasi arsitektur tradisional dan lingkungan kuno-bersejarah wajib mendapatkan porsi perhatian yang layak,sebagai sumber ilham dan khasanah warisan budaya yangmemperkaya wajah lingkungan binaan.

- perancangan rekayasa sedapat mungkin berwajah par-tisipatif, dalam arti mampu mengadopsi, mensublimasi,dan mengkreasi kembali wujud budaya fisik khas setem-pat, termasuk hasil kerajinan hasil ukir, pahat, denganbahan-bahan setempat, berkaitan dengan penciptaanlapangan kerja.

Mengenai produk akhir hasil perancangan fisiknya, sewa-jarnyalah bila kita serahkan kepada para wastuwidyawan yang

memang digembleng untuk melakukan tugas tersebut.

Mengabdi Masyarakat

Terakhir, saya betul-betul tidak sependapat bila paraarsitek harus mengikuti kehendak si pemilik uang yang me-minta jasanya" Justru kecenderungan semacam inilah yang

telah mengakibatkan banyak kekacauan dalam lingkungan bi-naan kita, antara lain dalam bentuk menjamurnya bangunan-bangunan mewah ala Gedung Putih atau kapsul ruang angkasayang tidak berakar di bumi nusantara tercinta; bangunan-bangunan kotak kaca yang steril beru,ajah dingin tanpa emosi,tidak memperhatikan keserasiannya dengan sekitar; tergusur-nya bangunan-bangunan bersejarah yang seharusnyadilestarikan dan lain sebagainya.

74

Yang benar adalah bahwa para arsitek wajib mengabdipada kepentingan .masyarakat

-banyak,.dan perlu mer-esapiperepsi, aspirasi, adat, t'ata"ii;i, ;ila dan perilaku manusiayang terah saya sarankan daram-'rnakarah saya di deoan"Forum Nasional p.nal*r,li'?o*urrr,, yang disele.ng_garakan di Semarang tahun fqt+ yang silam dengan judul"Pentingnva IImu-irriu Hilfi;Jlun n.ngerahuan sosialdalam pendidikan e..it.tturl;.'r.rO"o"r serupa dilontarkanoleh G. Broadbenr:,,A.;;i;; j;;g;';;krli_kari mendewakanbentuk, melainkan h".r. ;;;;;,i", menerjemahkan iiwa

l,il",:::;:,,:''ou' ('geniui'-iJ"'i)' a,, p..u,uun'au.i

0",#r?Tji:;:'#," adalah para arsirek harus rebih seringtidJ;;;?;"1#i;,,?ii:Hi,T,TJl:1",,*naiaisrus*an*:1., 0;; 0" ["i'o, b r d ;;;i ;il ;.:;.t fi [oi: f,iliT," ji'JJuga masyarakat luas. Bila para;;;;;tI::, by

I u". r.ngg", bu r, dan' ffi ;il|:v-1 ::'pun:ang

padaa k a n b i s a b er k eillb a ns-:: q;in ; ;il ii,rd',I, iill; _,li : u,ifilnya bisa fatat: suatu saat biia,.rj;i;;;, arsitek hanya akanmenciptak an ban s u n an_ uurg rrur'.;ari;;,d"k bisa di k ategori_lil il:ffi;:TffiflT'"i;;;ffi '#-J, ini pasrirah rlcrat

75

Page 46: Jati Diri Arsitektur Indonesia

T

BAB IIWAWASAN

+$iLffiffiH,*' SENI DAN

II.1. MENCARI WAWASAN ARSITEKTUR*)Oleh: Tjuk Kuswartojo

L wawasan r.r,runr/u1;fi,;r tentu saja bisa mengenai ber-bagai seginya. Tetapi pencaharian ini hanya mengenal maknadan definisinya, apa Arsitektur itu. Barangkali ini dapat dipan-dang terlalu bersahaja, naif, kuno, ketinggalan zaman, dansebagainya.iArsitektur bukan barang baru, bahkan sejak lamamenjadi bahan per,bincangan, dan kekaguman, juga di Indo-nesia (kalangan atas tenl.unya, karena Pariyem tetap tidakmengenal istilah itu). Di kalangan pihak yang menekuninya,istilah arsitektur sudah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu,bahkan sebagai wujud sudah dikenal lebih dari lima ribu tahun.Karena itu kalau sekarang masih dipertanyakan: apa arsitekturitu, agaknya dapat dianggap mengada-ada. Tetapi justrukarena rentanya itu, maka sekarang ini perlu dipertanyakan:apakah pengertian arsitektur dan dua ribu tahun yang lalu,atau bahkan lima ribu tahun yang lalu, harus sama denganarsitektur sekarang dan pengertian akan datang.

Dari sejak dulu arsitektur adalah gedung, tetapi tidaksemua gedung dapat atau Uoleh disebut arsitektur. Banyakgedung tidak diakui sebagai arsitektur, kalaupun diakui, diadinista sebagai arsitektur gombal. Asal katanya sendiri menun-jukkan kaitan antara wujud dan pembuatnya. Arsitekturadalah gedung yang diciptakan atau dibuat oleh ahli teknik

") Disajikan dalamDesember [983.

76

(_'yycnne"), atau tukang bikin barjagoan, yang utama (,,archi,,1ou,'runun ("tecton"), yang

. vitruviui mengamati hasil karvYang mampu memimpin.

chitecron "iru, Uiotitr;;;;;ffi;:,Ira para jagoan atau "or-dua ribu tahun yang lalu rumusan:'annya

sendiri dan lahirlahkon sep *rii !r'rii"i',lil'"1'.Tltn-' prin si p, kai dah, norma,b ; k; ;G i ili j;'f Xjil"#,.#l

U I *if Ui#,,}# *,jud dan konseo. gegiiurah, ;uiur"J..;"ranannya selama duaribu tahun, *ui"a,Iun.toiJe;:Iir-.r.tu. telah mengatamiperkembansan d1n t.runa.gu;; L*.ari mak na arsltekturdapatlah diartikan.m..r.rikun-t.rnUuti,

apa arsitektur itudalam wujud a"n tonr.fny"lE'^ert

Arsitektur Sebagai WuJudpada zama, y:.-rl,r: ,.apa yangperlu dan dapat diwu-judkan tentu belum banyak jumtu,f, ,?,vitruvius membedak; ;il;;;r'laupun ragamnya. Karena

arsitek,mana yan; buk"n.'J;;,;];;i:" vang menjadi iatah

frW,,#1",k'lj',x?^1;jla:,,11'6:'::il:#:i:',:T;Tidak jelas siz

wu;ua-wu;uJI"#.i,llf ,iTX'.ffi jT,Lffi ;l'.TXl?[f :bagai bidane kea-hlian. r;;;;;-;.rJl,un 0,., sendiri, araukarena d ij atah orans I"i r, ;;;;k'i..,ir1, o, un d ianggap h an yamenangan i o"rru n?.:_

_red u ng. w; ;;;;, demik ian j arane ii_Sumpai suatu pengakuan terti ,.."rgl"U"nwa arsitektur adalahgedung. Sesuai dengan.wujudnya OjrJrt dengan ruang atauIingkungan (sering a.iaengar';eir]t.;.,,arsitek,,

p..ungKorea , arsitei oe.kembang", .r."r"#'r.rrn", Barat, tetapitidak pernah didengar ".rit.k ,unOui""ru, arsitek bungkusrokok, kesemuanva menunj uk kun f,.U.r".un sebutan tersebut ).Van Romondt menyebutk"r: ;;;i;; sebagai ruans rem_pat manusia hidup dgnsan U"rr"gr", ,iilng Amos Rapoportmenyebutkan arsitekrur fgugui ;ilU"** yang dirertibkandan diorganisasikan. rri ;;;;'iiil.rr,..,, karena apabira

Seminar Keci.l Jurusan Arsirektur FTSP-ITB, Bandung, l2

l7

Page 47: Jati Diri Arsitektur Indonesia

,

perhatian mulai tertuju pada kumpulan gedung atau sejumlah'geO.rng (dan jurnlah itu menjadi kota), persoalannya jelas

f,ukan hanya gedung. Barangkali ada yang berpendapat bahwa

perpaduan antara gedung dengan alam jaringan manusia dan'm"ryarut

ut tidak Lgi dapat disebut arsitektur' Tetapi dalam

kenyataannya, batryak pakar yang mendapat pengakuan

sebagai arsitek memikirkan hal tersebut' Dan bukan hanya itu'

banjunan industri yang banyak dibilang surnbangan arsitek

kecil sekali pembaharuannya clilakuka. oleh arsitek Peter.

Behrens. tsahkan Corbu pernah menciptakan voituTe mox-

imum yang menjadi prototipe mobil ekonomis di Eropa' Kese-

muanya bukan hanya kebetulan bahwa si jagoan ini memang

betul jago. Tetapi disiplin berfikir. kemampuan berimajinasilah

yurrg *i*ungkinkan suatu konsep tertuang dalam berbagai

wujua. Karena itu apa wujucl arsitektur agaknya tidak pen-

tini. Kalau toh wujucl itu harus ditentukan untuk berbagai

keientingan, lebih tepat apabila arsitektur sebagai wujud

disebut ruang atau lingkungan dan bukan gedung atau

bangunan.

Arsitektur Sebagai KonseP

Arsitektur sebagai wujud agaknya memang kabur' Kalau

pun disepakati bahwa arsitektur dalam wujudnya adalah

ruang, pertanyaan atas: ruang yang mana yang disebut ar-

sitektur, toh tetap sulit dijelaskan. Jagat raya adalah ruang,

gua garbajuga ruang, tetapi keduanya tak dapat dibilang ar-

sitektur. Dengan mempersempit lingkup, arsitektur adalah

ruang buatan manusia. Kejelasan yang diharapkan tidak juga

diperoletr. Banyak ruang buatan seperti tambak, kolong jem-

batan, gubuk reot, dan banyak lainnya, sulit untuk dibilang

arsitektur.Arsitektur memang bukan wujud, dia adalah cita (idea)'

konsep, kaidah, prinsip dan lainnya, pokoknya hasil

pengoiahan batin, pikiran dan perasaan. Ruang itu ada dan

Air.tut arsitektur, karena kegiatan batin itu menentukan

78

'r.s\'r,s

A<

I\q)

.j

q)

qJ

aa

\>

:i

bO

sut)

7c)

Page 48: Jati Diri Arsitektur Indonesia

begitu. Hasil pengolahan batin itu bisa sama bagi setiap orang,bisa juga berbeda. Karena mana yang ruang lingkungan danarsitektur itu, bisa sangat subjektif, sepihak, dan ditetapkanmenurut kebutuhan dan tujuan. Oleh karena itu bisa sajadibilang tidak ada arsitektur di jalan Thamrin yang ada hanyasekumpulan gedung dan bangunan. Kalau rumah Bali bisadibilang arsitektur, mestinya bisa juga hotel Indonesia dibilangbukan arsitektur. Padahal dari pemikiran ini bisa juga dibilangtidak ada jurusan arsitektur yang ada jurusan bangunangedung. Dari apa yang telah diuraikan di atas, tampak bahwausaha untuk mencari definisi dan makna arsitektur agaknyatidak ada gunanya. Barangkali yang lebih penting dan lebihgayut adalah menjawab pertanyaan mengapa arsitektur adadan bagaimana cara dia berada.

Hanya ArsitekturSeperti halnya dengan wujud buatan lainnya arsitektur

diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apakebutuhan manusia itu, kalau mau diperinci tidak ada kom-puter yang mampu menyimpan datangnya/ daftarnya.Kebutuhan tidak terbatas dalam ragilm dan jumlahnya, namunkesemuanya pada dasarnya ditujukan untuk:

- Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan. Tidak adamanusia yang mau menjadi generasi terakhir.

- Mengembangkan kehidupan, karena hidup bagi manusiabukan hanya mempertahankan hidup, tetapi adakebutuhan untuk membuat dirinya lebih bermakna,

- Membuat kehidupan lebih nyaman.

Arsitek memenuhi kebutuhan tersebut dengan mener-bitkan, mengorganisasikan dan mengatur lingkungan.Persoalannya kemudian:_- Pertama : Siapa manusia yang harus dipenuhi

kebutuhannya itu.Kedua : dengan cara bagaimana lingkungan diter-

tibkan.

80

-- Ketiga , .,:l: yang wajib , yangberranggung jawab,yang berhak da,.n-n.,,Ji;:"::.,,--1on. Yans mampur;:1il;:l',X:ff: dan -.n..,iur.In

PenutupJawab atas perti

mestinya "k;;#invaan

itu' bila mer

sTl; il;' #;,-';,ffi fl; ffif * ;: li l!, ll;l?,H?pertanyaan di atai.

---"'vqrr6^Crtt uill€ur rangka menjawab

8l

Page 49: Jati Diri Arsitektur Indonesia

nl

II.2. ARSITE,K'I'UR SEBAGAI SENI-STRUKTUR

Oleh: Ir' Wiratman Waleladinata

Pengertian Arsitektur

r lstilah "arsitektur" berasal dari.bahasa Yunani' yaitu dari

suku kata "srkhe";;;;;i.Gti" dan suku kata "tekton"

yang berarti "kokohli'ladi' dalam pengertiannya yang semula

1, uirit.kt ur " da par di#t k ;;;;0"*] :ilfrHffi ;;|lllj:l;;;;;. r."utu kokoh' Memang sela

sua-suanva untuk #;;;;;;n' upurtun itu rumahnva atau

iempat peribadatannya' ia it'u'-*tnt'us bergulat melawan

kekuatan-k.x'utu" u't'# t' ;; iari k an bumi' hembusan angtn

k e n c a n g,, o,. *, #';{;' :::' lY;-'##. XTT,?;;,":1\

:**: jm:";;#?:llle:[::! ji'i1J"'iii^";;"ir'membangun ,un*"'ni';;^ o;;t asli) denean menggunakan

baharr-bahan bangunan-bang.u'nan..1'n; kokoh terhadap

kekuatan-ktxuut#"uiu* "kitu'nyu' -Kemudian' karena

kesadaran urtun rtinOliun *"tttpukan naluri alami rnanusta'

maka ke dalam t#;'i.adiJ *t*uuneun masuklah unsur

estetika atau unsui ,.ni t.rt.ntu vu1,g r*urnai ciri arsitektur

nada kurun-t..u'u'l ;;*;;';;;;iuliou'un konsekuensi logis

tarr*a sejat awal ptti't*u""*"n frradaban manusia' seorang

arsitek mt'upukul';;k;tr nrlsvarakat yang unik: ia adalah

iieorang teknokrai dan seorang seniman sekaligus' seorang

r)erancans d"" :'J;;';itii ;t*bansun sekaligus' Per-

sonifikasi u"ittr "pt'i ini rntntupui iuntuknya pada diri

Micheiangert, y"* i"latn zaman Renaissance menjelmakan

cirinva sebagai':'-p;;;n!'- ftiu*eunan' pelukis dan

pematuns ,trurigu'"iu'i';";." o::ju sl' Petrus di Roma)'

Berpangkal pada pengertiannya'seperti dikemukakan di

ltas, arsitek'u' tJtJ berkembang sesuai clengan perkembangan

lir gkungan"r"' ";i';;opo

"iturnya' faktor-faktor kekuatan

ala'r tidak t.,rurf uJrp".'ngui,rt ,.it uoap kekok'han srruktur

82

bangunan yang dibangun dengan cara tradisional, pengertian

arsitektur mengalami perubahan. Unsur seni (urt) yang

masuknya ke dalam pengertian arsitektur justru terjadibelakangan, malah semakin menonjol; sebaliknya unsur

strukturnya semakin memudar. Dengan berkembangnyateknologi, termasuk teknologi membangun, timbullah reaksi

terhadap perkembangan arsitektur demikian.Sekelompok pemikir ingin mengembalikan arsitektur ke

dalam relnya yang semula dengan menyatakan bahwa ar-

sitektur adalah jalur insinyur dan bukan jalur seniman. Makatimbullah pertentangan pendapat mengenai isyu ini yang takada habis-habisnya sampai masa kini yang telah melanda ham-pir seluruh dunia (Ecole des Beoux Arts vs Ecole Polytechti-que di Prancis: Horvord vs MIT di Amerika Serikat: dansebagainya), termasuk di Indonesia.

Di Jepang perkembangannya lain sama sekali. Lingkunganalam yang kejam dan ganas yang setiap saat mengancamkelangsungan hidup manusia dengan gempa-gempa dahsyatyang dapat menyerang setiap saat dan topan-topan kencangyang datang secara berkala, telah menanamkan dampak yangkuat dalam perkembangan arsitektur. Arsitektur adalah urusaninsinyur dan bukan urusan seniman. Archilecturul Instituteof Japan (A.l.J.) adalah lembaga tertinggi di Jepang yang sam-pai saat ini mengurusi segala hal ikhwal mengenai bangunan.Tetapi yang diurus bukanlah urusan seni melainkan urusanstruktur. Lembaga ini adalah yang menerbitkan berbagaiperaturan mengenai perencanaan bangunan tahan gempa,peraturan beton, baja, dan segi-segi struktur lainnya.

Bagaimana sekarang di Indonesia? seperti telahdikemukakan di atas, Indonesia telah ikut terseret ke dalampertentangan isyu apakah jalur arsitek itu jalur insinyurataukah jalur seniman. Hal ini dapat dimengerti mengingatpara pendiri fondasi bagi perkembangan arsitektur di lndonesiaadalah orang-orang Belanda yang dengan sendirinya sangatterpengaruh oleh perkembangan arsitektur di Eropa (Karsten,

83

Page 50: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Maclaine Pont, Van Romondt' Dicke' dan lainlain)' Yang

n* i,;l, yy: f.;;I::m:U1i;['i:#l ti]l,*E:]i

:l::li"T:'il T:'::i#' ilkffiil;;" i:',il'":# -JlTmengherant'un, u"nill;;;;; ;ttiadi pembudavaan konsep-

konsep bentuk Uungunu' dari Eropa yang tidak cocok dilihat

dari ketahanannva i#;;;tttoi' lt"i contoh vans sansat

meny olo k vun g ri' ul'v ;;11'1ffi;::tas p aa a ar sit ek- ar sitek

lndonesia adalah XtttnOt"ngan yang salah untuk menggam-

barlmerencunuft"n t-Jfot-totl* U*g""* berbentuk persegi-

punjung,,*q,._o_Ti:# ffiH *lJ;, :X*X*:lml',:l? f f l,li,i: ;:il, ""#-i: yl*l# ffi'.'fffi ffil'Andaikata ,tnrt"ll'l itrt[*' "r"h

disadarkan dengan tepat'

seyogyanya n"tl*"";;;;"""n itu direncanakan berben-

ruk bulat u,u, uu:u?"r""gr."i t6.u1u,, perse'i panjang)' karena

bentuk demikian;;;"d"i kekuatan vang (praktis) sama

*'[:*ffi i"1.r"9""".."P:]:I"?:",.',1J1',31H[','l#:

ataukah jalur seniman' di lndonesta

bangan t."t"Ai'i"siu'" ro'tal para u"ittk lulusan Univer-

il;;tb..tr.,11;;i"'i'i1"iit+;31lff U;;l,"litli?"-';ii;;;;i"kiur di Indonesia dewasa mt

'"T::f:Ha dari arsitek aialah memecahkan masalah

kebutuhan ;;;;"dern beserta lingkungannya dengan

menciptaka;1i;; il utnt't' v ung memadai !*:::?t"t'l98O; Architecturi is an express.ion of humon expertence

in tne creation of usable sPace)'

'Namundi'";;i;t;;;';-th*"kekuatanstruktur(dansegt-segi teknolJgi tui"ny") harus i[ui tttpttahkan dan ini

adalah tugas"para "i'ti yung bersangkutan'

Bahwasanya trelayakan struktur^1anV1 *:lt'pif:"unt"pemikiran ttau"l*g ftompementer bagi arsitek sepertl yang

84

dilukislian di atas, kiranya dapat tercerminkan olehpernyataan-pernyataan berikut dari tokoh-tokoh arsitek kita,yang telah penulis kutip dari Eko Budihardjo (1983):

Adhi Moersid (halaman 3l):"Arsitektur yang kita huni ini punya peran banyak. Iamerupakan manifestasi dari perilaku hidup kita sehari-hari,cermin dari kebudayaan kita. Ia juga jadi petunjuk daritingkat perasaan artistik yang kita miliki"

Silaban (halaman 84):

"Tidak perlu meniru-niru bentuk khas Toraja.Minangkabau, Bali, Batak dan sebagainya untukmengusahakan terciptanya arsitektur Indonesia. Kitajangan ambil bentuknya, tetapi jiwanya yang banyakmenunjukkan ciri-ciri ketropisan. Hal-hal yangmemperhitungkan lebatnya hujan tropis, panasnyamatahari dan tentunya memperhitungkan adat-istiadatyang pada hakikatnya tidaklah berupa sesuatu yang statis,melainkan berkembang dari periode ke periode".

I Sidharta (halaman 93 dan 94):t*'--tA.rit.[tui-uJuruh seniguna, karena dia menyelesaikan

persoalan fungsional, persoalan kemasyarakatan".

"Arsitektur adalah seniguna yang khusus, karena arsitekturmerupakan kerangka ruang untuk kehidupan kita,,.

ardjan (halaman 107 - 108):

"Arsitektur sebagai suatu karya kesenian hanya bisa ter-capai dengan dukungan masyarakat yang luas, berbedadengan karya seni lukis atau seni-patung misalnya yangbisa terlahir hanya dengan usaha satu orang seniman sa-ja. Untuk melahirkan karya arsitektur diperlukan selainarsitek, ahli-ahli reknik lainnya, industri bahan, sekelom-pok pelaksana, teknologi, dana dan lain-lain. Oleh

rJ5

Page 51: Jati Diri Arsitektur Indonesia

T

karenanya patutlah dikatakan' b"ly1 Arsitektur adalah

p en ge j awantahan t*i"iitti"tr) dar i kebudavaan manusra'

Atau dengan kata t#"ffi;;itirr selalu dipengaruhi oleh

teUuOayaan masYa-rakatnya'

f2,,_;. ,-

(l) Itq gyllqb_ility to use by human beings in generol andits adaptability to particulor human activities.

(2) The stobility ond permanence of its construction.

(3) lls communication of experience and ideas through

form.Dalam definisi di atas, kebutuhan manusia, kekuatan strukturdan bentuk diucapkan dalam satu nafas sebagai satu kesatuanpengertian tentang arti arsitektur.

Kesadaran Struktur Sebagai Bekal Utama Bagi ArsitekMungkin masih tetap akan diperdebatkan, bahwasanya

kesadaran yang mendalam tentang struktur merupakan per-syaratan bagi seorang arsitek untuk menghasilkan karya ar-sitektur yang indah. Penulis sama sekali tidak meragukankebenaran dari pernyataan ini. Mungkin pendapat ini adalahsubjektif, karena subjeknya dilihat dari kacamata seorangperencana struktur, tetapi naluri manusia pada umumnyaadalah cukup tajam dan peka untuk mendeteksi kelainan-kelainan struktur, sehingga karenanya serta-merta mengubahcitra keindahan dari suatu karya arsitektur. Beberapa contohkiranya dapat menjelaskan hal ini.

Parthenon di Athena biasa disebut-sebut sebagai karyaarsitektur pra-Roman yang paling indah. Walaupun dari segikonfigurasi strukturnya adalah baik terhadap pengaruh gem-

pa, tetapi dari segi sistem adalah salah. Sistem tersebutyang berupa kolom dan balok-adalah cocok untuk strukturkayu dan tidak cocok untuk struktur batu alam (marmer).Balok-balok horisontal dari batu alam tidak akan dapatmenahan lentur yang tinggi dan karenanya peka terhadapbeban-beban berat. Perasaan takut ambruk menghantui si

pengunjung yang bernaluri tajam. Perasaan yang sama akankita alami bila kita mengunjungi candi kebanggaan kita,Borobudur. Balok-balok horisontal dari batu alam andesit ter-susun lepas sebagai kantilever-kantilever bebas membentuk

Wastu Praganta (hataman 159)" -:;;;"rn*ur

adalah bagian vang intesral dari pensem-

bangan ttuuJuvuun' iraka segenap perwujudan dart

k eseluruhan n"ii rl,ritn,*" ir-os"i r. ul, temauan (eti k a) ser -

ta perasaan testetifta) manusia dalam rangka pengem-

il"rir"" rtpribadian bangsa" r r-r^-aoio ser.,(

pandanganproresionalpara.tokotrfl :'j'}rtf E'||il'#l*il**;' ffi# ;:1}Ttr#r"Ei':11*il;; io ur' 3't"n

terintegrasirtun xJ'iJm pembahasan masalah bentuk 'dan

ruans. Penulis 'J"ffi;;t:;li:t::[* sangat ingin melihat

kesadar an ""'tt"ui?n

g f tUitt .klut' gllut diri rek anny a para

arsitek.Betapatki"'*"f;;.-'Tf +11i."t.1,;tiTfi llli::r:x m'"nT"rffirlilfi:l'litim tr opis' namun kita

juga mengatu*i 'ut"-tuta 400

"*Ou t-* tahunnya- Penulis

i n gin me n g' * "Jffi ti "'' i :q:::l1 ::i'|,':i:: i :it:"l ll;

Hru"tl;1':,:i,T;,.ilT''ll!I Yl ;';il;; ;

Y an g Pen uri s

maksudkan di ;;;l;ul iari makalah ini'

Barangkali ffifi#;;u 'ntur urthirnva kita rumuskan

pengertian *'itl[tut sepeiti yung ptnutis rnaksudkan itu' Un-

tuk itu penutrs ;;il;;tt-ukun tuutu definisi vang kiranva

coco k ai oara"l"f,l-9i,qt'i;*'fr " ry'" seu asai

B'ef 'f ul :

Architectur*i-'n''ii -;iA t!; te;hnique of ' bu'ilding'

employed'io"fiitttitlr'rye p::tical and expressive re-

\ ,\quirenenrr"i ,iiitirra oigoti' ine characteristics that

/" distins'i'; ;*;:;i' iii"nite'1fi nom other man'made

. ,',;r 'itrllctures are:

..,

86

87

Page 52: Jati Diri Arsitektur Indonesia

T

?::"x,,-y:lf,i!t1$l:frl{iit*i}iifitl#i-,fr'ber naru r i k uar ak an r,,"r

r.r.;i, q,..y j,rlllrriilT,H:i.Perasaan-perasaan ilt rur;i.inlulun olo,n,.,

sifat baru aramo"'*;"t'fl:ffi ;'I^ili"""'k' ..: : tepat daram sistem

, " ; "J';;'i * * t' T :T i'ffIll

^iTi.:^,["Xk$i: " 1$ iTienekune (busur)

r;';;";;;.rjadi resa i_,emanfaarkan erek

T[il'H$lil.1xl;; :-'i'"r,* " 1.n g,11

", u1 sam pai puruh an

;:r:tlf:"lx,i;:rnr;ji]l"ritfi lffilJ:ffi [u';ffiilJ ;r -:y

ll* [ :f, ','.?f^:I i1J[;"a"i, *r'

u,, t "

p ud u

Notre Dame) mell"iY:1'-tL-'i i""n"nan-bangunan rnr'

k eindahan van g disa j ik an oleh -bi:?tfi il.'t"upu cocoknva

1",'-:lrl$;i'"x};]l-il"*'i'1x"'""*?"*t"'u.,ili::*.lrU.n t ungi r u an g-r u a n g I uas'

-

x-1:t#;;.,a,ersedia datam

il *.*; t'yli:l ill T,,,"T3, :fi t; ;;il i;; ; kj'

3 e u

li,u n g

semua bahan ban

sebagai kuntitt"?l*"r" il"t i'i "tu'l nrinsip adalah salah'

Kec u ar i st r u k tu ; ;;;k; ;" 1 1Y.L ff:ff|xT' *:::XT:"gi.;;"" tarik' sesuatu vane dlu,11l:;ilt;';;e DPR-MPR

[tTi-f.:'#[il:lT'iili':I''ilffi ';;;;i1l"r1i'"'"hati, apa kan'*l o *u" r'lu' t i a":'

:lnil';lt',1fi tt-.IX[sedikit di antara kita yang mengetanu

keliling ttpi xuiuri itt']uut diueri kolom-kolom penyansga

tersembunyi' ftuitnu analisis gempa yang seksama telah menun-

iukkan bahwa ilt;"t'ffi;"1."1* xi'ui tuvup kubah tersebut

tenar-bena' "oil'i"t'f, tt-foll ii*n"u

oieh kolom-kolom

tersebut' *t"""*'" struktur'*tu'u tiilbal sulam ini tentu

tidak memu"r;;;;ra pihak, ,.rl,u*u ursitekn_va sendiri'

contoh t"'1"#i"i'-;;;;' uJrur'un*un vTs t?l boleh

kita tupaka"';;;;h keindahan v",,g'tit" raiakan bila kita

88

mengamati bangunan-bangunan karya Felix Candela dan PierLuigi Nervi. Hal itu tidak lain karena ketepatan strukrur, kein-dahan bentuk dan keserasian membaur menjadi saru kesatuanyang menerbitkan perasaan kekaguman tak henti-hentinyapada si pengamat.

Dari contoh-contoh di atas kiranya cukup jelas, bahwaketepatan struktur merupakan prasyarat bagi keindahan suatukarya arsitektur. Pendidik ternama Mario Salvadori (Salvadori,Heller, 1963) mengungkapkan hal ini sebagai berikut:

"We may thus conclude thst s knowledge of structures onthe part of the orchitect is, to soy the least, hiehly desirable,and that correctness ofstructure cannol but udd to the beuuty of orchitecture".

Apabila sejauh ini ketepatan struktur kita kaitkan dengankeindahan hasil karya arsitektur, maka di daerah gempa yangpenting seperti Indonesia ini, ketepatan slruktur jugamerupakan prasyarat bagi ketahanannya terhadap gempa.Ketahanan struktur terhadap gempa terutama ditentukan olehbaik-buruknya konfigurasinya. Karena konfigurasi berkaitanerat dengan pengembangan bentuk dan ruang, seyogyanya paraarsitek memahami betul persoalannya. Kita boleh bersyukurbahwa sebegitu jauh bangunan-bangunan penting, tinggi danbesar baru bermunculan di sekitar Jakarta yang kebetulanterletak di wilayah gempa yang tidak terlalu berat (Wilayah4), sehingga penyimpangan-penyimpangan sedikit dari prinsip-prinsip konfigurasi struktur tahan gempa tidaklah terlaluberpengaruh terhadap kelayakan struktur secara menyeluruh.Akan tetapi, apabila kita akan mulai membangun secara besar-besaran di bagian-bagian lain dari Indonesia yang termasukdalam wilayah gempa yang lebih berat, seperti misalnya diSumatra Barat, Irian Jaya, dan lain-lain, maka konfigurasistruktur akan memegang peranan yang penting dalam menen-tukan daya tahan struktur terhadap gempa. Bagaintana pen-tingnya konfigurasi, Henry Degenkoib (Arnold, Reitherman,1982) menyatakannya sebagai berikut:

89

Page 53: Jati Diri Arsitektur Indonesia

"If we hove poor configurotion to stsrt with, oll the engineercan do is to provide u band-aid--improve a basicallypoor solution os besl he can. Conversely, d we start olf witho good conJigurution ond o reosonable framing scheme, eveno poor engineer can't harm its ultimqte performonce toomuch. This lqst stotement is only slighlly exaggerated".

Dalam daftar pustaka pada akhir dari makalah ini dican-tumkan sejumlah judul buku yang secara jelas dan lengkapmenguraikan struktur-struktur tepat guna serta konfigurasinya.Uraian-uraian tersebut kiranya mudah dapat difahami olehpara arsitek, karena memang khusus ditulis untuk danbeberapa di antaranya juga oleh arsitek. Banyak kiranya man-faat yang dapat dipetik oleh para arsitek Indonesia dari tulisan-tulisan tersebut. Kepada para pendidik penulis ingin nrengan-jurkan agar mencantumkan judul-judul tluku tersebut sebagailiteratur wajib bagi mahasiswa arsitektur dan sipil. Mengapajuga bagi rnahasiswa sipil? Tak lain untuk memberi penger-tian bersama tentang konsep konfigurasi struktur, ruang danbentuk, sehingga dapat memperkecil jurang pemisah yangsering dikatakan terjadi di antara arsitek dan insinyur.

Bila kita pelajari bangunan-bangunan tradisional yang telahdiwariskan oleh nenek moyang kita di seluruh pelosok tanahair kita, maka semuanya itu ternyata mempunyai ketahananyang baik terhadap gernpa. Hal ini terjadi tak lain dan takbukan karena sistem dan konfigurasi strukturnya memberipeluang untuk itu. Marilah kita mengambil hikmah dari kenya-taan ini.

90

91

Page 54: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Pustaka

l. Arnold, C"; Reitherman' R' (1?.93)l "Building Configura-

tion Seisrtti' ou'isn';:' john Wiley' 1982'

z. Brrdihardjo' u' i""'i'"'ltt'ttnui' Arsitektur lndonesta '

. tl,Hltitil?i'*, : "Engineering For Architecture"' Mc

4 tf:rTli'r13?3,0,,r, s o tPy).- "structurat concepts

And svsrcm' nZ"'"i'l'ii'lt' ina Engineers"' John wilev'

5. l'3,Ltr."', P' (19^80):. ')!!e wortd's Greqt Architecture"'

'u t#*n,i*i; fihJ'itl' ttqor)' "structure rn Architec-

Iure", Pr.nti..-ttull-Maruzen' 1?63'

1. salvadori, *: ?t;;o;'""*'"iii'' iiiuint' stand up"'

Norton & Co., 1980' r,,, prenticeHall, 1980.

8. S.ir"Otft, p'l-' (1980): "Structure:

,lI

il

ii

II.3. .+RSITEKTUR DAN',TEKNOLOGI*)OIeh: Ir. Yuswadi Saliya, M.Arch.

Sebenarnya, riwayat arsitektur sebagai bagian dari bidangkeahlian khusus cukup panjang. Sejak orang membutuhkanbantuan untuk mengujudkan hasratnya melalui rnedia ruangdan bentuk, di situ arsitek mulai berperan. I(eahlian tertentumulai terasa dibutuhkan. Tentu saja pengcrtian ruang dan ben-tuk berbeda dari waktu ke waktu. Keahlian yang mendalampada suatu aspek, mendorong timbulnya gejala pernisahan(spesialisasi). Adakalanya gejala pemisahan timbul oleh adanyakebutuhan baru namun sering pula sernata-mata olehkebutuhan atau keberuntungan yang tak terduga (penemuanapi, misalnya). Kiranya cukup kalau dikatakan bahwa umurarsitektur sebagai profesi sama panjangnya dengan peradabanmanusia.

Orang mulai bertengkar pada saat membicarakan arsitektursebagai ilmu. Itu barang baru. Sebagai iimu, orang mulaimembedakan adanya hasil dari proses 'kebetulan' dengan hasildari proses'pemikiran' yang menyiratkan langkah-langkahyang sistematis dan objektif. Pada tingkat itu, diperlukan tin-dakan abstraksi melalui tinjauan empiri. Orang mulai berteori.Perkembangan teori ini tidak bisa dilepaskan dari perkem-bangan sejarah berpikir. Revolusi dalam dunia ilmu adalahrevolusi di dalam cara berpikir, dan sepatutnyalah ditinjau darisudut sejarah perkembangan berpikir (Westfall, l97l).Cara berpikir ini mengatakan orang kepada tahapan yang lebihjauh lagi, melampaui tahapan yang mrnyadarkan diri kepadapengamatan (observasi) menuju ke tahapan berpikir murni (ra-sionalisme). Orang mulai berhadaparr dengan berbagai ben-tuk dilema, pilihan-pilihan sulit yang drarnatis clan mintaperhatian besar. Terdapat sejumlah besar pola berpikir' (rnodel)

Disajikan dalam Seminarl2 Desember l98ll.

Kecil Jurusan Arsiiekrur F-fSP-11 B flandung,

u5'rAl;'\hNr\

Mrr'U a

5lJ

DAERAH

YU Mi

JAYYA

,t!lra

tt)6Ua

r, 98

92 JLrtAb

Page 55: Jati Diri Arsitektur Indonesia

1

yang memperlihatkan kecenderungan untuk meniru perkem-

bangan ilmu pengetJ;;;;i"-. pating popurer di antara para

arsi t e k \al,rh " ts e h s t'l'i "i'' i' i i "j "

"' -mest<

i p un buk annv a t an-

pa kritik. Sampai "i"ti'-'"*paknya masih berada pada

tahap eksperimentui' pt*unyaan terpenting yang perlu di-

jelaskan dalam rt"i;n"tJl'i'iiuio'it"adalah di manq letak

manusia ?Menurut iiiffi t t iiol'kesulit annv a t erletak pada

sejumlah rr.'u' u"t'ii';;;;;;" iiduk ,nuu harus diciptakan;

orang tidak dapa''^UtiJft''""'imen dengan manusia seperti

halnya dengan u"t' i""^ilti: tidat jelas' batas-batas antara

subjek dan objek';d;il';r' iui"r' korban dan lahirnva

tffil#ui".ffif;lilu' au'i P.avlov' watson (penemu istilah

,Behaviorqt s,i,nrl]) ;#,;i;:ie11-sr<inner' Bs itu - 'asak

mengejutka, - tt"i""r pendekatan yang mekanistik juga'

Pada umumnvu' otngln atiap kemajuan teknologi yang meng-

gebu seperti "*"'#i'i' "'"X* t'rai bertrati-trati menghadapi

se gala langkah yarl; ;;'tit; i'tr."'i tt il" kalau b u kan malah

*tTitt::','"," berbagai :ir1' "ll"'l^":'^,11t3;t:3;l,tt'

isolasi/asimilasi' -CJo"l-tradisi)

Iung tampaknya pentrng

untuk dibicarakanl "a"i"t' iirn6riii'-i' dunii-balik an' (feed-

back world)' Bermula dengan pengamatan gejala b'ahwa

teknologi bukannya sekadar memen'uhi kebutuhan tapl luga

menciptokon'ro"'ftJtli*" u"ir1q' keras datang dari lllich:

hubungan antara ;#;;il; un'ii rutnluti perlu diperbaiki ;

sekolah hanva ;;;;i"t ialik -antara tujuan dan cara'

Eisenhower (1956) ;;peringatkan akan adanya bahaya

' m i t i t ar v - i n au "'l

ii't' ;; ;' ; i: ;;;" Falk' ( I e80) menambah kan

dengan'^iti'oii-lina"iit'i-i"demic comtplex'' Pola-pola

pemusatan ktkJJ;;ia* rttt'"tan) terasa semakin besar

tanpa seorang p;;;'; berbuat sesuatu (kecuali' menurut

iili;h, para politisi - sic!)' -. dnd rlisorot dan dMaka, profesioriali'mt p"' ditantang' disorot dan diper-

tanyakan o'un*'^tunou lecuati' termasuk arsitektur!

