14
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 107 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS PERMASALAHAN KETENEGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI SMA NEGERI 7-AMBON Josef Papilaya FKIP Universitas Pattimura Ambon [email protected] Abstrak Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul. Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik. Tujuan penelitian ini adalah :1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran. 2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran ;3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran. 4) Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah pembelajaran Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan baik walaupun dalam keterlaksanaan model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang belum mengerti dan melaksanakan langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian, prosentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan pembelajaran oleh siswa mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik. Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan baik dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II. Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07% dan keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria sangat baik. Kata Kunci : Model STAD, Motivasi Belajar, Hasil Belajar Pendahuluan Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul. Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik. Peranan pendidikan sangat penting untuk menciptakan insan manusia yang cerdas, kompetitif dan kreatif, oleh karena itu pembaharuan dalam dunia pendidikan perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD DALAM

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

107

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR

MENGANALISIS PERMASALAHAN KETENEGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN

EKONOMI

SMA NEGERI 7-AMBON

Josef Papilaya

FKIP Universitas Pattimura Ambon

[email protected]

Abstrak

Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan

memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul.

Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan

suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik.

Tujuan penelitian ini adalah :1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan

hasil pembelajaran. 2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih proaktif

mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran ;3) Menumbuhkan dan meningkatkan

produktivitas meneliti para pendidik, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah

pembelajaran. 4) Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah

pembelajaran Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan baik walaupun dalam keterlaksanaan

model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang belum mengerti dan melaksanakan

langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian, prosentase pelaksanaan

pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan pembelajaran oleh siswa

mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.

Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan baik

dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama

dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.

Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07% dan

keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria sangat

baik.

Kata Kunci : Model STAD, Motivasi Belajar, Hasil Belajar

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita

akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul.

Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan

suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik. Peranan pendidikan sangat penting untuk

menciptakan insan manusia yang cerdas, kompetitif dan kreatif, oleh karena itu pembaharuan dalam

dunia pendidikan perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

108

Namun disisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan tantangan baru bagi

kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya. Pada era globalisasi semakin meningkatnya

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipengaruhi oleh informasi melalui IPTEK. Kemajuan IPTEK

telah mendekatkan jarak dan waktu demikian kuatnya, sehingga telah menghadirkan warna baru

dalam pembangunan dan praktek pendidikan. Menghadapi fenomena ini, pendidikan IPS idealnya

harus responsive dan menata diri berhadapan dengan globalisasi.

Menurut Lasmawan (2010) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk membimbing tingkah laku

sosial tertentu (behavior), mendorong pembentukan motivasi dan sikap-sikap tertentu (attitude),

mempersiapkan kecakapan atau hubungan hubungan sosial tertentu (skill) dan menambah

pengetahuan sosial tertentu (knowledge), sehingga setiap warga Negara memiliki rasa kepedulian

dan komitmen yang tinggi, bertanggung jawab dan kritis terhadap diri serta lingkungan social

maupun lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap situasi kehidupan baik secara lokal maupun

global.

Tujuan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagaimana tercantum dalam

Kurikulum IPS-SD tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. keluarganya. Untuk

itu materi-materi IPS yang diajarkan di sekolah dasar disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

agar bisa dicermati dan dipahami sesuai dengan kemampuannya.

Realita pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas XI masalah/kendala yang masih

dirasakan terutama pada pembelajaran IPS Ekonomi beberapa yang dapat dikemukakan seperti: 1)

factor kekuasaan, 2) masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru yang berkaitan dengan kompetensi

yang semestinya dimiliki oleh seorang guru, misalnya penggunaan model/metode mengajar dan

lain-lain, sedangkan untuk siswa seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata-rata hasil tesnya, 3)

dalam hal proses, adanya motivasi yang kurang sehingga sering mengabaikan pembelajaran

termasuk hasil belajar, kurang disiplin, 4) demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan

yang diharapkan suatu ketika bisa optimal, satu dengan lainnya saling mempengaruhi yang

bermuara pada hasil belajar yang rendah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Krelas XI, dapat diungkap pula bahwa

pengaturan lingkungan belajar cenderung masih konvensional. Pembelajaran masih menggunakan

pola interaksi secara klasikal, pengaturan meja belajar masih menggunakan pola lama, di mana

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

109

siswa duduk manis ke samping dan memanjang ke belakang. Tangan dilipat, dan siswa tidak

berinteraksi dengan teman yang lainnya, sehingga siswa tidak dapat bertukar informasi dengan

temannyatemannya.

