Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI FURFURAL DARI LIMBAH BIJI SALAK (Salacca edulis Reinw.)
DITINJAU DARI KONSENTRASI H2SO4, PEMBERIAN NaCl, NISBAH MASA
SUBSTRAT DAN VOLUME H2SO4
FURFURAL OPTIMATION FROM SNAKE FRUIT (Salacca edulis Reinw.) SEED
WASTE AS REVEALED BY H2SO4 CONCENTRATION, NaCl ADDITION, RATIO
OF SUBSTRATE MASS AND H2SO4 VOLUME
Oleh,
Hizkia Kristiadi
NIM : 652011016
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
(Kimia)
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015
2
1
3
1
4
1
1
Optimasi Furfural dari Limbah Biji Salak (Salacca edulis Reinw) Ditinjau Dari
Konsentrasi H2SO4, Pemberian NaCl , Nisbah Masa Substrat dan Volume H2SO4
Furfural Optimation from Snake Fruit (Salacca edulis Reinw) Seed Waste as
Revealed H2SO4 Concentratoin, NaCl Addition, Ratio of Substrate Mass and H2SO4
Volume
Hizkia Kristiadi*, A. Ign. Kristijanto **, dan Sri Hartini**
*Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Jln. Diponegoro no, 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia
ABSTRACT
Furfural optimation study from snake fruit seed waste was conducted from
December 2014 until March 2015 in the Envirommental Chemistry Laboratory,
Department of Chemistry, Faculty of Science and Mathematics, Satya Wacana Christian
University, Salatiga. The purpose of this study was to produce optimum furfural yield and
content from snake fruit seed waste as revealed by H2SO4 concentration, substrate and
H2SO4 ratio, and the NaCl addition. Snake fruit seed powder was hydrolized using different
H2SO4 acid concentration. The hydrolysis results were measured by using UV-Vis
spectrophotometer at 420 nm wavelength. The results of this study showed that the
optimum furfural yield and content are obtained by 20 % H2SO4 concentration, 1 : 10
substrate and H2SO4 ratio, and without NaCl addotoin. The amount furfural yield is 565,08
± 50,42 ppm and the furfural content is 0,848 ± 0,062 mg / 10gram, respectively.
Keywords: acid catalyst, furfural, pentose, snake fruit seed
2
PENDAHULUAN
Sebagai negara yang beriklim tropis Indonesia terkenal dengan keanekaragaman
sumber alamnya. Agroindustri di Indonesia merupakan sektor yang memiliki peran sangat
penting dalam perindustrian nasional. Selama ini hasil pertanian, perkebunan dan produk
samping dan sisa pengolahannya masih kurang maksimal termanfaatkan. Berbagai jenis
limbah pertanian dan industri pertanian hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar dan pakan
ternak yang terbatas dengan nilai ekonomi relatif rendah (Mitarlis dan Tukiran, 2011).
Buah salak (Salacca edulis Reinw.) merupakan buah asli Indonesia yang banyak
digemari masyarakat karena rasanya manis, renyah dan kandungan gizi yang tinggi. Di
Indonesia, buah salak yang sudah matang sering dijadikan manisan dan asinan (Aji dan
Kurniawan, 2012).
Peningkatan konsumsi buah salak akan berdampak terhadap peningkatan jumlah
limbah padat di lingkungan, salah satunya berupa biji salak. Limbah tersebut harus
dipikirkan pemanfaatannya, agar lebih berguna, bernilai ekonomis dan paling penting tidak
mencemari lingkungan. Menurut Kusumo dkk. (2013) hasil uji kualitatif karbohidrat biji
salak menunjukkan adanya pentosa. Salah satu cara pemanfaatan limbah biji salak adalah
dengan mengunakan prinsip perolehan kembali (Recovery) (Novita dkk., 2009). Limbah
biji salak yang mengandung gugus pentosa dapat direcovery menjadi furfural dengan cara
dihidrolisis dengan pemanasan dalam suasana asam (Ardiana dan Mitarlis, 2012).
Furfural adalah cairan tidak berwarna yang memiliki rumus molekul C5H4O2, dan
memiliki beberapa sinonim yaitu 2-furanaldehida, furaldehida, fural, dan 2-
furancarboxaldehyde (Win, 2005). Menurut Mitarlis dan Rima (2005) furfural mempunyai
banyak kegunaan dalam industri kimia sebagai bahan baku pembuatan derivat-derivat
furan, sebagai pelarut terpilih dalam memisahkan senyawa jenuh dan tidak jenuh pada
industri minyak bumi, dan sebagai chemical intermediate dalam pembuatan bahan kimiawi
dalam industri.
3
Menurut Kazemi & Monfared (2010) dalam pembentukan furfural dari pentosan
membutuhkan hidrolisis oleh katalis asam pada suhu yang tinggi. Lebih lanjut Andaka
(2011) melaporkan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap hasil furfural antara lain:
kosentrasi asam, suhu reaksi, waktu reaksi, nisbah substrat dan larutan. Salah satu cara
untuk menaikkan titik didih larutan adalah dengan pemberian garam NaCl (Ardiana dan
Mitarlis, 2012).
Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian adalah : Menghasilkan
rendemen dan kadar furfural yang optimum dari limbah biji salak ditinjau dari konsentrasi
H2SO4, nisbah biji salak dan H2SO4 (masa : Volime), tanpa dan dengan penambahan NaCl,
serta interaksinya.
METODA PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015 di
Laboratorium Kimia Bahan Alam Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Bahan dan Piranti
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel biji salak diperoleh dari
Desa Kecandran dan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga. Sedangkan bahan kimiawi
yang digunakan antara lain adalah furfural murni (PA, E-Merck, Germany), H2SO4 (pekat)
(PA, E-Merck, Germany), NaCl (PA, E-Merck, Germany), klorofom (PA, E-Merck,
Germany), anilin asetat (PA, E-Merck, Germany).
Piranti yang digunakan antara lain ayakan 20 mesh, alat pres, gilingan, satu set
piranti refluks, neraca analitis (OHAUS MB 25), oven (Memmert U30), rotary evaporator
(Buchi R-114), dan Spektrofotometer UV-Vis (Optizen 2120 UV+).
Metoda
Metoda Preparasi Serbuk Biji Salak
4
Biji salak dihancurkan secara fisikawi mengunakan alat penjepit besi sehingga
menjadi bagian-bagian kecil. Biji salak yang sudah hancur kemudian digiling untuk
mendapatkan ukuran yang lebih halus lalu diayak dengan ayakan 20 mesh. Hasil ayakan
kemudian dikeringkan dalam oven selama ± 2 jam untuk menghilangkan kandungan airnya.
Proses Produksi Furfural (Kristiadi dkk., 2014 yang dimodifikasi)
10 gram serbuk biji salak dimasukkan dalam fluks lalu ditambah H2SO4 dengan
konsentrasi 15%, 17,5%, dan 20% dan nisbah substrat H2SO4 1 : 10 dan 1 : 15 dan tanpa
penambahan dan penambahan NaCl sebesar 15 gram. Selanjutnya dipanaskan pada suhu
antara 105 oC – 109
oC dengan lama waktu pemanasan 2,5 jam. Selama pemanasan diamati
dan diusahakan agar suhu dijaga agar tetap konstan. Setelah pemanasan dihentikan, larutan
didinginkan lalu disaring kemudian diukur volume filtratnya. Larutan inilah yang
selanjutnya dianalisis kadar furfuralnya.
Analisa Kuantitatif Hasil Furfural
Furfural yang diperoleh dari berbagai macam kombinasi perlakuan didinginkan,
kemudian disaring dan diukur volumenya. Selanjutnya hasil berbagai varian furfural yang
diperoleh dianalisis dengan mengunakan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil kurva standar
furfural murni disajikan pada Lampiran 1.
Analisa Data
Data furfural dianalisis dengan mengunakan rancangan perlakuan faktorial (3x2x2)
dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK), 3 ulangan dan sebagai
kelompok adalah waktu analisis. Faktor pertama adalah konsentrasi H2SO4 yang terdiri dari
3 aras konsentrasi yaitu 15%, 17,5% dan 20%, faktor kedua adalah nisbah substrat dan
H2SO4 yang terdiri dari dua aras yaitu 1 : 10 dan 1 : 15, sedangkan faktor ketiga adalah
tanpa penambahan NaCl (N0) dengan penambahan NaCl (N1). Pengujian rataan antar
perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%
(Steel and Torie, 1989).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Antar Berbagai Konsentrasi (*
)
Hasil rendemen furfural (ppm ± SE) antar berbagai konsentrasi H2SO4 berkisar
antara 173,716 ± 14,716 ppm sampai 514,6 ± 38,13 ppm (Tabel 1).
Tabel 1. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Antar Berbagai Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi K1 (15%) K2 (17,5%) K3 (20%)
± SE 173,716 ± 14,716 178,87 ± 11,136 514,6 ± 38,13
W = 3,198 (a) (b) (c) Keterangan: * W = BNJ 5%
* K1, K2 dan K3 = konsentrasi H2SO4 (15%, 17,5% dan 20%)
* Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda
nyata, sebaliknya angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan
berbeda nyata. Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 2 sampai tabel 12.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa rataan rendemen furfural meningkat seiring dengan
bertambahnya kosentrasi H2SO4, dengan rendemen terbesar dihasilkan pada konsentrasi
H2SO4 20% yakni sebesar 514,6 ± 38,13 ppm. Hasil peningkatan rendemen furfural ini
disebabkan oleh H2SO4 yang berfungsi sebagai pereaksi. Sumaryanto (2006) menyatakan
konsentrasi pereaksi yang semakin tinggi akan mengakibatkan laju reaksi berjalan lebih
cepat, sehingga dengan peningkatan konsentrasi H2SO4 akan meningkatkan rendemen
furfural. Ion H+ dari H2SO4 berfungsi memecah ikatan pentosan menjadi monomer-
monomer pentosa (Tefi dkk., 2015). Dari proses hidrolisis kemudian akan berlanjut pada
proses dehidrasi pentosa oleh molekul air membentuk senyawa furfural, sehingga jika
konsentrasi H2SO4 semakin besar maka proses pembentukan furfural akan semakin cepat
(Tefi dkk., 2015).
Rendemen Furfural (ppm ± SE) dengan dan Tanpa Penambahan NaCl (*
)
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) dengan penambahan NaCl berkisar antara
281,522 ± 57,92 ppmsampai 296,606 ± 67,63 ppm (Tabel 2).
Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional UGM 2015 dengan tema “Peran Ilmu Kimia
dalam Pengembangan Industri Kimia yang Ramah Lingkungan” di Yogyakart, Tanggal 30 Mei 2015
6
Tabel 2. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Dengan dan Tanpa Penambahan
NaCl
Penambahan NaCl N0 N1
± SE 296,606 ± 67,63 281,522 ± 57,92
W = 2,154 (b) (a) Keterangan: * N0 = tanpa penambahan NaCl, N1 = dengan penambahan NaCl.
Dari Tabel 2 tampak bahwa rataan rendemen furfural dengan adanya penambahan
NaCl menghasilkan hasil rendemen furfural lebih kecil, yaitu sebesar 281,522 ± 57,92
ppm. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hidajati (2006) yang mendapatkan
furfural dari tongkol jagung meningkat dengan adanya penambahan NaCl dengan
mengunakan pereaksi HCl. Penurunan rendemen furfural ini karna penambahan NaCl
dengan adanya pereaksi H2SO4 akan berpengaruh terhadap reaksi, karena NaCl akan
bereaksi dengan H2SO4 membentuk Na2SO4 dan HCl. Hal ini juga dijelaskan oleh Harjadi
(1986) yang menyatakan jika H2SO4 ditambah dengan garam NaCl akan menghasilkan
garam Na2SO4. Sehingga dengan adanya penambahan NaCl pada reaksi akan mengurangi
jumlah pereaksi H2SO4 dan mengakibatkan rendemen furfural menurun.
Rendemen Furfural (ppm ± SE) dengan Nisbah Substrat dan H2SO4 1 : 10 (R1) dan 1 :
15 (R2) (*
)
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) dengan nisbah substrat dan H2SO4 1 : 10
berkisar antara 303,84 ± 79,29 sampai 274,28 ± 58,39 (Tabel 3).
Tabel 3. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Antar Nisbah Substrat dan H2SO4
Nisbah Substrat : H2SO4 R1 (1:10) R2 (1:15)
± SE 303,84 ± 79,29 274,28 ± 58,39
W = 2,637 (b) (a) Keterangan: * W = BNJ 5%
* R1 = perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 15, R2 = perbandingan substrat dan H2SO4
1 : 10.
Dari Tabel 3 tampak bahwa rendemen furfural pada nisbah substrat dan H2SO4 1 :
10 yaitu sebesar 303,84 ± 79,29 ppm. Menurun pada nisbah substrat dan H2SO4 1 : 15
mendapat hasil yang lebih kecil yaitu sebesar 274,28 ± 58,39 ppm. Hasil penelitian Reira
dkk. (1990) dalam Powatu (2005) menunjukkan nisbah H2SO4 dan substrat berperan
penting dalam konsentrasi H2SO4 yang rendah. Sehingga jika menggunakan konsentrasi
Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional UGM 2015 dengan tema “Peran Ilmu Kimia
dalam Pengembangan Industri Kimia yang Ramah Lingkungan” di Yogyakart, Tanggal 30 Mei 2015
7
asam yang rendah maka volume asam harus diperbanyak untuk mendapatkan hasil yang
besar. Lebih lanjut jika nisbah H2SO4 dan substrat besar pada konsentari H2SO4 yang tinggi
seperti pada penelitian ini maka akan berdampak pada reaksi dan hasil furfural. Hal ini
disebabkan karena kerusakan furfural dengan adanya asam yang tinggi dan terlalu banyak
dengan suhu pemanasan yang tinggi. Reira dkk. (1990) dalam Powatu (2005) menyatakan
bahwa pada suhu dan konsentrasi asam yang besar terjadi kerusakan struktur furfural yang
disebabkan oleh reaksi hidrolisis. Pernyataan serupa juga dikemukaan oleh Brodhag (1987)
dalam Powatu (2005) yang menjelaskan tentang struktur furfural yag tersusun dari gugus
aldehida, ikatan eter, ikatan tunggal dan ganda (struktur diena) yang memungkinkan
senyawa furfural bereaksi dengan senyawa lain.
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Penambahan NaCl
dan Konsentrasi H2SO4 (*
)
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara konsentrasi
H2SO4 dan penambahan NaCl berkisar antara 163,93 ± 14,079 ppm sampai 522,03 ± 89,207
ppm (Tabel 4).
Tabel 4. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi
Penambahan NaCl dan Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi (%)
NaCl 15 17,5 20
N0 183,5 ± 27,3 (b) 184,3 ± 17,2 (b) 522,1 ± 89,2 (b)
W = 4,52 (a) (a) (b)
N1 163,9 ± 14,1 (a) 173,5 ± 18,6 (a) 507,2 ± 2,7 (a)
W = 4,52 (a) (b) (c)
W = 3,73 W = 3,73 W = 3,73
Keterangan: * W = BNJ 5%
* K1, K2 dan K3 = konsentrasi H2SO4 (15%, 17,5% dan 20%)
* N0 = tanpa penambahan NaCl, N1 = dengan penambahan NaCl.
* Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau lajur yang sama menunjukkan
bahwa perlakuan antau baris atau lajur tidak berbeda nyata, sebaliknya angka-angka yang
diikuti huruf berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan bahwa perlakuan antar
baris atau lajur berbeda nyata. Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 5 dan 6
Dari Tabel 4 terlihat bahwa rataan rendemen furfural dengan tanpa penambahan
NaCl sama pada konsentrasi 15% dan 17,5% lalu meningkat pada konsentrasi H2SO4 20%.
Sebaliknya dengan penambahan NaCl akan meningkat sejalan dengan peningkatan
Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional UGM 2015 dengan tema “Peran Ilmu Kimia
dalam Pengembangan Industri Kimia yang Ramah Lingkungan” di Yogyakart, Tanggal 30 Mei 2015
8
konsentrasi H2SO4. Ini disebabkan H2SO4 sebagai pereaksi yang akan meningkatkan laju
reaksi seiring dengan besarnya konsentrasi H2SO4 (Powatu, 2005). Sebaliknya ditelaah dari
dari penambahan NaCl dalam setiap konsentrasi H2SO4 (15% - 20%) terlihat rendemen
furfural menurun. Nampaknya dengan adanya penambahan NaCl akan mempengaruhi
reaksi pembentukan furfural karena NaCl bereaksi dengan H2SO4 membentuk Na2SO4
(Harjadi, 1986).
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Nisbah Substrat dan
H2SO4 dengan Konsentrasi H2SO4 (*
)
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara nisbah substrat
dan H2SO4 dengan konsentrasi H2SO4 berkisar antara 166,433 ± 11,88 ppm sampai
565,083 ± 50,42 ppm (Tabel 5).
Tabel 5. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Nisbah
Substrat dan H2SO4 dan Konsentrasi H2SO4
Nisbah Substrat
dan H2SO4
Konsentrasi (%)
15 17,5 20
R1 (1:10) 166,4 ± 11,9 (a) 180,1 ± 12,8 (a) 565,1 ± 50,4 (b)
W = 4,52 (a) (b) (c)
R2 (1:15) 181 ± 29,5 (a) 177,7 ± 22,8 (a) 464,1 ± 37,1 (a)
W = 4,52 (a) (a) (b)
W = 3,73 W = 3,73 W = 3,73
Dari Tabel 5 terlihat bahwa rataan rendemen furfural pada nisbah substrat dan
H2SO4 (1 : 10) meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi H2SO4. Sebaliknya
nisbah substrat dan H2SO4 (1 : 15) menghasilkan rendemen furfural yang sama pada
konsentrasi H2SO4 15% dan 17,5% lalu meningkat pada konsentrasi H2SO4 20%. Hasil ini
desebabkan H2SO4 dengan konsentrasi yang besar dapat memperbesar laju reaksi
pembentukan furfural (Powatu, 2005). Sebaliknya hasil rendemen furfural dilihat dari
nisbah substrat dan H2SO4 (1 : 10 dan 1 : 15) sama pada konsentrasi H2SO4 15 dan 17,5 %,
dan menurun pada konsentrasi 20 %.
Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional UGM 2015 dengan tema “Peran Ilmu Kimia
dalam Pengembangan Industri Kimia yang Ramah Lingkungan” di Yogyakart, Tanggal 30 Mei 2015
9
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Nisbah Substrat dan
H2SO4 dan Penambahan NaCl (*
)
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan
substrat dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 268,811 ± 109,886 ppm
sampai 313,45 ± 143,018 ppm (Tabel 6).
Tabel 6. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Nisbah
Substrat dan H2SO4 dan Penambahan NaCl
NaCl Nisbah Substrat : H2SO4
R1 (1:10) R2 (1:15)
N0 313,5 ± 143,02 (b) 279,8 ± 66,7 (b)
W = 3,045 (b) (a)
N1 294,2 ± 99,95 (a) 268,8 ± 109,9 (a)
W = 3,045 (b) (a)
W = 3,045 W = 3,045
Dari Tabel 6 terlihat bahwa rendemen furfural tertinggi diperoleh pada
perbandingan substrat dan H2SO4 (1 : 15) tanpa penambahan NaCl yaitu sebesar 313,45 ±
143,018 ppm. Sebaliknya pada perbandingan substrat dan H2SO4 (1 : 15) dengan adanya
penambahan NaCl akan menghasilkan furfural sebesar 294,233 ± 99,95 ppm. Penurunnan
rendemen furfural disebabkan dalam reaksi NaCl bereaksi dengan H2SO4 sehingga
mengurangi jumlah pereaksi pembentukan furfural (Harjadi, 1986). Selanjutnya ditelaah
dengan dan tanpa penambahan NaCl terlihat rendemen furfural menurun pada nisbah
substrat dan H2SO4 1 : 15. Hasil ini disebabkan pada nisbah 1 : 15 di konsentrasi H2SO4 20
% struktur furfural mengalami kerusakan disebabkan oleh asam terlalu tinggi dengan
pemanasan (Powatu, 2005).
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Antar Berbagai Konsentrasi H2SO4
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,215 ± 0,023 mg/10 g sampai
0,656 ± 0,108 mg/10 g (Tabel 7).
Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional UGM 2015 dengan tema “Peran Ilmu Kimia
dalam Pengembangan Industri Kimia yang Ramah Lingkungan” di Yogyakart, Tanggal 30 Mei 2015
10
Tabel 7. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Antar Berbagai Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi K1 (15%) K2 (17,5%) K3 (20%)
± SE 0,215 ± 0,023 0,224 ± 0,027 0,656 ± 0,108
W = 0,010 (a) (a) (b)
Dari Tabel 7 menunjukkan hasil peningkatan furfural hanya terjadi pada kosentrasi
H2SO4 20%. Sedangkan pada konsentrasi H2SO4 15% dan 17% menunjukkan hasil yang
sama. Peningkatan hasil furfural pada konsentrasi H2SO4 20% ini disebabkan laju reaksi
berjalan lebih cepat yang akan meningkatkan hasil furfural (Harjadi, 1986). lebih lanjut
Tefi dkk. (2015) menyatakan Ion H+ berfungsi memecah pentosan menjadi monomer-
monomer pentosa kemudian akan berlanjut pada proses dehidrasi membentuk senyawa
furfural.
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Dengan dan Tanpa Penambahan NaCl
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,355 ± 0,092 mg/10 g sampai 0,3749
± 0,109 mg/10 g (Tabel 8).
Tabel 8. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Dengan dan Tanpa Penambahan NaCl
Penambahan NaCl N0 N1
± SE 0,3749 ± 0,109 0,355 ± 0,092
W = 0,0109 (b) (a)
Dari Tabel 8 tampak bahwa hasil furfural dengan adanya penambahan NaCl akan
menurunkan hasil furfural yang diperoleh. Penurunan hasil furfural ini disebabkan
penambahan NaCl dapat mempengaruhi pereaksi H2SO4 membentuk Na2SO4. Sehingga
dengan adanya penambahan NaCl pada reaksi akan mengurangi jumlah pereaksi H2SO4 dan
mengakibatkan hasil furfural menurun.
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Antar Nisbah Substrat dan H2SO4
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,274 ± 0,071 mg/10 g sampai 0,456
± 0,146 mg/10 g (Tabel 9).
11
Tabel 9. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Antar Nisbah Substrat dan H2SO4
Nisbah Substrat : H2SO4 R1 (1:10) R2 (1:15)
± SE 0,456 ± 0,146 0,274 ± 0,071
W = 0,0134 (b) (a)
Darri Tabel 9 tampak bahwa hasil furfural tertinggi ada pada nisbah 1:10 yaitu
sebesar 0,456 ± 0,146 mg/10g. Sebaliknya dengan nisbah substrat dan H2SO4 yang besar (1
: 15) menyebabkan hasil furfural menurun. Hal ini disebabkan furfural mengalami
kerusakan dengan adanya konsentrasi asam yang besar dan suhu pemanasan yang tinggi
(Powatu, 2005).
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi Penambahan NaCl dan
Konsentrasi H2SO4
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,208 ± 0,054 mg/10 g sampai 0,677
± 0,230 mg/10 g (Tabel 10).
Tabel 10. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi
Penambahan NaCl dan Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi (%)
NaCl 15 17,5 20
N0 0,208 ± 0,054 (a) 0,222 ± 0,062 (a) 0,677 ± 0,230 (b)
W = 0,023 (a) (a) (b)
N1 0,221 ± 0,007 (a) 0,226 ± 0,022 (a) 0,635 ± 0,116 (a)
W = 0,023 (a) (a) (b)
W = 0,0189 W = 0,0189 W = 0,0189
Dari Tabel 10 terlihat bahwa hasil furfural tertinggi diperoleh pada konsentrasi
H2SO4 20% tanpa penambahan NaCl yaitu sebesar 0,677 ± 0,230 mg/10 g. Sebaliknya
dengan konsentrasi H2SO4 20% dengan adanya penambahan NaCl akan menghasilkan
furfural sebesar 0,635 ± 0,116 mg/10g. Nampaknya ini berkaitan dengan peran pereaksi
H2SO4 yang akan meningkatkan laju reaksi seiring dengan besarnya konsentrasi H2SO4
(Powatu, 2005). Sebaliknya ditelaah dari dari penambahan NaCl pada konsentrasi H2SO4
15% dan 17,5% sama lalu menurun pada konsentrasi H2SO4 20%. Nampaknya penurunan
hasil furfural disebabkan adanya penambahan NaCl dalam reaksi yang menganggu pereaksi
H2SO4 (Harjadi, 1986).
12
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi Perbandingan Substrat dan
H2SO4 dan Konsentrasi H2SO4
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,178 ± 0,018 mg/10 g sampai 0,848
± 0,062 mg/10 g (Tabel 11).
Tabel 11. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi Perbandingan
Substrat dan H2SO4 dan Konsentrasi H2SO4
Nisbah Substrat
: H2SO4
Konsentrasi (%)
15 17,5 20
R1 (1:10) 0,249 ± 0,015 (b) 0,270 ± 0,02 (b) 0,848 ± 0,062 (b)
W = 0,023 (a) (b) (c)
R2 (1:15) 0,188 ± 0,024 (a) 0,178 ± 0,018 (a) 0,461 ± 0,030 (a)
W = 0,023 (a) (a) (b)
W = 0,019 W = 0,019 W = 0,019
Dari Tabel 11. terlihat hasil furfural tertinggi diperoleh pada konsentrasi H2SO4
20% dengan nisbah substrat dan H2SO4 (1 : 10) yaitu sebesar 0,848 ± 0,062 mg/10g. Hasil
ini desebabkan konsentrasi H2SO4 yang tinggi akan meningkatkan laju reaksi pembentukan
furfural (Powatu, 2005). Sebaliknya hasil furfural dilihat dari nisbah substrat dan H2SO4 (1
: 15), pada semua konsentrasi H2SO4 semuanya menurun. Penurunan hasil furfural ini
disebabkan furfural mengalami dekomposisi menjadi senyawa lain oleh adanya asam
terlalu banyak.
Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi Nisbah Substrat dan H2SO4
dan Penambahan NaCl
Rataan hasil furfural (% ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat
dan H2SO4 dengan penambahan NaCl berkisar antara 0,181 ± 0,022 mg/10 g sampai 0,472
± 0,214 mg/10 g (Tabel 12).
13
Tabel 12. Rataan Hasil Furfural (% ± SE) Ditinjau dari Interaksi
Nisbah Substrat dan H2SO4 dan Penambahan NaCl
NaCl Nisbah Substrat : H2SO4
R1 (1:10) R2 (1:15)
N0 0,472 ± 0,214 (b) 0,269 ± 0,109 (b)
W = 0,154 (b) (a)
N1 0,441 ± 0,145 (a) 0,181 ± 0,022 (a)
W = 0,154 (b) (a)
W = 0,154 W = 0,154
Dari Tabel 12 terlihat bahwa hasil furfural dengan adanya penambahan NaCl akan
menurunkan hasil furfural pada nisbah 1 : 10 maupun 1 : 15. Hal ini disebabkan NaCl yang
yang bereaksi dengan H2SO4, membentuk Na2SO4, dimana akan mengurangi jumlah
pereaksi dalam reaksi hidrolisis (Harjadi, 1986). Selanjutnya ditelaah dari nisbah substrat
dan H2SO4 yang ditambah NaCl maupun tidak semuanya menurun. Hasil ini disebabkan
pada nisbah 1 : 15 terjadi kelebihan asam sehingga menyebabkan struktur furfural
mengalami dekomposisi menjadi senyawa lain (Powatu, 2005).
14
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan optimasi rendemen
furfural sebesar 565,08 ± 50,42 ppm dan kadar furfural 0.848 ± 0.062 mg / 10gram
diperoleh pada interaksi nisbah substrat dan H2SO4 1 : 10, konsentrasi H2SO4 20 %, dengan
tanpa penambahan NaCl.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya disarankan:
1. Jika mengunakan pereaksi H2SO4 maka sebaiknya dihindari adanya penambahan
NaCl. Penambahan NaCl hanya dapat dilakukan jika mengunakan pereaksi HCl.
2. Perlu dilakukan penambahan kombinasi perlakuan lama waktu pemanasan untuk
penelitian dengan biji salak agar dapat diketahui kombinasi yang optimum dari lama
waktu pemanasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aji, B., dan F. Kurniawan, 2012. Pemanfaatan Serbuk Biji Salak (Salacca zalacca) Sebagai
Adsorben Cr (VI) Dengan Metode Batch dan Kolom. Jurnal Sains POMITS,Vol, 1
No. 1, Halaman 1-6.
Andaka, G., 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam
Sulfat. Journal Teknologi Technoscientia. Vol 1.
Ardiana, R. dan Mitarlis. 2012. Pemanfaatan Kulit Buah Siwalan (Borassus Flabellifer L)
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Furfural. Universitas Negeri Surabaya. UNESA
Journal of Chemistry. Vol. 1. No. 2
Harjadi, W. 1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta. Gramedia
Hidajati, N., 2006. Pengolahan Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Furfural,
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1 2006 : 45-53
Kazemi, M. and M. R. Z. Monfared, 2010. Furfural Prodaction Form Pisthachio Green
Hulls As Agricultural Residues. Qom Branc, Islamic Azad University, Iran., Journal
JACR, vol 3 No 19-24
Kristiadi, H., A.N.A. Kusumo, Y.A. Susetyo, Y.E. Ayu, dan B. Putra, 2014. Optimasi
FURJILAK (Furfural Limbah Biji Salak): Trobosan Inovatif dan Kreatif Mengatasi
Limbah Biji Salak. Laporan PKM-P, UKSW, Salatiga.
Kusumo, A. N., S. Oktafia, D. A. Jaya, dan L. A. Widiasputra, 2013. Kandungan Gizi Biji
Salak (Salacca edulis) Ditelaah Dari Berbagai Mmetode Pelunakan Biji. laporan
PKM-P, UKSW, Salatiga.
Mitarlis, dan R. W. Rima, 2005. Pemanfaatan Furfural dari Limbah Pabrik Gula (Ampas
Tebu) Untuk Sintesis Asam -β- (2- furil) Akrilat Sebagai Bahan Dasar Alternatif
Senyawa Tabir Surya, Indo. J. Chem., 2005, 5 (3), 219 – 223
Mitarlis, I. dan Tukiran. 2011. Pengembangan Metode Sintesis Furfural Berbahan Dasar
Campuran Limbah Pertanian Dalam Rangka Mewujudkan Perinsip Green
Chemistry. Fakultas Sains dan Matematika., Universitas Surabaya. Jurnal Manusia
Dan Lingkungan, Vol. 18. No. 3, Nov. 2011, halaman 191-199.
Novita, F. W., D. P. Ningrum, I. A. S. Wahyu, dan A. Ing. Kristijanto, 2009. Limbah Biji
Kakao (Teobroma Cacao L.) Sebagai Sumber Pektin dan Teobromin. Fakultas Sains
16
dan Matematika. UKSW Salatiga. Bungai Rampai Karya Ilmiah Mahasiswa. ISBN
979-3152-08-1. Hal. 71-79.
Powatu, R., 2005. Hasil Furfural Dari Tongkol Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata)
Ditinjau dari Konsentrasi H2SO4 dan Nisbah H2SO4/Substrat. Skripsi. Fakultas
Sains dan Matematika. UKSW. Salatiga.
Steel, R. G. D dan J. H. Torie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia,
Jakarta.
Sumaryanto, B., 2006. Hasil Furfural dari Kulit Kacang Tanah (Arachis hipogeae (L.)
Merr.) Ditinjau dari Nisbah H2SO4 dan Substrat, Konsentrasi H2SO4, dan Cara
Pemanasan. Sekripsi. Fakultas Sains dan Matematika. UKSW. Salatiga.
Tefi, I., I. Garu dan B. D. Tawa, 2015. Penentuan Hasil Hidrolisis Furfural Optimum dari
Tumbuhan Alang-Alang (imperata Cylindrica) Berdasarkan Variasi Perbandingan
Substrat dan H2SO4, Lama Waktu Pemanasan dan Konsentrasi H2SO4. Jurnal
Kimia FST UDANA. ISBN 109-17048. Hal. 36-47.
Wati, N., P. A. Elvira, Y. Hardiyanti, 2014. Pemanfaatan Limbah Biji Salak Sebagai Bahan
Baku Pembuatan CMC (Caboxil Methil Cellulose) di Kawasan Padang Sidempuan
Sumatra Utara. Laporan PKM-P. Universitas Negeri Medan. Medan
Win, D. T., 2005. Furfural – Gold From Garbage. Faculty of Science and Technology,
Assumption University. Bangkok, Thailand. AU J.T Vol 8. Pp. 185-190
17
Lampiran 1. Kurva Standar Furfural Murni Spektrofotometer UV-Vis
1
LAMPIRAN
11
SEMINAR NASIONAL KIMIA
UGM 2015
YOGYAKARTA
30 MEI 2015
2
kosentrasi asam, suhu reaksi, waktu reaksi, nisbah substrat dan larutan [7]. Salah satu cara untuk menaikkan titik didih larutan adalah dengan cara pemberian garam NaCl [4]. Hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan hasil furfural optimum dari biji salak sebesar 683,65 ± 26,23 ppm didapat pada kosentrasi H2SO4 20 %, dengan nisbah substrat dan H2SO4 1 : 15 dan lama waktu pemanasan 2,5 jam [8]. Bedasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan furfural yang optimum dari biji salak ditunjau dari kosentrasi H2SO4, nisbah biji salak dan H2SO4, penambahan NaCl, dan interaksinya.
METODE PENELITIAN
Bahan Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Sampel biji salak diperoleh dari desa Kecandran dan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga. Sedangkan bahan kimiawi yang digunakan antara lain adalah furfural murni, aquades, H2SO4 (pekat), NaCl, klorofom, anilin asetat. Piranti
Piranti yang digunakan antara lain ayakan 20 mesh, alat pres, gilingan, satu set piranti refluks, Draying cabinet, destilasi uap, Ohaus Moisture Analyzer (MB 25), dan Spektrofotometer UV-Vis. Prosedur
Metoda Preparasi Serbuk Biji Salak Biji salak dihancurkan secara fisikawi
mengunakan alat penjepit besi sehingga menjadi bagian-bagian kecil. Biji salak yang sudah hancur kemudian digiling untuk mendapatkan ukuran yang lebih halus lalu diayak dengan ayakan 20 mesh. Hasil ayakan kemudian dikeringkan dalam draying cabinet selama ± 2 jam untuk menghilangkan kandungan airnya.
Proses Produksi Furfural [8] 10 gram serbuk biji salak dimasukkan
dalam fluks kemudian ditambah H2SO4
dengan konsentrasi yang bervareasi (15%, 17,5% dan 20%) dengan perbandingan substrat dan H2SO4 bervariasi (1 : 10 dan 1 : 15) dan 15 gram NaCl. Selanjutnya dipanaskan pada suhu antara 105
oC – 109
oC dan lama waktu pemanasan 2,5 jam.
Selama pemanasan diamati dan diusahakan
suhu dijaga agar tetap konstan. Setelah pemanasan dihentikan, larutan didinginkan lalu disaring kemudian diukur volume filtratnya. Larutan inilah yang selanjutnya dianalisis kadar furfuralnya.
Analisa Kuantitatif Hasil Furfural [8]
Furfural yang diperoleh dari berbagai macam kombinasi perlakuan didinginkan, kemudian disaring dan diukur volumenya. Selanjutnya hasil berbagai farian furfural yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan Spektrofotometer UV-Vis.
Analisa Data [9] Data furfural dianalisis dengan
mengunakan rancangan perlakuan Faktorial (3x2x2) dan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Faktor pertama adalah kosentrasi H2SO4 yang terdiri dari 3 aras konsentrasi yaitu 15%, 17,5% dan 20%, sedang faktor kedua adalah nisbah substrat dan H2SO4 yang terdiri dari dua aras yaitu 1 : 10 dan 1 : 15, sedangkan faktor ketiga adalah penambahan NaCl yang terdiri dari dua aras yaitu dengan penambahan NaCl (N1) dan tanpa penambahan NaCl (N0). Pengujian rataan antar perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat
kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Antar Berbagai Konsentrasi H2SO4
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) antar berbagai konsentrasi H2SO4
berkisar antara 173,716 ± 14,716 ppm sampai 514,6 ± 38,13 ppm (Tabel I). Tabel I. Rataan Rendemen Furfural (ppm ±
SE) Antar Berbagai Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi K1 (15%) K2 (17,5%) K3 (20%)
± SE 173,7 ±
14,7 178,9 ±
11,1 514,6 ±
38,1
W = 3,198 (a) (b) (c)
Keterangan:
* W = BNJ 5%
* K1, K2 dan K3 = konsentrasi H2SO4 (15%,
17,5% dan 20%).
* Angka – angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata, sebaliknya angka yang diikuti huruf yang tidak
sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata. Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 2 dan Tabel 3.
Dari Tabel I. menunjukkan rendemen furfural meningkat seiring dengan besarnya konsentrasi H2SO4. Hasil ini sama dengan hasil furfural dari campuran limbah pertanian yang meningkat seiring dengan besarnya konsentrasi H2SO4 [10]. Hal ini disebabkan H2SO4 dalam reaksi berfungsi menghidrolisis pentosa menjadi furfural [11]. Sehingga jika konsentrasi H2SO4 semakin tinggi maka daya hirolisisnya akan semakin kuat dan akan menghasilkan furfural semakin optimum [7].
Rendemen Furfural (ppm ± SE) dengan Perbandingan Substrat dan H2SO4 1 : 10 (R1) dan 1 : 15 (R2) Rendemen furfural (ppm ± SE) dengan pada berbagai perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 10 dan 1 : 15 berkisar antara 274,28 ± 58,39 sampai 303,84 ± 79,29 (Tabel II.)
Tabel II. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Antar Perbandingan Substrat dan H2SO4
Substrat : H2SO4 R1 (1:10) R2 (1:15)
± SE 303,8 ± 79,3 274,3 ± 58,4
W = 2,637 (b) (a)
Dari Table II. terlihat bahwa hasil rendemen furfural menurun pada perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 15. Hasil ini berbeda dengan hasil furfural dari alang-alang yang meningkat dengan perbandingan substrat dan H2SO4 yang lebih besar [12]. Nampaknya hasil ini dikarenakan di dalam larutan dengan perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 15 terjadi kelebihan asam, dimana furfural akan mengalami peruraian pada larutan yang bersifat kelebihan asam [13].
Rendemen Furfural (ppm ± SE) dengan Penambahan NaCl Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) dengan penambahan NaCl dan tanpa penambahan NaCl berkisar antara 281,522 ± 57,92 sampai 296,606 ± 67,63 ppm.
Tabel III. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) dengan Penambahan Penambahan NaCl
Penambahan NaCl
N0 N1
± SE 296,6 ± 67,6 281,5 ± 57,9
W = 2,154 (b) (a)
Tabel III menunjukkan hasil rendemen furfural menurun dengan adanya penambahan NaCl. Hasil ini berbeda dengan hasil rendemen furfural dari tongkol jagung yang meningkat dengan adanya penambahan garam NaCl dan mengunakan pelarut HCl [14]. Nampaknya adanya penambahan NaCl akan mempengaruhi reaksi karena NaCl juga bereaksi dengan pelarut H2SO4 menjadi Na2SO4 dan HCl [15].
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Penambahan NaCl dan Konsentrasi H2SO4
Rataan rendemen furfural (ppm ± SE) ditinjau dari interaksi antara konsentrasi H2SO4 dan penambahan NaCl berkisar antara 163,93 ± 14,079 ppm sampai 522,03 ± 89,207 ppm (Tabel IV.). Tabel IV. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Penambahan NaCl
dan Konsentrasi H2SO4
Konsentrasi (%)
NaCl 15 17,5 20
N0 183,5 ± 27,3 (b) 184,3 ± 17,2 (b) 522,1 ± 89,2 (b)
W = 4,52 (a) (a) (b)
N1 163,9 ± 14,1 (a) 173,5 ± 18,6 (a) 507,2 ± 2,7 (a)
W = 4,52 (a) (b) (c)
W = 3,73 W = 3,73 W = 3,73
Keterangan: * W = BNJ 5% * K1, K2 dan K3 = konsentrasi H2SO4 (15%, 17,5%
dan 20%)
* Anka -angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris atau lajur yang sama menunjukkan bahwa perlakuan antau baris atau lajur tidak berbeda nyata, sebaliknya angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan bahwa perlakuan antar baris atau lajur berbeda nyata. Keterangan ini juga berlaku
untuk Tabel V. dan VI.
Dari Table IV. dapat dilihat rendemen furfural meningkat seiring besarnya konsentrasi H2SO4 baik yang ditambah dengan NaCl maupun tidak. Nampaknya ini berkaitan dengan peran H2SO4 sebagai penghidrosilis pentosan menjadi furfural yang semakin kuat seiring dengan berasnya konsentrasi. Sebaliknya rendemen furfural
menurun dengan adanaya penambahan NaCl di semua konsentrasi. Nampaknya dengan adanya penambahan Nacl akan mempengaruhi hasil furfural yang dihasilkan karena NaCl juga bereaksi dengan H2SO4
menjadi HCl dan Na2 SO4.
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Perbandingan Substrat dan H2SO4 dengan Konsentrasi H2SO4
Hasil rendemen furfural (ppm ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat dan H2SO4 dengan konsentrasi H2SO4 berkisar antara 166,433 ± 11,88 ppm sampai 565,083 ± 50,42 ppm (Tabel V.).
Tabel V. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Perbandingan
Substrat dan H2SO4 dan Konsentrasi H2SO4
Substrat : H2SO4
Konsentrasi (%)
15 17,5 20
R1 (1:10) 166,4 ± 11,9 (a) 180,1 ± 12,8 (a) 565,1 ± 50,4 (b)
W = 4,52 (a) (b) (c)
R2 (1:15) 181 ± 29,5 (a) 177,7 ± 22,8 (a) 464,1 ± 37,1 (a)
W = 4,52 (a) (a) (b)
W = 3,73 W = 3,73 W = 3,73
Dilihat dari Tabel V. hasil rendemen furfural meningkat seiring besarnya konsentrasi H2SO4 untuk perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 10 maupun 1 : 15. Hal ini berkaitan dengan peran H2SO4 sebagai penghidrosilis pentosan menjadi furfural yang akan semakin kuat seiring dengan berasnya konsentrasi. Sebaliknya hasil rendemen furfural dilihat dari perbandingan substrat dan H2SO4 (1 : 10 dan 1 : 15) sama pada konsentrasi 15 dan 17.5 %, dan menurun pada konsentrasi 20 %. Nampaknya pada perbandingan 1 : 15 di konsentrasi H2SO4 20 % terjadi kelebihan asam yang mengakibatkan furfural larut.
Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Antara Perbandingan Substrat dan H2SO4 dan Penambahan NaCl
Hasil rendemen furfural (ppm ± SE) ) ditinjau dari interaksi antara perbandingan substrat dan H2SO4 dengan penambahan
NaCl berkisar antara 268,811 ± 109,886 ppm sampai 313,45 ± 143,018 ppm (Tabel VI).
Tabel VI. Rataan Rendemen Furfural (ppm ± SE) Ditinjau dari Interaksi Perbandingan
Substrat dan H2SO4 dan Penambahan NaCl
NaCl Substrat : H2SO4
R1 (1:10) R2 (1:15)
N0 313,5 ± 143,02 (b) 279,8 ± 66,7 (b)
W = 3,045 (b) (a)
N1 294,2 ± 99,95 (a) 268,8 ± 109,9 (a)
W = 3,045 (b) (a)
W = 3,045 W = 3,045
Dapat dilihat pada Tabel VI, hasil rendemen furfural menurun untuk perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 10 maupun 1 : 15 dengan adanya penambahan NaCl. Nampaknya hal ini disebabkan NaCl yang ikut bereaksi dengan H2SO4 sehingga mengurangi jumlah H2SO4 dalam reaksi hidrolisis furfural, walau pada perbandingan 1 : 15 sekalipun. Selanjutnya pada penambahan NaCl maupun tidah hasil rendemen furfural menurun untuk perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 15. Nampaknya dalam perbandingan 1 : 15 terjadi kelebihan asam yang membuat furfural terlarut dalam asam.
KESIMPULAN
Hasil rendemen furfural dari limbah biji salak (Salacca edulis Reinw) yang paling optimum didapat pada interaksi perbandingan substrat dan H2SO4 1 : 10 dan Konsentrasi H2SO4 20 % yaitu sebesar 565,1 ± 50,4 ppm. Sebaliknya dengan konsentrasi H2SO4 20 persen tanpa adanya penambahan NaCl mengasilkan rendemen sebesar 522,1 ± 89,2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aji, B., dan F. Kurniawan, 2012, Pemanfaatan Serbuk Biji Salak (Salacca zalacca) Sebagai Adsorben Cr (VI) Dengan Metode Batch dan Kolom, Jurnal Sains POMITS,Vol, 1 No. 1, Halaman 1-6.
2. Kusumo, A. N., S. Oktafia, D. A. Jaya, dan L. A. Widiasputra, 2013, Kandungan Gizi Biji Salak (Salacca edulis) Ditelaah Dari Berbagai Mmetode Pelunakan Biji, laporan PKM-P, UKSW, Salatiga.
3. Novita, F. W., D. P. Ningrum, I. A. S. Wahyu, dan A. Ing. Kristijanto, 2009, Limbah Biji Kakao (Teobroma Cacao L.) Sebagai Sumber Pektin dan Teobromin, Fakultas Sains dan Matematika. UKSW Salatiga. Bungai Rampai Karya Ilmiah Mahasiswa, ISBN 979-3152-08-1, Hal. 71-79.
4. Ardiana, R. dan Mitarlis. 2012, Pemanfaatan Kulit Buah Siwalan (Borassus Flabellifer L) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Furfural, Universitas Negeri Surabaya. UNESA Journal of Chemistry, Vol. 1. No. 2.
5. Win, D. T., 2005, Furfural – Gold From Garbage, Faculty of Science and Technology, Assumption University, Bangkok, Thailand, AU J.T Vol 8. Pp. 185-190.
6. Kazemi, M. and M. R. Z. Monfared, 2010, Furfural Prodaction Form Pisthachio Green Hulls As Agricultural Residues. Qom Branc, Islamic Azad University, Iran., Journal JACR, vol 3 No 19-24.
7. Andaka, G., 2011, Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat, Journal Teknologi Technoscientia, Vol 1.
8. Kristiadi, H., A.N.A. Kusumo, Y.A. Susetyo, Y.E. Ayu, dan B. Putra, 2014, Optimasi FURJILAK (Furfural Limbah Biji Salak): Trobosan Inovatif dan Kreatif Mengatasi Limbah Biji Salak. Laporan PKM-P, UKSW, Salatiga.
9. Steel, R.G.D. & J.H. Torie, 1980, Prinsip dan Prosedur Statitiska Suatu Pendekatan Biometrik, Jakarta, Gramedia.
10. Mitarlis, Ismono. dan Tukiran. 2011, Pengembangan Metode Sintesis Furfural Berbahan Dasar Campuran Limbah
Pertanian Dalam Rangka Mewujudkan Perinsip Green Chemistry, Fakultas Sains dan Matematika., Universitas Surabaya, Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. 18. No. 3, Nov. 2011, halaman 191-199.
11. Fadjarwaty, D. dan H. Susanto, 2005, Penghematan Konsumsi Katalis Dalam Proses Hidrolisis Tandan Kosong Sawit Untuk Produksi Furfural, Institut Teknologi Bandung. Bandung, Journal Tehnik Kimia Indonesia, Vol. 4 No. 3, Hal. 279-286.
12. Tefi, I., I. Gauru dan B. D. Tawa., 2015, Penentuan Hasil Hidrolisis Furfural Optimum dari Tumbuhan Alang –Alang Berdasarkan variasi Perbandingan Substrat dan H2SO4 Lama Waktu Pemanasan dan Konsentrasi H2SO4, Teknik Undana Kupang, Jurnal Kimia FST UNDANA, Vol 1. Hal 23-33.
13. Setyadji, M. 2007, Hidrolisis Pentosan Menjadi Furfural dengan Katalis Asam Sulfat untuk Meningkatkan Kualitas Bahan Bakar Mesin Disel, ISSN 0216-3128, Vol. 1, No.160, Halaman 56-63.
14. Hidajati, N., 2006, Pengolahan Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Furfural, Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1 2006 : 45-53.
15. Jong, W. D and G. Marcotullio. 2010, Overview of Biorefineries Based on Co-Production of Furfural, Existing concepts and Novel Developments, Delft University of Technology, International Journal Of Chemical Reactor Enginering, Wiebren, Vol 8. Article A69, P 34 – 46.
U N0R1K1 N0R1K2 N0R1K3 N0R2K1 N0R2K2 N0R2K3 N1R1K1 N1R1K2 N1R1K3 N1R2K1 N1R2K3 N1R2K3 TU U Du Du2 Tu2
1 151 164.2 619 217 203.8 420 180 193 509 149 151 503.2 3460.2 288.35 -0.713 0.51 11972984
2 156 170 624 210 210.8 425 179 196 511.5 149 153.8 508.7 3493.8 291.15 2.086 4.35 12206638
3 153 163.9 620 214 193 424.2 179.6 193 507 147 154 503.6 3452.3 287.6 -1.372 1.88 11918375
TP 460 498.1 1863 641 607.6 1269.2 538.6 582 1527.5 445 458.8 1515.5 10406.3
T(…) 6.74 36097998
153.33 166.0 621 213.67 202.53 423.1 179.53 194 509.17 148.33 152.93 505.17 289.06 (…)
Dp -135.73 -123.03 331.92 -75.39 -86.53 134 -109.53 -95.06 220.10 -140.73 -136.13 216.10
SD 2.52 3.44 2.64 3.51 8.96 2.68 0.50 1.73 2.25 1.15 1.67 3.06
S2 6.33 11.82 7 12.33 80.41 7.21 0.25 3 5.08 1.33 2.81 9.40
SE 6.25 8.54 6.57 8.72 22.27 6.67 1.25 4.30 5.60 2.86 4.16 7.62
W1 -20495 -20201.6 205468.5 -16361.2 -17634.9 56281.17 -19715.5 -18347.3 112032.3 -20968.9 -20555.7 108742.9 328244.4
W2 -21174 -20915.2 207128.1 -15833.4 -18240.6 56951.18 -19606 -18632.5 112582.6 -20968.9 -20936.9 109931.5 330285.9
W3 -20766.8 -20164.7 205800.4 -16135 -16700.4 56843.98 -19671.7 -18347.3 111592.1 -20687.4 -20964.1 108829.4 329628.4
Contoh Perhitungan dp
dp1 = rata-rata perlakuan - ...
= 153,33 – 289,06 = - 135,73
dp2 = rata-rata perlakuan - ...
= 166 – 289,06 = - 123,04
dp3 = rata-rata perlakuan - ...
= 621 – 289,06 = - 331,39
Contoh Perhitungan W
W = (153,33 x dp) + ...........
W1 = (153,33 x -135,73) + (164,2 x -123,03) + ........ + (503,2 x 216,10) = 328244,4
W2= (156 x -135,73) + (170 x -123,03) + ........ + (508,7 x 216,10) = 330285,9
W3 = (153 x -135,73) + (163,9 x -123,03) + ........ + (503,06 x 216,10) = 329624,4
Contoh Perhitungan N
N = (W1 x Du) + (W2 x Du) + (W3 x Du)
N = (328244,4x -0,713) + ....... + (329624,4 x -1,732) = 2359,65
Perhitungan D
D = Σ DP2 x Σ Du
2
= 329386,3 x6,74
= 2221543,53
Perhitungan JK non additivitas
JK non additivitas =
=
= 2,506
FK (faktor koreksi) =
=
= 3008085,547
JK total =
=
= 988452,76
JK ulangan =
=
= 80,93
JK perlakuan =
=
= 988158,75
JK galad acak = JK total – JK ulangan - JK perlakuan
= 988452,76 - 80,93 - 988158,75
= 213,07
Dasira non additivitas
Sumber ragam DB JK KT F hitung F Tabel
5% 1%
Ulangan 2 80,93
Perlakuan 11 988158,75
Galad acak 22 213,07 4,4 8,15
Non additivitas 1 2,506 2,506 0,2499
Sisa 21 210,56 10.02
Dasira
Sumber ragam DB JK KT F hitung F Tabel
5% 1%
Ulangan 2 2,506 40,465 4,178 3,44 5,72
Perlakuan 11 988158,75 89832,62 9275,44 2,26 3,18
Galad acak 22 213,07 9,685
Total 35 988452,8
U N0R1K1 N0R1K2 N0R1K3 N0R2K1 N0R2K2 N0R2K3 N1R1K1 N1R1K2 N1R1K3 N1R2K1 N1R2K3 N1R2K3 TU Du Du2 Tu2
1 0.226 0.246 0.92 0.217 0.204 0.420 0.270 0.289 0.763 0.149 0.151 0.503 4.368 0.364 -0.001 1E-06 19.082
2 0.234 0.255 0.936 0.210 0.210 0.425 0.268 0.294 0.767 0.149 0.154 0.508 4.412 0.367 0.002646 7E-06 19.466
3 0.229 0.245 0.930 0.2140 0.193 0.424 0.269 0.289 0.760 0.147 0.154 0.503 4.360 0.363 -0.00165 2.71E-
06 19.014
TP 0.690 0.747 2.794 0.641 0.607 1.269 0.807 0.873 2.291 0.445 0.458 1.515 13.141 T(…)
1.07E-05
57.562
0.23 0.24905 0.9315 0.213667 0.202533 0.423067 0.2693 0.291 0.76375 0.148333 0.152933 0.505167 0.365
(…)
Dp -0.135 -0.116 0.566 -0.151 -0.162 0.058 -0.095 -0.074 0.398 -0.216 -0.212 0.140
SD 0.00377492 0.005158 0.003969 0.003512 0.008967 0.002686 0.000755 0.002598 0.003382 0.001155 0.001677 0.003066
S2 0.00001425 2.66E-05 1.58E-05 1.23E-05 8.04E-05 7.21E-06 5.7E-07 6.75E-06 1.14E-05 1.33E-06 2.81E-06 9.4E-06
SE 0.00937845 0.012814 0.00986 0.008725 0.022279 0.006673 0.001876 0.006455 0.008402 0.002869 0.004167 0.007618
W1 -0.0305832 -0.02856 0.525972 -0.03284 -0.03312 0.024378 -0.02585 -0.02143 0.304427 -0.03229 -0.03203 0.070519 0.688598
W2 -0.0315959 -0.02957 0.530221 -0.03179 -0.03425 0.024668 -0.0257 -0.02176 0.305922 -0.03229 -0.03262 0.07129 0.69252
W3 -0.0309882 -0.02851 0.526822 -0.03239 -0.03136 0.024621 -0.02579 -0.02143 0.30323 -0.03185 -0.03266 0.070575 0.690262
Contoh Perhitungan dp
dp1 = rata-rata perlakuan - ...
= 0,23 – 0,365 = - 135
dp2 = rata-rata perlakuan - ...
= 0,249 – 0,365 = - 0,116
dp3 = rata-rata perlakuan - ...
= 0,932 – 0,365 = - 0,566
Contoh Perhitungan W
W = (0,226 x dp) + ...........
W1 = (0,226 x -0,135) + (0,246 x -0,116) + ........ + (0,053 x 0,140) = 0,689
W2= (0,234 x -0,135) + (0,225 x -0,116) + ........ + (0,509 x 0,140) = 0,693
W3 = (0,229 x -0,135) + (0,245 x -0,116) + ........ + (0,504 x 0,140) = 0,690
Contoh Perhitungan N
N = (W1 x Du) + (W2 x Du) + (W3 x Du)
N = (0,689 x -0,001) + ....... + (0,690 x -0,0016) = 7,637 x 10-6
Perhitungan D
D = Σ DP2 x Σ Du
2
= 1,07 x 10
-5 x 0,6904
= 7,394 x 10-6
Perhitungan JK non additivitas
JK non additivitas =
=
= 7,889 x 10-6
FK (faktor koreksi) =
=
= 4,797
JK total =
=
= 2,0718
JK ulangan =
=
= 0,00013
JK perlakuan =
=
= 2,671
JK galad acak = JK total – JK ulangan - JK perlakuan
= 2,0718 - 0,00013 - 0,00013
= 0,000249
Dasira non additivitas
Sumber ragam DB JK KT F
hitung
F Tabel
5% 1%
Ulangan 2 0,00013
Perlakuan 11 2,671
Galad acak 22 0,000249 4,4 8,15
Non additivitas 1 7,889 x 10-6
7,889 x 10-6
0,6864
Sisa 21 0,000241 1,15 x 10-5
Dasira
Sumber ragam DB JK KT F
hitung
F Tabel
5% 1%
Ulangan 2 0,00013 6,5 x 10-5
5,742 3,44 5,72
Perlakuan 11 2,671 0,242 21396,9 2,26 3,18
Galad acak 22 0,000249 1,13 x 10-5
Total 35 2,67