96
HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN ALAT STIMULASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI AKADEMIK REMAJA YANG MEMILIKI PERBEDAAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH YULYA SRINOVITA I24061966 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN ALAT

STIMULASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI AKADEMIK

REMAJA YANG MEMILIKI PERBEDAAN LATAR

BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH

YULYA SRINOVITA

I24061966

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 3: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Hubungan Pola Asuh dan

Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik dengan Prestasi Akademik Remaja yang

Memiliki Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah adalah karya Saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Yulya Srinovita

NIM I24061966

Page 4: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 5: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

ABSTRACT

YULYA SRINOVITA. The relationship of parenting in academic dimension and

academic stimulation with academic achievement adolescent which have different

preschool education background (Under direction of DWI HASTUTI and

ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI).

The research was a part of a study that had been conducted at year 2006,

which involve three group of children with different preschool education

background namely group Semai Benih Bangsa (SBB) and Taman Kanak Kanak

(TK) who were children with a preschool background, and group non TK or

control who were children with no preschool background. SBB were a preschool

group established by Indonesia Heritage Foundation for the poor children and

using holistic education approach, which in Bogor area located at Kelurahan

Sukasari and Desa Situ Udik. The samples of this research at previous study

(Hastuti 2006) were 356 children, and for this research out of 356 samples it was

selected only children at the two locations. The criteria for sample of this study

was youth age 11-16 years, and still have an education. Out of 116 samples only

87 children served as sample of this study, 27 samples of SBB, 31 children of TK

and 29 of non-TK. The research aimed to identify parenting in academic

dimension (self discipline and excellence orientation) at the three groups,

academic stimulation, academic achievement at the three groups and relationship

between variables. Analysis of ANOVA, kruskall wallis were applied to analyze

differences among three groups, while Pearson correlation were applied to analyze

relationship among variables. Result showed that there were significant

differences in term of socio economic characteristics (maternal education and

family income) among three groups, and in term of academic stimulation, which

showed that the socio economic status related to their ability to provide books,

computers, academic utensils and activities. Background of preschool education

had no relationship with academic achievement, meanwhile socio economic status

and academic stimulation had significant and positive relationship with academic

achievement of youth.

Keyword: preschool education, parenting in academic dimension, academic

stimulation, academic achievement

Page 6: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 7: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

RINGKASAN

YULYA SRINOVITA. Hubungan pola asuh dan ketersedian alat stimulasi

akademik dengan prestasi akademik remaja yang memiliki perbedaan latar

belakang pendidikan prasekolah (Di bawah bimbingan DWI HASTUTI dan

ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI).

Penduduk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 230 juta jiwa. Sementara

itu, komposisi penduduk remaja sebanyak 41 juta jiwa dan menempati urutan ke

dua terbanyak (BPS 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa penduduk remaja

cukup besar dan berpotensi sehingga dapat menjadi sumberdaya yang sangat baik

untuk memajukan bangsa. Hasil survey di 49 negara Asia, Australia, dan Afrika

oleh TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) pada tahun

2007, menunjukan bahwa prestasi matematik dan sains siswa SD dan SMP

Indonesia menduduki peringkat ke-36 dan 35. Kondisi ini sangat memprihatinkan

sehingga diperlukan usaha yang optimal untuk meningkatkan prestasi akademik.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan pola

asuh akademik dan ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi

akademik remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah.

Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi pola asuh akademik dan

ketersediaan alat stimulasi akademik remaja yang memiliki perbedaan latar

belakang pendidikan prasekolah (Semai Benih Bangsa, Taman Kanak-kanak, dan

yang tidak memiliki latar belakang prasekolah/kontrol), 2) menganalisis prestasi

akademik remaja, 3) menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan

keluarganya dengan pola asuh akademik, 4) menganalisis hubungan antara

karakteristik keluarga remaja dengan ketersedian alat stimulasi akademik, 6)

menganalisis hubungan antara pola asuh akademik dan ketersediaan alat stimulasi

akademik dengan prestasi akademik.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Hastuti (2006) yang

berjudul “Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada Pembentukan Anak Sehat,

Cerdas, dan Berkarakter”. Pemilihan wilayah dilakukan secara sengaja

(purposive) di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dan

Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan ini

dengan mempertimbangkan bahwa kedua wilayah memenuhi persyaratan, yaitu

merupakan tempat SBB dengan lulusan yang sudah memasuki usia remaja.

Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survei. Waktu

pengambilan data pada bulan Maret sampai Juli 2010.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang menjadi contoh pada

penelitian Hastuti (2006) sebanyak 356 orang. Contoh adalah anak berusia antara

11 sampai 16 tahun yang tinggal di Kelurahan Sukasari dan Desa Situ Udik yaitu

sebanyak 87 orang terdiri dari 27 orang dari latar belakang SBB, 31 orang dari

TK, dan 29 orang dari kontrol.

Data terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dengan wawancara dan pengisian kuesioner meliputi karakteristik

contoh (usia, jenis kelamin), karakteristik keluarga (pendidikan orangtua,

pendapatan keluarga, besar keluarga), pola asuh, ketersedian alat stimulasi

akademik, dan nilai rapor. Pola asuh merupakan pola asuh akademik yang

diberikan pada remaja terdiri dari 20 pertanyaan (masing-masing 10 pertanyaan

Page 8: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

untuk pola asuh disipilin diri dan pola asuh dukungan berprestasi), diukur dengan

melakukan scoring, yaitu skor 2 untuk intensitas sering, skor 1 untuk kadang-

kadang, dan skor 0 untuk tidak pernah. Alat stimulasi akademik yang dimiliki

remaja saat ini terdiri dari 8 item pertanyaan, diukur dengan melakukan scoring,

yaitu skor 1 untuk ada dan skor 0 untuk tidak ada. Pola asuh akademik dan

ketersediaan alat stimulasi akademik dikategorikan secara normatif. Prestasi

akademik dilihat dari nilai masing-masing dan rata-rata 7 mata pelajaran pada

semester terakhir (dua atau empat) meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan Matematika.

Dikelompokkan berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu kurang (<

60,00), cukup (60,00-70,00), baik (70,10-75,00), dan sangat baik (>75). Data

sekunder diambil di kantor Desa Sukasari dan Desa Situ Udik.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft

Excell dan SPSS 17.0. Analisis data dengan menggunakan: 1) uji deskriptif

digunakan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat sebaran statistik

deskriptif contoh menurut variabel yang diteliti, 2) uji beda Anova dan Kruskall

Wallis dilakukan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat ada tidaknya

perbedaan pada masing-masing variabel di tiga kelompok contoh, 3) uji korelasi

Pearson digunakan untuk melihat hubungan antar variabel.

Hampir seluruh contoh (88,5%) tersebar pada kategori usia pertengahan

puber (12-15 tahun). Contoh laki-laki (52,9%) lebih banyak daripada perempuan

(47,3%) tapi tidak ada perbedaan dalam hal usia dan jenis kelamin. Rata-rata

jumlah anggota keluarga contoh kontrol (6,96 orang) lebih besar dibandingkan

TK (6,06 orang) dan SBB (5,89 orang). Tingkat pendidikan orang tua contoh TK

(ayah 9,4 dan ibu 8,4 tahun) lebih tinggi dibanding SBB (8,5 dan 7,5 tahun) dan

kontrol (7,1 dan 6,6 tahun). Pendapatan per kapita keluarga contoh TK (Rp

256.590) lebih tinggi dibandingkan SBB (Rp 248.500) dan kontrol (Rp 161.500).

Sebagian besar ayah contoh SBB (37%) dan TK (35,5%) bekerja sebagai

wiraswasta, sedangkan kontrol (34,5%) sebagai buruh dan terdapat perbedaan

dalam hal besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pendapatan per kapita.

Lebih dari separuh contoh (67%) memperoleh pola asuh akademik pada

kategori tinggi dan tidak terdapat perbedaan signifikan antara ketiga kelompok.

Tingkat ketersediaan alat stimulasi akademik berbeda antara ketiga kelompok,

yaitu TK (61,3%) lebih tinggi dibanding SBB (59,3%) dan kontrol (43,7%).

Sebagian besar (47,1%) prestasi akademik contoh berada pada kategori cukup

(60-70). Rata-rata skor nilai pada empat mata pelajaran (Pendidikan Agama,

Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) tertinggi pada contoh SBB dan

tiga mata pelajaran (Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, IPS) pada contoh TK.

Namun, secara statistik tidak terdapat perbedaan antara tingkat prestasi akademik

menurut kelompok dan asal daerah, perbedaan hanya ditemukan menurut jenis

kelamin. Prestasi contoh laki-laki lebih baik daripada contoh perempuan.

Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada karaktersitik keluarga

(besar keluarga, pendidikan ibu, dan pendapatan per kapita) dengan ketersediaan

alat stimulasi akademik serta ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi

akademik. Semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita, maka

ketersediaan alat stimulasi akademik semakin banyak. Namun, semakin besar

keluarga maka ketersediaan alat stimulasi akademik semakin sedikit. Semakin

baik ketersedian alat stimulasi akademik maka semakin tinggi prestasi akademik.

Page 9: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar Institut Pertanian Bogor.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

Page 10: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 11: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN ALAT

STIMULASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI AKADEMIK

REMAJA YANG MEMILIKI PERBEDAAN LATAR

BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH

YULYA SRINOVITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 12: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 13: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

Judul : Hubungan Pola Asuh dan Ketersedian Alat Stimulasi Akademik dengan

Prestasi Akademik Remaja yang Memiliki Perbedaan Latar Belakang

Pendidikan Prasekolah

Nama : Yulya Srinovita

NRP : I24061966

Disetujui,

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Dr.Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Ujian : 19 April 2011

Page 14: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 15: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 9 Juli 1988 dari ayah Ali Suwar

dan Ibu Nurbaidah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan SD sampai SMA diselesaikan penulis di Padang, Sumatra Barat.

Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 19 Bayur dari tahun 1994 hingga 2000,

pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Nan Sabaris pada tahun 2003, dan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Nan Sabaris tahun 2006.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dengan Mayor Ilmu

Keluarga dan Konsumen. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis terlibat

dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Ikatan Mushola TPB sebagai ketua

Mushola Astri A2. Selain itu, penulis juga menjabat sebagai Bendahara umum

Lembaga Pengajar Alqur‟an (LPQ) Alhurriyah, Staff Syiar Forum Syiar Islam

FEMA (FORSIA), Anggota Klub Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan

Konsumen (HIMAIKO), Ketua Rohis Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(IKK), Staff Kebijakan Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga

Mahasiswa IPB (BEM KM), dan Staff Forum Diskusi Leadership Community

Rumah Peradaban Beasiswa PPSDMS Nurul Fikri.

Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam

dan mendapatkan beasiswa pendidikan sarjana dari Beastudi Etos selama

menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga dipercaya

menjabat sebagai koordinator Putri Etos Nasional angkatan 2006 Beastudi Etos

se-Indonesia dan Sekretaris Leadership Community (LC) Beastudy Etos

Community (BEB-C) Beastudi Etos Bogor.

Page 16: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 17: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

PRAKATA

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya sehingga penulis mampu

untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beriring salam juga tidak lupa penulis

sampaikan kepada Rasullulah SAW, suri tauladan umat manusia yang telah

berjuang dengan segenap jiwa dan raganya untuk kejayaan Islam yang mulia.

Suatu hal yang penulis sadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan moril dan materil berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Istiqlaliyah

Muflikhati, M.Si sebagai dosen pembimbing II skripsi yang telah

memberikan doa, bimbingan, perhatian, waktu, motivasi, tenaga, dan contoh

yang baik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih atas

pelajaran-pelajaran yang begitu berharga selama ini.

2. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan selaku dosen pembimbing akademik, terima

kasih atas bantuan dan bimbingannya dalam bidang akademik selama penulis

menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen.

3. Neti Hernawati, SP, M.Si dan Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pemandu

seminar dan dosen penguji, terimakasih atas masukan bagi perbaikan skripsi.

4. Seluruh aparat pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor khususnya

Kelurahan Sukasari dan Desa Cibungbulang, serta seluruh keluarga contoh.

Terima kasih banyak atas bantuan dan partisipasinya dalam penelitian ini.

5. Papa (Ali Suwar) dan mamaku (Nurbaidah) tercinta, terima kasih atas doa

yang tiada henti, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, kesabaran yang

begitu besar kepada penulis. Kakak-kakakku tersayang, Yosa Novia Dewi,

SPd. dan Yuddi Noveranda (alm) terima kasih atas doa, kasih sayang, dan

motivasinya. Kalian semua adalah anugerah terindah untuk penulis. Semoga

Allah SWT mengumpulkan kita kelak di Jannah-Nya.

6. Kepada keluarga besar, khususnya Ayah (alm) dan Andung, Amak Tuo dan

Apa Bahri (alm), Elok dan Ayah, Muning dan Mintuo, Cuning dan Apa Bur,

Mak Etek dan Mintuo, Nani dan Apa Tar, Pak Eri, Etek War, Kak Shanti,

Ceni Dewi, Bang Yon, Uda Jos, Bang Budi, Bang Bobo, Bang Romi, Uda

Page 18: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

Weng, Bang Len, dan Widya. Adek-adek dan keponakanku tersayang, Soni,

Yudi, Bambang, Beben, Tata, Piska, Iyo, Nilna, dan Aidil. Terima kasih atas

kebersamaan dan dukungan untuk penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas segala

ilmu, perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga dibalas

dengan Surga-Nya. Serta seluruh tenaga kependidikan Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen.

8. Teman-teman penelitian Untari, Liaw, Syifa, Shanti, dan Teh Heni. Telah

banyak kesulitan dan kemudahan yang kita rasakan bersama. Terima kasih

telah menjadi teman untuk berbagi dan berjuang. Mahasiswa IKK 43 serta

IKK 42, khususnya anggota Rohis kelas. Terima kasih atas kebersamaannya.

9. Saudara-saudariku seperjuangan para mujahid/mujahidah tangguh

pengemban amanah dakwah khususnya Uda Aji, Andi, FSIM, Fushilat 43,

Entretrainer, Murobbiah Halaqoh, dan Lembaga Dakwah Kampus IPB.

Jazakumullah Khairon Katsiran atas segalanya. Antum semua adalah nikmat

Allah yang luar biasa.

10. Sahabat-sahabatku tercinta, Elis, Erika, Mb Mei, Kiki, dan Ratih. Terima

kasih atas persahabatan yang ikhlas dan begitu berharga untuk penulis. Kalian

selalu ada disaat suka dan duka. Semoga persahabatan ini abadi. Untuk Kak

Fachri, terima kasih atas doa, dukungan, semangat, dan motivasi yang tiada

henti. Semoga Allah membalas semuanya dengan kebaikan.

Demikianlah ucapan terima kasih dipersembahkan, tulus terucap dari lubuk

hati yang paling dalam. Semoga Allah membalasnya dengan hal yang lebih baik.

Amin.

Bogor, Mei 2011

Yulya Srinovita

Page 19: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vii

PENDAHULUAN ................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................ 1

Perumusan Masalah ........................................................................ 5

Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

Prestasi Akademik Remaja ............................................................. 9

Pendidikan PraSekolah ................................................................. 11

Pola Asuh Akademik Remaja ....................................................... 13

Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik Remaja ............................ 16

Faktor Karakteristik Remaja yang Berhubungan dengan

Pola Asuh Akademik dan Prestasi Akademik................................ 17

Faktor Karakteristik Keluarga yang Berhubungan dengan Pola

Asuh Akademik dan Ketersediaaan Alat Stimulasi Akademik..... 19

KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 21

METODE PENELITIAN....................................................................... 25

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ......................................... 25

Cara Penarikan Contoh ................................................................. 25

Jenis dan Cara Pengumpulan data ................................................. 26

Pengukuran, Pengolahan, dan Analisis Data ................................. 27

Definisi Operasional ..................................................................... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 31

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................ 31

Karakteristik Contoh ...................................................................... 32

Karakteristik Keluarga Contoh ..................................................... 34

Pola Asuh Akademik .................................................................... 37

Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik ......................................... 40

Prestasi akademik ......................................................................... 42

Hubungan Antar Variabel Penelitian............................................. 46

Pembahasan Umum ...................................................................... 54

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 61

Simpulan ...................................................................................... 61

Saran ............................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63

LAMPIRAN .......................................................................................... 67

Page 20: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 21: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penarikan contoh penelitian .......................................................... 26

2. Jenis dan cara pengumpulan data .................................................. 27

3. Sebaran contoh berdasarkan usia dan kelompok ............................ 33

4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kelompok ............. 33

5. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan kelompok ............ 34

6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua

dan kelompok ............................................................................... 35

7. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan kelompok ..... 36

8. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga

dan kelompok ............................................................................... 37

9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pola asuh akademik

dan kelompok ............................................................................... 39

10. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat stimulasi

akademik dan kelompok ............................................................... 40

11. Sebaran contoh berdasarkan tingkat ketersediaan alat

stimulasi akademik dan kelompok ................................................ 41

12. Sebaran rata-rata nilai skor prestasi akademik berdasarkan

mata pelajaran dan kelompok ........................................................ 42

13. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik

dan kelompok ............................................................................... 43

14. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik

dan jenis kelamin .......................................................................... 44

15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik

dan asal daerah ............................................................................. 45

16. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak

dan pola asuh akademik ................................................................ 46

17. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

dan pola asuh akademik ............................................................... 48

18. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan

ketersedaian alat stimulasi akademik ............................................. 51

19. Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik

dan prestasi akademik .................................................................. 53

20. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat

stimulasi akademik dan prestasi akademik .................................... 54

Page 22: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 23: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Output realibilitas kuesioner pola asuh akademik ............................ 67

2. Sebaran pola asuh dan kelompok prasekolah ................................... 68

3. Koefesien korelasi antar variabel penelitian ..................................... 69

Page 24: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 25: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan suatu bangsa adalah

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang berkualitas yaitu

pendidikan yang mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang

berkarakter. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh SDM yang

dimilikinya, di samping sumber daya alam. SDM yang berkualitas diharapkan

dapat lebih berhasil mengelola sumber daya bagi kesejahteraan masyarakat.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 230 juta jiwa.

Sementara itu, komposisi penduduk remaja (10-19 tahun) adalah sebanyak 41 juta

jiwa (sekitar 18 persen) dan menempati urutan ke dua terbanyak setelah penduduk

usia dewasa dan lanjut (di atas 20 tahun) yaitu sebesar 148 juta jiwa (BPS 2010).

Data tersebut menunjukkan bahwa penduduk remaja menempati urutan yang

cukup besar dan berpotensi sehingga dapat menjadi sumberdaya yang sangat baik

untuk memajukan kesejahteraan negara. Bila karakter remaja yang potensial itu

berkualitas maka kemajuan bangsa ini akan terjamin. Namun, bila kualitas

remajanya buruk maka akan sulit bagi bangsa ini untuk berkembang karena

kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat tercermin dari kualitas pemudanya.

Abad ke-21 merupakan era baru yang menawarkan peluang dan tantangan.

Bagi bangsa Indonesia, momentum globalisasi ini merupakan tantangan sehingga

diperlukan banyak persiapan untuk menghadapinya. Persiapan ini terlebih dahulu

dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional dan prestasi siswa.

Bangsa yang memiliki SDM yang unggul dan professional akan lebih maju dan

mampu bersaing dengan negara-negara lain (Syafaruddin 2002).

Menghadapi tantangan ini diperlukan pula upaya yang sungguh-sungguh

melalui pendidikan yang mampu meletakan dasar-dasar pemberdayaan manusia

agar memiliki kesadaran akan potensi dirinya dan mengembangkannya bagi

kebutuhan dirinya sendiri dan masyarakat dalam membentuk masyarakat madani.

Pendidikan dasar itu adalah pendidikan yang dilakukan sedini mungkin yang

dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh artinya layanan yang

diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan, dan gizi.

Page 26: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

2

Terpadu mengandung arti layanan tidak diberikan kepada anak usia dini saja,

tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat (Anonim 2003).

SDM yang unggul tidak tercipta dengan sendirinya tapi dibutuhkan upaya

dan kerja keras semua pihak terutama para pendidik serta keluarga. Menurut

Fuaddin (1999) keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam proses

pengasuhan. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan

unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan prestasi anak.

Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik, anak memiliki

dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat untuk menjadi

manusia dewasa. Keluarga juga berperan dalam menentukan pendidikan bagi anak

baik pendidikan sekolah maupun luar sekolah, mulai jenjang prasekolah sampai

ke perguruan tinggi. Melalui peran ini orang tua membentuk kepribadian anak,

mengembangkan potensi dan prestasi akademik, serta potensi regilius dan moral.

Pengasuhan adalah suatu proses panjang dalam kehidupan seorang anak

mulai dari masa prenatal hingga masa kanak-kanak berakhir, masa usia sekolah,

masa remaja, dan dewasa. Aspek pendidikan dalam pengasuhan adalah

pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak sejak usia dini baik berupa biaya

sekolah maupun dalam bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orangtua

terhadap prestasi dan kemajuan belajar anak (Hastuti 2008). Pemenuhan

kebutuhan pendidikan bagi anak juga termasuk penyediaan alat stimulasi

akademik. Alat stimulasi akademik dapat berfungsi untuk merangsang

kemampuan akademik dan menstimuli tumbuh kembang anak.

Pengasuhan, pendidikan, dan perawatan terhadap anak sejak dari dalam

kandungan akan berpengaruh besar pada kecerdasan anak tersebut. Makin

bermutu pendidikan, pengasuhan, dan perawatan yang dilakukan sejak usia dini

maka makin kokoh kecerdasan yang dibangunnya. Semakin tinggi pengetahuan

dan kesanggupan orangtua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perawatan bagi

anak usia dini, maka semakin memungkinkan bagi orangtua untuk dapat

melakukan stimulasi yang konstruktif dan bervariatif yang akan mempercepat

perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan kebugaran anak (Sudjarwo 2009).

Keunggulan suatu SDM khususnya siswa dapat diukur salah satunya

dengan melihat keberhasilannya dalam hal belajar. Berhasil atau tidaknya

Page 27: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

3

seseorang dalam belajar dapat diketahui dengan melakukan suatu evaluasi untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung melalui nilai rapor.

Bloom dalam Azwar (2002) mengungkapkan bahwa prestasi akademik

merupakan keberhasilan seseorang dalam belajar. Secara umum, ada dua faktor

yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik

berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran.

Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi,

bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal menyangkut

pengasuhan, ketersedian alat stimulasi akademik, kondisi tempat belajar, materi

pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar (Azwar 2004).

Hasil penelitian Hastuti (2006) menemukan adanya pengaruh peran

keluarga dalam pembentukan kualitas anak. Peranan keluarga dilihat dari interaksi

di dalam lingkungan keluarga yang diukur dari kelekatan emosi ibu dan anak,

kualitas pengasuhan, tingkat stres ibu, dan keharmonisan pasangan suami istri.

Peningkatan kualitas interaksi antara ibu dan anak akan selalu diikuti oleh

peningkatan kualitas anak.

Selain pengasuhan, pendidikan prasekolah juga memegang peranan

penting dalam menunjang prestasi akademik anak. Pendidikan prasekolah adalah

masa penting bagi pembentukan kualitas tumbuh kembang seseorang di masa

dewasa, terutama dalam mempersiapkan anak secara akademik, kematangan

sosial dan kemandirian, motivasi akademik, kreativitas, kemampuan pengambilan

keputusan, hubungan sosial, kerjasama, dan tanggungjawab (Cotton dan Conklin,

2001; Berrueta-Clement, et al. 1985; Bronson, et al. 1985 diacu dalam Hastuti

2006). Pembelajaran pada anak usia dini merupakan wahana untuk

mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

dan minat masing-masing anak.

Pendidikan prasekolah bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan

fisik serta kecerdasan anak, baik secara emosi, spiritual, maupun bahasa dan

komunikasi. Berdasarkan penelitian Bloom, diungkapkan bahwa kecerdasan anak

pada usia 15 tahun merupakan hasil pendidikan prasekolah dan 30 persen potensi

Page 28: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

4

berikutnya terbentuk pada usia 4 sampai 8 tahun. Remaja dengan latar belakang

pendidikan prasekolah memiliki perkembangan lebih optimal dalam hal

kemampuan kognitif maupun emosinya daripada anak yang tidak memiliki latar

belakang pendidikan prasekolah (Iqbal 2010). Menurut Biechler dan Snowman

(1993) diacu dalam Patmonodewo (2003) pendidikan prasekolah merupakan

pendidikan yang diberikan kepada anak-anak yang berusia antara 3-6 tahun untuk

mempersiapkan mereka memasuki sekolah.

Hasil penelitian Hastuti (2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada kecerdesan majemuk (kecerdasan motorik kasar, motorik

halus, verbal, matematika, interpersonal, intrapersonal, music, dan visual) anak

yang berlatar pendidikan prasekolah (Semai Benih Bangsa dan TK) dengan anak

yang tidak berlatar belakang pendidikan prasekolah (kontrol). Kecerdasan

majemuk anak peserta SBB adalah paling tinggi, diikuti anak peserta TK,

sementara anak tanpa latar belakang prasekolah (kontrol) adalah paling rendah.

Sejak tahun 2001 The Indonesia Heritage Foundation (IHF) turut

memberikan sumbangan bagi terbentuknya kualitas anak usia dini dengan

mendirikan Kelompok Prasekolah Semai Benih Bangsa (SBB) yang khusus

diperuntukan bagi anak dari keluarga tak mampu. SBB adalah kelompok

prasekolah yang menerapkan konsep pendidikan holistik berbasis karakter dengan

menggunakan metode belajar sesuai kaidah pembelajaran yang patut

(Developmentally Appropriate Practices). Melalui metode belajar aktif dan

kontekstual, serta sesuai dengan tahapan usianya maka anak diajarkan berfikir,

merasakan, dan melaksanakan perbuatan baik secara terstuktur melalui pilar

karakter yang diajarkan secara sistematis melalui Satuan Kegiatan Harian (SKH),

Satuan Kegiatan Mingguan (SKM), dan Satuan Kegiatan Semesteran (SKS)

(Hastuti 2006).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa pengasuhan,

ketersedian alat stimulasi akademik, dan latar belakang pendidikan prasekolah

dapat mempengaruhi dan menunjang prestasi akademik remaja. Mengingat

pentingnya meningkatkan prestasi akademik remaja dalam upaya menciptakan

SDM yang unggul untuk memajukan bangsa maka perlu diteliti hubungan faktor-

faktor tersebut dengan prestasi akademik remaja.

Page 29: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

5

Perumusan Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan

sumber daya manusia (SDM) karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang

mampu memajukan bangsanya (Hadikusumo 1999). Keberhasilan pendidikan

salah satunya dapat dilihat dari tingkat prestasi akademik siswa. Winkel (1996)

diacu dalam Ridwan (2008) mengungkapkan bahwa prestasi akademik merupakan

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang anak dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi akademik

seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran

yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah

mengalami proses belajar mengajar.

Pencapaian prestasi akademik yang rendah merupakan masalah utama

yang ditemui di negara berkembang termasuk Indonesia. Rendahnya prestasi

akademik tersebut disebabkankan oleh kualitas teknologi pengajaran yang masih

rendah, buku pelajaran yang kurang bermutu, pendidikan orangtua yang rendah,

dan angka ketidakhadiran anak di sekolah yang tinggi. Dari ukuran kecerdasan

intelektual, survei yang dilakukan oleh International Education Achievement

(IAE) tentang hasil pendidikan dilaporkan bahwa kemampuan membaca ditingkat

SD siswa di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti.

Kemampuan matematika di tingkat SLTP siswa di Indonesia berada pada urutan

ke-39 dari 42 negara, sedangkan untuk kemapuan ilmu pengetahuan alam berada

di urutan ke-40 dari 42 negara (Hastuti 2006).

Hasil survei PERC (Political and Economic Risk Consultancy) di 12

negara menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-11 (Megawangi et al.

2005). Hasil survei di 49 negara (Asia, Australia, Afrika) oleh TIMSS (Trend in

International Mathematics and Science Study) tahun 2007, menunjukkan bahwa

prestasi matematik dan sains siswa SD dan SLTP Indonesia berada diperingkat

ke-36 dan 35.

Laporan hasil analisis Tim Education for All (Pendidikan Untuk Semua)

tahun 2001, yang berpangkalan di Departemen Pendidikan Nasioanal, menyatakan

bahwa masih banyak anak usia dini yang belum terlayani pendidikannya. Pada

Page 30: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

6

tahun 2000, dari sekitar 26 juta anak Indonesia 0-6 tahun, lebih dari 80 % belum

mendapatkan layanan pendidikan dini apapun. Khusus untuk anak usia 4-6 tahun

yang berjumlah sekitar 12 juta, baru sekitar 2 juta anak yang terlayani di Taman

Kanak-Kanak (TK) (Anonim 2003).

Berdasarkan tahapan perkembangan Erikson, pada usia 12 sampai 18

tahun anak memasuki tahap identitas vs kebingungan peran. Bila sebelumnya

perkembangan lebih berkisar pada „apa yang dilakukan untuk saya‟, sejak tahap

ini perkembangan tergantung pada „apa yang saya kerjakan‟. Periode ini adalah

periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Tugas perkembangan di

fase ini adalah menemukan jati diri, membangun diri dari krisis yang pernah

terjadi, menanyakan siapa saya, perasaan kompeten dan ingin berprestasi,

mengambil keputusan (keterampilan, orientasi gender, dan filosofi hidup),

menyatukan peran (anak, saudara, pelajar, olahragawan, pekerja), dan membentuk

imej dari role model dan peer groupnya (Hastuti 2006).

Tahap perkembangan pada usia remaja ini dipengaruhi oleh tahap

perkembangan pada usia sebelumnya. Anak pada usia 3,5 sampai 6 tahun berada

pada tahap inisiatif vs bersalah. Tahap ini ditandai dengan kreatifitas yang tinggi,

antusias dalam melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berimajinasi, berani

mencoba, berani mengambil resiko, dan senang bergaul dengan kawannya.

Namun, semua ini tergantung pada lingkungan belajar anak yang kondusif untuk

mencapai perkembangan tersebut. Guru atau orangtua hendaknya mendorong

sikap positif ini dengan menumbuhkan rasa bertanggungjawab pada tugasnya dan

tidak memberikan kritik yang negatif karena akan membuat anak merasa apa yang

dikerjakannya adalah salah. Selanjutnya, pada usia 6 sampai 10 tahun berada pada

tahap berkarya/etos kerja vs minder. Masa ini adalah masa anak-anak paling

antusia belajar dan berimajinasi, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan sikap

ingin berkarya, bermotivasi tinggi, dan beretos kerja. Perasaan bahwa „aku bisa‟,

„aku kuat‟, atau „aku anak yang baik‟ harus dapat ditumbuhkan pada masa ini

karena jika tidak, sikap yang timbul adalah rendah diri (Megawangi et al. 2004).

Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa prestasi akademik remaja

dipengaruhi oleh kecerdasan kognitif dan fasilitas belajar, latar belakang

pendidikan prasekolah, pola pengasuhan orangtua, dan ketersedian alat stimulasi

Page 31: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

7

akademik. Hal itu semua merupakan tanggungjawab dari lembaga pendidik yaitu

keluarga dan sekolah. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi

seorang individu karena keluarga adalah lingkungan eksternal pertama yang

dikenal begitu individu baru dilahirkan di dunia. Seperti diungkapkan Bennet

dalam Hastuti (2008) bahwa keluargalah tempat paling efektif dimana seorang

anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejateraan bagi hidupnya,

dan bahwa kondisi biologis, psikologis dan pendidikan, serta kesejahteraan

seorang anak amat tergantung pada keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang akan dijawab dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan latar belakang pendidikan

prasekolah yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dan Kelompok Prasekolah Semai

Benih Bangsa (SBB) serta yang tidak memiliki latar belakang pendidikan

prasekolah (kontrol) dengan prestasi akademik remaja? Bagaimanakah hubungan

pola asuh akademik yang diberikan orangtua dengan prestasi akademik remaja?

Bagaimana hubungan ketersedian alat stimulasi akademik di rumah dengan

prestasi akademik remaja?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh

akademik, ketersediaan alat stimulasi akademik, dan prestasi akademik pada

remaja dengan latar belakang pendidikan prasekolah yang berbeda.

Tujuan khusus:

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi pola asuh akademik orangtua dan ketersediaan alat stimulasi

akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan

prasekolah (SBB, TK, dan Kontrol).

2. Menganalisis prestasi akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar

belakang pendidikan prasekolah.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan keluarganya dengan

pola asuh akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar belakang

pendidikan prasekolah.

Page 32: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

8

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga remaja dengan

ketersediaan alat stimulasi akademik pada remaja yang memiliki perbedaan

latar belakang pendidikan.

5. Menganalisis hubungan antara pola asuh akademik dan ketersediaan alat

stimulasi akademik dengan prestasi akademik pada remaja yang memiliki

perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaaat bagi berbagai pihak yang

terkait. Bagi orangtua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

pertimbangan dalam upaya memilih pendidikan prasekolah dan memperbaiki pola

asuh akademik dan penyediaan alat stimulasi akademik di rumah untuk

memperbaiki prestasi akademik anak remaja demi mewujudkan genarasi yang

berkualitas. Bagi pendidik atau guru, penelitian ini dapat memberikan gambaran

tentang adanya faktor latar belakang pendidikan prasekolah yang diduga

berhubungan dengan prestasi akademik remaja.

Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan keilmuan khususnya di bidang ilmu keluarga dan perkembangan

anak. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan dalam

pengembangan pendidikan bagi anak usia dini berbasis karakter di seluruh

Indonesia sebagai investasi pendidikan masyarakat Indonesia menuju masyarakat

yang sehat dan berkarakter. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan serta acuan untuk penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan remaja pada masa yang akan datang.

Page 33: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

9

TINJAUAN PUSTAKA

Prestasi Akademik Remaja

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Keberhasilan seseorang dalam belajar dapat diketahui dengan

melakukan suatu evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapat data

pembuktian yang akan menunjukan sampai sejauh mana tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan sekolah. Di samping itu, juga

dapat digunakan oleh guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau

menilai sampai sejauh mana keefektifan pengalaman mengajar, kegiatan belajar,

dan metode mengajar yang digunakan (Purwanto 2009).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) evaluasi hasil belajar merupakan

proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian hasil

belajar. Tujuan utama penilaian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tingkat

keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol.

Hasil evaluasi ini dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik

kelemahan dan keunggulan siswa, seleksi untuk jenis jabatan dan pendidikan

tertentu, kenaikan kelas, dan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.

Rapor merupakan perumusan terakhir sesaat penilaian hasil-hasil

pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana kemajuan anak

didik. Hasil dari tindakan mengadakan penilain ini dinyatakan dalam bermacam-

macam perumusan yaitu dengan menggunakan lambang-lambang (A, B, C, D, E)

dan menggunakan skala sampai 11 tingkat yaitu mulai dari 0 sampa 10. Di

Indonesia pada umumnya menggunakan angka 0 sampai 10 atau 0 sampai 100.

Selanjutnya pada tiap akhir masa tertentu (6 bulan) sekolah juga mengeluarkan

rapor tentang kelakuan kerajinan dan kepandain siswa. Rapor ini merupakan

perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil

belajar siswa selama masa tertentu itu (Suryabrata 2006).

Prestasi akademik siswa juga dapat diukur melalui skor prestasi akademik

dari beberapa mata pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Arisandi (2007),

Page 34: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

10

prestasi akademik remaja dapat diukur melalui skor prestasi dari beberapa mata

pelajaran yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan, Komputer, dan Keseniaan, Matematika, IPA (Biologi,

Fisika, Kimia), dan IPS (Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Akuntansi, Geografi).

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar. Pada

tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar, bahwa ia telah mampu

memecahkan tugas-tugas belajar dan menstransfer proses belajar. Kemampuan

berprestasi ini dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra

pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk membangkitkan

pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat

berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi (Suryabrata 2006).

Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piget yaitu: 1) tahap sensori

motor (usia 0-18 bulan). Anak tergantung sepenuhnya pada tindakan fisik dan

indranya dalam mengenali sesuatu. 2) tahap pre-operational (usia 18 bulan-6 atau

7 tahun). Kemampuan anak untuk berpikir tentang objek/benda, kejadian, atau

orang lain mulai berkembang. Anak sudah mulai mengenal simbol (angka, kata-

kata, gerak tubuh atau gambar) untuk mewakili benda-benda yang ada di

lingkungannya. Namun cara berfikirnya masih tergantung pada objek konkrit, dan

rentang waktu kekinian, serta tempat dimana ia berada. Mereka belum dapat

berfikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit saat menanamkan

konsep pada mereka. 3) tahap concrete operational (usia 8-12 tahun). Pada tahap

ini anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah pada masa bersamaan.

Anak sudah mulai dapat berfikir abstrak dan berfikir logis dalam memahami dan

memecahkan persoalan, serta mengenal simbol-simbol. Namun mereka masih

memerlukan objek konkrit untuk belajar. 4) tahap formal operational (usia 12

tahun - usia dewasa). Pada tahap ini anak sudah berfikir abstrak dan dapat

berhipotesa. Mereka dapat menganalisis apa yang sudah lewat dan yang akan

datang. Cara berfikir mereka tidak tergantung pada objek konkrit (Megawangi et

al. 2004). Remaja di tahap formal operational dapat mengintegrasikan apa yang

telah mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana

Page 35: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

11

di masa depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu

berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi (Desmita 2009).

Pendidikan Prasekolah

Pendidikan pada usia dini adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan

berbagai potensi yang dimilki anak seperti potensi fisik, kognitif, bahasa dan

sosio-emosional sehingga pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan

rangsangan dari lingkungannya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada

rentan usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan

dalam berbagai aspek seperti fisik, sosio-emosi, dan kognitif sedang mengalami

masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Hartati 2007).

Hasil studi yang dilakukan oleh Lawrence J. Schweinhart (1994) menunjukan

bahwa pengalaman anak pada masa TK dapat memberikan pengaruh positif

terhadap perkembangan anak selanjutnya (Megawangi 2004).

Anak usia dini mulai sadar dengan keadaan dilingkungannya pada

umumnya dimulai dari usia 2 bulan sampai 1 tahun terutama perhatian yang

berkaitan dengan penglihatan, alat peraba, dan alat pendengarannya. Selain itu,

perhatian yang berkaitan dengan indra lainnya pun sudah ada tetapi kadarnya

masih relatif kecil. Melalui pengalaman panca indra itu lah terjadi rangsangan

terhadap neuron atau sel-sel otaknya yang kemudian membentuk hubungan neural

sebagai dasar perkembangan emosi, sosial, dan intelektual seseorang. Apabila

rangsangan ini terjadi secara terus menerus dengan berbagai variasi jenis dan

jumlah serta mutu rangsangannya serta terjadi di sepanjang masa usia anak-anak

maka secara konstruktif akan meningkatkan kecerdasan intelektual dan kebugaran

fisik dan mentalnya (Sudjarwo 2009).

Banyak penelitian telah dilakukan mengenai manfaat langsung/jangka

pendek dari program prasekolah pada pengembangan kognitif anak-anak dan

sosial-emosional. Jika semua anak di taman kanak-kanak atau kelas satu telah

mengikuti prasekolah maka kemampuan kognitif rata-rata akan naik. Manfaat

tersebut akan membuat pengajaran lebih mudah, dan anak-anak akan cenderung

untuk memiliki interaksi lebih baik dengan teman sebaya. Seberapa besar manfaat

yang dihasilkan dari prasekolah tergantung pada pengajaran yang dilakukan pada

program prasekolah, sedangkan manfaat jangka panjang terhadap perkembangan

Page 36: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

12

sosial-emosional ditemukan dampak positif pada perilaku sosial, dan tidak

ditemukan dampak negatif yang tinggi. Beberapa penelitian telah menemukan

penurunan dalam kejahatan pada saat mereka dewasa (Barnet & Ackerman 2006).

Menurut Ellis (2010) beberapa manfaat jangka panjang dari pendidikan

anak prasekolah, meliputi keterampilan sosial yang lebih baik, dan kemampuan

lebih besar untuk fokus, studi menunjukkan bahwa anak-anak yang berpendidikan

prasekolah lebih berpeluang untuk lulus dengan baik dan melanjutkan pendidikan

ke tingkat yang lebih tinggi, serta terintegrasi dengan baik dalam hubungan sosial

sebagai orang dewasa.

Pendidikan merupakan faktor dalam mengembangkan potensi remaja di

masa depan. Kurangnya pendidikan akan menurunkan peluang untuk

mengembangkan potensi mereka (Santrock 2007). Pendidikan berkarakter yang

berkualitas perlu dibentuk sejak usia dini. Banyak pakar mengemukakan bahwa

kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membantuk

pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Pendidikan prasekolah merupakan

investasi jangka panjang bagi anak di masa depannya (Megawangi 2004).

Menurut Likona, anak-anak usia prasekolah sudah dapat diberikan

pendidikan karakter dengan mengaktifkan rasa empati anak. Banyak hasil

penelitian menunjukan bahwa pendidikan karakter yang diberikan pada anak

prasekolah dapat membentuk prilaku positif, interaksi yang baik dengan gurunya,

kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial

dengan kawannya, dan kemampuan akademik yang baik (Megawangi 2004).

Otak manusia berkembang sangat pesat selama umur 2-4 tahun. Selama

periode ini adalah masa kritis penentu kognitif anak, perkembangan sosial dan

motorik. Pembelajaran prasekolah akan membantu meningkatkan pembelajaran

dan produktiftivitas anak dalam masa perkembangannya. Program prasekolah

menunjukkan investasi anak usia dini merupakan masukan paling penting bagi

pengembangan kognitif, sosial dan motivasi keterampilan. (Raut 2003).

Solusi optimal menunjukkan bahwa orang tua dari keluarga miskin akan

memiliki banyak manfaat ekonomi dengan mengikutkan anaknya pada program

prasekolah. Anak-anak yang mengikuti program prasekolah akan meningkatkan

mobilitas sosial, mengurangi ketimpangan pendapatan, akan meningkatkan

Page 37: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

13

tingkat partisipasi perguruan tinggi, meningkatkan perilaku masyarakat/pidana,

dan juga akan membawa pendapatan pajak yang lebih tinggi karena lebih banyak

pekerja akan mendapatkan penghasilan upah yang lebih tinggi (Raut 2003).

Hasil penelitian Hastuti (2006) menunjukan bahwa skor karakter anak

Semai Benih Bangsa (SBB) lebih tinggi daripada yang bukan SBB (TK dan

kontrol). Selain itu, anak yang ikut program SBB juga mempunyai skor

kemampuan verbal dan matematika yang lebih unggul dari kelompok lainnya.

Jika melihat latar belakang murid SBB dari kelas ekonomi bawah, yaitu sama

dengan latar belakang anak kontrol yang juga diteliti, seharusnya mereka

mempunyai pencapaian skor yang sama dengan anak kontrol tapi karena ia masuk

SBB pencapaian menjadi melonjak tinggi bahkan melebihi anak TK yang juga

diteliti dengan ekonomi yang lebih mampu. Hal ini memperlihatkan bahwa

pendidikan karakter melalui model character based integrated learning

curriculum yang diberikan telah berhasil membentuk karakter anak.

Character based integrated learning curriculum adalah kurikulum

pembelajaran terpadu yang berbasis karakter. Penerapan model ini sudah

dilakukan oleh Indonesia Haritage Foundation (IHF) untuk anak-anak usia

prasekolah melalui kegiatan SBB dan TK karakter. Kecakapan hidup dasar telah

dikemas dengan mengarahkan mata ajaran normatif (PPKn, Sejarah, Bahasa

Indonesia, Agama, Penjaskes, Kerteks) yang terfokus pada pembetukan karakter.

Manfaat yang telah diamati dari model pembelajaran ini adalah motivasi dan

antusias belajar peserta didik yang tinggi (Megawangi 2004).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pentingnya pendidikan karakter

pada keberhasilan akademik anak. Dalam bulletin Charakter Educator diuraikan

bahwa hasil studi Marvin Berkowith dari University of Missouri menunjukan

peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik pada sekolah yang

menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter membentuk kesehatan

emosi anak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, memberikan motivasi

belajar untuk kesuksesan dibidang akademik (Megawangi 2004).

Pola Asuh Akademik Remaja

Pola asuh akademik meliputi seberapa besar interaksi dan stimulasi yang

diberikan orangtua dalam hal dorongan untuk mencapai suatu prestasi dan

Page 38: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

14

umumnya berhubungan dengan prestasi anak di sekolah maupun di luar sekolah

yang terdiri dari pola asuh disiplin diri dan dukungan berprestasi. Pola asuh

disiplin diri adalah pola asuh untuk menanamkan sikap disiplin pada anak dalam

kehidupan sehari-hari, sedangkan pola asuh dukungan berprestasi adalah pola

asuh berupa dukungan untuk berprestasi (Hastuti 2008).

Orangtua harus mampu mengelola disiplin dan aturan dalam kehidupan

anak terutama dalam hal belajar. Belajar disiplin sebaiknya diterapkan semenjak

usia muda, agar kebiasaan ini sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam

pergaulan dan hubungan sosial dengan teman-temannya. Keberhasilan disiplin

diri menjadi pendukung kelancaran perkembangan kognitif dan prestasi belajar di

sekolah. Sementara kognitif yang tinggi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya

bila tidak didukung oleh faktor yang lain yaitu motivasi (Slameto 2003).

Pola asuh akademik yang diberikan orangtua adalah pemenuhan

kebutuhan pendidikan anak, baik yang berupa biaya sekolah, maupun dalam

bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan terhadap prestasi dan kemajuan belajar

anak. Pendidikan yang diberikan mencakup pendidikan formal, non-formal,

ataupun informal yang dapat memberikan bekal kepada anak untuk hidup mandiri

dan sesuai dengan minat dan bakat anak. Masa anak usia sekolah merupakan

periode dimana orangtua menanamkan ketekunan, kerajinan, dan kepercayaan diri

anak bahwa anak mampu mencapai prestasi yang diinginkannya (Hastuti 2008).

Erikson berpendapat bahwa perkembangan emosi positif sangat penting

dalam perkembangan jiwa anak, dan ini sangat tergantung pada peran orangtua

dan guru. Setiap anak akan dihadapkan pada dua keadaan yang saling bertolak

belakang, yaitu emosi positif dan negatif. Pada setiap tahap perkembangan,

seseorang akan mengalami konflik tarik menarik antara kedua emosi tersebut,

keberhasilan dalam mengelola konflik ini terwujud apabila anak dapat mencapai

emosi positif. Seorang anak dengan perkembangan emosi yang baik pada tahap

sebelumnya, berpotensi untuk berkembang ke arah yang positif, yaitu anak yang

penuh dengan kreatifitas, antusias dalam melakukan sesuatu, aktif bereksperimen,

berimajinasi, berani mencoba, berani mengambil resiko, dan senang bergaul

dengan kawannya (Megawangi et al. 2004).

Page 39: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

15

Menurut Hurlock (1991) orang tua harus dapat memberikan pola asuh

yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat

mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik sehingga dapat

memotivasi belajarnya. Pola asuh adalah sikap orang tua dalam membimbing

anak-anaknya. Perlakuan orang tua terhadap seorang anak akan mempengaruhi

bagaimana ia memandang, menilai, dan juga mempengaruhi sikap anak terhadap

orang tua serta kualitas hubungan yang berkembang di antara mereka.

Pengasuhan yang diberikan orang tua seperti lingkungan yang hangat dan

mendukung akan membuat anak merasa aman sehingga memungkinkan mereka

untuk meraih potensi sepenuhnya. Anak yang sukses dalam akademik adalah anak

yang mendapatkan dukungan dari keluarga. Keterlibatan orangtua dalam

pendidikan mengakibatkan anak mendapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi,

perilaku yang lebih baik di sekolah dan di rumah (Santrock 2007).

Dalam pola asuh akademik terdapat beberapa aspek yang berhubungan

dengan fungsi ekspresif dan perlu diperhatikan orangtua, yaitu penentuan jenis

sekolah yang sesuai dengan kebutuhan anak, keterlibatan orangtua dalam proses

belajar anak dan problem sosial anak di sekolah, kemampuan orangtua dalam

mengajarkan peraturan dan nilai pada anak, keterampilan orangtua dalam

mendorong prestasi belajar anak di sekolah, serta keterbukaan orangtua dalam

membentuk kerjasama dengan pihak sekolah, terutama untuk memantau prestasi

dan kemajuan belajar anak di sekolah (Hastuti 2008).

Kualitas pengasuhan pada anak usia 6 tahun keatas adalah orangtua yang

mengasuh dengan baik memberikan stimulasi lingkungan, dorongan, menciptakan

iklim, stimulasi aktif, melakukan partisipasi, memberikan reaksi emosi positif,

serta variasi pengalaman yang cukup memadai. Dengan pengasuhan yang baik

maka anak akan terdorong untuk melakukan perbuatan baik, mempunyai

kebiasaan hidup yang relatif lebih baik pula, serta menjadi anak yang lebih baik

karena dorongan dan teladan yang dibuat oleh orangtuanya (Hastuti 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Nurina (2004) bahwa pengasuhan anak

mempunyai pengaruh nyata positif terhadap prestasi belajar anak, yaitu aktivitas

pengasuhan anak yang berbentuk keterlibatan atau berpengaruh terhadap

pencapaian prestasi akademik anak artinya semakin baik pengasuhan anak maka

Page 40: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

16

semakin baik prestasi akademik. Seperti yang diungkapkan Gunarsa dan Gunarsa

(2004) bahwa hubungan suasana antara ibu dan anak dengan penuh kasih sayang

akan mendorong anak untuk memotivasi dalam mencapai prestasi belajar.

Peran pengasuhan ayah juga dapat mempengaruhi prestasi akademik anak.

Secara umum, ayah cenderung menerapakan gaya pengasuhan yang otoritas dan

merangsang realitas anak. Sedangkan ibu cenderung memberikan kesenangan

pada keinginan anak untuk memberi dorongan pada anak. Akan tetapi, pada

dasarnya dalam mengasuh anak, ayah dan ibu harus memiliki filosofi manajemen

yang sama. Orangtua yang efektif adalah orangtua yang senantiasa terlibat dalam

pendidikan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan anak termasuk

bertemu dengan guru di awal tahun pelajaran. Oleh karena itu, partisipasi

orangtua terhadap belajar anak merupakan sumbangan yang signifikan pada

prestasi akademik anak (Hawadi 2001).

Berns (1997) mengatakan bahwa peran sosial antar anggota keluarga

dibagi berdasarkan tugas dan distribusi tanggung jawab atau wewenang. Ketika

keluarga berada dalam keadaan harus memenuhi kebutuhannya sendiri, istri

bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan, pakaian, mengasuh anak,

mengatur rumah, memelihara binatang peliharaan, dan merawat kebun. Sementara

itu, secara tradisional suami atau ayah bertanggung jawab mendukung istri dan

anak-anaknya. Peran ayah yang istrinya bekerja adalah membantu mengurus

rumah tangga serta anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa fungsi pengasuhan

dijalankan secara bersama dan saling melengkapi antara suami dan istri.

Ketersedian Alat Stimulasi Akademik Remaja

Alat stimulasi akademik adalah fasilitas belajar yang disediakan untuk

menunjang dan menstimuli kegiatan belajar anak. Berdasarkan hasil penelitian

Hastuti (2006), ketersedian alat stimulasi akademik seperti buku, majalah, aneka

Alat Permainan Edukatif (APE) dapat meningkatkan kecerdasan majemuk anak.

APE adalah aneka permainan yang dapat menstimulasi tumbuh kembang anak.

Stimulasi orangtua merupakan faktor yang mempengaruhi secara

signifikan terhadap perkembangan kognitif anak. Di bidang pendidikan, orang tua

memiliki pengaruh besar terhadap prestasi akademik anak. Adapun peran yang

dapat orangtua lakukan untuk menunjang prestasi akademik anak antara lain,

Page 41: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

17

menyedikan tempat yang kondusif di rumah untuk anak belajar, menyediakan

buku-buku referensi sebagai sarana pembelajaran anak, mengatur waktu kegiatan

anak, memperhatikan kegiatan anak di rumah dan sekolah (Papalia & Olds 1989).

Hasil penelitian Wandini (2008) menunjukkan bahwa sebagian besar

contoh dengan fasilitas belajar sedang memiliki prestasi akademik pada kategori

sedang, sedangkan lebih dari separuh contoh dengan fasilitas belajar yang baik

memiliki prestasi akademik pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin baik fasilitas belajar anak, maka semakin baik prestasi akademiknya.

Faktor Karakteristik Remaja yang Berhubungan dengan Pola Asuh

Akademik dan Prestasi Akademik

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis masa remaja

adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana

anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan dalam

tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja

memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam berhubungan sosioal dengan

orang dewasa (Hurlock 1980).

Usia anak. Usia pubertas pada remaja menurut Hurlock (1980) dibagi

menjadi tiga kategori yaitu awal puber (11-12 tahun), pertengahan puber (12-15

tahun), dan akhir puber (15-16 tahun). Awal masa remaja biasanya disebut

sebagai “usia belasan”. Blos dalam Sarwono (2008) menjelaskan tahap usia

pubertas pada remaja yaitu:

1. Awal puber. Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

2. Pertengahan puber. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-

kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada

kecenderungan “narcistic” yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai

teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

3. Akhir puber. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek,

egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan

Page 42: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

18

dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuknya identitas, egosentrisme,

tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum.

Usia anak merupakan faktor yang dipertimbangkan orangtua dalam

mendidik anaknya. Orangtua harus mengetahui tahapan perkembangan anak

dalam setiap rentang usianya. Secara umum, tahapan perkembangan anak dapat

memberikan pengetahuan tentang aktivitas, materi, pengalaman, interaksi sosial

yang sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Pengetahuan ini

dapat digunakan dalam mendidik anak yang patut. Pendidikan yang patut adalah

pendidikan yang sesuai dengan umur, perkembangan psikologis, dan kebutuhan

spesifik anak sehingga anak akan merasa nyaman berada dalam lingkungannya

sehingga akan berpengaruh pada prestasinya di sekolah (Megawangi et al. 2004).

Anak selalu tertarik pada sesuatu yang baru. Namun, rasa ingin tau dan

dorongan untuk belajar semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia

anak. Hal ini terjadi apabila cara siswa dalam memperoleh mempengaruh

pengetahuan dan keterampilan dirasa begitu majemuk dan memakan waktu

sehingga membuat minatnya semakin menghilang (Hawadi 2001).

Jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan salah satu pertimbangan

orangtua dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Praktik pengasuhan yang

berbeda antar jenis kelamin disebabkan karena adanya pertumbuhan fisik,

perkembangan mental, dan sosial anak terutama pada masa akhir sekolah. Anak

laki-laki dianggap lebih diberi kesempatan untuk mandiri sehingga mereka lebih

menunjukkan inisiatif dan spontan (Hawadi 2001).

Pada dasarnya gaya pengasuhan tidak membedakan gender anak, karena

baik anak laki-laki maupun perempuan memerlukan gaya pengasuhan yang

mengarah pada gaya pengasuhan authoritative. Ini berarti baik anak laki-laki

maupun anak perempuan mempunyai hak yang sama untuk menerima kehangatan

dan kasih sayang dari orangtua, serta juga memiliki hak yang sama untuk

menerima pembatasan dan peraturan yang berhubungan dengan kehidupan untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan orangtua dan masyarakat. Namun

demikian, dalam pemberian pola asuh fisik/motorik, kognitif/intelektual, sosial

emosi, ataupun moral dan disiplin, terdapat keragaman pengasuhan sesuai dengan

kondisi biologis anak laki-laki dan perempuan yang berbeda (Hastuti 2008).

Page 43: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

19

Orangtua sering memiliki harapan yang berbeda terhadap remaja laki-laki

dan perempuan terutama pada masalah akademik (pelajaran matematika dan ilmu

pengetahuan). Banyak orangtua menganggap bahwa pelajaran matematika lebih

penting bagi masa depan anak laki-laki daripada perempuan, dan anggapan

orangtua tersebut mempengaruhi penilaian remaja terhadap prestasinya dalam

pelajaran matematika (Santrock 2007).

Faktor Karakteristik Keluarga yang Berhubungan

dengan Pola Asuh Akademik, Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik,

Besar keluarga. Besar keluarga menurut BKKN (1995) adalah

keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan

anggota keluarga lainnya. Besar keluarga terbagi tiga yaitu keluarga kecil (≤4

orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang).

Makin banyak anggota keluarga maka jumlah interaksi interpersonal yang

terjadi akan semakin kompleks. Keluarga besar yang terdiri dari banyak orang

akan membentuk corak hubungan yang semakin majemuk dan kemungkinan

terjadinya ketegangan antar anggota menjadi lebih besar (Guhardja et al. 1992).

Pada keluarga kecil pengasuhan orangtua umumnya bersifat demokratis

dan mampu mencurahkan waktu serta perhatian yang cukup pada anak. Namun,

orangtua cendrung menekan anak untuk mencapai prestasi akademik sehingga

orangtua cendrung membandingkan prestasi anaknya dengan yang lain.

Pengasuhan pada keluarga sedang, umumnya kurang demokratis dan bertambah

otoriter dengan meningkatnya anggota keluarga. Tekanan orangtua untuk prestasi

biasanya terpusat pada anak pertama. Selain itu, terdapat keterbatasan untuk

memberi fasilitas dan lambang status yang sama pada setiap anak. Pada keluarga

besar, pendidikan otoriter perlu diberikan untuk menghindari kekacauan.

Orangtua seringkali tidak mampu memberikan fasilitas dan lambang status yang

sama dengan teman sebaya anaknya (Hurlock 1980).

Pendidikan Orangtua. Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor

penting dalam tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik maka

orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pengasuhan

anak yang baik, menjaga kesehatan dan pendidikan anaknya. Setiap orangtua

Page 44: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

20

mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari segi kualitas maupun

kuantitas (Soetjiningsih 1995).

Tingkat pendidikan orangtua merupakan aspek yang mempengaruhi

keefektifan komunikasi dalam keluarga. Tingkat pendidikan yang dicapai

seseorang akan membentuk cara, pola dan karakter berpikir, presepsi,

pemahaman, dan kepribadian (Guhardja et al. 1992). Berdasarkan hasil penelitian

Hastuti (2006), keluarga dari kelompok TK pada umumnya memiliki kondisi

sosial ekonomi yang relatif lebih baik dilihat dari tingkat pendidikan ayah dan ibu

contoh. Orangtua dengan pendidikan tinggi mempunyai perhatian yang baik

dalam hal pendidikan anaknya, sehingga orangtua lebih cederung mengarahkan

anaknya untuk bisa belajar di lembaga pendidikan prasekolah misalnya

memasukan anaknya ke TK.

Pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga sangat berhubungan dengan

pola asuh yang diberikan orangtua kepada anaknya. Hasil penelitian Hastuti

(2006) menunjukan bahwa semakin besar pendapatan perkapita keluarga maka

semakin baik pola asuh yang diberikan orangtua kepada anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian Jaenne-Brooks (2003) kemiskinan di tahun-

tahun pertama kehidupan lebih baik bagi kelulusan sekolah dan prestasi pada usia

18 tahun dibandingkan dengan kemiskinan pada tahun-tahun menginjak remaja.

Tetapi kemiskinan tetap berefek negatif pada kehidupan anak karena anak-anak

dari keluarga miskin lebih mungkin menemui hambatan untuk berhasil. Hal ini

disebabkan karena sedikitnya mainan, kurangnya fasilitas belajar, dan komunikasi

yang jarang antara anak dan orangtua (Santrock 2007).

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) orangtua yang mempunyai

pendapatan tinggi dengan keadaan ekonomi baik akan memiliki lebih banyak

waktu untuk membimbing anak karena orangtua tidak lagi memikirkan tentang

keadaan ekonomi. Sedangkan, tingkat pendapatan yang rendah akan

menyebabkan orangtua kurang perhatian terhadap anak dan tidak mempunyai

Page 45: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

21

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga merupakan institusi pertama yang akan membentuk sumberdaya

manusia yang berkualitas untuk memajukan bangsa. Melalui lingkungan keluarga

anak tumbuh dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan model

ekologis Bronfenbrenner diacu dalam Santrock (2003) anak remaja berada dalam

lingkungan keluarga yaitu lingkungan mikrosistem. Lingkungan mikrosistem

merupakan lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi keluarga, sekolah,

peer group, dan tetangga.

Karakteristik keluarga yang meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua,

dan pendapatan orangtua diduga menentukan bagaimana pola asuh akademik dan

penyediaan stimulasi akademik orangtua terhadap anaknya. Besar keluarga diduga

berhubungan dengan pola asuh akademik yang akan berdampak pada prestasi

akademik anak. Menurut Hurlock (1980) besar keluarga akan mempengaruhi

pengasuhan dan fasilitas belajar yang disediakan orangtua. Semakin besar

keluarga maka semakin sedikit fasilitas yang mampu disediakan orangtua. Secara

langsung atau tidak langsung kedua hal tersebut akan mempengaruhi prestasi

akademik anak di sekolah.

Pendidikan orangtua juga merupakan salah satu faktor penting dalam

tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat

menerima segala informasi dari luar terutama tentang pengasuhan anak yang baik,

menjaga kesehatan, dan pendidikan anaknya (Soetjiningsih 1995). Pendapatan

orangtua juga diduga sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak

karena pendapatan orangtua berhubungan dengan pola asuh yang diberikan

orangtua kepada anaknya. Hasil penelitian Hastuti (2006) menunjukan bahwa

semakin besar pendapatan perkapita keluarga maka semakin baik pola asuh yang

diberikan orangtua kepada anaknya. Selain karakteristik keluarga, karakteristik

remaja yang meliputi usia dan jenis kelamin juga diduga berhubungan dengan

pemberian pola asuh akademik oleh orangtua kepada anaknya.

Menurut Bloom dalam Arikunto (1990) prestasi merupakan kecakapan

atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada periode tertentu. Berdasarkan

pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai

siswa dalam proses pembelajaran di sekolah yang dicerminkan dari nilai rapor.

Page 46: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

22

Karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola asuh akademik, ketersediaan alat

stimulasi akademik, dan latar belakang pendidikan prasekolah diduga

berhubungan dengan prestasi akademik anak remaja.

