90

Click here to load reader

Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri Yang Menderita Penyakit Jantung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri Yang Menderita Penyakit Jantung

Citation preview

  • UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

    Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat

    Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

    Fatmawati Periode Oktober-November 2012

    SKRIPSI

    EVA YULIANI

    NIM : 108102000071

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    JANUARI 2013

  • ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

    Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat

    Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

    Fatmawati Periode Oktober-November 2012

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Farmasi

    EVA YULIANI

    NIM : 108102000071

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    JANUARI 2013

  • iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar

    Nama : Eva Yuliani

    NIM : 108102000071

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 15 Januari 2013

  • iv

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : EVA YULIANI

    NIM : 108102000071

    Judul : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit

    Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

    Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-

    November 2012

    Disetujui Oleh :

    Pembimbing I

    Pembimbing II

    Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt

    NIP. 195602101987032003

    Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt

    NIP. 196212191990022001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Farmasi

    FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Drs.Umar Mansur, M.Sc, Apt

  • v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Eva Yuliani

    NIM : 108102000071

    Program Studi : Strata-1 Farmasi

    Judul Tesis : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang

    Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam

    di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit

    Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode

    Oktober-November 2012

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And

  • vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Nama : Eva Yuliani

    Program Studi : Strata -1 Farmasi

    Judul : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit

    Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap BTeratai

    Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

    PeriodeOktober-November 2012

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat dengan obat, interaksi

    obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit pada

    pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi

    Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati. Penelitian yang dilakukan bersifat

    observasional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan

    Oktober sampai November 2012. Hasil pengamatan menunjukkan penyakit

    kardiovaskular merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien

    geriatri dan obat untuk penyakit kardiovaskular merupakan obat-obatan yang

    paling banyak dikonsumsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 8% dari 100

    orang pasien geriatri yang diamati mengalami interaksi obat. Pasien geriatri yang

    mengkonsumsi lima macam obat atau lebih merupakan pasien yang paling banyak

    mengalami interaksi obat. Hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus

    interaksi obat, dimana6 kasus merupakan interaksi obat dengan obatdan 7 kasus

    merupakan interaksi obat dengan penyakityang terjadi pada pasien geriatri, dan

    dari hasil pengamatan tidak ditemukan adanya interaksi obat dengan makanan dan

    minuman. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi adalah interaksi antara

    captopril dengan furosemid (50%), ondansetron dengan tramadol (33,33%) dan

    captopril dengan valsartan (16,67%). Adapun kasus interaksi obat dengan

    penyakit yang terjadi adalah interaksi antara furosemid dengan penyakit ginjal

    (57,14%), captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal (masing-

    masing 14,29%). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua interaksi obat

    yang terjadi termasuk dalam interaksi obat dengan level kemaknaan klinis 3,

    dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi

    tersebut.

    Kata Kunci : Interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan

    minuman, interaksi obat dengan penyakit, pasien geriatri

  • vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACT

    Name : Eva Yuliani

    Program Study : Strata-1 Pharmacy

    Title : Drug Interactions in Geriatric Patients Suffering

    Cardiovascular and Internal Disease of Teratai B Inpatient

    Installation in FatmawatiGeneral Hospital Center Period

    October-November 2012

    This study aimed to determine the drug-drug interactions, drug-food and drink

    interactions and drug-disease interactions in geriatric patients suffering

    cardiovascular and internal disease of Teratai B Inpatient installation in

    FatmawatiGeneral Hospital Center. Anobservational prospective study was

    conducted during October and November 2012. The results of this study showed

    that cardiovascular disease is the most commonly disease in geriatric patients and

    then the class of drugs most commonly used was related to cardiovascular system.

    The results showed that 8% of 100 geriatric patients experienced drug

    interactions. Geriatric patients who consumed five or more drugs are the most

    patient experiencing drug interactions. The results showed the existence of13

    cases of drugs interactions, of wich 6 cases were drug-drug interactionsand 7

    cases were drug-disease interactions that occur in geriatric patients, the results of

    observations did not found any drug-food and drink interactions. The cases of

    drug-drug interactions were interaction that occur between captopril with

    furosemide (50%), tramadol with ondansetron (33.33%) and captopril with

    valsartan (16.67%). The cases of drug-disease interactions were interaction that

    occur between furosemide with renal disease (57.14%), captopril, lisinopril and

    valsartan with renal disease (each 14.29%). All the drug interactions that occur

    were included in the drug interactions with clinical significance level 3 wich is

    need a treatment to minimize the risk of interactions.

    Keywords : Drug-drug interactions, drug-food and drink interactions, drug-disease

    interactions, geriatric patients

  • viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan

    segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

    Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah

    Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012 ini.

    Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

    SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

    Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap B

    Teratai RSUP Fatmawati, serta teori yang didapat dari berbagai literatur. Dalam

    menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini tentu banyak

    berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas

    dari doa, bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima

    kasih penulis haturkan kepada:

    1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra. Alfina

    Rianti, M.Pharm, Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,

    nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi

    ini.

    2. Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

    memberikan bimbingan, arahan, dan Beasiswa Santri Jadi Dokter selama

    menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

    arahan selama masa perkuliahan.

  • ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    6. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

    bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

    Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Junaidi dan Ibunda Rahmawati yang

    selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral,

    material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.

    8. Yuk Pit, Dewi, Lena dan Nashri yang selalu memberikan arahan, semangat

    dan dukungan.

    9. Ibu dan Bapak perawat serta kakak-kakak dokter residen di RSUP Fatmawati

    yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

    10. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Mega, Megawati, Inda, Zulfa, Febri

    serta teman-teman beta lactam tercinta dan alcoolique atas semangat dan

    kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang

    telah terjalin tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

    11. Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati: Bonita atas

    bantuan yang telah diberikan.

    12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

    penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

    Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

    ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

    Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Jakarta, Januari 2013

    Penulis

  • x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Eva Yuliani

    NIM : 108102000071

    Program Studi : Strata-1 Farmasi

    Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Jenis Karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

    saya, dengan judul :

    INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI YANG MENDERITA

    PENYAKIT JANTUNG DAN PENYAKIT DALAM DI INSTALASI

    RAWAT INAP B TERATAI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

    FATMAWATI PERIODE OKTOBER-NOVEMBER 2012

    untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

    Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

    Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta

    Pada tanggal : 15 Januari 2013

    Yang menyatakan,

    (Eva Yuliani)

  • xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

    ABSTRAK ........................................................................................................ vi

    ABSTRACT ...................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. x

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3 1.5 Ruang Lingkup ............................................................................. 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

    2.1 Interaksi Obat ................................................................................ 4 2.1.1 Pengertian Interaksi Obat .................................................. 4 2.1.2 Mekanisme Interaksi Obat ................................................ 4 2.1.3 Jenis Interaksi Obat ........................................................... 8 2.1.4 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat ........................... 10 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat .......... 10 2.1.6 Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat ................... 12

    2.2 Geriatri .......................................................................................... 12 2.2.1 Pengertian Geriatri ............................................................ 12 2.2.2 Demografi Populasi Lanjut Usia ....................................... 13 2.2.3 Kesehatan Pada Pasien Geriatri ........................................ 13 2.2.4 Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam

    Hubungannya dengan Obat ............................................... 13

    2.2.5 Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri .. 15 2.2.6 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri....................................... 16

    BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS ............................................................................................................................ 18

    3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18 3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 18 3.3 Hipotesis ....................................................................................... 19

  • xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 20

    4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 20 4.1.1 Lokasi ................................................................................ 20

    4.1.2 Waktu ................................................................................ 20

    4.2 Desain Penelitian .......................................................................... 20 4.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 20

    4.3.1 Populasi............ ................................................................. 20 4.3.2 Sampel............... ........................................................ ....... 20

    4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................ 21 4.4.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 21 4.4.2 Kriteria Ekslusi ................................................................. 21

    4.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 21 4.6 Cara Kerja ..................................................................................... 21 4.7 Analisis Data ................................................................................. 22

    BAB 5 HASILDAN PEMBAHASAN ............................................................. 23

    5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 23 5.1.1 Karakteristik Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap B

    Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-November

    2012 ................................................................................... 23

