Isi Laporan Penfor Kel.2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    1/38

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu industri yang

     berkontribusi besar terhadap devisa negara. Besarnya kontribusi industri ini

    menyebabkan perkembangan industri ini menjadi sangat pesat. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang tak terbarukan. Namun, semakin

     banyaknya permintaan dan semakin menipisnya cadangan minyak dan gas bumi

    mengakibatkan kegiatan untuk memperoleh minyak dan gas bumi semakin intensif

    dilakukan. Salah satu caranya yaitu dengan cara melakukan evaluasi formasi, yang

    akan memberikan dugaan potensi kandungan hidrokarbon di bawah tanah.

    Dalam melakukan evaluasi formasi, kita dapat melakukan interpretasi dari

    analisa hasil rekaman log (metode logging) yang sangat berperan penting dalam

     perkembangan eksplorasi hidrokarbon. Hasil metode logging adalah gambaran

     bawah permukaan yang lebih detail berupa kurva-kurva nilai parameter fisika yang

    terekam secara berkala, dapat mengetahui gambaran yang lengkap dari lingkungan

     bawah permukaan tanah; yaitu menilai batuan-batuan yang mengelilingi lubang bor

    dari sumur, memberikan keterangan kedalaman lapisan yang mengandung

    hidrokarbon serta penyebaran hidrokarbon suatu lapisan.

    1.2.  Tujuan

    Secara umum tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi salah

    satu prasyarat menuntaskan mata kuliah Penilain Formasi Lanjutan. Sedangkan

    secara khusus tujuan dari tugas ini adalah sebagai berikut :

    1.  Mengidentifikasi litologi dari formasi berdasarkan analisa data log.

    2. 

    Mengetahui zona prospek hidrokarbon berdasarkan nilai kejenuhan air dan

     porositas.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    2/38

    2

    3.  Mengetahui titik perforasi.

    4. 

    Evaluasi formasi secara kualitatif dan kuantitatif.

    1.3.  Batasan Masalah

    Dalam tugas makalah ini, pembatasan masalah mengenai evalusai formasi

     berdasarkan sifat-sifat petrofisika batuan dengan menggunakan data log.

    1.4.  Metode Pengumpulan Data

    Metode pengambilan data yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan

    laporan yaitu dengan cara :

    a. 

    Metode Tidak Langsung

    Metode tidak langsung yaitu dengan melihat (observasi), membaca data log

    yang diberikan dan membaca literatur atau materi yang terkait mengumpulkan

    data yang diperlukan menyusun makalah oleh dosen mata kuliah Penfor

    Lanjutan, Pak Mirza.

     b.  Metode Langsung

    Metode langsung yaitu dengan menanyakan ke dosen yang berkaitan dengan

    log analysis bertujuan memperoleh informasi yang lebih real.

    1.5.  Sistematika Penulisan

    Penulisan dari tugas makala ini, disusun dalam bab-bab dengan sistematika,

    sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bagian bab yang berisikan latar belakang penulisan, tujuan yang

    hendak dicapai, batasan masalah, metode pengumpulan data, dan

    sistematika penulisan.

    BAB II : TEORI DASAR

    Pada bagian bab ini diuraikan tentang pengenalan log 3 Combo ,

    adapun log tersebut adalah Gamma Ray, Resistivity , dan Neutron ,

     Density.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    3/38

    37

    BAB III : PEMBAHASAN

    Pada bagian bab ini diuraikan tentang Analisa kualitatif dalam

     penentuan litologi dan fluida reservoir kemudian Analisa kuantitatif

     pada data log dengan menghitung Vshale , Porositas total dan

    Porositas efektif , Correction of Shale dan Water Resistivity. 

    BAB IV : PENUTUP

    Pada bagian penutup ini berisi kesimpulan dan saran.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    4/38

    4

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1.  Pengertian Log dan Well Logging

    Log adalah suatu grafik kedalaman dari satu set data yang menunjukkan

     parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono,1997). Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut ‘logging’ Logging

    memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kuantitatif

     banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva

    log memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui sifat  –  sifat batuan

    dan cairan.

    Well logging  dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang berarti

    “electrical coring”, hal itu merupakan definisi awal dari well logging  ketika pertama

    kali ditemukan pada tahun 1927. Saat ini well logging  diartikan sebagai “perekaman

    karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh melalui pengukuran pada

    sumur bor” (Ellis & Singer,2008). Well logging  mempunyai makna yang berbeda

    untuk setiap orang bor (Ellis & Singer,2008). Bagi seorang geolog, well logging  

    merupakan teknik pemetaan untuk kepentingan eksplorasi bawah permukaan. Bagi

    seorang petrofisisis, well logging   digunakan untuk mengevaluasi potensi produksi

    hidrokarbon dari suatu reservoar. Bagi seorang geofisisis, well logging  digunakan

    untuk melengkapi data yang diperoleh melalui seismik. Seorang reservoir enginer  

    menggunakan well log   sebagai data pelengkap untuk membuat simulator.

