Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA INTIMACY (STERNBERG’S
TRIANGULAR THEORY OF LOVE) DAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA PADA PEREMPUAN DEWASA
AWAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Vina Ardiana
139114140
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Ask, and it shall be given you, and ye shall find ..”
-Matthew 7:7-8
Do your best, and God will do the rest.
-Ibu Pendeta
Bagaimana kita beberapa tahun mendatang akan sangat bergantung dari
apa dan bagaimana usaha kita saat ini.
-Bunda
“Just try, you got nothing to lose ..“
-Yulius Pradana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bunda dan Babe yang memberi kasih sayang dan semangat setiap waktu
Kakak Perempuanku, Achsa Ardiana yang setia setiap saat menerima keluh kesah
Kekasihku, Yulius Pradana Setyawan yang selalu ada
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA INTIMACY (STERNBERG’S TRIANGULAR THEORY OF LOVE) DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL Vina Ardiana
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memahami hubungan antara Intimacy Sternebrg’s
Triangular Theory of Love dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi pada pasangan dewasa awal yang menikah. Subjek penelitian ini adalah perempuan dewasa awal dalam rentang usia 18-40 tahun yang sudah menikah minimal 5 tahun dan sudah memiliki keturunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah subyek yang digunakan adalah 163 orang. Pengukuran KDRT menggunakan Domestic Violence Questionnaire, dan pengukuran Intimacy menggunakan Triangular of Love Scale (TLS Berdasarkan uji reliabilitas diketahui bahwa koefisien Cronbach Alpha untuk Intimacy adalah adalah 0.938 > 0.7 dan untuk KDRT adalah 0.971 > 0.7. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas data, uji linieritas dan uji bivariat dengan Product Moment dari Spearman Brown. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel Intimacy memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan variabel KDRT. Artinya semakin tinggi tingkat Intimacy yang dilakukan oleh rumah tangga pasangan dewasa awal akan menyebabkan semakin rendah tingkat KDRT yang dilakukan oleh suaminya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat intimacy yang dilakukan akan menyebabkan semakin tinggi tingkat KDRT yang dilakukan oleh suaminya. Jadi intimacy dapat dijadikan upaya untuk meningkatkan komunikasi antar suami-istri dan menekan terjadinya KDRT yang terjadi di keluarganya.
Kata Kunci : Intimacy, KDRT, Dewasa Awal, Pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATIONAL BETWEEN INTIMACY (STERNBERG'S TRIANGULAR THEORY OF LOVE) AND DOMESTIC VIOLENCE ON EARLY
ADULT WOMEN
Vina Ardiana
ABSTRACT
This study was conducted to understand the Relationship between Sternebrg's Triangular Intimacy Theory of Love with Domestic Violence (DV) that occurred in early married couples. The subjects of this study were early adult women in the age range of 18-40 years old who have been married at least 5 years and already have children. This study uses a quantitative approach. The number of subjects used are 163 people. Measurement of Domestic Violence using Domestic Violence Questionnaire, and Intimacy measurements using Triangular of Love Scale (TLS). Based on the reliability test known that the coefficient Cronbach Alpha for Intimacy is 0.938 > 0.7 and Domestic Violence is 0.971 > 0.7. Data analysis technique using data normality test, linearity test and bivariate test with Product Moment from Spearman Brown. The results concluded that Intimacy variables have a negative and significant correlation with domestic violence variables. This means that the higher levels of Intimacy performed by the early adult households will lead to lower levels of domestic violence conducted by her husband. Similarly, the lower the level of intimacy performed will lead to higher levels of domestic violence conducted by her husband. So intimacy can be an effort to improve the communication relation between husband and wife and reduce the occurrence of domestic violence that occurred in his family. Keywords : Intimacy, Domestic Violence, Early Adult, Marriage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
antara Intimacy (Sternberg’s Triangular Theory of Love) dan Kekerasan Dalam
Rumat Tangga Pada Perempuan Dewasa Awal”. Skripsi ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir dan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak
yang telah mendukung. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
2. Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph.D. selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu memberi dukungan, nasehat, kritik, saran, dan arahan serta
diskusi yang sangat membantu terselesaikannya skripsi ini.
4. Drs. H. Wahyudi. M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberi dukungan selama berkuliah di Fakultas Psikologi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan
banyak pengetahuan yang tak ternilai.
6. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
1. Teoritis ............................................................................................. 12
2. Praktis .............................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 14
A. KDRT Pasangan Dewasa Awal .............................................................. 14
1. Definisi Dewasa Awal ..................................................................... 14
2. Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ....................... 16
3. Faktor Pendorong Suami Melakukan KDRT ................................... 18
4. Faktor Penyebab Terjadinya KDRT ................................................ 19
5. Dimensi KDRT ................................................................................ 24
6. Dampak KDRT ................................................................................ 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Intimacy dalam Triangular Love Sternberg ............................................ 26
1. Konsep Triangular Love Sternberg ................................................. 27
2. Komponen Triangular Love Sternberg ............................................ 30
a. Passion dalam Triangular Theory of Love .............................. 30
b. Commitment dalam Triangular Theory of Love ...................... 31
c. Intimacy dalam Triangular Theory of Love ............................ 31
C. Dinamika Hubungan Intimcy dan KDRT ............................................... 36
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 40
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 40
B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................... 40
C. Definisi Operasional ............................................................................... 41
1. Intimacy ............................................................................................ 41
2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga .................................................... 42
D. Subjek Penelitian .................................................................................... 42
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 43
1. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 43
2. Alat Pengumpulan Data ................................................................... 46
a. Skala Intimacy ........................................................................... 46
b. Skala Kekerasan Dalam Rumah Tangga ................................... 47
F. Validitas dan Reliabilitas Data Alat Ukur .............................................. 50
1. Validitas Alat Ukur .......................................................................... 50
2. Reliabilitas Item Skala ..................................................................... 53
3. Reliabilitas Alat Ukur ...................................................................... 53
G. Metode Analisis Data .............................................................................. 54
1. Uji Normalitas .................................................................................. 55
2. Uji Linearitas ................................................................................... 55
3. Uji Hipotesis / Bivariat .................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 57
A. Persiapan Pelaksanaan dan Penelitian .................................................... 58
B. Pelaksanaan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala ................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Skala Intimacy .................................................................................. 58
2. Skala KDRT ..................................................................................... 59
C. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 59
1. Intimacy ............................................................................................ 59
2. KDRT ............................................................................................... 62
D. Hasil Penelitian ....................................................................................... 64
1. Uji Normalitas .................................................................................. 64
a. Intimacy ..................................................................................... 64
b. KDRT ........................................................................................ 65
2. Uji Linearitas ................................................................................... 66
3. Uji Hipotesis .................................................................................... 67
E. Pembahasan ............................................................................................. 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73
A. Kesimpulan ............................................................................................. 73
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 74
C. Saran ....................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
LAMPIRAN ........................................................................................................ 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Penilaian Skala Penelitian .......................................................... 44
Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Intimacy ........................................................... 47
Tabel 3.3 Distribusi Item Skala KDRT .............................................................. 47
Tabel 4.1 Frekuensi Kategori Intimacy ............................................................... 49
Tabel 4.2 Frekuensi Kategori KDRT ................................................................. 61
Tabel 4.3 Uji Normalitas Intimacy ...................................................................... 63
Tabel 4.4 Uji Normalitas KDRT ........................................................................ 64
Tabel 4.5 Uji Linieritas ...................................................................................... 66
Tabel 4.6 Uji Hipotesis ...................................................................................... 67
Tabel 4.7 Pedoman Interpretasi ......................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Dinamika Hubungan Intimacy dan KDRT ....................................... 38
Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Intimacy .............................................................. 61
Gambar 4.2 Garfik Frekuensi KDRT ................................................................. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Blueprint Skala Intimacy .......................................................................... 84
Lampiran Blueprint Skala KDRT ............................................................................. 86
Lampiran Skala Penelitian ....................................................................................... 90
Lampiran Reliabilitas Intimacy .............................................................................. 100
Lampiran Reliabilitas KDRT ................................................................................... 102
Lampiran Uji Normalitas ......................................................................................... 106
Lampiran Uji Linearitas .......................................................................................... 107
Lampiran Uji Hipotesis ........................................................................................... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa awal adalah masa individu memiliki pergantian
tanggung jawab, peran dan tugas perkembangan dalam hidupnya (Papalia,
2004). Dimana rentang usia dewasa awal rata-rata berada pada 18-40 tahun
(Hurlock, 1999). Pada masa ini individu memiliki tugas untuk hidup secara
mandiri, memulai karir, menjalin hubungan romantis, menikah dan berumah
tangga (Feldmann, Olds, & Papalia 2009). Kesuksesan pencapaian pada
berbagai tuntutan dalam perkembangan masa dewasa awal ini sangat berkaitan
erat dengan kebahagiaan, kesejahteraan dan rasa sukses dalam kehidupan
seorang individu (Kuusinen, 1997, dalam Martikainen 2008).
Menikah atau berumah tangga sendiri memiliki manfaat yang sangat
baik bagi kesehatan, ekonomi, maupun kehidupan sosial seorang individu
(Maher, 2004). Selain itu, pernikahan memiliki manfaat lain berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan psikologis seorang individu yang mencakup
penurunan tingkat depresi individu, meningkatnya harga diri individu,
memiliki hubungan pribadi yang lebih dekat dengan orang lain, dan
perkembangan pribadi seorang individu yang lebih kuat (Lambert & Marks,
1998, dalam Seccombe & Warner, 2004). Di sisi lain, hubungan pernikahan
tidak selalu berjalan mulus dan statis, melainkan terus mengalami perubahan,
perkembangan, dan pertumbuhan secara konstan (DeGenova, 2008). Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk menjalani dan mencapai kebahagiaan pernikahan sendiri bukanlah suatu
hal yang mudah bagi pasangan suami istri dalam sebuah rumah tangga,
sehingga tidak bisa dipungkiri adanya perbedaan pendapat, pertentangan dan
konflik. Konflik akan selalu ada di dalam kehidupan bersama hingga
hubungan yang serius (Coser, 1992, dalam Anoraga). Hal ini didukung dengan
adanya penjelasan bahwa keberadaan konflik dalam pernikahan merupakan
keadaan yang biasa terjadi pada pasangan menikah (McGonagle dkk, 1994,
dalam Sears).
Dari penjelasan di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan atau
konflik selalu ada dalam rumah tangga. Dalam suatu pernikahan terkadang
apa yang diharapkan oleh masing-masing individu tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada setelah individu tersebut menjalani hubungan rumah
tangga. Hal ini dapat memicu adanya pertentangan, perselisihan, perdebatan
dan berakhir dengan perceraian bahkan tindak kriminal. Kekerasan dalam
rumah tangga sendiri tidak jarang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di dalam rumah tangga (Ihromi, 1995). Berkaitan
dengan hal tersebut, sekarang ini banyak fenomena terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga sebagai salah satu bentuk konflik dalam hubungan
pernikahan.
Dari data yang sudah ada, diperoleh data kasus kekerasan dalam rumah
tangga di Indonesia banyak terjadi. Komnas Perempuan Indonesia
mengungkapkan terdapat 259.150 kasus kekerasan yang terjadi pada
perempuan sepanjang tahun 2016. Data tersebut dihimpun dari data di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pengadilan Agama yang telah ditangani lembaga mitra pengadaan layanan di
wilayah Indonesia. Data pengaduan langsung ke Komnas Perempuan
menunjukkan bahwa KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga menjadi
kasus paling banyak diadukan dengan jumlah 903 kasus (88%) dari total 1.022
kasus yang sudah terdata. Catatan Komnas Perempuan juga menyebutkan
bahwa di dalam ranah rumah tangga, kekerasan terhadap istri terletak di angka
tertinggi yaitu 5.784 kasus, dibandingkan dengan kekerasan dalam pacaran
sebesar 2.171 kasus (Kompas, 2016).
Kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga saat ini
menjadi pelanggaran hak asasi manusia yang terparah. Perempuan sebagai
korban kekerasan dapat mengalami banyak masalah dalam dirinya seperti,
mengalami kerusakan kepercayaan diri, berkurangnya harga diri sehingga
dapat menyebabkan kerusakan hubungan antar pribadi korban dengan
pasangannya sendiri, kemungkinan terjadinya masalah seksual dan masalah
psikologis (Walker, 1979). Hal ini tentu menjadi salah satu bentuk konflik
yang ada dalam rumah tangga. Ketidakharmonisan rumah tangga ini tentu
menjadi situasi yang bertolak belakang dengan harapan banyak pasangan
menikah untuk dapat membangun keluarga yang harmonis, bahagia, dan
saling mencintai, karena faktanya banyak dari mereka yang sudah berumah
tangga dan terikat dalam sebuah komitmen perkawinan ternyata memiliki
keluarga yang tidak harmonis karena adanya permasalahan atau konflik yang
tidak bisa dihindari dalam hubungan pernikahan (Qaimi, 2002). Dari data
kasus yang sudah ada, tidak bisa dipungkiri bahwa kekerasan dalam rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tangga memang benar adanya. Data kekerasan pada perempuan di dalam
rumah tangga sendiri menjadi bukti bahwa kekerasan masih sering terjadi
dalam pasangan menikah, baik itu kekerasan yang bersifat fisik, psikologis
atau kejiwaan, hingga kekerasan seksual maupun kekerasan ekonomi hingga
melakukan penelantaran terhadap keluarga. Selain itu, banyak dampak yang
ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga. Diantaranya adalah
mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan
harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada
suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma,
mengalami depresi, gangguan makan dan tidur yang merupakan reaksi
panjang dari tindak kekerasan dan keinginan untuk bunuh diri. Namun, tidak
jarang akibat tindak kekerasan terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan
reproduksi terganggu secara biologis yang pada akhirnya mengakibatkan
terganggu secara sosiologis. Pada perempuan yang mengalami kekerasan
dalam rumah tangga dapat menyebabkan terganggunya kesehatan reproduksi
(Sutrisminah, 2010).
Menurut seorang Kriminolog Adrianus Meliala kekerasan terjadi bisa
dipicu karena kurangnya interaksi antar anggota keluarga, seperti kurangnya
interaksi suami dengan istrinya (Kompas, 2017). Sedangkan komunikasi
sendiri menjadi salah satu penentu keharmonisan suatu rumah tangga.
Bilamana komunikasi tidak berjalan baik maka dapat dipastikan besar
kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada kekerasan dalam rumah
tangga (Ihromi, 1995). Komunikasi sendiri dianggap penting karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dipandang sebagai inti dari komponen intimacy dalam Triangular Theory of
Love (Papalia, et al, 2009) dan komunikasi pun menjadi kunci bagi aspek-
aspek lain dalam sebuah hubungan romantis (Olson & DeFrain, 2006). Tidak
adanya cinta sendiri bisa menjadi salah satu pemicu adanya disharmonis
dalam hubungan suami karena tidak adanya landasan dalam menjalani
hubungan yang ada (Sternberg, 1999). Dari studi literatur diketahui bahwa
kriteria-kriteria keberhasilan perkawinan mempunyai hubungan yang erat
dengan adanya cinta dalam perkawinan, dimana cinta dan komponen-
komponennya merupakan indikator terbentuknya kebahagiaan perkawinan
(Dush, dkk, 2008 dalam Sari, 2010), kepuasan perkawinan (Chasan, 1994
dalam Cahyowinarti, 2010), dan penyesuaian perkawinan (Anjani & Suryanto,
2006). Setiap pernikahan sendiri harus didasari oleh adanya rasa cinta,
sehingga kehidupan rumah tangga yang dibangun akan berjalan harmonis dan
langgeng. Menurut beberapa tokoh, cinta menjadi alasan utama bagi seseorang
untuk menikah dan membina rumah tangga di dalam hidupnya. Cinta
merupakan aspek penting dalam sebuah hubungan romantis seperti hubungan
pernikahan (Duffy & Atwater, 2002; Ginanjar, 2011). Selain itu, cinta juga
merupakan jalinan keintiman antara seseorang dengan orang lain, sehingga
membuat seseorang itu menjadi peduli terhadap orang yang dicintai dan
memiliki komitmen dengan orang tersebut (Williams, Sawyer & Wahlstrom,
2006). Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cinta
memiliki peran yang penting dalam memulai dan menjalani berlangsungnya
hubungan pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sternberg (1988) menyatakan bahwa cinta itu sendiri memiliki
beberapa komponen yang membuatnya bisa menjadi cinta yang sempurna.
Ketiga komponen yang dimaksud adalah commitment, passion, dan intimacy.
Komponen pertama adalah commitment (komitmen) adalah sebuah bentuk
keputusan seseorang untuk bersama seorang pasangan di dalam hidupnya.
