35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari kebutuhan tubuh. Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa tanda tidak spesifik yang mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit ditegakkan.Sebagai contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan nadi yang melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan dengan keadaan hipertiroid. 4 Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada wanita hamil.Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari semua kasus hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering untuk kasus hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang terjadi selama tahun pertama setelah melahirkan. 8 1

hipertiroid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hipertiroid dalam kehamilan

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama

kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan,

menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan

yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari

kebutuhan tubuh. Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa tanda tidak spesifik

yang mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit ditegakkan.Sebagai contoh,

wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan hiperdinamik seperti peningkatan

curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan nadi yang melebar, suatu tanda-tanda yang dapat

dihubungkan dengan keadaan hipertiroid.4

Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme

pada wanita hamil.Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat

mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari

85 % dari semua kasus hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering

untuk kasus hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang

terjadi selama tahun pertama setelah melahirkan. 8

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum: untuk mengetahui bagaimana pengaruh hormone tyroid, kelainan tyroid pada

kehamilan dan penatalaksanaannya.

Tujuan khusus: untuk menyelesaikan tugas referat wajib dari kepaniteraan klinik di SMF

Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh, Probolinggo.

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tiroid

2.1.1 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut dihubungkan

oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya diperkirakan 6-20

gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini

kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaaan hipertiroid,

aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram sehingga dapat didengar menggunakan

stetoskop yang disebut bruit. 5

Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan adrenergik dan kolinergik yang berasal dari

ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua system saraf ini mempengaruhi aliran darah pada

kelenjar tiroid yang akan mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid. Selain itu,

serabut saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga persarafan adrenergic diduga

mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung.5

Gambar Anatomi Kelenjar Tiroid

2

 

Folikel atau acini yang berisi koloid merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding

folikel dilapisi oleh sel kuboid yang merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung

dari tingkat stimulasi pada kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner bila dalam keadaaan aktif, dan

berbentuk kuboid bila dalam keadaan tidak aktif. Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat

yang disebut septa yang akan membentuk lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler

atau sel C yang menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid

dimana tiroglobulin yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tiroid yang akan

disimpan. 5

Gambar 2. Folikel Tiroid

3

Gambar Sel Folikel Tiroid

2.1.2 Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh

dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan

tetraiodohyronin (T4) atau tiroksin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat

molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 di dalam yang

merupakan iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf

normal, pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada

didekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin. Pada orang

dewasa, hormon tiroid disintesis di kelenjar tiroid melalui beberapa tahap, yaitu :

4

a. Iodin (I2) yang direduksi menjadi iodide (I) di lambung dan usus cepat diabsorbsi dan beredar

dalam sirkulasi dalam bentuk iodide. 

b. Sel folikuler pada kelenjar tiroid membentuk iodide trap yang dibawa ke sel melalui gradien

elektrokimia.

c. Retikulum endoplasma kasar mensintesis molekul besar yang disebut tiroglobulin. Iodida-

tiroglobulin bebas diangkut dalam bentuk vesikel ke membran apikal, dimana vesikel tersebut

kemudian berfusi dengan membran dan akhirnya melepaskan tiroglobulin pada membran apical.

d. Pada membran apikal, iodida yang teroksidasi berikatan dengan unit tirosin(Ltyrosine) dalam

tiroglobulin pada satu atau dua posisi, membentuk precursor hormon monoiodotyrosine (MIT)

dan diiodotyrosine (DIT).

e. Setiap molekul tiroglobulin bisa mengandung sampai 4 residu T4 dan nol hingga satu T3.

Tiroglobulin disimpan kembali ke dalam sel folikuler sebagai droplet koloid melalui proses

pinositosis.

f. Lisosom eksopeptidase mengancurkan ikatan antara tiroglobulin dan T4 (atau T3). Sebagian

besar (80%) T4 dilepaskan ke kapiler darah dan hanya sejumlah kecil (20%) T3 disekresi dari

kelenjar tiroid.

g. Proteolisis tiroglobulin juga melepaskan monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine(DIT).

Molekul-molekul ini dideiodinasi oleh enzim deiodinase sehingga iododadapat digunakan

kembali untuk membentuk T4 atau T3.Normalnya, hanya beberapa molekul tiroglobulin utuh

yang meninggalkan sel folikuler.

h. TSH merangsang hampir semua proses yang melibatkan sintesis dan sekresi hormone tiroid.15

Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid mengatur fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhan.

Produksi dan pelepasan hormon tiroid diatur oleh thyroid-releasing hormone (TRH) dari

hipotalamus.TRH mencapai hipofisis anterior melalui system portal, dimana sel

tirotropik dirangsang untuk menghasilkan thyroid-stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin.