    5.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Periode Oktober-November 2012 ..................................... 27

    5.2 Pembahasan .................................................................................. 31 5.2.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................... 31 5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 31

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 37

    5.1 Kesimpulan .................................................................................... 37

    5.2 Saran .............................................................................................. 37

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ... 39

    LAMPIRAN.................................................................................... .................. 42

  • xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Geriatri ..................................... 23 4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh Pasien Geriatri ...... 23 4.3 Jenis Penyakit yang Diderita oleh Pasien Geriatri .................................... 24 4.4 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan

    Identifikasi Secara Literatur ..................................................................... 24

    4.5 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan ..................................................................................... 25

    4.6 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 25 4.7 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan

    Jenis Kelamin............................................................................................ 25

    4.8 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Usia ............................................ 26 4.9 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan

    Usia ........................................................................................................... 26

    4.10 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jumlah Macam Obat yang Digunakan ................................................................................................. 26

    4.11 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jumlah Macam Obat yang Digunakan ...................................................... 27

    4.12 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan literatur .................................. 27 4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan ................ 28 4.14 Kasus Interaksi Obat dengan Obat ........................................................... 28 4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit ..................................................... 29 4.16 Kasus Interaksi Obat yang Tidak Dapat Diamati ..................................... 29 4.17 Kasus Interaksi Obat yang Dapat Diamati................................................ 30

  • xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Diagram jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat .. 42

    Gambar 2. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin .......... 42

    Gambar 3. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan usia ......................... 43

    Gambar 4. Diagrram jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam

    obat yang digunakan ..................................................................... 43

    Gambar 5. Diagram jumlah kasus interaksi obat ............................................ 44

  • xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Geriatri dan

    Diagram Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri ............ 42

    Lampiran 2. Hasil Identifikasi Kasus Interaksi Obat yang Terjadi

    Berdasarkan Literatur .................................................................. 45

    Lampiran 3. Rekomendasi Terhadap Beberapa Kasus Interaksi Obat ............. 47

    Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati ................ 48

    Lampiran 5. Informed Consent ........................................................................ 50

    Lampiran 6. Panduan Pertanyaan Wawancara Pasien ..................................... 52

    Lampiran 7. Data Pasien Geriatri ..................................................................... 53

    Lampiran 8. Data Rekapitulasi Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri

    Berdasarkan Literatur .................................................................. 67

    Lampiran 9. Data Kasus Interaksi Obat yang Terjadi Pada Pasien Geriatri .... 72

  • xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISTILAH

    ACS Acute Coronary Syndrome

    AKI Acute Kidney Injury

    CAD Coronary Artery Disease

    CAP Community Acquired Pneumonia

    CHF Chronic Heart Failure

    CKD Chronic Kidney Disease

    CLD Chronic Lung Disease

    DM Diabetes Melitus

    GEA Gastroenteritis Akut

    ISK Infeksi Saluran Kemih

    NSTEMI Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction

    PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis

    TB Tuberkolosis

  • 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat universal

    berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progresif,

    perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik. Proses penuaan

    menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai organ di dalam tubuh seperti

    sistem gastrointestinal, sistem genitouria, sistem imunologis, sistem

    serebrovaskular, sistem saraf pusat dan sebagainya (Direktorat Bina Farmasi

    Komunitas dan Klinik, 2004). Oleh sebab itu, penyakit pada populasi usia lanjut

    berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain,

    dimana penyakit bersifat multipatologik, degeneratif, saling terkait, kronis,

    cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadinya kematian dan dalam

    pengobatan sering terdapat polifarmasi (Martono, 2009). Pada lanjut usia yang

    menderita lebih dari satu penyakit dan mendapat berbagai macam obat secara

    bersamaanmerupakan kelompok yang rentan terhadap interaksi obat (Thanacoody,

    2012; Bressler et al., 2003). Resiko interaksi obat meningkat sesuai dengan

    jumlah obat yang diresepkan dan pasien geriatri biasanya mendapatkan obat yang

    lebih banyak dibandingkan pasien usia lainnya (Mallet et al., 2007).

    Reaksi efek samping obat, termasuk interaksi obat pada pasien geriatri

    merupakan masalah yang umum terjadi di rumah sakit dan merupakan penyebab

    penting pada tingkat morbiditas dan mortalitas (Routledge et al., 2003;Hilmer et

    al., 2008). Menurut penelitian Monita Cahya Ningsih (2004) tentang interaksi

    obat pada pasien di poliklinik geriatri Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo

    didapatkan rata-rata pasien mendapatkan 5 macam obat secara bersamaan dan

    diketahui 68% dari 150 pasien teridentifikasi mengalami interaksi obat dan 11,6%

    dari interaksi obat tersebut dianggap sebagai interaksi yang menuntut perhatian

    klinik.

    Suatu penelitian tentang interaksi obat-obat di Mexico yang melibatkan

    624 pasien rawat jalan dengan umur lebih dari 50 tahun menunjukkan adanya

    80% pasien yang mendapat resep dengan satu atau lebih interaksi obat dan 3,8%

  • 2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dari pasien tersebut mendapat kombinasi obat dengan interaksi yang harus

    dihindari (Doubova et al., 2007).

    Suatu penelitian terbaru oleh Neto et al (2012) di Brazil tentang interaksi

    obat yang melibatkan 433 pasien geriatri rawat jalan menunjukkan 6,5% dari total

    pasien berpotensi mengalami paling sedikit satu macam interaksi obat dan

    didapatkan bahwasanya pasien geriatri yang mengkonsumsi lima macam obat atau

    lebih memiliki resiko interaksi obat yang secara signifikan lebih tinggi

    dibandingkan mereka yang mengkonsumsi tiga sampai empat macam obat.

    Berdasarkan masalah-masalah tentang interaksi obat pada pasien geriatri

    yang biasanya mendapatkan resep obat polifarmasi sebagaimana yang dijelaskan

    di atas, maka penelitian tentang interaksi obat pada pasien geriatri yang menderita

    penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah

    Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati ini perlu dilakukan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan

    masalah penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan obat yang terjadi pada

    pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di

    instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

    2. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan makanan dan minuman

    yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

    penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

    3. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan penyakit yang terjadi

    pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam

    di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui gambaran lengkap tentang interaksi obat yang terjadi

    pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit

    dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati

  • 3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang terjadi pada

    pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit

    dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati

    2. Untuk mengetahui interaksi obat dengan makanan dan minuman

    yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung

    dan penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP

    Fatmawati

    3. Untuk mengetahui interaksi obat dengan penyakit yang terjadi

    pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

    penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Secara Metodologi

    Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat

    digunakan untuk penelitian mengenai interaksi obat pada kasus

    penyakit dan pengobatan lainnya

    1.4.2 Manfaat Secara Aplikatif

    1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi adanya

    interaksi obat pada pasien geriatri bagi apoteker, dokter dan

    tenaga kesehatan lainnya di RSUP Fatmawati

    2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

    apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memilih

    obat-obatan yang tepat untuk pasien geriatri

    1.5 Ruang Lingkup

    Penelitian ini hanya dibatasi pada interaksi obat dengan obat, interaksi obat

    dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit. Penelitian

    dilakukan di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati pada pasien

    geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam dengan besar

    sampel minimal 97 orang selama waktu penelitian bulan Oktober-November

    2012.

  • 4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Interaksi Obat

    2.1.1 Pengertian Interaksi Obat

    Interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek suatu obat berubah karena

    keberadaan suatu obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau karena adanya

    agen kimia lingkungan (Baxter, 2008). Tatro (1996) mendefinisikan interaksi obat

    sebagai fenomena yang terjadi ketika efek dan atau farmakokinetik dari suatu obat

    berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Efek dari kombinasi obat dapat

    bersifat additive atau meningkatkan efek dari satu atau lebih obat, antagonis

    terhadap efek dari satu atau lebih obat maupun pengaruh-pengaruh lain terhadap

    efek dari satu atau lebih obat (Thanacoody, 2012). Interaksi obat dianggap penting

    secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi

    efektivitas obat yang berinteraksi (Setiawati, 2007)

    2.1.2 Mekanisme Interaksi obat (Setiawati, 2007)

    Mekanisme interaksi obat dapat terjadi secara farmaseutik atau

    inkompatibitas, farmakokinetik dan farmakodinamik.

