91
IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KELAS X BDP 2 (STUDI KASUS DI SMKN 1 PONOROGO) TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI OLEH SITI KHASANAH NIM: 210315287 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO MEI 2019

IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI

PEKERTI DI KELAS X BDP 2 (STUDI KASUS DI SMKN 1

PONOROGO) TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

OLEH

SITI KHASANAH

NIM: 210315287

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

MEI 2019

Page 2: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

ABSTRAK

Khasanah, Siti. 2019. Implementasi Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan

Minat Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Ajaran 2018/2019. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Ponorogo. Pembimbing, Ahmad Nu’man Hakiem, M.Ag.

Kata Kunci: Metode Sosiodrama, Minat Belajar, Hasil Belajar

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dinamis dan berkelanjutan

sebagai pemenuhan kebutuhan siswa dan guru. Kualitas pendidikan yang

diberikan oleh guru kepada siswa sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Karena itulah, minat belajar harus ditumbuhakan pada setiap mata pelajaran.

Termasuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP)

yang mana merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk

dipahami siswa. Namun, di SMKN 1 Ponorogo, peneliti menemukan masalah

yaitu ketika dalam proses pembelajaran PAIBP siswa terlihat kurang semangat

dalam belajar, mengantuk, tidak memperhatikan secara penuh, serta kurang

konsentrasi. Karena itulah perlu upaya untuk meningkatkan minat siswa dengan

menggunakan metode sosiodrama.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Model Spiral dari

Kemmis dan Taggert yang dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus

terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek

penelitian adalah kelas X BDP 2 SMKN 1 Ponorogo yang berjumlah 32 siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Analisis data yang digunakan meliputi: (a) analisis Kualitatif yang menonjolkan

hal-hal pokok berkaitan dengan masalah penelitian, (b) analisis Kuantitatif yang

menghitung minat dan hasil belajar siswa yaitu memberikan, menjumlahkan,

mempresentasekan skor pada setiap aspek-aspek yang diamati melalui observasi

atau pengamatan langsung.

Pelaksanaan metode sosiodrama dilakukan dengan cara sebagai berikut,

(1) siklus I, pertemuan pertama diawali dengan menjelaskan materi pembelajaran

dan pelaksanaan metode sosio drama, mebentuk kelompok sosio drama, membuat

teks drama dan penilaian. Pada pertemuan kedua, dilakukan pementasan drama.

Pada siklus ini terbentuk 5 kelompok dengan durasi tampil masing-masing 10

menit serta evaluasi hasil belajar. (2) siklus II, Pertemuan pertama yaitu

menjelaskan materi pembelajaran, mebentuk kelompok sosio drama, membuat

teks drama dan penilaian. Pada pertemuan kedua, dilakukan pementasan drama.

Pada siklus ini terbentuk 6 kelompok dengan durasi tampil masing-masing 10

menit serta evaluasi hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam

penerapan metode sosiodrama secara maksimal dalam pembelajaran mampu

meningkatkan minat belajar masing-masing peserta didik sehingga hasil belajar

juga meningkat. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada siklus I sebanyak 22 siswa

atau 68,75% yang mencapai tuntas, kemudian di siklus II siswa yang tuntas dalam

belajar berjumlah 32 siswa atau 100 %.

Page 3: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun
Page 4: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun
Page 5: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun
Page 6: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun
Page 7: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dinamis dan berkelanjutan

sebagai pemenuhan kebutuhan siswa dan guru. pendidikan memiliki tanggung

jawab untuk meningkatkan minat siswa, memperluas, dan mengembangkan

horizon keilmuan mereka dan membantu mereka menjawab tantangan

kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan harus mendesain

pembelajaran yang responsive dan berpusat pada siswa agar minat dan aktivitas

belajar mereka terus meningkat. Dengan terkondisikannya minat siswa dalam

aktivitas belajar di sekolah maka akan terjadi pemaksimalan pada diri siswa

dalam menerima ilmu pengetahuan yang diberikan. Kualitas pendidikan yang

diberikan oleh guru kepada siswa sangat mempengaruhi hasil belajar siswa

dalam menerima pengetahuan. Ada tiga prinsip utama yang mendasari sekolah

dalam menyelenggarakan proses rekayasa pengubahan tingkah laku yaitu,

(1) pengubahan pola tingkah laku seseorang sangat kuat dipengaruhi oleh

lingkungan, (2) pendidikan di sekolah merupakan perubahan tingkah laku yang

terprogram secara cermat, dan (3) masa depan sekolah sebagai lembaga

perekayasa pola tingkah laku yang terprogram adalah cerah karena mempunyai

peranan yang besar dalam mencapai tujuan.1

1 Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), 51-52.

1

Page 8: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Dalam proses belajar mengajar, siswa menjadi subyek utama sehingga

dimana siswa terlibat secara aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang

didapatnya. Keaktifan siswa yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik

harus berkembang dan berjalan beriringan. Sehingga menimbulkan istilah

“keaktifan siswa”. Keaktifan siswa meliputi sering bertanya, tingkat

pemahaman tinggi, tingkat motivasi belajar tinggi, tingkat kemandirian tinggi,

dan lain-lain. Keaktifan siswa memberikan dampak baik hasil belajar yang

terhadap siswa.2 Dengan demikian siswa tidak hanya duduk, diam dan hanya

mendengarkan guru menyampaikan materi, tetapi siswa berusaha untuk

menggali atau menemukan pengetahuan sendiri. Siswa juga sebaiknya dapat

diberikan contoh secara nyata atau mempraktikkan contoh tersebut. Sehingga

secara langsung maupun tidak langsung siswa diharapkan mampu memahami

secara maksimal dan mendalam materi yang disampikan dalam pembelajaran.

Hernowo mengungkapkan, “Learning is most effective when it’s fun.”

Belajar akan berlangsung sangat efektif jika berada dalam keadaan yang

menyenangkan. Ditambah pendapat Dave Meier yang dikutip dari Buku karya

Hernowo, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan

gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan

berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta nilai yang

membahagiakan pada diri pembelajar.3

2 Mukhlison Effendi, Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet Basic

Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreatifitas Mahasiswa (Surabaya: Lapis PGMI,

2014), 1-3. 3 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014), 3.

Page 9: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP)

merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk di pelajari dan

dipahami siswa. Karena agama merupakan dasar dalam kehidupan. Di sekolah

seorang guru, terutama guru mata pelajaran PAIBP mempunyai tanggung

jawab lebih untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan mendidik siswa

dalam hal beragama. Oleh karena itu proses pembelajaran PAIBP harus

berjalan dengan kondusif agar tujuan pembelajaran tercapai.

Di SMKN 1 PONOROGO, peneliti menemukan masalah yaitu ketika

dalam proses pembelajaran PAIBP dari 32 orang siswa yang ada, 25 orang

siswa terlihat kurang semangat dalam belajar, mengantuk, tidak

memperhatikan secara penuh, serta kurang konsentrasi. Dan ketika siswa di

tanya oleh guru tentang kepahaman siswa terkait mata pelajaran PAIBP respon

siswa adalah hanya terdiam saja, berkata bahwa sudah paham dan jika ada

yang bertanya itu hanya satu atau dua siswa dan itu jarang sekali terjadi. Guru

akan menggap bahwa siswanya sudah paham tentang metri pelajaran yang

disampaikan. Akan tetapi pada saat dilakukan evaluasi pembelajaran oleh guru

beberapa siswa masih mendapat nilai di bawah KKM.4

Dalam proses pembelajaran guru mata pelajaran PAIBP lebih sering

menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Meskipun tidak jarang

juga memanfaatkan fasilitas lcd proyektor yang ada untuk presentasi

menggunkan power point. Akan tetapi proses pembelajaran seperti itu juga

sering di gunakan oleh guru mata pelajaran yang lain. Siswa sudah terbiasa

4 Hasil observasi di SMKN 1 Ponorogo

Page 10: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

dengan proses pembelajaran yang seperti itu, yaitu mendengarkan penjelasan

dari guru baik menggunakan atau tanpa power point serta mempresentasikan

hasil power point karya mereka secara berkelompok.5

Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan

mengimplementasikan berbagai metode pembelajaran yang dianggap cocok

dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa.6

Ketepatan guru dalam memilih, merancang, dan juga mengimplemetasikan

metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa dapat mempengaruhi minat

siswa dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang

tepat dapat mempengarui keberhasilan pembelajaran. Karena permasalah yang

berkaitan dengan metode megajar, kreativitas guru, dan penggunaan sarana

atau media pebelajaran, akan berdampak pada daya serap siswa dan juga gairah

siswa dalam mencerna pelajaran tersebut. Siswa menjadi kurang tertarik, tidak

bersemangat bahkan menumpulkan daya kreativitasnya dalam belajar.

Mata pelajaran PAI merupakan salah satu mata pelajaran yang siswa

terima pada setiap jenjang pendidikn dari SD/MI, SMP/MTS dan

SMA/SMK/MA. Bahkan di setiap kenaikan kelas mata pelajaran PAI sudah di

pastikan ada. Dan kebanyakan guru menggunakan metode pembelajaran yang

sama dalam proses pembelajaran PAI. Hal itu yang menjadi kemungkinan

menjadi kurang maksimalnya tercapainya tujuan pendidikan. Pengetahuan

mengenai agama sangatlah penting bagi siswa untuk masa sekarang maupun

masa mendatang. Pengetahuan merupakan suatu hal yang telah diketahui oleh

5 Hasil wawancara dengan siswa SMKN 1 Ponorogo 6 Wina Sanjaya, Strategi Pemblajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2011), 14-15.

Page 11: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

seseorang. Untuk mengetahui sesuatu manusia dapat menggunakan inderanya

seperti mendengar, melihat, merasa dan lain sebagainya. Pengetahuan dapat

muncul dari beberapa pengalaman seseorang, baik itu yang dialaminya sendiri

atau yang dialami oleh orang lain. Setiap orang memiliki pengetahuan karena

pernah mengalami sesuatu dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan

berfikiran bertindak. 7

Dalam undang-Undang No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS) Bab II pasal 3, disebutkan bahwa Pendidikan

Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.8

Metode sosiodrama terlihat efektif untuk di implmentasikan dalam

pembelajaran PAIBP sebagai upaya pembangunan suasana belajar yang

nyaman sehingga akan membuat siswa termotivasi, semangat belajar, dan

memiliki minat yang tinggi dalam belajar. Metode ini memiliki sifat yang

menyenangkan, sehingga siswa tidak akan mengantuk dan konsentrasi dalam

proses pembelajaran. Siswa jugadapat mengambil kesimpulan materi dengan

7 Herabudin, Ilmu Alamiah Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 87. 8 Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup (Yogyakarta: Pustaka

Ifada, 2013), 2.

Page 12: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

tepat karena peristiwa atau duplikat peristiwanya langsung dihayati dan melatih

siswa utuk berfikir sistematis dan meyusun buah pikirannya dengan teratur.9

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti

penerapan metode Sosiodrama untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas X BDP 2

SMKN 1 PONOROGO. Dan judul penelitian ini adalah “Implementasi

Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas

X BDP 2 (Studi Kasus Di SMKN 1 Ponorogo)”.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Dari temuan diatas dapat di identifikasi, masalahnya sebagai berikut:

1. Guru selalu mendominasi saat pembelajaran dikelas sehingga kurang

memberikan kesempatan peserta didik dalam berperan aktif saat

pembelajaran.

2. Guru masih setia menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik

merasa bosan dan kurang minat dalam belajar.

3. Siswa merasa jenuh ketika pembelajaran

4. Kegiatan belajar mengajar didalam kelas kurang menyenangkan.

5. Hasil belajar beberapa siswa yang kurang maksimal

9 Mel Sibermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 1996), 161-162.

Page 13: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

6. Masih adanya guru yang belum menerapkan metode Sosiodrama dalam

pembelajaran.

Permasalahan diatas akan dibatasi pada masalah nomor 3 dan 4 yaitu

tentang kurangnya minat belajar dan hasil belajar siswa yang akan diatasi

dengan metode Sosiodrama.

C. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai:

1. Bagaimana pengimplementasian metode Sosiodrama untuk meningkatkan

minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAIBP di SMKN

1 PONOROGO ?

2. Bagaimana dampak dari penggunaan metode Sosiodrama terhadap minat

belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAIBP di SMKN 1

PONOROGO?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa setelah penerapan metode

Sosiodrama pada mata pelajaran PAIBP di SMKN 1 PONOROGO.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan metode

Sosiodrama pada mata pelajaran PAIBP di SMKN 1 PONOROGO.

Page 14: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

E. Manfaat Penelitian

Peneltian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya kajian mengenai metode sosiodrama dalam

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi guru PAIBP mengenai manfaat metode

sosiodrama dalam pembelajaran.

b. Sebagai bahan rujukan untuk menggunakan metode pembelajaran

sosiodrama.

c. Penelitian ini memberikan keluasan dan kedalaman wawasan dan

pemahaman kepada peneliti mengenai implementasi metode

sosiodrama dalam pembeajaran.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan

memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal ini,

untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab

yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang dipaparkan secara

sistematis, yaitu:

BAB I : Menguraikan tentang pendahuluan yang

Page 15: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

mencakup latar belakang masalah,

indentifikasi dan pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II : Menguraikan tentang landasan teori, telaah hasil

penelitian terdahulu, kerangka berfikir, dan

pengajuan hipotesis tindakan.

BAB III : Menguraikan tentang metode penelitian yang

mencakup objek penelitian, setting subjek

penelitian, variabel yang diamati, dan prosedur

penelitian.

BAB IV : Menguraikan tentang hasil penelitian tindakan

kelas yang mencakup gambaran singkat setting

lokasi penelitian, penjelasan data per-siklus,

proses analisis data per-siklus dan

pembahasan.

Page 16: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN ATAU KAJIAN

TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berangkat dari telaah hasil penelitian terdahulu. Adapun

penelitian dilakukan oleh:

1. Sutini pada tahun 2015 dengan judul “Upaya Meningkatkan Proses Dan

Hasil Belajar Melalui Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Akidah

Akhlak (Penelitian Tindakan Kelas Di MI Ma’arif Kadipaten Babadan

Ponorogo Kelas III Pokok Bahasan Akhlak Terpuji Tahun Pelajaran

2014/2015).

Hasil penelitian menunjukkan perolehan pencapaian sebagai berikut:

Hasil penelitian dari setiap siklus ada peningkatan atau perubahan yang

sangat drastis. Pada siklus pertama presentase untuk hasil belajar yang

memenuhi KKM adalah 80% dan pada siklus kedua untuk hasil belajar yang

memenuhi KKM adalah 100%.

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang: memiliki pesamaan dengan pembahasan metodenya, yaitu metode

sosiodrama serta penggunaan metode penelitiannya penelitian tindakan

kelas. Sedangkan perbedaannya terletak pada penelitian terdahulu dilakukan

pada jenjang pendidikan MI dan penelitian sekarang dilakukan pada jenjang

pendidikan SMK.

10

Page 17: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2. Reni Utami pada tahun 2011 dengan judul “Penerapan Metode Sosiodrama

Untuk meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas

XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III Tahun Ajaran

2011/2012.”

Hasil penelitian menunjukkan pencapaian sebagai berikut: dengan

penggunaan metode pembelajaran sosiodrama dalam pembelajaran,

partisipasi siswa dari siklus I, II dan III selalu mengalami peningkatan yang

lebih baik. Dengan presentase siklus I (55,55%), siklus II (88,88%) dan

siklus III (100%).

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang: memiliki persamaan dengan pembahasan metodenya, yaitu

metode sosiodrama, metode penilitan tindakan kelas dan juga di terapkan di

jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. Sedangkan perbedaannya terletak pada

penelitian terdahulu di terapkan pada pembelajaran sosiologi, sedangkan

penelitian sekarang pada pembelajaran pendidikan agama islam.

3. Heppy Laili Mukarromah Tahun 2017 dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi Melalui Metode Role

Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kepatihan Kecamatan Ponorogo

Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2016/2017.”

Hasil penelitian menunjukkan pencapaian sebagai berikut: penerapan

metode Role Playing terbukti sangat signifikan. Pada siklus I hasil belajar

mencapai presentase 18,75%, siklus belajar II mencapai 62,5% dan siklus

III dengan 100%.

Page 18: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang: memiliki pesamaan pembahasan yaitu metode pembelajaran dan

sama-sama menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Sedangkan

perbedaannya terletak pada penelitian terdahulu dilakukan dilakukan pada

mata pelajaran IPS di jenjang pendidikan SD sedangkan penelitian kali ini

dilakukan pada mata pelajaran PAI di jenjang pendidikan SMK.

B. Kajian Teori

1. Kajian Metode Pembelajaran

a. Definisi Metode Pembelajaran

Ada beberapa definisi terkait metode pembelajaran, diantaranya

adalah:

1) Metode pembelajaran merupaka cara yang teratur dan ilmiahdalam

mencapai maksud untuk memperoleh ilmu atau juga merupakan

cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu

fenomena dengan menggunakan landasan teori. Ruhani

mendefinisikan metod sebagai suatu cara kerja yang sistematik dan

umum yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2) Metode pembelajaran yang di definisikan oleh Oemar Hamalik

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, internal material fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 19: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan

suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dan

merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode memegang peranan sangat penting dalam pembelajaran,

hal tersebut dikarenakan metode berfungsi untuk merealisasikan strategi

yang diterapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran

sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,

karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat

diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. 10

D.H. Queljoe dan A. Ghazali, mengemukakan bahwa yang

menjadi perhatian utama dedaktik adalah tujuan pembelajaran, bahan

atau materi pengajaran dan metode mengajar atau teknik yang dipakai

untuk menyampaikan materi.11

b. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Menurut Sardiman, A.M, motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif dan berfungsinya, dikarenkan adanya

pengaruh/perangsang dari luar. Karena itu metode berfungsi sebagai

alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar

seseorang.

Penggunaan satu macam metode dalam pembelajaran

cenderung menghasilkan pembelajaran yang membosankan. Kondisi

10 Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 147. 11 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2002)

Page 20: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

semacam ini merugikan kedua belah pihak yaitu guru dan siswa

tentunya. Guru gagal dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan

dan anak didik dirugikan. Hal semacam ini berarti metode tidak

dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik.

2) Metode sebagai strategi pengajaran

Setiap siswa tentunya memiliki daya serap dalam menerima

pelajaran yang berbeda-beda, sehingga diperlukan strategi belajar

mengajar yang tepat. Dan metode pembelajaranlah salah satu

jawabannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan DR. Roestiyah,

NK yaitu dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki

strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,

mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk

memiliki strategi adalah harus menguasai tehnik-tehnik penyajian

atau biasa disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode

mengajar adalah sebagai strategi pengajaran dalam proses

pembelajaran.12

3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan merupakan suatu cita-cita yang akan dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar, sehingga akan memberikan pedoman

dalam menentukan arah belajar mengajar. Dalam proses belajar

mengajar, guru akan berusaha dengan semaksimal mungkin agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu caranya yaitu dengan

12 Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009).,

79.

Page 21: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

menggunakan metode. Karena metode merupakan salah satu alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi guru sebaiknya

menggunakan metode yang dapat menujang kegiatan belajar

mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efisien untuk

mencapai tujuan. 13

c. Pemilihan dan penentuan metode belajar mengajar

Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali

pertemuan kelas bukan asal pakai, tetapi setelah memlaui seleksi yang

berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus.

Pembicaraan tersebut membahas masalah pemilihan dan penentuan

metode dalam kegiatan belajar mengajar, yang meliputi:

1) Nilai strategi metode

Di dalam kegiatan belajar mengajar tentunya akan terjadi suatu

interaksi antara guru dan peserta didik yang salah satunya dalam hal

penyampaian bahan pelajaran. Metode pembelajaran menempati

posisi yang penting karena salah satu penyebab kegagalan

pengajaran dikarenakan oleh pemilihan metode yang kurang tepat.

Jadi dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang

memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai

strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan

belajar mengajar. 14

13 Ibid., 78. 14 Ibid., 80.

Page 22: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2) Efektifitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan

pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah

dirumuskan. Cukup banyak terjadi bahan pelajaran yang terbuang

dengan percuma hanya dikrenakan oleh penggunaan metode yang

tidak tepat, yaitu hanya menuruti kehendak guru tanpa

memperhatikan kebutuhan siswa sendiri. Misalnya guru senang

menggunakan metode ceramah padahal tujuan pengajarannya agar

siswanya bisa menjalankan ibadah sholat dengan baik dana benar.

efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian

antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah

diprogamkan.

3) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien,

antara guru dan anak didik harus beraktifitas.15 Anak didik harus

memiliki kreativitas yang tinggi, tidak hanya menunggu komando

dari guru dan guru harus mengajar dengan giat dan semangat. Guru

sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar mengajar.

Salah satunya adalah melakukan pemilihan dan pemenuhan metode

tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dengan

15 Ibid., 82.

Page 23: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

mengenal karakteristik (kelebihan dan kekuranagn) masing-masing

metode pengajaran.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat

digunakan yaitu ceramah, demontrasi, diskusi, simulasi,

laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat,

symposium.16

2. Kajian Sosiodrama

a. Pengertian metode sosiodrama

Metode sosiodrama adalah suatu bentuk metode mengajar

dengan cara memerankan tingkah laku yang berkaitan dengan masalah-

masalah sosial yang ada di lingkungan. Sosiodrama juga sering disebut

dengan bermain peran atau juga drama. Sosio drama termasuk bagian

dari jenis simulasi. Metode sosio drama merupakan metode

pembelajaran bermain peran yang berguna untuk memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan

menyangkut hubungan antar manusia seperti masalah kenakalan

remaja, narkoba, gambaran keluaraga yang otoriter, dan lain

sebagainya.17

Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat dan

drama yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang,

16 Abdul Majid, Belajar dan Pembrlajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014), 129 . 17 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 205-

206.

Page 24: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang dengan orang lain dan

sebagainya. Matode sosiodrama adalah penyajian bahan dengan cara

memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun

kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungn sosial

yang kemudian di minta beberapa peserta didik untuk

memerankannya.18 Metode pembelajaran ini menekankan kenyataan di

mana siswa diikut sertakan dalam memainkan peran dalam

mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.

b. Pelaksanaan Metode Sosiodrama

Menurut Rama Yulis pelaksanaan metode sosiodrama dapat

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Persiapan

Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan

di peragakan atau memilih tema cerita, dan menjelaskan mengenai

peranan-peranan yang akan di mainkan siswa.

2) Penentuan Perilaku

Memberikan dorongan kepada peseta didik untuk bermain

peran dengan memberikan petunjuk atau contoh yang sederhana agar

mereka siap mental.

18 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1997) , 19

Page 25: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

3) Penentuan pelaku atau pemeran

Para pelaku memainkan peran sesuai dengan imajinasi atau

daya tanggap masing-masing.

4) Dikusi

Dilanjutkan dengan diskusi yang di pimpin oleh guru.