94

I

I

1r

I

Pada waktu lembaga pendidikan (tinggi) dicaci maki tahun60-an, terutama di Amerika dan Eropa (Prancis), orang mulaimembicarakan dimensi manusia (one/ many dimensional mon)di setiap segi kehidupan masyarakat. Masih segar di ingatankita, bagaimana Sputnik Syndrome (1957) telah demikianmemacu pendidikan di Amerika Serikat di dalam bidang-bidang ilmu alam (fisika). Tunturan kebutuhan nasionai un-tuk dapat menandingi ketinggalan dalam bidang antariksa dariUni Soviet, telah melahirkan cabang spesialisasi yang sangattajam. Tiba-tiba, dunia dikejutkan oleh krisis energi (1973),sesuatu yang sebenarnya bukannya takterduga (Berita Ming-guan Time telah menurunkan sebagai berita utama beberapabulan sebelum OPEC melancarkan kenaikan harga berlipatganda). Kembali dunia pendidikan kena semprot. pengang-guran yang menggelembung oleh tatanan kemasyarakatan yangada establishment) tampak seperti palu godam yang kembalimenimpa dunia pendidikan. Tidak hanya itu, ada semacam'mental overhoul' di kalangan negara maju. Seperti orangRomawi yang runtuh justru karena rnerasa ditakdirkanuntuk mengojar hingga lupa belajar.

Teknologi, peradaban manusia yang paling banyakdibicarakan abad ini, menjadi titik terobos berbagai telaahsosial. Tampaknya perlu dibahas tuntas. Mengapa teknologimenimbulkan pesimisme? Menurut Lyngstad (1980), pesimismeitu bukan semata-mata disebabkan oleh masalah yang nyata-terukur (tangible) seperti polusi, kelangkaan energi, perlom-baan senjata, atau gangguan syarat oleh kepadatan dan keseim-bangan (diburu waktu), melainkan oleh 'kecenderunganototelesis yang tok terhindorkon dalam cara berpikir teknis-ilmioh dan struktur' (the unmistokable outotelic tendecies -in technicol-scientific thinking and structure).Lyngstad mengutip Heidegger dalam menuniukkan bahwateknologi memandang alam sebagai lumbung (Bestond; ston-ding reserve) berdasarkan sifat dasar teknologi yangmemaksokan (Gestell; enframing, framework), kalau bukan

95

Page 56: Jati Diri Arsitektur Indonesia

memojok kan ( ! ) Demrk ian,il{lT[.tTft ?#

j]Ji;fiialah clomi""l 1::l;;'k'L "urun yungmanusia untuk me1

i*i+;iq,.g,;*6i:lyfl lt#illll',il*-r'.$'#'JI;:1"'i;?"1TI;"ii'ii'io'^o"::^ff ;:::;','"i#ff l,*ini sejajar dengan apa yang dinamakan,\rut un rahapan saat

Van peursen. runuo ontologis':1",';};i' uururun.alam;

lxit tm iut'x'.'l;*:v#*ntlim $:i;iil, *

" +', "': o:i,|il)

| +T,fllfi ^,,"f

t[fltr,,tr W l,::perubahan iTl, i.ouuai bagian oT, 'i:l::"1t3-l$Ji;"',,kesadaran bumt t

*.ngin*u,x"y:";i,1i:1""-:;!];,|".lruf ;:l'"',:H'.""'X"mengg,cmParkan-I ""

", * *' * -,,.*i,ll jiil;l t r:Ti ffi hli'+.rlli',Tjlil, :'il'l' ",,111,o",,

" u e' r n-

" ( m o!"f,n

* -, ru n s ff e e d b o c x ) .-;;;;;;"as kesadaran it u' o::T#;il'v"ut'i"'i

sekadar

Bav an gk an' suat u per kemb an*'] :il;;;t;;;';' mak hluk

;:,r#il;" ; : Yff ;llii.lt{T,.,,.:lj# i,,,, *.,, "n,

a r k an n y a

' " n'*i

X;'r"'['.-.l I,] ffi ' ;;;* I 1'

v 3 I I, Jk S as r r a, A n i a r a. ( I e 5 6)

u nruk rne rnperoleh F{adi ah l"btl-:i' ;i;;il;. Sepert i kapal

,"."**'*Uarkan dengan jelas peran rr),.tU""g menjelajahi

Nabi Nuh, kapar ruang angkasa "i:'#il;e"j?", ur.t-tr"alam rava '"t"['".,l"ti''iJlniu

y:'u' *tntnggalkan bum

vang telah hangus oleh bom utol;* dapat menyelesaikan

il;:,i;k;', keiadaran Y"'l f:j}"*, #,fi;;i;manusiaanp.iuo*ngu1.1l,T;#l**ff lT,flll1Tifi?1"n1'#ili,o'"sepanjang Perl

Vadis?)'

,lI

1l

Konflik-konflik yang terjadi antara awak kapal dengan penum-

pang seperti pertentangan dan dunianya CP.Snow (1956),

seperti selisih paham antara para teknisi dengan penyair. Apayarrg dibawakan Martinson adalah bahwa Aniuru merupakanpaduan antara teknologi dengan pursr, sintesis antara ilmu danseni, antara teknologi dengan olam. Antara okol-budi (in-teliigence) dengan kata-hati (intuisi), seolah tanpa paduansemacam itu, perjalanan Aniara takkan pernah berakhir.Terguncang oleh konflik yang tak kunjung usai. Aniarobolehdisamakan dengan perjalanan Bima yang mencari Dewaruci,hakikat diri yang menjadijaminan kelangsungan hidup yang

sempurna. Pertanyaan sekarang adalah bagaimana memberimakna kepada teknologi? Martinson menyatakan bahwateknologi terlalu kuat dan memaksa (insisten) untuk tidakdiberi makna. Sebagai struktur yang olarkik-teknik, teknologitakkan pernah memperoleh makna,. Untuk itu diperlukankaidah (order) baru. Tapi, kaidah yang mana? Bagaimana?Itulah yang tengah dicari oleh Aniara (atau Palupi, atau olehmereka yang menunggu Godot), diperlukan pendalamanreligius, sejenis kekhususan yang hakiki, sedemikian hingga,kata Martinson dicapai keselarasan dengan kosmos, sepertiyang juga selalu dikejar dan dicari oleh Taoisme dan Budhisme7*n. Dan terhadap kaidah yang (seharusnya) dapat diturunkandari pendalaman semacam itulah teknologi itu dikaitkan(subordinate).

Tidak dapat dihindarkan lagi, pendidikan arsitektur didalam lingkungan teknologi pun perlu pendalaman teknologisedemikian, hingga itu memperoleh makna arsitektural yangsepadan dengan peran dan kekuatannya. Dengan kata lain,diperlukan suatu sikap arsitektural tertentu agar dapatmemadukan teknologi ke dalam dirinya, ke dalam arsitektur.Memang, arsitektur itu adalah teknologi; tak ada arsitekturtanpa teknologi. Namun mengamati sifat-sifat teknologi sepertiterurai di atas tadi, diperlukan pandangan baru, kesadaran

q6

91

Page 57: Jati Diri Arsitektur Indonesia

i'

baru, nB&r arsirekrurd*::,1"ilX;X ::J;"o"an seperti sedia

tn rlim*x*ru,:rx }ii,u: ii{i*.jl}},:lTioerangai sert a hakt xar t;i

;;;; ;""usia v an g. *l:11 ;';:,;;h

n*l*mfrt*$r*i-*x*:l*li.i*);

ff

m*rm****ruffi0," * Iin p i

" :"#l',I:,* ;'i I ffi ;; r11" g ;i:;, lillT,lli ;i n i t i dak t.,

" I lli.,"lili, q; * l^,.",11 X:::T H #;:il ux ur ut,Sif at ini' basama';1t ;'

"::lt::i;ses k reati t' n am.un dal am

memb utuhkul - u.,,.1 mernb an as ;, r oSeS *'-1i:'.';" iiu' tn.*-

riirs:.'.liiii'*1-'"11:li**I;=ihLrJ"T#H',S:il" x,#H, ffi di i*'"i'trj; l"f:'ff:T.[1i"''u"dari kebudav "in

*"nu'li.liliti,* :.;k;6*sannva hanva

segi kebudav^"n' otttumbuhan'H;;,;;; "t"Y i9:

peluang

daoat diperot.t' ["t"" S::,:"r:ffil:;il t"ndu'an,tuhirnva

ffifii ji,. r*r"n,:',t""Xlvfi};Hffiil;, proses beraiar dan

suatu budaYr

atau pendidikan sampai batas-batas tertentu membutuhkankeluwesan. Pendidikan yang terbai(, dalam artian usahamengembangkan bakat-bakat (fakultas) manusiawi adalahsecara personal. Harus diakui bahwa sekalipun pendidikanklasikal mempunyai beberapa keuntungan namun ia punmenuntut beberapa pengorbanan. Hampir dapat dipastikan,pengembangan daya imajinasi hanya dapat dilakukan secarapersonal, secara perorangan. Pengalaman menunjukkan bahwawaktu yang diperlukan berbeda-beda bagi orang untuk sam-pai pada taraf perkembangan tertentu. Kenyataan ini menjadibeban yang sangat berat bagi seorang guru. Lebih dari ituadalah adanya kenyataan lain bahwa manusia tidak bebas daripengaruh lingkungan, baik maupun buruk.

Dalam hubungan dengan faktor lingkungan ini, tampaknyadiperlukan adanya suasana akademik yang menarik con-ducive). Menanamkan kehormatan atau harga diri tidak dapatditurunkan lewat peraturan atau tata tertib semata-mata.Teristimewa bagi para rekayasa (engineer), apabila bagi merekayang jangkauan pengetahuannya terentang dari masalah teknis-rasional sampai ke psikis-spiritual seperti seorang arsitek.Kalaupun pada prakteknya seorang arsitek tidak bekerja pada-jangkauan selebar itu, namun batas-batasnya perlu dikenal.Profesionalisme sempit hanya dapat ditembus melalui sikapyang hadir dari pandangan luas itu. Itulah jalan yang palingaman: berpandangan luas. Begitu sulitnya meramalkan ujuddunia masa datang. Sehingga akhirnya, apa yang perlu diper-siapkan adalah keberanian oleh berpengetahuan imajinasi yang

lahir dari pendalaman. Dan wawasan yang berke(nbang darikesadaran baru.

Kalau boleh mengutip Clemenceau menyatakan bahwaperang itulah terlalu penting untuk diserahkan hanya kepadapara jendral, maka sesudah Susskind (1974) menyambutnyauntuk teknologi dan para rekayasa (engineer), kita dapatmengiringinya dengan bahwa arsitektur itu terlalu pentinguntuk diserahkan hanya kepada para arsitek. Untuk itu pulalah

98

99

i

l

Page 58: Jati Diri Arsitektur Indonesia

ffi:ff fi $El$'r#lilf}I$$tr'+ftmakna'

Kepustakaan

l. Barzun, Jacques 1964: Scince, The Glarions EntertoinmentNew York: Harper & Row.

2. Falk, Richard 1980: "Technology and Politics: ShiftingBalonces", dalam Future Alternotives, The Journal ofUtapian Studies, Spring. (

3. Lyngstad, Sverre 1980: "Beyond the God-Machine:Taward a Naturalized Technology" dalam Future Alter-notives, The Journal of Utapian Studies, Spring.

4. Illich, lvan 1976: Limits to Medicine, Medical Memesis:The Expropriation of Health, Penguin Books.

5. Ogilvy, James 1977: Mony Dimensionsl Man, Decentraliz-ing Self, Society, and the Sacred; New York: Harper &Row.

6. Susskind, Robert 19'13: Understonding Technology JohnHopkins University Press"

7 . Wesrfall, Richard S.: The Construction of Modern Science:Mechanism and Mechanrcs,'New York: John Wiley.

8. Abel, Chris l98l: "Vico and Herder: The Origin ofMethodologicol Plurulism", dalam Design: Science:Method, suntingan Robin Jacques dan James A Powell;Westbury House.

100

l0r

Page 59: Jati Diri Arsitektur Indonesia

LamPiran

An Engineer's HiPPocratic Oath

f i!#,i x i i,?,i, T,,f,:[ ff*::'lffi $..|ffi*' :l I ,.l.? : :; il, :''il":;;;ffi

'1

{;11,ffi'ffitiJe mY Professron I

Li[1l,,J.'.tr;:]r;'*],l,xl'i'I!,;,,.:*.*Hiilffi l:ffi :1corruPtion and tro

exercise my prot:s- ^ ,..iminal purpose' even,tt:::::'l.liii..

;;i;; no act l:l ::'l[:fi J*[,t ."ir uno uniust.practt

i;.;;;;;i it; I w,,' lil;. ,,. r wiu noi r.*i considerations

;;;;* "' I :Hi.l',':"::,'r;!i ; ::,'::l it :'J}'iJ:?lIliiJfi [?,".?#:Ttr,"?Jfl*i*]5{7*:;;Til$};iil:I will not Ytt TJ.*, cnrleavor to avotu *1":,11:*t1.""'I.oitr.toi'f1r1nuni,y; I wrr' !rru!- I make the these prou:

i",-"t nonrenewable resources' r ''

solernnly' freery' und upon my honor'

RobertSusskind:LJnderstandingTecnology'JohnHopkinsUniver-;;r?;;' ie?3' haraman 13e'

1

:,

li

ili

II.4. ARSITEKTUR DAN KESEMPATAN KERJADI SEKTOR INDUSTRI KONSTRUKSIOleh: DR. Hidayat

Kalau dihubungkan dengan ilmu Arsitektur, maka penulistermasuk outsider sehingga tidak merasa kompeten untuk ikutmembicarakan tentang materi disiplin ilmu tersebut. Perha-tian penulis dalam bidang yang ada kaitannya dengan ilmuArsitektur ialah karena pemegang ilmu itu yaitu sarjano ar-sitektur dalam kedudukannya di masyarakat baik sebagaipemikir/designer maupun sebagai kontraktor mempunyaikemampuan untuk mempengaruhi pasar kerja, khususnya sub-pasar kerja yang berhubungan dengan industri konstruksi. In-dustri konstruksi dalam makalah ini diartikan sebagai lapangusaha yang meliputi:(i) kegiatan memproduksi bahan dan material;(ii) kegiatan konstruksi atau assembling lapangan; dan(iii) kegiatan software seperti melakukan satu atau lebih fungsi

manajemen.Artinya, seorang sarjana arsitektur dapat ikut baik secaralangsung maupun tidak langsung mempengaruhi tingkatpenyerapan tenaga kerja. Dilihat dari tanggung jawab sosial,seorang sarjana arsitektur dapat ikut memecahkan masalahgawat yang negara Indonesia sedang (dan akan) alami yaitumasalah pengongguran terbuka dan underemployment.

Makalah ini mempunyai tujuan tunggal yaitu bogoimanakesempaton kerjo di kantor industri konstruksi dopatditingkotkon tanpa mengorbankan pemakaian teknologimutakhir.

Industrl Konstruksi dalam Konstruksi PerekonomianNaslonal

Salah satu indikator peranan lndustri Konstruksi (selan-jutnya disingkat dengan IK) ialah dengan melihat kepada dataCNP Indonesia dan Tabel Input-Outpur. Dalam publikasi

l0-l

t02

Page 60: Jati Diri Arsitektur Indonesia

GNP oleh BPS terdapat lapangan usaha "Sektor Bangunan"(Construction) yaitu digit ke-5. Kalau dihubungkan denganpengertian Industri Konstruksi yang dipakai dalam makalahinimaka konsep Sektor Industri menurut GNP hanya meliputisalah sotu dari tigo kegiatan. Kegiatan produksi bahan ke-2yaitu lapangan Usaha Manufacturing. Kemudian kegiatanSoftware juga tidak termasuk karena masuk dalam lapanganUsaha "Sektor Jasa". Oleh karena dengan hanya menganalisisperkemban gan value-added dan kesempatan kerja dari SektorBangunan menurut CNP kita hanya mengetahui satu kegiatanseluruh Industri Konstruksi. Di lndonesia sebaiknya perludijabarkan data BPS untuk berbagai kegiatan aggregate sepertiIndustri Konstruksi. Ini menunjukkan bahwa perkembangankonsep (yang biasanya timbul dari keperluan praktis atau tim-bul dari pemikiran konsepsional teoretis) lebih cepat daripenyediaan data oleh BPS. Cara yang baik ialah agar antaraprodusen data (BPS) dan pemakai data (analis) ada forumkomunikasi.

Di Indonesia analisis setelah mengetahui data tidak tersediadi BPS melakukan survai untuk mendapat datd primer.Sayangnya sering terjadi metode survai tidak didasarkan pulametode sampling design yang baik sehingga kesimpulan sur-vai masih diragukan secara statistis. Di lain pihak produsendata (BPS) sering mempergunakan datanya sendiri untukdipakai dalam pembuatan paper sehingga ada semacam per-saingan antara analisis di dalam BPS dan analisis di luar BPS(yang kebanyakandari Departemen dan Perguruan Tinggi). Apapun dalihnva keadaari ini kurang rnenguntultgkan kita semua.

Kalau kita nrenrbarasi lranva kepada satu kcgiatan dari In-dustri Konstruksi yaitr-l Lapangan lJsaha Sektor Bangunan(yang terdapat di data GNP) maka di Indonesia dari tahun1975 dan rneningkat menjadi690 dalam tahun 1980. lni berartibahwa pertunrbuhan t,alue-added sekror ini adalah sekitarI 1,590 per tahun dalam periode tersebut suatu angka pertum-buhan vang mel*hihi perturntruhan ekonomi makro secarakeselun:han.

104

Bagaim

H,**fftff1#,-#fr***#,pi;:trlr /

r05 I

i

I

I

Page 61: Jati Diri Arsitektur Indonesia

a ao

' *,-

!ts'

gE

E=

.-,g

tEet

*eB

-,e

e ii1

qqea

at ?t

Etq

et?s

*=

1 1

a{et

111?

?t!

1??

??at

a?E

H?i

lliqs

e E

E?t

atIE

EH

?E

eqa

aiE

iiE =

ET

q?i?

EE

?i e

a??e

Er*

aeee

E'a

6_E

A: l3

3E-

? tg

aE

e s

?i3

=s

aB C

gaE

-*-i?

3t-5

-e?2

t**a

EE

':r tR

-eE

E=

"*?-

" r

Ep,

i'=;V

s"X

-E'"-

ts, i

=ee

p a

-K n

o.E

a d

€-

"a a

-E s=

tB A

E i

dc-.

9B

?E

ezl

*er"

B i;

E-A

a? ?

ae=

E E

6i-B

gAiti

li??E

a*ta

?.aI

E E

5,g-

;[*?i

ru 6

*eaE

H;,.

8.3,

B,'=

igB

EaE

"g=

*ag

ie,ie

.ut-

-;=

i *

"qsa

E?B

sE

-sla

q|1F

-t *

r6f.;

' A"e

C'8

"'-=

-6F

-='=

a

'i?B

ia;io

g"t',

t,ea

Bis

?aeE

E ?

B?B

?E1E

aE e

aEae

E?E

E a

ea

'e -

A:A

'= i=

"a.i

E-;

ts E

5 i

E f

-6

Hiig

gEgH

e-?

1?aF

+=

z4

Str

uktu

r K

eahl

ian

Ten

aga

Ker

.ja

di N

egar

a In

dusf

tifin

gkat

Kea

hlia

n

Juru

Tek

nik

Tid

ak T

erla

tih

Str

uktu

r K

eahl

ian

Ten

aga

Ker

ja

Pro

duse

n K

eahl

ian

di

I nd

ones

iadi

lndo

nesi

a

Sar

jana

Tek

nisi

Ahl

iP

olite

knik

Afu

amrl

lrogr

unr

----

Dip

lorr

ra n

ada

Uni

rcr:

itas

ST

M P

emba

ngun

an,

SI,l

TK

, S

MF

.A__

__ _

_ _

_Psr

yr_b

r.nl

.S!1

1_l!

_slL

P!.S

_lqS

_L,_

_

-S

TM

. S

MT

Per

r. S

MT

Khu

sus

SM

EA

& S

MK

K

ST

, S

KK

. &

Kur

sus-

kurs

ussi

ngka

t

Sek

olah

Das

ar

Neg

ara

Ber

kem

banS

Gam

bar:

Per

band

inga

n S

truk

tur

Kea

hlia

n T

enag

a K

erja

di N

egar

a ln

dust

ri da

n In

done

sia

-l

Page 62: Jati Diri Arsitektur Indonesia

(1) jumlah profesional kini masih kurang kalau dibandingkandengan permintaan sektor industri;

(2) sebagian besar dari sarjana teknik Indonesia belum ter-masuk manusia terampil (siap tahu dan siap pakai);

(3) sangat kekurangan untuk tingkat keahlian teknisi asli,teknisi industri dan juru teknik;

(4) terlalu besar hasrat lulusan SD dan SMp untuk menem-puh sekolah lanjutan umum agar kelik dapat masukuniversitas.

Dengan struktur keahlian tadi, tidak begitu salah kalaudikatakan bahwa hambatan utama pembangunan industri(terutama yang bersifat hulu) dalam dasawarsa 80-an terletakpada langkanya mutu ,tenaga kerja yang diperlukan dilapangan. Ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan tinggisebagai suatu kelembagaan barang responsif dalam penyediaanhigh-level monpower yang diperlukan sekarang dan esok.Ini adalah suatu bukti bahwa sudah sangat mendesakkebutuhan untuk diadakan suatu perencanaan bidang highlevel monpower, kemudian perencanaan bidang middle techni-cians,lambat laun ditingkatkan ke usaha melaksanakan suatuperencanaan ketenagakerj aan (monpower planning) dan dalamdasawarsa 90-an mulai dengan perencanaan sumber dayamanusia seperti dijelaskan di muka.

Jadi kebijakan pemerintah Orde Baru dengan program [n-pres SD dan kini ditingkatkan dengan program Inpres SMP(dan Inpres STM yang akan menghasilkan juru teknik) sudahmelangkah ke arah yang benar. Dalam suatu perencanaanketenagakerjaan yang perlu diperhatikan ialah kaidah antarapendidikan dan kesempatan kerja. Artinya, tujuan pendidikanselain meningkatkan pengetahuan perlu dikaitkan dengan kebi-jakan kesempatan kerja. Demikian pula kalau berbicara soalkesempatan kerja perlu diperhatikan aspek peningkatan pen-didikan tenaga kerja. Mengingat usaha meningkatkan mutusumber daya manusia melalui pendidikan memerlukan waktuyang relatif lama maka agar tidak terjadi kekurangan atau

I

\

I

,ung r.hutu^*lil,Ii'*."*" keria sepertr '"?"irfrri,as sariana

Ii)engan st"':l;; r.,^tr*a tinsrat Y:ilf6i.gkan ae51f i

sam !.a r. d1:::.ll"r:?', I l -ni r' r endah "'i'r;;i;;'nelangkaan

teknrr,,,:::';;, di'i}s;;; ;"ir; l*lir rendahnya pre.:::i

i::ilfJ"TJlxil;'*"i:i;frxiffi lil$ j:lrfi:Tlii:ili?:f [1$:: ;',"I],,' u in aan t en a sa i rJ,*''. o, u"

?^ 11'":'

E:fi ili:1i"il".H3;.,:;:J[!,lt**19;';i't*trJ-'iii

Ttr',l;*$I#flllth4l.ifr*,1fi I'Iffi'x-{*igryg'-5Pi11[':']ffieH::'1;1"'"it.r daD1t lileflsurq"" ^^:-j I IntUk saf-"'*T'...^o" nokok. r ,:^- 4i lndonesi"l Y.::!*."*'tl;:'ilfi

;;m:ilfl #,Til?.Xffi lXllJlff ttfrit

iuffift4gn'ilfiEfl#gilffiS:::JJii,:'[U:]J#lf;,X1"'*ili"'i-"""'"r.''"?fi l' H:ii;l [""f; ;;'

;""n gut" *#;;:l##i;:::lm'#ffi:it*61* Tffi ilH:[f i*"

:11in*,n",""lBml;1ffig:*ff 'llffi ,rH,"1'fi1#nt.u.,opu

keria lndont

kesimPulan:

inQ

l0e

Page 63: Jati Diri Arsitektur Indonesia

ffi$-*pkurang'

P asar Kerla ::Tl;i::::::[1ri ::txli il:[:?:#iDengann,:ll3l,li'j, [J,uugui I'::l::.i;i-di tndon.'iu'

*il*,{.*itr'ffi }T.r-'ryU"giigH}:"i#*edikit Maka 9tffill:,ilT^# il1:l; nl_ tXXJ.un"'{lj:i,;,*x'f, l"+in* jm',utll:*,1ilil',xxt

l"J#: ffi :,-'[f i[l*;W t3,:i"g{tf ,

t;:t.' liT iil?menganggut.tl.'-- ^--^t rnenJawao

Dattwq.. "-

.^^t oh ada ar-

*.,l"rft 1;rlffiilffifu *:#i'$ffi i"puou,un,rr.n*unttu:

t.^-,^ 'nemilikt

satt,. Jabatat': ":::; *'ka P&stl

I'i.[;;;n**.t:Xi]"riiq,,:::,.1!;fq,:i":;;'(uut'tun

*,u*itthjun*# : *r *l,t l '"* ;li*;lebih dari 9*-"'J.,?;iana arsiteli"""i''""nt-1;;in"beranireorn**'r::X'*Xtli"

HilJ;'{i[;{*UU:,1i,.f*:X;;";^'.'*ii3:{,:f'*' - K.udu*

X".ti' rr r,ir, or * o i ii a,urtffi [:ilt,n,rr.,., -

Y.?I,"-"TII::l::'il;;u*'i'*,1,,T:Ii:;'i,.no*ngu'ucapaniun ke ;;; ridak heran x

bahwa: rumah ini didesain oleh si Anu nrahasiswa .

Suatu jasa di mana terdapat excess demand yang berlebilranakan menyebabkan pemilik jasa itu memperbesar furn-over'dengan kadang-kadang mengorbankan kualitas. Di sinimasalah baru timbul: Bagaimana mutu jasa arsitek tidakdikalahkan oleh arus pesanan dari bouwheer.

Apakah perlu arsitek mempertinggi mutu? Dilihat dari segipraktis business maka apa perlunya peningkatan mutu kalaudengan mutu yang ada saja sudah terus dibanjiri pesanan?Untuk menjaga agar mental arsitek tidak seperti "supir colt"sewaktu musim lebaran (yaitu menjalankan usahanya tanpamemperhatikan keselamatan koniumen) maka diperlukansuatu buffer berupa Pendidikan Etika Kerja (atau etikaprofesi).

Bagaimana pandangan seorang arsitek terhadap masalahkesempatan kerja? Sering kita menemui kontradiksi sebab adasebagian yang melihat bahwa arsitek perlu memperhatikan soalini. Memang pada umumnya sejak menjadi mahasisrva seorangarsitek itu selalu dihadapkan kepada gambar-gambar teknologimodern ),ang terdapat di dunia Barat. Jarang kita melihat gam-bar tentang comberan atau kran bocor atau genteng pecah.Akibatnya setelah dirembes dengan gambar yang enak dilihattimbul naluri untuk meniru. Nah, kalau melihat yang mewahkita cenderung ingin meniru. Tetapi bukankah dengan melihatgambar comberan justru kita bukan ingin meniru tetapi tim-bul tantangan pada diri kita untuk mengatasinya? Maka dalampendidikan perlu ditambah dengan gambar-gambar yangkurang enak dipandang sekadar untuk memberi simulai un-tuk menimbulkan challenge.

Masa Depan?

Kalau penulis sedikit mengkritik arsitek bukan karenadidasarkan kepada rasa iri atau perasaan emosional lainnya,tetapi justru karena mengakui bahwa sarjana arsitek dalamdua puluh tahun lagi masih mempunyai potensi untuk

lll

110

Page 64: Jati Diri Arsitektur Indonesia

F tltt ttt tttr rr

tfiffi$fl;rlfiffi:'#:-tt,ffi*ffi n:l:iT,,*r.,-?l?l'#"1'X'f-:Sf"l::3*x

II.5. PENJABARAN WAWASAN IDF]N'I'I'I'ASDALAM WAI)AG ARSITIiK'I'I.]ROleh: Ir.tlko Budihardjo, tli.9c

Strategi pembangunan bern'awasarr identitas yang

dicanangkan oleh Gubernur Jateng lvloharnird trsrnalr" telahmendapatkan sambutan yang gegap gcn-rpita. ciart gaungnyamasih tetap terdengar lantang sampai saat ini. Harian SuaraMerdeka mensponsori Saresehan, l-entbaga Penelitian Undipmemprakarsai seminar, koran kampus Mantrnggai menye-lenggarakan sayembara penulisan artikei" semuany'a Ientangwawasan identitas. Kemudian Unika Soegijapranata bersamaDPU Propinsi Jateng bertekad rnelerngkah lebih ianjut, men-coba menjabarkan konsep handal tersebut daiarn trentuk ren-cana tindakan yang perlu dilakukan oieh berbagai pihak.Terutama yang bidang tugasnya menggeluli perkara pencip-taan wadag arsitektur dan tingkurtgan brnaan.

'Tindakan yang berani ini (barangkali) ctiiih;rnti olelr adanyakeluhan dan sentilan dari para penetltn kebijakan di riaerah,bahwa pembicaraan, dwicakair, clan adu nluiut yartg ber-langsung masih berkutat sekitar konsep vang serba abstrak.Tidak banyak rnenyentuh ikhwal upaya penjabaran,rl,a secaraterperinci. "Pedoman praktis bagi aparat lapantrran belumterumuskan" begitu judul laporan Bamtrang Sadono SY, SHyang meliput seminar l-okakary*a di LJndip (Suara lv{erdeka26 Oktober 1984). Pinjam istilah gagah dari filsaiat ilnru. yangtelah dijawab agak tuntas baru landasan ontologis (objek apayang ditelaah), sedikit menyentuh epistomologl lbagaimanacara, proses dan prosedurnya) dan belurn sampai pada tahapanaksiologis (untuk apa dan bagaimana operasionalnya).

Sekadar untuk menyegarkan ingatan, pengertian rnengenaiidentitas yangberwayuh arti itu, perlu diluruskan dulu; bukandalam arti kesamaan yang absolut, atau kesenlpaan yang

ll.l

It,\

Page 65: Jati Diri Arsitektur Indonesia

wawasan

Barang tentu akan ada yang mempersoalkan, bagaimanahalnya dengan perumahan masal (mass housing). Apakahmungkin keseragaman itu dihindari, agar terciptakeberagaman. Mengenai hal ini, para arsitek garda depan telahmempersiapkan jawaban. John Habraken, misalnya menga-jukan konsep keberagaman yang hidup dengan prinsip "sup-port structure and infill package". Dalam penerjemahankonsep ini, struktur utama yang pokok ditentukan terlebihdahulu, sedangkan pengisiannya untuk setiap unit diserahkanpada keinginan penghuni masing-masing. Kesepakatan untukmembuat cap pribadi yangmerupakan identitas, terbuka luas.Alden Van Eyck, mendukungnya dengan pernyataan: ,,tan-pa tanda pengenal spesifik, rumah bukanlah rumah, jalanbukanlah jalan, desa bukanlah desa dan kota bukanlah kota,,.Konsep tersebut dikenal dengan istilah "Codeterminotion inarchitecture", yang diibaratkan oleh Herizberger sebagaikebebasan bergerak dalam permainan catur yang berpola.Perlu diingat bahwa "the will toform tidak selalu berarti thewill to make conform". Dalam menciptakan suatu bentukarsitektur, kita justru harus alergi terhadap pengulangan halyang sama statis, mandek. Karena ini menyalahi kodratkehidupan alami yang pqnta rer, selalu mengalir. Atau pin-jam kata bertuah dari Bali, harus menganut trilogi Desa-Kalo-Pot ro (tempat-waktu-situasi).

Dalam arsitektur, kita mengenal tradisi sebagai bentuk(form) sekaligus jiwa (spirit). Yang perlu dilestarikan dandikembangkan sebetulnya justru bukan bentuk itu semata,tetapi terlebih-lebih adalah jiwa atau semangat suatu tempatyang lazim disebut "genius loci".

Bentuk fisik bisa berubah, bahkan mati, tetapi semangatharus diupayakan tetap hidup. Manusia yang hidup masa kiniselalu mengingat masa lampau dan membayangkan masadepan. Rantai yang sinambung itu tidak sepantasnyadiputuskan. Apa implikasinya terhadap rencana pembangunanberwawasan identitas? Jelas, kita wajib mempertahankan

l15

Page 66: Jati Diri Arsitektur Indonesia

masyarr

diperlihatkan dalam penjabaran wawasan identitas ke dalanrwadag arsitektur dan lingkungan binaan.Pasar, kakilima, MCK, artdong, dokar, becak dan lain-lainharus dilihat bukan sebagai sesuatu yang memalukan,melainkan justru potensi yang pantas untuk diaktualisasikansebagai cermin identitas. Selain hemat energi, cocok untukudara tropis, juga memberikan kenikmatan tersendiri bagimasyarakat kita yang senang bercengkerama di udara ter-buka, berdesas-desus, tawar-menawar. Sektor informal yangmerupakan wahana komunikasi serba aknab itu, tak akan bisadilenyapkan begitu saja. Tinggal bagaimana cara pengaturan-nya agar tertib, dalam penentuan lokasi maupun waktunyadan dalam penyempurnaan, s€uana-prasarana penunggangnya.Pola tataguna lahan tunggal dengan pengkotak-kotakankegiatan tertentu dalam kawasan tertentu, ternyata tidak begitutepat diterapkan untuk pengaturan tata ruang kita. Pola yangtepat adalah tataguna lahan carnpuran {mixed land use).

Penampilannya barangkali kelihatan semrawut kacau balautapi aktivitas di dalamnya bisa berlangsung dengan baik dansuasana kehidupan yang hangat akan terasa sepanjang waktu.Apa sikap kita terhadap arsitektur dan lingkungan tradisional?Di Yogya - Solo dikenal ciri-ciri khas arsitekturnya dari ben-tuk atap yang spesifik: Panggang Pe, Kampung, Limasan,Tajuk, dan Joglo. Di Banyumas ragam-ragam yang unik itudisebut Srotongan, Trojogan, dan Tikelan. Di Demak, kononada bentuk atap khas yang disebut Bekuk Lulang. Semua itumerupakan ladang yang sangat subur untuk diolah dan dikem-bangkan, sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dankemajuan teknologi. Tetapitidak untuk dijiplak secara wan-tah dengan begitu saja, karena kalau demikian halnya makaarsitektur kita tidak akan berkembang" Kita tidak mendam-bakan situasi Status Quo, tetapijustru mengharapkan adanyapluralitas dinamik yang tanggap tr:rhadap perubahan. Ar-sitektur, Iingkungan dan kota adalah itrarat jasad tridup yangtumbuh dan berkembang. Peneliti;rn y;l.ng nrendalam tentang

ttl

Page 67: Jati Diri Arsitektur Indonesia

arsitektur tradisional, yang akan membuka selubung kaitanantara tatanilai yang dianut dengan bentuk fisik arsitektur yangtercipta, jelas akan memperkaya cakrawala pemahaman kita.Terutama dalam menjabarkan wawasan identitas yang konsep-tual itu menjadi wadag yang nyata.

Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari tulisan iniadalah:l. Arsitektur perilaku/kontekstual ("jangan bikin sadel

sebelum kamu tahu kudanya") sudah saatnya menggan-tikan arsitektur deterministik. Perilaku yang unik darimasyarakat tertentu dengan demikian diharapkan akanmenciptakan lingkungan yang beridentitas.

2. Dalam pembangunan masal, perlu dicegah timbulnyamonotoni, dengan jalan memberikan peluang bagi in-dividu/masyarakat untuk ikut memberikan cap pribadi.Tanpa peluang itu, tidak akan tercipta identitas yang khas,yang dapat menumbuhkan harga diri, dan percaya diri.

3. Tradisi dalam arsitektur meliputi sekaligus bentuk danjiwa. "Genius Loci" itulah yang harus ditangkap untukdiejawantahkan kembali dalam ungkapan baru.

4. Konservasi warisan budaya (arsitektur, lingkungan, dankota kuno bersejarah) harus digalakkan agar anak cucutidak kehilangan akar dan orientasi dalam menatap masadepan.

5. Keunikan lingkungan binaan kita yang pas untuk negaratropis layak dilestarikan dan disempurnakan, khususnyayang menyangkut sektor informal.

6. Perlu dilakukan penelitian tentang arsitektur tradisionaldi seluruh pelosok daerah, sebagai landasan berpijak un-tuk perencanaan dan perancangan masa mendatang, agarlingkungan yang tercipta lebih memperkokoh identitasyang sudah dimiliki.

Kepustakaan

ll,c'e" the MIT press,

----

,1

118

I l()

Page 68: Jati Diri Arsitektur Indonesia

BAB IIIARSITEKTUR TROPIS INDONESIA

III" I. PROSES BERPIKIR PERANCANGAN AR.SITEKTUR DAN ARSITEKTUR TROPIS*)

,?' Ol"nr lr. Zaenudin Kartadiwiria, M.Arch

lsi makalah ini lebih mempersoalkan bahwa cikal bakalyang nrenyebabkan arsitektur di Nusantara tidak diungkapkandalam bentuk-bentuk dart asas-asas tropisnya ialah karenapro-ses berpikir perilnfttngan tidak diajarkan. Yang diajarkanselama ini di sekolah arsitektur di Indonesia ialah PerancanganArsitektur yang konvesiorral dan telah diajarkan terus-menerus,tanpa perubahan selanta 35 tahun hingga saat ini. Tidakdisadari oleh kar-lnr arsitektur (akademi maupun profesional)bohw,a proses berpikir 1)erancdngon arsitek pada kurun waktu1950-1960 telah berkcrnbang dengan dipelopori oleh adanyapernikiran tentarlg rnetoclologi perancangan. Pada kurun waktuI 960 -- " I 970 ;rerni ki rarr stluk I u ral dalam perallcangan arsitekturdidasari peniikir;rn bahwa arsitektur itu ialah sebagian darikebutiayaarr, sehingga untuk at'sitektur pendekatannya dapatberaneka ragani riesuai ciengan kebr.ldayaan yang melingkupi-nya" [:]ada kurun \i,'al.:tu 1970--1980 tinrbul pemikiran tentangProgramtning Arlitektur yaitu suatu realisasi nyata bahwa ar-sitekt.ur itrr pcrlu r"lilatal bulakangi proses berpikir perancangon.