    Kegunaan utama dari well logging   adalah untuk mengkorelasikan pola  –   pola

    electrical conductivity yang sama dari satu sumur ke sumur lain kadang –  kadang

    untuk area yang sangat luas bor (Ellis & Singer,2008). Saat ini teknologi well

    logging   terus berkembang sehingga dapat digunakan untuk menghitung potensi

    hidrokarbon yang terdapat di dalam suatu formasi batuan.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    5/38

    37

    Log elektrik pertama kali digunakan pada 5 September 1927 oleh H. Doll dan

    Schlumberger bersaudara pada lapangan minyak kecil di Pechelbronn, Alsace,

    sebuah propinsi di timur laut Prancis (Ellis & Singer,2008). Log terus mengalami

     perkembangan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1929 log resistivitas mulai

    digunakan, disusul dengan kehadiran log SP tiga tahun kemudian, selanjutnya log

    neutron digunakan pada tahun 1941 disusul oleh kehadiran mikrolog,laterolog, dan

    log sonic pada tahun 1950-an (Schlumberger,1989).

    Menurut Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk

    memperoleh data log menjadi dua macam, yaitu:

    1.  Wireline logging  dilakukan setelah proses drilling menggunakan wireline

    unit dengan menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa

     pengeboran telah diangkat

    2.   Logging While Driiing   adalah Logging yang dilaksanakan bersamaan

    dengan pemboran. Sensor dimasukkan kelubang sumur dengan peralatan

    “drill pipe“ didalam drill colar   , data dikirimkan melalui pulsa tekanan

    lewat lumpur pemboran ke sensor permukaan dengan perlatan gelombang

    lumpur ( mud pulse ). LWD pada dasarnya berguna untuk member informasi

    ( resistivitas , porositas dan gamma ray ) sedini Mungkin pada saat

     pemboran.

    2.2.  Analisa Log

    Log adalah grafik dan tabulasi data yang di print pada continous paper .

    Sinyal dalam logging tool dikonversi menjadi data digital, dan diolah oleh

    seperangkat komputer. Log di interpretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan

    geofisika, dimana dari serangkaian panjang eksplorasi hidrokarbon pada akhirnya

    membawanya pada kesimpulan berdasarkan nilai ekonomisnya, dan evaluasi data

    log menjadi salah satu inti kajiannya. Terdapat beberapa kajian pokok di dalam

    evaluasi data log, antara lain untuk :

      Identifikasi porositas dan permeabilitas batuan reservoar.

     

    Perhitungan porositas dan saturasi air.

     

    Identifikasi jenis fluida (gas, minyak, air) dan kontak di antaranya.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    6/38

    6

    Gambar 2.1. A.Kol om Log , B.H eader Log C.Kecepatan Log

      Header log adalah bagian penjelasan informasi luar data log.

      Kolom log adalah informasi nama dan informasi perekaman pengukuran yang

    tercatat.  Kecepatan log adalah kolom grafik interval dalam perekaman kecepatan

    kedalaman lubang bor dari satu set data yang menunjukkan parameter yang

    diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Pada kolom log

    resistivity menggunakan kolom logaritma.

    2.3.  Borehole Environment  

    Dalam kegiatan pemboran, akan digunakan suatu lumpur pemboran khusus

    (mud filtrate) yang digunakan dan diinjeksikan selama pemboran berlangsung.

    Lumpur pemboran ini memiliki berbagai fungsi, yaitu guna memindahkan cutting ,

    melicinkan dan mendinginkan mata bor, dan menjaga tekanan antara bor dan

    formasi batuan. Densitas lumpur tersebut dijaga agar tetap tinggi supaya tekanan

     pada kolom lumpur selalu lebih besar daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan

    ini menyebabkan terdorongnya sebagian lumpur untuk merembes ke dalam formasi

     batuan. Rembesan fluida lumpur tersebut kemudian mengakibatkan adanya tiga

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    7/38

    37

    zona di sekitar lubang pemboran yang mempengaruhi pengukuran log, khususnya

     pengukuran log yang berdasarkan prinsip kelistrikan (log SP, dan log Resistivitas).

    Tiga zona tersebut, yaitu :

    a.  Zona Terinvasi (Flushed Zone); zona yang umumnya diasumsikan bahwa air

    formasi telah tergantikan seluruhnya oleh mud filtrate. Merupakan zona

    infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta terisi oleh filtrat

    lumpur yang mendesak kandungan semula (seperti gas, minyak, maupun air).

    Air formasi atau hidrokarbon yang terdapat pada formasi terdesak kedalam

    oleh filtrat lumpur pemboran. Daerah ini disebut daerah terinvasi dengan

    tahanan jenisnya dan kejenuhan airnya

     b. 