Diskusi berkisar pada tingkah laku pemeran dalam hubungannya

dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu pembicaraan berupa

tanggapan pendapat dan beerapa kesimpulan.

5) Ulangan permainan

Saran – saran atau kesimpulan yang diperoleh dari hasil

diskusi.19

c. Kegunaan Sosiodrama

Kegunaan sosiodrama dalam pembelajaran adalah:

a) Menerangkan atau memperjelas materi pelajaran yang berkaitan

dengan masalah-masalah sosial yang didalamnya menyangkut

orang banyak dengan pertimbangan didaktis maka lebih baik di

dramtisasikan agar peristiwa tersebut lebih nyata dan dapat dihayati

oeh siswa.

b) Dapat melatih diri siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah

sosial psychologis.

19 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), 273-

274.

Page 26: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

c) Melatih diri siswa dalam hal bergaul agar dapat melakukan

pengenalan terhadap orang lain dan juga msalah-masalah sosial

yang ada atau sedang dihadapi.

d. Kelebihan dan kekurangan metode sosiodrama

Kelebihan metode sosiodrama ini adalah sebagai berikut:

a) Memupuk keberanian siswa untuk berekspresi memerankan

peristiwa sosial.

b) Siswa dapat mengambil kesimpulan yang tepat karena menghayati

peristiwa duplikatif tersebut.

c) Melatih siswa untuk berfikir sistematis.

d) Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar

mudah dipahami orang lain.20

Kekurangan metode sosiodrama ini adalah sebagai berikut:

a) Membutuhkan banyak waktu dan fasiltas-fasilitas pelajaran yang

cukup.

b) Memerlukan persiapan yang matang dan teliti sehingga

membutuhkan tenaga dan pemikiran yang lebih.

c) Adanya sikap segan dan malu yang dimiliki beberapa murid

sehingga kegiatan dramatisasi tidak tercapai sempurna yang berarti

tujuan pembelajaran tidak tercapai.

e. Saran-saran pelaksanaan metode sosiodrama:

a) Hendaknya tujuannya dirumuskan secara jelas.

20 Tukiran Taniredja dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif (Bandung:

Alfabeta, 2015), 56.

Page 27: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

b) Hendaknya guru menerangkan terlebih dahulu peristiwa sosial

yang akan di dramatisasikan dengan jelas.

c) Guru menentukan dan melilih siswa yang menjadi pelaku dan

membrifing mereka.

d) Guru harus memperhatikan jalannya permainan.21

f. Tujuan-tujuan yang dapat dicapai dengan metode sosiodrama

diantaranya adalah:

a) Mengerti perasaan orang lain.

b) Membagi pertanggung jawaban dan memikulnya.

c) Menghargai pendapat orang lain.

d) Mengambil keputusan dalam kelompok.22

e) Memupuk dan melatih keberanian dan daya cipta. 23

3. Kajian minat belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar secara terminologi terdiri dari dua istilah kata yang

masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri. Untuk

menjelaskan keduanya, terlebih dahulu perlu dari istiah minat dan

belajar itu sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.24 Menurut

21 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional.,103 22 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Jemmars, 1980),

102. 23 Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran (Jakarta: PT Bina Aksara, 1984),

59.

Page 28: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

beberapa ahli, sebagai berikut: menurut Sukardi, minat dapat

diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan

sesuatu. Adapun menurut Sadirman, minat adalah suatu kondisi yang

terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi

yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-

kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat seseorang

barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat

mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa suatu objek, biasanya disertai dengan perasaan

senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.25

Menurut Bernad dalam Sadirman, menyatakan bahwa

minat timbul secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat

dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau

bekerja. Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan

kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen

menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan

kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi,

faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam

praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa

dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui

belajar. Dimana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau

24 Tim Penyusun KKBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),

957. 25 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,

2013), 57.

Page 29: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas

dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki.26

Menurut Bloom, minat adalah apa yang disebutnya

sebagai subject-related affect, yang di dalamnya termasuk minat dan

sikap terhadap materi pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan

pembatas yang jelas antara minat dan sikap terhadap materi

pelajaran. Yang tampak adalah sebuah kontinum yang terentang dari

pandangan-pandangan negatif atau afek (affect) negatif terhadap

pelajaran. Ini dapat diukur dengan menanyakan kepada seseorang

apakah ia mempelajari itu, apa yang disukai atau tidak disukainya

mengenai pelajaran dan berbagai pendekatan dengan menggunakan

kuesioner yang berupaya meningkatkan berbagai pendapat,

pandangan, dan preferensi yang mungkin menunjukkan suatu afek

postif atau negatif terhadap pelajaran.27

Bloom juga menunjukkan bahwa prestasi dan subject-

related affect saling berhubungan dan saling memengaruhi. Prestasi

yang tinggi meningkatkan afek positif, dimana afek yang positif ini

membuat prestasi menjadi lebih tinggi dan prestasi yang lebih tinggi

ini juga membuat afek semakin positif. Demikian sebaliknya,

prestasi yang rendah menurunkan lagi afek positif.

Perasaan subjektif siswa tenatng mata pelajaran atau

seperangkat tugas dalam pelajaran banak dipengaruhi oleh

26 Ibid., 58. 27 Ibid., 59.

Page 30: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

persepsinya tentang mampu tidaknya ia dalam merampungkan tugas-

tugas itu. pada gilirannya, persepsinya adalah berdasarkan pada

riwayat sebelumnya dengan tugas semacam itu dan terutama

penilaian sebelumnya mengenai hasil belajar dari dalam tugas-tugas

ini.28

Adapun definisi belajar dapat dikemukakan menurut

beberapa ahli. Definisi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) R. Gagne (1989), belajar merupakan suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.29

2) Gagne, belajar dimaknai suatu proses untuk memperoleh motiasi

dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu

upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui

instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan

dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.

3) Burton dalam Usman dan Setiawati, belajar dapat diartikan

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya.

4) E.R. Hilgrad, belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi

terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud

28 Ibid., 59-60. 29 Ibid., 1.

Page 31: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini

diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgrad menegaskan

bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam

diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan

sebagainya.

5) W.S Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan

lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang relatif

konstan dan berbekas.30

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat

belajar adalah gairah, gelora semangat, minat terhadap aktivitas

mental yang berlangsung dalam interkasi aktif antara seseorang

dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan.

b. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa

ada dua yakni:

1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu.

Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor fisiologis meliputi:

(1) Kesehatan jasmani

30 Ibid., 3 - 4.

Page 32: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

(2) Gizi cukup tinggi (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah

ngantuk, sukar menerima pelajaran)

(3) Kondisi panca indra (mata, hidung, telinga, pengecap, dan

tubuh). Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi

pengelolaan kelas, pengajaran klasikal perlu

memperhatikan: postur tubuh anak, dan jenis kelamin anak

(untuk menghindari letupan-letupan emosional yang

cenderung tak terkendali).31

b) Faktor psikologis meliputi:

Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena

itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor psikologis

yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik

antara lain:

(1) Kecerdasan

“Didiklah anak sesuai dengan taraf umurnya”

Dari sini jelas bahwa antara kecerdasan dan umur mempunyai

hubungan yang sangat erat. Perkembangan seseorang dari

yng kongkrit ke yang abstrak tidak bisa dipisahkan dari

perkembangan intelegensinya. Makin meningkat umur

seseorang makin abstrak cara berpikirnya.

31 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2012), 196.

Page 33: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

(2) Bakat

Bakat memang diakui sesuatu yang dibawa anak

sejak lahir yaitu potensi-potensi yang aktif dan pasif yang

akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.

Antara pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang

sama maksudnya. Perbedaannya terletak pada luas

pengertiannya.

Bakat lebih dekat dengan kata Aptidute (kecakapan-

kecakapan pembawaan) yaitu mengenai kesanggupan-

kesanggupan (potensi-potensi) tertentu. Sedang

pembawaan lebih luas yakni semua sifat, ciri-ciri dan

kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir

(termasuk pembawaan keturunan).32

Bakat yang tidak dilatih dengan lingkungan maka

akan menjadi terpendam (sebatas potensi) yang tidak

aktual. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai

prestasi dalam bidang tertentu, tapi diperlukan latihan,

pengetahuan, pengalaman dan dorongan agar bakat itu bisa

terwujud.33

32 Ibid., 197. 33 Ibid., 198.

Page 34: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Jadi ada dua faktor yang ikut mempengaruhi

perkembangan bakat seseorang:

(a) Faktor anak itu sendiri (tergantung pada minat,

kesulitan/masalah pribadi, meskipun bakat karena

keturunan)

(b) Lingkungan anak (tidak ada kesempatan/orang tua

miskin, dan lain-lain)

Sebenarnya pada dasarnya tiap orang punya bakat-

bakat tertentu, tapi ada perbedaan dalam jenis dan

derajatnya. Oleh karena itu yang dikatakan anak berbakat

ialah mereka yang mempunyai bakat dalam derjat tinggi

dan bakat-bakat yang unggul. Macamnya: bakat seni,

melukis, menyanyi, akademik, memimpin, bakat mekanis

dan lain-lain.

(3) Motivasi

Yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Banyak bakat yang tak

berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang

tepat.

(4) Kemampuan Kognitif

Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu

dituntut pada anak untuk dikuasai karena menjadi dasar

bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

Page 35: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai unttuk

sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yakni:

(a) Persepsi

Yaitu proses yang menyangkut masuknya

pesan/informasi kedalam otak manusia.

(b) Mengingat

Ada 2 bentuk yaitu mengenal kemali (rekognisi)

dan mengingat kembali (reprduksi)

(c) Berpikir34

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor eksternal dibagi menajdi dua yakni faktor keluarga dan

faktor sekolah. Faktor yang berasal dari keluarga seperti cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan. Sedangkan faktor yang berasal dari sekolah

seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta

didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah,

mata pelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah.35

c. Indikator minat belajar siswa

Seseorang dikatakan memiliki minat terhadap sesuatu, apabila

ia mempunyai perasaan senang, perasaan tertarik dan penuh

perhatian terhadap sesuatu hal tersebut. Hal ini akan muncul apabila

34 Ibid., 198-199. 35 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management),

(Bandung: Alfabeta, 2015), 150.

Page 36: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

didukung dengan sikap positif atau menerima dengan hal tersebut

(WS. Winkel, 1989: 105). Selanjutnya minat hampir tidak dapat

dilepaskan dari perasaan terpenuhinya kebutuhan yang menimbulkan

kepuasan bagi dirinya (Usman Effendi, 1985: 122).

Dari hal diatas dapat diketahui bahwa yang indicator minat

yaitu: perasaan senang, perasaan tertarik, penuh perhatian, bersikap

positif, dan terpenuhinya kebetuhan.36

d. Cara menumbuhkan minat belajar siswa

Rasa ketertarikan siswa dalam belajar dapat dirangsang dan

dijaga dengan menggunakan cara yang berbeda-beda dan tentunya

dengan cara yang meneyenangkan. Dalam kerangka ini, guru dapat

menerapkan cara-cara sebagai berikut:

1) Bersikap antusias pada pelajaran yang sedang diajarkan.

Dalam meningkatkan antusias belajar siswa, tentunya guru

juga harus menunjukkan antusias terhadap mata pelajaran yang

diajarkan. Sehingga bukan peserta didik saja yang dituntut untuk

bersikap antusias dalam pembelajaran namun guru pun juga harus

menunjukkan antusias sehingga aka terjadi interkasi positif yang

saling menguntungkan. Dengan begitu, guru mampu

menumbuhkan antusias siswa dalam belajar.

36 Tien Kartini, “Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat Siswa

Dalam Pembelajaran,” Pendidikan Dasar, 8 ( Oktober, 2007).

Page 37: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2) Memberikan selingan pada cara mengajar

Memberikan selingan-selingan ditengah pembelajaran

yang sedang berlangusung akan dapat dapat menghindari dari

kebosanan. Selingan-selingan tersebut seperti mengadakan game,

ice breaker, menyajikan beberapa vidoe yang mendukung materi

pelajaran, bercerita humor, dan lain-lain. Hal ini akan dapat

merenggangkan otot dan membuat peserta didik lebih lebih rileks

dan santai. Dengan begitu siswa akan terhindar dari kebosanan

dan semangat dan semangat lagi dalam belajar.

3) Membangun suasana belajar yang nyaman

Siswa akan termotivasi, semanagat belajar, dan memiliki

minat yang tinggi apabila guru mampu menciptakan pembelajaran

dengan nyaman. Jika siswa sudah merasa nyaman saat berada di

kelas, maka siswa akan siap menerima pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru dan semangat dalam mengikuti

pembelajaran di kelas.37

4) Memberikan reward dan punishment

Memeberikan reward (hadiah) kepada anak berprestasi

dan punishment kepada anak yang melakukan kesalahan/

pelanggaran adalah salah satu cara yang dapat menumbuhkan

antusias dalam belajar. Ketika seorang siswa yang mendapat

prestasi kemudian guru memberikan penghargaan, siswa tersebut

37 Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), 199.

Page 38: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

akan termotivasi dan bergairah dalam meningkatkan prestasinya.

Sedangkan siswa yang melakukan pelanggaran, kemudian guru

memberikannya sebuah hukuman, tentunya anak akan merasa

malu dan menyesal untuk mengulanginya kembali. Hukuman

yang dimaksud disini tentunya hukuman yang bersifat mendidik.

Selain cara-cara diatas menurut Nurkacana untuk menumbuhkan

minat belajar siswa yaitu:

1) Meningkatkan minat anak-anak, setiap guru mempunyai

kewajiban untuk meningkatkan minat siswanya. Karena minat

merupakan komponen penting dalam kehidupan pada

umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang

kelas pada khususnya.

2) Memlihara minat yang timbul, apabila anak-anak

menunjukkan minat yang kecil, maka tugas guru untuk

memlihara minat tertentu.

3) Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik,

sekolah merupakan lembaga yang menyiapkan peserta didik

untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus

mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadi

anggota masyarakat yang baik.

4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-

anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai

baginya, minat merupakan bahan pertimbangan untuk

Page 39: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

mengetahui kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat

terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.

Maka ditegaskan bahwa minat belajar siswa merupakan faktor

yang sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas

proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.38

4. Kajian Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Banyak ahli yang mendefinisikan belajar, diantaranya: Winkel

mendefinisikan belajar adalah seluruh aktivitas mental atau psikis,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan dan

keterampilan.39

Menurut Skiner dalam Muhibbin Syah, belajar adalah suatu proses

adaptasi tingkah laku yang berlangsung secara progresif.40 Menurut

Morgan dalam Ngalim Purwanto mendefinisikan belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut

Good dan Brophy dalam Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa

belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses yang terjadi

38 Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 67-68. 39 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2005), 59.

40 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 64.

Page 40: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

secara internal dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh

hubungan-hubungan baru.41

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar yang

menghasilkan perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan,

keterampilan, dan pengalaman.

Setiap kegiatan belajar pasti memiliki tujuan pembelajaran. Untuk

mengetahui apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau belum, maka

dilakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar siswa.

Menurut Nawawi dalam Ahmad Susanto menyatakan bahwa hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran

tertentu.42

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi hasil belajar siswa

adalah:

1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua yakni

faktor fisiologis dan faktor psikologis.43 Adapun yang termasuk

41 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), 84-85. 42 Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 5.

43 Purwanto, Psikologi Pendidikan, 107.

Page 41: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

dalam faktor fisiologis adalah kondisi fisik dan kesehatan dan

faktor psikologis adalah kecerdasan, minat dan perhatian,

motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar.44

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik.

Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yakni faktor yang

berasal dari lingkungan dan faktor yang berasal dari instrumental.

Faktor yang berasal dari lingkungan meliputi lingkungan Alami

(yaitu tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha didalamnya,

tidak boleh ada pencemaran lingkungan), dan lingkungan sosial

budaya (hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial).

Sedangkan faktor instrumental yaitu seperangkat kelengkapan

dalam beragai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi:

kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru.45

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa salah satu faktor eksternal

yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa adalah

guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yag

sangat penting.46

Menurut dunkin dalam Wina Sanjaya, terdapat sejumlah aspek

yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari

faktor guru, yaitu:

a) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta

semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang

44 Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 12. 45 Rohmah, Psikologi Pendidikan, 195-198. 46 Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 13.

Page 42: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini di antaranya

tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang

budaya, dan adat istiadat.

b) Teacher training experience, meliputi pengalaman-

pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar

belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan

profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.

c) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap

profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan

intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik

kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk

didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi

materi.47

Adapun menurut Ruseffendi mengidentifikasi faktor-faktor yang

memengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, dari

kesepuluh faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan siswa

belajar, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya

tergantung pada siswa, yaitu:

a) Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi

terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta

47 Ibid.,14.

Page 43: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan

siswa sangat memebantu pengajar untuk menentukan apakah

siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan

untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti

pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari

faktor lainnya.48

b) Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan

dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi

sebagaimana mestinya. Dlam proses belajar, kematangan atau

kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar

tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih

berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan

individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan

maslaah minat dan kebutuhan anak.

c) Bakat Anak

Menurut Chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah

kemamuan potensial yang dimiliki seseorng untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian,

sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan

48 Ibid., 15.

Page 44: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi

tinggi rendahnya prestasi belajar.

d) Kemampuan Belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah

membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk

belajar. Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan

karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk

kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai

dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh

positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan

belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai

keberhasilan belajar.49

e) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang esar terhadap

sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap

pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak

daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan

perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang

memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan

akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

f) Model Penyajian Materi Pelajaran

49 Ibid., 15-16.

Page 45: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model

penyajian materi. Model penyajian materi yang

menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah

dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara

positif terhadap keberhasilan belajar.

g) Pribadi dan Sikap Guru

Siswa, begitu juga manusia pada umumnya dalam melakukan

belajar tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru saja,

tetapi bisa juga melalui contoh-contoh yang baik dari sikap,

tingkah laku, dan perbuatan. Kepribadian dan sikap guru yang

kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siwa akan

meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini. Pribadi dan sikap

guru yang baik ini tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah

lembut, penuh kasih sayang, membimbing dengan penuh

perhatian, tidak cepat marah, tanggap terhadap keluhan atau

kesuliatn siswa, antusias dan semangat dalam bekerja dan

mengajar, memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin,

serta bekerja penuh dedikasi dan bertanggung jawab dalam

segala tindakan yang ia lakukan.

h) Suasana Pengajaran

Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam

belajar adalah suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang

tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru,

Page 46: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

dan menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya

akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat

secara maksimal.

i) Kompetensi Guru

Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan

tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam

membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar

akan banyak diperngaruhi oleh kemampuan guru yang

profesional,. Guru yang profesional adalah guru yang

memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan

baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode

belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa

berjalan dengan semestinya.

j) Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku

manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh

karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan

masyarakat pun akan ini ikut memengaruhi kepribadian siswa.

Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang

luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi

masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.50

50 Ibid., 16-18.

Page 47: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang

memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan

keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam,

yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada

semua jenjang pendidikan.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menetapkan aqidah yang

berisi tentang ke-Maha-Esaan Tuhan sebagai sumber utama nilai-nilai

kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber utama lainnya

adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah. Selain itu,

akhlak juga merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter

bangsa Indonesia.

Dengan demikian, karakter bangsa Indonesia didasarkan kepada

nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan inti dari sila-

sila lain yang ada dalam Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

dapat mewujudkan nilai-nilai: kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan

sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat

menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara Iman,

Page 48: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Islam, dan Ihsan yang diwujudkan dalam: hubungan manusia dengan

pencipta, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia

dengan sesama dan hubungan manusia dengan lingkungan alam.51

b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah swt. Demi mencapai keselamatan dan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2) Mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia,

berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,

santun, disiplin, toleran, dan mengembangkan budaya Islami dalam

komunitas sekolah;

3) Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan,

pemahaman, dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang

Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama dan

lingkungan secara harmonis; dan

4) Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-

nilai Islami dalam kehidupan masyarakat, warga negara, dan warga

dunia.52

51 Novy Eko Permono, Pengantar Mapel PAI dan Budi Pekerti, (Online),

http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-budi-pekerti.html,

diakses 04 Desember 2018.

Page 49: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Selain diatas baha tujuan akhir dari mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak

yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini yang sebenarnya

merupakan misi utama diutsnya Nabi Muhammad SAW. di dunia.

Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiawa

pendidikan agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (mulia)

adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa

pendidikan Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu,

ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa

pendidikan Islam memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti

juga segi-segi lainnya. Peserta didik membuthkan kekuatan dalam hal

jasmani, akal, dan ilmu, tetapi mereka juga membutuhkan pendidikan

budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan

dengan konsep ini, maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang

diajarkan kepada peserta didik haruslah memerhatikan akhlak atau

tingkah laku peserta didiknya.53

Mengingat signifikasi keberadaan mata pelajaran PAI dalam

membangun karakter atau akhlak peserta didik, maka guru PAI dituntut

mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Guru

PAI, disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan

tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu

pembentukan kepribadian, dan pembinaan akhlak disamping

52 Ibid., diakses pada tanggal 04 Desember 2018. 53 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), 275-276.

Page 50: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para

siswa.54

C. Kerangka Berfikir

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

merubah tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman untuk

memperoleh tujuan tertentu. Proses belajar bukan hanya menguasai materi

pengetahuan saja, akan tetapi perlu terjadi adanya perubahan pada dirinya

sendiri. Adapun perubahan yang dimaksud adalah setelah proses belajar dapat

dilihat dari berbagai macam aspek yaitu, aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik.

Dalam kegiatan belajar mengajar metode pembelajaran yang digunakan

oleh guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan presentasi

menggunakan power point sehingga proses belajar mengajar menjadi menoton

dan kurang menarik. Proses pembelajaran yang seperti ini menyebabkan siswa

kurang minat belajar mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti (PAIBP), hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa

yang menurun. Oleh karena itu, agar pelajaran PAIBP tidak membosankan dan

mudah dipahami oleh siswa dapat diterapkan metode pembelajaran

Sosiodrama.

Metode pembelajaran Sosiodrama ini merupakan salah satu pembelajaran

yang efektif dalam meingkatkan minat belajar siswa dan juga hasil belajar

54 Ibid., 276.

Page 51: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

siswa. Jadi, peneliti berharap dengan metode pembelajaran Sosiodrama dapat

meningkatkan minat belajar siswa kelas X BDP 2 di SMKN 1 Ponorogo.

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berfikir sebagaimana yang telah

diuraikan diatas, maka dapat dijadikan hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut:

1. Melalui penggunaan metode pembelajaran Sosiodrama diharapkan mampu

meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran PAIBP kelas X

BDP 2 di SMKN 1 Ponorogo.

2. Melalui penggunaan metode pembelajaran Sosiodrama diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAIBP kelas X BDP

2 di SMKN 1 Ponorogo.

Page 52: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Ponorogo

SMK Negeri 1 Ponorogo, sekolah kejuruan yang dulunya didirikan

pada tanggal 01 Januari 1969. Awal mulanya sekolah ini berdiri merupakan

sekolah cabang/filial dari SMEA Madiun yang dulu dinamai SMELA

(Sekolah Menengah Lanjutan Atas) Madiun. Kepala sekolah yang pertama

yaitu M. Soedarman, BA. Beliau adalah kepala sekolah pembantuan dari

Madiun. Sekolah yang berada di Jl. Jenderal Sudirman no. 10 ini masih

termasuk bangunan China yang jaman dulu dijuluki sebagai tanah gendom.

Pada tahun 1969 , SMELA diubah namanya menjadi SMEA. Lalu SMEA

ini di sah kan menjadi sekolah negeri pada tanggal 04 Mei 1974. Setelah itu

SMEA diubah lagi menjadi SMK.

Sekolah Menengah Kejuruan ini memiliki jurusan yang pertama kali

yaitu Tata Buku, Tata Usaha, Tata Niaga. Tanggal 7 April 1997 Sekolah

Menengah Kejuruan ini mengalami perubahan dari SMKTA menjadi SMK,

serta perubahan tata kerja SMK maka SMEA Negeri 1 PONOROGO

berganti menjadi SMK Negeri 1 PONOROGO berlaku sejak 2 Juni 1997.

Pada masa jabatan Kepala Sekolah ke-3, jurusan Perkantoran,

Akuntansi, Manajemen Bisnis mengalami perubahan kurikulum pada tahun

1999-2001, jurusan diganti Program Perkantoran menjadi Sekretaris,

60

Page 53: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Manajemen Bisnis menjadi Penjualan. Pada kurikulum 2004/2005 SMKN1

PONOROGO menambahkan program baru Multimedia (Teknik Informatika

dan Komunikasi). Pada kurikulum ini menjadi 4 program keahlian yaitu

Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan, dan Multimedia.

Kurikulum 2008/2009 menambah program keahlian RPL (Rekayasa

Perangkat Lunak).

2. Profil SMK Negeri 1 Ponorogo

SMK Negeri 1 Ponorogo terletak di Jl. Jenderal Sudirman No.10,

Krajan, Pakunden, Kec. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

63416. Status sekolah ini adalah negeri dengan status mutu Rintisan Sekolah

Berstandar Internasional (RSBI). SMK Negeri 1 Ponorogo merupakan

sekolah berintregitas yang mempunyai komitmen tinggi untuk menjadi

lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan berstandar nasional atau

internasional, berwawasan unggul, kompetitif dan professional dengan

berdasarkan IMTAQ.

3. Visi, Misi Dan Tujuan SMK Negeri 1 Ponorogo

a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan berstandar nasional/

internasional, Berwawasan unggul, kompetitif, dan profesional dengan

berstandar IMTAQ

b. Misi

1) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu

mengembangkan diri dengan berlandaskan IMTAQ.

Page 54: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2) Menyiapkan calon wirausahawan.

3) Menjadikan SMK yang mandiri dan professional.

4) Menjadikan SMK sebagai sumber informasi.

c. Tujuan

1) Meningkatkan keterserapan tamatan SMK.

2) Meningkatkan kualitas tamatan SMK sesuai tuntutan dunia kerja.

3) Menyiapkan tamatan SMK yang mampu mengembangkan sikap

professional.

4) Menyiapkan tamatan SMK yang unggul dan kompetetif.

5) Mewujudkan etos kerja dan kualitas kinerja tenaga kependidikan yang

sesuai dengan tugas dan fungsinya secara konsisten.

4. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Ponorogo

Struktur organisasi di sekolah merupakan suatu bentuk berupa urutan

atau daftar yang berfungsi sebagai suatu upaya dalam menjelaskan tugas

dan fungsi dari setiap komponen penyelenggara pendidikan yang

bersangkutan dengan sekolah tersebut.

Dengan adanya struktur organisasi, sistem pelaksanaan pendidikan

di sekolah akan semakin teratur, disiplin, kinerja menjadi efektif, efisien

serta dapat meningkatkan mutu pendidikan sesuai tujuan yang ingin

dicapainya.

Berikut ini struktur SMK Negeri 1 Ponorogo:

a. Kepala Sekolah : Drs. Udi Tyas Arinto

b. Waka Humas : Drs. Sunarno Wibowo, M.Pd

Page 55: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

c. Waka Kesiswaan : Dra. Hj. Nuzul Nalini, M.Pd

d. Waka Kurikulum : Nur Subektiono, S.Pd

e. Waka Sarana dan Prasarana : Drs. Agus Supriono, M.Pd

f. WMM : Hadi Sunarto, S.Pd

5. Ketenagaan dan Siswa Di SMK Negeri 1 Ponorogo

Dalam rangka untuk menunjang proses kegiatan pembalajaran siswa

di sekolah dan mewujudkan tujuan pendidikan, SMK Negeri 1 Ponorogo

memiliki guru yang berjumlah sebanyak 80 orang. Selain guru untuk

membantu operasional sekolah, SMK Negeri 1 Ponorogo juga memiliki

staff yang tidak sedikit yaitu sebanyak 23 staff.55 SMK Negeri 1 Ponorogo

memiliki siswa sebanyak 487 siswa.

6. Sarana Dan Prasarana di SMK Negeri 1 Ponorogo

Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik jika

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana

yang dimaksud adalah komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendidikan dan pengajaran di SMK Negeri 1 Ponorogo.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMK Negeri 1

Ponorogo adalah gedung sekolah yang memadai, ruang kelas, laboratorium

bahasa, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, ruang

perpustakaan konvesional, ruang serbaguna/aula, ruang UKS, ruang praktik

kerja, bengkel, koperasi /took, ruang BP/BK, ruang kepala sekolah, ruang

55 Transkip Dokumentasi 01/D/10-04/2019

Page 56: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

guru, ruang TU, ruang OSIS, kamar mandi guru, kamar mandi siswa, dan

tempat ibadah semua dalam kondisi baik.56

B. Penjelasan Data Per-Siklus

1. Pra Siklus

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas X BDP 2

SMKN 1 Ponorogo dengan jumlah 32 siswa. Penelitian ini bermaksud

untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebelum dan

sesudah diterapkannya metode sosiodrama.

Sebelum melaksanakan tindakan dengan menerapkan metode

sosiodrama, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru seperti biasanya. Pada saat pembelajaran, guru hanya menjelaskan

materi dan siswa hanya mendengarkan. Pada saat suasana seperti ini, siswa

merasa bosan dan kurang minat dalam belajar, sehingga ada beberapa siswa

yang mengalihkan perhatiannya dengan berbicara dengan teman

sebangkunya, bermain sendiri, dan mengantuk yang membuat suasana

pembelajaran tidak kondusif.

Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang

belum dipahami. Namun siswa hanya diam dan tidak memberikan

tanggapan. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa, dan

56 Transkip Dokumentasi 02/D/10-04/2019

Page 57: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

hanya satu, dua siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan dari guru.

Dengan kondisi kelas seperti ini, bahwa guru kurang mampu menghidupkan

suasana pembelajaran di kelas sehingga pemahaman siswa terhadap

materipun sangat rendah.

Untuk selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan pra siklus

dengan menggunakan lembar pengamatan yang peneliti telah siapkan. Hal

ini bertujuan sebagai tindakan memeriksa lapangan dengan menggunakan

metode konvensional yaitu metode ceramah, yang digunakan sebagai tolak

ukur perbandingan sebelum ada tindakan kelas dengan sesudah ada tindakan

kelas, yaitu dengan menerapkan metode sosiodrama.

Pada penelitian pra siklus ini, peneliti belum memperoleh data

sebagai berikut:

1) Minat belajar siswa

Tabel 4.1

Hasil pengamatan minat siswa

No. Hal yang diamati Frekuensi

Ya Tidak

1. Siswa sudah siap untuk menerima pelajaran √

2. Siswa tidak mengganggu teman satu bangku

selama proses pembelajaran

3. Siswa tidak ada yang main-main dalam

proses pembelajaran sehingga membuat

onar di kelas

4. Siswa memperhatikan pelajaran dengan

penuh konsentrasi

5. Siswa bertanya pada guru apabila ada materi

atau hal yang belum jelas

6. Siswa mengerjakan tugasnya dengan baik √

7. Siswa menjawab pertanyaan yang

dilontarkan guru

8. Siswa tidak mengantuk saat proses belajar √

9. Siswa mengikuti jalannya proses belajar dan

saling bekerjasama untuk menumbuhkan

kekompakan kelas dalam pembelajaran

Page 58: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Jumlah 2 7

Rata-rata dalam presentase: 2/9 x 100 =

7/9 x 100 =

22,222

%

77, 778%

2) Hasil belajar siswa

Tabel 4.2

Hasil belajar siswa

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

1. Ailsa Rahma Tsania 75 60 Tidak Tuntas

2. Alfi Hidayatul Karimah 75 82 Tuntas

3. Amanda Yunita Sari 75 76 Tuntas

4. Anggara Putra Wibowo 75 70 Tidak Tuntas

5. Anjas Widyastuti 75 76 Tuntas

6. Aprillia Joan Divana 75 80 Tuntas

7. Atsna Faizatur Rosyidah 75 66 Tidak Tuntas

8. Aulia Riadhatul Kasanah 75 84 Tuntas

9. Berliana Yukita Pratiwi 75 80 Tuntas

10. Binary Titi Prastiwi 75 84 Tuntas

11. Dea Aprianna 75 80 Tuntas

12. Elis Agustina 75 80 Tuntas

13. Erina Intan Putri Maisyaroh 75 76 Tuntas

14. Feby Melati 75 66 Tidak Tuntas

15. Fidia Putri Rahmadana 75 72 Tidak Tuntas

16. Fitri Yunita Andriani 75 69 Tidak Tuntas

17. Fitria Rahmawati 75 74 Tidak Tuntas

18. Gristienna Delima Sari 75 76 Tuntas

19. Handayani Ekawati 75 70 Tidak Tuntas

20. Hanifatul Anisa 75 70 Tidak Tuntas

21. Henra Ryeskyandaru Pride

Untari

75 76 Tuntas

22. Hestyas Ayu Ferdiansyah 75 78 Tuntas

23. Intan Solekhah 75 64 Tidak Tuntas

24. Ira Rosanti Nur Fauziah 75 82 Tuntas

25. Irma Meidiana

Kusumaningtyas

75 68 Tidak Tuntas

26. Krisna Elvi Anjarwati 75 72 Tidak Tuntas

27. Lailatul Dwi Agustin 75 70 Tidak Tuntas

28. Lintang Ayuni Rosa 75 90 Tuntas

29. Marta Rinanda 75 76 Tuntas

30. Melati Soimunanda

Suryaningtyas

75 64 Tidak Tuntas

31. Nabila Avrilya Damayanti 75 70 Tidak Tuntas

32. Nadya Rahmawati 75 82 Tuntas

Jumlah 2383

Rata-Rata 74,469

Page 59: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Presentase hasil belajar siswa pada pra siklus sebagai

berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

17 Tuntas 53,13%

15 Tidak tuntas 46,88%

Berdasarkan tes yang dilakukan pada pra siklus penelitian, dapat

dilihat bahwa minat dan hasil belajar siswa yang diperoleh sangat rendah.

Prosentase minat belajar siswa 22,222% dan hasil belajar siswa yang mampu

mencapai ketuntasan berjumlah 17 (53,13 %) dari 32 siswa yang ada di

kelas X BDP 2 SMKN 1 Ponorogo. Itu artinya masih 15 siswa yang

memperoleh hasil belajar di bawah KKM atau dapat dikatakan tidak tuntas.

Selain itu peserta didik yang mencapai tuntas memperoleh nilai yang

mendekati KKM sehingga hasil belajar mereka peroleh belum maksimal.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlunya

untuk melakukan tindakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan

minat belajar peserta didik dan lebih melibatkan peserta didik berperan aktif

dalam proses pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar masing-masing peserta didik dengan metode sosiodrama.

2. Siklus I

Dalam kegiatan pembelajaran di setiap siklus, alur atau tahapannya

adalah empat kegiatan pembelajaran berbasis PTK yakni perencanaan

(plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

Page 60: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

(reflection). Adapun gambaran singkat kegiatan pembelajaran di siklus I

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama

1) Perencanaan (Plan)

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

PTK.

b) Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

c) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

e) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian kompetensi

serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

2) Tindakan (Action)

a) Kegiatan awal

• Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

• Mengatur tempat duduk.

• Melihat kebersihan kelas.

• Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

• Beroda untuk memulai pembelajaran.

• Perkenalan dengan siswa

• Melakukan absensi.

Page 61: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

• Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

• Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas minggu lalu

dengan yang akan dibahas pada pertemuan hari ini.

• Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan ringan

seperti bershalawat, dll.

• Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan saat itu.

b) Kegiatan inti

• Membaca dan mengamati Q.S. at-Taubah/9: 122 serta hadis

tentang menuntut ilmu.

• Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Q.S. at-

Taubah/9: 122 serta hadis terkait tentang menuntut ilmu.

• Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai Q.S. at-

Taubah/9: 122 serta hadis terkait tentang menuntut ilmu yang

telah disampaikan.

• Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok.

• Guru membagi tema berkaitan dengan perilaku yang

mencerminkan sikap memahami Q.S. at-Taubah/9: 122

• Peserta didik mencari informasi dan mendiskusikan tentang

perilaku yang mencerminkan sikap memahami Q.S. at-

Taubah/9: 122

• Peserta didik Mengolah informasi yangsudah dikumpulkan

dalam satu kelompok.

Page 62: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

• Guru bertanya pada masing-masing kelompok tentang informasi

yang sudah didapat oleh masing-masing kelompok.

• Siswa mengajukan pertanyaan tentang hal yang belum

dimengerti.

c) Kegiatan penutup

• Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

• Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui kemampuan

peserta didik berdasarkan materi yang telah dibahas.

• Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

• Guru melakukan salam penutup.

b. Pertemuan kedua

1) Perencanaan (Plan)

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

PTK.

b) Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

c) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

e) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian kompetensi

serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

Page 63: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2) Tindakan (Action)

a) Kegiatan awal

• Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

• Mengatur tempat duduk.

• Melihat kebersihan kelas.

• Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

• Beroda untuk memulai pembelajaran.

• Melakukan absensi.

• Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

• Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas minggu lalu

dengan yang akan dibahas pada pertemuan hari ini.

• Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan ringan

seperti bershalawat, dll.

• Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan saat itu.

b) Kegiatan inti

• Peserta didik memperhatikan pementasan drama yang

ditampilkan oleh masing-masing kelompok secara bergantian.

• Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang

belum dimengerti dari drama yang dipentaskan .

• Peserta didik mengumpulkan informasi dari pementasan drama

yang ditampilkan

Page 64: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

• Peserta didik Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan

dalam satu kelompok.

• Guru bertanya pada masing-masing kelompok tentang informasi

yang sudah didapat oleh masing-masing kelompok.

c) Kegiatan penutup

• Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

• Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui kemampuan

peserta didik berdasarkan materi yang telah dibahas.

• Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

• Guru melakukan salam penutup.

c. Pengamatan (Observation)

Dalam kegiatan pengamatan (Observation), peneliti

mengamati tingkat antusias belajar siswa dengan menggunkan

lembar observasi terstruktur dan memberikan tanda centang bagi

siswa yang menunjukkan sikap sesuai dengan aspek yang diteliti.

Adapun hasil dari pengamatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 65: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

1) Minat belajar siswa

Tabel 4.1

Hasil pengamatan minat siswa

No. Hal yang diamati Frekuensi

Ya Tidak

1. Siswa sudah siap untuk menerima

pelajaran

2. Siswa tidak mengganggu teman satu

bangku selama proses

pembelajaran

3. Siswa tidak ada yang main-main

dalam proses pembelajaran

sehingga membuat onar di kelas

4. Siswa memperhatikan pelajaran

dengan penuh konsentrasi

5. Siswa bertanya pada guru apabila ada

materi atau hal yang belum jelas

6. Siswa mengerjakan tugasnya dengan

baik

7. Siswa dapat melaksanakan kerjasama

dalam mengerjakan tugas secara

berdiskusi kelompok dengan baik

8. Siswa mempresentasikan hasil diskusi

drama dengan baik

9. Siswa mengikuti jalannya proses

belajar dan saling bekerjasama

untuk menumbuhkan kekompakan

dalam diri setiap anggota

kelompok

Jumlah 5 4

Rata-rata dalam presentase: 5/9 x 100 =

4/9 x 100 =

55,556%

44, 444%

Dari tabel diatas, terlihat bahwa minat siswa pada siklus 1

cukup memuaskan. Dari hasil ini dapat dijabarkan siswa yang

siap untuk menerima pelajaran, siswa yang tidak mengganggu

teman satu bangku, siswa tidak ada yang main-main dalam

proses pembelajaran sehingga membuat onar di kelas, dan siswa

yang memperhatikan pelajaran dengan penuh konsentrasi jika di

presentasekan ada 44,444%. Sedangakan siswa yang bertanya

Page 66: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

pada guru apabila ada materi atau hal yang belum jelas, siswa

mengerjakan tugasnya dengan baik, siswa melaksanakan

kerjasama dalam mengerjakan tugas secara berdiskusi kelompok

dengan baik, siswa mempresentasikan hasil diskusi drama

dengan baik, dan siswa mengikuti jalannya proses belajar dan

saling bekerjasama untuk menumbuhkan kekompakan dalam

diri setiap anggota kelompok presentasenya ada 55,556%.

2) Hasil belajar siswa

Tabel 4.2

Hasil belajar siswa

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

1. Ailsa Rahma Tsania 75 60 Tidak Tuntas

2. Alfi Hidayatul Karimah 75 82 Tuntas

3. Amanda Yunita Sari 75 76 Tuntas

4. Anggara Putra Wibowo 75 70 Tidak Tuntas

5. Anjas Widyastuti 75 76 Tuntas

6. Aprillia Joan Divana 75 80 Tuntas

7. Atsna Faizatur Rosyidah 75 66 Tidak Tuntas

8. Aulia Riadhatul Kasanah 75 84 Tuntas

9. Berliana Yukita Pratiwi 75 82 Tuntas

10. Binary Titi Prastiwi 75 82 Tuntas

11. Dea Aprianna 75 80 Tuntas

12. Elis Agustina 75 94 Tuntas

13. Erina Intan Putri Maisyaroh 75 76 Tuntas

14. Feby Melati 75 66 Tidak Tuntas

15. Fidia Putri Rahmadana 75 80 Tuntas

16. Fitri Yunita Andriani 75 70 Tidak Tuntas

17. Fitria Rahmawati 75 74 Tidak Tuntas

18. Gristienna Delima Sari 75 76 Tuntas

19. Handayani Ekawati 75 70 Tidak Tuntas

20. Hanifatul Anisa 75 80 Tuntas

21. Henra Ryeskyandaru Pride

Untari

75 76 Tuntas

22. Hestyas Ayu Ferdiansyah 75 78 Tuntas

23. Intan Solekhah 75 64 Tidak Tuntas

24. Ira Rosanti Nur Fauziah 75 90 Tuntas

25. Irma Meidiana

Kusumaningtyas

75 68 Tidak Tuntas

26. Krisna Elvi Anjarwati 75 96 Tuntas

27. Lailatul Dwi Agustin 75 88 Tuntas

28. Lintang Ayuni Rosa 75 84 Tuntas

29. Marta Rinanda 75 76 Tuntas

Page 67: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

30. Melati Soimunanda

Suryaningtyas

75 64 Tidak Tuntas

31. Nabila Avrilya Damayanti 75 90 Tuntas

32. Nadya Rahmawati 75 80 Tuntas

Jumlah 2478

Rata-Rata 77,438

Presentase hasil belajar siswa pada siklus I sebagai

berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

22 Tuntas 68,75%

10 Tidak tuntas 31,25%

d. Refleksi

Pada proses pembelajaran siklus 1, hasil pembelajaran

dengan menerapkan metode sosiodrama cukup baik dan cukup

memuaskan. Peserta didik mampu menunjukkan minat belajar

didalam kelas, dimana masing-masing peserta didik dapat terlibat

cukup aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari

beberapa peserta didik mau bertanya tentang materi pembelajaran

yang belum di mengerti ataupun teknis dari metode pembelajaran

yang digunakan. Peserta didik juga memberikan feedback yang

cukup baik terhadap pertanyaan-pertanyaan dari guru. selain itu

mereka juga mampu mnyelesaikan tugas sosiodrama mereka dan

mampu menampilkannya dengan cukup baik.

Namun kegiatan pembelajaran pada siklus 1 ini belum

mencapai hasil maksimal. Hal tersebut dikarenakan peserta didik

masih harus beradaptasi dengan peneliti yang sekaligus guru dalam

Page 68: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

pembelajaran kali ini, selain itu juga dikarenakan peserta didik juga

belum begitu memahami mengenai metode sosiodrama ini meskipun

cukup banyak diantara mereka yang bertanya sebelumnya. Beberapa

kelompok terlihat belum siap dan masih ada beberapa yang

menggunkan atau memebawa teks secara diam-diam bahkan salah

satu siswa ada yang tidak mencatat teksnya dramanya sehingga

pementasan kelompoknya menjadi tidak maksimal. Dan dari hasil

evaluasinya beberapa siswa juga tidak tuntas yaitu sebanyak 31,25%

atau 10 peserta didik.

3. Siklus II

Tahap dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis PTK masih tetap

sama dengan siklus sebelumnya (siklus I), dimana proses pembelajarannya

melalui serangkaian empat kegiatan yakni perencanaan (plan), pelaksanaan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Adapun

gambaran singkat kegiatan pembelajaran di siklus II dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama

1) Perencanaan (Plan)

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

PTK.

b) Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Page 69: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

c) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

e) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian kompetensi

serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

2) Tindakan (Action)

a) Kegiatan awal

• Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

• Mengatur tempat duduk.

• Melihat kebersihan kelas.

• Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

• Beroda untuk memulai pembelajaran.

• Perkenalan dengan siswa

• Melakukan absensi.

• Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

• Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas minggu lalu

dengan yang akan dibahas pada pertemuan hari ini.

• Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan ringan

seperti bershalawat, dll.

• Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan saat itu.

Page 70: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

b) Kegiatan inti

• Peserta didik membaca dan mengamati Q.S. al-Isra’/17: 32, dan

Q.S. an-Nur/24 : 2, serta Hadis terkait terkait..

• Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Q.S. al-

Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24 : 2, serta Hadis terkait tentang

menuntut ilmu.

• Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai Q.S. al-Isra’/17:

32, dan Q.S. an-Nur/24 : 2, serta Hadis terkait tentang menuntut

ilmu yang telah disampaikan.

• Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok.

• Guru membagi tema berkaitan dengan perilaku yang

mencerminkan sikap memahami Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S.

an-Nur/24 : 2, serta Hadis terkait

• Peserta didik mencari informasi dan mendiskusikan tentang

perilaku yang mencerminkan sikap memahami Q.S. al-Isra’/17:

32, dan Q.S. an-Nur/24 : 2, serta Hadis terkait dan membuat teks

drama berkaitan dengan hal itu.

• Peserta didik Mengolah informasi yangsudah dikumpulkan

dalam satu kelompok.

• Guru bertanya pada masing-masing kelompok tentang informasi

yang sudah didapat oleh masing-masing kelompok.

• Siswa mengajukan pertanyaan tentang hal yang belum

dimengerti.

Page 71: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

c) Kegiatan penutup

• Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

• evaluasi untuk mengetahui kemampuan peserta didik

berdasarkan materi yang telah dibahas.

• Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

• Guru melakukan salam penutup.

b. Pertemuan kedua

1) Perencanaan (Plan)

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

PTK.

b) Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

c) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

e) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian kompetensi

serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

2) Tindakan (Action)

a) Kegiatan awal

• Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

Page 72: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

• Mengatur tempat duduk.

• Melihat kebersihan kelas.

• Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

• Beroda untuk memulai pembelajaran.

• Melakukan absensi.

• Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

• Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas minggu lalu

dengan yang akan dibahas pada pertemuan hari ini.

• Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan ringan

seperti bershalawat, dll.

• Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan saat itu.

a) Kegiatan inti

• Peserta didik memperhatikan pementasan drama yang

ditampilkan oleh masing-masing kelompok secara bergantian.

• Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang

belum dimengerti dari drama yang dipentaskan .

• Peserta didik mengumpulkan informasi dari pementasan drama

yang ditampilkan

• Peserta didik Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan

dalam satu kelompok.

• Guru bertanya pada masing-masing kelompok tentang informasi

yang sudah didapat oleh masing-masing kelompok.

Page 73: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

b) Kegiatan penutup

• Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

• Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui kemampuan

peserta didik berdasarkan materi yang telah dibahas.

• Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

• Guru melakukan salam penutup.

c. Pengamatan (Observation)

Dalam kegiatan pengamatan (Observation), peneliti mengamati

tingkat antusias belajar siswa dengan menggunkan lembar observasi

terstruktur dan memberikan tanda centang bagi siswa yang menunjukkan

sikap sesuai dengan aspek yang diteliti.

Adapun hasil dari pengamatan pada siklus I dapat dilihat pada

tabel berikut:

1) Minat belajar siswa

Tabel 4.3

Minat belajar siswa

No. Hal yang diamati Frekuensi

Ya Tidak

1. Siswa sudah siap untuk menerima

pelajaran

2. Siswa tidak mengganggu teman

satu bangku selama proses

pembelajaran

3. Siswa tidak ada yang main-main

dalam proses pembelajaran

maupun membuat onar di

kelas

4. Siswa memperhatikan pelajaran

dengan penuh konsentrasi

5. Siswa bertanya pada guru apabila

ada materi atau hal yang

belum jelas

6. Siswa mengerjakan tugasnya

dengan baik

Page 74: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

7. Siswa dapat melaksanakan

kerjasama dalam mengerjakan

tugas secara berdiskusi

kelompok dengan baik

8. Siswa mempresentasikan hasil

diskusi drama dengan baik

9. Siswa mengikuti jalannya proses

belajar dan saling bekerjasama

untuk menumbuhkan

kekompakan dalam diri setiap

anggota kelompok

Jumlah 8 1

Rata-rata dalam presentase: 8/9 x 100

1/9 x 100

88,889%

11,111%

Dari tabel diatas, terlihat bahwa minat siswa pada siklus II

memuaskan. Dari hasil ini dapat dijabarkan siswa yang siap untuk

menerima pelajaran, siswa tidak ada yang main-main dalam proses

pembelajaran sehingga membuat onar di kelas, dan siswa yang

memperhatikan pelajaran dengan penuh konsentrasi, siswa yang

bertanya pada guru apabila ada materi atau hal yang belum jelas,

siswa mengerjakan tugasnya dengan baik, siswa melaksanakan

kerjasama dalam mengerjakan tugas secara berdiskusi kelompok

dengan baik, siswa mempresentasikan hasil diskusi drama dengan

baik, dan siswa mengikuti jalannya proses belajar dan saling

bekerjasama untuk menumbuhkan kekompakan dalam diri setiap

anggota kelompok presentasenya ada 88,889% sedangkan siswa tidak

menggangu teman satu bangku sebanyak 11,111%.

Page 75: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

2) Hasil belajar siswa

Tabel 4.4

Hasil belajar siswa

No Nama siswa KKM Skor Keterangan

1. Ailsa Rahma Tsania 75 100 Tuntas

2. Alfi Hidayatul Karimah 75 96 Tuntas

3. Amanda Yunita Sari 75 96 Tuntas

4. Anggara Putra Wibowo 75 78 Tuntas

5. Anjas Widyastuti 75 100 Tuntas

6. Aprillia Joan Divana 75 96 Tuntas

7. Atsna Faizatur Rosyidah 75 100 Tuntas

8. Aulia Riadhatul Kasanah 75 100 Tuntas

9. Berliana Yukita Pratiwi 75 96 Tuntas

10. Binary Titi Prastiwi 75 90 Tuntas

11. Dea Aprianna 75 100 Tuntas

12. Elis Agustina 75 100 Tuntas

13. Erina Intan Putri

Maisyaroh

75 100 Tuntas

14. Feby Melati 75 92 Tuntas

15. Fidia Putri Rahmadana 75 96 Tuntas

16. Fitri Yunita Andriani 75 80 Tuntas

17. Fitria Rahmawati 75 92 Tuntas

18. Gristienna Delima Sari 75 78 Tuntas

19. Handayani Ekawati 75 90 Tuntas

20. Hanifatul Anisa 75 100 Tuntas

21. Henra Ryeskyandaru

Pride Untari

75 100 Tuntas

22. Hestyas Ayu Ferdiansyah 75 92 Tuntas

23. Intan Solekhah 75 100 Tuntas

24. Ira Rosanti Nur Fauziah 75 92 Tuntas

25. Irma Meidiana

Kusumaningtyas

75 80 Tuntas

26. Krisna Elvi Anjarwati 75 100 Tuntas

27. Lailatul Dwi Agustin 75 100 Tuntas

28. Lintang Ayuni Rosa 75 80 Tuntas

29. Marta Rinanda 75 100 Tuntas

30. Melati Soimunanda

Suryaningtyas

75 78 Tuntas

31. Nabila Avrilya Damayanti 75 80 Tuntas

32. Nadya Rahmawati 75 96 Tuntas

Jumlah 2978

Rata-Rata 93,063

Presentase hasil belajar siswa pada siklus 2 sebagai berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

32 Tuntas 100%

0 Tidak tuntas 0%

Page 76: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

d. Refleksi

Pada proses pembelajaran siklus II, hasil pembelajaran dengan

menerapkan metode sosiodrama sangat baik dan sangat memuaskan.

Peserta didik mampu menunjukkan minat belajar didalam kelas secara

maksimal, dimana masing-masing peserta didik dapat terlibat cukup aktif

dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari beberapa peserta

didik mau bertanya tentang materi pembelajaran yang belum di mengerti

ataupun hal yang belum dimengerti dari metode pembelajaran yang

digunakan. Peserta didik juga memberikan feedback yang cukup baik

terhadap pertanyaan-pertanyaan dari guru. selain itu mereka juga mampu

menyelesaikan tugas sosiodrama mereka dan mampu menampilkannya

dengan sangat baik. Hasil evaluasi belajar mereka pun sangat

memuaskan, hal tersebut terlihat dari 32 peserta didik tuntas 100% .

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, peneliti telah

mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan sehingga

tidak diperlukan lagi siklus selanjutnya atau siklus III.

C. Proses Analisis Data Per Siklus

1. Siklus I

Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK, terdapat

empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah

Page 77: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

diperoleh dua jenis data, yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran

berlangsung dan data nilai tes akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti. Metode yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran

adalah sosiodrama. Hasil penelitian siklus I adalah sebagai berikut:

a. Minat belajar siswa

Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini

dapat diamati dari 9 aspek yaitu kesiapan siswa untuk menerima

pelajaran, siswa tidak mengganggu teman satu bangku selama proses

pembelajaran, siswa tidak ada yang main-main dalam proses

pembelajaran maupun membuat onar di kelas, Siswa memperhatikan

pelajaran dengan penuh konsentrasi, siswa bertanya pada guru apabila

ada materi atau hal yang belum jelas, siswa mengerjakan tugasnya

dengan baik, siswa dapat melaksanakan kerjasama dalam mengerjakan

tugas secara berdiskusi kelompok dengan baik, siswa mempresentasikan

hasil diskusi drama dengan baik, dan siswa mengikuti jalannya proses

belajar dan saling bekerjasama untuk menumbuhkan kekompakan dalam

diri setiap anggota kelompok.

Hasil dari penelitaian minat pada siklus 1 ini adalah

Ya

5

Presentase 55,556%

Berdasarkan penelitaian pada siklus I, minat peserta didik cukup

baik dalam mengikuti pembelajaran didalam kelas, namun kurang begitu

Page 78: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

maksimal. Hasil penelitian menunjukkan minat siswa mencapai angaka

55,556%.

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari table berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

22 Tuntas 68,75%

10 Tidak tuntas 31,25%

Hasil belajar yang diperloeh pada siklus I mencapai 68,75%.

Dengan begitu, perolehan hasil belajar masih belum maksimal sehingga

perlunya pelaksanaan siklus II untuk mencapai pembelajaran yang

optimal.

2. Siklus II

Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK, terdapat

empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah

diperoleh dua jenis data, yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran

berlangsung dan data nilai tes akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti. Metode yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran

adalah sosiodrama. Hasil penelitian siklus II adalah sebagai berikut:

a. Minat belajar siswa

Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dalam penelitian

ini dapat diamati dari 9 aspek yaitu kesiapan siswa untuk menerima

pelajaran, siswa tidak mengganggu teman satu bangku selama proses

pembelajaran, siswa tidak ada yang main-main dalam proses

pembelajaran maupun membuat onar di kelas, Siswa memperhatikan

Page 79: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

pelajaran dengan penuh konsentrasi, siswa bertanya pada guru apabila

ada materi atau hal yang belum jelas, siswa mengerjakan tugasnya

dengan baik, siswa dapat melaksanakan kerjasama dalam mengerjakan

tugas secara berdiskusi kelompok dengan baik, siswa mempresentasikan

hasil diskusi drama dengan baik, dan siswa mengikuti jalannya proses

belajar dan saling bekerjasama untuk menumbuhkan kekompakan dalam

diri setiap anggota kelompok.

Hasil dari penelitaian minat pada siklus II ini adalah:

Ya

8

Presentase 88,889%

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, terjadi peningkatan

terhadap minat belajar siswa peserta didik yakni 88,889%.

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari table berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

32 Tuntas 100%

0 Tidak tuntas 0%

Hasil belajar yang diperloeh pada siklus I mencapai 100%.

Dengan begitu maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang

sangat memuaskan.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, peneliti telah

mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan harapan sehingga tidak

diperlukan lagi siklus selanjutnya atau siklus III.

Page 80: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

D. Pembahasan

1. Pengimplementasian Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran PAIBP

Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran PAI Di SMKN 1 PONOROGO

Pengimplementasian metode sosiodrama dalam pembelajaran yang

dilakukan di kelas BDP 2 SMKN 1 Ponorogo ini dilakukan sebanyak 2

siklus yang mana setiap siklusnya terdiri dari 2 pertemuan atau tatap muka,

sehingga total pertemuan atau tatap muka adalah 4 kali. Dalam setiap siklus

kegiatan pembelajaran berbasis PTK, terdapat empat tahap yang harus

dilakukan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

b. Siklus I

Pada siklus I, pembelajaran dilakukan selama dua kali

pertemuan atau tatap muka dan dilaksanakan mengacu pada RPP yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti dibantu oleh guru mata

pelajaran. Pelaksanaan tindakan ini melibatkan guru mata pelajaran,

peneliti dan juga peserta didik kelas X BDP 2. Dalam pelaksanaan

tindakan ini dibagi menjadi tiga tahap disetiap pertemuan, yaitu

pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Pada pertemuan atau tatap muka pertama, siswa mendapatkan

penjelasan terlebih dahulu mengenai materi pembelajran dan metode

pembebelajaran sosiodrama yang akan digunakan. Selain itu pada

Page 81: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

pertemuan ini siswa juga berdiskusi untuk membeuat naskah atau teks

drama yang akan ditampilkan atau pentaskan sesuai tema ynag didapat

oleh masing-masing kelompok.

Sedangkan pada pertemuan atau tatap muka kedua, lebih fokus

ke penampilan atau pementasan drama oleh masing-masing kelompok.

Ada 5 kelompok yang terbentuk pada pertemuan kali ini. Masing-masing

kelompok diberi kesempatan untuk tampil secara bergantian berdasarkan

undian yang telah disepakati bersama dengan dusrasi maksimal 10 menit

tiap kelompok.

Observasi pada siklus I ini dilakukan selama pelaksanaan

tindakan berlangsung. Pada tahap observasi peneliti yang sekaligus

menjadi observer mengamati dan mencatat minat peserta didik dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama dengan

cara memberi skor untuk mengetahui tingkat minat peserta didik.

Pada tahap refleksi siklus I ini, seluruh data akan direfleksi

apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan

minat dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

c. Siklus II

Pada siklus II, pembelajaran juga dilakukan selama dua kali

pertemuan atau tatap muka dan dilaksanakan mengacu pada RPP yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti dibantu oleh guru mata

pelajaran. Pelaksanaan tindakan ini melibatkan guru mata pelajaran,

peneliti dan juga peserta didik kelas X BDP 2. Dalam pelaksanaan

Page 82: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

tindakan ini dibagi menjadi tiga tahap disetiap pertemuan, yaitu

pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Pada pertemuan atau tatap muka pertama, siswa mendapatkan

penjelasan terlebih dahulu mengenai materi pembelajaran. Selain itu pada

pertemuan ini siswa juga berdiskusi untuk membuat naskah atau teks

drama yang akan ditampilkan atau pentaskan sesuai tema ynag didapat

oleh masing-masing kelompok.

Sedangkan pada pertemuan atau tatap muka kedua, lebih fokus ke

penampilan atau pementasan drama oleh masing-masing kelompok. Ada

6 kelompok yang terbentuk pada pertemuan kali ini. Masing-masing

kelompok diberi kesempatan untuk tampil secara bergantian berdasarkan

undian yang telah disepakati bersama dengan dusrasi maksimal 10 menit

tiap kelompok.

Observasi pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I,

dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pada tahap

observasi peneliti yang sekaligus menjadi observer mengamati dan

mencatat minat peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode sosiodrama dengan cara memberi skor untuk

mengetahui tingkat antusias peserta didik.

Pada tahap refleksi siklus II ini, seluruh data akan direfleksi

apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan

minat dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran. Dan dilakukan

perbandingan denngan hasil siklus I. Melalui perbandingan tersebut akan

Page 83: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

diketahui apakah ada peningkatan atau tidak dari siklus I ke siklus II.

Apabila sudah ada peningkatan yang memuaskan, maka tidak perlu

dilakukan lagi siklus-siklus berikutnya. Jika belum ada peningkatan yang

memuaskan makan perlu dilakukan lagi siklus-siklus selanjutnya.

2. Dampak Pengimplementasian Metode Sosiodrama Dalam

Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil

Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PAI Di SMKN 1 PONOROGO

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan akan diperoleh

dua jenis data, yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung

dan data nilai tes akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui minat belajar peserta

didik, sedangkan tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta

didik. Perkembangan minat belajar dan hasil belajar peserta didik dapat

dilihat dari siklus I sampai siklus II, sebagai berikut:

a. Minat belajar

Tabel 4.5

Perbandingan Minat belajar

Siklus I Siklus II

Presentase 55,556% 88,889%

Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa minat siswa terhadap

pembelajaran mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I,

minat peserta didik cukup baik dalam mengikuti pembelajaran didalam

kelas, namun kurang begitu maksimal. Hasil penelitian menunjukkan

minat siswa mencapai angaka 55,556%. Hasil tersebut masih kurang

Page 84: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

maksimal dikarenakan pada siklus ini peserta didik masih harus

beradaptasi dengan peneliti yang sekaligus guru dalam pembelajaran kali

ini, selain itu juga dikarenakan peserta didik juga belum begitu

memahami mengenai metode sosiodrama ini.

Hal ini menjadi evaluasi yang dapat diperoleh pada siklus

berikutnya. Kemudian di siklus II, hasil penelitian mengalami

peningkatan secara drastis dimana presentase minat mencapai angka

88,889%. Dengan demikian, dapat dilakukan bahwa minat belajar siswa

di setiap siklus mengalami peningkatan dengan baik.

b. Hasil belajar

Tabel 4.6

Perbandingan hasil belajar

Siklus I Siklus II

Hasil belajar F % Hasil belajar F %

Tidak Tuntas 10 31,25% Tidak Tuntas 0 0%

Tuntas 22 68,75% Tuntas 3

2

100 %

Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa dengan menggunakan

metode sosiodrama secara maksimal dalam pembelajaran mampu

meningkatkan minat belajar masing-masing peserta didik. Dengan

demikian, hasil belajar peserta didikpun terus mengalami peningkatan di

setiap siklusnya. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada siklus I sebanyak

22 siswa atau 68,75% yang mencapai tuntas, kemudian di siklus II siswa

yang tuntas dalam belajar berjumlah 32 siswa atau 100 %. Hasil tersebut

Page 85: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar di 2 siklus sangat baik.

Data perbandingan kedua siklus dapat dicermati pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Perbandingan hasil penelitian

Minat Siklus

I

5 55,56%.

Siklus

II

8 88,89%

Hasil

bela

jar

Siklus

I

22 68,75%

Siklus

II

32 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing

aspek yang diteliti baik minat dan hasil belajar terus mengalami

peningkatan di setiap siklus. Hal ini karena ketika peserta didik minat

dalam belajar maka akan berdampak hasil belajar juga baik dan

meningkat.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas BDP 2 SMK

Negeri 1 Ponorogo, bahwasannya dengan pengimplementasian metode

sosiodrama dalam pembelajaran, membuat mereka lebih mudah untuk

memahami materi. Dikarenakan mereka dapat langsung terjun atau

mempraktekkan apa yang ada di dalam materi. Selain itu pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Meskipun mereka

mengalami kendala dalam pengimplementasian metode sosiodrama

dalam pembelajaran yaitu masalah waktu yang mepet, akan tetapi mereka

mampu mencari solusi untuk masalah tersebut dengan kelompoknya

masing-masing. Misalnya dengan cara menggunakan kata-kata yang

Page 86: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

mudah dalam teks drama yang akan ditampilkan, dan melanjutkan

diskusi atau kerja kelompok mereka melalui grup WhatsApp,

mengerjakan sepulang sekolah dan disela-sela waktu kosong mereka

pada pagi hari sebelum pementasan drama. Menurut mereka, jika metode

ini di gunakan di setiap tahun pelajaran itu lebih baik dan mereka lebih

senang.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran

sosiodrama dalam pembelajaran bisa meningkatkan minat dan hasil

belajar peserta didik kelas X BDP 2 SMKN 1 Ponorogo.

Page 87: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

BAB V

PENUTUP

E. Kesimpulan

1. Pengimplementasian Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran PAIBP

Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran PAI Di SMKN 1 PONOROGO

a. Siklus I

1) Pertemuan Pertama

Siswa mendapatkan penjelasan mengenai materi pembelajaran

dan metode pembembelajaran sosiodrama yang akan digunakan.

Selain itu pada pertemuan ini siswa juga berdiskusi untuk membuat

naskah atau teks drama yang akan ditampilkan atau pentaskan sesuai

tema yang didapat oleh masing-masing kelompok.

2) Pertemuan kedua

Penampilan atau pementasan drama oleh masing-masing

kelompok, pada siklus ini terbentuk 5 kelompok dengan durasi

masing-masing kelompok 10 menit. Pada pertemuan ini juga

dilakukan evaluasi hasil belajar siswa.

b. Siklus II

1) Pertemuan Pertama

Siswa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi

pembelajaran. Selain itu pada pertemuan ini siswa juga berdiskusi

Page 88: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

untuk membuat naskah atau teks drama yang akan ditampilkan atau

pentaskan sesuai tema yang didapat oleh masing-masing kelompok.

2) Pertemuan kedua

Penampilan atau pementasan drama oleh masing-masing

kelompok, pada siklus ini terbentuk 6 kelompok dengan durasi

masing-masing 10 menit. Dan juga dilakukan evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

2. Dampak Pengimplementasian Metode Sosiodrama Dalam

Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil

Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PAI Di SMKN 1 PONOROGO

Dengan menggunkan metode sosiodrama secara maksimal dalam

pembelajaran mampu meningkatkan minat belajar masing-masing peserta

didik. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik terus mengalami

peningkatan di setiap siklusnya. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada

siklus I sebanyak 22 siswa atau 68,75% yang mencapai tuntas, kemudian di

siklus II siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah 32 siswa atau 100 %.

F. Saran

Berdasarkan pembahasan dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

a. Kepala sekolah hendaknya mengontrol guru-guru di kelas pada proses

pembelajaran.

2. Bagi guru

Page 89: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

a. Sebaiknya sebelum melakukan proses pembelajaran dengan metode

pemebelajaran sosiodrama, guru harus memberikan penjelasan lebih

matang tentang tata cara metode tersebut.

b. Guru harus mampu untuk mengendalikan kondisi kelas agar situasi kelas

terkondisi, aman dan tentram untuk kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

3. Bagi siswa

a. Siswa harus bisa mengelola waktu.

b. Siswa harus dapat menampilkan drama sebaik mungkin.

Page 90: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta:

Pustaka Ifada, 2013.

Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

As’adi, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis PTK. Ponorogo: STAIN Ponorogo

Press, 2000.

Danim, Sudarwan. Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1997.

Effendi, Mukhlison. Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet Basic

Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreatifitas Mahasiswa.

Surabaya: Lapis PGMI, 2014.

Herabudin. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.

Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. Manajemen Kelas (Classroom

Management). Bandung: Alfabeta, 2015.

Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014.

Mel Sibermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 1996), 161-162.

Mudyahardjo, Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008.

Mufarrokah, Annisatul. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Sukses Offset,

2009.

Permono, Novy Eko. Pengantar Mapel PAI dan Budi Pekerti, (Online).

http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-

budi-pekerti.html, diakses 04 Desember 2018.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

Rohmah, Noer. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2012.

Page 91: IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/7060/1/skripsi a4-dikonversi.pdf · Islam Dan Budi Pekerti Kelas X BDP 2 SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun

Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pemblajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,.

Jakarta: Kencana, 2011.

Surakhmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars,

1980.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2015.

Taniredja, Tukiran dkk. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.

Bandung: Alfabeta, 2015.

Tien Kartini, “Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat

Siswa Dalam Pembelajaran,” Pendidikan Dasar, 8 ( Oktober, 2007).

Tim Penyusun KKBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,

2008.

Usman, M. Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2005.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2011.

Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.