Jadi dr"ngan adatrya peltiahlrran pernikiran-pemikiran barutcrsebrit di ata-r maka inenurut pcndapat penulis ialah bahwamaralah Tropis akan r"lcngarr scndirinya terungkapkan (malahter-c:'trit kan) yaitu jika lieredidikun prases herpikir perancongon

" t)rrajir;:rir rlaian: ( er;r*tah Ilmiah Il.ti.1'. 22 KMTA Wiswakirarrnan JurusanIcLr':rl ,\r.ilr:kir;r ['.i-. [](iM. Yogyakarta I April 1985.

t20

#i:rr l.##ilI[trii : :r i I

r,

Latar Belakang

,.il .ti?\i:..,ay;1 melihaf: r,. i,( ,rr rci rneljhatrik saja.

Arah per

:'t.x;:If1,1!},'i#.1n'i" r"r si: l: 1 ;,,,qsi) 1s1-

- **H#dij,1{f t#J, i;:;i 1,, .,

., r,t,,i,,u

o unsan. Tinjauan tr-,i, i iliJu,:i*m*u;:i,::,

*r *,;;:ffi ;r:,;: i,iif:iM :f ;; i ; r

;: :: t;t;;

mempersun"k;:,f:l_rdr'r rlio,l ";*,1 ::' ::" ;;,i ;,r ler i r i k (in ter-

i:j;;!i, r#"d;x#:,i:i:l ;:* :, ;, ; r,, ;:;? i: jij jlffili[i::1",:,:._y ilii:t fii,li ;,,. i, ;,]

I,, j :, r h,#::

fff* ,;rp#**:,T,***f

wswwg

121

Page 69: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Perbedaan Pandangan Tentang ArsitekturDilatar belakangi oleh kerangka acuan "Ceramah Ilmiah

& Diskusi Panel Wiswakharman" dengan tema: ArsitekturTropis di Nusantara, tertulis pernyataan-pernyataan tentangArsitektur sebagai berikut:

- Arsitektur dapat dilihat sebagai "seni", tapi arsitekturharus dapat diterapkan dalam hasil yang nyata yangberguna bagi kehidupan. (seni terapan, sic?)

- "Arsitektur yang benar, wajar dan baik harus selalu ber-paling pada alam sekelilingnya".

- Dinyatakan pula tentang "kenikmatan" yang kurangsesuai dengan kondisi iklim di Indonesia disebabkan karenabanyak asas-asas, dan bentukan-bentukan oiambil daridunia nontropis.

Ada rasa kagum saya terhadap mahasiswa Wiswakharman,yang menyelenggarakan Diskusi& Ceramah llmiah ini yangdengan gamblang membuat pernyataan-pernyataan tersebutdi atas. Tetapi terlepas dari kekaguman itu ada terbetikkekhawatiran disebabkan pernyataan-pernyataan itu pula.Apakah kekhawatiran saya itu?Kekhawatiran itu disebabkan karena jika arsitektur itudinyatakan demikian maka alangkah sempitnya danspesifiknya arsitektur, yang hendak dipermasalahkan itu. Darisegi perkembangan arsitektur, gerakan Wiswakharman inidapat digolongkan ke gerakan Regionalisme (Regional Style)yang memakai dalih regional tropis sebagai batasan-batasanuntuk menggali kekhususan arsitektur Indonesia. Gerakandengan dalih tropis (regionality) semacam ini, pernah timbulpula sesudah Perang Dunia ke-II, yang diperkenalkan olehMaxwell Fry dengan istrinya Jane Drew. Mereka manamakangerakannya sebagai "Tropical Architecture", tapi sebetulnyacikal bakalnya ialah "Arsitektur Kolonial".

Gerakan Arsitektur Tropis ini dipelopori yang oleh Max-well Fry pada tahun 1940-1950 dan bersama istrinya Jane

t22

II==-----J urew. MI i;*tr;*#iilffi"f::,f:?, H:;,,:,?*u,u,g.,1,,

ifdr{t;ir{

- ;;;;:r,;izone".

- -'ur'Lr\ t ropicotArchi,i,iik

,ffiruYngut ,aro'" trult shode) co:"

orr er us u ri,..,.lntu'l n; ffi i r';.'i*.i:;] ""::as .

gerak an in i!,riden

r i ris i^ J: #":1 ^

e..u t u r' h#"ff J*Ti ":ilu. J i k a

;yj:I.,:il;[t+"::1'l!TT;i"TXH,k.i,'dil1X,l;n;1o,r,sebagai ,"ru al'arsitektur ffiT: ketahui aarilu]|i""at;r e m a r rop is,. # :1-rS:1_1'

tf,'iJff I ::T: i ;il; ilil, l,':i;Isen i r e.apai r * i1l;, f:.r rr, "u

n }'ffi :: ",:*U;T;|iX;[:::i*.Tnfi$#r,;,i;?;ti.;t=iiili:,i:xi,T;

*lmm*mmffimm$ffi;{}fffi tf xr,u,r,m:xd;ffi ;:iftfrffifr';,jieiflq*:gM.!

I

III

1r

iliiIi l)1

Page 70: Jati Diri Arsitektur Indonesia

rr B) t erair,,. :,,, :, : :,:' .

":

:::, : :, I l,; t ?;"fJl[!l':ii#":}}*ll

Dara pendti111: 'ltii[' .. ,, .r, 1:ltversltas ltg

'fi*[$f I,,,, : :,;;ir * iy#ilX i*,ilfrr].i#

.,iilii iq' : :,, : :

: l' : :-l';,l;'i,,,'; illf l1'"','; H. f,i!.l,,i:

].rrr, r", "'"1'.'j', ;,,., ltii, l;,',.iun *.*p-ti::il, #;:'fi;";;1i.1;, l':': :, : l

''' .' ., r i, r,i, ar,,',rurunniu fj.l|} ff f:ilt:X""ranan

bag'l l'"lt';t" l"'" 'lf ",oh,rrf 1985

i,,i;;k,,,; :,' : i :

I

:, i;' ::i:,,Tffil J;; i:**t;lftl1[il:Eil"HI' t1:l ;

1i,;' :;' ; ;' f xlli,lllf i:iru'^?;i:rutxl

l"+m |, " "' :'

"'l "

"' l'' li"' *".n

-Ll :l"fiir :'i l'l l ; t *l lt

m'[*r*r*ffi::[il',?:,1il-il'1.;i

,;,; ,j;ll:':"n^rai hasir & tempat ma{rusia

I Arsitettrrt' rrrurr",',,,.,.r;ur-',uunl, l'l"t *"r';n,ul' l,totnu'' 6eruuda ya A t !'r r'

-:-;i, "u r rrt

",,:r'#;"k-o]iaan

a'un l',ukum

ditata datr tltirrtil'|:ii'r r^\"L^.,ralJ'i.;;; untuk rnanusla

r er r ent u u, n, ni i 1 : :: :' i, "'];'.'1,,?}'n

rn"'l nt o"':f "\::fii;*.*q*'"11T,Y:':, ;lXi: ,.'Iffi **,.** :i:illl-,o'#lr.,,tun

konsekuensiat:rs li"o'' "-""' ""'r' ITlefllrlB,otsI-- J'*iit aan

]il;;; Ar si r ck r.' tt,,,,: j, ",^:";tor,r.n.ional dan sem'

perancanga..:i::T:;llJ:l'*ffiffi ;;*P::S':*H;"11iaiut, *"nrperluosrr.v,-, --- - ^r.-r4an (managing) settil

ixt.;n,f 'g'JlK l: ry.'#J#Ut "husun moder

Merencana ( I'tljtrrt.t',r,1.,1, *uiutiut ruang'

tent.A,)6 l)i \, :r , ,.

t

1

il

I

i

Merancang (Design): menyusun model tentang wujud ruang.Mengelola (Monaging).' mengatur dan mengendali kegiatan

& proses mewujudkan ruang.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan ungkapan tentang ar-sitektur antara Wiswakharman dengan kami (cq: Kurikulum'85 Arsitektur ITB) ini maka kami menganggap perlu untukdalam kesempatan ini secara ekplisit menjabarkan pemikiran-pemikiran mutakhir yang telah dan sedang berkembang perihalPerancangan Arsitektur di Indonesia selama 1950 hingga 1985

sekarang ini.Kemungkinan besar ungkapan ini bukan barang baru,

namun paling sedikit diharapkan bahwa masalah perancanganarsitektur pada Peringatan 22 tahtn Wiswakharman diYogyakarta ini akan dapat menarik kita kembali ke daerahpenting yang agaknya hingga sekarang, walaupun dianggappenting, tapi belum pernah dibahas secara tuntas dan secarakhusus di kalangan masyarakat kearsitekturan di Indonesia ini.

Pendidikan Perancangan ArsitekturPendidikan arsitektur di Indonesia sudah berumur 35

tahun, dimulai di Fakultas Teknik UI di Bandung (sekarangITB) pada tahun 1950 hingga sekarang pendidikan arsitektursudah tersebar di beberapa universitas negeri maupun univer-sitas swasta. Dalam menuju umur 35 tahun menurutpengamatan kami selama berkecimpung dalam pendidikankearsitekturan, perubahan atau penyempurnaan tidak begitunampak dan rupanya semua berjalan secara mulus (atau tidakmulus? Sic!).

Paling-paling yang menimbulkan riak gelombang ialahadanya perubahan sistem kurikulum di ITB sejak tahun1973/1974 dan riak gelombang itu pun sebagian besarmengenai adanya perpendekan jangka waktu pendidikan saja.

Tidak ada, atau yang dipendekkan, pemikiran-pemikirantentang bagaimana "isi" mata-mata kuliahnya maupun caramengajarnya dibicarakan secara mendalam.

t24

125

Page 71: Jati Diri Arsitektur Indonesia

It

I

*Iffiffi. r -- ,li IndonesraJarKarr

*: :-,:- u,,,i^n-o.r,ama di t"ti::.',J i:J:"lt::?i * tTlllf;# Ti' in do n.'i u "l1[,f#"1 p J*1 ti' u *: u

hrtrgso, --i,- ^o.,'b atran u aix aalam

-nei;;;"i.n*gut uun ptn-menqlf|"1ft1".,^.^r" Adapun T;';;;;"r: "studio"

ffil,|ffi ,,"ii:ffi il"" o "t "* "i11s'e;* "' i::l[iffi :]

i:* :Xill?u"'nli'u'it* a me n se r J

a Ka

"l'..,",t'

" o "r "" :t t:t:t 1 L

" t

';SIfr :ffi ; i,l'l J " "t'^T' TJ I I' i'i,r, yll ^["rL111, "

-"-. --_'^ lriro AfslteK' I qr*

^. dan SeOl&Il-uto" i..1UX

iFi# : $ ffi l# :, ri* [: l;l rl:til,::l;[:u

iffi li :il ui uI, *" r"';';:' I1:' x; Jj',Xi ",:iil l,*fl .1

',:11,$:lq.Uii;:r':::ll;lx,?iff l],ffitlil,;i;"i auh b e r b e d^ q

T,'Ii* * ;i :: ^ :'

"li) ln, ;;, ? I. il"l: :#ivang lalu' tt;r;"*.*:ly:::Tun,

*u,ukhir yang ,

lejolak Pt*t*],.^r.,ran ArstteKru, .)[l**il peranuo"e,* - ^r^cis ..r"ii:,t"ilTJ;i r.run.unruniiiiu,'x""-'T:11,-l;:;:iild,

ArsirekrurPada kurun ' f;|,)'i'"u'io'ti" APProach to

pada kurun waktu re60-1e?0' ";:r:;;; ^"L^!rr::Nili:"?"rnenB.lrrvs"e . ' adalah

::l[X'T'JI["li'" u*'kebudaYaan'

pada kurun waktu re?.-re80' ;;:'i*i* "tll'?.iil;

sebagai bagian ProsesPerancangan.

Pemikiran-pemikiran tentang metodologi perancangandiilhami cara-cara Operasional Research (O.R), Ergonomicsdan "Work Study" di Inggris, dicetuskan sebagai reaksiketidakpuasan dari hasil-hasil proses Perencanaan Tradisional"(black box") (Jones, 1969). Titik tolak pemikirannya padadasarnya ialah bahwa perancangan arsitektur dapatdisistematikkan dan dianalisiskan ("Glass Box", Jones 1969)

dan dapat dikomunikasikan secara objektif. Teori tentang pro-ses Perancangan atau Pemikiran Perancangan ini padamulanya ini "pikiran" di negara-negara lnggris, Scotland,Cekoslowakia, Polandia dan Amerika. Nama yang termasukpemikir-pemikir ini seperti Jones, Broadbent, Ward, Alex-ander, mulai dikenal sebagai pemikir Pikiran-pikiran Peran-cangan Arsitektur.

Pada sekitar tahun-tahun tujuh puluhan ini timbul pemikir-pemikir antara lain Rappoport, Brolin, Jencks yang menga-jukan pemikiran tentang adanya "Plurolity of Appraoches"dalam arsitektur. Mereka mempertanyakan bahwa pada ar-sitektur atau khusus arsitektur modern yang selama ini dia-jarkan seolah-olah hanya ada satu (Sic!) ("Unified Theory andPractise " tentang arsitektur modern (Jencks). Latar belakangpemikiran kelompok tersebut di atas terutama berkisar bahwaarsitektur itu hasil dan bagian dari kebudayaan, sehingga dalamperancangan arsitektur perlu ditinjau secara sistematis akar-akar budaya yang melatar belakangi pemikiran-pemikiran danartifact arsitektur yang telah ada atau yang akan dihasilkan.

Jadi latar belakang pemikiran-pemikiran tentang peran-cangan arsitektur sebaliknya harus ditelusuri dari cikal bakaldengan melihat lingkup arsitektur itu dari cakrawalakebudayaan. Dari hasil cara berpikir ini Jencks (1971)menghasilkan antara lain suatu pandangan secara strukturalbahwa pandangan yang pluralistik tentang arsitektursebetulnya ada dan memang ada. Dan ketidak "diexposekan"

t)6

121

Page 72: Jati Diri Arsitektur Indonesia

pemikiran yang lain itu selama ini, semata-mata hanya-

disebabkan karena "pilih kasih" dan pandangan remeh adanya

pemikiran-pemikiran perancangan yang lain-lain itu sama

sekali tidak penting.Adapun pemikiran-pemikiran untuk Jencks yang di

"jagoi" oleh kalangan pelaku-pelaku arsitektur (secara sadar

atau tidak sadar) selama ini berdasarkan "selective Values"yang dianutnya, ialah pemikiran "Idealist". Menurut Jencks

ada 5 pemikiran lainnya yang perlu dieksposekan secara "Fair"yaitu yang diutarakan dalam bukunya Modern Movernent in

Architecture, bab six Traditions Politics qnd Architecture,yaitu: pemikiran Self Conscious, Intuitive, Logical, Unself -Conscious dan Activist.

Pemikiran Programming dalam Perancangan Arsitektur

Pemikiran-pemikiran programming sebagai suatu pemikir-

an yang nampak mulai mengkristalisasi di cakrawala Peran-

cangansekitar akhir tahun 1980-an, malah dengan diterbitkan

buku "ffte Architect Guide to Architecturol Progromming'oleh Palmer dengan sponsor utama \alah Americon Institute

of Architecrs (A.t.A), maka secara "resmi" Programming

diakui sebagai unsur pelengkap dalam Perancangan Arsitektur.

Adanya pelopor programming sebelum Palmer ialah antara

Iain White, Sanof, Preiser, Pena, Wade, dan lain-lain.Dasar pemikiran yang dianut programming adalah "con-

cerned" tentang semua informasi yang bagainlana' apa siapa-

nya klien/pemakai yang harus jadi titik tolak dari segala

pemikiran perancangan.Cikal bakal dari pendekatan ini ialah karena adanya

kekhawatiran dan keraguan dari pihak klien/pemakai dan

masyarakat umum tentang kekecewaan yang telah dialaminyaketika bangunan yang telah selesai dan mulai ditempati (Broad-

bent, 1973), bangunan tersebut tidak memenuhi apa yang telah

diharapkan/dibayangkan baik secara fungsional maupun ideal.

Pada intinya perbedaan antara pendidikan Perancangan Ar-

t28

sitektur konve

fl i:ri:"tff **ildJ"+f;J;3.",:;.fl tT.'""r.Hf,H;

sff 1- ::,:n *, *.lg ;truf I i"iilf T J;1,, Tf#cnngan pembob,:::[iii,,:,i;:;,::,:fr,;xn';::iy;:i,#,,:;:;yi:rn

litfi*#;:_ _iil:lffi:ixtn i?:,f_l;r,

Effia,i';;ffipen utis), iaut . ^ ;|-.or".r'-or'i"'r ir i

t::^utu " Tradisional -

Ii*-]i#f",l'{:i.T{;in*:#*:uxnrfl1::'[;.1'T,':: J"* d, *;i;;il;if IH A::,U:f:r

^ b_o*") t,ton-.r1.u'urkan'

dikomunik^ ':""''r (ucngan kata

z. r,endidikan Berniki. o--^_

- '""'urrtxaSlk,.D secara "grass

,i#ffiffi,-;l:ttffiL'.iiffi Ti,l IiT t,xl 1 J[fi ffi .]l:;1,, +*i,::#, il:j,iur .l;;ll[ffi .tl*i ;:i lxlltili)retrs, tapi Iebih

II

I

,

I

II

129

Page 73: Jati Diri Arsitektur Indonesia

i:ffiTxtlXt"":,Tii-ilffi*trtril?l"#ix'xllrangka upaya menc

130

l3l

III.2. ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA*)Oleh: Dipl.Ing. Harisanto.

Batasan Pengertian

Arsitektur itu terjadi. Kejadian adalah bagian darikehidupan. Kenyataan adalah persepsi subjek, umumnya sub-jektif. Kaidah-kaidah yang pernah dan sudah ada bila terujizaman, dan dapat/masih diterima sebagai parameter bagi suatukarya tersusun dalam wujud suatu yang tradisional yang utuh.Suatu yang tradisional adalah jumlah unsur pengalaman em-piri dan dalam pengejawantahan serta perwujudannya (realiso-t io n ) mengalami penger tian ( i n t e r p re t a t io n ) subj ek. Biasanyabila terjadi, pengertian ini untuk menjelaskan kepentingan sub-jek itu sendiri, bukan kejadiannya.

Suatu yang tradisional bisa disebut suatu keberhasilan (achievement). Dalam pada itu keberhasilan itu mempunyai duakejadian. Subjektif bila insan yang bersangkutan merasaberhasil dengan kejadian yang diprakarsai, suatu keberhasilansubjektif. Objektif bila subjek selain insan yang bersangkutan,tersendiri atau sebagai kelompok (community/society) dalamperjalanan kehidupan mengakui keduanya. Hal ini biasanyamemakan waktu, bisa tahunan, biasanya lewat suatu generasidan lebih, malahan berabad.

Rencana (plan) dan rancangan (design/ memang duapengertian. Dalam bidang rekayasa dan rancang bangun peren-canaan dan perancangan terjadi, bisa berurutan atau berkaitan,malahan sering bersamaan kejadiannya.

Analis adalah kejadian dalam proses perwujudan (realiso_tion) dan merupakan urusan lain dengan perencanaan danperancangan. Bagan hasil analisis adalah perwujudan polapikir. Perencanaan dan perancangan adalah pengalaman

') Dsajikan dalam Ceramah Ilmiah H.U.T XXII KMTA Wiswakharman JurusanTeknik Arsitektur F.T. UCM, Yogyakarta, 8 April 1985.

Page 74: Jati Diri Arsitektur Indonesia

ffi1',"',x,:"ffi,Ie*:ffi1ff11'J#is::'"'$ff i::ijTl;

#g****ffi

I.;[l:.'11il,$l"if.*f#i:;:f U{*rm'.rldi kawasan b:."Yifiil;'''

lndonesi(Nigeria, et-al) da

,u,i-ru,rnyu. ,.-, jumlah penduduk bisa merupakan sumber'

KePenduduka

#ffi

ff##*Rekava'",:ffi ';.,,l,l,lliiul"iJJt'".o'*i';*:il:::frTI-

dengan rekan

;itxn:rtlY":-,m:ltfit'ilJt1l5r.rni;:'TbudaYa Perlt

132

133

\

I

Pengertian alih teknologr dan kelestarian buminya belum dirasa

dapat saling mendukung.Konsep perkembangan (developmenty) pada hakikatnya

adalah pengakuan kehidupan. Dalam waktu ada perubahan.Kejadiannya adalah perubahan kehidupan, struktural danfungsional. Memang cepat-lambatnya, sekarang nanti, perlutidak, bisa diselesaikan dalam waktu. Barangkali fungsi darimau apa dan bisa apa.

rg

Wawasen Percobaan dan Jangkauan Nyata di BidangArsitektur/Rekayasa dalam Pengembangan

Beban tanpa ada kepastian yang memadai akan memerlukanpenyelesaian khusus/sementara. Yang diperlukan untukmenghasilkan S-1, siap pakai adalah empat sampai lima tahun.Untuk teknisi menengah adalah tiga sampai empat tahun.Untuk ini masih dipersyaratkan fasilitas Diklat dan penye-lidik/instruktor, serta perlengkapan/peralatan termasukkurikulum dan buku yang memadai. Masih ada kebutuhanakan S-2, S-3 untuk riset, dan pengkajian, dan lain sebagainya.

Kapasitas yang kurang, membuka masuknya rekan dariluar Indonesia. Hakikat simpang siurnya ilrnu dan perubahanserta pengembangan teknologi mendukung hubungan denganrekan dari luar Indonesia.

Keadaannya lain adalah masuknya dan diperlukannyaperangkat keras untuk kerja dan produksi serta produk yangmempunyai pasaran di lndonesia maupun bakal hasil yangdieksport, yang nonmigas. Konsep padat karya dan padatmodal masing-masing ada.

Justru pada masa peralihan, sebagaimana kita alamisekarang, relatif hasil kerja memerlukan pemikiran, usaha,kerja, dan dana yang lebih. Hal ini mendukung hal tersebutdi butir 3, dan2.

Diperlukan waktu untuk perkembangan; konsep; rencanadan rancangan, pelaksanaan pembangunan, uji coba, peng-

Page 75: Jati Diri Arsitektur Indonesia

gunaan dan perawatan, pengkajian dan penelitian untuk kem-bali menghasilkan umpan ke konsep.

Dalam kemajemukan aktivitas di bidang Ar-sitektur/Rekayasa: survai, feasibility, planning dan design,detoil design, shop drowing development, pembuatanmesin/peralatan dan fasilitas, pengawasan pelaksanaan pem-bangunan, pemasangan mesin dan utilitas, test-run, operotiondan maintenance dari sistem proses/produksi; untuk mengem-bangkan produk; survai, need definition, morket feasibility,technological feosibility, design, mathematicol model, testmodel, engineering, process designation, machine loy-outing,mochine- redesignat ion, facilities / spoce room requerements, sitefeosibility, site surveys, mosterplan, detail engineering danseterusnya; diperlukan waktu untuk memperdalam keahliandalam masing-masing bidang rekayasa, memenuhi persyaratankerja/proyek.

Diperlukan waktu untuk basic research lewat proyek nyata,dengan persyaratan hidup (viable) untuk mengisi aktivitas yangmenerus. Kemudian sejajar dengan ini, memang appliedreseorch lewat pengembangan produk/komponen (bangunan)atau sistem.

Terlihat aktivitas majemuk yang perlu terjadi. Semua ser-ba serentak diperlukannya. Memang berat kenyataannya.Tidak ada kecuali apakah itu lembaga pemerintah, semipemerintah atau swasta yang melaksanakan.

Proses ini akan terus terjadi. Melalui suatu perkembangan(developmenl. Melalui waktu, satu demi satu kita kumpulkanunsur-unsur empiri, pengalaman menjadi ilmu; mengikutikehidupan. Hidup dan waktu.

Sikap dan Tindakan Sekarang

Dengan tenaga ahli yang ada, menggalang keterampilandan pendalaman materi profesi bidang, lewat penanganan pro-yek, sebisanya yang bersifat pilot, majemuk dan multi-year.

134

persyaratannv

tugas. ' a adalah Pensertian r

Mensada ka, ": :,,: -',t:":u' demikian di piha k pem beri

m engaman kur t

l^|,:f u'u t an / P erl en E

naan butir ,, ,.#'jl1til;; il:Xiuuoun vans memadaidan

- nfu I ; ;*flritj fifrtir T.ii ; ft{fl il i liiql;:[::,T,[,[l'*.iff Ef, ]Iii{.;::"}}1##;,,",r.-:: :l r;; ;;ffi:x,urermasuk hu

)'";:'-- i:;r:xi*,lff tT:j: l, I::i: rco m m u n i u &masi/pen da our, !!!"' a,,

"v."' inr r-1,1t' :ttt' m end e fin isik a n

;: :ffi #,fi:',fiii#:;;# : # i::, ilr:;

' *iiir:;;;l tit { };, ffi Iffi ::' nil' :i: i.:?:

,,,ffiiffifr1'-itffl,jfffinrun-o,il,ffi ;:xfilfi,J;1, dapat

_-_______

t35

Page 76: Jati Diri Arsitektur Indonesia

III.3. LABORATORIUM ARSITEKTUR TROPIS*)Oleh: Ir. Mauro Purnomo Rahardjo, M.S.Ars.

Masalah Arsitektur lndonesia dalam masa 3 tahunbelakangan ini mulai ramai dibicarakan orang, baik itu dikalangan awam, kalangan pejabat maupun di antara para ar-sitek sendiri. Dalam pembicaraan baik di media publikasi,dalam simposium, seminar ataupun diskusi-diskusi, bolehdikatakan belum ada titik temu ataupun kata sepakat tentangapakah Arsitektur Indonesia itu.

Ada kelompok yang menunjuk pada karya-karya Ar-sitektur Tradisional sebagai pencerminan Arsitektur Indonesia;itu pun masih simpang siur, sebab ada di antaranya yangmerupakan arsitektur rakyat dan ada yang merupakan ar-sitektur ningrat, ataupun bangunan-bangunan umum yangbesar pada masa lalu. Mengingat negara Republik Indonesiaini terdiri dari beraneka ragam budaya, maka ada kelompoklain yang menunjuk Arsitektur "Bhineka Tunggal Ika" itulahyang disebut Arsitektur Indonesia; Arsitektur Bali misalnyaadalah salah satu dari contoh karya Arsitektur Indonesia, tetapiArsitektur Bali secara sendirian tidak dapat disebut ArsitekturIndonesia. Namun demikian jangan heran kalau ada kelom-pok lain yang meragukan eksistensi Arsitektur Indonesia, halini karena mengingat pengaruh asing, perkembangan bahandan teknologi dan semacam itu yang sangat kuat melekat danmewarnai Arsitektur kita ini.

Terlepas dari berbagai pandangan dan pendapat-pendapat,yang baik sejalan, sejajar maupun bertentangan itu, ada kaidahyang dapat ditarik dari gejala tersebut. Ialah adanya kesadaran('awarenes') tentang arsitektur milik kita ini. Ada kesepakatantentang masa depan karya-karya Arsitektur di Indonesia, dan

*) Dituiis untuk Forunr Nasional Pendidikan Arsirektur (FNPA)April 1984

136

tu.::__---

,Tryffiifftrffi:?:il.'erwuj ud i den ti r as yans pasri ren-Diskusi vaf"J ;;;;,r

a nB berkepa nja ngan ty!1r< a l.an mem ba r,,,a man-sasasan,,, "ir:ilffI H:,,,fi,1"u,tuk.men*.,,n*,*rmqremperlihatkau,n r u k,.,*,;ii rlflfii nf ;,;;;1fr 1 f : t; #i ill,.n ffi yang kita issue_kan.Parameter: Arsitektur Tropis

#I,Ti"',H,,J,15;; ;:l:il #xti heiasam hudaya danmempunyai satr

m a.s i ng- m asi, *,1 Jttu T """ lr,, r';t H' 1: #:.;ff ,3 ":r:Trk rim ;;;;",JJ".: ?:l

di r ndo ncsia,

rerhadap .uru # iru terbukt;',"ioi,"to""

panas clan lcrrtbap'

da, bangunu, ,.1n"i: ';;;;;;;r mrmbaw:t ktintsft11gnql

dungi diri rerhaalne, tlipe,.tuiJnl'1"'l-,n"oran saranir'sarana

<ran rerik ,u,rn,llnr.ir; ;il';;ir\alnva saia rrrtt,l' rnerin-

reriris vang ms.L:1 I"'S ;.n;r;:ssuns separtJarts tahun

Bentuk,.ri,i.'llul .t'[urr,'fruii"' otu'n teliilt rncqibuat

seperri yang sudahilullrr';';'#;;:irr"u' tergttl..,rtg lehar'

saar beriau ,.*ulberkaiya;, i,,.i,ir., perharian ar.:irek ruar,

keheranann, i#ili" ;;;r*;ll; ifi] fl:illl:;,?i:;lutu.ru.-p.'t,,o"Jl''"* hentrrk bancur

yans banyat iu ;rr3 !"tn.r,joriul"#un varrs fliirrsnai di

cocok unruk 6;,.n,1111 ai'rur,a.r'Jr";n""^ ben{rrl barrxunan

: : : r k{

";; ;H',il ljtn rtlt fl #f;1,;|!Til:TJ;

ill,';ffi|, Tff ll'-t;:q,, p"*o r ulu,';;"01'

(' a rp o s e d b' )masuk. perhatian ultl

b:t"tr;;,,;;t' clt sepanjang t ubuh

paur Rudorr r.ro,lli, t"'u' uiJ, l'ui,:,'!n'ntrsilakan panas

yans berser, "*-r.,,riifb',;;;;;";;;,;'fi

:? : : :,:il ffiT".l,ijsangunan yans

sepeni i; ;;;;#1j,l,To"*uttakan krn.,ggu,*,;;'.6iffi

f :*lfuT,;f ;*-:;Ii'fll;n:?,:n dan iniakan mem-

Semarang, l6-19

137

Page 77: Jati Diri Arsitektur Indonesia

b uar ban gu n a n m e n ! ad'l n :':::, :: :J;' -.'11 lilil, li?J lii|-T,?l:

:il: ffiir;l.ili-..ffi l,i,U E*;l;;;;l :;:fl"y,-:.i;

Pendapat Yang

KLH, [:rniI Salinr tJ#J.lrjaiurl"'u tti ti^d'unon sekitar 600

sarian a ars i t e k tu r o' * ; ;i-t; i-,''y: I I i?;],!t il#"T'i';IilLffi*;;,i, -u:::

Jlljll.::,^' 1::ili ;;; ^

r iuu- *.rl.utMenteri nrengelnuKa.l3'"1,-,'l"rnu rrt*"*engg'nakan ben-

bangtrnan scnlacilm. Barrk Bum'i Da!a yar

tuk ntenara ftuto utni*on Uugiun tl;rwaltnv-a rrtirip tritpestunl

dan atasnvo,,''o'u'I'Iil' ;;il;;" P::'1.:,';':ll'l".ffitl#IJ#;Tst^N di KebaYorart Haru tiu

untuk dipandang' ?;;;;; t-t"si cieugor* linukungatrnya'

orang r*', *''ffi; ffi;; ""t1:*: l'J1il :if X'tH,ui J"'p it'* e l b cr r'r ar r pe t t r i a t a tr t" "'': i''j ; ;',1 *, n, rty u' ux u t''l'Jill":I.,l;il',lr;xj;J'lf

if !$;;;;;;ungi'*uur"nmisi yang harus *iI-''*"u cialarn nrasya'akat yang sedang

*'B:ll3:i;li be r k < p*,,i a,,*,

ll I l1'::. i : l: jl] ili: i;ili: "'kecuaii L'ita murii'';;;;i;;' <la1 lne;i';rarattkan

tindakan-

tindakan rit"' uit#'i rnin **iotui jalur vartg kita dukung:

Pendidikan'

Arsitektur d*n'Tlmgkuh ['ak*

Dimensi lain ur,t uk i:lre,n14ada ka11 i.1 ! r r r a il r t:rl' adiiF Ar sil ek tur

tropis iaiah'-.;;;"-;;*1nr'''u*1 ;;;lmfl.ili?llli;tnt-unuuio I n'ioriesia'uer heda t**gtnantara laln tiugrli fi;;;;;' i ingkah laktt tttentttrtut perwu-

judan ruang' 'lri'ot'*l* 'u"e

Jig"l*p ok:h arsitek adalah:

'uurli*,r,,, i i! im r . "i1;r., ;ri. t,,' i lrl*'-],'*:,1"J, tfl

1X;, manusia

dapat'*'uo '"u*u' i"un'u'n p"9'" Yu;

baik ia rliir'rar maupun

dr dal;rrn ''u"**l*I'''i-[-ir l:rgi ini tidalr sama rlettgan negara

din gin,'*t, o*'ot'' *T* ; ;; ;" *;;1t a si nr p'r n ili rJalarrt han gunan'

l3ri

khususnya pada sa;rt musim dingin (saliu) tiba. tklim dengansendirinya ikut menrbcntuk kebiasaan lnidup) masyarakat.\ebagai contoh masyarakat senang ineniknrati ngobrol denganrekan teman-temannya di luar bangunan" Ruang luar lebihban.ysk dinikmatr Can juga dapat lebih tama dinikmati.

- Sehubungan iierrgan hal vang ciirrrarkan di atas itu. makaTirnbullah p.rrunrur,n: Aclakah ruang-ruang luar kita inimencerminkan h;rl tersehut'l Banyak orang yang dapatrnemperlihatkan hahwa pada saat nrerencanakan dan meran-cang lingkungan trLratan, ciapdt diidentitikasikan iingkunganyang dibentuk itu 'mirip' dengan yang ada di Arnerika, Eropadan seterusnya. r\lasan vang dapat "likemkakan atas t"enomenartu ialah bahwa perancang-perancang lirta sudah 'western-minded', melihat contoi) ala lJarat atau negara maju, tanparrrelihat potensi yang dimiliki sendiri.

Mengernbangknm Arsitektur Tropis Melnlui Lab

Jelaslah vang dapal dipakai untuk ukuran Arsitektur lropisitu ada dua ntacaln: Kehuda;;;.ran fisik

Kebudayaan nonfisikKeduanya daFat dinikmati baik ntelalrri eksperimen

maupun penilaian sosial. Dan boleh dibilang perhatian kitaterhadap masalah Arsitektur Tropis ini masih belumdikernbangkan"

Jika kita rnenoleh pada arsrtektur di negara lain yangrnemiliki identitas yang kuat, seperti iJiAsia misalnya ^Iepang,Cjina. dan India" rnaka kita dapat ikut merasakan kebanggaanmereka sencliri. Agaknya yang mernungkinkan negara-negaraitu memungkinkan mengembangkan identitas arsitekturnyayang nasional itu ialah antara lain ada kebanggaan di sanubarimasing-masing warganya atas kalya arsitcktur tersebut.Sebagaimana kiia sendiri juga rnentbanggakan tentang BahasaIndonesia yang teiah rnenyebar rata di $tgenap peniuru tanahair. Sebagai frlos*fi pengernbangan latr, Arsitekiur Tropis iniluga dapat disehr,i antard iain nicr:gg;riirng persutuan nasional.

t39

Page 78: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Apalagi dalam dunia pendidikan bahkan Gubernur JawaTengah saja dapat mengeluarkan instruksi-instruksi yangmengharuskan pengembangan atap joglo dalam salah satu pro-granl yang dikenal 'Wawasan ldentitas'. lni artinya bukan ter-batas pada disiplin arsitektur saja, visualisasi yangberkarakteristik lndonesia ini.

I)alam banyak hal, program-program yang berorientasinasional ini clapat atau mungkin dimintakan bantuannyakepada Itrernerintah. Khususnya melalui pengadaan atauProgram-program penelitian.'

Dilihat dalam konteks pendidikan arsitektur, maka secaranasional clapatlah ditetapkan sebagai ciri-ciri yang somo yangdimiliki oleh semua perguruan tinggi atau pendidikan ar-sitektur: yaitu mempunyai usaha yang seragam menggalangterwujudnya ciri-ciri nasional arsitektur kita.

Aktivitas Lab. Arsitektur TropisKita dapat membedakan tiga macam kegiatan menurut fase

aktifitasnya:a. Yang bersifat Pemikiran Konseptual ('Conceptul

Thinking')b. Yang bersifat Konfigurasi (Ruang, Bangunan, Struktur,

Konstruksi, Bahan, dan sebagainya).c. Yang bersifat Implementatif (pelaksanaannya).

Dalam pemikiran konseptual, tentu lebih dahulu dipikirkantentang sifat kegiatan itu, apakah kurikuler atau nonkurikuler,adakah kegiatan itu jika dilakukan oleh mahasiswa akanmemberikan kredit. Apakah kegiatan ini lebih menekankansegi pengajaran, penelitian atau pengabdian masyarakat?Bagaimana mengenai waktu, dan dana. Apa tujuannya yangpokok? Apakah bisa diintegrasikan dengan kegiatan jangkapanjang? Apakah merupakan kegiatan kerja sama dengan lem-

baga lain, seperti misalnya dengan perguruan tinggi yang lain.Adakah kegiatan itu bersifat rutin? Atau secara insidentilsaja dilakukan?

140

Dalam fas,canaan yang

yang Iebih laniut. telat dirakukan suatu peren_

" b"[;;; E,;*1LlXrr!.#il:, i:::1, :,,..,.u ui'#isarnya

fj1, i#.;,;ru*:i: il I,, il ; ;" if ,;.T

L I::: T::: i,, +,

J<egiaran i,u'rlilulhunnvi' ## dtperlukan' bae'ima'ia

: r1 # ff :Tn ;rftfiffi

, :[r',:t##ffffi I pil;ril JxtilTttj i; i:;: :t# frTf;t

,,l"?ff","rtr

seda1s r,,, i.Iffi : iff :iH, ff :lX ^r:, g, v, r,.el"iin, n,,

,:X',::rfi?:iu }l'o ni, o. ;.i; u,;.'""nn

va' A darah pen ting

sehubungan 0..'1':':uPuu; ":;;;;'J'"' kegiatan tersebutl

rersebur, ,.lrr, oli1',, i','' .lrJil;#l' mekanisme vans baik

telah dipiki.*un i-'uuu,,"oj'ttlrium melakukan keiiatan

yans oi..n."nul::s"T ;;;;#ax€tr,Yo' seperti miialnva

mahasiswa ,.,unk1l .931 ;;i;;" '"'' bekerjanva peralatan

dipikirkan t..r.bi'dlPirtittun-uiol#' rnr Pelaksanaannya

metodorogi.,.J'J;l"I*::::i{f :il..'f #-ffi li.ff ::fSebagai conroh, ilil,.,flln.a. ,,pengajaran, maka ;#;;ffi ,1

j ; ll_!'l di t ekan kan ke segi

i.t"uLu:l##i:r!!*fi,,trff ,tftf ;xtffil'#inginkan prosram i:*:",i!': vans bersrrar erektif. Jika di-1"-, g, l :'", #;*'ffi lH'T ##,Tg,

da qa r p, r u a iCuie, nm-e.neliti bahan, penc.ar,ayaan ;ffi 1;'J1m,

konstru k si yineterusnya. Sedang datam r,a ,,,.lupu;;;,tJ::,1:, rropis, aan se-masyarakat, dapar ur", -" -.,.] : |] T

un. Itgia t a n pen ga bd ian

#.,?." #I'?#'ff;[111" ffiT'ilf t mf] t#

. Sebagai realisas.

+:J,',',' "#H? 1;; r:i.it ;:'f, "ff :fl1?;i r'' A rs i, e k, u r r n

ben r u k ra borat ori u-."rJfi ffiil,flXli:lT,Tfl fr [H.

141

Page 79: Jati Diri Arsitektur Indonesia

-

Parameter arsrtektur tropis dapat bersifat:o Fisik (bahan, konstruksi, pencahayaan. lingkungan, datt

seterusnya)o Nonf isik (ruang, visualisasi, prilaku, kecenderungan, dan

sebagainya).Laboratoriurn Arsitektur sebagai kegiaran yang mewarnai pen-

didikan arsil.ektur di Indonesia.

Catatsn:

Pada saat ini berbagai informasi tentang arsitektur tropis ham-pir seluruhnya kita peroleh dari literatrir asing. Sudah saat-nya bagi kita untuk rnengernbangkan sendiri arsitektur yang

kita miliki.

142

III.4. ARSIT.EXTUR TROPIS: TTNJAIJAN DARIsEGI FISIKA uANei;i\AN*)Oteh: DR.Ir.R.M. Sugijanru

Menghasilk"ijrlgi:i Iingkr-rngan yang sehar dan nyaman.xlffi'r

; # ::x t" ;il;ff ;\:.1:: {. h ;;, *j,, J,l I ".,ser ubung yang memi:.;k;;' J#;'"I,T J:i:-.,,i,-#Xffi;dengan rinskunsan,.Ji lr;, ;;r; Lffir*un dapar rr,enlubahpengaru h tangs ung dari ikrim, ;;;i ;ffi}-,x,,",, :lr,:: i:^.r*lm a r ah a r i, u ng i n d un k. r. * ;;;; ;#, fiii: l;,,l,JJlililjX}

ffi ll j,H: ljl,ffi *, *, 0i,,0"i1,, seditng kari yong uui rKondisi linSkungL,l di Juar.bangunan direnrukarr oleh iklimserempar (iktirn makro) ,Ju,, k.;;;;;;ti,gkungan di sekitar_;ili-l'jif ,iXi#"', .

s*'r'ne 'ffiffit'

Iingkungan rri .aramkesehatan .ro, t"nrllflgirtkan

hcrganr un.e kr:pada kriteria

" - i;;; ;i #;;;/|"][Til#If #:,;,fi,

r an baei uc., [n,t,,,,,.an yanS diingink;n dapar diusahakan ol:::

t" rla.larn ba,rgun-Di antaranya aclalah: Lengan betrerapa cara.

- dengan bangunan sendiri, cJibanlu clengan faktor_l.aktor1k_lim

vans dapar rJirnarf;u; k;:' "-- q.engan sepenuhnya rnenggunakanelektris. r,rL,r5tsuilaKan perirlatan mekanis/-

,"#,1";;;lr?T,Jfl ,, peren canaan r i da k r erl at u bebas d ar amaieu nur# ;; d:^j,g-1

n isli bangu na rr., brh;; - br;r;#;mempunyai p.ne.,ish]ll"riltffiping itu perencana h*;;perilaku bangunin aun ,;rui-liru, ornlllrlffir,Hl *r;[:ponen bangunan dalam iuir"i"rr."#,1,

') Disajikan dalam C,erarmatt" Jur. r.rniu *lll-1

llrniah Peringatan 22 tairckrur Fr ;;i:;U,#i:.[Tl, ;lJ'na Khar_

143

Page 80: Jati Diri Arsitektur Indonesia

pada cara kedua, perencana,-ll',ut rnerencanakan

Demasan san pttulut uilit'luii' t :t:t::t; Den gan digu nakan-

nya peralatun-pt'utut'#ini

-

aip"'rurtan bi aya-biaya perenca-

naan, pen gaa uun o on i.* u.*i31 1 3t?* 3;:Ii,ff xtilslJ .

Di samping itu peralatan-peralatan t"' l',';#;;r*ttin tiaaf<

:#a#fi*?'"#:l*Hi[1*r*,grxtx***'r*:diineinkan' Karena Tt"11':: :::;;;.ifat bahan, konstrukst'misalnva, vung ut'n';;;;; dengan sifat bahan' konstrukst

iu r., o. - r ur, o r i u i m I -ru

n-gs i r u an gal " u,;?,T*:X1Xli,l" Illi

sebaiknya perencana melrgusahakan cari

m un gk in' I l'u *i'it' " o?il,* u"n ":'lollll[1 J:*#ilT

H;il; ,eralatan sekadar untuk nren

"','ffi *:l';;ffi I,T'Hffi ,"Xl,-'lffif ini'akandibatasi

oada kondiri ringxungln p.n.rungan siang hari dan kondtst

iingt ungun thermal'

Ciri-ciri dari Iklinn Tropis Lembap

Ciri-ciri dari iklim tropis lembap seperti yang terjadi di

lndonesia ai un'ul'lnv" "iii"rl kelembapan udara yang trnggr

dan temper",r, "lui" iiig ,.ru,if panas sepanjang tanun'

Kelembapa" .d":;;;; iii'"u'91* sekitar 80eo' akan men-

c ap ai ma ks i'"' *' ll*'i""'1-;'3t* ItrilT,Tl I' H ffiY:l:ir,iu,,iio'uo' Kelembapan ini harnptr :

ffi#":?:;f"Hxl-l':i:'; .lrffi rendah' temperatur

maksimum t"t" I"'" "kitar 12'C.' Makin tinggi letak suatu

tempat oa'i pt'-tl'i-i[^"'i".o'' n''ut'u it*peratur udara ^akan

berkurartg "t"]i*1"'o^iic un'urt :;*

kenaikan 100 M'

sebagai conroh rri,. ilTj} #l:ti;"tTi,'J.H.i::#Hff 'HIl#T]':lt, 7'i"-',,ian

1 8'6' c'

Ciri t*un uiurlr''t''un r"i'" v^ne tinggi dengan rata-rato

sekitar" 1500 l1;d;; "iut'un'' i"oi""ti maiahari global

144

horisontal rata-rata harian adalah sekitar 400 watt/rnz, dantidak banyak berbeda sepanjang tahun. Keadaan langit padaumumnya selalu berawan. Pada keadaan awan tipis menutupilangit, Iuminasi langit dapat mencapai i5.fi00 kanelela/m2.

Tingkat penerangan rata-rata yang dihasilkarr rnenurutpenukuran, yang pernah dilakukan cli tsanclung untuk tingkat$ene.angan global horizonlal dapat mr.rrcapai 6{}.000 lux.Sedang tingkat penerangan dari cahaya langit saja, ranpacahaya matahari langsung clapat rnencapai 20.tfi) lux dantingkat penerangan minirnurn antilra jarn 08.fi) - 1h.00 adalah10.0@ lux.

Kecepatan angin pada rrmumnya agak rendah. Sehagai con-toh kecepatan angin di Jakarta dalaiu saiu hari berkisarantara I m/s - 4 ms. Inilah gaml'iaran secara garis besarmengenai iklim di Indonesia !'ang tropis lcrrrbap yiing perludiketahui oleh perencana bangunan untirk dirrianfa-rtkan segibaiknya dan ditanggulangi segi buruknva.

Kondisi Lingkungan di dalanr ffiamgunan ysmg Dike-hendaki

&. Kondisi penersngsn alnmi siang hnri

Dikehendaki di dalam bangunan, penerar4ian siang haridapat memberikan kenyamanan visual, Misainva tidak terjadipenyilauan, tidak terjadi perbedaan yang Lresar dalarn tingkatpenerangan dan besarnya tingkat penerarlgan memenuhi per-syaratan fungsional. Dalam hal tugas visual yang dilakukandi dalam rumah pada umumnya termasuk tugas visual sedangmisalnya membaca, menulis, nlemasak, dan iain-lain. Tugasvisual ini memerlukan tingkat penerangan miniinal sekitar 200lux. Kondisi penerangan di dalam banguniir; pada siang harisangat dipengaruhi oleh kondisi penerangan rli luar hangunanyang selalu berubah, sehingga tingkal penerangan rli dalambangunan juga akan selalu berubah. Oleh sebab itu kriteriauntuk tingkat penerangan di dalam bangunan tidak dapat

l4-s

Page 81: Jati Diri Arsitektur Indonesia

dinvatakan dalam harga tertentu (dalam lux)' Kriteria yang

digunakan adalah #i; ;;;;'peiuanoinsan antara tingkat

;;";;;*""01':":: j:,Jl"nll:lm:'Jl:ff :,lXX!lXi:d:'

:'"'ffTii[*'I"-ffi;;^";;k"' pada waktu vang sama'

Perbedaan ini *t'uil[un 'uut' h-argayane tetap dan disebut

faktor peneranganffi; t'"'ti-irpl' dan -dinyatakan dalam

Dersen' Misalnya di luar lingLat penerangannya 5000lux' ttttk

pada bidang kerja ffi;'ffipunvai fp - ltto mempunvar

""t:i,TH;ll:TI:lJ*:,111:l'*::lli:3Tli;i.':[l"r,,I

i'"r. Adhiwij oeo)' tingkat !:"T.'T:;L;id;oo i*cahava langit ""tJ'""i#

ogt;o-- - ro'00 adalah 10'000 lux'

dengan faktor ut,"fll" ioq'' J"di iixa suatu titik pada bidang

kerja vang '"*,'ii#;;;q;' ;"[a titik tersebut akan mem-

punyai tingkat ptnJ'u*un minimum sebesar 200 lux antara

iam 08.00 - l6'00';;'ti'"' i"xt"r kegagalan lOvo'

Jadi diinginkaf ;;;;;t';h-daerah di dalam bangunan'

dilakukan tugas visual sedang' mempunyai fp rata-rata

sebesar 290'

b. Kondisi Lingkungan Thermal . -,^L -o-chrr '

K envamanan tt'ermat'T,*. I lXi:l"lJ}:l",Xl'illll,Alp..gJ*t'i oleh beberapa faktor ta

kelembapan td";"' k;;;putun ulliy' udara dan radiasi panas'

Di samping "' "ituitJ;;;* dilakukan dan pakaian vans

dikenakan j'*' *i;;';'pt"i^turl' Kondisi udara di dalam

bangunan a'nutu.iu'n 'yu*u" (thermit) ialah jika penghuni

merasa tidax panis--dan tidak- merasa dingin'

Kondisi 'Ou'ulu"g dirasakan nlaman mempunyal kom-

binasi hu' gu-tla'iu'*'Itrr" dari temperatur' kelembapan dan

kecepard. urirun*liur^. ^d.rurnru

naiga dari masing-m.asing

besaran tersebut-Ut'*a" dalam suaiu selang harga-harga

tertentu' Suutu. fonAisi udara yang memberikan kesan ther-

ITlol tert.entu m'salnya dingin' seiuk' hangat dan sebagainya'

r46

dapat mempunyai kombinasi dari berbagai harga untukmasing-masing besaran tersebut. Kombinasi dari ketiga besarantersebut dapat digabungkan menjadi suatu besaran, yangdisebut dengan temperatur efektif. Temperatur efektif ini mem-punyai pengertian sebagai berikut, suatu keadaan udara akanmemberikan kesan thermal yang sama dengan keadaan udarajenuh dalam keadaan diam, pada temperatur yang besarnyasama dengan temperatur efektif tersebut. Misalnya keadaanudara pada temperatur 32C, kelembapan 4290, kecepatanaliran 0,1 m/s akan memberikan kesan thermol yang samadengan udara jenuh pada keadaan diam dengan temperatur27"C atau ternperatur efektif 27'C.

Penelitian mengenai kenyataan thermal di lndonesia per-nah dilakukan oleh Mom dan Wiesebrom (1940). Keduapeneliti ini membagi daerah kenyamanan menjadi tiga ialahkondisi sejuk, nyaman optimal dan hangat. Dihasilkan hargaambang yang berlaku untuk orang Indonesia dengan pakaianbiasa dan kecepatan udara sekitar 0,1 m/s - 0,2 m/s aclalahsebagai berikut:l. Ambang bawah untuk kondisi sejuk adalah pada

temperatur 23"C, RH = 5090 atau temperatur efektif20,5"C.

2. Ambang bawah untuk kondisi nyaman optimal adalahpada24oC, RH : 8090 atau temperatur efektif 22,8"Cyang juga digunakan ambang aras untuk kondisi sejuknyaman.

3. Ambang atas untuk kondisi nyaman optimal adalah pada28oC, RH : 70Vo atau temperatur efektif 25,8oC yangjuga merupakan ambang bawah untuk kondisi hangat.

4. Ambang atas untuk kondisi hangat adalah pada 3loC,RH : 60Vo atat temperatur efektif 27,loc.Keadaan ideal adalah jika kondisi thermal di dalam

bangunan nyaman optimal. Di daerah pantai atau dataran ren-dah pada siang hari sering sulit dicapai, tetapi sebaiknya masihberada pada kondisi hangat. Sedang di dataran tinggi pada

t47

Page 82: Jati Diri Arsitektur Indonesia

r

dini han" sering tidak pada kondisi nyaman optimal, tetapisebaiknya rnasih trerada pada kondisi sejuk.

Perenesnsan Bangunan untuk Mendapatkan Kondisi didalam bangnnan yrng dlinginkan

a. Pe*rerangnn nlrmi slang hari

Cahaya alanli siang hari yang terdiri dari cahaya mataharilangsung dan cahaya matahari difus yang diterima di per-mukaan burni di Indonesia r:ukup rnelimpah. Sudah seharusnyadapat memanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untukpenerangan siang harr di dalam bangunan. Tetapi untukmaksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendakimasuk ke dalarn bangunan karena akan menimbulkanpemanasan dan penyilauan (kecuali pada pagi hari, cahayamatahari langsung dimasukkan ke dalam bangunan untukkesehatan). Sehingga yang akan dimanfaatkan untukpenerangan adalah cahaya langit.

Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagidalam 3 komponen ialah komponen langit, komponen refleksiluar dan komponen refleksi daiam. Dari ketiga komponen ini,komponen langitlah yang akan memberikan bagian terbesarpada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubangcahaya.

Untuk dapat memanfaatkan sebaik-baiknya cahaya langit,perlu diketahui faktor-taktor yang mempengaruhi besarnyatingkat penerangan pada bidang kerja. Faktor-faktor tersebutadalah: luas, dan posisi lubang cahaya, lebar teritis, penghalangyang ada di muka lubang cahaya, faktor refleksi cahaya daripermukaan dalam dari ruangan dan permukaan di luarbangunan di sekitar lubang cahaya.

Dari penelitian yang perrrah dilakukan, baik pada modelbangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah sebenar-nya khususnya rumah sederhana, faktor penerangan siang harirata-rata 290 dapat diperoleh dengan lubang cahaya sebesar

148

l59o dari luas lantai. Dengan batasan_batasan posisi lubangcahaya di dinding-pua, r,Jtinggiui"y"1, normal dari langit,lebar teritis sekitar t m, fakto]r"r.n.tri cahaya rata-rata daripermukaan dalam ruangan sekitar l}Vo _ 6070, tidak adail penghalang di muka lrb;il;;; dan kaca penutup lubangcahaya adalah kaca benin;.

:--'- -

Untuk bangunan/yang-tidak terlalu dalam, persyaratan

l?ijil,it'eransan'iune [Jt..r.ir, dapat a""I"r'rrra"n

b. Kenyamanan thermrl'*-U;gha yans

-d,Ll4kukan untuk mendapatkan kenyamananthermal pada bangunan dalam iklirniropis lembap, terutamaadalah -.ngr.rrgi p..otrt un p"rrur,'.".Uerikan aliran udarayang cukup untuk memenuhi nr.rylrrlrn kesehatan dan mem_bawa panas keluar rureunun-rl;;;;;;:.r"h radiasi panas baik

I:ff fffiXng dari maiahari

'"'pr"'a;t p.irrrl*;;;.-Faiolehil ,a:- dagat. dikurangi dengan ...,rrrnuiunbahan yans mempunyui tuh"n";;;;;, yang besar, sehingga

"*lffix;:l'#::rb" b;h#;;;'ebut' baha; ;;;*B;'

bantu;;il;o}:!{.iX';:li:,t.f,::,'i:i,:fi ;,fl mn.bunan panas di dalam.bat"i. ilrii",';,:r" akan memperbesarperbedaan waktu terjadinya ,._r"#r, maksimun antarakedua permukaan uala.n d* il;;ilgan teaua temperaturmaksimum tersebut. Sebagai .*at'iiraing bata mempunvaitahanan dan kapasit* punu, yd;;;;. Sedang gerreng mem-#l',T*fi t*fankanasit";;;;;.';;sbbih"b;;;;a;ffi ;^ .Permuk aan yang paling besar menerirSeda n g ba h an u t

"p p uu" u _ r;r;; ;;'#Jrffi

t :fl :,flf lT;kapasitas panas yang lebih k;i;ffiada dindins. Untukmemperbesar kapasitas panas oari uatiln'utap agak surit karenaakan memperberar atap. Tahar;;';;;", dari bagian atas

t49

Page 83: Jati Diri Arsitektur Indonesia

bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara. Misalnyadengan adanya rongga langit-langit, dan langit-langit sertaaliran udara di dalam rongga langitJangit. Penggunaan peman-

tul panas reflektif juga akan memperbesar tahanan panas.

C; tillge memperkecil panas yang masuk dinding, kecualimemperbesar tahanan dan kapasitas panas, cara lain yangdapat dilakukan antara lain:* memperkecil luas permukaan yang menghadap ke Timur,

dan Barat.

- melindungi dinding dengan alat peneduh.

Cara ini berlaku juga untuk uug'iur-ffiaffii! y'ane

transparan, ditarnbah dengan penggunaan bahan/kaca khususmaksud untuk mengurangi transmisi panas yang masuk kedalam bangunan. Perolehan panas dapat juga dikurangidengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan,terutama untuk permukaan atap.

Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahariyang kecil sedang warna gelap sebaliknya. Penyerapan panasyang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik,sehingga jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal iniakan menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antarakedua permukaan bahan, yang akan berakibat aliran panasyang lebih besar.

p)Allrrn udare melalul bangunan- Kegunaan dari aliran udara melalui bangunan atauventilasi, adalah:(l) Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan ialah untuk

penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap danuap air ke luar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gasdan bakteri serta menghilangkan bau.

(2) Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal ialahuntuk mengeluarkan panas, membantu penguapan keringatdan mendinginkan bagian dalam bangunan.

150

AIiran udara ini dapat terjadi karena ,.rtq-.,^ ^.,-,_dan gaya thermal. alran-uo-a'rl-t{arena adanya gaya angin

i acr i j i k a a n gin dan "d;i;;;;;#fl:, r;J,XiTX#il::i-

dan udara keluar pada permukaantekanan udara. B.,;;; : ;, ffi :;J,Ti#ffi

_ #J,..11jadi kecuali dipengaruhi oleh keceoa

1",:; I ;; f :;i i": I g ;; ;' ";;;i li l;;.: ffi i?tr H:l:;

l;t,i;;}:,ffffi: H, ffi -.1

i ff ff tJ nf", ffi [j +,'i ffJika tidak ada

turrru e;ii",-vo,4l18ttt' maka masih dapat terjadi aliran udara

ouunt.ffi J,;;;:.'ii';^llt;:i:5i5.;uir,;*""i*alp",o"lo.-dan perbedu"n

-tinggi antara,uounnT..lll-d1 I'.1, ruansan,

terse b u r rr a ru s d apa r"i i ;;;;, il ; :H" I* l,:i?l, J;l Xl f,:lldaparkan jumtah atiran ;;;;';rryiiterrenctat<i.. Jumlah aliran udara unir[",kesehatan, pada umumnya trebih,_.*Trfli,;.rtJ,;*;diperlukan untuk memenuhi k.nyu.unun.thermal. i_inrut yingperrama sebaiknya digunakan i;;;;;,itasi rctap yune r.tututerb uka, tetapi ini u.r r, .."irr?" i.'.i.n u r, ;, y a y angk edua.

itti,Tff ;x[#i;:."H? d;,"1$1 d i e u,* k *;" i;;;;

jurplah ariran udara yang diperrru., Jjl?*lfl1l,l*1:.,.n@adlast panas

Radiasi panas dapat terjadi.oleh radiasi nratahari yanglangsung masuk ke daiam b;;;;#i.,'dr.i p.r*ukaan yannlebih panas dari sekirarrr"l;;;;;.' il.n..g"r, rung p.r,rrif:i;:,lffHffff, arai_arai ;;;;ffi, baik arar p*n*a,idiatur-* ' - -' vertikal' atau alat penedul, ,r"g-a"rli

Pancaran panas dar,i suatu perrnukaan akan menrberikanketidak nyamanan^ ^,1ry,ilt.T"ri"T.1rrnur,, jika bedatemperatur permukaan tersebut ;r";; remperatur udara

I-5t

Page 84: Jati Diri Arsitektur Indonesia

melebihi 4"C. Hai ini sering terjadi pada permukaan bawah

dari langit-langit "t"' '"01 ptt*ukuun bawah dari atap'

Sebagai gambaran, Ju'i'ptnttitian yang nernah dilakukan di

daerah Jakarta tt",l'":*t ptttu'ku11 bawah langit-langit

dapat mencapai 34'6;';;k 'umah vang menggunakan atas

asbes gelombang'

PenutuPTelah dibahas secara singkat cara-cara untuk mendapatkan

kondisi lingkungan-'** ilftftendaki,di dalam bangunan'

dengan perencanaa"';;;t;;;;nva' dalam iklim tropis lem-

bap. Yang puau poftofnia adatah mensurangi atau menla-

dak an f akt or - f akt ";

;;;;-trusr^k?l I -se

fe rt i r ad ias i matll Iiyang kuat aun tt**flatkan-faktor-faktor yang mengun-

tungkan, seperti;;;;';;;it aun aliran udara sampai jumlah

tt"illlrung tidak selalu usaha ini dapat Tti:T:1::otll3"

kondisi yang dffinkan'. karena di samping adanya

keterbatasan-keterbaiasan' juga mungkin masih ada keku-

rangan-keku'unrun"i't1-'"Jtt;ifi : bai f men eenai iklim dan

kondisi yung "btnu'"'v"

ailtntndaki' -maupun mengenai sifat

bahan dan perilakffi;;;; a"ri.l iklitn btttungkutan' Un-

tuk itu masih pt'ru-airlrti'xun penelitian dalam hal-hal tersebut'

di samping itu tu'Jtu'u dan kebiasaan yang telah dilakukan

oada ruman-'umat' tradisional yang oerlu dipelajari'

Penerapatt dari pengetahuan yang ada dan hasil-hasil

penelitian t."tu"i, ;ilY;;Pk"1 1111,t^tt*oerikan sumbangan

'pada Arsitektur Tropis di lndonesta'

III.5. LANDASAN AR'TiITEKTUR INDONI,SIAOleh: Drs. Darmanto .!alman, S"U.

Tidaklah terlalu sulit untuk merurnuskan garis-gari,c besarhaluan arsitektur lndoflesia nlodr:rn. Arsitektur Irrdonesiaadalah arsitektur -v"ang menlenuhi kcbrrluhan manrrsia In-donesia. Persoalan akan segera berg.esr:r ilrerruju kebutuhanakan perumusan kebutuhan nranusia Intlonesia ini. Lalusiapakah yang menetapkan kebutuhan manusia lndonesia ini?Manusia lndonesia seluruhnya, atau cliwakilkan sala pacla paraarsitek, atau pada para ahli perumus kebutuhan nranusia yangsekarang ini agaknya sedang berbringa-bunganya"? Paraperumus kebuluhan manusia indouesia inilah yang biasadisebut kaum cerdik cendekiawannya, traik yang terdiri darikaum teknokrat maupun apa "v-ang disebut intelektual yangsangat heterogen, terbesar, dan sering anti struktu:. f'ersoalanjadi: Apakah perumus ketrutuhan manusia Inrhne,'i;r yangdiwakili oleh para cerdik ccndekiawan ini sampai :"ekarangsudah bisa dikatakan benar-tre ner n:,:w;rkili kc:hutuhanmanusia Indonesia? Karenanya maka, pemhicaraan tcntanglandasan arsitektur Indonesia akan kila nrulai dari gsgasan-gagasan tentang kebutuhan nranusia lndrinesia seba;iaimanadiungkapkan oleh para cerdik cendekianya.

Kebutuhan l)asar Manusia Indonesia

Rumusan-rumusan tentang kebriruhan clasar manusiasesungguhnya merupakan kritik bagi rnodel pembangunan"Tetes ke bawah" (Trickle Dovy,n f)evelopment) yang semulamenjadi ideologi pembangunan masyarakat kapitalis yangberlandaskan pada pertumbuhan ekclnomi. Karerna tcrnyatamodel pembangunan "Tetes ke bawah" dentrr,;.n industrialisasibesaran, teknologi maju dan padat moclai ticiak berhasilmenyelesaikan persoalan negeri-negeri y,ang sedang berkem-bang; diciptakan model penrbangunan yang sungguh men-

r5l153

Page 85: Jati Diri Arsitektur Indonesia

jawab kebutuhan d.asar masyarakat negeri-negeri yang sedang

berkembang, yaknr Ot"tt^ ito^ologi tepat guna' padat karya

serta industri "ot';;;utiun"' 'S.lutnarnva model pem-

bangunan ini adalatr';;;; ';"ttil .:lj" ialan tengah' atau

kompromi' antara,ugu'un pembanguna'n ya;g kapitalistik dan

sasasan o.*uunrul?1''lJ'- t*r;isrik vans kedua-duanva

telah membtrtu *"nj]Ji iAeJtogi seperti-tuduhan Peter Berger

ouru, bukunva ";';;;;;ii of socrtfice;Iffi;T:X-;ffi;.il;ta bahwa model Pembangu

tuhan dasar ini o'""*t"ai'atkan-kritikan-kritikan yang

tajam: P."u'u-ti;;"i;;;;;ta model ini tidak sanssup

melawan t .*t'r'n'n Jan inertia Y?ng'uau pada masyarakat'

Masyarakat vans ##ili;Initrtiniiouk laei punva kesang-

e'p j"

".'* ryjj;[;['**:mffi fffl 1 i{:i*''Xi:[,T'iL ;:li',ll, i tffi ]{'i:i r,*:':Xl'Y#ll'ul Haq -tneuj"ii;';;;;"; gembangunan vang langsung

menyeran g ou'u' iJ*tiii*n rtn-oatl,pemb an gunannya mr np

model vu,,e at'mf"#;?;;;i;i Rep,uutik Rakvat Cina dengan

brigade-briguAt pt*iangunannya',.dengan kesanggupan

kemandiriannya''ftrn"aiurr' t:rlyata model pembangunan

"Menjawab rto"'^n"tE*ui" ini juga tidak berhasil mengun-

dang kesedi""" oiJ* u"i *tntniut" apalagi atas' untuk ikut

membangun, puaJui uuliiuurtti menunjukkan bahwa potensr

pembangunun jt'Iti.r itirt'urt pada lapisan ini'

Akhirnva, tJ;;";il;H"n *,.a"1 merum uskan dasar bagt

kelompok r"', '"i'ii r"!ttry,.11k dari sudut kemampuan

ekonominyu''o'ffiolitiknya' tempat tinggalnya' kesukuan-

nva. maupun fingi'ungun budayanya' pun"Uagi lndonesia hal

ini ietas nvata' -';;;;;;aiutriut'iun suatu upava lain' vang

tetap *.niu*uu"';il;;'"" ttuututtan' nutnun bersifat

,,mawa_ma*u,, jr.firiiui* r.o"tah "Makanan enggang tak

termakan oftt' p"ipitll'- aen'ittiun.kebutuhan masing-masing

kelompok tu'l^furt'u' U*9tq*utdu' Mutulahnva adalah

upava apakah #fi;; iiiatuttan aear diversifikasi ini tidak

154

membawa perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa, tetapijustru memperkaya dengan nuansa. Sistem dan cara berpikirsistemik yang serasi, selaras dan seimbang diharapkan mam-pu untuk "ngesuhi" upaya ini - dan semua ini agaknya masihperlu diuji.

Tradisi Sebagai Landasan Arsitektur Indonesia

Beberapa waktu ini arsitektur Indonesia digoda oleh ga-gasan untuk menemukan kepribadiannya, untuk menciptakanapa yang disebut Arsitekur Indonesia. Dan selaras perkem-bangan arsitektur "dunia" (baca: Barat) yang sedang men-coba untuk menggali potensi-potensi kearsitekturan di antaratradisi-tradisi bangsa-bangsa, maka di Indonesia ramaicendekiawan berpaling pada tradisi suku-suku bangsa In-donesia untuk mencoba menjawab tantangan zaman. Namunkemudian ternyata bahwa tolehan kita jauh jadi sekadarkegenitan dan keseronokan budaya karena tradisi lebih banyakditafsirkan sebagai bagian dari gaya atau bahkan selera kein-dahan yang formalistik - lepas dari kesanggupan untuk"nggraita, ngrasa,njatra dan njarwa" - kan tradisi, Fung-sional arsitektur tradisional dan menjawab kebutuhanmasyarakatnya luput dari panggraito, pangroso, ponolor, danpanjarwa kita. Keutuhan budaya yang diliputi oleh agama,mitos, sastra, seni, dan lain-lain dilepaskan dan diganti dengankesatuan berpikir yang ontologis, rasional, objektif denganpenekanan pada kegiatan analitis sintesis. Dengan kata lain,ilmu, teknologi telah dipakai untuk mengganti tradisi. Dengantidak kita sadari, bagaimanapun juga, dengan melakukantolehan kepada tradisi kita telah melakukan suatu loncatanbudaya ilmu-ilmu yang lain. Arsitektur lndonesia sebagaiilmu pengetahuan berasal dari impor lewat bandar-bandar im-por yang kita sebut sebagai perguruan tinggi. "Ciri-wanci"dari perguruan tinggi kita telah terlanjur dilahirkan olehpemerintah India Belanda untuk memenuhi kebutuhannyaakan tenaga-tenaga ahli dan setengah ahli bagi pelaksanaan

ls5

Page 86: Jati Diri Arsitektur Indonesia

aclministrasi kolonialnva tidaklah bisa kita hilangkan begitu

tujua,,, wauci ilrilah yang clengatr tidak kita sadari telah men-

iuaiuusin,, dari kepirnotii^u putu arsitek kita'

Demikianlah ketika ar sitek-arsiiek "Barat" melalui sejarahnya

yang unik sampai o*;';;l-;t'*t-kejenuhan sendiri dan mulai

nrentrleh t. "'ruusr' Xos' atls Kosali" d'qn "Hasts Bumi"' k\ta

pun rnuiai menolclt k;;;;' lni aclalah suatu loncatan budaya

yang jatrh sepertr 1,'tlgJi""i'rkan <rlch,Jean Jacques Servan

Schr*iber dalartt u;i"';;;'; The wortd Challenge" untuk

nremperkenutttun ttintioil puau' informasi (Mikroelektronika)

ke desa-clesu n.rtt'-L"*tfi'ttJurrt uerkembang sambil melom-

pari suatu *uru r*1*r"f, yung punjung yangtelatLit'.t-:lll:t

oleh negara-negara gutui yakni tahap teknologi "Newtontan'

i*t notogi paclat energi habis pakai'. i. mernilil '

Servatr sctrreitrei s"a"g"t t''i*is. bahwa manusia memilikt

kemampuan ooupiu'i*r'i"g r'"t biasa' vang memang telah

membawanya rnenjacli spesies yang paling seramat daram

seleksi evolusi ufu*-";ouh ini' .Pertanvaatl adalah: Apakah

tidak akan teriadi akiLat samping yang jauh dari "Cukure

Shock" ini? Atau, apakah kita memangielah siap merasuki

kebudayaan ontol'o;';';ampai. fungsional (menurut tahapan

perkembangun u'iivu *"n"iu diri.van Peursen)? Apakah

fungsi- fun gs i ilm u"p'Jrigetih i; .u nt uk memahami' meramal'

dan menga,u' g"ruiu in'i tiOat akan menjacli sekadar "Black

Misi"" modern tli tangan kita?

Demikianlah,i"i;;; kita kepada tradisi adalah tolehan

budaya (mertinyu),"i;;;k"; tolehan teknis' tolehan historis'

;;;1;i"" sekaclar tolehan ontologis!

[,andasan Arsitektur Indonesia Ada di Sini:

Manusia lndonesia SePenuhnYa'

Semula saya ingin merumuskan- pernyataan ini demikian:

Landasan u,ri,*xiuiinJun"'iu ada di sini' di kepala kita' Tetapi

pernyataan ini aXuniu'lalu mudah menggelincirkan kita pada

156

arsitektur kognitif tok, arsitektur analisis sintesis denganmelupakan bahwa arsitektur ini mestilah merupakan ekspresi,pernyataan, aktualisasi total dari manusia lndonesia. Dengandemikian kita perlu memahami manusia Indonesia ini sebagaisatu kenyataan sejarah, dan bukan sekadar sebagai gejalakonsumsi bagi nalar ontologis kita. Kalau benarlah pendapatMohtar Lubis bahwa manusia Indonesia sekarang ini munafik,maka dari titik inilah kita mesti mulai. Begitulah kalaubenarlah pendapat Niels Mulder bahwa manusia Indonesia(maaf, baca dalam hal ini: Jawa) itu rasional tapi irrealistik,maka dari sinilah kita mesti mulai. (Supaya tidak terjadi salahpaham, buru-buru harus segera saya tambahkan bahwa ituadalah tangkapan yang terlalu simplistis dari kedua orangtersebut, dan karenanya bersifat nonhistorikal).

Demikianlah kita perlu mengkaji suasana setiap orang men-jadiarsitek bagi dirinya, suatu kelompok masyarakat mengar-siteki sendiri kebutuhan pengaturan ruangnya, "folk architec-ture" masih dimungkinkan - tidak untuk mempreteli faktor-nya kemudian mereka-rekanya, sesuai dengan keadaansekarang - jeneh kalau begitu tidak perlu kita kehilangankemampuan untuk membangun Borobudur, atau Prambananberibu-ribu sekarang. Kejadian ini diperlukan untukmenghidupkan kembali sesuatu dalam diri kita yang telah lamatidak kita perdi dan openi dan yang sekarang ini sungguh-sungguh kita butuhkan: Kemampuan memadukan "Jagodgede" dan "jagad cilik" itl. Kemampuan ini bukanlah kemam-puan yang bisa diusahakan dengan belajar dalam pengertianmenambah pengetahuan dan keterampilan, tetapi terlebih-lebihdengan cara mengalaminya sendiri. "Experience the evidence",istilah yang dipakai oleh Ronald Laing. Artinya, tradisibukanlah menjadi suatu objek yang dikaji, diteliti, tetapiterlebih-lebih didekati, dicintai, dihayati. Arsitektur Indonesiabukanlah merupakan sekadar terjemahan dari gagasan-gagasan

dalam wujud bangunan-bangunan; atau sekadar teori yangdiaplikasikan, atau kata yang ditindakkan atau keyakinan yang

157

Page 87: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7

diamalkarr" Ia nreruql:rk,ln wujud clari proses metaorphosesmanusia lncJorresia. Kelrornpottg hanyalah sisa dari proses

metamorpho.ies tersebrrt, seperli barangkali luga ioglo ataudaro gep,tk"tetapi ke Inclorresia itu sendiri adalah proses pen-

ciptaan yang merupa kan suatu kontinum dari masaBorobudur. Mesjid l-lernak" sampai ke kotak-kotak korek apiyang berjalar sepaniang i:rlan

'['hamrin di Jakarta. Merumahikomputer sama clengan rnentenuhi amben, memenuhi istrisama dengan nrerumahi para sekretaris. Tetapi kearsitekturanadalah keseluruhan penciptaan yang menghasilkan data-dataprogram dari konrputer yang dirumahi tersebut - sepertidahulu kearsitekturan adalah keseluruhan proses penciptaanyang merumahi kehiarga Kramaleya. Dengan demikian kitatidak akan berharap arsitektur menjadi semacam Badak Jawayang langka dan mahal harganya, yang hanya hidup karenakita sedang obsesi ekologi dan pelestarian alam, dan bukankarena rnemang badak itu berguna. f)engan singkat, arsitekturIndonesia adalah arsitel*lur yang memproses lahirnya rnanusiaIndonesia - suatu meturnorphose kebudayaan yang sangatluar biasa pada masa ini" Arsitektur lndonesia bukan sekadarpenerapan nilai-nilai Panca Sila dalam kaidah-kaidah peren-canaannya, tetapi ialah yang menghidupi nilai-nilai tersebut.Demikianlah kebhinekaan adalah kondisi nyata yangmemperkaya arsitektur Indonesia; sementara keekaan adalahjiwa solidaritasnya. Derrgan kata lain, arsitektur Indonesiaadalah arsitektur yang solider dengan nasib bangsa Indonesia.Sedangkan akhirnya dirasakan, betapa para arsitek "haruspeka dan secara tepat menundukkan dirinya jelas-jelas padasituasi perubahan-perubahan sosial yang sedang terjadi".Dan itu berartijuga "mempersiapkan generasi (arsitek) baru,yang siap menghadapi problema besar dan nyata yang akandatang".