    Zona Transisi (Transition Zone); zona yang mengandung sebagian air formasi

    dan sebagian hidrokarbon yang tergantikan mud filtrate. Merupakan zona

    infiltrasi yang lebih dalam dari zona terinvasi, dimana dalam zona ini

    ditempati oleh campuran dari filtrat lumpur dengan kandungan semula.

    Karena zona ini posisinya semakin jauh dari lubang bor maka semakin

     berkurang filtrasi dari lumpur pemboran.

    c. 

    Zona Jauh/Tidak Terinvasi (Undisturbed Zone); zona yang tidak terpengaruh

    oleh mud filtrate. Merupakan zona yang terletak paling jauh dari lubang bor,

    dimana dalam zona ini seluruh pri batuan terisi oleh kandungan semula dan

    sama sekali tidak dipengaruhi oleh adanya air filtrat Lumpur.

    d.  Zona terinvasi memiliki diameter df , ketebalan sekitar 6 inch, dan

    mengandung mud filtrate dengan nilai resistivitas  Rmf , serta mengandung

    residual hydrocarbon dengan nilai resistivitas Rxo. Sedangkan zona transisi

    dengan diameter dj  dan rentang beberapa kaki. Untuk zona jauh memiliki

    resistivitas air Rw, resistivitas formasi Rt , dan nilai saturasi air Sw.

    Formasi yang terdiri dari batuan yang retak-retak dimana filtrate lumpur

    mengalir melalui celah-celah retakan dan berhenti pada bagian yang tidak retak dan

    keluludannya rendah. Dalam hal ini hanya sebagian kecil dari cairan formasi yang

    dipindahkan oleh filtrate lumpur pemboran sehingga hubungan antara tahana jenis

    dan kejenuhan (saturasi) dengan rumus Archie tidak berlaku.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    8/38

    8

    2.4.  Jenis-Jenis Logging

    Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging ini

    dibagi menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.

    2.4.1.Log Listrik

    Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang

    ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai

    variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan

    yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan

    menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan

    dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur

     pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya. 

    Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya

    dapat dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan

     persamaan : 

    Ro = F x Rw

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    9/38

    37

    dimana :

    F = faktor formasi

    Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %

    Rw = tahanan air garam (air formasi)

    Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi

    dikemukakan oleh G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :

    Persamaan Archie :

    Persamaan Humble :

    dimana :

    m = faktor sementasi batuan

    F = faktor formasi

    Ф = porositas

    Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan

    sebenarnya (Rt) dengan tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro), yaitu sesuai

    dengan persamaan berikut :

    dimana :

    n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.

    Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw),

     porositas (Ф), tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air formasi. 

    F = Ф-m

    F = 0,62 x Ф-2,15

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    10/38

    10

    Gambar 2.2. Tekni s pengukuran l og SP, beserta responnya  

    (Rw) serta eksponen saturasi (n). Secara matematis hubungan ini dapat

    dinyatakan sebagai berikut :

    Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:

    a. 

    Spontaneous Potensial Log (SP Log)

    Log SP adalah suatu rekaman perbedaan potential listrik antara elektroda di

     permukaan yang tetap dengan elektroda yang bergerak di dalam lubang bor. Lubang

    sumur harus diisi dengan lumpur yang bersifat konduktif. Log SP tidak dapat diukur

     pada sumur yang di bor menggunakan oil base mud . Satuan dari log SP adalah millivolts. Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi

     batuan  permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoir) dan non-serpih

    (reservoir), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida

    formasi ( Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan

    salinitas antara lumpur pemboran ( Rmf ) dengan fluida formasi ( Rw), dimana pada

    dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    11/38

    37

    Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak

    ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama dengan

    salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan yang

     pejal (tight ) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi

    grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas,

    adanya lapisan batuan  permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan

    apabila lapisan permable tersebut mengandung saline water  maka nilai Rw  Rmf , mengakibatkan perubahan nilai

    SP positif.

     b.  Resistivity Log

    Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoir dan

    non-reservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas

    kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air formasi.

    Terdapat dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu  Lateral Log ; meliputi

     Lateralog Deep (LLD), Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused Log  

    (MSFL), dan Induction Log; yang meliputi Inductionlog Deep (ILD), Inductionlog

    Shallow (ILS), Micro Spherically Focused  (MFS).

    Mengacu dari adanya perbedaan zona di sekitar dinding lubang pemboran,

    zona terinvasi dapat terindikasi dari rekaman log MSFL atau SFL. Sedangkan untuk

    zona transisi dapat terindikasi dari rekaman log LLS atau ILM. Untuk zona jauh

    dapat terbaca dari log LLD atau ILD. Dalam teknik interpretasinya, analisa log

    resistivitas, utamanya adalah untuk mengetahui indikasi batuan yang  porous dan

     permeable  yang mengandung fluida hidrokarbon atau air. Nilai-nilai LLD/ILD,

    LLS/ILS, dan MSFL umumnya ditampilkan pada satu kolom grafik, dab

     berdasarkan karakteristik grafiknya, indikasi hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya

     perubahan nilai/defleksi grafik LLD/ILD yang relatif berada di kanan terhadap

    defleksi grafik LLS/ILM dan MSFL. Sedangkan defleksi grafik LLD yang relatif

    lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL akan mengindikasikan adanya

    kandungan fluida air. Namun apabila ketiga grafik tersebut menunjukkan grafik

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    12/38

    12

    yang saling berhimpit tanpa adanya separasi yang jelas maka dapat

    mengindikasikan suatu zona yang impermeable atau tight .

    Pada masa sekarang, macam-macam alat log resistivity dibedakan

     berdasarkan jenis lumpur (mud) yang digunakan untuk pemboran dan kondisi

     porositas. Alat tersebut adalah :

    1.  Induction log

    Induction log bekerja pada kondisi: Fresh mud, resistivitas formasi < 200 ohm-

    m, bila perbandingan antara resistivitas mud filtrate dan resistivitas air formasi

    (Rmf/Rw) < 20, serta tidak akurat pada resistivitas tinggi. Dalam pertengahan

    1960-an alat “Dual Induction Log” diperkenalkan. Alat ini mempunyai:

    induction deep (ILD) & induction medium (ILm) SFL untuk pembacaan

    shallow. Dua alat yang bekerja didaerah “flushed zone” untuk kategori fresh

    mud adalah:

      Microlog, suatu alat yang “non focused” yang mempunyai jangkauan

     penyelidikan sangat shallow. Alat ini mengindikasikan adanya mud cake,

     jadi merupakan indicator zona permeable.

     

    Proximity log, mengukur resistivitas flushed zone (Rxo).

    2.  Laterolog

    Laterolog akan bekerja lebih baik: Bila lumpur lebih konduktif daripada air

    formasi: Rmf/Rw < 20 Bisa didalam fresh mud tapi resistivity formasi harus

    lebih dari 200 ohm-m dalam large borehole ( >12 in ) serta deep invasion ( >40

    in ). Pada 1970-an diperkenalkan alat “Dual Laterolog” yang dapat membaca:

    Deep Laterolog (LLd) & Shalow Laterolog (LLs) Synthetic seismogram harus

    dibuat untuk depth calibration daripada seismic sections (ini adalah aplikasi log

    sonic yang asli).

    Log Resistivitas (Resistivity Log) adalah log yang digunakan untuk mengukur

    sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas, air) disepanjang lubang bor dengan

    mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Resistivitas berbanding terbalik dengan

    konduktivitas. Besaran pada log resistivitas batuan menggunakan satuan Ohm. Jika

     batuan mengandung fluida seperti air formasi yang sifatnya salin, maka kurva

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    13/38

    37

    resistivitasnya akan menunjukkan angka yang sangat rendah karena sifat air yang

    salin cenderung bersifat konduktif (kebalikan dari resistif). Dan pada minyak atau

    gas, kurva resistivitas akan menunjukkan angka yang sangat tinggi karena minyak

    atau gas cenderung memiliki hambatan yang sangat tinggi.

    Log resistivitas bermanfaat sekali dalam evaluasi formasi khususnya untuk

    menganalisa apakah suatu reservoir mengandung air garam (wet) atau mengandung

    hidrokarbon, sehingga log ini digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-Water

    Contact.

    Gambar2.3. Il ustrasi L og Resistivitas (kontak hi drokarbon-ai r)

    Didalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis ‘penetrasi’

    resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin)

     penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari

    salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena mud invasion (efek lumpur

     pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak. Resistivity log

    memiliki kegunaan lain yakni untuk mendeterminasi tingkat saturasi air (Water

    Saturation). Semakin tinggi saturasi air maka resistivity akan semakin rendah.

    Prediksi Water Saturation dari Resistivity log dapat dilakukan dengan berbagai

    algoritma diantaranya dengan Persamaan Archie.

    http://4.bp.blogspot.com/_XDhgYlcSKOs/SZuFUJ8KVgI/AAAAAAAABM0/4Eldd9BnsjU/s400/res1.jpg

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    14/38

    14

    Gambar 2.4. contoh Rekaman log Resistivitas

    Aliran konduksi arus listrik di dalam batuan/mineral digolongkan atas tiga

    macam yaitu:

    1.  Konduksi dielektrik

    Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap

    aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri listrik).

    2.  Konduksi elektrolitik

    Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori

    tersebut terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa

    oleh ion-ion elektrolit.

    3. 

    Konduksi elektronik

    https://geohazard009.files.wordpress.com/2015/02/log_resistivity.jpg

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    15/38

    37

    Konduksi elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak

    elektron bebas rik dialirkan dalam batuan/mineral oleh elektron

     bebas. Secara umum, berdasarkan resistivitas listriknya, batuan dan mineral

    dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

      Konduktor baik : 10-8 

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    16/38

    16

    formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut

    mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air

    asin yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan (sangat jarang),

    sehingga harga sinar gamma akan tinggi.

    Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat

    digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi.

    Selain itu pada formasi  shaly sand , sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian

     produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data logging. Teknik

    interpretasinya, secara sederhana yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off )

    antara shale base line (yang menyatakan nilai GR tertinggi) dengan sand base line 

    (yang menyatakan nilai GR terendah). Sehingga diperoleh zona di sebelah kiri cut

    off  sebagai zona reservoar, dan zona non-reservoar di sebelah kanan garis cut off .

    Yang kemudian besarnya volume shale (atau sebelah kiri cut off) akan dihitung

    dengan menggunakan rumus berikut: 

    dimana :

    GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan

    GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale

    GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non

    shale

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    17/38

    37

    Tabel 2.1. Var iasi harga densitas batuan dengan kandungan f lu ida tertentu dari

    beberapa lapangan minyak bumi (Harsono, 1997)

    Batuan Kandungan F lu ida Densitas (gr/cc)

    Shale - 2.20-2.50

    Lapisan Clean Ai r Asin 2.25-2.45

    Lapisan Clean M inyak 2.20-2.35

    Lapisan Clean Gas 2.00-2.25

    Batu Bara - 1.60-1.90

    Gambar 2.5. (1)Respon Gamma Ray di berbagai li tologi, (2)Anali sa kual itati f log GR

    Pengukuran log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama apabila terdapat

     batuan selain serpih dan lempung yang memiliki radioaktivitas alami tinggi, seperti

    tuff . Sehingga identifikasi litologi umumnya diperkuat dengan pengukuran Spectral

    Gamma Ray, yang mampu mengetahui sumber radiasi.

     b.  Density

    Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan

     porositas, dan identifikasi kandungan fluida. Dengan memanfaatkan pancaran sinar

    gamma dan prinsip Hamburan Compton, prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur

    densitas bulk  batuan, yang merupakan fungsi dari densitas elektron dalam batuan.

    Secara teori, batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau batugamping) akan

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    18/38

    18

    memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan batuan pejal

    (tight ). Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma

    dari sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada

    saat sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan

    elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan

    sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang

    kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi.

    Gambar 2.6. Skema rangkaian dasar density log

    Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan

    menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi

    akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada detektor. Densitas elektron

    merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang diukur adalah densitas

    elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan

    dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas

    matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi

     penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana

    tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada

    lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh

    salinitas maupun ukuran lubang bor.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    19/38

    37

    Gambar 2.7. Respon log Densitas di berbagai l itologi

    Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand  

    dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik

    apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan

    agar alat tetap menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut

     biasanya dilengkapi dengan spring. Hubungan antara densitas batuan sebenarnya

    dengan porositas dan lithologi batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

    dimana :

    ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc

    ρf   = densitas fluida rata-rata, gr/cc

    = 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water

    ρma  = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-

    1), gr/cc

    DΦ = porositas dari density log , fraksi

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    20/38

    20

    c.  Log Neutron

    Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan, evaluasi

    litologi, dan deteksi keberadaan gas. Prinsipnya adalah dengan mengukur

     persentase pori batuan dari intensitas atom hidrogen di dalamnya, yang

    diasumsikan bahwa hidrogen tersebut akan berupa hidrokarbon maupun air.

     Neutron merupakan suatu partikel yang netral dan mempunyai massa yang

    hampir sama dengan massa atom hydrogen. Pada prinsipnya log neutron ini adalah

    mencatat harga kesarangan neutron dari formasi batuan. Dari sumber yang terdapat

     pada sonde log neutron tersebut bertumbukan electron-elektron batuan yang disebut

    tumbukan bola-bola billiard (billiard ball collisions). Akibat tumbukan tersebut

    maka neutron akan kehilangan sebagian energi yang tergantung dari perbedaan

     batuan dan akan kehilangan banyak energi jika bertumbukan dengan suatu atom

    yang mempunyai massa hampir sama atau sama dengan massa atom hydrogen.

    Pengurangan energi ini tercatat didalam detector. Bila formasi batuan

    mengandung air atau hidrokarbon (atom H) maka neutron akan mengalami

     penurunan energi yang besar dan tertangkapnya tidak jauh dari sumber radioaktif

    alat dan sebaliknya bila konsentrasi hydrogen dalam formasi relatif kecil maka

     partikel-partikel neutron akan jauh menembus formasi sebelum tertangkap.

    Hasil pengukuran log Neutron kemudian dinyatakan dalam  Porosity Unit  

    (PU). Pada formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan

    hidrogennya tinggi maka menyebabkan nilai Porosity Unit  juga tinggi. Sedangkan

     pada formasi yang mengandung gas yang memiliki kandungan hidrogen yang

    rendah menyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena

    kehadiran gas kemudian disebut dengan gas effect .

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    21/38

    37

    Gambar 2.8. Respon log Neutr on di berbagai li tologi  

    Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih

    tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan sebaliknya,

    grafik akan mengalami defleksi ke kanan apabila melalui zona berporositas rendah.

    Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log Densitas, karena kedua log tersebut

    memiliki korelasi dalam menentukan jenis fluida yang terindikasi, antara gas,

    minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut. Grafik log Neutron dan log

    Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan berdasarkan karakteristik

    grafik keduanya, apabila terdapat suatu cross-over dengan jarak separasi yang besar

    maka merupakan indikasi dari adanya gas. Sedangkan apabila jarak separasinya

    sempit dapat mengindikasikan adanya minyak, lebih sempit lagi menunjukkan

    adanya fluida air.

    https://geohazard009.files.wordpress.com/2015/02/log_nphi.jpg

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    22/38

    22

    Gambar 2.9. Anali sa kuali tatif log Neutron-Densitas

    untuk i dentif ikasi j enis flu ida hidrokarbon

    2.4.3. Sonic Log

    Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain

    density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite time (Δt), yaitu

    waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam batuan

    formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log menggunakan sebuah transmitter (pemancar

    gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima). Jarak antarnkeduanya adalah

    1 ft. Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut

    akan merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan

    tergantung pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan

    formasi. Kemudian gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang bor dan

    akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh log

    dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat dikonversikan darikecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec. Interval transite time (Δt) suatu

     batuan formasi tergantung dari lithology dan porositasnya. Sehingga bila

    lithologinya diketahui maka tinggal tergantung  pada porositasnya. Pada tabel III-2.

    dapat dilihat beberapa harga transite time matrik (Δtma) dengan berbagai lithologi. 

    https://geohazard009.files.wordpress.com/2015/02/rhob-nphi.jpg

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    23/38

    37

    Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus terdapat

    hubungan antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie

    mengajukan persamaan waktu rata-rata yang merupakan hubungan linier antara

    waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat dibawah ini :

    dimana :

    Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft 

    Δtf = transite time fluida, μsec/ft 

    = 189 μsec/f t untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec

    Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft 

    ФS = porositas dari sonic log, fraksi

    Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat

    digunakan sebagai indentifikasi lithologi.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    24/38

    24

    2.4.4. Caliper Log

    Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi

    (diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log

    dapat dilihat pada gambar 3.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor,

     peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara

    fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi

    rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor. Manfaat

    caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume

    lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu

    dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer

    (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan apabila

    asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh karena itu perlu

    diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya perhitungan kecepatan lumpur di

    annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi

    karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan

    consolidated. 

    Gambar 2.10. Skema Peralatan Dasar Cal iper Log

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    25/38

    37

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Dalam mengevalusi formasi pada suatu sumur, kita membutuhkan data

    logging untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif banyaknya hidrokarbon

    di setiap lapisan dalam situasi dan kondisi yang sesungguhnya. Pada analisa data

    logging, kelompok kami mendapat data log dari sumur M-40 MERUAP FIELD.

    Dalam menganalisa data yang digunakan adalah tripple logging combo.

    Tripple log combo merupakan log sensor yang mengukur dan menetukan

     batuan, fluida formasi, dan porositas batuan, Jenis umum sensor yang sering dipakai

    adalah gamma ray log , caliper log , resistivity log , neutron log  dan density log . Log

    yang dipakai dalam rekaman saat pengukuran mempunyai masing - masing tujuan

    atau fungsi yaitu, mengukur radioaktif batuan, menetukan litologi, evaluasi tingkat

    kejenuhan fluida formasi, resistivitas formasi, porositas dan densitas formasi.

    Gambar 3.1. Tri pple Combo Header

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    26/38

    26

    Gambar 3.2. Kolom Log

    Dengan interval 1679.6 –  3676.5 ft, exponent formasi (n) = 2, BHT ( Bottom

     Hole Temperature) 153 oF, Gradient Geothermal  0.01 oF/ft, Surface Temperature 

    92 oF, Massa Jenis Fluida (Water)( f) 1 gr/cc, Salinity formasi -50000 ppm, Rock

     Matrix Corr  (Sandstone) 2.65 gr/cc.

    3.1.  Analisa Kualitatif  

    3.1.1. Identifikasi Zona Reservoir

    Dalam mengidentifikasi zona reservoir umumnya dilakukan dengan membaca

    log gamma ray, log ini mengidentifikasi kandungan radioaktif yang terdapat dalam

     batuan dimana semakin tinggi kandungan radioaktifnya maka log gamma ray akan

    menunjukan nilai yang tinggi. Gamma ray dengan nilai yang tinggi biasanya

    mencirikan litologi berbutir halus ( shaly) sedangkan gamma ray dengan nilai yang

    rendah biasanya menunjukan litologi berupa reservoir, baik itu  sandstone maupun

    limestone. Cara yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

    1.  Menentukan nilai GRmin dan GRmax dengan pembacaan manual pada log

    gamma ray. Diperoleh nilai GRmin sebesar 42 GAPI dan 102 GAPI nilai

    GRmax.