    2.1.2.1 Interaksi Farmaseutik (Setiawati, 2007)

    Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas terjadi di luar tubuh sebelum obat

    diberikan antara obat yang tidak dapat bercampur (inkompatibel). Pencampuran

    obat tersebut menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau

    kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,

    perubahan warna dan mungkin juga tidak terlihat secara visual. Interaksi ini

    biasanya mengakibatkan inaktivasi obat (Setiawati, 2007).

    2.1.2.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, 2007)

    Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi

    absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma

  • 5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas

    atau penurunan efektivitas obat tersebut.

    a. Mempengaruhi Absorpsi (Tatro, 2009)

    Kebanyakan interaksi yang dapat mengubah absorpsi obat terjadi di salura

    cerna. Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat secara teori dapat

    mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah aliran darah

    splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan obat, metabolisme

    di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran cerna. Namun

    sebagian besar interaksi yang penting secara klinis melibatkan pembentukan dari

    complex yang tidak dapat diabsorpsi.

    b. Mempengaruhi Distribusi (Tatro, 2009)

    Ikatan dengan protein: setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke jaringan

    dan reseptor. Jumlah obat yang dapat berikatan dengan reseptor ditentukan oleh

    absorpsi, metabolisme, akskresi dan ikatan dengan situs yang tidak aktif, serta

    afinitas obat terhadap reseptor dan aktifitas intrinsik obat. Yang perlu diperhatikan

    adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi perpindahan obat

    dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian obat lain yang juga

    berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang banyak digunakan untuk

    menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari ikatan dengan situs yang

    tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum dari obat aktif tanpa adanya

    perubahan yang nyata pada konsentrasi total serum. Namun interaksi ini tidak

    terlalu penting secara klinis karena cepatnya pencapaian kesetimbangan yang

    baru.

    Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang

    penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin oleh

    quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi serum

    digoksin.

    c. Mempengaruhi Metabolisme (Tatro, 2009)

    Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang

    berarti obat tersebut harus mampu melintasi membran plasma lipid. Oleh karena

  • 6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran metabolisme adalah

    mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid menjadi senyawa tidak aktif

    yang larut di dalam air sehingga dapat diekskresikan secara efisien. Sebagian

    besar enzim terdapat di permukaan endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati

    yang penting yaitu isoenzim sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam

    oksidasi kebanyakan obat dan merupakan enzim yang paling sering di induksi

    oleh suatu obat lain.

    Induksi enzim adalah merangsang peningkatan aktivitas enzim.

    Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah keberadaan

    enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang merupakan agen

    penginduksi enzim pada hewan. Secara klinis, fenobarbital, fenitoin,

    karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim terbesar. Untuk

    obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi, diperlukan peningkatan

    dosis saat digunakan bersama dengan obat penginduksi enzim dan dosis

    diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.

    Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat

    mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan

    peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut

    memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksik.

    d. Mempengaruhi Ekskresi (Tatro, 2009)

    Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi transport

    aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari asam lemah dan

    basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang secara klinis dipengaruhi

    oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan salisilat. Perubahan presentasi

    sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan level serum lithium.

    2.1.2.3 Interaksi Farmakodinamik

    Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek dari suatu obat

    diubah oleh obat lain pada tempat aksinya. Terkadang obat-obat tersebut bersaing

    secara langsung pada reseptor tertentu, tetapi reaksi sering kali terjadi secara tidak

    langsung dan melibatkan mekanisme fisiologis. Interaksi ini juga dapat diartikan

    sebagai interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau

  • 7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau

    antagonistik, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma. Interaksi

    farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam

    klinik (Setiawati, 2007).

    a. Efek Aditif atau Sinergis (Baxter, 2008)

    Dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama dan diberikan pada

    saat yang bersamaan dapat menyebabkan efek aditif. Efek aditif dapat muncul

    baik sebagai efek utama maupun sebagai efek samping obat tersebut. Hal seperti

    ini dapat digambarkan dengan istilah aditif, penjumlahan, sinergi atau potensiasi.

    Kata ini memiliki definisi farmakologis yang sering digunakan sebagai sinonim

    karena dalam prakteknya sering sangat sulit untuk mengetahui sejauh mana

    aktivitas/efektifitas obat menjadi lebih besar atau lebih kecil.

    b. Efek Antagonis (Baxter, 2008; Thanacoody, 2012)

    Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa obat yang kerjanya

    bertentangan satu sama lain. Obat dengan aksi agonis pada tipe reseptor tertentu

    dapat berinteraksi dengan obat antagonis pada reseptor tersebut. Ada banyak dari

    interaksi yang terjadi pada situs reseptor, kebanyakan digunakan untuk

    keuntungan dalam terapeutik. Antagonis spesifik dapat digunakan untuk

    membalikkan efek dari obat lain pada situs reseptor.

    c. Sindrom Serotonin (Thanacoody, 2012)

    Menurut Boyer and Shannon (2005) sindrom serotonin berhubungan

    dengan kelebihan serotonin yang disebabkan oleh penggunaan suatu obat,

    overdosis atau adanya interaksi antar obat. Meskipun kasus yang parah jarang

    terjadi, kasus ini menjadi semakin mudah dikenali pada pasien yang menerima

    kombinasi obat serotonergik.

    Sindrom serotonin dapat terjadi ketika dua atau lebih obat yang

    mempengaruhi serotonin diberikan pada saat bersamaan atau penggunaan obat

    serotonergik lain setelah penghentian salah satu obat serotonergik. Sindrom ini

    ditandai dengan gejala termasuk kebingungan, disorientasi, gerakan yang

    abnormal, refleks berlebihan, demam, berkeringat, diare, hipotensi ataupun

  • 8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    hipertensi. Diagnosis ditegakkan jika tiga atau lebih gejala tersebut muncul dan

    tidak ditemukannya penyebab lain.

    d. Interaksi Obat atau uptake neurotransmitter (Baxter, 2008)

    Aksi sejumlah obat untuk mencapai situs aksi pada neuron adrenergik

    dapat dicegah dengan adanya obat lain. Antidepresan trisiklik mencegah reuptake

    noradrenalin ke neuren adrenergik perifer. Pasien yang menggunakan

    antidepresan trisiklik dan diberi noradrenalin secara parenteral menunjukkan

    peningkatan respon seperti hipertensi dan takikardi. Efek antihipertensi dari

    klonidin juga dapat dihambat oleh antidepresan trisiklik, salah satu penyebabnya

    yaitu terjadinya penghambatan uptake klonidin pada SSP.

    2.1.3 Jenis Interaksi Obat

    2.1.3.1 Interaksi Obat-Obat

    Interaksi obat-obat dapat terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan pada

    saat yang bersamaan. Interaksi obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan

    efek terapetik ataupun efek samping suatu obat (Moscou dan Snipe, 2009).

    Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan ataupun merugikan. Interaksi

    yang menguntungkan misalnya penisilin dengan probenesid, dimana probenesid

    menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar

    penisilin di dalam plasma dan dengan demikian dapat meningkatkan

    efektivitasnya dalam terapi gonore. Sedangkan interaksi yang merugikan

    contohnya interaksi parasetamol dengan fenobarbital yang dapat meningkatkan

    resiko hepatotoksisitas (Setiawati, 2007).

    2.1.3.2 Interaksi Obat-Makanan dan Minuman

    Telah diketahui bahwa makanan dapat menyebabkan perubahan klinis

    yang penting dalam absorpsi obat melalui efek terhadap motilitas saluran cerna

    atau dengan ikatan obat (Baxter, 2008). Oleh karena itu, beberapa obat tidak boleh

    digunaan bersamaan dengan makanan. Dua contoh yang umum terjadi yaitu

    interaksi tyramin dalam makanan dengan MAOI dan interaksi antara grapefruit

    juice dengan Ca channel blocker felodipin (Thanacoody, 2012).