Tentulah kita berbahagia mendengar ungkapan-ungkapankeyakinan yang sejuiur itu; masih penuh idealisme dan tekad,serta tanggung jau'ab. T'inggal apa yang dimaksud dengan

158

t3

a)

"rc

E

.{\!

ta)

o

^soU$l

r59

Page 88: Jati Diri Arsitektur Indonesia

"problem besar dan nyata yang akan datang" itu; "politik

resmi yang bagainrana'*t"*t'" mekanisme ' agar "sektor

modern sekaligus vang ttaAitional" kedua-duanya sama-sama

dan adil dilayani' Vu"ng jttut' s-alB lsitek masa kini bukan

lagi sekuas u ttou,*)'n; e; iio* auput lagi (bahkan tidak

sepantasnya) bertinJal-'Lpttti Semmut di samping Sri Ratu

HatschePsut. . -:LSang arsitek hanyalah salah satu pihak saja' yang serlng

tidak sangat kuasa' iJiiii*t*u di negara berkembang untuk

menentukan arah. Slperti sarjana-sarjana bidang lain juga

demikian. Namun Vung pttfu dip.erhatikan ialah' apa yang

dikatakan ot.t ,.o'll;?"ilU;i' sdr' lr' Bondan Hermani

Slamet M.Sc, batrwa lampui sekarang' arsitek baru dididik'

dan dipersiapttun unt'X *trrggut'p "hasil akhir dari suatu pro-

ses komplek., vuxni'vung diiiut b'ng"un; dan belum dilatih

mengenal proses ,"'* ilttUuahkan. hasil akhir tersebut"'

Namun dari pihax iai;";;;l;h pendidikan ke arah itu tidak

akan terlalu berat?lurri:.fut fagi, memanglah definisi ar-

sitektur, arsitek,'tugu'"*titek dan sebagainya itu perlu

direvaluasi rugi; rnt'itii't rn'i senoiri: '''mendudukkan

dirinva

ielas-jelas puau 'ituu'i""U"n"" perubahan sosial yang sedang

terjadi". tni tuga;;i';;; dari kaum Sthapati-Sutradhara

generasi penerus' Baik dalam'-tl-11j3* praxis' tetapi tebih

pentingi dalam pendasaran teoretis secara ilmiah'

160

III.6. PUDARNYA ARSITEKTUR TROPISINDONESIAOleh: Ir. Andy Siswanto, IAI

Dewasa ini, bila kita menelusuri desa-desa, kita akan masihsempat menyaksikan sisa-sisa permukiman yang adern ayem,sejuk, dan semilir. Pekarangannya luas, dengan tanaman kerasyang rindang. Pagar pembatasnya samar, sehingga tetanggakiri-kanan maupun depan masih bisa bercengkerama ramah.Rumah-rumah dibangun dengan material alami. Walaupunacapkali pencahayaan dan penghawaan agak gelap dan lem-bap, tetapi secara umum pergantian udara cukup dan bersih,mengingat dindingnya yang transparan; dan suhrr yangdirasakan pun sejuk nyaman.

Seiring dengan proses urbanisasi yang demikian cepat danterjadi hampir di semua permukiman di Indonesia , maka disini terjadi pula degradasi kualitas ekologi, khususnya padakota-kota besar. Eko Budihardjo bahkan menuding (Kompas,8 November 1986), orang kota makin tipis kadar kepekaan-nya terhadap lingkungan. Banyak lahan hanya dijejali rumah-rumah, dengan sosok yang tunggal rupa. "Bunuh diri eko-logis", katanya meminjami istilah dari seorang ahli lanskapJ.O. Simonds.

Salah satu aspek dalam ekologi kita vang pentinpr adalahiklim. Iklim sejak zaman purba selalu memainkan peranan pen-ting dalam kebutuhan permukiman. Setiap benua masing-masing memiliki spirit of placenya yang khas. Mereka ter-polarisasi dalam lokasi-lokasitertentu, di atas permukaan bumiyang berbeda-beda. Dan rumah, kampung halaman, tanah airpun terjelma dalam ujud ruang dan bentuk arsitekiur per-mukiman yang khas sesuai dengan iklim masing-masing . Thespirit of place is a great reality, kata D.H. Lawrence.

Arsitektur nenek-moyang kita juga bereaksi secara khasterhadap iklim. Rumah-rumah panggung terbuka adalah di-

161

Page 89: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7-

sain asli mereka, dan terukir jelas pada relief candi Borobudur

dan Prambanan.

Iklim lndonesia dikategorikan dalam zona basah-hangat

mirip iklim di Amerika Tengah, Madagaskar' dan Filipina'

rriiiit, yang populer dipakai adalah iklim tropis lembap'

i.rnp.*,ui maksimum nya 32C, minimum 23oC dan rata-

rata 27oC. Kelembapan 80 persen' radiasi 400 Watt/m2'

iluminasi 15.000 kandela pada langit yang relatif berawan'

Arsitektur Hindia'Belanda

Angka rata-rata di atas memang tidak terlalu merisaukan

bagi lingkungan tradisional, yang ekologinya masih baik

dengan liahan yang longgar dan bahan bangunan yang alami'

w;i; demikian, tuin tluinyu bagi para penjajah Belanda' Gaya

arsitekturneoklasikdangayaarsitekturborjuisiBelandaSegeradisesuaikan dengan iklim tropis. Plafonnya tinggi, dindingnya

i.Uut, trbu,tg ventilasi ditempatkan di berbagai sudut' Pada

rumah tinggil, jenclela-jendela lebar berkisidiberi tritis. Yang

menarik adalah berandanya yang sangat luas' mencakup an-

tara25 sampai 35 persen dari luas bangunan' sebuah konsep

ruang hasil adaptasi terhadap ruang serambi pada arsitektur

tradisional Nusantara. Antara rumah induk dan dapur/

bu,gununkecildihubungkandenganselasar-selasarterbuka.Arsitektur kolonial itau arsitektur Hindia-Belanda ini

kemudian menjadi orientasi bagi para pedagang pribumi' san-

tri, Cina, dan priyayi. Pada tahap selanjutnya banyak rumah

sakit dan sekolah dibangun dengan gaya serupa'

Diantarakarya-karyaarsitekturtropiskolonialini,ter-nyata bisa kita jumpai jenis arsitektur tropis yang lndonesia'

Ambilah conroh kimpus ITB (Institut Teknologi Bandung)

yang dirancang Mc. I-aine Pont' Yang sangat lndonesia dan

Lerrungsi untuk sosial budaya modern adalah Teater Sobokarti

di Seriarang. Ini dirancang oleh Thomas Karsten dengan

konsep yang sangat menarik "Daripendopoke teater rakyat"'

seperti vung Oiu tulis dalam sebuah artikel di Jawa pada tahun

162

1921. Berdenah teater Romawi, tapi seluruh ekspresi arsitektur-nya adalah arsitektur Jawa dan tropis. Harus diakui, arsitekBelanda pecinta arsitektur tradisional Indonesia yang menyem_pal ini, ternyata sangat serius dalam penyiasat-i itilm tropis.Berekspresi Indonesia pula!

Arsitektur Tropis IndonesiaSejak kemerdekaan,.yang laku adalah gaya arsitektur sub_

urban Eropa tahun 20-an. Gaya modern mulai disenangi, di_jiplak tanpa imajinasi dan meremehkan iklim tropis. e.rii.ltr.tropis kolonial pun mulai memudar. Arsitek Silaban dankawan-kawan tampil sebagai penyelamat dan berusaha secarakonsisten sampai akhir hayatnya untuk menghadirk un i_sitektur tropis Indonesia. Dari segi kenyamanan termal, beliaucukup berhasil, tapi tidak cukup berhasil dalammengekspresikan,,lndonesia,,nya, karena tetap saja meran_cang dengan idiom arsitektur modern, dengan kekhasan

' louv re- louv re pada focadeny o.Era awal Orde Baru adalah cara era semakin memudar_

nya arsitektur tropis. Ia digilas oleh arsitektur modern ber_AC. yang dirancang tanpa AC pun seakan_aka, _.tuputunaspek tropis, sehingga pada suatu saat kita ,..r.nrut't ug.,lenqa1 hadirnya sebuah desain, yang dikerjakan ,,raksasii,Paul Rudolph, yakni gedung wisma Dharmala di Jakarta.

Inikah arsitektur tropis yang Indonesia? Saya U..p.nauputtidak. Karena seluruh bangunan itu dirancang dengan gayainternasional, dan seluruh bangunan menggunakan sistempenghawaan artifisial. Lisplang betonnya yaflg miringbarangkali memang memberi citia tropis, tapi jeLs Uefurimenunjukkan "tropis Indonesia,,

Fisiologis dan PsikologisDalam kerancuan proses pencarian arsitektur tropis In_

donesia, seperti sekarang ini barangkali perlu tcita simat< tagi

163

Page 90: Jati Diri Arsitektur Indonesia

kepentingan kita akan perancangan' ?ltit:-Y:,: di Indonesia'

,"r* U.*.-benar tnemperhatitcal it<li1 troprs'

Kepentinga" rt";;;;Jaiakr fisiologis' Yang masih terasa

nvaman bagimanusra Indonesia' menurut oenelitian Mom dan

wiclsebrorn, terdiri ffiil; *;;egori vattniseiuk' nvaman dan

hangal. Masing-muSng UJngun harga temperatur yang efektiI

ambang bawah 2o:;"2:;;'s c' aun 25'8 c' Ambang atas

hangat 27,1 C" Aliran udara berperan kunci di sini' karena

ia memasok oksigen dntuk pernapasan' nrengalirkan uap alr

yang berlebitta" oun "l;;';;"*tangi konsenirasi gas' bakteri

dan bau, aun :u# #tnoing]ntun suhu' juga membantu

o' " ilil:l, ,[il'f:i#il:tl' plkol:

?s. Laporan Mac Pher -

son, Enviro n*'n'oitoiii ii Tropicot Australia' yang diulas

Belwant SinghsainiOatam Architecture in Tropical Australia

(Melbourne Uni"tt'ity Press' 1970) memberikan bukti-bukti

menarik, bahwa l:itil-;;;*unun lingkungan 'ti-tl': o'it"

mengakibatkan ;;;;;it tropis' kelelahan troprs oan

neurasthenio tropir. iimtomnya -antara lain lesu' lemi::'"

ingatan aun tton"nt*'i' "p*it' kurarg bertanggung jawab'

mudah t"r,inggu"g; ;;;t: paranoid' dan sebagainya'

Kendalat<itaptrtn;;ffi'riengalamiketidaknyamananter-mal dengan 'u'"

it'!'ii'it""uui ai atas' Entah di kelas' di

pasar, di eeoune;';;;l?l' S1-?':'nop' di kantor atau

barangkali ai tt"'iu[ aan di lingkungan kiia sendiri' Dan kita

juga masih Uetumiattu' apakah suasana tesu di berbagai kan-

tor juga aixuttnurt?;plifi ketidaknvamanan termal ini'

Yang bisa dipa'ti;;;:'u[u Jut"putnva tentu pada permukrman

kumuh, p..ku*pungan padat yang iorok' perumahan macam

BTN di tengah koia' yung pt"ncanaan-tapak dan desain

rumahnya 'ungui ututiran' Juga rumah 'utun'

barangkali?

Dibangkitkan Kembali

Mengingat hidup kita dari hari'ke hari sampai ajal tiba'

toh hanya uttun't'i]'t!"gui'au' u"tgtrak dari satu tempat ke tem-

164

pat yang lain baik ruang satu ke ruang yang lain, baik ruangdalam bangunan maupun ruang lingkungan dan kota, semen-tara ekologi khususnya di kota hanya semakin ganas saja,maka tampaknya sudah tiba waktunya diadakan perencanaandan perancangan arsitektur, untuk lebih memperhatikanfaktor-faktor iklim tropis, seperti temperatur, kelembapan,kecepatan aliran udara, dan radiasi panas.

Untuk memperoleh temperatur yang dirasakan (temperaturefektif) nyaman dan pergantian udara bersih yang cukup,sebenarnya muskil bila kita hanya mengandalkan buku sucisemacam standar penghawaan alami. Faktor-faktor di atasmasih bergantung kepada banyak variabel: Orientasi,topografi, permukaan, bangunan-bangunan sekitar,konstruksi, bahan yang dipilih (mempersoalkan daya absorbsi,porositas, angka isolasi, kapasitas termal), dan sebagainya.Jadi arsitektur tropis sungguh bukan sederhana. [a harusditekuni dan disiasati mulai dari tata letak pada perencanaantapak sampai dengan tata bentuk dan sistem peruangannya.

Banyak karya arsitektur kita telah dirancang denganpendekatan arsitektur tropis, khususnya pada perumahangolongan menengah ke atas. Bahkan di sana sini ia telahmampu menampilkan diri sebagai arsitektur tropis yangberidentitas kultural Indonesia.Walau demikian, masih jauh lebih banyak yang belum tergarapdengan baik, yakni lingkungan dan perumahan golonganmenengah ke bawah, juga pada bangunan-bangunan umumtempat mereka bekerja, belanja, belajar, dan kuliah. Ruang-ruang terbuka pada lingkungan permukiman dan kota, jugasemakin moderat, gersang menyengat dan langka. Padahal disanalah mgreka berinteraksi sosial dan mereka berkreasidengan rumah.

Arsitektur tropis Indonesia yang memudar, semestinyadibangkitkan kembali.

165

Page 91: Jati Diri Arsitektur Indonesia

BAB IVARSITEKTUR DAN MASYARAKAT

IV.l. KEMBALIKAN ARSITEKTUR TRADISIO.NAL KEPADA MASYARAKATOleh: Ir. Johan Silas, IAI

Peserta seminar Bahan Bangunan Ekonomis di Paris diun-dang pula meninjau per'umahan di kota baru L'Isle d'Abeaudekat Lyon. Perjalanan di sana ditempuh dengan kereta apiTGV berkecepatan rata-rata 250 km/ jam; berkat teknologisuper maju (iarak Surabaya-Jakarta bisa ditempuh hanyadalam waktu 3 jam). Yang dibanggakan di kota baru tersebutadalah rumah, yang hanya terbuat dari tanah dipadatkan.Rumah tanah ini dianggap pula menunjang perkembanganmasa depan kota baru tersebut. Kunjungan ini adalah gam-baran yang kontras, antara kereta api super-modern denganrumah tanah primitif yang lebih pantas untuk negara miskindan terbelakang. Bentuk rumah tanah ini memang sudahumum dipakai penduduk desa tersebut.

Ada tiga alasan utama mengapa rumah tanah tersebutdibangun sebagai bagian dari perumahan di kota baru yangmodern. Pertama karena sangat ekonomis baik dari segi biayamembangun (l/3 harga konstruksi konvensional) maupunkesesuaiannya dengan iklim setempat (bio-climate); sehinggahemat energi. Kedua karena tidak merusak lingkungan, sebabtanah dan bahan bangunan lainnya yang dipakai mudah didaurulang dan perlu sedikit energi dalam proses pembuatannya.Alasan terakhir adalah turut melestarikan warisan budayasetempat; Prancis memang bangga dengan kekhasannyasendiri.

Rumah-tanah yang baru lebih tinggi dari yang lama (tigadibanding dengan satu-dua lantai) pemadatan dan konstruksi

166

tanah dilakukan dengan teknolosi vnya,dan,uaJ-Ji',ii;;;iffi:?J#?fr :l,,X},lj,l::i::;masa sekarang rnaupun r.nautunglAlasan-alasan

ini .sebenar_

;Il; :H:.il',Tff l,*:.u i'" u'"'i"iu p,ta uaei,.e;; #;..*

Arsitektur Tradisional ?Apakah arsitektur rumah tanah.ini bisa dianggap tradi_sional? Kalau ya, apakah .u*uf,-i'irbu_daduk

kita juga tidaktradisionar dan patur unruk aiu.r"r,ir_ra dengan mud-ah bisamemenuhi persvara(an ,umah_tanuh pran.i, di atas. KalaullT:,r yure punya TCV rerap baru m ah _ r a n a h, apa k a h k I ; j, ;; ;r"d#il:ff, ftili;,T i.T f,

-.::s.tonal agar dapat r.rO..itl;';;;;,daduh ving 5ld!h,,airoa.,"nl;rt ;:"r-11"._l l: I bam b u_

'#,!:"X::{; :{: e r d' A P P t i c o;' "; ; 7 ::; ; El,1 I I.i' fff ;

y ;,,, * ;; il : f;L[r,l#; : i:L'", 3n u u n e,, u,' *lL oguna di tepi iari Gede, ilrr'.jfr;";,-].,:.l]"h ba.mbu repar_pusat kajian. ---v' IJlr tu puta aloukung menjadi sebuah

Agaknya ini bukannya perkara ear

fr ilf,l'X,l iTllf,.Tq.., i,,'"',r i.r., ; ;'[:ll,i",[i ?,?:';]lf

d, d, r k ;;;H;, ti.:iX I:trffi

,,1

il#:XXJ'tf k4f .banya_k dari mereka adalah urbanis miskin.Ada baikn" o:ll,gif:i, ;;';*i'embangan arsirekrur

ii:Hffilji:;Hp.ktir hlstoris. {i,u^r,.,uuri ke abao iir

:tr*il, *:#,ffi[,i[::f ilfi Hl {*;l rfr#11'.n, r, *' il;;;ffi

*::ffi ffi ii Hi jill ml;:i:icratans; ada pecinal: *,"tlrr*;;;: Loji Beland?, dansebagainya. Tenru jusa a{a i.u.i noio*[netrp dengan pasarEesarnya. Di Timur iAu puJ"rr;;;".;rarukan,c.nt.ne,iusahn:K;;ffi

:;i;::*UilJ:T.,fJ;

t67

Page 92: Jati Diri Arsitektur Indonesia

tempat para pekerja. Dan kalau mau ke Kraton lewat timurharus lapor pada patih dan melalui pintu Lawang Sekateng.Sedang di Barat ada perumahan para pejabat, seperti Maspatih, Tumenggung, Prabu, Ronggo. Dan untuk ke Kratonbisa langsung melalui pintu Butonan, tanpa aling-aling. Sebelahselatan ada taman Teratai Putih (Tunjungan), ada pengawalkraton (Ketandan) dan sekretaris kraton, yaitu Carik. Dantentu juga tempat tinggal Keputrian, sedikit di luar batasbenteng Kraton.

Sistem pertahanan juga ampuh, di timur ada sungai yangdikawal para pande besi, dan di barat didirikan tembok-benteng. Di sebelah selatan ada pengamanan berbentuk siputurang (Kupang). Tentu tak lupa Baluwerti untukmengamankan kawasan Kraton. Sampai-sampai tentaraMataram yang dipimpin tiga orang Jenderalnya tidak ambilrisiko melakukan serangan militer. Surabaya ternyatadikalahkan dengan senjata ekologi tanpa korban jiwa manusiasama sekali.

Untung nama-nama ini masih lestari sebagai nama kam-pung dan hingga kini masih bangga dipakai oleh penduduksetempat.

Saat ini Surabaya mungkin kota terbesar, penduduknyatidak kurang dari 50.000 orang. Jayakarta dan Bandung masihmerupakan desa pantai dan pedalaman. Surabaya danYogyakarta belum dibangun. Sayang tak diketahui denganpasti bentuk arsitekturnya. Tetapi menurut catatan paramusafir barat abad berikutnya, Surabaya dengan gayabangunan Jawa ("modern"?) merupakan kota yang indah danmenarik. Melihat tata kota Jawa yang diterapkan secara kon-sisten kita bisa berspekulasi bahwa arsitekturnya juga Jawa,seperti yang kini kita golongkan tradisional (versi Centini?).Namun yang seharusnya tradisional untuk waktu itu adalahbangunan seperti pada relief candi-candi Jawi, Surawana,Jago, dan sebagainya. Bentuk ini sudah diungkapkan oleh T.P.Galestin dalam disertasinya (1936). Tidak mustahil kalau waktu

I68

t)

UOAAL

.ai!pB\s

.d t:is*\c sa)U'Bsl!\l\

v'

t69

Page 93: Jati Diri Arsitektur Indonesia

itu juga ada kritik terhadap bangunan Jawa-nya Surabaya (kinikita sebut "tradisional").

Setelah perjanjian Gianti, Surabaya dikuasai Belanda.Salah satu usaha mereka adalah membangun "Kota baru"pada Renaissance, untuk menampung para penguasa baru.Bagian kota ini masih ditempatkan di utara Kraton. Lalu posisi

Kraton diganti oleh Rumah Gubernur yang baru. Rumah-rumah kota dibangun dengan gaya londhuis Belanda. Tamatlaheksistensi kraton dan arsitektur Jawa yang sudah mulai tradi-sional tersebut. Lunturnya penghargaan terhadap berbagai polabangunan Jawa setempat dimanfaatkan lebih lanjut dengandidirikan perguruan teknik, mulai tingkat rendah sampai tinggiyang modern. Di saat kita baru merdeka keadaan ini tidakbanyak berubah. Demikian pula setelah kita mulaimenghasilkan arsitek-arsitek sendiri awal tahun enam puluhanbelum juga banyak menolong. Padahal di antara sarjana-sarjana tersebut ada pula yang memperdalam ilmunya di luarnegeri.

Baru setelah pembangunan yang dilakukan secarasistematis melalui rangkaian Repelita dan berhasil, kita lebihsadar dan merasa kehilangan sesuatu yang berkaitan denganciri dan identitas kita. Pencariannya diarahkan pada warisantradisional. Padahal kita belum punya pegangan yang man-tap untuk memilih kekayaan budaya/rumah adat kita, agardapat menuju ke arsitektur beridentitas Indonesia. Mungkinpula para parameter yang dipakai masih dominan dipengaruhioleh warisan persepsi lama yang kurang pas.

Agaknya, arsitektur yang tradisional atau tidak, bergan-tung kepada jarak rentang waktu yang cukup. Perhatiandiarahkan terutama pada bentuk yang lebih banyak unsur lamadari yang baru. Akan tetapi mengapa harus tradisional yangini? Di mana letak signifikannya? Apakah kita telahterperangkap pada konseptualisasi yang ilusif? Dan bagaimanadengan kelompok besar masyarakat kota yang harus membuatrumahnya sendiri dengan sumber daya seadanya dan paspasan?

t'70

Kalau mencari kaitannya dengan masyarakatkita barangkati mutai ;;", ;;;"'n,ruperangkap persepsi yang tidak attuaiArsitektur yang Aktual

papa ini, makaberada dalam

Apakah arsitektur Indonesia memang belum hadir? Un_tuk mencoba menjawab p;.i;;;;un'ini pertu kerangka ber_pikir tertentu. Diajuka" ;;j;;ffi; krasifikasj yane mudahdipakai dan mudah air".*t""'lUj.tnru. Katalan adaklasifikasi Kampungan-Gedongan-iu-prrun. Dan karau Ar-sitektur yang Indonesia,-;iiil^t.i pu.umeter tatananIingkungan, taranan uurrun_uiuil.i.ru_pitun dan tatanangaya-hidup, maka seben".nyu arJ,.iiu. maon.sia sudah hadirdi kampung, kota, maupun desa. pada arsitektur kampungtelah terjadi hubungan yang pas, ,..ur,, dan seimbang dariketiga parameter tatanan t..r.Urt. a.ri,.t,r. Indonesii yanggedongan juga ada,,terutama Oi ta*asan Real Estate. Merekadalam barasan sendiri irg" prr'J.#

( yan s u ur,un,' 1.. A c), i;;;; ffiT :, jlH:L

#i,::iffi:por) dan ratanan gaya hidup ,d.il;;';"tam cerita kaset videoyang ada di dalam rumah_rumuh t..r.Urt.Lalu kita perlukan puta. ketomfoU'rur, ..lakukan kajian,kritik dan mungkin ymRai f.onr.iiu"iirasi bagi arsitektur In_donesia; ini urusan f.l"_o"t'tlrrrrran. Tenrunya pelakukelompo k terakhir.ini :*F;".eJr"i.unu kampus, sepertiyang kampungan br:a saja seorangsarjunu yung banyak diamdi kampunS dan mengutak-utit"senoii rumahnya. Ketieakategori arsirektur tnaonesra'-ilJi;, akan rerus had[.Masalahnya kini, bagaimar",Ufr, ,-*rsi dan prioritas yanghendak kita teraokan, pada keriga ,ollnrun yang telah ada,dimasa mendarang. ruluan;;;;;;;ndak kita capai. Danpopulasi mana yang teruta.i r,."a""[ilta tayani. Lalu in-tervensi apa yang harus kita Uf.rf.u" ilf,adap ketiga parameter

ffi:'j.it ?f;fi;lercaeai vang a;il*,11'

*. i,1, -u.uruh yang perru

171

Page 94: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Disetenggarakannya berbagai p.ertemuan ilmiah untuk

membahas,qrsitetctui ituJitio"nur di lnclonesia' merupakan

kesempatan yang baik' Namun pertemuan yang disiapkan

secara tepat belum t"t'O' Perlu lanjutan upaya yang sebenar-

,r, a"oi aitugastta" paia berbagai kampus yang ada Jurusan

Arsitektunrya dan ftf"*p"t piofesi" untuk tampil dengan

rumusan efektif untuk menuju Le Arsitektur lndonesia masa

;il;"* Mudah-mudahan dalam menuju era pembangYlun

tinggal landas, bid;;; ;titektur juga marnpu memberikan

sumbangannya baik itt'p" konsep umum Arsitektur ln-

donesia maupun'isiem ptnditlittu"nya' Termasuk arsitektur

yang mampu *.nju*uU'tuntungun kehadiran komputer dan

pemroses mikro Ouiam bentuk bungunun atau rumah cerdas

(smart house).Bangunan atau rumah yang mampu berdialog dengan

,.r,g[uiinva dan berpikir uniuk "dirinya" sendiri' Rumusan

arsitekrur tt.aaisioriail rndonesia- perru pula dicarikan

signifikannya vans wajar; baik terhadl! tilPl vang 1e:]-butuhkannyu, p.'un u"ittk dalam situasi konflik-persepsl an-

tara yang aktual dan ilusif, serta tanggap terhadap kondisi yang

terus maju, ,aru,u*u ptngatut' perkembangan teknologi' Dan

mari kita f...uungtin-ultittti" tradisional kepada rakyat

banyak.

IY .2. ARSITEKTUR MASYARAKAT TRANSISI*)Oleh: DR. Umar Kayam

Asas Budaya

Masyarakat kita adalah masyarakat transisi dalam artiberalih dari suatu masyarakat pertanian tradisional dan feodalke masyarakat industri, serta juga masyarakat etnik yangterpisah-pisah yang sedang beralih ke masyarakat negarakebangsaan yang lebih homogin.

Hakikat transisi yang demikian adalah peralihan dari suatuasas budaya yang satu ke asas budaya yang lain. Dalammasyarakat pertanian tradisional dan feodal asas itu adalahbudaya dan saling menenggang sebagai perwujudan dari pan-dangan dunia, world-view, yang melihat masyarakat sebagaisuatu jagad utuh bulat dan tak terpisahkan. Budaya yangdemikian tidak toleran dengan keaneka-ragaman pernyataanyang tidak mengacu kepada prinsip jagad yang satu dan tidakterpisahkan. Juga tidak akan menenggang pernyataankreativitas yang terlalu mencuat dari pernyataan kreativitasyang diterima oleh sistem nilai masyarakat, karena pernya-taan yang demikian dianggap mengabaikan asas selaras danseimbang. Pada waktu masyarakat pertanian itu sanggupmengembangkan organisasi masyarakatnya menjadi organisasiyang birokratik, teritorial, dan kerajaan asas budayamasyarakat pertanian tradisional tersebut tetap dipertahankantetapi dengan tekanan acuan kepada raja sebagai pusat segalagerakan dari jagad dan tempat menurut hierarki kerajaan.Asas budaya masyarakat industri (dan perdagangan) adalahbudaya yang justru menghendaki pernyataan yang bhineka,aneka ragam, bersaing, berlomba dalam kelainan sebagai per-wujudan dari pandangan dunia yang melihat masyarakatsebagai jagad yang disangga oleh pribadi-pribadi yang sang-gup mengembangkan sistemekonomi yang terus-menerus me-ningkat efisiensinya. Masyarakat yang demikian tidak akantoleran terhadap kemanunggalan pernyataan kreativitas karena

I

172t73

Page 95: Jati Diri Arsitektur Indonesia

\r\3q)

5o

FX

!(J

SEuo l*S'r.ao

oolqJtSBEA'\fa:rilis:abEt \rh,\

s3o*

C.Y*rB-&tE-='.R

\3t&

kemanunggalan akan dianggap sebagai menghambat kemajuanserta efisiensi sistem ekonomi.

Asas budaya masyarakat etnik yang terpisah-pisah adalahbudaya yang mementingkan serta sangat menekankan padakelangsungan hidup budaya tradisional yang sudah mencapaitingkat kemantapan selama bergenerasi. Dan karenamasyarakat etnik yang terpisah-pisah adalah budaya yangmementingkan serta sangat menekankan pada kelangsunganhidup budaya tradisional yang sudah mencapaitingkat keman-tapan selama bergenerasi. Dan karena masyarakat etnik kitaadalah masyarakat pertanian tradisional atau masyarakat per-tanian feodal maka kelangsungan hidup budaya yang diper-tahankan itu adalah budaya yang mengacu kepada pandangandunia rirasyarakat pertanian yang demikian.

Asas budaya masyarakat negara kebangsaan adalah budayayang menekankan kepada pengorganisasian atau penstrukturankembali unsur-unsur yang menyangga budaya etnik menjadiunsur-unsur yang mampu menyangga secara kreatif suatu for-mat budaya nasional sebagai perwujudan dari pandangandunia yang melihat kebangsaan, nasion, sebagai suatu pem-bauran budaya etnik.

Masa Transisi

Dalam kenyataan proses perubahan sosial dan budaya tidakpernah berjalan secara jelas mula dan akhirnya. Tidak per-nah proses itu dapat ditandai secara sangat tandas akantonggak-tonggaknya. Bahkan juga masa transisi dariperubahan itu tidak dapat digariskan tanda permulaan sertaberakhirnya. Dimulai dengan satu, dua gejala, "tahu-tahu',nampak beberapa tanda perubahan dalam tubuh masyarakat.Satu, dua gejala itu seringkali nampak sebagai gejala yanglepas-lepas dan seakan tidak ada kaitannya satu dengan lain-nya. Tetapi sesungguhnya mereka adalah unsur-unsur budayadari jagad yang berlainan dari jagad mapan yang dimasukiunsur-unsur tersebut.

174175

Page 96: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Demikianlah dengan kedatangan masa transisi masyarakatkita. Masa transisi itu bukan dimulai pada waktu gerakan na-sionalisme Boedi Oetomo atau Sarekat Islam atau SoempahPemoeda akan tetapi secara ironis justru dimulaijauh sebelum-nya yakni pada waktu penjajah Belanda menggariskan suatukebijaksanaan untuk membuka perkebunan-perkebunankomersial di Jawa dan Sumatra. Kebijaksanaan itu telahmerobek struktur sosial banyak daerah pertanian tradisionaldi Jawa dan Sumatra, menambah jalan-jalan darat dan keretaapi, membangun kota-kota dan kota-kota antara dan yangtidak kurang pentingnya membangun jaringan birokrasi yanglebih besar dan luas yang mesti diisi dengan tenaga pribumidan sudah tentu dengan demikian dibukanya sekolah-sekolahdasar dan menengah yang terbuka bagi anak pribumi.Meskipun hingga sekarang masa transisi budaya pertaflian kebudaya industri, serta masa transisi budaya etnik ke kebang-saan masih berlangsung dan masih jauh tanda-tandanya akanberakhir, gejala permulaan transisi itu, saya kira mulai nam-pak pada waktu pemerintahan jajahan Belanda harus memikulkonsekuensi yang jauh dari kebijaksanaan komersialisasiperkebunannya itu. Konsekuensi itu adalah semacam "wester-nisasi" terbatas yang bahkan bisa dikatakan sebagai "wester-nisasi" yang reluctont , yang dengan berat hati dilaksanakanoleh Belanda. Akan tetapi, apa boleh buat, itu semua perludemi kelancaran roda administrasi penjajahan serta ad-ministrasi perkebunan yang harus mendatangkan banyak keun-tungan bagi ibu negeri Belanda. Dan "westernisasi" terbatasitu pun mulai menyebarkan virus-virus konsep Barat tentangkapitalisme (dan marxisme serta nasionalisme), liberalisme, in-dustrialisme, komersialisme, administrasi serta birokrasimodern, ilmu dan teknologi modern, dan berbagai cabangkesenian modern. Lapisan tipis dari klas menengah birokratik,yang di Jawa disebut "priyayi", dengan didukung oleh lapisanyang lebih tipis lagi dari klas menengah nonbirokratik dan non-pribumi" rnulai merangkul nilai-nilai baru itu serta menyerap

l'16

sebagian dari padanya untuk dijadikan bagian dari gaya hidupmereka yang baru' et "n

t.iun] ffi; kras rnenengah-hirokrarikItu, terurams yan{ Ol .fawa,.aOJ"n,;r*o kelanjirran Aari etitmasyarakat perr a n ia n traAi., ionrjla ng fec,cta I " Mereka masi hil}} :.ff#,lJ "i: -q:li;;; ;il'asa, bu,r ava masyara kar

ili: il: t*}"X' y il [], ll t;", lil,i ::: I i it.;: I ] mi I ;rmereka ."ri; ;;ff;;#?ilt .',ilTarr

sansar p.,,in[.",uur.uBelanda yans "cas-ci, .,,; ;, ;;il;::::lT lii#ffi ff ?ilt;kekuatan-kekuatan gaih meskiprn,'t,,,Lu-flrku valre rrierekabacl.dy pelajaran yang dia.jarkan mrposi ti v is m e da n ra.sio n a"r i rr,.l

"*rr i, :fflX? iIffil i j:lffifkeluarga dan derrgan demikian ",rrif.r,

percava i*,rrJo.ringjagad yang utuh meskipr" b;;;;;,;ln o..nro, i,,, *,*,*r,o iugupercaya akan kara-kara seperfi ;;;il;:;r,,,, .,kornperisi, ,,t,ru_sionalisasi" dan,,ekon;;;;,.'*;;m enenga h bi rok rat i k ru',g [.,r*;, ;]l;l:., ?,, ;_ ;11;,i;: li,r:,;;Jawa, yang meskipun rictat .**.ilu,,ng heban hurlava l.eodalseberat sauclara_sa.arrr r.r*iil:ri;yang di Jawa dalam hal kc,terika',J,l ,f*o'

toh rnirirr merekaketuarga dan lagal perranian ,.r,li.;;,,;i.l;i: :,[ff;, [iX,T:;bersikap mendua juga.dalam *;.;;;;; dan men),r:r.ap rrnsur_u:r:r. budaya masyarakat ird,;;;;i. ;;;,,ada lah zaman nrr* *.r."' :;::l: j jji^tan, peitdt td r r ka rt lepang

puou,ulru ; ; ; J ;:,:j fiiill, i::l #, : 5:ll ruii :,ltrberarri dalam masyarakar ki;;';;;,;;na ,ada rnasvarakarJawa. Masyarakar ncrranian fcoaaiy;,;; ,,,,lrh clirckuk rekukdalam hierarki sosiat dan;;;;.;,i, ;f,dan makin Jit.iunrun rugi bu,ur_br;.1,.f:].,,y: cJidrrkung

ilil;,f:h;ilfl I:lY'^;:;;;ffi ;';'il,i,,,X'i!i,,i{,!;

1,r l,*l#ffi '[ !f,* fft.il,ff # m#,*

., i b, r;;;;' "il ffi ff li.lf i I ; I " ifi ffi 11 J.Iffi? ; i *llfl

1

,l{\1i

,l

177

Page 97: Jati Diri Arsitektur Indonesia

menengah dan tinggi dibuka bagi semua klas sosial tanpa suatu

kecuali. Begiturah jr;;;;; Eerbagai jabatan birokratik ser-

ta militer (Peta dan iit'n";' sernuanya' dibuka bagi para ang-

sota klas wong t'r*).''n^(iu'"f"* { dalanr masvarakat mulai

i.elihatan p.*untlungi" u"t'' jumlah wong cilik yang hadir

dalam berbagai it"iu]lg Ui'okrasi dan militer kelihatan lebih

,r.".r:"f daiiPada Yang sudah'

Dan pada waktu it'I'otrtuun datang' prinsip "masyarakat

egaliter" adalah *;;;k;^ p.rinsip, vang ingin ditegakkan

dalam demokrasi ";;;;;, kita, gelombang mobilitas sosial

secara vertikal tt' "0"" ;;;i;;'[h], Dari sudut kuantitas

gelombang itu, p'J"' clemokratisasi iru berjalan deugan

memuaskan. Akan ;;i;;.kualitatif terjadi suatu gejala

budaya run, *tnu'iit-' vaXni tidak m-empunyai para anggota

wong cilik ,un, *t']u;;;["" mobilitas sosial vsrtikal itu

menggambaoftun 'uutt' 'iistem nitai yang baru melainkan justru

hanya mengambil- ^f

ift sistem ']l'-11, 'o"*

sudah mapan

(meskipun terbelah) Jari klas priyayi' Maka yang lahir itu

adalah kaunl neo pri-vuyi yang, nrcskipun mengambil alih

nilai-nilai fu*, tu,rir,' iriyayi' ikun tttupi karena bclum

"mentradisi" ttun 'luugui

klut 'ire'eka

luga baru mulai mapan

maka ada t ecenaeru,r"gan kras nett pri-voyi itu tebih "beri-

ngas", lebih'r';;j'"J;;"l "''tnt'upkan keduclukan mereka

daram masyarakatl'i-vr,ia"t tahu crengan pasri apakah secara

kualitatif "o'u'"n tit'"tf*ift'si" kita telah berhasil juga

sebaiknya prosesnya yang kuantitatii'

Arsitektur "Neo PriYaYi"

Arsiteklur dalam masyarakat pertanian yang tradisional

dan feodal tentulah arsitektur yang mesli tuncluk kepada asas

keutuhan jagacl' Arsitektur sama dengan kedudukan

pepohonan, "ngui"t'oiu, i"*',tt'. patung' manusia dan apa

saja dalarn iug"iliu-n<iriah salah satu "sekrup" yang ikut

menrurar cra* erenga* de*rikian mc,jaga kelestarian o*r.]T:

bangan lag:rrl' pfat<''r arsitektrtr 1'run tunrluk kepada sketlarto

178

yang secara kolektif telah ditetapkan oleh jagad pertanianmasing-masing lingkungan buda'ya etnik. Arsitektur suatumasyarakat pertanian tradisional organisasi kemasyarakatanditetapkan menurut sistem kekerabatan tertentu dan batasteritorial dari kesatuan masyarakat itu tidak usah harus terlalujelas, maka arsitektur pemukiman, lanskap serta rumah-rumahkerabat mereka disesuaikan dengan kondisi rersebut. Hal inijelas terlihat, misalnya, pada arsitektur nrasyarakat pertanianMinangkabau, .Batak, dan Toraja. Sedang pada masyarakatpertanian tradisional, sistem kekerabatanya tidak menurutsalah satu garis ibu atau ayah melainkan pada kedua belahpihak, maka arsitektur pemukiman, lanskap serta rumah-rumah mereka disesuaikan pula skenario jagad tersebut. Halini dapat jelas dilihat misalnya pada masyarakat Jawa, Bali,atau Bugis.

