7
380 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017 Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal Sulawesi Tenggara Halaman 380-386 IDENTIFIKASI WAKTU PEMBELAHAN SEL MITOSIS DAN JUMLAH KROMOSOM VARIETAS ANGGUR JESTRO AG 60, PRABU BESTARI DAN JESTRO AG45 Anis Andrini 1* , Yunita Trietika Sakti 2 1 Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung 1 Batu, Jawa Timur, Telp: +62341592683 Fax:+62341593047 2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang *Penulis untuk korespondensi: [email protected] ABSTRAK Balitjestro mempunyai koleksi anggur sebanyak 54 aksesi yang telah dikarakterisasi morfologi dan biokimia tanamannya. Informasi sitologi penting diketahui untuk mendukung program perakitan varietas. Koleksi anggur balitjestro diperoleh dari berbagai sumber yang kadang tidak terdapat informasi yang tepat mengenai species dan jumlah kromosomnya. Oleh karena itu karakterisasi kromosom perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk karakterisasi kromosom dan mengetahui jumlah kromosom varietas anggur Jestro Ag60, Prabu Bestari dan Jestro Ag45. Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2017 dengan melakukan analisis kromosom metode squash varietas Jestro Ag60 secara bertahap 5 menit sekali mulai pukul 06.15–07.00. Analisis jumlah kromosom dilakukan pada varietas anggur Jestro Ag60, Prabu Bestari dan Jestro Ag45. Hasil pengamatan di mikroskop menunjukkan bahwa pada varietas Jestro Ag60, fase prometafase dominan diperoleh pada jam 06.15-06.20 dan pukul 07.00. Fase prometafase merupakan fase pembelahan mitosis yang paling mudah dihitung jumlah kromosomnya karena kromosom tampak menyebar. Fase metafase dominan terlihat pada pukul 06.35, tahap ini merupakan indikator umum studi pendahuluan untuk mengetahui waktu terjadinya pembelahan sel. Berdasarkan hasil tersebut analisis waktu pembelahan mitosis dan jumlah kromosom pada varietas lain dilakukan pada pukul 06.15-07.00. Hasil pengamatan dan perhitungan langsung di mikroskop, Jestro Ag45, Jestro Ag60 dan Prabu Bestari kromosomnya 2n=38. Hal ini sesuai dengan informasi awal bahwa ketiga jenis anggur tersebut merupakan jenis Vitis vinivera yang telah diketahui jumlah kromosomnya 2n=38. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai dasar karakterisasi sitologi lebih lanjut sehingga data jumlah kromosom seluruh aksesi anggur koleksi balitjestro dapat diketahui. Kata kunci : anggur Indonesia, karakterisasi sitologi, Vitis vinivera PENDAHULUAN Anggur bukan merupakan tanaman Indonesia, yang mulai diintroduksi pada zaman pemerintah Hindia-Belanda pada abad 17 (Winarno et al., 1991). KP Banjarsari, Probolinggo (saat ini merupakan salah satu kebun percobaan Balitjestro) telah mengoleksi anggur sejak tahun 1956 dan saat ini terdapat 54 aksesi anggur. Koleksi anggur Balitjestro diperoleh dari berbagai sumber yang

IDENTIFIKASI WAKTU PEMBELAHAN SEL MITOSIS DAN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-42-halaman-380-386.pdf · HASIL Optimasi Waktu Optimal untuk Preparasi Kromosom Berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

380 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

IDENTIFIKASI WAKTU PEMBELAHAN SEL MITOSIS DAN JUMLAH KROMOSOM VARIETAS ANGGUR JESTRO AG 60, PRABU BESTARI

DAN JESTRO AG45

Anis Andrini1*, Yunita Trietika Sakti2

1Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika

Jl. Raya Tlekung 1 Batu, Jawa Timur, Telp: +62341592683 Fax:+62341593047 2Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang *Penulis untuk korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Balitjestro mempunyai koleksi anggur sebanyak 54 aksesi yang telah dikarakterisasi morfologi dan biokimia tanamannya. Informasi sitologi penting diketahui untuk mendukung program perakitan varietas. Koleksi anggur balitjestro diperoleh dari berbagai sumber yang kadang tidak terdapat informasi yang tepat mengenai species dan jumlah kromosomnya. Oleh karena itu karakterisasi kromosom perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk karakterisasi kromosom dan mengetahui jumlah kromosom varietas anggur Jestro Ag60, Prabu Bestari dan Jestro Ag45. Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2017 dengan melakukan analisis kromosom metode squash varietas Jestro Ag60 secara bertahap 5 menit sekali mulai pukul 06.15–07.00. Analisis jumlah kromosom dilakukan pada varietas anggur Jestro Ag60, Prabu Bestari dan Jestro Ag45. Hasil pengamatan di mikroskop menunjukkan bahwa pada varietas Jestro Ag60, fase prometafase dominan diperoleh pada jam 06.15-06.20 dan pukul 07.00. Fase prometafase merupakan fase pembelahan mitosis yang paling mudah dihitung jumlah kromosomnya karena kromosom tampak menyebar. Fase metafase dominan terlihat pada pukul 06.35, tahap ini merupakan indikator umum studi pendahuluan untuk mengetahui waktu terjadinya pembelahan sel. Berdasarkan hasil tersebut analisis waktu pembelahan mitosis dan jumlah kromosom pada varietas lain dilakukan pada pukul 06.15-07.00. Hasil pengamatan dan perhitungan langsung di mikroskop, Jestro Ag45, Jestro Ag60 dan Prabu Bestari kromosomnya 2n=38. Hal ini sesuai dengan informasi awal bahwa ketiga jenis anggur tersebut merupakan jenis Vitis vinivera yang telah diketahui jumlah kromosomnya 2n=38. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai dasar karakterisasi sitologi lebih lanjut sehingga data jumlah kromosom seluruh aksesi anggur koleksi balitjestro dapat diketahui.

Kata kunci : anggur Indonesia, karakterisasi sitologi, Vitis vinivera

PENDAHULUAN

Anggur bukan merupakan tanaman Indonesia, yang mulai diintroduksi pada zaman pemerintah Hindia-Belanda pada abad 17 (Winarno et al., 1991). KP Banjarsari, Probolinggo (saat ini merupakan salah satu kebun percobaan Balitjestro) telah mengoleksi anggur sejak tahun 1956 dan saat ini terdapat 54 aksesi anggur. Koleksi anggur Balitjestro diperoleh dari berbagai sumber yang

381

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal

Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

kadang tidak terdapat informasi yang tepat mengenai spesies dan jumlah kromosomnya.

Sementara itu, aksesi yang ada tidak akan memberikan manfaat yang berarti tanpa dilakukan karakterisasi dan praevaluasi untuk menunjukkan potensi terbaiknya (IPGRI, 2003). Karakterisasi dan praevaluasi merefleksikan alel-alel spesifik dan data evaluasi yang menggambarkan karakter suatu aksesi (Upadhyaya et al., 2008). Balitjestro telah melakukan karakterisasi morfologi dan biokimia pada koleksi anggur di KP Banjarsari, namun demikian karakterisasi sitologi belum dilakukan.

Peloqin (1981) dalam Parjanto (2003) mengemukakan bahwa temuan-temuan baru di bidang sitogenetika dapat berguna unuk mendukung program pemuliaan tanaman, baik secara tidak langsung yaitu berupa peningkatan pengetahuan susunan genetik suatu jenis tanaman, maupun secara langsung yang berupa penerapan teknik sitogenetika untuk perbaikan sifat tanaman. Manfaat lain dalam studi sitogenetika antara lain dengan karyotyping, pada pada tanaman in vitro Vitis vinifera cv. Bacchus bermanfaat dalam studi filogenetik (Haas & Alleweldt, 2000).

Karakterisasi kromosom biasanya dilakukan dengan studi pembelahan sel mitosis karena karakter morfologi kromosom pada pembelahan sel ini stabil dan dapat terlihat jelas kromosom (Min et al., 1984 cit Daryono dan Kumalawati, 2011). Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Mitosis menghasilkan sel yang memiliki jumlah kromosom dan sifat materi genetik yang sama dengan induknya (Suryo, 2004).

Mitosis pada tanaman terjadi selama 30 menit sampai beberapa jam (Crowder, 2006). Mitosis memiliki empat tahapan, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Saat prometafase yaitu awal dari fase metafase ini merupakan fase dimana kromosom mengandung 2 kromatid. Pada fase tersebut ukuran kromosom jauh lebih panjang dan struktur kromosom tampak lebih jelas dibandingkan dengan sel-sel tahap lainnya (Suryo, 2004). Selain itu, pada fase tersebut kromosom tampak tersebar dan tidak saling tumpang tindih (Kurata & Omura, 1978 cit Aristya et al., 2014).

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2017 dengan melakukan analisis kromosom metode squash varietas Jestro Ag60 secara bertahap 5 menit sekali mulai pukul 06.15–07.00. Bahan yang digunakan antara lain pucuk daun yang dipotong ± 3 mm. Pembuatan preparat pada penelitian ini dengan menggunakan metode Squash Jahier dan Tanguy tahun 1996 yang terdiri atas: 1. Tahap fiksasi: potongan pucuk daun direndam dalam larutan asam asetat

glasial 45% dengan waktu 15 menit pada suhu 4 ºC kemudian dicuci dengan menggunakan akuades sebanyak 3 kali pengulangan.

2. Tahap maserasi, sampel dimasukkan dalam larutan HCl 1 N (1 mL asam klorida ditambah 11 m akuades) selama ± 10 menit dengan suhu 55 ºC dalam oven. Kemudian sampel tersebut dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali.

3. Tahap pewarnaan, sampel direndam dalam larutan aceto orcein 2% selama minimal 1 jam pada suhu kamar.

382 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

4. Pemencetan atau squash, squash dilakukan hingga sampel terlihat tipis dan sel menyebar rata. Kemudian bagian tepi gelas penutup tersebut diberi kuteks dan dilabel.

Setelah itu preparat diamati. Preparat diamati di bawah mikroskop binokuler perbesaran 1000x, untuk melihat tahapan pembelahan sel yang dominan dan jumlah kromosomnya. Fase pembelahan sel dianggap dominan apabila dalam satu bidang pengamatan terdapat lebih dari 50% fase tersebut terlihat. Proses yang sama dilakukan untuk menghitung jumlah kromosom Jestro Ag45 dan Prabu Bestari. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

HASIL

Optimasi Waktu Optimal untuk Preparasi Kromosom Berdasarkan hasil pengamatan jestro Ag60, tidak semua preparat diperoleh

hasil yang jelas, beberapa preparat menunjukkan penumpukan sel sehingga sulit diamati jumlah kromosomnya. Namun demikian, fase dominan dalam setiap preparat yang diamati dapat terlihat seperti tampak dalam Tabel1.

Tabel 1. Fase dominan kromosom anggur Jestro Ag60 berdasarkan waktu

pengamatan, suhu dan kelembaban saat pengambilan sampel

Waktu optimasi Suhu Kelembaban Fase dominan

6.15 25 oC 68% Prometafase 6.20 28 oC 52% Prometafase 6.25 28 oC 52% Profase 6.30 28 oC 52% Anafase 6.35 24 oC 77% Metafase 7.00 24 oC 77% Prometafase

Berdasarkan hasil tersebut, dilakukan preparasi kromosom untuk

menghitung jumlah kromosom anggur varietas Jestro Ag45 dan Prabu Bestari. Berdasarkan pengamatan pada saat preparasi tersebut ternyata diperoleh fakta bahwa fase prometafase yang dominan terjadi tidak tepat waktu yang sama dengan Jestro Ag60, seperti tampak pada Tabel 2. Fase yang terlihat jelas meskipun hasil preparasi kurang sempurna yaitu fase metafase dan anaphase seperti tampak pada Gambar 1.

Tabel 2. Fase dominan kromosom anggur Jestro Ag45 dan Prabu Bestari

berdasarkan waktu pengamatan, suhu dan kelembaban

No Varietas Optimasi Suhu Kelembaban Fase dominan

1 Jestro Ag45

6.15 25 oC 70% Profase 6.20 24 oC 75% Profase 6.45 25 oC 70% Profase dan Anafase 7.00 26 oC 61% Metafase 7.00 28 oC 53% Metafase

2 Prabu Bestari

6.15 24 oC 69% Prometafase 6.15 24 oC 77% Profase 6.30 24 oC 77% Prometafase 6.45 24 oC 69% Prometafase, Metafase, Anafase

383

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal

Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

Gambar 1. Tahapan mitosis anggur: A= profase, B=prometafase, C=metafase dan D=anafase

Perhitungan Jumlah Kromosom

Hasil pengamatan kromosom disajikan dalam tabel 3. Hasil pengamatan tidak semua disajikan karena tidak semua preparat dapat dengan jelas dihitung kromosomnya.

Tabel 3. Hasil pengamatan jumlah kromosom anggur varietas Jestro Ag60, Ag45

dan Prabu Bestari

Nama varietas Nomor sampel Jumlah kromosom

Jestro Ag60 1 19 2 19 3 20

Jestro Ag45 1 19 2 19 3 17

Prabu Bestari 1 20 2 19 3 19

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, sebagian besar hasil pengamatan

menunjukkan bahwa Jestro Ag60, Jestro Ag45 dan Prabu Bestari mempunyai jumlah kromosom n= 19, meskipun ada beberapa anomali dengan jumlah kromosom 17 dan 20.

A B

C D

384 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

PEMBAHASAN

Hasil optimasi waktu untuk melihat fase pembelahan sel yang dominan pada Jestro Ag60 menunjukkan bahwa fase prometafase dominan diperoleh pada tiga waktu yang berbeda yaitu pukul 6.15-6.20 dan 07.00. Selain waktu, pada saat pengambilan sampel dicatat suhu dan kelembaban lingkungan sekitar pengambilan, menunjukkan suhu dan kelembaban yang berbeda pada ketiga waktu tersebut.

Untuk memperjelas, saat pengambilan sampel pucuk daun Jestro Ag60 dan Prabu Bestari diamati pula fase pembelahan sel yang dominan dan data terkait suhu dan kelembaban. Pada kenyataannya tidak diperoleh data yang sama seperti Jestro Ag60 karena pada Jestro Ag45, fase dominan metafase diperoleh pada pukul 7.00-7.25. Tahap ini merupakan indikator umum studi pendahuluan untuk mengetahui waktu terjadinya pembelahan sel (Setyawan & Sutikno, 2000). Fase prometafase dominan dalam sampel preparat tidak diperoleh saat itu. Fase prometafase yang terlihat pada beberapa sampel pengamatan pada beberapa waktu pengambilan tetapi tidak dominan dalam sekali pegambilan preparat. Namun demikian fase prometafase merupakan fase yang terjadi sebelum fase metaphase sehingga diduga prometafase dominan terjadi 6.45-7.00 (tidak dilakukan pengambilan sampel pada fase ini).

Sementara itu pada Prabu Bestari, prometafase dominan diperoleh pada tiga jam berbeda. Ditemukan pada pengambilan pukul 6.15 di hari yang berbeda namun dengan kelembaban yang berbeda ditemukan fase dominan prometafase dan profase. Hasil pengamatan tersebut sejalan dengan studi yang dilakukan Abidin et al., 2014 pada sel bawang yang menunjukkan waktu pembelahan sel tidak konstan sepanjang hari. Hasil penelitian Arisuryanti et al., (2007) menunjukan waktu prometafase pada tanaman jeruk nipis dan jeruk purut banyak ditemukan pada jam 08.00 WIB. Sedangkan Martasari, 2010 menyatakan bahwa pada jeruk siam Pontianak waktu terbaik pengambilan sampel untuk analisis kromosom adalah pukul 08.00 -10.00 WIB

Perbedaan waktu pembelahan pada satu spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya pada pagi hari. Perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies bergantung pada kondisi lingkungan. Temperatur dan nutrisi, merupakan faktor utama dalam durasi mitosis (Yadav cit Abidin, 2014). Beberapa spesies tanaman memerlukan suhu tertentu dan lama penyinaran yang berbeda, sehingga untuk mendapatkan waktu potong yang tepat diperlukan pengamatan yang berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Jurcak cit Abidin, 2014). Meskipun demikian, untuk ketiga varietas yang diamati, dapat diperkirakan kisaran pengambilan sampel pucuk daun yaitu pukul 06.15-07.00, pada kondisi lingkungan dengan suhu 24-28 oC dan kelembaban 52-77% untuk memperoleh preparat yang menunjukkan fase prometafase dominan. Penggunaan sampel akar tidak digunakan dalam analisis kromosom anggur dalam kasus penelitian ini karena anggur merupakan tanaman tahunan sehingga pengambilan ujung akar sulit pada tanaman dewasa. Selain itu, sebelumnya telah dicoba dengan menggunakan akar namun hasilnya lebih baik dengan penggunaan daun pucuk.

Ketiga varietas tersebut menunjukan hasil jumlah kromosom haploid masing-masing varietas menunjukan angka yang tidak jauh berbeda hanya selisih beberapa, kurang lebih 19. Hasil penelitian karyotyping anggur (Pierozzi, 2011) menunjukkan formula karyotype anggur Vitis vinivera adalah 8 metasentrik

385

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal

Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

+ 11 submetasentrik, sedangkan Vitis labrusca, Vitis champinii, Vitis cinerea dan Vitis gardiana adalah 7 metasentrik + 12 submetasentrik; sedangkan Vitis rotundifolia 8metasentrik + 12 submetasentrik.

Sementara itu, pada saat pengamatan ditemukan jumlah kromosom n=20 pada Jestro Ag60 dan Prabu Bestari. Jesro AG45 terlihat dan terhitung jumlah kromosom n= 17. Secara total pengamatan, pada kromosom yang paling jelas terlihat menunjukkan jumlah kromosom n=19. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor atau anomali. Anomali kromosom disebabkan oleh kendala teknis dalam pengamatan kromosom di bawah mikroskop hanya dapat dilihat dari satu sisi saja. Sehingga ada kemungkinan kromosom yang menumpuk kemudian terhitung satu menyebabkan kurangnya jumlah kromosom, ataupun ada sesuatu yang terlihat seperti kromosom dan mengakibatkan jumlah kromosom bertambah. Meskipun penghitungan jumlah kromosom dapat dilakukan, karyotyping masih sulit dilakukan karena kromosom sangat kecil dan memungkinan terjadi bias.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Fase prometafase yang dominan pada sel anggur Jestro Ag60, Jestro Ag45, dan Prabu Bestari terlihat pada preparat dari pengambilan sampel pucuk daun kisaran pukul 06.15-07.00, pada kondisi lingkungan dengan suhu 24-28 oC dan kelembaban 52-77%.

2. Jumlah kromosom anggur Jestro Ag60, Jestro Ag45, dan Prabu Bestari adalah 2n=38

3. Hasil pengamatan waktu optimal mitosis dapat bermanfaat untuk uji sebagai dasar karakterisasi sitologi lebih lanjut sehingga data jumlah kromosom seluruh aksesi anggur koleksi balitjestro dapat diketahui.

4. Perlu dilakukan pengujian dengan pewarna lain yang dapat memperjelas hasil pengamatan sehingga dapat dilakukan karakterisasi kromosom (karyotyping).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Marry Selva, SP yang telah membantu dalam penelitian ini dan juga pihak-pihak lain yang membantu.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. Achmad. 2014. Studi indeks mitosis bawang untuk pembuatan media pembelajaran preparat mitosis. Jurnal Bio Edu. 3(3):571-679.

Aristya, G.R, B.S. Daryono, N.S.N. Handayani, T. Arisuryanti. 2015. Karakterisasi Kromosom Tumbuhan dan Hewan. Gadjah Mada University Press, Indonesia.

Arisuryanti T, Rahmawati, Kartina A.K. 2007. Studi kromosom jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chritsm.) Swingle) dan jeruk purut (Citrus hystrix DC). Ilmiah Biologi. Vol 6(2): 107– 112.

Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Indonesia.

386 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pertumbuhan Muta Padi Gogo Beras Merah Hasil Iradiasi Gamma Kultivar Lokal Sulawesi Tenggara Halaman 380-386

Daryono, BS, D.A. Kumalawati. 2011. Identification of local melon (Cucumis melo L. var. Bartek) based on chromosomal characters. HAYATI Journal of Biosciences. 18(4): 197-200.

Haas, H.U., G. Alleweldt. 2000. The karyotype of grapevine (Vitis vinifera L.). Acta Hortic. 528:249-258.

IPGRI, 2003. A Guide to Effective Management of Germplasm Collections. IPGRI Handbooks for Genebanks No 6, Roma, Italia.

Jahier, J., A.M. Tanguy. 1996. Observation of Chromosomes: Basic Techniqus (Mitosis) of Plant Cytogenetic. New Hampshire Science Publishers Inc.

Martasari, C. 2010. Variasi jumlah kloroplas dan kromosom jeruk siam Pontianak hasil perlakuan colchisin. Biofarm Jurnal ilmiah Pertanian. 13(8).

Parjanto, S. Moeljopawiro, W.T. Artama, A. Purwantoro. 2003. Kariotip kromosom salak. Zuriat. 14(2): 21-28.

Pierozzi, N.I. 2011. Karyotype and nor-banding of mitotic chromosomes of some Vitis L. Species. Rev. Bras. Frutic, Jaboticabal - SP, Volume Especial, E. 564-570, Outubro.

Setyawan A.D., Sutikno. 2000. Karyotype kromosom pada Allium sativum L. (bawang putih) dan Pisum sativum L. (kacang kapri). Biosmart. 2(1):20-27.

Suryo. 2004. Genetika. Gadjah Mada University Press, Indonesia. Upadhyaya H.D., C.L.L Gowda, D.V.S.S.R. Sastry. 2008. Plant genetic resources

management: collection, characterization, conservation and utilization. The Journal of Semi-Arid Tropical Agricultural Research. 6:1-16.

Winarno, M., U.H. Yudowati, S. Kusumo, N. Primawati, S. Sulihanti. 1991. Budidaya Anggur. Balai penelitian Hortikultura Solok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.