  • 9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.1.3.3 Interaksi Obat-Herbal

    Ekstrak Glycyrrhizin glabra (liquorice) yang digunakan dalam pengobatan

    gangguan pencernaan dapat menyebabkan interaksi yang signifikan pada pasien

    yang mengkonsumsi digoksin ataupun diuretik. Beberapa produk herbal

    mengandung senyawa antiplatelet dan antikoagulan yang dapat meningkatkan

    resiko pendarahan ketika digunakan bersama dengan aspirin atau warfarin

    (Thanacoody, 2012).

    Interaksi obat dengan herbal yang paling banyak dibahas adalah yang

    melibatkan St Johns wort (ekstrak Hypericum) yang digunakan untuk depresi

    (Thanacoody, 2012). Bukti menunjukkan bahwa herbal ini dapat menginduksi

    sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan juga dapat menginduksi glikoprotein-P.

    Oleh karena itu, St Johns wort dapat menurunkan level siklosforin dan digoksin

    (Baxter, 2008).

    2.1.3.4 Interaksi Obat-Penyakit

    Interaksi obat dengan penyakit dikatakan terjadi ketika suatu obat yang

    digunakan memiliki potensi untuk membuat penyakit yang telah ada sebelumnya

    menjadi semakin parah. Pasien geriatri sangat rentan terhadap interaksi ini karena

    mereka sering memiliki beberapa penyakit kronis dan menggunakan beberapa

    jenis obat (Lindblad at al., 2005).

    Menurut Shimp and Masan (1993), dalam pustaka medik interaksi obat

    dengan penyakit sering disebut sebagai kontraindikasi absolut dan relatif.

    Kontraindikasi absolut adalah risiko terapi yang menyebabkan penyakit tertentu,

    jelas kerugiannya melebihi manfaatnya. Dengan kontraindikasi realtif,

    keseimbangan risiko dan manfaat harus dikaji secara individu. Contoh umum dari

    kotraindikasi relatif mencakup kehamilan, menyusui, gagal ginjal dan gagal hati

    (Siregar dan Kumolosasi, 2006).

    2.1.3.5 Interaksi Obat-Uji Laboratorium

    Shimp and Masan (1993) menyatakan bahwa interaksi obat dengan uji

    laboratorium terjadi apabila obat mempengaruhi akurasi uji diagnostik. Interaksi

    ini dapat terjadi melalui gangguan kimia. Misalnya, laksatif antrakuinon dapat

  • 10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen atau oleh perubahan zat yang diukur

    (Siregar dan Kumolosasi, 2006).

    2.1.4 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat (Direktorat Bina Farmasi

    Komunitas dan Klinik, 2004; Tatro, 2009)

    a. Level 1

    Hindari Kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat

    b. Level 2

    Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada

    keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika memungkinkan.

    Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap diberikan

    c. Level 3

    Minimalkan risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan resiko

    d. Level 4

    Tidak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi

    bahaya pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang

    direkomendasikan. Tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya interaksi

    obat.

    e. Level 5

    Tidak dibutuhkan tindakan. Kejadian interaksi tersebut diragukan atau tidak ada

    kejadian interaksi yang menyebabkan terjadinya efek klinik.

    2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Obat (Tatro, 2009)

    Dalam studi tentang interaksi obat, merupakan suatu yang umum terjadi

    jika ditemukan banyaknya variasi respon pasien terhadap regimen obat yang

    sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variasi respon tersebut

    diantaranya:

  • 11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    a. Usia

    Anak-anak dan lanjut usia memiliki resiko interaksi obat yang tinggi. Studi

    menunjukkan bahwa terhitung sekitar 25% dari semua resep ditujukan untuk

    pasien lanjut usia, selain itu juga pasien lanjut usia secara ekstensif menggunakan

    obat tanpa resep. Pasien lanjut usia juga mungkin memiliki penyakit kronis

    lainnya maupun penurunan fungsi organ.

    b. Genetik

    Sebagai contoh, toksisitas karena efek penghambatan isoniazid terhadap

    metabolisme fenitoin terlihat lebih signifikan pada asetilator lambat isoniazid

    c. Penyakit

    Keadaan penyakit seperti kerusakan fungsi ginjal, fungsi hati dan hipoalbumin

    dapat mempengaruhi respon terhadap berbagai obat yang sedang digunakan.

    d. Konsumsi alkohol

    Intoleransi alkohol akut (reaksi disulfiram) muncul pada pasien yang

    mengkonsumsi alkohol saat dalam pengobatan dengan suatu obat, termasuk

    sefamandol, sefoperazon, sefotetan, moksalaktam dan metronidazole. Penggunaan

    alkohol secara kronik dapat menyebabkan perubahan yang mempengaruhi

    metabolisme obat terutama induksi enzim.

    e. Merokok

    Merokok dapat meningkatkan aktivitas enzim metabolisme obat di hati. Merokok

    dapat merangsang metabolisme teofilin dan mexiletine. Seorang perokok

    membutuhkan dosis yang lebih besar untuk mencapai level serum terapetik.

    f. Makanan

    Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat (seperti susu dan tetrasiklin), aksi

    obat (tyramine dalam makanan dan MAOI) dan eliminasi obat (protein dalam

    makanan dan pH urin).

  • 12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    g. Lingkungan

    Faktor lingkungan seperti adanya beberapa pestisida dapat mengubah efek enzim

    metabolisme di hati.

    2.1.6 Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat

    Menurut Tatro (2009), pasien yang rentan terhadap interaksi obat adalah:

    1. Pasien lanjut usia (Pasien Geriatri)

    2. Pasien dengan penyakit akut

    3. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil

    4. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati

    5. Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter

    6. Pasien dengan terapi yang tergantung obat

    Menurut Thanacoody (2012), pasien yang beresiko mengalami interaksi

    obat adalah mereka dengan penyakit hati atau penyakit ginjal, pasien yang berada

    dalam perawatan intensif, penerima transplantasi, pasien yang menjalani prosedur

    bedah yang rumit dan mereka yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.

    2.1 Geriatri

    2.2.1 Pengertian Geriatri

    Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

    seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis

    dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati

    dkk, 2006). Constantinides (1994) mendefinisikan menua (= menjadi tua = aging)

    adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

    memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

    normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

    memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2009).

    Beberapa istilah lain yang perlu dikemukakan terkait dengan proses menua

    adalah gerontologi, geriatri dan longevity. Gerontologi adalah ilmu yang

    mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi dan sejarah, yang

    terkait dengan penuaan. Geriatri merujuk pada pemberian pelayanan kesehatan

    untuk usia lanjut. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mengobati

  • 13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien

    geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multipatologi (penyakit ganda).

    Longevity merujuk pada lama hidup seorang individu (Setiati dkk, 2006).

    2.2.2 Demografi Populasi Lanjut Usia (Darmojo, 2009)

    Menurut UN-Population Division, Department of Economic and Social

    Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia (lansia) 60 tahun diperkirakan hampir

    mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050.

    Menurut laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan

    oleh Bureau of the Cencus USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun

    1990 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, suatu

    angka paling tinggi di dunia.

    Menurut WHO (1989) Pertambahan penduduk lansia di Indonesia dan

    Brazil diproyeksikan naik masing-masing melebihi 20 juta orang, sedang

    kenaikan kira-kira setengah jumlah tersebut terjadi masing-masing di Meksiko,

    Nigeria dan Pakistan. Indonesia diramalkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun

    1980 menjadi urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak

    jumlah populasi lansianya.

    2.2.3 Kesehatan Pada Pasien Geriatri (Darmojo, 2009)

    Penyakit atau keluhan yang umum diderita oleh pasien geriatri adalah

    penyakit reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru

    (dyspnea/bronchitis), diabetes melitus, jatuh (falls), paralisis/lumpuh separuh

    badan, TBC paru, patah tulang dan kanker.

    Penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien geriatri kebanyakan bersifat

    endogenik, multipel, kronik, bergejala atipik, tanpa mernyebabkan imunitas tetapi

    menjadi lebih rentan terhadap penyakit/komplikasi yang lain.

    2.2.4 Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam Hubungannya dengan

    Obat

    Pada pasien geriatri, berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistem

    tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Berbagai perubahan

    tersebut dalam istilah farmakologik dikenal sebagai perubahan dalam hal

  • 14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    farmakokinetik, farmakodinamik dan hal khusus lain yang mengubah perilaku

    obat di dalam tubuh (Martono dkk, 2009).

    a. Perubahan Farmakokinetik (Supartondo dan Roosheroe, 2006)

    Farmakokinetik terdiri dari absorbsi distribusi, metabolisme dan ekskresi.

    Setelah diabsorbsi, obat melewati hati dan mengalami metabolisme pintas awal.

    Bila tahap ini menurun, sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi

    perkiraan dan mungkin menambah efek obat, bahkan sampai efek yang

    merugikan. Pada obat dengan metabolisme pintas awal yang tinggi ada perbedaan

    yang besar antara dosis intravena (rendah) dan dosis oral (tinggi).

    Makanan dan obat lain dapat mempengaruhi absorbsi obat yang diberikan

    secara oral. Distribusi obat dipengaruhi oleh berat badan dan komposisi tubuh,

    yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran darah berbagai organ, juga

    organ yang mengatur ekskresi obat. Kadar albumin plasma memastikan kadar

    obat bebas dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman menyesuaikan dosis

    obat dengan berat badan untuk meningkatkan rasio resiko pada pasien geriatri

    yang kurus. Metabolisme di hati dipengaruhi oleh umur, genotipe, gaya hidup,

    curah jantung, penyakit dan interaksi antar obat. Mengecilnya massa hati dan

    proses menua dapat mempengaruhi metabolisme obat. Untuk obat yang

    ekskresinya terutama melalui ginjal pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting

    diperhatikan untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin serum tidak

    menggambarkan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada proses menua.

    GFR (Glom. Filtr. Rate) lebih penting dan jika turun sampai 10-50 ml/menit,

    dosis obat harus disesuaikan.

    b. Perubahan Farmakodinamik (Martono dkk, 2009).

    Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Obat menimbulkan

    rentetan reaksi biokimiawi dalam sel mulai dari reseptor sampai dengan efektor.

    Di dalam sel terjadi proses biokimiawi yang menghasilkan respon selular. Respon

    selular pada pasien geriatri secara keseluruhan menurun. Penurunan ini sangat

  • 15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    menonjol pada mekanisme respon homeostatik yang berlangsung secara

    fisiologis.

    Pada umumnya, obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses

    biokimiawi selular intensitas pengaruhnya akan menurun, misalnya agonis beta

    untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal dengan

    dosis yang lebih besar maka efek sampingnya akan lebih besar pula. Index terapi

    obat menurun. Sebaliknya obat-obat yang cara kerjanya menghambat proses

    biokimiawi seluler, pengaruhnya akan menjadi nyata sekali terlebih dengan

    mekanisme regulasi homeostasis yang melemah, efek farmakologi obat dapat

    sangat menonjol sehingga toksik. Misalnya obat-obat antagonis beta,

    antikolinergik, antipsikotis, antiansietas dan lain-lain. Dengan demikian index

    terapi obatnya menurun, seolah terjadi peningkatan kepekaan farmakodinamik.

    c. Hal Khusus Lain (Supartondo dan Roosheroe, 2006)

    Faktor lain yang berperan pada pemberian obat ialah multipatologi

    (adanya lebih dari satu penyakit) pada pasien geriatri.

    2.2.5 Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri (Martono

    dkk, 2009)

    Pengobatan pada pasien geriatri perlu mendapatkan perhatian dokter dan tenaga

    kesehatan lainnya, mengingat beberapa hal berikut:

    Penyakit pada pasien geriatri cenderung terjadi pada banyak organ dan pasien

    cenderung mengunjungi banyak dokter, sehingga pemberian obat cenderung

    bersifat polifarmasi

    Polifarmasi menyangkut biaya yang besar untuk pembelian obat. Juga

    meningkatkan resiko lebih banyaknya kejadian interaksi obat, efek samping

    obat (ESO) dan reaksi sampingan yang merugikan.

    Proses menua yang fisiologis menyebabkan perubahan farmakokinetik dan

    farmakodinamik obat, juga menurunkan fungsi dari berbagai organ, sehingga

    tingkat keamanan obat dan efektifitas obat berubah dibanding usia muda.

  • 16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam peresepan obat:

    1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit

    2. Kondisi tubuh/organ

    3. Farmakologi klinik obat

    Menurut WHO (1995) tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis (cara dan

    lama pemberian) serta waspada ESO adalah lima kriteria pokok pemakaian obat

    secara rasional yang telah diterima secara mondial.

    2.2.6 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri (Supartondo dan Roosheroe, 2006;

    Thanacoody, 2012)

    Ada beberapa definisi untuk istilah polifarmasi, diantaranya meresepkan

    obat melebihi indikasi klinis, pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat

    yang tidak perlu dan penggunaan empirik lima obat atau lebih.

    Polifarmasi pada pasien lanjut usia sukar dihindari dengan beberapa

    alasan, diantaranya:

    1. Banyaknya penyakit yang diderita oleh pasien geriatri dan biasanya

    merupakan penyakit kronis

    2. Obat yang dikonsumsi diresepkan oleh beberapa dokter

    3. Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas

    4. Penambahan obat baru untuk menghilangkan efek samping obat

    Resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat

    yang diresepkan. Pasien dengan penyakit kritis dan pasien geriatri beresiko tinggi

    untuk mengalami interaksi obat bukan hanya karena mengkonsumsi obat yang

    lebih banyak, tetapi juga karena adanya gangguan mekanisme homeostatik yang

    tidak memungkinnya untuk menetralkan beberapa efek yang tidak diinginkan.

  • 17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Berdasarkan teori yang tercantum dalam tinjauan pustaka, disusun kerangka teori

    sebagai berikut:

    Penyakit dan

    fungsi organ

    (hati dan ginjal)

    Obat Efek Interaksi

    Obat Interaksi obat Pasien geriatri

    Makanan Alkohol Lingkungan Genetik Merokok

  • 18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep

    3.2 Definisi Operasional

    Pasien geriatri: Pasien yang berusia 60 tahun

    Penyakit: Penyakit jantung dan penyakit dalam yang diderita oleh setiap

    pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Makanan: Makanan yang dikonsumsi oleh setiap pasien geriatri yang

    menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B

    Teratai RSUP Fatmawati

    Obat:Obat yang diresepkan dan diberikan secara bersamaan pada setiap

    pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di

    Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Interaksi obat dengan obat: Interaksi obat dengan obat yang

    teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di

    literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

    penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Interaksi obat dengan makanan dan minuman: Interaksi obat dengan

    makanan dan minuman yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai

    Makanan

    dan

    minuman

    Interaksi obat

    dengan obat

    Obat

    Penyakit

    Interaksi obat

    dengan makanan

    dan minumann

    Interaksi obat

    dengan Penyakit

    Pasien geriatri

    Efek Interaksi obat

    dengan obat

    Efek Interaksi obat

    dengan makanan

    dan minumann

    Efek Interaksi

    obat dengan

    penyakit

  • 19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan yang tertulis di literatur pada pasien geriatri yang menderita

    penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

    RSUP Fatmawati

    Interaksi obat dengan penyakit: Interaksi obat dengan penyakit yang

    teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di

    literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

    penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Instalasi Rawat Inap B Teratai: Salah satu instalasi rawat inap di rumah

    sakit umum pusat Fatmawati yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6 gedung

    teratai, dimana lantai 4 melayani pasien bedah, lantai 5 melayani pasien

    penyakit dalam dan lantai 6 melayani pasien penyakit jantung dan syaraf.

    3.3 Hipotesis

    1. Ada interaksi antara obat dengan obat pada pasien geriatri yang menderita

    penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

    RSUP Fatmawati

    2. Ada interaksi antara obat dengan makanan dan minuman pada pasien

    geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi

    Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    3. Ada interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien geriatri yang

    menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B

    Teratai RSUP Fatmawati

  • 20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    4.1.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP

    Fatmawati

    4.1.2 Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2012

    4.2 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dan

    pengambilan data dilakukan secara prospektif.

    4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang

    menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap

    B Teratai RSUP Fatmawati

    4.3.2 Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang

    menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap

    B Teratai RSUP Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah

    minimal sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro

    dan Ismael, 2010):

    n = Z2x PQ

    d2

    Keterangan:

    n : Estimasi besar sampel

    Z : Nilai untuk derajat kemaknaan 5% yaitu 1,96

    P :0,5 (Proporsi)

  • 21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Q :1 P = 0,5

    d : Nilai untuk ketepatan relatif 10% yaitu 0,1 :

    Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut:

    n = (1,96)2

    x (0,5 x 0,5) = 97 orang

    0,12

    Jadi, minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

    pasien geriatri.

    4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    4.4.1 Kriteria Inklusi

    1. Pasien dengan umur 60 tahun

    2. Pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    3. Pasien menderita penyakit jantung dan atau penyakit dalam

    4. Pasien mendapat 2 macam obat secara bersamaan

    5. Pasien bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini

    4.4.2 Kriteria Eksklusi

    1. Pasien dirawat atau meninggal kurang dari 48 jam perawatan

    2. Pasien di rawat di ruang high care

    4.5 Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan didapat dari:

    1. Rekam medik pasien

    2. Catatan obat di depo farmasi

    3. Wawancara pasien dan atau keluarga pasien

    4.6 Cara Kerja

    1. Peneliti mengambil data dari rekam medik pasien setiap hari. Data yang

    diambil meliputi:

    a. Nama, usia, jenis kelamin

    b. Diagnosis penyakit

    c. Obat-obatan yang digunakan

  • 22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur dengan menggunakan

    literatur Drug Interaction Facts tahun 2009, Stockleys Drug Interaction

    edisi 8 tahun 2008, drug-druginteractionschecker dan Drug Information

    Handbook tahun 2009.

    3. Observasi dan atau wawancara pasien dilakukan untuk mengetahui efek

    interaksi obat yang terjadi dibandingkan dengan yang tertulis di literatur

    4.7 Analisis Data

    Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang ada,

    antara lain:

    1. Jenis obat, makanan dan minuman, dan penyakit pada pasien geriatri di

    Instalasi Rwat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-

    November 2012

    2. Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

    3. Jenis kelamin pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

    4. Usia pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

    5. Jumlah obat yang digunakan oleh pasien geriatri yang mengalami

    interaksi obat

    6. Jumlah kasus interaksi obat yang terjadi pada pasien geriatri

    7. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien geriatri

    8. Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien geriatri

    9. Kasus interaksi obat yang efeknya tidak dapat diamati

    10. Kasus interaksi obat yang efeknya dapat diamati

  • 23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Karakteristik Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan

    Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

    Periode Oktober-November 2012

    1. Obat, Makanan dan Minuman, dan Penyakit

    Tabel 4.1 Jenis Obat yang digunakan oleh pasien geriatri

    Jenis Obat Jumlah Kasus %

    Obat Penyakit Kardiovaskular 134 20,65

    Obat Penyakit Saluran Pencernaan 132 20,34

    Vitamin, Mineral dan Suplemen 91 14,02

    Antibiotik 70 10,79

    Antikoagulan, Antitrombotik dan Hemostatik 63 9,71

    Antiemetik 56 8,63

    Analgetik dan Antipiretik 36 5,55

    Obat Penyakit Saluran Pernafasan 20 3,08

    Obat Diabetes Melitus 20 3,08

    NSAID 14 2,16

    dll 13 2,00

    649 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa obat untuk penyakit kardiovaskular

    merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri yaitu

    hampir 21% dari 649 jumlah jenis obat yang digunakan.

    Tabel 4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh pasien geriatri

    Makanan dan Minuman %

    Nasi

    100

    Lauk pauk (telur/tahu/tempe/sop/ayam/ikan)

    Buah (pisang/pepaya/melon/semangka)

    Air putih

    Teh 5

    Susu 1

  • 24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel di atas menunjukkan bahwa pasien geriatri yang diamati

    mengkonsumsi makanan dan minuman yang sama, tetapi hanya 5 orang

    pasien yang mengkonsumsi teh dan 1 orang yang mengkonsumsi susu.

    Tabel 4.3 Jenis penyakit yang diderita oleh pasien geriatri

    Jenis Penyakit Jumlah Kasus %

    Kardiovaskular 83 26,69

    Penyakit Ginjal 54 17,36

    Penyakit Saluran Pencernaan 52 16,72

    Diabetes Melitus 34 10,93

    Hematologi 33 10,61

    Penyakit Paru 31 9,97

    Penyakit Hati 17 5,47

    Penyakit Infeksi 4 1,29

    Asam urat dan Reumatik 3 0,96

    311 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah

    merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien geriatri yaitu

    hampir 27% dari 311 jumlah jenis penyakit.

    2. Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat

    Tabel 4.4Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan

    identifikasi secara literatur

    Pasien N %

    Dengan Interaksi Obat 61 61

    Tanpa interaksi Obat 39 39

    100 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi interaksi obat

    secara literatur, didapatkan 61% dari 100 pasien geriatri mengalami

    interaksi obat. Adapun literatur yang digunakan adalah Drug Interaction

    Facts tahun 2009, Stockleys Drug Interaction edisi 8 tahun 2008, drug-

    druginteractionschecker dan Drug Information Handbook tahun 2009.

  • 25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.5Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan hasil

    pengamatan

    Pasien N %

    Dengan Interaksi Obat 8 8

    Tanpa interaksi Obat 92 92

    100 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,

    didapatkan 8% dari 100 pasien geriatri mengalami interaksi obat.

    3. Jenis Kelamin

    Tabel 4.6 Jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin

    Jenis Kelamin N %

    Laki laki 52 52

    Perempuan 48 48

    100 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

    52% adalah laki laki dan selebihnya adalah perempuan.

    Tabel 4.7Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan jenis

    kelamin

    Jenis Kelamin N %

    Laki laki 4 50

    Perempuan 4 50

    8 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami

    interaksi obat, masing-masing 50% adalah laki-laki dan perempuan

  • 26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Usia

    Tabel 4.8Jumlah pasien geriatri berdasarkan usia

    Usia (Tahun) N %

    60 - 64 43 43

    65 - 69 26 26

    70 - 74 20 20

    75 - 79 7 7

    80 4 4

    100 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

    43% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia 65 tahun.

    Tabel 4.9Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan usia

    Usia (Tahun) N %

    60 - 64 5 62,5

    65 - 69 2 25

    70 - 74 - -

    75 - 79 1 12,5

    80 - -

    8 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8pasien geriatri yang mengalami

    interaksi obat, 62,5% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia

    antara 65-79 tahun.

    5. Jumlah Macam Obat yang Digunakan

    Tabel 4.10Jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam obat yang digunakan

    Jumlah Macam Obat N %

    2 2 2

    3 4 11 11

    5 87 87

    100 100

  • 27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

    87% mendapatkan 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 2-4

    macam obat.

    Tabel 4.11 Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan

    jumlah macam obat yang digunakan

    Jumlah Macam Obat N %

    2 - -

    3 4 1 12,5

    5 7 87,5

    8 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami

    interaksi obat, sekitar 87,5% mendapatkan 5 macam obat dan hanya

    sekitar 12,5% mendapatkan 4 macam obat.

    5.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

    Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B

    Teratai RSUP Fatmawati Peride Oktober-November 2012

    1. Jumlah Kasus Interaksi Obat

    Tabel 4.12 Jumlah kasus interaksi obat berdasarkan literatur

    Interaksi Obat Jumlah Kasus %

    Interaksi Obat-Obat 114 56,16

    Interaksi Obat-Makanan dan Minuman 49 24,14

    Interaksi Obat-Penyakit 40 19,70

    203 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 203 kasus interaksi obat yang

    terjadi berdasarkan literatur, sekitar 56% diantaranya adalah interaksi obat

    dengan obat, sekitar 24% adalah interaksi obat dengan makanan dan

    minuman dan hampir 20% adalah interaksi obat dengan penyakit. Adapun

    kasus interaksi obat yang terjadi berdasarkan literatur dapat dilihat pada

    lampiran 1.

  • 28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.13 Jumlah kasus interaksi obatberdasarkan hasil pengamatan

    Interaksi Obat Jumlah Kasus %

    Interaksi Obat-Obat 6 46,15

    Interaksi Obat-Makanan dan Minuman - -

    Interaksi Obat-Penyakit 7 53,85

    13 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 kasus interaksi obat yang

    didapat berdasarkan hasil pengamatan, sekitar 46% diantaranya adalah

    interaksi obat dengan obat dan hampir 54% adalah interaksi obat dengan

    penyakit. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat

    dengan makanan dan minuman.

    2. Kasus Interaksi Obat dengan Obat

    Tabel 4.14 Kasus interaksi obat dengan obat

    Interaksi Obat Efek Level Kemaknaan

    Klinis

    Jumlah

    Kasus %

    Captopri - Furosemid

    Terjadi peningkatan kadar

    serum ureum dan serum

    kreatinin

    3 3 50

    Ondansetron - Tramadol

    Efek tramadol menurun

    (nyeri pada pasien tidak

    hilang)

    3 2 33,33

    Captopril - Valsartan

    Terjadi peningkatan kadar

    serum ureum dan serum

    kreatinin

    3 1 16,67

    6 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian kasus interaksi obat

    dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan yang

    tertulis di literatur, dimana masing-masing 50% adalah interaksi antara

    captopril-furosemid, sekitar 33% adalah interaksi antara ondansetron-

    tramadol, dan hampir 17% adalah interaksi antara captopril-valsartan.

    Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien

    dapat dilihat pada lampiran 9.

  • 29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit

    Tabel 4.15 Kasus interaksi obat dengan penyakit

    Interaksi Obat Efek Level Kemaknaan

    Klinis

    Jumlah

    Kasus %

    Furosemid -Penyakit ginjal

    Terjadi peningkatan

    kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    3 4 57,14

    Captopril -Penyakit ginjal

    Terjadi peningkatan

    kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    3 1 14,29

    Lisinopril - Penyakit ginjal

    Terjadi peningkatan

    kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    3 1 14,29

    Valsartan - Penyakit ginjal

    Terjadi peningkatan

    kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    3 1 14,29

    7 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 kejadian kasus interaksi obat

    dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan

    yang tertulis di literatur, dimana sekitar 57% adalah interaksi antara

    furosemid dengan penyakit ginjal dan masing-masing sekitar 14% adalah

    interaksi antara captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal.

    Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien

    dapat dilihat pada lampiran 9.

    4. Kasus Interaksi Obat yang Diamati

    Tabel 4.16 Kasus interaksi obat yang tidak dapat diamati

    No Interaksi Obat Parameter yang Diamati

    1 Domperidon - Paracetamol Kecepatan absorbsi paracetamol

    2 Allopurinol - Captopril Jumlah leukosit

    3 Bicnat - Sukralfat Efek sukralfat

    4 CaCO3 -Sukralfat Efek sukralfat

    5 Amlodipin - Simvastatin Kadar metabolit aktif simvastatin

    6 Captopril - Digoksin Kadar digoksin dalam plasma

    7 Clopidogrel - Omeprazole Semakin parahnya infark miokard

    8 Amlodipin Gangguan hati Risiko dosis berlebih

    Tabel di atas menunjukkan beberapa interaksi obat yang parameter yang

    seharusnya diamati pada pasien geriatri tidak dapat diamati oleh peneliti.

  • 30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.17 Kasus interaksi obat yang dapat diamati

    No Interaksi Obat Parameter yang Diamati Parameter yang

    Teramati Pada Pasien

    1 Captopril - Furosemid Tekanan darah dan fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    2 Amlodipine - Captopril Tekanan darah -

    3 Aspirin - Captopril Tekanan darah -

    4 Aspirin - Clopidogrel PT dan INR -

    5 Captopril - Insulin Kadar glukosa darah -

    6 Captopril - Suplemen Kalium Kadar kalium darah -

    7 Amlodipine - Aspirin Tekanan darah -

    8 Suplemen Kalium - Valsartan Kadar kalium darah -

    9 Amlodipine - CaCO3 Tekanan darah -

    10 Captopril - Valsartan Tekanan darah dan fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    11 Aspirin - Insulin Kadar glukosa darah -

    12 CaCO3 - Captopril Tekanan darah -

    13 Captopril - Spironolacton Kadar kalium darah -

    14 Ondansetron - Tramadol Efek analgesik tramadol Nyeri pada pasien

    15 Simvastatin - Warfarin PT dan INR -

    16 Allopurinol - Sukralfat Efek allopurinol -

    17 Amiodaron - Warfarin PT dan INR -

    18 Amlodipine - Ketorolac Tekanan darah -

    19 Aspirin - Bisoprolol Tekanan darah -

    20 Captopril - Ketorolac Tekanan darah dan fungsi ginjal -

    21 Furosemid -Warfarin PT dan INR -

    22 Captopril Nasi, lauk pauk dan Makanan yang mengandung Kalium

    Tekanan darah dan kadar

    kalium darah -

    23 Valsartan - Makanan yang

    mengandung Kalium

    Kadar kalium darah -

    24 Ciprofloxacin - Minuman yang

    mengandung caffein

    Efek samping caffein -

    25 Captopril - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    26 Furosemid - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    27 Valsartan - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    28 Suplemen Kalium - Penyakit ginjal Kadar kalium darah -

    29 Lisinopril - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum

    dan serum kreatinin

    30 Levofloxacin - Penyakit ginjal Fungsi ginjal -

    31 Aspirin - Gangguan hati Fungsi hati -

    32 Bisoprolol - Diabetes melitus Kadar glukosa darah -

    33 Metyl Prednisolon - Diabetes melitus Kadar glukosa darah -

    34 Suplemen Kalium - Gagal jantung Kadar kalium darah -

    Ket: (-) Tidak teramati pada pasien

    Tabel di atas menunjukkan beberapa interaksi obat yang parameter yang

    seharusnya diamati pada pasien geriatri dapat diamati oleh peneliti.

  • 31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5.2 Pembahasan

    5.2.1 Keterbatasan Penelitian

    Pada penelitian ini masih banyak variabel lain yang belum diukur. Hal ini

    karena adanya keterbatasan waktu penelitian, keterbatasan dana penelitian dan

    keterbatasan pengetahuan peneliti.Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan

    bahwa tidak semua efek dari interaksi obat dapat diamati oleh peneliti.

    5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian

    Penelitian tentang interaksi obat pada pasien geriatri ini dilakukan di

    Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati selama periode bulan Oktober

    sampai November 2012 dan didapatkan 100 orang pasien geriatri yang memenuhi

    kriteria inklusi sebagai sampel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwasanya obat-

    obat untuk penyakit kardiovaskular merupakan obat yang paling banyak

    digunakan oleh subjek penelitian (pasien geriatri), dimana terlihat juga bahwa

    penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit kardiovaskular.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 1 dan 3 terbukti, dimana

    ada interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan penyakit pada pasien

    geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat

    Inap B Teratai RSUP Fatmawati, dan hipotesis 2 tidak terbukti karena tidak

    ditemukannya interaksi antara obat dengan makanan dan minuman.

    Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan pasien

    geriatri yang mengalami interaksi obat lebih banyak (61 pasien) dibandingkan

    dengan pasien geriatri yang tidak mengalami interaksi obat. Hasil pengamatan

    terhadap efek interaksi obat tersebut pada pasien geriatri didapatkan bahwa pasien

    geriatri yang tidak mengalami interaksi obat jauh lebih banyak dibandingkan

    dengan pasien geriatri yang mengalami interaksi obat (8 pasien), dimana jumlah

    pasien geriatri yang mengalami interaksi obat dengan jenis kelamin perempuan

    dan jenis kelamin laki-laki adalah sama banyak, yaitu masing-masing 4 pasien.

