34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai determinan seperti faktor biologis, psikologis, keluarga, sosial, dan budaya. 1 Menurut World health organization (WHO), diperkirakan 1 juta orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun. Tingkat bunuh diri global diperkirakan 14 kematian akibat bunuh diri per 100.000 penduduk. 2 Pada individu dalam kelompok usia 10-24 tahun, bunuh diri menyebabkan penyebab kematian kedua tertinggi secara global sesudah kecelakaan lalu lintas. 3 Gangguan mood merupakan penyebab utama perilaku bunuh diri pada dewasa muda, dengan depresi sebagai penyebab dari setidaknya setengah dari total kematian akibat bunuh diri. Sekitar 90% pasien dengan perilaku bunuh diri memiliki penyakit psikiatri , dan 60% pasien dengan perilaku bunuh diri memiliki gangguan mood saat melakukan bunuh diri. Diantara gangguan mood yang ada, MDD merupakan gangguan dengan asosiasi paling kuat terhadap perilaku bunuh diri. 3 , 4 Interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif menentukan kerentanan seseorang individu untuk mengembangkan perilaku bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri menggambarkan kerentanan seseorang terhadap perilaku bunuh diri dan faktor ini melibatkan faktor sosio-demografis, faktor keluarga, faktor individual, dan faktor lingkungan. Faktor protektif sama seperti faktor risiko merupakan faktor yang terkait 1

Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

faktor untuk mencegah bunuh diri pada dewasa muda

Citation preview

Page 1: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai determinan

seperti faktor biologis, psikologis, keluarga, sosial, dan budaya.1 Menurut World health

organization (WHO), diperkirakan 1 juta orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun.

Tingkat bunuh diri global diperkirakan 14 kematian akibat bunuh diri per 100.000 penduduk.2

Pada individu dalam kelompok usia 10-24 tahun, bunuh diri menyebabkan penyebab

kematian kedua tertinggi secara global sesudah kecelakaan lalu lintas.3 Gangguan mood

merupakan penyebab utama perilaku bunuh diri pada dewasa muda, dengan depresi sebagai

penyebab dari setidaknya setengah dari total kematian akibat bunuh diri. Sekitar 90% pasien

dengan perilaku bunuh diri memiliki penyakit psikiatri , dan 60% pasien dengan perilaku

bunuh diri memiliki gangguan mood saat melakukan bunuh diri. Diantara gangguan mood

yang ada, MDD merupakan gangguan dengan asosiasi paling kuat terhadap perilaku bunuh

diri.3, 4

Interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif menentukan kerentanan seseorang

individu untuk mengembangkan perilaku bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri

menggambarkan kerentanan seseorang terhadap perilaku bunuh diri dan faktor ini melibatkan

faktor sosio-demografis, faktor keluarga, faktor individual, dan faktor lingkungan. Faktor

protektif sama seperti faktor risiko merupakan faktor yang terkait dengan tingkat stress

seseorang. Faktor protektif terkait dengan daya tahan (resilience) dalam menghadapi stress.

Daya tahan dapat juga diartikan sebagai fleksibilitas kognitif yang menghasilkan solusi

alternative sebagai bentuk penyesuaikan diri dalam situasi hidup yang sulit. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam upaya mengurangi angka perilaku bunuh diri pada dewasa muda,

selain upaya untuk mengurangi faktor risiko, pengembangan faktor protektif juga penting.

Diharapkan faktor protektif yang cukup pada suatu individu dapat mengurangi efek negatif

dari faktor risiko sehingga perilaku bunuh diri dapat dicegah.1, 5

1.2. Tujuan penulisan

1.2.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor protektif yang berperan untuk mencegah perilaku bunuh diri

pada dewasa muda dengan depresi.

1

Page 2: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

1.2.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui gangguan depresi pada dewas muda.

2. Megetahui perilaku bunuh diri pada dewasa muda.

3. Mengetahui faktor protektif dalam mencegah bunuh diri pada dewasa muda

dengan depresi dan penerapannya dalam situasi klinis maupun komunitas.

1.3. Manfaat penulisan

1.3.1. Bagi Bidang Akademik

Penulisan referat ini bermanfaat untuk memberikan informasi seputar faktor

protektif untuk mengurangi perilaku bunuh diri pada dewasa muda dengan depresi.

1.3.2. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi serta meningkatkan ilmu pengetahuan

masyarakat mengenai faktor protektif untuk perilaku bunuh diri pada dewasa muda

sehingga masyarakat dapat menerapkannya pada orang disekitar mereka.

2

Page 3: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunuh Diri dan Depresi

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai determinan

seperti faktor biologis, psikologis, keluarga, sosial, dan budaya. Gangguan mental

merupakan determinan yang paling sering diasosiasikan dengan perilaku bunuh diri. Dari

berbagai gangguan mental yang ada, gangguan mood merupakan penyebab utama perilaku

bunuh diri. Berbagai penelitian telah membuktikan asisoasi antara gejala depresif, ide untuk

bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.1

2.2 Gangguan Depresi pada Dewasa Muda

2.2.1 Definisi

Gangguan Depresi didefinisikan sebagai sekumpulan gejala spesifik yang

menyebabkan gangguan fungsi. Ada dua sistem klasifikasi yang dapat digunakan untuk

mendefinisikan depresi yaitu international classification of diseases-10 (ICD-10) dan the

American diagnostic and statistical manual disorders-IV (DSM-IV), Kedua sistem ini

memiliki definisi mengenai depresi yang mirip. Ada sedikit perbedaan mengenai tanda

klinis dan kriteria diagnostic untuk depresi pada pasien dewasa muda dan pada pasien

dewasa menurut DSM-IV dimana keadaan iritabel dapat menggantikan mood depresif

sebagai gejala diagnostic utama (tabel 1). 6

Penggunaan kriteria DSM-IV sebagai kriteria diagnosis berhasil menemukan lebih

banyak pasien dengan major depressive disorder dibandingkan dengan penggunaan

kriteria diagnostic ICD-10 (24% tidak memiliki episode depresi karena tidak memenuhi

kriteria dua gejala yang harus muncul dari empat gejala). Dengan menggunakan kriteria

DSM-IV sebagai standar emas, maka kriteria ICD-10 memiliki sensitivitas sebesar 76%

dan spesifisitas sebesar 99% untuk mendiagnosis pasien dengan major depressive

disorder. 4 Perbedaan kriteria diagnostic MDD berdasarkan DSM-IV dan ICD-10 dapat

dilihat di tabel 2.