Sedang pada masyarakat pertanian tradisional yang feodalarsitektur itu kecuali harus menurut pakem skenario jagadjuga harus menurut pakem skenario masy arakat kerajaanyang ketar berlapis-lapis lapisan sosialnya. Maka padamasyarakat pertanian tradisional f'eodal Jawa, misalnya,berlaku satu konsep arsitektur yang "bertakuk-takuk,' puladengan stratifikasi sosialnya. Ada arsitektur rumah wongcilik di desa, di daerah pertanian, kemudian limasan, joglo,dan akhirnya rumah-rumah para bangsawan tinggi dan kratonraja. Pada masyarakat kerajaan, yang juga memiliki pan-dangan dunia serta sistenr kepercayaan yang lebih rumit dancanggih, arsitekturnya juga menrantulkan kerumil.an dankecanggihan itu.

Arsitek dalam masyarakat tradisioual pertanian, dengandemikian juga berfungsi sebagai "aktor" yang harus "ber-main" menurut suatu "skenario". Meskipun seorang arsitekdalam dunia p!'rtanian tradisional itu secara nisbi dapat ber-tindak secara mandiri namun dia tidak mungkin bertindaksebagai seorang "sutradara". Yang disebut sebagai"sutradara" dalam jagad begitu sesungguhnya tidak terlihat,

179

Page 98: Jati Diri Arsitektur Indonesia

tangarliii* Ilterupakarl suatu ir'!'isi ble hond yang memerintah

,il;il;,'-;i."',1 -L*,}1;*in ll;1, ;:IX,\ ff :[','"Ti:X:tugasny'a dengan seo

duriukannya sebagai,i;;;t, uiiar iitr sentli'! Maka karena -:::::ti:';il;,td;

''ak, (tt ' ' rtulah u"it"ii '^''""-)'i'iiitu metrinat diri mereka tidak

sebagai oranr)-orallgl'unl**u dilanr nrasvarakatnya' Mereka

bahkan mungkt. 'i;tn;;t';;; Ju'"i *t"ka sebagai sang

se ni nr a. { be sar ),., " J' in'iii j ;4" *] :ff,:,1'#i'

-Ji fi f,ll''31,i

0.rn"n^1' Oan pelukis masyarakat tra'

mereka pertama-tar;" J;;i;arga desa pertanian biasa yang

iuga hcrtarri dan

"*-t ""'?ii :i*:1" !,i'iil,"#ff

-"11T:Xi

i"*r,r, itat u kernudian sebagat ut

Pengetarruan n"'"''lJ';;"'";;t; .!l,u; o'nun pengetahuan

seoratlg pakar, "*pt*' 'tpt'iuti' tet"anl seorang generalis yang

rnestinya iug" t*t"il"t"1uutu naskah-naskah lanra'

l)engan p"ntlttt'kata arsitek dan arsitek dalam dunia per-

tauian t'adisional i;;;;;; ;ang ieodal) adalah menvatu

dengan jagad '*hi,.,;;"';i;;;'uiu

tlorut' ada akan kecil sekali

kemungkinannya f"oltnu resiko y'ang akan harus dipikulnya

sebagai "o"t"u"Tl' ";;;;t teibuang' dari masyarakat)

kentungkin"n "'uuiu ;;t;mencuat'"titluk lutut dan tidak

seimbang crengan ri*g-kungan yang sudah ditata menurut

' n'

H:ll.'i,t1o k i t a sek arans ad1r a! -i::::::':,', i ffi "rt#"'

berlainan Uet'-'t oaii i"*"J'*t^nian.tradisional (dan feodal)'

Jagad t itu "x'lu"* "J"""n j3*ud, pertanian yang sudah

(sedang) mulai "t;il: ra-aaurar"'-jagad tlansisi yang bukan laBi

uruh, buka" l"*i ,"i;, a"" ..irbang. Maka jagad begitu

tidak lagi *.ny.oiu-tun skenario yang utuh pula. skenano ar-

sitektur ,.xunu"g "l'uiut' 'Ltn*io *uiditi yung mencerminkan

keadaan tttU*taf' aari suatu masyarakat transisi' cita rasa

esrerika ttu uourlil ;tt;t;;;;;ne rtull *trupakan cotlage'dari

macam-mat"- -uniu'

budaya yang belum merupakan kesa-

tuan yanB puaul'ilu'v^*[ut't''rtun lagi merupakan'jagad

trt uh' pe n gr" ^il.,v"'i't;;;;;tt" r'ui n""vu adalah " sek ru p"

180

yang fungsional untuk menjaga keseimbangan jagad melainkanjagad yang merupakan "perserikatan" dari penghuni-penghunimandiri yang mempunyai vesled interest, -nya sendiri-sendiri.Maka penghuni itu sudah rnulai menghendaki arsitektur tem-pat bermukim mereka sendiri menurut selera mereka sendiribukan selera sang sistem nilai yang membimbing keutuhanjagad. Dan selera itu adalah collage seperti tersebut itulah. Sangpriyayi lama yang status sosial serta status ekonominyasudah tergeser oleh sang neopriyayi dengan susah payahmempertahankan harga diri mereka dengan mempertahankanjoglo atau pendopo lama mereka tetapi kemudian pelan-pelankarena desakan ekonominya harus mulai menyekat-nyekatjoglo atau pendopo itu menjadi kamar-kamar indekosan.Atau yang sedikit punya modal akan merombak jogloatau pendopo mereka menjadi wisma alav guest houseUntuk para wisatawan dalam dan luar negeri. Maka dapatdibayangkan arsitektur priyayi yang bagaimana kemudianberkembang dari sikap terbelah dan darurat sepertiitu. Sedangkaum neo priyoyi yang sekarong sesungguhnya merupokctnklas menengoh kita long baru adaloh yang sebenornyo yangmemegong kendoli selero orsitektur "moso kini". Tetapi sekalilagi selero yong tidak kurang terbelahnyo pula kareno neo-priyayi" itu adalah produk dari dinamika masyarakat tran-sisi. Ini adalah klas yang menerima segala macam masukanpersepsi estetika baik lewat pendidikannya, kesempatankekayaannya untuk melihat perbandingan di dunia luar sam-bil mendesak, mengukuhkan kedudukan klas mereka sebagaiklas "neo priyayi" betu[. Maka segala macam arsitek dalamsegala gaya (Spanyol, Romawi, Mexico, Arab, Neo Joglo, dangabungan dari semua itu) pun bermunculan di tengah-tengahkota kita. Dan karena lanskap kota-kota kita bukan lagi lan-skap alun-alun, mesjid, penjara, rumah bupati, rumah patih,dan dibalik itu kotak-kotak daerah permukirnan, atau jugatidak pernah berkembang seperti kota di Eropa dari kelompok-kelompok gilda melainkan kota-kota urbanisasi justru kaum

l8l

Page 99: Jati Diri Arsitektur Indonesia

I

"neopriyoyi" (yang sekarang mulai banyak juga anggotanyayang "non pribumi") itu berperan besar dalam menentukanlanskap yang centang perentang mendahului balai-kotamenetapkan city planningnyc, maka bisa dibayangkan ar-sitektur lanskap kota yang bagaimana yang berkembang dikota-kota kita sekarang.

Laci Budaya

Sementara itu kota yang bukan kota kerajaan yang utuhlagi, kota yang merupakan perserikatan dari berbagai unsur,sekarang terkotak-kotak dalam berbagai "laci budaya" yangtidak semuanya cukup jelas statusnya. Orang berbicara ten-tang sektor formal dan sektor nonformal dari penghuni kota,di dalamnya masih terbagi-bagi lagi dalam lapisan-lapisan for-mal dan nonformal. Urbanisasi yang tanpa rencana yangmerupakan gelombang exodus dari desa-desa pertanian tradi-sional (dan menjadikan mereka drop-ottts dari budaya perta-nian tradisional) telah menciptakan segmen-segmen tanpastatus, tanpa laci-budaya, karena tidak jelas status matapencariannya.Arsitektur apa yang bisa diciptakan bagi mereka ini?Dan desa-desa yang makin dekat "mengepung" kota, yangjuga makin retak jagadnya, arsitektur permukiman dan lan-skap yang bagaimana dapat dikembangkan dalam suasanatransisi yang semrawut ini? Arsitek dalam masyarakat tran-sisi juga bukan lagi bagian yang tak terpisahkan dari bagianlain dari jagad. Ia bukan "sekrup" lagi. Ia adalah seorangpribadi mandiri tetapi bukan pribadi yang bebas. Kalauseorang undogi, atau dalang, atau pematung, dari masyarakattradisional pertanian tidak bebas, mereka menerima ketidakbebasan mereka dengan tanpa bertanya-tanya lagi karena pan-dangan dunia mereka padu dengan pandangan dunia jagadmereka.

Arsitek dunia transisi bebas statusnya akan tetapi tidakbebas kenyataannya. Ini karena arsitektur sudah mntcut,

182

?

rl

rl

;l

:l

PERPU)TATAAX

,L MbNUKsU

Page 100: Jati Diri Arsitektur Indonesia

!l

terlepas dari tangan yang tidak kelihatan dari jagad yang utuhdulu, dan sekarang ditangkap oleh tangan-tangan nyata,kongkret, yang memiliki kekuasaan dan uang" Tangan-tanganitu banyak dan semuanya memiliki kekuasaan dan uang. Jugaarsitek itu banyak yang merupakan produk dari masyarakattransisi itu sendiri. Banyak pula yang berasal dari klasneopriyoyi itu.

Arsitek dunia transisi telah berkembang menjadi suatu"propesi spesialisasi". Sang arsitek adalah sang pakar yangmakin memiliki kepakaran yang tersekat-sekat. Ia bukan lagiseorang "generalis' dalam gaya undagi atau senimanmasyarakat tradisional pertanian. Ia tidak atau jarang mem-baca novel, sajak, buku dari disiplin lain, mendengarkankonser , melihat teater, tetapi menghibur diri ke disko, ber-sosial dengan sesama arsitek, makan enak di restoran dansekali-kali menghadiri seminar profesi. Selebihnya kerja,kerja, kerja menyelesaikan proyek dengan pesanan berbagaipemesan yang "memegang" arsitektur.

Konsensus

Lalu bagaimana sekarang? Di tengah kebalauan danketerbelahan dunia atau jagad transisi ini apa lagi yang masihdapat dilakukan? Masihkan ada harapan sang arsitek masihdapat memegang arsitektur yang sudah mrucul, terlepas daritangan tak terlihat dari jagad utuh? Sedangkan jagadnya sudahterlanjur tidak utuh lagi?

Saya tidak tahu pasti. Mungkin salah satu jalannya adalahdengan mencapai suatu konsensus dengan sang pemegangkekuasaan dan pemegang uang untuk tidak hanya mengeloniarsitektur sendiri. Mereka dan arsitek adalah ahli waris yangsah dari jagad yang utuh dulu. Bila jagad tidak dapat lagi diper-tahankan keutuhannya setidaknya ia tidak usah dibuat tidakmenyenangkan untuk dihuni dan dipandang.

Konsensus hegitu sungguh lama bisa tercapai. Desakanwaktu, kekuatan riil kekuasaan, egosentrisme, egoisme adalah

In+

sekian dari banyak kemungkinan hambatan menuju konsen_sus rer.sebur. Munskirr si[ap i;*;';;;, para arsirek serrakemauan potititi _vaig kuar ;l.f ,;.1,.*egans kendati kekua_saan untuk menerinra pe.ranan rnereka ,.t ugai pemegang ber_sama mandat sebagai-rhli waris ,ri, n.r,.r"rg arsitehtrrr itulah,yang akan rnembuat arsiteklur, ;;;isernraw,ut. q,.),rrArul rroak rrsalt berkembang

185

Page 101: Jati Diri Arsitektur Indonesia

L

IV.3. ARSITEKTUR DAN KEPENTINGAN

MASYARAKAT*)Oleh: Permadi' SH

Arsitektur adalah sebuah p.t?fu:i yang berdasarkan sebuah

d i, i;, i ;';;, *l if mfll;*;:L:f *f' fi 11':'l.lykegiatannya' Deng terikat kepada kode

kepada di si pli n lane tel ah .d:t:.k"1'1lll";i.#.;i,i i* i . t t u'

*'x;i r:iill; I# i xll'xl:'xlT,ffir H; *r; as' b aik

yang menvungx" iiul'Ig"' "'"ittx dengan masvarakat'

bangsa dan negara' l;;;"; lingku'n'gannva dan antarkawan'

Tanpa batasan-batil;;;t ;J*ltiun' baik disiplin maupun

kode etik sebuah pt;f*i;;ggap kurans lenekap dan kurang

,un ge up t1ladan nl' t' -u "" g"rlrIT::

#;i frT H?T:ii:;t",i"pi"rtsi yang bersangkutan men

disiplinnya r^- r.^Aa otik nrofesi. arsitek ditun-Dengan adanya disiplin $an

kode 1ik

profesi' arsitek ditu

tut untuk metaXufun kegiatan yuug ''"i'ui

dengan metode

horistik ,.rtu _ffi;;: t;*"jiban dan hak vang sesuar

dengan disiplin'"1t"'o'"fesinya' Arsitek berhak untuk

mengatakan tiOuf it'ftudap kemauan masyarakat atau kon-

sumen, apabila il;ffi;i"tan 1igar se'uai dengan disiplin

dan k ode ., l. vunt'fr';i;*"u :'i*Ily" arsi tek t ulp-u 1':i"'mempunyai rtt*ijiuun untuk memberikan saran apabila

m e li h a t o "

i t t rt' t"i" "v?"' " * t t" u

^ r' "' "

u " 1,,

. l t

lti " fl;:HftT

;;';J't' Lebih-lebih aPabila Par

tuk sebuah il' "t

ii."v'uig'd#; T1^::t uk lebi h m enin gkatk an

pengabdian *t"fu "'iladap

masyarakat' bangsa' dan negara'

Dewasa '"r

pt*u""'""* Nu'ionuiitiuh dipacu sedemikian

rupa sehinggu ouiu* pituk'unuunnya untuk mencapai tatget'

--iulo*KongresNasionallAtlllDiJakartatanggal14-16*) DisamPaikan o

Maret 1985'

186

telah melupakan berbagai prinsip dasar termasuk dalamprinsip-prinsip dasar arsitektur. Ditambah bahwa pem-bangunan nasional yang dilaksanakan telah menumbuhkanpola hidup konsumtif yang hebat dikalangan kelompok elite,maka dunia arsitektur juga terpengaruh. dapat dirasakansemakin banyaknya karya arsitektur yang melibatkan paraarsitek, yang tidak lagi sesuai dengan disiplin serta kode etikprofesi yang ada. Bahkan terlihat adanya arsitek yang tidaklagi mempedulikan disiplin ataupun kode etik, melakukankegiatan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.Pembangunan nasional yang melibatkan profesi arsitek tidaklagi melihat pembangunan secara holistik, akan tetapi secarasektoral tanpa mengindahkan lingkungan hidup secara makro.Ada sementara arsitek yang bersedia mengikuti kemauan kon-sumen asalkan memperoleh imbalan yang sangat besar,sekalipun mengetahui keinginan konsumen yang bersangkutanmenyimpang dari prinsip dasar disiplin dan kode etik. Adapula arsitek yang memanfaatkan ketidak tahuan masyarakat/konsumen akan teknik arsitektur, dengan memberikan ber-bagai sugesti agar konsumen yang bersangkutan bersediamenerima kondisi yang disodorkan oleh arsitek yang ber-sangkutan. Demikian pula terdapat arsitek yang mengikutikemauan Pemerintah dalam melakukan pembangunan,misalnya pembangunan rumah murah dan lain-lain, sekalipunmereka mengetahui bahwa bangunan yang dibuat sebenarnyasecara arsitektur tidak manusiawi dan tidak memenuhi syarat.

Dengan adanya kenyataan-kenyataan tersebut dewasa inipembangunan di Jakarta menunjukkan kesemrawutan yangluar biasa dan tidak dapat memberikan ciri khas sebagaiIbukota Negara Republik Indonesia yang dikenal mempunyaitingkat kebudayaan yang tinggi. Jakarta merupakan kampungbesar yang pengap. Bangunan bertingkatnya sudah mengerikandibanding dengan fasilitas yang tersedia. Bangunan umumseperti pasar dan lain-lain tidak mengindahkan aspek

187

Page 102: Jati Diri Arsitektur Indonesia

.*;.S6f\:-"b ;

u4 r\

keamanan dan ki:sciamatan llrasyarakat. Ciri bangunansemrawut dan acah"ar.:ekari, ada gaya Spanyol campur Joglodan lain sebagirinyi..

Sulit rasanya bagi para arsitek lndonesia untuk dapatmenepuk dada, bahwa pembangunan fisik yang ada sekarangadalah karya nrerska yang mencerminkan: Inilah Indonesiaku!

Masalah Yang llihadrpiUntuk dapat mengenrbangkan arsitektur yang sesuai

dengan kepribatlian dan kebudayaan Indonesia, dihadapi ber-bagai masalah vang dapat menjadi hambatan, antara lain:

l. Disiplir: arsitektur yang dipelajari atau diajarkanmelalui penclidikan fnrmal di Indonesia, merupakan disiplinyang berasal dari negara-nc:gara Barat, yang seringkali mem-punyai dasar fiiorofi yang sangat berbeda dengan jiwaarsitektur Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam gayaarsitektur sesuai rlengan tranyaknya daerah-daerah yang mem-punyai karakteristik masing-masing, yang secara holistikdisesuaikan rlengan keadaan lingkungannya.

Dasar-dasar arsitektur tradisional sangat sedikit diberikan,sekalipun terdapat arsitek-arsitek yang pada akhirnya jugamendalami arsitektur tradisional, akan tetapi jarang yangsecara konsekuen menerapkannya. Pada umumnya arsitekturtradisional yang clipergunakan, hanya berupa ornamen-ornamen saja. Kesulitan untuk rnernpelajari arsitektur tradi-sional, karena hahan-bahan tertulis secara ilmiah bolehdikatakan sangat langka dan pendalaman arsitektur tradisionalpada umumnya juga harus banyak menggunakan naluri ataukemampuan paranormal, suatu hal yang sangat sulit dituntutoleh generasi masa kini.

Dengan demikian penggunaan arsitektur tradisional yangsebenarnya sangat scsuai dengan lingkungannya dilihat darisudut geomansl, ikiinr, alur gempa, arah angin, estetika, danlain-lain, semakin lnma semakin langka karena terpengaruholeh perkembangan penerangan arsitektur "modern".

Bangrntan baru yartg terkcsan dragqtl." f:':::r..:'O' tt.:rhadap lingkungan

sc ki t ar b un ilci lris/r;rts'

188

189

Page 103: Jati Diri Arsitektur Indonesia

2. Pembangunan nasional yang berbentuk bangunanfisik juga berorientasi pada arsitektur negara maju. Baikinstansi Pemerintah maupun swasta, dalam membangungedung-gedung, jembatan, bendungan, dan lain-lain, meng-gunakan arsitektur "modern", sehingga bangunan fisik yangtumbuh dalam alam pembangunan dewasa ini menunjukkanarsitektur yang tidak sesuai dengan kebudayaan dan kepriba-dian bangsa Indonesia. Lebih-lebih belum adanya peraturantentang batasan-batasan bangunan fisik, atau kalau sudah adaperenapannya tidak sesuai dengan maksud dibuatnya peraturanyang bersangkutan, nampak bahwa bangunan fisik yang ter-dapat di kota-kota besar.terutama Jakarta, semrawut dan tidakmempunyai ciri sebuah Ibukota Negara Kesatuan Republiklndonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika.

Kebijaksanaan yang ditempuh oleh pejabat-pejabat jugasering simpang siur. Sebagai contoh di Jawa Tengah karenadikampanyekan Identitas Jawa Tengah, ada bangunan rumahsakit yang harus dibongkar atapnya untuk diganti denganmodel Joglo atas permintaan Gubernur yang tidak bersediameresmikan bangunan tersebut sebelum mempunyai "identitasJawa Tengah". Apabila keinginan-keinginan yang demikiandipenuhi tanpa adanya sikap yang mendasar, maka dapatdipastikan, dalam tahun-tahun mendatang akan lebih banyakbangunan yang berciri "gado-gado" sesuai dengan selerapejabat yang bersangkutan tanpa mengindahkan disiplin dankode etik profesi. Dan apabila para arsitek yang bersangkutanmemenuhi keinginan, maka hilanglah "identitas arsitek" demiterwujudnya identitas suatu daerah.

Pembangunan fisik yang sedang dipacu ini justru men-dorong para arsitek untuk bersaing menawarkan disain danarsitektur modern yang sedang berkembang di negara maju,tanpa lagi mengindahkan masalah kepribadian dankebudayaan.

3. Dalam pola hidup yang sudah menjurus kearah kon-sumerisme dan bahkan dewasa ini bagi sekelompok masyarakat

190

191

telah menjurus kepada,,hedonisme,,u ga r a n, u, n vu [' r o n r r," ;; ;;;; ;#H ];,T:ff

,#[1iff];- apalagi kalau cara ,.rpr.ol.hnya sangat mudah dan tidakhatal - mengineint<an bu"g;r;;:ffiunon yang sesuai dengan"selera ketamakannya,, denga" iiJ".t mempersoalkan biayayang dikeluarkan.. Oan bania[

".j,.t yang tergiur untukmemenuhi,'selera ketamakan,, ta.raUrt tanpa mengindahkanlagi disiplin, kode etik d;; -k;;#rl,.urru.akat.

Timbulrahberbagai bangunan mewah,-roaaln Oun ,,aneh,, di sebelahperkampungan rakyat t""g [.I;'ur, a.nru, kolam_kolamrenang yang menyedot air ,.t,inggu rrmur-sumur pendudukkering, yang diterangi a.rgan trr?ir, ,.ur"h rumah mengkon_sumsi tisrrik yang dapa.r di;".d;;[ln ,n,ut penduduk sekam_pung din lain sebagainyi.

4. Masalah mutu dan keselamatan masyarakat.Banyak bangunan yang mutu arsitekturnya tidak dapat dioer_tanggungjawabkan dan tidak,,arrrl"*f . perumahan muiah/rakyat yang dibangun oleh p.rurrurlaupun BTN, terutamayang paling murah, dinilai of.r, ur,ri guUitat il.l i;;;;*pernah mengunjungi tndonJa ,.U"r"i kandang ayam dan,#;l'llil:,f l'' i'oir' a.ffi' aie,nur,i,;ffi;,

Sebagian besar, bangunan bertingkat di Indonesia mem_punyai disain arsirekr;r y"r;-;;;? baik, karena atasankekurangan tanah,. menghemit b;;, bangunan dan lainsebagainya. Anabira b";;;;; ;;;'demikian dibiarkanberkembang seperri :*#;;,"orJi'1t ",, saar Jakarra dankota-kota besar lain oi lnAonlsii Jtuni..roah menjadi tum_ouU:l batu yang sangat sumpek dan mengerikan.Di samping itu,. setama ;i ,;;ili banyaknya faktorkearnanan rnasyarakat^r"r*'lrrril^oir.r*,atikan dalammendesain bangunan. purur-puru r"iunr lorong_lorongnyasempir, plafonnya tioat< memJnuhi ,rr"l,, pintu-pintu lipat(rolling door) sehinoga apabila t.rjujiilouf u.un sulit untukdipadam kan, Gedu ig_g.d urg b";il;k;;',anpa

r anssa penye_

ll

il

l#

Page 104: Jati Diri Arsitektur Indonesia

A.q)tr.

60

\oAJstl\J

ql"a

.{a.

qlMt3-

<j

ov

+,,.,y:,,. il

t92 te3

'z: -1?il''lirttilE

Iamat apabira terjadi kebakaran, atau rangga-tangga beradadi dalam ruangan, gedung_ged"ng Uiorf,np yang sangat curanrketinggian antara bagian 6.iutu,ri Jui,, a.n* sehingga apabitaterjadi kepanikan akan dapat .ri.-Lunuvor,un rniivuiliu,.Di samping itu, dewasa ini juga banyak gedung_gedungyang ditambal sulam, diperluas, seperti rumah sakit, hoteldan lain-lain. Tam.bal ,ufurn'ling dilakukan seringmengabaikan segi_segi estetika, keamanan, dan keselamatanmasyarakat lain-lain.

Pembahasan

Masalah seperti yang dikemukakan di muka dapatberlangsung karena berba'gai i"f.i*l "rrara

lain:l. Belum adanya peraturan perunclangan besertakelengkapan dan perangkatnya, yang mengatur masaraharsitektur, sehingga belum ada r*,u [onr.p rentang arsitekturIndonesia yang hoiistik, mar..o, J""1.r-"; dengan kehudayaandan kepribadian bangsa_ BeLrerapa p*.u,u.u, yang telah adayang menyangkut

.masarah bangunin, t.urnunur-r*;;;;,dan lain-lain, sekalipun ,.u.,rrrr,lu';;." sektoral telah mam_pu membendung ekses-ekses atau mencegah har-hai negatif,akan retapi karena. berbugui rur,in.,

^i.rrru.n, fakt,r nrental,tidak dapat diterapkan o*g"" J"il. it",r, Arsitek Indonesia

:1t;,?,_H1Tj,T]:ff ,nyui"p.ur,u.,"u"rrt.,*uiuony;;;;,

2. perkembangan rnasyarakat telah menciptakanstruktur (politik, ekonomi, Uujovu, sosial) seperti yang kitahadapi dewasa ini sehingga ;;;;;t;;;an sisrem cian tang_gung jawab yang seharurryu u,fi. Si.rr,ur yang ada telahmembuat arti "pemb,ang.unan,,sebagai ,,berada di atas segala_galanya" sehingga cteyi.oemb;;;;;" seringkali segala halyang menyimpang dari disiprin da-n koae etik dimungkinkan.Struktur sosiai politik telah _*rrUri,kan sikap menral,pejabar ridak berani mengamb;i;;l;", rerhartap penye_

Page 105: Jati Diri Arsitektur Indonesia

lewengan yang dilakukan oleh pejabat lain' lebih-lebih yang

mempunyai jabatan i.Uit' tinggi' Bahkan mereka selalu ingin

menyenangt un "uuputt" atiti "Cukong" sehingga tumbuh

sikap ABS atau ACS'Struktur .t ono*i telah menumbuhkan pola konsumsi

rn.*uf, (konsumerismt;, ma'yatakat melakukan konsumsi ter-

masuk dalam Uungunun yuni *t*trlukan jasa arsitek' tidak

i;;i;;tJ;t"rxan t euutut'an, akan tetapi berdasarkan keinginan

dan atau bahkan ketamakan' Pola hidup 3edernya |1V..amerupakah slogan termasuk untuk instansi-instansi pemertn-

;;h ;;; puru p.luuut'va selalu mengkampanvekan pola hidup

sederhana.Di lain pihak struktur sosial kemasyarakatan telah menum-

buhkan sikap koruf, p'ngti, komersialisasi jabatan' dan lain

sebagainya tanpa uiunvu tinOakan vang mema!1f it-i:ii:penyelewengan-penyelewengan atau pengurusan lzln-lzln

;;;;;;"" d'apai dilakukan tanpa prosedur dan diselesaikan

melalui suap atau upeti' Muncullah istilah (K)asih (U)ang

fHtuui t (P)eikara. Kawasan P uncak vune. ltt ktT!1lq,t:::i"iatah dan membahayakan lingkungan hidup sepertl yang

ditegaskan oletr presiien sewaktu membuka cagar alam Pakar

Dago di Bandung, ,iauf. Ouput membebaskan tanggung jawab

profesi arsitek.Masalah yang bersifat struktural ini telah menumbuhkan

sikap malas aan ingin mudahnya saja.' sehingga segala masalah

bisa"ditembak". C)rang segan untuk melihat peraturan yang

ada, segan untuk mengawasi dan menanggulangi pelanggaran

yang terjadi.

KesimpulanStruktur masyarakat di lndonesia telah mengakibatkan ter-

jadinya erosi mental di kalangan intelektual dan mereka yang

menyandang ruu,u'piofesi, tJrmasuk profesi arsitek' Banyak

yang tidak fagi Ueruni tt"iiup mandiri sebagai ciri intelektual

profesional yung *.*pu'yui disiplin dan kode etik' tetapi

194

sudah terpengaruh dan bahkan bergantung kepada strukturyang ada. Banyak kalangan profesionar daii seiuruh d;,di;termasuk arsitek, yang pada akhirnya merakukan ,,inriiirii-oiprostitution!'. Dan tindakan tersebut dilakukan ;;il;mengabaikan kepentingan masyarakat/konsumen. Beranikahkita semua murai merakukan koieksi Jiri ou, mulai melakukanpenertiban?

195

Page 106: Jati Diri Arsitektur Indonesia

IV.4.'I'R.ADISI,'IRANSISI, DAN IDENTITAS")Oleh: Dipl.,Ing. Suwondo Sutedjo, IAI

Bagaimana kuatnya keinginan untuk menyatakan identitosdaerah dalam bangunan, saya rasakan waktu mendampingiDirektur Fermuseuman mengunjungi museum-museum negeriyang dihangun di tiap Ibukclta propinsi. Cara menyatakanidentitas tersebut boleh dikatakan berbagai daerah sama, yaitudengan rnengolah bentuk-bentuk tradisional dalam bangunan-bangunan rnonumental lhinnya, seperti gedung-gedung DPRD(Medan dan Palu) dart gedung-gedung Bank Cabang (Den-pasar, Mataram, Medan, Palu, Bengkulu, Banjarmasin).

Menyatakan ldentitas nasional dalam bangunan KedutaanBesar Republik Indonesia di Kuala l-umpur dengan mengolahbentuk meru dalam bangunan bertingkat banyak, dianggapwajar pula oleh almarhum Suyudi.

Pengolahan bentuk-bentuk tradisional untuk keperluanbaru dilakukan juga oleh arsitek yang merancang Hotel BaliHyatt. Entrance lobby berbentuk wantilan, demikian pularestoran memanfaatkan tema yang sama. Deporture loungespada bandar udara antar bangsa Cengkareng diberi atapberbentuk joglo, sebagai identitas nasional pintu gerbang negeridianggap wajar pula oleh kalangan-kalangan tertentu,walaupun mengandung masalah: apakah Jawa sudah boletrmewakili Indonesia.

Dengan khazanah yang sangat kaya akan berbagai ben-tuk arsitektur dari zaman yang sudah lampau sebenarnya tidakmengherankan bila banyak dilakukan penyelesaian masalahidentitas "secara visual". Arsitek yang menurut katanya sen-diri berusaha agar menara kantornya "belongs to Jakarta"pada prinsipnya bermuat hal yang sama, yaitu mengolah unsur-unsur yang terdapat pada bangunan-bangunan di sini, yang

t) Makalah disajikan alam Simposium IAI: Identitas Budaya dalam Arsitektu.r",.lakarla.

196

berbeda O.rsll apa yang terdapat di sana: Overhang,Claytiles, slender, columrr," op;;;;r, green.Bentuk-bentlk .vans d;rih ;;;;sar dari berrtuk_bentuk:Lumbung,."T1:|<,, ;;-ii;;anuri), rumah rengkorak(patu), balai pertemran l.logto-ATripendopo di Jawa] Wan_tilan di Bari)' Bagai-unu a-.-nfui?ntur,-uentuk yang masih

fllHif,H"fi,:1' vang kini oii"tui '"tuk keperruun-rrrr,

s e b u a h H ilr ;il,fl:;il3;,l1, tf5ru;i:t;: i l,Jxur;;dengan berbuat, demikian--il;; ;d;_ mensuransi arri dankeaslian Borobudur bdilr;;;*_]ir", oolrur,^i..[* up,buat demikian kita ,iout *.ru]'Jan bentuk-bentuk asrifl"'"'.:?t'x,l$,:'-:*y"i.q"*'i,,orr,r.uiauil.,itlr,tu.o uj e, t er i e ;ffi1 j:[fl: r#,jfl?:

I rui':rj;,,,",,"i "i:.rSatu har .r, i,1ti: il;*ilgLr lrgu, setain masatah"kew4j4psp" mingolah U.ntuL_-U.ni,I ouri zamanyang iam_

i3i;,:i.i?l# s at ah g e n i u s i,,ii i',i, t r i t ol p t o c e)d i neg ara

Contoh:

a. Daerah sekitar istana. Untuk menjaga keutuhanHr}:moH:::y:tune"ui' bu.,,.,akai bahasadia Belanda.

rgan rstana bekas Gubernur l.na..ulljjnb. Daerah elite seperti daerah Mentrtahankan keutuhannyu.

-'.^' "'v'rrerl$ yang juga diper-

c. Pemugaran baFatahillah. ngunan dan lingkungan seperti Tanah

Pelestarian Ou.r.1l--ru,"rah bekas penjajah ini yang dapatdiperrahankan ditinjau dari r"gi"ilrl;,s ridak menyatakanidentitas daerah maupun nasional.Tenru kita ticlak ingin hanyJi'.]i.t nrrrutah visuat ini. ,,Nolearing history, but isrnini ir:*"n,rirr!,,, kataseorang.

197

Page 107: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Yang dilakukan oleh nenek moyang adalah menyelesaikonmqsalah dengon wetjar, masalah yang pada waktu itu merekahadapi dengan cara-cara yang pada waktu itu ada padamereka. Masaluh spa yang kini kita hadopi dan cara-cora apoyang kini ado pado kita. Bentuk-bentuk Arsitektur Indonesiamodern hendaknya bersumber pada usaha-usaha memecahkartmasalah yang kini kita hadapi. []ukan bentuk tradisi yang pcrlukita lestarikan, tapi nranusizr Indonesia yar)g terancam ini yangharus kita selanralkan.

Nenek moyitng kita hidup dalarn kcadaan terisolir.Sekarang negeri kita rnenjadi crossroad katanya, lnenjadi kart-sekarang negeri kita menjadi crossroad katanya, menjadi kan-cah kekuatan-kekuatan dahsyat: model, bahan, ahli. Seorangguru sejarah arsitektur Belanda pernah mengatakan: "Ar-sitektur barat akan menjadi Arsitektur dunia". Prof. Ir.Sidharta dalam pidato pengukuhannya pufl, menyebutkecenderungan yang sama dengan mengemukakan dua buahdiagram dari brrku Doxiadis: "Architecture Introditional".Dapatkah kita membendung kekuatan dahsyat yang satu ini?asal kita ingat bahwa bangunan dengan dinding tirai kacasudah sejak lama ditinggalkan di negara-negara industri. Satuatau dua buah sebagai aksen di lingkungan beton masih dapatdibenarkan, setidaknya sebagai bahan penelitian, sejauh manabenar-benar nyaman selain efisien dan lain sebagainya.

Nenek moyang dahulu kaya, sama miskin, sama pandai,sama bodr.rh. Sekarang kita tidak homogen lagi, tapi heterogen.Benl uran-bent uron anlaro herbagoi taraf kebudayaan terjadidalam bermacam skala cii seantero tanah air. Mengatasibenturan-benturan ini sekali gus menyediakan peluang bogitronsforntasi budoya adalah salah satu masalah yang harus kitapecahkan, dan yang jelas tidak dapat diatasi dalam skalabangunan perbangunan, tetapi dalam skala kota dan tataruang, bahkan dalarn skala strotegi budayt.

Pernah dikemukakan oleh Dr. Emil Salim bahwa perkem-bangan kota seyogyanya diselenggarakan sedemikian rupa

st3

A.

ct'ho

\l\q)

t3tSv\t

t'-13aTJ

AA

o50ct

.Fl3

\)qJboLti

^u

198

t99

Page 108: Jati Diri Arsitektur Indonesia

hingga yang kaya menarik yang miskin. ke taraf yang lebih

tinggi sehingga "rrt"ivi "LiJ f9i"t111k akan pernah penuh

kontras seperti "ru'ung' Kiia teringat,Pudu Charrcr of Machu

Picchu, yang mengusliu"'-ortinfgalkannva konsep sektor

dalam perencanaa' ;; ;;; *tntiingxun kon"p ko nt inuit as

tekstur urban aon iJi'i sonla. yang terintegrasikan' Pada

h aki katnya unt uk';;;;t["ak- benturart menuj u ke trans for-

masi budayu "Out'

-'tltiutt pt'tu disyarat kan daerah-daerah

oeralihan di skala uti"'-Jf 'skala bangunan dan di urutan-

"';;;;;;r"ng di dalam bagian bangunan'

D i s k s I a Lo'" pl' u';;"; out'.-un-autrah " antara" at au

" petrdukutlg", di';btlakang' ^*tnull lenara kantor sepan-

iang jalan-jalan piototol' Pegawai-pegawai rendah dan

menengah m"mbutuhttan tempat-tempat makan dan rekreast

yang sepadun otngin'tu*r *titxulllit tidak tersedia dalam

;;;";;:;.nara ([aca) taraf internasional'

Dalam rangka i'Ji'pttr'nak benturan perlu diusahakan

oemisahan, uut<an pengasingan, antara toko-toko dan

nedagang kaki lima' u*iu*unya terpisah oleh ialur parkir

seperti dapat dilihat di beberapa pasar dipinggiran kota'

Di skols bangunon: peralihan a'ntara luar dan dalam

sekaligus pt'rinotllgin tt'naAup t11ik matahari dan curah

hujan, uxun t"upii'"' t"tir' da.Ra.t lewat dengan beranda-

beranda, uurr.on-ii?on yang tak.terdapat pada rumah di

Tanah Abans' L;;;;*;n d]seaiatan untuk fasilitas unlum'

Di skolo bagian bangunon: Pola-pola hidup yang mungkin

masih akan bertahan f ii autu' atau titik tolak susunan ruang

yaitu pemis"hu";;;';;;;g makan.dan ruans tamu' antara

lak i dan r",."', uoii';;;JJa,i*;i b?l.th i adi proses moderni sasi

akan melanou rtit?aiJ"ii""' dari barigsa vang suka ngobrol

dan isis' nlt"jaai iil*;; ';* suka me'ibaca dan menvendiri'

Menggarap ";il;";;;; s\*p' karena kita memang berada

cli daerah rt*po''lti#;;i /envelesaian-penvelesaian yang

konseptual "''-o*'i^rrg ;ttlktutal sampai ke detail'

200

IV.s. ARSITEK'IUR: SLiATU PROF ESfl ESO-TERIS?Oleh: Gunawan W. Gandasubrata

Mengapa jarang ada petinju yang bisa merangkapmelakukan pekerjaan sekretaris? Jawabannya: karena bertinjudan menulis steno memerlukan bakat yang jauh berbeda.Mengapa media nlassa jarang menuli.s tentang arsitektur?Jawabannya karena kepekaan terhadap keselarasan lingkunganbuatan manusia, dan kesanggupan untuk menyatakan diridengan kata-kata adalah dua bakat yang berbeda. .lawabanini singkat dan jelas. Tetapi, mengapa kita harus puas denganjawaban yang singkat dan jelas, kalau l..ita hisa jugamemperoleh jawaban yang panjang belit dan samar-samar?Mari kita coba.

Mungkin orang jarang menulis tentang arsiteLtur, karenamenurut sejarahnya, profesi ini biasa diliprrti kerai'rasiaan,suatu profesi esoteris. Tentu jangan sejarah bangsa iain yangkita tinjau.

Di Yunani purba, para tukang-batu (para te(:toil) dipim-pin oleh seorang tukang kepala (seorang srrhiterron). Jadikata "arsitek" artinya: "tukang-kepala dari para tukang-batu", singkatnya entah "tukang-batu-kepala" entah''i.ukang-kepala-batu".

Kebudayaan Yunani bukan hal yang asing bagi kita. Senipahat Yunani, lewat Hellenisme dan seni Candhara, ber-buahkan pahat timbul Borobudur. Filsafat Yunani, lewatNeoplatonisme dan tasawuf Islam, membuahi saslra sulukJawa. Namun cara berpikir Yunaniyang lugas (sebagairnanatercermin dalam julukan "architecton" ittii agaknya jauhdaripada watak kebudayaan masa lampau krra.

20t

Page 109: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Warisan Masa Lampau

Nenek moyang orang Ujung-pandang memanggil arsitekmereka dengan sebutan: "pandita balla". Balla berarti rumah;pandita (pendeta) jelas artinya. Julukan ini adalah warisanmasa lampau kita sendiri.

Sang merah-putih merupakan warisan masa lampau kitalain. Setiap kali nenekmoyang kita menatap dwiwarna itu, lam-bang penyatuan roh dan jasad, lambang penyatuan bumi-langit, mereka berkata: "lnilah alam raya, inilah aku, inilahkita!" Tetapi identifikasi diri dengan dwiwarna itu lenyap, bilagaris-batas antara kedua warna itu terhapus dan meninggalkansatu warna merah jambu.

Nyatalah betapa pentingnya garis-batas yang lebarnya nolmilimeter itu. Guna menandaskan pentingnya ada kalanyagaris-batas itu dilebarkan menjadi satu bidang tersendiri,sehingga dengan diam-diam pembagian-dua merah-putih ituberubah menjadi pembagian tiga: merah, putih dan hitam; tigawarna dasar dari perisai lambang negara kita. Juga warna seni-hias di lrian dan tanah Toba, warna Trimukti di Bali, dan war-na dari sogan, wedalan, dan kain rnori dalam dunia seni-batikkita.

Pada saat bumi bertemu dengan langit, terbentuk suatubidang batas yang tebalnya nol milimeter juga. Baginenekmoyang kita, dalam zzlrflan praastronout, bidang ini pen-ting sekali, karena bidang itulah dunia milik mereka, sejak kakimereka menginjak burni.

Saat sc'orang bayi untuk pertarna kali menginjakkankakinya ke bumi, saat ia dengan resrni menjadi rnahluk mukabumi, nterupakan saat yang maha penting, yang magis yangperlu diarnankan dengan upacara. Dengan diam-diarn orangberalih darisuatu pernbagian-dua (Bumi dan langit) ke suatupembagian-tiga (trumi, muka-bumi dan langit). OrangTapanuli, yang tidak pernah bersinggungan dengan agamaHindu, menyehut ketiga lapisan alam raya ini (diurut daribawah ke atas): bonus taru, banus tong{t, dan builua ginjong.

202

Orang dari daerah yang dipengaruhi kebuclayaan Hindu, bisajual lagak clengan menggunakan kata_kata asing: bhurtoka,bhuwqrloku, clan swqrloka. Sama saja.

Bumi-Langit

Bagi nenekmoyang kita, suatu hal yang penting terjadi didunia tengah ini, kalau orang berhasil menpsun materi (bagiandari bumi) sehingga memisahkan ruang (sebagian auri iunEitl,karena pada saat itu terbentuk kedwitunggurun uumi-ffiitbaru dalam ukuran kecil. Rumah ini, tiruan kecil dari alamraya ini dianggap- selesai terbentuk, ialau balok h;;;;;,selesai terpasang. M.aka saat yang magis itu dirayakan orangdengan melilitkan kain merah-puti]n, lairbang p.nvu,run [r_i-langit, pada balok hubungan itu.

Kadang-kadang merah_putih itu disamarkan orang denganmengikatkan tebu (gura jawa berwarna merah) aan terlpa ffi-tan itu purih) pada balok itu. Hasil bumiitu,.kafigu, il.iurnbangkan kesuburan tanah yang disebabkan oleh p.ir*uUrfru,Bapa-langit dengan Ibu-bumi. Di Seram tengah, dalamdongeng Bapa-langit disebut Ataharitq, fUr_Ui,,l' Oir.i'rtP<thun; di tempat lain nama_nama lain dipergunakan dalamdongeng-dongeng yang sejenis.

. Nenekmoyang kita berjiwa puitis. Dalam puisi orang biasaberalih kiasan. Dan pem.bicaraan tentang bumi Ou, f.*gjtltuuasas perempuan dan laki_laki, bisa saja berubah rn.nluilp.r_bicaraan tentang ma:la dan ruang,

"ut* ,.nrung materi danyang imaterial, yang lahir dan yan[6atin,:uraa a"un.ot,,;;;;

pu,1 dan menghidupkan, ur.irnun maut dan harapankeselamatan, k e kuatan d.e m o n i s Ciur, uii aan e u a i i' i; G;'i ;i,yang^rendah dan yang tinggi, Iaul dan gunung, Segoro Kiduldan_Sitihinggil, yang.nista-dan yung uTu.u dan seterusnyalSalah satu tugas dari pandito bittomasa lampau adalahmenyelaraskan hubungan muka-bumi denga, Uu*ufr_Ur.i-Jelasnya membuat rumah yang aman dengan jalanmenetralkan ancaman_ancaman dari kekuat an deionii yang

203

Page 110: Jati Diri Arsitektur Indonesia

.ra

.$

tJ

.d

Xtlqi%frP-\J

BS$Boo'Fs

ql!

.=nA<tr:L

q)\J

5ooo

.ra

F,i

(karena derajatnya di bawah derajat manusia) bersemayam dibawah bumi. Dan inilah sebabnya maka profesi itu dalam masalampau kita menjadi suatu profesi esoteris karena orang yangmengaku bisa melihat kekuatan-kekuatan yang mengancamitu hanyalah orang-orang yang memiliki "ngelmu" tertentu.

Dalam buku memoar Howard P. Jones, yang mengenangpengalamannya selama di tndonesia, diceritakan tentangkolam-renang milik William Palmer yang airnya habis melulu.Akhirnya pemiliknya putus asa dan minta nasihat dari seorangyang punya "ngelmu", yang sebagaimana bisa memberikannasihat: selamatan! Ternyata sesudah selamatan, kebocoranberhenti. Orang yang berpikiran lugas, apalagi yang berpem-bawaan ilmiah, tentu bertanya: apa hubungannya peristiwamakan-makan dengan perbaikan kebocoran pelat beton?

Unsur Persamasn

Sepintas lalu orang tidak menemukan unsur persamaan

attara "ngelmu" seorangpondita ballamasa lampau denganilmu seorang konstruktor bangunan masa kini. Namun tohunsur persamaan itu ada. Konstruktor modern juga mengakumelihat bangunan yang belum berdiri itu terancam oleh panah-panah yang tidak terlihat oleh orang lain. Kalau kemudian ter-nyata bangunan itu toh tidak ambruk maka sang konstruktormengaku berjasa, bahwa dialah yang menetralkan ancamanpanah-panah itu dengan manteranya yang sakti: "Sikhmo hais nol, sikhma ve is nol, sikhma em is nol!".

Ada lagi unsur persamaan antara magik masa lampau danteknologi masa kini: kedua-duanya bersumber pada kebang-gaan manusia dan keinginan untuk memiliki, menaklukkan,menguasai. Dulu yang dijinakkan adalah satwa-satwa di bawahmanusia. Kekuatan-kekuatan dalam bumi. Kini yang dijinak-kan adalah gayatarik bumi, kekuatan-kekuatan dari bumi.

Unsur persamaan yang lain adalah bahwa kedua-duanyasekadar alat untuk meningkatkan harmoni dalam alam, sam-bil mengabdi kepentingan manusia. Gejala teknologi yang

204205

Page 111: Jati Diri Arsitektur Indonesia

merusak alam clan berbalik meiawan liepentingan. manltsia'

agaknya dapat clisejajarkan dengan pemberontakan Calo-

,r"uiu"g. jurusihir hitanr dari Girah'

Kebanggaau ,,,u'l*iu mudah beralih menjadi keangkuhan'

Karena sekaclar ufut, rnuftu kedua kegiatan itu dalam lingkar

kebudayaan u.rt.auour.un di tepi-tepi, periferal' Kalau,kita

ingin mendekati inti, kita harus mencarinya di tempat lain'

Saya ini SiaPa?

Manusia adalah mahluk dunia tengah, dan di.s.ampine

kebanggaan aan fteinlinon u'tutt rnemiliki' menaklukkan dan

menguasai, ia rnengeiai pula kerenclahan hati dan hasrat un-

tuk nrenyayungi, *tn;inoi' X"a"u hal itu kita temukan dalam

penciptaan lingkungan yang selaras'.

Kecintaan akan-harrn''rni, sebagaimana juga dengan ttap

kecintaan, bukanlah hal yang berdasarkan atas perhitungan

untung-rugi Uugi *unutiu' Keiendahan hati kita temukan pula'

karena lingkungan vung tttuti adalah suatu lingkungan Where

mon can be trirnself", tempat orang menampilkan diri

,.[ugui*una adanya, secara polos' dan lugu'

Tukang-tukung [i,u mungkin saja sanggup mem.buat

mejakursi yung r..'pu dtngun mejakursi Napoleon' T.:?1t::pa gelora ,.*ungut Kaisar liaqo]efn: vu"e^kt1llllt-1i',",rif memugar t<ejayaan duniawi kekaisaran Romawt pur-

ba, hal itu hanya .u*u pot., sikap bergaya yang kosong' dan

tidak menampilkan manusia sebagaimana adanya'

Taman-tamun l.pu,g adalah buah yang wajar dari sikap

orang Zen-Buda t..niJuiutam' Kiranya agak membingungkan

juga, kalau f.itu.n.natnlar pemilik taman "Jepang" di negeri

kita itu, menyatakan diiinya' menyatakan manusia' sebagai

"Penguasa V*g.,'"*ukifi Tuhan" (Khalifatutlah) di atas alam

seisinya.Tidak seberapa sulit untuk mernbangun arsite-ktu.r yang

memamerk"n rroti'tt-p*<tut< lndustri yang mutakhir di negeri

kita, lengkap dengan iklim pegunungan Alpen climusinr semi'

206

Tetapi di tengah-tengah rakyat yang penghasiiannyaRp 100.000,- seorang setahunnya patut dipertanyakan apakahbangunan itu juga menyurnbang peningkaran harnroni.

Penciptaan lingkungarr '"where ntan con he hirnself",

penampilan manusia sebagaimana adanya itu membuat orangberhadapan dengan suatu pertanyaan. Pertanyaan abadi, yanglain zaman lain jawabannya. Pertanyaan abadi yang berbrrnyi:"Maaf, numpang tanya, saya ini siapa'1 "

Columbus mengaku dirinya sebagai pr;"nemu telur yang bisaberdiri. Tetapi jauh sebelum Columbus, di sini orang yang ber-bicara tentang telur yang selalu berdiri; telur dari Rrahrna atau"Brahmanda", yaitu alarn raya kita ini.

Telur ini terbagi dua. Bagian yang atas itulah Iangit, bagianbawah itulah bumi. Agar ielas mana ataso rnana hawah nenekmoyang kita menggamharkan seolah-olah lengkung langitditopang oleh pohon atau gunung itu pada akhirnya seringmewakili telur dari Brahma sebagai simbol dari alam raya.

Magnet atau bcsi-berani selalu lnenunjuk aral: Utara-Selatan. Kalau magnet itr"r dipecah-pecah, maka pecahannyajuga selalu merupakah magnet yang utuh yang juga menun-juk arah Utara-Selatan. Dalam pikiran nenekmoyang kita,alam raya yang dilambangkan dalam bentuk pohon ataugunlrngan, selalu berdiritegak. Kalau alam raya dipecah-pecahmaka pecahannya pun, sampai ke pecahan yilng paling kecil,merupakan alam lengkap lagi, yang berdiri tegak pula.

Kata-kerja-kopula "adalah" (yang menurut orang-orangpandai, tidak dikenal dalan, bahasa Indonesia) dipakai untukmembuat kalimat yang paniang: nasi tumpeng adalahgunungan adalah Mahameru, adalah alam raya adalah kita-semua-yang-ada adalah engkau adalah aku.

Pohon atau gunung dengan sendirinya selalu. tegak; tetapimanusia mempunyai kehendak yang bebas" Kris Biantoro per-nah nrenyanyi: "Pring reketek, gltnung gamping gempal,mlakuwo sing jejeg, dadi bocah ojo nakol." (... .Ialanlah yong

101

Page 112: Jati Diri Arsitektur Indonesia

7

tegak, jadi anak isngon nokal). Kqlau terlqlu banyak mognet-

mognet kecil beriolan iungkir-balik magnet olom bisa kacau'

Replika AIam Raya

Dalam pameran foto "Setahun C)rde Baru" (1967) digam-barkan seolah-olah segala macam bencana, yang masa itumenimpa negara kita, merupakan akibat dosa-dosa BungKarno. Bung Karno adalah orang yang "mrojol ing akrep,punjul ing apapak' ' (lolos dari yang rapat, menonjol dari yang

rata); kalau magnet yang begitu besar berjalan jungkir balik,magnet alam raya langsung kacau, akibatnya Gunung Agungmeletus!.

Di Tanah Batak diceritakan tentang kejadian begini.Seorang anak secara main-main bergantung dari dahan pohon,kepala ke bawah, kontan semua tanaman padi di Tapanulitumbuh terbalik, akar ke atas. Bah! heran betul! Tetapi segala

keheranan hilang lenyap ketika ternyata bahwa si anak adalahorang yang bakaljadi Si Singarnangarap, Singa ni uhum, Singoni horajoan, Singo ni hctta, dan entah Singa-singa apa lagi.(Orang India yang biasa beryoga-kepala ke bawah pasti geleng-geleng kepala mendengar cerita ini).

Karena manusia adalah replika (tiruan) alam raya, makatentu kepalanya itu adalah puncak langit, sebagaimanadiceritakan oleh Jenderal Sirnatupang, selalu minta maaf tigakali dan diizinkan tiga kali sebelum ia berani mulai bekerja.Seorang murid di Makasar mencabut badik, ketika gurunya,orang Belanda, mengLlsap-ngusap rambut si murid dengan pu-jian: "Goed xo jongen!"

Ada orang tua yang biasa menggelar secarik kain di atastikar-sernbahyang setentang kepala waktu bersujud. Tikar sem-bahyang adalah sesuatu yang diinjak dan oleh karenanya dera-jatnya sederajat dengan bumi, jaditidak layak mengenal pun-cak langit, kepala rnanusia. (Orang Arab yang mendengar ini,tentu akan gcleng-geleng kepala; dia sendiri tidak keberatan

apa-apa untuk melangkahi kepala jemaah haji yang ticlur dilantai rumahnya).Cerita tentang kaki tentu adalah kebalikannya dari ceritatentang kepara. pada sebuah proyek pembangunun ru** arisadikin, pernah terjadi insiien. xeiira seorang mahasiswakerja praktek di sana, kakinya dihantam crengan sendok semenoleh seorang tukang-batu yang ,ruik pirurn ketika sangmahasiswa menunjuk dengan tut."inv" ke arah ilii;;ld;;,sang tukang.Di Jakarta, dekat patung pak Tani, berdiri Gereja Inggris.Di bawah lantai gereia itu;eriajar_jajar makam orang Ing_gris. Orang Indonesia yong or"rg Ouf , purti merasa kurangenak menginjak lantai gereia itu, ii merasa dirinya menistakanmakam-makam itu. Orang Jawa agaknya akan membr"rngkuk_bungkuk pergi. (Kerangka orunglofun, Inggris yang di situagaknya akan geleng_geleng Lepita ttotu,r, kuburnya; merekamalah merasa menclapat L.troi*utan .tikubr.ny; ;;;;;.-.

Satu MasyarakatMagnet kecil-kecil yang digabungkan menjacti satu,membentuk satu rnagnet besar. Mrnuiiu, yung n;;;ur;;;;tiruan alam raya, kalau Ua.guUung, membentuk satumasyarakat. yang seperti alam raya lagi, Lerlapis t;Su j,,gr. HulItu tercermin juga dalam a.riteitrrnya.Dengan cara ,'tiga orang buta meiaba gajah,,, kita akanmeninjau tiga daerah kebudayaan, *"rirg_rusing kebudayaanBa.tak (Toba), yang mungkin boreh kita unggup mewakiri masakebudayaan Indonesia jada w.aktu ;;ruui

menjelang siang,,,kebudayaan Bali (Se,latan),_yang ilu*Ujn boleh kita anggapmewakili masa kebuclayaan Ind<r-n.riu p"uJu waktu ,,siang men-jelang sore", dan kebuclayuun lu*u iX.u,onl yang rnungkinboleh kita anggap mewakiii *ur" t.Luouyaan Indonesia padawaktu "senja menjelang malam,,.

Saya akan sangat berterima kasih, kalau ada yang maumengirimkan orang buta tambahan, agar rabaan atas gajah

;l

209208

Page 113: Jati Diri Arsitektur Indonesia

kita lebih nrenyeluruh' Khususnya yang paling menarik rasa

ingin tahu saya, adarah orang-orang yang terah hirang dalam

kabut "dinihari *t"iti"'*"r ui?'.'' ieuidayuun lndonesia'

Orang-orang misteri-us yuig tttut' me.nrbawa warna merah

putih dari daratan 'A'nlttiXu kenrari dalant bentuknya yang

paling puitis: dalam'Ut"tuft bunga' Bunga wora wari-bang

(alias kembung "put" alias ftiblsr: us roso sinensis)dan buttga

kemboja tutiu' Jruniiu''ii iti"t plumeriu rubrq) dalani pro

ses pemindai,an lru"[ipit'r'r"' clari. partner-partner seeko-

i.-tlr", i.opi'laur Jipisahl''an .dari sura kekeramatannya'

Tetapi maritan fiu kembali ke zanran yang tebitr siang'

Ikatan Kekeluargaan

Orang Batak lioba) ikatan sosialnya yang'trtama ada]1tt

ikatan kekeluargao,r.-t l.r.tu melihat pencerminan alam raya

yang tiga ,u,un itu jt'go Autun'' hubungan kekeluargaan' Yaitu

'uniiru"nrto-hula, itngun subutuhu' dan boru'

Seiring clengan ;;;'.Jail arsitektu.rnva t'itik berat terletak

pada rutnah keluarga yang tersusu.n tiga pula: Kolong yang

mewakili arnlu Uu*"ui"fipu-ftui untuk ternak; lantai rumah yang

dipakai ot.t', orrggotl';il;^ nrewakili clunia tengah; sedang

ruang atap yang cligantungi raga-raga mewakili dunia atas'

Sebagaimana tt'uiiputan dari tnagnet-magnet kecil memben-

tuk satu magnet ,l^*'ituirt besar'-demikian pula kumpulan

dari rumah-rr*u'h iii' '''*mbentuk satu "huta" (desa) yang

merupakan ,utu "oit'lu;i;;'-ttv" lagi,claiam bentuk vang lebih

besar. Petunjuk xl "l't' itt-r terietak dalanr syarat bahwa desa

itu mutlak r,a'u' dihuni oleh ketiga-tiganya susunan

kekerabatan itu' susun itu kita temukan

l'encerminan alanr raya Yang tlga

lagi di Bali. Orang Bali (Setatan) mengekspresikan hubungan

ke atas, clan kc o;t;;;'t';i;;l"* aralikc sununs tara\ kaia)

dan arah u. ,uur'iurlj, irtril yang kernuclian dielaborasikan

lagi clalanr pt''ui!j'" "n'r''itou

clierah (rtawa sartgal' Yaitu

clJapan arah rnaia attgitt datr pusat'

210

rl

,l

Pecahan magnet selalu merupakan magnet lengkap yang

baru. Begitu pula pada rumah-rumah yang lebih besar, sepertirumah bangsawan (puri), daerah yang satu persembilan itukalau ditinjau tersendiri memperlihatkan lagi suatu pembagian

nowa songa yang baru.Arah kajo-kelod ini tidak hanya menentukan hentuk rumah

(halaman) Bali, melainkan karena bentuk kehidupan sosialnyayang terikat dalam "republik-repubik desa", juga menentukanbentuk desa-desa Bali. Bahkan pada akhir seluruh pulau Balibisa dilihat tersusun atas dasar arah kaja-kelod rni, yangberkutubkan Gunung Agung dan Lautan.

Tahu SendiriDalam kebudayaan Jawa (Kraton) alanr raya yang tiga lapis

itu tercermin pula. Di sini orang lebih lagi mernbagi dua perha-tian kepada kutub-kutubnya. Kututr atas dirvakili oleh Sultan(Kraton) dan kutub hawah oleh Nyai Loro Kidul (l.,autSelatan).

Kraton, jika ditinjau tersendiri, akan menampakkan dirisebagai replika kosmos yang komplit tersusun tiga lapis: kutubatas atau Utara berupa Sitihinggil yang menghadap alun-alunUtara dan dunia luar; di tengah-tengah terdapat"tempat ting-gal Sri Sultan dan di sebelah Selatan; sebagai kutub bawahnya,terdapat bangunan-bangunan tanpa status. Ditinjau secarakeseluruhan, maka seluruh Kraton nrerupakan kutub atas atauUtara, tempat pemukiman rakyat ditengah-tengah (kota padamulanya hanya terdapat di sebelah Selatan Kraton) dan pan-tai laut Selatan yang mengerikan sebagai kutub brawah.

Pada kutub bawah ini terdapat Cunung Kidul, yang semulabernama Giriloyo (Gunung Maut). Di pantai terdapat koloniorang-orang buangan: yang berpenyakir kusta. yang cebol danbuie orang-orang yang karena kelainan fisiknya merupakanancaman magis terhadap keseimbangan alam.

Dalam zarnan kita, ada orang tua yang berpendirian,bahrva soal-soal kelamin tidak perlu diceritakan kepada anak-

:,;::l!

#

l2tt

Page 114: Jati Diri Arsitektur Indonesia

anak, "kalau sudah bqsar juga tahu sendiri". Dalam masa lam-pau, agaknya soal kawin antara bumi dan langit pun dirasakurang perlu dianalisis bagi orang awam, "kalau sudah berusiajuga tahu sendiri". Dan inilah lagi satu hal yang membuat hal-hal yang diutarakan di atas diliputi cadar esoterika.

Rasa kesatuan sealam raya adalah suatu rasa yang kalaudiuraikan, hanya jadi mainan kata-kata kosong. Nenekmoyang kita tidak pernah menguraikan apa-apa, kecualimelalui dongeng yang liding dongeng-nya harus dicari sen-

diri. Oleh karena itu mereka juga tidak pernah menggunakankata-kata penutup yang klasik ini:

Demikianlah uraian ini dibikin dengan sesungguhnya;semoga Bapak/lbu/Saudara senang menjadi tahu".

Zaman berubah. Kini pemuda-pemuda kita rambutnyapendek-pendek, cuma sebatas bahu. Dulu, nenek rnoyang kitabersanggul. Kini, untuk menghormati raja sehari (penganten),kita penghuni daerah tropis-basah ini, menyiksa diri denganmenggunakan jas dan dasi pakaian orang daerah dingin.

Dulu untuk menghormati Sultan yang betul-betul Sultan,orang bertelanjang dada. Tiap Senen-Kenris orang menghadapRaja sambil bersemedi, mendengarkan "napas yang Senen-Kemis". Yaitu suara napasnya sendiri (bunyinya konon: HuAllah! Hu Allah!), dan pemakaian baju hanya akan meng-ganggu audiensi itu (oudire: mendengarkan).

Zaman berubah. Kini, wanita bertelanjang dada segera kitaasosiasikan dengan pramuria bar di negara Barat, dan pakaianyang serba menyelubungi tubuh dengan biarawati dan sum-pah kesuciannya. Cuma orang bloon yang terpikir memberikancontoh berikut, diangkat dari se.larah Timur, sejarah kitasendiri.

Pada Candi Loro Jongrang, kita temukan relief tentangSinta, yang digambarkan bertelanjang dada. Sinta adalahtokoh top teladan kesucian wanita. Di Singosari, kita temukanpatung Durga Mahisasuramardini yang berpakaian lengkap,berkain dan berbaju. Durga adalah tokoh dunia bawah,

212

penyebar maut dan bencana, yang semasa pasang_naik aliranTantri itu dipuja dengan ,o;;;;';; mendirikan bulu roma.Peralihan Zaman

Bukan maksud daya membicarakan soal rambut danpakaian. Soal rambu, .,i_, ,""i'rurl.pakaiand';:r;;;;i;;;i,i,"olli,r;::r3:i[l,f iff

,

Jongrang (atau lebih ;;,;;;.ibunoi Singosari (zamanJawa Timur) agak *.nu.ii'ritrt"'iir,r,ruu.Mungkin kita. Iebih b;ii;-'.;lri dengan peralihankebudayaan yang kita r*uffin*'Ulnrf, yaitu peralihan dariAbad pertengaha

". t*., n

" ii [io';';"^; Eropa.Marikita akui, bahwa kita iri.**

lffi '; "1H,"

fi:TxlT.,.f # ffi?#: : H;I,ffi .;:I

J:;:Jalan_jalan kota Eropa dalam abad pertengahan

sempit_sempit dan patah_patuh u.ut ryrl"remaksa orang untuktengadah. para pendosu, p.nu.rffi joru *u.irun, setiap saatsrap menyarnbut turunnya Lem6ufiSu.re Juru Selamat.Garis_garis vertikal irr.,* iia"l lampat) yang merekal:*,:' li'pangkalnva "0"

air"rrii ,jrr*rru rerhunjam keDumr: orang Abad pertengahan IJ"l"t orang yang berakardalam-dalam di tempatnya.Kota-kota Renoiisanie memperlihatkan jalan_jalan ravayang lebar dan lurus, me.eka seolah_olah menarik garis yangtegas dan horizontal.

fu"gf.ui gu.irIr",.n,, tidak lagi dilangit,melainkan pada kepali n.."io"rg,"L.purur.u. orang_oranghumanis dari masa itu menyatuLu"n,J.ngun bangga, bahwadirinya adalah sumber au.i "ifui f,.f uf,]riaap-al. dalam t.urJuyuu, an apa pun yang ter-

Ujung garis horizontal itu berakhir di cakrawala (ridakkebetulan, bahwa orang zaman itu ahli membuat gambarperseptif). Orang Renaiisanc. U.ri."rl,',,Cakrawala adalahbatas kampung_halaman saya,,. Oaf am aUaa_abad sesudahnya,orans Barar_pun menyebai k. ;;;; ilnru., dunia.

",-.e.-l-l

213

Page 115: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Di T*nstr AirM:ri kita l'crnbali ke ianah *il" !1']di

ta'ndi zaman Jawa

fgn i1$ lr',r i:r:r't i f**"'t"'Att'' herorient a'ci ke keetnpat penJuru

3n p i r - r *l rlah - t''l;ll' n*'iUou**'va bs:r kata : " L-akrawala adalah

t,ui *' k.' o' n "

* g' - l't o r,, ;' t;: t'' ;':' K a pal; a n:.'rT:lf ilXi:;*: -H': XIf IJ ; il:?:ff : lli\ ?,:'ti:, :*fl Jfi i *:beromhak rJi antara O*f""-Ot""tl kita" Candi-candi zaman Jawa

Timur hg; o1, snt ast ffi;;tl ;;n" n g' seolah-olah ditambatkan

oacla puncatt g"n"nglt"' iguttnya orang masa itu berakar

dalanr-clalaln di telnParnva'

Bt::' itrrlrlttr t*"li'i'u]ot'iga Iapis" <Jan Dengunjungnya serasa

diant ark an t<.* ut a'

"tt*

orah"keluhuran "

Pat r tn g-pat tln g' Budha

yang ber-iajar-iajar *i ;;;; "r*nging'tr'an orarlg atas keting-

-o.ian hu,ci n:anilsra i-"* ti" mlnolone sesamanya' sampai-

iu*prri mau berkoft';';;;nJu rotrtiusan ke dalam tiada'

Cancli Singosari, d;;;"; 'lawa'I imur' juga terdiri atas tiga

lapis, yang *tf"*io"'gf'un Juniu bawah' tengah dan atas'

retapi cli ,ini o'ung j"i?' Ji""t" ke lapis yang paling bawah'

karena rli sini aip'i''ttftuatan-kekuatan bawah lanah'

Agaknya za*ul'iu*u f*g"ttdapat kita lihat sebagai suatu

masa ketika "'unr'#itih;;il;" langit dan menistakan bumi'

Z.aman lawa Tiriu''ltU"fifttva sebagai masa ketika orang

,i.itirr", langit dan meluhurkan bumi'

Secara tradisional' seorang pemimpin adalah seorangpon'

ditara.ia, seorang yang dengan cara nreniaga keseimbangan

dalam jagad tttiriiu'"ni*i1'u o'h Ieselarasan dalam alam

raya. Tetapi rtn atol rnt'juOi penguasa dengan jalan intrik

dan pembu"'nun''i"ii""i"t^'*eiattuttan persetubuhan di

clepan unl um a ur"*' ui"u'' i eurtlttftakram a' la dibunuh oleh

pemberontak-p;;;;;tak kctika sedang dalam upacara

mabuk-mabukan'

Persamaan

Upacara mabuk-mabukan! Brlkanlah hal ilu ntengingatkankita kepada hal yang lebih kita ke'nal (karena berasal darisejarah asing) upacara esoteris perrtuiaan Dinnvrr.rs. upacaraBacchanalia, yang biasa diadakan dalam rnasa Romawi Pur-ba. Sesungguhnya persamaan anlara kedua era kebudayaanitu tidak hanya itu saia.

Terhadap zaman Romawi purba, olang Bar:rl jeli..s sekalimemperlihatkan sikap yang mendua hati Ada rasa hangga ataskejayaan kekaisaran Romawi Purba, rasa b;rngga

"vrang. bagi

seorang penakluk, maeam Kaisar Napr-lleon, henar-benarmelangit (hasilnya aclalah "gaya Inrperial" dalarn inlerior masaitu). Di samping itu ada rasa rnalir atas kehohrokan zamanRomawi itu, rasa malu yang bagi seclr:rrrg seniman yang perasa,

macam Fellini, benar-benar mendasar (hasilnya adalah filmSatyricon).

Sikap mcndua-hati yalrg sr:rupa ras;.inya datriat kita lihatpula dalam sikap kita sendiri terhadap rna:rir \c_ii{r;ih l{induJawa Timur. Mungkin bedanya hanyalah, bahwrr i iia bersikap"tidak tahu apa-apa" tentang hai yang rnernalukan. Kitadengan bangga mengenang kegagatran Kartanegara yang beranirnenentang Kaisar '[iongkok. Tctapi dari zamalr iru-itu .]uga,kita "tidak tahu apa-apa" lentang penllr1aan llhairtrva, tokohdemonis. Kita dengair bangga nlengenang srrrilglah "palapa"dari Gajah lr{ada, tetapi lebih Lrark lirpa akari l)eranannegarawan yang itu-itu _iga, dalarn p*nlt,itrli;tlaH i.ri::"irgarltarputri Sunda, sebagairnana diceritakan ilalarn Kicjuniq Sunda.

Kekayaan Romawi Purba, y'ang luar rnegah sepcrii r'etruahporta triuntphale tcmyal.a teiah digerogoti tond;tsinya.Ketika ia runtuh, seluruit Pantlrson cicwa-deu'a ltortrau'i ikutruntuh bersamanya. Ilaru berabad-iihud kerniiciiarr. dalamRenaissance yang telatr kita tinjau tadi, nilai-r.,,ui kebuda),aanklasik lahir kernbali, dicangkokkan pada agarna tlaru yangtumbuh di atas reruntuhan Pantheon dewa-tiewa [{tlirii:r..

214

]l5

Page 116: Jati Diri Arsitektur Indonesia

Kejayaan Majapahit' yang da.ri luar megah seperti sebuah

"candi bentar", tt'nyutu'tttuh digt'ogoti fondasinya' Ketika

ia runtuh seluruh P#;;;" de*a-dewa Hindu ikut runtuh ber-

samanya. Agama Vu"g 'u'nUuh di atas reruntuhan itu'

melepaskan turuutun-yuilg mengikat pandangan orang ke pun-

cak Gunung Pananggungan'Pada nrula"v" Jfitn'""si mereka adalah keluar' ke arah

cakrawala' karena p"'*'-p""t kebudayaan mereka adalah

kota-kota petaUut''ai ai p*tui Utara Jawa' Tetapi kemudian

kehidupan prn t't'gutung ke clalam clirinya sendiri' dan pusat-

pusat kebudayaan p'n "pinOut' ke pedalaman pulau Jawa'

meman<lang ke taut'selaian yang tidak.dilayari' alias buntu'

Dan kehidupan pull berakar dalam-dalam disitu'

Peralihan KebudaYaan

Kini kita menghadapi lagi satu masa peralihan kebudayaan'

Orang-orang yang selama generasi-generasi terakhir berakar

dita,ahnya, t ini tercuuut din menghadapi ragi cakrawala yang

luas. Ningrat asal :u*u fttnifungun kontuk dengan Laut Kidul

yang mengerikan, seniman Bali yang merantau kehilangan kon-

tak dengan Crn''u^ ngung *nt Iuhur' ina-ina Batak k€hi

langan kontak a"ngin duniuhouaJa:g keramat' Tetapi tidak

benar juga kala tii^'*trrg"takan' bahwa segalanya berubah'

Sebab, dulu maupun sekarang, masih tetap arsitektur itu

merupakan ungkapan dari buday-a rohaniah (de onbewuste

uiting v'on de r"''''i'i*' cultuur' Yan Romonclt)' dan masih

tetap kebudayaan iu'it'gut'ng kepada wawasan manusia atas

lrakikat dirirtya, asal-usuinya clin arah tujuannya (zeiin wesen'

ofkornsten b",t"'*iiil' clan masih.tetap manusia itu ubun-

ubunnya terrrnoui Juiitfupuf kaki digelitik oleh naluri-naluri

purba (oerdriJtenl'Pada masa peralihan kebudayaan tidaklah bijaksana un-

tuk tetap *.*p.tiuf''ankan selubung esoterika sekitar .ar-

sitektur.Terlalubany'akpertanyaanyangberkecamukuntukOupr, ,liu"fesaikan aaiuni saresehan esoterika belaka'

21t:'

Dalam dialog terbuka cukup tempat untuk mempersoalkanhal-hal yang membuat orang berkerinyut dahi. Salah satu haladalah pertanyaan, apakah "rasa kesatuan sealam raya"(cosmisch eenheidsgevoel) masih hidup atau masih bisadihidupkan. Ada juga tempat untuk bercerita tentang hal-halyang biasa-biasa saja, karena adalah hal yang aneh tetapibenar, bahwa soal-soal yang wajar dan biasa-biasa saja, darizaman ke zaman diketahui secara intuitif oleh setiap D ouwheeryang buta huruf, kini harus dijelas-jelaskan expressis verbiskepada bouwheer-bouwheer yang pengetahuannya selangit.

Pada pihak yang lain, dari orang yang jauh dari profesiarsitektur, orang juga bisa memperoleh,pandangan yang ber-manfaat. Orang yang jauh, pandangannya selalu lebihmenyeluruh dan lebih lekas melihat keanehan-keanehan yangtidak nampak oleh orang yang dekat pada persoalan. Penghuniplanet Mars segera bisa melihat, betapa anehnya orang-orangAustralia itu, yang hidup jungkir balik melekat pada belahanbumi sebelah bawah. Persis cicak.

Orang yang jauh mungkin juga lebih jeli melihat alternatifyang mungkin dijalani. Pengunjung dari planet Mars akansegera melihat, bahwa cara kita membaca buku bukanlah carayang satu-satunya, karena ia akan segera menunjuk ke orangJepang yang membaca kalimat dari atas ke bawah, dan mulaidari halaman tempat kita biasa menulis kata "T A M A T".

2t7

Page 117: Jati Diri Arsitektur Indonesia

IV.6. ILMU SOSIAL DAN HUMANIORADALAM PENDIDIKAN ARSITEKTUR*)Oleh: Ir. Bko Budihardjo, M.Sc

"Whsl i,s s cily but its peaple"(Shakespeare)

Pertanyaan dan sekaligus jawaban yang dirumuskan secara

ringkas, dan sintal oleh sastrawan agung tersebut di atas sung-guh sangat tajam menukik ke masalah aktual yang dewasa inimuncul kembali di kalangan pendidikan arsitektur diIndonesia.

Gelar insinyur atau sarjana teknik arsitektur, membawaserta dalam dirinya konotasi dan bahwa bekal yang dijejalkanselama proses pendidikannya sebagai arsitek adalah ilmu,pengetahuan, dan keterampilan profesional yang lebih ber-wawasan pada aspek rekayasa (engineering oriented).Dan rupanya memang begitulah kenyataannya di tanah air.Potulat yang dipegang dan diyakini oleh para wastuwidyawanpribumi adalah bahwa bangunan dan lingkungan fisik secara

langsung mempengaruhi perilaku manusia.Kita lantas harus percaya begitu saja bahwa penciptaan

lingkungan yang baik lengkap dengan taman-tamannya yangdilakukan secara profesional akan memberikan kenikmatan,kepuasan estetis, kesehatan yang lebih baik dengandiperolehnya udara segar, sinar matahari, dan tata hijau.Aliran kepercayaan seperti ini, yang dikenaldengan " orchitectural determinism, atau untuk skala kota dan daerah yanglebih luas tersebut "environmentol determinism", telahmenyusup dan merasuk begitu dalam sehingga kita sering lebihterpaku dengan penciptaan lingkungan pemukiman yang "well

r Makalah disajikan dalatn Forum Nasional Pendidikan Arsitektttr, Semarang,

19 - t9 April 1985.

218

plonned"' pola transportasi yang berdaya guna dan berhasilguna, b angunan_ bangun an megah"_in Ouf, _tur"gd fr r*r r.r, * _bulkan kebanggaan penampilan walatr bangunan maupun korayang serba cantik_bersih_mulus tunpu..tu f-Ui*prn ri*-, , tutopeng atau pupur-bedak yang teblg. arpet .,,unr.iu JJrrrrnsegenap keunikan, k ek,asan ain teanetra, o*.ii"ilrr"1li, u,,banyak lepas dari pengamatan atau paling-paling hanya dilihatdengan seberah mala saja. ,mu-,iu sosiar dan humanioramemang sudah mulai masuk kursil (kurikrl;-l;;.rli#rrtpendidikan arsitektur, akan tetapii.tit,r,ornya hanya sekadarmenyentuh kurit luarnya saja dan tidak secara erat dikaitkan

lr"riti1,.i"'u rekavasa ;;;;;;;', dan perancansan

Herbert J. Gans*) menyatakan bahwa daram perencanaanIingkungan binaan ada dua f.rtut, -'

- Kutub pertama, arsitek Oun pfurnn.ring kun gan iil k ;;; ;;;.*#;.f;:i:::Xl;,J?i.HH;perubahan perilaku manusia.

- Kutub kedua, ahli_ahli ilm,, sosiat, secara frontalmenyang_gah dengan posrularnya urri*"-i."r.i;;;;;il;;i,11,manusia justru bukan aspek fisik melainf""

"rp.t_r.p.ttanfisik seperti sosial, .tono*i .tun budaya.Gans mengajukan kolsep dasar yang merupakan kompromidari kedua kurub bertawanan aerse;r;,"Lingkungan fisik. gayut dengu, poiluL, manusia sejauhlingkungan rersebut-menrp.rguluhi;;;;..

sosial dan budayamasyarakat yang terlibat di dalamnvu,lta, sejauh lingkungantersebut, merasuk dan menyatu dalam sistem sosial mereka,i*)Arsirekrur, lingkungan d; k;;; ;rr;;;;;;nl.uueiperikehidupan dan tata cara hidup ,unu'u pada hakikatnyaadalah yang terbentuk dan ait"riu[uo;;; ffi;;;;rffiir":

:1, ,Tfl:T,,J. cans: "PEOpr-E AND PLANS". re68 hrm.4.

'215

Page 118: Jati Diri Arsitektur Indonesia

4

yang menghuninya. Pertanyaan tentang pengaruh lingkunganfisik terhadap manusia penghuninya, telah menjadi pusatperhatian dalam penelitian perancangan lingkungan.

Secara singkat Amos Rapoport menyajikan tiga pandanganmengenai asal tersebut***).

a) Environmental determinism:

Pandangan bahwa lingkungan fisik menentukan sikap danperilaku manusia.

b) Possibilism:

Pandangan bahwa lingkungan fisik memberikan peluangdan kendala, masyarakat menentukan pilihannya berdasarkantolok ukur, terutama tolok ukur kultural.

c) Probabilism:

Pandangan bahwa lingkungan fisik memang memberikanpeluang untuk dipilih dan tidak menentukan perilaku, tetapijuga bahwa dalam suatu latar fisik (pftysicol setting) tertentubeberapa pilihan lebih memungkinkan daripada yang lain.

Dalam pandangan yang pertama, yang sudah dianggapkuno, perubahan bentuk bangunan dan kota dipercaya akanmenyebabkan perubahan nyata dalam sikap dan perilaku, interaksi sosial, kebahagiaan, kesejahteraan, dan lain-lain.Sebagai reaksi ekstrim terhadap pendapat tersebut muncul pen-dapat bahwa lingkungan binaan sesungguhnya tidakberpengaruh secara nyata terhadap manusia, dan bahwa ling-kungan sosial, ekonomi, dan budayalah yang lebih banyakberperan.

Bersikap ekstrim dalam berbagai hal memang kurangbijak. Jadi sikap yang arif dalam hal ini adalah yang moderat,

tt*) Amas Rapoport: "Human

220

tanpa berpegang terlalu kaku pada konsep hitam-putih, ataumemihak sarah saru kutub. riJ"[r"n terraru sarah b,a kitabersepakat bahwa lingkungan ;;;;;;"prt dilihat sebagai lataruntuk aktivitas manusia, tata. ini i.mengham batlmencegah kegiaran ;;;,*::. HLitI. i:lfrT;bahkan bisa berfungii seua"gai ["iuii*,r. unruk pengejawan_tahan suatu jenis tindakariatu, p..irur.u yang masirr laren.Suatu latar fisik yang menghambit tingkah kegiatan terten-tu' biasanya hanya mempersulit d,akukannya kegiatan tersebuttetapi tidak dapat mencegah ,.p*uf,rryu (contoh: kasus tim_bulnya jalan serapar. aiagonaioi ulor_uror, kasus kurang ber-fungsinya jembatanpenyeberangan

atau kasus menjamurnyapedagang kaki lima).Kiranya masih sega.r dalam ingatan kita, perkara rencanapenyeragaman pagar.di sepanjang jalur protokol kota pur_worejo, yang kemuclian OiuUatr aui, Oi,urgerh''',#"naannya karena reaksi dari penduduknya. Bila kita menolehagak jauh ke belakang, di'kota g"rirf juga pernah terbitperaturan yang menggariskan bahwa pe.autt_pe.;;; ;;;,lingkungan p.rr.uhin *tv"ir,".r, iiuuu, seragam, denganrancangan dan bahan yang sudah ditentukan. 46;;;;;;.tidak muncul persainga, iure rujil-untu.p.rgt uni, menutuppeluang timbulnya pameran kikayaan dan harta masing_masing secara demonstratif.

Aturan MiliteristikDapat dibayangkan suasana dan citra lingkungan yang ter-cipta dengan aturan m,iteristik ;dil;i"ras: rumah seragam,pagar seragam, perabot seragam. Akan susah sekari mengenarirumah satu per satu, karenu ,iauf. uAurr,a jati diri atau iden-titas dari setiap brngrn"n.r;;iG, ada. Bita nomorrumahnya copol. tak.ayal l"gi p"rrif"'f.r si pemilik dilandakebinsungan mensenali.;rd,rtri;;u*iorun, Iain. Dan pada

111,_*1, l*, .t an pal at i airi seueJuln'vl ."r."t, b u k antah ru mah,;alan bukanlah jalan, dan kota Uri""f.t kota, begitu celoteh

Aspecls of urban form", 1977, hlm. 2.

221

Page 119: Jati Diri Arsitektur Indonesia

TtI

-t

Aido van H,yck" Karena jati cliri il:l.l."h yang meniadi napas dan

iiwa, pemberi k";;;; ;pesifik suatu bangunan atau

iinsr "if:ii,ii: ffi,iliiTi,, r"i: iler ( ""

r he r h i r d w ov e "'

Bantarn Books, rq8il)' putu elit penentu kebijakan dan in-

telektuai c1i negara 'ot'ttttint'u'I banyak yang mengidap

'fttechuno-rnurtia'"'S;;;l;'sesuatu dianalogikan dengan

teknuiogi nrekan.ts '";;;;';' Runtah' Iingkungan dan kota

dilihat bak perartgkut "'"'in yunB ,1"'b'

teratur' eksak'

mek anr !'al - Sedan giian ntanusia-mau':si a yan g me nghuni' yang

sarai di:trga" ttunii'?";;;;il-k; dan keatrekitugurnun kondisi

s'siai_ekonn,r,i-t,uiivJ-;;;: iepas dari penglmatai- 113"palirrg-paling ftu"''u'tflt*tfing' rle.ngirtt sebelah mata saJa'

Perenciuraan penroangun*n foto lantas rnenjadi ajang bagi

para pen glr *,'l pu#tl';i;;;;il; ; "tuk

melampiaskan ide dan

gagasan-Eagiut*n p'it.)u'iinya' tanpa,ItToto perltt terlebih dulu

menghayati clan nrenyerap per-sepsi seita aspirasi penduduk

kota vang oiauoinvaii'*';; diirigat' pemimpin adalah abdi

masYarakat)'

Tidak Pas

Sebetulnya tidak usah diragukan lagi' ide-ide baru yang

bermuncula" o;?;;;ii";;; maksuti dan iktikad baik'

Miselnl'a: demi tcrc;ptrlnla iingkungan yang rapi' bersih' in-

.lah dipanil"'*' -^1;;.r'

itLupi -vang t'i*ni disadari adalah

bahwa apa vang " i;"# r"n* kepala dan terasa di hati

para penent" ktbj;;[;l it*ungL-inan besar tidak pas sama

clengan uou run*'Jii'ill-n"" tiaambakan dan dihavati oleh

masyarakat b"';;;";i sinilah -antara lain letak kunci

masalahnya ,*'J '-i"*'' Penanrpilan dan waiah kota yang

serba cantik-ueisirr-mulus tanpa cacat cela (biarpun ter-

paksan)'a f,,'u' pufui 'opt"g

aiau tledak-gincu polesan yang

tebal), memang 6arangkali betul enak dipandang tetapi tidak

enak clisandmg';;i; kulit aslinya bopeng budukan' badan

keropos aun jl*a"fr;;t;G' apalah u'tinvu semua keindahan

visual yang artifisial serba t-empelan itu" Bagi rnajoritas pen-duduk kota, yang terlebih penting adalah keindahal irirlup ber-masyarakat itu sendiri, yang guyub rukun penuh vitalitas.

Konon perencanailn kota yang icieal aeialah yanii .lalamprosesnya melibatkarr segenap lapisan masvarakat, antara lainmelalui wakil-wakilnya yang rerpercal'a, baik yang f ormalmaupun informal. lstiliih gagahnya adalah 'percncanaan ber-sama rakyat', jadi bukan lagi sekaciar 'prrencai.,aa;t untukrakyat'. Bahkan lebih ideal lagi suatu saat nanri, ruianakalatingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat suciah eukuptinggi, bisa rnulai diuji-cobakan penerapan slt',gan ulr:pia:'perencanaan oleh rakl'at'.

Budaya DiamWawasan perencanaan yang berorientasi pada kencntingan

masyarakat lapisan bawah, jelas menuntr-rt kepekaen sosialyang tangguh dan tajanr dari aparat perrncana. Kita semuarnallum, dewasa ini sebagian brrsar nenduduli i;ota masihberada dalam tahapan berjuang untuk hisa bertahrln hiclup_dengan tingkat pendidikan yang belum tinggi. "ladi tak perludicengangkan bila ada kecenderungar) takut dan enqgan un-tuk angkat bicara menyuarakan hati nurani nrereka sendiri.Daripada rnenghadapi risiko, lebih baik diar,r. Nah, hudayadiam inilah yang sering disalah-mengertikan sel_ragai per-tanda lampu hijau alras tidak ada keberalan. Oleli karena itu,untuk bisa menggali keinginan, harapan dan dambaait yangsebenarnya dari penduduk kota, para pimpinan claerah clanperencana kotalah yang harus lebih banyak rleninggalkan'singgasana'-nya untuk turun ke bumi, meraslkan denyul nadiyang berdetak di masyarakat. Sckadar contolr: rencarla pem-bongkaran jalur hijau untuk disulap jatli terrr;-rat parkir mobildi seputar Simpang Lima Semarang, rij';1r-rasanya perlumempertimbangkan terlebih dulu darn;rak yang mungkindiakibatkannya. Tidak hanya masalah banjir yang akansemakin parah menimpa lirigkungali di sekltarnya, t*rapi juga

11'\

Page 120: Jati Diri Arsitektur Indonesia

4t TI

l

=

terutama dampak sosial yang menyangkut nasib para tukangbecak dan pedagang-pedagang lesehan, dasaran, dorongan,dan warungan yang telah terlanjur bertumbuhan.

Pembangunan Yang Mengakar

Model-model perencanaan deterministik yang dibuat dariatas meja kiranya perlu ditinggalkan, diganti dengan peren-

canaan yang luwes dan tanggap terhadap sikon lokal, dengan

penekanan perhatian pada perilaku manusianya. Pola pem-

bangunan yang mengakar dari bawah seperti ini telah dirintisoleh Romo Mangunwijaya dengan lingkungan komunalberswadaya di Ledok Code Yogya; Yayasan Sosial Sugiya-pranata dengan beberapa lokasi perumahan kaum gelandangan

di Semarang; Prof. Ir. Hasan Poerbo dari PSLH-ITB yang

menangani masalah pemukiman bagi para pemungut sampah

di kota Bandung, dikaitkan dengan upaya ekonomis mendaur-

ulangkan sampah menjadi bahan yang bermanfaat bagi

kehidupan.Pola mengakar seperti dicontohkan di atas dilandasi

keyakinan bahwa pembangunan yang berhasil adalah yang

mampu menumbuhkan rasa harga diri dan percaya diri,sehingga masyarakat terangsang sendiri untuk aktif berperanserta dalam setiap gerak pembangunan.

Memang penting sekali artinya dalam perencanaan

lingkungan binaan, apakah kita melandasinya dengan konsep

"planning/or the people", "planning with the people" atau

"planning by the people". Tetapi yang lebih penting lagi adalah

upaya agar tidak timbul jarak antara arsitek denganmasyarakatnya. untuk bisa bersenyawa tuntas antara arsitekdengan masyarakat itulah diperlukan pendalaman danpenghayatan ilmu-ilmu sosial, dan humaniora yang tidak hanya

menyentuh kulit tapi meresap sampai ketulang-tulang danjiwanya.

Sedikir C"l:,:T Tentang penyumbang Tutisan"Jati Diri Arsite*tur Indonesii,,

r' prof' IR' .IDHARTA, riirahirkan di Semarang pada tanggar 8 Mei r929.Lulus dari Bagian Arsirektur rnstirut i.r""r.rr'ri"roung pada tahun l9ig, kemu_dian langsung bekerja se.bagaianfi f.f."ll *:r;1yl,r" Gedung_Gedung Negarasemarang sampai rahun lgcl ' Tuhun inii'rJrnrrri'r6j pirrdah ke surabava sebagaiKepala Jawatan Gedung-cedung N"g"r" srrJu'iJ. Murai tahun r963 sampai sekarang

$,'ffi:Xffi:X;sebagai dosen iet'p pua' lu*"ui e^it*rr* e*rLo,i.[i,rT"i*,

Pendidikan tambahan yang diperorehnya ialah antara.rain pa<Ja Departement ofArchitecture' universitv oJ washingron aii.ri,r. imerit a serikat (1965 _ I966).Jabatan-jabatan penting yang pernah didudukinya adalah:Ketua Jurusan Arcitektur-Faku,,^ a.,,r,i'rfiiversiras DiponegoroDekan Fakultas Teknik Unir.rrit", ;i;;;;;"Sekretaris Universitas Diponegoro.pembantu Rektor Univeisiturbipon.goro.Kepala Biro Bangunan Universitas ;,;;;;r"r".

Jabatan yang dipegangnya sekarang di antaranya sebagar Ketua Jurusan ArsitekturFakuttas Teknik uNorp a"n *.r., ,"r*,-r,"i, illJiMemperoleh gelu. c,_ n .u. i p.; r;;;;;;;;,;,,:rilTlfJf,T i::: H,yi,?l!.

2. PTof.DR.S.BUDHI SANTOSA. Dilahirkan di Cmemperoreh gerar Doktor aatam antr.poar, i".,ir,ii"rrt tanggar r7 Agusrrrs 1937,

1977' Sejak tahun itu puia..njabat Kelua Jurusan on,"""u'Indonesia pada tahun

sama, sampai dengan tahun 19g2. ropologi dari Univcrsitas.yang

Semenjak tahun l9gsejarahdan*u"i'i,#u",I?Tr*li,',..1#?fi :..lXXl,ii?iill#,,#,il.*,:j::3J"Tfi :lT,"L]',i:rl;:'"0' anssora i;-;;;,;;,";emasvarakaran penssunaan

. Lebih dari r50 karya turr's terah dihasirkannya, baik daram skala nasionar nlaupun[ji',11]'ili';li[i,T.: masarah e"'"*i"ri, ll',,,*u,,, Ernograri, Kesenian

. J.

^ IR. HINDRO TJAHJONO SUMARDJAN. Lahirr 6 ok tober r s+s. l,r,,-d,.i bag ian il;*;;;';;J;.*#-#,:::,* X#::Tgff IRupa Institut Teknologi Bandung puau ,ui,un ,"r1.

*

*.Jfi ",1#',1ff#H'J'-li,Ti.'ffi ilj;*1,,,_:$,,Xlllf f i,; :ff ;ff ll i. ;,:' ;::fl ::l?::,?,:?, ::","i "*,iL

"";# ::H A RC H T TEN, Konsori um

22422s

Page 121: Jati Diri Arsitektur Indonesia

r

Selain kegiatan merencanakan dan nrerancang dalanr bidang arsitektur' cukup

banyak pula hasil srudi tt'"'f"tv"-ii*fufl v'ng telah.diselesaikannya' antara lain:

Studi Aspek Fisit< t'engemt'angan Perhotelan dalam Pembangttnan Berencana

0e72).Studi Perencanaan Kota lnti Jakarta (1974)'

Studi Peremajaan Lingkungan BIok M Kebayoran llaru (1977)'

Studi Perbaikan x"*i'ngi"ngan Potensi lldu:lti Kecil (1982)'

Studi Perumahan M"J;;";;;'; s't'emnecvclinsdi Mangga Dua Jakarta (1982)'

la adalah juga Council Member dari Union Internationole des Architectes dan

Xetua er.it.{ lndonesia Periode 1980 - 1982'

4.IR.BUDIA.SUXANDAGrrd.Hons.Dlpl.(AA).LahirdiJakarta,tanggal8 Agustus 195 I . Lulus oU"gui 'u'i"nu

teknik ariitektur dari Fakultas Teknik LJniver-

sitai lndonesia Jakarta, tahun 1978'

Memperoleh pendidikan ou'nt'utt'n pada The Architectural Association' School of

Architecrure, London, o.r;;;;;;.roleh graduate (honours) diploma tahun 1983

Saat ini mengajar di FTUI ian ltt- Universitas Tarumanegara' Ikut serta dalam l-em-

baga Teknologi FTI'll selaku anggota Tim Perencana <lan Perancang Kampus Ul di

DePal.

5. IR' BASXORO SARDADI' Ditahirkan di Probolinggo pada tanggat 2l Januari

1944, lulus ,ebagai sarjala- i"ttft Bagian Arsitektur ITB pada tahun l97l'

SelainmengajarditurusanArsitekturFTUl,jugasebagaiperencanadanperan-cang pada biro konsultan PT' Atelier 6

Karya-karya lrasil penetitian yang telah tlihasilkannla antara lain mencakup peneli-

tian arsitektur tradisional At'et', fUif uf u Utara' Sumba' dan lingkungan desa Naga'

6. lR' TJUI( KUSWARTOYO' Dilahirkan rli Ponorogo tanggal 7 September 1939'

menyelesaikan p"naiaiLunni" it'ogui Su'i"nu- Teknik Arsitektur ITB tahun 1979'

Pendidikan lanjutan il;;il iari Negeri Belanda tahun 1976 dalam bentuk

Latihan Kerja untuk O"'unt'u,un gedung Laboratorium' kursus Environmental

Monogementdi ERT-Massicfruri,*, l,Sa, Lhu, 1982; Kursus Lanjutiur Environnrcn'

tallmpacl,trssessrnenlOiOuft'outit'f-;ttiversityNovaScotia'Canada'tahunl98'ldanReseorch l-e!!ow |)tliversiteit Ber|irt, Jerman Barat, tahun 1982.

Sejak lutus ,"*rti '"1""t, 'ningaUdifan diri sebagai staf pengajar di Bagian

Arsitektur Bidang Perencanaan lota dan Lingkungan' I-l'B' di samping itu juga sebagai

Sekretaris pusat penelitian dan Lingkungan Hidup (ppLH) -- I-r-B yang dijabat

semenjak tahun 11i79

Banyak sekali hasil-haril studt dan penelitian yang telah dihasilkannya' khususnya

dalam bidang pengelcrlaart iingkungan hidup

226

7. lR. WIRATMAN WANGSADINATA. l-ahir di Jakarta tanggal 25 Februari1935, lulus sebagai Sarjana Teknik Sipil Jurusan Konstruksi ITB tahun 1960.

Menrulai kariernya sehagai Insilvur Peretrcana di Jawatan Jalan ilan JembatanD.P.(,I. (1961 - 1965) untuk kcnrudian nrenjadi [)ilektur PN. lndah Karya (1965

- 1969).

Setelah memperdalarn pcngetahuan tentang cara-cara perencanaan modern selamasatu tahun di perusahaan Scou Wilson Xirkputrick & Partners di London, tahun 1970

diangkat sebagai Insinyur Pengawas urrtuk proyek \fisma Nusantara (30 lantai),gedung tinggi perlama di Indonesia, sarnpai provek selesai dalam tahun I972.Sejak tahun 1972 terjun ke dunia wiraswasta dengan rnendirikan biro konsultan sen-diri. Banyak sekali karya-karya yang telah dihasilkan, antara lain gedung Sarana Duta(22 lantau, arsitek PT- Atelicr-6) dan Wisnra Dharmala (22 lantai, arsitek PaulRrrdolph).

Selain sebagai stal pcngajar yang aktil'di Jrrrusarr Siprl lfB, banyak juga kegiatanlain dalanr organisasi antara lain sebagai Ketua Flirlpunan Ahli Konstruksi Indonesia(1974 - 1980), Ketrra lJmunr lkaran Nasional Konsuitan Indonesia (1980 - 1988),Wakil Ketua Team Penasihat Konsrruksi Bangunan DKI Jakarra (197?_ - sekarang).Sejumlah lebih dari 50 makalah ilmiah telah dibawakan ata. diprblikasikan dalamtbrum nasional dan internasional.

t. IR. JUSWADI SALhIA, M.Arch. Lahir di Bandung tanggal l5 Juni I938,nrenyelesaikan studi sebagai sarjana teknik arsitekiur di ITB tahun 1966.

Pendidikan Pasca-Sariana (S-2)-nya ditenrpuh di l.lniversity of f{awaii sampai

nreraih gelar Master of Archilecture tahun 1975. Sejak lulus lahurt 1966 santpai

sekarang menjadi stal pengajar departemen Arsrtektur l-l-8, dan pernah meniabatKetua Jurusan sampai tahun 1986.

9. DR. HIDAYAT. t.ahir di Cirehon tahun 1936, rnenyelesaikan pcndidikantingginya di Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandurtg pada tahurt 1965.

Mendapat beasiswa RockeJeller Foundation untuk studi Paska Sarjana dalam lhnuEkonomi Sumberdaya Manusia di University ol'The Philipines. Sempat rnenggalipengalarnan ker.ia sebagai Visiting Lecture di A.sian Sociol lnlitute di Manila (1974

- 1 975) dan sebagai Reseorch Consultont di Deporlmtnt oJ' Labour di Filipina ( I 976).

Awal tahun 1977 kembali ke tanah air dan mendirikan Pusat Penelitian Sumberdaya

Manusia dan [,.ingkungan yang bernaung di bawah UNPAD, serta ntenjadi direktur-nya hingga sekarang.

10. IR. ZAENUDIN KARTADiWIRA, M.Arch. Lahir di Jakarta tanggal 20

Oktober 1930, lulus sebagai sarjana tcknik arsitektur dari lTtl tahun 1959. Sejak luluslangsung menjacli staf pengajar di tTB. Studi [)asca-Sar3ane (S':)-nva ditempuh <li

Univcrsiry oi i\'lichlgan. LJSA, mcmperolch gelar lVl.Arcir tahun 1963. Peruah mert-jabat sebagai Ketua Dcparteincn Arsitektur i1'lt pada tahun l9'i-l * l9'17. Ikut rnem-banru sebagai d.rsen luar biasa pada l)eparten:err r\rritektur LJitiversitas Trisakti mulaitahun l9l2 sampai sekarang.

227

Page 122: Jati Diri Arsitektur Indonesia

rPada tahun 1962 bertindak sebagai visiting Lecturer pada Depdrtment of Architec-

ture University oJ Michigon dan rahun 1969 di University of Kentuckt, AmerikaSerikat.Pengalaman profesional sebagai arsitek di dalam maupun luar negeri sangat luas.ternrasuk sebagai arsilek pada Biro Arsitek risclrer & Elmore, washington DC (1960,l97l/19'72) dan pada volmer Associales, New york, Anrerika Serikat (1972 - 1972).

I l. Dlpl. Ing. HARISANTO. Direktur dari Bir o Konsulran APARC, memperolehSatyalencana penghargaan dari pemerintah lewat Menteri Riset dan Teknologi ataskarya-karya arsitekturnya, terutama yang menyangkut kompleks lndustri pesawatTerbang Nusantara di Bandung.

12. IR. MAURO PURNOMO RAHARDJO, M.S.Ars. Lahir di Tegal tanggall5 Januari 1954, lulus sebagai sarjana teknik arsitektur dari Universitas KatolikParahyangan tahun 1980. Aktif mengikuti seminar-seminar internasional, nasional,daerah maupun intern. Perhatiannya ditujukan pada fenomena arsitektur dan kotadi Indonesia dan banyak menuljs arrikel tentang hal itu.Sejak tahun 1980 menjadi staf pengajar pada Fakultas Teknik Jurusan ArsitekturUNPAR dan menjabat sebagai koordinaror mata kuliah rekayasa. pendidikan pasca-sarjana (S-2)-nya ditempuh di departemen Arsitektur ITB, dengan thesis tentang per-tumbuhan morfologis ruang pusat kota di bawah bimbingan prof. Ir. HasanPoerbo, MC'D.

13. DR. IR. R.M. SUGIJANTO. t.ahir di Solo ranggal 5 Marer 1938, menempuhpendidikan tingginya di Jurusan Fisika TekniK ITB tahun 1956 - 1961.Pada tahun 196l - 1962 ke purdue University, USA dan tahun 1970 ke universityof New South Wales, Australia, untuk kemudian pada tahun 1975 ke TechischeHocheschul Delft, Nederland Sekolah Pasca-sarjana 53 ditempuhnya di ITB sam-pai meraih gelar Doktor pada tahun 1982.

Jabatan-jabatan yang pernah diemban antara lail Ketua Bagian Fisika Teknik(1969), Pembanru Dekan I Departemen Fisika Teknik dan Teknologi Kimia (1971

- 1972) serta Ketua Departemen Fisika Teknik (1973 - 1977). Selain mengajar dilTB, juga di Unpar, Trisakti, Unpad dan UI.Keanggotaan profesinya meliputi antara lain liluminating Engineering society,Acoustical society of Ameriko dan Ikatan Ahli Fisika Bangunan inaonesia.

14. Drs. DARMANTO JATMAN, SU. Lahir di Jakarta tanggal 16 Agustus 1942.

Lutus sebagai Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Yogyakarta tahun 1968. Pendidikan tambahan yang telah ditempuhnya: Psikologi

Industri dari Universitas Indonesia (1972), "Basic Humanities" dari East west cen'tre Hawaii (1972 - 1973), Sosiologi Pedesaan dari Universitas Gajah Mada (1977)

dan "Development Plannin7" dari (Jniversity College London (1977 - 1978)' Pen-

didikan Pasca Sarjana-nya ditempuh di Universitas Cajah Mada, Yogyakarta'

Tugas utamanya adalah sebagai dosen Fakultas Sosial dan Politik universitas

Diponegoro (sejak tahun 1969), dengan tugas-tugas tambahan sebagai Ketua Badan

Konsultasi Mahasiswa, Ketua Subdepartemen llmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya

Dasar, Staf Ahli Bidang Minat Universitas Diponegoro, dan dosen pada Akademi

Seni Rupa lndonesia (ASRI) Yogyakarta.

Sering menulis artikel untuk Kompas, Sinar Harapan, Suara Merdeka, Kedaulatan

Rakyat, dan lain-lain, di sela-sela kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Koran Kam-

pus "Manunggat" dan Redaksi Budaya "Dinamika Baru", "Mimbar/Tribun", serta

"Suara Merdeka".Buku-buku hasil.karyanya yang telah diterbitkan antara lain:

"Kario Iya Bilang Boten", kumpulan sajak.

"Ki Blaka Suta Bla Bla", kumpulan sajak.

15. IR. ANDY SISWANTO, Dilahirkan di Wonosobo, tanggal 5 November l9!4.Pernah menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Rupa "ASRI" Sanata Dharma

Jurusan lnggris, lulus sebagai sarjana arsitek dari Universitas Cajah Mada,

Yogyakarta tahun 1980.

Aktif berperan-serta dalam kegiatan dan pertemuan ilmiah, khususnya di bidang

arsitektur, perumahan/pemukiman, seni dan sosial budaya.

Sejak mahasiswa telah menyelesaikan berpuluh-puluh proyek, seperti rumah ting-

gal, kantor pemerintah dan perdagangan, hotel, laboratorium, rumah sakit, sekolah

dan kampus perguruan tinggi.Kegiatan studi dan penelitian yang telah dilakukan meliputi antara lain Studi Ar-

sitektur Tradisional Kudus, Batang, Dieng, Sukoharjo; 'Central Java Integrated Rural

Settlement Development Slrdl',' Studi Perencanaan Pengembangan dan Disain

Skematik Benteng Vastenburg Surakarta.Saat ini sedang memimpin perancangan dan pembangunan rumah-rumah sangat

murah dengan sistem aided self-helpbagi tuna wisma berpenghasilan sangat rendah

dan tidak tetap di pemukiman Mengunhardjo, Semarang, kerja sama dengan Yayasan

Sosial Sugiyapranata (YSS).

Jabatan yang diembannya sekarang adalah Direktur Utama Konsultan PT.Wastuwiyawan, Ketua Studi Pemukiman Pusat Penelitian Universitas KatolikSugiyapranata dan pcrencana pada YSS.

228 229

Page 123: Jati Diri Arsitektur Indonesia

v

t6. IR..IOHAN SILAS. Lahir di Samarinda tahun t936, pindah ke Surabayasejak awal tahun 1950 da, lulus sebagai Sarjana Teknik Arsitekt,r (lr) dari ITts tahun1963, rneriilikuti pr"ogram perumahan di lJnivcr.sitos Col/ege London (1976) dan diInslitut.lbr tlou,sins srudie.s Rotterdanr (r9ri0). Masuk dan rnenjadi dosen lrS sejak1967, kini mcniadi l.ektor Kepala pacla mata Kuliah pemukiman dan perumahan.

scjak lgir-5 - lr75 'relakukan

penelitian terutarra tentang candi-candi dannrngumpuikan garnbar relief-relief candi.

sejak awal 1970 mernpelajari pola-pola runrah desa di Jatim dan pora rumahkarnpungz'desa - kota Surabaya.

sejak 1974 terlibal dalanl studi Masarah perunrahan kota dan berbagai programperuurahan yang dilaksanakan di Surabaya dan Jawa Timur.

AktiI r,enulis hasil peneiitiannya baik untuk papcr serrinar di tralam maupun luarrregcri sebagai tulisan populer di koran dacrah.Kcanggotaan Profesi:.. llatun Ar\itck ln(1,)nc\ta.

Pcrsatuan lrrsinyur lrrdonesia.lkatan Sarjana Katolik lndonesia.

17. llR. uMArt KAJAM. Leitrir di Ngawi leurggal 30 Aprii 1932. Lulus Sarjana Mudadari l;ak.,itas sastra Pcdagogi dan Filsatat Universitas cajah Mada yogyakarta tahun1956. celar M.A. diperolelt dari school oJ Education, New york lJniversity tahun1962, kernudiarr tahun 1965 memperoleh getar: ph.D dari cornell l)niversity, rthaca,lrsA.

Berbagai jabatan pernah didudukinya, antara rain sebagai Direktur Jenderar Radio,Televisi-Filnr l)epartomen Penerangan RI (1966 - 1969), Ketua I)ewan Kesenia.Jakarta (1969 - 1973), Direktu. pusat Latihan penelirian Ilrnu-ilmu Sosial (r975

- 1976), Ketua Dewau Filrn Nasional (197g _ 1979).

L:lkonomi Pancasila, dan .Anggota'I'im Inri Dewan pertahanan Keamanan NasionalI ndonesia.

Cukup banyak buku-buku hasil karyanya yang telah diterbitkan: ,,Seribu Kunang_kunang di Manhattan" (1972) "sri Sumarah dan Bawuk" (1975), "Seni, Tradisi dinMasyarakat".

Aktif mengikuti seminar, menulis makalah pada berbagai pertemuan irmiah dalammaupun dr luar negeri, terutama tentang kebudayaan, pendidikan, dan komunikasi.

Kegiatan lainnya sangat bervariasi, mulai dari menulis di majalah prisma, sebagaikolumnis majalah rempo, menuris skenario firm ("yang Muda yang Bercinta-,,,"Frustasi Puncak (iunung,', ,,.lago,,), sampai dengan menjadi pemain film 1,,Ka.-mila", "Kugadaikan Cintamu,',,,pemberontakan C.30.S pKl,).

Saat ini menjabat sebagai Kepala pusat peneritian dan Studi Kebudayaan Univer-sitas cajah Mada, di samping tugas utanra sebagai stafpengajar pada Fakurtas Sastradan Xebudayaarr UCM. l

1

lE. P E R M A D I, S.H. Lahir di Sernarang tanggal 16 l\{ei ),)40, lulusSarjana Hukum .lurusan Hukum Internasional Publik iiengan -iudul skr:ip:;i ".4 (Jrrr&,

to Diplomatic I'raclitz" dari Universitas lndonesia, Jakarta pada tirhllr 1965. Ltekerja

di Lembaga Pariwisata RI tahun 1966 - 1967, kemudian benviraswasta rlan h*rgerakdalam lingkungan pels tahun 1967 -- 1973.

Selak tahun I973 sampai sekarang aktii' di Yayasan [.einbaga hr*irurncn.Aktif dalam seminar di dalarn maupur) di luar negeri, darr banyak ni*nlarrgku

jabatan dalam organisasi, antara lain sebagai Sekretari:l laytsan I,araspikologiSemesta" Wakil Ketua Yayasan Javanologi Jakarra, Peugurus l.eurbaga [,engkajianEkonomi Pancasila, dan Anggota T'im lnti f)ewan Puriahanan Keanrarral NasicnaiIndonesia.

19. Dlpl.Ing. SI-IWONDO BISMO SIITF,DJO. Dilahirkan di Pekalorrgau padatanggal 2 Juni 1928.

Celar Dipl.lng. diperolehnya dari T'echnishe Hochschule ltannover patla tahun 1961.Tahun 1962 - 1970 mengabdikan dirinya sebagai closen di lnstitut'I'eknologi tsan,dung, yang kemudian dilanjutkannya sebagai dosen di Liniversitas l;r<.lorresia di ^!akartatahun l97l sampai sekarang.

Menjadi Ketua Depanemen Arsrtektur IT[i, tahun l%6 * 1968 dan Keru;r.lurusanArsitektur Fakultas Teknik Unircrsitas lndonesia tahun 1972 .- lq?6.Tahun 1974 - 1978 menrluduki pula jabatan sebagai l)ekan ['aLr,ltrs I'ekrrjk l.inirer-sitas Indonesia.

Saal ini selain sebagai D<isen Pengembangan Arritekiur.lan iisrua lliriang -fata

l.ingkungan Jurusan Arsitektur FTUI, juga sc'bagai Kctua"I'irn Pr'irasihat Arrite kturkota DKI dan Penasihat l)irektur Permuseuman Dit.Jen Ket:uri;r1,aan, l)epariemenPendidikan dan Kebudayaan.Karya./Kegiatan ilmiahnya antara lain:

"Rumah Susun sebagai Unsur Perernajaan Kota"."Tipologi dan Ilentuk Bangunan".

Jabatan dalam organisasi profesi yang dipegangnyr:ldalah sehitai K(tuaNlajelis Ikatan Arsitek Indonesia dan anggota llorking group I{ttbitut Lrtrion lnter-nolionole des Architectes (UlA\.

20. GUNAWAN W. GANDASIIBRATA. Terakhir rercatal sebagai mahasiswaDepartemen Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, InstitutTeknologi Bandung.

?230