Anak yang sukses dalam akademik pada umumnya adalah anak yang

mendapatkan dukungan dari keluarga, seperti dukungan agar berprestasi baik.

Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak mengakibatkan anak mendapatkan

nilai rata-rata yang lebih tinggi, perilaku yang lebih baik di sekolah dan di rumah

(Santrock 2007). Dengan kata lain, pola asuh akademik yang diberikan orangtua

diduga berhubungan dengan prestasi akademik anak.

Papalia dan Olds (1989) mengungkapkan bahwa stimulasi orangtua

merupakan faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap perkembangan

kognitif seorang anak. Di bidang pendidikan, orang tua memiliki pengaruh besar

terhadap prestasi akademik anak. Adapun peran yang dapat orangtua lakukan

untuk menunjang prestasi akademik anak antara lain, menyediakan tempat yang

kondusif di rumah untuk anak belajar, menyediakan buku-buku referensi sebagai

sarana pembelajaran anak, mengatur waktu kegiatan anak, memperhatikan

kegiatan anak di rumah dan sekolah. Hasil penelitian Wandini (2004) menemukan

bahwa semakin baik fasilitas belajar yang orangtua sediakan, maka semakin baik

prestasi akademik anak.

Pendidikan usia dini merupakan dimensi yang sangat penting dalam

perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan Pendidikan Anak Usia Dini

merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak hingga

dewasa. Pendidikan bagi anak usia prasekolah merupakan dasar pertama dalam

mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosi, konsep diri,

disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Santrock 2007).

Banyak program prasekolah yang terbukti menghasilkan dampak positif

pada pembelajaran anak-anak, tetapi pengaruh yang timbul bervariasi sesuai

dengan ketekunan anak. Efek yang dihasilkan adalah prestasi yang lebih tinggi,

jumlah anak yang lebih rendah dalam pengulangan kelas/pendidikan khusus, dan

lebih tinggi pencapaian tingkat pendidikan. Pengaruh dari program prasekolah

juga terkait dengan menurunnya kenakalan dan kejahatan di masa kanak-kanak

dan masa dewasa. Bukti kuat menunjukkan bahwa ekonomi keluarga menengah

Page 47: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

23

ke bawah dan dari semua latar belakang sosial ekonomi mendapat manfaat jangka

panjang dari pendidikan prasekolah (Bernett 2008).

Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.

Banyak pakar mengemukakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada

seseorang sejak usia dini akan membantuk pribadi yang bermasalah di masa

dewasanya kelak. Pendidikan usia dini merupakan investasi jangka panjang

seorang anak di masa depannya. Oleh sebab itu, pendidikan berkarakter yang

berkualitas perlu dibentuk sejak usia dini (Megawangi 2004).

Selain itu, faktor-faktor yang mendukung prestasi akademik remaja

diantaranya adalah Intelligence Quotient, Emotional Quotient, aktivitas

ekstrakurikuler, peergroup, metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah,

sarana dan prasarana belajar di sekolah, serta aktivitas ekstrakulikuler (Dimyati &

Mudjiono 2006). Namun, dalam penelitian ini hanya akan dilihat bagaimana

hubungan latar belakang pendidikan prasekolah, pola asuh akademik, dan

ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi akademik. Kerangka

pemikiran yang menggambarkan hubungan karakteristik remaja, karakteristik

keluarga, pola asuh akademik, ketersedian alat stimulasi akademik, dan prestasi

akademik remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 48: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

24

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Variabel yang ditelit = Hubungan yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik Remaja

Usia anak

Jenis kelamin

Latar Belakang Pendidikan

Prasekolah (SBB, TK,

tidak mengikuti

pendidikan

prasekolah/kontrol)

Prestasi Akademik Remaja

(Nilai Rapor)

Pola Asuh

Akademik Remaja

Metode

Pembelajaran di

Sekolah

Sarana dan

Prasarana belajar

di sekolah

Aktivitas

Ekstrakulikuler

Akt

Peergroup

Intelligence Quotient

Emotional Quotient

Karakteristik Keluarga

Pendapatan perkapita

keluarga

Besar keluarga

Pendidikan Orangtua

Ketersedian Alat Stimulasi Akademik

Remaja

Page 49: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

25

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan

oleh Hastuti (2006) dengan judul “Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada

Pembentukan Anak Sehat, Cerdas, dan Berkarakter”. Desain yang digunakan

dalam penelitian adalah cross sectional study. Data dikumpulkan dalam waktu

tertentu dan tidak berkelanjutan. Metode pengumpulan data adalah metode survei

karena mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun & Effendi 1991).

Penelitian ini merupakan penelitian bersama (payung) yang berjudul “Pengaruh

Kualitas Pengasuhan, Peer Group, dan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah

terhadap Kecerdasan, Karakter, dan Perilaku Sosial Remaja”.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pola asuh akademik, ketersedian

alat stimulasi akademik dan prestasi akademik remaja yang memiliki latar

belakang pendidikan prasekolah yang berbeda di Kelurahan Sukasari dan Desa

Situ Udik. Penelitian ini melibatkan anak yang memiliki latar belakang SBB

(Sekolah Semai Benih Bangsa) dan TK. SBB adalah kelompok prasekolah

(sekarang kelompok PAUD) yang didirikan oleh yayasan Indonesia Heritage

Foundation (IHF). SBB ini diperuntukan bagi kelompok masyarakat menengah ke

bawah yang berdasarkan konsep pendidikan holistik berbasis karakter dengan

metode belajar sesuai kaidah pembelajaran yang patut. Sebagai pembanding akan

diteliti pula anak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan prasekolah.

Pemilihan wilayah dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di

Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dan Desa Situ Udik,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dengan

mempertimbangkan bahwa kedua tempat tersebut memenuhi persyaratan, yaitu

lokasi yang merupakan tempat SBB dengan lulusan yang sudah memasuki usia

remaja. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2010.

Cara Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah contoh yang berasal dari penelitian

yang dilakukan oleh Hastuti (2006) di Kelurahan Sukasari dan Situ Udik. Contoh

Page 50: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

26

adalah anak yang mempunyai latar belakang pendidikan SBB, TK, dan yang tidak

memiliki latar belakang pendidikan prasekolah. Jumlah contoh pada penelitian

Hastuti (2006) adalah 356 orang. Dari 356 contoh di tiga lokasi terdapat 236

orang anak di Kelurahan Sukasari dan Desa Situ Udik. Oleh karena penelitian ini

memfokuskan pada usia remaja maka terdapat 119 orang yang masuk kriteria ini

yaitu pada selang usia 11 sampai 16 tahun.

Penelitian ini mendapat kendala pada saat pengambilan data sehingga 119

orang yang akan menjadi contoh dalam penelitian ini tidak dapat terpenuhi. Hal

ini dikarenakan terdapat 32 keluarga contoh tidak bertempat tinggal di alamat

yang tercantum dan tidak dapat dilacak lagi keberadaannya, sehingga jumlah

contoh dalam penelitian ini menjadi 87 orang. Contoh yang diperoleh adalah 27

orang dari latar belakang SBB, 31 orang dari TK, dan 29 orang dari kontrol.

Jumlah contoh laki-laki sebanyak 46 orang dan contoh perempuan sebanyak 41

orang. Penarikan contoh penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Penarikan contoh penelitian berdasarkan usia contoh

Latar Belakang Pendidikan Prasekolah

Lokasi Jumlah Sukasari Situ Udik

SBB 17 10 27

TK 14 17 31 Kontrol (non SBB/TK) 16 13 29

Total 47 40 87

Jenis dan Cara pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpul data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan

wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

yang relevan dengan variabel yang diteliti, serta telah diuji reliabilitas dan

validitasnya. Data primer meliputi karakteristik contoh (usia dan jenis kelamin),

karakteristik keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan

keluarga, besar keluarga), ketersedian alat stimulasi akademik, pola asuh

akademik, dan nilai rapor. Try out kuesioner dilakukan untuk menguji validitas

dan reliabilitas alat ukur dengan sebelum penelitian dilakukan dan dilakukan uji

alpha cronbach. Data sekunder yang diambil antara lain gambaran umum

Page 51: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

27

monografi wilayah penelitian, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat

yang didapat dari kantor Kelurahan Sukasari dan Desa Situ Udik. Jenis dan cara

pengumpulan data disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis Data Variabel Skala Data Jumlah Butir

Pertanyaan

Primer Karakteristik anak remaja

- Usia (tahun) Rasio

- Jenis kelamin

-Latar belakang pendidikan

prasekolah

Nominal

Nominal

Primer Karakteristik keluarga

- Pendidikan orangtua (tahun) Rasio

- Pekerjaan orangtua Nominal - Pendapatan perkapita

keluarga (per bulan)

Rasio

- Besar keluarga (orang) Rasio

Primer Ketersedian alat stimulasi

akademik

Rasio 9 butir

Primer Pola asuh akademik

- pola asuh disiplin diri Ordinal 10 butir - pola asuh berprestasi Ordinal 10 butir

Primer Prestasi akademik Rasio 7 mata pelajaran

Sekunder Data monografi, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi

Kelurahan Sukamulya dan

Desa Situ Udik

Pengukuran, Pengolahan, dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scorring, entry,

cleaning, dan analyzing. Data akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial

dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Package for Social

Sciences) for windows versi 17.0. Pengontrolan kualitas data dilkukan melalui uji

reliabilitas instrumen pola asuh akademik. Hasil uji Cronbach Alpha menunjukan

reliabilitas instrumen pola asuh akademik sebesar 0,659 (Lampiran 1).

Karakteristik anak meliputi jenis kelamin dan usia anak. Jenis kelamin

anak di beri nilai 0 jika perempuan dan 1 jika laki-laki. Usia anak dikelompokkan

ke dalam kategori usia antara 11-12 tahun (awal puber), 12-15 tahun (pertengahan

puber), dan 15-16 tahun (akhir puber).

Karakteristik keluarga meliputi pendidikan orangtua, pendapatan perkapita

keluarga (per bulan), dan besar keluarga. Tingkat pendidikan orangtua contoh

Page 52: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

28

diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti

orangtua contoh, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Orangtua yang

tingkat pendidikannya tidak tamat SD diberi skor 1, SD diberi skor 2, SLTP diberi

skor 3, SMU diberi skor 4, dan PT diberi skor 5. Pendapatan keluarga

dikelompokkan berdasarkan pendapatan perkapita Jawa Barat (2009) yaitu miskin

(<Rp191.985), hampir miskin (Rp191.985-Rp239.981), hampir tidak miskin

(Rp239.981-Rp287.977), dan tidak miskin (>Rp287.977). Besar keluarga

dikelompokkan kedalam kategori kecil (≤4), sedang (5-7), dan besar (>7).

Pola asuh akademik terdiri dari 20 pertanyaan yaitu masing-masing 10

pertanyaan untuk pola asuh disiplin diri dan pola asuh dukungan berprestasi

dengan memodifikasi instrumen Mafriana (2003) dan Hastuti (2006). Untuk

melihat baik atau tidaknya pola asuh akademik orangtua dilakukan scoring

sebagai berikut: diberi skor 2 untuk intensitas sering, skor 1 untuk intensitas

kadang-kadang, dan skor 0 untuk intensitas yang tidak pernah.

Alat stimulasi akademik terdiri dari delapan item pertanyaan mencakup

buku-buku pelajaran, lembar kerja siswa, kamus (Bahasa Indonesia/Bahasa

Inggris), buku-buku cerita/novel, buku harian/diary, buku gambar, alat

menggambar, dan komputer). Ada atau tidaknya alat stimulasi akademik yang

dimiliki anak dinyatakan dengan skor 0 untuk tidak ada dan skor 1 untuk ada.

Prestasi akademik dilihat dari nilai rapor dari 7 mata pelajaran pada

semester terakhir (dua atau empat). Nilai prestasi akademik siswa tersebut

meliputi mata pelajaran yang umum dipelajari di sekolah, yaitu Pendidikan

Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Inggris, Matematika. Nilai rapor

dikelompokan berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu kurang (<

60,00), cukup (60.00-70.00), baik (70,10-75,00), dan sangat baik (>75).

Sistem skoring pada seluruh variable dibuat konsisten yaitu semakin tinggi

skor maka semakin tinggi kategorinya. Setelah itu dijumlahkan dan dikategorikan

dengan menggunakan teknik skoring secara normatif . Teknik ini digunakan untuk

variabel pola asuh akademik dan ketersediaan alat stimulasi akademik.

Page 53: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

29

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (Sma) - Skor Minimum (Smi)

Jumlah kategori

Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut:

Rendah/Kurang = Smi sampai (Smi + IK)

Sedang = (Smi + IK)+1 sampai (Smi +2IK)

Tinggi/ Baik = (Smi 2IK)+1 sampai Sma

Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Uji deskriptif digunakan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat

sebaran statistik deskriptif contoh menurut variabel yang diteliti.

2. Uji beda yang digunakan adalah uji beda Annova untuk data parametrik atau

data rasio, uji beda Kruskall Wallis untuk non parametrik atau data ordinal.

Uji beda dilakukan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat ada

tidaknya perbedaan pada masing-masing variabel di tiga kelompok contoh

(SBB, TK, dan kontrol).

3. Uji korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antar variabel

(karakteristik contoh, karakteristik keluarga, pola asuh akademik, ketersediaan

alat stimulasi akademik, dan prestasi akedemik).

Definisi Operasional

Remaja adalah individu yang berusia antara 11 sampai 16 tahun di Desa Situ

Udik dan Kelurahan Sukasari yang mempunyai latar belakang

pendidikan prasekolah (SBB, TK, Kontrol).

Karakteristik remaja adalah ciri yang melekat pada remaja yang diukur

berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Karakteristik keluarga adalah ciri yang melekat pada keluarga diukur dari besar

keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan ayah, dan pendapatan keluarga

total dalam 1 bulan.

Tingkat pendidikan orangtua adalah pendidikan formal terakhir yang pernah

diikuti oleh orangtua contoh (ayah atau ibu) yang dilihat dengan

memiliki surat tanda tamat belajar/ijazah, meliputi Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

Page 54: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

30

dan Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan orangtua dinyatakan dengan

lama tahun.

Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan ayah yang meliputi Buruh, Petani, Swasta,

Wiraswasta, Pegawai Negri Sipil (PNS/TNI/ABRI), Pensiunan, Ibu

Rumah Tangga.

Pendapatan keluarga adalah penghasilan perbulan yang diperoleh oleh orang tua

contoh (ayah dan ibu) serta anggota keluarga lain dalam keluarga yang

dinilai dengan rupiah per bulan.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak

dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah. Besar

keluarga dinyatakan dalam orang.

Latar belakang pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diikuti anak

sebelum memasuki Sekolah Dasar. Pendidikan prasekolah yang akan

dilihat adalah SBB, TK, dan anak yang tidak pernah masuk TK maupun

SBB.

Pola Asuh Akademik adalah pola asuh atau interaksi yang diberikan orangtua

dalam memberikan stimuli kepada anak untuk mencapai suatu prestasi.

Pola asuh akademik dalam penelitian ini adalah pola asuh yang

diberikan orangtua saat ini pada anak remajanya yang meliputi pola asuh

disiplin diri dan pola asuh dukungan berprestasi. Pola asuh akademik

dinyatakan dalam jumlah skor.

Alat stimulasi akademik adalah peralataan yang dimiliki oleh responden saat ini

untuk menunjang prestasi akademik berupa buku pelajaran, lembar kerja

siswa, kamus, buku-buku cerita, buku harian, buku gambar, alat

menggambar, dan komputer. Alat stimulasi akademik dinyatakan dalam

jumlah skor.

Prestasi akademik adalah nilai rapor per mata pelajaran dan rata-rata nilai rapor

dari mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan

(PKN), Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Page 55: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Situ Udik

Desa Situ Udik merupakan salah satu Desa di Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor. Secara geografis, Desa Situ Udik berbatasan dengan beberapa

wilayah yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Situ Ilir Cibungbulang,

sebelah Selatan Desa Pasarean Pamijahan, sebelah Barat Desa Cimayang

Pamijahan, dan sebelah Timur Desa Karacak Leuwiliang.

Desa Situ Udik memiliki luas wilayah 370.150 Ha, 460 M diatas

permukaan laut yang terdiri dari 100 Ha lahan untuk pemukiman umum, 5 Ha

lahan untuk peribadatan, 5 Ha lahan untuk pemakaman, 4,5 Ha lahan untuk jalan

umum, 1,2 Ha lahan untuk sekolah, 0,5 Ha lahan untuk pertokoan/perdagangan,

1070 M2

lahan untuk perkantoran desa, dan 1,5 Ha lahan untuk lainnya. Desa ini

memiliki rata-rata curah hujan sebesar 3009 mm per tahun dengan suhu rata-rata

harian 19o C.

Desa Situ Udik terbagi menjadi 12 Rukun Warga dan 43 Rumah Tangga.

Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah sebanyak 13.668 jiwa yang terdiri dari

7.043 jiwa penduduk laki-laki dan 6.625 jiwa penduduk perempuan dengan

kepadatan penduduk sebesar 4.556 jiwa per kilometer persegi. Desa Situ Udik

merupakan desa dengan luas dataran 300 Ha dan perbukitan/pegunungan seluas

71 Ha. Sumber pendapatan utama penduduk hampir sebagian besar berasal dari

pertanian dan perkebunan.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Situ Udik adalah sebagai

buruh yaitu sebanyak 1.511 jiwa dan sebagai petani/peternak sebanyak 1.403

jiwa. Sisanya 421 jiwa sebagai wiraswasta, 242 jiwa sebagai pegawai swasta, 232

jiwa sebagai pegawai negeri sipil (PNS), 105 jiwa sebagai pengusaha kecil, dan

40 jiwa sebagai pensiunan PNS/ABRI.

Kelurahan Sukasari

Kelurahan Sukasari terletak di wilayah Kecamatan Bogor Timur dengan

luas sekitar 48 Ha. Secara geografis, Kelurahan Sukasari berbatasan dengan

beberapa wilayah yaitu sebelah Utara adalah Kelurahan Babakan Pasar, sebelah

Page 56: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

32

Timur berbatasan dengan Kelurahan Baranangsiang, sebelah Barat berbatasan

dengan Bondongan, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Tajur.

Kelurahan Sukasari memiliki luas 48 hektar yang terdiri dari 7 Rukun

Warga (RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan data potensi

sumberdaya manusia tahun 2009, jumlah kepala keluarga di Kelurahan Sukasari

adalah sebanyak 2.543 kepala dengan jumlah penduduknya sebanyak 11.263

jiwa yang terdiri dari 5.668 jiwa penduduk laki-laki dan 5595 jiwa penduduk

perempuan.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kelurahan Sukasari adalah

sebagai karyawan perusahaan swasta yaitu sebanyak 225 jiwa, wiraswasta

sebanyak 157 jiwa, pengusaha kecil dan menengah sebanyak 100 jiwa, pembantu

rumah tangga sebanyak 70 jiwa, pegawai negeri sipil sebanyak 87 jiwa, dan

pensiunan PNS/TNI/POLRI sebanyak 30 jiwa. Penduduk di Kelurahan Sukasari

sebagian besar menganut agama islam (8.926 orang), Kristen (1.350 orang),

Khatolik (829 orang), serta sisanya adalah Hindu, Budha, dan Khonghucu.

Sebagian besar penduduk Kelurahan Sukasari memiliki tingkat pendidikan

tamat SD atau sederajat yaitu sebanyak 2.927 jiwa. Sementara itu, penduduk yang

memiliki tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 1.620, tamat SMP sebanyak

1.560 jiwa, dan tamat akademi atau D1-D3 sebanyak 124 jiwa. Sisanya adalah

tamat perguruan tinggi sebanyak 89 jiwa dan tidak tamat SD yaitu 290 jiwa.

Jumlah penduduk wajib belajar 9 tahun usia 7-15 tahun berjumlah 2494 jiwa

terdiri dari 1.987 jiwa masih sekolah dan 79 jiwa tidak sekolah.

Karakteristik Contoh

Usia Contoh

Usia contoh pada penelitian ini berkisar antara 11 sampai 16 tahun. Usia

pubertas menurut Hurlock (1980) dibagi menjadi tiga kategori yaitu puber awal

(11-12 tahun), pertengahan puber (12-15 tahun), dan akhir puber (15-16 tahun).

Berdasarkan Tabel 3, sebaran usia contoh pada tiga kelompok (SBB, TK,

dan kontrol) menunjukan sebagian besar contoh tersebar pada kategori usia

pertengahan puber (12-15 tahun) yaitu 82,2 persen pada kelompok SBB, 100

persen pada kelompok TK, dan 79,3 persen pada kelompok kontrol. Hanya

sebagian kecil berada pada kategori usia akhir puber (15-16 tahun) yaitu terdapat

Page 57: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

33

satu orang (3,4 persen) pada kelompok kontrol. Rata-rata usia anak pada

kelompok TK menunjukan kecenderungan yang lebih tinggi dibanding anak pada

kelompok SBB dan kontrol. Namun, hasil uji beda Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan usia contoh (p>0,05) pada ketiga kelompok contoh.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia dan kelompok

Usia Contoh SBB TK Kontrol

n % n % n %

Awal puber (11-12) 4 14,8 0 0 5 17,2

Pertengahan puber (12-15) 23 85,2 31 100 23 79,3

Akhir puber (15-16) 0 0 0 0 1 3,4

Total 27 100 31 100 29 100

Mean ± std (tahun) 13,1 ±0,88 13,5 ±0,74 13,4 ±1,15 P-value 0,424

Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga memegang peranan yang penting dalam perkembangan

fisik dan mental seorang anak. Dalam hal anak yang baru lahir misalnya, jumlah

anak laki-laki sedikit lebih besar daripada anak perempuan, tetapi anak perempuan

kemudian tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki. Demikian juga dalam hal

kematangannya, anak perempuan lebih dahulu matang dari anak laki-laki.

Contoh yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 87 responden

dengan latar belakang pendidikan prasekolah yang berbeda. Berdasarkan Tabel 4,

diketahui bahwa secara keseluruhan contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak dibanding perempuan, yaitu 51,9 persen pada SBB, 61,3 persen pada TK,

dan 44,8 persen pada kelompok kontrol. Namun, contoh pada kelompok kontrol

yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kelompok

Jenis Kelamin SBB TK Kontrol

n % n % N %

Laki-laki 14 51,9 19 61,3 13 44,8

Perempuan 13 48,1 12 38,7 16 55,2

Total 27 100 31 100 29 100

Pendidikan Contoh

Contoh pada penelitian ini terdiri dari dua jenjang pendidikan yaitu

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sebagian besar contoh

Page 58: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

34

merupakan siswa yang bersekolah pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah

Pertama yang duduk di kelas satu dan dua yaitu sebanyak 71 orang, sedangkan

sisanya sebanyak 16 orang merupakan siswa Sekolah Dasar yang duduk di kelas

enam, baik yang berasal dari sekolah Negeri maupun Swasta. Contoh yang berasal

dari sekolah negri berjumlah 50 orang dan swasta berjumlah 37 orang.

Karakteristik Keluarga Contoh

Besar Keluarga

Besar keluarga menurut BKKN (1995) adalah keseluruhan jumlah anggota

keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Besar

keluarga terbagi tiga yaitu keluarga kecil (kurang sama dari 4 orang), keluarga

sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (lebih dari 7 orang).

Berdasarkan Tabel 5, presentasi terbesar contoh dari ketiga kelompok

berasal dari keluarga kategori sedang (4-7 orang) dengan persentasi SBB sebesar

59,3 persen, TK sebesar 51,6 persen, dan kontrol sebesar 41,4 persen. Rata-rata

besar keluarga menunjukkan contoh dari keluarga kelompok kontrol memiliki

jumlah anggota keluarga yang lebih banyak dibandingkan kelompok SBB dan

TK. Hasil uji Anova (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara

besar keluarga pada ketiga latar belakang prasekolah.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan kelompok

Besar Keluarga SBB TK Kontrol

n % n % n %

Kecil ( ≤ 4) 5 18,5 5 16,1 1 3,4

Sedang (5-7) 16 59,3 16 51,6 12 41,4

Besar (>7) 6 22,2 10 32,3 16 55,2

Total 27 100 31 100 29 100

Mean ± std (orang) 5,89±1,65 6,06±1,65 6,96±2,09

P-valeu 0,049**

**) signifikan pada p<0,05

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orangtua contoh berkisar antara tidak sekolah sampai dengan

tamat perguruan tinggi dengan lama pendidikan dari nol sampai 16 tahun. Tabel 6

menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan orangtua contoh dalam penelitian

Page 59: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

35

ini adalah tamat sekolah dasar. Presentasi ayah dengan pendidikan tamat sekolah

dasar sebesar 46 persen dan presentasi ibu sebesar 57,5 persen.

Contoh dari kelompok kontrol memiliki persentasi terbesar ayah dengan

pendidikan tamat sekolah dasar (65,5 persen). Hanya ayah dari kelompok TK

yang memiliki pendidikan tamat perguruan tinggi (9,7 persen). Sementara itu,

rataan lama tahun pendidikan ayah kelompok TK lebih tinggi dibandingkan

dengan SBB dan kontrol yaitu 9,4 tahun. Hal ini karena ekonomi keluarga TK

lebih baik dibandingkan SBB dan kontrol. Berdasarkan hasil uji beda, terdapat

perbedaan (p<0,05) lama pendidikan ayah contoh pada ketiga kelompok.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan kelompok

Pendidikan Orangtua SBB TK Kontrol

n % n % N %

Ayah Tidak sekolah 1 3,7 1 3,2 2 6,9

Tamat SD 10 37,0 11 35,5 19 65,5

Tamat SMP 7 25,9 5 16,1 4 13,8

Tamat SMA 9 33,3 11 35,5 4 13,8 Tamat Perguruan Tinggi 0 0 3 9,7 0 0

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (tahun) 8,5±0,93 9,4±1,12 7,1±0,81

P-value (K-W) 0,011**

Ibu

Tidak sekolah 0 0 0 0 3 10,3

Tamat SD 18 66,7 13 41,9 19 65,5 Tamat SMP 4 14,8 12 38,7 5 17,2

Tamat SMA 5 18,5 5 16,1 2 6,9

Tamat Perguruan Tinggi 0 0 1 3,2 0 0

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (tahun) 7,5±0,80 8,4±0,83 6,6±0,73

P-value (K-W) 0,016**

**) signifikan pada p<0,05

Ibu pada kelompok TK memiliki rataan lama tahun pendidikan yang

paling tinggi diantara ketiga kelompok yaitu 8,4 tahun. Sama halnya dengan

pendidikan ayah, hanya ibu pada kelompok TK yang memiliki pendidikan hingga

perguruan tinggi. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan (p<0,05) lama

pendidikan ibu contoh pada ketiga kelompok (Tabel 6).

Hasil penelitian menunjukan bahwa orangtua dari kelompok TK lebih

tinggi tingkat pendidikannya dibandingkan orangtua dari kelompok SBB dan

kontrol. Hal ini akan menentukan kualitas pengasuhan yang diberikan kepada

Page 60: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

36

anak-anaknya, seperti dinyatakan oleh Soetjiningsih (1995) bahwa pendidikan

orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak,

dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat menerima segala informasi

dari luar terutama tentang pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan dan

pendidikan anaknya. Setiap orangtua menpunyai tingkat pendidikan yang

berbeda-beda dari segi kualitas maupun kuantitas.

Pekerjaan Orangtua

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7, diketahui bahwa persentasi

terbesar ayah contoh dari kelompok SBB (37 persen) dan TK (35,5 persen)

memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta, sedangkan ayah dari kelompok

kontrol sebagian besar bekerja sebagai buruh (34 persen). Terdapat 6,9 persen dari

kontrol yang tidak memiliki pekerjaan. .

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan kelompok

Pekerjaan Orangtua SBB TK Kontrol

n % n % n %

Pegawai Negeri Sipil 0 0 6 19,4 0 0

Petani 0 0 0 0 2 6,9

Wiraswasta 10 37,0 11 35,5 9 31,0

Sopir 3 11,1 0 0 4 13,8

Buruh 8 29,6 8 25,8 10 34,5

Pekerja Swasta 5 18,5 4 12,9 2 6,9

Pensiunan 1 3,7 2 6,4 0 0

Tidak bekerja 0 0 0 0 2 6,9

Total 27 100 31 100 29 100

Pendapatan Per Kapita Keluarga

Berdasarkan data BPS tahun 2009, batas garis kemiskinan di Jawa Barat

yang dilihat dari pendapatan per kapita adalah sebesar Rp 191.985. Tabel 10

menunjukkan bahwa kelompok kontrol merupakan kelompok yang paling banyak

memiliki pendapatan per kapita keluarga dibawah Rp 191.985 (kategori miskin)

yaitu sebesar 65,5 persen dan hanya 6,9 persen yang tergolang keluarga tidak

miskin (pendapatan per kapita diatas (Rp 287.977). Umumnya alasan mereka

tidak masuk kelompok prasekolah karena faktor biaya sekolah yang cukup tinggi

yang tidak dapat dipenuhi oleh keluarga tersebut (Hastuti 2006).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan dan kelompok

Page 61: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

37

Tingkat Pendapatan Per Kapita Per Bulan

SBB TK Kontrol

n % n % n %

< Rp191.986 13 48,1 15 48,4 19 65,5

Rp191.985 - Rp239.981 4 14,8 3 9,7 7 24,1

Rp239.981 - Rp287.977 3 11,1 3 9,7 1 3,4

> Rp287.977 7 25,9 10 32,3 2 6,9

Total 27 100 31 100 29 100

Mean ± std (rupiah) 248.500±220.676 256.590±215.891 161.500±157.291

P-valeu 0,048**

**) signifikan pada p<0,05

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa hanya kelompok kontrol yang memiliki

rata-rata pendapatan di bawah Rp 191.985. Dibandingkan dengan rata-rata

pendapatan per kapita kelompok SBB (Rp 248.500) dan kontrol (Rp 161.500),

maka rata-rata pendapatan per kapita TK adalah yang tertinggi yaitu Rp 256.590.

Hal ini menandakan bahwa ekonomi keluarga kelompok TK lebih baik dibanding

kelompok lainnya. Hasil uji beda Anova menunjukkan adanya perbedaan (p<0,05)

pendapatan per kapita keluarga contoh pada ketiga kelompok.

Hasil penelitian menunujukan bahwa pendapatan per kapita kelompok

SBB saat ini berada pada urutan ke dua setelah kelompok TK yang berarti terjadi

peningkatan kesejahteraan ekonomi pada keluarga kelompok SBB. Berdasarkan

Hastuti (2006), kelompok SBB memiliki pendapatan per kapita keluarga paling

rendah dibandingkan kelompok contoh TK dan kontrol serta masuk dalam

kategori miskin karena sasaran kelompok belajar prasekolah SBB memang

ditujukan untuk masyarakat pra sejahtera. Hal ini berarti terdapat perubahan

dalam hal status ekonomi saat ini pada kelompok SBB dibandingkan pada

penelitian sebelumnya.

Pola Asuh Akademik

Pola asuh akademik yang diberikan orangtua adalah pemenuhan

kebutuhan pendidikan bagi anak, baik yang berupa biaya sekolah, maupun dalam

bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orangtua terhadap prestasi dan

kemajuan belajar anak. Pola asuh akademik meliputi seberapa besar interaksi dan

stimulasi yang diberikan orangtua dalam hal dorongan untuk mencapai suatu

prestasi, dan umumnya berhubungan dengan prestasi anak di sekolah maupun di

luar sekolah yang terdiri dari pola asuh disiplin diri dan pola asuh dukungan

berprestasi. Pola asuh asuh disiplin diri adalah pola asuh yang diberikan orangtua

Page 62: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

38

untuk menanamkan sikap disiplin pada anak dalam kehidupan sehari-hari,

sedangkan pola asuh dukungan berprestasi adalah pola asuh yang diberikan

orangtua berupa dukungan untuk berprestasi (Hastuti 2008).

Pada penelitian ini, pola asuh yang diberikan oleh orangtua kepada

anaknya adalah pola asuh disipilin diri dan pola asuh dukungan berprestasi.

Pemenuhan pola asuh disipilin diri menunjukan bahwa hampir seluruh ibu contoh

pada ketiga kelompok prasekolah menjawab sering menyuruh contoh untuk

mengaji, yaitu 92,6 persen SBB, 87,1 persen TK, dan 86,2 persen kontrol serta

mencontohkan untuk sholat tepat waktu, yaitu 85,2 persen SBB, 90,3 persen TK,

dan 79,3 persen kontrol (Lampiran 2).

Hal ini berarti bahwa ibu pada ketiga kelompok menginginkan anaknya

disipilin dalam bidang agama. Disipilin adalah salah satu metode pengasuhan

yang efektif untuk anak karena disiplin yang baik adalah upaya pencegahan

prilaku negatif dan dorongan untuk terbentuknya prilaku positif (Hastuti 2008).

Islam telah mengajarkan disiplin kepada anak sejak dini, orangtua berperan

mendisiplinkan anak untuk mengerjakan sholat, beribadah dan beraktivitas

lainnya. Islam memerintahkan sholat sebagai sebuah ibadah yang mengatur

disiplin waktu, gerak, dan bacaan. Dengan kedisiplinan dalam mengerjakan sholat

akan mewarnai kedisiplinan anak dalam kehidupannya (Prayitno 2004).

Pemenuhan pola asuh dukungan berprestasi menunjukan bahwa hampir

seluruh ibu contoh pada ketiga kelompok prasekolah menegur contoh jika

menonton televisi/main seharian, yaitu 96,3 persen pada kelompok SBB, 80,6

persen pada kelompok TK, dan 75,9 persen pada kelompok kontrol. Hal ini

dikarenakan ibu contoh tidak ingin jika contoh terlalu banyak bermain dan

melupakan pekerjaan rumah. Selain itu, ibu contoh juga sering memberi dorongan

pada contoh untuk berprestasi di sekolah, yaitu 92,6 persen pada kelompok SBB,

87,1 persen pada kelompok TK, dan 96,6 persen pada kelompok kontrol.

Pemenuhan pola asuh dukungan berprestasi yang perlu diperhatikan adalah

pengetahuan ibu contoh tentang cita-cita contoh, karena hampir separuh ibu

contoh dari ketiga kelompok prasekolah tidak mengetahui cita-cita anaknya (55,6

persen SBB, 48,8 persen TK, dan 65,5 pesen kontrol) (Lampiran 2).

Page 63: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

39

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pola asuh akademik orangtua dan

kelompok

Pola Asuh Akademik SBB TK Kontrol P-value

n % n % n %

Pola asuh disipilin diri

Sedang (6,68-13,35) 6 22,2 5 16,1 10 34,5

Tinggi (13,36-20) 21 77,8 26 83,9 19 65,5

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (persen skor) 79,4±14,2 79,8±12,5 78,6±15,3 0,965

Pola asuh dukungan berprestasi Sedang (6,68-13,35) 9 33,3 10 32,3 11 37,9

Tinggi (13,36-20) 18 66,7 21 67,7 18 62,1

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (persen skor) 73,2±17,4 73,5±15,6 71,5±18,1 0,961

Total pola asuh akademik

Sedang (13,34-26,67) 8 29,6 9 29,0 10 34,5

Tinggi (26,68-40) 19 70,4 22 71,0 19 65,5

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (persen skor) 76,2±13,3 76,8±11,6 75,6±14,2 0,940

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mendapatkan pola

asuh disipilin diri dan dukungan berprestasi dengan kategori tinggi. Namun,

secara persentase terdapat lebih banyak orangtua yang memberikan kualitas pola

asuh disipilin diri dan dukungan berprestasi pada kategori tinggi di kelompok TK

(83,9 persen dan 67,7 persen) dan SBB (77,8 persen dan 66,7 persen). Sementara

pada kategori kualitas pola asuh disipilin diri dan dukungan berprestasi sedang

proporsi terbesar terdapat pada kelompok kontrol (34,5 persen dan 37,9 persen).

Total pola asuh akademik yang diberikan orangtua (ibu) contoh pada

ketiga kelompok prasekolah termasuk ke dalam kategori tinggi (77,8 persen SBB,

74,2 persen TK, dan 69,0 kontrol) dan tidak ada yang masuk dalam kategori

rendah. Hal ini terlihat dari jawaban ibu contoh yang mencerminkan bahwa

mereka memiliki kesadaran cukup tinggi untuk menjalankan pola pengasuhan

yaitu dukungan dalam dal hal pencapaian keberhasilan akademik dengan baik

pada contoh yang masuk kategori usia remaja.

Rata-rata pola asuh disiplin diri pada kelompok TK (79,8 persen) lebih

tinggi dibandingkan kelompok SBB (79,4 persen) dan kelompok kontrol (78,6

persen). Begitu juga dengan pola asuh dukungan berprestasi pada kelompok TK

(73,5 persen) lebih tinggi dibanding kelompok SBB (73,2 persen) dan kelompok

kontrol (71,5 persen). Secara keseluruhan rata-rata skor total pola asuh akademik

Page 64: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

40

yang diberikan orangtua kepada anak TK relatif lebih tinggi dibandingkan anak

SBB dan kontrol. Namun, dibanding pada kelompok kontrol, rata-rata skor total

pola asuh akademik pada kelompok SBB lebih tinggi. Hal ini karena adanya

kerjasama antara pihak SBB dengan orangtua pada kelompok SBB dalam hal

pengasuhan anak. Orangtua pada kelompok SBB diberikan materi co-parenting

(pengetahuaan tentang pengasuhan anak) sehingga pengetahuaan dan kesadaran

orangtua tentang pengasuhan menjadi bertambah.

Menurut Hastuti (2004) selain tingkat pendidikan orangtua, pengetahuan

dan nilai serta kesadaran orangtua terhadap anak menjadi penentu yang cukup

penting bagi kualitas pengasuhan yang diberikan kepada anak-anaknya. Walaupun

rata-rata pola asuh akademik tertinggi barada pada kelompok TK tetapi hasil uji

Anova (p>0.05) menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang nyata antara

tingkat pola asuh akademik orangtua pada ketiga kelompok.

Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik

Alat stimulasi akademik yang disediakan pada penelitian ini berupa buku

pelajaran, lembar kerja siswa, kamus (Bahasa Indonesia/ Bahasa Inggris), buku-

buku cerita/ novel, buku harian, buku gambar, alat menggambar, dan komputer.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat stimulasi akademik dan

kelompok

No Ketersediaan Alat Stimulasi

Akademik

SBB TK Kontrol n % n % n %

1 Buku-buku pelajaran 26 96,3 28 90,3 28 96,6

2 Lembar kerja siswa 23 85,2 27 87,1 23 79,3 3 Kamus 19 70,4 22 71,0 17 58,6

4 Buku-buku cerita/ novel 12 44,4 27 87,0 7 2,5

5 Buku harian/diary 9 33,3 13 41,9 10 34,5 6 Buku gambar 22 81,5 25 80,6 18 62,1

7 Alat menggambar 17 63,0 23 74,2 9 31,0

8 Komputer 3 11,1 6 19,4 2 6,9

Mean ± std (skor) 53,9±21,3 61,3±23,3 43,7±15,1 P-value 0,005***

***) signifikan pada p<0,05

Tabel 10 menunjukkan bahwa kelompok TK memiliki komputer dengan

presentasi terbesar (19,4 persen). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

menemukan bahwa kelompok TK merupakan kelompok dengan pendapatan

keluarga tertinggi dari ketiga kelompok. Orangtua TK mempunyai kemampuan

Page 65: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

41

yang lebih dalam hal penyediaan stimulasi akademik yang termasuk kategori

harga tinggi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki

ketersediaan buku-buku pelajaran (96,6 persen) yang lebih banyak dari pada

kelompok SBB (96,3 persen) dan TK (90,3 persen) padahal kelompok ini

memiliki pendapatan per kapita yang paling rendah dibandingkan kelompok

lainnya. Setelah ditelusuri ternyata hal ini disebabkan karena buku pelajaran yang

mereka miliki tidak hanya berasal dari orangtua tetapi juga diperoleh secara gratis

dari sekolah sebagai bantuan. Contoh dari kontrol masuk dalam kategori keluarga

miskin sehingga sekolah memberikan keringanan melalui bantuan operasional.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat ketersedian alat stimulasi

akademik dan kelompok Ketersediaan Alat Stimulasi

Akademik

SBB TK Kontrol

n % n % N %

Rendah (0-2) 8 29,6 4 12,9 8 27,6

Sedang (3-5) 15 55,6 15 48,4 20 69,0

Tinggi (6-8) 4 14,8 12 38,7 1 3,4

Total 27 100 31 100 29 100

Mean±std (skor) 53,9±21,3 61,3±23,3 43,7±15,1

P-value 0,005***

***) signifikan pada p<0,01

Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa TK merupakan kelompok yang

paling banyak ketersediaan alat stimulasi akademik pada kategori tinggi (38,7

persen) sedangkan kontrol yang terendah (3,4 persen). Begitu juga dengan skor

rataan paling tinggi untuk ketersediaan alat stimulasi akademik terdapat pada

kelompok TK (61,3 persen) dan yang terendah pada kontrol (43,7 persen).

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata

pendapatan per kapita keluarga kelompok TK termasuk paling tinggi dibanding

kelompok SBB dan kontrol sehingga paling banyak dalam penyediaan alat

stimulasi akademiknya. Hasil uji Anova (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat ketersediaan alat stimulasi akademik pada ketiga kelompok

prasekolah. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian Wandini (2008) serta

Rahmaulina dan Hastuti (2008) yaitu semakin baik kondisi ekonomi keluarga

maka akan semakin baik juga penyediaan fasilitas belajar anak yang akan

menunjang prestasi akademiknya.

Page 66: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

42

Prestasi Akademik

Menurut Slameto (1995) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sedangkan prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) adalah

hasil belajar terakhir yang dicapai siswa dalam jangka waktu tertentu. Prestasi

akademik merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang

telah dicapai, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan

pelajaran tersebut. Prestasi akademik dapat diukur melalui skor prestasi akademik

dari beberapa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah (Suryabrata 2006).

Variabel prestasi akademik dikelompokan menjadi tiga kategori

berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang umum dipakai di sekolah,

yaitu kurang (< 60,00), cukup (60,00-70,00), baik (70,10-75,00), dan sangat baik

(>75,00). Sebaran rata-rata nilai skor prestasi akademik berdasarkan mata

pelajaran dengan latar belakang pendidikan prasekolah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran rata-rata nilai skor prestasi akademik berdasarkan mata

pelajaran dan kelompok Skor Prestasi Akademik

(Nilai Rapor)

SBB TK Kontrol

(mean±std) (mean±std) (mean±std)

Pendidikan Agama 74,2±5,8 74,1±8,3 72,9±7,2

Pendidikan Kewarganegaraan 71,9±6,8 72,7±7,8 71,8±6,9

Matematika 68,3±8,1 68,1±10,0 67,7±8,9

Bahasa Indonesia 73,7±6,1 73,5±7,2 72,4±7,4

Bahasa Inggris 70,1±6,7 69,4±7,0 66,2±7,5

Ilmu Pengetahuan Alam 71,6±6,8 72,6±7,6 71,8±8,2

Ilmu Pengetahuan Sosial 70,4±7,0 71,3±9,5 70,2±7,4

Rata-Rata (skor) 71,5±5,0 71,8±6,1 70,4±5,6

P-value 0,654

Berdasarkan Tabel 12, skor rataan paling tinggi untuk skor prestasi

akademik terdapat pada kelompok TK (71,8 persen) sedangkan pada urutaan

kedua adalah SBB (71,5 persen) dan yang terendah pada kelompok kontrol (70,4

persen). Namun, rata-rata skor nilai pada empat mata pelajaran yaitu mata

pelajaran Pendidikan Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris

menunjukan bahwa skor tertinggi terdapat pada kelompok SBB. Adapun skor

rata-rata tertinggi pada tiga mata pelajaran lainnya yaitu Pendidikan

Page 67: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

43

Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu pengetahuan sosial terdapat

pada kelompok TK. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Hastuti (2006) bahwa

anak-anak yang ikut SBB memiliki skor kemampuan verbal dan matematika yang

lebih unggul dibandingkan kelompok lainnya.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Megawangi (2004)

bahwa pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak usia dini bukan saja

membuat seorang anak mempunyai akhlak mulia, tetapi juga dapat meningkatkan

keberhasilan akademiknya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa ada kaitan

erat antara keberhasilan pendidikan karakter dengan keberhasilan akademik serta

prilaku sosial anak, sehingga dapat membuat suasana sekolah begitu

menyenangkan dan kondusif untuk proses belajar mengajar yang efektif.

Megawangi juga mengutarakan bahwa pendidikan karakter yang diberikan

pada anak usia prasekolah dapat membentuk prilaku positif, interaksi yang baik

dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan

berinteraksi sosial dengan kawannya, dan kemampuan akademik yang baik.

Pendidikan karakter ini telah ditanamkan pada anak-anak SBB.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik dan kelompok

Skor Prestasi Akademik

(Nilai Rapor)

SBB TK Kontrol

n % n % n %

Cukup (60,00-70,00) 13 48,1 13 41,9 15 51,7 Baik (70,10-75,00) 8 29,6 10 32,3 8 27,6

Sangat baik(>75,00) 6 22,2 8 25,8 6 20,7

Total 27 100 31 100 29 100 P-value 0,654

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa persentase terbesar contoh

termasuk ke dalam kategori tingkat prestasi akademik cukup, yaitu hampir

separuh contoh pada kelompok SBB (48,1%) dan kelompok TK (41,9%) dan

separuh contoh pada kelompok kontrol (51,7%). Presentase terbesar contoh

dengan prestasi akademik kategori baik dari ketiga kelompok prasekolah terdapat

pada kelompok TK (25,8%), kemudian disusul oleh kelompok prasekolah SBB

(22,2%) dan kontrol (20,7%).

Tingginya prestasi akademik pada kelompok TK dibanding kelompok

lainnya didukung oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa kelompok TK

merupakan kelompok dengan pendidikan orangtua, rata-rata pendapatan keluarga,

Page 68: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

44

dan ketersediaan alat stimulasi tertinggi dari kelompok lainnya sehingga hal ini

menyebabkan terpenuhinya stimulasi belajar anak yang berefek positif terhadap

prestasi akademik anak. Walaupun hasil uji Anova (p>0,05) menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat prestasi akademik pada ketiga

kelompok prasekolah tetapi hasil penelitian menemukan bahwa prestasi akademik

anak dengan latar belakang pendidikan prasekolah (SBB dan TK) lebih baik

dibanding tanpa latar belakang pendidikan prasekolah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bernett (2008) yang

menyimpulkan bahwa banyak program prasekolah yang terbukti menghasilkan

dampak positif pada pembelajaran anak-anak, tetapi pengaruh yang timbul

bervariasi sesuai dengan ketekunan anak. Efek yang dihasilkan program

prasekolah adalah prestasi yang lebih tinggi, jumlah anak yang lebih rendah dalam

pengulangan kelas/pendidikan khusus, dan lebih tinggi pencapaian tingkat

pendidikan. Pengaruh dari program prasekolah juga terkait dengan menurunnya

kenakalan dan kejahatan di masa kanak-kanak dan dewasa. Bukti kuat

menunjukkan bahwa ekonomi keluarga menengah ke bawah dari semua latar

belakang sosial ekonomi mendapat manfaat jangka panjang dari prasekolah.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik dan jenis kelamin

Skor Prestasi

Akademik

(Nilai Rapor)

Laki-laki Perempuan

Prasekolah

(SBB + TK)

Kontrol Prasekolah

(SBB + TK)

Kontrol

n % n % n % n %

Cukup (60,00-70,00) 17 51,5 8 61,5 9 36,0 7 43,8

Baik (70,10-75,00) 8 24,2 2 15,4 10 40,0 5 31,2

Sangat baik(>75,00) 8 24,2 3 23,1 6 24,0 4 25,0

Total 33 100 13 100 25 100 16 100

Mean±std (skor) 72,4±4,8 70,3±5,9

P-value 0,081*

*) signifikan pada p<0,1

Tabel 14 menunjukkan menunjukkan bahwa presentase prestasi akademik

pada kategori sangat baik dari latar belakang prasekolah lebih banyak dimiliki

contoh yang yang berjenis kelamin laki-laki (24,2 persen) daripada contoh

perempuan (24,0 persen). Namun, pada kelompok kontrol presentasinya lebih

banyak pada contoh perempuan (25,0 persen).

Page 69: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

45

Rata-rata prestasi akademik contoh laki-laki (72,4 persen) lebih baik

daripada contoh perempuan (70,2 persen) dan hasil uji Chi-Squere menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) pada prestasi akademik contoh

laki-laki dengan contoh perempuan. Hal ini sesuai dengan Horner (1968) diacu

dalam Hawadi (2001) bahwa prestasi akademik sering diasosiasikan sebagai

sesuatu yang sifatnya maskulin. Pada umumnya, anak laki-laki lebih bagus

prestasi akademiknya dibanding perempuan.

Beberapa penemuan juga menunjukan meskipun rata-rata kemampuan

intelegensi antara anak laki-laki dan perempuan sama tetapi pengaruh biologi

tetap berperan dalam perkembangan otak. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

hormon seks (esterogen) yang berpengaruh terhadap perkembangan otak wanita

(Megawangi, 2004). Pendapat Maccoby & Jacklin (1974) juga mendukung hasil

penelitian ini bahwa perempuan berbeda dengan laki-laki, yaitu laki-laki lebih

agresif, lebih berkemampuan visual-spatial, beriorentasi prestasi, sedangkan

perempuan lebih tinggi kemampuan verbal dan sosialnya.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik dan asal daerah

Skor Prestasi

Akademik (Nilai Rapor)

Situ Udik Sukasari

Prasekolah (SBB dan TK)

Kontrol Prasekolah (SBB dan TK)

Kontrol

n % n % n % n %

Cukup (60,00-70,00) 16 64,0 9 36,0 10 62,5 6 37,5 Baik (70,10-75,00) 6 100 0 0 12 63,2 7 36,8

Sangat baik(>75,00) 5 55,5 4 44,5 9 75,0 3 25,0

Mean±std (skor) 70,5±6,3 72,0±4,6

P-value 0,199

Tabel 15 menunjukkan bahwa presentase prestasi akademik pada kategori

sangat baik dari latar belakang prasekolah lebih banyak dimiliki contoh yang

berada di Kelurahan Sukasari (75,0 persen) daripada contoh di desa Situ Udik

(55,5 persen). Namun, pada kelompok kontrol presentasinya lebih banyak pada

contoh yang berada di Desa Situ Udik (44,5 persen).

Sementara itu, rata-rata prestasi akademik menunjukkan bahwa prestasi

akademik contoh yang berada di Kelurahan Sukasari (72,0 persen) memiliki

kecenderungan yang lebih baik daripada contoh yang berada di Desa Situ Udik

(70,5 persen). Hal ini diduga karena Kelurahan Sukasari berada di daerah kota

Page 70: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

46

sehingga akses informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta alat stimulasi

akademik lebih mudah diperoleh daripada di daerah pedesaan. Namun demikian,

hasil uji Chi-Squre menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kedua daerah (p>0,1).

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Hubungan antara Karakteristik Anak dengan Pola Asuh Akademik

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebaran contoh dengan pola asuh akademik

kategori tinggi paling banyak ditemukan pada usia pertengahan puber (12-15

tahun) yaitu sebesar 62,06 persen, dan hanya satu orang (1,14 persen) pada usia

akhir puber (15-16 tahun). Pola asuh akademik memiliki kecenderungan yang

semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia contoh. Skor rata-rata pola

asuh akademik pada usia awal puber (11-12 tahun) adalah sebesar 78,00 persen,

pada usia pertengahan puber (12-15 tahun) sebesar 76,14 persen, dan pada usia

akhir puber (15-16 tahun) menurun menjadi 73,00 persen.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan pola asuh akademik

Karakteristik Anak

Pola Asuh Akademik Rata-Rata

Pola Asuh

Akademik

Sedang Tinggi Total

n n % n %

Usia Anak (tahun)

Awal puber (11-12) 2 8,0 7 11,3 9 10,3 78,00

Pertengahan puber (12-15) 23 92,0 54 87,1 77 88,5 76,14

Akhir puber (15-16) 0 0 1 1,6 1 1,1 73,00 Total 25 100 62 100 87 100 76,34

Koefisien korelasi (r) -0,025 (p=0,820)

Jenis Kelamin Laki-laki 14 56,0 32 51,6 46 52,9 75,16

Perempuan 11 44,0 30 48,4 41 47,1 76,46

Total 25 100 62 100 87 100 75,82

Koefisien korelasi (r) 0,106 (p=0,331)

Kecendrungan yang samakin menurun ini diduga karena persepsi orangtua

yang menganggap anaknya sudah dewasa sehingga sudah mampu mengurus

dirinya sendiri sehingga orangtua tidak khawatir lagi untuk bekerja dan

menyibukan diri di luar rumah. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) orangtua

yang terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan akan menyebabkan rendahnya

interaksi orangtua dengan anak sehingga hubungan anak dengan orangtua menjadi

Page 71: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

47

tidak akrab dan hal ini akan berdampak pada pengasuhan yang diberikan. Namun,

hasil uji korelasi Pearson menunjukan bahwa usia anak memiliki hubungan yang

tidak nyata (p=0,820) dengan pola asuh akademik. Hal ini memperlihatkan bahwa

usia anak remaja tidak sepenuhnya menjadi alasan bagi ibu untuk memberikan

pola asuh akademik kepada anaknya.

Pola asuh akademik pada anak laki-laki memiliki kecenderungan yang

lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan (Tabel 16). Skor pola asuh

akademik anak laki-laki 75,16 persen, sedangkan pada anak perempuan sebesar

76,46 persen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1980) bahwa jenis

kelamin akan mempengaruhi sikap orangtua yang selanjutnya akan

mempengaruhi prilaku dan hubungan orangtua dengan anak. Anak laki-laki

dianggap lebih bisa mandiri dibanding anak perempuan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hawadi (2001) bahwa jenis kelamin

merupakan salah satu pertimbangan orangtua dalam memberikan pola asuh

kepada anak. Praktik pengasuhan yang berbeda antar jenis kelamin disebabkan

karena adanya pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan sosial anak terutama

pada masa akhir sekolah. Anak laki-laki dianggap lebih diberi kesempatan untuk

mandiri sehingga mereka lebih menunjukan inisiatif dan spontan. Namun, hasil uji

korelasi Pearson menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak

nyata (p=0,331) dengan pola asuh akademik.

Begitu juga dengan hasil uji korelasi menurut kelompok contoh, tidak ada

hubungan yang signifikan (p>0,1) antara karakteristik contoh (usia contoh dan

jenis kelamin) baik kelompok SBB, TK, dan kontrol dengan pola asuh akademik

(Lampiran 3b, 3c, dan 3d). Hal ini diduga karena orangtua telah menyadari bahwa

tidak adanya perbedaan gender dalam hal pengasuhan anak.

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Pola Asuh Akademik

Tabel 17 menunjukkan bahwa pola asuh akademik dengan kategori tinggi

paling banyak diberikan pada contoh yang berasal dari keluarga sedang (48,4

persen) dan paling sedikit pada contoh yang berasal dari keluarga kecil (16,1

persen). Pola asuh akademik memiliki kecenderungan yang semakin menurun

seiring dengan bertambahnya besar keluarga. Skor rata-rata pola asuh akademik

Page 72: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

48

pada keluarga kecil adalah sebesar 78,18 persen, keluarga sedang sebesar 75,74

persen, dan keluarga besar menurun menjadi 75,00 persen.

Hasil penelitian ini didukung oleh Gunarsa dan Gunarsa (2004) yang

berpendapat bahwa kepadatan anggota keluarga dapat mengganggu pola dan

corak hubungan antara anggota keluarga sehingga muncul berbagai reaksi seperti

sikap acuh tak acuh, otoriter, sikap tersaing, dan tersisih. Namun, hasil uji korelasi

Pearson terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata (p=0,432) antara

besar keluarga dengan pola asuh. Hal ini diduga karena semakin banyak anak

yang dimiliki suatu keluarga maka orangtua memiliki pengalaman yang banyak

dalam hal mengasuh anak dari pengasuhan sebelumnya.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan pola asuh

akademik

Karakteristik Keluarga

Pola Asuh Akademik Rata-Rata Pola

Asuh

Akademik

Sedang Tinggi Total

n % n % n %

Besar Keluarga (orang) Kecil ( ≤ 4) 1 4,0 10 16,1 11 12,6 78,18

Sedang (5-7) 14 56,0 30 48,4 44 50,6 75,74

Besar (>7) 10 40,0 22 35,5 32 36,6 75,00

Total 25 100 62 100 87 100 75,78 Koefisien korelasi (r) -0,025 (p=0,432)

Pendidikan Ibu (tahun)

Rendah (0-5,33) 0 0 3 4,8 3 3,5 66,67 Sedang (5,34-10,67) 23 92,0 48 77,4 71 81,6 75,37

Tinggi (10,68-16) 2 8,0 11 17,7 13 14,9 83,46

Total 25 100 62 100 87 100 75,77

Koefisien korelasi (r) 0,177 (p=0,101)

Pendapatan Per Kapita (rupiah per bulan)

Miskin (≤ 191 986) 11 44,0 36 58,1 47 54,0 74,31

Tidak miskin (>191 986) 14 56,0 26 41,9 40 46,0 77,02 Total 25 100 62 100 87 100 75,78

Koefisien korelasi (r) 0,017 (p=0,872)

Tabel 17 juga menunjukkan bahwa pola asuh akademik memiliki

kecenderungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambah tingginya

pendidikan ibu. Skor pola asuh akademik pada ibu dengan pendidikan rendah

adalah sebesar 66,67 persen, pendidikan sedang sebesar 75,37 persen, dan

pendidikan tinggi 83,46 persen. Menurut Soetjiningsih (1995) pendidikan

orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak,

dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat menerima segala informasi

Page 73: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

49

dari luar terutama tentang pengasuhan yang baik, menjaga kesehatan dan

pendidikan anaknya. Hasil penelitian Rahmaulina dan Hastuti (2007) dengan

contoh anak usia 5 tahun menemukan bahwa pemberian stimulasi psikososial

tertinggi terdapat pada contoh yang memiliki ibu dengan pendidikan perguruan

tinggi.

Akan tetapi, sebaran contoh dengan pola asuh akademik dengan kategori

tinggi paling banyak diberikan oleh ibu dengan pendidikan sedang (77,4 persen),

sedangkan ibu dengan pendidikan tinggi hanya hanya 17,7 persen yang

memberikan kualitas pola asuh dengan kategori tinggi. Hasil uji korelasi Pearson

menunjukan bahwa pendidikan ibu memiliki hubungan yang tidak nyata (

p=0,101) dengan pola asuh akademik.

Pola asuh akademik memiliki kecenderungan yang semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita keluarga. Skor rata-rata pola

asuh akademik pada pendapatan per kapita dibawah Rp 191.985 adalah sebesar

74,31 persen, sedangkan pada pendapatan per kapita di di atas Rp 191.985 skor

rata-rata pola asuh akademik meningkat menjadi 77,02 persen (Tabel 17).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarsa dan Gunarsa (2004) yaitu

orangtua yang mempunyai pendapatan tinggi dengan keadaan ekonomi baik akan

memiliki lebih banyak waktu untuk membimbing anak karena orangtua tidak lagi

memikirkan tentang keadaan ekonomi. Sedangkan, tingkat pendapatan yang

rendah akan menyebabkan orangtua memperlakukan anak dengan kurang

perhatian dan tidak mempunyai waktu untuk membimbing anak karena terlalu

memikirkan keadaan ekonominya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hastuti (2006) bahwa kemiskinan

seringkali menjadi penyebab dari kurangnya stimulasi pendidikan kepada anak

akaibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Perbedaan dalam hal kualitas

pengasuhan berhubungan dengan kemampuan orangtua memberikan lingkungan,

sarana pendidikan, dan pertumbuhan kemampuan yang baik bagi anak.

Akan tetapi, jika dilihat dari sebaran, sama halnya dengan kaluarga tidak

miskin maka orangtua dari keluarga miskin juga lebih banyak memberikan

kualitas pola asuh akademik dengan kategori tinggi (58,1 persen) daripada

kategori sedang (44,0 persen). Hal ini terlihat dari hasil uji korelasi Pearson yang

Page 74: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

50

menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata (p=0,872) antara

pendapatan keluarga dengan pola asuh. Hal ini diduga karena dari hasil

wawancara diketahui bahwa walaupun pendapatan keluarganya rendah tetapi

sebagian besar ibu pada ketiga kelompok tidak bekerja sehingga mereka

mempunyai banyak waktu untuk anaknya.

Sementara itu, hasil uji korelasi menurut kelompok contoh juga

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,1) antara karakteristik

keluarga (besar keluarga, pendidikan ibu, dan pendapatan perkapita) dengan pola

asuh akademik pada ketiga kelompok (Lampiran 3b, 3c, dan 3d).

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Ketersediaan Alat

Stimulasi Akademik

Tabel 18 menunjukkan bahwa alat stimulasi akademik semakin menurun

dengan bertambah besarnya anggota keluarga (pada keluarga kecil sebesar 52,22

persen, keluarga sedang 51,52 persen, dan keluarga besar 48,39 persen). Besar

keluarga memiliki hubungan yang signifikan (p=0,013) dan negatif (r=-0,266)

dengan ketersediaan alat stimulasi akademik. Semakin besar jumlah anggota

keluarga maka semakin rendah tingkat ketersediaan alat stimulasi akademik.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1981) yaitu pada keluarga

kecil, pengasuhan orangtua memiliki kemauan untuk memberi fasilitas dan

lambang status yang sama pada setiap anak, pada keluarga sedang, orangtua

sering tidak mampu memberi fasilitas dan lambang status yang sama pada anak,

sedangkan pada keluarga besar, orangtua sering kali tidak mampu memberi

fasilitas dan lambang status yang sama dengan teman sebaya anak.

Pendidikan ibu memiliki hubungan yang sangat nyata ( p=0,001) dan

positif (r=0,426) dengan ketersediaan alat stimulasi akademik, artinya semakin

tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi ketersediaan alat stimulasi akademik

anak. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004), pendidikan orangtua akan

berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak. Semakin tinggi pendidikan

orangtua maka semakin besar pengetahuan orangtua akan pentingnya pendidikan.

Dengan demikian, orangtua diharapkan dapat memberi stimulasi dan fasilitas

yang dapat menunjang proses belajar dan prestasi akademik anak.

Page 75: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

51

Ketersediaan alat stimulasi akademik semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya pendapatan per kapita keluarga. Skor rata-rata ketersediaan alat

stimulasi akademik pada pendapatan per kapita di bawah Rp 191.985 adalah

47,52 persen, sedangkan pada pendapatan per kapita di atas Rp 191.985

meningkat menjadi 59,72 persen (Tabel 18).

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan ketersediaan alat

stimulasi akademik

Karakteristik Keluarga

Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik (KASA) Rata-

Rata

KASA

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

Besar Keluarga (orang)

Kecil ( ≤ 4) 2 10,0 7 14,0 1 5,9 11 12,6 52,22

Sedang (5-7) 7 35,0 29 58,0 10 58,8 44 50,6 51,52 Besar (>7) 11 55,0 14 28,0 6 35,3 4 36,8 48,39

Total 20 100 50 100 17 100 87 100 50,12

Koefisien korelasi (r) -0,188* (p=0,082)

Pendidikan Ibu (tahun) Rendah (0-5,33) 1 5,0 2 4,0 0 0 3 3,4 40,74

Sedang (5,34-

10,67)

19 95,0 39 78,0 13 76,5 71 81,6 50,86

Tinggi (10,68-16) 0 0 9 18,0 4 23,5 13 14,9 68,37

Total 20 100 50 100 17 100 87 100 53,12

Koefisien korelasi (r) 0,392*** (p=0,001)

Pendapatan Per Kapita (rupiah per bulan) Miskin (≤191 986) 17 85,0 22 44,0 8 47,1 47 54,0 47,52

Tidak miskin (>191

986)

3 15,0 28 56,0 9 52,9 40 46,0 59,72

Total 20 100 50 100 17 100 87 100 53,12

Koefisien korelasi (r) 0,418*** (p=0,001)

*) signifikan pada p<0,1

***) signifikan pada p<0,01

Hasil uji korelasi Pearson terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat

signifikan (p=0,001) antara pendapatan per kapita keluarga dengan ketersediaan

alat stimulasi akademik. Koefisien korelasi yang positif (r=0,418) menunjukkan

bahwa semakin besar pendapatan per kapita keluarga, maka ketersediaan alat

stimulasi akademik semakin tinggi. Hal ini diduga karena dengan dengan

pendapatan per kapita yang tinggi maka keluarga memiliki sumberdaya keuangan

yang cukup untuk menyediakan kebutuhan yang bersifat instrumental.

Kemiskinan memang seringkali menjadi penyebab dari kurangnya

stimulasi pendidikan kepada anak akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

Keluarga miskin akan mengalami kesulitan dalam hal pemberiaan stimulasi

Page 76: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

52

pendidikan untuk anaknya, sebaliknya keluarga dengan ekonomi baik akan

memberikan peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

anaknya (Hastuti 2006).

Hasil uji korelasi menurut kelompok contoh, menunjukan bahwa pada

kelompok SBB hanya pendidikan ibu dan pendapatan per kapita keluarga yang

berhubungan nyata dengan ketersediaan alat stimulasi akademik. Terdapat

hubungan yang nyata (p=0,018 dan p=0.003) dan positif (r=0,452 dan r=0,557)

antara pendidikan ibu dan pendapatan per kapita dengan ketersediaan alat

stimulasi akademik. Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per

kapita keluarga maka semakin banyak alat stimulasi akademik yang disediakan

untuk anaknya (Lampiran 3b).

Lain halnya pada kelompok TK, tidak ada hubungan yang nyata antara

karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan ibu, dan pendapatan per kapita)

dengan ketersediaan alat stimulasi akademik (Lampiran 3c). Sementara pada

kelompok kontrol, karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan ibu, dan

pendapatan per kapita) memiliki hubungan yang nyata dengan ketersediaan alat

stimulasi akademik. Diantaranya, terdapat hubungan yang nyata (p=0,070) dan

negatif (r=-0,342) antara besar keluarga dengan ketersediaan alat stimulasi

akademik. Artinya, semakin besar anggota keluarga maka semakin sedikit

ketersediaan alat stimulasi akademik. Sebaliknya, terdapat hubungan yang nyata

(p=0,092 dan p=0,001 ) dan positif r=0,318 dan r=0,637) antara pendidikan ibu

dan pendapatan per kapita dengan ketersediaan alat stimulasi akademik. Artinya,

semakin tinggi pendapatan ibu dan pendapatan per kapita maka semakin banyak

alat stimulasi yang disediakan untuk anak (Lampiran 3d).

Hubungan antara Pola Asuh Akademik dengan Prestasi Akademik

Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa sebaran contoh dengan prestasi

akademik baik (22,9 persen) dan sangat baik (14,9 persen) merupakan anak yang

mendapat pola asuh akademik yang baik dari orangtuanya. Presentasi ini lebih

besar dibandingkan dengan anak yang menerima pola asuh akademik dengan

kategori sedang (6,9 persen dan 8,0 persen).

Prestasi akademik contoh memiliki kecenderungan yang semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya pola asuh akademik orangtua. Lebih dari

Page 77: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

53

separuh contoh dengan pola asuh akademik yang tinggi memiliki prestasi

akademik dengan kategori baik (76,9%). Namun, hasil uji korelasi Pearson

terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata (p=0,694) antara pola asuh

akademik orangtua dengan prestasi akademik.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik dan prestasi akademik

Pola Asuh

Akademik

Prestasi Akademik Total

Rata-Rata Prestasi

Akademik Cukup Baik Sangat baik

n % n % n % n %

Sedang

(13,34-26,67)

12 29,3 6 23,1 7 35,0 25 28,7 71,06

Tinggi

(26,68-40)

29 70,7 20 76,9 13 65,0 62 71,3 71,95

Total 41 100 26 100 20 100 87 100 71,32

Koefesien korelasi (r) 0,043 (p=0,694)

Hasil serupa juga ditemukan pada hasil uji korelasi menurut kelompok

contoh yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pola asuh akademik dengan prestasi akademik pada ketiga kelompok baik pada

kelompok SBB, TK, maupun kontrol (Lampiran 3b, 3c, dan 3d). Hal ini diduga

karena adanya faktor lain seperti perbedaan potensi akademik (intelegensi) dan

motivasi belajar yang dimiliki anak. Hasil penelitian Wandini (2008) menemukan

bahwa presentasi terbesar contoh dengan kategori potensi akademik dan motivasi

belajar jauh diatas rata-rata memiliki prestasi akademik pada kategori baik.

Hubungan antara Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik dengan Prestasi

Akademik

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa prestasi akademik semakin

meningkat seiring dengan semakin banyaknya alat stimulasi akademik yang

dimiliki anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wandini (2004) menunjukkan

sebagain besar contoh (76,5 persen) dengan fasilitas belajar yang sedang memiliki

prestasi akademik pada kategori sedang, sedangkan 64,4 persen contoh dengan

fasilitas belajar yang baik memiliki prestasi akademik pada kategori baik. Hal ini

menunjukan bahwa semakin baik fasilitas belajar yang orangtua sediakan, maka

semakin baik prestasi akademik.

Penyediaan alat stimulasi akademik merupakan salah satu tugas keluarga

untuk menunjang prestasi akademik anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Page 78: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

54

ketersedian alat stimulasi akademik memiliki hubungan yang nyata (p=0,005) dan

positif (r=0,301) dengan prestasi akademik, artinya semakin baik ketersedian alat

stimulasi akademik maka semakin tinggi pula prestasi akademik. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian Rahmaulina dan Hastuti (2007) yang menemukan bahwa

semakin tinggi stimulasi psikososial (diantaranya stimulasi akademik) yang

diperoleh anak maka semakin tinggi pula perkembangan kognitifnya.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat stimulasi akademik dan

prestasi akademik

Ketersediaan

Alat Stimulasi Akademik

Prestasi Akademik

Total Rata-Rata

Prestasi Akademik

Lebih dari

cukup

Baik Sangat baik

n % n % n % n %

Rendah (0-2) 11 28,8 5 19,2 4 20,0 20 23,0 70,63

Sedang (3-5) 27 65,6 14 53,8 9 45,0 50 57,5 70,87 Tinggi (6-8) 3 7,3 7 26,9 7 35,0 17 19,5 73,85

Total 41 100 26 100 20 100 87 100 71,32

Koefesien korelasi (r) 0,301***(p=0,005)

*) Signifikan pada p< 0,05

Namun, hasil uji korelasi menurut kelompok contoh menunjukkan bahwa

hubungan yang signifikan (p=0,001) dan positif (r=0,476) hanya ditemukan pada

kelompok TK (Lampiran 3b) dan tidak ditemukan pada kelompok lainnya

(lampiran 3c dan 3d). Artinya, semakin baik alat stimulasi yang disediakan untuk

contoh maka semakin baik prestasi akademiknya.

Pembahasan Umum

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya pencapaian

prestasi akademik siswa. Hal ini merupakan masalah utama yang ditemui di

negara berkembang termasuk Indonesia. Rendahnya prestasi akademik tersebut

disebabkan oleh kualitas teknologi pengajaran yang masih rendah, buku pelajaran

yang kurang bermutu, pendidikan orangtua yang rendah, dan angka

ketidakhadiran anak di sekolah yang tinggi.

Dilihat dari ukuran kecerdasan intelektual, survey yang dilakukan oleh

Internatioanal Education Achievement (IAE) tentang hasil pendidikan dilaporkan

bahwa kemampuan membaca ditingkat SD siswa di Indonesia berada pada urutan

ke-38 dari 39 negara yang diteliti. Kemampuan matematika di tingkat SLTP siswa

Page 79: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

55

di Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, sedangkan untuk kemapuan

ilmu pengetahuan alam berada di urutan ke-40 dari 42 negara (Hastuti 2006).

Berdasarkan tahapan perkembangan Erikson, pada usia 12 sampai 18

tahun anak memasuki tahap identitas vs kebingungan peran. Periode ini adalah

periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Tugas perkembangan di

fase ini adalah menemukan jati diri, membangun diri dari krisis yang pernah

terjadi, menanyakan siapa saya, perasaan kompeten dan ingin berprestasi,

mengambil keputusan (keterampilan, orientasi gender, dan filosofi hidup),

menyatukan peran (anak, saudara, pelajar, olahragawan, pekerja), dan membentuk

imej dari role model dan peergroupnya (Hastuti 2006).

Tahap perkembangan pada usia remaja ini dipengaruhi oleh tahap

perkembangan pada usia sebelumnya diantaranya ketika usia anak di periode

prasekolah. Anak pada usia 3,5 sampai 6 tahun berada pada tahap inisiatif vs

bersalah. Tahap ini ditandai dengan kreatifitas yang tinggi, antusias dalam

melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berimajinasi, berani mencoba, berani

mengambil resiko, dan senang bergaul dengan kawannya. Namun, semua ini

tergantung pada lingkungan belajar anak yang kondusif untuk mencapai

perkembangan tersebut. Guru atau orangtua hendaknya mendorong sikap positif

ini dengan menumbuhkan rasa bertanggungjawab pada tugasnya dan tidak

memberikan kritik yang negatif karena akan membuat anak merasa apa yang

dikerjakannya adalah salah (Megawangi et al. 2004).

Pentingnya peranan orangtua dalam hal pengasuhan, penyediaan stimulasi

akademik, dan pemilihan pendidikan yang tepat untuk membentuk kepribadian

anak dan memenghasilkan generasi yang berprestasi merupakan tema utama dari

penelitian ini di samping peran pendidik/guru dan lembaga pendidikan. Menurut

Hastuti (2008) pola pengasuhan akademik yang diberikan orangtua adalah

pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak sejak usia dini, baik yang berupa

biaya sekolah, maupun dalam bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orangtua

terhadap prestasi dan kemajuan belajar anak. Pendidikan yang diberikan

mencakup pendidikan formal, non-formal, ataupun informal yang dapat

memberikan bekal kepada anak untuk hidup mandiri dan sesuai dengan minat dan

bakat anak. Masa anak usia sekolah merupakan periode dimana orangtua

Page 80: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

56

menanamkan ketekunan dan kerajinan serta kepercayaan diri anak bahwa anak

mampu mencapai prestasi yang diinginkannya. Hal inilah yang menjadi alasan

dalam menjawab pertanyaan besar, apakah pola asuh akademik dan ketersediaan

alat stimulasi akademik pada ketiga kelompok latar belakang prasekolah saat ini

mempengaruhi prestasi akademik anak remaja.

Suryabrata (2006) mengungkapkan bahwa prestasi akademik adalah hasil

belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana

di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau

simbol tertentu. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan

bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa,

dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.

Pola asuh akademik yang diberikan oleh orangtua pada kelompok TK

lebih tinggi daripada kelompok lain. Namun, tidak ada perbedaan dalam

pemberian pola asuh akademik oleh orangtua contoh saat ini dari ketiga kelompok

contoh baik pola asuh disipilin diri maupun pola asuh dukungan berprestasi. Hal

sejalan dengan hasil penelitian Hastuti (2006), terdapat perbedaan signifikan

dalam karakteristik sosial ekonomi keluarga antar kelompok yaitu dalam hal

pendidikan orang tua dan pendapatan. Meskipun terdapat perbedaan dalam

karakteristik keluarga antara kelompok SBB dan TK, namun tidak terdapat

perbedaan dalam hal kualitas pengasuhan. Kondisi psikososial orangtua

mempengaruhi kualitas anak melalui interaksi ibu dan anak, sedangkan

karakteristik anak dan keluarga mempengaruhi secara tak langsung yang

mendukung pentingnya peranan keluarga dalam tumbuh kembang anak.

Terdapat perbedaan ketersediaan alat stimulasi akademik pada ketiga

kelompok contoh. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan kemampuan

keluarga dalam memenuhi stumulasi akademik pada contoh. Keluarga dari

kelompok TK memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

contoh pada kelompok SBB dan kontrol, sehingga keluarga dengan pendapatan

per kapita yang tinggi memiliki sumberdaya keuangan yang juga besar.

Persentase terbesar contoh termasuk ke dalam kategori tingkat prestasi

akademik lebih dari cukup. Rata-rata skor nilai pada empat mata pelajaran yaitu

mata pelajaran Pendidikan Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa

Page 81: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

57

Inggris menunjukkan bahwa skor tertinggi terdapat pada kelompok SBB. Adapun

skor rata-rata tertinggi pada tiga mata pelajaran lainnya yaitu Pendidikan

Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu pengetahuan sosial terdapat

pada kelompok TK.

Tingginya sebagian skor mata pelajaran pada kelompok SBB

dibandingkan kelompok lain karena pengaruh pendidikan karakter yang diberikan

kepada anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Megawangi (2004) yang

menyatakan bahwa beberapa penelitian membuktikan bahwa pentingnya

pendidikan karakter pada keberhasilan akademik anak. Dalam bulletin Charakter

Educator diuraikan bahwa hasil studi Marvin Berkowith dari University of

Missouri menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi

akademik pada sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan

karakter dapat membentuk kesehatan emosi anak yang dapat meningkatkan

kemampuan kognitif, memberikan motivasi anak untuk belajar untuk kesuksesan

dalam bidang akademik (Megawangi 2004).

Secara keseluruhan prestasi akademik tertinggi terdapat pada kelompok

TK sedangkan pada urutaan kedua adalah SBB. Hal ini karena perbedaan yang

signifikan dalam hal pendapatan keluarga pada kelompok TK sehingga orangtua

mampu menyediakan alat stimulasi akademik dengan baik jika dibandingkan

dengan kelompok SBB dan kontrol sehingga hal ini menyebabkan terpenuhinya

stimulasi belajar anak yang berefek positif terhadap prestasi akademik anak.

Walaupun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara tingkat prestasi akademik pada ketiga kelompok prasekolah tetapi

hasil penelitian menemukan bahwa prestasi akademik anak dengan latar belakang

pendidikan prasekolah (SBB dan TK) lebih baik dibanding tanpa latar belakang

pendidikan prasekolah (kontrol).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bernett (2008) yang

menyimpulkan bahwa banyak program prasekolah yang terbukti menghasilkan

dampak positif pada pembelajaran anak, tetapi pengaruh yang timbul bervariasi

sesuai dengan ketekunan anak. Efek yang dihasilkan program prasekolah adalah

prestasi yang lebih tinggi dan lebih tinggi pencapaian tingkat pendidikan.

Pengaruh dari program prasekolah juga terkait dengan menurunnya kenakalan dan

Page 82: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

58

kejahatan di masa kanak-kanak dan dewasa. Bukti kuat menunjukkan bahwa

ekonomi keluarga menengah kebawah dari semua latar belakang sosial ekonomi

mendapat manfaat jangka panjang dari program prasekolah.

Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi akademik anak laki-laki

dengan contoh perempuan. Prestasi anak laki-laki lebih baik daripada prestasi

akademik anak perempuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Horner (1968) diacu

dalam Hawadi (2001) yang menyatakan bahwa prestasi akademik sering

diasosiasikan sebagai sesuatu yang sifatnya maskulin. Pada umumnya, anak laki-

laki lebih bagus prestasi akademiknya dibanding perempuan. Namun, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik contoh dengan

membedakan asal daerah.

Tanpa membedakan contoh menurut kelompoknya, diketahui bahwa tidak

terdapat hubungan antara karakteristik contoh dan keluarganya dengan pola asuh

akademik. Begitu juga dengan membedakan contoh menurut kelompoknya, tidak

terdapat hubungan antara karakteristik contoh dengan pola asuh akademik baik

pada kelompok SBB, TK, maupun kontrol.

Tanpa membedakan contoh menurut kelompoknya, diketahui bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan

ketersediaan alat stimulasi akademik, diantaranya terdapat hubungan yang positif

antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan ketersediaan alat stimulasi

akademik artinya semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita, maka

ketersediaan alat stimulasi akademik semakin banyak. Hal ini karena dengan

dengan pendapatan per kapita yang tinggi maka keluarga memiliki sumberdaya

keuangan yang cukup untuk menyediakan kebutuhan yang bersifat instrumental.

Kemiskinan memang seringkali menjadi penyebab dari kurangnya stimulasi

pendidikan kepada anak akaibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

Perbedaan dalam hal kualitas pengasuhan berhubungan dengan kemampuan

orangtua memberikan lingkungan, sarana pendidikan, dan pertumbuhan

kemampuan anak yang baik bagi anak (Hastuti 2006).

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004), pendidikan orangtua akan

berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak. Semakin tinggi pendidikan

orangtua maka semakin besar pengetahuan orangtua akan pentingnya pendidikan.

Page 83: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

59

Dengan demikian, orangtua diharapkan dapat memberi stimulasi dan fasilitas

yang dapat menunjang proses belajar dan prestasi akademik anak.

Namun sebaliknya, besar keluarga memiliki hubungan yang signifikan dan

negatif dengan ketersediaan alat stimulasi akademik. Semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin rendah tingkat ketersediaan alat stimulasi

akademik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1981) yaitu pada keluarga

kecil, pengasuhan orangtua memiliki kemauan untuk memberi fasilitas dan

lambang status yang sama pada setiap anak, pada keluarga sedang, orangtua

sering tidak mampu memberi fasilitas dan lambang status yang sama pada anak,

sedangkan pada keluarga besar, orangtua sering kali tidak mampu memberi

fasilitas dan lambang status yang sama dengan teman sebaya anak.

Sementara, jika membedakan contoh menurut kelompoknya, hanya

pendidikan ibu dan pendapatan perkapita yang berhubungan dengan ketersediaan

alat stimulasi akademik pada kelompok SBB, yaitu terdapat hubungan yang

positif artinya semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita maka

semakin banyak ketersediaan alat stimulasi akademik.

Lain halnya pada kelompok TK, tidak terdapat hubungan yang signifikan

anatara karakteristik keluarga dengan ketersediaan alat stimulasi akademik.

Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan

ketersediaan alat stimulasi akademik pada kelompok SBB. Diantaranya, terdapat

hubungan yang positif antara pendidikan ibu dan pendapatan per kapita dengan

ketersediaan alat stimulasi akademik, artinya semakin tinggi pendidikan ibu dan

pendapatan per kapita maka semakin banyak ketersediaan alat stimulasi

akademik. Terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara besar keluarga

dengan ketersediaan alat stimulasi akademik, artinya semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin sedikit ketersediaan alat stimulasi akademik.

Tanpa membedakan ataupun dengan membedakan contoh menurut

kelompoknya, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pola asuh akademik dengan prestasi akademik. Pola asuh akademik tidak

berhubungan secara langsung dengan prestasi akademik tetapi mempengaruhi

prestasi akademik melalui penyediaan alat stimulasi akademik.

Page 84: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

60

Tanpa membedakan contoh menurut kelompoknya, terdapat hubungan

yang signifikan dan positif antara ketersedian alat stimulasi akademik dengan

prestasi akademik anak remaja, artinya semakin baik ketersedian alat stimulasi

akademik maka semakin tinggi pula prestasi akademik anak remaja. Menurut

Papalia dan Olds (1989) stimulasi orangtua merupakan faktor yang

mempengaruhi secara signifikan terhadap perkembangan kognitif seorang anak.

Di bidang pendidikan, orang tua memiliki pengaruh besar terhadap prestasi

akademik anak. Adapun peran yang dapat orangtua lakukan untuk menunjang

prestasi akademik anak antara lain, menyedikan tempat yang kondusif di rumah

untuk anak belajar, menyediakan buku-buku referensi sebagai sarana

pembelajaran anak, mengatur waktu kegiatan anak, memperhatikan kegiatan anak

di rumah dan sekolah.

Sementara itu, jika membedakan contoh menurut kelompoknya, hubungan

yang signifikan dan positif antara ketersediaan alat stimulasi akademik dengan

prestasi akademik hanya ditemukan pada kelompok TK. Semakin banyak alat

stimulasi akademik yang disediakan orangtua pada kelompok TK untuk contoh

maka semakin baik prestasi akademiknya.

Terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dapat ditarik dari penelitian ini.

Beberapa keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya mengambil 87 contoh remaja dari tiga kelompok latar

belakang prasekolah yang dipilih secara purposive sampling, sehingga akan

berakibat pada hasil penelitian dan tidak dapat digunakan sebagai dasar

generalisasi pada seluruh remaja.

2. Terdapatnya perbedaan sekolah pada contoh yang diambil sehingga hal ini

juga dapat mempengaruhi hasil penelitian karena setiap sekolah mempunyai

standar yang berbeda dalam hal pemberian nilai rapor pada siswanya.

Page 85: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

61

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal karakteristik contoh (usia

dan jenis kelamin) pada ketiga kelompok latar belakang prasekolah (SBB, TK,

dan kontrol). Perbedaan yang signifikan hanya ditemukan pada kerakteristik

keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pendapatan per kapita). Rata-

rata keluarga kontrol lebih besar dibandingkan TK dan SBB, tingkat pendidikan

ibu dan pendapatan per kapita keluarga kelompok TK lebih tinggi dibanding SBB

dan kontrol.

Sebagian besar contoh pada ketiga kelompok memperoleh pola asuh

akademik pada kategori tinggi. Secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan

pola asuh akademik antara ketiga kelompok. Sebagian besar ketersediaan alat

stimulasi contoh berada pada kategori sedang. Ketersediaan alat stimulasi

akademik berbeda antar kelompok, TK lebih tinggi daripada SBB dan kontrol.

Sebagian besar prestasi akademik contoh berada pada kategori cukup tapi tidak

terdapat perbedaan antar kelompok dan asal daerah, perbedaan hanya ditemukan

pada jenis kelamin. Prestasi akademik contoh laki-laki lebih baik daripada contoh

perempuan.

Karakteristik contoh dan keluarganya dengan pola asuh akademik tidak

berhubungan signifikan. Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada

karakteristik keluarga dengan ketersediaan alat stimulasi akademik, diantaranya

terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga

dengan ketersediaan alat stimulasi akademik. Besar keluarga memiliki hubungan

yang signifikan dan negatif dengan ketersediaan alat stimulasi akademik.

Hubungan yang positif dan signifikan juga ditemukan antara ketersediaan alat

stimulasi akademik dan prestasi akademik.

Saran

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pola asuh akademik dan latar

belakang pendidikan prasekolah berhubungan positif dengan prestasi akademik

anak walaupun tidak menunjukan hubungan yang signifikan sehingga disarankan

kepada orangtua untuk memperbaiki pola asuh akademik untuk remaja serta

menstimuli kecerdasan anak sejak usia dini salah satunya dengan pendidikan pra

Page 86: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

62

sekolah.. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan alat

stimulasi akademik dengan prestasi akademik. Oleh karena itu disarankan kepada

orangtua untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dan meningkatkan

kesadaraan akan pentingnya pendidikan sehingga orangtua mau dan sanggup

memprioritaskan penyediaan alat stimulasi akademik secara mandiri ataupun

kolektif.

Beberapa rekomendasi penelitian mendatang yang dapat diberikan dari

penelitian ini antara lain, adalah :

1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat bagaimanakah pengaruh jangka

panjang pendidikan prasekolah terhadap prestasi akademik maupun non

akademik di masa yang akan datang yaitu di saat contoh sudah berada di

bangku SMA atau kuliah.

2. Penelitian ke depan juga perlu mencari faktor - faktor lain yang berhubungan

dengan prestasi akademik remaja dengan latar belakang pendidikan

prasekolah yang berbeda, misalnya faktor intrinsik (faktor yang ada pada diri

anak seperti potensi akademik, IQ, EQ, SQ, dll ) dan faktor lingkungan

pembelajaran di sekolah (sarana dan pra sarana, guru, kurikulum, peergroup).

Page 87: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

63

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pemikiran beberapa tokoh tentang Konsep Pendidikan Prasekolah

(bagian 2). [terhubung berkala].

http://childrengarden.wordpress.com/2010/01/17/pemikiran-beberapa-

tokoh-tentang-konsep-pendidikan-prasekolah-bagian-3/ [7 April 2010]

Anonim. 2003. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.

Buletin PADU edisi 01, 2003

Ali, M. dan Ansori, M. 2004. Psilkologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Arisandi, R. 2007. Analisis Prestasi Anak terhadap Gaya Pengasuhan Orangtua,

Kecerdasan Emosional, Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa kelas XI di

SMA Negeri 3 Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Azwar, S. 2002. Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barnett, S.W. 2008. Preschool education and its lasting effects: Research and

policy implications. Boulder and Tempe: Education and the Public Interest

Center & Education Policy Research Unit.

http://epicpolicy.org/publication/preschooleducation. [26 September 2010].

Barnett, S.W., Ackerman D.J. 2006. Costs, Benefits, and Long-Term Effects of

Early Care and Education Programs: Recommendations and Cautions for

Community Developers. Journal of the Community Development Society;

73: 86-101

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2009. Tingkat kemiskinan Jawa

Barat Maret 2009. Berita Resmi Statistik: Jawa Barat.

. 2010. Proyeksi penduduk 2000-2025. [terhubung berkala].

http://www.datastatistikindonesia.comproyeksiindex.phpoption=com_proye

ksi&Itemid=941.htm [15 Maret 2010].

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ellis. 2010. What is so Important About Early Childhood Education?. [terhubung

berkala]. http://www.wisegeek.com/what-is-so-important-about-early-

childhood-education.htm. [7April 2010]

Page 88: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

64

Fuaddin. 1999. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta: Lembaga

Kajian Agama dan Gender.

Iqbal, N. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini, penelitian professor Bloom.

[terhubung berkala].

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16527 [12 Maret

2010].

Ginting, E.B. 2005. Hubungan Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi dengan

Prestasi Belajar pada Remaja [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Goleman, D. 1995. Emotional Intelegence. New York: Bantam Books.

Gunardja, S., Puspitawati H., Hartoyo, Hastuti D. 1992. Manajemen Sumberdaya

Keluarga. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gunarsa, S.D., Gunarsa S.Y. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia.

Gunawan, W.G., Suminar S.A., Laksmi A. 2008. Pedoman Penyajian Karya

Ilmiah. Bogor: IPB Press.

Hadikusumo, K. 1999. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Hamzah, Masri K. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hartati, S. 2007. Seri Panduan Pendidikan Anak Usia Dini: How To Be A Good

Teacher and To Be A good Mother . Jakarta: Enno Media.

Hastuti, D. 2006. Analisis Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada

Pembentukan Anak Sehat, Cerdas, dan Berkarakter Secara Berkelanjutan

[disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

. 2008. Pengasuhan: Teori dan Prinsip serta Aplikasinya di Indonesia.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hawadi, R.A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat, dan

Kemampuan Anak. Jakarta: Gramedia.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Istiwidayanti, Soedjarwo

penerjemah; Jakarta: penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Developmental

Psykology.

. 1991. Adolescence Development. Tokyo: Mc. Graw Hill.

Page 89: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

65

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat Untuk Membangun

Bangsa. Jakarta: Inonesia Heritage Foundation.

. 2005. Pendidikan Holistik: aplikasi Kurikulum Berbasis Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Untuk Menciptakan Lifelong Learners. Jakarta:

Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, R., Dona R., Yulisanti F., Dina W.F. 2004. Pendidikan yang Patut

dan Menyenangkan. Depok: Indonesia Heritage Foundation.

Nurani, A.S. 2004. Pengaruh Kualitas Perkawinan, Pengasuhan Anak, dan

Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Belajar Anak [Tesis]. Bogor: Program

PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor.

Prayitno, I. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiyatuna.

Papalia, D.E., Olds S.W. 1989. Humen Development. Ed ke-4. USA. McGraww-

Hill, Inc.

Patmonodewo, S. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto, N. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Qolbu. 2008. Tahapan Perkembangan Manusia.

http://mercusuarku.wordpress.com/2008/08/10/ perkembangan-

manusia/index.html [10 Agustus 2008]

Rahmaulina, N.D., Hastuti D. 2008. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan

Tumbuh Kembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan

Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal IKK Vol 1 no 2.

Agustus 2008.

Raut, L.K. 2003. Long Term Effects of Preschool Investment on school

Performance and Labor Market Outcome. http://129.3.20.41/econ-

wp/test/papers/9912/9912063.pdf [26 September 2010]

Ridwan. 2008. Kegiatan Belajar terhadap Prestasi yang Dicapai.

http://wordpress.com. [4 Juni 2010].

Rina, A.P.H. 2008. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada

Siswa-Siswi SMA Assalam Surakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Rustiawan, A., Anies, Muhilal. 1998. Keragaan Prestasi Belajar Murid SD di

Desa IDT Penerima IMT AS. Bogor. Jurnal Gizi Indonesia. Persatuaan Ahli

GIzi Indonesia.

Page 90: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

66

Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Mila Rachmawati, Anna

Kuswanti, penerjemah: Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence.

Samana. 1992. Sistem Pengajaran. Yogyakarta: Kanisius.

Sardiman, A.M. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Singaribun, M., Effendi, S. 1991. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Siskandar. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk anak Usia Dini.

Buletin PADU vol 2 No. 1 April 2003.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Di Dalam: IG. N Gde Ranuh, editor.

Jakarta: EGC.

Sudjarwo. 2009. Pengasuhan dan Perawatan yang Menstimulasi Kecedasan Anak.

Buletin PAUD Vol 8 No. 1 april 2009.

Sukadi. 2006. Guru Powerfull: Guru Masa Depan. Bandung: Qolbu.

Suryabrata, S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta:

Grasindo

Wandini, K. 2008. Pengaruh Pola Asuh Belajar, Lingkungan Pembelajaran,

Motivasi Belajar dan Potensi Akademik terhadap Prestasi Akademik Siswa

Sekolah Dasar [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Page 91: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

67

LAMPIRAN

Page 92: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat
Page 93: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

67

67

Lampiran 1 Output Realibilitas Kuesioner Pola Asuh Akademik

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

pasdis1 28.45 25.529 -.075 .193 .667

pasdis2 28.63 23.770 .208 .484 .651

pasdis3 28.80 23.322 .203 .355 .652

pasdis4 29.21 24.608 .014 .286 .677

pasdis5 28.47 24.368 .177 .345 .654

pasdis6 28.55 23.715 .250 .498 .647

pasdis7 28.78 22.266 .366 .563 .632

pasdis8 29.06 21.845 .397 .567 .627

pasdis9 28.82 23.733 .128 .411 .662

pasdis10 28.77 23.342 .224 .409 .649

pae1 28.91 22.410 .299 .351 .640

pae2 29.20 21.229 .470 .519 .616

pae3 28.41 25.059 .093 .294 .659

pae4 29.31 21.333 .446 .506 .619

pae5 28.91 21.433 .510 .510 .614

pae6 28.56 23.412 .320 .347 .641

pae7 28.61 25.962 -.153 .333 .685

pae8 28.84 22.509 .350 .519 .634

pae9 28.53 24.392 .162 .426 .655

pae10 29.52 22.229 .248 .317 .649

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.659 .632 20

Page 94: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

68

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik dan kelompok

No Pola Asuh Akademik

SBB TK Non-TK

Tidak Pernah Kadang-

kadang Sering Tidak Pernah

Kadang-

kadang Sering Tidak Pernah

Kadang-

kadang Sering

n % n % n % n % n % n % n % n % n %

Pola asuh Disiplin Diri

1 Orangtua menyuruh anaknya untuk mengaji 0 0 2 7,4 25 92,6 0 0 4 12,9 27 87,1 0 0 4 13,8 25 86,2

2 Orangtua membiarkan anaknya yang sering lambat

makan*

21 77,8 4 14,8 2 7,4 24 77,4 4 12,9 3 9,7 23 79,3 4 13,8 2 6,9

3 Orangtua tidak membangunkan anaknya bangun pagi

untuk sekolah*

20 74,1 4 14,8 3 11,1 21 67,7 5 16,1 5 16,1 19 65,5 4 13,8 6 20,7

4 Orangtua tidak memuji anaknya yang tepat waktu

mandi/sholat/dll tugas*

7 25,9 9 33,3 11 40,7 15 48,4 11 35,5 5 16,1 13 44,8 8 27,6 8 27,6

5 Orangtua memberi contoh yang baik kapan harus sholat 1 3,7 0 0 26 96,3 1 3,2 2 6,5 28 90,3 2 6,9 2 6,9 25 86,2

6 Orangtua membiarkan anaknya yang lalai sholat* 23 85,2 4 14,8 0 0 28 90,3 0 0 3 9,7 23 79,3 3 10,3 3 10,3

7 Orangtua membiarkan anaknya yang tidak menepati

jam belajar*

20 74,1 4 14,8 3 11,1 20 64,5 4 12,9 7 22,6 21 72,4 5 17,2 3 10,3

8 Orangtua tidak membantu anaknya untuk menepati

jadwal belajarnya*

14 51,9 9 33,3 4 14,8 13 41,9 8 25,8 10 32,3 15 51,7 10 34,5 4 13,8

9 Orangtua tidak menanyai anaknya yang lambat pulang

sekolah*

20 74,1 1 3,7 6 22,2 22 71,0 4 12,9 5 16,1 20 69,0 3 10,3 6 20,7

10 Orangtua menanyai anaknya ada PR atau tidak 3 11,1 6 22,2 18 66,7 5 16,1 7 22,6 19 61,3 3 10,3 3 10,3 23 79,3

Pola Asuh Dukungan Berprestasi

1 Orangtua menegur anaknya yang tidak mengerjakan

tugas sekolah sampai selesai

6 22,2 3 11,1 17 66,7 6 19,4 7 22,6 18 58,1 6 20,7 4 13,8 19 65,5

2 Orangtua membantu usaha anaknya memeriksa kembali

pekerjaan rumah yang salah sampai benar semua

7 25,9 11 40,7 9 33,3 9 29,0 10 32,3 12 38,7 7 24,1 8 27,6 14 48,3

3 Orangtua mendorong anak untuk mencapai prestasi

sesuai minatnya

0 0 2 7,4 25 92,6 0 0 4 12,9 27 87,1 0 0 1 3,4 28 96,6

4 Orangtua membantu anaknya saat menghadapi kesulitan

mengerjakan PR

8 29,6 10 37,0 9 33,3 11 35,5 9 29,0 11 35,5 9 31,0 10 34,5 10 34,5

5 Orantua memuji anaknya yang juara di kelas 3 11,1 9 33,3 15 55,6 4 12,9 9 29,0 18 58,1 5 17,2 8 27,6 16 55,2

6 Orangtua memberi contoh dengan cara menyelesaikan

pekerjaan dengan teliti

1 3,7 2 7,4 24 88,9 1 3,2 4 12,9 26 83,9 3 10,3 4 13,8 22 75,9

7 Orangtua menegur anak yang mengerjakan pekerjaan

yang sederhana dengan ceroboh

1 3,7 2 7,4 24 88,9 3 9,7 2 6,5 26 83,9 3 10,3 6 20,7 20 69,0

8 Orangtua memuji anak yang berhasil mengerjakan

pekerjaan yang sulit dengan teliti

6 22,2 9 33,3 12 44,4 3 9,7 8 25,8 20 64,5 2 6,9 5 17,2 22 75,9

9 Orangtua menegur anak yang menonton Televise/main

seharian sehingga lupa belajar

0 0 1 3,7 26 96,3 2 6,5 4 12,9 25 80,6 1 3,4 6 20,7 22 75,9

10 Orangtua tidak tahu cita-cita anak* 11 40,7 1 3,7 15 55,6 14 45,2 2 6,5 15 48,8 8 27,6 2 6,9 19 65,5

Mean ± std 76,57±13,46 75,32±11,01 75,52±13,50

P-value 0,940

Page 95: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

69

69

Lampiran 3 Koefesien korelasi Antar Variabel

a. Tanpa membedakan kelompok contoh (n=87)

LBPS Usia

Anak

Jenis

Kelamin

Besar

Keluarga

Pendidikan

Ibu

Pendapatan

per kapita

Pola Asuh

Akademik

Stimulasi

Akademik

Prestasi

Akademik

LBPS 1 0,139 0,059 0,237** -0,159** -0,175** -0,016 -0,199*** -0,047

Usia Anak 1 -0,093 0,096 -0,116 -0,051 -0,025 -0,013 -0,024

Jenis Kelamin (laki-

laki=1, perempuan 0)

1 0,066 -0,170 -0,121 0,106 0,120 0,188*

Besar Keluarga 1 -0,340*** -0,341*** -0,085 -0,188** 0,056

Pendidikan Ibu 1 0,388*** 0,177 0,392*** 0,194*

Pendapatan per kapita 1 0,017 0,418*** 0,246**

Pola Asuh Akademik 1 0,035 0,043

Stimulasi Akademik 1 0,301**

Prestasi Akademik 1

LBPS=latar belakang pendidikan pra sekolah (SBB=1, TK=2, kontrol=3)

*Signifikan pada 0,1 ***signifikan pada level 0,01

**signifikan pada level 0,05

b. Kelompok contoh SBB (n=27) Usia

Anak

Jenis

Kelamin

Besar

Keluarga

Pendidikan

Ibu

Pendapatan

per kapita

Pola Asuh

Akademik

Stimulasi

Akademik

Prestasi

Akademik

Usia Anak 1 0,031 -0,009 -0,118 0,140 -0,082 -0,048 -0,277

Jenis Kelamin (laki-

laki=1, perempuan 0)

1 -0,117 -0,070 -0,145 0,261 0,155 0,317

Besar Keluarga 1 -0,100 -0,365* 0,228 -0,225 0,035

Pendidikan Ibu 1 0,213 0,113 0,452** 0,163

Pendapatan per kapita 1 -0,093 0,557*** 0,215

Pola Asuh Akademik 1 0,084 0,074

Stimulasi Akademik 1 0,217

Prestasi Akademik 1

*Signifikan pada 0,1

**signifikan pada level 0,05

***signifikan pada level 0,01

Page 96: HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48264/I11ysr.pdfdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di ... remaja saat

70

c. Kelompok contoh TK (n=31) Usia

Contoh

Jenis

Kelamin

Besar

Keluarga

Pendidikan

Ibu

Pendapatan

per kapita

Pola Asuh

Akademik

Stimulasi

Akademik

Prestasi

Akademik

Usia Contoh 1 0,160 -0,029 0,026 0,003 0,002 0,280 0,361**

Jenis Kelamin (laki-

laki=1, perempuan 0)

1 0,254 -0,063 0,026 -0,263 0,347* -0,011

Besar Keluarga 1 -0,318* -0,313* -0,284 0,106 0,169

Pendidikan Ibu 1 0,357** 0,309 0,232 0,151

Pendapatan per kapita 1 -0,086 0,218 0,222

Pola Asuh Akademik 1 -0,037* -0,178

Stimulasi Akademik 1 0,476***

Prestasi Akademik 1

*Signifikan pada 0,1

**signifikan pada level 0,05

***signifikan pada level 0,01

d. Kelompok contoh kontrol (n=29)

Usia Contoh

Jenis Kelamin

Besar Keluarga

Pendidikan Ibu

Pendapatan per kapita

Pola Asuh Akademik

Stimulasi Akademik

Prestasi Akademik

Usia Contoh 1 -0,358* 0,184 -0,262 -0,253 -0,016 -0,298 -0,153

Jenis Kelamin (laki-

laki=1, perempuan 0)

1 -0,015 -0,285 -0,054 0,305 -0,046 0,347*

Besar Keluarga 1 -0,447** -0,204 -0,190 -0,342* 0,013

Pendidikan Ibu 1 0,389** 0,115 0,318* 0,246

Pendapatan per kapita 1 0,197 0,637*** 0,151

Pola Asuh Akademik 1 0,063 0,247

Stimulasi Akademik 1 0,077

Prestasi Akademik 1

*Signifikan pada 0,1

**signifikan pada level 0,05

***signifikan pada level 0,01