3

Page 4: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Tabel 1. Perbandingan kriteria diagnosis gangguan depresi pada dewasa muda dan dewasa

berdasarkan DSM-IV

Pada dewasa muda Pada dewasa

Major depressive

disorder

Gangguan mood iritabel dan

gagal mencapai berat badan

yang diinginkan termasuk

dalam kriteria diagnosis

Hanya gangguan mood

depresi atau kehilangan

minat dan kesenangan yang

termasuk kriteria depresif

Dysthymic disorder Gejala klinis muncul paling

tidak selama satu tahun

Gejala klinis muncul paling

tidak selama dua tahun

Tabel 2. Perbedaan antara kriteria diagnostic DSM-IV dan ICD-10 untuk major depressive

disorder

DSM-IV ICD-10

Major depressive

disorder

Memerlukan lima gejala

yang salah satunya harus

mencakup mood depresif,

mood iritabel atau hilangnya

minat dan kesenangan

selama 2 minggu

Memerlukan setidaknya

empat gejala, yang mana dua

dari berikut harus muncul :

mood depresi, hilangnya

minat atau kesenangan,

menurunnya energy atau

mudah lelah.

Gangguan depresi berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders 4th edition (DSM-IV) mencakup beberapa kategori gangguan yaitu : major

depressive disorder (MDD), dysthymic disorder, dan depressive disorder not otherwise

specified. Untuk dapat dimasukkan dalam gangguan depresif, tidak boleh ada riwayat

pernah terdiagnosis dengan manik atau episode hipomanik.

2.2.1.1 Kriteria Diagnositis DSM-IV untuk Major Depressive Disorder pada

Anak dan Dewasa Muda

1. Paling tidak terdapat satu episode depresi major yang disertai dengan mood

depresi atau iritabel atau hilangnya minat dan kesenangan yang berlangsung

selama minimal 2 minggu.

4

Page 5: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

2. Paling tidak terdapat empat dari berikut :

a) Berat badan menurun, berat badan bertambah, gagal mencapai berat badan

yang diinginkan atau perubahan nafsu makan

b) Insomnia atau hypersomnia

c) Agitasi psikomotor atau retardasi

d) Energy yang dirasakan berkurang

e) Perasaan tidak berharga

f) Rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai

g) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi atau

mengambil keputusan

h) Muncul pikiran berulang mengenai kematian, muncul ide-ide bunuh diri

yang berulang, atau percobaan bunuh diri atau rencana bunuh diri

Gejala ini harus menyebabkan gangguan fungsi atau menyebabkan distress yang

signifikan secara klinis

2.2.1.2 Kriteria Diagnosis DSM-IV intuk Gangguan Distimik pada Anak Dan

Dewasa Muda

1. Mood depresi kronis atau mood iritabel kronis yang muncul paling tidak

selama 1 tahun

2. Ada paling tidak dua dari gejala berikut :

a) Perubahan nafsu makan

b) Insomnia atau hypersomnia

c) Merasa leams atau kurang energy

d) Kurang percaya diri

e) Sulit konsentrasi atau sulit mengambil keputusan

f) Merasa tidak berdaya

Dalam periode 1 tahun tersebut, pasien anak atau dewasa muda ini tidak pernah

terlepas dari gejala depresif selama lebih dari dua bulan dalam setahun tersebut.

5

Page 6: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

2.2.1.3 Kriteria Diagnosis DSM-IV intuk Depressive Disorder not Otherwise

Spesified

1. Terdapat mood depresi atau mood iritabel yang berlangsung selama 2 minggu

dengan beberapa gejala dari major depressive disorder tapi dengan kurang

dari 5 gejala yang diperlukan untuk diagnosis major depressive disorder. 4

Diantara gangguan lain yang termasuk dalam kelompok gangguan depresif, MDD

merupakan gangguan depresif yang paling sering ditemukan pada dewasa muda, untuk

bagian selanjutnya dari refrat ini, penggunaan kata “depresi” mengacu pada MDD. 3

2.2.2 Epidemiologi

Prevalensi depresi pada anak-anak adalah sekitar 2%. Pada dewasa muda terdapat

peningkatan prevalensi depresi menjadi 8%. Pada anak-anak, prevalensi depresi untuk

kedua jenis kelamin sama yaitu 1:1, dan begitu mengalami pubertas dewasa muda

perempuan menjadi 2-3 kali lebih mungkin mengalami depresi daripada dewasa muda

pria. Saat mencapai usia 18 tahun insidensi kumulatif depresi mencapai 20%. 4

Peningkatan prevalensi depresi pada dewasa muda yang sudah mengalami pubertas

diduga disebabkan oleh perubahan biologis dan perubahan sosial yang terjadi karena

maturasi otak dan fungsi kognitif begitu mencapai pubertas. Perubahan ini mencakup

meningkatnya pemahaman sosial dan kesadaran diri, serta perubahan di sirkuit otak yang

bertanggung jawab dalam mengeatur respons terhadap reward and danger, dan

peningkatan kadar stress terutama pada dewasa muda perempuan. Penelitian pada

binatang menunjukkan peningkatan kadar estrogen meningkatkan respons stress di

korteks prefrontal, sehingga diduga depresi berhubungan langsung dengan perubahan

hubungan hormone-otak sesudah pubertas. 6

2.2.3 Etiologi

2.2.3.1 Genetik

Faktor prediktif utama untuk anak atau dewasa muda untuk mengalami depresi

adalah adanya anggota keluarga lain yang memiliki gangguan depresi. Jika orang

tuanya memiliki gangguan depresi, anaknya akan lebih mungkin untuk mengalami

ganggua depresi (odds ratio = 2,12). Semakin muda usia orang tua pasien saat onset

depresi muncul, maka semakin tinggi risiko anaknya untuk terkena gangguan depresi.

6

Page 7: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Depresi pada orang tua juga diasosiasikan dengan keparahan penyakit yang semakin

berat, durasi episode depresi yang lebih panjang, lebih banyak gangguan fungsi, dan

rekurensi depresi pada keturunan selanjutnya juga akan semakin sering. Penelitian

pada anak kembar menjunjukkan bahwa depresi diturunkan dengan tingkat 31-42%.

Faktor utama yang dikaitkan dengan depresi pada dewasa muda adalah faktor genetic,

sedangkan faktor lingkungan memainkan peranan yang lebih besar pada depresi di

anak-anak. Beberapa penelitian sudah mencoba untuk mengidentifikasi gen spesifik

yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap depresi, akan tetapi belum ada

penebuan berarti yang ditemukan.6, 4

2.2.3.2 Neurobiologi

Penelitian neuroendokrin menunjukkan adanya gangguan pada hypothalamic-

pituitary-adrenal (HPA) axis pada dewasa muda yang mengalami depresi. Peranan

hypothalamic-pituitary-thyroid (HPT) axis pada depresi di dewasa muda masih perlu

diteliti lebih lanjjut. Penelitian neuroimaging pada dewasa muda dengan depresi

menunjukkan ukuran bagian subgenual dari korteks prefrontal kiri pada dewasa muda

perempuan, disertai volume susbtansia nigra di lobus frontalis yang lebih besar dan

volume ventrikel lateral yang lebih besar. Dewasa muda dengan depresi juga memiliki

amigdala kiri dan kanan yang lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

2.2.3.3 Lingkungan

Faktor keluarga seperti penggunaan obat-obatan terlarang oleh orang tua,

hubungan yang buruk antara ibu dan ayah, konfik antara orang tua dan anak, serta

hubungan antar anggota keluarga yang kurang dekat merupakan faktor risiko untuk

depresi pada dewasa muda. Stresor lainnya seperti pernah dianiaya dan kematian

orang tua, kebiasaan merokok, penyakit fisik dan gangguan fungsional juga

diasosiasikan sebagai faktor risiko depresi pada dewasa muda. Depresi berat yang

muncul terus menerus dapat disebabkan oleh stressor dari lingkungan. 4, 3

2.2.3.4 Kognisi

Dewasa muda yang mengalami depresi dapat memiliki pandangan negative

terhadap diri sendiri, terhadap dunia, dan masa depan. Mereka memiliki pandangan

dan perilaku negatif dan mereka menyalahkan diri sendiri ketika terjadi hal negatif

dalam hidup. Rasa kurang percaya diri, perasaan tidak berharga, dan perasaan tidak

7

Page 8: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

kompeten merupakan hasil akhir dari gangguan kognitif yang terjadi.Kombinasi

antara kejadian hidup yang berat (stressful life events) dan konsep mengenai diri

sendiri yang negatif merupakan faktor prediktif depresi pada dewasa muda. 4

2.2.4 Perjalanan klinis Depresi pada dewasa muda

Gejala klinis depresi pada dewasa muda menyerupai depresi pada dewasa, tetapi

secara umum gejalanya lebih ringan. Gejala dapat muncul sebagai gangguan nafsu makan

atau perubahan berat badan dan perasaan tidah berharga dan rasa bersalah pada dewasa muda

perempuan. . Untuk perempuan, episode pertama depresi biasanya muncul saat menarche.

Riskiko terkena depresi lebih tinggi pada perempuan yang mengalami menarche terlalu awal

atau terlambat. Biasanya episode pertama depresi pada dewasa muda muncul sekitar usia 15

tahun. 3

Dewasa muda dengan depresi lebih sering menunjukkan mood iritabel dibandingkan

depresi, biasanya mereka tidak sadar akan keadaan iritabel yang mereka alami maupun

dampaknya terhadap interaksi dengan orang lain. Meskipun pada sebagian dewasa muda

yang memiliki tilikan terhadap iritabilitasnya mengaku bahwa hal-hal penting maupun tidak

penting dapat membuat mereka menjadi marah. Hilangnya minat dan kegembiraan dapat

disadari ketika pasien mulai menarik diri dari lingkungan pergaulan sekolah, kegiatan

olahraga, dan teman-teman. Gangguan tidur sering dijumpai pada dewasa muda dengan

depresi terutama suling memulai tidur dimalam hari. Penurunan berat badan lebih sering

dijumpai daripada berat badan yang meningkat. Dewasa muda dengan depresi juga sering

merasa lelah dan seringkali tidur siang sesudah pulang dari sekolah. Seringkali juga terjadi

gangguan konsentrasi sehingga nilai disekolah menjadi menurun. Orang tua dari anak atau

dewasa muda dengan depresi seringkali tidak mengenali gejala dari depresi pada anaknya,

tapi mereka merasakan kesulitan dalam berinteraksi dengan anak yang sangat iritabel.

Jika depresi terjadi pada anak, maka anak tersebut seringkali mendeskripsikan

perasaan tidak berharga sebagai tidak ada orang yang menyukai dirinya, termasuk juga

keluarga, teman, dan gurunya. Percobaan bunuh diri dan gejala psikotik lebih sering ditemui

pada depresi di dewasa muda dibandingkan depresi di anak-anak. 4

Depresi pada dewasa muda dapat mengganggu sekolah dan fungsi sosial. Perlu

diperhatikan bahwa depresi diasosiasikan dengan perilaku berbahaya pada dewasa muda,

seperti mulai merokok karena pengaruh teman lebih sering ditemukan pada dewasa muda

8

Page 9: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

dengan gangguan depresi dan gangguan cemas. Dewasa muda perempuan dengan gangguan

depresi juga lebih mungkin untuk minum minuman beralkohol, mabuk-mabukan, keluar dari

sekolah, merokok, dan mengalami kekerasan fisik maupun seksual. Hal yang paling

berbahaya dari gangguan depresi pada dewasa muda adalah peningkatan risiko munculnya

pikiran atau keinginan untuk melukai dirinya sendiri. 3 Biasanya anak dan dewasa muda

dengan depresi dievaluasi karena menurunnya nilai-nilai disekolah, penggunaan obat-obatan

terlarang, percobaan bunuh diri, atau perubahan perilaku. 4

2.2.5 Diagnosis

Gangguan depresi masih sering under-diagnosed, pekerja kesehatan yang sedang

berhadapan dengan dewasa muda perlu lebih waspada akan kemungkinan diagnosis depresi,

terutama pada kelompok berisiko tinggi.Screening pada individu dengan risiko tinggi lebih

direkomendasikan daripada screening pada populasi umum. Gambar 1 menunjukkan proses

untuk mendeteksi depresi pada populasi dewasa muda untuk di pelayanan kesehatan primer. 6

9

Page 10: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

10

Gambar 1 : Deteksi depresi pada dewasa muda dalam layanan kesehatan primer.

*pasien dengan skor < 2, biasanya tidak memerlukan tindakan lebih lanjut

Page 11: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Kuesioner yang digunakan mencakup metode screening yang cepat dan ekonomis.

Patient health questionnaire-2 (PHQ-2) (gambar 2) merupakan cara yang banyak digunakan

untuk screening depresi pada dewasa muda di layanan kesehatan primer (sensitivitas 83%;

spesifisitas 92%).6, 7 Selain PHQ-2 ada juga kuesioner PHQ-9 yang terdiri dari 9 pertanyaan,

PHQ 9 digunakan untuk konfirmasi depresi (sensitivitas 88%; spesifisitas 88%) pada pasien

yang hasil kuesiner PHQ-2nya menunjukkan tanda tanda depresi.

11

Gambar 2. Patient Health Questionnaire-2 (PHQ-2) 7

Kuestioner ini digunakan untuk screening awal untuk mendeteksi major depressive disorder

Page 12: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Untuk individu dengan hasil skor pengisian kuesioner diatas nilai cutoff pada gambar

1, diperlukan pemeriksaan klinis lebih lanjut harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis

depresi. Pemeriksaan ini mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai tanda-tanda lain depresi

sesuai kriteria dari ICD10 atau DSM-IV, disertai durasi munculnya gejala, keparahan, dan

juga keterbatasan lain yang dialami individu tersebut. Dalam melakukan wawancara pada

pasien dewasa muda yang dicurigai mengalami depresi, terkadang perlu dilakukan

wawancara tanpa orang tua. Informasi yang disediakan olah orang tua atau wali juga penting

karena diagnosis berdasararkan keterangan dari berbagai informan menunjukkan tingkat

reliabilitas dan validitas yang lebih baik.6

2.3 Perilaku Bunuh Diri pada Dewasa Muda

2.3.1 Definisi

Perilaku bunuh diri merupakan suatu spektrum yang mencakup ide bunuh diri,

percobaan bunuh diri, dan bunuh diri yang berhasil. Ide bunuh diri yang dimaksud bisa

berupa pikiran pasif untuk mati (misalnya : mungkin sebaiknya aku mati saja), atau

berupa ide positif (misalnua : aku mau bunuh diri), sampai ide yang disertai dengan

perencanaan (misalnya : aku mau bunuh diri dengan menggunakan senapan ketika

orangtuaku keluar rumah malam ini). Percobaan bunuh diri merupakan tindakan yang

melukai diri sendiri akan tetapi tidak berakibat fatal, dan dapat ditemukan bukti baik

implisit maupun eksplisit bahwa individu tersebut berniat membunuh dirinya sendiri. Ide

bunuh diri dan percobaan bunuh diri dapat disebut juga perilaku bunuh diri non fatal

(non-fatal suicide behavior). 4, 5 Metode yang sering digunakan oleh dewasa muda dalam

melakukan percobaan bunuh diri adalah dengan overdosis, dan cara yang tersering

dilakukan selanjutnya adalah dengan mengiris pergelangan tangan. Meskipun seringkali

percobaan bunuh diri pada dewasa muda dilakukan dengan niat (intent) yang rendah,

ingesti acetaminophen diasosiasikan dengan risiko toksisitas pada liver dan fatalitas yang

tinggi tanpa penanganan medis yang tepat. Di Amerika metode yang seringkali

digunakan pada kejadian bunuh diri yang berhasil adalah dengan menggunakan senjata

api, diikuti oleh gantung diri, loncat dari tempat tinggi, keracunan karbon monoksida,

dan overdosis. 4

12

Page 13: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

2.3.2 Epidemiologi

Secara global, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada

individu dalam kelompok usia 10-24 tahun sesudah kecelakaan lalu lintas. Bunuh diri

merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi diantara kelompok usia 15 sampai 24

tahun di Amerika. Diantara dewasa muda dengan rentang umur 15 sampai 19 tahun,

tingkat bunuh diri yang berhasil adalah sebesar 3,52/100.000 untuk perempuan dan

12,65/100.000 populasi (U.S Department of Health and Human Services, 2004).4, 3 Laki-

laki dalam rentang usia 15-19 tahun memiliki tingkat bunuh diri 2,6 kali lebih tinggi

daripada perempuan dengan rentang usia yang sama.