TSH dilepaskan ke aliran darah sistemik kemudian dibawa sampai ke kelenjar tiroid. Di sini,

5

TSH merangsang pengambilan iodida, dan semua proses yang mendorong pembentukan

dan pelepasan T4 dan T3. TSH mengaktifasi adenilsiklase yang berbatasan dengan membran sel

folikel dan meningkatkan kerja cAMP. T3 memiliki efek inhibisi kuat terhadap sekresi TRH.11

Hampir semua T3 dalam sirkulasi berasal dari T4. TSH juga merangsang konversi T4

menjadi T3 yang secara biologis lebih aktif.Sebagian besar hormon tiroid terikat pada

protein plasma agar hormon tersebut terlindungi selama diangkut. Terdapat keseimbangan antara

hormon yang terikat protein dengan hormon yang bebas. Hormon tiroid larut dalam lemak dan

dapat dengan mudah melintasi membrane sel melalui proses difusi.11

 Di dalam darah, tubuh kita hanya memiliki sejumlah kecil thyroxine-binding globulin

(TBG) sekitar 10 mg/L, tetapi afinitasnya terhadap T4 sangat tinggi. T4 total sekitar 10-7mol/L

setara dengan 77,7 g/L serum darah, karena 777 gram T4 sama dengan 1 mol dari total.Kurang

lebih 70% dari T4 dan T3 berikatan pada TBG, dan sisanya terikat pada thyroxine-binding

albumin (TBA) dan transthyrenin. Estrogen merangsang sintesis TBG.Hormon T3 dieliminasi

dengan cepat (waktu paruhnya 24 jam), karena memiliki derajat terendah terhadap pengikatan

protein. Molekul tiroksin (T4) memiliki waktu paruh biologis sekitar 7 hari, hampir setara

dengan waktu paruh isotop radioaktif (8 hari).11

6

2.1.3 Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan

Hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) disintesis di dalam folikel tiroid.

Tiroid-stimulating hormone (TSH) merangsang sintesis dan pelepasan T3 dan T4, yang

sebelumnya didahului dengan pengambilan iodide yang penting untuk sintesis hormon tiroid.

Walaupun T4 disintesis dalam jumlah yang lebih besar, namun di jaringan perifer T4 dikonversi

menjadi T3 yang lebih poten melalui proses deiodinasi. Selama kehamilan normal kadar tiroid

binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4 ikut meningkat.

Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan system saraf. Selama trimester

pertama kehamilan, fetus bergantung pada ibu untuk menyediakan hormon tiroid melalui

plasenta karena fetus tidak dapat menghasilkan hormon tiroid sendiri sampai trimester kedua.

Pada minggu ke-10-12, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun fetus tetap membutuhkan

iodin dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid. TSH dapat dideteksi dalam serum janin mulai

usia kehamilan 10 minggu, tetapi masih dalam kadar yang rendah sampai usia kehamilan 20

minggu yang mencapai kadar puncak 15 uU per ml dan kemudian turun sampai 7 uU per ml.

Penurunan ini mungkin karena kontrol dari hipofisis yang mulai terjadi pada usia kehamilan 12

minggu sampai 1 bulan post natal. Selama trimester kedua dan ketiga, hormon tiroid disediakan

oleh ibu dan fetus, namun lebih banyak oleh ibu.6

Selama usia pertengahan kehamilan, didalam cairan amnion dapat dideteksi adanya T4

yang mencapai puncaknya pada usia kehamilan 25 sampai 30 minggu. Kadar T3 di dalam cairan

amnion selama awal kehamilan masih rendah dan berangsur akan meningkat. Tetrayodotironin

(T4) didalam tubuh janin terutama dimetabolisir dalam bentuk reverse T3 (rT3) , hal ini mungkin

disebabkan karena sistem enzimnya belum matang. Reverse T3 meningkat terus dan mencapai

kadar puncak pada usia kehamilan 17 sampai 20 minggu. Kadar rT3 didalam cairan amnion

dapat dipakai sebagai diagnosis prenatal terhadap kelainan faal kelenjar tiroid janin. Selama

7

kehamilan, fungsi kelenjar tiroid maternal bergantung pada tiga faktor independen namun saling

terikat, yaitu (a) peningkatan konsentrasi hCG yang merangsang kelenjar tiroid, (b) peningkatan

ekskresi iodide urin yang signifikan sehingga menurunkan konsentrasi iodin plasma, dan (c)

peningkatan thyroxine-binding globulin (TBG) selama trimester pertama, menyebabkan

peningkatan ikatan hormone tiroksin. Pada akhirnya,faktor-faktor ini bertanggung jawab

terhadap peningkatan kebutuhan tiroid.7

a. Human Chorionic Gonadotropin

(hCG) Seperti yang disebutkan di atas, human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan

hormon peptid yang bertanggung jawab untuk produksi progesterone dalam konsentrasi yang

adekuat pada awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang

sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama trimester pertama

kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara struktural, peptide hCG terdiri atas

dua rantai, sebuah rantai α dan rantai β, dimana rantai α dari hCG identik dengan struktur yang

membentuk TSH. Struktur yang homolog ini menjadikan hCG mampu merangsang kelenjar

tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak sekuat TSH.11

Kadar TSH turun selama kehamilan trimester pertama, berbanding dengan peningkatan

hCG. Walaupun hCG sebagai stimulan kelenjar tiroid, konsentrasi hormon tiroid bebas (tidak

terikat) pada umumnya dalam batas normal atau hanya sedikit di atas normal selama trimester

pertama. Efek perangsangan dari hCG pada kehamilan normal tidak signifikan dan normalnya

ditemukan pada pertengahan awal kehamilan. Pada awal minggu ke-12 atau pada kondisi

patologis tertentu, termasuk hipermesis gravidarum dan tumor trofoblastik, konsentrasi hCG

mencapai kadar maksimal yang akan menginduksi keadaan hipertiroid dimana kadar tiroksin

bebas meningkat dan kadar TSH ditekan.11

b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan

Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan, akibat peningkatan filtrasi

glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan meningkatnya pengeluaran iodine lewat

ginjal yang berlangsung pada awal kehamilan.Ini merupakan faktor penyebab turunnya

konsentrasi iodine dalam plasma selama kehamilan. Kompensasi dari kelenjar tiroid dengan

8

pembesaran dan peningkatan klirens iodin plasma menghasilkan hormon tiroid yang cukup

untuk mempertahankan keadaan eutiorid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembesaran

kelenjar tiroid adalah hal yang fisiologis, merupakan kompensasi adaptasi terhadap peningkatan

kebutuhan iodin yang berhubungan dengan kehamilan.11

c. Thyroxine Binding Globulin

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan

tiroksin, yang merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan.

Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu thyroxine binding globulin (TBG),

albumin, dan thyroxine binding pre albumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga protein

tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil,

sekitar 2/3 dari hormone tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal, terjadi peningkatan

dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal selama kehamilan sampai 6-12 bulan

setelah bersalin. Hal ini menggambarkan peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada

semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal.

Untuk menjamin kestabilan kadar hormon bebas, mekanis meumpan balik merangsang pelepasan

TSH yang bekerja untuk meningkatkan pengeluaran hormone dan menjaga kestabilan hemostasis

kadar hormon bebas. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek langsung dari meningkatnya

kadar estrogen selama kehamilan. Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG,

memperpanjang waktu paruh dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG

serum. Estrogen juga merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan penurunan

kapasitas TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam sirkulasi yang berikatan dengan

TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat mencapai 75%. Kadang kala perubahan hormonal

ini dapat membuat pemeriksaan fungsi tiroid selama kehamilan sulit diinterpretasikan.11

9

2.2 Etiologi dan Patogenesis

2.2.1 Etiologi

Penyakit Graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun yang

penyebabnya tidak diketahui. Terdapat predisposisi familial kuat pada sekitar 15% pasien

Graves mempunyai keluarga dekat dengan kelainan sama dan kira-kira 50% keluarga pasien

dengan penyakit Graves mempunyai autoantibodi tiroid yang beredar di darah. Wanita terkena

kira-kira 5 kali lebih banyak daripada pria. Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur,

dengan insiden puncak pada kelompok umur 20-40 tahun.3

Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan sebagai (1) primer (kegagalan tiroid), (2) sekunder

(terhadap kekurangan TSH hipofisis), atau (3) tersier (berhubungan dengan defisiensi TRH

hipotalamus)-atau mungkin karena (4) resistensi perifer terhadap kerja hormon tiroid.

Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan sebagai goiter dan non-goiter, tapi klasifikasi ini

mungkin tidak memuaskan, karena tiroiditis Hasimoto dapat menimbulkan hipotiroidisme

dengan atau tanpa goiter. Insidens berbagai penyebab hipotiroidisme akan berbeda-beda

tergantung faktor-faktor geografis dan lingkungan seperti diet iodida dan asupan bahan-bahan

goitrogenik, ciri-ciri genetika dan populasi dan distribusi umur populasi (anak atau dewasa).5

10

2.2.2 Patogenesis

Trimester I

Efek perangsangan dari hCG pada kehamilan normal tidak signifikan dan normalnya

ditemukan pada pertengahan awal kehamilan. Pada awal kehamilan sampai minggu ke-12 atau

pada kondisi patologis tertentu, termasuk hipermesis gravidarum dan tumor trofoblastik,

konsentrasi hCG mencapai kadar maksimal yang akan menginduksi keadaan hipertiroid dimana

kadar tiroksin bebas meningkat dan kadar TSH ditekan.2

Trimester II

Hipertiroksinemia ringan biasanya bersifat sementara, menurun pada kehamilan minggu

ke-18 tanpa terapi antitiroid. Namun, hipertiroksinemia yang signifikan disertai dengan

peningkatan T4 bebas dan TSH yang rendah, dan penemuan klinik hipertiroid,memerlukan terapi

obat antitiroid.2

Trimester III dan akhir kehamilan

Keadaan bayi perinatal dari perempuan dengan tirotoksikosis sangat bergantung pada

tercapai tidaknya pengontrolan metabolik. Kelebihan tiroiksin dapat menyebabkan terjadinya

ke guguran spontan. Pada perernpuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka

yang tetap hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan meningkatkan risiko terjadinya pre-

eklampsia, kegagalan jantung, dan keadaan perinatal yang buruk.1

Keadaan hipotiroid pada ibu dapat menghambat perkembangan neurofisiologik janin.

Anak-anak yang dilahirkan oieh perempuan dengan kadar T4 kurang dari 10 persen, berisiko

terjadinya ketidakseimbangan perkembangan psikomotor. Selain itu, pada hipotiroid

subklinis bisa meningkatkan terjadinya persalinan prematur, solusio plasenta, dan perawatan

bayi di NICU.1

11

2.3 Klasifikasi

2.3.1 Hipertiroid

Insidensi kehamilan dengan gejala tirotoksikosis atau hipertiroidisme adalah 1:2000 kehamilan.

Kehamilan normal akan menimbulkan keadaan klinik yang mirip dengan kelebihan tiroksin (T4),

sehingga tirotoksikosis yang ringan mungkin akan sulit terdiagnosis. Beberapa gejala yang sering

ditemukan adalah takikardi pada kehamilan normal, nadi rata-rata waktu tidur meningkat,

tiromigali, eksoftalmus, dan berat badan tidak tambah walaupun cukup makan.5

Gambaran laboratorium memperlihatkan kadar serum T4 bebas meningkat, sedangkan kadar

tirotropin menurun. Kadar tirotropin bisa terdeteksi sampai kadar kurang dari 0,1 m U/I,

sehingga akan meyebabkan ditemukannya keadaan hipertiroid subklinis (sekitar 1%). Keadaan

subklinis ini dapat ditemukan dan terdeteksi dengan pemeriksaan tirotropin. Efek jangka panjang

keadaan tirotoksikosis subklinikal yang persisten diawasi secara berkala karena dan

menyebabkan terjadinya aritmia jantung, hipertrofi ventrikel jantung, dan osteopenia.14

2.3.2 Hipotiroid

Saat ini, terdapat 3-4% perempuan hamil yang mengalami hipotiroid dan diperkirakan akan

melahirkan anak dengan kondisi cacat mental. Ibu hamil sebaiknya terhindar dari masalah ini

agar anak dapat lahir dan bertumbuh kembang secara maksimal.

Pada usia dini, hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan dan

pertumbuhan. Kondisi hipotiroid yang umumnya disebabkan kekurangan yodium (iodium) akan

mengakibatkan penurunan intelegensia. Dalam jangka panjang, calon ibu akan melahirkan

generasi yang lambat dalam merespons.1

Insidensi keadaan hipotiroid subklinis pada perempuan berusia antara 18 -45 tahun adalah

sekitar 5%.Dari semua ini, 2 –5% per tahunnya keadaan mereka memburuk dan berkembang

menjadi kegagalan tiroid secara klinis. Sebagian besar penyakit hipotiroid pada orang dewasa

disebabkan oleh dirusaknya kelenjar tiroid oleh otoantibodi, khususnya antibodi anti tyroid

peroxidase. Oleh karena itu, gangguan-gangguan hipotiroid juga berhubungan dengan

12

tirotoksikosis graves. Kedua kelainan ini mungkin berhubungan akibat terjadinya transfer timbal

balik sel-sel janin pada kehamilan sebelumnya.1

Efek Hipotiroid Subklinis pada Hasil Akhir Kehamilan

Kelainan organ tiroid ibu dan janin saling berhubungan. Pada keduanya fungsi tiroid sangat

bergantung pada cukup tidaknya asupan iodin. Defisiensi asupan iodin pada awal kehamilan

dapat menyebabkan keadaan hipotiroid pada ibu. Hipotiroid dengan gambaran klinik yang

jelas berhubungan dengan keadaan perinatal yang buruk. Jika gangguan tiroid ini dapat diatasi

sebelum terjadi kehamilan, biasanya didapatkan keadaan perinatal yang normal.1

Defisiensi lodin

Begitu konsepsi terjadi, kebutuhan iodin yang cukup sangat diperlukan guna perkembangan

neurologik janin. Asupan yang direkomendasikan selama kehamilan adalah paling tidak 220

g/hari. Defisiensi iodin akan mempengaruhi gangguan perkembangan neurologik janin.