    Pada penelitian ini, pasien geriatri yang berusia antara 60-69 tahun lebih

    banyak mengalami interaksi obat dibandingkan pasien geriatri dengan umur 70

    tahun atau lebih. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih

    (2004), Restalita (2010) dan Soherwardi et al (2012) dimana juga didapatkan

  • 32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    bahwa pasien geriatri yang berusia antara 61-70 tahun lebih banyak mengalami

    interaksi obat dibandingkan dengan pasien geriatri usia lainnya. Akan tetapi,

    jumlah pasien yang mengalami interaksi obat berdasarkan usia sebanding dengan

    jumlah pasien yang diamati berdasarkan usia, dimana sebagian besar pasien

    geriatri yang diamati pada penelitian ini berusia antara 60-69 tahun.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pasien geriatri yang paling banyak

    mengalami interaksi obat adalah pasien geriatri yang mendapatkan lima macam

    obat atau lebih (polifarmasi). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Doubova et al (2007), Ningsih (2004) dan Restalita (2010) dimana juga

    didapatkan bahwa pasien geriatri yang paling banyak mengalami interaksi obat

    adalah pasien geriatri yang mendapatkan resep obat polifarmasi. Menurut

    Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2004), multipatologi merupakan

    salah satu karakteristik pasien geriatri, yang menyebabkannya mendapatkan obat

    lebih dari 2 macam, lebih dari 3 macam atau bahkan lebih dari 4 macam. Hal ini

    dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat, sesuai dengan hasil penelitian

    sebelumnya yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya interaksi obat meningkat

    dengan meningkatnya jumlah obat yang diresepkan per pasien (Ningsih, 2004;

    Yeni, 2010; Neto et al., 2012).

    Interaksi obat pada pasien geriatri yang diamati pada penelitian ini adalah

    interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan

    interaksi obat dengan penyakit. Dari hasil identifikasi interaksi obat berdasarkan

    literatur didapatkan 203 kasus interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan

    makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit (Lampiran 1),

    sedangkan hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat dengan

    obat dan interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien geriatri

    yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di instalasi rawat inap B

    Teratai RSUP Fatmawati sesuai dengan yang tertulis di literatur.

    Perbedaan jumlah interaksi obat yang diidentifikasi berdasarkan literatur

    dengan jumlah interaksi obat hasil pengamatan dilapangan ini disebabkan karena

    beberapa dari interaksi yang diidentifikasi berdasarkan literatur efeknya dapat

    diamati tetapi tidak terjadi pada pasien geriatri yang diamati, selain itu juga

  • 33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    disebabkan karena tidak semua efek dari interaksi obat yang teridentifikasi secara

    literatur efeknya dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 6kejadian kasus interaksi obat

    dengan obat yang yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan yang

    tertulis di literatur, 3 diantaranya adalah interaksi antara captopril dengan

    furosemid. Secara teoritis, captopril merupakan obat antihipertensi yang bekerja

    menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan furosemid merupakan

    obat antihipertensi yang bekerja dengan cara mengurangi retensi air dan garam

    sehingga mengurangi volume ekstraseluler (Nafrialdi, 2007). Penggunaan

    bersama captopril dengan furosemid pada beberapa pasien dapat meningkatkan

    risiko hipotensi. Selain itu, penggunaan bersamaan keduanya juga dapat

    memperburuk fungsi ginjal pasien (Baxter, 2008). Hasil pengamatan

    menunjukkan tiga orang pasien dengan interaksi obat ini mengalami peningkatan

    kadar serum ureum dan serum kreatinin selama limahari sampaidua minggu

    penggunaan obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat diambil

    kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan

    klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari

    interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan

    fungsi ginjal pasien secara berkala, penggantian atau bahkan penghentian

    penggunaan obat tersebut pada pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang

    signifikan (Drug Information Handbook, 2009).

    Interaksi obat dengan obat lainnya yang terjadi adalah interaksi antara

    ondansetron dengan tramadol. Secara teoritis, tramadol bekerja dengan

    meningkatkan efek ambilan norefinefrin dan serotonin dan ondansetron bekerja

    dengan menghambat efek serotonin-mediated dari tramadol, sehingga efek

    analgetik tramadol menurun (Baxter, 2008). Hasil pengamatan menunjukkan dua

    orang pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan mengeluh tetap

    merasa nyeri meski telah mengkonsumsi obat. Dari hasil penelitian dapat diambil

    kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan

    klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari

    interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah penyesuaian

    dosis tramadol jika digunakan bersama ondansetron, yaitu menjadi dua kali dosis

  • 34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    normal, atau penggantian ondansetron dengan obat antiemetik lainnya (Baxter,

    2008).

    Interaksi obat dengan obat lainnya juga terjadi antara captopril dengan

    valsartan. Secara teoritis, penggunaan bersama captopril dengan valsartan pada

    beberapa pasien dapat meningkatkan risiko hipotensi. Selain itu, penggunaan

    keduanya bersamaan jugadapat memperburuk fungsi ginjal pasien (Baxter, 2008).

    Hasil pengamatan menunjukkan satu orang yang menggunakan kombinasi kedua

    obat tersebut mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

    selama tiga hari penggunaan obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat

    diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level

    kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan

    risiko dari interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah

    pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala, penggantian atau bahkan

    penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien jika terjadi penurunan fungsi

    ginjal yang signifikan (Drug Information Handbook, 2009).

    Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada

    pasien geriatri sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang

    melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu furosemid, captopril,

    lisinopril dan valsartan. Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat

    memperburuk penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari

    meningkatnya kadar serum ureum dan serum kreatinin (Drug Information

    Handbook, 2009). Hasil pengamatan menunjukkan empat orang yang

    menggunakan furosemid dan masing-masing satu orang yang menggunakan

    captopril, lisinopril dan valsartan, dan sebelumnya telah mengalami gangguan

    fungsi ginjal, mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

    selama empat sampai lima hari penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil

    penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa semua interaksi obat dengan penyakit

    yang terjadi ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana

    diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut.

    Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan fungsi ginjal pasien

    secara berkala atau bahkan penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien jika

  • 35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan (Drug Information Handbook,

    2009).

    Meskipun ada beberapa faktor lain yang menyebabkan peningkatan kadar

    serum ureum dan serum kreatinin pada pasien geriatri yang diamati, namun

    interaksi obat yang terjadi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab

    peningkatan tersebut sehingga sebaiknya tetap menjadi perhatian para ahli medis

    di rumah sakit.

    Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat dengan

    makanan dan minuman yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan

    yang tertulis di literatur. Identifikasi berdasarkan literatur menunjukkan adanya 49

    kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman. Adapun kasus interaksi obat

    dengan makanan dan minuman yang paling banyak terjadi berdasarkan

    identifikasi secara literatur adalah interaksi antara captopril dengan nasi, lauk

    pauk dan makanan yang mengandung kalium dan valsartan dengan makanan yang

    mengandung kalium seperti pisang. Menurut literatur, captopril dapat

    meningkatkan kadar kalium darah dengan menghambat sistem renin-aldosteron

    angiotensin dan valsartan dapat meningkatkan kadar kalium darah dengan

    menghambat angiotensin II yang menginduksi sekresi aldosteron sehingga efek

    ini sinergis dengan makanan yang mengandung kalium dan dapat menyebabkan

    hiperkalemia (drugs.com-druginteractionschecker).

    Menurut Dietitians of Canada (2006), satu buah pisang mengandung

    211mg kalium. Sedangkan menurut Kumar et al(2012), satu buah pisang ukuran

    medium mengandung kalium sebesar 350 mg dan mampu mencukupi 23% dari

    total kalium yang diperlukan oleh tubuh perhari. Adapun rekomendasi intake

    kalium dari makanan adalah kira-kira 50 mEq/hari, yaitu setara dengan 1,955

    g/hari (Brophy dan Gehr, 2005).

    Adapun interaksi obat dengan minuman yang terjadi berdasarkan

    identifikasi secara literatur adalah interaksi antara levofloxacin dengan minuman

    yang mengandung caffein seperti teh. Menurut literatur, ciprofloxacin dapat

    menghambat enzim metabolisme caffein sehingga menyebabkan kadar caffein

    dalam plasma meningkat dan meningkatkan risiko timbulnya efek samping

  • 36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    caffein seperti timbulnya sakit kepala, gemetar dan insomnia pada pasien