    2.  Menghitung nilai Cut Off dengan menggunakan rumus :

    = +

    2

     

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    27/38

    37

    Diperoleh nilai cut off   sebesar 72 GAPI. Nilai cut off digunakan untuk

    menentukan zona interest. 

    3.  Menentukan zona interest  dengan acuan nilai GR yang kecil dan memiliki nilai

    resistivity  yang tinggi serta density  yang rendah dan memiliki nilai  porosity 

    yang besar, pada log density neutron yang mengalami crossover  dapat dianggap

    sebagai zona yang memiliki hidrokarbon dengan mempertimbangkan cut off

    yang telah didapat. Dengan parameter tersebut, kami dapat menemukan zona

    yang nantinya akan kami anggap sebagai zona interest. 

    Gambar 3.3. Zona 1

    Gambar 3.4. Zona 2

    Gambar 3.5. Zona 3

    4. 

    Dari data log, hasil penentuan zona yang kami anggap interest  didapatkan 3

    zona yaitu : 

    Zona Interest Interval Kedalaman (ft)

    Zona 1 2990 - 3007

    Zona 2 3525 - 3548

    Zona 3 3568 –  2574

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    28/38

    28

    3.1.2. Identifikasi Jenis Litologi

    Setelah membagi zona reservoir kemudian kami menentukan jenis litologi

    yang ada di lokasi penelitian, penentuan jenis litologi sangat penting terutama untuk

    memasukan nilai parameter dalam perhitungan petrofisik misalnya untuk

    memasukan faktor sementasi dan konstanta archie karena perbedaan dalam

     penafsiran jenis litologi akan mempengaruhi hasil dari perhitungan. Penentuan jenis

    litologi umumnya didasarkan pada klasifikasi beberapa parameter dengan

    membaca log, log yang dibaca antara lain log resisitivity, log neutron, log sonic dan

    Photoelectric Index (PEF).

    Dari hasil interprtasi data log, kami hanya mengidentifikasi yang berada di

    zona interest dapat disimpulkan bahwa pada data sumur yang telah diberikan jenis

    litologinya adalah sandstone.

    3.2.  Perhitungan

    3.2.1. Menentukan Volume Shale

    1. 

    Menentukan GR Log pada setiap interval kedalaman zona. Minimal kita

    mengambil titik GR Log sebanyak 3 titik dan kelompok kami melakukan

    dengan secara manual. 

    2.  Setelah didapat nilai GR Log, kemudian kami menghitung volume shale dengan

    rumus :

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    29/38

    37

    3.  Setelah mendapat volume shale, kita dapat mengetahui volume sand dengan

    cara 1 - 0.38. Sehingga diperoleh nilai sebagai berikut :

    a.  Zona 1

     b. 

    Zona 2

    c. 

    Zona 3

    3.2.2. Menentukan Nilai Porositas

    1. 

    Membaca density log dengan secara manual dari data log, tujuan utama dari

    density log untuk menentukan porositas dengan mengukur berat jenis batuan,

    dan dapat juga digunakan untuk mendeteksi kandungan hidrokarbon atau air

    namun penggunaannya harus bersama-sama dengan neutron log.

    2.  Setelah mendapatkan nilai density log per kedalaman setiap zona interest.

    Kemudian kami melakukan penentuan nilai neutron log dengan cara membaca

    secara manual dari data log. Tujuan utama neutron log digunakan untuk

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    30/38

    30

    menentukan total batuan apakah pori-pori itu terisi oleh hidrokarbon atau air

    dengan cara pemanfaatan radioaktif.

    3.  Setelah mendapatkan nilai neutron log. Kemudian kita mencari nilai porositas

    density (ɸD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    4. 

    Untuk nilai densitas matriks batuan, kami menggunakan 2,65 karena litologi

    batuan dari sumur kami adalah batuanpasir. Setelah penentuan porositas

    density, kemudian kami menentukan porositas density shale yang didapat

    dengan menggunakan rumus seperti diatas namun penggunaan densitas bulk  

    diganti dengan RHOZ. Sehingga didapat hasil :

    a.  Zona 1

     b.  Zona 2

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    31/38

    37

    c.  Zona 3

    5.  Setelah itu, kami mencari porositas density koreksi  dengan rumus sebagai

     berikut :

    Dari proses perhitungan didapat harga ɸDC, kemudian selanjutnya di cari

     porosity neutron dengan rumus sebagai berikut :

    Kemudian nilai porositas dikoreksi terhadap pengaruh shale  dengan

    menggunakan rumus ɸ Ncorr sebagai berikut :

    Selanjutnya kami menentukan porositas neutron shale (ɸ NSH) yang ditentukan

    langsung dari data log. Kemudian penentuan harga Porositas Effektif (ɸeff)

    dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    32/38

    32

    6. 

    Dari hasil yang didapat kemudian kami catat :

    a.  Zona 1

     b.  Zona 2

    c.  Zona 3

    3.2.3. Menentukan Nilai Resistivity

    Dalam menentukan resistivitas pada fluida disuatu formasi dapat

    menggunakan resistivity log . Log Resistivity adalah Suatu log yang digunakan

    untuk merekam sifat kelistrikan fluida. Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    33/38

    37

    resistivitas yang besar, sedangkan untuk kandungan air akan menunjukkan

    resistivitas yang kecil. Kandungan fluida yang ada juga menunjukkan besaran

     porositas yang dimiliki batuan tersebut. Karena volume fluida akan berbanding

    lurus terhadap besaran porositasnya. Cara yang kami laakukan adalag sebagai

     berikut :

    1.  Kami menentukan zona yang tidak terinflasi oleh mud f il trate cake dengan

    membaca log resistivity AT 90, karena hasil dari log tersebut membaca bahwa

     pori-pori batuan yang terisi hidrokarbon tidak tercampur dengan mud filtrate

    cake. Kami mencari harga Restivity True (RT) dengan cara pengamatan pada

    titik yang berwarna merah yang paling kanan dari data log.

    2. 

    Kemudian kami mencari Temperature disetiap kedalaman dengan rumus :

    (TTD –  TO) x (Depth : Depth Total) x To) = Td 

    3.  Selanjutnya kami melakukan penentuan nilai SSP data SP log dari data log,

    yaitu sebesar -115.

    4.  Setelah itu cari Rmf@tf (resistivity mud filtrate @ temperature formasi) dengan

    cara ada rumusnya :

    Rmf@tf = Resistifity Mud Filtrate di Temperatur Formasi

    = ( To + 6.77/Tf + 6.77) x Rmf@ts

    5.  Kemudian kami mencari Rm@tf (resistivity mud @ temperatute formasi)

    didapat dari rumus :

    Rm@tf = Resistifity Mud di Temperatur Formasi

    = ( to + 6.77/tf + 6.77) x Rm@ts

    6. 

    Selanjutnya kami cari Resistivity short normal (Ri) dari pembacaan grafik

    dengan rata-rata terendah.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    34/38

    34

    Gambar 3.6. Data Log  

    7.  Kemudian kita cari nilai Ri/Rm untuk mencari nilai Faktor Koreksi terhadap

    ketebalan lapisan karena kita mencari nilai yang sesungguhnya yang tidak

    terinflasi dengan mud filtrate cake. Setelah didapat nilai Ri/Rm koreksi dengan

    membaca grafik.

    Gambar 3.7. Graf ik Koreksi terhadap Ketebalan L apisan

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    35/38

    37

    8.  Selanjutnya cari niali SP Koreksi dengan rumus :

    SP x Fk

    Kemudian cari nilai Rmf/Rweq didapat dari pembacaan grafik penentuan Rweq

    dari SSP.

    Gambar 3.8. Graf ik Penentuan Rweq dari SSP

    9.  Didapatlah nilai Rweq. Kemudain cari nilai Rw dari grafik hubungan antara

    Rw, Rweq dan Tf.

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    36/38

    36

    Gambar 3.9. Grafi k H ub. Antara Rw, Rweq, dan Teperatur Formasi

    10. Terakhir kami mencari nilai Saturation Water (Sw) dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut :

    11. Dari hasil perhitungan, didapat hasil sebagai berikut :

    a. 

    Zona 1

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    37/38

    37

     b.  Zona 2

    c.  Zona 3

  • 8/16/2019 Isi Laporan Penfor Kel.2

    38/38

    BAB IV

    PENUTUP 

    4.1.  Kesimpulan

    Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, bahwa dapat diambil suatu

    kesimpulan mengenai zona  –   zona interest  pada sumur M-40 MERUAP FIELD

    yaitu : 

    1.  Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan terdapat 3 zona interest  pada

    sumur M-40 lapangan Meruap, 3 zona tersebut berada di kedalaman :

    Zona 1 : Depth @2990-3007 ft.

    Zona 2 : Depth @3525-3548 ft.

    Zona 3 : Depth @3568-3574 ft.

    2.  Sebagian besar litologi reservoir yang terdapat pada lapangan Meruap berupa

    Sandstone dengan ketebalan yang bervariasi.

    3. 

    Ketiga zona interest   tersebut memiliki porositas efektif rata-rata 20.2 % dan

    serta saturasi hidrokarbon rata-rata 74.9 %.

    4.  Perforasi yang bisa dilakukan pada semua zona interest dengan variasi

    kedalaman yang berbeda tergantung batas GOC, WOC maupun GWC masing-

    masing zona.

    5.   Nilai cut off   yang kami tentukan tergantung sesuai dengan zona

     pengendapannya.

    6.  Dari data log terdapat 2 zona pengendapan.