11
REZA APRIANTI Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual ABSTRACT Ideology will have power if it can be repre- sented and communicated. Ideology is full of interest including ideology which is owned by media. This ideology makes the media not neutral. This study was conducted based on the view of James Lull. The object of the study was the pictures of 2009 presidential candidates who became the front cover of Koran Tempo. It was expected to be able to explain how ideology works in the visual communication design (pic- tures) without using verbal language. By using semiotic analysis, this study was able to reveal it. To facilitate the research, the object of this study was divided into six units of analysis which consists of theme object, verbal text, visualization, composition, readers’ point of view (viewers) and modalities. Based on the research result, it could be concluded that the transformation process in ideology of interest from both internal and external sides of Koran Tempo in reporting the 2009 presidential candidates also occurred in the form of visual communication. It was designed to look as neutral as possible so that it could get into the readers’ subconscious without coercion. Keywords: Ideology of media, visual communi- cation design ABSTRAK Ideologi akan mempunyai kekuataan apabila dapat dilambangkan dan dikomunikasikan. Ideologi sarat akan kepentingan, termasuk ideologi yang dimiliki media yang membuat media tersebut menjadi tidak netral. Berdasarkan pendapat James Lull inilah, maka penelitian ini dilakukan dengan obyek penelitian gambar calon presiden 2009 yang dimuat pada halaman depan Koran Tempo. Dengan harapan mampukan menjelaskan bagaimana sebuah ideologi berkerja dalam perangkat desain komunikasi visual (gambar) tanpa harus menggunakan bahasa verbal. Dan ternyata dengan menggunakan analisi semiotik sebagai pisau analisanya, mampu mengungkap hal tersebut. Untuk memudahkan penelitian, maka obyek penelitian dibagi kedalam enam unit analisis yang terdiri dari obyek tema, teks verbal, visualisasi, komposisi, sudut pandang pembaca (viewer) dan modalitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa proses trasformasi ideologi kepentingan baik dari pihak internal maupun eksternal Koran Tempo dalam memberitakan para calon presiden 2009 juga terjadi dalam bentuk komunikasi visual yang didesain agar terlihat senetral mungkin sehingga masuk kedalam alam bawah sadar pembaca tanpa unsur paksaan. Kata kunci : Ideologi media, desain komunikasi visual. PENDAHULUAN Media massa sekarang telah menjadi institusi kultural di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat. Ia berada dalam proses interaksi sosial yang melibatkannya pada proses pertukaran makna. Posisi semacam inilah yang kemudian memunculkan bentu-bentuk bias pada media. Bias ini dapat dipindah melalui bentuk-bentuk representasi yang terwujud pada berbagai sisi media. Salah satunya adalah arena visual. Sisi visual ini bisa menjadi lahan yang potensial bagi media massa untuk menyampaikan ide-ide termasuk ideologi sekalipun. Media massa mempunyai struktur publik yang khas dan berbeda. Setiap media cenderung mempunyai tempat dalam peta IAIN Raden Fatah Palembang Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Jurnalistik. Jl. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry No.1 Km. 3,5 Palembang (30126), Email: [email protected]

Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

REZA APRIANTI

Ideologi dalam DesainKomunikasi Visual

ABSTRACTIdeology will have power if it can be repre-

sented and communicated. Ideology is full ofinterest including ideology which is owned bymedia. This ideology makes the media notneutral. This study was conducted based on theview of James Lull. The object of the study wasthe pictures of 2009 presidential candidates whobecame the front cover of Koran Tempo. It wasexpected to be able to explain how ideologyworks in the visual communication design (pic-tures) without using verbal language. By usingsemiotic analysis, this study was able to reveal it.To facilitate the research, the object of this studywas divided into six units of analysis whichconsists of theme object, verbal text, visualization,composition, readers’ point of view (viewers) andmodalities. Based on the research result, it couldbe concluded that the transformation process inideology of interest from both internal andexternal sides of Koran Tempo in reporting the2009 presidential candidates also occurred in theform of visual communication. It was designed tolook as neutral as possible so that it could get intothe readers’ subconscious without coercion.

Keywords: Ideology of media, visual communi-cation design

ABSTRAKIdeologi akan mempunyai kekuataan apabila

dapat dilambangkan dan dikomunikasikan. Ideologisarat akan kepentingan, termasuk ideologi yangdimiliki media yang membuat media tersebutmenjadi tidak netral. Berdasarkan pendapat JamesLull inilah, maka penelitian ini dilakukan denganobyek penelitian gambar calon presiden 2009 yangdimuat pada halaman depan Koran Tempo.Dengan harapan mampukan menjelaskanbagaimana sebuah ideologi berkerja dalamperangkat desain komunikasi visual (gambar) tanpaharus menggunakan bahasa verbal. Dan ternyatadengan menggunakan analisi semiotik sebagaipisau analisanya, mampu mengungkap haltersebut. Untuk memudahkan penelitian, makaobyek penelitian dibagi kedalam enam unit analisisyang terdiri dari obyek tema, teks verbal,visualisasi, komposisi, sudut pandang pembaca(viewer) dan modalitas. Berdasarkan hasilpenelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa prosestrasformasi ideologi kepentingan baik dari pihakinternal maupun eksternal Koran Tempo dalammemberitakan para calon presiden 2009 jugaterjadi dalam bentuk komunikasi visual yangdidesain agar terlihat senetral mungkin sehinggamasuk kedalam alam bawah sadar pembaca tanpaunsur paksaan.