Pola seperti ini, menyebabkan daya serap siswa berbeda antara yang duduk di depan dengan

di belakang. Siswa yang duduk di depan lebih dapat berkosentrasi dan jelas dalam mendengarkan

penjelasan atau pengarahan guru dibandingkan dengan siswa yang duduk dibelakang. Keadaan ini

menyebabkan hasil belajar siswa tidak dapat tercapai maksimal. Mengingat kompleksnya

permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau

semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap permasalahan yang

kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang dihadapi dengan

pemanfaatan model pembelajaran inovatif salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai model pembelajaran yang efektif, khususnya

pada pembelajaran IPS, karena penerapan model pembelajaran kooperatif terdiri atas siklus

pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerjasama yang diharapkan, yaitu sebuah kondisi

belajar yang kondusif dan bermakna bagi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dianggap sebagai yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif.

Para pendidik menggunakan model ini untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada

para siswa. Dalam pelaksanaannya, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas

4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,

etnis, maupun kemampuannya. Tiap anggota ti menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian

saling membantu untuk saling menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama

anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh

guru untuk penguasaan mereka terhadap materi pelajaran, dan dilakukan pencatatan terhadap

peningkatan yang diperoleh oleh setiap siswa, skor siswa dibandingkan dengan skor mereka sendiri

yang diperoleh sebelumnya dan poin diberikan berdasarkan sejauh mana siswa menyamai atau

melampaui kinerja mereka sendiri sebelumnya. Poin tiap anggota kelompok ini dijumlah untuk

mendapatkan skor kelompok dan kepada kelompok siswa yang meraih prestasi tinggi diberikan

predikat atau penghargaan lain.

Menurut Slavin (dalam Marhaeni, 2012), model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

dari lima komponen utama yang harus diperhatikan yaitu: tahap penyajian kelas (class presetation),

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

110

belajar dalam kelompok (teams), tes/kuis (quizzes), skor kemajuan individu (individual

improvement scores), dan penghargaan kelompok (team recognition). Dengan diterapkannya kelima

komponen ini dalam proses pembelajaran, tentunya akan berdampak positif terhadap keaktifan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Aktifnya siswa menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi dari siswa, sehingga hasil

belajar pun akan dapat ditingkatkan pula. Seberapa jauh pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar IPS Ekonomi, siswa keals XI

tahun pelajaran 2018/2019 belum dapat diketahui secara pasti. Untuk itu mencoba untuk mengkaji

lebih jauh tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa,

sebagai sebuah inovasi dalam pengembangan pembelajaran melalui suatu kajian penelitian pengaruh

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS Ekonomi

siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon. .

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam

kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajarn dan siswa – siswa di

dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran

tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat

itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa

diperbandingkan dengan nilai rata – rata mereka sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai

itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa merek capai atau seberpa

tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai – nilai ini kemudian di jumlah untuk

mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan

sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.

Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar

saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan

guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman

sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok

untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu penting, berharga

dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh

guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai

materi itu (tanggunggung jawab perseorangan ). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

111

mungkin bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain,

mereka bisa mendiskusiakan pendekatan – pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau

merekabisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi y ang mereka pelajari itu.

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD

1. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa

untuk belajar.

2. Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap

kelompoknya terdiri dari 4 – 5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keagamaan) kelas

dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentase dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pertemuan tersbut serta pentingnya pokok bahasan tersebut

dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di

dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pernyataan atau masalah

nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan

kemampuan yang diharapkan dikusai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta

cara – cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompoknyang telah dibentuk. Guru menyiakan lembar kerja sebagai

pedoman bagi kerja kelompok , sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing

memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan

bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperluan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting

dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang dipelajari dan

juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa

diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini ilakukan untuk

menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

112

memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal,

misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan angka dengan

rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

7. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung

sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1 penghitungan perkembangan skor individu

NO NILAI TES SKOR PERKEMBANGAN

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar -

2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 ;poin

4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan dasar) 30 poin

8. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok,

yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi

sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata – rata skor perkembangan

kelompok sebagaimana dalam tabel 2. sebagai berikut:

Tabel 2. Penghitungan skor kelompok

NO Rata-rata skor Kualifikasi

1 N -

2 N Tim yang baik (good tiem)

3 16 N Tim yang baik sekali (greet team )

4 N Tim yang istimewa (super)

1. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

113

Setelah masing – masing kelompok satu tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah

atau penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan prestesinya (kiteria

tertentu yang ditetapkan guru).

STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode

pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi

mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk

siswa, tetapi kebanyakan guru meggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau

mengganti materi – materi ini.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah

(2001:17) , yaitu:

2.1.Kelebihan Pembelajaran STAD .

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan

bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan

berdiskusi.

d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif

dalam diskusi.

e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Menurut Dess (1991) Pembelajaran STAD juga mempunyai kekurangan – kekurangan :

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak

mau menggunakan pembelajaran kooperatif

c. Menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja sama

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

114

A. Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanan di Keas XI SMA Negeri 7 Ambon.

Sujek Penelitian. Subejek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon.

Suber Data. Dalam yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam bentuk

annallsis ketuntsan hasil belajar siswa. Teknik dan Alat Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Hasil tes diianalIsis oleh peneliti dengan mengikuti

keriteria ketuntasan yang telah ditretapkann oleh sekolah khususnya pada mata pelajarn IPS

Ekonomi dengan materi pokok adalah permasalahan ketenagakerjaan dalam pembangunan

ekonomi. Validasi Data .Semua data yang ada dianalsis unutk menentukan apakah data hasil ter

tersebut valid atau tidak, penulis menggunakan analysis butur soal unutk melihat benar-benar

apakah soal itu telah memenuhi kriteria kevalitan atau tidak setelah dianalisis butur soal barulah

peneliti serahkan kepada guru uuntum melakukan tes. Anallsis dialkuak sebelum prose pembellajarn

berlangsung, sebab nilai yang diambil adalah nilai tes saat guru mengakhiri prloses pembelajarn

barulah dilakukan tes Analisis data digunakan dengan menggunakan kriteria ketuntsan yang telah

ditetapkan sekolah khususnya untuk mata pelajaran IPS Ekonomi. Prosedur Penelitian. Untuk

mendapatkan data dari subjek penelitian peneliti menggunkan cara tes, dimana pada saat guru

mengajar hasil tesnya diambil dan dianalisis proses ketentusan belajar siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal.

MODEL STAD

Motivasi belajar

Hasil belajar

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

115

Pada tahap awal pengambilan data diambil setealh guru melakukan tes, dan diantara 24

siswa kelas XI yang mengikuti pembelajaran, hanya 10 siswa atau 40 % yang mencapai ktuntsan

dan 15 siswa atau 60% tidak mencapi ketuntasan

Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahan siklus 1, peneliti menyususn perangkat pembelajaran antar laian :

a. Menyusun RPP

b. Menyusun instrument pedomen Observasi.

c. Menentukan teman sejawat.

d. Menentukan waktu pelaksanan perbaikan.

e. Menentukan model pembelajar,

f. Menccari teori untuk membuktikan keakuratan pengunaan model pembelajarn STAD

g. Menentukan langkah –langkah penerapan model pembelajarn STAD.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaan tindakan dilakukan betrdasarkan Rencana Pelaksanana Pembelajarn yang telah

disusun sebelumnya.

3. Hasil Pengamatan.

Setealah proses belajar mengajar berlangsung, peneliti memanfaatkan teman sejawat

untuk melakukan obsevasi untuk meilihat akativitas pembelajarn siswa dan aktivitas

mengajar guru.

4. Refleksi

Untuk aktivitas refleksi, sebelum teman sejawat memberikan kesempatan kepada gufru

yang mengajar, saya memberikan kesempatan pertma kepada teman sejawat untuk

mengemukan hal-hal yang bertentangan dengan yang seharusnya dalam roses

pembellajran. Selajutnya saya memberikan kesempatan kepada guru yang mengajar

untuk mengemukan seluruh hasil temuan yang didapat saat proses pembelajran

berlangsung.

