22
KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK Oleh : Nama : Arida Fauziyah NIM : B1J011173 Kelompok : 3 Rombongan : VII Asisten : Wisiva Tofriska LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

Gastroknemus Contraction

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kontraksi gastroknemus

Citation preview

Page 1: Gastroknemus Contraction

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK

Oleh :

Nama : Arida FauziyahNIM : B1J011173Kelompok : 3Rombongan : VIIAsisten : Wisiva Tofriska

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO

2013

Page 2: Gastroknemus Contraction

I. PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Otot merupakan sistem biokontraktil dimana sel-sel memanjang dan

dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu yang memanjang. Sel-sel

otot terspesialisasi untuk kontraksi yaitu mengandung protein kontraktil yang

dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan sel-sel untuk

memendek. Sel-selnya sering kali disebut serat-serat otot yang terus menerus

mengalami perubahan sejalan kontraksi stsupun relaksasi. Kontraksi otot

dikendalikan oleh sistem saraf . Otot pada vertebrata dibedakan menjadi tiga

jenis : (1) otot rangka, dijumpai pada sosok otot yang bersambungan dengan

kerangka tubuh dan berkaitan dengan gerak badan, (2) otot jantung, terlibat dalam

pemompaan darah, dan (3) otot polos, ditemukan sebagai bagian dari dinding alat

viscera (Bevelander and Ramaley, 1979).

Kontraksi otot didefinisikan sebagai pembongkaran aktif tenaga dalam otot.

Penggunaan tenaga oleh otot pada beban eksternal disebut tekanan otot. Jika

tekanan yang terbentuk oleh otot lebih besar dari penggunaan tenaga eksternal

pada otot oleh beban, maka otot akan memendek. Penggunaan tenaga dengan

beban lebih besar atau sama dengan tekanan otot, maka otot tidak memendek (Hill

and Wyse, 1989). Gordon (1997) menyatakan bahwa kontraksi otot melibatkan

komponen zat kimia dalam otot tersebut. Zat kimia terpenting yang terdapat di

dalam otot rangka yang berperan dalam distribusi dan dan pergerakan adalah ion

kalsium, sekurang-kurangnya ada empat protein yaitu aktin, M-protein, troponin,

dan tropomiosin. Urutan kejadian dalam stimulus dan kontraksi pada otot meliputi

stimulus, kontraksi dan relaksasi.

Serat otot berkontraksi menjadi pendek dan lebar, hal ini juga berlaku

untuk setiap sarkomer. Mekanisme melibatkan suatu pwerubahan dalam

kedudukan relatif dari filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi, filamen aktin

yang tipis terikat pada garis z, bergerak ke zona A. Meskipun filamennya sendiri

tidak berubah dalam panjang, namun gerak pergeseran itu mengakibatkan

perubahan dalam penampilan sarkomere (Guyton,1995).

Page 3: Gastroknemus Contraction

Otot dapat berkontraksi baik secara isometrik, isotonik, atau gabungan

keduanya. Kontraksi isometrik pada otot gastronekmus memiliki lama kontraksi

kira-kira 1/30 detik. Lama kontraksi disesuaikan dengan fungsi masing-masing

otot. Otot gastronekmus harus berkontraksi dengan kecepatan yang cukup pada

pergerakan tungkai untuk berlari atau melompat. Otot gastronekmus memiliki

serabut cepat yang disesuaikan untuk kontraksi otot yang sangat cepat dan kuat

seperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih besar. Retikulum

sarkoplasmanya lebih luas sehingga dengan cepat dapat melepaskan ion-ion

kalsium untuk memulai kontraksi otot (Guyton, 1995).

Proses kontraksi otot diatur oleh reseptor dan protein kontaksi yaitu aktin

dan myosin. Perubahan potensial membran, dibawa ke dalam oleh potensial atau

oleh aktivasi ion-ion di dalam membrane plasma, dapat juga memicu kontraksi.