Sekitar seperempat dewasa muda melaporkan pernah memikirkan ide bunuh diri.

Dan 15% melaporkan pernah merencanakan tindakan bunuh diri.3 Bunuh diri jarang

ditemukan pada populasi dengan usia dibawah 15 tahun (1,2 kematian akibat bunuh diri

per 100.000 anak laki-laki dengan usia 5-14 tahun)9. Rasio percobaan bunuh diri dan

bunuh diri yang berhasil pada kelompok dewasa muda diperkirakan sekitar 50:1 sampai

100:1. 8

Tingkat perilaku bunuh diri meningkat sesuai usia. Meningkatnya ide bunuh diri

sesuai usia ini sebanding dengan meningkatnya tingkat depresi pada dewasa muda

dibandingkan dengan kelompok anak. Meningkatnya tingkat percobaan dan bunuh diri

yang berhasil pada dewasa muda terjadi karena kelompok dewasa muda ini memiliki

kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakannya. Ide dan percobaan bunuh diri

juga lebih sering ditemui pada perempuan daripada laki-laki sesudah pubertas, mengikuti

pola yang sama dengan depresi. Akan tetapi bunuh diri yang berhasil jauh lebih sering

ditemukan pada laki-laki, mungkin karena tingkat penyalah gunaan obat-obatan yang

lebih tinggi dan tendensi untuk menggunakan cara bunuh diri yang lebih lethal.4

Untuk dewasa muda yang termasuk gay, lesbian, atau biseksual tingkat

percobaan bunuh dirinya jauh lebih tinggi, mencapai angka 20-42%. Penelitian juga

menunjukkan bahwa pada laki-laki gay/biseksual, tingkat percobaan bunuh dirinya

mencapai 28%, (dibandingkan 4,2% pada kelompok laki-laki heteroseksual) dan pada

perempuan yang lesbian percobaan bunuh dirinya sekitar 20,5%. (dibandingkan dengan

14,5% pada kelompok perempuan heteroseksual).

13

Page 14: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

Angka prevalensi bunuh diri pada dewasa muda sangat bervariasi di seluruh

dunia, ditemukan tingkat bunuh diri yang tinggi pada negara seperti Rusia, Ukraina,

Jepang, Finlandia, Hungaria, dan tingkat bunuh diri yang rendah pada negara Inggris,

Australia, dan Hongkong. Di China tingkat bunuh diri lebih tinggi di daerah pedesaan

dibandingkan daerah perkotaan, dan perempuan muda (usia 15-24 tahun) lebih mungkin

meninggal karena bunuh diri daripada laki-laki dengan rentang usia yang sama. Secara

global tingkat bunuh diri pada dewasa muda sudah berubah dalam dua dekade terakhir.

Pada tahun 1960an terjadi peningkatan kematian akibat bunuh diri sampai tahun 1990an,

diduga peningkatan ini terjadi karena meningkatnya peredaran obat-obatan terlarang dan

senjata api yang mudah diperoleh, kemudian terjadi penurunan kematian akibat bunuh

diri sejak awal tahun 1990an terutama pada laki-laki muda (usia 15-24 tahun). Penurunan

kematian akibat bunuh diri ini dikarenakan kontrol kepemilikan senjata api yang elbih

ketat dan meningkatnya pemberian obat SSRI. Sayangnya, tren ini sepertinya akan

kembali memburuk dengan melihat kondisi ekonomi global yang terus mengalami

resesi.4, 9

2.3.3 Faktor Risiko Bunuh Diri

Interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif menentukan kerentanan seseorang

individu untuk mengembangkan perilaku bunuh diri. Beberapa faktor risiko telah

dipelajari dan diketahi memiliki asosiasi yang signifikan dengan perilaku bunuh diri.

Faktor risiko bunuh diri menggambarkan kerentanan seseorang terhadap perilaku bunuh

diri dan faktor ini melibatkan faktor sosio-demografis, faktor keluarga, faktor individual,

dan faktor lingkungan.

Faktor risiko bunuh diri bersifat kumulatif, semakin banyak faktor risikonya, maka

kemungkinan perilaku bunuh diri akan semakin meningkat juga.. 5, 2

1. Faktor sosio-demografis

(a) Umur : 83% percobaan bunuh diri pada kelompok usia dewasa muda

muncul pada rentang usia 15-19 tahun. Penelitian oleh Brent et al. (1999)

menunjukkan percobaan bunuh diri pada kelompok usia yang lebih muda

menunjukkan niat (intent) untuk bunuh diri yang lebih rendah.

Meningkatnya tingkat bunuh diri pada kelompok usia ini terjadi karena

meningkatnya prevalensi psikopatologi lain seperti penyalahgunaan obat-

14

Page 15: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

obatan terlarang, dan juga niat bunuh diri yang lebih besar pada populasi

yang berusia lebih tua.

(b) Di Amerika, percobaan bunuh diri pada dewasa muda lebih sering ditemui

pada wanita dibandingkan dengan laki-laki

(c) Agama dan Ras : Tingkat bunuh diri pada dewasa muda dengan ras afrika

amerika lebih rendah dibandingkan ras berkulit putih. Hasil observasi juga

menunjukkan agama Hindu merupakan faktor risiko untuk perilaku bunuh

diri non fatal. Penyebab asosiasi ini masih belum dipelajari lebih lanjut.

(d) Sosioekonomi : Penelitian prospektif di New Zealand oleh Fergusson et al.

(2000) menunjukkan perilaku bunuh diri meningkat diantara dewasa muda

dari status sosioekonomi yang rendah.

