22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk membuat siswa belajar. Di dalam proses ini salah satu proses utama yang dilakukan adalah penyampaian informasi berupa materi pelajaran oleh guru kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa pada akhir pembelajaran siswa akan mampu memahami konten-konten yang termuat dalam materi pelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan proses yang sangat esensial. Untuk itu diperlukan usaha maksimal baik oleh guru maupun siswa untuk bisa memanfaatkan segala sumber daya baik itu yang sifatnya internal maupun eksternal demi menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa dicapai dengan hasil yang memuaskan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada banyak aspek, tapi pihak yang paling berpengaruh adalah guru yang berperan sebagai fasilitator. Gurulah yang kemudian menjadi salah satu sumber informasi sekaligus pengarah berlangsungnya pembelajaran. Menjadi fasilitator pembelajaran bukanlah hal yang enteng. Dibutuhkan kualitas-kualitas diri yang tergolong tinggi. Kualitas-kualitas tersebut kemudian disebut sebagai kompetensi guru yang terbagi menjadi empat, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi professional.

Inimi Yg Jadi Bisa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inimi Yg Jadi Bisa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk membuat siswa belajar. Di

dalam proses ini salah satu proses utama yang dilakukan adalah penyampaian informasi

berupa materi pelajaran oleh guru kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi

bahwa pada akhir pembelajaran siswa akan mampu memahami konten-konten yang termuat

dalam materi pelajaran tersebut.

Proses pembelajaran merupakan proses yang sangat esensial. Untuk itu diperlukan

usaha maksimal baik oleh guru maupun siswa untuk bisa memanfaatkan segala sumber daya

baik itu yang sifatnya internal maupun eksternal demi menciptakan pembelajaran yang

kondusif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa dicapai dengan hasil yang

memuaskan.

Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada banyak aspek,

tapi pihak yang paling berpengaruh adalah guru yang berperan sebagai fasilitator. Gurulah

yang kemudian menjadi salah satu sumber informasi sekaligus pengarah berlangsungnya

pembelajaran.

Menjadi fasilitator pembelajaran bukanlah hal yang enteng. Dibutuhkan kualitas-

kualitas diri yang tergolong tinggi. Kualitas-kualitas tersebut kemudian disebut sebagai

kompetensi guru yang terbagi menjadi empat, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi

sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi professional.

Keempat kompetensi di atas masing-masing memiliki peranan penting, tapi jika

berhubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran maka kompetensi yang paling

berperan adalah kompetensi professional, karena kompetensi ini menyangkut aspek

profesionalisme guru terutama yang berkaitan dengan penguasaan bahan ajar yang nantinya

akan disampaikan kepada siswa.

Kompetensi professional guru menjadi tuntutan nomor satu ketika menghadapi

materi-materi yang tergolong sulit, misalnya biokimia. Kompleksitas materi ini menuntut

guru untuk memperluas wawasan, memperdalam ilmu, dan mengembangkan metode-metode

yang efektif sehingga materi ini bisa ditransfer dengan baik ke siswa.

Kurangnya kompetensi professional guru dalam mengajarkan biokimia akan

berimplikasi pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh siswa

Page 2: Inimi Yg Jadi Bisa

yang tidak mampu memahami secara utuh materi yang diajarkan. Ujungnya adalah

miskonsepsi siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka melalui

makalah ini kami akan mencoba membahas miskonsepsi siswa pada materi biokimia terkait

dengan kurangnya kompetensi professional guru.

B. Masalah

Materi biokimia merupakan materi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi

sehingga sulit dipahami jangankan oleh siswa, guru pun banyak yang menggap materi ini

sulit. Oleh karenanya banyak guru yang akhirnya menghindari mengjarkan materi ini dengan

membiarkan siswanya belajar mandiri melalui kegiatan diskusi dan sebagainya. Akibatnya

adalah terjadi miskonsepsi pada siswa.

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena miskonsepsi materi biokimia

pada siswa akibat kurangnya kompetensi professional guru.

Page 3: Inimi Yg Jadi Bisa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Miskonsepsi

1. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi

ilmuwan. Sementara itu menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep

menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang

diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa miskonsepsi sebagai

suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.

