of 13 /13
Praktikum Pembelahan Mitosis Setelah 2 menit, alkohol 70% dihisap dengan menggunakan tisu. Kemudian menambahkan larutan HCl 1 N dan merendamnya selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memotong tudung akar bawang merah karena dalam perendaman dalam HCl dapat memperjelas batas tudung akar dengan sel-sel di atasnya, serta dapat melunakkan dinding sel sehingga mudah untuk diamati. Ciri paling menonjol pada hasil pengamatan adalah sel yang intinya (kromosom) sudah terpisah sempurna namun dinding selnya belum terpisah secara sempurna. (membelah menjadi 2). Pengamatan yang tidak teramati adalah fase profase, anafase, dan telofase. Siklus mitotik dari sebuah sel dapat dibedaan atas dua stadium, yaitu stadium istirahat (interfase) dan stadium pembelahan (mitosis). Pembelahan mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi apabila sel anak

Praktikum Pembelahan Mitosis

Embed Size (px)

Text of Praktikum Pembelahan Mitosis

Praktikum Pembelahan Mitosis Setelah 2 menit, alkohol 70% dihisap dengan menggunakan tisu. Kemudian menambahkan larutan HCl 1 N dan merendamnya selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memotong tudung akar bawang merah karena dalam perendaman dalam HCl dapat memperjelas batas tudung akar dengan sel-sel di atasnya, serta dapat melunakkan dinding sel sehingga mudah untuk diamati.

Ciri paling menonjol pada hasil pengamatan adalah sel yang intinya (kromosom) sudah terpisah sempurna namun dinding selnya belum terpisah secara sempurna. (membelah menjadi 2). Pengamatan yang tidak teramati adalah fase profase, anafase, dan telofase. Siklus mitotik dari sebuah sel dapat dibedaan atas dua stadium, yaitu stadium istirahat (interfase) dan stadium pembelahan (mitosis). Pembelahan mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi apabila sel anak mempunyai jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Fase-fase pembelahan mitosis adalah profase, metafase, anafase, dan telofase. Dalam sekali membelah terdapat interfase. Selama interfase tidak tampak adanya struktur kromosom dan pada fase ini sel belum melakukan kegiatan pembelahan tetapi sel sudah siap untuk membelah. Selama interfase sel tampak keruh dan benang-benang kromatin halus lamakelamaan akan kelihatan. Beberapa ahli menganggap interfase bukan merupakan salah satu tahap dalam

mitosis sehingga interfase sering disebut fase istirahat. Pada fase istirahat ini membrane inti tidak tampak jelas jika diperiksa dengan menggunakan mikroskop cahaya. Stadium interfase dibedakan atas beberapa fase: Fase ini berlangsung antara 12-24 jam. Fase ini disebut fase kekosongan pertama karena selama fase ini tidak ada kegiatan pembelahan nukleus. Nukleus membesar dan sitoplasma bertambah, karena itu fase ini disebut juga fase pertumbuhan. Pada stadium ini terjadi replikasi ADN uga berlangsung pementukan histon. Pada akhir stadium ini tiap kromosom terdiri dua kromatid kakak beradik (sister chromatids) yang memiliki sentromer bersamaan. Ini merupakan aktivitas yang paling penting dari stadium S. Stadium ini memakan waktu 35-35% dari siklus interfase. Pada fase ini ADN cepat sekali bertambah kompleks dengan protein kromosom dan pembentukan ARN (asam ribonukleat) serta protein berlangsung. Fase ini memakan waktu kira-kira 10-20% dari siklus interfase.

Pada pembelahan mitosis terdapat 4 tahap fase pembelahan, yaitu profase, anafase, metafase, dan telofase. Pada profase, ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal.

Pada metafase, kromosom menyusun diri secara acak pada satu bidang ekuator atau tengah-tengah sel. Pada awal fase ini, membran nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan kromosom,

melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah pembelahan kromosom selama pembelahan (Welsh dan Mogen 1991).

Pada anafase, kromosom yang mengumpul di tengah sel terpisah dan mengumpul pada masing-masing kutub, sehingga telihat adal dua kumpulan kromosom. Pada telofase, terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Telofase pada fase ini pembelahan telah selesai, terbentuk lagi dinding inti, dan hal ini terlihat dalam praktikum. Sel telah terbagi menjadi dua sel anakan, masing masing memiliki inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya (Suryo, 1997). Ciri-cirinya adalah Pembelahan pada sel normal berbeda dengan pembelahan pada sel kanker. Sel kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dari sel normal. Ciri khas sel kanker yang pertama adalah adanya sinyal pertumbuhan yang cukup dari sel itu sendiri. Sel normal memerlukan sinyal pertumbuhan dari luar, sedangkan sel kanker tidak. Sel kanker juga kurang peka terhadap sinyal penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhannya tidak terkendali. Ciri lainnya adalah sel ini dapat melakukan invasi dan metastasis, tidak terbatas replikasinya. Pertumbuhan dan perbanyakan dari sel-sel normal diatur tepat sesuai dengan kebutuhan hidup suatu individu. Pada sel normal, apabila beberapa sel setelah berkembang membentuk jaringan baru, pertumbuhan akan terhenti. Akan tetapi pada sel-sel kanker sel-sel akan berkemang terus menerus dan membentuk jaringan yang terdiri dari beberapa lapis sel yang bertumpuk-tumpuk. (Suryo, 2005) fase dimana tahapan pembelahan pertama, permulaan profase profase kromosom menjadi lebih pendek dan tebal. Pada akhir profase mulai terbentuk benang benang spindel/ gelendong inti pada masing masing kutub sel, yang letaknya berlawanan. (Suryo,1997). Pada tahap ini yag terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom dan mulai menduplikasi menjadi kromatid. Ciri-cirinya: Kromosom mengerut dan menebal. Pemendekan ini akibat dari berpilinnya kromosom. Terlihat dua sister chromatid dan kromosom tampak rangkap dua. Kromatid-kromatid dihubungkan oleh sentromer. Nukleolus menjadi kabur dan hilang oleh sentromer.

Selaput inti mulai menghilang. Benang gelendong mulai terbentuk Kromosom mulai bergerak ke tengah atau equator dari sel.

Metafase dicirikan oleh barisan kromosom yang amat rapi sepanjang bidang equatorial (Fried, 2006). Pada tahapan ini sedikit terlihat adanya gambaran benang benang spindelnya. Pada tahap ini kromosom atau kromatid mudah diamati atau dipelajari. Ciri-ciri fase ini adalah:

Fried (2006) menyatakan bahwa pada awal anafase sentromer sentromer masing masing kromosom berpisah, sehingga masing masing kromatid kini berupa kromosom yang terpisah. Dengan dipandung oloeh serat gelendong yang melekat padanya. Satu kromatid dari setiap pasang digerakkan ke salah satu kutub, sementara kromatid yang satunya digerakkan ke kutub yang berlawanan. Pembelahan sentromer menurut Suryo (1997) dapat pula berlangsung pada permulaan anafase. Benang benang gelendong ini memendek sehingga belahan sentromer masing masing bergerak ke kutub sel yang berlawanan dengan membawa kromatid. Ciri-cirinya: Pada akhir anafase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang equator.

Pada telofase, terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian).

Ciri-cirinya: Dua sister chromatid (sekarang kromosom) bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Sentromernya tertarik karena kontraksi dari benang gelendong. Selain itu mungkin ada gaya tolak menolak dari belahan sentromer itu. Terjadi penyebaran kromosom dan ADN yang seragam di dalam sel. Anafase adalah fase terpendek dari fase-fase mitosis. Pada akhir anafase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang equat Telofase pada fase ini pembelahan telah selesai, terbentuk lagi dinding inti, dan hal ini terlihat dalam praktikum. Sel telah terbagi menjadi dua sel anakan, masing masing memiliki inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya (Suryo, 1997). Ciri-cirinya adalah benang-benang gelendong hilang selaput inti dan nukleolus terbentuk kembali sekat sel terbentuk kembali dan sel membelah menjadi dua sel anakan. terjadi sitokinesis, semua benda-benda dalam sitoplasma membelah dan pindah ke dalam sel anak. Pembelahan pada sel normal berbeda dengan pembelahan pada sel kanker. Sel kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dari sel normal. Ciri khas sel kanker yang pertama adalah adanya sinyal pertumbuhan yang cukup dari sel itu sendiri. Sel normal memerlukan sinyal pertumbuhan dari luar, sedangkan sel kanker tidak. Sel kanker juga kurang peka terhadap sinyal penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhannya tidak terkendali. Ciri lainnya adalah sel ini dapat melakukan invasi dan metastasis, tidak terbatas replikasinya. Pertumbuhan dan perbanyakan dari sel-sel normal diatur tepat sesuai dengan kebutuhan hidup suatu individu. Pada sel normal, apabila beberapa sel setelah berkembang membentuk jaringan baru, pertumbuhan akan terhenti. Akan tetapi pada sel-sel kanker sel-sel akan berkemang terus menerus dan membentuk jaringan yang terdiri dari beberapa lapis sel yang bertumpuk-tumpuk. (Suryo, 2005) Campbell. 1999. biologi jilid 1 edisi kelima. Erlangga: Jakarta Crowder, L.V. 1997. Genetika Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta Fried, George. H. 2006. Schaums out Lines Biologi Edisi kedua. Erlangga: Jakarta Goodenough, A. 1984. Probabilitas Variabel Random dan Proses Statistik. Gadjah Mada Unversity Press: Yogyakarta Kimball. 1998. Biologi. Erlangga: Jakarta Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Sudjadi, Bagod. 2002. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira. Kimball, J. W. 1994. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Crowder, L. V. 1988. Genetika Tumbuhan. Yogakarta: UGM Press. Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA. Rukmana, Rahmat. 1994. Bawang merah dan Bawang putih. Jakarta: Kasius. Kimball, J. W. 1994. Biologi Jilid 1. Jakarta Erlangga. Crowder, L. V. 1988. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Margono, Hadi. 1973. Pengaruh Colchicine terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah. Malang: IKIP Malang (http://www.slideshare.net/zyzyan/histoteknik-dasar). Diakses tanggal 21 Oktober 2009. A. 1. Tahap Pengertian Perkembangan Folikel Folikel

Folikel adalah struktur berisi cairan yang merupakan tempat pertumbuhan sel-telur (oocyte). Bagian penutup dari folikel mengandung sel-sel yang memproduksi hormon betina (estrogen) dinamakan Estradiol 17 beta. Setelah melepaskan sel telur (ovulasi), sel-sel produsen hormon ini ganti membuat hormon penunjang implantasi dinamakan Progesteron. Struktur ini warnanya kuning dan dinamakan Corpus Luteum (Brown, 1992). Folikel berasal dari epitel lembaga karena proses invaginasi. Dimana secara bertahap folikel akan berpisah dari epitel lembaga dan terpancang di bawah tunica albuginea di dalam lapisan parenchyma. Di sini folikel akan mengalami perubahan-perubahan untuk menjadi dewasa, ovulasi dan pembentukan corpus luteum (Frandson, 1992). Folikel pada semua periode perkembangan dapat ditemukan pada kedua ovarium dewasa normal belum menopause. Folikel terletak di korteks ovarium dan dibagi menjadi dua berdasarkan tipe fungsinya, yaitu primordial (nongrowing) dan follikel yang tumbuh (growing). Folikel yang tumbuh dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu primer, skunder, tertier, matur (de Graaf) dan atretik. Tiga tingkatan pertama dari pertumbuhan folikel tersebut tidak dipengaruhi oleh hipofisis, tetapi diatur dalam mekanisme intraovarium. Tetapi setelah melewati tingkatan ketiga, pertumbuhan folikel tersebut dipengaruhi oleh hormon gonadotropin (Anonim, 2007). Perkembangan folikel diawali dengan pertumbuhan oleh bertambahnya jumlah sel-sel pipih yang mengelilingi oocyt, sel-sel pipih ini lambat laun berubah menyerupai kubus lalu berjajar dan disebut folikel primer yaitu folikel sel dengan ovum berlapis sel tunggal. Pada sapi mempunyai diameter 0,131-0,148 mm tanpa zona, sedangkan dengan zona adalah 0,013-0,020 mm. Pada kambing atau domba tanpa zona 0,125-0,167 mm, dan untuk tebalnya 0,009-0,012 mm (Salisbury, 1985).

Gambar 3. Intraovari lokasi JY-1 protein pada perkembangan folikel oosit (A) perkembangan folikel, (B) folikel primordial, (C) folikel primer, (D) dan folikel antral. Panah pada B dan C menunjujkkan sebuah folikel primordial dan primer. Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi / memisahkan di antaranya, yang disebut zona pellucida.

Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin besar. Tetapi sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer tetap utuh dan menjadi cumulus oophorus. Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder.

Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon estrogen) folikel dan teka eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar). deGraaf Pada stadium ini, folikel disebut sebagai berada dalam stadium sudah matang, disebut sebagai folikel tersier atau

Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan miosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA sebanyak separuh sel induk (23 tunggal, ). Tetapi hanya SATU sel anak yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel anak lainnya hanya menjadi badan kutub (polar body) yang tidak tumbuh lebih lanjut. Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling) terjadilah OVULASI di mana oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari sel folikular dan lapisan zona Susunan cumulus oophorus di sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona pellucida. radiata.

Folikel bekas tempat oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH hipofisis akan menjadi korpus luteum yang kemudian menghasilkan hormon progesteron.

Kemudian, oleh gerakan kontraksi dinding tuba dan ayunan serabut-serabut fimbriae dinding tuba, oosit tersebut ikut terbawa ke arah uterus. Di dalam tuba inilah terdapat kemungkinan terjadinya pembuahan dengan sel sperma. Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan pematangan keduanya sampai menjadi oosit matang, kemungkinan dengan menghasilkan satu buah polar body lagi. Sementara polar body hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan juga mengadakan satu pembelahan lagi. Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang dihasilkannya

berfungsi ovulasi.

mempertahankan

keseimbangan

hormonal

selama

masa-masa

awal

kehamilan.

Jika tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48 jam pasca Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10 hari sesudah ovulasi korpus luteum akan berdegenerasi berikutnya. Hasil akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan 1-3 buah polar bodies. Kromosom Gambar yang : dikandung Perbandingan oleh oosit adalah separuh dari pada induknya, pria yaitu dan 23+X. wanita antara gametogenesis dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans. Akibat degenerasi ini produksi progesteron juga menurun, menjadi stimulasi untuk terjadinya perdarahan haid