47
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KONTRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH TEUKU RAMLI NIM : 07C20101047 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS …repository.utu.ac.id/181/1/BAB I_V.pdf · SKRIPSI OLEH TEUKU RAMLI NIM : 07C20101047 Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS

    KONTRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP RETRIBUSI DAERAH

    DI KABUPATEN ACEH BARAT

    SKRIPSI

    OLEH

    TEUKU RAMLI

    NIM : 07C20101047

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2013

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS

    KONTRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP RETRIBUSI DAERAH

    DI KABUPATEN ACEH BARAT

    SKRIPSI

    OLEH

    TEUKU RAMLI

    NIM : 07C20101047

    Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi

    Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

    Meulaboh

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2013

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Konsekwensi otonomi daerah yang merupakan perwujudan dari Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan

    pembangunan dengan sistem desentralisasi, yakni pembangunan yang

    mengandung arti bahwa pembangunan daerah memberikan peluang dan

    kesempatan yang seluas - luasnya bagi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan

    baik (good governance) di bawah kendali kewenangan daerahnya sendiri.

    Maksudnya adalah daerah diberikan kesempatan seluas- luasnya untuk mengatur

    dan mengelola serta menggali sumber daya yang ada untuk meningkatkan

    penerimaan yang bersumber dari potensi lokal yang dimiliki, yang tujuannya

    adalah untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat pada umumnya.

    Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan

    kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal

    dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan

    prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah bukan semata-mata

    memanfaatkan dana transfer yang diperoleh dari pemerintah pusat saja, namun

    pembangunan daerah yang dimaksudkan adalah memberikan kesempatan yang

    seluas – luasnya kepada daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara

    baik dan benar serta bertanggungjawab yang ditujukan untuk kemajuan daerah

    dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

  • 2

    Pembangunan nasional dewasa ini meliputi segala bidang dan tentunya

    perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada khususnya

    maupun masyarakat pada umumnya. Pembangunan itu sendiri hanya dapat

    dilaksanakan apabila ada dana tersedia. Dana tersebut dapat diperoleh dari

    berbagai sumber baik dari dalam dan luar negeri, baik sektor swasta maupun

    pemerintah. Maka untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan

    daerah / kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber – sumber

    keuangannya seperti : pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumber –

    sumber pendapatan asli daerah, seperti yang tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun

    2004.

    Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan

    secara efektif dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu

    menciptakan dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan

    asli daerah. Salah satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang potensial

    adalah dari Retribusi Daerah, yang terdiri dari beberapa bagiannya antara lain

    retribusi pakir, retribusi persampahan, retribusi jasa kesahatan, retribusi pelayanan

    administrasi kependudukan, dan lain - lain. Prinsip otonomi daerah menggunakan

    otonomi seluas – luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan

    mengatur semua urusan pemerintah di luar menjadi urusan yang ditetapkan dalam

    Undang – undang ini.

    Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebagai bagian dari Provinsi Aceh juga

    mempunyai kewenangan yang sama untuk mengatur, mengurus, mengembangkan

    daerah dan masyarakatnya sesuai dengan kepentingan dan potensi daerahnya

    tanpa campur tangan pemerintah pusat. Salah satu kewenangan daerah yang

  • 3

    sangat menunjang demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat adalah keuangan

    daerah, supaya dapat terlaksana dengan baik, maka pengelolaan keuangan daerah

    harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Dalam usaha untuk mengembangkan dan membangun daerahnya,

    pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah berupaya untuk meningkatkan sumber –

    sumber pendapatan asli daerah yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

    Upaya tersebut dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber – sumber

    pendapatan asli daerah, agar pendapatan target tiap tahunnya dapat diikuti dengan

    pencapaian realisasi secara konsisten.

    Pemungutan Retribusi atas jasa pelayanan administrasi kependudukan di

    Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi yang luas,

    nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang dimaksud dalam undang-undang

    Nomor 32 tentang pemerintah daerah merupakan upaya pemerintah daerah dalam

    menggali dan mengembangkan potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh

    dana sehubungan dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan

    daerah.

    Pelayanan administrasi kependudukan adalah merupakan bagian dari sub

    sistem pelayanan publik penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah daerah,

    dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang

    administrasi kependudukan serta sebagai sumber Retribusi Daerah dalam

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    Administrasi kependudukan secara umum juga diartikan sebagai suatu

    usaha bagi masyarakat untuk mendapatkan indentitas sebagai warga Negara dan

    meningkatkan produktifitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara.

  • 4

    Dengan demikian administrasi kependudukan pada dasarnya dapat dikatakan

    sebagai usaha dasar untuk mendapatkan bukti sebagai warga Negara yang sah dan

    untuk meningkatkan sumber daya manusia, dan mengubah masa lampau yang

    buruk menjadi zaman baru yang lebih baik.

    Retribusi atas jasa pelayanan administrasi kependudukan adalah sebagai

    bagian Retribusi Daerah salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang

    bersumber dari masyarakat, yang merupakan bentuk pengabdian dan peran serta

    langsung masyarakat dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, juga

    merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

    Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

    kependudukan Pasal 32 menyatakan bahwa instansi pelaksana dalam pelayanan

    pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil adalah Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil yang selanjutnya disingkat Disdukcapil. Bentuk pelayanan

    pencatatan sipil meliputi : kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian,

    pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama,

    penambahan status kewarganegaraan, pembatalan perkawinan, pembatalan

    perceraian, peristiwa penting lainnya.

    Retribusi atas jasa pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten

    Aceh Barat adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata

    dan bertanggung jawab dan merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali

    dan mengembangkan potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana

    sehubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

    Dilihat pentingnya setiap warga terhadap pelayanan publik khusus

    pelayanan administrasi kependudukan pada dasarnya cukup memberi kontribusi

  • 5

    terhadap pendapatan atau penerimaan pendapatan dari pelayanan publik. Namun

    karena belum dikelola secara optimal baik dari perhitungan potensi yang dimiliki,

    pelaksanaan pemungutan serta pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang

    perlunya memperoleh administrasi kependudukan (akte kelahiran, akte

    perkawinan, kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan sebagainya), maka

    pendapatan dan penerimaan yang diperoleh kurang sesuai dengan potensi yang

    ada, sehingga nampak pendapatan dari pelayanan administrasi kependudukan

    belum mampu memberi kontribusi yang diharapkan khususnya dalam peningkatan

    pendapatan asli daerah.

    Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten

    Aceh Barat perlu memikirkan secara serius masalah – masalah yang erat

    hubungannya dengan pelayanan publik, dan berusaha melakukan upaya demi

    mengoptimalkan peningkatan penerimaan retribusi pelayanan administrasi

    kependudukan dapat memberi kontribusi yang besar dalam meningkatkan

    Pendapatan Asli Daerah.

    Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu

    karya ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Analisis

    Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Kontribusi Pelayanan

    Administrasi Kependudukan Terhadap Retribusi Daerah Di Kabupaten Aceh

    Barat ”.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 6

    1. Seberapa besar laju kontribusi pelayanan administrasi kependudukan

    terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat ?

    2. Berapa besar pengaruh efektivitas kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat ?

    1.3. Tujuan penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui berapa besar laju kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.

    2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan

    diadakannya penelitian ini :

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    1. Untuk memberikan masukkan berupa informasi pada kalangan akademik

    sebagai dasar penelitian selanjutnya serta memperoleh pemahaman yang

    mendalam mengenai kontribusi sektor pelayanan administrasi

    kepedudukan terhadap Retribusi Daerah dalam Meningkatkan PAD di

    Kabupaten Aceh Barat.

    2. Untuk menerapkan teori-teori yang didapat penulis selama mengikuti

    perkuliahan ke dalam praktek sehari-hari sehingga dapat menambah

  • 7

    pengetahuan dan wawasan penulis mengenai masalah yang akan dibahas

    dalam penulisan ini

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Bagi pemerintah daerah atau pihak yang lain yakni sebagai bahan

    informasi dan arahan yang baik untuk ke depan dari pemerinah Kabupaten Aceh

    Barat dan pihak lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini, sehingga dapat

    dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab

    dengan urutan sebagai berikut:

    Bagian pertama pendahuluan diuraikan tentang pokok-pokok pembahasan

    mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian terdiri atas manfaat teorotis dan manfaat praktis, dan sistematika

    penulisan.

    Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi Pengertian Kontribusi,

    Pengertian Retribusi Daerah, Objek Retribusi Daerah, Pengertian Administrasi

    Kependudukan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pendapatan Asli

    Daerah, Belanja Daerah, Sumber Pendapatan Asli Daerah, dan Otonomi Daerah,

    Perumusan Hipotesis.

    Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,

    data penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

    model analisis data, definisi operasional variabel, dan pengujian hipotesis.

  • 8

    Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistik deskriptif

    variabel penelitian, Perkembangan Kontribusi Pelayanan Administrasi

    Kependudukan, Perkembangan Retribusi Daerah, Hasil Pengujian Hipotesis, Hasil

    Penelitian, Analisis Koefisien Korelasi dan koefisien Determinasi dan Uji Regresi

    Linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial (Uji t).

    Bagian kelima Simpulan dan Saran menguraikan kesimpulan dan

    keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Kontribusi

    Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution

    maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.

    Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang

    bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak

    lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu

    berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan

    dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,

    seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana

    asri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi

    penduduk maupun pendatang. Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga

    berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan

    dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang

    spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan

    dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme,

    financial, dan lainnya (Suparmoko, 2006).

    Berdasarkan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat

    diartikan bahwa kontribusi sektor pelyanan administrasi kependudukan terhadap

    retribusi daerah dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten Aceh Barat

    adalah keterlibatan yang dilakukan oleh pelayanan publik melalui pemberian

    sumbangan kepada pendapatan asli daerah yang akan memberikan pengaruh

    dalam meningkatnya pendapatan asli daerah dan pembangunan daerah di

    Kabupaten Aceh Barat.

  • 10

    2.2. Pengertian Retribusi Daerah

    Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang cukup memiliki andil

    dalam pendapatan daerah yakni retribusi daerah atas jasa pelayanan publik. Sebab

    retribusi retribusi daerah merupakan sumber penerimaan terbesar terhadap

    pendapatan asli daerah. Untuk memperoleh gambaran tentang retribusi daerah

    terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud penerimaan retribusi daerah itu

    sendiri, dan perlu juga dibedakan pengertian pajak dan retribusi atas jasa

    pelayanan publik.

    Retribusi merupakan sumber penerimaan yang sudah umum bagi semua

    bentuk pemerintah daerah, bahkan ada beberapa daerah menjadikan retribusi

    sebagai sumber utama dari pendapatan daerahnya, berdasarkan UU Tahun 2004

    yang perubahan dari UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi

    daerah yang pada intinya mekanismi evaluasi retribusi untuk daerah diatur dengan

    peraturan daerah masing – masing daerah yang bersangkutan.

    Pengertian retribusi daerah menurut (Siahaan, 2006) adalah pemungutan

    uang sebagai pembayaran pemakaian atau memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau

    milik pemerintah baik yang berkepentingan atau berdasarkan peraturan umum

    yang dibuat oleh Pemerintah daerah.

    Definisi lain tentang retribusi dikemukakan oleh Munawir yang dikutip

    oleh (Siahaan, 2006) retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat

    dilaksanakan dan jasa yang baik secara langsung ditunjuk pemerintah. Paksaan

    disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak bersifat merasakan jasa baik

    dari pemerintah dia tidak kenakan iuran ini.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan ciri – ciri pokok

    pendapatan pelayanan atau retribusi daerah :

  • 11

    1. Retribusi adalah pungutan daerah atas penyediaan jasa nyata dan langsung

    kepada yang berkepentingan.

    2. Wewenang atas pungutan retribusi adalah pemerintah daerah

    3. Dalam pemungutan retribusi terdapat potensi yang diberikan daerah yang

    langsung dapat ditunjuk.

    4. Retribusi dikenakan pada siapa saja yang memanfaatkan atau menggunakan

    jasa yang disediakan oleh pemerintah.

    Dalam UU No 18 Tahun 1997 pasal 2 ayat 2 disebut dengan retribusi

    daerah tidak dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai

    penyelenggara perusahaan atau usaha itu dianggap sebagai perusahaan.

    Dengan demikian menjadi jelas bahwa tujuan dari retribusi daerah

    bukanlah mencari keuntungan, karena yang ditentukan oleh hasil terseb ut adalah

    untuk memelihara atas kelangsungan pekerjaaan, milik dan jasa masyarakat

    disamping agar saran dan prasarana unit – unit jasa pelayanan dapat ditingkatkan

    dan dikembangkan sebaik mungkin sesuai dengan perkembangan masyarakat

    serta perbedaan zaman.

    Oleh karena itu, penentuan tarif retribusi yang berlaku pada suatu waktu

    ditetapkan untuk mencapai maksud diatas yang wajar sesuai dengan imbalan yang

    diharapkan dapat mereka peroleh karena memakai jasa atau pelayanan yang

    disediakan oleh pemerintah.

    2.3. Objek Retribusi Daerah

    Objek retribusi daerah adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan

    oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah

    dapat dipungut retribusinya namun hanya jasa – jasa tertentu yang menurut

  • 12

    pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek pendapatan

    pelayanan. Menurut UU No 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai

    pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/

    atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

    Berbeda dengan pajak pusat seperti pajak penghasilan dan pajak pertambahan

    nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, retribusi yang dapat disebut

    sebagai pajak daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).