Kata kunci : Ideologi media, desain komunikasivisual.

PENDAHULUANMedia massa sekarang telah menjadi

institusi kultural di tengah-tengah kehidupansosial masyarakat. Ia berada dalam prosesinteraksi sosial yang melibatkannya pada prosespertukaran makna. Posisi semacam inilah yangkemudian memunculkan bentu-bentuk biaspada media. Bias ini dapat dipindah melaluibentuk-bentuk representasi yang terwujudpada berbagai sisi media. Salah satunya adalaharena visual. Sisi visual ini bisa menjadi lahanyang potensial bagi media massa untukmenyampaikan ide-ide termasuk ideologisekalipun.

Media massa mempunyai struktur publikyang khas dan berbeda. Setiap mediacenderung mempunyai tempat dalam peta

IAIN Raden Fatah Palembang Fakultas Dakwah danKomunikasi Program Studi Jurnalistik. Jl. Prof. KH. ZainalAbidin Fikry No.1 Km. 3,5 Palembang (30126), Email:[email protected]

Page 2: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

60Jurnal KOMUNIKATOR

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

mental dengan citra sendiri-sendiri, serangkaiansosial, dan menyangkut fungsi dankegunaannya, karena ituah setiap mediamempunyai batasan publik sendiri-sendiridalam hal segmentasinya (McQuail 2000: 8).Media massa dalam menetapkan fungsinyadimasyarakat sebagai agen dan sumber transfernilai sosial tidak akan selalu bisa nertalposisinya dalam menyikapi sebuah situasi.Teks-teks yang terbentuk seringkalimerepresentasikan suatu makna ideologis,membuat pesan tersebut menjadi bias.

Proses konstruksi pesan bagian dari caramedia massa menanamkan ideologinya. Faktayang muncul di media massa tidak sepenuhnyasama dengan fakta yang sebenarnya. Fakta dimedia massa hanyalah hasil rekonstruksi danolahan para awak media di meja- meja redaksi.Walaupun mereka telah menerapkan teknik-teknik jurnalistik yang presisi, tetapi tetap sajakita tidak dapat mengatakan apa yang merekatulis adalah fakta yang sebenarnya. Selalu sajaada kekurangan dalam setiap sudut pandangdan rekonstruksi peristiwa dan faktasebenarnya ke dalam fakta media. Sulit bagimereka untuk menerapkan konsep bebas nilaiselama proses produksi berlangsung. Adabanyak kepentingan yang ikut menentukanarah pemberitaan. Baik yang ada di dalamtubuh media maupun yang ada di luar(Chomsky 2005: 5-6).

Salah satu peristiwa yang menarik berkaitandengan ideologi media massa yaitu pada masapemilihan Presiden 2009, dimana semuamedia berserta kepentingannya akanmemanfaatkan momen lima tahunnantersebut. Tidak menutup kemungkinan nilai-nilai ideologis dan kultural berpotensi untukdisampaikan. Dari cara-cara visual melaluigambar pada halaman depan, Koran Tempomelakukan pandangan dan penyikapan padakondisi yang sedang terjadi berdasarkan sudutpandang mereka yang dinilai mampumerepresentasikan kepentingan.

Selama kurun waktu satu bulan lebih,media memberitakan tiga pasang calonPresiden dan Wakil Presiden yang akan maju

dalam pertarungan memperebutkan kursi RIsatu. Megawati Soekarnoputri dari PDI-Perjuangan berpasangan dengan PrabowoSubianto dari partai Gerindra, partaipendatang baru. Pasangan selanjutnya calonincumbent, Susilo Bambang Yudhoyono dalampemilihan kali ini berpasangan denganBoediono di bawah payung partai Demokrat.Dan pasangan terakhir yaitu Muhammad JusufKalla dan Wiranto dari koalisi dua partai,Golkar dan Hanura. Ketiga pasang calonPresiden dan Wakil Presiden ini sama-samabersaing memperebutkan simpati rakyat,sehingga mereka membutuhkan pencitraanyang baik dan media massa adalah solusi yangtepat untuk membangun image positiftersebut. Meski pada penelitian ini, hanya paracalon kandidat Presidenlah yang akandijadikan obyek penelitian, dikarenakan padaempat edisi Koran Tempo hanya merekalahyang muncul menjadi obyek berita sedangkanpara calon Wakil Presiden tidak dimuat.

Melihat kecenderungan media massamelakukan konstruksi berita, maka momenpemilihan Presiden 2009 dapat dijadikan salahsatu cara untuk mengidentifikasi kemana arahkecenderungan media masa. Bagaimana mediamassa menggambarkan para calon kandidatPresiden 2009 dalam pemberitaan mereka,Koran Tempo salah satunya, yang dijadikanobyek dalam penelitian ini, khususnya padapesan yang berupa gambar/foto bersertaketerangannya. Dipilihnya Koran Tempo sebagaiobyek penelitian disebabkan karena kekhasanyang dimilikinya dengan menampilkan gambarvisual pada halaman depan terkait denganberita utama, dimana koran lain tidak ada yangmelakukan hal yang serupa, karena inimerupakan ciri khas Koran Tempo.

Karena latar belakang itulah, penelitian inimemfokuskan penelitiannya pada kajiantentang “Bagaimana Koran Tempo memposisikanpara calon Presiden 2009 pada halamandepannya?”. Dengan harapan dapat memberikankejelasan posisi Koran Tempo dalam pemilihanPresiden tahun 2009, dan memberikantambahan pengetahuan mengenai analisis

Page 3: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

61Vol. 5 No. 2 November 2013

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

semiotik visual dalam media massa.Penelitian ini mengambil obyek halaman

depan Koran Tempo mengenai berita-berita yangmuncul selama pemilihan Presiden 2009.Berita tersebut dipublikasikan dalam bentukgambar. Selama satu bulan pasca pengumumankampanye secara resmi oleh KPU, Koran Tempomemuat sebanyak empat kali gambar yangberkaitan dengan pemilihan Presiden 2009.Adapun halaman depan Koran Tempo yangdijadikan penelitian ini adalah :

Gambar yang terdapat pada halaman depanKoran Tempo, lebih berupa gambar yangberbentuk montase. Koran Tempomenggunakan teknik montase dan lukisanyang dibantu dengan teknik adopsi komputer.Dengan teknik seperti ini memungkinkanterjadinya menipulasi pada bentuk-bentuk

gambar yang dikehendaki oleh Koran Tempo.Berikut adalah empat halaman depan KoranTempo yang akan dijadikan obyek penelitian :

(lihat gambar)Penelitian ini mengacu pada kerangka

pemikiran tentang bagaimana cara Koran Tempomenggambarkan para calon kandidat Presidenyang akan bertarung dalam pemilihan padatanggal 8 Juli 2009. Dengan memanfaatkanhalaman depan untuk merepresentasikan paracalon kandidat Presiden dalam bentuk visualberupa gambar sesuai dengan isu yangberkembang pada saat itu. Koran Tempo denganciri khasnya menyajikan berita utama padahalama depan dalam bentuk gambar atau fotoyang hampir menutupi satu halaman penuh,tentu saja memberikan point of interst bagipembaca untuk melihat dan memperhatikan.Maka dari itu, dengan kerangka pemikiran inidiharapkan mampu menuntun kitamengetahui bagaiman ideologi Koran Tempotersebut berkerja.

OBYEK PENELITIAN 1. KORAN TEMPO, HEADLINE “SALING KLAIMPALING BERJASA”

OBYEK PENELITIAN 2 . KORAN TEMPO, HEADLINE “KALLA IMBANGIYUDHOYONO”

Page 4: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

62Jurnal KOMUNIKATOR

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

1 . KORELASI ANTARA IDEOLOGI DANMEDIAMedia massa merupakan sumber dominan

bagi masyarakat untuk memperoleh gambarandan citra realitas sosial. Tanpa harus beradadalam situasi dimana peristiwa tersebutterjadi, masyarakat bisa dengan mudahmemantau perkembangan yang ada di belahandunia lain melalui media massa. Media,dengan menyuguhkan nilai- nilai yangterangkum dalam berita dan hiburan, mediaikut menyalurkan motif kepentingan merekabersamaan dengan pesan yang diterima olehmasyarakat. Tidak mustahil jika nilai-nilai yangbersifat ideologis pun ikut termuatdidalamnya.

Hubungan antara ideologi, media danmasyarakat memang bukan hubungan langsungyang sederhana yang dapat di definisikan dalamkonteks sosialnya secara langsung. Dalamsebuah berita media termasuk gambar, ideologimerupakan sebuah perangkat makna dalamstruktur pemahaman individu terhadap realitasyang diberikan media. Dalam interaksi dengan

lingkungannya, media dengan produkitandanya ikut merefleksikan, menyebarkan danmelegitimasi ideologi-ideologi yangberkembang di masyarakat. Sejumlahperangkat ideologi dianggkat dan diperkuatoleh media massa, diberikan legitimasi olehmereka, dan didistribusikan secara persuasifserta dengan menyolok, kepada khalayak yangjumlahnya besar (Lull 1998: 4). Media massamenjadi alat yang efektif dalam penyebaranideologi yang dominan.