Kontraksi dapat terjadi, Rantai Terang Myosin Kinase (Myosin Light Chain

Kinase) untuk melakukan phosphorilasi rantai terang 20-kDa pada myosin,

memungkinkan interaksi molekuler pada myosin dan aktin. Energy dihasilkan

oleh ATP oleh aktivitas myosin ATPase yang dihasilkan dalam siklus myosin

yang berkebalikan dengan aktin selama kontraksi (Rosser, 2003).

Voltage yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besar responnya

dalam bentuk amplitudo (simpangan). Begitu juga beban yang diberikan akan

mempengaruhi kelenturan otot yang diujicobakan. Beban akan menarik otot lebih

besar, maka ketika otot tersebut dirangsang dengan aliran listrik akan

menghasilkan simpangan gerak amplitude yang kecil pula (Kofsyok, 1992).

Otot jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama, yaitu otot

atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan sebagai

pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara

yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama sedangkan

serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah

sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif. Serat ini

menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja

pada suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung (Silverthorn, 2001).

Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi

otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak bergantung pada rangsangan

Page 4: Gastroknemus Contraction

saraf. Konduktivitas (daya hantar) kontriksi melalui setiap serabut otot jantung

secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan

gelombang yang dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung

pada rangsangan saraf (Syaifuddin, 2006).

Menurut Syaifuddin (2006), fungsi umum otot jantung, antara lain:

1. Sifat ritmisitas/otomatis

Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan

dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Saat keadaan

fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas tinggi.

2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas

Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka

seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung

merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segera dapat mencapai

semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang

sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu,

misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormon tertentu.

3. Tidak dapat berkontraksi tetanik

Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa

relaksasi jantung yang merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.

4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot

Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot

tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan

bertambah panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan

diastolik melampaui batas tertentu, kekuatan kontraksi akan menurun kembali.

I.2Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui efek perangsangan elektrik

terhadap besarnya respon kontraksi otot gastronemus dan efek perangsangan

kimia terhadap kontraksi otot jantung katak (Fejervarya cancrivora).

Page 5: Gastroknemus Contraction

II. MATERI DAN METODE

II.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah universal kimograf

lengkap dengan asesorisnya. Bahan yang digunakan adalah katak hijau

(Fejervarya cancrivora), laruta ringer dan larutan asetikolin 3-5 %.

II.2 Metode

Pengukuran kontraksi otot gastroknemus

1. Universal kimograf disiapkan lengkap dengan asesorisnya.

2. Katak (Fejervarya cancrivora) diamtikan.

3. Katak diletakkan pada bak preparat lalu membuat irisan melingkar pada

daerah pergelangan kaki katak.

4. Tepi katak yang telah dipotong dipegang lalu singkap kulit hingga terbuka

ke bagian lutut.

5. Otot gastroknemus dipisahkan

6. Tendon diikat dengan benang, lalu menggunting tendon achiles dan selalu

di basahi otot gastroknemus dengan larutan ringer.

7. Universal kimograf dipasang dan di beri rangsang elektrik dengan Voltage

0, 5, 10, 15, 20 dan 25.

Pengukuran kontraksi otot jantung

1. Katak dimatikan.

2. Bagian dada katak dibedah mulai dari arah perut hingga jantung katak

terlihat lalau pericardium di sobek.

3. Kontraksi jantung katak diamati selama 15 detik.

4. 1-2 tetes larutan asetikolin 3 atau 5 % diteteskan.

5. Kontraksi jantung sebelum dan sesudah di tetesi larutan asetilkolin

dibandingkan.

Page 6: Gastroknemus Contraction

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Tabel 1. Pengukuran kontraksi otot gastroknemus pada katak (Fejervarya cancrivora )No. Rangsangan elektrik (volt) Besar kontraksi pada kimograf / amplitudo

(mm)1. 10 02. 15 3,83. 20 3,94. 25 5,8

Grafik 1. Pengukuran kontraksi otot graktonemus pada katak (Fejervarya cancrivora)

Tabel 2. Pengukuran kontraksi otot jantungNo. Sebelum ditetesi asetilkolin Setelah ditetesi asetilkolin1. 88 922. 64 243. 104 244. 32 44

Page 7: Gastroknemus Contraction

3.2 Pembahasan

Otot gastroknemus termasuk dalam otot rangka. Sistem otot katak berbeda

dari myoton primitif terutama pada apendiks. Otot segmental mencolok pada

tubuh, segmen kaki teratas dan kaki belakang yang berotot. Otot gastroknemus

ini terletak pada kaki belakang katak. Otot ini berfungsi untuk menghasilkan

gerak loncat yang terjadi akibat kontraksi dari otot gastroknemus (Hildebrand,

1974).

Medialis gastroknemus mempunyai panjang yang hampir sama dan saling

bergantian antara tiga sisi ototnya, yaitu bagian distal, middle dan proximal. Otot

Medialis Gastroknemus mempunyai serabut otot yang lebih pendek pada saat

berlari daripada berjalan. Keelastisan acilles tendon mempertinggi efisiensi

serabut Medialis Gastroknemus dibawah kondisi lokomosi yang berbeda.

(Lichtwark, 2001).

Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran

filamen (filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses

kontraksi) atau yang lebih dikenal dengan model filamen sliding. Menurut

Hickman (1972), menyatakan bahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan oleh suatu

proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar

sesamanya. Kontraksi filamen aktin tidak tertarik ke dalam filamen myosin

sehingga overlap satu sama lainnya secara luas. Discus Z ditarik oleh filamen

aktin sampai ke ujung filamen myosin, jadi kontraksi otot terjadi karena

mekanisme pergeseran filamen yang disebabkan oleh kekuatan mekanis, kimia

atau elektrostatik yang ditimbulkan oleh interaksi jembatan penyebrangan dari

filamen myisin dan filamen aktin.

Menurut Kofsyok (1992), mekanisme kontraksi pada otot diawali dari

sebuah implus saraf yang tiba pada sambungan neuromuscular yang akan

dihantarkan ke sarkomer oleh sistem tubula transversal. Sarkomer otot akan

menerima sinyal untuk berkontraksi sehingga otot berkontraksi. Sinyal elektrik

Page 8: Gastroknemus Contraction

dihantarkan menuju retikulum sarkoplasmik (SR) yang merupakan sistem vescles

yang pipih. Membran yang SR yang secara normal nonpermeabel terhadap Ca2+

mengandung trans membran Ca2+. ATPase yang memompa Ca2+ ke dalam SR

untuk mempertahankan konsentrasi Ca2+ pada saat otot rileks. Kedatangan implus

saraf membuat SR menjadi permeabel terhadap Ca2+. Akibatnya Ca2+ berdifusi

melalui saluran-saluran Ca2+ khusus interior miofibril dan konsentrasi internal

Ca2+ akan bertambah. Peningkatan Ca2+ ini untuk memicu konformasional dalam

troponin dan tropomiosin. Setelah itu terjadi perubahan bentuk dan menyebabkan

terjadinya blocking tropomiosin actin.

Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem

komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls

saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang

berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot

seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2001).

Larutan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah larutan

Asetilkolin dan larutan Ringer, sedangkan alat yang digunakan adalah universal

kimograf lengkap dengan aksesorisnya. Fungsi dari larutan Asetilkolin adalah

untuk mempercepat kerja jantung, larutan ringer yang berfungsi untuk membasahi

otot gastroknemus dan bertujuan agar sel-selnya tetap hidup, pada praktikum otot

jantung digunakan larutan asetilkolin untuk mengamati kontraksi otot jantung.

Rosser et al., (2003) menyatakan bahwa di dalam otot terdapat reseptor asetilkolin

(acetylcholine receptor, AChR) yang terdistribusi dengan densitas rendah dalam

plasmalemma. Selain AChR, terdapat myosin heavy-chain (MyCH) yang

berkorelasi dengan kecepatan kontraksi otot. Kimograf universal berfungsi untuk

mengukur daya kontraksi otot graktonemus pada katak. Alat ini terrakit atas

berbagai kompartemen diantaranya melibatkan benang, jarum dan kertas kimograf

untuk melihat hubungan antara voltase dan amplitude yang diberikan.

Page 9: Gastroknemus Contraction

Dalam percobaan ini katak yang telah dirusak otaknya disayat kulit bagian

kakinya untuk memperoleh otot gastroknemusnya. Kemudian otot tersebut ditetesi

dengan larutan ringer yang berfungsi agar sel-selnya tetap hidup. Digunakan alat

universal kimograf beserta

aksesorinya untuk

mengetahui bahwa respon

biologis dan fisiologis

dengan menggunakan metode

fisika mekanika. Berdasarkan

hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa pemberian stimulus mulai dari 0 V sampai dengan 25 V

semakin meningkat. Semakin meningkat voltase semakin meningkat pula nilai

amplitudo yang diperoleh. Stimulus listrik yang diberikan pada otot akan

menyebabkan otot berkontraksi secara stimulan. Kejutan lemah tidak akan

memberikan pengaruh sama sekali, apabila tercapai suatu ambang maka otot

gastroknemus akan menegang, kemudian kekuatan rangsang akan meningkat

mencapai maksimum. Kekuatan kontraksi seluruh otot akan meningkat seiring

dengan meningkatnya jumlah serabut individu yang berkontraksi (Hickman,

1972).

Hasil pengukuran terhadap kontraksi otot jantung sebelum di tetesi larutan

asetilkolin frekuensi denyut jantung adalah 88 denyut , sementara setalah di tetesi

adalah 92 denyut jantungnya. Menurut (Pradana, 2008), bahwa larutan acetylcolin

adalah eksitator transmitter di endplate motor dan di synaps ganglia symphatetic,

menghasilkan kenaikan yang predominan dalam konduktansi sodium dan

potassium pada membran postsynaptic. Faktor yang mempengaruhi frekuensi

denyut jantung antara lain relalu lama dalam isolasi dan pada saat isolasi jantung

tidak benar.

Kontraksi otot terjadi bukan karena proses pemendekkan dari filamen-

filamen yang membangunnya, tetapi merupakan peristiwa pergeseran antara

filamen kasar (miosin) dan filamen halus (aktin) sehingga menambah overlapping

di antara kedua filamen tersebut. Proses ini memerlukan bantuan masuknya ion

Ca2+, ke dalam akson untuk membebaskan asetilkolin yang berperan sebagai

Page 10: Gastroknemus Contraction

neurotransmiter. Melekatnya asetilkolin pada reseptor membran akan meningkat-

kan permeabilitas membran terhadap ion Na+, ion itu masuk ke dalam sel otot,

sehingga akan terjadi depolarisasi, yang selanjutnya akan menimbulkan potensial

aksi yang akan dirambatkan ke sepanjang serabut otot. Agar supaya pulsa impuls

terus berjalan, maka molekul asetilkolin yang berinteraksi dengan reseptor harus

dimusnahkan. Dalam hal ini dilakukan oleh enzim kolinesterase yang akan

mengubah kolinesterase menjadi kolin dan asam asetat. Selanjutnya kolin akan

berdifusi kembali ke dalam akson, sedangkan asam asetat akan masuk dalam

sirkulasi darah (Silverthorn, 2001).

Larutan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah larutan

Asetilkolin dan alat yang digunakan adalah universal kimograf lengkap dengan

aksesorisnya. Fungsi dari larutan Asetilkolin adalah untuk mempercepat kerja

jantung. Rosser et al., (2003) menyatakan bahwa di dalam otot terdapat reseptor

asetilkolin (acetylcholine receptor, AChR) yang terdistribusi dengan densitas

rendah dalam plasmalemma. Selain AChR, terdapat myosin heavy-chain (MyCH)

yang berkorelasi dengan kecepatan kontraksi otot. Zat kimia yang dipakai pada

praktikum gastroknemus adalah larutan ringer yang berfungsi untuk membasahi

otot gastroknemus dan bertujuan agar sel-selnya tetap hidup, pada praktikum otot

jantung digunakan larutan asetil kolin untuk mengamati kontraksi otot jantung.

Alasan menggunakan jantung katak dalam praktikum kali ini karena

jantung katak mudah untuk di amati ketika di beri efek perangsang elektrik

maupun kimia dan kontraksinya cepat tidak menunggu waktu lama untuk

pengamatan.

Menurut Syarifuddin (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi

otot jantung, antara lain:

1. Beban awal

Otot jantung diregangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi, berhubungan

dengan panjang otot jantung, peningkatan beban awal menyebabkan kontraksi

ventrikel lebih kuat dan meningkatkan volume curah jantung. Meningkatnya

beban awal akibat dari meningkatnya volume darah yang kembali ke ventrikel

semakin diregang serabut otot jantung semakin besar kontraksinya sampai

batas tertentu.

Page 11: Gastroknemus Contraction

2. Kontraktilitas

Bila saraf simpatis yang menuju ke jantung dirangsang, maka ketegangan

keseluruhan akan bergeser ke atas atau ke kiri atau meningkatkan

kontraktilitas, frekuensi dan irama jantung juga mempengaruhi kontaktilitas.

Bila sebagian dari miokard ventrikel tidak berfungsi maka kerja ventrikel akan

berkurang menyebabkan depresi (menurunnya) kontraktilitas setiap unit

miokard.

3. Beban akhir

Resistansi (tahanan) yang harus diatasi waktu darah dikeluarkan dari ventrikel

merupakan suatu beban ventrikel kiri untuk membuka katup semilunaris aorta

dan mendorong darah selama kontraksi. Peningkatan drastis beban akhir akan

meningkatkan kebutuhan oksigen dan mengakibatkan kegagalan ventrikel.

4. Frekuensi jantung

Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan memperberat pekerjaan

jantung.

Pengaruh dari penyempitan pembuluh darah menyebabkan kandungan

oksigen di jaringan berkurang sehingga berpengaruh terhadap konsumsi oksigen

oleh mitokondria. Oleh karena itu, konsumsi oksigen dapat menentukan ukuran

berkurangnya titik jenuh oksigen dari hemoglobin dan myoglobin mengikuti

keadaan total arteri (Abozguia, 2008).

Otot jantung termasuk otot seran lintang yang sifatnya involuntari yang

artinya kerjanya tidak dipengaruhi oleh otak. Otot jantung ditemukan hanya pada

bagian jantung dan mempunyai ciri-ciri bergaris-garis seperti pada otot sadar.

Perbedaannya adalah serabutnya bercabang dan mengadakan anastomase yaitu

bersambungan satu sama lain, tersusun memanjang seperti pada otot bergaris,

berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan oleh kemauan. Otot jantung

mempunyai kemampuan untuk mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa

bergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja semacam ini disebut

miogenik. Kontraksi otot akan lebih kuat bila sedang renggang dan bila suhunya

cukup panas kelelahan dan dingin memperlemah kontraksi (Pearce, 2004).

Otot jantung terdiri atas serabut lurik yang saling isi mengisi. Myofibril

pada otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada

Page 12: Gastroknemus Contraction

serabut otot kerangka. Impuls otot jantung berkontraksi dengan sendirinya,

sementara saraf simpatik dan saraf parasimpatik berjalan menuju ke jantung bila

pengendalian ini dihancurkan maka jantung akan tetap terus dapat berdetak

selama glukosa dan oksigen tersedia di dalamnya (Kimball, 1988). Menurut

Geneser (1993), menyatakan bahwa mitokondria jauh lebih banyak dan banyak

memiliki krista, selain membentuk deretan-deretan yang memisahkan miofilamen,

mitokondria ini terkumpul pada kutub-kutub inti dan pada celah mitokondria

tampak banyak butir-butir lemak dan glikogen yang berfungsi sebagai sumber

energi.

Otot jantung berkembang dari bagian mesoderma splanknik yang

mengelilingi tabung jantung yang berlapiskan endotel dan membentuk

miokardium embrional. Serat-serat otot jantung ini berasal dari diferensiasi tiap

sel-sel yang tumbuh melalui penambahan miofilamen-miofilamen baru pada

sitoplasma di perifer, tanpa perubahan letak inti sel di tengah (Geneser, 1993).

Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang

berfungsi untuk mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu

kontraksi dari atrium dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium

(SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior.

Berawal dari nodus sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak di

bagian belakang septum inter ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel

otot jantung yang termodifikasi (serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabang

yang terpisah berjalan melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dan

kiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu berbentuk spul, sel-sel yang sangat

bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan penyambung.

Page 13: Gastroknemus Contraction

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kontraksi otot gastroknemus terpengaruh oleh perangsangan elektrik.

2. Semakin besar tegangan (voltase) yang digunakan maka amplitudo

kontraksinya akan semakin besar, berarti semakin besar pula kontraksi otot

gastroknemus, tetapi apabila mencapai batas ambang dari peningkatan voltase

akan menurunkan nilai amplitudo.

3. Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya respon

dalam bentuk amplitude.

4. Otot jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama, yaitu otot atrium,

otot ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan sebagai pencetus

rangsangan.

5. Otot jantung merupakan otot involuntary.

6. Mekanisme kontraksi otot yaitu stimulus diterima reseptor kemudian

diteruskan kesyaraf spinal melalui afferens. Impuls dari saraf spinal diteruskan

ke efferens efektor dan akhirnya menghasilkan respon.

DAFTAR REFERENSI

Page 14: Gastroknemus Contraction

Abozguia, K. Thanh T. P. Ganesh N. S. Abdul R. Maher. Ibrar A. Anton W. Michael P. F. 2008. Reduced in Vivo Skeletal Muscle Oxygen Consumption in Patients with Chronic Heart Failure—A Study using Near Infrared Spectrophotometry (NIRS). Department of Cardiovascular Medicine, Medical School, University of Birmingham, European Journal of Heart Failure 10 (2008) 652–657.

Bevelander and J.A Ramaley. 1979. Essentials of History. CV. Moss by Company, sant Louis.

Geneser, Finn. 1993. Textbook of Histology. Munksgaard, Denmark.

Gordon, M. S., G. A. Bortholomew., A. D. Grinell., C. B. Jorgenscy and F. N. White. 1997. Animal Physiology.: Principle and Adaptation, 4 th Edition. MacMillan Publishing Co INC, New York.

Guyton, A. C. 1995. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hickman, C. P. 1972. Biology of Animal. CV Mosby Company, Saint Louis.

Hill, R. W. and G. A. Wyse. 1989. Animal Physiology Second ed. Harper and Collins Inc., New York.

Hildebrand, M. 1974. Analysis of Vertebrata Structure. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Gunawan, Adi. 2001. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. INTEGRAL vol. 6. 2 Oktober 2011. Universitas Parahyangan. Bandung.

Kimball, J. W. 1988. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta

Kofsyok, P.E. 1992. Calcium Ion in Nerve Cell Function. Oxford University, New York.

Lichtwark, G, Kostas Bougoulias and Alan Wilson. 2001. Gastrocnemius Muscle Tendon Unit Interaction Under Variable Gait Conditions. ISB XXth Congress - ASB 29th annual meeting. July 31 - august 5, cleveland, ohio.

Pearce, E. C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pradana, S. 2008. Macam dan Cara Kerjanya dalam Menghantarkan Impuls. Posted August 17th, 2008 by ghostrecon.

Rosser, B.W.C. and Bandman, E. 2003. Heterogeneity of Protein Expression Within Muscle Fibers. J Anim Sci. : 81: 94-101.

Page 15: Gastroknemus Contraction

Silverthorn, D.O. 2001. Human Physiology an Integrated Approach Second Edition. Prentice Hall, New York.