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

116

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Silus 1 dilaksanakan dalam empat kali

pertemuan . Siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan . secara keseluruan kegiatan

pembelajaran dari model pembelajaran STAD berjalan cukup baik. Hal ini didasari oleh data

keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa berikut ini :

Tabel 1. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran hasil belajar siswa Oleh Guru pada Siklus I

dan Siklus 2

Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)

Siklus 1

Siklus 2

72,04

87,35

Baik

Sangat baik

15, 31 %

Tabel 2. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran mengetahui motivasi siswa pada Siklus I dan

Siklus 2

Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)

Siklus 1

Siklus 2

78,07

94,98

Baik

Sangat baik

16,91%

Berdasakan data pada tabel 1 dan 2 diatas dapat dilihat bahwa keterlaksanaan pembelajarn

oleh guru dan siswa telah berjalan dengan baik. Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan

baik walaupun dalam keterlaksanaan model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang

belum mengerti dan melaksanakan langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian,

prosentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan

pembelajaran oleh siswa mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.

Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan

baik dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama

dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.

Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07%

dan keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria

sangat baik.

Peningkatan motivasi siswa dapat dilihat pada digram gambar 1 .

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

117

Tabel 3. Peningkatan motivasi belajar siswa tahap awal, Siklus I dan Siklus II

No Indikator %

Sebelum

Tindakan

% akhir

siklus I

%

Kenaikan

% akhir

siklus II

%

kenaikkan

1 Perhatian 68,83 78.40 9,57 96,25 8,2

2 Keterkaitan 72,40 77,30 4,9 92,70 6,4

3 Percaya diri 67,76 72.20 4,44 94,57 10,19

4 Kepuasan 75.30 84.38 9.08 96.40 5.95

Rata-rata 71,07 78,07 6,70 94,98 7,68

Tabel 3 diatas menunjukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar dilihat dari peningkatan hasil beajar siswa dari sebelum tindakan dengan

ketuntasan sebesar 71,07% kemudian meninbgkatkan menjadi 78.07% pada siklus I dan terus

meningkat pada siklus II menjadi 85,75%.

71.07%

78.07%

94.98%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Sebelum Siklus I Siklus II

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

118

Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa tahap awal, silus I dan siklus II

Kegiatan Persentase ketuntasan

Sebelum

tindakan

Siuklus I % kenaikan 5 siklus II % kenaikan

Hasil Belajar 66,07 72.04 5,97 87,35 15,31

Motivasi

belajar

71,07 78.07 6,97 94,98 16.91

Data pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum tindakan dengan

ketuntasan sebesar 71,07 meninkat menjadi 78,07 pada akhir siklu I dan terus meningkat menjadi

85,75% pada akhir siklus II.

PEMBAHASAN.

Penerapan model pembelajran SDAT terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pengukran yang dilakukan untuk mengetahui motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran

STAD ialah dengan menggunakan lembar angket, motivasi yang dibagikan pada siswa. Indikator

dalam angket motivasi yang digunakan adalah perhatian ( attentation) , keterkaitan ( relevance) ,

percaya diri ( Convidenci) dan kepuasan ( Statisvacion)

Angket , motivasi dibagikan kepada siswa padaa awal sbelum tindakan, akhir siklus I dan akhir

siklus II. Hasil angket motivasi siswa pada awal sebelum tindakan adalah sebesar 71,07% dengan

kriteria tinggi, kemudian hasil anket motivasi meningkat pada akhir siklus I sebesar 78,07%

dengan kriteria tinggi pada kahir siklus II hasil angket motivasi meningkat menjadi 94,98 % denga

kriterian sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran tipe STAD pada pelajarn IPS kompetensi dasar Permasalahn ketenagakerjaan dalam

pembangunan ekonomi dapat meningkatkan motivasi siswa, peningkatn motivasi siswa ini tidak

semata-mata berasal dari dalam driri siswa, tetapi juga berasal dari luar hal ini sesuai dengan

pendapat Mappease ( 2009:3) yang menyatakan motivasi dapt berasal dari dalam atau disebut

Motivasi intrinsic. Dan motivasi yang berasal dari luar atau disebut motivasi ekstrinsik.

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

119

Motivasi dari luar yang dimaksud ini adalah penerapan model pembelajaran STAD yang

mendoroing siswa untuk belajar. Selain ini, model pembelajran STAD dapat meningkatkan motivasi

siswa dikarenakan model ini menghadirkan cara belajar yang baru sehingga siswa terdorong untuk

belajar. Hal ini sesia dengan pendapat yang dikemukan oleh S. Jukur ( 2012: 371). Motivasi

menunjukkan cendrung siswa untuk terlibat dalam kegiatn yang menarik sehingga membuat siswa

belajar untuk meningkatkan kapasitas mereka.

Meningkatnya motivasi siswa maka akan berdampak juga pada peningkatannya hasil belajar

sesuai dengan pendapat Anggraeni (2013:189) yang dinyatakan motivasi siswa yang tinggi akan

berdampak pada perolehan hasil belajar yang memuaskan.

Penerapan model pembelajarn STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa yang diukur ialah hasil belajar kognitif dengan menggunakan tes hasuol belajar yang

dilaksanakan pada awal siklus I sebelum tinda,kan , akhir suklus I dan akhir siklus II soal tes hasil

belajar berjumalh 25 soal pilihan ganda. Tes hasil belajar diberikan pada siswa sebagai acuan

apakah siswa telah memahami materi dengan baik atau tidak, ahl ini sesuai dengan pernyataan dari

Hariyanto (2015: 1001) yang menyatakan setelah melaluiproses belajar sisw diharapkan dapat

mencaa tujuan pembelajarn sebagai hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran.

Hasil penerapan model pembelajaran STAD menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa

sbelum tindakan, akhir suklus I dan akhirsiklus II. Pada tes sebelum tindakan ada 10 (40%) dari 24

siswa yang nilainya mencapai > 71.07.

Hasil belajar dari siklus I menjunjukkan 14 siswa ( 60 % ) yang dinyatakan tuntas. Hasil belajar

akhir siklus II menujukan 24 sisawa (100%) dinyatakan tuntas dengan rata–rata nilii yang diperoleh

94,98. Hasil belajar yang meningkat ini sesuai dengan pernyataan Harsono ( 2009: 72) yang

menyatakan bahwa belajar dapat menghasilkan perubahan yang dialami siswa baik secara potensial

maupun aktual.

Simpulan

Model pembelajarn STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. MOtiavsoi

siswa yang meningkat selain dilihat dari hasil pengisian angkev dapat dilihat dari sikap siswa yang

antusian mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi berani menyampikan idenya dan tiadk malu untuk

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

120

bertanya hal-hal yang belum dipahami. Perubahan motivasi yang baik ini sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

Daftar Rujukan

Anggraeny, 2013. Pdengaruh Motivasi Mengajar dan LIngkungan Teman Sebaya Terhadap Prestasi

Belajar, Bandung FRemaja Rosdikarya.

Budiyono,Budi Usodo &Yemi Kuswardi.2012.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran

Matematika.Surakarta:UNS

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . 2011 . http://www.sarjanaku.com (24 September 2018)

Paul M La Bounty dkk . 2011 . International Society of Sports Nutrition position stand: meal

frequency.springer.com (20 September 2012)

Harsono, 2009. Guru Prefesional, Menguasai Metode dan Keterampilan Mengajar, Jogjakarta

Kanisius

Hariyanto, 2105, Implementasi belajar dan Pembelajaran , Bandung Remaja Rosdakarya.

Irma Pujiati . 2008 Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1

Mega Irhamna. 2009 . Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika

Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitu. Jurnal Penelitian Kependidikan , Tahun 19,Nomor 2,

Oktober 2009

Mappease, 2009. Pengaruh Cara dan MOtivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar, UTHM.

Nanik Pudjowati . 2009 . Implementasi Model STAD (Student Teams Achievement Divisions )

SebagaiUpayaPeningkatanApresiasi HAM PadaPesertaDidikKelas VII SMP 1. JurnalLemlit,

Volume 3, Nomer 2, Desember 2009

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru .Jakarta:

Rajawali Pers.