Ideologi akan mempunyai kekuataanapabila dapat dilambangkan dandikomunikasikan. Keefektifan sebuah ideologibergantung pada pemanfaatan sistem citra yangdisebarkan secara strategis (Lull 1998: 5).Keefektifan ini juga bergantung padapemanfaatan penyebaran ideologi baik secaraide melalui satuan-satuan representasi maupuninterpensi melalui sistem mediasi yangmenggunakan mediasi sosial dan mediasiteknologis. Media massa sebagai agen mediasi,menyebarkan nilai-nilai, budaya juga ideologi

OBYEK PENELITIAN 4 . KORAN TEMPO, HEADLINE “MAKIN SENGIT”

OBYEK PENELITIAN 3 . KORAN TEMPO, HEADLINE “PERANG KLAIMJURU DAMAI ACEH”

Page 5: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

63Vol. 5 No. 2 November 2013

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dengan cara-cara yang cenderungmenyenangkan dan bisa diterima dengansukarela oleh masyarakat. Masuk kedalam polapikir dan pemahaman masyarakat secara halustanpa unsur paksaan. Shomaker dan Reesemelihat bahwa isi media dilatar belakangi olehbanyak faktor, yaitu ideologi yangmempengaruhi faktor ekternal media,organisasi, rutinitas, dan sisi indivisual pekerjamedia (Syahputra 2006: 54-60).

2. GAMBAR SEBAGAI MEDIAKOMUNIKASI VISUALMemahami pendekatan visual berarti kita

harus mengerti bahwa gambar atau tampilanmerupakan bentuk simbolis informasi sebagaibagian dari proses kognitif dari kompleksitaskomodifikasi yang tidak cuma dipahamisebagai analogi yang natural. Tetapi gambar-gambar itu dipahami sebagai suatu bentukrangkaian simbol yang merepresentasikan suaturealitas yang bisa dibaca pada pola-polakognitif dengan mengandung maksud yangtidak tertampilkan. Inilah mengapa tanda-tanda visual tidak hanya dibaca pada analogiyang natural tapi bisa berlaku pada bentuk-bentuk representasi realitas sosial. Walaupundalam perkembangannya lebih jauh bentuk-bentuk itu telah bergeser kepada kemampuanuntuk mengkonstruksi keadaan sosial lewatide-ide visualnya.

Gambar merupakan salah satu wujudlambang atau bahasa visual yang di dalamnyaterkandung struktur rupa seperti: garis, warna,dan komposisi. Keberadaannyadikelompokkan dalam kategori bahasakomunikasi nonverbal, ia dibedakan denganbahasa verbal yang berwujud tulisan ataupunucapan. Formasi seperti ini bisa juga disebutsebagai desain grafis. Jessica Helfand dalamhttp://www.aiga.com, mendefinisikan desaingrafis sebagai kombinasi kompleks kata-katadan gambar, angka-angka dan grafik, foto-fotodan ilustrasi yang membutuhkan pemikirankhusus dari seorang individu yang bisamenggabungkan elemen-eleman ini, sehinggamereka dapat menghasilkan sesuatu yang

khusus, sangat berguna, mengejutkan atausubversif atau sesuatu yang mudah diingat.Sedangkan menurut Danton Sihombin(Riyanto 2003: 1), desain grafismempekerjakan berbagai elemen sepertimakna, simbol, uraian verbal yangdivisualisasikan lewat tipografi dan gambarbaik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi.Elemen-elemen tersebut diterapkan dalam duafungsi, sebagai perangkat visual dan perangkatkomunikasi.

Dalam proses persuasi dan transfer pesan,bentuk visual seringkali menjadi elemenpenting dari proses verbal lewat teks.Komunikasi dalam bentuk visual dianggapsebagai alat yang bisa menembus danmengatasi keterbatasan bahasa. Komunikasivisual sendiri berarti bentuk komunikasi yangtidak hanya menghadirkan kejelasan satu artidari pesan tapi bisa bercabang seiring denganbentuk dan ornamen yang dibawanyamisalnya, warna, emosi, tekanan, komposisidan lain sebagainya. Selain itu komunikasivisual bisa tidak hanya menghadirkan pesandalam bentuk tulisan, melainkan lebih berupagambar, lukisan, foto, desain, karikatur danlain-lain.

3. GAMBAR DAN AUDIENCEMcQuail dalam buku “Mass Communication

Theory” menjelaskan mengenai prinsip teoriaudience yaitu menyatakan bahwa audiencedisamakan dengan pasar (audience as market)(McQuail 2000: 362). Audience dalam mediadianggap sebagai sebuah potensi pasar yangkuat dimana riset akan menempatkan audiencesebagai obyek yang diteliti. Bersama itu ciriaudience yang diungkapkan dalam konteks iniadalah bagaimana audience sebagai sebuahkonsumen, audience mempunyai kemampuanuntuk berkembang dan metamorfosis sebagaipasar, dan hanya dibatasi dalam batasan nilai-nilai ekonomi. Selain itu audience dalamdigambarkan sebagai pihak yang menerimapesan yang mempunyai latar belakang yangberbeda-beda (heterogen), baik dalam budaya,agama, pendidikan, umur, pekerjaan dan lain-

Page 6: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

64Jurnal KOMUNIKATOR

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

lain termasuk kebutuhan akan informasi.Walaupun dalam penerimaan pesan merekasama, namun dalam interpretasi terhadappesan tentu saja akan berbeda-beda.

Ada hubungan yang erat antara gambar danaudience. Gambar sebagai bentuk darikomunikasi visual tentunya memeluhanrespon atau tanggapan atas pesan yangdibawanya. Audience selaku penerima pesan,akan memberikan umpan balik setelah pesantersebut ia terima. Pada obyek penelitian,gambar para pasangan calon Presiden danWakil Presiden di halaman depan Koran Tempomemperlihatkan kombinasi antara gambar,headline dan sedikit isi pesan (bodycopy).

Dari ketiga elemen tersebut, ada bagianyang oleh media lebih ditonjolkan dari yanglain. Kesemuanya ditujukan untuk menarikperhatian audience. Mengenai mana yang lebihmenarik perhatian audience, gambar atauheadline, terdapat sejumlah pendapat.Greenland berpendapat bahwa, dalammempersepsi pesan gambar audience pertama-tama tertarik pada gambar, kemudian headline,dan yang terakhir bodycopy (Pranata 2001:75).Sulit menyatakan manakah dari keduanya yanglebih berpotensi untuk menarik perhatian.Headline dan gambar keduanya sangatpotensial. Sebenarnya, masalahnya bukanmana yang lebih menarik perhatian melainkanbagaimana menggunakan keduanya secarakreatif agar mampu untuk menarik perhatian.

4. PENILAIAN GAMBARDalam proses penciptaan komunikasi

visual/desainer grafis harusmempertimbangkan berbagai prinsip demimencapai hasil akhir yang baik. Prinsip-prinsipdesain yang akan dijelaskan di bawah inibukanlah sebuah nilai mati bahwa desain yangpaling baik adalah seperti apa yang dikandungdalam prinsip tersebut. Tetapi sekadar langkah-langkah yang bisa dijadikan panduan agargambar yang dihasilkan jauh lebih baik dandapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.Karena sesungguhnya tidak ada penilaian bagusatau jelek atas sebuah desain. Semuanya itu

tergantung selera desainer grafis dan audience/pembaca yang menjadi sasaran pesan. Hal iniditegaskan pakar desain grafis (Sihombing2004) :

Penilaian karya desain grafis sesungguhnyaadalah menguji tingkat kelayakkannya, dalamarti tidak ada karya desain grafis yang benaratau pun yang salah. Gray area ini dinilaiefektivitasnya dalam memberikan solusiterhadap masalah desain yang dihadapinya.

Ada beberapa poin yang bisa dijadikanacuan untuk memberikan penilaian padasebuah gambar hasil dari karya desain grafis/komunikasi visual, mulai dari kesederhanaanpesan, keseimbangan, kesatuan, penekanan(aksentuasi), irama (repetisi).

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan

konstruksionis dalam bentuk analisis semiotik.Semiotik menekankan bahwa makna terbentukmelalui medium bahasa. Bahasa jugamerupakan bagian dari medium ideologi yangberkembang dalam praktik kemedia massa-an.Sehingga semiotik dinilai sangat cocok untukmengungkap tanda dan ideologi. Analisisisemiotik dapat digunakan untuk mengetahuimakna yang tersembunyi. Semiotik digunakansebagai pendekatan untuk menganalisis teksmedia dengan asumsi bahwa media itu sendiridikomunikasikan dengan seperangkat tanda.Teks media yang tersusun dengan seperangkattanda tersebut tidak pernah membawa maknatunggal. Sebab pada kenyataanya, teks mediaselalu memiliki ideologi dominan yangterbentuk melalui tanda tersebut. Hal inimenunjukkan bahwa teks media membawakepentingan-kepentingan tertentu pula.Mengingat sebuah gambar tersusun atas banyaktanda, maka dalam penelitian ini model analisisemiotik yang digunakan tidak hanya satumelainkan disesuaikan dengan unit analisisnyadengan tujuan untuk mengoptimalkan hasiltemuanya nanti. Ada enam unit yang akanmenjadi obyek analisis dalam penelitian ini,yaitu obyek tema, teks, visualisasi, komposisi,sudut penonton (viewer) dan modalitas. Pada

Page 7: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

65Vol. 5 No. 2 November 2013

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

penelitian ini model semoitik Piercedigunakan untuk membongkar makna padalevel obyek tema dan teks verbal. SedangkanRoland Barthes pada visualisasinya. Lalu untukkomposisi, sudut penonton (viewer) danmodalitas akan dianalisis dengan pendekatanala Kress dan Van Leeuwen.

