Upload
grardusputra
View
238
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dddd
Citation preview
1
PRAKTIKUM FISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENDENGARAN,SIKAP DAN KESEIMBANGAN TUBUH
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 –Jakarta barat
Kelompok C8
RAYKA CHRISTIN 102013057
I NYOMAN PUTRA HARTAWAN 102013095
CITRA SHANIA 102013146
JANJTE PUTRA 102013238
ANDANI DELABENE 102013270
ALBERTUS VARIAN 102013372
EKLIKE OKTORINDAH 102013412
NURAMALINA REMAN 102013501
AQIM MOHD HARIS 102013531
AIDIL 102013551
RINA PURNAWATI 102010073
2
Percobaan no. 1
Pengamatan Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan
Perlengkapan :
Kursi putar barany
Tongkat atau statif yang panjang
Cara Kerja :
1. OP berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan
dalam sikap yang biasa. OP diperhatikan arah jalannya dan ditanyakan apakah OP mengalami
kesukaran dalam mengkikuti garis lurus tersebut.
2. Percobaan di atas (no.1)diulangi dengan mata tertutup.
3. Percobaan di atas (no.1 dan 2) diulangi dengan:
a. Kepala OP dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala OPdimiringkan dengan kuat ke kanan
Hasil Percobaan :
Percobaan Kedudukan Kepala dan Mata Kemampuan Berjalan Lurus
1 Mata terbuka, kepala tegak lurus Mudah, OP berjalan lurus
2Mata tertutup, kepala tegak lurus Sulit, tetapi OP masih
berjalan lurus
3Mata terbuka, kepala miring ke arah kiri OP berjalan miring ke arah
kiri
4Mata tertutup, kepala miring ke arah kiri OP berjalan miring ke arah
kiri
5Mata terbuka, kepala miring ke arah kanan OP berrjalan miring ke arah
kanan
6Mata tertutup, kepala miring ke arah kanan OP berjalan miring ke arah
kanan
3
Percobaan no. 2
Percobaan dengan Kursi Barany
Cara Kerja :
A. Nistagmus
1. OP disuruh untuk duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi.
2. OP ditutup kedua matanya dengan dan ditundukkan kepalanya 30o ke depan.
3. Kursi diputar ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.
5. Buka mata OP dan OP disuruh melihat jauh kedepan.
6. Perhatikan adanya nistagmus.
7. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.
Hasil Percobaan :
Arah Pergerakan Komponen Nistagmus
Kiri Cepat
Kanan Lambat
B.Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test of Barany)
Cara Kerja:
1. OP duduk tegak di kursi barany dan kedua matanya ditutup dengan sapu tangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi barany sambil mengulurkan tangan kirinya kearah OP.
3. OP disuruh meluruskan tangan kanannya ke depan, sehingga dapat menyentuh jari tangan
pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. OP disuruh mengangkat lengannya ke atas dan kemudia dengan cepat menurunkannya
kembali, sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.
4
Tindakan no.1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut.
5. OP disuruh menundukkan kepalanya 30o kedepan dan dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi,.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakkan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikkan dengan tiba-tiba. OP disuruh menegakkan
kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukkan seperti diatas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP ? Bila terjadi penyimpangan,
tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes tersebut sampai OP tidak salah lagi
menyentuh jari tangan pemeriksa.
Hasil Percobaan:
Keadaan OP Arah Penyimpangan Penunjukan
Sebelum pemutaran Tangan OP menyentuh jari pemeriksa
dengan tepat
Setelah pemutaran Tangan OP sedikit menyimpang ke arah
kanan, dan arah kepalanya ke kanan.
C.Tes Jatuh
Cara Kerja:
1. Op disuruh duduk di kursi barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.
Kedua mata OP ditutup dan bungkukan kepala dan badannya sehingga posisi kepala
membentuk sudut 120o dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakkan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba ,OP disuruh menegakkan kembali
kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana OPakan jatuh dan tanyakan kepada OP ke mana rasanya ia akan akan
jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali ada orang percobaan lain dengan:
a. Memiringkankepala kearah bahu kanan, sehingga kepala miring 90o terhadap posisi
normal.
5
b. Menengadahkan kepala kebelakang sehingga membuat sudut 60o.
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis
semisirkularis yang terangsang.
Hasil Percobaan:
Sudut Kepala dan Badan OP Arah Jatuh Sebenarnya Arah Jatuh yang Dirasakan
120° dari posisi normal Kanan Kiri
90° ke arah bahu Kanan Belakang
60° ke arah belakang Kiri Kiri
D.Kesan dan Sensasi
Cara Kerja:
1. Gunakan OP yang lain. Suruhlah OP duduk di kursi barany dan tutuplah matanya.
2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah, dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar:
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh
OP.
Hasil Percobaan:
Kecepatan Putaran Kursi Barany Arah Perasaan Putar OP
Kecepatan bertambah Kanan
Kecepatan tetap Kanan
Kecepatan dikurangi Tidak kemana-mana
Kursi dihentikan Kiri
6
I. Pembahasan:
Telinga tidak hanya memiliki komponen pendengaran, tetapi telinga juga memiliki komponen
khusus yaitu apparatus vestibularis yang penting untuk memberikan informasi sensasi yang berkaitan
dengan keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri
dari dua set struktur utama yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat dengan koklea yaitu kanalis
sirkularis dan organ otolit, yaitu sakulus dan utrikulus.1
Aparatus vestibularis berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan posisi dan gerakan
kepala.Semua komponen aparatus vestibularis juga mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh
perilimfe.Ia juga memiliki sel rambut seperti yang terdapat pada Corti yang berespon terhadap perubahan
gerakan cairan endolimfe. Reseptor ini dapat mengalami depolarisasi dan hiperpolarisasi tergantung pada
arah gerakan cairan.1
Kanalis sirkularis berfungsi mendeteksi percepatan atau perlambatan anguler akibat hasil
pergerakan rotasional seperti memutarkan kepala.Telinga memiliki tiga kanalis sirkularis yang tersusun
secara tiga dimensi dalam bidang tegak lurus.Sel rambut terletak di ampula yaitu, suatu pembesaran pada
kanalis sirkularis.Sel rambut ini terbenam dalam lapisan gelatinosa kupula yang menonjol ke dalam
endolimfe ampula.
Otolit berfungsi memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan
mendeteksi perubahan kecepatan linier.Pada otolit terdapat struktur yang disebut utrikulus dan sakulus
yang seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang antara kanalis semisirkularis dan koklea.1
Otolit juga memiliki sel rambut reseptor yang pergerakannya menimbulkan perubahan potensial. Selain
itu terdapat juga kristal halus kalsium karbonat yang terdapat pada lapisan gelatinosa, menjadikan otolit
lebih berat dan berbanding cairan yang ada. Utrikulus berespons terhadap percepatan horisontal saat
sakulus berespons terhadap percepatan vertikal.2
Dalam pergerakan linier, posisi kanalis semisirkularis sangat penting dalam mengatur
keseimbangan tubuh.Kanalis semisirkularis memiliki tiga bagian semisirkuler yaitu kanalis superior,
horisontal dan posterior.Dalam posisi tubuh yang normal, pergerakan cairan dalam ketiga kanalis
mengimbangi tubuh, dan seseorang dapat berjalan lurus.Namun, apabila kepala dimiringkan ke kanan
atau kiri, pergerakan cairan tersebut sudah tidak lagi seimbang.Cairan lebih condong ke arah yang
dimiringkan dan bagian tersebut mengalami eksitasi yang lebih kuat.Akibatnya, badan tidak dapat
berjalan lurus dan sebaliknya lebih terdorong untuk bergerak ke arah kepalanya dimiringkan.
7
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah .2 Saat kursi
berputar, mata bergerak lambat dalam arah yang berlawanan dengan rotasi dan mempertahankan fiksasi.
Mata akan kembali dengan cepat ke titik fiksasi baru apabila batasnya tercapai. Kemudian mataakan
kembali bergerak lambat ke arah lain. Seharusnya mata mengarah ke arah rotasi. Tetapi pada post-
rotatory nystagmus, justru berlawanan dengan arah rotasi karena pergeseran kupula sewaktu rotasi
dihentikan.2
Tes penyimpangan penunjukan adalah tes yang membuktikan bahwa aliran endolimfe dalam
kanalis sirkularis berdampak terhadap kemampuan OP untuk mencapai objek yang diam. Sebelum kursi
Barany diputar, OP dapat menyentuh jari tangan pemeriksa dengan mudahnya.Keseimbangan aliran
endolimfe menyebabka OP dapat menyentuh jari tangan pemeriksa dengan tepat tanpa gangguan.Setelah
kursi Barany diputar, arah lengan OP mengalami penyimpangan dan OP mengalami kesulitan untuk
menyentuh jari tangan pemeriksa untuk beberapa saat.Cairan endolimfe yang bergerak menyulitkann OP
untuk menyentuh jari tangan pemeriksa dan mengganggu kemampuan OP untuk menentukan posisi yang
tepat.
Dalam tes jatuh, OP menyatakan bahwa dirinya jatuh ke kiri walaupun sebenarnya dia jatuh ke
kanan.Hal ini dapat terjadi akibat pergerakan cairan endolimfe kanalis semisirkularis yang terjadi pada
bagian tertentu yang dimiringkan pada sudut tertentu. Dengan posisi tubuh membentuk sudut 120° dan
diputar ke kanan, cairan endolimfe akan mengikut arah putaran ke kanan. Apabila berhenti tubuh akan
jatuh ke kanan. Tubuhnya jatuh ke kanan karena cairan tersebut terus mengalir mengikuti arusnya.OP
juga merasakan dirinya jatuh ke arah yang dirasakannya karena aliran endolimfe yang mengisi bagian
dari kanalis semisirkularis yang sebelumnya tidak dilewati oleh cairan endolimfe.
Ketika rotasi kepala diperlambat dan dipercepat ke segala arah, cairan endolimfe pada kanalis
sirkularisakan bergerak. Ketika kepala mulai bergerak, sel rambut ikut bergerak dan cairan tersebut yang
pada awalnya tidak ikut bergerak.1 Cairan berputar ke arah berlawanan, menyebabkan sel rambut turut
ikut tenggelam. Apabila arah gerakan kepala terus berlanjut, cairan akan mengikuti arah arusnya dan sel
rambut kembali ke posisi tegak. Apabila rotasi kepala perlahan dan berhenti, cairan endolimfe akan terus
bergerak ke arah tersebut dan sel rambut turut ikut tenggelam ke arah gerakan cairan.
Percobaan terakhir terhadap kanalis semisirkularis horisontalis sebenarnya mirip dengan
percobaan no. 1.Aliran cairan endolimfe yang tidak seimbang dapat menyebabkan seseorang tidak
mampu untuk berjalan lurus.Sewaktu diputar, cairan endolimfe yang mulai bergerak. Setelah putarannya
berhenti, cairan endolimfe akan tetap meneruskan pergerakannya dan mengikuti arah putaran untuk
beberapa saat. 1
8
II. Kesimpulan
Perubahan aliran cairan endolimfe yang terjadi pada kanalis sirkularis mengakibatkan badan
menjadi tidak seimbang.
Pemeriksaan Pendengaran
I. Tujuan
Menguji kemampuan konduksi dan persepsi pendengaran
II. Alat dan Bahan1. Penala (frekuensi 256 atau 512 Hz)
2. Kapas
III. Cara KerjaA. Cara Rinne
1. Getarkan penala dengan memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan.
2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus pada telinga OP.
3. Tanyakan kepada OP apakah dia mendengar bunyi penala mendengung.
4. Setelah OP tidak mendengarkan bunyi lagi, angkatkan penala dan letakkan ujung jari penala ke
liang telinga OP sedekat-dekatnya.
5. Jika OP masih mendengarkan dengungan secara hantaran aerotimpanal, hasil ujian Rinne positif.
6. Sebaliknya, hasil ujian Rinne6 negatif jika OP tidak mendengarkan dengungan secara hantaran
aerotimpanal.
B.Cara Weber
1. Getarkan penala dengan memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan.
2. Ujung tangkai penala ditekan pada dahi OP di garis median.
3. Tanyakan kepada OP apakah dia mendengar bunyi penala sama kuat di kedua telinga atau terjadi
lateralisasi pada salah satu telinga.
9
4. Ulangi pemeriksaan dengan menutup salah satu telinga OP dengan kapas untuk menimbulkan
lateralisasi buatan.
C.Cara Schwabach
1. Getarkan penala dengan memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan.
2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus pada telinga OP.
3. Pemeriksa segera memindahkan penala ke processus mastoideusnya sendiri setelah OP tidak
mendengarkan bunyi dengungan penala.
4. Telinga pemeriksa dianggap normal.
5. Jika dengungan penala dinyatakan berhenti oleh OP tetapi masih kedengaran oleh pemeriksa,
hasil ujian adalah Schwabach memendek.
6. Jika dengungan penala dinyatakan berhenti oleh OP dan pemeriksa juga tidak mendengarkan
dengungan penala, hasil ujian adalah Schwabach normal atau Schwabach memanjang.
7. Lakukan pemeriksaan lanjutan dengan mengulangi ujian Schwabach mulai dari pemeriksa pula.
8. Jika dengungan penala dinyatakan berhenti oleh pemeriksa tetapi masih kedengaran oleh OP,
hasil ujian adalah Schwabach memanjang.
9. Jika dengungan penala dinyatakan berhenti oleh pemeriksa dan OP juga tidak mendengarkan
dengungan penala, hasil ujian adalah Schwabach normal.
Hasil Percobaan
Pemeriksaan Telinga yang diperiksa Pembanding
(telinga
pemeriksa)
Hasil
pemeriksaan
Pemeriksaan Rinne Telinga kiri Positif
Telinga kanan posistif
Pemeriksaan Weber Telinga kiri ditutup
kapas
Lateralisasi
telinga kiri
Telinga kanan ditutup
kapas
Lateralisasi
telinga kanan
Kedua telinga tidak
ditututp kapas
Tidak ada
lateralisasi
Pemeriksaan Schwabach Telinga kiri Sama dengan Schwabach
10
pemeriksa normal atau
memanjang
Telinga kanan Sama dengan
pemeriksa
Schwabach
normal atau
memanjang
IV. PembahasanTelinga adalah adalah organ pendengaran yang mengubah gelombang bunyi menjadi sinyal
saraf yang akan dihantar ke korteks auditorik untuk diterima sebagai rangsang bunyi.
Penerimaan gelombang suara bermula pada aurikula dan disalurkan melalui kanalis telinga.
Gelombang bunyi akan menggetarkan membran timpani yang menutupi kanalis telinga
hingga mampu menghasilkan getaran yang berbeda bagi setiap gelombang bunyi dengan
perbedaan frekuensi kecil atau besar. Getaran ini seterusnya mengetarkan osikula telinga
yaitu maleus, inkus dan stapes dan menggetarkan jendela oval dengan kekuatan yang jauh
lebih besar dari getaran pada membran timpani untuk menghasilkan gelombang pada cairan
di dalam koklea. Cairan tersebut akan menggetarkan membrana basilaris, menyebabkan
organ corti bergetar dan membengkokkan rambut di sel-sel rambut. Karena rambut-rambut
dari sel resptor terbenam di dalam membrana tektorial yang kaku, rambut tersebut
membengkok ke depan dan belakang menyebabkan saluran ion gerbang mekanis di sel-sel
rambut terbuka dan tertutup secara bergantian sehingga timbul perubahan potensial
depolarisasi dan hiperpolarisasi.1 Ini mengakibatkan penghasilan potensial reseptor pada sel
reseptor merambat sepanjang saraf auditorius hingga diterima di korteks auditori pada lobus
temporalis untuk persepsi suara tersebut.
Gangguan pendengaran atau ketulian adalah kekurangan pada kemampuan telinga untuk
mendengar dengan adekuat.dibagikan kepada dua yaitu gangguan konduksi dan sensorineural atau
persepsi. Gangguan konduksi terjadi apabila gelombang suara tidak dihantar dari telinga luar dan tengah
dengan mencukupi untuk menggetarkan cairan pada bagian telinga dalam yang disebabkan oleh sumbatan
kotoran telinga, ruptur membran timpani atau hambatan pergerakan osikula. Gangguan persepsi pula
terjadi karena terjadinya kerusakan neural pada organ corti, saraf auditorius atau jalur auditorius
asendens.1
Cara Rinne,
11
OP akan diuji kekuatan hantaran pendengaran aerotimpanal dan hantaran tulang. Ketika ujung tangkai
penala diletakkan pada processus mastoideus, penghantaran gelombang bunyi melalui getaran pada
tulang yang berhampiran dengan telinga atau hantaran tulang. Apabila ujung penala diletakkan
berdekatan dengan liang telinga, gelombang bunyi dihantar melalui udara secara langsung memasuki
liang telinga hingga ia dapat menggetarkan membran timpani. Ini adalah hantaran
aerotimpanal.Kekuatan hantaran aerotimpanal lebih kuat berbanding hantaran tulang. Pada OP yang
memiliki pendengaran normal, setalah dengungan penala yang diletakkan pada processus mastoideus
berhenti, dia mendengar kembali dengungan penala saat penala tersebut dialihkan berdekatan dengan
liang telinganya. Ini dapat dijadikan patokan untuk menentukan sama ada OP mengalami gangguan
konduksi pada pendengaran atau tidak. Walau bagaimanapun, percobaan Rinne saja masih belum
cukup bagi pemeriksa untuk menentukan jenis gangguan yang benar-benar mengganggu pendengaran
OP. Pemeriksaan lanjutan dengan Percobaan Weber dan Schwabach dapat dijadikan dukungan hasil
dari percobaan Rinne.2
Cara Weber
lateralisasi pada pendengaran OP yang akan diuji. Lateralisasi adalah ketidakseimbangan kekuatan
pendengaran pada telinga OP baik dari sebelah kanan atau kiri. Dalam arti kata lain, kekuatan
pendengaran OP menjadi asimetri. Dalam percobaan ini, ujung tangkai penala diletakkan pada bagian
sagital atau median kepala.Antara posisi yang sesuai penala ditempatkan adalah di bagian dahi dan
puncak kepala atau verteks karena kedua bagian ini dapat dijadikan garis simetri yang membagikan
kepala kedua bagian kiri dan kanan.2 Pada OP yang normal tidak terjadi lateralisasi. Telinganya
menerima bunyi dengan kekuatan yang sama pada kedua bagian telinga. Bagi yang mengalami
lateralisasi positif kanan, dengungan lebih kuat didengari pada telinga sebelah kanan. Jika ia lebih
kuat pada telinga sebelah kiri, OP mengalami lateralisasi positif kiri. Gelombang bunyi lebih kuat
dirasakan pada bagian yang perambatannya dominan dan bagian yang mengalami gangguan adalah
bagian yang lebih lemah.Percobaan Weber boleh menguatkan lagi hasil yang didapatkan dari
percobaan Rinne dengan menutup salah satu bagian telinga dengan kapas bagi menghasilkan tuli
buatan.Bagian telinga yang ditutup seharusnya mengalami lateralisasi.OP yang mendapat hasil
lateralisasi positif mengalami gangguan persepsi atau sensoneural pada arah telinga normal. 2
Manakala, telinga yang mendengar bunyi dengan lebih kuat mengalami gangguan konduksi jika hasil
ujian Rinne negatif pada bagian tersebut.
Cara Schwabach
12
pendengaran OP dibanding dengan pendengaran pemeriksa. Dalam percobaan ini, pemeriksa mestilah
memiliki pendengaran normal. Percobaan Schwabach bertujuan menentukan sama ada gangguan
yang terjadi pada pasien adalah gangguan konduksi atau persepsi. Dalam percobaan ini, ia
memberikan hasil normal apabila kedua OP dan pemeriksa tidak mendengarkan dengungan penala.
Tetapi pemeriksaan ini harus dilakukan dua kali; dari OP ke pemeriksa dan pemeriksa ke OP. Ini
bertujuan supaya gangguan pendengaran yang berlaku tidak berpunca daripada pemeriksa dan
seterusnya memberikan dampak terhadap hasil ujian.2 Jika OP mendengar dengungan penala tetapi
pemeriksa tidak mendengarkannya, pendengaran OP adalah Schwabach memanjang dan dia
mengalami gangguan konduksi. Sebaliknya, apabila OP tidak mendengar dengungan penala tetapi
pemeriksa mendengarkannya, pendengaran OP adalah Schwabach memendek dan dia mengalami
gangguan persepsi.
Kesimpulan
Gangguan pendengaran yang bersifat konduksi dan persepsi dapat diketahui dengan menguji OP dengan
rangkaian ujian Rinne, Weber dan Schwabach.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002. Halaman 180-9.
2. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008. Halaman 190-193.