2. Faktor Keluarga

a) Keluarga Disfungsional : Tingkat percobaan bunuh drii meningkat pada

dewasa muda berusia 15-24 tahun yang memiliki orang tua dengan

hubungan tidak harmonis. Penelitian menunjukkan kehilangan orang tua

krena perceraian diasosiasikan dengan meningkatnya resiko perilaku

bunuh diri non fatal, sedangkan kehilangan orang tua karena kematian

orang tua tidak behubungan dengan perilaku bunuh diri.

b) Psikopatologi dari Orang Tua : Tingkat percobaan bunuh diri cendering

meningkat pada dewasa muda dengan riwayat eksposur terhadap kondisi

psikopatologis orang tuanya, seperti depresi, penggunaan obat-obatan

terlarang dan perilaku antisosial

3. Faktor Individual

a) Penyakit Psikiatrik : Prediktor utama untuk perilaku bunuh diri pada

dewasa muda adalah adanya penyakit psikatrik. Meskipun kebanyakan

individu dengan penyakit psikiatri tidak meninggal karena bunuh diri,

tetapi beberapa penyakit psikatrik memiliki hubungan erat dengan

perilaku bunuh diri. Sekitar 90% pasien dengan perilaku bunuh diri

15

Page 16: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

memiliki penyakit psikiatri , dan 60% pasien dengan perilaku bunuh diri

memiliki gangguan mood saat melakukan bunuh diri. Diantara gangguan

mood yang ada, MDD merupakan gangguan dengan asosiasi paling kuat

terhadap perilaku bunuh diri. Randomized clinical trial mengenai

monoterapi antidepresan pada dewasa muda dengan major depressive

disorder, obsessive-compulsive disorder, dan gangguan psikiatri lainnya

menunjukkan bahwa antidepressant meningkatkan risiko bunuh

diri.Risiko perilaku bunuh diri pada pasien yang menggunakan

antidepresean adala hsekitar 4 %, meningkat dua kali dibandingkan

kelompok yang mendapatkan placebo, yang hanya sekitar 2%. Efek

antidepresan dalam memicu perilaku bunuh diri ini terkait dengan usia

dan meningkat pada dewasa muda dengan depresi. Data penelitian ini

harus diinterpretasikan dengan hati-hati, dokter harus tetap

mempertimbangkan keuntungan yang akan didapat dengan pemberian

obat antidepresi terutama jika pengobatan dilakukan bersamaan dengan

cognitive behavior therapy (CBT). Risiko bunuh diri yang menyertai

pemberian obat antidepresi ditemukan terutama pada 10-14 hari pertama

pemberian obat antidepresi, sedangkan pemberian jangka panjang obat

antidepresi menunjukkan menurunnya risiko perilaku bunuh diri

dibandingkan kelompok yang tidak mendapat pengobatan. The Food and

Drug Administration (FDA) dan the European Medicine Agency (EMA)

hanya merekomendasikan fluoxetine (Prozac) sebagai obat untuk depresi

pada anak dan dewasa muda. 4, 5, 2

Penggunaan obat-obatan terlarang meningkatkan risiko perilaku

bunuh diri sebesar 3.5-17 kali. Pasien dengan gangguan makan juga lebih

rentan meninggal karena bunuh diri. Penelitian case control tidak berhasil

menunjukkan asosiasi yang konsisten antara gangguan psikotik dan

perilaku bunuh diri pada dewasa muda. 5, 10

b) Faktor personalitas : Ada dua dimensi personalitas yang secara signifikan

meningkatkan risiko ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri yaitu

neurotisisme dan perilaku suka mengambil resiko (novelty/risk seeking

behaviour). Orang dengan gangguan personalitas yang tergolong dalam

cluster B seperti kepribadian antisosial dan borderline lebih rentan

16

Page 17: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

meninggal karena bunuh diri karena biasanya memiliki sifat agresif dan

impulsif. 5, 10

c) Riwayat Dianiaya : Tingkat percobaan bunuh diri meningkat 4,8 kali pada

dewasa muda yang pernah mengalami penganiayaan seksual. Riwayat

penganiayaan fisik juga dapat meningkatkan risiko perilaku bunuh diri

pada dewasa muda. 5, 9

d) Orientasi seksual : Risiko percobaan bunuh diri meningkat diantara

dewasa muda dalam kelompok gay, lesbian, atau biseksual.

e) Faktor Genetik : Riwayaat keluarga dengan perilaku bunuh diri

diasosiasikan dengan meningkatnya risiko percobaan bunuh diri pada

dewasa muda. Penelitian pada anak kembar dan hasil adopsi menunjukkan

faktor genetic berperan dalam transmisi perilaku bunuh diri dengan

perkiraan tingkat pewarisan 30-50%. 4, 5

f) Faktor Biologis : Penelitian enunjukkan bahwa kadar neurotransmitter 5-

HT yang rendah atau dibawah rata-rata diasosiasikan dengan risiko bunuh

diri yang meningkat.

g) Penyakit Medis Lainnya : Beberapa penyakit kronis dapat meningkatkan

risiko depresi dan perilaku bunuh diri, yaitu penyakit seperti diabetes dan

asma. Sesudah mengotrol faktor lain seperti usia, ras, depresi, dan

penggunaan alkohol, pasien yang memiliki penyakit medis memiliki risiko

yang lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri, dengan odds

ratio 4,75 untuk laki-laki, dan 1,6 untuk perempuan yang memiliki

penyakit medis lainnya.

4. Faktor lingkungan

a) Faktor yang terkait dengan masalah disekolah dan kelompok pertemanan

50% dari pelaku percobaan bunuh diri memiliki masalahj disekolah dalam

1 bulan terakhir. Memiliki teman yang meninggal karena bunuh diri juga

17

Page 18: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

merupakan faktor risiko yang signifikan untuk melakukan percobaan

bunuh diri.

b) Pengaruh Media : Publikasi media mengenai perilaku bunuh diri baik

dalam bentuk fiksi, berita, atau film documenter dapat memprovokasi

perilaku bunuh diri bagi individu yang rentan. Dewasa muda dewasa ini

lebih rentan terhadap pengaruh media karena semakin banyaknya website

pro-bunuh diri, sosial media, dan ruang chat online yang memungkinkan

para individu yang rentan ini saling mendukung untuk melakukan bunuh

diri.5, 9

c) Akses terhadap agen berbahaya: Di Amerika 60% bunuh diri pada dewasa

muda melibatkan senjata api, meskipun gantung diri merupakan penyebab

kematian utama di berbagai Negara lain. Penelitian-penelitian

menunjukkan asosiasi antara ketersediaan senjata api dan risiko bunuh diri

yang berhasil. Restriksi akses terhadap acetaminophen di inggris dan

prancis menurunkan kasus overdosis dan menurunkan angka mortalitas

akibat overdosis. 4, 5

d) Kejadian Hidup : Stressor psikososial terutama masalah dalam hubungan

dengan pacar merupakan faktor pemicu bunuh diri yang sering

ditemukan pada dewasa muda terutama pada kelompok usia dibawah 14

tahun dimana bunuh diri sering menyertai periode stress yang pendek dan

gangguan psikiatri jarang ditemukan.9

2.3.4 Faktor Protektif Perilaku Bunuh Diri pada Dewasa Muda

Faktor protektif sama seperti faktor risiko merupakan faktor yang terkait

dengan tingkat stress seseorang. Faktor protektif terkait dengan daya tahan

(resilience) dalam menghadapi stress sedangkan faktor risiko terkait dengan

kerentanan (vulnerability) terhadap stress. Kerentanan mempengaruhi respons

seseorang dalam menghadapi situasi penuh tekanan kearah yang negatif,

sedangkan daya tahan mempengaruhi respons orang tersebut kearah positif. Daya

18

Page 19: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

tahan dapat juga diartikan sebagai fleksibilitas kognitif yang menghasilkan solusi

alternative sebagai bentuk penyesuaikan diri dalam situasi hidup yang sulit.

Penelitian menunjukkan odds ratios faktor risiko untuk depresi dan perilaku

bunuh diri ternyata lebih besar nilainya dibandingkan faktor protektif terhadap

perilaku bunuh diri. Hal ini membuktikan pentingnya intervensi yang bertujuan

untuk mengurangi faktor risiko dalam situasi klinis. Meskipun demikian kita tidak

boleh menyimpulkan bahwa pengembangan faktor protektif pada dewasa muda

dengan depresi dan berisiko bunuh diri menjadi tidak penting. Faktor risiko bunuh

diri terakumulasi perlahan dalam beberapa tahun, jika faktor protektif juga ikut

dikembangkan, maka efek negatif dari faktor risiko dapat dicegah dan mengurangi

perilaku bunuh diri yang muncul.

Faktor protektif terhadap perilaku bunuh diri pada dewasa muda dengan

depresi mencakup

1. Productive coping

2. Alasan untuk hidup

3. Faktor spiritual dan agama

4. Sikap positif terhadap olahraga

5. Perhatian oleh keluarga dan orang tua

6. Kedekatan dengan keluarga

7. Mekanisme pertahanan diri

8. Kontrol diri

9. Kemampuan kognitif (kemampuan menyelesaikan masalah)

10. Rasa percaya diri

11. Pengharapan (hopefulness):

Productive coping merupakan salah satu faktor protektif yang memiliki peran

signifikan untuk dewasa muda dengan depresi ringan-sedang. Ada beberapa

strategi yang dapat digunakan sebagai productive coping. Strategi “fokus

memecahkan masalah” dan “bekerja keras untuk berprestasi” sering ditemukan

pada dewasa muda perempuan dengan depresi ringan-sedang. Strategi "fokus pada

hal positif” berhasil memberikan efek protektif bagi laki-laki dan perempuan

19

Page 20: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

dengan depresi. Memiliki setidaknya 5 alassan untuk hidup juga diasosiasikan

dengan risiko perilaku bunuh diri yang lebih rendah 1

Berbagai penelitian menunjukkan efek positif dari agama dan spiritualitas pada

keluaran psikologis diantara dewasa muda. Diduga hal ini terkait dengan rasa

percaya diri yang meningkat diantara dewasa muda yang beragama. Penjelasan

akan hal ini mungkin dikarenakan pada dewasa muda yang religious, lebih banyak

waktu dihabiskan bersama komunitas yang suportif, komunitas yang menghargai

nilai nilai positif pada manusia dan juga komunitas yang menawarkan support

dengan coping yang positif. Sehingga dewasa muda yang tumbuh dalam komunitas

ini merasa bahwa diri mereka adalah individu yang berharga. Konsep akan Tuhan

juga membuat seorang individu menghargai nilai dirinya sebagai ciptaan Tuhan

yang berharga. Metaanalisis juga membuktikan bahwa dewasa muda yang hidup

religius lebih jarang diasosaiskan dengan mood depresif.11 Olahraga sebagai

kegiatan fisik rekreasional merupakan faktor protektif yang signifikan pada dewasa

muda laki-laki tapi tidak pada perempuan. 1

Defisit pada kemampuan menyelesaikan masalah diasosiasikan dengan

perilaku bunuh diri, dikarenakan individu tersebut seringkali gagal untuk

menemukan alternative lain dalam menyelesaikan masalah hidup yang dihadapi

sehingga mereka melarikan diri dari masalah dengan melakukan bunuh diri. Rasa

percaya diri yang kurang dan tidak ada harapan akan masa depan berhubungan

erat dengan gangguan depresi sehingga rasa pecaya diri yang tinggi dan

pengharapan diasoasikan dengan tidak adanya gangguan depresi pada dewasa

muda tersebut sehingga berperan sebagai faktor protektif. 12

Faktor-faktor protektif tersebut dapat distimulasi oleh aktivitas bersama

komunitas ataupun dalam situasi klinis. Upaya untuk meningkatkan rasa percaya

diri seseorang, membantu pasien menggunakan mekanisme coping yang produktif,

dan mencari bantuan saat menghadapi masalah, melatih kemampuan komunikasi

dapat difasilitasi oleh kegiatan kelompok yang dilakukan pasien-pasien di klinik

maupun dalam komunitasnya. Dukungan dari keluarga dan juga teman-teman

merupakan faktor protektif yang penting, serta mendorong pasien untuk lebih taat

terhadap agamanya, serta memiliki anak dalam jumlah yang banyak dapat juga

berperan sebagai faktor protektif.2

20

Page 21: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai determinan

seperti faktor biologis, psikologis, keluarga, sosial, dan budaya. Gangguan mental, terutama

major depressive disorder merupakan determinan yang paling sering diasosiasikan dengan

perilaku bunuh diri. Secara global, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua tertinggi

pada kelompok usia 10-24 tahun sesudah kecelakaan lalu lintar. Tingkat perilaku bunuh diri

meningkat seiring bertambahnya usia, bunuh diri jarang ditemukan pada populasi dengan usia

dibawah 15 tahun, kemudian meningkat saat terjadinya pubertas. Meningkatnya jumlah

bunuh diri sesuai usia ini sebanding dengan meningkatnya tingkat depresi pada dewasa muda

jika dibandingkan dengan depresi pada kelompok anak.

Kerentanan seseorang yang dewasa yang depresi terhadap perilaku bunuh diri

ditentukan oleh interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif. Faktor protektif terkait

dengan daya tahan (resilience) seseorang dalam menghadapi stress dan dapat diartikan

sebagai fleksibilitas kognitif yang menghasilkan solusi alternative dalam menyesuaikan diri

dalam situasi yang hidup. Pengembangan faktor protektif pada dewasa muda dengan depresi

penting dilakukan , selain dengan mengurangi faktor risiko bunuh diri pada dewasa muda

yang rentan. Faktor protektif yang berkembang diharapkan dapatm necegah efek negatif dari

faktor risiko sehingga mengurangi perilaku bunuh diri yang muncul.

3.2 Saran

Mengingat prevalensi bunuh diri pada kelompok dewasa muda masih cukup tinggi,

maka sebaiknya para tenaga kesehatan di layanan kesehatan primer lebih waspada akan

kemungkinan terjadinya perilaku bunuh diri pada dewasa muda yang memiliki berbagai

faktor risiko. Upaya pencegahan perilaku bunuh diri pada kelompok yang rentan juga jangan

hanya focus dalam mengurangi faktor risiko saja, tapi sebaiknya juga dillakukan bersamaan

dengan pengembangan faktor protektif terhadap perilaku bunuh diri, sehingga efek negatif

dari faktor risiko dapat dikurangi dan perilaku bunuh diri dapat dihindari.

21

Page 22: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Breton J, Labelle R, Berthiaume C, Royer C, St-georges M, Ricard D, et al. Protective Factors

Against Depression and. 2015;60

2. Wasserman D, Rihmer Z, Rujescu D, Sarchiapone M, Sokolowski M, Titelman D, et al. The

European Psychiatric Association (EPA) guidance on suicide treatment and prevention. Eur

Psychiatry [Internet]. Elsevier Masson SAS; 2012 Feb

3. Hauenstein EJ. Depression in Adolescence. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs [Internet]. 2003

Mar;32(6):239–48.Available rom:

http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0884217515340533

4. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia. Kaplan and Saddock's Synopsis of Psychiatry. 11th

ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2015

5. Jena S, Sidhartha T. Non-Fatal Suicidal Behaviors in Adolescents. 2004;46(3):310–8.

6.Thapar A, Collishaw S, Pine DS, Thapar AK. Depression in adolescence. Lancet [Internet].

Elsevier Ltd; 2012 Mar 17 [cited 2015 Jan 22];379(9820):1056–67. Available from:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

artid=3488279&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

7.Thibault JM, William R, Steiner P. Efficient Identification of Adults with Depression and

Dementia.;2004;

8. Shain BN. Suicide and suicide attempts in adolescents. Pediatrics [Internet]. 2007 Sep [cited

2016 Jan 22];120(4):669–76. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17766542

9. Hawton K, Saunders KE a, O’Connor RC. Self-harm and suicide in adolescents. Lancet

(London, England) [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Jun 23 [cited 2015 Jun

26];379(9834):2373–82. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22726518

10. Turecki G, Brent D a. Suicide and suicidal behaviour. Lancet (London, England) [Internet].

Elsevier Ltd; 2015 Sep 15 [cited 2015 Dec 11];6736(15). Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26385066

22

Page 23: Faktor Protektif Terhadap Perilaku Bunuh Diri Karena Depresi Pada Dewasa Muda (Alvin Johan)

11. Yonker JE, Schnabelrauch C a, Dehaan LG. The relationship between spirituality and

religiosity on psychological outcomes in adolescents and emerging adults: a meta-analytic

review. J Adolesc [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Apr [cited 2016 Jan 28];356:299–314.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21920596

12. Goldston DB, Daniel SS, Reboussin B a, Reboussin DM, Frazier PH, Harris a E. Cognitive

risk factors and suicide attempts among formerly hospitalized adolescents: a prospective

naturalistic study. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry [Internet]. American Academy of

Child and Adolescent Psychiatry; 2001 Jan [cited 2016 Jan 28];401:91–9. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11195570

23