Komponen commitment adalah komponen yang harus dibangun dengan wujud
dan bukan dengan omong kosong dari pasangan semata, sehingga bukti dari
adanya commitment itu sendiri sangat nyata. Komponen kedua adalah passion
(hasrat) yang dijelaskan sebagai hasrat yang merupakan sebuah perasaan yang
muncul dari adanya daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Perasaan ini
merupakan hal yang sangat wajar dalam sebuah pernikahan atau kehidupan
rumah tangga sehingga hubungan dapat memberikan keturunan. Adapun
komponen yang ketiga adalah intimacy yang merupakan gambaran kedekatan
perasaan antara dua orang. Pasangan memiliki komponen ini memiliki
kedekatan secara perasaan dan emosional sehingga adanya pengertian dan
toleransi antar pasangan yang membuat hubungan suami istri makin harmonis.
Ketiadaan kedekatan ini sendiri dapat mempengaruhi kedekatan perasaan
antar pasangan sehingga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi
keharmonisan pernikahan yang ada. Bahkan hal ini bisa memicu adanya
permasalahan atau konflik dalam rumah tangga yang bisa berujung pada
pertengkaran, kekerasan hingga perceraian pada saat masalah yang dirasa
tidak mendapatkan jalan keluar. Sternberg (1997) menyatakan bahwa dengan
terpenuhinya ketiga komponen tersebut secara seimbang, maka akan terbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sebuah cinta yang sempurna yang baik memberikan pengaruh baik bila ada
dalam suatu hubungan. Akan tetapi memenuhi ketiga komponen cinta tersebut
secara seimbang secara bukanlah hal yang mudah. Sekalipun begitu, ketiga
komponen dalam cinta dapat dilihat secara terpisah meskipun ketiganya saling
berhubungan (Sternberg, 1988). Hal ini menjadi ketertarikan peneliti untuk
meneliti salah satu komponen dari ketiga komponen cinta tersebut. Peneliti
tertarik melihat apakah ada kaitan yang erat antara kedekatan perasaan
pasangan dengan kekerasan dalam rumah tangga yang terus meningkat dalam
beberapa tahun terakhir ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada penelitian ini komponen
intimacy dipilih untuk menjelaskan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
dengan alasan karena intimacy merupakan fondasi utama dalam pernikahan
(Beck, 1988; Levinger, 1988). Selain itu, terdapat kesamaan mengenai sebuah
variabel yang dianggap penting bagi intimacy dan kekerasan dalam rumah
tangga, yaitu komunikasi. Komunikasi dianggap penting bagi intimacy dan
kekerasan dalam rumah tangga karena komunikasi dipandang sebagai inti dari
komponen intimacy dalam Triangular Theory of Love (Papalia, et al, 2009)
dan salah satu pemicu utama terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
(Ihromi, 1995). Selain itu, komunikasi pun menjadi kunci bagi aspek-aspek
lain dalam sebuah hubungan romantis (Olson & DeFrain, 2006). Hal ini juga
di dukung dengan adanya penjelasan bahwa Intimacy juga menjadi prediktor
bagi kepuasan, kestabilan, dan kesuksesan pernikahan (Saltzberg, 1989;
Holman, Larson, & Harmer, 1994; Larson, et al, 2007, dalam Nelson 2008;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Doreen, 2011). Dimana kesuksesan pernikahan sendiri identik dengan
pernikahan yang harmonis dan bahagia tanpa adanya kekerasan dalam rumah
tangga sebagai sebuah penyelesaian konflik yang ada di dalam rumah tangga
(Ihromi, 1995)
Keberadaan Intimacy juga merupakan sesuatu yang bernilai dalam
pernikahan karena dapat mengukuhkan komitmen pasangan untuk
mempertahankan hubungan serta berhubungan positif dengan well-being dan
marital adjustment (Kenny & Acitelli, 1994; Schaefer & Olson, 1981;
Waring, et al, 1981, dalam Heller, & Wood, 1998). Adanya kesamaan yang
tercermin dari adanya variabel komunikasi yang dianggap penting bagi
variabel intimacy dan variabel KDRT juga mendasari pemilihan fokus
penelitian pada salah satu komponen saja. Berdasarkan hal tersebut, tentu
sebagai sesuatu yang berperan penting di dalam dasar sebuah hubungan suami
istri, intimacy memiliki pengaruh dan peran yang besar terhadap adanya
kekerasan dalam munculnya kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri karena
dengan ada tidaknya intimacy dalam suatu hubungan suami istri akan
mempengaruhi banyak hal yang menjadi faktor penting dalam keharmonisan
sebuah keluarga. Setiap elemen-elemen dalam komponen intimacy sendiri
mampu dikembangkan menjadi suatu bentuk sikap yang diterapkan dalam
menghadapi konflik dalam rumah tangga yang ada. Penerapan elemen
intimacy dapat dijadikan landasan bersikap untuk menyelesaikan setiap
permasalahan sehingga kekerasan dalam rumah tangga dapat dihindari
seminimal mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Komponen intimacy menjadi salah satu fokus untuk melihat kedekatan
perasaan pasangan yang bisa menjadi pemicu kekerasan dalam rumah tangga
yang ada di antara pasangan suami istri. Pasangan yang memiliki intimacy
tentu akan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pasangan
hidupnya, karena mereka sangat memperhatikan kesejahteraan dan
kebahagiaan pasangan hidupnya, karena pasangan yang memiliki intimacy
akan sangat menghormati dan memahami pasangannya (Sternberg, 1998). Hal
ini tentu menjadi hal yang sangat penting dalam suatu hubungan suami istri
guna membangun keluarga yang harmonis (Ihromi, 1995). Akan tetapi
fenomena yang ada menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga saat ini
bukan menjadi hal yang asing lagi bagi banyak orang sehingga hal ini menjadi
keprihatinan bersama di saat kita bisa mencegah hal itu terjadi di dalam
hubungan rumah tangga yang ada. Hal ini membuat keberadaan intimacy
dalam hubungan tersebut perlu dipertanyakan. Hadirnya intimacy dalam
kehidupan pernikahan yang didasari oleh cinta, dapat menjadi kekuatan utama
dari kekokohan cinta karena intimacy merupakan fondasi dari terbentuknya
cinta (Beck, 1988; Levinger, 1988, dalam Heller, & Wood, 1998; Sternberg,
1988). Pasangan yang berhasil membentuk intimacy dapat meningkatkan
peluang bagi suksesnya hubungan mereka secara keseluruhan (Olson &
DeFrain, 2006).
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud mengkaji
tentang hubungan antara intimacy dengan kekerasan dalam rumah tangga.
Keberadaan intimacy bisa berfungsi sebagai landasan bagi hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pernikahan dan keintiman dalam pernikahan (Stahmann, 2004). Hal ini tentu
mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku pasangan suami istri dalam
menghadapi suatu permasalahan atau konflik yang ada dalam bahtera rumah
tangga. Ketiadaan intimacy dalam hubungan suami istri dapat menjadi jurang
pemisah antar suami istri sehingga dapat menimbulkan adanya batasan yang
membuat kurangnya interaksi dan kedekatan pasangan suami istri yang
mempengaruhi komunikasi dan keharmonisan hubungan dalam rumah tangga
yang ada. Permasalahan akibat ketiadaan interaksi, komunikasi, dan kedekatan
pasangan dapat memicu munculnya kekerasan dalam rumah tangga dalam
hubungan pernikahan yang ada (Kompas, 2017). Komunikasi sendiri
merupakan ciri utama dari intimacy dalam teori cinta (Sternberg, 1998).
Selain itu, telah dijelaskan bahwa elemen-elemen intimacy sendiri
dapat menjadi suatu konsep dasar untuk meminimalisir dan melakukan
tindakan preventif dalam mencegah atau mengurangi terjadinya kekerasan itu
sendiri (Sternberg, 1997). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk
mendalami lebih jauh mengenai hubungan antara intimacy dengan kekerasan
rumah sekaligus ingin melihat seberapa besar pengaruh intimacy terhadap
kekerasan dalam rumah tangga di masa dewasa awal. Secara umum,
penelitian ini terfokus akan meneliti hubungan komponen cinta yaitu intimacy
dalam Sternberg’s Triangular of Love dan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) pada dewasa awal yang sudah terikat dalam sebuah pernikahan dan
memiliki keturunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pada penelitian subjek yang dipilih adalah perempuan, karena dari data
yang ada perempuan umumnya menjadi korban kekerasan dalam rumah
tangga dibandingkan laki-laki dalam sebuah keluarga. Pemilihan perempuan
sebagai subjek dalam berbagai penelitian kasus kekerasan dalam rumah
tangga didasarkan pada beberapa fakta yang menjelaskan bahwa hampir
sepertiga (30%) dari semua perempuan yang telah menjalin hubungan telah
mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan intim mereka
(Kompas, 2016). Selain itu catatan Komnas Perempuan juga menyebutkan
bahwa di dalam ranah rumah tangga, kekerasan terhadap istri terletak di
angka tertinggi yaitu 5.784 kasus, dibandingkan dengan kekerasan dalam
pacaran sebesar 2.171 kasus (Kompas, 2016). Hal ini tentu yang mendasari
pemilihan subjek perempuan pada penelitian hubungan intimacy (Sternebrg’s
Triangular Theory Of Love) dan kekerasan dalam rumah tangga pada
perempuan dewasa awal.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan yang bersifat negatif dan signifikan antara
Intimacy (Sternberg’s Triangular Theory of Love) dan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Domestic Violence) pada perempuan di masa dewasa awal ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat negatif
dan signifikan antara Intimacy (Sternberg’s Triangular Theory of Love) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Domestic Violence) pada perempuan di
masa dewasa awal.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk menambah
informasi dalam bidang psikologi sosial berkaitan dengan hubungan
intimacy dengan kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini juga
diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada dengan
tema yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga yang sudah
ada. Dengan hasil penelitian ini diharapkan akan semakin melengkapi
keberagaman variabel yang dapat dikaitkan dengan intimacy dan
kekerasan dalam rumah tangga.
2. Praktis
Manfaat dari penelitian yaitu :
a. Bagi Subjek Penelitian
Untuk memberikan tambahan informasi berkaitan dengan
hubungan antara intimacy dengan kekerasan dalam rumah tangga
dalam hubungan pernikahan di masa dewasa awal. Dengan hasil yang
diperoleh diharapkan pasangan suami istri menjadi lebih
memperhatikan dan memahami tentang pentingnya keberadaan
komponen cinta dalam suatu hubungan pernikahan. Hal ini diharapkan
supaya pasangan suami istri lebih memahami hal ini sehingga mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dapat membangun hubungan yang harmonis dalam pernikahan.
Sehingga hal ini dapat mencegah munculnya kekerasan dalam rumah
tangga dalam menghadapi konflik rumah tangga yang ada.
b. Bagi Konselor
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
lebih banyak tentang peran penting komponen cinta yang menjadi
salah satu landasan terjalinnya suatu hubungan pernikahan yang
harmonis. Dengan hasil penelitian ini, konselor diharapkan dapat
melihat dan mempertimbangkan peran penting komponen intimacy
dalam mengatasi kasus klien yang mengalami kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pasangan Dewasa Awal
1. Definisi Dewasa Awal
Menurut Hurlock (2004) masa dewasa awal dimulai dari usia 18
sampai kira-kira 40 tahun. Pada masa dewasa awal ini individu memiliki
tugas untuk hidup secara mandiri, memulai karir, menjalin hubungan
romantis, menikah dan membina keluarga (Papalia, Olds, & Feldmann,
2009). Keputusan-keputusan yang dibuat di usia ini kebanyakan mengenai
hubungan intimacy (Papalia dkk, 2004). Menurut Erikson (dalam Papalia,
Old, & Feldman, 2008) tugas perkembangan dewa- sa awal untuk menjalin
hubungan intim berkaitan dengan krisis intimacy vs isolation. Hal ini
berasal dari kemampuan untuk mencintai seseorang. Menurut Kuusinen
(1997, dalam Martikainen, 2008) pencapaian berbagai tugas
perkembangan tersebut berkaitan dengan kebahagiaan, kesejahteraan dan
rasa sukses dalam hidup seseorang. Tugas perkembangan dewasa awal
adalah menjalin hubungan intim, baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis (Papalia, 2004), memilih jodoh, belajar hidup dengan suami atau
istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah
tangga, menemukan kelompok sosial, menerima tanggung jawab warga
negara, dan mulai bekerja (Monks dkk, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pernikahan sebagai hubungan yang diakui secara hukum dan
sosial antara seorang perempuan dan seorang pria (Seccombe & Warner,
2004). Selain itu, Olson & DeFrain (2006) memberikan penjelasan bahwa
pernikahan merupakan sebuah komitmen baik secara emosi maupun
hukum yang sah antara dua orang. Seseorang menikah untuk memberi
manfaat baik dalam kesehatan, ekonomi, maupun kehidupan sosial
seorang individu (Maher, 2004). Selain itu, pernikahan memiliki manfaat
lain berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan psikologis seseorang
yang mencakup penurunan tingkat depresi, meningkatnya harga diri
seseorang, memiliki hubungan pribadi yang lebih dekat dengan orang lain,
dan perkembangan pribadi yang lebih kuat (Marks & Lambert, 1998,
dalam Seccombe & Warner, 2004).
Havighurst (Turner & Helms, 1995) mengemukakan
perkembangan sosioemosional pada masa dewasa awal mencari dan
menemukan pasangan hidup untuk menuju sebuah perkawinan.
Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang dilakukan atas dasar
cinta yang romantis dan cinta yang penuh gairah. Peneliti cinta yang
terkenal, Ellen Berscheid (1988) mengatakan bahwa cinta romantis
merupakan jalinan yang rumit dari emosi-emosi yang berbeda. Seperti
emosi seorang dewasa awal yang sering mengalami ketakutan, kemarahan,
gairah seksual, kesenangan, dan kecemburuan dalam suatu jalinan cinta.
Pada pasangan dewasa awal yang masih memiliki emosi yang
kadang tak terkendali, sering kali menimbulkan konflik-konflik atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
permasalahan dalam rumah tangga. McGonagle dkk dalam Sears dkk
(1994) menyatakan bahwa konflik merupakan keadaan yang sudah biasa
terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Hal ini akhirnya dapat memicu
adanya pertentangan, perselisihan, perdebatan dan terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga sebagai salah satu bentuk konflik dalam hubungan
pernikahan. Menurut Ihromi (1995) tidak jarang kekerasan dalam rumah
tangga terkadang digunakan sebagai penyelesaian permasalahan atau
konflik yang ada dalam rumah tangga.
2. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau sering juga disebut
domestic violence merupakan kekerasan interpersonal yang termasuk
perilaku agresif dan tindakan pada anggota keluarga dan mungkin terjadi
di antara pasangan, anak-anak, orang tua, saudara perempuan atau saudara
laki-laki (Hollin & Blossom, 2007). Definisi kekerasan dalam rumah
tangga bervariasi tergantung pada konteks di mana istilah tersebut
digunakan. Definisi klinis kekerasan dalam rumah tangga sendiri
merupakan pola perilaku pemaksaan, termasuk serangan fisik, seksual,
dan psikologis, serta pemaksaan ekonomi, yang digunakan orang dewasa
atau remaja terhadap pasangan intim mereka (Family Violence
Prevention, 1999). Kekerasan terhadap pasangan intim (IPV) adalah
fenomena global yang terjadi di banyak wilayah di dunia (Campbell,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kekerasan dalam rumah tangga dapat didefinisikan sebagai sebuah
usaha untuk menyebabkan luka fisik pada keluarga atau anggota rumah
tangga atau menempatkan keluarga atau anggota rumah tangga dengan
ancaman kekerasan karena takut akan terjadi kerusakan fisik (Abolmaali,
2012). Kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang- Undang KDRT
No. 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
Dalam hukum pidana, kekerasan dalam rumah tangga dapat
didefinisikan sebagai tindak pidana dalam bentuk apa saja yang
melibatkan kekerasan atau kerusakan fisik atau ancaman kekerasan atau
kerugian fisik yang dilakukan oleh satu anggota keluarga atau anggota
keluarga terhadap yang lain. Kekerasan dalam rumah tangga mencakup
kontrol koersif yang merupakan sebuah pola taktik koersif (pengendalian
sosial dengan cara kekerasan) yang dapat mencakup pelecehan fisik,
psikologis, seksual, ekonomi, dan emosional, yang dilakukan oleh satu
orang terhadap pasangan intim, dengan tujuan untuk membangun dan
mempertahankan kekuasaan dan kontrol (Abolmaali, 2012). Kaum pria
biasanya melakukan tindakan dan pola ini lebih banyak daripada
perempuan (Jackson, 2009). Kekerasan dalam rumah tangga terjadi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
semua jenis hubungan intim yang meliputi pelecehan fisik, emosional,
seksual, sosial, dan finansial. Dalam catatan tahunan Komisi Nasional Anti
kekerasan terhadap Perempuan tahun 2011, korban KDRT yang terbanyak
adalah perempuan dalam rentang usia produktif 25-40 tahun (Komnas
Perempuan, 2011).
Jadi dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa disebut juga domestic
violence adalah perbuatan terhadap pasangan dalam rumah tangga
terutama perempuan yang bisa berupa penekanan, pemaksaan ataupun
penganiayaan sehingga membuat perempuan sebagai korban menderita
dan tersakiti.
3. Faktor Pendorong Suami Melakukan KDRT
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa kekerasan dalam
rumah tangga pada masyarakat Indonesia banyak dialami oleh perempuan
atau dengan kata lain banyak dilakukan oleh lelaki terhadap perempuan,
seperti suami terhadap istri, karena hal adanya budaya dominasi laki-laki
terhadap perempuan. Dalam masyarakat, berkembang faham suami
memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga
yang lain, suami juga berperan sebagai pembuat keputusan (Ihromi, 1995)
Perbedaan gender (gender difference) yang selanjutnya
melahirkan peran gender (gender role) sebenarnya tidak menjadi masalah
sehingga tidak perlu dipersoalkan. Terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga bermula dari adanya pola relasi kekuasaan yang timpang antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Hal ini tidak jarang
mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan
suami terhadap istri karena otoritas yang dimiliki laki-laki sebagai kepala
rumah tangga (Ridwan, 2006).
Pembedaan peran dan posisi antara suami dan istri dalam
masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan
diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami
ditempatkan sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi
dari pada istri. Berikut ini ada beberapa kriteria pria yang memiliki
kecenderungan melakukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu memiliki
pendidikan rendah, memiliki riwayat penganiayaan anak, memiliki
terpaan kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu mereka, merupakan
pengguna alkohol yang berbahaya, memiliki norma gender yang tidak
setara, dan memiliki rasa lebih memiliki derajat lebih tinggi dan berhak
atas perempuan (Jackson, 2009).
4. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Banyak faktor yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah
tangga yang dilakukan suami kepada istri. Salah satunya, menurut Ihromi
(1995) yang menyebabkan timbulnya kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) diantaranya adalah:
a. Komunikasi yang menentukan keharmonisan suatu rumah tangga.
Faktor ini menjadi faktor yang terpenting karena dengan adanya
komunikasi akan tercipta hubungan yang lebih terbuka dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyampaikan berbagai hal dalam lingkup sebuah keluarga.
Bilamana komunikasi tidak berjalan baik maka dapat dipastikan besar
kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada kekerasan dalam
rumah tangga.
b. Penyelewengan yang dilakukan oleh salah satu pasangan karena
hadirnya pihak ketiga dalam hubungan suami istri. Tak jarang hal
tersebut menimbulkan perceraian ataupun menimbulkan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT).
c. Citra diri yang rendah yang biasanya muncul jika sang suami sedang
merasa putus asa dengan masalah dalam pekerjaan yang sedang
dikerjakan, di sisi lain ada sang istri yang terus menekan sang suami
untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga.
d. Perubahan status sosial yang ada dalam keluarga. Faktor ini berkaitan
erat dengan gaya hidup dengan gengsi yang tinggi pada suatu
keluarga. Masalah akan muncul ketika terjadi perubahan dalam segi
pendapatan, peralihan masa dari masa bekerja ke masa pengangguran.
e. Kekerasan yang dijadikan sebagai sumber penyelesaian masalah.
Faktor ini berkaitan erat dengan riwayat seseorang dalam
kehidupannya. Seseorang yang dididik sejak kecil dengan budaya dan
lingkungan yang keras maka akan menjadikan seseorang
menggunakan kekerasan sebagai sarana yang cepat untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Selain itu terdapat tiga faktor lain yang berasal dari dalam rumah
tangga itu sendiri sehingga mampu menjadi pemicu kekerasan dalam
rumah tangga terjadi. Tiga faktor tersebut yaitu: Pertama, adanya dominasi
antar pasangan suami istri. Dimana salah satu menjadi yang paling
dominan dalam suatu keluarga sehingga dalam menyelesaikan
permasalahan sering terjadi perselisihan antar pasangan. Kedua, adanya
sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan atau dialami
salah satu pasangan. Ketiga, adanya kesatuan nilai dalam keluarga bahwa
ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan (Ihromi, 1995).
Selain faktor-faktor di atas, kekerasan dalam rumah tangga juga
dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor intimacy, yaitu:
a. Faktor ekonomi
Menurut Ismanto (Kompas, 18 April 2009) keterbatasan
ekonomi menjadi penyebab utama KDRT. Psikolog Orley Charity
Sualang (Tribun Manado, 2018) menjelaskan bahwa faktor ekonomi
menjadi faktor pemicu kekerasan dalam rumah tangga karena
kurangnya finasial dalam rumah tangga bisa mempengaruhi
keharmonisan keluarga.
b. Intimacy
Keberadaan intimacy sebagai fondasi utama dalam hubungan
pernikahan memiliki peran yang besar. Pasangan suami istri yang
memiliki intimacy tinggi tentu akan sangat memperhatikan
kesejahteraan dan kebahagiaan pasangan hidupnya, karena mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sangat menghormati dan menghargai satu sama lain dan memiliki
saling pengertian (Sternberg, 1998). Menurut Sternberg (1986)
intimacy merupakan komponen inti dari sebuah hubungan kasih
sayang, termasuk dengan pasangan yang ada. Hal ini didukung oleh
penjelasan lain dari beberapa tokoh lain bahwa intimacy merupakan
fondasi utama dalam pernikahan (Beck, 1988; Levinger, 1988).
Menurut Rosen bluth & Steil, intimasi adalah pengalaman yang
ditandai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan komunikasi yang
mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak seksual. Seseorang
akan menjadi lebih intim, selama ada keterbukaan, saling responsif
pada kebutuhan satu sama lain, serta adanya penerimaaan dan
penghargaan yang saling menguntungkan (Papalia, Old, & Feldman,
2008). Sehingga intimacy merupakan komponen yang terbentuk
melalui proses yang panjang dan biasanya dimulai sejak sebelum
menikah untuk mengembangkan pola dan perilaku yang berfungsi
sebagai landasan bagi hubungan pernikahan dan keintiman dalam
pernikahan (Stahmann, 2004). Bagi pasangan yang memiliki
komponen ini tentu akan memiliki kedekatan perasaan antar pasangan
suami istri. Ketiadaan intimacy dalam hubungan suami istri dapat
menjadi jurang pemisah antar suami istri sehingga dapat menimbulkan
adanya batasan yang membuat kurangnya interaksi dan kedekatan
pasangan suami istri yang dapat memicu munculnya disharmoni pada
hubungan suami istri dalam keluarga (Sternberg, 1998). Kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
interaksi antar pasangan ini tentu mempengaruhi komunikasi
pasangan suami istri, sehingga ketika terjadi sebuah konflik dalam
rumah tangga yang didukung dengan kurangnya komunikasi antar
pasangan dapat memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
sebagai bentuk penyelesaian masalah yang ada (Ihromi, 1995).
Keberadaan elemen-elemen intimacy sendiri dapat menjadi
suatu konsep dasar untuk meminimalisir dan melakukan preventif
dalam mencegah atau mengurangi terjadinya kekerasan itu sendiri.
Dengan menerapkan dan mengembangkan elemen-elemen intimacy
dalam suatu hubungan suami istri akan membantu suami istri dalam
menyikapi setiap konflik rumah tangga yang ada. Hadirnya intimacy
dalam kehidupan pernikahan yang didasari oleh cinta, dapat menjadi
kekuatan utama dari kekokohan cinta karena intimacy merupakan
fondasi dari terbentuknya cinta (Beck, 1988; Levinger, 1988, dalam
Heller, & Wood, 1998; Sternberg, 1988). Pasangan yang berhasil
membentuk intimacy dapat meningkatkan peluang bagi suksesnya
hubungan mereka secara keseluruhan (Olson & DeFrain, 2006). Selain
itu, komponen intimacy juga menjadi prediktor bagi kepuasan,
kestabilan, dan kesuksesan pernikahan (Saltzberg, 1989; Holman,
Larson, & Harmer, 1994; Larson, et al, 2007, dalam Nelson 2008;
Doreen, 2011).
Keberadaan Intimacy juga merupakan sesuatu yang bernilai
dalam pernikahan karena dapat mengukuhkan komitmen pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
untuk mempertahankan hubungan serta berhubungan positif dengan
well-being dan marital adjustment (Kenny & Acitelli, 1994; Schaefer
& Olson, 1981; Waring, et al, 1981, dalam Heller, & Wood, 1998).
Berdasarkan hal tersebut, intimacy memiliki peran besar dalam
menghadapi setiap konflik dalam rumah tangga demi terciptanya
keluarga yang sukses dan harmonis.
5. Dimensi Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan terhadap pasangan tentu memiliki konsekuensi yang
merusak iklim dalam keluarga dan pada umumnya kekerasan dalam rumah
tangga sering terjadi dalam empat dimensi (Abolmaali, 2012), yaitu :
a. Kekerasan fisik (Psysical Violence) yang merupakan perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Kekerasan itu
mencakup tindakan seperti serangan dengan senjata, dorongan,
pukulan, menampar, menendang dan melempar benda ke pasangan.
b. Kekerasan psikologis (Psychological Violence) adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan bertindak, dan penderitaan psikis berat pada seseorang.
Kekerasan psikologi dalam rumah tangga juga dianggap sebagai
pelecehan emosional. Pelecehan ini mencakup merendahkan harga diri
korban, pemutusan dukungan emosional, dan membatasi wilayah
pribadi dan kebebasan korban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c. Kekerasan seksual (Sexual Violence) yang meliputi perilaku seks yang
keras dan tidak biasa seperti pada umumnya, aktivitas seksual yang
memaksa dan menekan untuk berhubungan seks.
d. Kekerasan ekonomi (Economic Violence) termasuk perilaku seperti
mempertahankan kendali atas keuangan, menghalangi menggunakan
uang, mengambil kartu kredit atau uang pasangan, dan membuat
korban secara finansial atau ekonomi tergantung pada suami dan tidak
membiarkan istri bekerja
Bentuk kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2004 disebutkan bahwa tindak kekerasan dalam
rumah tangga dibedakan ke dalam 4 bentuk yaitu kekerasan fisik,
kekerasan psikologis/emosional, kekerasan seksual dan kekerasan
ekonomi.
6. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang
merugikan. Diantaranya adalah mengalami sakit fisik, tekanan mental,
menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak
berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa
dirinya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, gangguan
makan dan tidur yang merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan
dan keinginan untuk bunuh diri. Namun, tidak jarang akibat tindak
kekerasan terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan reproduksi
terganggu secara biologis yang pada akhirnya mengakibatkan terganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
secara sosiologis. Pada perempuan yang mengalami kekerasan dalam
rumah tangga dapat menyebabkan terganggunya kesehatan reproduksi.
Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi
buruk, lebih banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada
Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan
(Sutrisminah, 2010).
Dampak terbesar yang dialami perempuan dari tindak kekerasan
dalam rumah tangga adalah gangguan kejiwaan (73,94%) seperti cemas,
rasa rendah diri, phobia hingga depresi, kemudian disusul kesakitan fisik
(50,3%) dan gangguan kesehatan reproduksi (4,85%). Perempuan yang
menjadi korban KDRT akan berisiko empat kali lebih besar menderita
gangguan kejiwaan, seperti cemas dan depresi dibandingkan pada
perempuan lain yang tidak mengalami kekerasan. Hal ini dikarenakan
kecemasan mempunyai hubungan yang kuat sebagai dampak psikologis
yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga (Plichta, 2001).
Korban perempuan yang teraniaya mengidentifikasi depresi, perasaan
rendah diri, tidak berdaya, dan umumnya reaksi stres berat ditambah
dengan keluhan somatik (Walker, 1979).
B. Intimacy dalam Segitiga Cinta Sternberg (Triangular Love Sternberg)
Intimacy merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam The
Triangular Theory of Love (teori cinta segitiga) yang dikemukakan oleh
Sternberg (1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1. Konsep Triangular Love Sternberg
Cinta didefinisikan sebagai jalinan keintiman dengan orang lain,
peduli terhadap orang yang dicintai dan memiliki komitmen dengan orang
tersebut (Williams et al, 2006). Cinta merupakan bagian yang penting
dalam memulai sebuah pernikah karena cinta dianggap sebagai bagian
utama dari sebagian besar kehidupan kita (DeGenova, 2008). Begitu
banyak teori yang menjelaskan dan mendefiniskan cinta dalam gambaran
luas. Termasuk teori konsep cinta yang dikemukakan Sternberg (1986)
yang disebut dengan Triangular Theory of Love (Teori Cinta Segitiga)
yang sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Teori ini menekankan
bahwa cinta dapat dibangun melalui interaksi antara intimacy, passion, dan
commitment. Hubungan cinta pun dapat bervariasi melalui kombinasi dari
ketiga komponen utama dalam konsep tersebut.
Teori cinta yang dikemukakan oleh Sternberg J. Sternberg (1986)
dikenal dengan istilah The Triangular Theory of Love. Dalam teorinya
tersebut, Sternberg menjelaskan bahwa cinta terdiri dari tiga komponen
dasar. Teori cinta segitiga menjelaskan topik cinta dalam hubungan
interpersonal. Teori Psikolog Robert Sternberg menggambarkan jenis cinta
berdasarkan tiga skala yang berbeda yaitu intimacy (keintiman), passion
(gairah), dan commitment (komitmen).
Komponen intimacy adalah komponen yang berkaitan dengan
kedekatan perasaan antar pasangan suami istri. Commitment (komitmen)
adalah sebuah keputusan untuk bersama seorang pasangan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
hidupnya. Komponen ini adalah komponen yang harus dibangun dengan
wujud dan bukan dengan omong kosong dari pasangan semata. Passion
dijelaskan sebagai hasrat yang merupakan sebuah perasaan yang muncul
dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Tahapan dan jenis cinta yang
berbeda dapat dijelaskan sebagai kombinasi yang berbeda dari ketiga
unsur ini. Misalnya, penekanan relatif setiap komponen berubah seiring
waktu seiring hubungan romantis orang dewasa yang berkembang.
Jenis hubungan dengan kombinasi ketiga komponen yaitu
keintiman, gairah, dan komitmen dibagi menjadi 7 jenis cinta, yaitu:
a. Liking of friendship dalam hal ini cinta untuk mencari kesenangan.
Sternberg mengatakan bahwa keinginan intim ini mencirikan
persahabatan sejati, dimana seseorang merasakan keterikatan,
kehangatan, dan kedekatan dengan hasrat lain tapi tidak intens atau
komitmen jangka panjang.
b. Infatuated love merupakan cinta pada pandangan pertama, akan tetapi
tanpa keintiman dan komponen komitmen cinta, cinta yang tergila-gila
bisa hilang mendadak.
c. Empty love merupakan cinta yang memiliki komitmen, namun
keintiman dan gairahnya tidak ada. Hal ini hanya dilakukan demi
menjaga keutuhan pernikahan.
d. Romantic love berkaitan dengan pecinta romantis yang terikat secara
emosional dan secara fisik melalui gairah yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Companionate love merupakan cinta yang sering ditemukan dalam
persaudaraan ataupun persahabatan. Dalam jenis ini hasrat keluar dari
hubungan yang terjalin, sedangkan kasih sayang dan komitmen yang
dalam tetap ada. Cinta persahabatan umumnya merupakan hubungan
pribadi yang dibangun dengan seseorang, namun tanpa hasrat seksual
atau fisik. Ini lebih kuat dari persahabatan karena unsur komitmen yang
tinggi. Cinta yang ideal dibagi antara anggota keluarga merupakan
bentuk cinta ini, seperti juga cinta antara teman yang yang
menghabiskan banyak waktu bersama dalam hubungan aseksual tapi
bersahabat.
f. Fatuous love dapat dicontohkan selama berpacaran dan pernikahan
yang penuh dengan dorongan, di mana sebuah komitmen dimotivasi
sebagian besar oleh gairah, tanpa pengaruh intimasi yang menstabilkan.
g. Consummate love adalah bentuk cinta yang lengkap dan sering disebut
cinta sempurna. Jenis ini mewakili hubungan ideal dengan banyak
orang yang berusaha namun tampak berhasil. Sternberg mengemukakan
bahwa mempertahankan cinta yang sempurna mungkin lebih sulit
daripada mencapainya. Sternberg juga menekankan pentingnya
menerjemahkan komponen cinta ke dalam tindakan. Sternberg (1999)
menjelaskan bahwa tanpa sebuah ekspresi, bahkan cinta terbesar pun
bisa menjadi mati. Cinta yang sempurna mungkin tidak permanen
misalnya jika gairah hilang dari waktu ke waktu, itu mungkin berubah
menjadi cinta pendamping. Menurut Sternberg (1988) jenis cinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Consummate love adalah jenis cinta yang paling diharapkan ada pada
pasangan menikah. Akan tetapi consummate love merupakan jenis cinta
yang mudah diraih namun sangat sulit untuk dipertahankan.
2. Komponen Triangular Love Sternberg
Sternebrg (1988) membagi cinta menjadi tiga komponen yaitu
keakraban atau keintiman (intimacy), gairah (passion), keputusan atau
komitmen (commitment). Ketiga komponen dalam Triangular Theory of
Love merupakan komponen yang dapat berdiri sendiri ataupun terpisah
satu sama lain, sehingga individu dapat memiliki salah satu komponen
tanpa harus memiliki dua komponen yang lain. Selain itu, landasan
pemilihan ketiga komponen tersebut bersifat umum di semua tempat dan
waktu (Sternberg, 1988).
a. Passion dalam Triangular Theory of Love
Komponen Passion (gairah) merupakan hasrat seksual
seseorang yang intens kepada orang lain (Sternberg, 1997). Passion
(gairah) meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan
orang yang dicintai yang merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan
seksual. Passion (gairah) dapat tergambar dari beberapa bentuk
tindakan seperti bercinta, menatap, menyentuh, dan lain sebagainya.
Komponen ini adalah dorongan kuat untuk bersama seseorang yang
didukung dengan adanya ketertarikan secara fisik dan seksual.
Komponen ini tidak seperti komponen intimacy karena komponen
passion terbatas pada hubungan romantis antar individu. Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
indikasi yang menggambarkan komponen passion adalah adanya
kebututuhan seksual, keinginan atau kebutuhan untuk bertemu dengan
pasangan, saling ingin memperhatikan dan diperhatikan, memikirkan
orang yang dicintai dan ingin berkorban untuk orang yang dicintai.
b. Commitment dalam Triangular Theory of Love
Komponen Commitment (komitmen) menurut Sternberg
(dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) adalah komponen yang
merupakan seseorang untuk mempertahankan hubungan atau cinta
dalam suatu komitmen. Komitmen atau keputusan adalah suatu
ketetapan seseorang untuk bertahan bersama seseorang sampai akhir.
Komitmen yang dimaksud disini bisa berbentuk keputusan menikah
agar bisa terus bersama dengan pasangan yang dicintai selamanya,
kesetiaan seksual terhadap pasangan dan keputusan untuk saling
mempertahankan dalam suatu hubungan (Sternberg, 1997).
Komponen commitment merujuk pada keputusan untuk mecintai dan
menetapkan ingin selamanya bersama pasangan hidupnya. Komponen
ini memiliki beberapa indikasi yaitu adanya rasa ingin saling
mempertahankan meskipun terjadi pasang-surut dalam perjalanan
hubungan keduanya.
c. Intimacy dalam Triangular Theory of Love
Sternberg (1997) mendefinisikan intimacy sebagai perasaan
dalam suatu hubungan yang mendorong adanya kedekatan,
keterikatan, dan kelekatan sehingga menimbulkan rasa nyaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
hangat dalam suatu hubungan. Keintiman diciptakan dengan berbagi
pemikiran, perasaan, momen, waktu dan kejadian dalam hidup. Ini
tentang berbagi hati ke hati antar manusia. Keintiman adalah tentang
koneksi, koneksi satu orang ke orang lain. Ini menciptakan ikatan
antara manusia. Keintiman menciptakan makna bagi kehidupan -
sebuah perasaan bahwa hidup, meskipun mungkin sulit, sangat
berharga. Menjadi intim dengan satu atau lebih orang lain memberi
kesan bahwa seseorang itu milik seseorang. Dalam perkembangannya,
keintiman memiliki ciri khas meskipun ia berada pada level rendah,
namun dengan dengan adanya intensitas komunikasi dan interaksi
yang terjalin dengan baik, maka keintiman bisa mengalami
peningkatan (Sternberg, 2000).
Komponen intimacy (intimasi) adalah komponen yang
menggambarkan kedekataan perasaan antara dua orang. Keintiman ini
tumbuh dari hubungan yang kuat, berulang-ulang, dan beragam antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Keintiman sendiri
membutuhkan proses untuk bertumbuh dan berkembang sejalan
dengan berjalannya hubungan sehingga tidak dapat muncul secara
langsung. Sternberg (1988) menjelaskan bahwa intimacy dianggap
sebagai fondasi dalam cinta. Keberadaan intimacy dalam suatu
hubungan dapat dilihat dari adanya komunikasi intim yang intens
antar pasangan, adanya rasa ingin membahagiakan pasangan, adanya
perasaan senang saat bersama pasangan, sikap yang mengerti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mendukung keadaan orang yang dicintai, dan sikap menghargai
pasangan dan orang yang dicintai mereka.
Komponen intimacy memiliki sepuluh elemen berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sternberg dan Grajek (dalam
Sternberg, 1988). Sepuluh elemen intimacy tersebut adalah adanya
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai,
elemen kedua yaitu adanya kebahagiaan dengan orang yang dicintai,
elemen ketiga yaitu menjunjung tinggi orang yang dicintai, elemen
keempat yaitu mengandalkan seseorang yang dicintai pada saat
dibutuhkan, elemen kelima yaitu adanya saling pengertian dengan
orang yang dicintai, elemen keenam yaitu adanya berbagi berbagai hal
dengan orang yang dicintai, seperti keadaan diri dan harta, elemen
ketujuh adanya sikap menerima dukungan emosional dari orang yang
dicintai, elemen kedelapan adanya sikap memberi dukungan
emosional untuk orang yang dicintai, elemen kesembilan adanya sikap
menjalin komunikasi yang intim dengan orang yang dicintai, dan
elemen terakhir adalah menghargai orang yang dicintai dalam
kehidupannya
Tujuan dalam intimacy adalah untuk menghubungkan secara
spiritual dengan pasangan. Keintiman memerlukan rasa aman, saling
mendukung, saling menghormati, tidak menghukum dan damai,
dimana seseorang merasa diurus, dikehendaki, diterima tanpa syarat
dan dicintai seseorang yang ada dan masih hidup. Seseorang merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menjadi bagian dari sesuatu yang sangat istimewa dalam hubungan
dan kesendirian seperti itu atau kesepian tidak pernah menjadi
masalah. Seseorang menjadi pemaaf dengan sedikit balas dendam atau
pengingat pelanggaran masa lalu dan merasa bersyukur karena bisa
berbagi hidup dengan orang yang telah dipilih tersebut.
Keberadaan intimacy dalam suatu hubungan membuat adanya
komunikasi yang intens, rasa ingin membahagiakan pasangan,
mengerti dan mendukung keadaan orang yang dicintai, serta perasaan
senang saat bersama pasangan, dan menghargai pasangan yang
dicintai (Marasabessy, 2012). Intimasi dalam sebuah hubungan, baik
dalam hubungan berpacaran dan pernikahan sangat diperlukan, karena
pada dasarnya hubungan romantis melibatkan kedekatan dan
ketergantungan antara pasangan. Intimasi bagi pasangan sangat
bermanfaat untuk melakukan komunikasi dan menghindari tingkat
kesalahpahaman antara mereka berdua. Komponen intimacy dalam
Triangular Theory of Love (Papalia, et al, 2009) dan komunikasi pun
menjadi kunci bagi aspek-aspek lain dalam sebuah hubungan romantis
(Olson & DeFrain, 2006). Selain itu, komponen intimacy juga menjadi
prediktor bagi kepuasan, kestabilan, dan kesuksesan pernikahan
(Saltzberg, 1989; Holman, Larson, & Harmer, 1994; Larson, et al,
2007, dalam Nelson 2008; Doreen, 2011).
Keberadaan Intimacy juga merupakan sesuatu yang bernilai
dalam pernikahan karena dapat mengukuhkan komitmen pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
untuk mempertahankan hubungan serta berhubungan positif dengan
well-being dan marital adjustment (Kenny & Acitelli, 1994; Schaefer
& Olson, 1981; Waring, et al, 1981, dalam Heller & Wood, 1998).
Berdasarkan hal tersebut, tentu sebagai sesuatu yang berperan penting
di dalam dasar sebuah hubungan suami istri, intimacy memiliki
pengaruh dan peran yang besar terhadap adanya kekerasan dalam
munculnya kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri karena dengan
ada tidaknya intimacy dalam suatu hubungan suami istri akan
mempengaruhi banyak hal yang menjadi faktor penting dalam
keharmonisan sebuah keluarga. Setiap elemen-elemen dalam
komponen intimacy mampu dikembangkan menjadi suatu bentuk sikap
yang diterapkan dalam menghadapi konflik dalam rumah tangga yang
ada. Penerapan elemen intimacy dapat dijadikan landasan bersikap
untuk menyelesaikan setiap permasalahan sehingga kekerasan dalam
rumah tangga dapat dihindari seminimal mungkin.
Jadi Intimacy merupakan fondasi utama dalam suatu hubungan
yang menjadi pendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan
emosional dengan orang yang dicintainya, sehingga intimacy juga
menjadi bentuk ungkapan cinta seseorang sehingga pasangan yang
memiliki intimacy tinggi akan sangat memperhatikan kesejahteraan
dan kebahagiaan pihak lain (Sternberg, 1997). Mereka juga saling
menghormati ataupun menghargai satu sama lain. Mereka juga saling
berbagi dan merasa memiliki, saling memberi dan menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dukungan sosial dan berkomunikasi secara intim. Mereka mampu
untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka
tidak sependapat dan berbuat kesalahan (Marasabessy, 2012).
Menurut Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) bahwa
intimasi yang dibawa sejak masa awal pernikahan memberikan
kemampuan mendasar untuk dapat menghadapi tantangan selanjutnya.
Oleh karena itu, intimacy yang dilandasi oleh rasa cinta dan bukan
atas dorongan nafsu belaka, akan mampu melahirkan hubungan yang
harmonis dalam suatu rumah tangga, dan menjauhkan dari perilaku
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
C. Dinamika Hubungan Intimacy dengan KDRT
Munculnya kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh tidak
adanya intimacy dalam hubungan suami istri. Hal ini membuat jurang
pemisah antara suami istri, sehingga dapat menimbulkan adanya batasan yang
membuat kurangnya interaksi dan kedekatan pasangan suami istri yang dapat
memicu munculnya kekerasan dalam rumah tangga dalam hubungan
pernikahan yang ada (Kompas, 2017).
Psikolog Orley Charity Sualang (Tribun Manado, 2018) menjelaskan
bahwa hubungan seksual dan pengabaian bisa menjadi pemicu terjadi
kekerasan dalam rumah tangga. Pengabaian terjadi di saat suami tidak
memberi nafkah istri dan tidak memeperdulikan kebutuhan istri. Sedangkan
hubungan seksual bisa menjadi pemicu kekerasan dalam rumah tangga ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
suami meminta tetapi istri enggan memberi apa yang diinginkan. Kurangnya
interaksi antar pasangan ini tentu mempengaruhi komunikasi pasangan suami
istri, sehingga hal ini bertolak belakang dengan ciri dari intimacy yang
menjelaskan bahwa seorang yang memiliki komponen intimacy akan
memiliki intensitas interaksi yang tinggi dalam beragam bentuk yang
menggambarkan keintiman pasangan (Sternberg, 1997). Hal ini didukung
oleh penjelasan bahwa intimacy merupakan fondasi utama dalam pernikahan
(Beck, 1988; Levinger, 1988). Komponen intimacy dalam Triangular Theory
of Love (Papalia, et al, 2009) dan komunikasi pun menjadi kunci bagi aspek-
aspek lain dalam sebuah hubungan romantis (Olson & DeFrain, 2006). Selain
itu, komponen intimacy juga menjadi prediktor bagi kepuasan, kestabilan, dan
kesuksesan pernikahan (Saltzberg, 1989; Holman, Larson, & Harmer, 1994;
Larson, et al, 2007, dalam Nelson 2008; Doreen, 2011).
Keberadaan Intimacy juga merupakan sesuatu yang bernilai dalam
pernikahan karena dapat mengukuhkan komitmen pasangan untuk
mempertahankan hubungan serta berhubungan positif dengan well-being dan
marital adjustment (Kenny & Acitelli, 1994; Schaefer & Olson, 1981;
Waring, et al, 1981, dalam Heller, & Wood, 1998). Berdasarkan hal tersebut,
tentu sebagai sesuatu yang berperan penting di dalam dasar sebuah hubungan
suami istri, intimacy memiliki pengaruh dan peran yang besar terhadap
adanya kekerasan dalam munculnya kekerasan dalam rumah tangga itu
sendiri karena dengan ada tidaknya intimacy dalam suatu hubungan suami
istri akan mempengaruhi banyak hal yang menjadi faktor penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
keharmonisan sebuah keluarga. Berdasarkan penjelasan di atas, maka salah
satu faktor pemicu KDRT berkaitan erat dengan keintiman (intimacy) yang
ada di antara pasangan suami istri. Pasangan yang memiliki intimacy tinggi
tentu akan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pasangan
hidupnya, karena mereka sangat menghormati dan menghargai satu sama lain
dan memiliki saling pengertian (Sternberg, 1998). Berikut ini adalah gambar
dinamika hubungan intimacy dengan kekerasan dalam rumah tangga :
Gambar 2.1 Dinamika Hubungan Intimacy dan KDRT
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian,
yaitu: “Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara intimacy
(Sternberg’s Triangular Theory of Love) dengan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga pada perempuan dewasa awal”. Artinya tingkat intimacy semakin
Kurang harmonis
Harmonis
Hubungan suami istri
• Saling pengertian
• Kedekatan • Kemesraan • Saling
menghargai •
• Cuek • Perselisihan • Kurang
mesra • Kurang
menghargai
Intimacy tinggi
Intimacy rendah
KDRT rendah
KDRT tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tinggi maka tingkat Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada perempuan
dewasa awal semakin rendah. Sebaliknya, jika tingkat intimacy semakin
rendah maka tingkat Kekerasan Rumah Tangga pada perempuan dewasa awal
semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
dengan intimacy (Sternberg’s Triangular Theory of Love) pada perempuan
dewasa awal termasuk dalam tipe penelitian kuantitatif. Tujuan jenis
penelitian kuantitatif sendiri adalah mengkaji teori secara objektif dengan cara
menguji hubungan antar variabel-variabel yang diteliti (Supratiknya, 2015).
Hal tersebut selaras dengan tujuan penelitian yaitu menguji variabel intimacy
sebagai variabel yang mempengaruhi variabel kekerasan dalam rumah tangga.
Selain itu berdasarkan bentuknya, penelitian yang akan dilakukan ini termasuk
jenis survei, karena data penelitian diperoleh dari sampel yang representatif
yang dipilih dari populasi yang ada.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Variabel Dependen (Tergantung) : Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (Y)
2. Variabel Independen (Bebas) : Intimacy (X)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Definisi Operasional
1. Intimacy
Intimacy dalam penelitian ini dijelaskan oleh Sternberg (1988)
sebagai kedekatan perasaan dalam suatu hubungan yang mendorong
adanya keterikatan dan kelekatan. Intimacy merupakan gambaran
kedekatan perasaan antara dua orang. Pasangan yang memiliki komponen
ini memiliki kedekatan secara perasaan dan emosional sehingga adanya
pengertian dan toleransi antar pasangan yang membuat hubungan suami
istri makin harmonis (Sternberg, 1988). Komponen intimacy menjadi
komponen utama atau pondasi utama dalam menjalin hubungan romantis
yang berkualitas. Pada penelitian ini, intimacy dilihat dari penjumlahan
skor pada subscale intimacy yang didapat oleh partisipan dengan
mengerjakan kuesioner Triangular of Love Scale (TLS). Skor dengan nilai
tinggi pada hasil pengukuran dengan skala ini menunjukkan semakin
kuatnya intimacy.
2. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan atau serangan
yang dilakukan oleh pasangan dalam hubungan pernikahan, dapat
berbentuk kekerasan fisik, seksual, psikologis, maupun ekonomi.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pola perilaku dengan paksaan
yang mencakup perusakan fisik, pelecehan psikologis, gangguan seksual,
pencegahan hubungan sosial dengan keluarga dan teman, mengisolasi dan
membatasi pasangan dari hubungan sosial (Family Violence Prevention,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1999). Kekerasan dalam rumah tangga dalam penelitian ini dilihat dari
skor hasil pengukuran menggunakan skala yang diadaptasi oleh peneliti
dari jurnal penelitian tentang “The Construction and Standarization of a
Domestic Violence Questionnaire”. Skor dengan nilai tinggi menunjukkan
semakin seringnya melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
D. Subjek Penelitian
Subjek sasaran penelitian ini adalah perempuan dewasa awal kisaran
umur 18-40 tahun. Subjek yang menjadi target penelitian ini adalah
perempuan sudah menikah, dan juga sudah memiliki keturunan. Minimal usia
pernikahan yang pernah dijalani atau sedang dijalani adalah 5 tahun dan sudah
memiliki keturunan. Subjek yang sudah menikah minimal 5 tahun,
diasumsikan rata-rata sudah memiliki keturunan dan sudah lebih mengenal
pasangannya sekalipun usia pernikahan masih tergolong pernikahan yang baru
dan masih sebentar. Pemilihan usia pernikahan ini diambil dari nilai tengah
dari rentang usia pernikahan yang masih baru di masa dewasa awal. Hal ini
didasarkan pada standar pengkategorian perkawinan singkat (0 sampai 10
tahun) dan usia perkawinan lama (11 tahun keatas) (Strong, DeVault, &
Cohen, 2011).
Adanya fakta bahwa kekerasan terhadap perempuan memiliki angka
kasus yang tinggi menjadi alasan pemilihan subjek perempuan dalam
penelitian ini. Hal ini didukung dengan adanya data-data yang ada. Teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan metode penetapan
responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
(Siregar, 2013). Selain itu peneliti berusaha mencari partisipan penelitian
dengan menggunakan teknik snowball (Kumar, 2005) dimana peneliti mencari
partisipan yang memenuhi kriteria dengan menanyakan pada teman-teman
peneliti.
E. Instrumen Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data penelitian adalah penyebaran alat ukur
yang berupa kuesioner cetak maupun kuesioner online. Penyebaran
beberapa kuesioner sebagai alat ukur dibagikan langsung kepada
responden ibu rumah tangga yang memenuh kriteria subjek penelitian di
wilayah sekitar tempat tinggal peneliti berada dan wilayah sekitar rekan-
rekan peneliti. Selain itu, beberapa kuesioner online disebarkan pada
responden penelitian melalui via online melalui via chatting by phone.
Diawal sebelum pengisian skala, responden diminta untuk mengisi data
demografi guna sebagai data identitas diri responden penelitian. Setelah
itu, subjek akan terlebih dahulu mengisi informed consent atau lembar
persetujuan penelitian. Sedangkan, pernyataan yang terdapat pada skala
penelitian ini adalah pernyataan favorable. Pernyataan favorable adalah
pernyataan yang apabila diiyakan menunjukkan sikap positif atau suka
(Anderson, 1990 dalam Supratiknya, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala
dalam pengukuran variabel intimacy pada penelitian ini terdiri dari empat
kategori respon jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” atau (STS), “tidak
setuju” atau (TS), “setuju” atau (S), “sangat setuju” atau (SS). Dari setiap
kategori diberikan nilai mulai 1 hingga 4. Penjumlahan skor total yang
diperoleh masing-masing responden akan menunjukkan tinggi rendahnya
intimacy yang dimiliki oleh subjek pada pasangannya. Sedangkan skala
dalam pengukuran kekerasan dalam rumah tangga pada penelitian ini
memiliki empat kategori respon jawaban yaitu “tidak pernah”, “jarang”,
“sering”, dan “sangat sering”. Penjumlahan skor total pada skala ini akan
menunjukkan tinggi rendahnya kekerasan dalam rumah tangga yang
dialami oleh seorang perempuan dalam rumah tangganya. Berikut ini
merupakan tabel untuk menjelaskan sistem pemberian skor pada skala
likert yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.1 Penilaian Skala Likert
Respon Skala Intimacy Respon Skala
KDRT
Skor
Sangat Tidak Setuju Tidak Pernah 1
Tidak Pernah Jarang 2
Setuju Sering 3
Sangat Setuju Sangat Sering 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pada penelitian ini, intimacy dilihat dari penjumlahan skor pada
subscale intimacy yang didapat oleh partisipan dengan mengerjakan
kuesioner Triangular of Love Scale (TLS). TLS terdiri dari 45 pernyataan,
namun peneliti hanya menggunakan 15 item pada subscale intimacy.
Seluruh item pada TLS merupakan item favorable. Uji reliabilitas dan
validitas pada alat ukur ini dilakukan oleh Whitley (1993, dalam
Andersen, 1996) pada 209 perempuan yang sedang menjalani hubungan
romantis. Dari uji validitas yang menggunakan teknik internal concistency,
alat ukur tersebut memiliki nilai internal concistency sebesar .96 untuk
komponen intimacy, .96 untuk komponen passion, dan .98 untuk
komponen commitment. Uji reliabilitas alat ukur TLS yang sudah ada
menggunakan teknik test-retest yang diuji dalam rentang waktu 2 bulan.
Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien reliabilitas masing-masing
komponen yaitu, r = .65 untuk komponen passion, r = .70 untuk komponen
intimacy, dan r = .78 untuk komponen commitment.
Sedangkan, pengukuran kekerasan dalam rumah tangga dilihat dari
hasil skor yang didapat dari respon dalam mengerjakan alat ukur The
Domestic Violence Questionnaire yang diadaptasi oleh peneliti yang
berdasar tentang kekerasan dalam rumah tangga. Kuesioner Domestic
Violence ini terdiri dari 43 pernyataan. Keandalan alat tes asli sebelum
dilakukan adaptasi memiliki konsistensi internal (α = 0,915) dan tes tes
ulang metode (r = 0,987). Validitas kriteria skala ini signifikan dan skala
ini memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tes kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
perkawinan. Sebelum digunakan akan diuji terlebih dahulu validitas dan
reliabilitas alat ukur dari hasil try out yang akan dilakukan pada 50
responden uji coba yang sesuai dengan kriteria yang telah dijelaskan pada
subjek penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner cetak dan kuesioner
online. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis
sehingga responden bisa membaca pernyataan tersebut, menginterpretasi
apa yang dimaksud dari tiap pernyataan dan menuliskan jawaban atau
pilihannya (Kumar, 2005). Peneliti memilih menggunakan metode ini
karena kuesioner dianggap memiliki kelebihan, seperti peneliti bisa
mendapatkan banyak partisipan dalam waktu yang relatif singkat dan
biaya yang relatif kecil, anonimitas yang terjaga sehingga dimungkinkan
untuk memberikan jawaban secara jujur, serta peneliti pun dapat
menggunakan media e-mail karena individu dapat menyelesaikannya
tanpa dipandu oleh peneliti sehingga peneliti dapat menjaring data dari
berbagai area geografis (Salkind, 2006).
a. Skala Intimacy
Skala yang digunakan untuk mengukur intimacy menggunakan
skala STSL/ Strenberg’s Triangular Love Scale yang di modifikasi.
Butir-butir pertanyaan (Item) Sternberg’s Triangular Love Scale yang
diambil dari buku Cuppid Arrow oleh Robert J.Sternberg (1997) yang
aslinya menggunakan bahasa inggris kemudian diterjemahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bahasa Indonesia oleh ahli dalam bidang bahasa. Setelah proses
penerjemahan, skala diterjemahkan kembali ke bahasa inggris oleh ahli
bidang bahasa yang berbeda dari sebelumnya guna sebagai
pembanding sebelum diajukan kepada tiga ahli dosen pembimbing
yang berbeda-beda di Universitas Sanata Dharma dari fakultas
psikologi dengan tujuan untuk memperoleh professional judgment.
Setelah proses tersebut, peneliti memberikan skala tersebut kepada
beberapa subjek dengan tujuan apakah item-item sudah dapat dipahami
oleh mereka atau belum. Skala intimacy dalam penelitian ini terdiri
dari 15 item.
Validitas yang digunaan dalam skala ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah validitas yang diestimasi melalui pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau berdasarkan profesional
judgement. Peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing.
Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Intimacy Sebelum Uji Coba
Aspek Sebaran Item Jumlah Item
Intimacy 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15
15 Item (100%)
b. Skala Kekerasan dalam Rumah Tangga
Skala untuk mengukur Kekerasan Dalam Rumah Tangga
digunakan skala Domestic Violence Questionnaire. Butir-butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
pertanyaan (Item) Domestic Violence Questionnaire yang diadaptasi
dari jurnal penelitian ‘The Construction and Standarization of a
Domestic Violence Questionnaire’ yang menggunakan bahsa inggris
kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh ahli dalam bidang
bahasa. Setelah proses penerjemahan, skala diterjemahkan kembali ke
bahasa inggris oleh ahli bidang bahasa guna sebagai pembanding yang
berbeda sebelum diajukan kepada tiga ahli dosen pembimbing yang
berbeda-beda di Universitas Sanata Dharma dari fakultas psikologi
dengan tujuan untuk memperoleh profesional judgement. Setelah
proses tersebut, peneliti memberikan skala tersebut kepada beberapa
subjek dengan tujuan apakah item-item sudah dapat dipahami oleh
mereka atau belum. Skala kekerasan dalam rumah tangga dalam
penelitian ini terdiri dari 43 item.
Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah validitas yang di estimasi melalui pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau berdasarkan profesional
judgement. Peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing.
Estimasi isi dilakukan melalui pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau berdasarkan profesional judgement.
Selain itu, peneliti menggunakan validitas (content validity). Validitas
isi digunakan untuk melihat kesesuaian isi alat ukur dengan konstruk
yang diukur, yang dilakukan dengan cara melakukan analisis logis
atau empiris terhadap seberapa memadainya isi tes mewakili ranah isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(Supratiknya, 2014). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
Cronbach Alpha yang didasarkan pada konsistensi respons pada
semua item dalam alat ukur (Anastasi & Urbina, 1997).
Dalam penyajian item pada skala kekerasan dalam rumah
tangga disusun secara acak dimaksudkan agar subjek menjawab
pernyataan yang beragam secara spontan tanpa ada pengaruh item-
item yang mirip yang mungkin disebabkan dari adanya
pengelompokan.
Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Kekerasan dalam Rumah Tangga
(Domestic Violence) Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Item Jumlah Item
Physical Violence 24, 26, 42 3 Item (6,98%)
Psychological
Violence and
Emotional
Violence
1, 2, 3, 4, 5,6,7,8, 12, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23,25, 27, 28, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39, 40,
41,43
31 Item (72, 09%)
Sexual Violence 13, 14 2 Item (4,65%)
Economic
Violence
9, 10, 11, 29, 30, 31, 32, 7 Item (16,28%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Validitas dan Reliabilitas Data Alat Ukur
1. Validitas Item Alat Ukur
Validitas mempunyai arti mengetahui sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,
2006). Uji ini merupakan upaya yang peneliti lakukan untuk memastikan
bahwa alat tes yang digunakan memiliki kesesuaian dengan variabel
psikologi yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode validitas isi. Validitas isi digunakan untuk
melihat kesesuaian isi alat ukur dengan konstruk yang diukur, yang
dilakukan dengan cara melakukan analisis logis atau empiris terhadap
seberapa memadainya isi tes mewakili ranah isi (Supratiknya, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis dengan
metode indeks validasi isi item (IVI-I) dan indeks validitas skala (IVI-S).
Suatu item dinyatakan dapat digunakan apabila memiliki skor lebih dari
0,78 (Lynn, 1986 dalam Supraktiknya, 2016).
Dalam penelitian ini, skala intimacy dan Domestic Violence yang
digunakan untuk mengukur diadaptasi dari pemilik skala yang aslinya
menggunakan bahasa inggris. Jadi peneliti melakukan adaptasi skala ke
dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dengan menggunakan metode
back translation. Pada awalnya peneliti mencoba untuk menerjemahkan
skala ke bahasa Indonesia dengan bantuan ahli bidang bahasa. Setelah itu
skala diterjemahkan kembali ke bahasa inggris oleh ahli bidang bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
yang berbeda guna sebagai pembanding sebelum diajukan kepada tiga ahli
dosen pembimbing yang berbeda-beda di Universitas Sanata Dharma dari
fakultas psikologi dengan tujuan untuk memperoleh profesional
judgement. Sebelum melakukan profesional judgement hasil dari kedua
terjemahan tersebut terlebih dahulu diskusikan dengan dosen pembimbing
skripsi untuk memperoleh kesan (sense) yang sama dari setiap item.
Setelah skala selesai diterjemahkan, peneliti melakukan pengujian
validitas isi (content validity) dengan expert judgement. Hal ini dilakukan
untuk menilai kesesuaian alat ukur penelitian ini dilakukan oleh 3 dosen
sebagai expert judgement.
Peneliti menggunakan orang yang lebih ahli atau yang
berkompeten (expert judgement) untuk memberikan evidensi isi atau
penilaian akan relevansi setiap item dengan tujuan konstruk yang hendak
diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas isi terpenuhi oleh expert
judgement yaitu dosen pembimbing skripsi yang memberikan penilaian
pada keseluruhan item. Evidensi isi dalam penelitian ini dapat berupa
penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan
konstruk yang diukur (Supraktiknya, 2014).
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian penilaian antara expert
judgement atas skala penelitian digunakan uji reliabilitas antar rater. Uji
reliabilitas antar rater terdiri dari dua jenis, uji koefisien korelasi
Kesepakatan Antar Rater dari Kappa dan uji koefisien korelasi Antar-
Kelas (Intraclass Correlation Coefficients, ICC). Uji reliabilitas antar rater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dari Kappa digunakan apabila rater berjumlah dua orang sedangkan uji
reliabilitas antar rater ICC digunakan apabila rater lebih dari 2 orang
(Widhiarso, 2006). Untuk mengetahui tingkat kesesuaian penilaian antara
expert judgement atas skala penelitian digunakan uji reliabilitas melalui
perhitungan intraclass correlation coefficient (ICC), karena expert
judgement terdiri atas 3 dosen. Dari tiga dosen penguji diperoleh angka
intraclass correlation coefficients (ICC) untuk skala intimacy adalah 0,593
dengan signifikansi 0,021 < 0,05, berarti terdapat kesesuaian penilaian atas
skala intimacy oleh expert judgement. Sedangkan untuk skala KDRT
diperoleh angka intraclass correlation sebesar 0,616 dengan signifikansi
0,000 < 0,05, berarti terdapat kesesuaian penilaian atas skala KDRT oleh
expert judgement.
2. Reliabilitas Item Skala
Dalam penyusunan sebuah alat ukur, alat ukur memerlukan item-
item yang dapat mengukur suatu konstruk dengan baik. Sebuah alat ukur
dikatakan baik apabila memiliki reliabilitas yang baik juga (Supraktiknya,
2014). Sedangkan item alat ukur dikatakan baik apabila memiliki skor lebih
dari 0,3 (Supraktiknya, 2014). Apabila skor berada dibawah 0,3 maka item
tersebut digugurkan.
Skala yang dipakai untuk mengukur variabel bebas/independen,
yaitu intimacy terdiri dari 15 item. Berdasarkan uji validitas dengan
bantuan komputer Statistic Program and Service Solution (SPSS) versi
18.0 (terlampir) diketahui bahwa koefisien korelasi masing-masing butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dengan total butir (corrected aitem-total correlation) berkisar antara 0,534
sampai 0,856, dan tidak ada yang bernilai di bawah 0,3. Dengan demikian
seluruh item yang digunakan untuk mengukur intimacy adalah valid.
Skala yang dipakai untuk mengukur variabel tergantung/ dependen,
yaitu KDRT terdiri dari 43 item. Berdasarkan analisis validitas dan
reliabilitas dengan bantuan SPSS didapatkan hasil bahwa r-hasil (corrected
aitem-total correlation) berkisar antara 0,329 sampai 0,852, dan tidak ada
yang bernilai di bawah 0,3. Dengan demikian, seluruh item yang digunakan
untuk mengukur KDRT adalah valid.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataan, maka betapa kalipun diambil hasilnya akan tetap sama.
Realibilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (instrumen).
Realibel artinya dapat dipercaya sehingga dapat diandalkan. Untuk
menguji realibilitas instrumen salah satunya dapat menggunakan rumus
Cronbach Alpha (Sugiyono, 2013)
Nilai Koefisien reliabilitas dapat dikatakan baik apabila nilai
tersebut semakin mendekati nilai 1.00. begitu juga sebaliknya apabila nilai
koefisien reliabilitas semakin mendekati (0) maka reliabilitas skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
semakin rendah (Azwar, 2011). Menurut Supraktiknya (2014) suatu alat
ukur dianggap baik apabila memiliki koefisien lebih dari 0,70 (>0,70).
Dalam penelitian ini, reliabilitas diukur dengan cara menghitung
koefisien reliabilitas alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas berada dalam
rentang angka 0 sampai 1,00, dimana semakin koefisien mendekati angka
1,00 maka alat tes dapat dikatakan semakin reliabel. Alat tes dikatakan
memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki koefisien reliabilitas ≥
0,70. Dalam artian lain, alat tes yang memiliki koefisien reliabilitas < 0,70
merupakan alat tes yang kurang baik karena menunjukkan adanya error
dan mengindikasikan bahwa hasil tes kurang memadahi untuk digunakan
(Guilford dalam Supratiknya, 2014).
Seperti terlihat pada hasil olah data SPSS terlampir diketahui bahwa
r-alpha adalah 0,938. Jadi r-alpha (0,938) > 0,7. Berarti, skala yang
digunakan untuk mengukur intimacy adalah reliabel atau dapat dipercaya
untuk mengumpulkan data penelitian. Sedangkan r-alpha KDRT adalah
0,971. Jadi r-alpha (0,971) > 0,7. Dengan demikian, skala yang digunakan
untuk mengukur KDRT dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan untuk
mengumpulkan data penelitian.
4. Metode Analisis Data
Data penelitian yang didapatkan akan diolah menggunakan
Microsoft Excel untuk skoring dan SPSS (Statistical Package for Social
Science) 18.0 untuk mengetahui hubungan antara kekerasan dalam rumah
tangga dan intimacy. Uji yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Uji Normalitas
Uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
dari populasi berasal dari populasi yang sebenarnya normal atau tidak
(Santoso, 2010). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov Smirnov dengan program SPSS for windows versi 18.0.
Menurut Santoso (2010) distribusi data penelitian dikatakan normal
jika nilai signifikannsinya lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Sebaliknya,
distribusi data penelitian dikatakan tidak normal jika nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p<0,05).
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah hubungan antar variabel yang dianalisis mengikuti garis lurus
atau tidak (Santoso, 2010). Hubungan dua variabel dikatakan linear
jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05). Sebaliknya,
hubungan dua variabel dikatakan bersifat tidak linear jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05). Uji linieritas dilakukan dengan
bantuan program SPSS for windows versi 18.0.
c. Uji Hipotesis / Bivariat
Untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian diguanakan
analisis bivariat. Analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui
hubungan antara 2 variabel, menentukan batas kemaknaan, yang
sering dengan berapa besarnya � yang diperlukan tergantung pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sifat masalah yang akan diteliti, baik dalam pelaksanaan penelitian
ataupun penerapan hasil penelitian (Notoadmojo, 2010).
Uji bivariat digunakan untuk mengetahui signifikansi
hubungan antara intimacy dan kekerasan dalam rumah tangga. Uji
dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment dari Spearman
Brown dengan bantuan program SPSS for windows versi 18.0.
Setelah mendapatkan hasilnya, selanjutnya dilakukan T-test dan
hasilnya dikonsultasikan dengan t-tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN
A. Persiapan Pelaksanaan dan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 4-10 Mei 2018.
Sebelum pengumpulan data benar-benar dilakukan, sebelumnya dilakukan uji
coba (try out) terhadap skala yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian (intimacy dan KDRT) yang dilakukan pada tanggal 28-1 Mei 2018.
Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala pengukuran
kepada 50 responden penelitian yang merupakan perempuan dewasa awal
yang berada dalam rentang 18-40 tahun yang sudah menikah minimal 5 tahun
dan sudah memiliki keturunan. Dari hasil penyebaran skala, kemudian
dilakukan rekapitulasi data dengan cara memberikan skor terhadap setiap
jawaban item pada skala. Skor berkisar antara 1 sampai 4.
Setelah melakukan (try out) langkah selanjutnya adalah melakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap masing-masing skor skala intimacy dan
KDRT. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas atas skala yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, selanjutnya skala tersebut
disebar kepada responden yang dituju guna memperoleh data penelitian.
Setelah jumlah target responden telah memenuhi persyaratan yaitu 163
responden, maka dilakukan rekapitulasi data untuk setiap skala tersebut, dan
selanjutnya dilakukan uji normalitas data, uji linieritas, dan uji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan
penelitian.
B. Pelaksanaan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala
Uji coba pelaksanaan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas
skala yang digunakan untuk mengukur intimacy dan KDRT dilakukan dengan
menggunakan 50 responden. Hasil uji coba tersebut dapat dijelaskan di
bawah ini.
1. Skala Intimacy
Skala yang dipakai untuk mengukur variabel bebas/independen,
yaitu intimacy terdiri dari 15 item. Berdasarkan uji validitas dengan
bantuan komputer Statistic Program and Service Solution (SPSS) versi
18.0 (terlampir) diketahui bahwa koefisien korelasi masing-masing butir
dengan total butir (corrected aitem-total correlation) berkisar antara 0,534
sampai 0,856, dan tidak ada yang bernilai di bawah 0,3. Dengan demikian
seluruh item yang digunakan untuk mengukur intimacy adalah valid. Hal
ini sesuai pendapat Sugiyono (2013) bahwa standar validitas suatu
instrumen dikatakan valid, jika nilai koefisien korelasinya > 0,3 sudah
dianggap valid.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, dapat dilihat dari nilai r-
Cronbach’s Alpha. Jika r-alpha >0,7 berarti instrumen tersebut reliabel,
dan sebaliknya jika r-alpha < 0,7 berarti instrumen tersebut tidak reliabel.
Hal ini sesuai pendapat Arikunto (2006) standar reliabilitas suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
instrumen dikatakan sempurna, jika nilai mendekati 1,0 tetapi jika nilai
reliabilitas >0,7 sudah dapat dikatakan reliabel. Seperti terlihat pada hasil
olah data SPSS terlampir diketahui bahwa r-alpha = 0,938. Jadi r-alpha
(0,938) > 0,7. Berarti, skala yang digunakan untuk mengukur intimacy
adalah reliabel atau dapat dipercaya untuk mengumpulkan data penelitian.
2. Skala KDRT
Skala yang dipakai untuk mengukur variabel tergantung/ dependen,
yaitu KDRT terdiri dari 43 item. Berdasarkan analisis validitas dan
reliabilitas dengan bantuan SPSS didapatkan hasil bahwa r-hasil
(corrected aitem-total correlation) berkisar antara 0,329 sampai 0,852, dan
tidak ada yang bernilai di bawah 0,3. Dengan demikian, seluruh item yang
digunakan untuk mengukur KDRT adalah valid.
Seperti terlihat pada hasil olah data SPSS terlampir diketahui
bahwa r-alpha = 0,971. Jadi r-alpha (0,971) > 0,7. Dengan demikian, skala
yang digunakan untuk mengukur KDRT dinyatakan reliabel atau dapat
diandalkan untuk mengumpulkan data penelitian.
C. Deskripsi Subjek Penelitian
1. Intimacy
Berdasarkan hasil rekapitulasi data penelitian seperti terlampir,
diketahui bahwa skor untuk variabel intimacy terendah adalah 31 dan skor
tertinggi adalah 60. Dari skor ini kemudian dapat dibuat distribusi
frekuensi seperti pedoman yang diberikan oleh Sutrisno Hadi (2006) yaitu
untuk mencari kecenderungan tiap-tiap variabel dilakukan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
membandingkan nilai rata-rata observasi dengan kurva normal. Kurva
normal tersebut untuk menentukan kecenderungan masing-masing variabel
dengan menggunakan skala sebagai berikut :
Golongan tinggi = (Mi + 1 SDi) ke atas
Golongan sedang = (Mi – 1 SDi) s/d (Mi + SDi)
Golongan rendah = (Mi – 1 SDi) ke bawah
Keterangan:
Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
Dengan rumus di atas, maka skor tingkat intimacy dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelas/kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan
rendah dengan perhitungan sebagai berikut:
Mi = ½ (60 + 31) = ½ (91) = 45,5
SDi = 1/6 (60 – 31) = 1/6 (29) = 4,8
Dengan demikian, skor data penelitian dapat dikelompokkan, yaitu :
Golongan tinggi = (Mi + 1 SDi) ke atas
= (45,5 + 4,8) ke atas
= 50 ke atas
Golongan sedang = (Mi – 1 SDi) s/d (Mi + SDi)
= (45,5 – 4,8) s/d 49
= 42 s/d 49
Golongan rendah = (Mi – 1 SDi) ke bawah
= 41 ke bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dari patokan tersebut kemudian masing-masing skor data
penelitian dapat dikategorikan seperti pada tabel dan gambar seperti di
bawah ini.
Tabel 4.1 Frekuensi Kategori Intimacy
No Skor Kategori Jumlah Persentase
1 31 - 41 Rendah 27 16.56
2 42 - 49 Sedang 98 60.12
3 50 - 60 Tinggi 38 23.31
Jumlah 163 100.00
Sumber: data penelitian diolah
Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Kategori Intimacy
Pada tabel dan grafik tersebut di atas diketahui bahwa dari 163
responden terdapat 27 responden (16,56%) melakukan intimacy dengan
pasangannya termasuk kategori rendah, ada 98 responden (60,12%)
melakukan intimacy dengan pasangannya termasuk kategori sedang, dan ada
38 responden (23,31%) melakukan intimacy dengan pasangannya termasuk
0
50
100
Rendah Sedang Tinggi
31 - 41 42 - 49 50 - 60
Intimacy
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kategori tinggi. Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar wanita
pada dewasa awal yang telah berumah tangga melakukan intimacy dengan
pasangannya termasuk kategori sedang.
2. KDRT
Berdasarkan hasil rekapitulasi data penelitian seperti terlampir,
diketahui bahwa skor untuk variabel KDRT terendah adalah 43 dan skor
tertinggi adalah 138. Dari skor ini selanjutnya tingkat KDRT dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelas/kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah
dengan perhitungan sebagai berikut:
Mi = ½ (138 + 43) = ½ (181) = 90,5
SDi = 1/6 (138 – 43) = 1/6 (95) = 15,8
Dengan demikian, skor data penelitian dapat dikelompokkan, yaitu :
Golongan tinggi = (Mi + 1 SDi) ke atas
= (90,5 + 15,8) ke atas
= 106 ke atas
Golongan sedang = (Mi – 1 SDi) s/d (Mi + SDi)
= (90,5 – 15,8) s/d 105
= 75 s/d 105
Golongan rendah = (Mi – 1 SDi) ke bawah
= 74 ke bawah
Dari patokan tersebut kemudian masing-masing skor data
penelitian dapat dikategorikan seperti pada tabel dan gambar seperti di bawah
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4.2 Frekuensi Kategori KDRT
No Skor Kategori Jumlah Persentase
1 43 -74 Rendah 98 60.12
2 75 - 105 Sedang 48 29.45
3 106 - 138 Tinggi 17 10.43
Jumlah 163 100.00
Sumber: Data penelitian diolah
Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Kategori KDRT
Pada tabel dan grafik tersebut di atas diketahui bahwa dari 163
responden terdapat 98 responden (60,12) melakukan KDRT dengan
pasangannya termasuk kategori rendah, ada 48 responden (29,45%)
melakukan KDRT dengan pasangannya termasuk kategori sedang, dan ada
17 responden (10,43%) melakukan KDRT dengan pasangannya termasuk
kategori tinggi. Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar
0
50
100
Rendah Sedang Tinggi
43 -74 75 - 105 106- 138
KekerasanDalamRumahTangga
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
wanita pada dewasa awal yang telah berumah tangga mendapatkan
perlakuan KDRT dari pasangannya termasuk kategori rendah.
D. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
a. Intimacy
Berdasarkan uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan SPSS versi 18.0 seperti terlampir, didapatkan hasil
sebagai berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Intimacy
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
INTIMACY
N 163
Normal Parametersa Mean 46.5153
Std. Deviation 6.81534
Most Extreme
Differences
Absolute .113
Positive .113
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z 1.445
Asymp. Sig. (2-tailed) .031
Sumber: Output SPSS terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Distribusi data penelitian dikatakan normal jika nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,0,5 (p>0,05). Sebaliknya, distribusi
data penelitian dikatakan tidak normal jika nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05 (p<0,05)
Pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai koefisien Kolmogorov-
Smirnov sebesar 1,445 dan signifikansi sebesar 0,031 < 0,05. Dengan
demikian, data penelitian intimacy tidak terdistribusi normal.
b. KDRT
Berdasarkan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan SPSS versi 18.0 seperti terlampir, didapatkan hasil sebagai
berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data KDRT
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KDRT
N 163
Normal Parametersa Mean 73.4601
Std. Deviation 21.85227
Most Extreme
Differences
Absolute .123
Positive .123
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z 1.571
Asymp. Sig. (2-tailed) .014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai koefisien Kolmogorov-
Smirnov sebesar 1,571 dan signifikansi sebesar 0,014 < 0,1. Dengan
demikian, data penelitian KDRT tidak terdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar
variabel yang dianalisi mengikuti garis lurus atau tidak (Santoso, 2010).
Hubungan dua variabel dikatakan linear jika nilai signifikansinya kurang
dari 0,05 (p<0,05). Sebaliknya, hubungan dua variabel dikatakan bersifat
tidak linear jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji linieritas dengan bantuan SPSS versi 18.0
didapatkan hasil sebagai berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas Hubungan antara Intimacy dengan
KDRT
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
(Combined) 52296.835 27 1936.920 10.434 .000
Linearity 40507.130 1 40507.130 218.200 .000
Deviation
from
Linearity
11789.706 26 453.450 2.443 .000
Sumber: Output SPSS terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai linearity pada F sebesar
218,200 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka hubungan antara
variabel intimacy dengan KDRT berpola linier.
3. Uji Hipotesis
Mengingat data intimacy dan data KDRT tidak terdistribusi
normal, maka teknik korelasi yang digunakan adalah Product Moment dari
Spearman Brown. Berdasarkan uji Product Moment Spearman Brown
dengan bantuan komputer SPSS versi 18.0 didapatkan hasil sebagai
berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi antara Intimacy dengan KDRT
INTIMACY KDRT
INTIMACY Correlation
Coefficient 1.000 -.719**
Sig. (2-tailed) . .000
N 163 163
KDRT Correlation
Coefficient -.719** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 163 163
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Output SPSS terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien korelasi (r) antara
intimacy dengan KDRT menunjukkan angka negatif sebesar 0,719,
dengan probabilitas (p) sebesar 0,000 < 0,05. Oleh karena itu, variabel
intimacy dengan KDRT memiliki hubungan yang bersifat negatif. Artinya
semakin tinggi tingkat intimacy akan menyebabkan semakin rendah
tingkat KDRT. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intimacy akan
menyebabkan semakin tinggi tingkat KDRT.
Untuk mengetahui kuat-tidaknya hubungan antara intimacy dengan
KDRT dapat digunakan pedoman seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2013)
Hasil koefisien korelasi antara intimacy dengan KDRT sebesar
0,719 tersebut apabila dihubungkan dengan tabel di atas, maka dapat
dikategorikan bahwa hubungan antara intimacy dengan KDRT memiliki
hubungan yang kuat. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah
terbukti, yaitu ada hubungan yang erat dan bersifat negatif antara intimacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu jika tingkat intimacy
semakin tinggi maka tingkat Kekerasan Dalam Rumah Tangga semakin
rendah. Sebaliknya, jika tingkat intimacy semakin rendah maka tingkat
Kekerasan Rumah Tangga semakin tinggi.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi hubungan antara
intimacy dengan KDRT, maka koefisien korelasi yang diperoleh dapat
dimaksukkan pada uji-t dengan rumus seperti di bawah ini (Sugiyono,
2013):
2r12nrt
−
−=
2)719,0(121630,719-t
−−
−=
)52,0(1(12,79) 0,719-t
−=
69,06,56-t =
47,9t −=
Angka t-hitung sebesar 9,47 ini selanjutnya dikonsltasikan dengan
t-tabel pada 0,05% (kesalahan 5%) diperoleh angka sebesar 1,960, karena
t-hitung (9,47) > t-tabel (1,960), maka hubungan antara intimacy dengan
KDRT adalah signifikan. Artinya, hasil penelitian ini memiliki peluang
benar sebesar 95% untuk diterapkan pada populasi di mana sampel
tersebut diambil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
E. Pembahasan
Seperti yang telah dijelaskan di muka bahwa koefisien korelasi
antara intimacy dengan KDRT sebesar 0,719 dan termasuk kategori
memiliki hubungan yang kuat. Oleh karena itu, ada hubungan yang erat
dan bersifat negatif antara intimacy dengan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, yaitu jika tingkat intimacy semakin tinggi maka tingkat Kekerasan
Dalam Rumah Tangga semakin rendah. Sebaliknya, jika tingkat intimacy
semakin rendah maka tingkat Kekerasan Rumah Tangga semakin tinggi.
Pasangan yang memiliki intimacy tinggi tentu akan sangat
memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pasangan hidupnya, karena
mereka sangat menghormati dan menghargai satu sama lain dan memiliki
kesalingpengertian (Sternberg, 1998). Hal ini tentu bertolak belakang
dengan salah satu faktor pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
karena ketika pasangan mengalami kekerasan dalam rumah tangga akibat
dari adanya saling tidak pengertiaan antar pasangan, keberadaan intimacy
dalam hubungan tersebut perlu dipertanyakan. Menurut Sternberg (1986)
intimacy merupakakn komponen inti dari sebuah hubungan kasih sayang,
termasuk dengan pasangan yang ada. Intimacy merupakan fondasi utama
dalam pernikahan (Beck, 1988; Levinger, 1988).
Intimacy merupakan komponen yang terbentuk melalui proses
yang panjang dan biasanya dimulai sejak sebelum menikah untuk
mengembangkan pola dan perilaku yang berfungsi sebagai landasan bagi
hubungan pernikahan dan keintiman dalam pernikahan (Stahmann, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Hal ini tentu mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku pasangan suami
istri dalam menghadapi suatu permasalahan yang ada dalam bahtera rumah
tangga. Bagi pasangan yang memiliki komponen ini tentu akan memiliki
kedekatan perasaan antar pasangan suami istri. Ketiadaan intimacy dalam
hubungan suami istri dapat menjadi jurang pemisah antar suami istri
sehingga dapat menimbulkan adanya batasan yang membuat kurangnya
interaksi dan kedekatan pasangan suami istri yang dapat memicu
munculnya kekerasan dalam rumah tangga dalam hubungan pernikahan
yang ada (Newsline, 2017).
Kurangnya interaksi antar pasangan ini tentu mempengaruhi
komunikasi pasangan suami istri, sehingga hal ini bertolak belakang
dengan intimacy yang menjelaskan bahwa intensitas interaksi yang tinggi
dalam beragam bentuk menggambarkan keintiman pasangan (Sternberg,
1997). Selain itu, elemen-elemen intimacy sendiri dapat menjadi suatu
konsep dasar untuk meminimalisir dan melakukan preventif dalam
mencegah atau mengurangi terjadinya kekerasan itu sendiri. Berdasarkan
hal tersebut peneliti tertarik untuk mendalami lebih jauh mengenai
hubungan antara intimacy dengan kekerasan rumah sekaligus ingin melihat
pengaruh intimacy terhadap kekerasan dalam rumah tangga di masa
dewasa awal. Dimana pasangan menikah dalam masa dewasa awal
memiliki banyak peralihan tuntutan peran dalam kehidupan, yaitu
peralihan dari masa remaja akhir ke masa dewasa awal (Papalia, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Memiliki hubungan intim yang menyenangkan sangat terkait
dengan kesehatan psikologis. Misalnya, telah ditemukan bahwa individu
yang sudah menikah memiliki kesehatan secara psikologis yang lebih baik
daripada individu yang belum menikah. Selain itu juga orang-orang dalam
hubungan intim memiliki tingkat penyakit jiwa yang lebih rendah (Moss &
Schwebel, 1995; Prager), dan lebih sedikit berhubungan dengan jarum
suntik terkait stres saat menghadapi situasi stres (Prager). Selanjutnya,
orang tanpa hubungan intim cenderung lebih rentan terhadap perasaan
depresi dan kesepian (Prager, 1995). Reis (1984), dalam tinjauannya
terhadap beberapa studi tentang kematian, menyimpulkan bahwa kejadian
fisik dapat berasal dari kontak positif dengan pasangan intim. Baik Cassel
(seperti dikutip House, Landis, & Urnberson, 1988) dan Cobb (seperti
dikutip House, Landis, & Umberson), juga menyarankan agar hubungan
sosial (yaitu teman, pasangan) memiliki kemampuan untuk menyangga
efek yang berpotensi membahayakan dari stres atau bahaya kesehatan
lainnya. Individu dalam hubungan intirn lebih tahan terhadap penyakit dan
kondisi fisik yang melumpuhkan (Moss & Schwebel, 1995). Telah
ditemukan bahwa orang tanpa hubungan intim menunjukkan tanda-tanda
fungsi sistem kekebalan tubuh yang tertekan, dan juga cenderung
mengalami lebih banyak kecelakaan daripada orang-orang dengan
hubungan intim (Prager, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diungkapkan
di bagian sebelumnya, penelitian yang dilakukan pada 163 perempuan
dewasa awal yang menikah membuktikan bahwa variabel intimacy memiliki
hubungan negatif dan signifikan dengan variabel kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Artinya semakin tinggi tingkat intimacy yang dimiliki
pasangan perempuan dewasa awal yang menikah maka menyebabkan
semakin rendah tingkat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilakukan oleh suaminya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
intimacy yang dimiliki pasangan perempuan dewasa awal yang menikah
maka menyebabkan semakin tinggi tingkat kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) yang dilakukan oleh suaminya. Jadi intimacy dapat dijadikan upaya
untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan.
Meningkatkan komunikasi antar suami-istri, meningkatkan interaksi, dan
semakin memelihara agar tumbuhnya elemen-elemen intimacy mampu
menekan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di
dalam keluarganya. Perlunya menjaga intimacy juga menjadi pesan khusus
bagi pasangan suami istri agar pasang surutnya hubungan rumah tangga dapat
dilewati pasangan suami istri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
intimacy (Sternberg’s Triangular Theory Of Love) memiliki pengaruh kuat
pada kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan dewasa awal yang
menikah.
B. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Berikutnya
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
subjek yang beragam dari berbagai wilayah dengan latar belakang yang
berbeda sekalipun memenuhi kriteria penelitian yang ada. Sangat dianjurkan
untuk penelitian selanjutnya dilakukan pada subjek yang berasal dari daerah
yang sama sehingga memudahkan penelitian dalam mengamati hasil
penelitian berkaitan dengan latar belakang subjek yang berasal dari daerah
yang sama supaya diperoleh gambaran deskriptif yang lebih luas. Mengacu
pada (Sternberg, 1998) yang menjelaskan bahwa intimacy menjadi pondasi
utama dalam pernikahan, penelitian hanya berfokus pada satu jenis komponen
yang berperan membentuk cinta sempurna. Dengan keterbatasan ini
penelitian berikutnya dapat mengukur jenis yang lain yaitu passion dan
commitment.
Pada penelitian ini, subjek mengisi skala self-repport yang berupa
kuisoner. Hal ini tentu dapat menyebabkan adanya faking pemberian respon
oleh subjek. Sackket dan Larson (dalam Podsakoff et al, 2003) menyatakan
banyak penelitian yang menggunakan skala self-repport memiliki bias yang
disebabkan oleh cara subjek memberikan respon. Keterbatasan skala self-
repport adalah memungkinkan subjek memberikan respon yang tidak jujur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
atau memberikan respon yang didasari tuntutan sosial (social desireability).
Pada penelitian hubungan intimacy dengan kekerasan dalam rumah tangga ini
meminta subjek hanya untuk tidak memberikan nama subjek atau nama
inisial subjek, hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya peneliti untuk
mengatasi potensi subjek memberikan jawaban yang tidak jujur karena takut
data dirinya akan diketahui dari nama yang tertera. Meskipun demikian,
kondisi pemberian respon secara self-repport memungkinkan respon yang
subjek berikan didasari tuntutan sosial bahwa hubungan dengan peneliti
memiliki kedekatan yang baik sehingga subjek memiliki dorongan untuk
membantu karena rasa sungkan yang dimiliki.
Keterbatasan penelitian juga terjadi dalam konteks pengambilan data
penelitian. Dimana subjek diminta mengisi skala yang mengukur variabel
bebas maupun variabel tergantung dalam rentang kurun waktu yang
bersamaan. Menurut Podsakoff (2003) hal tersebut dapat menyebabkan bias.
Subjek seolah-olah membuat teori sendiri untuk memprediksi kaitan antar
variabel sehingga respon yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi subjek
sebenanrnya. Oleh karena itu, Podsakoff et al (2003) menyarankan sebaiknya
penelitian yang mengambil data berdasarkan variabel bebas (predictor) dan
variabe terikat (criterion) dilakukan dalam konteks waktu dan tempat yang
berlainan.
Selain itu, kekurangan penelitian ini juga terletak pada skala ukur
variabel intimacy. Pada skala intimacy ditemukan bahwa beberapa pernyataan
item memiliki kemiripan dengan beberapa item dalam skala KDRT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pernyataan tersebut sangat riskan digunakan, karena seakan-akan beberapa
pernyataan dalam skala intimacy menjadi item unfavorable bagi skala KDRT
yang ada. Untuk menghindari bias karena kemiripan yang ada, peneliti
sebaiknya membuat skala intimacy berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
Hal ini bertujuan agar diperoleh gambaran yang sebenar-benarnya tentang
intimacy yang akan diukur.
C. Saran
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa intimacy memiliki
keterkaitan yang kuat dengan KDRT pada rumah tangaa pasangan dewasa
awal, maka:
1. Rumah tangga pasangan dewasa awal perlu terus menjaga hubungan
komunikasi secara intens antara suami-istri, perlu menjalin interaksi yang
aktif dan baik antar pasangan dan meningkatkan intimacy secara berkala
yang dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang, karena hal ini dapat
meningkatkan kemesraan dan keharmonisan rumah tangga, dan menekan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
2. Menekankan akan kedudukan suami-istri dalam suatu rumah tangga
adalah setara, artinya tidak ada dominasi dalam keluarga sehingga
masing-masing memiliki peran yang penting untuk saling melengkapi.
Oleh karena itu, para suami dilarang memandang rendah kedudukan
istrinya dan tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
kepada istrinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Mengingat setiap individu (suami-istri) memiliki karakteristik yang
berbeda, maka agar rumah tangganya dapat tetap harmonis, diharapkan
dapat saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, saling
pengertian, saling mentoleransi, saling menghargai dan saling mencintai.
Agar perbedaan yang ada tidak menimbulkan perselisihan dan dapat
diselesaikan dengan komunikasi yang baik agar tidak menjadikan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai penyelesaian
dalam suatu permasalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Aboolmali K., Saberi H., Saber S. (2014). The construction and standarization of a domestic violence questionnaire. Journal of Sociology Mind. 4, 51-57.
Agus Santoso. (2010). Studi deskriptif effect size penelitian-penelitian di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. 14. 1-17. Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing (7th Ed). New Jersey:
Prentice Hall, Inc. Andersen, S.C. (1996). A conceptual analysis of the Area within the triangular of
love. Disertasi: University of Georgia. Azwar. (2006). Menjaga mutu pelayanan kesehatan aplikasi prinsip lingkaran
pemecahan masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas (2nd Ed). Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Berita Online. https//nasional.kompas.co/read/2017/03/07/19240821/2016.ada-
259.150.kasus.kekerasan.terhadap.perempuan. Diakses pada 6 Maret 2018. Berita Online. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs239/en. Diakses pada
10 Maret 2018. Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five domains
of interpersonal competence in peer relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 55, 991-1008.
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. (2003). Biologi. Alih Bahasa: L.
Rahayu, E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Jakarta: Penerbit Erlangga.
DeGenova, M.K. (2008). Intimate relationships, marriages, & families (7th ed.).
New York: McGraw-Hill. Dion, Karen K., and Berscheid, Ellen. (1988). What is beautiful is good. Journal
of Personality and Social Psychology, 285-290. Dradjat, Zakiah. (1995). Ketenangan dan kebahagiaan dalam keluarga, Jakarta:
Bulan Bintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Duffy, K.G., & Atwater, E. (2002) Psychology for living: adjustment, growth, and behavior today (7th Ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Family Violence Prevention Fund (1999). Preventing domestic violence clinical
guidelines on routine screening. San Fransisco, CA: Family Violence Prevention Fund.
Ginanjar, A. S. (2011). Sebelum janji terucap. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Guilford, J.P., B. Fruchter (1978). Fundamental statistics in esychology And
Education. Tokyo: McGraw-HillKogakusha. Hadi, Sutrisno (2006). Analisis regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Heller, P.E., & Wood, B. (2000). The influence of religious and ethnic differences
on marital intimacy: intermarriage versus intramarriage. Journal of Marital and Family Therapy, 241.
Hollin, C. R., & Bloxsom, C. A. J. (2007). Treatments for angry aggression. In.
T. A. Gannon, T. Ward, A. R. Beech, & D. Fisher (Eds.) Aggressive Offenders Cognition. Chichester: John Willy & Sons, Ltd.
House, J. S., Landis, K. R., & Umberson, D. (1988). Social relationships and
health. Science, 241, 540-545. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang
ruang kehidupan. (5th Ed). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama. Ihromi, T. O. (1995). Kajian wanita dalam pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman pengembangan puskesmas mampu
tata laksana kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Komnas Perempuan. (2011). Catatan tahunan tentang kekerasan terhadap
perempuan. Jakarta: Komnas Perempuan RI. Kumar, R. (2005). Research Methodology: a step by step guide for beginners (2nd
Ed). London: SAGE Publication.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kustini. (2011). Keluarga harmoni dalam perspektif berbagai komunitas agama. Jakarta: Departemen Agama.
Maher, B. (2004). The Benefits of Marriage: Issue analysis. Washington D.C.:
Family Research Council. Marasabessy, Rapiah Sarfa. (2012). Penentuan maximum acceptable weihght limit
(MAWL) dengan menggunakan pendekatan fisiologi. ISSN: 1978-1105: ARIKA, 06.
Martikainen, L. (2008). The many faces of life satisfaction among finnish young
adults. Research Paper, Springer Science. Meliala Andrianus. (2017). Kasus kekerasan yang menghilangkan nyawa anggota
keluarga. Newsline: News Metro. Monks, F. J., Knoers, A.M.P & Hadinoto S.R. (1996). Psikologi perkembangan:
pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mathis dan Jackson, 2009, Manajemen sumber daya manusia, Edisi 10, Salemba
Empat, Jakarta. Nevid, S.F, Rathus, A.S., Greene, B. (2003). Psikologi abnormal (5th Ed).,
Erlangga: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Qaimi Ali. 2002. Menggapai langit masa depan anak. Bogor: Cahaya. Olson, D.H., & DeFrain, J. (2006). Marriages and Families: Intimacy, diversity,
and strengths. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2004). Human development (9th Ed).
New York: McGraw Hill Papalia, D. E., Old s, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development
perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika. Plichta B. Stacey & Garzon S. Laurel. (2001). Statistics for nursing and allied
health. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Lee, J. Y., & Podsakoff, N.P. (2003).
Common method biases in behavioral research: A Critical review of the literature and recommended remedies. Journal Academy of Management, 88, 879-903.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Prager, K.J. (1995). The psychology of intimancy. New York: Guilford Press Qaimi, Ali. (2002). Menggapai langit masa depan anak. Bogor: Cahaya. Ridwan. (2006). Kekerasan berbasis gender. Yogyakarta: Fajar Pustaka. Salkind, N.J. (2006). Exploring research (6th Ed). New jersey: Pearson Education,
Inc. Sears, David O., Freedman, Jonathan L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial
(2nd Ed). Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Seccombe, K., Warner, R. L. (2004). Marriages and Families: Relationship in
social context. California: Thomson Learning. Siregar, Syofian. 2013. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Jakarta.
PT. Bumi Aksara Stahmann, R.F. (2004). Intimacy in marriage. Division of continuing education.
Brigham Young University. Sternberg, R. J. (1988). The Triangular of Love: Intimacy, passion, commitment.
USA: Basic Books, Inc. Sternberg, R. J., (1997). Construct validation of a triangular love scale. European
Journal of Social Psychology, 27, 313-335. Sternberg, R. J., Wagner, R. K. (1999). Reading in cognitive psychology., USA:
Thompson Learning. Sternberg, R. J. (1986). A tringular theory of love. Psychologycal Review, 93,
119-135. Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supratiknya. (2012). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma. Sutrisminah, Emi. (2010). Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada Istri
terhadap kesehatan reproduksi. Turner, J. S., Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5th Ed.). Fort Worth:
Harcourt Brace.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Widhiarso, Wahyu. 2006. Mengestimasi reliabilitas, SPSS untuk Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi.
Williams, B. K., Sawyer, S. C., Wahlstrom, C. M. (2006). Marriages, Families,
and Intimate Relationships: A Practical Introduction. USA: Pearson Education.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
A. Blueprint Skala Intimacy
Aspek Pernyataan (Aitem)
Intimacy intimacy sebagai perasaan
dalam suatu hubungan yang
mendorong adanya
kedekatan, keterikatan, dan
kelekatan sehingga
menimbulkan rasa nyaman
dan hangat dalam suatu
hubungan.
- Saya dengan aktif mendukung
kesejahteraan pasangan saya (1)
- Saya memiliki hubungan yang
ramah dengan pasangan saya
(2)
- Saya dapat mengandalkan
pasangan saya ketika
membutuhkan (3)
- Pasangan saya dapat
mengandalkan saya ketika
membutuhkan (4)
- Saya bersedia berbagi tentang
hal pribadi dan kehidupan saya
dengan pasangan saya (5)
- Saya menerima banyak
dukungan emosional (6)
- Saya memberi banyak
dukungan emosional kepada
pasangan saya (7)
- Saya berkomunikasi baik
dengan pasangan saya (8)
- Saya menghargai pasangan saya
dengan sangat baik dalam hidup
saya (9)
- Saya merasa dekat dengan
pasangan saya (10)
- Saya merasa nyaman dengan
pasangan saya (11)
- Saya merasa bahwa saya sangat
dapat memahami pasangan saya
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
- Saya merasa bahwa pasangan
saya sangat dapat memahami
saya (13)
- Saya merasa bahwa saya sangat
dapat mempercayai pasangan
saya (14)
- Saya berbagi informasi yang
sangat pribadi kepada pasangan
saya (15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
B. Blueprint Skala KDRT/ Domestic Violence
Aspek Dimensi Pernyataan (Nomor Aitem)
Domestic Violence
Kekerasan Fisik atau
(Psysical Violence)
merupakan perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat.
Kekerasan fisik mencakup
tindakan seperti serangan
dengan senjata, dorongan,
memukul, menampar,
menendang dan melempar
benda ke pasangan.
- Pasangan saya mendorong
saya ketika dirinya marah
(24)
- Pasangan saya melempar
barang pribadi saya ketika
dirinya marah (26)
- Pasangan saya menendang
saya (42)
Kekerasan psikologis atau
kekerasan emosional
(Psychological Abuse/
Emotional Abuse) adalah
perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan
bertindak, dan penderitaan
psikis berat pada seseorang.
Kekerasan psikologis juga
dianggap sebagai kekerasan
emosional.
- Pasangan saya berteriak
kepada saya dan berkata
bahwa saya bodoh (1)
- Pasangan saya membuat
saya merasa dipermalukan
(2)
- Pasangan saya menyalahkan
saya atas kemarahannya (3)
- Pasangan saya menghina
seseorang yang saya sayangi
(4)
- Pasangan saya mudah marah
di setiap situasi (7)
- Pasangan saya membuat
saya bertanggung jawab atas
masalahnya (12)
- Pasangan saya tidak peduli
dengan komentar saya (15)
- Pasangan saya berteriak
kepada saya (16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
- Pasangan saya memanggil
saya dengan kata-kata yang
kasar (17)
- Pasangan saya tidak peduli
dengan minat saya (18)
- Pasangan saya tidak
menghargai perasaan saya
(19)
- Pasangan saya menghina
saya menggunakan kata
yang kasar (20)
- Pasangan saya merasa
terganggu dengan hubungan
keluarga saya (21)
- Pasangan saya tidak
menghargai kedekatan saya
dengan orang disekitar saya
(22)
- Pasangan saya membuat
orang lain marah kepada
saya (23)
- Pasangan saya suka
membalas dendam (27)
- Pasangan saya mengancam
saya dengan perceraian (28)
- Pasangan saya datang hanya
untuk tidur dan makan siang
(33)
- Pasangan saya berpindah
tempat tidur karena hal-hal
kecil (34)
- Pasangan saya tidak peduli
dengan kesedihan saya (35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
- Pasangan saya tidak peduli
dengan penyakit saya (36)
- Pasangan saya memaksa
saya harus mentoleransi
dirinya sekalipun dirinya
berbuat salah (37)
- Pasangan saya memaki saya
ketika dirinya marah (38)
- Pasangan saya memaki
kepada keluarga saya (39)
- Pasangan saya sering
membuat saya merasa
jengkel sehingga membuat
saya tidak bisa menceritakan
masalah saya padanya (40)
- Pasangan saya
menghentikan kemajuan
saya (41)
- Pasangan saya memaksa
saya untuk melakukan hal-
hal tidak baik (5)
- Pasangan saya mengontrol
sifat dan sikap saya (6)
- Pasangan saya
mengehntikan saya pergi
keluar dengan bebas (8)
- Pasangan saya curiga
dengan telepon saya (25)
Pasangan saya mengontrol
pesan teks saya (43)
Kekerasan Seksual (Sexual
Violence) meliputi perilaku
seks yang keras dan tidak
- Pasangan saya tidak peduli
dengan kelelahan saya
ketika berhubungan seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
biasa. Kekerasan seksual
adalah pengisolasian istri
dari kebutuhan batinnya.
(13)
- Pasangan saya mudah marah
ketika berhubungan seksual
(14)
Kekerasan Ekonomi
(Economic Violence) adalah
perbuatan yang sengaja atau
tidak menelantarkan orang
dalam lingkup rumah tangga
yang dibangun.
- Pasangan saya membatasi
saya untuk melakukan
pembelanjaan (9)
- Pasangan saya berhenti
mengunjungi saya dan
teman-teman (10)
- Pasangan saya menyalahkan
saya atas pembelanjaan saya
(11)
- Pasangan saya melihat isi
dompet saya (29)
- Pasangan saya menekan
saya untuk menghasilkan
banyak uang (30)
- Pasangan saya menuntut
permintaan yang tidak
sesuai dengan kemampuan
saya (31)
- Saya tidak dapat
menggunakan uang saya
tanpa ijin dari pasangan saya
(32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Vina Ardiana
(139114140)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Yogyakarta, 10 Mei 2018
Kepada:
Yth. Ibu/Saudari yang berpartisipasi
Dengan hormat dan kerendahan hati, saya memperkenalkan diri :
Nama : Vina Ardiana
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta
Dalam rangka penyusunan tugas akhir sebagai mahasiswa, saya memohon
kesediaan saudari untuk membantu saya mengisi skala penelitian ini. Sebelum mengisi
skala penelitian, terlebih dahulu saudari diminta untuk mengisi beberapa data diri yang
terkait dengan kepentingan penelitian. Skala ini berisikan beberapa pilihan pernyataan.
Dalam penelitian ini saudari diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban. Dalam
skala ini tidak ada pilihan jawaban benar atau salah, sehingga saudari diharapkan
menjawabnya dengan jujur dan apa adanya. Saya sebagai peneliti menjamin kerahasiaan
dari jawaban yang saudara-saudari berikan. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya
mengucapkan terimakasih.
Hormat Saya
Vina Ardiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LEMBAR PERSETUJUAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala ini dengan suka
rela dan tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu, demi membantu
terlaksananya penelitian ilmiah ini.
Semua jawaban yang saya berikan adalah murni dari apa yang saya alami dan
rasakan. Saya mengijinkan penggunaan jawaban yang saya berikan tersebut sebagai data
untuk memperlancar penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, …………………. 2018
(paraf tanpa nama)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DATA IDENTITAS
Usia :
Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan :
Usia Pernikahan :
Jumlah Anak :
Penghasilan Keluarga
o < Rp. 500.000
o Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
o Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000
o Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000
o > Rp. 2.000.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA 1
Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan seksama, kemudian pilihlah satu
jawaban dengan memberikan tanda centang ( √ ) di dalam kotak yang tersedia, yaitu :
SANGAT SETUJU : Jika pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI”
menggambarkan Anda SETUJU : Jika pernyataan tersebut “SESUAI” menggambarkan
Anda TIDAK SETUJU : Jika pernyataan tersebut “TIDAK” menggambarkan
Anda SANGAT TIDAK SETUJU : Jika pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK”
menggambarkan Anda
Dalam setiap jawaban tidak ada jawaban benar dan salah, sehingga saudara-saudari diharapkan menjawab dengan jujur dan apa adanya, sesuai dengan keadaan saudari yang sebenarnya. Contoh cara pengisian :
PERNYATAAN SANGAT SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
SANGAT TIDAK
SETUJU Saya bertukar pendapat dengan pasangan saya
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
SKALA 1
No. PERNYATAAN SANGAT SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
SANGAT TIDAK
SETUJU 1. Saya dengan aktif
mendukung kesejahteraan kehidupan pasangan saya
2. Saya memiliki hubungan yang dekat dengan pasangan saya
3. Saya dapat mengandalkan pasangan saya ketika saya membutuhkan
4. Pasangan saya dapat mengandalkan saya ketika membutuhkan
5. Saya bersedia berbagi hal pribadi dengan pasangan saya
6. Saya menerima dukungan emosional dari pasangan saya
7. Saya merasa dekat dengan pasangan saya
8. Saya berkomunikasi baik dengan pasangan saya
9. Saya menghargai pasangan saya dengan sangat baik
10. Saya memberi dukungan emosional pada pasangan saya
11. Saya merasa nyaman dengan pasangan saya
12. Saya merasa sangat bisa memahami pasangan saya
13. Saya berbagi informasi yang sangat pribadi kepada pasangan saya
14. Saya merasa saya sangat bisa mempercayai pasangan saya
15. Saya merasa pasangan saya dapat memahami saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA 2
Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan seksama, kemudian pilihlah satu
jawaban dengan memberikan tanda centang ( √ ) di dalam kotak yang tersedia, yaitu :
SANGAT SERING : Jika pernyataan tersebut “SANGAT SERING” Anda alami/rasakan SERING : Jika pernyataan tersebut “SERING” Anda alami/rasakan JARANG : Jika pernyataan tersebut “JARANG” Anda alami/rasakan TIDAK PERNAH : Jika pernyataan tersebut “TIDAK PERNAH” Anda alami/rasakan Dalam setiap jawaban tidak ada jawaban benar dan salah, sehingga saudara-saudari diharapkan menjawab dengan jujur dan apa adanya, sesuai dengan keadaan saudari yang sebenarnya. Contoh cara pengisian :
Pernyataan SANGAT SERING
SERING JARANG TIDAK
PERNAH Saya menerima uang dari pasangan
√
Catatan : Jawaban contoh diatas menggambarkan bahwa anda ‘JARANG’ menerima uang dari pasangan anda.
No. Pernyataan SANGAT SERING
SERING JARANG TIDAK
PERNAH 1. Pasangan saya berteriak kepada
saya dan berkata saya bodoh
2. Pasangan saya membuat saya merasa dipermalukan
3. Pasangan saya menyalahkan saya ketika dirinya marah
4. Pasangan saya menghina anggota keluarga yang saya cintai
5. Pasangan saya memaksa saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
untuk melakukan hal tidak baik 6. Pasangan saya berusaha
mengontrol sikap dan sifat saya
7. Pasangan saya mudah marah disetiap situasi
8. Pasangan saya menghentikan saya keluar dengan bebas
9. Pasangan saya membatasi saya untuk berbelanja
10. Pasangan saya berhenti mengunjungi saya ataupun keluarga saya
11. Pasangan saya menyalahkan saya ketika saya berbelanja
12. Pasangan saya membuat saya bertanggung jawab atas permasalahannya
13. Pasangan saya tidak peduli dengan kelelahan saya ketika berhubungan seksual
14. Pasangan saya mudah marah ketika berhubungan seksual
15. Pasangan saya tidak peduli dengan komentar saya
16. Pasangan saya berteriak pada saya
17. Pasangan saya memanggil saya dengan kata-kata yang kasar
18. Pasangan saya tidak peduli dengan minat saya
19. Pasangan saya tidak menghargai perasaan saya
20. Pasangan saya menghina saya menggunakan kata yang kasar
21. Pasangan saya terganggu ketika saya berhubungan dengan keluarga saya
22. Pasangan saya tidak menghargai saya dengan beberapa orang terdekat saya
23. Pasangan saya membuat orang lain marah atau tidak suka kepada saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
24. Pasangan saya mendorong saya ketika dirinya marah
25. Pasangan saya sering curiga dengan Handphone (HP) saya
26. Pasangan saya melempar barang ketika dirinya marah
27. Pasangan saya suka membalas dendam
28. Pasangan saya mengancam saya dengan perceraian/perpisahan
29. Pasangan saya mengecek isi dompet saya
30. Pasangan saya menekan saya untuk bekerja/menghasilkan banyak uang
31. Pasangan saya meminta sesuatu yang tidak bisa saya beri karena keterbatasan ekonomi saya
32. Saya tidak dapat menggunakan uang saya sendiri tanpa ijin dari pasangan saya
33. Pasangan saya datang atau mencari saya hanya ketika membutuhkan saya saja
34. Pasangan saya tidak mau tidur dengan saya karena hal-hal kecil/permasalahan sepele
35. Pasangan saya tidak peduli dengan hal-hal yang membuat saya bersedih
36. Pasangan saya tidak peduli dengan penyakit saya ketika saya sakit
37. Pasangan saya memaksa saya harus mentoleransi dirinya sekalipun dirinya berbuat salah
38. Pasangan saya memaki saya ketika dirinya marah
39. Pasangan saya memaki keluarga saya/anggota keluarga saya
40. Pasangan saya sering membuat saya merasa jengkel sehingga membuat saya tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
menceritakan masalah saya padanya
41. Pasangan saya menghentikan saya maju dan berkembang
42. Pasangan saya menendang saya ketika marah
43. Pasangan saya mengontrol pesan singkat (SMS/Chatting) di HP saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Reliability Intimacy TRY OUT
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.938 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.3600 .48487 50
VAR00002 3.1400 .70015 50
VAR00003 2.9600 .75485 50
VAR00004 3.1400 .57179 50
VAR00005 3.0200 .68482 50
VAR00006 2.9000 .78895 50
VAR00007 3.0600 .71171 50
VAR00008 3.1200 .71827 50
VAR00009 3.3200 .55107 50
VAR00010 3.1200 .68928 50
VAR00011 2.9200 .66517 50
VAR00012 2.8800 .62727 50
VAR00013 2.9400 .79308 50
VAR00014 2.9800 .74203 50
VAR00015 2.8200 .82536 50
Item-Total Statistics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 42.3200 53.569 .565 .937
VAR00002 42.5400 50.335 .703 .933
VAR00003 42.7200 49.022 .778 .931
VAR00004 42.5400 52.825 .561 .937
VAR00005 42.6600 50.270 .729 .932
VAR00006 42.7800 50.053 .639 .935
VAR00007 42.6200 49.424 .788 .931
VAR00008 42.5600 51.027 .611 .936
VAR00009 42.3600 53.215 .534 .937
VAR00010 42.5600 51.517 .588 .936
VAR00011 42.7600 49.370 .856 .929
VAR00012 42.8000 50.490 .777 .931
VAR00013 42.7400 48.931 .744 .932
VAR00014 42.7000 50.255 .666 .934
VAR00015 42.8600 48.490 .752 .932
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
45.6800 57.814 7.60354 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Reliability KDRT TRY OUT Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.971 43
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 1.7800 .70826 50
VAR00002 1.6000 .75593 50
VAR00003 2.0400 .75485 50
VAR00004 1.3800 .66670 50
VAR00005 1.3200 .65278 50
VAR00006 2.3800 .98747 50
VAR00007 1.9800 .82040 50
VAR00008 1.9800 .89191 50
VAR00009 1.9000 .76265 50
VAR00010 1.3800 .66670 50
VAR00011 1.6600 .65807 50
VAR00012 1.7800 .81541 50
VAR00013 1.6800 .74066 50
VAR00014 1.5400 .70595 50
VAR00015 1.9600 .92494 50
VAR00016 1.8400 .86567 50
VAR00017 1.6600 .79821 50
VAR00018 1.8200 .77433 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
VAR00019 1.7600 .82214 50
VAR00020 1.6000 .72843 50
VAR00021 1.3200 .51270 50
VAR00022 1.4600 .67643 50
VAR00023 1.4600 .64555 50
VAR00024 1.3600 .69282 50
VAR00025 1.7200 .88156 50
VAR00026 1.4600 .78792 50
VAR00027 1.3800 .72534 50
VAR00028 1.3800 .77959 50
VAR00029 1.7400 .94351 50
VAR00030 1.4400 .73290 50
VAR00031 1.3800 .56749 50
VAR00032 1.5600 .64397 50
VAR00033 1.3800 .63535 50
VAR00034 1.6400 .87505 50
VAR00035 1.6400 .72168 50
VAR00036 1.4400 .67491 50
VAR00037 1.8400 .95533 50
VAR00038 1.8000 .83299 50
VAR00039 1.3800 .63535 50
VAR00040 1.8400 .71027 50
VAR00041 1.3400 .59281 50
VAR00042 1.3600 .66271 50
VAR00043 1.9800 .99980 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 68.5600 463.925 .735 .970
VAR00002 68.7400 461.053 .777 .970
VAR00003 68.3000 464.010 .685 .971
VAR00004 68.9600 467.958 .639 .971
VAR00005 69.0200 472.632 .486 .971
VAR00006 67.9600 469.386 .385 .972
VAR00007 68.3600 466.888 .544 .971
VAR00008 68.3600 473.296 .329 .972
VAR00009 68.4400 467.639 .565 .971
VAR00010 68.9600 470.896 .536 .971
VAR00011 68.6800 470.140 .570 .971
VAR00012 68.5600 464.578 .614 .971
VAR00013 68.6600 464.066 .697 .971
VAR00014 68.8000 465.714 .677 .971
VAR00015 68.3800 457.955 .708 .971
VAR00016 68.5000 461.398 .664 .971
VAR00017 68.6800 459.079 .793 .970
VAR00018 68.5200 462.377 .717 .970
VAR00019 68.5800 456.942 .831 .970
VAR00020 68.7400 459.788 .849 .970
VAR00021 69.0200 472.959 .611 .971
VAR00022 68.8800 462.557 .819 .970
VAR00023 68.8800 463.536 .823 .970
VAR00024 68.9800 464.796 .722 .970
VAR00025 68.6200 459.465 .704 .971
VAR00026 68.8800 463.618 .666 .971
VAR00027 68.9600 469.794 .525 .971
VAR00028 68.9600 465.141 .627 .971
VAR00029 68.6000 460.367 .632 .971
VAR00030 68.9000 463.398 .726 .970
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
VAR00031 68.9600 468.733 .724 .971
VAR00032 68.7800 472.298 .505 .971
VAR00033 68.9600 475.672 .388 .972
VAR00034 68.7000 459.357 .712 .970
VAR00035 68.7000 462.092 .781 .970
VAR00036 68.9000 468.255 .621 .971
VAR00037 68.5000 455.520 .746 .970
VAR00038 68.5400 455.845 .852 .970
VAR00039 68.9600 467.019 .707 .971
VAR00040 68.5000 463.929 .732 .970
VAR00041 69.0000 468.245 .711 .971
VAR00042 68.9800 467.285 .667 .971
VAR00043 68.3600 455.827 .703 .971
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
70.3400 486.841 22.06448 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
UJI NORMALITAS
UJI NORMALITAS INTIMACY
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
INTIMACY .113 163 .000 .969 163 .001
a. Lilliefors Significance Correction
UJI NORMALITAS KDRT
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KDRT .123 163 .000 .930 163 .000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
UJI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
KDRT *
INTIMACY
Between
Groups
(Combined) 52296.835 27 1936.920 10.434 .000
Linearity 40507.130 1 40507.130 218.200 .000
Deviation from
Linearity 11789.706 26 453.450 2.443 .000
Within Groups 25061.655 135 185.642
Total 77358.491 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
UJI HIPOTESIS
Correlations
INTIMACY KDRT
Spearma
n's rho
INTIMACY Correlation Coefficient 1.000 -.719**
Sig. (2-tailed) . .000
N 163 163
KDRT Correlation Coefficient -.719** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 163 163
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI