Upload
docong
View
260
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL BUFFER PADA
BANK UMUM SYARIAH DI INDONEISA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E )
Oleh :
MOHAMAD IQBAL AKBARI
NIM: 1112046100186
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ABSTRACT
Mohamad Iqbal Akbari, 1112046100186, The Factors That Affect The Capital
Buffer In Sharia Commercial Banks In Indonesia. Sharia Banking Studies
Program, Economic and Business Faculty, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
This study aims to determine the factors that affect the Capital buffer. Capital
buffer is difference between ratio of the bank‟s capital to the minimum capital
adequacy ratio that appropriate with central bank‟s regulation. Capital buffer
can be used by banks as buffer in adverse economic shocks. This study aims to
examine the influence of Return on Equity (ROE), Non Performing Finance
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), and Bank Size to capital buffer level of
Sharia Banking in Indonesia. Sharia Banks in Indonesia during the period 2012-
2016 have an average CAR of 21,59% which means that above the requirements
have been imposed. CAR is too high is not too good for the banks because the
capital can be used for development and profit. In this study the population is 13
sharia banks were listed on Otoritas Jasa Keuangan. The selection of the sample
is by using purposive sampling method with some specific criteria and sample that
used are 11 sharia banks were listed on Otoritas Jasa Keuangan period 2012-
2016. The analysis method is by using multiple linear regression analysis. The
result show that Return on Equity (ROE) has negative correlation and
insignificant with capital buffer. Non Performing Finance (NPF) has negative
correlation and significant with capital buffer. Financing to Deposit Ratio (FDR)
has negative correlation with capital buffer and significant. Bank size has
negative and insignificant correlation with capital buffer. The result of regression
estimation show whole variable have ability of model prediction is 80,5%, while
remaining is 19,5% influenced by other faktors outside the model.
Keywords : Capital Buffer, Return On Equity, Non Performing Finance,
Financing to Deposit Ratio, Bank Size
ii
ABSTRAK
Mohamad Iqbal Akbari, 1112046100186, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Capital Buffer Pada Bank Umum Syariah di Indonesia, Program Studi Perbankan
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Capital buffer. Capital Buffer adalah selisih antara rasio modal bank terhadap
rasio kecukupan modal minimum yang sesuai dengan peraturan bank sentral
Capital Buffer dapat digunakan oleh bank sebagai penyangga dalam guncangan
ekonomi yang merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Return
on Equity (ROE), Non Performing Finance (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), dan Ukuran Bank terhadap tingkat Capital Buffer Perbankan Syariah di
Indonesia. Bank Syariah di Indonesia selama periode 2012-2016 memiliki CAR
rata-rata 21,59% yang berarti di atas persyaratan yang telah ditentukan. CAR yang
terlalu tinggi tidak terlalu bagus bagi bank karena modal bisa digunakan untuk
pengembangan dan keuntungan. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan
adalah 13 bank syariah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria
tertentu dan sampel yang digunakan adalah 11 bank syariah yang terdaftar pada
Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. Metode analisisnya adalah dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Penelitian menunjukkan bahwa
Return on Equity (ROE) memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan dengan
Capital Buffer. Non Performing Finance (NPF) memiliki korelasi negatif dan
signifikan dengan Capital Buffer. Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki
korelasi negatif dengan Capital Buffer dan signifikan. Bank size memiliki korelasi
negatif dan tidak signifikan dengan Capital Buffer. Hasil estimasi regresi
menunjukkan variabel bebas memiliki kemampuan prediksi model sebesar 80,5%,
sedangkan sisanya 19,5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
Kata Kunci: Capital Buffer, Return On Equity, Non Performing Finance,
Financing to Deposit Ratio, Bank Size
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat,
ridho, dan dukungan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital Buffer
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia ini merupakan prasyarat guna meraih
gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan,
dukungan, bimbingan, saran, petunjuk, serta dorongan, baik secara moril maupun
spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak A.M Hasan Ali, Ma., selaku Ketua Prodi Muamalat dan Bapak
Abdurrauf, M.A., selaku Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan arahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku ketua Prodi Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku Sekretaris Prodi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan dan membantu
penulis secara tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing penulis
mengerjakan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd., selaku Dosen Penasehat
Akademik.
8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat untuk penulis.
9. Seluruh staf akademik dan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kedua orang tua, Bapak Mohamad Taufiq dan Ibu Euis Ana Sulfiyana
Fajriah Ilyas, adik tercinta Azora Qurratul Ainina serta keluarga besar
penulis yang berkat dukungan, arahan, motivasi dan doa’anya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Elis Khairunnisa, yang selalu setia menemani, memberi semangat,
memberi inspirasi dan membantu penulis dalam proses pembuatan naskah
skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat Pemuda Istiqomah selama masa kuliah, Hasbi Curtis,
Nurhasanudin, Imaduddin Afiyan, Ihsan Baik Siregar dan Ahmad Fadhli
Ajib Naufal yang senantiasa saling mendukung satu sama lain dalam
menyelesaikan skripsi masing-masing.
13. Keluarga besar Muamalat angkatan 2012 dan 2013 yang telah bersama-
sama berjuang dari awal masuk kuliah hingga akhir kuliah.
14. Anggota dan rekan-rekan pelatih Marching Band Nada Syiar Daar El
Qolam Corps, yang selalu membantu penulis menghilangkan rasa lelah
dengan bermain musik.
15. Teman-teman KKN Smart 2016, yang selalu memberi semangat dan
mendukung satu sama lain.
16. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
atas segala bantuannya kepada penulis.
v
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis memohon maaf dan pengertian sebesar-
besarnya apabila terdapat kekeliruan, kesalahan, ataupun segala kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan pihak-pihak lainnya.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 17 Maret 2018
Penulis
Mohamad Iqbal Akbari
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
D. Batasan Masalah ......................................................................................... 5
E. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6
G. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
H. Sistematika Penulisan ................................................................................. 7
BAB II: LANDASAN TEORI ........................................................................... 9
A. Modal Bank ................................................................................................ 9
1. Pengertian Modal Bank .......................................................................... 9
B. Perjanjian Basel Terkait Modal Internasional ............................................ 11
1. Sejarah Lahirnya Komite Basel ............................................................ 11
a. Basel Capital Accord I ......................................................................... 13
b. Basel Capital Accord II ........................................................................ 15
c. Basel Capital Accord III ....................................................................... 17
C. Teori Terkait Capital Buffer ...................................................................... 18
1. Pecking Order Theory .......................................................................... 18
vii
2. Charter Value Theory ........................................................................... 20
3. Too Big To Fail Consensus................................................................... 20
D. Capital Buffer ........................................................................................... 22
1. Pengertian Capital Buffer ..................................................................... 22
2. Pengukuran Capital Buffer ................................................................... 22
E. Return on Equity (ROE) ............................................................................ 23
1. Pengertian Return on Equity (ROE) ...................................................... 23
F. Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................................ 24
1. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................... 24
G. Non Performing Finance (NPF) ................................................................ 25
1. Pengertian Non Performing Finance (NPF) .......................................... 25
H. Bank Size (Ukuran Bank) .......................................................................... 26
1. Pengertian Bank Size (Ukuran Bank) .................................................... 26
I. Review Studi Terdahulu ............................................................................ 27
J. Alur Kerja Penelitian ................................................................................ 32
K. Hipotesis ................................................................................................... 33
1. Financing to Deposit Ratio (FDR) ........................................................ 33
2. Bank Size.............................................................................................. 33
3. Non Performing Finance (NPF) ........................................................... 33
4. Return on Equity (ROE) ....................................................................... 33
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 34
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 34
B. Jenis Penilitian .......................................................................................... 34
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 34
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.................................. 35
1. Populasi ............................................................................................... 35
2. Sampel ................................................................................................. 36
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 36
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 37
1. Dependen (Y) ....................................................................................... 37
viii
2. Independen (X) .................................................................................... 37
G. Metode Analisis Data ................................................................................ 38
H. Estimasi Model Data Panel ....................................................................... 40
1. Commont Effect .................................................................................... 41
2. Fixed Effect .......................................................................................... 42
3. Random Effect ...................................................................................... 43
I. Tahap Analisis .......................................................................................... 44
1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel ..................................... 44
a. Uji Chow.............................................................................................. 44
b. Uji Hausman ........................................................................................ 46
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 47
a. Uji Normalitas ...................................................................................... 47
b. Uji Multikoliniertitas ............................................................................ 48
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 49
d. Uji Autokorelasi ................................................................................... 50
3. Uji Statistik .......................................................................................... 52
a. Uji Koefesien Determinasi ................................................................... 52
b. Uji Statistik F ....................................................................................... 53
c. Uji Statistik t ........................................................................................ 54
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 56
B. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................................... 57
1. Financing to Deposit Ratio (FDR) ........................................................ 57
2. Non Peforming Finance (NPF) ............................................................. 58
3. Return on Equity (ROE) ....................................................................... 59
C. Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik ......................................... 60
1. Uji Chow.............................................................................................. 60
2. Uji Hausman ........................................................................................ 61
D. Uji Asumsi Klasik..................................................................................... 62
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 62
2. Uji Multikolinieritas ............................................................................. 63
ix
3. Uji Heterokedastisitas........................................................................... 64
4. Uji Autokorelasi ................................................................................... 65
E. Uji Signifikansi ......................................................................................... 66
1. Uji Koefesien Determinasi ................................................................... 66
2. Uji Statistik F ....................................................................................... 67
3. Uji Statistik t ........................................................................................ 67
4. Persamaan Model Regresi .................................................................... 69
F. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................... 70
1. Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Capital Buffer ............. 70
2. Pengaruh Non Performing Finance Terhadap Capital Buffer ................ 71
3. Pengaruh Return on Equity Terhadap Capital Buffer ............................ 72
4. Pengaruh Bank Size Terhadap Capital Buffer........................................ 73
BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 74
A. Kesimpulan............................................................................................... 74
B. Saran ........................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76
LAMPIRAN ..................................................................................................... 79
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Daftar Sampel BUS ........................................................................... 36
Tabel 3.2: Kriteria Durbin Watson ..................................................................... 52
Tabel 4.1: Proses Seleksi Sampel ....................................................................... 56
Tabel 4.2: Hasil Uji Chow.................................................................................. 61
Tabel 4.3: Hasil Uji Hausman ............................................................................ 62
Tabel 4.4: Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 63
Tabel 4.5: Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 64
Tabel 4.6: Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 65
Tabel 4.7: Hasil Uji Koefesien Determinasi ....................................................... 66
Tabel 4.8: Hasil Uji Statistik F ........................................................................... 67
Tabel 4.9: Hasil Uji Statistik t ............................................................................ 68
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Skema Alur Kerja Penelitian ..................................................................... 32
Gambar 4.1: Financing to Deposit Ratio ............................................................ 57
Gambar 4.2: Non Performing Finance ............................................................... 58
Gambar 4.3: Return on Equity ............................................................................ 59
Gambar 4.4: Bank Size ....................................................................................... 60
Gambar 4 5: Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga perbankan berfungsi sebagai lembaga intermediasi dan menjadi
sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter Bank
Indonesia. Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of
trust, agent of development dan agent of service.1
Dalam rangka menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus memiliki
kecukupan modal, kualitas asset yang baik, pengelolaan yang baik dan harus
berdasarkan prinsip kehati-hatian, serta menghasilkan keuntungan. Oleh karena
bank merupakan institusi yang memiliki peran penting dalam perekonomian, bank
sentral selaku regulator perlu melakukan pengawasan terhadap kessehatan dan
stabilitas perbankan. Agar mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan
bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Salah satu indikator bahwa suatu bank dikatakan sehat dapat dinilai dari
kecukupan modal yang dimiliki. Bank perlu menyediakan kecukupan modal untuk
menjaga tingkat kepercayaan nasabah terhadap aktivitas perbankan. Oleh karena
itu bank sentral selaku regulator yang memiliki kewenangan dalam mengawasi
industri perbankan mengeleuarkan aturan perbankan mengenai permodalan. Bank
Indonesia dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian menetapkan kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Hal tersebut bertujuan
untuk memperkuat sistem perbankan dan sebagai penyangga terhadap potensi
kerugian.2
Dasar peraturan yang digunakan oleh bank sentral dalam hal ini Bank
Indonesia adalah dengan mengadopsi peraturan dari Basel Comitee on Banking
1 Y. Sri Sulio, et. al, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Salemba Empat, 2000
cet ke-1 hal. 6. 2 Diakses Pada 1 Agustus 2017 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-
statistik/booklet-perbankan-indonesia
2
Supervisio (BCBS). Pada tahun 1988 BCBS mengeluarkan konsep awal mengenai
permodalan bank beserta perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR) khusus untuk resiko kredit yang kemudian disempurnakan pada tahun
1996 dengan menambahkan Tier 3 dan penghitungan ATMR risiko pasar. Konsep
mengenai permodalan yang dikeluarkan oleh BCBS ini lebih dikenal dengan
Basel Accord 1 di mana dalam aturan tersebut bank diwajibkan untuk memiliki
modal paling sedikit sama dengan 8 persen dari ATMR. BCBS memiliki tiga
tujuan utama dalam mengembangkan Basel 1, yaitu3:
1. Untuk memperkuat keandalan dan stabilitas dari system perbankan
internasional.
2. Menciptakan kerangka yang adil dalam mengukur kecukupan modal bank
internasional.
3. Berusaha untuk mengembangkan kerangka yang dapat diimplementasikan
secara konsisten dengan tujuan untuk mengurangi persaingan diantara bank
internasional.
Pada tahun 2006 BCBS kembali mengeluarkan aturan mengenai Basel II.
Aturan pada Basel II dinilai lebih kompleks dibandingkan dengan Basel I. Dalam
Basel II terdapat kerangka penghitungan modal yang bersifat lebih sensitif
terhadap risiko (sensitif risk). Basel II bertujuan untuk meningkatkan keamanan
dan kesehatan sistem keuangan yang berfokus pada perhitungan modal yang
berbasis pada risiko, supervisory review process, dan market discipline. Secara
umum kerangka Basel II terdiri dari tiga pilar yaitu Pilar 1 mengenai kecukupan
modal minimum (minimal capital requirements), Pilar 2 tentang proses review
oleh pengawas (supervisory review process), dan Pilar 3 berkaitan dengan disiplin
pasar (market discipline). Dengan pengimplementasian Basel II pada perbankan di
Indonesia diharapkan industri perbankan di Indonesia akan lebih sehat dan
mampu bertahan dalam kondisi krisis.4
3 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2006) hal. 18. 4 Diakses Pada 1 Agustus 2017 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-
statistik/booklet-perbankan-indonesia
3
Adanya krisis keuangan global 2008/2009 mendorong BCBS mengeluarkan
paket reformasi keuangan global atau lebih dikenal dengan Basel III untuk
memperkuat ketahanan pada sisi mikro maupun makro. Peningkatan ketahanan
dalam sisi mikro dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
permodalan bank yang lebih tinggi serta perlunya tersedia kecukupan cadangan
(buffer) modal yang harus dimiliki oleh bank dengan mewajibkan pembentukan
conservation buffer sebesar 2,5% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
yang dimiliki oleh bank, buffer tersebut berguna untuk menyerap kerugian saat
terjadi krisis.
Sementara itu peningkatan ketahanan pada sisi makro dilakukan dengan
melakukan reformasi terhadap pengaturan makro untuk memantau tingkat
procyclicality sistem keuangan. Penguatan pada sisi makro tersebut dilakukan
dengan mensyaratkan bank untuk menyediakan countercyclical capital buffer
pada saat keadaan ekonomi baik (boom period) yang bertujuan untuk menyerap
kerugian saat terjadi krisis (boost period) akibat dari pertumbuhan kredit yang
berlebihan sehingga dapat mengganggu sistem keuangan.
Besarnya countercyclical capital buffer yang disyaratkan yaitu sebesar 0%-
2,5% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dimiliki oleh bank.
Selain itu, diperlukan juga capital surcharge untuk D-SIB (Domestic Systemically
Important Bank) atau bank yang ditetapkan memiliki dampak sistemik, yang
mana kisaran besaran yang disyaratkan untuk capital surcharge sebesar 1%
sampai dengan 2,5% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dengan
menerapkan Basel III di Indonesia diharapkan industri perbankan akan lebih kuat
dan mampu menjalankan operasi bisnisnya meskipun di tengah krisis ekonomi.5
Sesuai dengan substansi di atas, Basel III secara mendasar menyajikan
reformasi yang dilakukan oleh BCBS untuk memperkuat permodalan dan standar
likuiditas dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan sektor perbankan
terhadap krisis. Kemampuan sektor perbankan menyerap shock yang terjadi
5 Diakses Pada 1 Agustus 2017 dari http://www.bi.go.id/id/perbankan/implementasi-
basel/consultative-papers
4
karena tekanan keuangan dan perekonomian diharapkan dapat mengurangi
penyebaran risiko dari sektor keuangan terhadap perekonomian.
Capital buffer merupakan selisih lebih dari Capital Adequacy Ratio (CAR)
atau rasio kecukupan modal dengan CAR minimum yang telah ditetapkan (8%).
Fungsi capital buffer dalam industri perbankan adalah untuk mengantisipasi
peningkatan kerugian di masa depan.6
Sebagai contoh, rata-rata CAR bank umum syariah di Indonesia pada tahun
2014 adalah 15,74%, sedangkan minimum modal yang ditetapkan regulator
adalah 8%, ini artinya jika rata-rata CAR bank umum syariah dikurangi
kecukupan modal minimum menghasilkan 7,74%. Hasil ini menimbulkan
pertanyaan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya modal yang
harus ditahan oleh bank yang nantinya mempengaruhi tingkat permodalan bank.
Sebagai tambahan, nilai tersebutlah yang merupakan kelebihan modal untuk
penyangga atau disebut capital buffer.
Capital buffer inilah yang akan melindungi bank apabila terjadi guncangan
risiko di masa yang akan datang. Namun, memiliki capital buffer yang tinggi
berarti memiliki CAR yang tinggi pula, sementara nilai CAR yang terlalu tinggi
tidak baik untuk industri perbankan, dikarenakan kelebihan modal tersebut dapat
digunakan untuk menyalurkan kredit atau investasi guna memaksimalkan
keuntungan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengtahui lebih
lanjut yang akan dituangkan dalam sebuah tulisan skripsi.
Dengan segala pertimbangan penulis akan mengambil judul “FAKTOR -
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL BUFFER PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA”
6 Fikri & Erman, “Determinants of Comercial Banks’ Capital buffer in Indonesia”
Diponegoro Journal of Management Volume No. 1, (Semarang, 2012): hal. 4.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bank Syariah memiliki keterbatasan modal baik dalam aset yang masih
rendah.
2. Persaiangan usaha industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap
kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti
keterbatasan modal dan sumber dana.
3. Keadaan ekonomi yang terus berubah dari waktu ke waktu mempengaruhi
struktur modal.
4. Terjadinya perbedaan hasil penelitian antara penelitian terdahulu yang mana
hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan yang lain.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk:
1. Menganalisis pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap capital buffer
Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016
2. Menganalisis pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap capital
buffer Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016
3. Menganalisis pengaruh Bank Size terhadap capital buffer Bank Umum
Syariah di Indonesia tahun 2012-2016
4. Menganalisis pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap capital
buffer Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016
D. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan arah penelitian dan memudahkan analisa, maka
penulis perlu membuat batasan-batasan masalah. Adapun batasan-batasannya
meliputi:
1. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
2. Jangka waktu penelitian adalah tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
3. Objek penelitian ini adalah bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
6
4. Bank syariah yang dijadikan objek penelitian ini adalah bank umum syariah
yang telah beroperasi pada tahun 2012 dan masih beroperasi pada tahun
2016 serta menyediakan laporan keuangan tahunan di website resminya.
5. Variabel terikat penelitian yang digunakan adalah Capital Buffer.
6. Variabel bebas penelitian yang digunakan adalah:
(1) Return On Equity (ROE)
(2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
(3) Ukuran Bank (size)
(4) Non Performing Finance (NPF)
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang telah diuraikan, maka
permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah Return on Equity (ROE) mempengaruhi capital buffer Bank Umum
Syariah di Indonesia?
2. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) mempengaruhi capital buffer
Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Apakah Bank Size mempengaruhi capital buffer Bank Umum Syariah di
Indonesia?
4. Apakah Non Performing Finance (NPF) mempengaruhi capital buffer Bank
Umum Syaria di Indonesia?
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Bank-Bank Umum Syariah yang telah
beroperasi menjadi Bank Umum Syariah di Indonesia sejak tahun 2012 sampai
dengan 2016, yaitu sebanyak 11 Bank Umum Syariah.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan untuk menganalisis pengaruh
dan seberapa besar pengaruh Financing to Deposit Ratio, Return on Equity, Non
Performing Finance, Size (Ukuran Bank) terhadap Capital Buffer pada bank
syariah di Indonesia. Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis laporan
7
keuangan tahunan yang telah diaudit bank-bank syariah yang menjadi objek
penelitian dalam kurun waktu 2012 sampai dengan 2016.
G. Manfaat Penelitian
1. Akademis
Pemikiran, literatur dan hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya
khazanah keilmuan sehingga dapat dimanfaatkan untuk referensi bagi yang
ingin melakukan penelitian yang mendalam terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi capital buffer pada bank umum syariah di Indonesia.
2. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dan masukan
bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan dalam upayanya menjaga
Capital Buffer bank syariah di Indonesia.
3. Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi
bagi para praktisi di bank syariah untuk menjaga Capital Buffer
perusahaannya.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi”
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Penulis
menyusun lima bab uraian, dimana setiap bab memiliki sub-sub bab untuk
melengkapi penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang mengantarkan kepada
pokok-pokok permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Dalam bab ini diuraikan
mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori , bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dan
definisi yang terkait dengan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi captital
8
buffer. Selain itu, di bab ini juga dicantumkan studi terdahulu, kerangka konsep
dan juga hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini, diuraikan ruang lingkup
penelitian, jenis penelitian, jenis data dan sumber data, populasi dan teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik
analisis data dan operasional variabel.
BAB IV Hasil dan Pembahasan, bab ini adalah inti dari permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini. Hasil penelitian yang meliputi, hasil
pengujian asumsi klasik, pengujian model, pengujian hipotesis, serta interpretasi
inti hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini menjelaskan kesimpulan yang
berisi dari uraian pembuktian dalam penelitian dan saran untuk pemanfaat
penelitian.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Modal Bank
1. Pengertian Modal Bank
Modal adalah sesuatu yang mewakili pemilik dalam perusahaan.
Berdasarkan nilai buku modal didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net
worth), yaitu selisih nilai buku aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban
(liabilities).1
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan
operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu
neraca, yaitu: hutang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan.2
Modal adalah setiap bentuk kekayaan yang dimiliki untuk memproduksi
lebih banyak kekayaan. Pada suatu bisnis, modal, terdapat dalam berbagai bentuk
termasuk kas, persediaan, peralatan, pabrik dan sebagainya.3
Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga
yang didirikan dengan orientasi laba. Untuk mendirikan lembaga yang demikian
perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat, kekuatan aspek permodalan
akan membangun kepercayaan dari masyarakat, karena bank merupakan lembaga
kepercayaan.Untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat itu perangkat yang
strategis yang harus digunakan adalah permodalan yang cukup memadai, karena
modal merupakan faktor yang penting dalam perkembangan dan kemajuan bank
sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Dalam penciptaan aktiva selain
menciptakan keuntungan juga memungkinkan terjadinya resiko, oleh karena itu
modal harus bisa digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko
1Drs Zainul Arifin MBA, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Azkia
Publisher,2009) Hal. 159. 2 Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktek Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: ANDI,
2008) hal. 115. 3 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar‟iyyah Modern, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), hal. 217.
10
kerugian atas aktiva , terutama dana-dana yang berasal dari pihak ketiga atau
masyarakat.
Menurut Johnson and Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi, antara
lain4 :
1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian
lainnya. Dalam fungsi ini, modal memberikan perlindungan terhadap
kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para
deposan.
2. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberiaan kredit. Hal
ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai
regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu
nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk
melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap
kegagalan kredit dari satu individu debitur.
3. Sebagai dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan.
Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan
membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar
membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada.
Sementara itu, Brenton C. Leavitt, staf dewan gubernur bank sentral
amerika, kaitannya dalam fungsi dari modal bank, menekankan ada empat hal
yaitu5:
1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam
keadaan insolvable dan likuidasi.
2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan
masyarakat bahwa bank dapat terus beroprasi.
4 Frank P. Johnson dan Richard D Johnson, Commerial Bank Menagement, New York: The
Dryden Press, 1985, hal. 331-332. 5 Gorge H. Hempel, Alan B. Coleman dan Donal G. Simonson, Bank Management, Text
and Case, New York: John Wiley dan Sons, 1986, hal. 168-169.
11
3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang
diperlukan untuk menerapkan pelayanan bank.
4. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak
tepat.
Melihat fungsi modal pada suatu bank yang disampaikan diatas
menunjukkan bahwa kedudukan modal merupakan hal penting yang harus
dipenuhi terutama pendiri bank dan para menajemen bank selama beroperasinya
bank tersebut.
Untuk memastikan bahwa industri perbankan memililki modal yang cukup
untuk menjalankan kegaiatan usahanya, otoritas pengawas bertanggungjawab
untuk menetapkan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki bank dengan
mengeluarkan ketentuan mengenai permodalan minimum atau regulatory capital
sebagai acuan bagi industri perbankan setempat. Sehubungan dengan itu, Komite
Basel telah menetapkan dalam Capital Accord 1988 mengenai perhitungan
kewajiban modal minimum yang memperhitungkan eksposur risiko kredit yang
ditambahkan dengan komponen modal bank, yaitu modal tambahan serta
memperhitungkan pula eksposur pasar.
B. Perjanjian Basel Terkait Modal Internasional
1. Sejarah Lahirnya Komite Basel
The Basel Committee on Banking Supervision atau yang biasa dikenal
dengan sebutan Komite Basel didirikan sebagai Committee on Banking
Regulations and Supervisory Practies oleh para gubernur bank sentral yang
merupakan anggota dari Group of Ten (G-10) pada akhir tahun 1974 setelah
kehancuran mata uang inernasional dan juga pasar bank yang ditandai dengan
kehancuran Bankhaus Herstatt di Jerman Barat. Negara yang tergabung dalam G-
10 adalah Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Luxemburg, Belanda,
Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Petemuan pertama dari Komite Basel
12
diadakan pada bulan Februari 1975 dan sejak itu pertemuan diadakan secara rutin
sebanyak 3-4 kali dalam setahun.6
Pertemuan dilakukan di sekretariat Bank for International Settlement di
Basel, Swiss. Nama dari kota tempat berkumpulnya para gubernur bank sentral
tersebut inilah yang akhirnya menjadi nama kelompok tersebut dan juga kemudian
menjadi nama bagi produk-produk kesepakatan yang dihasilkannya. Antara
Komite Basel sendiri dan Bank for International Settlement tidak terdapat
hubungan organisatoris karena keduanya memiliki tujuan yang berbeda dan satu-
satunya fungsi dari Bank for International Settlement adalah memfasilitasi
dukungan kesekretariatan kepada Komite Basel.7
Komite Basel dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya berhubungan
dengan berbagai otoritas pengawas di berbagai Negara anggota G-10 dan dunia
onternasional. Komite Basel juga berupaya untuk meyakinkan semua negara
betapa pentingnya memperkuat sistem pengawasan prudential terhadap sektor
perbankan. Hal tersebut dilakukan dengan membangun kerjasama erat dengan
negara-negara di luar G-10 yang akan senantiasa meningkatkan kualitas
pengawasan pebankan di negara-negara anggota.8
Tujuan dari Komite Basel sendiri adalah melakukan kerjasama dan
harmonisasi dalam pengawasan perbankan secara internasional. Komite Basel
juga bertujuan sebagai suatu forum diskusi yang bersifat rahasia terkait dengan
penanganan masalah-masalah khusus, mengkoordinasikan tanggung jawab
pengawasan terhadap bank-bank internasional, dan untuk meningkatkan rambu-
rambu kehati-hatian.9 Dengan adanya harmonisasi standar internasional dalam
pengaturan dan pengawasan perbankan, maka diharapkan semakin terintegrasinya
6 Basel Committee on Banking Supervision, History of the Basel Committee and its
Membership (Swiss, Basel Committee on Banking Supervision, 2009), hal. 1. 7 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 37. 8 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), hal. 196. 9 Charles Freeland, The Work of The Basel Committee, 1994, hal. 231.
13
sistem finansial dunia sehingga dapat memperbaiki iklim dan lingkungan operasi
bagi bank-bank yang senantiasa aktif bertransaksi internasional.10
Dalam prakteknya, Komite Basel senantiasa melakukan kerjasama yang erat
dengan otoritas perbankan di luar G-10, yaitu Cili, Cina, Republik Ceko, Hong
Kong, Meksiko, Rusia, dan Thailand. Selain itu juga terdapat sembilan negara-
negara yang terlibat cukup erat dalam penyusunan dan pembahasan rancangan
tersebut, yaitu Argentina, Brasil, Hungaria, india, Indonesia, Korea, Malaysia,
Polandia, dan Singapura. Penyusunan prinsip-prinsip tersebut dilakukan setelah
konsultasi yang intensif dengan berbagai pihak lainnya termasuk International
Monetary Fund (IMF) dan World Bank.11
Dalam perkembangannya Komite Basel telah berhasil menghasilkan empat
buah produk yang relevan terkait dengan kerjasama dan harmoniasasi pengaturan
dan pengawasan bank secara internasional dan menyeluruh. Empat produk
tersebut adalah International Convergence of Capital Measurement and Capital
Standards atau biasa dikenal dengan Basel Capital Accord I, Core Principles for
Effectove Banking Supervision, Consultative Documeny Overview of the New
Basel Capital Accord atau biasa disebut dengan Basel Capital Accord II, dan
International Regulatory Framework for Banks atau Basel Capital Accord III.12
a. Basel Capital Accord I
Melalui Basel Capital Accord I, Komite Basel menetapkan
metodologi yang dibakukan dalam perhitungan besarnya modal berdasarkan
risiko (risk-based capital) suatu bank yang perlu disediakan dengan
mengacu kepada minimum capital standard atau capital adequacy ratio
(CAR) sebesar 8%. Tujuan utama dikembangkannya Basel Capital Accord I
adalah untuk memperkuat keandalan dan stabilitas dari sistem perbankan
10 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 37. 11 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), hal. 196.
12 Basel Committee on Banking Supervisions, Publications, diunduh dari
http://www.bis.org/list/bcbs/index.htm pada Senin, 18 Desember 2017 Pukul 11:02 WIB.
14
internasional, menciptakan kerangka yang adil dalam mengukur kecukupan
modal bank internasional, dan membentuk kerangka yang dapat
diaplikasikan secara seragam dan konsisten dengan tujuan untuk
mengurangi ketidaksetaraan dalam persaingan antara bank-bank yang aktif
secara internasional.13
Dalam perkembangannya terdapat banyak kasus
kebangkrutan yang berawal dari tidak dikelolanya risiko pasar.
Basel Capital Accord I mendapat banyak kritik, diantaranya adalah
belum diakomodasinya pendekatan portofolio, eksposur mengenai risiko
pasar yang masih diregulasi secara samar-samar, dan memberikan
pembobotan pada bobot risiko aktiva yang sama terhadap semua pinjaman
korporat tanpa mempertimbangkan peringkat kreditur dan debitur. Akan
tetapi, Basel Capital Accord I telah berhasil mencapai dua sasaran utama,
yaitu untuk menjaga tingkat kecukupan modal dalam sistem perbankan
internasional dan juga menciptakan iklim persaingan yang seimbang melalui
pemeliharaa modal yang cukup diantara perbankan internasional dan telah
diterapkan di lebih dari seratus negara.14
Begitu banyaknya krisis dan kritik yang masih belum bisa diakomodir
melalui Basel Capital Accord I, maka pada tahun 1999 Komite Basel
mengeluarkan proposal baru berlandaskan kepada hasil penelitian dan kajian
Komite Basel yang berhasil mengidentifikasi berbagai tantangan baru dalam
kegiatan perbankan internasional yang sudah tidak dapat disolusikan lagi
melalui Basel Capital Accord I. Berdasarkan hal tersebut, Komite Basel
memperlihatkan adanya kerjasama dengan bank-bank anggota dalam
pengembangan kesepakatan modal yang baru. Tujuan dari Komite Basel
tersebut adalah untuk mengarahkan semua risiko ke dalam suatu kerangk
13 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006) hal. 18. 14 Yustinus Dalle Edhie, Basel Capital Accord II (Wealth Indonesia) diakses melalui
http://www.wealthindonesia.com/basel-accord-ii.html pada tanggal 18 Desember 2017 Pukul
13:00 WIB.
15
pemikiran kecukupan modal serta komperehensif. Kesepakatan yang baru
ini dikenal dengan Basel Capital Accord II.15
b. Basel Capital Accord II
Dasar pertimbangan Komite Basel untuk membuat kesepakatan Basel
Capital Accord II ini adalah menjadikan pengembangan dan peningkatan
metode kuantitatif oleh bank sebagai pijakan yang kokoh dalam mengukur
dan melaporkan risiko kredit dan portofolio aktiva. Dalam
pengembangannya, Komite Basel juga menggunakan pendekatan konsultatif
guna memastikan regulasi yang baru diterapkan berdampak positif dan
sebagai upaya meyakinkan bank bahwa kesepakatan yang dibuat adalah
benar.16
Terdapat beberapa perbedaan antara Basel Capital Accord I dan Basel
Capital Accord II. Pertama, Basel Capital Accord I lebih berfokus kepada
sebuah pengunaan pengukuran tunggal yaitu risiko kredit, sedangkan Basel
Capital Accord II lebih berfokus kepada metodologi internal, kaji ulang dari
pengawasan bank dan disiplin pasar. Kedua, Basel Capital Accord I
memliki pendekatan sederhana terhadap sensitivitas risiko, sedangkan Basel
Capital Accord II memiliki tingkat sensitivitas terhadap risiko yang tinggi.
Ketiga, Basel Capital Accord I menggunakan pendekatan „one single fits
all‟ atas risiko dan modal, sedangkan Basel Capital Accord II memliki
pendekatan yang lebih fleksibel dan menawarkan berbagai pendekatan yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan bank yang berbeda-beda.17
Tujuan dari proposal Basel Capital Accord II adalah:18
15 Ferry N, Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Kesepakatan Basel II
terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanannya di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008) hal. 40. 16 Ferry N, Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Kesepakatan Basel II
terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanannya di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 42.
17 Risk Based Capital: Dari Basel I menuju Basel II (Bank Indonesia: Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Bank) hal. 5. 18 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 52.
16
Melanjutkan upaya peningkatan keamanan dan kesehatan system
finansial.
Melanjutkan upaya untuk lebih meningkatkan keseimbangan
persaingan dalam aktivitas perbankan internasional.
Memberikan landasan yang lebih menyeluruh dalam hal
menempatkan dan menilai berbagai risiko dalam perbankan.
Memberikan pedoman yang berisikan pendekatan terhadap kecukupan
modal bank yang lebih sesuai dari segi sensitivitas terhadap tingkat
risiko yang melekat dalam posisi dan kegiatan bank.
Memliki fokus kepada bank-bank yang aktif di tingkat internasional,
walaupun dari segi prinsip yang melandasinya harus cocok untuk
diterapkan di bank-bank yang tingkat kompleksitas dan
kecanggihannya bervariasi.
Basel Capital Accord II menggunakan pendekatan baru untuk
penilaian dan pengawasan bank melalui kerangka Basel Capital Accord II
yang terdiri atas tiga pilar. Pilar 1 Basel Capital Accord II adalah mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum yang memperbaiki dan memperluas
aturan sebelumnya pada Basel Capital Accord I. Pilar 2 mengenai
pengkajian ulang berdasarkan regulasi dari kecukupan modal dari masing-
masing bank dan proses penilaian internal. Pilar 3 menyangkut disiplin
pasar yang efektif sebagai pengungkit untuk memperkuat pengungkapan dan
mendorong agar bank lebih terbuka dan aman dalam praktiknya.19
Basel Capital Accord II diharapkan mencapai tujuan melalui tiga pilar
yang saling menguatkan untuk keseimbangan antara modal yang sesuai
persyaratan dengan modal yang ekonomis, mendorong integrasi pengukuran
risiko dalam proses manajemen, mencapai sensitivitas risiko kredit yang
lebih tinggi, menciptakan fleksibilitas dalam memilih pendekatan yang
sesuai dengan penerapan modal sebagaimana dipersyaratkan, membuat
metode pengukuran risiko yang dinamis dalam penerapan modal sesuai
19 Risk Based Capital: Dari Basel I menuju Basel II (Bank Indonesia: Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Bank) hal. 5.
17
dengan persyaratan, mengadopsi teknik perhitungan risiko yang lebih
canggih untuk diterapkan, menerapkan tambahan modal eksplisit bagi risiko
operasional dan risiko lain-lain.
Basel Capital Accord II dapat terlaksana karena mengizinkan bank
untuk menggunakan perangkat internal dan konsep modal ekonomis dalam
pengukuran modal yang sesuai dengan persyaratan bagi risiko kredit,
menetapkan tambahan modal spesifik terhadap risiko operasional dan
mewajibkan bank untuk mempublikasikan informasi sebagai dasar penilaian
harga saham dan peringkat kredit.20
c. Basel Capital Accord III21
Terjadinya krisis pada tahun 2008/2009 mendorong BCBS untuk
memperkuat sistem permodalan dalam perbankan. Pada tahun tersebut
ditenggarai merupakan dampak dari kondisi dimana sektor perbankan di
berbagai negara memiliki tingkat leverage yang tinggi, baik di on balance
sheet maupun off balance sheet yang kemudian menggerus kualitas modal
bank. Sementara itu, terdapat keterkaitan risiko terutama antar systemically
important financial institutions (SIFIs) yang di sisi lain tidak didukung
dengan likuiditas yang memadai sebagai buffer. Faktor lain yang turut
berpengaruh juga diantaranya permasalahan dalam kualitas corporate
governance, kualitas manejemen risiko dan transparasi. Mencermati akar
permasalahan krisis yang ada maka dirasakan kebutuhan untuk
menyempurnakan kembali kerangka permodalan yang ada (Basel II) dan
dari pembahasan di berbagai forum internasional (G20, Financial Stabilty
Board/FSB dan Basel Committee on Banking Supervision/BCBS), kerangka
Basel III pada akhirnya menjadi inisiatif baru. Dokumen “Basel III: Global
Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking Systems”
20 Ferry N, Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Kesepakatan Basel II
terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanannya di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008) hal. 21. 21 CONSULTATIVE PAPER, BASEL III: Global Regulatory Framework For More Resilient
Banks And Banking Systems (Bank Indonesia: Departemen Penilitian dan Pengaturan Perbankan,
2012)
18
yang dipublikasikan oleh BCBS pada akhir tahun 2010 secara prinsip
bertujuan untuk mengatasi masalah perbankan.
Melalui Basel III diharapkan dapat memperkuat sisi pengaturan
mikroprudensial untuk meningkatkan kesehatan dan daya tahan individual
bank dalam menghadapi krisis. Dalam konteks mikroprudensial kerangka
Basel III mensyaratkan definisi kualitas dan level permodalan yang lebih
tinggi dengan fokus utama pada komponen common equity dan pentingnya
tersedia kecukupan cadangan (buffer) modal yang harus dimiliki oleh
individual bank yaitu dengan mensyaratkan pembentukan conservation
buffer.
Selain itu, Basel III juga mencakup aspek makroprudensial dengan
mengembangkan indikator untuk memantau procyclicality sistem keuangan
dan mensyaratkan bank terutama bank/institusi keuangan yang bersifat
sistemik untuk menyiapkan buffer di saat ekonomi baik (boom period) guna
dapat menyerap kerugian saat terjadi krisis (boost period) yaitu
countercyclical capital buffer, serta juga capital surcharge bagi institusi
lembaga keuangan yang dipandang sistemik. Keterkaitan antara aspek mikro
dan makro tersebut sangat erat sehingga perlu dimonitor secara
berkesinambungan.
C. Teori Terkait Capital Buffer
Teori yang terkait dengan capital buffer yang digunakan sebagai landasan
teori peneliti merujuk pada Pecking Order Theory, Charter Value Theory, dan
Too Big To Fail Consensus. Penelitian mengenai capital buffer memliki
kedekatan dengan struktur modal, sehingga penelitian ini juga berdasarkan pada
teori struktur modal.
1. Pecking Order Theory
Pecking Order Theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh
suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual asset yang
dimilikinya. Seperti menjual gedung, tanah, peralatan yang dimilikinya dan aset-
19
aset lainnya. Termasuk dengan menerbitkan dan menjual saham di pasar modal
dan dana yang berasal dari laba ditahan (retained earnings). Pada kebijakan
Pecking Order Theory artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara
mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan
penjualan. Dampak lebih jauh, perusahaan akan mengalami kekurangan aset
karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang
berjalan maupun yang akan datang.22
Berdasarkan teori pecking order, di dalamnya terdapat pemikiran sebagai
berikut. Pertama, perusahaan memilih sumber pendanaan internal karena dana
tersebut diperoleh tanpa mengangkibatkan sinyal negatif yang dapat menurunkan
harga saham. Kedua, ketika perusahaan membutuhan sumber pendanaan
eksternal, maka tahap pertama adalah menerbitkan hutang, sedangkan penerbitan
ekuitas dilakukan sebagai langkah terakhir. Hal ini menunjukan penerbitan hutang
lebih kecil kemugkinannya dipandang sebagai sinyal buruk oleh para investor.23
Pecking Order Theory pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada
tahun 1961. Teori ini menunjukan urut-urutan pendanaan sebagai berikut (Brealey
dan Myers dalam versi Devi Verena Sari):24
Perusahaan lebih menyukai internal financing.
Perusahaan akan berusaha menyesuaikan resiko pembagian dividen dengan
kesempatan investasi yang dihadapi dan berupaya untuk tidak melakukan
perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar.
Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal terkadang berlebih atau kurang
investasi.
Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan
22 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2014) hal. 195. 23 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar‟iyyah Modern, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), hal. 302. 24 Devi Verena Sari, “Pengaruh Profatiblitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan,
Struktur Aktiva dan Likuiditas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Vol. 2, No.
3 (2010), hal. 2.
20
sekuritas akan dimulai dengan penerbitan obligasi yang dapat dikonversikan
menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.
2. Charter Value Theory
Dikutip dari Noreen dkk, teori charter value yang dibuat oleh Marcus pada
tahun 1984 menjelaskan bahwa bank senantiasa menahan ekstra modal untuk
mengamankan mereka dari penurunan stabilitas dan menangani risiko kegagalan
usaha. Teori ini juga meramalkan bahwa bank akan menghadapi kerugian atas
pendapatannya di masa yang akan datang jika kebangkrutan terjadi dan dampak
kerugian tersebut menerpa banyak pihak termasuk para pemegang saham. Oleh
karena itu, bank akan mempertahankan modal yang dimilikinya melebihi modal
minimum yang disyaratkan.25
3. Too Big To Fail Consensus
Jika“too big to fail” diartikan secara harfiah dalam Bahasa Indonesia artinya
adalah terlalu besar untuk gagal dan merupakan suatu istilah di bidang ekonomi
dan keuangan yang merujuk pada beberapa institusi atau entitas bisnis. Dalam
Cambrige Dictionaries Online, too big to fail diartikan sebagai istilah untuk
menggambarkan sebuah bank yang sangat penting bagi perekonomian suatu
negara, karena itu pemerintah akan memberikan uang rakyat untuk mencegahnya
gagal (bangkrut).26
Sedangkan dalam Investopedia, too big to fail dijelaskan
sebagai sebuah gagasan bahwa suatu bisnis telah menjadi begitu besar dan begitu
mengakar dalam perekonomian, sehingga pemerintah akan memberikan bantuan
untuk mencegah kegagalannya (kebangkrutannya). "Terlalu besar untuk gagal"
menggambarkan keyakinan bahwa jika sebuah perusahaan besar gagal, maka akan
memiliki efek gelombang bencana terhadap seluruh perekonomian.27
25 Umara Noreen, dkk, “Capital buffers and Bank Risk: Empirical Study of Adjustment of
Paskitani Banks”,International Journal of Economics and Financial Issues Vol. 4 (2016), hal.
1800-1801. 26 Cambridge Dictionaries Online, Too Big To Fail, diakses melalui
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/big?q=too+big+to+fail pada tanggal 18
Desember 2017 Pukul 15:39 WIB 27 Investopedia, Too Big To Fail, diakses melalui
https://www.investopedia.com/terms/t/too-big-to-fail.asp pada tanggal 18 Desember 2017 Pukul
16:00 WIB
21
Istilah Too Big To Fail pertama kali dilontarkan oleh Stewart Mc Kinney
ditahun 1984. Beliau adalah salah satu anggota senat Amerika Serikat yang
membidangi pengawasan perbankan dan lembaga keuangan. Stewart melihat
bahwa adanya fenomena yang mencurigakan akan konspirasi di sektor keuangan
yang dilakukan oleh industri keuangan papan atas yang beraset sangat besar yang
menguasai aset industri keuangan nasional lebih dari 70% dan menurutnya
institusi tersebut semakin sulit diatur karena keberadaanya sudah masuk kategori
global dan saling terkait dengan industri global lainnya.
Olehnya, karena sifat dan kondisinya yang sangat global yang menguasai
lebih dari 70% aset industri keuangan serta akan berdampak sistemik keseluruh
sendi-sendi negara ,maka oleh Stewart diistilahkan Too Big To Fail (TBTF).
Menurutnya pemerintah harus memberikan perlindungan terhadap bank-bank
yang berstatus TBTF demi manjaga stabilitas ekonomi nasional dan sejak
penemuan istilah TBTF tersebut maka mulailah pemerintah mengeluarkan
kebijakan tentang bank-bank yang berstatus TBTF.28
Edward J. Kane29
dan Federich S. Miskhin30
menyatakan perilaku bank-
bank besar yang cenderung memiliki capital buffer yang lebih rendah
dibandingkan bank-bank kecil dikarenakan sifat terlalu besar untuk gagal (Too
Big To Fail). Selain itu, bank-bank besar mudah dalam mendapatkan pendanaan
mereka dari pasar modal, dan memiliki keunggulan komparatif untuk mengatasi
masalah informasi terkait pemantauan yang mendorong mereka mencapai
keseimbangan antara cost supervision dan cost of equity. Bank akan mengurangi
cost of equity dengan mengurangi cadangan modalnya. Sifat Too Big To Fail
berkaitan dengan ukuran (size) dari suatu bank, dimana capital buffer sangat
terkait dengan ukuran bank.
28 M. Sobarsyah, “Analisa Kebijakan Risiko Keuangan Terhadap Industri Perbankan Di
Indonesia Yang Berstatus Too Big To Fail (TBTF)” Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Informatika Vol. 13 No. 3 (2017), hal. 138-139
29 Edward J. Kane, “Incentive for Banking Megamergers: What Motives Might Regulators
Infer from Event-Study Evidence” Journal of Money, Credit and Banking, 32, (August 2000, Part
2), hal. 24. 30 Federich S. Miskhin, “How Big a Problem is Too Big To Fail” NBER Working Paper
No. 11814, (December, 2005) hal. 2.
22
D. Capital Buffer
1. Pengertian Capital Buffer
Fikri dan Erman mendefinisikan capital buffer sebagai selisih antara rasio
modal yang dimiliki oleh bank dengan rasio modal minimum yang dipersyaratkan
oleh pengambil kebijakan.31
Tak jauh berbeda, Wibowo mengartikan capital
buffer sebagai“selisih antara rasio modal yang dimiliki oleh bank dengan
kebutuhan modal minimum yang dipersyaratkan yang digunakan sebagai ukuran
kekuatan modal bank dalam meredam risiko yang dapat mengancam stabilitas
bank”.32 Oleh sebab itu, dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
capital buffer adalah modal penyangga yang berasal dari kelebihan modal yang
dimiliki oleh bank atas ketentuan modal minimal yang disyaratkan oleh
pengambil kebijakan didasarkan pada profil risiko yang dihadapi oleh bank.
Capital buffer berfungsi untuk menyerap kerugian akibat munculnya risiko
sistemik yang tidak diharapkan. Umumnya, risiko tersebut berasal dari krisis
keuangan ataupun instabilitas kondisi politik suatu negara. Dengan capital buffer
yang memadai, operasional kegiatan bisnis bank secara keseluruhan tidak mudah
terganggu dan dapat terus berjalan dalam berbagai kondisi ekonomi yang berbeda-
beda.
2. Pengukuran Capital Buffer
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, rasio kebutuhan modal minimum
sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Peraturan tersebut berlaku
hingga kurun waktu tahun 2014. Penerbitan POJK No. 21/POJK.03/2014 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah, menyebabkan
perubahan modal minimum yang dipersyaratkan pada tahun berikutnya. Secara
sederhana formula penghitungan capital buffer adalah sebagai berikut:
31 Fikri & Erman, “Determinants of Comercial Bank‟s Capital buffer in Indonesia”
Diponegoro Journal of Management Vol. 1, (Semarang, 2012), hal. 4. 32 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi
Sumber Pendapatan: Analisis Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi
Vol. 15. No.2 (2016), hal. 183.
23
BUF = CB – CM
Di mana:
BUF : capital buffer
CB : rasio kecukupan modal bank syariah
CM : rasio kecukupan modal minumum sesuai profil risiko
E. Return on Equity (ROE)
1. Pengertian Return on Equity (ROE)
ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja
keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income.33
Dari
pandangan pemilik, ROE merupakan ukuran yang lebih penting karena
merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka.34
Jika dikaitkan dengan keuntungan bisnis syariah dalam ekonomi dapat
dilihat dari sisi teori bahwa perusahaan sekarang ini menekankan pemaksimalan
laba untuk pemegang saham. Jadi Return on Equity merupakan indikator yang
amat penting bagi pemilik saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.
Apabila terjadi kenaikan rasio, maka terjadi kenaikan laba bersih dari bank
bersangkutan.35
Rumus yang digunakan adalah36
:
33 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 298. 34 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 67. 35 Veithzal Rivai,dkk, Bank and Financial Instituion Management (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal. 747. 36 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: Penerbit
GPFE, 2010), hal. 45.
24
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Rasio ROE
Peringkat Kriteria Predikat
1 ROE > 23% Sangat Baik
2 18% < ROE < 23% Baik
3 13% < ROE < 18% Cukup Baik
4 8% < ROE < 13% Kurang Baik
5 ROE < 8% Tidak Baik
Sumber: Bank Indonesia
F. Financing to Deposit Ratio (FDR)
1. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio FDR adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah pembiayaan
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh depossan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh
karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut. Hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai pembiayaan menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan
indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi
menyepakati bahwa batas aman dari Financing to Deposit Ratio suatu bank adalah
sekitar 80%. Namun batas tolearansi antara 85% dan 100%.37
Rumus yang digunakan adalah:
37 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal.
116-117.
25
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Rasio FDR
Peringkat Kriteria Predikat
1 50% < FDR < 75% Sangat Sehat
2 75% < FDR < 85% Sehat
3 85% < FDR < 100% Cukup Sehat
4 100% < FDR < 120% Kurang Sehat
5 FDR > 120% Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia
G. Non Performing Finance (NPF)
1. Pengertian Non Performing Finance (NPF)
Pembiayaan sering digunakan untuk aktifitas utama lembaga keuangan
syariah. Pada dasarnya istilah pembiayaan memiliki pengertian yang sama dengan
istilah kredit. Salah satu risiko yang dihadapi oleh bank adalah risiko tidak
terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut risiko
pembiayaan. Pada saat pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah
dikarenakan beberapa alasan. Rasio yang digunakan bank syariah untuk mengukur
risiko tersebut biasa dikenal dengan nama Non Performing Finance (NPF).
Non Performing Finance merupakan rasio yang mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio
ini, menunjukan kualitas pembiayaan bank syariah yang semakin buruk. Bank
syariah dengan rasio NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank.38
Besarnya rasio NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal
5%, jika melibihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang
38 Dwi Nur’aini Ihsan, “ Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah “ (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2013), hal. 96.
26
bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Sesuai dengan PBI
No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip
syariah, rasio NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:
Adapun kriteria kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Kriteria Peningkatan Penilaian Rasio NPF
Peringkat Kriteria Predikat
1 NPF > 2% Sangat Baik
2 2% < NPF < 5% Baik
3 5% < NPF < 8% Cukup Baik
4 8% < ROE < 12% Kurang Baik
5 ROE <12% Tidak Baik
Sumber: Bank Indonesia
H. Bank Size (Ukuran Bank)
1. Pengertian Bank Size (Ukuran Bank)
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Renniwaty, “size of bank
atau ukuran bank adalah skala usaha yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran bank
terlihat dari dari jumlah aset atau aktiva perusahaan.39 Definisi tersebut dipertegas
oleh Ardi dan Lana yang menyatakan “nilai aktiva relatif lebih stabil
dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur
39 Renniwaty Siringoringo, “Karakter dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 15 (2012), hal. 68.
27
ukuran perusahaan.” 40
Jadi, didasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa ukuran bank adalah skala usaha yang dimiliki oleh bank ditinjau dari sisi
aktiva yang dimiliki.
Dikarenakan ukuran bank dipresentasikan oleh total aset (aktiva) dalam
bentuk rupiah, maka perlu ditransformasi dalam bentuk logarithm. Tujuannya
adalah agar data ukuran bank menjadi satuan yang sama dengan data variabel
lainnya untuk mempersempit keragaman. Oleh karena itu, ukuran bank dapat
diketahui dengan menghitung melalui rumus sebagai berikut:
Bank Size (Ukuran Bank) = Logarithm (Total Aset)
I. Review Studi Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Capital
Buffer Pada Bank Umum Syariah di Indonesia” ini memerlukan beberapa
peninjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan judul, yaitu:
1. Penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital Buffer”
(Studi Kasus pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di BEI Tahun
2011-2014) yang ditulis oleh Nanda Arum Fauzia pada tahun 2016 dalam
Diponegoro Journal Of Management Vol. 5. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi capital buffer pada
perbankan konvensional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2011-2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analis liniear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa variabel ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
capital buffer, NPL dan GDPG berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap capital buffer dan untuk variabel LOTA berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap capital buffer serta variabel BUFFt-1 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap capital buffer. Sementara itu, berdasarkan uji
F diperoleh bahwa kelima variabel yaitu ROE, NPL, LOTA, GDPG, dan
40 Ardi dan Lana, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan”,
Proceeding PESAT Vol. 2 (2007), hal. 54.
28
BUFFt-1 secara simultan berpengaruh signifikan terhadap capital buffer.
Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya pengaruh
variabel independen (ROE, NPL, LOTA, GDPG, dan BUFFt-1) dalam
menjelaskan variabel dependen (capital buffer) yaitu sebesar 51,7% dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian. Perbedaan
penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan dan objek penelitian.
Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah Financing to Deposit Ratio,
Non Performing Finance, Return on Equity, dan Bank Size. Sedangkan
objek penlitian dilakukan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Penelitian “The Determinants of Capital Buffer in Turkish Banking System”
yang ditulis oleh Gonca Atici dan Gurner Gursoy pada tahun 2012 dalam
International Business Research Vol. 6. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor penentu capital buffer pada sistem perbankan di Turki
dan untuk mengestimasi siklisitas capital buffer. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi data panel. Secara
keseluruhan, hasil penelitiannya menunjukan bahwa bufft-1, profit, LOTA
dan GDPG berpengaruh positif dan siginfikan terhadap capital buffer.
Sedangkan ROE, size, LOG, merger, dan NPL berpengaruh negatif dan
signifikan. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan
dan objek penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah
Financing to Deposit Ratio, Non Performing Finance, Return on Equity,
dan Bank Size. Sedangkan objek penlitian dilakukan pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
3. Penelitian “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Capital Buffer Perbankan
Di Indonesia (Studi Pada Bank-Bank Konvensional Go Public Periode
2010-2013)” yang ditulis oleh Vaditra Bayuseno pada tahun 2014 dalam
Diponegoro Journal Of Management Vol. 3. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi capital buffer pada
perbankan konvensional yang yang sudah go public pada tahun 2010-2013.
29
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan regresi
linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ROEt-1 dan
BUFFt-1 memiliki pengaruh positif signifikan. NPLt-1 memiliki pegaruh
positif namun tidak signifikan. Rasio LOTA memiliki pengaruh negatif
namun tidak signifikan. Sedangkan Bank Share Assets memiliki pengaruh
negatif signifikan. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang
digunakan dan objek penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti
adalah Financing to Deposit Ratio, Non Performing Finance, Return on
Equity, dan Bank Size. Sedangkan objek penlitian dilakukan pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
4. Penelitian “Determinants of Comercial Banks‟ Capital Buffer in Indonesia
(Study on 16 Biggest Comercial Banks Period 2004-2010)” yang ditulis
oleh Moh. Romizul Fikri pada tahun 2012 dalam Diponegoro Journal Of
Management Vol. 1. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor penentu
capital buffer pada 16 bank komersial terbesar di Indonesia pada tahun
2004-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa ROEt-1 dan VLOAN memliki pengaruh negatif
signifikan terhadap capital buffer. Rasio NPL memiliki pengaruh positif
signifikan. Kenaikan capital buffer memiliki pengaruh positif namum tidak
signifikan. Sedangkan Bank Share Assets memiliki pengaruh negatif tidak
signifikan. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan
dan objek penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah
Financing to Deposit Ratio, Non Performing Finance, Return on Equity,
dan Bank Size. Sedangkan objek penlitian dilakukan pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
5. Penelitian “Pengaruh Risiko, Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Ukuran,
dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Buffer” yang ditulis oleh Legi
Andiani pada tahun 2017 dalam Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 6.
30
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko, profitabilitas,
kebijakan dividen, ukuran bank dan likuiditas bank terhadap tingkat capital
buffer bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode analisis
regresi linier berganda. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Non
Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap capital buffer. Hal ini
dikarenakan bank konvensional di Indonesia memiliki rata-rata nilai NPL
yang cukup aman yaitu sebesar 1,9 % dimana nilai NPL ini masih tergolong
aman dan membuat risiko yang dimiliki bank juga tergolong rendah
sehingga kondisi inilah yang membuat risiko bank berupa risiko kredit tidak
berpengaruh terhadap capital buffer. Return on Equity (ROE) berpengaruh
negatif terhadap capital buffer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ROE dapat menurunkan besarnya capital buffer yang tersedia,
karena dalam hal ini bank lebih memilih untuk melakukan investasi guna
mendapatkan tingkat pengembalian yang diinginkan perusahaan. Dividen
Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap capital buffer. Hal ini
dikarenakan kebijakan dividen dapat cenderung berubah setiap waktu,
perubahan kebijakan dividen ini terjadi karena manajemen tidak dapat
mempertahankan tingkat pembayaran dividen tertentu secara tetap, Bank
Size tidak berpengaruh terhadap capital buffer. Hal ini dikarenakan terdapat
peran regulator dalam mengatur permodalan bank sehingga bank tidak akan
melakukan aktivitas dengan risiko yang tinggi. Loan to Deposit Ratio
(LDR) tidak berpengaruh terhadap capital buffer. Hal ini dikarenakan bank
konvensional di Indonesia memiliki rata-rata nilai LDR yang cukup aman
yaitu sebesar 87,762 %. Bank dengan tingkat likuiditas yang tergolong
aman mengindikasikan bahwa kebutuhan likuiditas bank, baik itu berupa
tarikan dana nasabah dan juga kredit masih mampu ditopang oleh DPK.
Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan dan objek
penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah Financing to
Deposit Ratio, Non Performing Finance, Return on Equity, dan Bank Size.
31
Sedangkan objek penlitian dilakukan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
32
J. Alur Kerja Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan maka
dapat dibuat skema alur kerja penelitian yang ditunjukan gambar berikut:
Gambar 2.1: Skema Alur Kerja Penelitian
FDR (X1) Bank Size (X2) NPF
(X3) ROE (X4)
Capital Buffer
(Y)
Bank Umum Syariah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Model Estimasi Data Panel
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Uji Chow Uji Hausman
Model Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Heteroskedastisitas Autokorelasi Multikolinieritas Normalitas
Uji Hipotesis
Uji Adjusted R2
Uji t Uji F
Interpretasi
Kesimpulan
33
K. Hipotesis
Didasarkan pada latar belakang masalah, landasan teori dan penelitian
terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan Financing to Deposit Ratio
terhadap Capital Buffer pada bank umum syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan Financing to Deposit Ratio terhadap
Capital Buffer pada bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bank Size
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan Bank Size terhadap Capital
Buffer pada bank umum syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan Bank Size terhadap Capital Buffer
pada bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Non Performing Finance (NPF)
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance
terhadap Capital Buffer pada bank umum syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance terhadap
Capital Buffer pada bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Return on Equity (ROE)
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan Return on Equity terhadap
Capital Buffer pada bank umum syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan Return on Equity terhadap Capital
Buffer pada bank Umum Syariah di Indonesia.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Bank-Bank Umum Syariah yang telah
beroperasi menjadi Bank Umum Syariah di Indonesia sejak tahun 2012 sampai
dengan 2016, yaitu sebanyak 11 Bank Umum Syariah.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan untuk menganalisis pengaruh
dan seberapa besar pengaruh Financing to Deposit Ratio, Return on Equity, Non
Performing Finance, Size (Ukuran Bank) terhadap Capital Buffer pada bank
syariah di Indonesia. Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit bank-bank syariah yang menjadi objek
penelitian dalam kurun waktu 2012 sampai dengan 2016.
B. Jenis Penilitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang
dirasiokan dan diolah dengan metode statistika. Tujuan dari penelitian kuantitatif
adalah untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
statistik, menunjukkan hubungan antarvariabel dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau mendeskripsikan
banyak hal.1
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).2 Data dalam penelitian ini
1 Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset, 2006), hal. 141. 2 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2009), hal. 145.
35
adalah data sekunder yang bersumber dari Laporan Keuangan Tahunan yang
menjadi objek penelitian tahun 2012-2016 yang didownload di website resmi bank
syariah yang menjadi objek penelitian dan situs internet lainnya yang relevan.
Selain itu, data dalam penelitian ini juga bersumber dari sumber pustaka.
Sumber pustaka adalah sumber-sumber bacaan atau sumber referensi yang
bertalian dengan tulisan/karangan ilmiah. Menurut isinya, sumber pustaka
dibedakan menjadi sumber pustaka umum dan sumber pustaka khusus. Sumber
pustaka umum dapat berbentuk buku-buku teks, ensiklopedia, monograf dan
sejenisnya. Sumber pustaka khusus berbentuk jurnal, buletin, majalah ilmiah,
skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya.3 Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini mencakup buku, skripsi, majalah ilmiah, tesis, disertasi, buletin,
media massa dan elektronik, serta jurnal terkait dengan judul penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik dokumen. Teknik
dokumen adalah teknik menganalis buku, jurnal, majalah, catatan historis, sebagai
pokok kajian.4 Teknik ini meliputi penghimpunan informasi dan data, studi
pustaka serta laporan keuangan bank-bank syariah yang menjadi objek penelitian.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekadar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.5
3 Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, hal. 271.
4 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hal. 198-199. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2007), hal. 80.
36
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang terdaftar pada
Bank Indonesia.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.6 Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Bank
Umum Syariah (BUS).
Tabel 3.1: Daftar Sampel BUS
3. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.7
6 Ibid., hal. 81. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2007), hal. 81.
No Nama Bank Umum Syariah
1 Bank Syariah Mandiri
2 Bank Muamalat Indonesia
3 Bank Central Asia Syariah
4 Bank Rakyat Indonesia Syariah
5 Bank Negara Indonesia Syariah
6 Bank Mega Syariah
7 Bank Bukopin Syariah
8 Bank Panin Syariah
9 Bank Jabar dan Banten Syariah
10 Maybank Syariah Indonesia
11 Bank Victoria Syariah
37
Kriteria yang digunakan sebagai berikut:
Bank syariah adalah Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia.
Bank syariah yang telah beroperasi pada tahun 2012 dan masih beroperasi
pada tahun 2016.
Bank syariah tersebut telah membuat dan mempublikasikan laporan
keuangannya pertahun pada periode 2012 sampai dengan 2016 di website
resmi milik bank secara lengkap.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Capital Buffer. Capital
buffer adalah modal penyangga yang berasal dari kelebihan modal yang dimiliki
oleh bank atas ketentuan modal minimal yang disyaratkan oleh pengambil
kebijakan yang didasarkan pada profil risiko yang dihadapi oleh bank.
2. Independen (X)
Variabel indpenden dalam penelitian ini berjumlah 4, yaitu:
a. X1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah istilah dalam perbankan
syariah atau yang dikenal dengan istilah Loan to Deposit Ratio (LDR)
dalam perbankan konvensional merupakan rasio yang menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit/pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
b. X2. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) adalah suatu kondisi pembiayaan
dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali
pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau
kemungkinan potensial loss.
38
c. X3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio antara laba setelah pajak
terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran pemilik
modal, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh
perusahaan.
d. X4. Ukuran Bank/Size (Logsize)
Ukuran bank adalah skala usaha atau besaran aset yang dimiliki.
Dikarenakan ukuran bank direpresentasikan oleh total aset dalam bentuk
rupiah, maka perlu ditransformasi dalam bentuk logarithm agar menjadi
satuan yang sama dengan data variabel lainnya untuk mempersempit
keragaman.
G. Metode Analisis Data
Dikarenakan data dalam penelitian dikumpulkan dari waktu ke waktu (time
series) pada beberapa obyek (cross section) maka metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi data panel. Regresi data panel adalah regresi yang
menggunakan panel data atau pool data yang merupakan kombinasi dari data time
series dan data cross section. Data dalam penilitian ini termasuk data panel
seimbangan (balanced panel), dikarenakan setiap unit cross section-nya memiliki
jumlah observasi time series yang sama.8
Uji regresi panel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang terdiri dari Financing to Deposit Ratio, Return on Equity, Non
Performing Finance, Size (Ukuran Bank) terhadap Capital Buffer. Untuk
memudahkan analisis data ini, peneliti akan menggunakan alat bantu berupa
software pengolah data statistik yaitu Eviews 9.0 dan Microsoft Excel.
Penggunaan data panel dalam analisis data memiliki kelebihan
dibandingkan ketika menggunakan data time series maupun cross section secara
murni, yaitu data panel dapat menjangkau permasalahan yang lebih luas dan
kompleks dibanding menggunakan data cross section dan time series secara
8 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 229.
39
murni. Kedua, data panel dapat mengetahui bagaimana variabel-variabel dan
hubungan antar variabel berubah secara dinamis sepanjang waktu. Hal ini sulit
dilakukan ketika hanya menggunakan data time series dikarenakan memerlukan
observasi yang cukup banyak untuk menghasilkan suatu hipotesis yang bermakna.
Tetapi ketika menggunakan data panel, jumlah observasi yang ingin
digunakan dalam analisis dapat mudah dicapai dengan mengkombinasikan data
time series dan cross section, sehingga meningkatkan degrees of freedom dan
kekuatan hasil uji yang didukung dari penggunaan informasi tentang perilaku
dinamis banyaknya bank syariah di waktu yang sama.
Ditambah lagi variasi yang dihasilkan dari data panel dapat membantu
untuk memitigasi masalah multikolineritas yang mungkin meningkat jika hanya
menggunakan data time series saja. Terakhir, dengan menggunakan model analisis
regresi yang tepat untuk data panel (common effect, fixed effect atau random
effects), maka dapat membuat hasil regresi tidak bias.9
Selain itu, ketika data panel digunakan untuk mengobservasi variabel
perusahaan, individu ataupun rumah tangga secara mikro, maka perkiraan yang
dihasilkan lebih akurat. Hasil bias dari melibatkan banyak perusahaan dalam
observasi mungkin akan dikurangi atau bahkan dieliminasi.10
Berdasarkan Hsio, model regresi panel secara umum dapat dinyatakan
dalam bentuk berikut:11
Yit = α it + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (1)
Di mana:
Yit : unit cross section ke-i untuk periode waktu ke-t
9 Chris Brooks, Introductory econometrics for Finance Second Edition (New York:
Cambridge University Press, 2008), hal. 488-489. 10 Badi H. Baltagi, Econometric Analysis of Panel Data Third Edition (Chicester: John
Wiley & Sons, 2005), hal. 7. 11 Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan
Pendekatan Ekonometrika Panel Spasial”, Jurnal Statistika, Fakultas Matematika & Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November (2013): hal. 1.
40
β : vektor konstanta
X : vektor observasi pada variabel independen
αit :intersep objek ke-i waktu ke-t
μit : error regresi untuk grup ke-i, waktu ke-t
μit ~ IIDN (0, σ2)
H. Estimasi Model Data Panel
Untuk mendapatkan hasil yang tepat dan sesuai, maka data panel ini perlu
untuk diestimasi berdasarkan beberapa asumsi sehingga dapat disimpulkan
metode regresi yang paling sesuai dengan data yang tersedia. Hal tersebut
dikarenakan pada saat menggunakan data panel seringkali menghadapi adanya
koefisien slope dan intersepsi yang berbeda pada setiap bank syariah dan setiap
periode waktunya. Oleh karena itu, asumsi intersepsi, slope, dan error-nya perlu
dipahami karena ada beberapa kemungkinan yang muncul, yaitu:12
Koesifien slope dan intersep konstan untuk wilayah setiap individu
sepanjang waktu dan error term mampu menangkap perbedaan karakteristik
individu dan waktu penelitian.
Koefisien slope konstan, tetapi koefisien intersepsi bervariasi pada setiap
individu.
Koefisien slope itu konstan, tetapi koefisien intersepsi verariasi pada setiap
individu dan waktu.
Semua koefisien, baik slope maupun intersepsi, bervariasi pada setiap
individu.
Semua koefisien, baik slope maupun intersepsi bervariasi sepanjang waktu,
pada setiap individu.
Beberapa kemungkinan tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak
variabel penjelasnya, semakin kompleks estimasi parameternya sehingga
12 Damodar N. Gujarati, Basic Econometrics Fourth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2004), hal. 640-641.
41
diperlukan beberapa metode untuk melakukan estimasi parameternya, seperti
pendekatan model common effect, fixed effect, dan random effects.13
1. Commont Effect
Asumsi ini merupakan asumsi yang paling sederhana dan mungkin terlalu
naif. Pada asumsi ini, dimensi waktu dan ruang diabaikan, sehingga bisa langsung
menggunakan regresi ordinary least square (OLS).14
Persamaan regresi yang
terbentuk dari asumsi ini adalah:
Yit = α + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (2)
Di mana:
i = Unit cross section
t = Periode waktu
Permasalahan utama dari model ini adalah ketidakmampuan untuk
membedakan variasi setiap bank syariah dan juga tak mampu menjelaskan apakah
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen selama waktu
penelitian adalah sama untuk setiap bank syariah. Dengan kata lain,
menggabungkan data bank-bank syariah yang jelas berbeda dan diwaktu yang
berbeda pula telah menyamarkan heterogenitas yang mungkin ada pada setiap
bank syariah. Selain itu, sangat mungkin dikatakan bahwa term error berkorelasi
dengan variabel-variabel penelitian yang dimasukkan dalam model persamaan
dikarenakan adanya gangguan term error yang melekat pada masing-masing
karakteristik bank syariah sehingga koefisien perkiraan akan menjadi bias dan
tidak konsisten.15
Permasalahan lainnya yang sering muncul dalam penerapan
13 Setiawan & Dwi, Ekonometrika (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), hal. 183. 14 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 231. 15 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), h. 594.
42
model ini adalah seringkali terjadi autokorelasi. Hal tersebut diduga terjadi karena
nilai intersepsi dari semua bank syariah diasumsikan sama.16
2. Fixed Effect
Regresi panel data memungkinkan untuk dapat mengetahui intersep masing-
masing individu karena adanya perubahan keadaan pada masing-masing unit cross
section. Dengan kata lain, model ini diasumsikan bahwa nilai slope masing-
masing variabel adalah tetap namun nilai intersep berbeda-beda untuk setiap unit
cross section dan tetap untuk setiap unit time series. Model ini dikenal dengan
sebutan Fixed Effect (Least Square Dummy Variables). Persamaan dasar untuk
model regresi panel ini adalah:17
Yit = αi + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (3)
Di mana:
i : Unit cross section (bank syariah)
t : Periode waktu
Persamaan regresi di atas hampir sama dengan persamaan regresi model
common effect. Perbedaanya terdapat pada peletakkan lambang i di depan intersep
(α) yang artinya bahwa intersep dari unit cross section mungkin berbeda satu
sama lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan karakteristik masing-masing bank
syariah, seperti perbedaan gaya dan filosofi manajemen serta jenis pangsa pasar
setiap bank syariah.18
16 Setiawan & Dwi, Ekonometrika (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), hal. 185. 17 Setiawati & Setiawan, Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan
Pendekatan Ekonometrika Panel Spasial, hal. 2. 18 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), h. 596.
43
3. Random Effect
Model alternatif untuk fixed effect yang telah dijelaskan di atas adalah
random effects model, yang mana seringkali diketahui sebagai model komponen
error. Seperti fixed effect, pendekatan random effects menggunakan intersep yang
berbeda untuk setiap unit dan intersep ini adalah konstan sepanjang waktu, dengan
hubungan antara variabel independen dan dependen diasumsikan sama secara
cross section dan temporal.19
Oleh karena itu, dikarenakan asumsi intersep dan
semua koefisien bervariasi untuk setiap individu bank, maka persamaan yang
secara umum digunakan adalah sebagai berikut:20
Yit = α0 + β’Xit + qit ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (4)
Di mana:
qit : Ɛi + μ it
Ɛi : error cross section
μit : kombinasi komponen error cross section dan time series
Model random effect ini hanya perlu memperkirakan nilai mean intersep
dan variansinya tanpa harus memperkirakan intersep keseluruhan unit cross
section-nya. Oleh karena itu, intersep model ini umumnya merepresentasikan nilai
mean (mean value) dari semua intersep bank syariah dan komponen error (Ɛi)
menunjukkan deviasi (acak) intersep masing-masing bank syariah dari nilai mean-
nya. Perlu diketahui, Ɛi tidak teramati secara langsung, sehingga Ɛi dianggap
sebagai variabel tak teramati (unobservable variable) maka lebih tepat digunakan
pada situasi di mana intersep (acak) dari setiap bank syariah tidak berkorelasi. Jika
ingin mengabaikan korelasi intersep antar bank syariah, maka model Generalized
Least Squares (GLS) lebih tepat digunakan.21
19 Chris Brooks, Introductory econometrics for Finance Second Edition (New York:
Cambridge University Press, 2008), hal. 498. 20 Setiawati & Setiawan, Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan
Pendekatan Ekonometrika Panel Spasial, hal.2. 21 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), hal. 603.
44
Generalized Least Squares adalah sebuah metode yang efisien untuk
mengestimasi koefisien yang tak diketahui (unknown coeficient) model regresi
linear ketika variabel-variabel memiliki variansi yang tak seimbang dan terdapat
tingkat kepastian korelasi antar variabel.22
Sederhananya, Generalized Least
Squares adalah Ordinary Least Squares yang variabelnya ditransformasi untuk
memenuhi asumsi standar least squares.23
I. Tahap Analisis
1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
Berdasarkan beberapa uraian alternatif model yang dapat digunakan untuk
mengestimasi koefisien slope dan intersepsi dari data panel maka diperlukan
metode untuk memilih model terbaik yang akan digunakan dalam menganalisis
variabel penelitian. Analisis model menggunakan uji Chow dan uji Hausman
diperlukan untuk memastikan akurasi model yang akan digunakan dalam
mengolah data panel.
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang terbaik antara
common effect dengan fixed effect. Uji ini dibangun berdasarkan hipotesis:
H0 = Penggunaan common effect model
Ha = Penggunaan fixed effect model
Untuk menguji hipotesis di atas maka digunakan metode
perbandingan antara nilai F model Chow dengan nilai F tabel.
Penghitungannya didasarkan rumus sebagai berikut:24
22 Yeliz Kantar, “Generalized Least Square and Weight Least Square Estimation Methods
for Distributional Parameters”, REVSTAT Statistic Journal Vol. 13 No. 13 (November 2015): hal.
269. 23 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), hal. 372. 24 Badi H. Baltagi, Econometric Analysis of Panel Data Third Editon, (England: John
Wiley & Sons Ltd, 2005) hal. 13.
45
F0 = (RRSS – URSS) / 𝑁−1
URSS / (𝑁. −𝑁− )
Di mana:
RRSS = Restricted residual sums of squares (RRSS) dari common
effect model (pooled ordinary least square)
URSS = Restricted residual sums of squares (RRSS) dari fixed
effect model (least dummy square variables)
N = Jumlah unit bank syariah
T = Jumlah runtut waktu
K = Jumlah variabel dependen dan independen
Sedangkan F tabel dicari dengan df: α,(k-1), (n-k).
Di mana:
df = Degree of Freedom
α = Tingkat signifikansi yang digunakan (0,05)
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
k = Jumlah variabel (independen dan dependen)
Apabila nilai uji F model Chow lebih besar dibanding F tabel maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, dapat dikatakan model terbaik
untuk mengestimasi persamaan penelitian ini adalah model fixed effect.
Sebaliknya, jika nilai uji F model Chow lebih kecil dibanding F tabel maka
H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
common effect lebih tepat digunakan.25
Cara lainnya adalah dengan melihat
nilai probabilitas (Prob.) untuk cross-section F. Jika nilainya > 0,05
(ditentukan di awal sebagai tingkat signifikansi atau alpha) maka model
25 Chris Brooks, Introductory econometrics for Finance Second Edition (New York:
Cambridge University Press, 2008), hal. 181.
46
yang terpilih adalah common effect, tetapi jika < 0,05 maka model yang
terpilih adalah fixed effect.26
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menguji apakah variabel penjelas tidak
berkorelasi dengan efek model. Model efek acak dianggap tidak bias apabila
tidak berkorelasi dengan variabel penjelas. Dengan kata lain, uji ini
bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random di dalam panel
data.yaitu dengan menguji hipotesis berbentuk:
H0 : Penggunaan random effect model
Ha: Penggunaan fixed effect model
Dalam perhitungan statistik uji Hausman diperlukan asumsi bahwa
banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel
independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih lanjut, dalam estimasi
statistik uji Hausman diperlukan estimasi variansi cross-section yang positif,
yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini
tidak dipenuhi maka hanya dapat digunakan model fixed effect.27
Alternatif
lainnya untuk melakukan uji Hausman adalah dengan cara membandingkan
nilai probability cross section random (p value) dengan tingkat signifikansi
awal. Jika nilainya lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi awal) maka
model yang terpilih adalah random effect, tetapi jika lebih kecil dari 0,05
maka model yang terpilih adalah fixed effect.28
26 Tim Dosen Perbanas, Operasionalisasi Regresi Data Panel dengan Eviews 8, (Jakarta:
Perbanas, 2014). Hal. 16. 27 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews,
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012). hal. 274. 28 Chris Brooks, Introductory econometrics for Finance Second Edition (New York:
Cambridge University Press, 2008), hal. 509.
47
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas29
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Nilai residual
terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk
kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang kedua
sisinya melebar sampai tidak terhingga. Berdasarkan pengertian uji
normalitas tersebut maka uji normalitas di sini tidak dilakukan per variabel
(univariat) tetapi hanya terhadap nilai residual terstandarisasinya
(multivariat). Pelanggaran atas asumsi normalitas pada model regresi akan
menimbulkan konsekuensi bahwa nilai prediksi yang diperoleh akan bias
dan tidak konsisten.
Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi
normal atau tidak, maka dapat digunakan uji Jarque-Bera. Uji ini merupakan
uji normalitas dengan berdasarkan pada koefisien keruncingan (kurtosis)
dan koefisien kemiringan (skewness). Hipotesis dalam uji ini adalah:
H0 = Berdistribusi normal
Ha = Berdistribusi tidak normal
Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB)
dengan nilai X2 tabel. Untuk menghitung nilai statistik Jarque-Bera (JB)
digunakan rumus berikut:
(
)
29 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 69-78.
48
Di mana:
JB = Statistik Jarque-Bera
S = Koefisien skewness
K = Koefisien kurtois
Jika nilai Jarque-Bera (JB) lebih kecil dari X2 tabel maka H0 diterima
dan Ha ditolak. Dengan kata lain nilai residual terstandarisasi dinyatakan
berdistribusi normal.
b. Uji Multikoliniertitas
Pengertian kolinearitas sering dibedakan dengan multikolinearitas.
Kolinearitas berarti terjadi korelasi linier yang mendekati sempurna antar
dua variabel bebas. Sedangkan multikolinearitas berarti terjadi korelasi
linier yang mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Uji
multikolinearitas sendiri bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara
variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas maka model
regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinearitas. Terjadinya
multikolinearitas dapat menyebabkan penaksir-penaksir OLS dan kesalahan
bakunya cenderung tidak stabil dan sangat sensitif bila ada perubahan data
meskipun sangat kecil.30
Selain itu, nilai standard error dari koefisien
menjadi tidak valid sehingga hasil uji signifikansi dengan uji t tidak valid31
serta hasil estimasi menjadi tidak efisien.32
Uji multikolinearitas ini secara
singkat dapat dinyatakan hipotesis berikut:
30 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 81&92. 31
Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews,
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012). hal. 52. 32 Setiawan & Dwi, Ekonometrika (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), hal. 192.
49
H0 = Tidak terjadi multikolinieritas dalam model
Ha = Terjadi multikolinieritas dalam model
Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan dengan cara melihat nilai
Variance Inflation Factor (VIF) atau Tolerance. Regresi yang bebas
multikolinearitas memiliki VIF di sekitar satu tolerance mendekati satu. Jika
untuk suatu variabel independen nilai VIF > 10 maka H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga dapat dikatakan terjadi kolinearitas yang kuat
antarvariabel independen.33
Sebagai alternatif uji ini adalah dengan melihat
pair-wise correlations antar variabel bebas tinggi. Apabila nilainya melebihi
0,8 maka H0 yang menyatakan tidak terjadinya multikolinearitas dalam
model ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa telah terjadi
multikolinearitas dalam model.34
c. Uji Heteroskedastisitas
Jika varian dari error adalah konstan maka disebut dengan
homokedastisitas. Sebaliknya, jika error tidak memiliki variansi konstan
maka dikatakan sebagai heteroskedasitisitas.35
Pada dasarnya terjadinya
permasalahan heteroskedastisitas tidak memiliki pengaruh terhadap bias
atau ketidakkonsistenan penaksir OLS, namun dikarenakan standar error
OLS didasarkan langsung terhadap variansi tersebut, maka hasil perkiraan
OLS terhadap interval kepercayaan menjadi tak dapat dipercaya dan nilai
statistik menjadi tak valid.36
Untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan heteroskedastisitas
dapat digunakan uji White, yaitu dengan meregresikan semua variabel
bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel bebas
33 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews,
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012). hal. 52-53. 34 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), hal. 338. 35 Chris Brooks, Introductory econometrics for Finance Second Edition (New York:
Cambridge University Press, 2008), hal. 132. 36 Jeffrey M. Woorldrige, Introductory Econometrics A Modern Approach, (Mason: South
Western Cengage Learning, 2009), hal. 265.
50
terhadap nilai residual kuadratnya, sehingga persamaan yang digunakan
sebagai berikut:
Ui2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X1
2 + β4X2
2 + β5X1X2 + μi
Keterangan:
Ui = Nilai residual
Xi = Variabel bebas
Hipotesis dalam uji ini ialah:
H0 = Asumsi homoskedastisitas dari komponen error terpenuhi
Ha = Asumsi error bersifat heteroskedastik
Untuk menguji hipotesis White dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai X2 hitung dengan nilai X
2 tabel. Nilai X
2 hitung
dalam metode ini diperoleh dari n x R2, di mana n = jumlah pengamatan,
sedangkan R2 merupakan koefisien determinasi regresi. Nilai X
2 tabel dicari
dengan rumus df = α, jumlah variabel bebas. Jika nilai X2 hitung lebih besar
dari X2 tabel dengan df = α, jumlah variabel bebas, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Dengan kata lain dalam model terdapat masalah
heteroskedastisitas.37
Apabila terjadi permasalahan heteroskedastisitas dalam model, maka
dapat diatasi dengan menerapkan metode Weighted Least Square (atau
secara umum, Generalized Least Square) terhadap model yang terpilih.38
d. Uji Autokorelasi39
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota
serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau
ruang (cross section). Terjadinya autokorelasi dalam model akan membuat
37 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 107. 38 Ibid., hal. 54. 39 Ibid., hal. 125-140.
51
penaksir Ordinary Least Square tidak lagi efisien (mempunyai varian
minimum), baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar. Selain itu,
nilai R2 yang dihasilkan akan lebih tinggi daripada yang seharusnya
sehingga R2 tersebut tidak dapat dipercaya. Selain itu, nilai variance dan
kesalahan baku yang akan digunakan untuk peramalan tidak akan efisien.
Untuk mengetahui ada tidaknya dalam permasalahan autokorelasi dalam
model ini, maka digunakan uji Durbin-Watson. Hipotesis dalam uji ini
adalah:
H0 = Tidak terdapat korelasi serial pada residual
Ha: Terdapat korelasi serial pada residual
Untuk menguji hipotesis di atas adalah dengan melihat nilai Durbin-
Watson dengan nilai dL dan dU. Nilai Durbin-Watson dicari dengan rumus:
DW = ⅀(e – et-1)2 / ⅀et
2
Di mana:
DW = Nilai Durbin-Watson
e = Nilai residual
et-1 = Nilai residual satu periode sebelumnya
Sedangkan tabel daerah kritik dari statistik Durbin-Watson digunakan
untuk melihat nilai dL dan dU, dengan K = jumlah variabel bebas dan n =
ukuran sampel. Dasar untuk mengambil keputusan uji autokorelasi adalah
dengan melihat tabel kriteria pengujian autokorelasi dengan Uji Durbin-
Watson, yaitu:
52
Tabel 3.2: Kriteria Durbin Watson
DW Kesimpulan
<dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d 4 – dU Tanpa kesimpulan
dU s.d. 4 – dL Tidak ada autokorelasi
4 – dU s.d. 4 – dL Tanpa kesimpulan
> 4 – dL Ada autokorelasi (-)
Jika nilai Durbin-Watson dU dengan 4 – dU, maka H0 diterima
sedangkan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi tidak mengandung masalah autokorelasi.
3. Uji Statistik
a. Uji Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi merepresentasikan besaran dari variasi total
yang dapat dijelaskan oleh model. Dengan kata lain, koefisien determinasi
menunjukkan total besaran pengaruh variabel independen yang digunakan
terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2 mendekati angka 1, maka
ketepatannya semakin akurat.40
Kelemahan dari koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi. Apabila
model ditambahkan jumlah variabel bebas dan pengamatan maka
berdampak terhadap peningkatan nilai R2 meskipun variabel yang
ditambahkan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel
dependennya. Oleh sebab itu, koefisien determinasi yang telah disesuaikan
(adjusted R square) digunakan agar nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan juga memiliki kemungkinan untuk naik ataupun turun apabila
terdapat penambahan variabel ataupun pengamatan baru dalam model.
40 Setiawan & Dwi, Ekonometrika (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), hal. 64.
53
Formula untuk menghitung koefisien determinasi yang disesuaikan adalah
sebagai berikut:
2adj =
Di mana:
R2 = Koefisien determinasi
(Y- Ŷ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
(Y- Ȳ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
41
b. Uji Statistik F
Pada dasarnya, uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersamasama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji
adalah semua variabel independen bukan merupakan penjelasan yang
signifikan terhadap variabel dependen sedangkan hipotesis alternatifnya
(Ha) tidak semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menyimpulkan apakah
model masuk kategori cocok (fit) atau tidak, maka yang harus dilakukan
yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.42
Untuk menghitung besarnya nilai F hitung digunakan formula berikut:
41 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 59. 42 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3 (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2009), hal. 239.
54
Di mana:
F = Nilai F Hitung
R2 = Koefesien Determinasi
K = Jumlah Variabel
n = Jumlah Pengamatan
Sedangkan untuk mencari nilai F tabel yaitu dengan rumus:
df: α,(k-1), (n-k)
Di mana:
df = Degree of Freedom
α = Tingkat signifikansi yang digunakan (0,05)
n = Jumlah Pengamatan
k = Jumlah variabel (indpenden dan dependen)
Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka hipotesis
alternative yang menyatakan bahwa semua variabel indpenden secara
simultan merupakan variabel yang mempengaruhi signifikan terhadap
variabel dependen diterima. 43
c. Uji Statistik t
Uji statistik t memperlihatkan seberapa besar pengaruh suatu variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang
hendak diuji adalah H0, yaitu apabila suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel depnden. Sedangkan
hipotesis alternatifnya adalah Ha, yaitu apabila variabel tersebut merupakan
43 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 61.
55
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara untuk menguji
kedua hipotesis tersebut yaitu dengan membandingkan nilai statistik t
dengan titik kritis menurut tabel.44
Untuk menghitung besarnya statistik t digunakan rumus berikut:
ti =
Di mana:
t = Nilai t hitung
bj = Koefesien regresi
Sbj = Kesalahan baku koefesien regresi
Sedangkan untuk mencari nilai t tabel yaitu jika menggunakan satu
ujung maka df: α. n-k, tetapi jika menggunakan dua ujung maka derajat
bebasnya adalah df: α/2. n-k.
Di mana:
df = Degree of freedom
α = Tingkat signifikansi yang digunakan (0,05)
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
k = Jumlah variabel (independen dan dependen)
Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan
nilai t tabel, maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen
diterima. 45
44 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3 (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2009), hal. 238. 45 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2011), hal. 62.
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
yang ada di Indonesia. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang
dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan Mei 2017, jumlah Bank
Umum Syariah di Indonesia sebanyak 13 BUS. Periode penelitian yang digunakan
adalah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Alasan periode tahun tersebut
digunakan dalam penelitian ini karena data pada periode tahun tersebut dapat
memberikan gambaran tentang kondisi perbankan syariah di Indonesia.
Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling denga proses seleksi sampel disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1: Proses Seleksi Sampel
No. Kriteria Jumlah
1. BUS di Indonesia menurut data statistik
Perbankan Syariah
13
2. BUS yang terdaftar selama periode tahun
2012-2016
11
3. BUS yang tersedia data lengkap dan laporan
keuangan dipublikasi
11
Jumlah Sampel Tiap Periode 11
Periode Penelitian 5
Jumlah Sampel Akhir 55
Sumber: Data diolah
Berdasarkan proses seleksi sampel Bank Umum Syariah diatas berhasil
diperoleh jumlah BUS yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 11 BUS, dimana
penelitian dilakukan dalam periode 5, sehingga jumlah sampel akhir yang didapat
57
sebanyak 55. Data penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi dari
masing-masin Bank Umum Syariah.
B. Analisis Statistik Deskriptif
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Deskripsi 2012 2013 2014 2015 2016
Mean 97,7 99,2 96,4 94,1 94,4
Std Deviasi 36,7071 18,8688 20,8403 8,33472 14,992
Sumber: Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (Diolah)
Gambar 4.1: Financing to Deposit Ratio
Gambar 4.1 memperlihatkan financing to deposit ratio masing masing bank
syariah yang diteliti dalam penilitian ini setiap tahunnya. Rata-rata nilai tertinggi
bank syariah di Indonesia berada di nilai 99,2% yang terjadi pada tahun 2013.
Sedangkan rasio FDR dengan rata-rata terendah terjadi pada tahun 2015 dengan
nilai 94,1%. Sementara itu bank syariah dengan rasio FDR tertinggi adalah
Maybank Syariah Indonesia dengan rasio sebesar 197,7% pada tahun 2012.
Sedangkan bank syariah dengan rasio FDR terendah adalah Bank Victoria Syariah
yaitu sebesar 42% pada tahun 2012.
58
2. Non Peforming Finance (NPF)
Deskripsi 2012 2013 2014 2015 2016
Mean 1,56 1,99 2,94 3,28 2,80
Std Deviasi 1,23325 1,51584 1,79411 1,46344 1,46419
Sumber: Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (Diolah)
Gambar 4.2: Non Performing Finance
Gambar 4.2 memperlihatkan non performing finance masing-masing bank
syariah yang diteliti dalam penilitian ini setiap tahunnya. Rata-rata nilai tertinggi
bank syariah di Indonesia berada di nilai 3,28% yang terjadi pada tahun 2015.
Sedangkan rasio NPF dengan rata-rata terendah terjadi pada tahun 2013 dengan
nilai 1,99%. Sementara itu bank syariah dengan rasio NPF tertinggi adalah Bank
Jabar Syariah dengan rasio sebesar 4,94% pada tahun 2016. Sedangkan bank
syariah dengan rasio NPF terendah adalah Bank Central Asia Syariah yaitu
sebesar 0% pada tahun 2012 dan tahun 2013. Dan Maybank Syariah Indonesia
yaitu sebesar 0% pada tahun 2013.
59
3. Return on Equity (ROE)
Deskripsi 2012 2013 2014 2015 2016
Mean 14,3 9,32 1,84 -0,43 -3,96
Std Deviasi 17,18847 6,71518 7,252608 12,36914 19,30224
Sumber: Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (Diolah)
Gambar 4.3: Return on Equity
Gambar 4.3 memperlihatkan return on equity masing-masing bank syariah
yang diteliti dalam penilitian ini setiap tahunnya. Rata-rata rasio ROE Bank
Umum Syariah mengalami penurunan setiap tahunnya. Rata-rata nilai rasio ROE
tertinggi bank syariah di Indonesia berada di nilai 14,3% yang terjadi pada tahun
2012. Sedangkan rasio ROE dengan rata-rata terendah terjadi pada tahun 2016
dengan nilai -3,96%. Sementara itu bank syariah dengan rasio ROE tertinggi
adalah Bank Mega Syariah dengan rasio sebesar 57,98% pada tahun 2012.
Sedangkan bank syariah dengan rasio ROE terendah adalah Bank Jabar Syariah
yaitu sebesar -49,05% pada tahun 2016.
60
4. Bank Size (Ukuran Perusahaan)
Sumber: Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (Diolah)
Gambar 4.4: Bank Size
Gambar di atas menunjukkan sebagian besar total aset yang dimiliki bank
syariah meliputi Bank Syariah Mandiri, Bank Central Asia Syariah, Bank Jabar
dan Banten Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Negara Indonesia
Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah terus meningkat setiap
tahun. Sedangkan bank yang lain cenderung fluktuatif total asetnya sepanjang
periode penelitian. Selain itu, grafik tersebut menunjukkan bahwa bank dengan
total aset terbesar pada tahun 2016 adalah Bank Syariah Mandiri dengan total aset
mencapai ±79 triliun rupiah. Sedangkan bank dengan total aset terendah adalah
Bank Victoria Syariah dengan total aset ±1,5 triliun rupiah.
C. Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model terbaik antara common effect
dengan fixed effect. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F model Chow
dengan nilai F tabel. Apabila nilai uji F model Chow lebih besar dibanding F tabel
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, model terbaik untuk
mengestimasi penelitian ini adalah fixed effect. Sebaliknya, jika nilai F model
61
Chow lebih kecil dibanding F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa model common effect lebih tepat digunakan.
Uji Chow juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (Prob.)
untuk cross-section F. Jika nilainya lebih besar dari 0,05 (ditentukan di awal
sebagai tingkat signifikansi atau alpha) maka model yang terpilih adalah common
effect. Tetapi jika lebih rendah dari 0,05 maka model yang terpilih adalah fixed
effect.
Tabel 4.2: Hasil Uji Chow
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
(Prob.) untuk cross-section F adalah 0,0000, lebih rendah dari tingkat signifikansi
sebesar 0,05. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
model fixed effect lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Hausman
Dikarenakan hasil uji Chow memperlihatkan bahwa model fixed effect lebih
baik dibandingkan dengan model common effect, maka perlu dilakukan uji
Hausman untuk mengetahui model terbaik antara model fixed effect dengan model
random effect. Uji Hausman dilakukan dengan cara membandingkan nilai
probability cross section random (p value) dengan tingkat signifikansi awal. Jika
nilainya lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi awal) maka model yang terpilih
adalah random effect, tetapi jika lebih kecil dari 0,05 maka model yang terpilih
adalah fixed effect
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7.685530 (10,40) 0.0000
Cross-section Chi-square 58.963134 10 0.0000
62
Tabel 4.3: Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 29.353756 4 0.0000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan hasil output uji Hausman di atas dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (Prob.) untuk cross-section F adalah 0,0000, lebih rendah dari tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih
tepat digunakan dalam penelitian ini dibandingkan dengan model random effect.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal
atau tidak, maka dapat digunakan uji Jarque-Bera. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai Jarque-
Bera (JB) lebih kecil dari X2 tabel dan nilai probability lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
0
1
2
3
4
5
6
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 55
Mean -5.80e-18
Median 0.017445
Maximum 0.248769
Minimum -0.263463
Std. Dev. 0.130861
Skewness -0.158409
Kurtosis 1.955851
Jarque-Bera 2.728506
Probability 0.255571
Sumber: Output Eviews
Gambar 4 5: Hasil Uji Normalitas
63
Berdasarkan penghitungan di atas diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar
2,728506 sedangkan nilai X2 tabel dengan df: 0,05, 4 adalah 9,48773, dan nilai
probability sebesar 0,255571. Dikarenakan nilai Jarque-Bera (2,728506) lebih
kecil dari nilai X2 tabel (9,48773) dan nilai probability sebesar 0,255571 lebih
besar dari nilai signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
Ha ditolak. Artinya nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Gejala multikolinearitas dapat dikatakan terjadi dalam model regresi apabila
terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel independen.
Terjadinya multikolinearitas dapat menyebabkan nilai standard error dari
koefisien menjadi tidak dipercaya sehingga hasil uji t tidak valid dan hasil
estimasi menjadi tidak efisien. Hipotesis uji multikolinearitas ini yaitu H0 apabila
tidak terjadi multikolinearitas dalam model dan Ha = Terjadi multikolinearitas
dalam model.1 Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan dengan cara melihat
pair-wise correlations antar variabel bebas. Apabila nilainya melebihi 0,8 maka
H0 yang menyatakan tidak terjadinya multikolinearitas dalam model ditolak.
Artinya, model regresi mengandung masalah multikolinearitas.2
Tabel 4.4: Hasil Uji Multikolinieritas
FDR NPF ROE SIZE
FDR 1.000000 -0.004175 -0.148380 -0.269019
NPF -0.004175 1.000000 -0.470693 0.032002
ROE -0.148380 -0.470693 1.000000 0.351791
SIZE -0.269019 0.032002 0.351791 1.000000
Sumber: Output Eviews
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki
korelasi tinggi melebihi 0,80 dengan variabel bebas lainnya. Oleh karena itu,
1 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012), hal. 52. 2 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill
Companies, 2009), hal. 338.
64
dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terjadinya multikolinearitas dalam
model ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas
dalam model.
3. Uji Heterokedastisitas
Untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan heteroskedastisitas dapat
digunakan uji White, yaitu dengan meregresikan semua variabel bebas, variabel
bebas kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel bebas terhadap nilai residual
kuadratnya.
Untuk menguji hipotesis White dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai X2 hitung dengan nilai X
2 tabel. Nilai X
2 hitung dalam metode ini diperoleh
dari n x R2, di mana n = jumlah pengamatan, sedangkan R
2 merupakan koefisien
determinasi regresi. Nilai X2 tabel dicari dengan rumus df = α, jumlah variabel
bebas. Jika nilai X2 hitung lebih besar dari X
2 tabel dengan df = α, jumlah variabel
bebas, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain dalam model terdapat
masalah heteroskedastisitas. Dengan kata lain dalam model terdapat masalah
heterokedastisitas.
Tabel 4.5: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.533093 Mean dependent var 0.017781
Adjusted R-squared 0.159567 S.D. dependent var 0.021593
S.E. of regression 0.019795 Akaike info criterion -4.703774
Sum squared resid 0.011756 Schwarz criterion -3.791349
Log likelihood 154.3538 Hannan-Quinn criter. -4.350932
F-statistic 1.427192 Durbin-Watson stat 2.749256
Prob(F-statistic) 0.176712
Sumber: Output Eviews
65
Berdasarkan output di atas, X2 hitung adalah n x R
2 = 55 x 0,533 = 29,31,
sedangkan nilai X2 tabel dengan df = 0,05, 4 = 9,48773. Dikarenakan nilai X
2
hitung (29,31) lebih besar dari X2 tabel (9,48773), maka dapat disimpulkan bahwa
Ha ditolak dan H0 diterima. Dengan kata lain, model ini terkena masalah
heteroskedastisitas. Hal ini tidak terlalu mengejutkan mengingat data unit cross
section (bank syariah) dengan heterogenitasnya yang digunakan dalam penelitian
ini cukup beragam, maka sulit untuk mempertahankan homogenitas bank syariah.
4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota
serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang
(cross section). Untuk mengetahui ada tidaknya dalam permasalahan autokorelasi
dalam model ini, maka digunakan uji Durbin-Watson. Uji ini dilakukan dengan
melihat nilai Durbin-Watson dengan nilai dL dan dU.
Tabel daerah kritik dari statistik Durbin-Watson digunakan untuk melihat
nilai dL dan dU, dengan K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel. Jika
nilai Durbin-Watson dU dengan 4 – dU, maka H0 diterima sedangkan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak mengandung
masalah autokorelasi.
Tabel 4.6: Hasil Uji Autokorelasi
Weighted Statistics
R-squared 0.855634 Mean dependent var 1.315659
Adjusted R-squared 0.805106 S.D. dependent var 0.833445
S.E. of regression 0.152047 Sum squared resid 0.924729
F-statistic 16.93383 Durbin-Watson stat 2.274483
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan output di atas, nilai Durbin-Watson adalah 2,274483,
sedangkan nilai dL dan dU dengan K = 4 dan n = 55 adalah nilai dL = 1,4136,
66
sedangkan nilai dU = 1,7240, sehingga nilai 4 – dL = 4 –1,4136 = 2,5864
sedangkan nilai 4 - dU = 4 – 1,7240 = 2,2760. Nilai Durbin-Watson tersebut
(2,274483) berada di antara nilai dU (1,7240) dan nilai 4 – dL (2,5864), maka
dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima. Dengan kata lain, model
regresi ini tidak mengandung autokorelasi.
E. Uji Signifikansi
1. Uji Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependennya. Nilai Adjusted R Square yang mendekati nilai satu maka berarti
kemampuan variabel-varibel independen semakin besar untuk menjelaskan
pengaruhnya terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7: Hasil Uji Koefesien Determinasi
Weighted Statistics
R-squared 0.855634 Mean dependent var 1.315659
Adjusted R-squared 0.805106 S.D. dependent var 0.833445
S.E. of regression 0.152047 Sum squared resid 0.924729
F-statistic 16.93383 Durbin-Watson stat 2.274483
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan output regresi model fixed effect di atas, diperoleh nilai
adjusted R-squared sebesar 0,805 atau 80,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
Capital Buffer bank syariah dapat dijelaskan oleh Financing to Deposit Ratio,
Non Performing Finance, Return on Equity, dan Bank Size sedangkan sisanya
sebesar 19,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini.
67
2. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel terikat. Apabila nilai F hitung > F tabel maka Ha
diterima sedangkan H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen
secara simultan mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai F hitung < f
tabel, maka Ha ditolak sedangkan H0 diterima dan dapat disimpukan bahwa tidak
ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.
Tabel 4.8: Hasil Uji Statistik F
Weighted Statistics
R-squared 0.855634 Mean dependent var 1.315659
Adjusted R-squared 0.805106 S.D. dependent var 0.833445
S.E. of regression 0.152047 Sum squared resid 0.924729
F-statistic 16.93383 Durbin-Watson stat 2.274483
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai F hitung yang dihasilkan
adalah sebesar 16,93, sedangkan nilai F tabel dengan df: 0,05, (5-1), (55-5) adalah
2,56. Dikarenakan nilai F hitung (16,93) lebih besar dari nilai F tabel (2,56) maka
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sedangkan H0 ditolak. Hal ini menunjukan
bahwa variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependennya.
Dengan kata lain, persamaan regresi yang terbentuk dianggap memenuhi kriteria
fit (cocok).
3. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi
68
variabel dependennya. Cara melakukan uji t adalah dengan cara membandingkan
nilai statistik t hitung dengan t tabel. Apabila nilai t hitung > t tabel maka Ha
diterima sedangkan H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen
secara parsial mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai t hitung < t
tabel, maka Ha ditolak, sedangkan H0 diterima dan dapat disimpukan bahwa
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependennya.
Tabel 4.9: Hasil Uji Statistik t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGFDR -0.901904 0.295557 -3.051538 0.0040
LOGNPF -0.230738 0.058978 -3.912290 0.0003
LOGROE -0.001320 0.070735 -0.018664 0.9852
LOGSIZE -0.116344 0.082033 -1.418256 0.1639
C 4.324710 1.199167 3.606430 0.0009
Sumber: Output Eviews
Tabel di atas menunjukkan masing-masing nilai statistik t, sedangkan t tabel
dengan df: 0,05, (55-5) adalah 2,0086. Berikut adalah hasil uji t untuk masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen:
a. Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Capital Buffer
Berdasarkan output eviews di atas, diperoleh nilai t hitung dari Financing
to Deposit Ratio sebesar -3,0515 lebih besar dari nilai t tabel (2,0086), dengan
nilai signifikan (Prob.) sebesar 0,0040 lebih kecil dari tingkat signifikansi
(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Financing to Deposit Ratio
berpengaruh terhadap Capital Buffer. maka artinya Ha diterima dan H0 ditolak.
b. Pengaruh Non Performing Finance terhadap Capital Buffer
Berdasarkan output eviews di atas, diperoleh nilai t hitung dari Non
Performing Finance sebesar -3,9122 lebih besar dari nilai t tabel (2,0086),
dengan nilai signifikan (Prob.) sebesar 0,0003 lebih kecil dari tingkat
69
signifikansi (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing
Finance berpengaruh negatif signifikan terhadap Capital Buffer. maka artinya
Ho ditolak dan Ha diterima.
c. Pengaruh Return on Equity terhadap Capital Buffer
Berdasarkan output eviews di atas, diperoleh nilai t hitung dari Return on
Equity sebesar -0,0186 lebih kecil dari nilai t tabel (2,0086), dengan nilai
signifikan (Prob.) sebesar 0,9852 lebih besar dari tingkat signifikansi (0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Equity tidak berpengaruh
terhadap Capital Buffer. maka artinya Ho diterima dan Ha ditolak.
d. Pengaruh Bank Size terhadap Capital Buffer
Berdasarkan output eviews di atas, diperoleh nilai t hitung dari Bank Size
sebesar -1,4182 lebih kecil dari nilai t tabel (2,0086), dengan nilai signifikan
(Prob.) sebesar 0,1639 lebih besar dari tingkat signifikansi (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Bank Size tidak berpengaruh terhadap Capital
Buffer. maka artinya Ho diterima dan Ha ditolak.
4. Persamaan Model Regresi
Didasarkan output hasil regresi model fixed effect generalized least square,
maka model persamaannya adalah:
CB = 4,324710 + -0,901904 FDRit + -0,230738 NPFit + -0,001320
ROEit + -0,116344 SIZEit+ μit
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Konstanta sebesar 4,324710 menunjukkan bahwa jika variabel independen
yang meliputi Financing to Deposit Ratio, Non Prforming Finance, Return
on Equity, dan Bank Size pada observasi ke i dan periode ke t adalah nol,
maka nilai CB yang merepresentasikan Capital Buffer senilai 4,324710.
b. Nilai koefisien variabel Financing to Deposit Ratio adalah sebesar -
0,901904. Artinya, apabila nilai Financing to Deposit Ratio meningkat
70
sebanyak 1%, maka CB mengalami penurunan secara signifikan sebesar -
0,901904 %.
c. Nilai koefisien variabel Non Prforming Finance adalah sebesar -0,230738.
Artinya, apabila nilai Non Prforming Finance meningkat sebanyak 1%,
maka CB mengalami penurunan secara signifikan sebesar -0,230738%.
d. Nilai koefisien variabel Return on Equity adalah sebesar -0,001320. Artinya,
apabila nilai Return on Equity meningkat sebanyak 1%, maka CB
mengalami penurunan secara tidak signifikan sebesar -0,001320%.
e. Nilai koefisien variabel Bank Size adalah sebesar -0,116344. Artinya,
apabila nilai Bank Size meningkat sebanyak 1%, maka CB mengalami
penurunan secara tidak signifikan sebesar -0,116344 %.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Capital Buffer
Hasil uji t menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio berpengaruh
negatif signifikan terhadap Capital Buffer. Dengan kata lain, apabila rasio FDR
meningkat maka Capital Buffer menurun. Pada bank syariah rasio FDR adalah
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Sehingga semakin besar rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank.
Adanya pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Capital Buffer
dalam penelitian ini menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah pembiayaan yang
diberikan lebih besar dari pada pertumbuhan jumah dana yang dihimpun sehingga
mengindikasiansemakin rendahnya kemampuan likuiditas bank. Maka bank untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan masyarakat tidak cukup hanya ditopang dana
dari dana pihak ketiga sehingga akan berdampak pada permodalan bank. Semakin
jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah, semakin besar pula
risiko yang akan diterima oleh bank apabila para nasabah tidak sanggup
membayar kewajibannya.
71
Dengan semakin tingginya FDR sebagai dampak dari pertumbuhan jumlah
penyaluran pembiayaan lebih besar dari pertumbuhan jumlah dana diterima, maka
akan membuat kondisi likuiditas bank semakin berisiko. Karena terbatasnya
jumlah dana yang dimiliki bank dalam memenuhi seluruh kewajiban jangka
pendeknya. Kondisi tersebut akan dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan
masyarakat pada suatu bank. Untuk itu, dalam upaya menjaga kepercayaan
masyarakat pada bank diperlukan penyediaan jumlah dana yang besar yang
kemungkinan diambilkan dari modal bank guna penyediaan likuiditasnya.
Disamping itu, akibat dari penyaluran pembiayaan yang besar maka akan
membuat nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) akan semakin besar,
sehingga kemampuan modal bank dalam menganggulangi kemungkinan
terjadinya risiko yang diakibatkan oleh kegiatan operasional bank akan semakin
rendah. Oleh karena itu, meningkatnya FDR akan menurunkan Capital Buffer
bank.
2. Pengaruh Non Performing Finance Terhadap Capital Buffer
Hasil uji t menunjukkan bahwa Non Performing Finance berpengaruh
negatif signifikan terhadap Capital Buffer. Dengan kata lain, apabila rasio NPF
meningkat maka Capital Buffer menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Sugeng Haryanto (2016), Gonca Atici dan Gurner Gursoy (2013),
D'Avack dan Levasseur (2007), Alfon (2005), dan Prastyantoko dan Soedarmo
(2010), yang menyatakan bahwa Non Performing Finance berpengaruh
signifikan terhadap Capital Buffer.
Semakin tinggi rasio NPF, maka akan menggerus permodalan bank.
Sehingga ketika permodalan bank semakin kecil maka Capital Buffer bank akan
menjadi kecil juga. Semakin tinggi rasio NPF bank akan menutup kerugian
tersebut dengan permodalan bank, sehingga permodalan bank akan mengalami
penurunan.
Menurut D’Avack (2007) dan Alfon (2005) bahwa adanya hubungan negatif
antara NPF sebagai proxy risiko terhadap Capital Buffer dikarenakan adanya
72
perilaku “moral hazard” di bank dimana dengan tingkat risiko yang lebih tinggi,
bank cenderung memegang Capital Buffer yang rendah. Hal itu dikarenakan bank
kurang menerapkan prinsip kehati-hatian pada penyaluran pembiayaan sehingga
menyebabkan tingkat NPF meningkat, tingginya tingkat NPF menunjukkan risiko
yang terealisasi tinggi sehingga memaksa bank untuk mengurangi Capital Buffer
untuk menutup risiko tersebut. Oleh karena itu NPF menghasilkan pengaruh yang
negatif terhadap Capital Buffer.
3. Pengaruh Return on Equity Terhadap Capital Buffer
Hasil uji t menunjukkan bahwa Return on Equity berpengaruh negatif
namun tidak signifikan terhadap Capital Buffer. Dengan kata lain, apabila rasio
ROE meningkat maka Capital Buffer menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh, Legi Andiani (2007), Gonca Atici & Gurner
Gursoy (2013), Moh. Romizul Fikri & Erman Denny Arfianto (2012), Alfon
(2004), Jokipii dan Milne (2008, dan Ayuso (2004), menunjukkan bahwa Return
on Equity berpengaruh negatif terhadap Capital Buffer.
Rasio ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri.
Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para investor untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan
dengan pembayaran deviden. Perusahaan perbankan jelas memiliki perbedaan
mendasar dengan perusahan-perushaan lain. Tujuan utama bank dari modal adalah
untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian.
Bank akan berusaha meminimalisir biaya termasuk baiaya modal dan
memaksimalkan pendapatan untuk mencapai suatu efektifitas usaha. Hal ini sesuai
dengan tujuan klasik perusahaan yaitu mendapatkan laba sebanyak-banyaknya
dengan modal seminimal mungkin. Kenaikan ROE dapat menyebabkan
penurunan modal apabila tingkat pertumbuhan pendapatan tidak sejalan dengan
pertumbuhan modal bank. Apabila diasumsikan pendapatan perusahaan tidak
mengalami kenaikan namun tingkat ROE meningkat, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat modal mengalami penurunan. Meskipun ROE meningkat tetapi jika
modal tersebut digunakan untuk menghasilakn laba dan digunakan untuk hal hal
73
lain seperti melakukan ekspansi usaha sehingga menurunkan labanya, termasuk
laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
4. Pengaruh Bank Size Terhadap Capital Buffer
Hasil uji t menunjukkan bahwa Bank Size berpengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap Capital Buffer. Dengan kata lain, apabila Bank Size
meningkat, maka Capital Buffer akan menurun. Hasil penelitian sejalan dengan
hasil penelitian Juni Purwati (2016), Moh. Romizul Fikri & Erman Denny
Arfianto (2012), Jokipii dan Milne (2011), Prasetyo dan Soedarmono (2010), dan
Gonca Atici & Gurner Gursoy (2013).
Penelitian ini sependapat dengan teori Too Big To Fail yang menyatakan
bahwa bank besar lebih memilih untuk menjaga Capital Buffer-nya lebih rendah.
Hal ini karena bank-bank besar memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan
dengan bank-bank kecil. Bank-bank besar juga akan cenderung melakukan
aktivitas dengan risiko yang lebih rendah sehingga Capital Buffer yang dihasilkan
juga akan semakin rendah. Selain itu, bank-bank besar juga percaya bahwa bank
akan memperoleh bantuan berupa tambahan modal dari regulator apabila
kesulitan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi capital buffer pada bank umum syariah di Indonesia,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara simultan, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan
antara variabel Financing to Deposit Ratio, Non Performing Finance,
Return on Equity, dan Bank Size terhadap Capital Buffer pada bank umum
syariah di Indonesia.
2. Nilai koefisien determinasi adjusted R-Squared yang diperoleh adalah
sebesar 0,805 atau 80,5%. Hal ini menunjukkan bahwa Capital Buffer dapat
dijelaskan oleh Financing to Deposit Ratio, Non Performing Finance,
Return on Equity, dan Bank Size sedangkan sisanya sebesar 19,5%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
3. Variabel Financing to Deposit Ratio memiliki pengaruh negatif siginifikan
terhadap Capital Buffer bank syariah.
4. Variabel Non Performing Finance memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap Capital Buffer bank syariah.
5. Variabel Return on Equity memiliki pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap Capital buffer bank syariah. Hasil ini menandakan bahwa teori
Pecking Order Theory adalah benar.
6. Variabel Bank Size berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Capital
Buffer. Hasil ini membuktikan bahwa teori Too Big To Fail adalah benar.
75
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa saran
yang diharapkan bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
1. Bagi bank syariah, sebaiknya menentukan besaran modal yang harus ditahan
dengan cermat dan tepat. Agar bank syariah dapat memenuhi perjanjian
standar modal internasional.
2. Bagi pemegang kebijakan, sebaiknya terus mengawasi dan mengevaluasi
kebijakannya terkait besaran modal yang wajib dimiliki bank syariah,
kegiatan usaha yang dilakukan oleh perbankan syariah maupun
konvensional.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu memperluas analisis terkait
faktor determinan yang mempengaruhi Capital Buffer bank syariah secara
mendalam. Penelitian selanjutnya dapat menambah ruang lingkup variabel
penelitian. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat menambah variabel
penelitian seperti variabel makroekonomi, efisiensi dan rasio keuangan
lainnya serta memperluas rentang waktu dan objek penelitian.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ardi dan Lana, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan
keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT Vol. 2 (2007), hal. 54.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher,
2009.
Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
ANDI, 2008.
Baltagi, Badi H. Econometric Analysis of Panel Data Third Edition. Chicester:
John Wiley & Sons, 2005.
Basel Committee on Banking Supervision. History of the Basel Committee and its
Membership. Swiss: Basel Committee on Banking Supervision, 2009.
Brooks, Chris. Introductory econometrics for Finance Second Edition. New York:
Cambridge University Press, 2008.
Consultative Paper Basel III. Global Regulatory Framework For More Resilient
Banks And Banking Systems. Bank Indonesia: Departemen Penilitian dan
Pengaturan Perbankan, 2012.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
Edhie, Yustinus Dalle. “Basel Capital Accord II”. Diakses pada tanggal 18
Desember 2017 dari http://www.wealthindonesia.com/basel-accord-
ii.html.
Fahmi, Irfan. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta, 2014.
Fikri, Moh. Romazul & Erman Denny Arfianto. “Determinants of Comercial
Banks’ Capital Buffer in Indonesia.” Diponegoro Journal of Management
Vol. 1 (2012): hal. 4.
Freeland, Charles. The Work of The Basel Committee. 1994.
Gandapradja, Permadi. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Gujarati, Damodar N & Dawn C Porter. Basic Econometrics Fifth Edition. New
York: The McGraw-Hill. 2009.
Hardanto, Sulad Sri. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2006.
Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Kesepakatan Basel
II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanannya di Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008.
Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2013.
Johnson, Frank P, Johnson dan Richard D. Commerial Bank Menagement. New
York: The Dryden Press, 1985.
Kane. Edward J. “Incentive for Banking Megamergers: What Motives Might
Regulators Infer from Event-Study Evidence” Journal of Money, Credit
and Banking, 32, (August 2000, Part 2), hal. 24.
77
Kantar, Yeliz Mert. “Generalized Least Square and Weight Least Square
Estimation Methods for Distributional Parameters.” REVSTAT Statistic
Journal Vol. 13 No. 13 (November 2015): hal. 269.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Kuncoro, Mudradjad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2009.
Miskhin, Federich S. “How Big a Problem is Too Big To Fail” NBER Working
Paper No. 11814, (December, 2005) hal. 2.
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar‟iyyah Modern,
(Yogyakarta: ANDI, 2011.
Noreen, Umara, dkk. “Capital buffers and Bank Risk: Empirical Study of
Adjustment of Paskitani Banks”,International Journal of Economics and
Financial Issues Vol. 4 (2016), hal. 1800-1801.
Risk Based Capital: Dari Basel I menuju Basel II. Bank Indonesia: Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Bank
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Instituion Management. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Penerbit GPFE, 2010.
Rosadi, Dedi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews.
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012.
Sari, Devi Verena. “Pengaruh Profatiblitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva dan Likuiditas terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”.
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Vol. 2, No. 3 (2010),
hal. 2.
Setiawan & Dwi, Ekonometrika. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.
Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur
dengan Pendekatan Ekonometrika Panel Spasial”, Jurnal Statistika,
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Sepuluh November (2013): hal. 1.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2010.
Simoson, Gorge H. Hempel, Alan B. Coleman dan Donal G. Bank Management,
Text and Case. New York: John Wiley dan Sons, 1986.
Siringoringo, Renniwaty. “Karakter dan Fungsi Intermediasi Perbankan di
Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 15 (2012), hal.
68.
Sulio, Y, Sri. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cet.1. Jakarta : Salemba
Empat, 2000.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2007.
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi SPSS . Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2011.
78
Sobarsyah, M. “Analisa Kebijakan Risiko Keuangan Terhadap Industri Perbankan
Di Indonesia Yang Berstatus Too Big To Fail (TBTF)” Jurnal Bisnis,
Manajemen, dan Informatika Vol. 13 No. 3 (2017), hal. 138-139.
Tim Dosen Perbanas, Operasionalisasi Regresi Data Panel dengan Eviews 8.
Jakarta: Perbanas, 2014
Wibowo, Buddi. “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan
Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis Per Kelompok Bank di
Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016), hal. 183.
Wiratha, Made. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset, 2006.
Woorldrige, Jeffrey M. Introductory Econometrics A Modern Approach. Mason:
South Western Cengage Learning, 2009.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
SUMBER LAINNYA
Bank Indonesia, diakses pada 1 Agustus 2017 dari
http://www.bi.go.id/id/perbankan/implementasi-basel/consultative-papers.
Basel Committee on Banking Supervisions, diakses pada 18 Desember 2017 dari
http://www.bis.org/list/bcbs/index.htm
Cambridge Dictionaries Online, diakses pada 18 Desember 2017 dari
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/big?q=too+big+to+fail
Investopedia, diakses pada 18 Desember 2017 dari
https://www.investopedia.com/terms/t/too-big-to-fail.asp
Otoritas Jasa Keuangan, diakses pada 1 Agustus 2017 dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-
perbankan-indonesia
79
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
BANK TAHUN LOGSZIE LOG ROE LOG NPF LOG BUFF LOG FDR
BMI
2012 13.64547684 1.46478752 0.257678575 0.552668216 1.975431809
2013 13.73028883 1.057285644 0.193124598 0.781755375 1.999565488
2014 13.7952557 0.342422681 0.685741739 0.771587481 1.924795996
2015 13.75694492 0.444044796 0.62324929 0.301029996 1.95568775
2016 13.74652832 0.477121255 0.146128036 0.437750563 1.978180517
BSM
2012 13.73423477 1.39880773 0.056904851 0.764922985 1.974971994
2103 13.80594721 1.18582536 0.359835482 0.785329835 1.950851459
2014 13.82578736 1.18582536 0.632457292 0.786751422 1.914343157
2015 13.84738575 0.772321707 0.607455023 0.45484486 1.913283902
2016 13.89670101 0.764176132 0.495544338 0.603144373 1.898176483
BMS
2012 12.91188534 1.763278211 0.120573931 0.741151599 1.948412966
2013 12.96024289 1.418798291 0.161368002 0.698100546 1.969881644
2014 12.84785559 0.397940009 0.257678575 1.051538391 1.971275849
2015 12.74506069 0.206825876 0.499687083 1.031004281 1.992995098
2016 12.78783169 1.07809415 0.44870632 1.162265614 1.978636948
BRIS
2012 13.14887752 0.892651034 0.320146286 0.592176757 2.012837225
2013 13.24056649 1.008600172 0.5132176 0.812244697 2.011570444
2014 13.308373 -0.356547324 0.562292864 0.689308859 1.972665592
2015 13.38435784 0.80140371 0.589949601 0.693726949 1.924795996
2016 13.44227885 0.86923172 0.503790683 1.065579715 1.910624405
BSB
2012 12.55824133 0.864511081 0.661812686 0.679427897 1.963315511
2013 12.6377111 0.882524538 0.565847819 0.491361694 2.000867722
2014 12.71269319 0.378397901 0.523746467 0.832508913 1.967547976
2015 12.76545646 0.728353782 0.437750563 0.919601024 1.956648579
2016 12.84631228 0.711807229 0.434568904 0.954242509 1.944975908
BNIS
2012 13.02715844 0.968949681 0.152288344 1.052693942 1.92890769
2013 13.1675685 0.984527313 0.053078443 0.931457871 1.990338855
2014 13.2898589 1.034628457 0.017033339 1.031812271 1.966610987
2015 13.3620613 1.056523724 0.164352856 0.943494516 1.963315511
2016 13.45200391 1.077004327 0.214843848 0.925312091 1.926856709
BJBS
2012 12.6273094 1.077004327 0.004321374 1.116939647 1.943988875
2013 12.67164374 0.667452953 0.648360011 0.999565488 1.988558957
2014 12.78486596 0.571708832 0.59439255 0.893761762 1.924279286
2015 12.80888357 -0.036212173 0.648360011 1.061829307 2.019946682
2016 11.94270286 -0.036212173 0.693726949 0.916453949 1.994317153
80
BCAS
2012 12.20471157 0.447158031 0.693726949 1.371067862 1.902546779
2013 12.30993212 0.633468456 0.693726949 1.158362492 1.921686475
2014 12.47631694 0.462397998 -1 1.334453751 1.959994838
2015 12.63844733 0.491361694 -0.301029996 1.419955748 1.960946196
2016 12.69858821 0.544068044 -0.698970004 1.457881897 1.954724791
BVS
2012 11.18336666 0.950851459 0.382017043 1.302763708 1.662757832
2013 11.19677971 0.568201724 0.519827994 1.017033339 1.927626962
2014 11.270372 0.568201724 0.67669361 0.861534411 1.978180517
2015 11.21126013 0.568201724 0.683047038 0.788168371 1.978636948
2016 11.2885388 0.568201724 0.638489257 0.776701184 2.002597981
MSI
2012 11.97811155 0.692846919 0.096910013 1.74733411 2.296006669
2013 11.99703715 0.703291378 0.096910013 1.711047604 2.184123354
2014 12.02065831 0.834420704 0.632457292 1.644733927 2.197831693
2015 11.87771968 0.834420704 0.692846919 1.45331834 2.043362278
2016 11.77240313 0.834420704 0.662757832 1.663323934 2.129367596
BPS
2012 12.3305116 0.913813852 -0.721246399 1.383815366 2.023663918
2013 12.6077241 0.64738297 -0.113509275 1.108226656 1.95616843
2014 12.79284706 0.845718018 -0.537602002 1.247727833 1.973127854
2015 12.85334741 0.693726949 0.28780173 1.053078443 1.984077034
2016 12.94240314 0.245512668 0.269512944 0.962369336 1.963315511
Lampiran 2: Hasil Uji Common Effect
Dependent Variable: LOGBUFF
Method: Panel Least Squares
Date: 03/28/18 Time: 19:47
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGFDR 1.193149 0.392505 3.039833 0.0038
LOGNPF -0.311581 0.084468 -3.688759 0.0006
LOGROE -0.016719 0.088506 -0.188904 0.8509
LOGSIZE -0.228415 0.045065 -5.068548 0.0000
C 1.655095 1.044519 1.584552 0.1194
R-squared 0.528469 Mean dependent var 0.981641
Adjusted R-squared 0.490746 S.D. dependent var 0.331645
S.E. of regression 0.236669 Akaike info criterion 0.042199
Sum squared resid 2.800608 Schwarz criterion 0.224683
Log likelihood 3.839538 Hannan-Quinn criter. 0.112767
81
F-statistic 14.00937 Durbin-Watson stat 0.872727
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3: Hasil Uji Random Effect
Dependent Variable: LOGBUFF
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/28/18 Time: 19:48
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGFDR 0.282513 0.337747 0.836465 0.4069
LOGNPF -0.237810 0.066823 -3.558801 0.0008
LOGROE -0.019750 0.063911 -0.309027 0.7586
LOGSIZE -0.228236 0.049034 -4.654664 0.0000
C 3.430683 0.979811 3.501373 0.0010
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.101975 0.3026
Idiosyncratic random 0.154811 0.6974
Weighted Statistics
R-squared 0.324608 Mean dependent var 0.551389
Adjusted R-squared 0.270577 S.D. dependent var 0.222525
S.E. of regression 0.190051 Sum squared resid 1.805963
F-statistic 6.007780 Durbin-Watson stat 1.046425
Prob(F-statistic) 0.000500
Unweighted Statistics
R-squared 0.466184 Mean dependent var 0.981641
Sum squared resid 3.170541 Durbin-Watson stat 0.596051
82
Lampiran 4: Hasil Uji Fixed Effect
Dependent Variable: LOGBUFF
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 04/04/18 Time: 17:55
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGFDR -0.901904 0.295557 -3.051538 0.0040
LOGNPF -0.230738 0.058978 -3.912290 0.0003
LOGROE -0.001320 0.070735 -0.018664 0.9852
LOGSIZE -0.116344 0.082033 -1.418256 0.1639
C 4.324710 1.199167 3.606430 0.0009
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.855634 Mean dependent var 1.315659
Adjusted R-squared 0.805106 S.D. dependent var 0.833445
S.E. of regression 0.152047 Sum squared resid 0.924729
F-statistic 16.93383 Durbin-Watson stat 2.274483
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.835348 Mean dependent var 0.981641
Sum squared resid 0.977935 Durbin-Watson stat 1.852896
Lampiran 5: Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7.685530 (10,40) 0.0000
Cross-section Chi-square 58.963134 10 0.0000
83
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LOGBUFF
Method: Panel Least Squares
Date: 03/28/18 Time: 19:48
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGFDR 1.193149 0.392505 3.039833 0.0038
LOGNPF -0.311581 0.084468 -3.688759 0.0006
LOGROE -0.016719 0.088506 -0.188904 0.8509
LOGSIZE -0.228415 0.045065 -5.068548 0.0000
C 1.655095 1.044519 1.584552 0.1194
R-squared 0.528469 Mean dependent var 0.981641
Adjusted R-squared 0.490746 S.D. dependent var 0.331645
S.E. of regression 0.236669 Akaike info criterion 0.042199
Sum squared resid 2.800608 Schwarz criterion 0.224683
Log likelihood 3.839538 Hannan-Quinn criter. 0.112767
F-statistic 14.00937 Durbin-Watson stat 0.872727
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 6: Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 29.353756 4 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LOGFDR -0.771290 0.282513 0.060786 0.0000
LOGNPF -0.201272 -0.237810 0.001392 0.3275
84
LOGROE -0.035633 -0.019750 0.000597 0.5158
LOGSIZE -0.058974 -0.228236 0.017145 0.1961
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LOGBUFF
Method: Panel Least Squares
Date: 03/28/18 Time: 19:49
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.349805 2.021534 1.657061 0.1053
LOGFDR -0.771290 0.418161 -1.844482 0.0725
LOGNPF -0.201272 0.076536 -2.629764 0.0121
LOGROE -0.035633 0.068426 -0.520751 0.6054
LOGSIZE -0.058974 0.139818 -0.421791 0.6754
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.838593 Mean dependent var 0.981641
Adjusted R-squared 0.782101 S.D. dependent var 0.331645
S.E. of regression 0.154811 Akaike info criterion -0.666222
Sum squared resid 0.958658 Schwarz criterion -0.118768
Log likelihood 33.32111 Hannan-Quinn criter. -0.454517
F-statistic 14.84435 Durbin-Watson stat 1.787812
Prob(F-statistic) 0.000000
85
Lampiran 7: Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 55
Mean 0.000000
Median 0.018497
Maximum 0.269228
Minimum -0.247296
Std. Dev. 0.133240
Skewness -0.144234
Kurtosis 2.351192
Jarque-Bera 1.155380
Probability 0.561193
Lampiran 8: Hasil Uji Multikolinieritas
LOGFDR LOGNPF LOGROE LOGSIZE
LOGFDR 1.000000 -0.047388 -0.061951 -0.184990
LOGNPF -0.047388 1.000000 -0.188799 -0.085722
LOGROE -0.061951 -0.188799 1.000000 0.233752
LOGSIZE -0.184990 -0.085722 0.233752 1.000000
Lampiran 9: Hasil Uji Heterokedastisitas
Dependent Variable: RESID^2 Method: Panel Least Squares
Date: 04/04/18 Time: 21:26
Sample: 2012 2016 Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.873984 5.837247 0.663666 0.5120
LOGFDR 1.160285 1.408485 0.823782 0.4166 LOGFDR^2 -0.301204 0.315854 -0.953617 0.3479
LOGFDR*LOGNPF -0.155536 0.222054 -0.700443 0.4890
LOGFDR*LOGROE -0.276450 0.370564 -0.746026 0.4615 LOGFDR*LOGSIZE 0.026710 0.095749 0.278955 0.7822
LOGNPF 0.278957 0.731839 0.381173 0.7058
LOGNPF^2 0.031813 0.023577 1.349328 0.1873
LOGNPF*LOGROE 0.010249 0.052428 0.195497 0.8463
86
LOGNPF*LOGSIZE 0.002014 0.032614 0.061754 0.9512
LOGROE 0.852910 0.854301 0.998372 0.3261
LOGROE^2 -0.001687 0.020273 -0.083204 0.9342
LOGROE*LOGSIZE -0.022493 0.022849 -0.984444 0.3328 LOGSIZE -0.872547 0.865193 -1.008500 0.3213
LOGSIZE^2 0.033467 0.031049 1.077884 0.2897
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.533093 Mean dependent var 0.017781
Adjusted R-squared 0.159567 S.D. dependent var 0.021593
S.E. of regression 0.019795 Akaike info criterion -4.703774
Sum squared resid 0.011756 Schwarz criterion -3.791349
Log likelihood 154.3538 Hannan-Quinn criter. -4.350932 F-statistic 1.427192 Durbin-Watson stat 2.749256
Prob(F-statistic) 0.176712
87