UNIT ANALISISBerikut ini penulis membagi data

penelitian kepada instrumen analisisnyaberserta sub unit yang akan dianalisis dan alatyang akan digunakan. Hal itu akanmempermudah dan memperjelas letak setiapdata dalam fungsinya. Pembagian ini didapatsetelah sebelumnya dilakukan pengamatanterhadap gambar-gambar para calon Presiden

TABEL 1. UNIT ANALISI

Page 8: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

66Jurnal KOMUNIKATOR

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dan Wakil Presiden pada halaman depan KoranTempo yang terdiri dari empat edisi dan daribeberapa penelitian (Subagyo 2001)sebelumnya yang dinilai relevan bagi penelitianini.

PEMBAHASANKORAN TEMPO DALAM INDUSTRIMEDIA CETAK INDONESIA

Karena Koran Tempo merupakan betukkomodifikasi produk dari majalah Tempo saatpada tahun 2000 Tempo Inti Media adalahperusahaan media pertama Indonesia yangmasuk bursa saham. Dari penghasilan tersebut,dibiayailah harian Koran Tempo yang terbitpertama kali pada tahun 2001. Inilah yang jadicikal bakal Koran Tempo saat ini.

Koran Tempo terkenal berkat jurnalismeinvestigasinya. Selain itu Koran Tempomenggunakan elemen-elemen layout yang tidakkonvensional dan memuat banyak grafikinformasi dan karena itu dibaca terutama olehpembaca muda dari kalangan menengah keatas. Bisa dikatakan penampilan Koran Tempoikut di pengaruhi oleh gaya-gaya majalahTempo. Format penyajian berita yang di desainlebih menarik dengan perpaduan antara teksdan konsep desain visual. Konsep visual yangdimiliki oleh majalah Tempo tidak lepas daripengaruh majalah TIME terbitan luar negeri.

Strategi dalam menuju independensidalam hal netralisasi pemberitaan, KoranTempo bisa bertindak lebih beranidibandingkan media lain. Faktor internal daneksternal media sangat menentukan bentuktulisan yang akan sampaikan. Baik itukepentingan pemilik modal, pasar, pengiklan,pemerintah dan lain-lain. Namun berdasarkanhasil penelitian yang dilakukan oleh AnettKeller, majalah Tempo termasuk juga KoranTempo memiliki beberapa langkah untukmenghindari banyaknya campur tangan pihak-pihak tertentu yang akan menimbulkan biaspada berita. Pertama, dengan mentiadakankepemilikan saham mutlak (tunggal) atasmajalah Tempo sehingga tidak ada satu pihakyang lebih berhak atas media tersebut karena

mulai dari petinggi media sampai petugaskebersihandapat membeli saham media danikut merasakan memilikinya dimana hal initidak lazim berlaku pada media lain. Kedua,melakukan rotasi antara wartawan dannarasumbernya. Tidak ada sikap otoriter darieditor saat memutuskan berita yang naik cetakmelainkan melalui proses diskusi.

Konsep visualisasi Koran Tempo padahalaman depannya tidak bisa dilepaskan daripengaruh majalahnya. Majalah Tempo yangsedari awal telah menjadikan cover sebagaimedia visualisasi berbagai macam simbol danmakna dengan kemasan yang sangat berbedapada masa itu sehingga majalah ini dijadikansebagai acuan bagai media serupa. Sedari awalTempo memang memberikan porsi yangseimbang antara ulasan yang terdapat padateksnya dengan visualisasinya. Dari sini munculbentuk baru penyampaiaan ide, pemikiranideologi pada media massa di Indonesia.Langkah sukses yang dicapai oleh majalahTempo, ternyata juga di aplikasikan pada KoranTempo.

SIMPULANDari keseluruhan analisa yang dilakukan

maka dapat disimpulkan dari keempat obyekgambar berserta elemen-elemen visualnyamenunjukkan bahwa kecenderungan untukmemposisikan salah satu tokoh lebih baik daritokoh yang lain terjadi di sini. Denganmenggunakan unit analisa dapat diketahuibentuk pemihakan tersebut dilakukan denganmensetting tokoh tertentu pada posisi yangdapat bernilai positif (menimbulkan kesanbaik) di mata pembaca. Terlepas dari bahwapenggambaran tersebut sesuai dengan narasiberitanya atau tidak. Dalam matrik hasilpenelitian Susilo Bambang Yudhoyono lebihsering mendapatkan posisi yangmenguntungkan dalam gambar ketimbangJusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri.Seperti pada elemen komposisi, SusiloBambang Yudhoyono dari keseluruhan gambarselalu medaparkan posisi yang menurut kaedahpembacaan desain merupakan akan

Page 9: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

67Vol. 5 No. 2 November 2013

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

TEMUAN: MENGUNGKAP MAKNA DIBALIK GAMBAR

TABEL 2. HASIL PENELITIAN

meberuiakan citra yang positif. Begitu jgadengan ekspreasi wajah, baik dari foto maupunlukisan semuanya mewakili ekpresi bahagia danpercaya diri. Termasuk pada teks perbal yangmenyertainya, banyak berisi kalimat-kalimat

pembelaan dan pembenaran bahwa ia yangbenar dalam permasalahan yang diangkat.

Namun, hal itu tidak terjadi pada duacalon prasiden yang lain, seperti Jusuf Kalla.Dua dari empat gambar memperlihatkan sosok

Page 10: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

68Jurnal KOMUNIKATOR

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

seorang Jusuf Kalla yang bersedih dan kalah.Seperti pada gambar yang bertajuk “SalingKlaim Paling Berjasa” dan “Kalla ImbangiYudhoyono”. Terlepas dari apakah gambartersebut di buat berdasarkan situasikondisional pada saat itu, tetapi tetap saja bagipara pembaca yang lebih suka melihat beritadalam bentuk visual dan tidak memperhatikanteks, hal ini akan menempatkan Jusuf Kallapada pencitraan yang tidak bagus. Sedangkanuntuk Megawati, karena dari keseluruhangambar, hanya dua gambar saja sosoknyadimuat seolah menempatkan bahwa posisinyadalam pemilihan hanya sebatas pelengkap saja,bukan pemain inti. Karena sesungguhnya yangpaling banyak disorot dan dipublikasikanadalah Susilo Bambang Yudhoyono dan JusufKalla.

Walau bagaimanapun hasil yang didapatdari penelitian ini yang memperlihatkanadanya kecenderungan media pada salah satutokoh, media (Koran Tempo) bukanlahmakhluk soliter, melainkan ia memerlukanlingkungan tempatnya hidup danmelaksanakan fungsinya sebagai saranaproduksi dan penyampai informasi. Adabanyak hal dalam lingkungan tersebut yangdapat mempengaruhinya dalam pemberitaan.Meskipun Koran Tempo sudah membangunstrategi untuk mencapai independensi, tetapsaja ada celah-celah yang membuatnyamelakukan pemihakan. Karena tidak adamedia yang mampu menerapkan cover both sidedalam pemberitaanya, pastilah selalu adaoposisi binner yang salah satunya merupakanrepresentasi media tersebut secara tidaklangsung yang tersamarkan dalam simbol-simbol. Sulit bagi mereka untuk menerapkankonsep bebas nilai selama proses produksiberlangsung. Ada banyak kepentingan yangikut menentukan arah pemberitaan. Baik yangada di dalam tubuh media maupun yang adadi luar. Selain itu, pola-pola penggambaranyang diterapkan oleh Koran Tempo dinilaimasih bersifat konservatif, sama seperti yangdianut oleh majalah Tempo. Pola-pola lamadalam aturan desain gambar dirasa masih

sangat kaku berdasarkan kaedah baku, sehinggapola pembacaan pesanpun sangat mudahuntuk dibaca dan dikenali karakteristiknya.Hal ini lah yang mejadikan cirri khas desainvisual majalah dan Koran Tempo.

DAFTAR PUSTAKAA. BUKUAbar, Akhmad Zaini. (1995) 1966-1974 Kisah Pers

Indonesia. Yogyakarta, LKiS.Cangara, Hafied. (2000) Pengantar Ilmu Komunikasi.

Jakarta, Rajawali Press.Chomsky, Noam. (2005) Kuasa Media. Yogyakarta,

Pinus.Crigler, Ann. N. (1996) The Psycology of Political

Communication. An Arbor The University ofMichigan Press.

Eriyanto. (2002) Analisis Framing; Konstruksi,Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta, LKiS.

Fiske, John. (1990) Introduction to CommunicationsStudies. 2nd Edition. . London, RoutledgeDiterjemahkan oleh Yosal Iriantara dan IdiSubandy Ibrahim. (2007). Yogyakarta, PenerbitJalasutra.

Hadi, M Umar. (1993) Tinjauan Aspek Visual GambarFotografi dan Gambar Tangan. JurnalPengetahuan dan Penciptaan Seni. Edisi III/04-Oktober . Yogyakarta, BP ISI .

Haryanto, Ignatius. (2006) Indonesia Raya Dibredel.Yogyakarta, LKiS.

Hidayat, Dedy N, Effendi Gazali, Harsono Suwardi,Ishadi S.K. (2000) Pers Revolusi “Revolusi Mei”Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta, GramediaPustaka Utama.

Istanto, Freddy H. Gambar Sebagai Alat KomunikasiVisual. Jurusan Desain Komunikasi Visual,Fakultas Seni dan Desain – Universitas KristenPetra. Yogyakarta.

Keller, Anett. (2009) Tantangan dari Dalam, OtonomiRedaksi di 4 Media Cetak Nasional; Kompas,Koran Tempo, Media Indonesia, Republika.Jakarta, Friedrich Ebert Stiftung (FES) IndonesiaOffice.

Kusmiati R, Artini. (1999) Teori Dasar DisainKomunikasi Visual. Jakarta, Penerbit Djambatan.

Kusrianto, Adi. (2007) Pengantar Desain KomunikasiVisual. Yogyakarta, Penerbit Andi.

Laseau, Paul. (1986) Berpikir Gambar Bagi Arsitekdan Perancangan. Bandung, Penerbit ITB.

Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. (2008)

Page 11: Ideologi dalam Desain Komunikasi Visual - UMY

69Vol. 5 No. 2 November 2013

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Theories of Human Communication. NinthEdition. California Belmont, Thomson Wadswoth.

Lull, James. (1998) Media, Komunikasi, KebudayaanSuatu Pendekatan Global. Penerjemah A.Setiawan Abadi. Jakarta, Yayasan Obor.

Mayasari, Dila. (2005) Framing Media Cetak; AnalisisFraming Kompas dan Republika terhadapKerusuhan di Ambon pada 25 April 2004Berkaitan dengan Peringatan Hari Ulang TahunRepublik Maluku Selatan Ke- 54. Skripsi FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Mayer, Ralp. (1967) A Dictionary of Art Term andTechniques. New York, Thomas Y. CrowellCompany.

McQuail’s, Denis. (2000) Mass CommunicationTheory. 4th Edition. London, SAGE Publications.

Muller, Heidi L & Robert T Craig. (2007) TheorizingCommunication; Readings Accross Traditions.London, SAGE Publications.

Mulyana, Deddy. (2005) Ilmu Komunikasi; SuatuPengantar. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. (2004) Komunikasi Massa. Malang, Cespur.Rivers, W.L & Mathews, C. (1994) Etika Media Massa

dan Kecenderungannya Untuk Melanggarnya.Diterjemahkan oleh Arwah Setiawan. Jakarta,Gramedia Pustaka Utama.

Saint Martin, Fernande. (1990) Semiotics of VisualLanguage. Indiana University Press Bloomingtonand Indianapolis.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2006) Metode PerancanganKomunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta,Dimensi Press.

Setianti, Yanti. (2007) Bahasa Tubuh Sebagai BahasaKomunikasi Nonverbal. Fakultas Ilmu Komunikasi.Universitas Pandjadjaran. Bandung.

Sihombing, Danton. (2004) Konsep Desain Grafisdalam Desain Publikasi. Edisi: Mei. MajalahCakram

Steele, Janet. (2007) Wars Within; Pergulatan Tempo,Majalah Berita Sejak Zaman Orde Baru. Jakarta,Dian Rakyat.

Storey, John. (1996) Cultural Studies and The Studyof Popular Culture: Theoris and Methodes. TheUniversity of Georgia Press, Athens. Edisi BahasaIndonesia (2007). Yogyakarta, Jalasutra,

Subagyo, Djoko.(2001) Ideologi Pada Cover MajalahBerita; Representasi Ideologi Pemihakan MediaPada Cover Majalah Berita Mingguan TempoTahun 1971-1982, Tahun 1982-1994, dan Tahun1998-1999. Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta.

Sudjiman, Panuti & Aart Van Zoest. (1996) Serba-Serbi Semiotika. Jakarta, Gramedia.

Sunardi, ST. (2002) Semiotika Negativa. Yogyakarta,Penerbit Buku Baik.

Syahputra, Iswandi. (2006) Jurnalisme Damai;Meretas Ideologi Peliputan Berita di Area Konflik.Yogyakarta, P_IDEA.

Tim Penulis Program Desain Komunikasi Visual FSR ISIYogyakarta & Studio Diskom. (2009) Irama Visual;Dari Toekang Reklame Sampai KomunikatorVisual. Yogyakarta, Jalasutra.

B. KORANSaling Klaim Paling Berjasa. Tempo. Edisi Selasa, 16

Juni 2009.Kalla Imbangi Yudhoyono. Tempo. Edisi Jumat, 19

Juni 2009.Perang Klaim Juru Damai Aceh. Tempo. Edisi Senin,

29 Juni 2009.Makin Sengit. Tempo. Edisi Jumat, 3 Juli 2009.

C. INTERNETAllen, Graham. (2003) Roland Barthes [Internet],

London, Routledge. <www.gigapedia.org.[Diunduh pada tanggal 2 Desember 2009].

Barthes, Roland. (1977) Image Music Text [Internet],London, Fontana Press. <www.gigapedia.org.[Diunduh pada tanggal 2 Desember 2009].

Kress, Gunther & Theo Van Leeuwen. (2006) ReadingImage The Grammer of Visual Design [Internet],Second Edition. London & New York, Routledge<www.gigapedia.org. [Diunduh pada tanggal 25November 2009].

Pranata, Moeljadi. (2001) Headline: Fungsi danPerancangannya [Internet], Surabaya, FakultasSeni dan Desain UK Petra < http://puslit.perta.ac.id/journals/design/. [Diunduh padatanggal 3 November 2009].

Riyanto, Slamet. (2003) Bagaimana Memulai BelajarDesain Grafis? Internet],IlmuKomputer.com.<http://slametriyanto.web.id.[Diunduh pada tanggal 3 November 2009].