    Jenis – jenis objek retribusi daerah adalah :

    1. Retribusi Jasa Umum

    a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

    b. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan

    c. Retribusi Pengantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil

    d. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum

    e. Retribusi pelayanan pemekaran dan penguburan mayat

    f. Retribusi pelayanan pasar

    g. Retribusi pemeliharaan alat pemadam kebakaran

    h. Retribusi pengujian kendaraan bermotor

    i. Retribusi air bersih

    j. Retribusi pengujian kapal perikanan

    2. Retribusi Jasa Usaha

    a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

    b. Retribusi pemakaian grosir dan/ atau pertokoan

    c. Retribusi tempat pelanggan

    d. Retribusi terminal

    e. Retribusi tempat khusus parker

  • 13

    f. Retribusi tempat penginapan / pesinggahan / villa

    g. Retribusi rumah potong hewan

    h. Retribusi pelayanan kepelabuhanan

    i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

    j. Retribusi penyebarangan di air

    k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

    3. Retribusi Perizinan

    a. Retribusi izin mendirikan bangunan

    b. Retribusi izin tempat penjualan minuman berakohol

    c. Retribusi izin gangguan

    d. Retribusi izin trayek

    e. Retribusi izin usaha perikanan

    Berdasarkan pengolompokan tersebut dapat dilihat bahwa pelayanan

    publik sektor pelayanan administrsi kepedudukan (pencetakan KTP dan akte

    catatan sipil) merupakan jenis retribusi daerah. Dari hal tersebut dapat dilihat

    bahwa pelayanan publik (Publik service) sektor pelayanan administrsi

    kepedudukan merupakan bagian dari pelayanan pemerintah kepada masyarakat

    sehingga dikelompokkan ke dalam retribusi pelayanan umum. Dengan demikian,

    jenis retribusi dari pelayanan publik sektor pelayanan administrsi kepedudukan

    tersebut tetap merupakan bagian dari retribusi daerah yang harus ditingkatkan

    kontribusinya dalam rangka meningkatkan PAD secara keseluruhan.

    2.4. Pengertian Administrasi Kependudukan

    Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan subsistem

    dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam

  • 14

    pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan.

    Menurut UU Nomor 23 Tahun 2006 pasal 1, disebutkan bahwa : Administras i

    kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dokumen dan

    data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan

    informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

    pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Dengan demikian, administrasi

    kependudukan merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan mulai dari

    satuan pemerintah terkecil seperti desa da kelurahan hingga pada skala nasional.

    Pengelolaan administrasi kependudukan memiliki fungsi strategis sebagai

    dukungan informasi tentang kependudukan bagi pembuatan kebijakan dalam

    rangka pelayanan publik serta kepentingan warga untuk mengakses informasi

    hasil administrasi kependudukan tersebut.

    2.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai penerimaan dan

    pengeluaran daerah yang terjadi selama satu tahun anggaran. Pada umumnya

    rentang waktu satu tahun anggaran tersebut dimulai dari 1 Januari sampai dengan

    31 Desember tahun bersangkutan. Disamping itu juga anggaran dapat dijadikan

    alat kontrol atau pengawasan terhadap pendapatan dan pengeluaran dimasa yang

    akan datang (Suparmoko 2005, h. 26).

    Dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa

    penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rayat Daerah

    (DPRD) dibiayai dari dan atas beban APBD sedangkan penyelenggaraan tugas

    pemerintah pusat didaerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara (APBN).

  • 15

    Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian Undang-Undang Nomor 33

    Tahun 2004 seperti yang dipaparkan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa

    APBD adalah alat perencanaan baik penerimaan maupun pengeluaran yang

    dibutuhkan oleh pemerintahan daerah sebagai landasan untuk membiayai dan

    melaksanakan program dan kegiatan dalam satu tahun anggaran yakni dari 1

    Januari sampai dengan 31 Desember tahun bersangkutan. Dengan adanya

    perencanaan yang baik terhadap penggunaan anggaran maka tujuan dari

    pembangunan nasional akan dapat diwujudkan.

    2.6.1. Pendapatan Asli Daerah

    Sebagaimana diketahui bahwa dalam penyelenggaraan rumah tangga

    daerah, selalu membutuhkan biaya yang cukup besar karena itu untuk mencukupi

    keperluan penyelenggaraan rumah tangga daerah bersangkutan, maka dibutuhkan

    pembiayaan sebagaimana tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

    (APBD) pada setiap daerah adalah pungutan yang dilakukan berdasarkan

    pendapatan daerah.

    Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, daerah tersebut memiliki sumber

    keuangan tersendiri, sekurang-kurangnya untuk menutupi anggaran rutin daerah

    sehingga tidak tergantung pada subsidi dan sumbangan dari pemerintah pusat atau

    provinsi. Oleh sebab itu, diharapkan pada pemerintah daerah agar berusaha

    memanfaatkan pendapatan asli daerahnya, berusaha mengelolahnya dengan baik

    agar bisa memberikan hasil yang bisa mencukupi kebutuhan APBD. Sejalan

    dengan itu, maka sangat diharapkan kepada pemerintah pusat atau provinsi dalam

    pola kebijaksanaan yang tertuang dalam anggaran keuangan agar berusaha untuk

  • 16

    mengarahkan atau membantu daerah tingkat bawahnya yang tidak mampu

    membiayai pembiayaan APBD.

    Anggaran pendapatan dan belanja daerah program pemerintah daerah

    diwujudkan dalam bentuk angka. Dengan mempelajari dan membaca angka-angka

    tersebut, dapat diketahui program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

    Berbicara tentang APBD tidak dapat dipisahkan dengan program tahunan karena

    anggaran tersebut merupakan rancangan pelaksanaan program tahunan yang

    dinyatakan dalam bentuk uang.

    Pendapatan daerah adalah komponen anggaran pendapatan dan belanja

    daerah untuk membiayai pembangunan dan melancarkan jalannya roda

    pemerintahan. Oleh karena itu, tiap daerah harus mengupayakan agar pendapatan

    daerah dapat dipungut seintensif mungkin, maka harus didukung oleh aparat

    pemerintah yang terampil dan bekerja seefektif mungkin dalam mengelolah

    sumber pendapatan.

    Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

    antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimaksudkan untuk mendukung

    pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah yang diatur

    dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah yaitu UU No. 32 Tahun 2000

    dijelaskan mengenai eksistensi pelaksana ekonomi daerah yang nyata dan

    bertanggung jawab yaitu kepada daerah diberikan kewenangan untuk

    melaksanakan barbagai urusan pemerintahan terutama dalam hal mengatur dan

    mengurus rumah tangga sendiri utamanya dalam mengatur pembiayaan rutin dan

    pembangunan. Karena antara satu daerah dengan daerah yang lainnya terdapat

    sifat dan sumber penerimaan pusat untuk digali dan dikembangkan oleh masing-

    masing daerah yaitu pendapatan asli daerah.

  • 17

    Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah

    pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai

    sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat

    menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan

    pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga

    kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat

    dilaksanakan.

    Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan

    kemampuan suatu daerah yang menghimpun Sumber – sumber dana untuk

    membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli

    Daerah sebagai pendapatan rutin dari usaha – usaha Pemerintah Daerah dalam

    memanfaatkan potensi – potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat

    mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah

    (Rusyadi 2005, h. 52 )

    Bratakusumah & Solihin, (2008, h. 169) berpendapat bahwa untuk

    menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, diperlukan

    kewenangan dan kemampuan pemerintah daerah menggali sumber keuangan

    sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

    daerah, serta antara pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan

    prasyarat dalam sistem pemerintah daerah.

    Dengan lahirnya sistem desentralisasi yang diwujudkan melalui otonomi

    daerah, maka setiap daerah harus mampu pengoptimalisasikan penerimaan daerah

    yang dikelola dari pendapatan yang bersumber dari dalam daerahnya sendiri,

    artinya bahwa pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan

  • 18

    pendapatan daerah yang bersumber dari sektor lokal seperti pendapatan pajak

    daerah dan pendapatan retribusi daerah harus dikelola dengan baik dan

    bertanggungjawab yang pada akhirnya dapat menambah kemampuan keuangan

    daerah untuk membiayai pembangunan.

    Dengan otonomi daerah pemerintah daerah didorong untuk meningkatkan

    kemampuan daerahnya dalam mengumpulkan PAD dengan maksud agar dana

    transfer dari pemerintah pusat dapat dikurangi dan mengurangi beban APBN.

    Dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 diuraikan bahwa

    pendapatan yang bersumber dari daerah terdiri dari:

    a. Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah dan retribusi

    daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain- lain pendapatan asli daerah

    yang sah.

    b. Dana Perimbangan Pusat

    c. Pinjaman daerah, dan

    d. Lain- lain pendapatan daerah yang sah.

    Sementara itu, didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

    Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa jenis-

    jenis pajak daerah yang dipungut oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota diantaranya

    adalah:

    (1) Jenis Pajak Provinsi terdiri dari:

    a. Pajak Kendaraan Bermotor;

    b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

    c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

    d. Pajak Air Permukaan; dan

    e. Pajak Rokok.

  • 19

    (2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:

    a. Pajak Hotel;

    b. Pajak Restoran;

    c. Pajak Hiburan;

    d. Pajak Reklame;

    e. Pajak Penerangan Jalan;

    f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

    g. Pajak Parkir;

    h. Pajak Air Tanah;

    i. Pajak Sarang Burung Walet;

    j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

    k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

    Berdasarkan pasal-pasal yang telah dikemukakan diatas maka dapat

    disimpulkan bahwa UU Nomor 28 Tahun 2009 tersebut menegaskan bahwa

    daerah dilarang memungut pajak selain dari jenis pajak sebagaimana yang

    dimaksudkan diatas, serta jenis-jenis pajak tersebut dapat tidak dipungut apabila

    potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    2.6.2. Belanja Daerah

    Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 diatur beberapa

    aspek yang berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

    pemerintah daerah. Salah satu yang diatur dalam ketentuan ini yaitu permasalahan

    belanja daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    perimbangan keuangan daerah antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,

  • 20

    belanja daerah dimaksudkan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui sebagai

    pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Rincian

    belanja daerah bisa dibagi dalam dua bentuk yaitu berdasar sifat ekonomi dan

    berdasar fungsinya, berdasar sifat ekonominya belanja daerah terdiri atas belanja

    pegawai dan belanja barang, subsidi, hibah dan bantuan sosial. Sedangkan

    berdasar fungsinya belanja daerah terdiri dari belanja untuk pembangunan dan

    fasilitas umum, peningkatan kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan

    serta perlindungan sosial.

    Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah

    maupun dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk

    membiayai belanja daerah. Di dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004

    dijelaskan bahwa elemen-elemen yang termasuk dalam belanja daerah terdiri dari:

    1. Belanja aparatur daerah

    Bagian belanja aparatur daerah terdiri dari belanja administrasi umum, belanja

    operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan yang

    dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat,

    dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

    2. Belanja pelayanan publik

    Bagian belanja pelayanan publik berupa belanja administrasi umum, belanja

    operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan yang

    dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat,

    dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

    3. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan

    Pengeluaran uang dengan belanja bagi hasil dan bantuan keuangan memiliki

    kriteria sebagai berikut:

  • 21

    a. Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layak

    terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan.

    b. Tidak mengharap dibayar kembali pada masa yang akan datang, seperti

    yang diharapkan pada suatu pinjaman.

    c. Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan seperti layak yang

    diharapkan pada kegiatan investasi.

    4. Belanja tidak tersangka.

    Pengeluaran belanja tidak tersangka disediakan untuk pembayaran yang

    bersifat insidentil seperti:

    a. Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat

    membahayakan daerah.

    b. Utang (pinjaman) periode sebelumnya yang belum diselesaikan dan atau

    yang tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan.

    c. Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang

    dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan. Namun pada

    praktiknya belanja pemerintah daerah dibagi dalam 2 bentuk seperti yang

    terdapat dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja

    daerah, yakni sebagai berikut :

    Belanja rutin merupakan belanja yang wujudnya tidak berupa fisik dan

    terjadi secara terus menerus sepanjang periode anggaran. Sebagai contoh belanja

    gaji dan honorium pegawai, belanja perjalanan dinas, belanja barang dan belanja

    lain- lain. Belanja rutin umumnya digunakan untuk membiayai operasional

    pemerintah daerah dan hasilnya tidak dapat dinikmati secara langsung oleh

    masyarakat.

  • 22

    Selain dari belanja rutin pemerintah juga mengeluarkan belanja yang

    sifatnya tidak rutin dan umumnya menghasilkan wujud fisik yang manfaatnya

    lebih dari satu tahun. Belanja pembangunan dikeluarkan oleh pemerintah yang

    mana manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat karena

    memang belanja pembangunan dimaksudkan untuk peningkatan pelayan publik.

    Belanja pembangunan ini pada akhirnya akan menghasilkan kapital publik dan

    dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Sebagai contoh belanja untuk

    pembangunan jalan, gedung-gedung sekolah, rumah sakit, pembangunan jembatan

    dan sebagainya. Kesemuanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

    Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Kesit Bambang Prakosa

    (2004 dalam Novinyanto, 2005) dengan mengambil sampel Provinsi Daerah

    Istimewa Yogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari penelitian tersebut

    senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Syukriy Abdullah dan

    Abdul Halim (2003 dalam Noviyanto, 2005). Secara empiris penelitian ini

    membuktikan bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang

    diterima dari pemerintah pusat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    ketergantungan pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pemerintah pusat masih

    tinggi.

    2.6.3. Sumber Pendapatan Asli Daerah

    Pemerintah Daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri

    dengan sebaik – baiknya, maka perlu diberikan sumber – sumber pembiayaan

    yang cukup. Tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat

    diberikan kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber -

  • 23

    sumber keuangaanya sendiri berdasarkan peraturan perundang - undangan yang

    berlaku.

    Undang – undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 157 tentang Pemerintah

    Daerah, menyebutkan sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi:

    1. Pajak Daerah

    Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dilakukan dan

    ditetapkan melalui peraturan daerah dan dikenakan pada semua objek pajak

    seperti orang atau badan , bergerak atau tidak bergerak.

    2. Retribusi daerah

    Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

    pemberiaan ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

    pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

    3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

    Bagian laba badan usaha milik daerah adalah penerimaan berupa bagiaan laba

    bersih Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari laba bersih bank

    pembangunan daerah.

    4. Penerimaan Dinas-dinas Daerah

    Penerimaan-penerimaan Daerah dari Dinas-dinas yang tidak merupakan

    Penerimaan-penerimaan dari Pajak Daerah.

    Misalnya: Penerimaan dari dinas pertanian, Penerimaan dari dinas peternakan,

    penerimaan dari dinas kesehatan, dan Lain- lain.

    5. Penerimaan Lain- lain

    Penerimaan Lain- lain adalah Penerimaan selain Pajak Daerah, Retribusi

    Daerah, Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah, Penjualan Barang-barang

  • 24

    bekas, Cicilan kendaran bermotor roda empat dan roda dua, Cicilan rumah

    yang dibangun oleh pemerintah daerah , dan Lain- lain.

    2.7. Otonomi Daerah

    Otonomi Daerah sebagai integral dari pembangunan nasional yang tidak

    bisa dilepaskan dari Prinsip Otonomi Daerah. sebagai daerah otonom daerah

    mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan

    masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, Partisipasi masyarakat dan

    pertanggung jawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaran

    otonomi daerah di perlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab

    di daerah secara proposional dan berkeadilan, jauh dari Praktek-praktek korupsi,

    kolusi dan nepotisme serta adanya perimbangan antara pemerintah pusat dan

    daerah. Widjaja, (2006, h.10).

    Disamping itu, Otonomi Daerah juga memberikan porsi yang besar bagi

    daerah untuk mengelola keungan daerahnya. Ini berarti tanggung jawab menggali

    Sumber-sumber keuangan daerah dan memamfaatkan penerimaan daerah lebih

    banyak berada di daerah. Sugianto, dalam Widjaja (2006. h. 10)

    Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Pemerintah pusat dan

    daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya

    penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama dari

    Undang-undang tersebut bukan hanya keinginan untuk melimpahkan kewenangan

    dan pembiaayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah, tetapi yang lebih penting

    adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan

    sumber keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan

    kepada masyarakat.

  • 25

    Secara khusus Undang- undang No 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan

    Aceh Bab XXIV Keuangan dengan prinsip otonomi Seluas- luasnya. Bagian

    kesatuan umum pasal 178.

    1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di Aceh dan Kabupaten/Kota

    sebagaimana di maksud dalam Pasal 7 diikuti dengan pemberiaan sumber

    pendanaan kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

    2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Aceh dan

    Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai dari dan

    atas beban APBA/APBK.

    3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur

    Aceh selaku wakil pemerintah disertai dengan pendanaan APBN dalam rangka

    pelaksanaan dekonsentralisasi.

    4. Penyalenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintahan

    Aceh, Pemerintahan Kabupaten/Kota, Dan Gampong di sertai dengan

    pendanaan dari APBN dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Bagian

    kedua sumber penerimaan dan pengelolaan.

    Pasal 179.

    1. Penerimaan Aceh Dan Kabupaten/Kota terdiri atas Pandapatan Daerah dan

    Pembiayaan

    2. Pendapatan Daerah Sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) bersumber dari:

    a. Pendapatan Asli Daerah;

    b. Dana Perimbangan;

    c. Dana Otonomi Khusus, dan

    d. Lain- lain Pendapatan yang sah.

  • 26

    Pasal 180.

    1. Sumber Pendapatan Asli DAerah (PAD) Aceh dan PAD Kabupaten/Kota

    sebagai mana dimaksud Pasal 179 ayat (2) huruf a terdiri atas;

    a. Pajak Daerah;

    b. Retribusi Daerah;

    c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan milik

    Aceh/Kabupaten/kota dan hasil penyartaan modal Aceh/Kabupaten/kota;

    d. Zakat dan

    e. Lain- lain Pendapatan Asli Aceh dan Pendapatan Asli Kabupaten/Kota yang

    sah.

    2. Pengelolaan sumber Pendapatan Asli Daerah Aceh dan Pendapatan Asli

    Daerah Kabupatan/Kota sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b,

    dilakukan dengan berpedoman pada peraturan Perundang-undangan.

    Pasal 181.

    Dana Perimbangan sebagai mana di maksud dalam Pasal 179 Ayat (1) huruf b

    terdiri atas:

    a. Dana Bagi Hasil Pajak;

    b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari hidro karbon dan sumber daya alam;

    c. Dana Alokasi Umum;

    d. Dana Alokasi Khusus.

  • 27

    2.8. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini

    adalah :

    - Diduga faktor sosialisasi berpengaruh tehadap efektivitas kontribusi pelayanan

    administrasi kependudukan berpengaruh terhadap Retribusi Daerah di

    Kabupaten Aceh Barat.

    - Diduga faktor pertumbuhan ekonomi berpengaruh tehadap efektivitas

    kontribusi pelayanan administrasi kependudukan berpengaruh terhadap

    Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat.

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1. Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian mencangkup seluruh jumlah

    retribusi daerah, pendapatan asli daerah dalam kurun waktu 2006 – 2012 di

    Kabupaten Aceh Barat.

    3.2. Data Penelitian

    3.2.1. Jenis dan Sumber Data

    Adapun jenis data yang digunakan penulis yaitu data sekunder yang

    diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pengololaan keuangan dan Kekayaan

    Daerah (DPKKD), Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), dan

    instansi- instansi pemerintah, serta dari berbagai sumber dan literatur lain yang ada

    kaitannya dengan penelitian ini.

    3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data digunakan penulis dalam penelitian ini antara

    lain :

    a. Studi pustaka (library Research)

    Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan

    cara membaca-buku-buku dan Literatur lainnya baik yang diwajibkan

    maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitanya dengan

    masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

    b. Penelitian Lapangan (Field Research)

  • 29

    Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung

    kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan

    dengan masalah yang akan dibahas.

    3.3. Model Analisis Data

    Untuk membahas faktor - faktor yang mempengaruhi efektivitas kontribusi

    pelayanan administrasi kependudukan terhadap retribusi daerah di Kabupaten

    Aceh Barat dengan menggunakan alat ukur regresi linear berganda (Ruslan,

    2006.h.26).

    Y = a + b1X1 + b2X2 + e…………………………………………..…(1)

    Dimana :

    Y = Kontribusi

    a = Konstanta

    b1,b2 = Koefisien regresi

    X1 = Pertumbuhan Ekonomi

    X2 = Sosialisasi

    e = Faktor penganggu

    Analisis Korelasi (r)

    koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk mengetahui seberapa besar

    hubungan dengan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. koefisien berganda

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Rumus koefisien korelasi berganda menurut Ruslan (2006, h.103)

    )2.......(............................................................

    2

    1

    YiYiXiXi

    YiXiXXir

  • 30

    Dimana :

    r = Koefisien Korelasi Variabel Bebas X

    Y = jumlah kontribusi

    X = Variabel yang diteliti

    Uji t

    uji t digunakan untuk menguji hipotesis suatu parameter bila sampel

    berukuran kecil (n < 30) dan ragam populasi tidak diketahui menurut Ruslan

    (2006, h.189).

    )3(......................................................................21

    2

    r

    rnt

    Keterangan :

    n = Jumlah Sampel

    r = Koefisien korelasi

    3.4. Definisi Operasional Variabel

    Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama

    pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai

    berikut :

    a. Kontribusi (Y) adalah sumbangan sektor pelayanan administrasi

    kependudukan terhadap retribusi daerah Kabupaten Aceh Barat.

    b. Retribusi daerah (X) adalah pendapatan daerah yang diterima dari sektor

    pajak dan jasa pelayanan publik.

    3.5. Pengujian Hipotesis

    Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  • 31

    a. H0 ; ß = 0, Faktor- faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak

    berpengaruh secara signifikan dari seluruh variabel (X1 dan X2) terhadap

    variabel terikat (Y).

    b. H1 ; ß ≠ 0, faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh

    secara signifisikan dari variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat

    (Y).

    Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

    a. Apabila th >tt maka H0 ditolak H1 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh

    yang signifikan dari variabel yang diteliti.

    b. Apabila th

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Analisis statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk

    mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas kontribusi pelayanan

    administrasi kependudukan terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.

    Sehingga akan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kebijakan yang

    harus diambil dalam Rangka Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Kabupaten

    Aceh Barat. Adapun retribusi atau pungutan atas jasa – jasa pelayanan

    administrasi kependudukan Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1 Daftar Retribusi atau Pungutan atas Jasa – Iasa Pelayanan

    Administrasi Kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No.

    Jenis Pelayanan Retribusi atau Pungutan (Rp)

    1. 2.

    3. 4.

    5. 6. 7.

    8. 9.

    10. 11. 12.

    13. 14.

    Pencetakan e-KTP Pencetakan KK Akte Kelahiran

    - Untuk anak usia dibawah 1 tahun - Untuk anak usia diatas 1 tahun

    Akte Perkawinan (non muslim) Akte Pengantian Nama Akte Peceraian

    Akte Pembatalan peceraian Akte Kematian

    Perubahan Status kewarganegaraan Akte Pengakatan Anak Akte Pengasuhan anak

    Akte Pengesahan anak Akte Pengakuan anak

    25.000 9.500

    60.000 100.000

    100.000 60.000 60.000

    125.000 50.000

    15.000 50.000 75.000

    75.000 75.000

    Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Aceh Barat

    Maret (2013)

  • 44

    4.1.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Kontribusi Pelayanan Administrasi

    Kependudukan

    Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan subsistem

    dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam

    pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan.

    Untuk melihat perkembangan kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006 – 2012 dapat dilihat

    pada tabel 2.

    Tabel 2 Kontribusi Pelayanan Administrasi Kependudukan

    di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006 - 2012

    No. Tahun Jumlah Kontribusi Pelayanan Administrasi

    Kependudukan (Rp)

    Persentase Perubahan (%)

    1.

    2. 3.

    4. 5. 6.

    7.

    2006 20.000.000

    24.050.000 15.630.000

    90.825.000 123.190.000 127.000.000

    100.070.000

    -

    20,25 -35,01

    4,81 35,63 3,2

    -21,32

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Barat

    (diolah) Maret 2013

    Berdasarkan Tabel diatas terlihat, bahwa tingkat Kontribusi sektor

    pencetakan administrasi kependudukan terhadap retribusi daerah dalam

    meningkatkan PAD di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006-2012 bervariasi.

    Pada tahun 2006 tingkat Kontribusi pencetakan administrasi kependudukan

    terhadap retribusi daerah dalam meningkatkan PAD di Kabupaten Aceh Barat

    Sebesar Rp.20.000.000. Pada tahun 2007 tingkat kontribusi di Kabupaten Aceh

    Barat mengalami kenaikan Sebesar Rp.24.050.000. Pada tahun 2008 mengalami

  • 45

    penurunan yaitu sebesar Rp.15.630.000, hal ini disebabkan masyarakat belum

    memahami tentang perlunya akte kelahiran, akte perkawinan, akte penggantian

    nama. Sehingga masyarakat kurang berminat dalam membuat akte kelahiran, akte

    perkawinan dan akte penggantian nama, karena kurangnya sosialisasi dari pihak

    dinas pencatatan sipil Kabupaten Aceh Barat.

    Kontribusi sektor pelayanan administarsi kependudukan terhadap retribusi

    daerah kembalai mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar Rp.90.825.000.

    Tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pihak

    Dinas Pencatatan Sipil sudah mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat

    tentang perlunya akte kelahiran, akte perkawinan dan sebagainya. Dan tahun 2012

    tingkat kontribusi sektor pelayanan administrasi kependudukan terhadap retribusi

    daerah di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan sebesar Rp.100.070.000.

    Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar masyarakat Aceh Barat sudah memiliki

    kelengkapan administrasi kependudukan sehingga masyarakat tidak lagi mengurus

    kelengkapan administrasi kependudukan lagi. Selain itu, penurunan pendapatan

    juga disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah tentang penggantian KTP

    biasa menjadi KTP Elektrik (e-KTP) dimana pencetakan untuk pemulaanya

    dilimpahkan ke Kecamatan atau tidak dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Barat.

    4.1.2. Perkembangan Retribusi Daerah

    Sebagaimana diketahui bahwa dalam penyelenggaraan rumah tangga

    daerah, selalu membutuhkan biaya yang cukup besar karena itu untuk mencakup

    keperluan penyelenggraan rumah tangga daerah bersangkutan, maka dibutuhkan

    pembiayaan sebagaimana tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

  • 46

    (APBD) pada setaip daerah, retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan

    berdasarkan peraturan daerah (Qanun).

    Retribusi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah merupakan

    suatu pendapatan yang menunjukkan kemapuan suatu daerah yang menghimpun

    sumber – sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin. Dapat dikatakan

    bahwa retribusi daerah sebagai pendapatan rutin dari usaha – usaha pemerintah

    daerah memanfaatkan potensi – potensi sumber keuangan daerahnya sehingga

    dapat mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam pembangunan

    daerah.

    Pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

    dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan di bidang ekonomi yang

    serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antar pembangunan sektorat yang

    perencanaan pembangunannya dilakukan oleh pemerintah daerah secara efisien

    dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di

    seluruh pelosok tanah air.

    Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, daerah tersebut memiliki sumber

    keuangan sendiri, sekurang – kurangnya untuk menutupi anggaran rutin daerah

    sehingga tidak tergantung pada subsidi dan sumbangan dari pemerintah pusat atau

    propinsi. Oleh sebab itu, diharapkan pada pemerintah agar berusaha

    memanfaatkan retribusi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya,

    berusaha mengelolahnya dengan baik agar bisa memberikan hasil yang bisa

    mencukupi kebutuhan APBD.

    Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam

    mengelola sumer – sumber retribusi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli

  • 47

    daerah dan perkembangan di dalam menunjang pelaksanaan pembangunan serta

    jalannya roda pemerintahan di Kabupaten Aceh Barat berikut ini penulis

    menyajikan data tentang perkembangan penerimaan retribusi daerah sejak tahun

    2006 sampai dengan tahun 2012.

    Tabel 3 Jumlah Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

    di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006 – 2012

    No. Tahun Jumlah Kontribusi Pelayanan Administrasi Kependudukan

    (Rp)

    Persentase Perubahan (%)

    1. 2. 3.

    4. 5.

    6. 7.

    2006 2007 2008

    2009 2010

    2011 2012

    3.933.898.105 5.175.526.175 6.286.372.001

    5.990.145.924 5.997.950.136

    5.364.089.688 7.243.203.111

    - 31,56 21,46

    -4,71 -0,2

    -10,26 35,03

    Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Barat

    Maret 2013

    Berdasarkan tabel 3 dapat kita lihat jumlah penerimaan retribusi daerah di

    Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006 – 2012 sebagai berikut, pada tahun 2006

    jumlah penerimaan retribusi daerah sebesar RP 3.933.898.105 dan pada tahun

    2007 mengalami kenaikan sebesar Rp 5.175.526.175 dari tahun sebelumnya,

    tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar Rp 6.286.372.001 dan pada tahun 2009

    kembali terjadi penurunan terhadap penerimaan retribusi daerah yaitu sebesar Rp

    5.990.145.924 dan tahun 2010 penerimaan retribusi daerah terjadi penurunan

    kembali sebesar Rp 5.977.950.136. Pada tahun 2011 penerimaan retribusi daerah

    terjadi penurunan sebesar Rp 5.364.089.688 dari tahun sebelumnya yang menjadi

    penerimaan terendah dari tahun – tahun sebelumnya. Tahun 2012 mengalami

    kenaikan sebesar Rp 7.243.203.111, penerimaan retribusi tertinggi terjadi pada

  • 48

    tahun 2012 sebesar Rp 7.243.203.111, dan penerimaan terendah terjadi pada tahun

    2007 sebesar Rp 3.933.898.105.

    Kondisi fluktuasi tingkat penerimaan yang dialami retribusi daerah

    Kabupaten Aceh Barat tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian

    Kabupaten Aceh Barat sehingga diperlukan berbagai kebijakan pengembangan

    dan peningkatan kemandirian daerah agar target dan realisasi dapat dipenuhi.

    4.1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat

    Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di daerah adalah nilai produk

    Domestik Bruto (PDRB). Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh

    Barat yang tercermin dari nilai PDRB Aceh Barat selama periode tahun 2006 –

    2012. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dari tahun

    2006-2012 dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4

    Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat

    Tahun 2006 – 2012

    No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

    1.

    2. 3.

    4. 5. 6.

    7.

    2006

    2007 2008

    2009 2010 2011

    2012

    2,35

    2,21 1,78

    1,60 1,62 1,65

    1,65

    Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) September 2013

    Berdasarkan tabel 4 dapat terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2006 – 2012. Pada tahun 2006

    pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat sebesar 2,35 %, dan pada tahun

    2007 mengalami penurunan sebesar 2,21 % dari tahun sebelumnya. Dari tahun

  • 49

    2006 hingga tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat terus

    mengalami penurunan, dan pada tahun 2011 hingga tahun 2012 kembali

    mengalami peningkatan sebesar 1,65 %. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh

    Barat tertinggi pada tahun 2006 sebesar 2,35 % dan pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Aceh Barat terendah pada tahun 2009 sebesar 1,60 %.

    4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

    Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya

    kontribusi retribusi pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh

    Barat akan di analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda.

    Tabel 5 Statistik Deskriptif

    Mean Std. Deviation N

    KONTRIBUSI 1.0743 .86271 7

    SOSIALISASI 3.00 .816 7

    P.EKONOMI 1.8371 .31058 7

    Sumber : Hasil Regresi Data (April 2013)

    Berdasarakan tabel 5 terlihat bahwa rata – rata kontribusi daerah selama

    kurun waktu 2006 – 2012 adalah 1.0743 dengan standar deviasi 0.86271

    Sementara rata – rata sosialisasi pada tahun yang sama sebesar 3.00 dengan

    standar deviasi 0.81650. Dan rata – rata pertumbuhan ekonomi sebesar 1.8371

    dengan standar deviasi sebesar 0. 6901. Dan N menyatakan jumlah observasi yang

    masing – masing berjumlah 7 tahun.

    4.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda

    Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linear berganda disajikan

    pada tabel dibawah ini.

  • 50

    Tabel 6

    Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda

    Model Unstandardized Coefficients Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    B Std. Error Beta

    1

    (Constant) 3.856 2.097 1.839 .140

    SOSIALISASI -.315 .525 -.298 -.600 .581

    P.EKONOMI -1.000 1.380 -.360 -.724 .509

    Sumber : Hasil Regresi Data (April 2013)

    1. Konstanta

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 3.856. Nilai

    konstanta ini menyatakan bahwa apabila semua variabel bebas bernilai nol,

    maka kontribusi pelayanan administrasi kependudukan mengalami penurunan

    sebesar 3.856.

    2. Koefisien regresi dari variabel sosialisasi

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa koefisien variabel sosialisasi

    bernilai -.315, hal ini menyatakan setiap kenaikan sosialisasi sebesar 1 %

    mengakibatkan kontribusi pelayanan administrasi kependudukan mengalami

    penurunan sebesar -.315, kali

    3. Koefisien regresi dari variabel pertumbuhan ekonomi

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa koefisien variabel pertumbuhan

    ekonomi bernilai -1.000, hal ini menyatakan setiap kenaikan pertumbuhan

    ekonomi sebesar 1 % mengakibatkan kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan mengalami penurunan sebesar -1.000 %

  • 51

    4.3. Pengujian Hipotesis

    4.3.1. Uji t (uji individual)

    Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas

    kontribusi pelayanan administrasi kependudukan terhadap retribusi daerah di

    Kabupaten Aceh Barat dianalisis dengan menggunakan model regresi linear

    berganda. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai berikut :

    Tabel 7

    Hasil Perhitungan Nilai t-hitung

    Model Unstandardized Coefficients Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    B Std. Error Beta

    1

    (Constant) 3.856 2.097 1.839 .140

    SOSIALISASI -.315 .525 -.298 -.600 .581

    P.EKONOMI -1.000 1.380 -.360 -.724 .509

    Sumber : Hasil Regresi Data (Data dio lah April 2013)

    Berdasarkan tabel diatas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Sosialisasi

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel sosialisasi nilai

    thitung < ttabel(-.600 < 1.895 ) artinya partial variabel sosialisasi berpengaruh

    signifikan terhadap kontribusi pelayanan administrasi kependudukan di

    Kabupaten Aceh Barat.

    2. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel pertumbuhan

    ekonomi nilai thitung< ttabel(-.724 < 1.895 ) artinya partial variabel pertumbuhan

    ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan di Kabupaten Aceh Barat.

  • 52

    4.3.2. Uji F ( uji simultan )

    Uji F digunakan untuk menguji keberatian semua variabel bebas retribusi

    dan sosialisasi secara bersama – sama terhadap variabel terikat kontribusi. Hasil

    perhitungan nilai Fhitungdapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 8

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients t Sig.

    B Std. Error Beta 1 (Constant) 44.957 57.843 .777 .494

    sosialisasi -.535 .422 -.468 -1.266 .295

    p.ekonomi -1.949 1.807 -.649 -1.079 .360

    Sumber : Hasil Regresi Data (April 2013)

    Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai F hitung < F tabel(0.777 < 6.944 ),

    dimana signifikannya lebih kecil dari 𝝰 0,05, yaitu (0,000 > 0,026) berarti Ho

    diterima dan Ha ditolak, maka variabel retribusi dan sosialisasi secara simultan

    (bersama – sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kontribusi

    pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Barat.

    4.3.3. Analisis Koefisien Determinasi

    Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keeratan

    serta arah hubungan antara retribusi, sosialisasi terhadap kontribusi pelayanan

    administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Barat.

    Tabel 9

    Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

    1 .585a .343 .014 .85671

    Sumber : Hasil Regresi Data (April 2013)

    Persentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas ditunjukkan

    oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) ini

    menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

  • 53

    yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    KP = r2x 100%

    = (0, 585 )2x 100 %

    = 0,34 %

    Berdasarkan rumus diatas nilai R square (R2) sebesar 0,34 persen yang

    berarti bahwa kontribusi pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten

    Aceh Barat sebesar 34 persen dipengaruhi oleh variabel, sosialisasi, dan

    pertumbuhan ekonomi sedangkan sisanya sebesar 66 persen dipengaruhi oleh

    variabel lainnya diluar model penelitian ini.

  • 54

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka simpulan yang

    dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Perkembangan laju pertumbuhan pelayanan administrasi kependudukan di

    Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2006 – 2012 terus mengalami

    peningkatan tiap tahunnya kecuali pada tahun 2008 mengalami penurunan

    sebesar Rp.15.630.000. Penurunan ini disebabkan kurangnya sosialisasi oleh

    pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Barat terhadap masyarakat, sehingga

    masyarakat kurang memahami tentang perlunya akte kelahiran, akte

    penggantian nama, dan lain- lain.

    b. Pembuktian variabel sosialisasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh

    terhadap kontribusi pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh

    Barat dilakukan pengujian secara persial dengan ujia t pada jumlah

    kepercayaan (level of coffidensi 95 persen) pada taraf nyata (α) = 0,05. Untuk

    variabel sosialisasi nilai thitung < ttabel(-.600 < 1.895 ) artinya partial variabel

    sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap kontribusi pelayanan administrasi

    kependudukan di Kabupaten Aceh Barat selanjutnya untuk variabel

    pertumbuhan ekonomi nilai thitung< ttabel(-.724 < 1.895 ) artinya partial variabel

    pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kontribusi pelayanan

    administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Barat.

    c. Selanjutnya nilai F hitung < F tabel(0.777 < 6.944 ), dimana signifikannya lebih

    kecil dari 𝝰 0,05, yaitu (0,000 > 0,026) berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

    maka variabel retribusi dan sosialisasi secara simultan (bersama – sama)

  • 55

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kontribusi pelayanan

    administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Barat

    Selanjutnya hasil Koefisien Determinasi nilai R square (R2) sebesar 0,34

    persen yang berarti bahwa kontribusi pelayanan administrasi kependudukan di

    Kabupaten Aceh Barat sebesar 34 persen dipengaruhi oleh variabel, sosialisasi,

    dan pertumbuhan ekonomi sedangkan sisanya sebesar 66 persen dipengaruhi oleh

    variabel lainnya diluar model penelitian ini.

    5.2. Saran – saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada

    Pemerintah Daerah sebagai berikut :

    1. Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Aceh Barat, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat

    terhadap tugas pokok dengan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil.

    2. Perlu dilakukan intensifikasi terhadap objek penerimaan pendapatan asli

    daerah dari pelayanan publik sektor pelayanan administrasi kependudukan dan

    pencatatan sipil.

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Bratakusumah dan Solihin. 2008. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. PT. Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta.

    Budiyuwono, Nugroho. 2000. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan. PP-AMP YKPN.

    Yogyakarta.

    Haris, Noviyanto. 2005. Analisis Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah dan Pinjaman Daerah di Kabupaten dan Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1994/1995-2003. Skripsi.

    Universitas Islam Insonesia.

    Kotlet, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi dan

    Pengendalian, Prentice Hall (terjemahan), Jakarta.

    Rasyid, Ryass. 2002. Makna Pemerintahan, Tinjauan Dari Segi Etika Dan Kepemimpinan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

    RA, Supriyono. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Satu. BPEE, Yogyakarta.

    Ruslan, Rosady.2006.Metodelogi Penelitian Public Relayion dan Komunikasi.PT.Raja Grafindo

    Persada,Jakarta.

    Sri, Nawatmi. 2006. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Jumlah Bantuan Pemerintah Pusat di Lima Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 13 No.2.

    September. www.jurnalbisnis.com

    Suparmoko. 2005. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, ANDI,

    Yogyakarta.

    Widjaja. HAW. Prof. Drs. 2007. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. www.depdagri.go.id

    http://www.jurnalbisnis.com/http://www.depdagri.go.id/

    -Unlicensed-COVER dan halaman tujuan-Unlicensed-BAB I-Unlicensed-BAB II-Unlicensed-BAB III-Unlicensed-BAB IV-Unlicensed-BAB V-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA