Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN TERAPI PENYAKIT PARKINSON
DI RUMAH SAKIT SWASTA TIPE B YOGYAKARTA
PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Julian Hendrina Titirloloby
NIM: 158114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN TERAPI PENYAKIT PARKINSON
DI RUMAH SAKIT SWASTA TIPE B YOGYAKARTA
PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Julian Hendrina Titirloloby
NIM: 158114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk
1. Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria
2. Keluargaku Bapak, Ibu, Adik dan sanak saudara
3. Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung dan sedang berjuang untuk
masa depan
4. Serta Almamaterku, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penyertaan-Nya dalam proses penyusunan naskah skripsi yang berjudul ‘Identifikasi
Permasalahan Terapi Penyakit Parkinson di Rumah Sakit Swasta Tipe B
Yogyakarta pada Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)’, sehingga dapat
berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berkat dukungan, bantuan dan doa dari banyak pihak proses penyusunan
naskah skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta Bapa, Ibu, adik-adikku Gracia, Louise, Aldo serta seluruh
Keluarga Titirloloby dan Lay Kore yang menjadi pendukung terbaik selama ini
2. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Bapak Dr. dr. Rizaldy Tazlim Pinzon, M.Kes., Sp.S. selaku pembimbing skripsi
yang senantiasa membimbing dengan sabar, mendukung, memberikan motivasi,
saran dan solusi yang sangat berharga dalam proses penyusunan skripsi
5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah terlibat dan
mendukung terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi, serta arahan dan
saran yang membangun
6. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing
akademik dan dosen penguji yang senantiasa membimbing, memberikan
masukan dan memotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari awal hingga
akhir masa perkuliahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang mendampingi penulis dari awal hingga akhir perkuliahan
8. Seluruh pihak RS Swasta Tipe B Yogyakarta atas saran, bantuan dan
kerjasamanya yang sangat mendukung demi keberhasilan penelitian ini
9. Lembaga Komite Etik Penelitian Universitas Kristen Duta Wacana sebagai pihak
yang memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana
10. Sahabat-sahabatku Mada, Viola, Pika, Niken, Eric dan Erdin yang menjadi
tempat untuk bercerita, berbagi pengalaman, memberi masukan dan memotivasi
penulis selama masa perkuliahan. Terima kasih sudah setia menemani penulis
hingga jam tutup selama proses penyusunan skripsi
11. Teman FSMC 2015 atas kebersamaannya selama proses perkuliahan, secara
khusus Paulina yang telah membantu proses pengambilan data
12. Meja 1 golongan C1 (1st Table Baper): Vany, Galung, Diana, Keza, Krisna dan
Trisna atas semua kenangan tak terlupakan selama praktikum dan kuliah
13. Teman seperjuangan Mada, Erik, Pika, Soya, Sheila, Siska, Thiara, Egi, Yosua,
Debora, Kiki, mas Rudi, Juli, atas motivasi dan dukungannya, serta bantuannya
dalam proses penyusunan skripsi
14. Teman kos: kak Igan, kak Sepri, Kak Iis, Stefi, Rosa dan Tesa sebagai wadah
cerita, pengalaman, sumber solusi dan kenangan selama perkuliahan. Terima
kasih kak Sepri, kak Igan dan kak Iis sudah membentuk penulis menjadi pribadi
yang lebih baik dan unik
15. Semua pihak yang terlibat dan membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung, namun tidak dapat disebutkan namanya satu per satu
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari definisi sempurna dan terdapat
banyak kekurangan yang masih harus dilengkapi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini berkembang
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembacanya.
Yogyakarta, 27 Mei 2019.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan memberikan masyarakat
pelayanan kesehatan yang lebih baik, namun mempunyai potensi permasalahan yang
berdampak bagi kelancaran terapi. Penyakit Parkinson bersifat progresif dan
pengobatannya seumur hidup. Penelitian bertujuan mengidentifikasi permasalahan
terapi penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada era JKN. Data
penelitian diperoleh dari Focus Group Discussion yang melibatkan 2 pasien penyakit
Parkinson dan wali setiap pasien, seorang dokter spesialis saraf, kepala Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dan kepala gudang farmasi. Analisis transkrip dialog dilakukan
secara tematik dengan Open Code versi 4.02, data sekunder dan hasil penelusuran
data pendukung
Hasil analisis mengidentifikasi beberapa hambatan sebagai permasalahan dalam
pelayanan terapi penyakit Parkinson pada era JKN. (1) Ketentuan agonis dopamine
tidak sesuai dengan kebutuhan pasien. (2) Kebutuhan terapi subjek penelitian tidak
terpenuhi dan perlu membayar nominal yang kurang terjangkau untuk memenuhi
terapi sesuai resep. (3) Risiko kerugian finansial, terapi yang diperoleh subjek
penelitian kurang dari kebutuhannya dan kekosongan terapi akibat ketidaktersediaan
obat generik dan pengadaan tanpa proses pelelangan.
Kata kunci: identifikasi permasalahan; Jaminan Kesehatan Nasional; terapi penyakit
Parkinson
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
The National Health Insurance (NHI) aims to provide better public health
services, but have potential problems that would impact therapy’s fluency.
Parkinson's disease is progressive and has a lifelong treatment. The study aimed to
identify problems of Parkinson's disease therapy in Yogyakarta B Type Private
Hospital on NHI era. The study involved 2 Parkinson's disease patients and their
caregivers, a neurologist, head of the Hospital Pharmacy Installation and head of
pharmacy storehouse in Focus Group Discussion. Analysis of dialogue transcript
was done thematically with Open Code version 4.02, secondary data and search
results of supporting data.
The results identified several obstacles as problems in therapeutic service of
Parkinson’s disease in NHI era. (1) Provision of dopamine agonist does not suit
patient’s need. (2) The therapeutic needs of research subjects are not fulfilled and
they need to pay less affordable amount of money to fulfill the prescription. (3) Risk
of financial loss, therapy obtained by subjects is less than their need and therapeutic
vacancies related to unavailability of generic drugs and procurement without the
auction process.
Keywords: National Health Insurance; Parkinson's disease therapy; problem
identification
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ixi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 3
Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................ 3
Analisis Data ................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 6
Kesadaran Subjek Penelitian ............................................................................ 6
Hambatan Pelayanan Terapi Penyakit Parkinson .............................................. 7
Ketentuan Terapi .................................................................................... 7
Proses Pengadaan ................................................................................... 9
Finansial ............................................................................................... 11
Harapan ......................................................................................................... 15
KESIMPULAN ...................................................................................................... 16
SARAN .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 17
LAMPIRAN ........................................................................................................... 19
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................ 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Biaya Total Terapi Penyakit Parkinson Subjek Penelitian per Bulan .......... 12
Tabel II. Estimasi dan Proporsi Biaya Terapi Penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe
B Yogyakarta .......................................................................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................... 20
Lampiran 2. Informed Consent untuk Kelompok Pasien Penyakit Parkinson ........... 21
Lampiran 3. Informed Consent untuk Kelompok Petugas Rumah Sakit ................... 23
Lampiran 4. Penjelasan Prosedur Penelitian ............................................................ 25
Lampiran 5. Pedoman Focus Group Discussion ...................................................... 27
Lampiran 6. Peraturan Focus Group Discussion...................................................... 30
Lampiran 7. Analisis Tematik ................................................................................. 31
Lampiran 8. Analisis Open Code versi 4.02 ............................................................ 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia telah mengalami perubahan sejak
pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014. Pelaksanaan
JKN mencakup pelayanan kesehatan yang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis (Putri, 2014). Penerapan JKN
tidak luput dari potensi permasalahan yang dapat terjadi dan mempengaruhi
pelayanan kesehatan, termasuk pemberian terapi kepada pasien (Ariati, 2017).