Thompson et al., (2006) menyatakan

“misconceptions, on the other hand can be described as ideas that provide an incorrect understanding of such ideas, objects or events that are constructed based on a person’s experience (including such things as preconceived notions, nonscientific beliefs, naïve theories, mixed conceptions or conceptual misunderstandings”.

Pernyataan di atas memaknai miskonsepsi sebagai ide-ide yang menyajikan

pemahaman yang tidak benar seperti misalnya pernyataan, obyek atau peristiwa

berdasarkan pengalaman seseorang (termasuk di dalamnya anggapan awal,

kepercayaan non-ilmiah, teori awam, konsep-konsep campuran dan kesalahpahaman

konseptual).

Nur (1998) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan miskonsepsi adalah

pengertian tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep

nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan terhadap

konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam

konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan generalisasi suatu konsep yang

berlebihan atau kurang jelas. Menurut Amien (1990) miskonsepsi dapat pula terjadi

karena adanya gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman yang tidak

relevan. Beberapa contoh miskonsepsi dalam Sains antara lain: Katak tergolong

dalam reptilia, bumi berputar mengelilingi matahari dan bumi beredar pada

porosnya, vertebrata adalah salah satu dari mamalia, massa sama dengan berat,

anjing laut merupakan salah satu jenis ikan dan sebagainya. Jika miskonsepsi terjadi

pada murid, miskonsepsi tersebut cenderung menetap dan sulit untuk diubah serta

Page 4: Inimi Yg Jadi Bisa

akan berpengaruh pada proses belajar mengajar.

2. Sifat-Sifat Miskonsepsi

Menurut Miskonsepsi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Miskonsepsi sulit diperbaiki, berulang, mengganggu konsepsi berikutnya.

b. Sisa miskonsepsi seringkali akan terus menerus mengganggu, soal-soal yang

sederhana dapat dikerjakan namun pada soal yang sulit sering miskonsepsi

muncul kembali.

c. Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan ceramah yang bagus.

Siswa, guru, mahasiswa, dosen atau peneliti dapat terkena miskonsepsi

baik yang pandai maupun yang tidak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang

miskonsepsi disamakan dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada

umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya.

3. Bukti-bukti Adanya Miskonsepsi

Beberapa penelitian tentang miskonsepsi pada siswa dan guru telah

dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Widiasari (2011) dari

penelitiannya melaporkan bahwa siswa dan guru masih mengalami miskonsepsi

terhadap konsep-konsep Biologi di tingkat SMA. Miskonsepsi yang dialami siswa

terjadi pada semua konsep, yaitu konsep bernapas pada manusia, hewan dan

tumbuhan ,konsep pencernaan, pembuluh darah, konsep fotosintesis, serta cara

menyesuaikan diri hewan dan tumbuhan. Miskonsepsi siswa paling banyak terjadi

pada cara udara masuk ke paru-paru, cara cacing bernapas, gangguan pencernaan:

bagian organ yang dipotong saat operasi usus buntu, dan pembuluh darah.

Miskonsepsi guru paling banyak terjadi untuk letak klorofil, cara udara masuk ke

paru-paru, cara cacing bernapas , dan perbedaan ikan paus dan ikan hiu. Kesalahan

konsep pada siswa tersebut disebabkan oleh 3 hal, yaitu dari guru, buku sumber

belajar yang digunakan, dan pengalaman siswa. Sedangkan miskonsepsi yang

dialami guru disebabkan oleh pengetahuan guru dan buku sumber belajar yang

digunakan.

Sementara itu, Thompshon (2006) dalam penelitiannya tentang miskonsepsi

pada guru SMA di Singapura melaporkan bahwa terdapat miskonsepsi pada guru

mengenai fenomena Metabolisme. Menggunakan lembar soal yang digunakan oleh

guru, Thompshon menemukan beberapa miskonsepsi pada konsep metabolisme

Page 5: Inimi Yg Jadi Bisa

diantaranya tentang Traskripsi dan translasi serta tentang metabolism karbohidrat.

Michael et. Al (1999) menyatakan :

“Nearly 90% of the students exhibited a misconception about the relationship between arterial oxygen partial pressure and hemoglobin saturation. Sixty-six percent of the students believed that increasing alveolar oxygen partial pressure leads to a decrease in alveolar carbon dioxide partial pressure. Nearly 33% of the population misunderstood the relationship between metabolism and ventilation. The possible origins of these respiratory misconceptions are discussed and suggestions for how to prevent and/or remediate them are proposed.

Menurut Michael, sekitar 90% peserta didik mengakalami

miskonsepsi pada tentang hubungan antara arteri membawa oksigen dan

hemoglobin. Sekitar 33 % mengalamami miskonsepsi pada materi metabolism.

Selain dalam pembelajaran biologi, miskonsepsi juga tejadi di beberapa

mata pelajaran terkait seperti dalam laporan penelitian penelitian oleh Al- Balushi et.

Al (2012), yang menyatakan bahwa di tingkat SMA kelas XII masih banyak terdapat

moikonsepsi pada beberapa materi pelajaran kimia. Dalam pelajaran fisika juga

menurut Tayubi, (2005), sering terjadi miskonsepsi dalam beberapa materi.

Page 6: Inimi Yg Jadi Bisa

4. Penyebab Miskonsepsi

Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, miskonsepsi dalam Ilmu

Pengetahuan Alam (Sains) telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan hasil Seminar Internasional. Miskonsepsi dalam Sains dan

Matematika (Novak, 1987) dalam Tayubi (2005) ditemukan bahwa miskonsepsi

terhadap konsep Sains banyak terjadi pada murid di berbagai negara mulai dari

murid tingkat MI sampai dengan mahasiswa di Perguruan Tinggi (PT).

1). Siswa.

Miskonsepsi yang disebabkan dari siswa dapat bermacam-macam, seperti

prakonsepsi siswa sebelum memperoleh materi pelajaran, lingkungan, teman,

pengalaman dan minat. Secara filosofi terjadinya miskonsepsi dapat dijelaskan

dengan filsafat konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan di bentuk

oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang

dipelajari.

2) Buku

Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada

kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan

miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan

dalam buku diktat adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan

konstanta.

3) Konteks

Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan

penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc

Clleand (Suparno 2005:72) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi

dengan jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan

cara yang sama.

4) Metode mengajar

Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab

khusus miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode ceramah dan

menulis, langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa,

Page 7: Inimi Yg Jadi Bisa

tugas tidak dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak

sesuai langkah-langkah yang ditentukan.

B. Kompetensi Guru

Menurut Nurhayati (2011), Kompetensi guru yaitu kemampuan seorang

guru untuk merespon tugas-tugasnya secara tepat. Sedangkan profesional dapat

diartikan sebagai ahli. Dengan demikian kompetensi profesional guru adalah guru

yang ahli dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat. Selain itu, Kompetensi

professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang

guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima aspek yaitu:

1. Menguasai Materi, Struktur, Konsep dan Pola Pikir Keilmuan yang

mendukung Mata Pelajaran yang diampu.

Seorang guru harus memahami dan menguasai materi pembelajaran,

hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi

standar dalam kurikulum. Guru harus mampu menentukan secara tepat materi

yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Seorang guru untuk memudahkan menghubungkan materi dengan

tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dapat dilakukan dengan cara

mengklasifikasikan materi kedalam domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk itulah ketepatan dan kecermatan dalam menyusun dan

mengembangkan prosedur harus diperhatikan agar memudahkan peserta

didik menerima materi dan membentuk kompetensi dirinya.

2. Menguasai Stnadar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran /

Bidang Pengembangan yang diampu.

Dalam materi pembelajaran pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar ( SKKD) setiap kelompok mata pelajaran perlu dibatasi, mengingat

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan pemilihan bahan pembelajaran

seperti Orientasi pada tujuan dan kompetensi, Kesesuaian (relevansi), Efisien

dan Efektif, Fundamental, Keluwesan, Berkesinambungan dan berimbang,

Validitas, Keberartian, Kemenarikan dan Kepuasan

3. Mengembangkan Materi Pelajaran yang diampu secara Kreatif.

Page 8: Inimi Yg Jadi Bisa

Dalam setiap pengembangan materi pembelajaran seharusnya

memperhatikan apakah materi yang akan diajarkan itu sesuai/cocok dengan

tujuan dan kompetensi yang dibentuk. Dalam beberapa situasi mungkin guru

akan menemukan tersedianya materi yang banyak, tetapi tidak terarah secara

langsung pada sasaran yang ingin dicapai. Untuk itu, jika materi yang

tersedia dirasakan belum cukup, maka guru dapat menambah sendiri dengan

memperhatikan strategi dan efektifitas pembelajaran.

4. Mengembangkan Keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan

Tindakan Reflektif.

Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,

dikemukakan bahwa “Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang

dibadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan

profesionalitas guru.”

5. Manfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Berkomunikasi dan

Mengembangkan Diri.

Sumber belajar dengan mudah diakses melalui teknologi informasi,

khususnya internet yang didukung oleh komputer. Perubahan prinsip belajar

berbasis komputer memberikan dampak pada profesionalisme guru, sehingga

harus menambah pemahaman dan kompetensi baru untuk memfasilitasi

pembelajaran. Dengan system pembelajaran berbasis komputer, belajar tidak

terbatas pada empat dinding kelas, tetapi dapat menjelajah kedunia lain,

terutama melalui internet. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki

kemampuan mengorganisir, menganalisis, dan memilih informasi yang paling

tepat dan berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta didik

serta tujuan pembelajaran. Dengan demikian penguasaan guru terhadap

standar kompetensi dalam bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan

sebagai salah satu indikator kompetensi guru.

C. Biokimia

Ilmu Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan berbagai

molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung dalam makhluk hidup.

Page 9: Inimi Yg Jadi Bisa

Jangkauan ilmu Biokimia sangat luas sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Tidak

hanya mempelajari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia, ilmu

Biokimia juga mempelajari berbagai proses pada organisme mulai dari yang

sederhana sampai yang kompleks (Departemen Biokimia FK UI, 2012).

Untuk memberikan pemahaman mengenai konsep-konsep dasar yang

terjadi dalam berbagai proses dalam kehidupan, maka diberikanlah Modul

pengantar Biokimia yang dibagi menjadi empat mata ajaran utama yaitu :

1. Protein.

Protein merupakan makromolekul terbanyak dalam makhluk hidup dan

mempunyai berbagai    peranan penting. Protein terpenting adalah enzim yang

merupakan biokatalisator dalam sel.    Selain itu protein juga berfungsi sebagai

alat transport (hemoglobin), alat pertahanan    tubuh (antibodi), hormon, dan lain-

lain.

2. DNA & Ekspresi Genetik.

DNA mengandung informasi genetik yang kemudian disalin dan

diterjemahkan sehingga    dibentuk asam amino yang kemudian menjadi protein.

Juga dibahas mengenai DNA rekombinan,    rekayasa genetik dan proyek human

genome

3. Membran & Komunikasi Antar Sel.

Setiap sel makhluk hidup dibungkus oleh membran yang menyebabkan

isi sel tidak bercampur    dengan luar sel. Walaupun dilapisi oleh membran, tetap

terjadi interaksi antara sel yang    satu dengan sel yang lain karena adanya

komunikasi antar sel yang diperantarai oleh    berbagai caraka kimia dan

reseptornya pada membran dan diteruskan dengan berbagai proses    dalam sel.

4. Transduksi Energi & Metabolisme.

Metabolisme membahas bagaimana caranya terbentuk energi (ATP)

dalam bioenergetika. Juga    dibahas mengenai bagaimana caranya makromolekul

yang diperoleh dari makanan dapat diolah    menjadi mikromolekul sehingga

Page 10: Inimi Yg Jadi Bisa

dapat digunakan tubuh untuk menghasilkan energi. Juga    dibicarakan bagaimana

makromolekul dapat dibentuk di dalam tubuh dari prekursornya    beserta proses

pengaturannya dan enzim-enzim yang berperan. Selain itu, dibahas juga   

mengenai metabolisme non-nutrien, seperti nukleotida, porfirin dan xenobiotik.

Pemahaman mengenai Ilmu Biokimia bermanfaat bagi mahasiswa  untuk

memahami berbagai fenomena dalam mempelajari penyakit dan perkembangan

ilmu kedokteran yang sangat pesat.

Page 11: Inimi Yg Jadi Bisa

BAB III

PEMBAHASAN

Miskonsepsi merupakan interpretasi suatu gagasan atau ide yang tidak

sesuai dengan pengertian atau defenisi ilmiah yang saat ini diterima. Miskonsepsi

pada siswa dapat bermacam-macam, seperti prakonsepsi siswa sebelum

memperoleh materi pelajaran, lingkungan, teman, pengalaman dan minat.

Di sekolah, miskonsepsi siswa menyangkut biokimia banyak terjadi pada

materi metabolisme. Materi ini merupakan materi yang banyak dihindari oleh

guru biologi pada umumnya. Kasus yang sering ditemui adalah guru memberi

tugas kepada siswa untuk diskusi membahas materi tersebut.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri tanpa

bimbingan intensif dari guru, terutama untuk materi-materi kompleks seperti

biokimia mendorong siswa untuk mempelajari materi tersebut dari sudut pandang

sendiri. Prakonsep yang tertanam di kepala siswa akan materi yang bersangkutan

memicu siswa untuk mengkonstruksi pemahaman yang sifatnya superficial

sehingga inti materi yang harusnya dipahami siswa menjadi terabaikan.

Secara filosofi terjadinya miskonsepsi dapat dijelaskan dengan filsafat

konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa

sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang dipelajari.

Karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka ada kemungkinan

terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini disebabkan karena siswa belum

terbiasa mengkonsep pelajaran secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah

yang dapat digunakan sebagai standar.

Miskonsepsi biokimia banyak terjadi disebabkan oleh pemahaman pada

diri siswa sendiri, hal ini kemungkinan dikelompokan  menjadi : prakonsep atau

konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, penalaran yang

tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan

siswa dan minat belajar siswa.

Penyebab lain miskonsepsi siswa adalah kurangnya kompetensi

professional guru. Kompetensi professional merupakan kompetensi yang

Page 12: Inimi Yg Jadi Bisa

menyangkut penguasaan materi ajar oleh guru. Jika kompetensi ini tidak dimiliki

maka besar kemungkinan terjadi ketimpangan dalam proses pembelajaran yang

berujung pada miskonsepsi siswa.

Miskonsepsi dapat terjadi di dalam dan di luar sekolah. Guru dan buku

dapat menjadi sumber miskonsepsi yang terjadi di sekolah. Hal ini didukung oleh

penelitian Suryanto, dkk (1997) yang menunjukkan banyak guru yang mengalami

miskonsepsi dan penelitian Brody, M.J (1987) yang menemukan bahwa buku

pelajaran, pengalaman sehari-hari murid, serta pengetahuan yang dimiliki guru

merupakan penyebab miskonsepsi. Namun demikian, lingkungan juga dapat

menjadi penyebab miskonsepsi yang terjadi di luar sekolah. Pendapat ini

diperkuat oleh Suparno (2005: 29), yang menyatakan bahwa miskonsepsi dapat

disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

Guru yang tidak menguasai materi ajar secara penuh akan mengalami

kesulitan dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Efek yang paling terasa

bagi guru adalah munculnya perasaan kurang percaya diri dan bahkan gugup

ketika membawakan pelajaran.

Akibatnya, penyampaian informasi oleh guru menjadi tidak sistematis.

Bahasa yang digunakan oleh guru juga bisa menjadi kacau dan rancu sehingga

materi-materi yang disampaikan tidak jelas. Hal ini akan memicu terjadinya

interpretasi siswa yang beraneka ragam yang akhirnya berujung pada miskonsepsi

siswa.

McCune-Nicolich (1984) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat

antara kualitas penjelasan dan pengetahuan guru dengan pencapaian belajar

murid.Kurangnya pengetahuan guru akan menyebabkan tidak jelasnya penyajian

pelajaran yang dapat menimbulkan miskonsepsi.

Miskonsepsi siswa juga sering dikaitkan dengan kesalahan pada sumber

belajar, baik itu buku diktat, LKS, atau literatur-literatur online yang bisa diakses

melalui internet. Akan tetapi, jika guru menguasai materi dengan baik, maka

masalah ini akan dapat dengan mudah diatasi. Kesalahan pada sumber belajar bisa

langsung dikoreksi oleh guru.

Page 13: Inimi Yg Jadi Bisa

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kompetensi professional guru

sangatlah esensial dalam mengatasi permasalahan miskonsepsi siswa. Kurangnya

kompetensi professional guru akan secara langsung berimplikasi pada pemahaman

siswa akan materi yang diajarkan oleh guru tersebut yang akhirnya akan

menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.

Permasalahan di atas akan bias diatasi apabila guru memiliki kesadaran

untuk meningkatkan pemahaman akan materi yang menyangkut biokimia

sehingga dia mampu menyampaikan materi tersebut dengan baik. Peningkatan

kompetensi professional guru juga akan secara langsung meningkatkan performa

guru di depan kelas, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.

Page 14: Inimi Yg Jadi Bisa

BAB III

KESIMPULAN

Timbulnya miskonsepsi materi biokimia pada siswa selain disebabkan oleh

factor internal siswa, juga sangat banyak dipengaruhi oleh factor lain, terutama

kemampuan guru dalam menyajikan materi tersebut. Guru yang tidak memahami

materi pelajaran yang disajikan secara utuh, secara langsung akan mempengaruhi

penerimaan siswa akan materi tersebut. Dengan kata lain, miskonsepsi siswa

secara langsung juga disebabkan oleh rendahnya kompetensi professional guru.

Page 15: Inimi Yg Jadi Bisa

DAFTAR PUSTAKA

_______ 2013. Materi Biokimia. Departemen Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Amien, M. (1990). Pemetaan konsep: Suatu tehnik untuk meningkatkan belajar yang bermakna. Mimbar Pendidikan. Volume 2. Tahun IX, hal. 55-69.

Al-Balushi, M, Sulaiman et al. (2012). Omani twelfth grade students’ most common misconceptions in chemistry. Science Education International Vol.23, No.3, September 2012, 221-240.

Brody, M. J. (1987). A programmatic approach to teaching and learning about student understanding of science and natural resource concepts related to environmental issues. Dalam Novak, J.D. (Ed). Proceeding of the second international seminar misconcepsition and educational strategies in Science and Mathematics, Ithaca, New York: Cornell University.

Ibrohim. 2000. Miskonsepsi SAINS-Biologi di Kalangan Guru Sekolah Dasar. Proceeding National Science Education Seminar on The Problem of Mathematics and Science Education and Alternatives to Solve The Problems. February 23, 2000. Malang: FPMSAINS, State University of Malang (UM).

Mc. Cune- Noulich, Abraham, M., R. Grzybowski, E. B., Renner, J.W., and Marek, E.A. (1992). “Understanding and Misunderstanding of Eight Grader s of Five Chemistry Consepts Found in Textbooks”. Journal of Research in Science Teaching. 29 (2):105-120.

Michael, A. Joel et. al. 1999. Undergraduate students’ misconceptions About respiratory physiology Volume 22 : Number 1 – Advances In Physiology Education 127 – 135.

Nurhayati, 2011. Strategi Pembelajaran Biologi. Makassar : Badan Penerbit UNM.

Suparno, P. (2005). Filsafat Konstruktivis dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Widyasari, R. 2011. Identifikasi Miskonsepsi Siswa dan Guru Terhadap Konsep-konsep biologi ditingkat SMA 1 Magetan. Skripsi (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KMIP/ article/view/16940 <accessed 23

Page 16: Inimi Yg Jadi Bisa

September 2013>).

Tayubi, Yuyu. 2005. Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan No. 3/XXIV/2005. Hal 4-9.

Thompson, F., An exploration of common student misconceptions in science School of Education, International Education Journal, 2006, Vol. 7, Edisi (4), hal. 553-559.

Page 17: Inimi Yg Jadi Bisa