Pemberian suplemen tambahan pada keadaan defisiensi iodin yang ringan, akan mencegah

terjadinya goiter pada janin. Defisiensi iodin yang sedang akan memberikan efek sedang

pula dan efeknya ter-hadap perkembangan fungsi intelektual dan psikomotor sangat

bervariasi, sedangkan defisiensi iodin yang berat akan menyebabkan kerusakan yang berat

sepeni keadaan kretinisme endemik (endemic cretinism). Pemberian tambahan iodin sebelum

kehamilan akan mencegah kerusakan neurolo-gik akibat defisiensi berat, bahkan akan

memberikan efek pencegahan yang parsial meskipun baru diberikan ketika kehamilan sudah

terjadi.13

13

2.4 Manifestasi Klinis

2.4.1 Gejala Hipertiroid

Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan tiroid atau penyakit autoimun

memiliki resiko yang lebih tinggi mengidap penyakit hipertiroid. Gejala yang sering timbul biasa

adalah intoleransi terhadap panas, berkeringat lebih banyak, takikardi,dada berdebar, mudah

lelah namun sulit untuk tidur, gangguan saluran cerna, berat badanmenurun meskipun asupan

makan cukup, mudah tersinggung, merasa cemas dan gelisah. Selain itu dapat juga timbul tanda-

tanda penyakit graves, seperti perubahan mata, tremor padatangan, miksedema pretibial dan

pembesaran kelenjar tiroid.2

Keadaan bayi perinatal dari perempuan dengan tirotoksikosis sangat bergantung pada

tercapai tidaknya pengontrolan metabolik. Kelebihan tiroksin dapat menyebabkan terjadinya

keguguran spontan. Pada perernpuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka

yang terapi hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan meningkatkan risiko terjadinya

pre-eklampsia, kegagalan jantung, dan keadaan perinatal yang buruk.1

Keadaan janin

Gambaran klinik yang mungkin dapat ditemukan pada bayi baru lahir dari ibu yang terpapar

tiroksin secara berlebihan adalah sebagai berikut.

a. Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin

atau bayi baru lahir akibat adanya transfer tlryroid-stimulating immunoglobulins melalui

plasenta. Janin bisa dalam keadaan nonimmune hrydrops atau bahkan meninggal.

b. Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dari ibu yang mendapatkan pengobatan

golongan thiomide. Keadaan hipotiroid ini dapat diterapi dengan pemberian tiroksin

secara intra-amniotik.

c. Pada janin juga dapat terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter sebagai akibat ma-

suknya tlryrotropin-receptor blocking antibodies ibu melalui plasenta.

14

2.4.2 Gejala Hipotiroid

Kelainan organ tiroid ibu dan janin saling berhubungan. Pada keduanya fungsi tiroid

sangat bergantung pada cukup tidaknya asupan iodin. Defisiensi asupan iodin pada awal

kehamilan dapat menyebabkan keadaan hipotiroid pada ibu. Hipotiroid dengan gambaran

klinik yang jelas berhubungan dengan keadaan perinatal yang buruk. Jika gangguan tiroid ini

dapat diatasi sebelum terjadi kehamilan, biasanya didapatkan keadaan perinatal yang

normal.1

a. Bayi baru lahir (Kretinisme)

Istilah kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayipada daerah-daerah asupan

iodin rendah dan goiter endemik--dengan retardasi mental, postur pendek, muka

dan tangan tampak sembab dan (seringkali) tuli mutisma dan tanda-tanda neurologis

yaitu kelainan traktus piramidalis dan ekstrapiramidalis . Di Amerika Serikat,

program skrining neonatus telah memperlihatkan bahwa pada populasi kulit putih

insidens hipotiroidisme neonatus adalah 1 : 5000, sementara pada populasi kulit

hitam insidensnya hanya 1 : 32.000. Hipotiroidisme neonatus dapat diakibatkan dari

kegagalan tiroid untuk desensus selama periode perkembangan embrionik dari

asalnya pada dasar lidah ke tempat seharusnya pada leher bawah anterior, yang

berakibat timbulnya kelenjar "tiroid ektopik" yang fungsinya buruk. Transfer

plasenta TSH-R Ab [blok] dari ibu pasien tiroiditis Hashimoto ke embrio, dapat

menimbulkan agenesis kelenjar tiroid dan "kretinisme atireotik". Defek bawaan pada

biosintesis hormon tiroid menimbulkan hipotiroidisme neonatus termasuk pemberian

iodida, obat antitiroid, atau radioaktif iodin untuk tirotoksikosis saat kehamilan.

Gejala-gejala hipotiroidisme pada bayi baru lahir adalah kesukaran bernapas,

sianosis, ikterus, kesulitan makan, tangisan kasar, hernia umbilikalis dan retardasi

berat dan retardasi pematangan tulang yang nyata. Epifisis tibia proksimal an epifisis

femur distal terdapat pada semua bayi cukup bulan dengan berat badan lebih dari

2500g. Tidak adanya epifisis ini merupakan bukti kuat adanya hipotiroidisme.

Pengenalan skrining rutin terhadap bayi baru lahir untuk TSH dan Tq telah

menjadi keberhasilan besar dalam diagnosis dini hipotiroidisme neonatus. T4 serum

di bawah 6 µg/dL atau TSH serum di atas 30 µgU/mL indikatif adanya

15

hipotiroidisme neonatal. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan bukti radiologis

adanya retardasi umur tulang.

b. Anak : Hipotiroidisme pada anak-anak ditandai adanya retardasi

pertumbuhan dan tanda-tanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas prekok dapat

terjadi, dan mungkin ada pembesaran sella tursika di samping postur tubuh pendek. Hal

ini tidak berhubungan dengan tumor hipofisis tapi mungkin berhubungan dengan

hipertrofi hipofisis yang berhubungan dengan produksi TSH berlebihan.

c. Dewasa : Pada orang dewasa, gambaran umum hipotiroidisme

Termasuk mudah lelah, kedinginan, penambahan berat badan, konstipasi, menstruasi

tidak teratur, dan kram otot. Pemeriksaan fisik termasuk kulit yang dingin, kasar,

kulit kering, wajah dan tangan sembab, suara parau dan kasar, refleks lambat .

Menurunkan konversi karoten menjadi vitamin A dan peningkatan karoten dalam

darah sehingga memberikan warna kuning pada kulit.5

2.5 diagnosa

Diagnosis klinis hipertiroid pada wanita hamil biasanya sulit ditegakkan. Hal ini

dikarenakan wanita dengan hipertiroid memiliki beberapa tanda-tanda sistem

hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung dengan bising sistolik dan takikardi, kulit

hangat, dan intoleransi terhadap panas. Tanda hipertiroid seperti berat badan turun, dapat

menjadi tidak  jelas oleh kenaikan berat badan karena kehamilan. Didapatkannya perubahan

mata pada penyakit graves atau miksedema pretibial dapat membantu, namun tidak selalu

mengindikasikan tirotoksikosis. Adanya onkilosis atau pemisahan kuku distal dari nailbed ,dapat

juga membantu dalam menegakkan diagnosis klinis hipertiroid.10

Peningkatan kadar T3 serum dapat meningkatkan densitas reseptor β- adrenergik sel

miokardium sehingga curah jantung meningkat walaupun saat istirahat dan terjadi aritmia

(fibrilasi atrium). Denyut nadi saat istirahat biasanya di atas 100 kali per menit dan jika denyut

nadi tetap atau tidak menjadi lambat selama melakukan manuver Valsava, diagnosis

16

tirotoksikosis menjadi lebih mungkin. Diagnosis hipertiroid dalam kehamilan dapat ditegakkan

melalui pemeriksaan fisisdan laboratorium, terutama pemeriksaan fungsi tiroid. Pada kehamilan,

kadar T3 total dan T4 total meningkat seiring meningkatnya konsentrasi TBG. Kadar FT3 dan

FT4 dalam batas normal tinggi pada kehamilan trimester pertama dan kembali normal pada

trimester kedua. Nilai T4 total tidak bermanfaat pada wanita hamil karena nilainya yang tinggi

merupakan respon terhadap estrogen yang meningkatkan konsentrasi TBG. FT3 sebaiknya

diperiksa ketika nilai TSH rendah tetapi kadar FT4 normal. Peningkatan kadar T3 menunjukkan

toksikosis T3. Pemeriksaan TSH saja sebaiknya tidak dijadikan acuan dalam mendiagnosis

hipertiroid dalam kehamilan. Pasien dengan penyakit graves hampir selalu memiliki

hasil pemeriksaan TSIs yang positif. Pemeriksaan TSI ini sebaiknya diukur pada trimester

ketiga. Nilai TSI yang tinggi sering dihubungkan dengan tirotoksikosis fetus. Antibodi

antimikrosomal jika memungkinkan perlu juga diperiksa karena wanita yang memiliki

hasil positif pada kehamilan atau sesaat setelah persalinan memiliki resiko berlanjut ke penyakit

tiroiditis postpartum.5

Secara klinis diagnosis hipotiroid ditegakkan apabila kadar tiroksin bebas rendah,

sedangkan kadar tirotropin meningkat. Keadaan hipotiroid di hubungkan dengan meningkatnya

kejadian infertilitas (kemandulan) atau keguguran, dan tidak umum ditemukan keadaan

hipertiroid yang berat dalam kehamilan. Pada hipotiroid Kombinasi FT4 atau FT4I serum

yang rendah dan TSH serum meningkat adalah diagnostik adanya hipotiroidisme primer.

Kadar T3 bervariasi dan dapat berada dalam batas normal. Uji positif terhadap

autoantibodi tiroid mengarah tiroiditis Hashimoto yang mendasari. Pada pasien dengan

miksedema hipofisis, FT4 atau FT4 akan rendah tapi TSH serum tidak akan meningkat.

Kemudian mungkin perlu membedakan penyakit hipofisis dari hipotalamus, dan untuk hal ini uji

TSH paling membant. Tidak adanya respons TSH terhadap TRH menunjukkan adanya

defisiensi hipofisis. Respon parsial atau "normal" menunjukkan bahwa fungsi hipofisis

intak tapi bahwa defek ada pada sekresi TRH hipotalamus.4

17

Gambar Diagnosis hipotiroidisme. Tiroksin bebas (FT4) maupun indeks tiroksin bebas (FT4I) dapat bersama TSH

untuk penilaian

Pemeriksaan Lab:

* Thyroid-stimulating hormone (TSH): Jika hipertiroid maka kadar TSH biasanya rendah.

* Free (T4): T4 tinggi memperlihatkan adanya hypertiroid.

* Triiodothyronine (T3): T3 tinggi memperlihatkan adanya hypertiroid.

* TSH receptor antibody (TSI): antibodi ini ada pada Grave's disease.

* Antithyroid antibodi: antibodi ini ada pada Hashimoto dan Grave's disease.

18

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Terapi Hipertiroid

Tirotoksikosis yang terjadi selama kehamilan hampir selalu dapat dikontrol dengan

obat-obatan jenis thiomide. Beberapa klinisi memilih propylthiouracil (PTU) karena obatini

sebagian menghambat perubahan T4 menjadi T3 dan lebih sedikit melewati sawar plasenta

bila dibandingkan dengan metbimazole. Kedua obat ini efektif dan cukup aman untuk

digunakan dalam terapi tirotoksikosis. walaupun jarang dan belum terbukti, penggunaan

metimazole harus iebih berhati-hati karena pemberian pada awal kehamilan diduga ada

hubungannya dengan terjadinya atresia esofagus, khoana, dan apksiacutis. Obat-obatan yang

digunakan untuk mengobati penyakit tiroid ibu dapat menyebabkan penghancuran jaringan

keienjar tiroid janin, sehingga dapat dipertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan.

Bila terapi dengan obat-obatan tidak berhasil, atau bila terjadi efek toksis dari obat-obatan

tersebut, maka dipertimbangkan untuk tiroidektomi.1

19

2.6.2 Terapi Hipotiroid

Terapi pengganti yang digunakan adalah dengan memberikan tiroksin, dosis antara 50

- 100 g per hari. Kadar serum tirotropin diukur setiap 4 - 6 minggu dan dosis tiroksin

ditingkatkan antara 25 - 50 g sampai mencapai nilai normal. Kehamilan berhubungan

dengan peningkatan kebutuhan tiroksin yaitu sekitar sepertiganya dan kemungkinan akibat

meningkatnya produksi hormon estrogen. Oleh karena itu, pada kehamilan kebutuhan

tiroksin pengganti jadi lebih tinggi.1

Pembedahan

Pembedahan untuk hyperthyroid yaitu dengan mengangkat/membuang jaringan yang

thyroid yang membesar. Risiko tindakan ini yaitu bisa merusak saraf pita suara dan kelenjar para

thyroid (yang mengatur kadar kalsium tubuh). Hypothyroidism bisa juga terjadi akibat

tindakan.12

2.7 komplikasi

Hipertiroid yang tak terkontrol, terutama pada pertengahan masa hamil, dapat

memicu beberapa komplikasi. Komplikasi maternal di antaranya keguguran, infeksi,

preeklamsia, persalinan preterm, gagal jantung kongesti, badai tiroid, dan lepasnya plasenta.

Komplikasi fetus dan neonatus di antaranya prematur, kecil untuk masa kehamilan, kematian

janin dalam rahim, dan goiter pada fetus atau neonatus dan atau tirotoksikosis. Pengobatan

yang belebihan juga dapat menyebabkan hipotiroid iatrogenik pada fetus.1

Jika wanita dengan penyakit graves atau yang pernah diobati untuk penyakit graves

sebelumnya, antibodi tiroid-stimulating yang dihasilkan ibu dapat melewati plasenta sehingga

masuk ke dalam aliran darah fetus dan merangsang tiroid fetus. Jika ibu dengan penyakit graves

sedang diobati dengan obat anti tiroid, hipertiroid pada bayi kurang bermakna karena obat-

obatan tersebut juga dapat melintasi plasenta. Namun, jika ibunya diobati dengan pembedahan

atau radioaktif iodin, kedua metode terapi tersebut dapat menghancurkan seluruh tiroid, namun

pasien masih dapat memiliki antibodi dalam darahnya. Hipertiroid pada neonatus dapat

menyebabkan denyut jantung meningkat yang dapat berakhir pada gagal jantung, berat badan

20

rendah, dan kadang-kadang tiroid yang membesar dapat menekan saluran napas sehingga

mengganggu pernapasan.8

Keadaan hipotiroid pada ibu dapat terjadi Koma miksedema : Koma miksedema

adalah stadium akhirdari hipotiroidisme yang tidak diobati. Ditandai oleh kelemahan

progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok

dan meninggal.4

2.8 prognosa

Keadaan bayi perinatal dari perempuan dengan tirotoksikosis sangat bergantung pada

tercapai tidaknya pengontrolan metabolik. Kelebihan tiroiksin dapat menyebabkan terjadinya

keguguran spontan.

Pada perempuan yang tidak dapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap hipertiroid

meskipun terapi telah diberikan, akan mengakibatkan resiko terjadinya preeklamsia, kegagalan

jantung, dan keadaan perinatal yang buruk

Keadaan hipotiroid pada ibu dapat menghambat perkembangan neurofisiologik janin.

Anak-anak yang dilahirkan oleh perempuan dengan kadar T4 kurang dari 10 persentil, berisiko

terjadinya ketidakseimbangan perkembangan psikomotor. Selain itu, pada hipotiroid subklinis

bisa meningkatkan terjadinya persalinan prematur, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU

21

BAB III

KESIMPULAN

Kehamilan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap regulasi fungsi tiroid

padawanita sehat dan pada pasien dengan kelainan tiroid. Pengaruh ini perludikenali

denganseksama, didiagnosis dengan jelas, dan diterapi dengan tepat.Kelainan fungsi tiroid

terjadidalam 1-2% kehamilan, namun kelainan fungsi tiroid subklinik baik itu hipertiroid

mungkinlebih banyak yang tidak terdiagnosis jika tidak diskrining lebih awal. Kehamilan

meningkatkan kecepatan metabolisme, aliran darah, denyut jantung, curah jantung, dan beberapa

gejala subjektif seperti kelelahan, dan intoleran terhadap panas yang dapat menunjukkan

kemungkinan adanya tirotoksikosis. Perubahan metabolik lain yang juga berefek pada aksis

hipotalamus-hipofisis-tiroid adalah rangsangan langsung hCG terhadaptiroid ibu yang kemudian

berakibat peningkatan metabolisme tiroksin. Penyebab utama tirotoksikosis dalam kehamilan

diantaranya penyakit Graves dan hipertiroid gestasional non-autoimun. Perjalanan penyakit

Graves selama kehamilan berubah-ubah, dengan kecenderungan membaik pada trimester kedua

dan ketiga, dan mengalami eksaserbasi selama masa postpartum. Perubahan ini merupakan

akibat dari supresi sistem imun selama kehamilan. Dampak buruk akibat hipertiroid dalam

kehamilan seperti resiko preeklamsia yang tinggi dan gagal jantung kongestif adalah beberapa

komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan pengendalian kondisi yang rendah.Wanita

hamil dengan hasil TSI positif atau yang sedang menggunakan obat anti tiroid sebaiknya

diperiksa juga kemungkinanterjadinya kelainan fungsi tiroid pada fetus. Perlu diingat dalam

mengobati pasien hipertiroid bahwa semua obat-obat anti tiroid dapat melewati plasenta dan

dapat berefek terhadap fungsitiroid fetus

Sebelum kelahiran bayi tergantung sepenuhnya pada ibu untuk hormon tiroid sampai

kelenjar tiroid bayi sendiri dapat mulai berfungsi.Ini biasanya tidak terjadi sampai kira-kira 12

minggu kehamilan (akhir dari trimester pertama kehamilan). Jadi, hypothyroidism dari ibu

memainkan peran sejak dini, sebelum banyak wanita-wanita sadar mereka hamil. Kenyataannya,

bayi-bayi dari ibu-ibu yang adalah hypothyroid pada bagian pertama dari kehamilan, kemudian

dirawat secara cukup, memamerkan perkembangan motor yang lebih lambat daripada bayi-bayi

dari ibu-ibu normal. Bagaimanapun, selama bagian belakangan dari kehamilan, hypothyroidism

22

pada ibu dapat juga mempunyai efek-efek yang buruk pada bayi, seperti yang ditunjukan pada

pembahasan diatas, selain membahayakan kehamilan, anak-anak ini lahir lebih mungkin

mempunyai gangguan intelektual.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, sarwono; Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.2008

2. Cunningham, F. Gary, Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven L., Hauth, John C.,

Rouse,Dwight J. & Spong, Catherine Y. eds. (2010)Williams Obstetrics. 23rd. United

States: The McGraw Hill companies, Inc.

3. Mochtar, Rustam; sinopsis obstetri. Jakarta: EGC.1998

4. med.unhas.ac.id/.../PENYAKIT%20ENDOKRIN

5. pustaka.unpad.ac.id/.../fungsi_dan_kelainan_kelenjar_tiroid

6. med.unhas.ac.id/obgin/index2

7. repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf

8. fkub.files.wordpress.com

9. http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview

10. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Endokrin metabolic. Jakarta: Interna Publishing. 2009

11. Guyton & Hall. Fisiologi hormon kehamilan. Jakarta : EGC. 2007

12. Buku ajar ilmu bedah. Pembedahan Tiroid. Jakarta: EGC. 2010

24