Hasil penelitian Mendfora dan Suryawati (2016) mengemukakan obat
ketentuan JKN tidak sesuai dengan harga e-katalog, pengiriman obat yang lama dan
kekosongan stok obat di distributor. Penelitian mengenai permasalahan di era JKN
masih terbatas dengan mayoritas berfokus pada evaluasi implementasi. Kelancaran
terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan sistem JKN. Maka dari itu, perlu
dilakukan penelitian yang berfokus pada permasalahan terapi, secara spesifik, bagi
penderita penyakit kronis, karena pengobatannya berjalan seumur hidup.
Negara berkembang saat ini sedang mengalami transisi demografi dengan
terjadinya penuaan usia pada populasinya. Asia merupakan benua dengan kumpulan
negara berkembang terbanyak. Benua Asia memiliki penduduk sekitar 60% dari
populasi dunia dengan rincian lebih dari 385,4 juta penduduknya berusia di atas 60
tahun (Muangpaisan, Hori dan Brayne, 2009).
Data prevalensi tahun 2005 menyatakan terdapat 2,57 juta penderita penyakit
Parkinson di Asia dan diprediksikan akan meningkat dua kali lipat dalam kurun
waktu 2005-2030. Indonesia, sebagai salah satu negara terpadat di Asia, memiliki
jumlah penduduk sebanyak lebih dari 20% populasi dunia. Akibat penuaan populasi
adalah penyakit dan kelainan pada populasi lansia khususnya penyakit kronis
(Muangpaisan, Hori dan Brayne, 2009; Tan, 2013).
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif kronis tertinggi
di dunia dengan gangguan pergerakan tubuh dan berisiko bagi golongan usia 60 tahun
ke atas. Manifestasi gejala yang dialami adalah tremor, bradikinesia, kekakuan otot
dan ketidakseimbangan tubuh (Rewar, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Fenomena penyakit Parkinson adalah kerusakan neuron penghasil dopamin atau
dopaminergik dan keberadaan badan Lewy pada substansia nigra pars compacta
sebagai bagian pusat pengendalian pergerakan tubuh di otak. Gejala dialami penderita
dan terdiagnosa ketika 70-80% neuron sudah terdeplesi. Etiologi penyakit Parkinson
juga belum diketahui hingga sekarang. Idealnya terapi penyakit Parkinson
dikonsumsi rutin seumur hidup oleh penderita untuk meminimalisir gejala,
disabilitas, efek samping terapi dan meningkatkan kualitas hidup (Wells et al., 2015).
Terapi lini pertama untuk gejala motorik penyakit Parkinson bagi usia di bawah
65 tahun adalah agonis dopamin. Levodopa diberikan sebagai lini pertama bagi
golongan usia di atas 65 tahun (Koda-Kimble et al., 2009; NICE, 2017; PERDOSSI,
2016). Terapi penyakit Parkinson yang diberlakukan oleh JKN pada tahun 2018
adalah kombinasi 25 mg benserazid dan 100 mg levodopa; kombinasi 100 mg
levodopa, 25 mg karbidopa dan 200 mg entekapon; 0,125 mg pramipeksol; 0,375 mg
pramipeksol, 2 mg ropinirol lepas lambat dan 2 mg triheksifenidil (Menkes, 2017).
Persentase kepesertaan JKN tahun 2018 di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta terbilang sangat bagus yakni sebesar 89,59% dari seluruh penduduk.
Jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas, golongan berisiko penyakit Parkinson,
sebanyak 359.426 penduduk di Yogyakarta (Kemenkes RI, 2019; Wells et al., 2015).
Oleh karena itu, kota Yogyakarta adalah kota pilihan yang tepat untuk penelitian ini.
Penyakit Parkinson ditangani oleh Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL) seperti rumah sakit minimal terakreditasi C (Putri, 2014). RS
Swasta Tipe B Yogyakarta adalah rumah sakit dengan akreditasi B yang dijadikan
FKRTL pada era JKN. Berdasarkan data rekam medis, terdapat 770 pasien Parkinson
yang berkunjung dengan 220 pasien lama maupun baru yang menerima pengobatan di
RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada tahun 2018, sehingga ideal dijadikan lokasi
penelitian.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan terapi penyakit
Parkinson yang terjadi di Rumah Sakit (RS) Swasta Tipe B Yogyakarta pada era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan tujuan eksploratif. Metode
penelitian adalah Focus Group Discussion (FGD), metode diskusi antar peserta
saling berpendapat mengenai suatu permasalahan secara mendalam (Wong, 2008).
Tema FGD adalah permasalahan terapi penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B
Yogyakarta pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian telah disetujui
Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana Yogyakarta, nomor ethical clearance: 862/C.16/FK/2018 (Lampiran 1.).
Subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling, disesuaikan
dengan pertimbangan untuk mencapai tujuan penelitian (Sugiyono, 2012). Ketentuan
jumlah peserta diskusi yang merupakan subjek penelitian pada Focus Group
Discussion adalah kisaran 6 – 12 peserta (Wong, 2008). Penelitian ini menetapkan
jumlah subjek penelitian 8 peserta untuk memenuhi ketentuan FGD karena
merupakan nilai tengah dari kisaran 6 – 12 peserta dan mengatasi kemungkinan salah
satu partisipan berhalangan untuk hadir.
Seleksi subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian
diberikan informed consent sebagai tanda persetujuan. Subjek penelitian terbagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pasien penyakit Parkinson dan petugas RS,
setiap kelompok terdiri dari 4 peserta. Setiap subjek penelitian dijanjikan intensif
berupa hadiah kecil yakni gelas sebagai tanda terima kasih atas partisipasi dalam
penelitian ini.
Salah satu kriteria inklusi pada kelompok pasien penyakit Parkinson adalah
terapi yang diterima setiap pasien berbeda dengan pasien yang lainnya. Tujuannya
adalah agar permasalahan tiap terapi penyakit Parkinson menurut FORNAS dapat
teridentifikasi. Subjek penelitian kelompok pasien penyakit Parkinson terdiri dari 2
pasien, akan tetapi tergolong representatif karena terapi yang diperoleh kedua pasien
tersebut bervariasi dan sesuai FORNAS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Wali setiap pasien dilibatkan dalam penelitian ini untuk menggenapkan jumlah
kelompok pasien penyakit Parkinson menjadi 4 peserta dan memenuhi ketentuan
FGD. Wali dari setiap pasien adalah pasangan hidup yang selalu menemani pasien
ketika menjalani pelayanan kesehatan untuk penyakit Parkinson. Alasan ini yang
menjadi pertimbangan untuk mengikutsertakan wali pasien dalam penelitian.
Kelompok pasien penyakit Parkinson terdiri dari 4 subjek penelitian sebagai
peserta diskusi. Terdapat 2 pria dan 2 wanita dengan rincian 3 subjek berusia kisaran
60 – 70 tahun dan 1 subjek sekitar 70 – 80 tahun. Pasien pada kelompok ini
mengalami stadium 3 menurut klasifikasi Hoehn dan Yahr. Kedua pasien
memperoleh politerapi berupa pramipeksol, triheksifenidil, kombinasi levodopa dan
benserazid, serta kombinasi levodopa, karbidopa dan entekapon. Terapi tersebut telah
diperoleh lebih dari 1 tahun.
Kelompok petugas rumah sakit terdiri dari kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, kepala gudang farmasi rumah sakit dan 1 dokter spesialis saraf. Pada kelompok
ini terdapat 1 subjek pria dan 3 subjek wanita dengan rincian 2 subjek berusia sekitar
40 – 50 tahun dan 1 subjek berusia 30 – 40 tahun. Subjek pada kelompok ini telah
bekerja sebagai pegawai tetap selama lebih dari 2 tahun. Total peserta FGD adalah
sebanyak 7 peserta dan sesuai dengan ketentuan metode FGD (Wong, 2008).
Pedoman diskusi dibuat sedemikian rupa untuk menggali permasalahan seputar
pemenuhan kebutuhan pasien dan ketersediaan terapi. Konsep ini berdasarkan studi
empiris yang menemukan permasalahan pada aspek tersebut (Oktaviani dan Baroroh,
2015; Nurtantijo, Kuswinarti dan Sunjaya, 2016; Tuti, Athiyah dan Utami, 2018).
Validasi instrumen dilakukan dengan mengevaluasi pemahaman bahasa oleh dosen
pembimbing terhadap pedoman diskusi yang telah dibuat oleh penulis.
Focus Group Discussion dilaksanakan selama 70 menit dan memasuki rentan
ketentuan durasi yaitu 60-90 menit (Wong, 2008). Proses diskusi dilengkapi dengan
pedoman diskusi, 2 alat perekam, materi presentasi, buku dan alat tulis. Diskusi
dilakukan hingga terdapat saturasi data yaitu kondisi tidak terdapat tambahan
pendapat lagi, sehingga hasil diskusi terbilang valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Analisis Data
Data yang diperoleh berupa catatan notulen dan rekaman suara proses diskusi.
Hasil rekaman suara dan catatan notulen proses diskusi dibentuk menjadi transkrip
dialog. Transkrip dialog tersebut disederhanakan dengan menyortir bagian penting
yang disebut tahap reduksi.
Tahap kedua dari analisis data kualitatif adalah interpretasi atau coding.
Analisis dilakukan secara tematik dengan mengidentifikasi pola atau tema penting
yang disesuaikan dan menjawab tujuan penelitian (Maguire dan Delahunt, 2017).
Pola yang teridentifikasi pada setiap kalimat atau disebut code atau kode.
Kumpulan kode atau codes dikelompokkan menjadi subtema atau synthesis 1.
Beberapa subtema yang terbentuk dikategorikan lagi menjadi tema besar atau
synthesis 2. Analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Open Code ver 4.02.
Analisis tematik dilakukan dengan melibatkan 4 individu selain penulis untuk
mengurangi bias subjektivitas dalam penetapan pola maupun tema data kualitatif.
Ketiga individu ini adalah 2 mahasiswi dan 2 mahasiswa Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ketidaksepakatan dalam analisis tematik
diatasi dengan diskusi bersama hingga mencapai kesepakatan bersama, jika belum
terdapat kesepakatan maka penulis yang menetapkan pola yang teridentifikasi.
Hasil analisis divalidasi melalui triangulasi sumber dengan data sekunder dan
hasil penelusuran data pendukung. Data sekunder yang dimaksud berupa resep terapi
penyakit Parkinson subjek penelitian dan data pengadaan obat antiparkinson periode
tahun 2018. Data pendukung berupa data rekam medis milik RS Swasta Tipe B
Yogyakarta, tarif rawat jalan penyakit Parkinson menurut BPJS DIY 2019 dan studi
empiris yang mendukung hasil penelitian yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil diskusi yang didapatkan berupa 39 halaman transkrip dialog. Tahap
reduksi menyederhanakan transkrip tersebut menjadi 15 halaman. Hasil analisis data
yang diperoleh sebanyak 17 codes, kemudian dikelompokkan menjadi 5 synthesis 1
atau subtema. Kumpulan subtema dikategorikan menjadi 3 synthesis 2 atau tema
besar dengan rincian tema kesadaran untuk patuh pengobatan, hambatan pelayanan
terapi penyakit Parkinson dan harapan untuk JKN.
Kesadaran Subjek Penelitian
Penyakit Parkinson menyebabkan abnormalitas pergerakan tubuh dan terbagi
menjadi 5 stadium menurut klasifikasi Hoehn dan Yahr (Wells et al., 2015). Subjek
penelitian mengalami gerakan tubuh yang mulai lambat dan ketidakseimbangan tubuh
saat berjalan maupun berdiri. Perburukan gejala dapat terjadi hingga kondisi stadium
5 dengan kualitas hidup terendah. Stadium 5 bermanifestasi gejala malnutrisi, tidak
dapat bergerak dan perlu asistensi untuk beraktifitas (Gunawan dkk, 2017).
“Katanya kalau stadium 5 (lima) hanya bisa tidur di tempat tidur, itu yang membuat
saya selalu patuh dengan Dr. B. Meskipun membayar setiap bulan, tetap saya
usahakan.” (Pasien 2, 64 tahun)
“Jika tidak mengonsumsi obat nanti sudah tidak bisa aktivitas atau kemungkinan
tidak bisa untuk berdiri atau apa.” (Wali 1, 67 tahun)
Terapi penyakit Parkinson perlu dijalani seumur hidup untuk mencegah
perburukan gejala dan subjek mengetahui hal tersebut. Pengetahuan ini memicu
kesadaran subjek untuk patuh menjalani terapi secara rutin. Kesadaran ini terkendala
dengan beberapa hambatan pelayanan terapi penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B
Yogyakarta pada era JKN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Hambatan Pelayanan Terapi Penyakit Parkinson
Hambatan pelayanan terapi penyakit Parkinson berasal dari segi ketentuan
terapi, proses pengadaan dan finansial. Ketiga hal tersebut teridentifikasi di analisis
data sebagai sub-tema atau synthesis 1.
Ketentuan Terapi
Pemberian terapi penyakit Parkinson harus mengacu pada ketentuan JKN yang
telah ditetapkan. Tidak semua ketentuan terapi penyakit Parkinson sesuai dengan
kondisi riil pasien, salah satunya adalah ketentuan terapi agonis dopamin. Agonis
dopamin diperuntukkan bagi golongan usia di bawah 55 tahun, namun kenyataannya
pasien berusia di atas 55 tahun juga membutuhkan terapi agonis dopamin.
Golongan agonis dopamin berfungsi untuk menstimulasi reseptor dopamin D2
post-sinaptik neuron striatum di otak (Wells et al., 2015). Agonis dopamin berfungsi
sebagai terapi lini pertama bagi usia di bawah 65 tahun dan kondisi wearing-off yang
dapat dialami golongan usia manapun (NICE, 2017; PERDOSSI, 2016). Pasien
berusia di atas 55 dan di bawah 65 tahun memperoleh terapi kombinasi karbidopa dan
levodopa sebagai dampak dari ketentuan tersebut.
Levodopa adalah prekursor dopamin yang dikonversikan oleh dopa
dekarboksilase menjadi dopamin di otak. Levodopa dapat dikonversikan oleh dopa
dekarboksilase perifer sebelum mencapai otak sehingga karbidopa berperan untuk
menghambat dopa dekarboksilase perifer (DiPiro et al., 2011). Dampak inisiasi terapi
levodopa yang dini adalah risiko komplikasi motorik, biasanya wearing-off dan
diskinesia, meningkat 10% setiap tahunnya (Wells et al., 2015).
“Pemberian Sifrol (pramipeksol) pun nekat menyalahi aturan, seharusnya usia
kurang dari 55 (tahun). Kita tetap memberikan itu (pramipeksol), kita tidak
melihat pasien usia berapa, kalau pasien Parkinson, tetep kita memberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Sebetulnya kan kalau aturan BPJS sendiri, Sifrol (pramipeksol) itu tidak
tertanggung kalo usianya di atas 55 tahun.” (Dokter Spesialis Saraf, 36 tahun)
Komplikasi wearing-off adalah kondisi gejala motorik timbul sebelum dosis
pengobatan selanjutnya, sebagai dampak progresifitas penyakit Parkinson dan
efektifitas terapi yang berkurang. Penyebab wearing-off adalah penurunan kapasitas
neuron dopaminergik seiring bertambahnya usia pasien dan waktu paruh levodopa
yang singkat yakni sekitar 1 jam. Pilihan untuk penanganan wearing-off antara lain
penambahan dosis levodopa-karbidopa atau penambahan agonis dopamine maupun
COMT inhibitor (Wells, et al., 2015).
Agonis dopamin merupakan terapi dengan efektifitas tertinggi dalam
mengurangi durasi off, waktu gejala motorik mulai muncul, dibandingkan terapi
COMT inhibitor (NICE, 2017). Dampak dari kebijakan ini adalah risiko penanganan
komplikasi wearing-off menjadi kurang efektif dan kualitas hidup menurun bagi
pasien yang berusia di atas 55 tahun. Efektifitas yang dimaksud berupa perbaikan
gejala dan meningkatnya kualitas hidup pada pasien (Wells et al., 2015).
Kebutuhan terapi agonis dopamin sebagai lini pertama maupun terapi untuk
komplikasi motorik mengindikasi perannya pada berbagai golongan usia. Ketentuan
JKN terkait terapi agonis dopamin berkontraindikasi dengan kenyataan ini. Alhasil,
peresepan terapi agonis dopamin dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan bukan
ketentuan JKN.
Pernyataan meningkatnya risiko komplikasi motorik pada usia diatas 55 tahun
dan dibawah 65 tahun masih belum dapat dipastikan dalam studi kualitatif ini. Hal
yang sama berlaku pada gagasan mengenai berkurangnya efektifitas penanganan
wearing-off pada usia di atas 55 tahun. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian
terkait kedua gagasan ini di RS Swasta Tipe B Yogyakarta secara kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Proses Pengadaan
Proses pengadaan adalah proses penyediaan obat-obatan dan penting bagi
kelancaran terapi pasien. Formularium Nasional (FORNAS) berperan sebagai acuan
dalam pengadaan melalui e-katalog pada era JKN. E-katalog adalah sarana elektronik
untuk pengadaan yang bertujuan untuk mendapatkan obat yang bermutu, aman dan
harganya terjangkau (Menkes, 2015).
“Istilahnya itu kalau di e-katalog BPJS tidak ada (obat yang sesuai FORNAS),
kami pakai obat yang di luar e-katalog dengan kualitas yang baik tapi dengan
harga yang lebih tinggi.” (Kepala Gudang Farmasi, 33 tahun)
Terapi penyakit Parkinson yang tercantum dalam FORNAS adalah obat
generik, akan tetapi ketersediaan terapi penyakit Parkinson dalam bentuk generik
terbatas di Indonesia. Pengatasannya adalah dengan pengadaan terapi penyakit
Parkinson di luar daftar e-katalog dengan harga yang terbilang lebih tinggi, meskipun
mutu dan keamanan tetap terjamin.
“Pengadaannya dilakukan secara langsung, tidak tender, artinya rumah sakit
pesan dan rumah sakit bayar, kalau tender itu dengan pelelangan dan
sebagainya.” (Kepala Gudang Farmasi, 33 tahun)
Permasalahan kedua adalah mekanisme pengadaan bagi rumah sakit swasta
juga dilakukan secara manual atau tidak melalui e-katalog. E-katalog memberlakukan
pelelangan harga obat untuk mencapai tujuan harga terjangkau (Ariati, 2017).
Sistem pembayaran bagi rumah sakit swasta dilakukan secara langsung kepada
pihak pabrik obat, serta nominal yang dibayar bukanlah nominal hasil pelelangan atau
tender layaknya pada sistem e-katalog (Menkes, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Rumah sakit membayar pengadaan terapi penyakit Parkinson dengan harga
yang lebih tinggi dibandingkan harga hasil pelelangan. Keadaan ini sesuai dengan
penelitian Mendfora dkk (2016) yang menyatakan bahwa untuk saat ini e-purchasing
atau pembelian obat e-katalog dengan sistem komputer, hanya dapat diakses oleh
fasilitas kesehatan milik pemerintah.
“Levopad (kombinasi levodopa dan benserazid) itu persediaannya habis, kira-
kira 2 hari lagi saya disuruh datang (ke rumah sakit). Terus saya telpon lagi,
semua dilayani, tinggal diambil, itu yang sehari 3 kali.” (Pasien 2, 64 tahun)
Kedua permasalahan pengadaan tersebut berisiko menyebabkan kerugian
finansial bagi pihak rumah sakit. Hal yang sama dikemukakan oleh Nurtantijo dkk
(2016) bahwa ketidaktersediaan stok obat mengakibatkan apotek di kota Bandung
membeli obat dari tempat lain dengan harga yang lebih mahal dan mengalami
kerugian sebesar 82 juta pada Juni 2015.
“Walaupun, akhirnya, terpaksa, jumlahnya itu tadi, karena tidak bisa
memberikan 30 (untuk penggunaan sebulan).”
(Kepala Gudang Farmasi, 33 tahun)
Kesulitan pengadaan pada rumah sakit swasta berdampak risiko kekosongan
stok obat. Subjek penelitian pernah mengalami penundaan pemberian terapi penyakit
Parkinson beberapa hari karena terjadi kekosongan stok obat. Pemberian terapi bagi
pasien penyakit Parkinson juga tidak terpenuhi sesuai resep atau untuk pengobatan
kurang dari 30 hari. Penundaan terapi penyakit Parkinson dapat menimbulkan gejala
yang mengganggu kualitas hidup pasien selama hari tanpa terapi (NICE, 2017).
Kerugian terkait proses pengadaaan masih berupa risiko yang belum diketahui
kepastian besar nominal kerugiannya dan frekuensi kekosongan stok obat terapi
penyakit Parkinson. Perlu dilakukan pengkajian lanjut secara kuantitatif mengenai
kerugian akibat proses pengadaan yang dialami RS Swasta Tipe B Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Finansial
Implementasi JKN mewajibkan pesertanya untuk membayar iuran berdasarkan
ketentuan BPJS. Iuran yang ditanggung oleh subjek penelitian saat ini, yang termasuk
mantan PNS, adalah sebesar 2 % dari besaran pensiun (Putri, 2014). Subjek
penelitian berekspektasi iuran tersebut dapat menjamin biaya kesehatan saat lansia.
“Jadi saya ini sudah 50 (lima puluh) hampir 60 (enam puluh) tahun (membayar
iuran) dipotong askes (dari era Asuransi Kesehatan hingga berlakunya BPJS
Kesehatan)…” (Pasien 2, 64 tahun)
Penyetoran iuran bertujuan untuk dikelola dan memberikan manfaat kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Putri, 2014).
Pengalaman subjek penelitian terkait pelayanan terapi penyakit Parkinson berbanding
terbalik dengan tujuan ini karena kebutuhan terapi belum terpenuhi secara maksimal.
“Plafon BPJS untuk Parkinson sebesar Rp 192.000 itu sudah all in, termasuk
dokter dan lain sebagainya… Sebetulnya (biaya terapi penyakit Parkinson)
sudah melebihi plafon yang ditentukan” (Kepala Instalasi Farmasi, 42 tahun)
Pelayanan kesehatan di rumah sakit pada era JKN menerapkan tarif INA-CBG's
(Indonesian Case Based Groups) untuk setiap klaim berdasarkan diagnosis penyakit.
Terdapat 2 jenis tarif yakni untuk rawat jalan dan rawat inap. Tarif rawat jalan
termasuk biaya pemeriksaan dokter dan laboratorium, jasa tenaga medis serta terapi
yang diberikan (Menkes, 2014).
Menurut subjek penelitian, tarif rawat jalan untuk penyakit Parkinson ternilai
tidak riil. Biaya kebutuhan pasien penyakit Parkinson melebihi batas maksimal,
khususnya terapi penyakit Parkinson. Alhasil, terapi yang diperoleh dengan
tanggungan JKN secara gratis hanya untuk penggunaan beberapa minggu. Subjek
penelitian harus membayar nominal tertentu jika ingin memperoleh terapi yang tidak
ditanggung JKN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pada tabel dipaparkan biaya total terapi milik kedua subjek penelitian dan
disesuaikan dengan aturan pakainya. Kedua subjek penelitian yang merupakan pasien
penyakit Parkinson memperoleh 4 terapi yang sama.
Tabel I. Biaya Total Terapi Penyakit Parkinson Subjek Penelitian per Bulan
Terapi penyakit Parkinson Harga E-katalog
per tablet
Banyak
Tablet Biaya Total
0,375 mg pramipeksol Rp 11.869,- 30 Rp 356.070,-
Kombinasi 100 mg levodopa
dan 25 mg benserazid Rp 7.471,- 90 Rp 672.390,-
Kombinasi 100 mg levodopa ,
25 mg karbidopa dan
200 mg entekapon
Rp 12.726,- 90 Rp 1.145.340,-
2 mg triheksifenidil Rp 983,- 30 Rp 29.490,-
Total Biaya Terapi Penyakit Parkinson per Bulan 2.203.290
Terapi penyakit Parkinson dengan harga tertinggi adalah kombinasi 100 mg
levodopa, 25 mg karbidopa dan 200 mg entekapon. Karbidoba dan entekapon pada
terapi kombinasi bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan memperpanjang
durasi kerja levodopa (Wells et al., 2015). Terapi kombinasi ini mempunyai harga
sebesar Rp 12.726 per tablet dan subjek penelitian diresepkan 90 tablet untuk
penggunaan selama sebulan. Total harganya sebesar Rp 1.145.340 dan total ini
terbilang sangat besar.
Akumulasi seluruh biaya terapi penyakit Parkinson milik subjek penelitian
adalah Rp 2.203.290. Data BPJS DIY (2019) menyatakan bahwa tarif yang dikenakan
bagi rawat jalan pasien penyakit Parkinson sebesar Rp 194.500 tanpa biaya jasa
dokter. Data sekunder mendukung pernyataan subjek penelitian bahwa biaya terapi
melampaui jauh dari nominal tarif yang ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Berdasarkan data rekam medis RS Swasta Tipe B Yogyakarta (2018), terdapat
220 pasien penyakit Parkinson yang memperoleh terapi pada tahun 2018. Lebih
banyak pasien yang memperoleh politerapi dibandingkan monoterapi dengan
perbandingan 128 pasien dan 92 pasien.
Tabel II. Estimasi dan Proporsi Biaya Terapi Penyakit Parkinson
di RS Swasta Tipe B Yogyakarta
Terapi penyakit Parkinson Total Biaya
Terapi
Jumlah Pasien
N = 220 (100%)
MONOTERAPI
N = 92 (41,82 %)
0,375 mg pramipeksol Rp 356.070 18 (8,18 %)
Kombinasi 100 mg levodopa dan 25
mg benserazid Rp 672.390 74 (33,64%)
POLITERAPI
N = 128 (58,18 %)
2 mg triheksifenidil
Rp 1.057.950 86 (39,09 %) Kombinasi 100 mg levodopa dan
25 mg benserazid
0,375 mg pramipeksol
2 mg triheksifenidil
Rp 701.880 22 (10,00 %) Kombinasi 100 mg levodopa dan 25
mg benserazid
2 mg triheksifenidil
Rp 2.203.290 20 (9,09 %)
Kombinasi 100 mg levodopa dan 25
mg benserazid
0,375 mg pramipeksol
Kombinasi 100 mg levodopa , 25 mg
karbidopa dan
200 mg entekapon
Keterangan :
N : Total pasien penyakit Parkinson yang berobat di RS Swasta Tipe B Yogyakarta
pada tahun 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Biaya terapi penyakit Parkinson diestimasikan dengan data total pasien
penyakit Parkinson dan terapi yang diperoleh di RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada
tahun 2018. Estimasi ini berasumsi bahwa aturan pakai sama dengan yang tertera di
resep milik subjek penelitian.
Terapi dengan proporsi terbesar adalah politerapi 2 mg triheksifenidil,0,375 mg
pramipeksol serta kombinasi 100 mg levodopa dan 25 mg benserazid. Banyak pasien
yang memperoleh terapi ini adalah 86 dari total 220 pasien penyakit Parkinson yang
berobat pada tahun 2018. Estimasi biaya total terapi tersebut adalah sebesar Rp
1.057.950 untuk penggunaan selama 30 hari.
Estimasi data ini belum terbilang valid dan hanya sebagai pendukung gagasan
bahwa tarif rawat jalan penyakit Parkinson terbilang tidak mencukupi dengan biaya
terapi penyakit Parkinson. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian secara kuantitatif
mengenai cost of therapy penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta.
“… sudah sekitar Rp 200.000-300.000 kami tutupkan. Ada juga yang bisa
sampai Rp 500.000 ke atas… Rp 1.000.000 atau Rp 2.000.000 kami biarkan
dulu, kalo itu terus-menerus ya kami diskusikan dengan pasien bagaimana.”
(Kepala Instalasi Farmasi, 42 tahun)
Kadangkala rumah sakit menanggung kelebihan yang tidak dapat tertutupi
dengan tarif rawat jalan penyakit Parkinson. Keputusan ini dapat berdampak kerugian
bagi rumah sakit jika banyak pasien mempunyai biaya terapi penyakit Parkinson yang
melebihi batas maksimalnya. Alhasil, secara terpaksa pihak rumah sakit hanya dapat
memberikan terapi penyakit Parkinson untuk pengobatan kurang dari sebulan dan
pasien harus menanggung beban finansial untuk memperoleh kekurangan terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Hal yang perlu diperhatikan adalah lazimnya penyakit Parkinson berisiko tinggi
bagi golongan usia 60 tahun keatas (Rewar, 2015). Menurut data penelitian, subjek
penelitian merupakan pasien berusia kisaran 60 dan 70 tahun. Golongan usia ini
termasuk kaum pensiun atau tidak aktif bekerja dan tidak berpenghasilan.
“Padahal itu sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000, bahkan pernah hingga
Rp 1.200.000. Saya tidak membawa uang sebanyak itu pada saat itu, kalau Rp
100.000-Rp 200.000 saya sanggup membayar. Akhirnya saya kembali ke rumah
untuk mengambil uang dulu.” (Pasien 2, 64 tahun)
Penyakit Parkinson bersifat progresif dan terapinya wajib dikonsumsi rutin
(Wells et al., 2015). Tanggungan biaya terapi subjek penelitian yang merupakan
pasien sekitar Rp 500.000 hingga di atas Rp 1.000.000 setiap bulan. Nominal kurang
terjangkau tersebut harus ditanggung seumur hidup oleh pasien yang sudah pensiun.
Hal ini yang menjadi hambatan terbesar subjek untuk memperoleh terapi penyakit
Parkinson.
Harapan
Seluruh subjek penelitian mempunyai harapan agar dilaksanakan observasi,
analisis lapangan dan peninjauan ulang terkait kebijakan JKN. Harapan subjek adalah
perubahan kebijakan biaya pengobatan bagi pasien penyakit Parkinson.
“BPJS tidak tau keluhan pasien, tetapi memaksakan kebijakan, seharusnya
diteliti dulu, dianalisis dulu sejauh mana kemampuannya.” (Wali 1, 67 tahun)
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi merugikan finansial bagi pasien
penyakit Parkinson dan pihak rumah sakit. Bahkan hal ini mengakibatkan pihak BPJS
harus berhutang pada pihak rumah sakit menurut media yang dibaca subjek
penelitian. Maka dari itu, perlu dilakukan peninjauan biaya terapi penyakit Parkinson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
KESIMPULAN
Penelitian ini mengidentifikasi hambatan yang dianggap permasalahan dalam
pelayanan terapi penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ketentuan terapi agonis dopamine dinilai tidak
sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan terapi tidak terpenuhi dengan tanggungan JKN
dan subjek penelitian harus membayar dengan nominal yang kurang terjangkau untuk
memenuhi terapi yang diresepkan.
Kesulitan pada proses pengadaan memberi dampak risiko kerugian finansial,
ketidaktersediaan terapi penyakit Parkinson dan pemberian terapi penyakit Parkinson
yang tidak sesuai kebutuhan. Semua permasalahan yang telah teridentifikasi dapat
menurunkan kepatuhan dan kelancaran pasien dalam menjalani terapi penyakit
Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta.
SARAN
Limitasi dari penelitian kualitatif adalah masih diperlukan penelitian kuantitatif
untuk mendukung setiap gagasan pada penelitian kualitatif ini. Penelitian kuantitatif
mengenai permasalahan terapi penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta
pada era JKN dapat dilakukan untuk mendukung hasil dari penelitian kualitatif ini.
Data kuantitatif yang dimaksud dapat dikaji dari aspek permasalahan ketentuan
terapi, proses pengadaan maupun finansial.
Penelitian yang serupa dapat dilakukan di beberapa rumah sakit lainnya dengan
metode yang sama maupun alternative lain. Kumpulan penelitian serupa ini dapat
menjadi dasar untuk peninjauan kembali kebijakan terkait terapi penyakit Parkinson
pada era JKN.
Saran untuk pelaksanaan Focus Group Discussion adalah pemisahan
pelaksanaan diskusi pada kelompok petugas rumah sakit dan pasien, sehingga
terdapat 2 kali diskusi. Setiap diskusi mengikutsertakan 8 peserta, maka terdapat 8
pasien dan 8 petugas rumah sakit. Analisis tematis juga perlu melibatkan seorang
profesional seperti seorang farmasis ataupun dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
DAFTAR PUSTAKA
Ariati, N., 2017. Tata Kelola Obat di Era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Integritas., 3 (2), 231 – 236.
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. dan Posey, M.,
2011. Pharmacotherapy 8th Edition: A Pathophysiologic Approach.
Gunawan, G., Dalhar, M., dan Kurniawan, S. N., 2017. Parkinson dan Terapi Stem
Sel. Malang Neurology Journal., 3 (1), 41-42.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2019. Data dan
Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Koda – Kimble, M. A., Young, L. Y., Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B.
J., Kradjan, W. A. dan Williams, B. R., 2009. Applied Therapeutics: The
Clinical Use of Drugs (Ninth Edition).
Maguire, M. dan Delahunt, B., 2017. Doing A Thematic Analysis: A Practical, Step-
by-Step Guide for Learning and Teaching Scholars. All Ireland Journal of
Teaching and Learning in Higher Education., 8 (3), 3352-3353.
Mendfora, D. E. dan Suryawati, C., 2016. Analisis Pengelolaan Obat Pasien BPJS di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia., 4 (3), 215-217.
Menteri Kesehatan (Menkes), 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Menteri Kesehatan (Menkes), 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan
Katalog Elektronik (E–Catalogue).
Menteri Kesehatan (Menkes), 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK 02.02/Menkes/524/2015 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Formularium Nasional.
Menteri Kesehatan (Menkes), 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK 01.07/ MENKES/659/2017 tentang Formularium
Nasional.
Muangpaisan, W., Hori, H. dan Brayne, C., 2009. Systematic Review of the
Prevalence and Incidence of Parkinson’s Disease in Asia. Journal of
Epidemiology., 19 (6), 281.
Nurtantijo, A. N., Kuswinarti dan Sunjaya, D. K., 2016. Analisis Ketersediaan Obat
pada era Jaminan Kesehatan Nasional di Apotek Wilayah Bojonegara
Kotamadya Bandung Tahun 2015. Jurnal Sistem Kesehatan., 1 (4), 166 – 169.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Oktaviani, A. dan Baroroh, F., 2015. Studi Pengelolaan Obat Sebelum dan Sesudah
JKN di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Pharmaciana., 5 (1), 86 – 88.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2016. Acuan Panduan
Praktis Klinis Neurologi.
Putri, A. E., 2014. Seri Buku Saku – 4: Paham JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Rewar, S., 2015. A Systematic Review on Parkinson’s Disease. Indian Journal of
Research in Pharmacy and Biotechnology., 3 (2), 176.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Tan, L. C. S., 2013. Review Article: Epidemiology of Parkinson’s Disease.
Neurology Asia., 18 (3), 231-232.
The National Institute for Health and Care Excellence (NICE), 2017. NICE
Guideline: Parkinson’s Disease in Adults.
Tuti, S. D., Athiyah, U. dan Utami, W., 2018. Faktor yang Mempengaruhi
Ketersediaan Obat Program Rujuk Balik (PRB) di Fasilitas Pelayanan Obat
PRB Wilayah Eks Karesidenan Kediri (Studi pada Ketersediaan Obat
Hipertensi). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia., 16 (1), 31 – 33.
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L. dan DiPiro, C. V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook : Ninth Edition.
Wong, L. P., 2008. Focus Group Discussion: A Tool for Health and Medical
Research, Singapore Medical Journal., 49 (3), 256 – 258.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 2. Informed Consent untuk Kelompok Pasien Penyakit Parkinson
LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI
SEBAGAI SUBJEK DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :…………………………………………(L/P)
Umur/ tanggal lahir:.………tahun/………………………….
Telp. :………………………………………….
menyatakan BERSEDIA untuk menjadi peserta Focus Group Discussion (FGD)
dalam penelitian dengan judul:
“IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM TERAPI PENYAKIT
PARKINSON DI RS SWASTA TIPE B YOGYAKARTA
PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)”
2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami “Lembar Informasi”
yang berisi informasi terkait dengan penelitian ini dan ketentuan-ketentuan dalam
berpartisipasi sebagai responden
3. Saya menyatakan bahwa penulis telah memberikan penjelasan secara lisan untuk
memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas. Saya telah
memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
4. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima atau
merasakan manfaat dari penelitian ini, namun telah disampaikan kepada saya
bahwa hasil penelitian ini akan berguna untuk peningkatan sistem pelayanan terapi
penyakit kronis yaitu penyakit Parkinson di era Jaminan Kesehatan Nasional
5. Saya telah diberi hak untuk tidak memberikan informasi jika saya berkeberatan
untuk menyampaikannya
6. Saya juga diberi hak untuk mengundurkan diri sebagai peserta FGD pada
penelitian ini apabila mengalami suatu halangan mendesak (seperti sakit) dan
wajib memberitahukan kepada tim peneliti maksimal 3 hari sebelum hari
pelaksanaan FGD
7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang saya berikan
akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian
8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin
kerahasiaannya, baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
SAKSI
Saya selaku wali subjek penelitian:
Nama :…………………………………………(L/P)
Umur/ tanggal lahir:.………tahun/………………………….
Telp. :………………………………………….
BERSAKSI
bahwa penulis telah menjelaskan kepada Bpk/Ibu/Sdr ……….........(nama subjek
penelitian) hal – hal mendasar tentang penelitian ini. Menurut saya, Bpk/Ibu/Sdr
tersebut telah memahami penjelasan dan tidak terdapat unsur paksaan untuk
mengikuti penelitian tersebut
Yogyakarta, ………………………………
Penulis Saksi Subjek Penelitian
(Maria Julian H T) (……………………….) (………………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 3. Informed Consent untuk Kelompok Petugas Rumah Sakit
LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI
SEBAGAI SUBJEK DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :…………………………………………(L/P)
Umur/ tanggal lahir:.………tahun/………………………….
Telp. :………………………………………….
menyatakan BERSEDIA untuk menjadi peserta Focus Group Discussion (FGD)
dalam penelitian dengan judul:
“IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM TERAPI PENYAKIT
PARKINSON DI RS SWASTA TIPE B YOGYAKARTA
PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)”
2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami “Lembar Informasi”
yang berisi informasi terkait dengan penelitian ini dan ketentuan-ketentuan dalam
berpartisipasi sebagai responden
3. Saya menyatakan bahwa peneliti telah memberikan penjelasan secara lisan untuk
memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas. Saya telah
memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
4. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima atau
merasakan manfaat dari penelitian ini, namun telah disampaikan kepada saya
bahwa hasil penelitian ini akan berguna untuk peningkatan sistem pelayanan terapi
penyakit kronis yaitu penyakit Parkinson di era Jaminan Kesehatan Nasional
5. Saya telah diberi hak untuk tidak memberikan informasi jika saya berkeberatan
untuk menyampaikannya
6. Saya juga diberi hak untuk mengundurkan diri sebagai peserta FGD pada
penelitian ini apabila mengalami suatu halangan mendesak (seperti sakit) dan
wajib memberitahukan kepada peneliti maksimal 3 hari sebelum pelaksanaan FGD
7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang saya berikan
akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian
8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin
kerahasiaannya, baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Yogyakarta, ………………………………
Penulis Subjek Penelitian
(Maria Julian Hendrina Titirloloby) (………………….……………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 4. Penjelasan Prosedur Penelitian
LEMBAR INFORMASI CALON SUBJEK PENELITIAN
Judul Penelitian : Identifikasi Permasalahan dalam Terapi Penyakit
Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada Era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jenis Penelitian : Penelitian Eksploratif Kualitatif
Nama Peneliti : Maria Julian Hendrina Titirloloby
Lokasi (Tempat) Penelitian : RS. A Swasta Yogyakarta
Silahkan anda membaca lembar informasi ini secara seksama sebelum setuju
untuk berpartisipasi dan menandatangani lembar persetujuan subjek
penelitian (informed consent).
Tidak perlu sungkan untuk menanyakan hal yang kurang dimengerti kepada
penulis.
Keikutsertaan anda bersifat sukarela tanpa ada unsur pemaksaan, serta
tidak akan mempengaruhi pelayanan kesehatan yang anda terima.
1. Pendahuluan
Penyakit Parkinson adalah kondisi hilangnya pengendalian pergerakan
tubuh karena kerusakan sel saraf substansia nigra pars compacta, salah satu
bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur pergerakan tubuh.
Penyakit Parkinson bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan, namun
gejalanya dapat diatasi dengan terapi Parkinson.
Terapi Parkinson terbagi menjadi dua golongan berdasarkan usia pasien.
Pasien dengan usia dibawah 60 tahun akan mendapatkan pramipeksol,
ropinirol dan pasien diatas 60 tahun mendapatkan levodopa atau kombinasi
dengan karbidopa maupun benserazid. Pada penderita Parkinson jangka
panjang, terapi tambahan seperti entekapon atau rasagilin bila diperlukan.
Penerapan sistem kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional sejak tahun
2014 di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pelayanan
kesehatan saat ini. Ketersediaan obat merupakan aspek yang penting dalam
penerapan sistem ini, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang
maksimal. Beberapa penelitian memaparkan permasalahan ketersediaan obat
pada era Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga mengganggu kelancaran
terapi pasien.
2. Tujuan Studi Observasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan terapi
penyakit Parkinson di RS Swasta Tipe B Yogyakarta pada era Jaminan
Kesehatan Nasional.
3. Hak untuk Mengundurkan Diri
Peserta berhak mengundurkan diri apabila mengalami suatu halangan yang
sangat mendesak (seperti sakit) dan wajib diberitahukan kepada tim peneliti
maksimal 3 hari sebelum pelaksanaan FGD.
4. Prosedur Studi
Penelitian ini adalah studi eksploratif kualitatif dengan metode Focus
Group Discussion yang diikuti oleh 8 peserta diskusi. Focus Group
Discussion diadakan pada tempat dan waktu yang telah disepakati bersama
tim peneliti. Peserta diskusi berdiskusi dan berpendapat permasalahan terapi
Parkinson di era Jaminan Kesehatan Nasional selama 60 – 90 menit. Focus
Group Discussion akan diarahkan oleh moderator, hasil diskusi dicatat oleh
notulen, diamati oleh observer dan dilengkapi rekaman voice recorder.
Identitas peserta diskusi dirahasiakan, sehingga pada hasil diskusi hanya
tercantum identitas anonymous. Semua data dikumpulkan dan dikelola hanya
untuk kepentingan ilmiah.
5. Risiko yang terjadi dalam Studi
Tidak terdapat risiko besar atau membahayakan, karena peneliti tidak
memberikan perlakuan apapun terhadap subjek penelitian. Kerugian minor
yang mungkin dirasakan subjek penelitian adalah menghabiskan waktu
sebanyak 60-90 menit.
6. Manfaat Studi bagi Subjek
Subjek penelitian bekerjasama untuk mengkritisi sistem pelayanan
terapi Parkinson yang telah dilaksanakan. Manfaat jangka panjangnya adalah
evaluasi dan perbaikan sistem pelayanan terapi Parkinson sehingga dapat
terlaksana dengan maksimal. Peneliti memberikan souvenir kecil berupa
gelas, sebagai tanda terima kasih atas partisipasi subjek penelitian.
7. Pertanyaan lebih lanjut dan nomor kontak penulis
Penjelasan yang kurang dimengerti ataupun pertanyaan terkait penelitian
ini dapat didiskusikan bersama penulis Maria Julian Hendrina Titirloloby
(081379564798/ [email protected]) atau Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.
Kes, Sp. S (081294638229/ [email protected]). Anda juga dapat
bertanya langsung kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran yang berlokasi di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusada S-25
Yogyakarta, Indonesia, Kode Pos : 555224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 5. Pedoman Focus Group Discussion
PEDOMAN DISKUSI KELOMPOK TERARAH
(FOCUS GROUP DISCUSSION GUIDELINE)
Topik : Identifikasi Permasalahan dalam Terapi Penyakit Parkinson di RS
Swasta Tipe B Yogyakarta pada Era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Tujuan : Mengidentifikasi permasalahan terapi penyakit Parkinson di Rumah
Sakit Swasta Tipe B Yogyakarta pada era JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional)
Tim Peneliti : moderator-fasilitator dan notulen sekaligus observer
Peserta Focus Group Discussion 8 peserta
- Kelompok pasien Parkinson: 4 pasien penyakit Parkinson
- Kelompok petugas RS Swasta Tipe B Yogyakarta: kepala Instalasi Farmasi, 1
dokter spesialis saraf, 1 apoteker dan kepala gudang farmasi RS.
Pembukaan (3 menit)
1. Moderator membuka diskusi dengan sambutan dan perkenalan diri
terlebih dahulu, serta beberapa hal mengenai diskusi :
- Peserta diskusi WAJIB memberikan pendapat secara bergiliran
untuk menghindari kegaduhan
- Tidak ada pendapat yang benar maupun salah
- Setiap peserta dihimbau untuk aktif berpendapat
- Hasil diskusi akan ditulis oleh notulen untuk mengumpulkan semua
informasi yang akan dianalisis
- Identitas peserta diskusi akan dirahasiakan dengan nama anonymous
- Proses diskusi akan direkam dengan video recorder dan voice
recorder sebagai dokumentasi penelitian
2. Moderator memberitahukan topik dan tujuan diadakan Focus Group
Discussion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Perkenalan (ice breaking) (5 menit)
Perkenalan tim peneliti dan setiap peserta diskusi untuk mengakrabkan dan
mengurangi kecanggungan, sehingga peserta tidak takut untuk berpendapat.
Pemaparan Materi Diskusi (20 menit)
1. Tujuan penelitian yang berjudul ‘ Identifikasi Permasalahan dalam Terapi
Penyakit Parkinson di Era Jaminan Kesehatan Nasional
2. Latar belakang penelitian
3. Penjelasan umum mengenai terapi Parkinson
4. Penjelasan umum mengenai penerapan sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (seperti tujuan dan prinsip)
Diskusi Tahap 1 (15-30 menit)
Diskusi pada tahap ini berisi dengan pertanyaan umum.
1. Apa yang anda pahami mengenai penyakit Parkinson?
2. Apakah terapi Parkinson mempunyai peran bagi pasien?
3. Apa yang anda ketahui mengenai sistem Jaminan Kesehatan Nasional?
4. Apa yang anda pahami mengenai mekanisme pelayanan kesehatan
dengan Kartu BPJS Kesehatan?
5. Pertanyaan khusus :
- Bagi pasien Parkinson: Apa resep terapi Parkinson yang anda peroleh?
- Bagi petugas Rumah Sakit: Apa terapi Parkinson yang dilayani oleh
pihak rumah sakit sebagai pelayanan BPJS?
Diskusi Tahap 2 (15-30 menit)
Diskusi pada tahap ini berisi pertanyaan yang lebih mendalam untuk menggali
persoalaan yang sudah mulai disinggung pada diskusi tahap 1.
- Menurut anda apakah sistem pelayanan pada era Jaminan Kesehatan
Nasional sudah cukup optimal dan efektif?
- Apakah kelebihan yang anda rasakan dengan sistem pelayanan kesehatan
di era Jaminan Kesehatan Nasional?
- Apakah kekurangan yang anda rasakan dengan sistem pelayanan
kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Bagi kelompok petugas Rumah Sakit
- Apakah pasokan obat Parkinson yang diberikan oleh BPJS sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien Parkinson di Rumah Sakit Swasta Tipe B
Yogyakarta? Jika tidak, bagaimana cara mengatasinya?
- Apakah stok obat untuk resep terapi Parkinson selalu terpenuhi ataukah
terdapat kekosongan stok obat Parkinson? Jika terdapat kekosongan,
bagaimana cara mengatasinya?
Bagi kelompok pasien penyakit Parkinson
- Apakah setiap terapi Parkinson yang diresepkan selalu tersedia di Rumah
Sakit Swasta Tipe B Yogyakarta? Jika tidak, apa yang anda lakukan?
- Apa saja kerugian yang anda alami ketika stok obat dalam resep terapi
Parkinson mengalami kekosongan?
Keterangan: Pertanyaan diskusi dapat berkembang seiring jawaban
dari peserta diskusi.
Penutup (2 menit)
Moderator menyampaikan terima kasih untuk partisipasi peserta dalam
diskusi dan hasil diskusi akan dikelola serta diambil kesimpulannya tanpa
mengungkapkan identitas peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 6. Peraturan Focus Group Discussion
PERATURAN FOCUSED GROUP DISCUSSION
1. Peserta diskusi dihimbau untuk tiba 10 menit sebelum acara dimulai.
2. Peserta diskusi dihimbau untuk mengenakan pakaian rapi berupa baju
berkerah, celana panjang.
3. Peserta diskusi dihimbau untuk aktif berpendapat dalam setiap sesi diskusi
4. Peserta diskusi tidak diperkenankan memotong pembicaraan peserta diskusi
lainnya.
5. Peserta yang ingin menambahkan pendapat dapat mengangkat tangan.
6. Peserta diskusi dilarang untuk menambahkan unsur SARA dalam
berpendapat.
7. Peserta diskusi dihimbau untuk mendengarkan pendapat peserta lain sebagai
rasa saling menghargai dan menghormati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 7. Analisis Tematik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 8. Analisis Open Code versi 4.02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Maria Julian Hendrina Titirloloby,
lahir di Kupang pada 17 Juli 1998. Penulis adalah anak
sulung dari 3 bersaudara dari Bapak Petrus Paulus
Ferdinand Titirloloby dan Ibu Susana Wilhelmina Lay.
Tempat dan masa pendidikan penulis sebagai berikut; TK
St. Agnes tahun 2003, SDK Ende 3 tahun 2003-3006, SD
Gemit Manumuti tahun 2006-2007 dan 2008-2009, Colonel
Light Garden Primary School tahun 2007-2008, SMP
Strada Marga Mulia tahun 2009-2012, SMA Pangudi Luhur
2 Servasius tahun 2012-2015, kemudian sejak tahun 2015 menempuh pendidikan
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kepanitiaan yang diikuti selama perkuliahan adalah Pharmacy 3 on 3 tahun
2015 sebagai anggota divisi Table dan Operator, Pharmacy 3 on 3 and Dance
Competition tahun 2016 sebagai koordinator divisi Table dan Operator, Pemilihan
Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi sebagai anggota divisi Humas selama
2015-2016, Pemilihan Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi sebagai
koordinator divisi Humas tahun 2017 dan Sanata Dharma Unity Cup 2016 sebagai
koordinator divisi Bazar.
Kegiatan dan organisasi yang aktif diikuti penulis adalah Unit Kegiatan
Fakultas DNA Farmasi sebagai anggota selama 2015-2017 dan organisasi Jaringan
Mahasiswa Kesehatan Indonesia sebagai divisi Informasi dan Komunikasi selama
2015-2017. Penulis pernah menerima penghargaan atas kelolosan dan didanai Hibah
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) terhadap Program Kreativitas Mahasiswa
berjudul “Edukasi dan Pengolahan Daun Lidah Buaya dan Kulit Jeruk menjadi
GEPUK LIRUK (Gel Pengusir Nyamuk dari Lidah Buaya dan Kulit Jeruk) bagi
Warga Dusun Gubug, Kabupaten Bantul, Yogyakarta” oleh Universitas Sanata
Dharma tahun 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI