95
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN SAWAH PADI MENJADI USAHA TANAMAN SAYURAN DI KELOMPOK TANI SUBUR I KELURAHAN KARANGREJO KECAMATAN METRO UTARA SKRIPSI Oleh SRINGATIN NPM. 11210027 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO LAMPUNG 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA

LAHAN SAWAH PADI MENJADI USAHA TANAMAN SAYURAN

DI KELOMPOK TANI SUBUR I KELURAHAN KARANGREJO

KECAMATAN METRO UTARA

SKRIPSI

Oleh

SRINGATIN

NPM. 11210027

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

DHARMA WACANA METRO

LAMPUNG

2016

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA

LAHAN SAWAH PADI MENJADI USAHA TANAMAN SAYURAN

DI KELOMPOK TANI SUBUR I KELURAHAN KARANGREJO

KECAMATAN METRO UTARA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Agribisnis

Oleh

SRINGATIN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

DHARMA WACANA METRO

LAMPUNG

2016

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA

LAHAN SAWAH PADI MENJADI USAHA TANAMAN SAYURAN

DI KELOMPOK TANI SUBUR I KELURAHAN KARANGREJO

KECAMATAN METRO UTARA

Oleh:

SRINGATIN

Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan kapasitas produksi

nasional mengakibatkan adanya kecenderungan meningkatkan persediaan sayuran

nasional yang berasal dari impor. Pengalih fungsian usaha lahan sawahnya dari

tanaman padi ketanaman sayuran yang memiliki tingkat ekonomi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan usaha tanaman sayuran/padi sawah yang hasilnya

atau pemanenannya hanya dalam waktu musiman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal pendorong,

eksternal pendorong, internal penghambat dan eksternal penghambat alih fungsi

usaha lahan sawah padi ketanaman sayuran di Kelurahan Karangrejo Kecamatan

Metro Utara Kota Metro.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Sampel yang

digunakan berjumlah 25 petani diambil dengan metode sensus. Metode analisis

data yang digunakan adalah metode analisis factor regresi linier berganda.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2015.

Hasil penelitian menujukkan bahwa seluruh faktor pendorong dan penghambat

baik yang bersifat internal maupun eksternal berpengaruh signifikan terhadap

konversi lahan di Kelompok Tani Subur 1 Kelurahan Karangrejo Kecamatan

Metro Utara dengan kontribusi sebesar 63,2 persen sedangkan sisanya 37,8 persen

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Secara parsial

dapat diketahui bahwa hanya faktor pendorong eksternal berpengaruh nyata

terhadap konversi lahan di Karangrejo. Jadi, Kecamatan Metro Utara sedangkan

faktor penghambat internal dan eksternal tidak berpengaruh terhadap konversi

lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu

tanah dan ketersediaan air.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ALIH FUNGSI USAHA LAHAN SAWAH PADI

MENJADI USAHA TANAMAN SAYURAN

DI KELOMPOK TANI SUBUR I KELURAHAN

KARANGREJO KECAMATAN METRO UTARA

Nama Mahasiswa : SRINGATIN

No. Pokok Mahasiawa : 11210027

Program Studi : Agribisnis

Jurusan : Agribisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Supriyadi, SE, M.TA Ainul Mardliyah, SP. M.Si

2. Ketua Jurusan

Ismalia Afriani, S.P., M.Si

NIP. 197504 17200501 2 001

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Supriyadi, SE, M.TA ……………………

Penguji Utama : Basuki Hendriawan, S.Pi., M.Si ……………………

Anggota : Ainul Mardliyah, SP. M.Si ……………………

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana

Kota Metro

Ir. Rakhmiati, M.T.A

NIP. 196302161990031003

Tanggal Lulus Ujian: 12 November 2015

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Giri Kelopo Mulyo, pada tanggal 11 April 1982 anak

dari pasangan Bapak Sugiyono dan Ibu Siti Marpungah. Pendidikan Sekolah dasar

di SD Negeri 1 Giri Kelopo Mulyo, Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung

Timur diselesaikan pada tahun 1995. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri

1 Sekampung, Kabupaten Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah

Menengah Umum di SMU Negeri 1 Batanghari, Kecamatan Lampung Timur

diselesaikan pada tahun 2001. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro,

Lampung pada jurusan Agribisnis.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini Kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Sampun Tujo Harto dan Ibu Minarni yang begitu

bersungguh-sungguh memberikan kasih sayang sehingga dapat

menghantarkan anak-anaknya menempuh pendidikan untuk masa depan.

2. Suamiku tercinta, Eko Warsito S. Pd yang selalau memberikan semangat dan

motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Adikku tersayang Dwi Nur Mukharomah yang selalu memberikan dukungan,

canda dan tawanya.

4. Seluruh dosen yang telah memberi ilmu dan wawasan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman terima kasih atas dorongan motivasi untukku dalam

menyelesaikan studi STIPER Dharma Wacana Metro.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

MOTTO

“Bukan Harta Kekayaanlah, Tetapi Budi Pekerti yang Harus Ditinggalkan

Sebagai Pusaka Untuk Anak-Anak Kita”

“Teman Sejati Adalah Ia yang Meraih Tangan Anda dan

Menyentuh Hati Anda”

(Heather Dryon)

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Alih Fungsi Usaha Lahan Sawah Padi Menjadi Usaha Tanaman

Sayuran Di Kelompok Tani Subur I Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro

Utara” dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Selaku Ketua STIPER yang telah memberikan

dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER

Dharma Wacana Metro.

2. Bapak Supriyadi, SE, M.TA selaku pembimbing I, atas segala bimbingan,

bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan

skripsi penelitian ini

3. Ibu Ainul Mardliyah, SP. M.Si sebagai pembimbing II, atas segala

bimbingan, bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya

penulisan skripsi penelitian ini

4. Bapak Basuki Hendriawan, S.Pi., M.Si, selaku penguji utama, atas segala

bimbingan, bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya

penulisan skripsi penelitian ini

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

5. Ibu Ismalia Afriani, S.P., M.Si selaku ketua jurusan yang telah memberikan

dukungan dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER Dharma

Wacana Metro.

6. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga amal baik telah diberikan akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari

Allah SWT amin. Harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan Ilmu Pengetahuan Khususnya di bidang pertanian. Penulis

menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini semata-

mata karena keterbatasan penulis. Dengan demikian penulis sudah berusaha

dengan sungguh-sungguh dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak

kekurangan. Untuk itu saran masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Metro, November 2015

Penulis

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Permasalahan ................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8

2.1.1 Pertanian dan Lahan Pertanian ............................................ 8

2.1.2 Alih Fungsi Lahan Sawah .................................................. 10

2.1.3 Alih Fungsi Lahan .............................................................. 13

2.1.4 Pengertian Lahan Sawah .................................................... 16

2.1.5 Pengertian Sayuran ............................................................. 17

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu .......................................................... 20

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 21

2.4 Hipotesis ......................................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Oprasional ....................................................................... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 29

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel ............................................ 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 30

3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 30

3.6 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................ 34

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi WWilayah Penelitian .................................................... 39

4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ..................................... 39

4.1.2 Potensi Pertanian ................................................................. 40

4.1.3 Sarana Pendidikan di Kelurahan Karangrejo ...................... 40

4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .............. 41

4.1.5 Kelompok Tani .................................................................... 42

4.1.6 Identitas Responden ............................................................ 42

4.1.7 Pengalaman Berusahatani ................................................... 46

4.2 Pengujian Instrumen ...................................................................... 47

4.3 Tingkat Persepsi Responden Terhadap Konversi Lahan ............... 49

4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan ..................... 59

4.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Konversi Lahan ....... 60

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 66

5.2 Saran .............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68 - 70

LAMPIRAN ......................................................................................... 71 - 87

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Luas panen, produksi, produktivitas padi di Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Metro Utara pada tahun 2012 - 2014 ...................................... 5

2. Data kelompok tani Kelurahan Karangrejo tentang lahan sawah yang

beralih fungsi usahanya dari usaha lahan padi sawah ke tanaman sayuran 6

3. Sarana pendidikan di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara ....... 40

4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ...................................... 41

5. Kelembagaan kelompok tani dan kelas kelompok tani .............................. 42

6. Sebaran tingkat umur responden di Kelompok Tani Subur 1 .................... 43

7. Sebaran tingkat pendidikan responden di Kelompok Tani Subur 1 ........... 44

8. Sebaran luas lahan responden di Kelompok Tani Subur 1 ....................... 45

9. Sebaran lama usahatani sayuran ................................................................. 47

10. Hasil uji reliabilitas .................................................................................... 48

11. Persepsi responden atas konversi lahan ..................................................... 50

12. Persepsi responden atas factor internal pendorong konversi lahan ............ 52

13. Persepsi responden atas factor eksternal pendorong konversi lahan ......... 54

14. Persepsi responden atas factor internal penghambat konversi lahan ......... 56

15. Persepsi responden atas factor eksternal penghambat konversi lahan ....... 58

16. Koefisiensi matriks korelasi ....................................................................... 60

17. Uji multikolinearitas ................................................................................... 61

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

18. Uji heterokedastisitas ................................................................................. 61

19. Ranguman hasil anallisis regresi ................................................................ 62

20. Variabel yang berpengaruh nyata ............................................................... 64

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi usaha

Lahan sawah padi menjadi usaha tanaman sayuran ................................... 24

2. Persepsi responden terhadap konversi lahan .............................................. 51

3. Kecenderungan faktor pendorong internal terhadap konversi lahan ........ 53

4. Kecenderungan faktor pendorong eksternal terhadap konversi lahan ...... 55

5. Kecenderungan faktor penahan internal terhadap konversi lahan ............ 57

6. Kecenderungan faktor penahan eksternal terhadap konversi lahan .......... 59

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

I . PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Ketahanan sayuran merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional, sektor

pertanian salah satu sektor yang selama ini masih dipertahankan/selain diandalkan

oleh negara Indonesia karena sektor pertanian mampu membantu dalam mengatasi

krisis yang terjadi di Indonesia. Terlihat bahwa sektor pertanian merupakan salah

satu sektor yang mempunyai potensi yang besar dalam berperan sebagai pemicu

pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunya adalah ketahanan sayuran

nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor pertanian lebih

diutamakan, namun setiap tahun untuk luas lahan pertanian selalu mengalami alih

fungsi lahan.

Pembangunan pertanian dilakukan dengan berbagai cara yakni pengembangan

teknologi pertanian seperti intensifikasi, diversifikasi dan ekstensifikasi sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Kecenderungan petani dewasa ini

dalam berusahatani yang secara ekonomis menguntungkan bagi petani, sehingga

petani terkadang enggan untuk berusaha tani jika tidak menguntungkan. Kondisi

seperti ini sangat wajar mengingat bahwa kebutuhan petani dan keluarganya pada

masa sekarang lebih besar dibandingkan masa masa sebelumnya. Sedangkan

pendorong aktifitas manusia adalah adanya kebutuhan dari manusia itu sendiri

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

2

antara lain : kebutuhan biologis, kebutuhan cultural dan kebutuhan untuk pemuas

lainnya (Leftwcih, 1978).

Kebutuhan akan sayuran di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa

pertumbuhan permintaan sayuran (khususnya sayuran) yang lebih cepat dari

pertumbuhan penyediaannya. Permintaan cepat tersebut merupakan resultan dari

peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli

masyarakat, dan perubahaan selera. Sementara itu kapasitas produksi sayuran

nasional pertumbuhannya lambat bahkan stagmen disebabkan oleh adanya

kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta perlandaian

pertumbuhan produktifitas lahan dan tenaga kerja pertanian. Hal tersebut

diperparah dengan terjadinya ketidakpastian iklim global yang berdampak pada

ketersediaan air yang tidak menentu sepanjang tahun sehingga mengganggu

produksi dan produktivitas lahan pertanian (Suyana, 2005).

Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan kapasitas

produksi nasional tersebut mengakibatkan adanya kecenderungan meningkatkan

persediaan sayuran nasional yang berasal dari impor. Ketergantungan terhadap

sayuran impor ini terkait dengan upaya mewujudkan stabilitas penyediaan sayuran

nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik, impor beras cenderung meningkat

dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2009 impor beras sebanyak 250 ribu ton,

meningkat menjadi 688 ribu ton pada tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi

2,70 juta ton pada tahun 2011 meskipun produksi padi terus meningkat dari tahun

2001 sampai 2010.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

3

Perkembangan produksi padi Provinsi Lampung justru mengalami penurunan,

tahun 2011 terjadi penurunan produksi padi sebanyak 7.608 ton gabah giling

dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut disebabkan turunnya luas

panen sebesar 5.695 hektar akibat kemarau dan alih fungsi lahan (BPS, 2011).

Penciutan lahan sawah selama kurun waktu 2009 – 2014 di Lampung seluas 9.729

hektar dari 115.000 menjadi 105.271 hektar. Salah satu alih fungsi lahan sawah

yang nyata terlihat adalah menjadi lahan sayuran kelapa sawit (Anonimous,

2011).

Penanganan alih fungsi lahan cenderung lambat dikarenakan penilaian yang salah

terhadap keberadaan lahan sawah. Sektor sayuran dinilai mampu meningkatkan

perekonomian wilayah dibandingkan sektor tanaman pangan. Pemerintah telah

mengantisipasi alih fungsi lahan dengan mengeluarkan UU Nomor 41 tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang memuat

ancaman sanksi yang cukup berat. Pada Pasal 72 UU tersebut dinyatakan bahwa

orang yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan diancam dengan pidana

penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimal 1 milyar rupiah. Apabila pelaku

alih fungsi lahan tidak mengembalikan kondisi lahan ke keadaan semula dapat

dipidana penjara maksimal 3 tahun dan denda maksimal 3 milyar rupiah.

Hukuman pidana dan denda ditambah 1/3 dari yang diancamkan apabila pelaku

alih fungsi lahan adalah pejabat pemerintah.

Faktor-faktor yang menentukan alih fungsi lahan dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, dan peraturan pertanahan yang ada (Ilham

dkk, 2005), lebih lanjut Isa (2006), menyatakan faktor yang mendorong alih

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

4

fungsi lahan pertanian adalah pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan untuk

kegiatan non pertanian, nilai land rent yang lebih tinggi pada aktivitas pertanian

non sayuran, sosial budaya, degradasi lingkungan, otonomi daerah yang

mengutamakan pembangunan pada sektor yang lebih menguntungkan untuk

peningkatan pendapatan daerah dan lemahnya sistem perundang-undangan dan

penegakan hukum dari peraturan yang ada.

Pada masa sekarang ini petani dalam mengusahakan lahan pertaniannya terutama

lahan sawah untuk sayuran saja yang hanya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya,sedangkan untuk peningkatan taraf hidup dan pendapatan mereka masih

mengandalakan usaha tani yang secara ekonomis dan menghitungkan seperti

halnya menanam tanaman sayuran. Sehingga banyak petani di Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro banyak yang mengalih fungsikan

usaha lahan sawahnya dari tanaman padi ketanaman sayuran yang memiliki

tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha tanaman

sayuran/padi sawah yang hasilnya atau pemanenannya hanya dalam waktu

musiman.

Dengan adanya kemungkinan gagal penen pada tahun 2012 yang terjadi pada

provinsi Lampung, maka para petani di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro

Utara melakukan alih fungsi lahan yakni lahan sawah menjadi usaha tanaman

sayuran. Berikut ini Tabel 1 luas lahan, produksi, produktivitas padi di Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara Lampung.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

5

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Metro Utara pada tahun 2012 - 2014

No Tahun Luas Lahan (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Sawah Sayuran Sawah Sayuran Sawah Sayuran

1 2012 285 12 1.150 300 4,03 25,00

2 2013 300 13 1.225 318 4,08 24,50

3 2014 303 15 1.282 375 4,23 25,00

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kecamatan

Metro Utara, 2014

Berdasarkan Tabel 1 produksi antara lahan sawah dengan lahan tanaman sayuran

per tahunnya sangat jauh perbandingannya yakni dengan luas lahan 303 ha pada

lahan sawah dapat menghasilkan 1.282 ton pada tahun 2014 sedangkan pada lahan

sayuran dari luas lahan 15 ha hanya bisa menghasilkan 375 ton pada tahun 2014.

Tetapi dari tahun ketahun produksi dengan lahan sawah selalu mengalami

peningkatan di setiap tahunnya sedangkan pada lahan sayuran mengalami

peningkatan.

Perkembangan Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara yang cukup baik

dari perkembangan perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2014

tercatat jumlah penduduk sebesar 9.583 jiwa akan membawa implikasi terjadinya

konversi lahan pertanian yang cukup baik. Kelurahan Karangrejo yang merupakan

lumbung berasnya sangat banyak, namun karena petani sering mengalami

kerugian maka konversi lahan dari lahan sawah padi menjadi lahan sayuran.

Konversi lahan menjadi lahan sayuran dapat memberikan pendapatan yang lebih

tinggi dibandingkan lahan sawah padi.

Di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro khususnya di

Kelompok Tani Subur I yang memiliki luas lahan sawah 26 ha, yang untuk

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

6

tanaman padi sawah 13,5 ha dan lahan sawah yang dialih fungsikan usahanya

menjadi usaha tani tanaman sayuran 12,5 ha. Hal tersebut menunjukan adanya

perubahan fungsi usaha lahan sawah padi ke usaha tanaman sayuran.

Tabel 2. Data Kelompok Tani di Kelurahan Karangrejo tentang luas lahan sawah

yang beralih fungsi usahanya dari usaha lahan padi sawah ke tanaman

sayuran

No Jenis Komoditi Luas Lahan

(ha)

Jumlah petani

1 Padi 13,5 62

2 Sayuran 12,5 42

Jumlah 26 104

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa adanya perubahan fungsi usaha lahan

sawah di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) Tingkat umur petani, (2)

Pendidikan Petani, (3) Pengalaman usaha petani tentang berusaha tani, (3) Luas

lahan, (4) Tingkat pendapatan usahatani padi/sayuran dan, (5) Besarnya

kebutuhan petani dalam sehari hari.

1.2. Permasalahan

Adapun masalah perubahan alih fungsi usaha lahan sawah padi ke tanaman

hortikultura di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara kota Metro antara

lain: tingginya harga input sarana pertanian sayuran (bibit, pupuk, pestisida),

terbatasnya sumber irigasi pada saat musim tanam, dan pendapatan yang diperoleh

dari hasil usahatani komoditi tanaman padi yang setiap musim cenderung kurang

menguntungkan.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

7

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas maka dapat di duga

suatu permasalahan sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

perubahan fungsi usaha lahan sawah padi ke tanaman sayuran di Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal pendorong,

eksternal pendorong, internal penghambat dan eksternal penghambat alih fungsi

usaha lahan sawah padi ketanaman sayuran di Kelurahan Karangrejo Kecamatan

Metro Utara Kota Metro.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi petani yang mengelola usahatani

sawah yang akan beralih fungsi usaha lahan sawahnya ke tanaman sayuran.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat

menyempurnakan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pertanian dan Lahan Pertanian

Mubyarto (1972), menerangkan bahwa pertanian dalam arti sempit atau pertanian

rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama

seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-

tanaman sayuran yaitu sayur- sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat

diusahakan di tanah- tanah sawah, ladang dan pekarangan. Sedangkan Pertanian

dalam arti luas mencakup:

1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit

2. Perkebunan(termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)

3. Kehutanan

4. Peternakan

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan

darat dan perikanan laut.

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak- petak dan dibatasi oleh

pematang (galengan), saluran untuk menahan /menyalurkan air, yang biasanya

ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

9

tersebut. Lahan tersebut termasuk lahan yang terdaftar di pajak bumi bangunan,

iuran pembangunan daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang

ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah baik

yang ditanami padi maupun palawija. (Badan Pusat Statistik)

Menurut Irawan, Bambang (2005), Manfaat lahan pertanian dapat dibagi atas 2

kategori yaitu:

1. Use value atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal use

values. Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan usaha

tani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian.

2. Kedua, non- use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau

manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat ini adalah berbagai

manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan

dari kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan. Salah satu

contohnya adalah terpeliharanya keragaman biologis atau keberadaan spesies

tertentu, yang pada saat ini belum diketahui manfaatnya, tetapi di masa yang

akan datang mungkin akan sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan

manusia.

Menurut Iqbal dan Sumaryanto (2007), Lahan pertanian yang paling rentan

terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh:

1. Kepadatan penduduk di Kelurahanan yang mempunyai agroekosistem

dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem

lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi;

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

10

2. Daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah

perkotaan

3. Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah

pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering

4. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan

sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar,

dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa)

ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.

2.1.2 Alih fungsi Lahan Sawah

Menurut Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2001), Pada tingkatan mikro,

proses alih fungsi lahan pertanian (alih fungsi lahan) dapat dilakukan oleh petani

sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh

pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas

produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup

hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan

kawasan perumahan. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain

tersebut biasanya berlangsung melalui dua tahapan, yaitu:

1. Pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain

2. Pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian.

Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada

dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum

tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

11

pertanian dimiliki oleh petani. Dengan demikian pengendalian pemanfaatan lahan

untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua

pendekatan yaitu:

1. Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain.

2. Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap

keseimbangan pengadaan pangan.

Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka

dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara

progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.

Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu

lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin

kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong

meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga

harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya

dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.

Menurut Sumaryanto,dkk (2002), pelaku alih fungsi lahan dapat dibedakan

menjadi dua. Pertama, alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang

bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada 3:

1. Untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal,

2. Dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha

3. Kombinasi dari (a) dan (b) misalnya untuk membangun rumah tinggal yang

sekaligus dijadikan tempat usaha.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

12

Pola alih fungsi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar.

Dampak alih fungsi terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya baru terlihat untuk

jangka waktu lama. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan.

Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha

nonsawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini

terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi

positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan). Dampak alih fungsi terhadap

eksistensi lahan sawah sekitarnya berlangsung cepat dan nyata.

Ditinjau menurut prosesnya, alih fungsi lahan sawah dapat pula terjadi:

1. secara gradual

2. seketika (instant). Alih fungsi secara gradual lazimnya disebabkan fungsi

sawah tidak optimal.

Umumnya hal seperti ini terjadi akibat degradasi mutu irigasi atau usaha tani padi

di lokasi tersebut tidak dapat berkembang karena kurang menguntungkan. Alih

fungsi secara instant pada umumnya berlangsung di wilayah sekitar urban, yakni

berubah menjadi lokasi pemukiman atau kawasan industri.

Menurut Rustiadi, Ernan (2010) Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada

dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya

pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat

yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercermin dari:

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

13

1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya

permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak

peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita, serta

2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor-sektor

primer khususnya dari sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya

alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).

2.1.3 Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai alih fungsi lahan adalah

perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula

(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif

(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan

dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh

faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya

tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Utomo dkk, 1992). Alih fungsi

lahan berarti alih fungsi atau mutasinya lahan secara umum menyangkut

trnsformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu pengunaan ke

pengunaan lainnya (Kustiawan, 1997).

Menurut Agus (2004) alih fungsi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja

oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui bahwa

percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya alih fungsi

lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah

tersebut berjalan dengan baik. Alih fungsi lahan merupakan konsekuensi logis dari

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

14

peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya.

Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada

kenyataannya alih fungsi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan

pertanian yang masih produktif. Menurut Irawan (2005) alih fungsi lahan

pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan

lahan pertanian dengan non pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan

lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a)

keterbatasan sumberdaya lahan, b) pertumbuhan penduduk, dan c) pertumbuhan

ekonomi.

Menurut Sihaloho (2004) membagi alih fungsi lahan kedalam tujuh pola atau

tipologi, antara lain:

1. Alih fungsi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

lahan yang kurang/tidak produktif dan keterKelurahankan ekonomi pelaku

alih fungsi.

2. Alih fungsi sistematik berpola ‘enclave’; dikarenakan lahan kurang produktif,

sehingga alih fungsi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai

tambah.

3. Alih fungsi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population

growth driven land conversion); lebih lanjut disebut alih fungsi adaptasi

demografi, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan

teralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

4. Alih fungsi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land

conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterKelurahankan ekonomi

dan perubahan kesejahteraan.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

15

5. Alih fungsi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah

hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari kampung.

6. Alih fungsi adaptasi agraris; disebabkan karena keterKelurahankan ekonomi

dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan

hasil pertanian.

7. Alih fungsi multi bentuk atau tanpa bentuk ; alih fungsi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,

sekolah,koperasi,perdagangan,termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan

dalam alih fungsi demografi.

Menurut Irawan (2005) mengemukakan bahwa alih fungsi tanah lebih besar

terjadi pada tanah sawah dibandingkan dengan tanah kering karena dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu pertama, pembangunan kegiatan non pertanian seperti

kompleks perumahan,pertokoan,perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah

dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering.

Kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan

produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan

daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih

mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk

dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah

perbukitan dan pegunungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan adalah

berubahnya pengunaan lahan dari pengunaan semula, misalnya dari lahan

pertanian dialih fungsikan menjadi permukiman, dari hutan dialih fungsikan

menjadi lahan pertanian, sayuran atau yang lainnya.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

16

2.1.4 Pengertian Lahan Sawah

Tanah Sawah atauLahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk

budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama

atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.Yang membedakan lahan ini dari lahan

rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak

terjadi terus- menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Musa dkk, 2006).

Tanah sawah merupakan suatu keadaan di mana tanah tanah yang digunakan

sebagai areal pertanaman selalu dalam kondisi tergenang. Penggenangan yang

dilakukan pada tanah sawah ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa

perubahan sifat kimia (Musa dkk, 2006).

Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan, yang untuk pengelolaannya

memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan

datar atau yang didatarkan, dan dibatasi oleh pematang untuk menahan air

genangan (Sofyan dkk, 2007).

Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan

manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang

bersifat sosial. Lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan

manfaat langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat bawaan.Manfaat langsung

berhubungan dengan perihal penyediaan sayuran, penyediaan kesempatan kerja,

penyediaan sumber pendapatan bagi masyarakat dan daerah, sarana penumbuhan

rasa kebersamaan (gotong royong), sarana pelestarian kebudayaan tradisional,

sarana pencegahan urbanisasi, serta sarana pariwisata.Manfaat tidak langsung

terkait dengan fungsinya sebagai salah satu wahana pelestari lingkungan.Manfaat

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

17

bawaan terkait dengan fungsinya sebagai sarana pendidikan, dan sarana untuk

mempertahankan keragaman hayati (Rahmanto dkk, 2002).

Menurut Winoto (2005) mengemukakan bahwa lahan pertanian yang paling

rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :

Kepadatan penduduk di peKelurahanan yang mempunyai agroekosistem dominan

sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering,

sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih inggi.

1. Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah

perkotaan.

2. Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya. Infrastruktur wilayah

persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering

3. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan

sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar,

dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa)

ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.

Menurut Hanafiah (2005), fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh adalah

sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara

lateral atau horizontal maupun secara vertikal. Kemudahan tanah untuk

dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori yang terbentuk diantara partikel tanah.

Sifat- sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak

penggunaan (yang diharapkan dari tanah). Kekokohan dan kekuatan pendukung,

drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudahan ditembus akar,

aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara arat berkaitan dengan

kondisi fisik tanah. Oleh karena itu, erat kaitannya bahwa jika seseorang

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

18

berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan

cara apa sifat- sifat tanah itu dapat diubah (Foth, 1994).

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap

pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah

sangat bervariasi pada tanah tropis.Beberapa sifat fisik tanah dapat berubah

dengan pengolahan seperti temperatur tanah, permeabilitas, kepekaan terhadap

aliran permukaan (run-off) dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air

untuk tanaman (Hanafiah, 2005).

2.1.5. Pengertian Sayuran

Sayuran adalah pelafalan Indonesia istilah Inggris horticulture. Istilah ini dirakit

dari kata latin hortus yang berarti kebun atau halaman). Maka sayuran diberi arti

pembudidayaan suatu kebun. Ada yang member arti seni membudidayakan

tanaman kebun atau cara budidaya yang dilakukan dalam suatu kebun. Secara

lebih khusus sayuran disebut seni menanam tanaman buah, sayuran, dan tanaman

hias atau ilmu pertanian yang berkaitan dengan pembudidayaan kebun, termasuk

penanaman sayuran, buah, bunga, dan semak serta pohon hias.

Peranan sayuran :

a). Memperbaiki gizi masyarakat,

b). Memperbesar devisa negara,

c). Memperluas kesempatan kerja,

d). Meningkatkan pendapatan petani, dan

e). Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

19

Sifat khas dari hasil sayuran, yaitu :

a). Tidak dapat disimpan lama,

b). Perlu tempat lapang (voluminous),

c). Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,

d). Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain,

e). Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).

Menurut Siswono Yudohusodo (1999) bahwa rendahnya daya saing sektor

pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya

usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam

masih tinggi. Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan

lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan

kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh

setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan

produktivitas dan produksi pertanian

Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan sayuran ialah

produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari

rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu

bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya

penerapan teknologi budidaya.

Untuk mencapai tujuan perlu penerapan sistem budidaya sayuran yang lebih baik

serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan, pertanian

organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

20

lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik

seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Teknologi yang saat ini

diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target

produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat,

seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Masalah kebutuhan sayuran merupakan persoalan lama, akan tetapi membutuhkan

perhatian yang serius dan terus menerus. Pembangunan pertanian bertujuan untuk

memantapkan swasembada sayuran (beras), meningkatkan pendapatan petani dan

meningkatkan taraf hidup petani. Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh

petani dilakukan secara rasional dengan pertimbangan kemudian dalam

pengelolaan dan keuntungan yang tinggi. Kondisi ini berpotensi menghilangkan

lahan pertanian tanaman sayuran, khususnya padi sehingga dapat mengancam

ketahanan sayuran.

Hasil penelitian Dedi Sugandi (2013) bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi

alih fungsi lahan adalah luas kepemilikan lahan sawah, tingkat pengetahuan petani

tentang peraturan alih fungsi lahan, dan kendala ketersediaan air irigasi. Present

volue net return sebagai nilai land rent menunjukkan nilai yang lebih dari

usahatani kelapa sawit dibandingkan lahan sawah. Rekomendasi alternative

strategi kebijakan untuk antisipasi terjadinya lahan sawah menjadi kebun kelapa

sawit adalah menetapkan lahan abadi pertanian tanaman sayuran di wilayah-

wilayah sentra produksi padi, perbaikan pengelolaan dan jaringan irigasi, serta

mendorong partisipasi kelembagaan petani dalam pengelolaannya, meningkatkan

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

21

penyuluhan tentang larangan alih fungsi lahan dan meningkatkan produktivitas

padi melalui inovasi teknologi spesifik lokasi.

Hasil penelitian Novita Dinaryanti (2014) bahwa terdapat empat hal yang

mempengaruhi keputusan petani mengalih fungsi lahan pertanian menjadi lahan

non pertanian. Yaitu : 1) faktor Ekonomi, 2) faktor Sosial, 3) faktor Kondisi

Lahan dan 4) peraturan pemerintah. Hasil dari lapangan membuktikan bahwa

proses alih fungsi lahan yang terjadi di masing – masing Kelurahan yaitu memiliki

masalah yang berbeda, di Kelurahan Pengkol faktor yang mendorong petani

mengalih fungsi lahan pertanian adalah faktor peraturan pemerintah dan kondisi

lahan,yaitu pengenaan pajak tanah sawah menjadi tanah industri. Sedangkan yang

terjadi di Kelurahan Gupit faktor yang mendorong petani untuk mengalih fungsi

lahan adalah faktor sosial dan kondisi lahan. Dampak sosial dari terjadinya alih

fungsi lahan dapat dilihat dari kondisi hubungan/ interaksi antar warga, dan

kondisi gaya hidup masyarakat sekitar. Tidak maksimalnya output yang di

hasilkan tanaman padi yaitu dikarenakan kondisi lahan di Kelurahan Gupit

sterdapat banyak hama yang menyerang tanaman padi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro merupakan daerah

yang berbasis pertanian yaitu daerah persawahan, yang sangat produktif untuk

usahatani tanaman sayuran (padi, palawija dan sayuran). Perubahan penggunaan

lahan secara besar-besaran menyebabkan ketersediaan lahan bagi penggunaan

sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan semakin sempit.

Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan akan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

22

dikelompokkan menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat alih fungsi

lahan. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju alih

fungsi baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan faktor

penghambat adalah faktor-faktor yang memperlambat laju alih fungsi lahan.

Faktor-faktor yang diduga sebagai pendorong alih fungsi lahan akan dibagi

menjadi faktor internal pendorong alih fungsi lahan dan faktor eksternal

pendorong alih fungsi lahan.

Faktor internal pendorong alih fungsi adalah lokasi lahan, produktivitas lahan,

saluran irigasi, mutu tanah, luas lahan yang dimiliki, biaya produksi, risiko usaha

tani, perubahan perilaku menganggap petani pekerjaan masyarakat miskin,

kemampuan penanganan pasca panen dan himpitan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan. Faktor eksternal pendorong alih fungsi adalah pengaruh dari warga

lain yang lebih dahulu mengalih fungsi lahan, kebutuhan yang semakin tinggi,

pengaruh dari pihak swasta, nilai jual lahan, kebutuhan tempat tinggal,

pembangunan sarana dan prasarana di sekitar Karangrejo, peluang kerja sektor

non-pertanian, fluktuasi harga sektor pertanian, pajak bumi dan bangunan, subsidi

pemerintah, tenaga kerja, dan adanya kesempatan membeli lahan lain.

Faktor penghambat juga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal penghambat alih

fungsi lahan dan faktor eksternal penghambat alih fungsi lahan. Faktor internal

penghambat alih fungsi lahan adalah lahan warisan, kepercayaan masyarakat,

ketersediaan sumberdaya air yang mencukupi, kondisi lahan yang masih subur

dan kesempatan kerja di sektor lain. Sedangkan faktor eksternal penghambat alih

fungsi lahan adalah adanya regulasi dari pemerintah, adanya subsidi pemerintah,

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

23

kepastian harga hasil pertanian dan kompensasi dari pemerintah. Pengaruh yang

ditimbulkan dari alih fungsi lahan tentu adalah berkurangnya lahan-lahan

pertanian sehingga akan berbanding lurus dengan produktivitas petani dan akan

berpengaruh terhadap pendapatan petani.

Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut akan dikelompokkan sehingga dari

variabel-variabel tersebut terbentuk faktor pendorong dan faktor penghambat alih

fungsi lahan. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju

alih fungsi baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan

faktor penghambat adalah faktor-faktor yang memperlambat laju alih fungsi

lahan. Faktor-faktor tersebut tersebut diperkirakan akan mempengaruhi jumlah

alih fungsi lahan pertanian.

Setelah melihat keterhubungan antar faktor pendorong alih fungsi lahan dan faktor

penghambat alih fungsi lahan maka selanjutnya dilihat pula pengaruh alih fungsi

lahan pertanian tersebut terhadap tingkat kesejahteraan petani. Dalam penelitian

ini kesejahteraan petani diukur melalui indikator pendapatan pada sektor pertanian

dan pendapatan di luar pertanian dimana apabila indikator ini mengalami

peningkatan dapat dikatakan kesejahteraan petani mengalami peningkatan.

Kerangka konsep penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 1.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

24

Gambar 1. Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi usaha

lahan sawah padi menjadi usaha tanaman sayuran

2.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah diduga terdapat faktor internal pendorong,

eksternal pendorong, internal penghambat dan eksternal penghambat alih fungsi

usaha lahan sawah padi ketanaman sayuran di Kelurahan Karangrejo Kecamatan

Metro Utara Kota Metro.

Alih fungsi lahan

(Y)

Regresi

Faktor internal pendorong alih

fungsi (X1)

Faktor eksternal pendorong alih

fungsi (X2)

Faktor internal penghambat alih

fungsi (X3)

Faktor eksternal penghambat alih

fungsi (X4)

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Oprasional

Definisi oprasianal merupakan petunjuk mengenai variable-variabel yang akan

diteliti, cara untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan deangan

penelitian.

1. Kesejahteraan petani adalah kondisi kelompok tani Jadi yang digunakan untuk

menyatakan kualitas hidup. Indikator kesejahteraan dalam penelitian ini

diukur dari dua sumber adalah sebagai berikut.

a. Pendapatan sektor pertanian, merupakan penghasilan yang didapat

kelompok tani Jadi dari lahan pertaniannya yang dinyatakan dalam rupiah.

b. Pendapatan dari luar sektor pertanian, merupakan penghasilan yang

didapat petani Karangrejo Jadi dari luar sektor pertanian yang dinyatakan

dalam rupiah.

2. Alih fungsi lahan (Y) adalah pengalih fungsian lahan yang dilakukan oleh

kelompok tani, Jadi untuk kegiatan non-pertanian baik sebagian maupun

keseluruhan yang dinyatakan dalam satuan skoring.

3. Faktor internal pendorong alih fungsi lahan (X1) merupakan faktor-faktor yang

berasal dari kondisi petani itu sendiri yang mempercepat kelompok tani Jadi

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

26

untuk melakukan alih fungsi lahan. Indikator dari faktor internal pendorong

alih fungsi lahan adalah sebagai berikut.

4. Produktivitas lahan merupakan pendapatan yang didapat oleh kelompok tani

Jadi dari lahan yang diusahakan yang diukur dari penilaian responden dari

hasil yang didapat sudah sesuai dengan pengorbanan dengan sistem skoring.

5. Saluran irigasi merupakan saluran pengairan di Karangrejo Jadi untuk

memenuhi kebutuhan air di seluruh lahan Karangrejo Jadi yang diukur dari

penilaian responden dari irigasi di Karangrejo Jadi masih mampu untuk

memenuhi kebutuhan air dengan sistem skoring.

6. Mutu tanah merupakan kualitas atau tingkat kesuburan dari lahan pertanian

Karangrejo Jadi yang diukur dengan penilaian responden dari kualitas tanah

masih tetap berkualitas baik dengan sistem skoring.

7. Biaya produksi merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan kelompok

tani Jadi dalam berusaha tani untuk membeli input yang diperlukan dalam

proses produksi yang diukur dengan sistem skor.

8. Risiko usaha tani merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi kelompok

tani Jadi dalam melakukan suatu usaha tani yang diukur dengan sistem

skoring.

9. Penanganan pasca panen merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi

kelompok tani Jadi setelah panen raya, diukur dari penilaian responden

tentang penanganan pasca panen sudah baik dengan sistem skoring.

10. Himpitan ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kelompok

tani Jadi baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan tambahan, diukur dari

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

27

penilaian responden tentang kebutuhan semakin hari semakin bertambah besar

dengan sistem skoring.

11. Faktor eksternal pendorong alih fungsi lahan (X2) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari luar dimana petani tidak mampu untuk mengendalikannya

yang mempercepat kelompok tani Jadi untuk melakukan alih fungsi lahan.

Indikator dari faktor eksternal pendorong alih fungsi lahan adalah sebagai

berikut.

12. Nilai jual lahan merupakan harga yang ditawarkan terhadap lahan kelompok

tani Jadi yang diukur dari penilaian responden tentang besaran harga yang

ditawarkan dengan sistem skoring.

13. Pembangunan sarana dan prasarana merupakan pembangunan sarana umum

seperti jalan raya, pasar dan perkantoran yang dekat dengan Karangrejo Jadi

yang diukur dari penilaian responden tentang alih fungsi dilakukan untuk

kepentingan masyarakat dengan sistem skoring.

14. Fluktuasi harga pertanian merupakan hasil yang diterima kelompok tani Jadi

dari periode ke periode selanjutnya yang tidak stabil yang diukur dari

tingginya selisih harga yang diterima petani dari periode ke periode

selanjutnya dengan sistem skoring.

15. Subsidi pemerintah merupakan keringanan yang diterima oleh kelompok tani

Jadi dari pemerintah baik untuk bibit, pupuk dan lain-lain yang diukur dari

penilaian responden tentang pemberian subsidi dengan sistem skoring.

16. Tenaga kerja merupakan semua orang yang bersedia dan siap melakukan

pekerjaan di sektor pertanian yang diukur dari penilaian responden dari

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

28

tersedianya tenaga kerja untuk pertanian sudah memadai dengan sistem

skoring.

17. Faktor internal penghambat alih fungsi lahan (X3) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari dalam petani yang dapat menarik niat kelompok tani Jadi

untuk melakukan alih fungsi lahan.

18. Ketersediaan air merupakan kebutuhan petani akan sumberdaya air untuk

usaha tani yang diukur dari penilaian responden mengenai ketersediaan air

masih cukup untuk mengairi lahan pertanian dengan sistem skoring.

19. Kondisi lahan masih subur merupakan kualitas lahan yang digarap kelompok

tani Jadi yang diukur dari penilaian responden mengenai kondisi lahan masih

mampu untuk memproduksi sesuai dengan keinginan dengan sistem skoring.

20. Faktor eksternal penghambat alih fungsi lahan (X4) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari luar petani yang dapat menarik niat kelompok tani Jadi

untuk melakukan alih fungsi lahan.

21. Regulasi pemerintah merupakan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah terhadap petani yang diukur dari penilaian responden tentang

peraturan pemerintah harus diikuti dengan sistem skoring.

22. Subsidi pemerintah merupakan keringanan-keringanan yang diberikan oleh

pemerintah untuk pengadaan bibit, pupuk dan lain-lain yang diukur dari

penilaian responden pemberian subsidi akan mampu untuk menarik niat petani

untuk mengalih fungsi lahan dengan sistem skoring.

23. Kepastian harga merupakan kepastian jumlah rupiah yang diterima kelompok

tani Jadi dalam setiap masa panen yang diukur dari adanya kepastian harga

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

29

dari pemerintah mampu menarik niat petani untuk mengalih fungsi lahan

dengan sistem skoring.

24. Kompensasi merupakan insentif yang diberika pemerintah kepada kelompok

tani Jadi baik berupa penetapan pajak yang sesuai dengan hasil yang diterima

yang diukur dari penilaian responden mengenai pemberian kompensasi akan

mampu manarik niat petani mengalih fungsi lahan dengan sistem skoring.

Seluruh indikator dalam penelitian ini diukur berdasarkan persepsi responden

terhadap indikator-indikator pendorong dan penghambat alih fungsi lahan

pertanian baik yang bersifat internal maupun eksternal.

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi daerah penelitian dipilih secara sengaja (Purposive) yaitu di Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Pemilihan lokasi berdasarkan

pertimbangan bahwa tersebut banyak petani yang mengalih fungsikan usaha lahan

sawah padi ke tanaman sayuran. Waktu penelitian berlangsung pada November

sampai dengan Desember 2015.

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel

Populasi adalah seluruh petani yang mengusahakan pertanian dilahan sawah dari

tanaman padi ketanaman sayur mayur atau sayuran yang diambil menjadi sampel

atau objek dari penelitian ini. Kemudian, Mubyarto (1982) mengemukakan bahwa

populasi adalah kumpulan objek mengenai suatu persoalan secara keseluruhan

data dari mana contoh diambil jika seandainya semua tersedia. Dalam penelitian

ini yang menjadi sampel adalah petani lahan sawah yang telah merubah usaha

lahan sawah dari tanaman sayuran/padi ke tanaman sayuran. Berdasarkan

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

30

informasi yang diperoleh terdapat sejumlah 25 orang petani yang merubah fungsi

usaha lahan sawah dari tanaman sayuran/padi ketanaman sayuran dari 25 orang

petani. Dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi penelitian kurang

dari 100 orang, maka pengambilan sampel berdasarkan teori oleh Arikunto (2006)

yaitu jika sampel diatas 100 orang maka diambil 10% dari jumlah populasi yang

ada, sedangkan jika jumlah populasi kurang dari 100 orang maka sampel dapat

diambil dari jumlah yang ada. Seluruh populasi yang ada sebanyak 25 orang

responden maka diambil seluruhnya sebagai sampel dengan metode sensus.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang

dikumpulkan :

1. Data primer

Yaitu data yang di peroleh dari wawancara langsung dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang telah dibuat dan disusun dalam bentuk kuisioner.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga kelompok tani

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi dimensi suatu struktur dan

kemudian menentukan sampai sebarapa jauh setiap variabel dapat dijelaskan oleh

setiap dimensi (Ghozali, 2006:267). Dalam penelitian ini, analisis faktor

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

31

dilakukan menggunakan komputer dengan paket program SPSS 19.0. Tahapan

dalam menggunakan analisis faktor adalah sebagai berikut.

1) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah perlu dilakukan perumusan secara jelas dari analisis faktor

tersebut dan variabel-variabel yang akan disertakan harus diterapkan berdasarkan

penelitian, teori dan pendapat peneliti. Variabel-variabel dan data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan model analisis faktor sebagai berikut.

Xi = Ai1F1+ Ai2F2+….+….+ AimFm + ViUi…………….(1)

Keterangan :

Xi = variabel ke i yang terstandarisasi

Aij = koefisien regresi berganda yang distandarisasi dari variabel (i) pada

common faktor j

F = Faktor umum

Vi = koefisien standar regresi dari variabel i pada faktor khusus

Ui = unique faktor untuk variabel (i)

M = jumlah dari faktor - faktor umum

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 ………… (2)

Dimana:

Y (Xi) = Peluang pemilik lahan mengelola lahan sawah (1 = lahan dialih

fungsikan menjadi lahan sayuran; 0 = lahan tidak dialaih fungsikan

bo = Konstanta regresi

b1-b7 = Parameter dugaan (koofisien)

X1 = Faktor internal pendorong

X2 = Faktor eksternal pendorong

X3 = Faktor internal penghambat

X4 = Faktor eksternal penghambat

2) Membuat matrik korelasi

Langkah awal dalam analisis faktor adalah membuat matrik korelasi antar

variabel. Dengan adanya matrik korelasi dapat diidentifikasikan variabel-variabel

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

32

yang tidak memiliki hubungan dengan variabel-variabel yang lain, sehingga dapat

dikeluarkan dari model. Matrik korelasi harus matrik non singular atau dikatakan

determinannya tidak nol dan matrik korelasinya juga bukan matrik identitas

(Anderson, 1984). Pada tahap ini diketahui variabel-variabel yang menimbulkan

multikolinearitas yaitu dua variabel dengan koefisien korelasi tinggi dan variabel

tersebut dijadikan satu atau dipilih salah satu untuk dianalisis lebih lanjut

(bariett’s test of spehericity). Selanjutnya digunakan uji Kaiser Mayer Olkin

(KMO) untuk mengetahui kecukupan sampelnya. Analisis faktor dikatakan layak

apabila besaran KMO minimal 0,5.

3) Menentukan jumlah faktor

Variabel disusun kembali berdasarkan pada pola korelasi hasil langkah di atas

untuk menentukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk

menentukan jumlah faktor yang dapat diterima secara empirik dapat dilakukan

berdasarkan eigenvalue setiap faktor yang muncul. Semakin besar eigenvalue

setiap faktor semakin representatif faktor tersebut untuk mewakili sekelompok

variabel. Faktor yang dipilih adalah faktor yang mempunyai eigenvalue lebih

besar atau sama dengan 1. Demikian juga didasarkan pada percentage of variance

suatu faktor dapat menjadi pertimbangan konsumen apabila memilih nilai lebih

besar dari 5 persen dan apabila didasarkan pada cumulative of variance

ketentuannya adalah nilai minimum sebesar 60 persen, maka faktor tersebut dapat

digunakan dalam model.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

33

4) Rotasi faktor

Hasil penyederhanaan faktor dalam matrik memperlihatkan hubungan antara

faktor variabel individual, tetapi dalam faktor-faktor tersebut terdapat banyak

variabel yang berkorelasi sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Ada tiga

pendekatan yang dapat dipakai untuk melakukan rotasi, yaitu quartimax, varimax,

dan equimax. Dari tiga pendekatan tersebut akan dipilih salah satu metode rotasi

yang paling mudah diinterpretasikan.

5) Interpretasi faktor

Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengelompokkan variabel–variabel

yang mempunyai faktor loading tinggi di dalam faktor tersebut. Untuk interpretasi

hasil penelitian ini, besarnya loading faktor yang dipakai adalah minimum sama

dengan nilai rata-rata faktor loading ditambah dengan standar deviasi yang ada

pada masing-masing faktor. Variabel yang mempunyai faktor loading kurang dari

nilai minimum tersebut di atas, dikeluarkan dari model.

6) Menentukan ketepatan model

Tahap terakhir dari analisis faktor adalah mengetahui mampu tidaknya model

yang menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang ada perlu diuji dengan teknik

Principal Componen Analysis (PCA), yaitu dengan melihat jumlah residual antara

korelasi yang diamati dengan korelasi yang diproduksi. Apabila nilai presentase

residual semakin tinggi, berarti semakin jelek kemampuan model dalam

menjelaskan fenomena yang ada.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

34

3.6 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen

pengumpulan data. Dalam penelitian ini uji instrumen data dilakukan dengan:

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Valid tidaknya

suatu instrumen kuesioner dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item

dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%.

Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar

skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi

dilakukan dengan membandingkan nilai antara r hitung dengan r table untuk degree

of freedom (df) = n – k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

kostruk. Jika r hitung > r Tabel, maka butir atau item pertanyaan tersebut dikatakan

valid (Ghozali, 2001).

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel konstruk yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan (Ghozali, 2005). Dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang tehadap pertanyaan konsisten. Menurut Nunnally (dalam Ghozali,

2005) untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan

menggunakan metode alpha cronbach (α). Sebuah instrumen dianggap telah memiliki

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

35

tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai alpha cronbach (α) yang terukur

adalah lebih besar atau sama dengan 0,60.

Model Regresi Linier Berganda

Model analisis yang dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan penelitian

ini adalah regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah arah hubungan tersebut serta

mengukur derajat keeratan hubungan antar satu variabel terikat dengan satu atau

lebih variabel bebas. Dalam analisis, peneliti akan dibantu dengan program

komputer yaitu SPSS 19.0. Adapun bentuk umum dari persamaan regresi linear

berganda (Sugiyono, 2009) dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut.

1) Uji regresi simultan (uji F)

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa faktor pendorong dan

penghambat memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan)

terhadap alih fungsi lahan pertanian, maka digunakan Uji F. Dalam pengujian ini

Fhitung akan dibandingkan dengan FTabel pada derajat signifikan (α) 5 % atau

dengan melihat probabilitasnya lebih kecil dari α berarti bahwa faktor pendorong

dan penghambat memiliki pengaruh yang nyata secara bersama-sama terhadap

alih fungsi lahan pertanian di Kelompok Tani Subur I, Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Metro Utara. Adapun rumus F hitung menurut Nata Wirawan (2002)

adalah sebagai berikut:

Fo =𝑅2/(𝑘−1)

(1− 𝑅2)/(n−k) …………………………………… (4)

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

36

Keterangan:

n = Jumlah data

k = Jumlah variabel

prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

(1) Merumuskan hipotesis

Ho = β1 = β2 = β3 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan

dari Faktor pendorong dan Faktor penghambat terhadap alih fungsi lahan

pertanian.

Hi = β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, paling sedikit salah satu dari Faktor pendorong dan

Faktor penghambat berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian.

Menentukan taraf nyata (α) = 5% dan df = (k-1) ; (n-k) untuk mengetahui

nilai FTabel.

(2) Menentukan besarnya Fhitung, yang diperoleh dari hasil regresi

(3) Membandingan nilai Fhitung dengan nilai FTabel

Jika Fhitung > FTabel maka Ho ditolak dan Hi diterima

Jika Fhitung ≤ FTabel maka Ho diterima dan Hi ditolak

(4) Membuat kesimpulan yaitu jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan FTabel

maka Ho diterima sedangkan jika Fhitung lebih besar dari FTabel maka Ho

ditolak dan H1 diterima.

2) Uji Regresi Parsial (uji t)

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan faktor pendorong dan penghambat

memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap alih fungsi lahan sawah

padi di kelompok tani Subur I, maka digunakan uji t. Adapun rumus thitung

menurut Nata Wirawan (2002) adalah sebagai berikut.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

37

t1 = …………………………………………….. (5)

i = 1,2,3……….k

keterangan:

bi = Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel

ßi = Koefisien parsial yang ke-i dari regresi populasi

Sbi = Kesalahan standar (standar arror) koefisien regresi sampel.

Adapun langkah-langkah untuk uji t yaitu sebagai berikut:

(1) Merumuskan hipotesis.

Ho : ßi = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari

variabel faktor pendorong dan penghambat terhadap alih fungsi lahan

sawah.

Hi : ßi ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel

faktor pendorong dan penghambat terhadap alih fungsi lahan sawah.

Menentukan taraf nyata (α/2) = 2,5 % dan df = (n-k) untuk menentukan

nilai tTabel.

(2) Menentukan besarnya thitung, yang diperoleh dari hasil regresi.

(3) Kriteria pengujian.

Apabila tTabel< thitung< -tTabel, maka Ho ditolak

Apabila tTabel ≥ thitung -tTabel ≥, maka Ho diterima

Kesimpulan.

Jika thitung lebih kecil atau sama dengan tTabel maka Ho diterima sedangkan jika

thitung lebih besar dari tTabel maka Ho ditolak dan Hi diterima.

3) Analisis Standardized Coefficients Beta

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Variabel bebas yang memiliki nilai koefisien

b1 - β1

Sb1

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

38

beta terbesar memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan variabel bebas

lainnya.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.I Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kelurahan Karangrejo pada awalnya di bentuk Pada Tahun 2000, berdasarkan

peraturan daerah Kota Metro no. 25/200 yang merupakan salah satu Kelurahan di

kecamatan Metro Utara. Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Karangrejo

yakni 9.583 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 2.368 KK. Luas wilayah

Kelurahan Karangrejo 772 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Ganti Warno dan Kelurahan Kali

Bening

- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Yosomulyo dan Kelurahan

Adirejo

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Hadimulyo Timur

- Sebelah Tengah Berbatasan dengan Kecamatan Metro Utara Kabupaten

Lampung Timur

Orbitasi atau jarak tempuh Kelurahan Karangrejo dari pusat pemerintahan

Kelurahan/Kelurahan yaitu:

a. Dari pusat pemerintahan Kecamatan ± 6 kilometer

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

40

b. Dari pusat pemerintahan Kota ± 5 kilometer

c. Dari Ibu Kota Provinsi ± 60 kilometer

4.1.2 Potensi Pertanian

Potensi pertanian yang ada di Kelurahan Karangrejo hampir sama dengan

kampung-kampung lain disekitarnya, masyarakatnya 65% bermata pencaharian

sebagai petani, peternak dan pekebun. Di Kelurahan Karangrejo tidak ada tanah

yang dipergunakan untuk perkebunan Negara, perkebunan swasta, perkebunan

rakyat, maupun tempat rekreasi. Semua tanah yang dimiliki oleh masyarakat

Kelurahan Karangrejo telah dimanfaatkan untuk rumah tinggal perladangan,

persawahan, dan sebagainya.

4.1.3 Sarana Pendidikan Di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara

Kondisi sarana pendidikan di Kelurahan Karangrejo mulai dari tingkat Sekolah

Dasar Negeri hinga ketingkat Sekolah Menengah Atas. Pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Sarana Pendidikan di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara

Kota Metro

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Gedung Sekolah PAUD

Gedung Sekolah TK

Gedung Sekolah SD

Gedung Sekolah SMP

Gedung Sekolah SMU

Gedung Perguruan Tinggi

3

3

3

1

0

0

30

30

30

10

0

0

Jumlah 10 100

Sumber: Monografi Kelurahan Karangrejo, 2015

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

41

4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Metro Utara, secara terperinci disajikan pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariandi Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Metro Utara Kota metro

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pegawai Negeri Sipil

Pensiunan

Wiraswasta/pedagang

Tani

Pertukangan

Buruh tani

ABRI

Swasta

Pemulung

Jasa

101

6

102

2.428

52

230

13

212

10

26

3,2

0,2

3,2

74,7

1,9

7,0

0,4

6.5

0,3

1,6

Jumlah 3.180 100

Sumber: Monografi Kelurahan Karangrejo, 2015

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian, di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara yang

bermatapencahariannya sebagai pegawai negeri sipil adalah 101 jiwa (3,2%),

pensiunan ada 6 jiwa (0,2%), wiraswasta ada 102 jiwa (3,2%), petani ada 2.428

jiwa (74,7%), pertukangan ada 52 jiwa (1,9%),Buruh tani ada 230 jiwa (7,0%),

Abri ada 13 jiwa (0,4%), swasta ada 212 jiwa (6,5%), Pemulung ada 10 jiwa

(0,3%) dan Jasa ada 26 jiwa (1,6%). Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar

penduduk Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara bermata pencaharian

sebagai petani.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

42

4.1.5 Kelompok Tani

Kelompok tani yang ada di Kelurahan Karangrejo terdiri dari 4 Gapoktan, 50

Kelompok Tani Tanaman Pangan, 16 Kelompok Wanita Tani, 10 Kelompok

Ternak, 1 P4S dan 3 Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP).

Kelembagaan Kelompok Tani, Jenis Kelompok Tani dan Gapoktan di Kelurahan

Karangrejo disajikan Tabel 5.

Tabel 5. Kelembagaan Kelompok Tani dan Kelas Kelompok Tani

Kelompok Tani Jml. Angg.

(org)

Luas

Lahan (ha)

Kelas

Kelompok

Tahun

Berdiri

Pelita I

Pelita II

Gembira I

Gembira II

Subur 1

Subur II

Tani Makmur I

Tani Makmur II

Bengawan Solo I

Bengawan Solo II

Sri Rejeki I

Sri Rejeki II

Sido Makmur I

Sido Makmur II

Sejahtera I

Sejahtera II

Akur

Barokah

30

38

35

32

25

37

38

31

39

37

22

25

25

21

30

38

57

52

22,5

17,0

19,0

20,0

26,0

16,0

20,0

18,0

14,0

11,0

13,0

14,0

13,0

13,0

18,0

18,5

17,0

42,0

Lanjut

Pemula

Madya

Pemula

Madya

Pemula

Lanjut

Pemula

Lanjut

Pemula

Madya

Pemula

Lanjut

Pemula

Madya

Pemula

Madya

Pemula

1986

2007

1989

2007

1981

2007

2000

2007

1972

2007

1986

2007

1986

2007

1986

2007

1986

2007

Jml. Angg. 18 612 290

Sumber: Kelompok Tani Karangrejo 2014

4.1.6 Identitas Responden

Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui

berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responden, seperti umur, tingkat

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

43

pendidikan yang ditamatkan, pekerjaan. Pada uraian berikut ini disajikan

informasi yang berhubungan dengan keadaan identitas responden, pendidikan

formal, mata pencaharian, dan luas lahan usahatani.

a. Umur Responden

Umur petani responden dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan

produktifitas kerja disektor pertanian. Umur produktif seseorang berkisar antara

25 – 45 tahun, termasuk pada sektor pertanian.Berdasarkan hasil penelitian

dilapangan diperoleh data petani responden yang berkaitan dengan umur.Umur

petani responden berbeda-beda antara 25 – 65 tahun. Dalam penelitian ini umur

responden diklasifikasikan berdasar kelompok umur lima tahun. Tabel 5 berikut

ini menyajikan sebaran tingkat umur responden.

Tabel 5. Sebaran Tingkat Umur Responden di Kelompok Tani Sibur 1 Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro

No. Golongan Umur (Th) Jumlah Persentase %

1 25 – 35 4 15

2 36 – 45 11 45

3 46 – 55 5 20

4 56 – 65 5 20

Jumlah 25 100

Sumber: Pengolahan data penelitian 2015

Data Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar umur responden berada antara 36 –

45 tahun ada 11 orang. Berdasarkan pada data yang diatas, maka umur responden

di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara sebagian besar berada pada usia

produktif di bawah 50 tahun, sehingga dapat diperkirakan produktifitas responden

dalam menjalankan usahatani benih padi akan meningkat.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

44

b. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data tingkat pendidikan petani responden

seperti yang disajikan Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Kelompok Tani Subur 1

Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro

No. Pendidikan Jumlah Persentase %

1 SD/SR 3 10

2 SLTP 8 35

3 SLTA 10 40

4 Perguruan Tinggi 4 15

Jumlah 25 100

Sumber: Pengolahan data penelitian 2015

Dari Tabel 6 diketahui sebagian besar responden berpendidikan tamat sekolah

lanjutan tingkat pertama (SLTA), yaitu sebanyak 10 orang (sebesar 40%).

Sedangkan responden yang lulus SD/SR hanya 3 orang (sebesar 10%). Responden

yang tamat pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi sebanyak 4 orang (sebesar

15%), dan petani responden yang tamat pendidikan sampai tingkat SLTP sebayak

8 orang (sebesar 35%). Berdasarkan data pada Tabel 6 diatas maka dapat

dijelaskan bahwa petani responden masih berpendidikan tinggi yakni tingkat

pendidikan SLTA sebanyak 10 orang (sebesar 40%). Tingkat pendidikan yang

ditempuh oleh para petani responden dapat mempengaruhi kreatifitas mereka serta

daya serap informasi dan teknologi usahatani yang lebih maju. Rendahnya

pendidikan responden akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam

memahami berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi usahatani, terutama

kesadaran dan ketersediaan petani dalam menerima inovasi baru.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

45

c. Luas Lahan Usahatani Responden

Luas lahan garapan yang dikelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap

perolehan hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang dipergunakan akan

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil panen yang

lebih besar, dan sebaliknya kepemilikan luas lahan yang dimiliki oleh petani tidak

dapat ditambah lagi karena ketersediaan areal lahan yang dapat digunakan untuk

memperluas lahan sangat terbatas. Sebaran luas lahan petani responden yang

dipergunakan untuk penanaman padi berkisar antara 0,18 sampai dengan 1,00 ha.

pada Tabel 7 berikut ini disajikan data luas lahan usahatani petani responden.

Tabel 7. Sebaran Luas Lahan Responden di Kelompok Tani Subur 1 Kelurahan

Karangrejo Kecamatan Metro Utara

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah

(Orang) Persentase %

1

2

3

4

0,18 – 0,25

0,26 – 0,50

5

6

20

24

0,51 – 0,75

0,76 – 1,00

4

10

16

40

Jumlah 25 100

Sumber: Pengolahan data penelitian 2015

Data Tabel 7 diketahui sebaran luas lahan garapan petani responden yang paling

banyak pada luas lahan 0,75 – 1,00 ha dimiliki sebanyak 10 orang. Petani

responden yang dimiliki 0,18 – 0,25 ha sebanyak 5 orang petani responden, petani

responden yang memiliki luas lahan 0,26 – 0,50 ha sebanyak 6 orang petani

responden, dan petani responden yang memiliki luas lahan 0,51 – 0,75 ha hanya 4

orang petani responden. Berdasarkan pada Tabel 7 maka dapat dijelaskan bahwa

luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani responden rata-rata kurang dari 1

ha, sehingga hasil produksi usahatani pembenihan padi yang menjadi salah satu

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

46

sumber matapencaharian petani responden belum mampu secara optimal dijadikan

sumber utama pendapatan petani. Ketersediaan lahan yang mereka milliki menjadi

salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan usahatani dari

komoditas padi.

4.1.7 Pengalaman Berusahatani

Usahatani lahan sawah menjadi alih fungsi sebagai lahan sayuran telah dilakukan

oleh sebagian masyarakat Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara kurang

lebih sekitar 8 tahunan. Pengalaman menjalankan usahatani suatu komuditas

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha

pertanian. Dengan pengalaman yang dimiliki maka petani akan memahami

berbagai hal yang berkaitan dengan tanaman sayuran, dengan pengalaman yang

dimilikinya diharapkan mereka akan mampu mengelola dan meningkatkan hasil

usahataninya dengan berbagai cara, termasuk melakukan perbaikan terhadap

kelemahan-kelemahan yang telah ditemui di masa-masa yang telah lalu. Petani

sayuran di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara memiliki pengalaman

berusahatani bervariasi, ada yang masih baru, tetapi ada sebagian yang telah

cukup lama, beberapa diantara responden memiliki pengalaman sampai delapan

tahun. Pengalaman berusahatani petani responden disajikan pada Tabel 8 berikut

ini:

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

47

Tabel 8. Sebaran Lama Usahatani Sayuran Petani Responden di Kelompok Tani

Subur 1 Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara

No. Lama Berusahatani (Th) Jumlah

(Orang) Persentase %

1 1 – 2 7 28

2 3 – 4 8 32

3 5 – 6 5 20

4 >7 5 20

Jumlah 25 100

Sumber: Pengolahan data penelitian 2015

Dari data pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani responden

telah memiliki pengalaman berusahatani padi lebih dari 2 tahun. Tetapi ada

sebagaian kecil responden yang pengalaman usahataninya kurang dari 2 tahun.

Petani yang memiliki pengalaman 1 – 2 tahun ada 7 orang atau sekitar 28%.

Sedangkan pengalaman yang paling banyak yakni 3 – 4 tahun yakni sebanyak 8

responden atau sekitar 32%. Berdasar data pada Tabel 8 maka dapat dijelaskan

bahwa sebagian besar petani padi telah memiliki pengalaman belum begitu lama,

kurang dari 7 tahun.

4.2 Pengujian instrumen

Pengujian instrument bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrument

penelitian berfungsi dengan baik. Adapun uji tersebut adalah sebagai berikut.

1. Uji validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika tiap butir pernyataan mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Pengujian validitas

tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir atau

faktor dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Biasanya

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

48

syarat minimum suatu kuisioner untuk memenuhi validitas adalah jika

korelasi antara butir dengan skor total tersebut positif dan nilainya lebih besar

dari 0,30 (Sugiyono, 2004). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa

instrumen-instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid

dan dapat dipakai untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis

penelitian, karena nilai pada setiap instrumen berada diatas nilai signifikan

pada tabel nilai r product moment yaitu lebih dari 0,30. Untuk lebih jelas

perhitungan uji validitas dapat dilihat pada.

2. Uji reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk uji

reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach dengan

r-tabel. Jika Alpha Cronbach > r-tabel, maka butir atau variabel tersebut

reliabel. Sedangkan jika nilai Alpha Cronbach < r-tabel, maka butir atau

variabel tersebut tidak reliabel. Uji reliabilitas dapat pula dilakukan melalui

nilai Alpha Cronbach, yaitu jika lebih besar dari 0,60 maka butir atau variabel

tersebut reliabel. Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan SPSS 16.0

For Windows dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Cronback Keterangan

Konversi Lahan (Y)

Faktor Internal Pendorong

Faktor eksternal pendorong

Faktor internal penghambat

Faktor eksternal pendorong

0,711

0,038

0.076

0,121

0,115

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

49

Tabel 9. menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach lebih besar dari r- tabel dan

lebih besar dari 0,60. Maka dapat diketahui bahwa butir-butir kuesioner tersebut

reliabel.

4.3 Tingkat Persepsi Responden terhadap Konversi Lahan

Teknik pengumpulan data melalui kuisioner yang digunakan terdiri atas

pernyataan yang dibuat berdasarkan masing-masing variabel, yaitu variabel

konversi lahan, faktor internal dan eksternal pendorong konversi lahan dan faktor

internal dan eksternal penghambat konversi lahan. Berikut adalah deskripsi data

dari masing-masing variabel yang diperoleh pada penelitian ini.

1. Konversi Lahan (Y)

Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi responden terhadap indikator yang

sesuai dengan definisi operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat

dilihat pada Tabel 10.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

50

Tabel 10. Persepsi Responden atas Konversi Lahan di Kelurahan Karangrejo

No Indikator

Jawaban Total

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp % Res %

1 Mampu mengatasi

masalah ekonomi 24 96 1 4 0 0 0 0 25 100

2 Lahan untuk

perumahan lebih

memberikan manfaat

0 0 0 0 21 84 4 16 25 100

3 Kebutuhan tempat

tinggal lebih penting

dari pertanian

0 0 24 96 1 4 0 0 25 100

4 Bekerja dipertanian

tidak mempu untuk

memenuhi kebutuhan

hidup

0 0 24 96 1 4 0 0 25 100

5 Lahan tidak mampu

menghasilkan sesuai

keinginan

0 0 22 88 3 4 0 0 25 100

6 Lahan diperuntukkan

untuk

perkantoran/fasilitas

umum

25 100 0 0 0 0 0 0 25 100

Jumlah total 49 196 71 284 26 96 4 16 150 600

Rata-rata 8,17 32,67 11,88 47,33 4,33 16 0,67 2,67 25 100

Sumber: Data diolah 2015 Keterangan:

*SS = Sangat setuju *TS = Tidak setuju

*S = Setuju *STS = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu

20 orang (80%) menyatakan setuju untuk melakukan konversi lahan pertanian

karena alasan lahan dianggap mampu untuk mengatasi masalah ekonomi, lahan

akan lebih bermanfaat untuk perumahan dan lahan dianggap tidak mampu untuk

menghasilkan sesuai dengan keinginan.

Lahan mampu mengatasi masalah ekonomi tidak terlepas dari permintaan lahan

itu sendiri. Semakin banyak permintaan akan lahan maka akan berpengaruh

terhadap nilai lahan tersebut, maka lahan akan menjadi komoditi yang

menjanjikan dan akan menghasilkan pemasukan yang banyak apabila dijual.

Begitu pula dengan persepsi masyarakat yang menganggap lahan merupakan

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

51

barang ekonomi, apabila persepsi tersebut tidak mampu dirubah maka lama-

kelamaan lahan akan habis terjual. Berdasarkan persepsi responden di atas untuk

lebih jelas dapat ditunjukkan dengan diagram pada Gambar 3.

Gambar 3. Persepsi Responden Terhadap Konversi lahan

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap konversi

lahan sebesar 80 persen menyatakan sangat setuju/setuju. Ini menunjukkan bahwa

keinginan responden untuk mengkonversi lahan sangat kuat apabila ada

kesempatan dan alasan yang kuat.

1. Faktor Pendorong Konversi Lahan

a. Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan

Faktor internal pendorong konversi lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator pendorong konversi sesuai dengan

definisi operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat

pada Tabel 11.

Sangat setuju/setuju;

80%

Tidak setuju/kurang

setuju; 20%

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

52

Tabel 11. Persepsi Responden atas Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan

No Indikator

Jawaban Total

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Mampu mengatasi

masalah ekonomi

petani

24 96 1 4 0 0 0 0 25 100

2 Terdapat saluran

isrigasi yang baik 0 0 0 0 21 84 4 16 25 100

3 Lahan pertanian

yang subur 0 0 24 96 1 4 0 0 25 100

4 Biaya produksi

rendah 0 0 24 96 1 4 0 0 25 100

5 Resiko usaha 0 0 22 88 3 4 0 0 25 100

6 Penanganan pasca

panen yang baik 0 0 24 96 1 4 0 0 25 100

Jumlah total 24 96 95 380 27 100 4 16 150 600

Rata-rata 4 16 15,8 63,3 4,5 16,7 0,7 2,7 25 100

Sumber: Data diolah 2015 Keterangan:

*SS = Sangat setuju *TS = Tidak setuju

*S = Setuju *STS = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan responden lebih banyak menyatakan setuju

yaitu 20 orang (80%) bahwa lokasi lahan yang strategis, produktivitas menurun,

kesulitan mendapatkan sumberdaya air, mutu lahan menurun, luas lahan yang

sempit, tingginya biaya produksi, dan himpitan ekonomi akan menjadi pendorong

konversi lahan secara internal.

Lokasi lahan sangat menentukan cepat atau lambat lahan tersebut akan

terkonversi. Lokasi Karangrejo Jadi yang strategis dekat dengan kota dan

didukung oleh infrastruktur jalan raya yang baik akan menjadi daya tarik

tersendiri bagi para investor untuk membangun proyek perumahan. Selain itu

melihat kondisi Karangrejo Jadi yang telah dikelilingi oleh perumahan sehingga

menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan air juga akan semakin

mendorong niat petani untuk melakukan konversi. Untuk lebih jelas dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

53

Gambar 4. Kecendrungan Faktor Pendorong Internal Terhadap Konversi Lahan

Gambar 4 menunjukkan bahwa responden sebagian besar yaitu 80 persen akan

melakukan konversi lahan apabila lahan berada di lokasi yang strategis,

produktivitas menurun, kesulitan mendapatkan sumberdaya air, mutu lahan

menurun, luas lahan yang sempit, tingginya biaya produksi, dan himpitan

ekonomi. Apabila hal ini tidak dapat ditanggulangi maka cepat atau lambat

persentase masyarakat yang setuju untuk melakukan konversi lahan akan semakin

besar.

b. Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan

Faktor eksternal pendorong konversi lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator pendorong konversi sesuai dengan

definisi operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada

Tabel 12.

Sangat setuju/setuju;

80%

Tidak setuju/kurang

setuju; 20%

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

54

Tabel 12. Persepsi Responden atas Faktor Ekternal Pendorong Konversi Lahan

No Indikator

Jawaban Total

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Nilai jual lahan yang

tinggi 23 92 2 8 0 0 0 0 25 100

2 Lahan perumahan

lebih menguntungkan 25 100 0 0 0 0 0 0 25 100

3 Fluktuasi harga 25 100 0 0 0 0 0 0 25 100

4 Subsidi pemerintah

tidak tepat sasaran 25 100 0 0 0 0 0 0 25 100

5 Upah tenaga kerja

tidak sesuai dengan

keuntungan

1 4 23 92 1 0 0 0 25 100

Jumlah total 99 396 25 100 1 0 0 0 125 500

Rata-rata 19,8 79,2 5 20 0,04 0 0 0 25 100

Sumber: Data diolah 2015 Keterangan:

*SS = Sangat setuju *TS = Tidak setuju

*S = Setuju *STS = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan sebagian besar responden yaitu 24 orang

(96%) menyatakan setuju bahwa terjadinya konversi lahan karena alasan

pertambahan penduduk, pengaruh warga lain, pengaruh pihak swasta, harga lahan

meningkat, pembangunan sarana prasarana, pekerjaan sektor lain lebih

menjanjikan, fluktuasi harga, pajak bumi dan bangunan, kurangnya subsidi

pemerintah, kesulitan mencari tenaga kerja di sektor pertanian dan adanya

kesempatan membeli lahan lain yang lebih murah.

Pertambahan penduduk yang semakin tinggi akan sangat mempengaruhi

terjadinya konversi lahan. Setiap orang pasti akan membutuhkan tempat untuk

mereka tinggal dan lahan untuk membangun tempat tinggal bersifat terbatas maka

konversi lahan merupakan jalan yang diambil karena menganggap tempat tinggal

lebih penting daripada untuk usaha tani. Semakin banyak permintaan terhadap

lahan juga akan menyebabkan harga lahan semakin tinggi dan hal ini akan

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

55

mendorong petani menjual lahan karena tergiur akan nilai rupiah yang akan

diperoleh. Untuk lebih jelas akan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kecendrungan Faktor Pendorong Eksternal Terhadap Konversi Lahan

Berdasarkan Gambar 5. dapat dijelaskan bahwa kecendrungan faktor ekternal

terhadap konversi lahan sangat kuat. Ini menunjukkan bahwa pendorong konversi

secara eksternal sangat kuat mempengaruhi masyarakat untuk melakukan konversi

lahan. Apabila pendorong eksternal ini tidak dapat dilemahkan maka diyakini

masyarakat yang masih bertahan tidak mengkonversi lahan akan ikut tergerus

untuk melakukan konversi lahan.

2. Faktor Penghambat Konversi Lahan

a. Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan

Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator yang sesuai dengan definisi

Sangat setuju/setuju

96%

Tidak setuju/kurang

setuju4%

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

56

operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada Tabel

13.

Tabel 13. Persepsi Responden atas Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan

No Indikator

Jawaban Total

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Ketersediaan air kurang 0 0 23 92 2 8 0 0 25 100

2 Kondisi lahan subur 24 96 1 4 0 0 0 0 25 100

Jumlah total 24 96 24 96 2 8 0 0 50 200

Rata-rata 12 48 12 48 1 4 0 0 25 100

Sumber: Data diolah 2015 Keterangan:

*SS = Sangat setuju *TS = Tidak setuju

*S = Setuju *STS = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu

24 orang (96%) setuju secara eksternal yang dapat menahan konversi lahan adalah

ketersediaan air kurang serta kondisi lahan yang masih subur.

Kondisi lahan yang masih subur saat ini diyakini masih mampu untuk

menghambat laju konversi namun hasil yang diperoleh tidak begitu besar, ini

menunjukkan bahwa tanah yang didapat dari warisan tidak akan selamanya

mampu untuk menghambat konversi lahan. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan

yang diperoleh dari warisan sempit karena dibagi dengan beberapa orang saudara

sehingga dianggap lebih menguntungkan apabila dijual atau dikonversi. Untuk

lebih jelas akan ditunjukkan pada Gambar 6.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

57

Gambar 6. Kecendrungan Faktor Penahan Internal Terhadap Konversi Lahan

Berdasarkan Gambar 6. dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu 80

persen menyatakan setuju jika ketersediaan air terbatas dan kondisi lahan masih

subur. Faktor penghambat internal ini harus bisa semakin dikuatkan untuk dapat

mengurangi laju konversi lahan di Kelurahan Karangrejo.

b. Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan

Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator yang sesuai dengan definisi

operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada Tabel

14.

Sangat setuju/setuju

92%

Tidak setuju/kurang

setuju8%

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

58

Tabel 14. Persepsi Responden atas Faktor Ekternal Penghambat Konversi Lahan

No Indikator

Jawaban Total

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Regulasi

pemerintah yang

rumit

23 92 2 8 0 0 0 0 25 100

2 Subsidi pemerintah

yang kurang 22 88 3 12 0 0 0 0 25 100

3 Kepastian harga 0 0 0 0 20 80 5 0 25 100

4 Kompensasi

pemerintah 0 0 0 0 22 88 3 0 25 100

Jumlah total 45 180 5 20 42 168 8 0 200 400

Rata-rata 11,25 45 1,25 5 10,5 42 2 0 25 100

Sumber: Data diolah 2015 Keterangan:

*SS = Sangat setuju *TS = Tidak setuju

*S = Setuju *STS = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa responden menyetujui yang dapat

menahan konversi lahan dari faktor eksternal adalah regulasi pemerintah, subsidi

pemerintah, kepastian harga dan pemberian kompensasi. Regulasi pemerintah

tentang penetapan kawasan hijau diyakini mampu untuk menghambat laju

konversi lahan namun dengan catatan pengeluaran regulasi harus dibarengi

dengan pemberian subsidi dan pemberian kompensasi kepada petani. Pemberian

subsidi berupa bibit dan pupuk bagi petani diyakini akan mampu menghambat

konversi lahan karena dengan pemberian subsidi dan kompensasi tentu akan

menambah penghasilan petani. Untuk lebih jelas akan ditunjukkan dalam

Gambar 7.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

59

Gambar 7. Kecendrungan Faktor Penahan Eksternal Terhadap Konversi Lahan

Gambar 7. menunjukkan bahwa faktor ekternal sangat kuat dalam menahan laju

konversi lahan. Ini ditunjukkan dari penilaian responden yang sebagian besar

yaitu 13 persen menyatakan regulasi pemerintah, subsidi, kepastian harga dan

pemberian kompensasi akan mampu untuk menahan konversi lahan.

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Analisis faktor dan analisi regresi linier berganda digunakan untuk mencari

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di Karangrejo Jadi. Tujuan

penggunaan analisis faktor dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar variabel yang diteliti dapat dijelaskan oleh setiap dimensi. Berikut ini

disajikan hasil analisis faktor berdasarkan tahapan yang ada dalam analisis faktor.

1. Determinant of Correlation matrix

Matriks Korelasi digunakan untuk mengidentifikasikan variabel-variabel

tertentu yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain, sehingga dapat

Sangat setuju/setuju;

13%

Tidak setuju/kurang

setuju; 12%

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

60

dikeluarkan dari analisis. Koefisien matriks korelasi disajikan dalam Tabel

15.

Tabel 15. Koefisiensi Matriks Korelasi

No Variabel Determinan

1

2

3

4

5

Konversi lahan

Faktor internal pendorong

Faktor eksternal pendorong

Faktor internal penghambat

Faktor eksternal penghambat

0,364

0,231

0,027

0,488

0,840

Tabel 15. menunjukkan bahwa koefisien determinasi dari masing-masing variabel

sudah mendekati 0. Jadi dapat dinyatakan bahwa item instrument dari masing-

masing variabel memiliki korelasi yang kuat.

4.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Konversi Lahan

Sebelum data penelitian diuji dengan model uji regresi linear berganda maka

dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji nornalitas, uji multikolinearitas

dan heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik

Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. adalah

sebesar 0,279 yang lebih besar dari alpha (α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan

bahwa data dalam model uji telah berdistribusi normal.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

61

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada atau

tidaknya hubungan yang linier (multikolinieritas) antara variabel bebas

(independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Hasil uji multikolinearitas

ditunjukkan pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Uji Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF

1

2

3

4

Faktor internal pendorong

Faktor eksternal pendorong

Faktor internal penghambat

Faktor eksternal penghambat

.000

.883

.000

.883

.000

1.133

.000

1.133

Tabel 16. menunjukkan bahwa nilai Tolerance dan VIF untuk seluruh variabel

bebas telah lebih besar dari 0,1 dan lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa model uji tidak terdeteksi kasus multikolinearitas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi

terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heterokedastisitas digunakan model glejser. Hasil uji dengan model glejser

ditunjukkan pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Uji Heterokedastisitas

No Variabel Thitung Sig. Ket.

1

2

3

4

Faktor internal pendorong

Faktor eksternal pendorong

Faktor internal penghambat

Faktor eksternal penghambat

-531

-4.767

-.955

-8.580

.000

.000

.000

.000

Tidak signifikan

Tidak signifikan

Tidak signifikan

Tidak signifikan

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

62

Tabel 17. menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya (absolute ei). Jadi dapat disimpulkan

bahwa dalam model tidak terdeteksi kasus heterokedastisitas.

Setelah dinyatakan seluruh variabel tidak terdeteksi kasus normalitas,

multikolinearitas dan heteroskedastisitas maka selanjutnya hasil dari tabulasi

dalam bentuk data ordinal tersebut selanjutnya diberikan skor dan diubah menjadi

data interval bagi masing-masing variabel yang disajikan pada Lampiran 3.

Berdasarkan data interval pada Lampiran 2 kemudian dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan SPSS. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada

Lampiran 6.

Hasil yang diperoleh dari data dengan menggunakan program SPSS dirangkum

pada Tabel 18.

Tabel 18. Rangkuman Hasil Analisis Regresi

Faktor

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant)

Pendorong internal

Pendorong eksternal

Penghambat internal

Penghambat eksternal

138.632

-.161

-.242

.092

-3.842

4.296

.092

.051

.122

.448

-.162

-.531

.066

-.955

32.274

-1.753

-.4.767

.751

-8.580

.000

.000

.000

.000

.000

R = 0,795

Fhitung = 4,434

R Square = 0,632

Sig. F hitung = 0,000

Tabel 18. menunjukkan bahwa R2 = 0,632 artinya secara simultan seluruh

variabel berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan pertanian sebesar 63,2

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

63

persen sedangkan sisanya sebesar 37,8 persen dipengaruhi oleh variabel yang

tidak dimasukkan dalam model, seperti (x1, x2, x3, dan x4)

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai F-hitung (4,434) lebih besar dari nilai F-tabel

(1,60) maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan dari faktor pendorong

internal (.092) dan penghambat internal (.122), sedangkan pendorong eksternal

(.051) dan penghambat eksternal (.448) ada pengaruh yang signifikan terhadap

konversi lahan di Karangrejo Jadi Kecamatan Metro Utara.

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan secara parsial dari faktor

pendorong dan penghambat baik yang bersifat internal maupun eksternal

berpengaruh terhadap konversi lahan di Karangrejo Jadi Kecamatan Metro Utara.

Apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel (0,677) dengan tingkat Sig. 0,05 maka

variabel dinyatakan berpengaruh secara parsial. Menunjukkan bahwa variabel

yang berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan adalah faktor pendorong

eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa konversi lahan terjadi di Karangrejo Jadi

disebabkan karena pengaruh variabel pendorong eksternal yang sangat kuat,

sedangkan faktor penghambat tidak memiliki kemampuan dalam menahan

terjadinya konversi lahan. Tabel 19. menunjukkan variabel yang berpengaruh

parsial terhadap konversi lahan.

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

64

Tabel 19. Variabel yang Berpengaruh Nyata

Variabel

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant)

Lokasi lahan

Produktivitas

Irigasi

Mutu tanah

Luas lahan

Biaya produksi

Resiko usahatani

Perubahan prilaku

Penangaan pasca panen

Himpitan ekonomi

Pengaruh warga lain

Nilai jual lahan

Pemb. Sarana prasarana

Fluktuasi harga

Subsidi pemerintah

Ketersediaan air

Lahan masih subur

Subsidi pemerintah

Kepastian harga

kompensasi

11.974

.394

.623

.398

-.910

.287

.463

.273

-.090

-.200

-.493

-.235

-.173

.100

-.171

.353

-.331

-.083

.209

.006

-.406

3.171

.340

.329

.365

.343

.340

.340

.374

.353

.329

.400

.420

.409

.379

.347

.358

.418

.411

.325

.359

.411

.105

.164

.108

-.247

.077

.117

.073

-.025

-.054

-.125

.096

-.046

.028

-.047

.096

-.085

.010

.051

.001

-.088

3.777

1.161

1.892

1.090

-2.652

.843

1.360

.729

-.255

-.607

-1.232

-.584

-.424

.264

-.493

.985

-.793

.109

.644

.016

-.988

.000

.249

.006

.279

.010

.402

.178

.468

.799

.546

.221

.561

.673

.793

.624

.327

.430

.914

.521

.987

.326

Berdasarkan Tabel 19. dapat dijelaskan bahwa yang berpengaruh secara signifikan

terhadap konversi lahan pertanian di Kelompok Tani Subur 1 Karangrejo Jadi,

Kecamatan Metro Utara adalah mutu tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap

konversi lahan ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (0,677 >

-2,652) artinya apabila semakin tinggi mutu tanah maka minat petani untuk

konversi lahan semakin tinggi, tetapi berdasarkan data dilapangan semakin rendah

mutu tanah, maka minat petani untuk konversi lahan semakin tinggi. Kesempatan

membeli lahan lain yang lebih murah berpengaruh signifikan terhadap konversi

lahan yang ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (0,677 >

-2,652) yang artinya petani tidak akan menahan lahan mereka apabila

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

65

mendapatkan tawaran harga tanah yang menggiurkan di tempat lain yang lebih

murah sehingga akan memperoleh surplus harga jual lahan tersebut.

Produktifitas memiliki pengaruh signifikan terhadap konversi lahan ditunjukkan

dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (0,677 > 1,892) artinya apabila

semakin tinggi produktifitas sayuran maka minat petani untuk konversi lahan

semakin tinggi, tetapi berdasarkan data dilapangan semakin rendah produktifitas

yang dihasilkan, maka minat petani untuk konversi lahan semakin rendah.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan di atas, maka diperoleh simpulan

yakni mutu tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap konversi lahan

ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (0,677 > -2,652) artinya

apabila semakin tinggi mutu tanah maka minat petani untuk konversi lahan

semakin tinggi, tetapi berdasarkan data dilapangan semakin rendah mutu tanah,

maka minat petani untuk konversi lahan semakin tinggi. Produktifitas memiliki

pengaruh signifikan terhadap konversi lahan ditunjukkan dengan nilai t-hitung

lebih besar dari t-tabel (0,677 > 1,892) artinya apabila semakin tinggi

produktifitas sayuran maka minat petani untuk konversi lahan semakin tinggi,

tetapi berdasarkan data dilapangan semakin rendah produktifitas yang dihasilkan,

maka minat petani untuk konversi lahan semakin rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada maka dapat dikemukakan

saran adalah sebagai berikut.

1. Seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun Anggota Kelompok Tani

Subur 1 Karangrejo harus mampu untuk mengontrol laju konversi lahan

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

67

dengan cara memperlemah faktor-faktor yang mendorong konversi lahan baik

yang bersifat internal maupun eksternal dan memperkuat faktor-faktor yang

menghambat konversi lahan.

2. Menanggulangi faktor pendorong internal seperti mutu tanah dan

produktivitas, pemerintah perlu meningkatkan pemberian subsidi pupuk

untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga mampu menghasilkan

dengan baik. Untuk menanggulangi faktor pendorong eksternal seperti

kebutuhan untuk perumahan dan kesempatan membeli lahan lain pemerintah

harus mempertegas regulasi di bidang perizinan terutama untuk membangun

di lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan

terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan

pertanian.

3. Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik bahkan

dapat merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti ketahanan pangan

serta lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap kesejahteraan petani

memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian selanjutnya diharapkan

dapat mengkaji indikator-indikator lain selain pendapatan yang

mempengaruhi kesejahteraan petani. Hal ini terkait dengan perbedaan

persepsi petani tentang kesejahteraan.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

DAFTAR PUSTAKA

Agus Astho Pramono, dkk. 2004. Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Keputusan Petani untuk Mengkonversi Lahan Rakyat di DAS Ciliwung

Hulu.

Anonimous. 2011. Konservasi Lahan Sawah di Lampung Memprihatinkan. Bisnis

Indonesia, Selasa, 22 Februari 2011.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. CV. Media

Wacana: Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Padi dan Palawija Provinsi Lampung. BPS

Lampung.

Bambang Irawan dan Supena Friyatno. 2001. Konversi Lahan Sawah: Potensi

Dampak, Pola dan Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Dedi Sugandi, dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Sawah Menjadi Kebun Kelapa Sawit Strategi Pengendaliannya di

Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu tanah. Edisi Keenam Terjemahan S. Adi

Soemarto. Penerbitan Erlangga. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. RajaGrafindo Persada.

Jakarta

Ilham, N., Syaukat, Y., dan S. Friyatno. 2005. Perkembangan dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah serta Dampak Ekonominya.

http://ejournal .unud.ac.id/. SOCA (Socio-Economic of Agriculturre and

Agribusiness), Volume 5 No. 2 July 2005. Universitas Udayana, Bali.

Irawan. 2006. Multi Fungsi Lahan dan Revitalisasi Pertanian, Balai Penelitian

Tanah, Balai Besar Litbang Sumber Daya Pertanian, dalam: Surat Kabar

Pembaharuan.

Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola

Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Ekonomi Vol. 23. No. 1. Tahun 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian

Iqbal, M dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan

Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 167-

182. Bogor.

Isa, I. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Proseding

Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang

Departemen Pertanian. Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries

japan dan ASEAN Secretariat. Jakarta.

Kustiawan, I. 1997. Permasalahan Konversi Lahan Pertanian dan Implikasinya

Terhadap Penataan Ruang Wilayah Studi Kasus: Wilayah Pantura Jawa

barat. Jurnal PWK Vol. 8, No. 1 Januari 1997.

Leftwcih, I Nasution. 1978. Pengaturan Penguasaan Penggunaan Tanah Dalam

Upaya Pengendalian Fungsi Lahan Tanah Pertanian Sawah Beririgasi

dan Mempertahankan Swasembada Beras. Seminar Nasional Studi

Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan. Yogyakarta.

Mubyarto. 1972. Pengantar Ilmu Pertanian. Penerbit LP3ES: Jakarta

Musa, L, Mukhlis, dan Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Fuindamentals

of Soil Science). Departemen Ilmu tanah Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Novita Dinaryanti. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengarhi Alih Fungsi Lahan

Pertanian di Daerah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten

Sukoharjo. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Semarang.

Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya

Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato

Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian

Unibraw, Malang. 74 pp.

Sihaloho Martua., Dharmawan, Arya Hadi, dan Rusli, Said. 2007. Konversi Lahan

Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan

Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa barat).

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi

Manusia Vol. 1. Tahun 2007. Jawa Barat

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Siswono Yudohusodo, 1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor

Utama Program Pembangunan Nasional. Gerakan Terpadu Peduli

Pertanian, Undip Semarang. 11 pp.

Sofyan, S., dkk. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian

Tanah. Bogor.

Sumaryanto,dkk. 2002. Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian

dan dampak Negatifnya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Semarang.

Suyana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah disampaikan

pada Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era

Otonomi dan Globalisasi. Fakultas Petanian, IPB, Bogor, 22 November

2005.

Rahmanto dkk, 2002. Metode penelitian Komunikasi. Remaja Karya: Bandung

Rustiadi, dkk. 2010. Konversi Lahan Pertanian dan Dinamika Perubahan

Penggunaan Lahan di Kawasan Bandung Utara. Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Utomo dkk, 1992. Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Winoto. 2005. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu

Pada Partisipasi Masyarakat. Bogor

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

LAMPIRAN

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Lampiran 1. Kuisioner alih fungsi usaha lahan sawah padi menjadi usaha tanaman

sayur (hortikultura).

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi ”Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Alih Fungsi Usaha Lahan Sawah Padi Menjadi Usaha Tanaman

Sayur (Hortikultura) di Kelompok Tani Subur I Desa Karangrejo Metro Utara”

A. Biodata Responden

1. Nama : ………………………………….

2. T.T. Lahir : ………………………………….

3. Usia : ………………………………….

4. Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/PT

5. Alamat : ………………………………….

6. Jumlah Tanggungan Keluarga : ………………………………….

7. Luas Lahan Pertanian : …………………………………

8. Hasil Pertanian dijual dengan sistem:

a. Lahan sawah : ………………………………….ton

Alasannya : ……………………………………………………..

b. Tanaman sayuran : ………………………………….ton

Alasannya : …………………………………………………………….

9. Volume Penjualan : ………………………………….Kg/kw/ton

Permusim panen/per hektar

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

FAKTOR INTERNAL PENDORONG

1. Mampu mengatasi masalah ekonomi petani

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Seperti apa masalah ekonomi yang Bapak/Ibu lakukan?

………………………………………………………………………….

2. Terdapat saluran irigasi yang baik

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Seperti apa saluran irigasi?

………………………………………………………………………….

3. Lahan pertanian yang subur

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Kondisi tanah pertanian seperti apa?

…………………………………………………………………………..

4. Biaya produksi yang rendah dengan produktivitas tinggi?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Menekan biaya produksi dengan cara apa?

…………………………………………………………………………..

5. Apakah terdapat resiko usaha tani ?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

6. Penanganan pasca panen yang baik oleh petani?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya?

…………………………………………………………………………..

FAKTOR EKSTERNAL PENDORONG

1. Nilai jual lahan yang tinggi?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Harga jual lahan yang tinggi menarik petani untuk menjual lahannya?

…………………………………………………………………………..

2. Lahan perumahan dinilai lebih menguntungkan?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

3. Fluktuasi harga pertanian yang tidak menentu?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

4. Subsidi pemerintah yang sulit dicari dan tidak tepat sasaran?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

5. Upah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan keuntungan? ?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

c. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

FAKTOR INTERNAL PENGHAMBAT

1. Ketersediaan air yang kurang mendukung?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

2. Kondisi lahan yang tidak subur?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

FAKTOR EKSTERNAL PENGHAMBAT

1. Regulasi pemerintah yang rumit?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

2. Subsidi pemerintah yang kurang untuk menyuplai pertanian?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

3. Kepastian harga yang tepat?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00) b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Alasannya:

…………………………………………………………………………..

4. Kompensasi pemerintah kepada kelompok tani yang baik?

a. Sangat setuju (4,00) c. Kurang Setuju (2,00)

b. Setuju (3,00) d. Tidak Setuju (1,00)

Dukungan seperti apa yang diberikan oleh pemerintah untuk pengembangan pertanian?

…………………………………………………………………………..

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Lampiran 2. Identitas Responden Alih Fungsi Lahan Sawah Padi Ketanaman Sayuran

Luas Jenis Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Tanggungan Status Pengalaman

Lhn Umur Alamat Kelamin Suku Terakhir Utama Sampingan Keluarga Lahan Berusahatani

(Ha)

1 Musaid 0.18 35 Karangrejo L Jawa Perguruan Tinggi Petani 3 Sendiri 1

2 Sukatno 0.50 42 Karangrejo L Jawa Perguruan Tinggi Petani Guru SD 2 Sendiri 2

3 Suranto 0.25 40 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Petani Sayur 1 Sendiri 7

4 Siono 0.75 55 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Buruh Lajang Sendiri 7

5 Sutris 1.00 30 Karangrejo L Jawa Perguruan Tinggi Petani Wirasasta Lajang Sendiri 1

6 Kambali 1.00 54 Karangrejo L Jawa SD Petani Wirasasta 3 Sendiri 5

7 Miftahul 0.27 45 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Pedagang 2 Sendiri 2

8 Pandi 1.00 41 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Sopir 2 Sendiri 2

9 Suparman 0.76 36 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Petani Sayur 3 Sendiri 5

10 Imam 0.50 45 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Pedagang 2 Sendiri 4

11 Suharto 0.50 46 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Wirasasta 3 Sendiri 6

12 Sarianto 1.00 38 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Buruh 3 Sendiri 2

13 Jumiran 0.18 40 Karangrejo L Jawa SD Petani Buruh Lajang Sendiri 2

14 Sugono 0.25 63 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Buruh Lajang Sendiri 5

15 Yasir 0.55 28 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Buruh 1 Sendiri 56

16 Suprihadi 0.50 53 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Buruh 2 Sendiri 4

17 Subandi 0.50 58 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Buruh 2 Sendiri 7

18 Rudi 0.76 29 Karangrejo L Jawa Perguruan Tinggi Petani Buruh 3 Sendiri 3

19 Maseni 0.75 47 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Buruh 2 Sendiri 3

20 Ponimin 0.80 56 Karangrejo L Jawa SLTP Petani Buruh 3 Sendiri 4

21 Madiono 1.00 40 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Karyawan 2 Sendiri 7

22 Sugi 0.72 60 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Pedagang 2 Sendiri 7

23 Nyuito 1.00 64 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Pedagang 4 Sendiri 4

24 Jamali 1.00 44 Karangrejo L Jawa SD Petani Buruh 3 Sendiri 3

25 Sukatmo 0.25 45 Karangrejo L Jawa SLTA Petani Buruh 1 Sendiri 3

15.97 1134 Karangrejo L Jawa 0 Petani 0 49 Sendiri 152

0.64 45.36 Karangrejo L Jawa 0 Petani 0 2.33 Sendiri 6.08

No Nama

Total

Rata-rata

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

Lampiran 3. Identitas Pedagang Penangkaran Benih Padi Ciherang di Desa Adirejo

Jenis Pendidikan PengalamanTanggungan

Umur Kelamin Suku Terakhir Berusahatani Keluarga

1 Suyatman 47 L Jawa Perguruan Tinggi 20 3

2 Supatmi 30 P Jawa Perguruan Tinggi 5 0

3 Heri 43 L Jawa SLTA 10 2

4 Sutarja 39 L Jawa Perguruan Tinggi 12 2

5 Isak 37 L Jawa Perguruan Tinggi 7 2

6 Jemu 50 L Jawa SLTA 20 4

Kota Metro 100% modal sendiri

Pekalongan 100% modal sendiri

Kota Metro 100% modal sendiri

Metro Kibang 100% modal sendiri

Pekalongan 100% modal sendiri

Alamat

Status

Kepemilikan

Modal (Rp)

Adirejo Pengumpul I

No Nama

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

internal pendorong

4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 99

2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 46

3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74

3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74

3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 72

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74

eksternal pendorong

4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100

3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75

internal penghambat

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 73

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 99

eksternal penghambat

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 98

4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 97

1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 45

2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 47

RESPONDEN

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI USAHA LAHAN …

SS S KS TS

24 1 1 1 27 96 4 4 4 126

1 1 21 4 27 4 4 16 16 73

1 24 1 1 27 4 96 4 4 101

1 24 1 1 27 4 96 4 4 101

1 22 3 1 27 4 88 4 4 99

1 24 1 1 27 4 96 4 4 101

29 96 28 9

23 2 1 1 27 92 8 4 4 125

25 1 1 1 28 100 4 4 4 103

25 1 1 1 28 100 4 4 4 128

25 1 1 1 28 100 4 4 4 128

1 23 1 1 26 4 92 4 4 101

99 28 5 5

1 23 2 1 27 4 92 4 4 100

24 1 1 1 27 96 4 4 4 126

25 24 3 2

23 2 1 1 27 92 8 4 4 125

22 3 1 1 27 88 12 4 4 124

1 1 20 5 27 4 4 20 20 72

1 1 22 3 27 4 4 12 12 74

47 7 44 10 800 620 104 104