95
PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH BERBASIS SIG(Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015) SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: MUHAMMAD BAHRUL HIDAYAT NIM 1113015000026 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

“PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI

PERMUKIMAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH

BERBASIS SIG”

(Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MUHAMMAD BAHRUL HIDAYAT

NIM 1113015000026

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …
Page 3: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …
Page 4: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

i

ABSTRAK

Muhammad Bahrul Hidayat (1113015000026) "Pengaruh Alih Fungsi Lahan

Pertanian Menjadi Permukiman Terhadap Hasil Produksi Pertanian Padi

Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

Tahun 2005-2015)". Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan perubahan alih

fungsi lahan pertanian menjadi permukiman serta pengaruhnya terhadap hasil

produksi pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor pada tahun

2005-2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif dan metode analisis data menggunakan analisis regresi

linear sederhana. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berupa citra satelit yang sudah berbentuk shp/shapefile dan data hasil produktivitas

padi dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Berdasarkan analisis yang dilakukan,

didapatkan hasil penelitian yaitu lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan mencapai 492,3 hektar atau

sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan pertanian di Kecamatan Kemang, sedangkan

angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 hektar atau bertambah sekitar

64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Adapun hasil analisis persamaan

regresi linear sederhana antara variabel alih fungsi lahan dengan produktivitas padi

menghasilkan nilai persamaan yakni dengan demikian, variabel

produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas lahan pertanian

bertambah setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan pertanian berkurang seluas 1 ha

maka produktivitas padi sawah akan menurun sebesar 3,5 ton.

Kata kunci: Alih Fungsi Lahan, Pertanian, Permukiman, Hasil Produksi Padi,

SIG.

Page 5: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

ii

ABSTRACT

Muhammad Bahrul Hidayat (1113015000026) "The Effect of Function

Transformations of Agricultural Land into Settlements Against Production Results of

Rice Farming Based on GIS (Case Study: Kemang District, Bogor Regency, 2005-

2015)" Thesis, Department of Social Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and

Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.

This study aims to find out how the development of agricultural land function

transformations into settlements influences the rice production in the District of

Kemang, Bogor Regency from 2005 to 2015. The research method used in this study

is quantitative combined with descriptive approaches and data analysis by using

simple linear regression. The data are secondary data, satellite images in the form of

.shp / shapefile and rice productivity data from the Agricultural Service of Bogor

Regency. Based on the analysis, the results of the research are that the agricultural

land in Kemang Subdistrict from 2005 to 2015 decreased to 492.3 hectares or around

18.4% of the total of agricultural land area, while the settlement land increased to

493.2 hectares or around 64.4% of the total of residential land area in 2005.

Moreover, the analysis result of simple linear regression equations between the

variable of land function transformation and rice production is Y = -6.1 + 3.5 (x).

This means that the variable of rice productivity will increase by 3.5 tons if the

agricultural land area rises every 1 ha and contrarily if the agricultural land area

declines by 1 ha, the rice productivity will decrease by 3.5 tons.

Keywords: Land Function Transformation, Agriculture, Settlement, Rice Production

Results, GIS.

Page 6: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

iii

KATA PENGANTAR

حيمِ حمٰنِ الره ِ الره بسِمِ اللَّه

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT. karena

atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul "Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Permukiman

Terhadap Hasil Produksi Pertanian Padi Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus :

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015)". Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam, baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam dari zaman ketidaktahuan

menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti yang

bisa kita rasakan saat ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidaklah

terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA, selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Andri Noor Andriansyah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Didin Syafruddin, MA, Ph. D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

Page 7: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

iv

6. Dr. Sodikin, M.Si dan Tri Harjawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan

bimbingan, motivasi, saran, dan kritik yang sangat bermanfaat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya Jurusan Pendidikan IPS, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama melaksanakan studi.

8. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, yang telah membesarkan saya

dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada henti serta

memberikan dukungan yang sangat besar.

9. Ridha Ismayanti, S.Pd yang telah meluangkan banyak waktu dan

pikirannya, dalam membantu saya dalam menyelesaikan setiap

permasalahan yang menghambat dalam penelitian ini. serta;

10. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan

informasi yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sesungguhnya dalam penulisan Skripsi ini tentu masih

banyak kelemahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik serta saran dalam rangka penyempurnaan penulisan serta untuk membangun

kehidupan kependidikan yang lebih baik.

Wassalamualikum Wr.Wb.

Jakarta, 07 Juli 2019

Penulis

Muhammad Bahrul Hidayat

NIM. 1113015000026

Page 8: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1

B. Identifikasi Masalah ...............................................................................5

C. Pembatasan Masalah ..............................................................................6

D. Rumusan Masalah ..................................................................................6

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................6

F. Manfaat Penelitian .................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Lahan dan Alih Fungsi Lahan ................................................................9

1. Pengertian Lahan..............................................................................9

2. Pengertian Alih Fungsi Lahan........................................................10

3. Pola Alih Fungsi Lahan..................................................................11

B. Pertanian ..............................................................................................12

1. Pengertian Pertanian .......................................................................12

Page 9: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

vi

2. Jenis-Jenis Pertanian .....................................................................12

3. Peran Pertanian ..............................................................................20

C. Permukiman .........................................................................................22

1. Pengertian Permukiman .................................................................22

D. Sistem Informasi Geografi (SIG) .........................................................24

1. Pengertian Sistem Informasi Geografi ...........................................24

2. Komponen Sistem Informasi Geografi .........................................24

3. Cara Kerja Sistem Informasi Geografi ...........................................26

E. Penginderaan Jauh................................................................................27

1. Pengertian Penginderaan Jauh ........................................................27

2. Sistem Satelit pada Penginderaan Jauh ........................................28

3. Citra Landsat ..................................................................................29

F. Penelitian Yang Relevan ......................................................................29

G. Kerangka Berfikir ................................................................................35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................36

B. Metode Penelitian ................................................................................37

C. Alat dan Bahan .....................................................................................38

D. Variabel Penelitian ...............................................................................39

E. Populasi dan Sampel ............................................................................39

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................40

G. Teknik Analisis Data ............................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................48

1. Letak Geografis ..............................................................................48

2. Kondisi Fisik ..................................................................................50

B. Hasil Penelitian ...................................................................................50

1. Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015 ..........49

Page 10: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

vii

a) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 .............50

b) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 .............52

c) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 .............53

2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian menjadi

Permukiman ..................................................................................55

a) Perubahan Luas Lahan Pertanian Tahun 2005-2015 ...............55

b) Perubahan Luas Lahan Permukiman Tahun 2005-2015 .........57

c) Hasil Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang .............58

d) Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi

Permukiman Terhadap Produktivitas Padi Sawah………..…

59

C. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..........................................................................................66

B. Saran.....................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................

Page 11: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Petumbuhan Penduduk di Kecamatan Kemang .........................3

Tabel 1.2 Hasil Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kemang ...........................4

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Aktif dan Sistem Pasif Penginderaan Jauh ..........28

Tabel 2.1 (Lanjutan) ..........................................................................................29

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relavan ..................................32

Tabel 2.2 (Lanjutan) ..........................................................................................33

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...............................................................................37

Tabel 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................39

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 ......................51

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 ......................53

Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 ......................54

Tabel 4.3 (Lanjutan) ..........................................................................................55

Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2015 ......................56

Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2015 ................57

Tabel 4.6 Produktivitas Padi Sawah Tahun 2005-2015 ....................................58

Tabel 4.7 Data Persamaan Regresi linear sederhana ........................................59

Tabel 4.8 Titik presentase distribusi t (Pr df = 1-5 ) .........................................63

Page 12: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen SIG..................................................................................... 26

Gambar 2.2 Tahapan Analisis Data Dalam SIG ...................................................... 27

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Penelitian................................................................ 35

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Kemang ........................................ 36

Gambar 3.2 Kurva Persamaan Regresi Linear Sederhana ....................................... 44

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Kemang ............................................... 49

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 .................. 51

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 .................. 52

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 .................. 54

Gambar 4.5 Perkembangan Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2010 ......... 56

Gambar 4.6 Perkembangan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2010 ... 57

Gambar 4.7 Kurva Hasil Persamaan Regresi Linear Sederhana Produktivitas Padi

dan Luas Lahan Pertanian ..................................................................... 56

Page 13: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................................

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .............................................................................

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Bogor

Lampiran 2 Surat Disposisi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

Kabupaten Bogor .................................................................................

Lampiran 4 Foto-foto Penelitian ..............................................................................

Page 14: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar mata

pencaharian penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sebagai negara

agraris, sektor pertanian tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam

menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, Indonesia juga dikenal

sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (Mega

Biodiversity), karena Indonesia berada di daerah khatulistiwa yang beriklim

tropis sehingga mendapat curah hujan, sinar matahari, dan penyerapan air laut

yang tinggi sepanjang tahun.

Namun saat ini, keberadaan lahan pertanian di Indonesia semakin

berkurang seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.

Menurut CIA World Factbook tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia

menempati peringkat keempat terbesar di dunia dengan jumlah penduduk

mencapai 258.316.015 jiwa.1 Pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut

sangat berpengaruh terhadap ketersediaan lahan pertanian di Indonesia yang

semakin menyusut, bukan hanya untuk keperluan rumah penduduk saja,

namun banyak kepentingan-kepentingan lainnya seperti pembukaan lahan

untuk perindustrian, kebutuhan untuk perkebunan dalam sekala besar maupun

kebutuhan untuk fasilitas penunjang permukiman.

Kepala Pusat Studi Bencana IPB, Prof Euis Sunarti menyebutkan alih

fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian padi memicu

terjadinya bencana alam yang berdampak pada kerugian di masyarakat. Salah

satu contoh kasus alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan

menimbulkan bencana kabut asap yang terjadi di Provinsi Riau Januari 2017

lalu, bencana tersebut disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian

1 Diakses melalui : http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk

populasi-terbanyak-di-dunia/ (27 Agustus 2017 pukul 13:05 WIB)

Page 15: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

2

(hutan) secara ilegal. Praktek membeli tanah di bawah tangan, membuka

lahan dengan cara membakar untuk mn 23engurangi biaya, telah berdampak

luas pada masyarakat yang terkena resiko bencana kabut asap.2

Selain itu, contoh kasus alih fungsi lahan pertanian juga banyak

ditemukan di wilayah Kabupaten Bekasi. Sejak awal tahun 1990

pembangunan kawasan perumahan dan industri meningkat di kawasan

Kabupaten Bekasi terutama Cikarang sehingga menyebabkan lahan pertanian

semakin menyusut. Data Dinas Kabupaten Bekasi menyebutkan bahwa lahan

pertanian menyusut sekitar 1.500 ha per tahun, pada 2014 masih ada 52.000

ha, sementara pada 2017 ini jumlahnya berkurang menjadi 48.000. Lahan-

lahan pertanian ini beralih menjadi kawasan perumahan ataupun industri.3

Angka pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi juga akan berdampak

pada tingginya kebutuhan akan tempat tinggal penduduk. Hal tersebut juga

sejalan dengan penelitian Rahmi Fajarini (Tesis, 2014),

’’…kebutuhan lahan meningkat dari waktu ke waktu dipicu oleh

pertumbuhan penduduk, perkembangan struktur masyarakat dan

perekonomian. Peningkatan kebutuhan tersebut merupakan kondisi lazim

sebagai konsekuensi logis dari pembangunan. Di sisi lain, lahan tersedia

relatif tidak bertambah, sehingga kondisi tersebut berakibat pada alih

fungsi lahan4…’’

Oleh karena itu, Indonesia rentan akan terjadinya alih fungsi lahan,

dimana lahan produktif di alih fungsikan menjadi tempat tinggal penduduk

(pemukiman), hal tersebut dilakukan untuk menunjang keseimbangan

kebutuhan tempat tinggal dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus

meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya terjadi di wilayah-

wilayah pusat pemerintahan negara seperti Pulau Jawa, namun pertumbuhan

penduduk juga terjadi di luar Pulau Jawa seperti Pulau Bali dan sekitarnya.

2 Diakses melalui: antaranews.com (Senin, 22 Januari 2018 Pukul 12:05 WIB)

3 Diakses melalui: bbcnews.com/indonesia-41078646 (Senin, 22 Januari 2018 Pukul 12:48

WIB)

4 Rahmi Fajarini, Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Ruang di

Kabupaten Bogor (Tesis Institut Pertanian Bogor. 2014) h. 1

Page 16: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

3

Berkenaan dengan hal itu Ketua Wanita Tani Provinsi Bali, Tuti

Kusumawardhani menegaskan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi saat ini

sudah tidak bisa dibendung lagi. Kondisi tersebut memang tidak bisa

dihindari lagi seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Bali yang

membutuhkan infrastruktur.5 Oleh karena itu, pertumbuhan jumlah penduduk

yang terus mengingkat dapat mempengaruhi jumlah ketersediaan lahan

pertanian di Indonesia. Hal tersebut juga senada dengan hasil penelitian

Faizal Musaqqif Affan (Jurnal, 2014),

’’…bentuk dari penggunaan lahan yang semakin meluas umumnya

diperuntukan sebagai lahan permukiman ataupun sebagai lahan industri

yang sangat berbanding lurus dengan kebutuhan manusia sebagai

makhluk yang memperlukan tempat tinggal dan pekerjaan sebagai

penunjang kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, dengan laju

pertumbuhan penduduk yang terjadi di kecamatan Genuk maka secara

otomatis memacu pertumbuhan penggunaan lahan yang sebelumnya

kosong/ladang ataupun sawah beralih menjadi lahan permukiman

ataupun lahan industri…’’6

Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman juga banyak ditemukan

di wilayah Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Kemang yang

wilayahnya berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Sebagian besar

masyarakat yang beraktivitas di Kota Bogor memilih untuk tinggal di wilayah

sekitar Kota Bogor termasuk Kecamatan Kemang. Sehingga pertumbuhan

penduduk dan permintaan untuk lahan permukiman semakin meningkat setiap

tahunnya. Berikut penulis sajikan data pertumbuhan penduduk di Kecamatan

Kemang pada tahun 2008, 2010 dan 2012 pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kemang7

5 Diakses melalui: balipost.com (Minggu, 28 Januari 2018 pukul 14:42 WIB)

6 Faizal Musaqqif Affan, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Dan

Industri Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Jurnal Ilmiah Pendidikan

Geografi. 2014) h. 7

7 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Tahun 2015

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin

2008 41.785 39.674 81.459 105

2010 47.499 44.902 92.401 106

Page 17: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

4

Data pada Tabel 1.1 menunjukkan angka pertumbuhan penduduk di

Kecamatan Kemang dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dengan angka

pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 sebesar 4,41% dapat dikategorikan

pertumbuhan penduduk cepat. Kemudian di tahun 2015 pertumbuhan

penduduk di Kecamatan Kemang mencapai 2,5% yang dikategorikan

pertumbuhan penduduk sedang. Meskipun mengalami penurunan, namun

secara presentase angka pertumbuhan penduduk tersebut masih dikategorikan

cukup tinggi.

Seiring dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk, terjadi juga

penurunan hasil produksi pertanian khususnya disektor pertanian padi sawah.

Penurunan hasil produksi pertanian padi sawah disebabkan oleh semakin

menyusutnya lahan pertanian padi sawah yang beralih fungsi menjadi lahan

permukiman penduduk maupun kawasan industri. Berikut penulis sajikan

data hasil produksi pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang tahun 2008

sampai dengan tahun 2012 pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Hasil Produksi Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kemang

Komoditas

Pertanian Tahun

Luas

Panen

(Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi

(Ton )

PADI SAWAH

2008 416 58,58 2.566

2010 366 62,48 2.287

2012 248 63,35 1.571

Sumber ; Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2013-2015

Tabel 1.2 merupakan data akumulasi hasil produksi padi sawah di

Kecamatan Kemang selama empat tahun. Selama dua tahun pertama yakni

pada tahun 2008 sampai tahun 2010 terjadi penurunan hasil produksi padi

sawah sebanyak 12,1% dan pada dua tahun selanjutnya yakni tahun 2010

2012 50.710 47.938 98.648 106

Page 18: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

5

sampai tahun 2012 kembali terjadi penurunan hasil produksi padi sawah

sebanyak 31,3%, hal tersebut disebabkan oleh luas panen atau lahan tanam

yang semakin menyusut. Padahal umumnya penduduk Kecamatan Kemang

sangat bergantung terhadap sektor pertanian. Namun jika lahan pertanian

semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan permukiman maka mata

pencaharian penduduk Kecamatan Kemang juga semakin berkurang dan

secara otomatis akan berdampak pada kurangnya jumlah komoditas hasil

pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian diatas maka perlu

dilakukan penelitian mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman yang terjadi di Kecamatan Kemang untuk mengetahui pengaruh

yang terjadi terhadap ketersediaan hasil pertanian khususnya padi sawah di

Kecamatan Kemang karena semakin berkurangnya lahan pertanian yang

keberadaannya berubah menjadi lahan permukiman dengan durasi waktu

terhitung sejak tahun 2005-2015. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Alih Fungsi Lahan

Pertanian Menjadi Permukiman Terhadap Hasil Produksi Pertanian

Padi Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten

Bogor Tahun 2005-2015)"

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dapat diidentifikasi

mengenai perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman yang

terjadi di Kecamatan Kemang disebabkan oleh beberapa faktor berikut :

1. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan ketersediaan lahan

pertanian di Indonesia semakin menyusut.

2. Alih fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian padi

memicu terjadinya bencana alam yang berdampak pada kerugian di

masyarakat.

3. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan

permukiman dan kawasan perindustrian.

Page 19: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

6

4. Kecamatan Kemang merupakan salah satu lokasi favorit untuk tempat

tinggal bagi masyarakat yang beraktivitas di Kota Bogor yang berdampak

pada tingginya permintaan lahan permukiman penduduk.

5. Semakin berkurangnya hasil pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

penulis batasi pada permaslahan tentang :

1. Banyaknya lahan pertanian yang berlalih fungsi menjadi kawasan

permukiman dan kawasan perindustrian.

2. Alih fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian

padi memicu terjadinya bencana alam yang berdampak kerugian bagi

masyarakat.

Namun, mengingat waktu dan data yang diperoleh oleh penulis cukup

terbatas, maka keterjangkauan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis

juga dibatasi, lebih khusus mengenai :

1. Analisis perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di

Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015.

2. Pengaruh perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman

terhadap ketersedian hasil produksi pertanian padi sawah di Kecamatan

Kemang pada tahun 2005-2015

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permbatasan masalah di atas maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut ;

1. Bagaimanakah perkembangan perubahan alih fungsi lahan pertanian

menjadi permukiman di Kecamatan Kemang dalam kurun waktu 2005-

2015?

2. Bagaimana pengaruh perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman terhadap hasil komoditas pertanian padi sawah di

Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015?

Page 20: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan perubahan alih fungsi

lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang dalam

kurun waktu 2005-2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan alih fungsi lahan

pertanian menjadi permukiman terhadap hasil produksi pertanian padi

sawah di Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bisa menambah wawasan penulis mengenai

pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman terhadap

hasil produksi padi sawah di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.

b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini sebagai produk penelitian di Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi yang diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang baik.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Penelitian ini bermanfaat sebagai pendukung materi mata

pelajaran Geografi SMA Kelas XI dalam Bab Sumber Daya Alam.

d. Bagi Pembaca

Penelitian ini melengkapi kajian tentang pengaruh alih fungsi

lahan pertanian menjadi permukiman terhadap ketersediaan pasokan

sayuran di Kecamatan Kemang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah ilmu pengetahuan pembaca dan meningkatkan pemahaman

studi tentang lahan serta manfaat penggunaannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Pemerintah

Page 21: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

8

Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai

pertimbangan kepada pengambil kebijakan berupa rujukan mengenai

keselarasan pemanfaatan ruang khususnya pada sektor pertanian.

Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai referensi yang dipelajari

sebelum dilakukannya perubahan alih fungsi lahan pertanian dan

juga menjadi pedoman agar pihak-pihak yang berwenang bisa

mengambil keputusan dengan baik dan benar.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini memberikan nilai edukasi mengenai pentingnya

memperhatikan tata ruang wilayah dan keadaan lahan pertanian

sebagai penyeimbang ekosistem alam demi keberlangsungan hidup

manusia di masa yang akan datang.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pembanding bagi

penelitian sejenis yang sudah atau penelitian lainnya yang akan

dilakukan, serta bisa menjadi referensi dalam kaitannya dengan

penelitian yang relevan.

Page 22: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan dan Alih Fungsi Lahan

1. Pengertian Lahan

Lahan merupakan unsur yang sangat penting bagi keberlangsungan

hidup manusia, karena seluruh aspek kehidupan manusia sangat

bergantung pada lahan, baik itu lahan pertanian sebagai pemenuh

kebutuhan pangan dan papan maupun lahan non-pertanian untuk

kebutuhan sosial-ekonomi.1 Lahan merupakan daerah permukaan daratan

bumi yang mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat tetap

maupun yang dapat diramalkan bersifat mendatar, dari biosfer, atmosfer,

tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil

kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini.2 Sehingga dapat

disimpulkan secara garis besar bahwa lahan merupakan sumber daya alam

yang dapat digunakan sebagai faktor produksi yang dapat menunjang

kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Menurut penggunaannya lahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu lahan

pertanian dan bukan pertanian. Lahan pertanian dibedakan lagi menjadi

lahan sawah dan bukan sawah.3 Lahan sawah adalah lahan pertanian yang

berpetak-petak dan dibatasi oleh pematangan (galengan), saluran untuk

menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa

memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut.4 Adapun

lahan bukan sawah meliputi tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan

rakyat, pengembalaan/rumput dan sebagainya. Sedangkan lahan bukan

pertanian terdiri dari rumah, bangunan dan halaman sekitarnya, hutan

1 Trigus Eko, Sri Rahayu, ’’Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap RDTR

di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus ; Kecamatan Mlati’’ (Semarang: Biro Penerbit Planologi

UNDIP, 2012) h. 332

2 Ayu amalia, ’’Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Pendapatan Usahatani Padi yang

Hilang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)’’

Jurnal Institut Pertanian Bogor, 2014. h. 1

3 Ida Ayu Listia Dewi, I Made Sarjana, ’’Faktor-Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah

Menjadi Lahan Non-Pertanian’’ Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 3 No. 2, 2015 h. 163

4 Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012

Page 23: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

10

negara, rawa-rawa (tidak ditanami), jalan, sungai, danau, lahan tandus, dan

lain sebagainya (BPS, 2012).5

2. Pengertian Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan adalah sebuah mekanisme yang mempertemukan

permintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan kelembagaan

lahan baru dengan karakteristik sistem produksi yang berbeda6. Alih fungsi

lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan,

disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan

untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan

meningkatnya tuntutan mutu kehidupan yang lebih baik7. Dari pengertian di

atas, dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan merupakan proses perubahan

guna lahan dari fungsi awalnya.

Alih fungsi lahan tentunya didasari oleh tuntutan atau faktor-faktor

yang memperngaruhi berubahnya alih fungsi suatu lahan. Adapun faktor

pendorong terjadinya alih guna lahan dibedakan atas faktor eksternal dan

internal8:

a. Faktor eksternal diantaranya ; pertumbuhan alami penduduk, migrasi,

hujan, dan harga pasar internasional. Sedangkan;

b. Faktor internal, merupakan faktor yang sampai pada tingkat tertentu

dapat ditangani atau dipengaruhi oleh pihak tertentu, seperti inovasi

teknis, pembangunan jalan dan infrastuktur, pemungutan retribusi atau

pajak, subsidi, konservasi tanah dan air, serta pengaturan penguasaan

tanah.

5 Ida Ayu Listia Dewi. loc. cit.

6 Iwan Nugroho, Rokhmin Dahuri, ’’Pembangunan Wilayah Perpektif Ekonomi, Sosial dan

Lingkungan’’ Jurnal LP3ES , Ed. Revisi cet.2, 2012, h. 168-169

7 Handoko Probo Setiawan, ’’Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

Kasus Di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda’’ Jurnal pada eJournal

Sosiatri-Sosiologi, Volume 4, Nomor 2, Universitas Mulawarman 2016 h. 282

8 Ida Ayu Listia Dewi, op. cit., h. 164

Page 24: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

11

3. Pola Alih Fungsi Lahan

Konversi lahan atau alih fungsi lahan terbagi kedalam tujuh pola atau

tipologi, antara lain9 :

a. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama

yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi

pelaku konversi.

b. Konversi sistematik berpola enclave ; dikarenakan lahan kurang

produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk

meningkatkan nilai tambah.

c. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk

(population growth driven land conversion); lebih lanjut disebut

konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya

pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan

tempat tinggal.

d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven

land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan

ekonomi dan perubahan kesejahteraan.

e. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk

mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar

dari kampung.

f. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi

dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan

meningkatkan hasil pertanian.

g. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,

sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak

dijelaskan dalam konversi demografi.

9 Sihaloho, 2004 dalam Moh Khoirul Muslikin, ‘’Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi

Non Sawah dan Dampak Terhadap Produksi Padi di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010.’’ Skripsi

pada Program Sarjana Sains Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

2015. h. 7-8

Page 25: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

12

B. Pertanian

1. Pengertian Pertanian

Pertanian adalah kegiatan produksi biologis yang berlangsung di atas

sebidang tanah (lahan) dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan

untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa merusak tanah (lahan)

yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya10

. Dalam

pengertian lain dijelaskan bahwa pertanian adalah suatu kegiatan

pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk

menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,

serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan

sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang

sebagai budidaya tanaman serta pembesaran hewan ternak.11 Sedangkan

pertanian dalam arti sempit merupakan suatu kegiatan bercocok tanam,

sedangkan pertanian dalam arti luas adalah segala kegiatan manusia yang

meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan12

.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pertanian

merupakan aktivitas manusia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya yang bergantung terhadap alam.

2. Jenis-jenis Pertanian

Lahan pertanian ditinjau dari ekosistemnya dapat dibedakan menjadi

dua kelompok besar yaitu lahan pertanian basah dan lahan pertanian

kering.

a. Lahan Pertanian Basah

Lahan pertanian basah lazim disebut dengan sawah. Ciri-ciri

umum dari sawah adalah sebagai berikut13

:

1) Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang-pematang tersebut

ada yang lurus, ada pula yang berbelok;

10 Tati Nurmala et al., Pengantar Ilmu Pertanian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.15

11

Setiawan, op. cit., h. 283

12

Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 4

13

Nurmala et al, op. cit., h. 101

Page 26: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

13

2) Permukaannya selalu datar dan topografinya rata meskipun di

daerah bergunung-gunung atau berbukit;

3) Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh atau berair;

4) Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga

memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penuturan

produktivitas yang drastis;

5) Secara umum prolifik produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan

kering;

6) Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur

kecuali sawahtadah hujan tanaman yang utama diusahakan adalah

padi sawah.

Adapun ditinjau dari sistem irigasinya lahan pertanian basah

(sawah) dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut :

1) Sawah irigasi teknis

Sawah irigasi teknis merupakan sistem pengairan sawah yang

pengairannya terukur dan terarah yang dimulai dari sumber air

hingga petak sawah karena terdapat jaringan irigasi dan bangunan

permanen.14

Sawah irigasi teknis air pengairannya berasal dari

waduk, dam atau danau dan dialirkan melalui saluran induk

(primer) yang selanjutnya dibagi-bagi ke dalam saluran-saluran

sekunder dan tersier melalui bangunan pintu-pintu pembagi15

.

Sawah tipe ini airnya tersedia sepanjang tahun karena sumber

airnya berasal dari waduk, danau buatan atau danau alami. Air

yang masuk ke petakan-petakan sawah sudah terukur, karena

pengaturannya menggunakan peralatan yang cukup baik sehingga

air yang masuk ke saluran-saluran tersier dan sekunder sudah

terhitung jumlah dan debitnya. Contoh sawah irigasi teknis antara

14 Nadia Khairunnisa Andika, 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi di Kota Depok“, Skripsi pada Fakultas Ekonomi

dan Manajemen IPB, (Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2013), h.9

15

Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.10-11

Page 27: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

14

lain di daerah Pantura Jawa Barat. Pola tanam pada sawah tipe ini

umumnya padi-padi-padi atau padi-padi-palawija.

2) Sawah irigasi setengah teknis

Merupakan sistem pengairan sawah dengan jaringan irigasi

yang tidak permanen secara keseluruhan seperti sawah irigasi

teknis, sehingga penguapan masih akan terjadi.16

Kurang

terukurnya sistem ini serta tidak memiliki pintu air menyebabkan

sumber airnya yang tersedia tidak selalu ada sepanjang tahun. Air

yang masuk ke saluran primer dan sekunder saja yang terukur

sedangkan air yang masuk ke saluran tersier dan kuarter biasanya

tidak terukur lagi karena saluran tidak dilengkapi alat pengukur air

yang lengkap seperti pada irigasi teknis.17

Pola tanam pada sawah

tipe Ini kebanyakan padi-padi atau padi-palawija. Selain dari pola

tanam itu ada pula yang melaksanakan pola tanam padi-padi-

palawija.

3) Sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana)

Sawah irigasi sederhana adalah sawah dengan sistem

pengairan yang sumber airnya dari tempat lain (umumnya berupa

mata air) dan salurannya dibuat secara sederhana oleh masyarakat

petani setempat, tanpa bangunan-bangunan permanen.18

Sawah tipe

ini sumber airnya berasal dari mata-mata air yang ada di lembah-

lembah bukit kemudian ditampung di bak kolam penampung air

yang tidak permanen.19

Sawah tipe ini biasanya pada areal yang

berbatas di daerah-daerah lembah bukit. Pada musim hujan

ditanami padi sedangkan pada musim kemarau (MK) sebagian

ditanami padi dan sebagian ditanami palawija atau diberakan

(dibiarkan tidak ditanami). Pola tanamnya adalah padi-palawija

atau padi-bera.

16 Nadia Khairunnisa Andika, op. cit., h.10

17

Nurmala et al, op. cit., h. 102

18

Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11

19

Nurmala et al, op. cit., h. 102-103

Page 28: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

15

4) Sawah tadah hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya

tergantung atau berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-

bangunan irigasi permanen. Sawah tadah hujan umumnya terdapat

pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau

sawah lainnya sehingga tidak memungkinkan terjangkau oleh

pengairan. 20

Sawah tipe ini sumber airnya hanya mengandalkan

dari curah hujan. Umumnya diusahakan atau ditanami padi pada

musim hujan, sedangkan pada musim kemarau diberakan. Pola

tanamnya adalah padi-bera atau palawija-padi.21

5) Sawah Rawa

Sawah Rawa biasanya terdapat pada daerah-daerah cekungan

yang biasanya tidak ada untuk pemasukan dan pembuangan air.

Sawah rawa biasanya ditanami pada menjelang musim kemarau

dan panen menjelang musim hujan. Pola tanamnya padi-bera atau

hanya satu kali ditanami padi rawa.22

Pengolahan tanah tidak

dilakukan secara intensif tetapi hanya dibersihkan rerumputannya

menjelang akan ditanami saja.

6) Sawah Rawa Pasang Surut

Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung

pada gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak

jauh dari laut. Sumber air sawah pasang surut adalah air tawar

sungai yang karena adanya pengaruh pasang surut air laut

dimanfaatkan untuk mengairi melalui saluran irigasi dan

drainase.23

Sawah tipe ini sistem pengairannya sangat dipengaruhi

pasang naik dan pasang surut air laut. Air yang masuk dan keluar

petakan sawah diatur dengan menggunakan sistem katup yang

dibuat secara khusus antarpetak sawah. Air dari sungai masuk ke

20 Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11

21

Nurmala et al, op. cit., h. 103

22

Ibid., h. 103-104

23

Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11-12

Page 29: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

16

petak-petak sawah pada waktu pasang naik kemudian pada saat

pasang turun katup ditutup sehingga air yang masuk tadi tinggal di

petakan sawah. Sawah tipe ini hanya ditanami padi satu kali dalam

setahun. Menanam padi menjelang musim kemarau dan panen

menjelang musim hujan, tidak ada pengolahan tanah tetapi hanya

dibersihkan rerumputannya kemudian dibiarkan beberapa hari

(atau satu hingga dua bulan) baru ditanami. Varietas padi yang

biasa ditanam pada sawah tipe ini di Kalimantan Selatan disebut

padi balapan yang mempunyai sifat dapat tumbuh dengan cepat

dan dapat mengejar permukaan air jika tergenang banjir.

7) Sawah Lebak

Sawah lebak adalah sawah yang diusahakan di daerah rawa

dengan memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara

alami, sehingga di dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem

saluran air.24

Sawah tipe ini biasa terdapat di muara-muara sungai

yang lebar seperti Bengawan Solo, Sungai Brantas dan Sungai

Musi. Sawah tipe ini ditanami padi pada awal musim kemarau dan

dipanen menjelang musim hujan.25

Apabila musim hujan cepat tiba

kadang-kadang panennya harus menggunakan perahu.

8) Tambak

Tambak termasuk lahan pertanian basah tetapi biasanya

dipakai untuk memelihara ikan bandeng, udang atau ikan nila dan

mujair. Airnya terdiri dari campuran air laut dan air tawar yang

dicampur dengan bantuan pompa atau tercampur secara alami

seperti di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.26

Pola

pemeliharaan ikan di tambak dilakukan secara tunggal atau secara

campuran, yang ditanam secara tunggal adalah udang atau ikan.

Sentra-sentra pertambakan ada di daerah Karawang Jawa Barat

serta Tegal dan Semarang di Jawa Tengah.

24 Ibid., h.12

25

Nurmala et al, op. cit., h. 104

26

Ibid,

Page 30: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

17

b. Lahan Pertanian Kering

Lahan pertanian kering dan pertanian kering secara umum

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 27

:

1) Produktivitas tanah umumnya rendah;

2) Topografi bervariasi dari datar, berbukit dan bergunung;

3) Tidak dibatasi oleh pematang antarsuku petak dan petak lainnya.

Batas lahan berupa pohon/tanaman tahunan yang permanen atau

batas buatan;

4) Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya

pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan

(vegetasi);

5) Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena

persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali

untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan

secara terus-menerus ;

6) Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada

musim kemarau diberakan. Lokasi lahan terfragmentasi dengan

unit-unit yang kecil. Tanaman utama yang diusahakan pada lahan

kering ini adalah padi gogo, palawija, jagung, sayuran dan ubi jalar

atau singkong atau dijadikan penggembalaan secara kolektif.

Adapun lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa

tipe sebagai berikut 28

:

1) Pekarangan

Pekarangan adalah lahan pertanian yang ada di sekitar rumah

umumnya ada di depan rumah yang dibatasi oleh pagar tanaman

hidup atau pagar mati yang mempunyai hubungan fungsional

dengan rumah tempat tinggal. Di pekarangan biasanya ditanami

bermacam-macam tanaman bunga, sayuran, tanaman obat dan juga

tanaman buah-buahan atau untuk memelihara ternak.

27 Ibid., h. 105-106

28

Ibid., h. 106-109

Page 31: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

18

Di daerah Jawa Barat biasa disebut buruan tempat anak-anak

bermain terutama yang tidak ada tanamannya. Di Jawa bagian

tengah dan timur sebagai penghasil bahan-bahan obat tradisional,

sumber vitamin keluarga, menjaga kesegaran lingkungan dan

keindahan rumah dan menghindarkan polusi udara. Oleh karena

itu, variasi tanaman yang ditanam di pekarangan daerah perdesaan

dan perkotaan sangat berbeda, baik dalam pengaturannya maupun

susunan tanamannya.

2) Tegalan

Tegalan pada umumnya tidak dibatasi oleh pematang tetapi

oleh tanaman di sudut-sudut batas petakan tegalan yang

bersangkutan. Keadaan topografi nya berkisar dari dasar sampai

bergelombang. Ada yang diterasering dan disengked. Biasanya

lahan yang disengked memiliki kemiringan lebih dari 45%. Oleh

karena itu, lahan tegalan itu mudah tererosi. Tegalan hanya

ditanam pada musim hujan sedangkan musim kemarau diberikan

atau tidak ditanami.

3) Kebun

Kebun adalah lahan pertanian kering yang umumnya ditanami

tanaman tahunan secara permanen, baik yang bersifat monokultur

atau campuran. Tanaman yang biasa ditanam secara monokultur

atau tunggal adalah karet, coklat, teh, kelapa sawit dan tebu,

sedangkan tanaman yang ditanam dalam bentuk kebun campuran

adalah buah-buahan kelapa kopi dan kayu-kayuan.

4) Ladang (perladangan atau shifting cultivation)

Ladang adalah pertanian lahan kering dengan penggarapan

secara temporer atau berpindah-pindah. Ladang adalah area yang

digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman selain

padi, tidak memerlukan pengairan secara ekstentif, vegetasinya

bersifat artifisial dan memerlukan campur tangan manusia untuk

Page 32: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

19

menunjang kelangsungan hidupnya.29

Berladang merupakan cara

bertani yang berpindah-pindah atau tidak menetap. Cara

pengolahan tanahnya sangat sederhana sebagai berikut; Hutan

ditebang kemudian dibakar, setelah itu dibiarkan untuk beberapa

lama. Apabila dianggap sudah cukup lama baru ditanami padi gogo

atau palawija secara tumpang sari. Ladang tersebut hanya ditanami

untuk masa tanam dua atau tiga kali musim tanam. Setelah ladang

tersebut menunjukkan produktivitas rendah maka oleh petani

ditinggalkan untuk beberapa tahun yang kemudian hari dibuka

kembali. Sistem berladang ini menimbulkan meluasnya padang

alang-alang di Sumatera Kalimantan dan Irian

5) Penggembalaan Ternak (pengangonan)

Penggembalaan ternak ini biasanya dimiliki secara

berkelompok sebagai tempat penggembalaan atau pengangonan

ternak secara individual atau kelompok yang ada di lokasi tertentu

biasanya di pinggir hutan dan jauh dari permukiman penduduk.

Daerah yang pengangonannya luas ada di daerah Indonesia bagian

timur yang umumnya beriklim kering seperti NTB dan NTT. Oleh

karena itu, daerah tersebut mempunyai prospek yang cerah dimasa

depan sebagai sentra-sentra pengembangan dan peningkatan

produksi ternak potong seperti sapi atau domba untuk memenuhi

konsumsi daging dalam negeri dan untuk ekspor.

6) Hutan

Hutan (Forest) adalah suatu kesatuan ekosistem berupa

hamparan lahan berisi sumber daya hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.30

Hutan dapat dimasukkan

sebagai lahan pertanian kering yang berfungsi sebagai sumber

mata pencaharian penduduk atau untuk menjaga kelestarian

29 Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h. 14

30

Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012

Page 33: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

20

sumber air di daerah hulu sungai agar debit air sungai tidak

terganggu khususnya pada musim kemarau.

3. Peran Pertanian

a. Bagi Masyarakat Perdesaan

Peranan sektor pertanian bagi masyarakat perdesaan adalah sangat

penting karena hal berikut 31

:

1) Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok

sebagian besar penduduk desa;

2) Sektor pertanian termasuk subsektor peternakan merupakan tempat

utama untuk lapangan kerja keluarga perdesaan terutama di desa-

desa terpencil;

3) Usaha pertanian merupakan tempat lapangan kerja buruh tani dan

petani berlahan sempit;

4) Pertanian menjadi sumber karbohidrat protein nabati dan hewani

vitamin dan mineral dari tumbuhan bagi keluarga tani;

5) Usaha pertanian sebagai tempat mengembangkan hobi dan

kesenangan hidup orang tertentu dan juga sebagai tempat rekreasi

penduduk kota jika ke desa;

6) Usaha pertanian sebagai penghasil bahan-bahan ritual keagamaan

dan upacara upacara tradisional penduduk di desa atau kota misalnya

upacara pernikahan ikan belut untuk upacara 7 bulanan wanita hamil

dan sebagainya.

b. Bagi Masyarakat Kota

Bagi masyarakat perkotaan sektor pertanian mempunyai peranan

sebagai berikut 32

:

1) Penghasil bahan makanan terutama penduduk kota yang bekerja di

pabrik-pabrik jasa dan Perdagangan

31 Nurmala et al, op. cit., h. 96-97

32

Ibid., h. 97

Page 34: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

21

2) Tempat wisata penduduk kota dalam bentuk agrowisata yang pada

awal Pelita 6 dijadikan Primadona sebagai penarik wisatawan asing

dan wisatawan domestik

3) Sektor pertanian dipakai sebagai alat rekreasi keluarga orang kota

dan desa seperti Adu Domba karapan sapi di Madura dan kontes

suara burung perkutut

4) Penghasil bahan obat-obatan tradisional antara lain tanaman kencur

dan bahan-bahan bumbu dapur keluarga

5) Penghasil bahan baku untuk kecantikan dan penghalus kulit wajah

seperti tanaman tak kirawa di daerah Kalimantan Selatan dijadikan

bahan bedak penahan terik matahari sehingga wajah wanita tidak

kelihatan seperti terbakar.

c. Bagi Perekonomian Negara

Adapun peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu negara

secara makro adalah sebagai berikut33

:

1) Penghasil produk-produk ekspor yang dinyatakan dengan nilai

devisa sektor pertanian pada periode tertentu contoh produk ekspor

komoditi pertanian yang terkenal sejak jaman penjajahan Belanda

yaitu karet kopi rempah-rempah kopera rotan dan udang

2) Penghasil bahan baku industri khususnya agroindustri seperti

industri ban mobil kayu lapis industri mebel alat-alat kesehatan dan

kedokteran atau industri kecantikan kosmetika dan jamu-jamuan

3) Penghasil bahan pangan dunia bahan papan dan bahan sandang serat

kapas bulu domba dan lain-lain

4) Sebagai alat Membangun hubungan ekonomi antar negara baik

secara bilateral atau unilateral dan juga sebagai alat menjalin

hubungan persahabatan antar negara di suatu kawasan seperti

ASEAN, NAFTA, APEC dan AKTA Indonesia pada tahun 1990

telah memberikan sumbangan beras sebanyak 100.000 ton 1 Negara

33 Ibid., h. 98

Page 35: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

22

Afrika yang dilanda kelaparan karena panen pertaniannya sering

mengalami kegagalan

5) Sebagai alat menjaga stabilitas perekonomian rakyat dan stabilitas

pemerintahan seperti beras di Indonesia roti di negara-negara Eropa

dan daging di negara-negara dingin.

6) Pertanian pun menjadi alat menjaga ketahanan nasional terutama jika

ada perang antar bangsa atau suatu negara dikenal embargo ekonomi

secara internasional contoh yang nyata adalah Irak yang diberi sanksi

embargo ekonomi oleh PBB karena pada tahun 1990 menyerang

Kuwait dan Liberia karena dituduh sebagai negara pelindung teroris

internasional.

C. Permukiman

1. Pengertian Permukiman

Menurut UU no. 4 tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari

lingkungan hidup di luar dari kawasan lindung, baik yang berupa kawasan

perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan.34

Permukiman merupakan bagian

permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi pula segala prasarana

dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu

kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan35

.

Permukiman dalam arti sempit adalah mengenai susunan dan

penyebaran bangunan (termasuk rumah-rumah, gedung-gedung, kantor,

sekolah, pasar dan sebagainya). Sedangkan dalam arti luas permukiman

yaitu memperhatikan bangunan-bangunan, jalan-jalan dan pekarangan-

pekarangan yang menjadi salah satu sumber penghidupan penduduk36

.

34 Affan, op. cit., h. 54

35

Eva Banowati, Geografi Permukiman, dalam M Luthfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran

Permukiman di Kecamatan Kendal Kabupaten“, Skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas

Muhamadiyah Surakarta, h.5 (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2006), h.5

36

Bintarto, Pengantar Geografi Kota, dalam dalam M Lutfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran

Permukiman Di Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal”, Skripsi pada Fakultas Geografi,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, h.5.

Page 36: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

23

Dalam UU No.1 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, perumahan adalah mencakup rumah, beserta dengan sarana,

prasarana dan utilitas umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi

lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan37

.

Permukiman terdiri dari isi dan wadah. Isi disini merupakan manusia

maupun masyarakat yang menempati wilayah permukiman tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan wadah yaitu wujud atau rupa dari

sebuah hunian yang terdiri dari alam maupun elemen-elemen buatan

manusia. Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya dapat dibagi ke

dalam lima elemen yaitu38

:

a. Alam yang meliputi: topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan,

hewan, dan iklim;

b. Manusia yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang, udara, temperatur,

dsb), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional, dan nilai moral;

c. Masyarakat yang meliputi: kepadatan dan komposisi penduduk,

kelompok sosial, kebudayaan, pengembangan ekonomi, pendidikan,

hukum dan administrasi;

d. Fisik bangunan yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah,

rumah sakit, dsb), fasilitas rekreasi, pusat perbelanjaan dan

pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan administrasi; dan

e. Jaringan (network) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem

jaringan listrik, system transportasi, sistem komunikasi, sistem

manajemen kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.

Permukiman manusia (human settlement) adalah semua bentukan atau

buatan manusia maupun secara alami dengan segala perlengkapannya, yang

dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok untuk

bertempat tinggal sementara maupun menetap, dalam rangka

37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 dalam Linda Cristi Corolina, Choirul Saleh,

Suwondo, ’’Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan’’

Jurnal Administrasi Publik Univeritas Brawijaya Vol. 2 No. 2. h.225-226

38

Affan, op. cit., h. 51

Page 37: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

24

menyelenggarakan kehidupannya.39

Berdasarkan beberapa pengertian

mengenai permukiman diatas, dapat disimpulkan bahwa permukiman

merupakan area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendudukung perikehidupan

dan penghidupan, dan merupakan bagian dari lingkungan hidup baik yang

berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan.

D. Sistem Informasi Geografi (SIG)

1. Pengertian Sistem Informasi Geografi

Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam Sodikin

menjelaskan bahwa sistem informasi geografi merupakan kumpulan data

yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data

geografi, dan data personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,

memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua

bentuk informasi yang berreferensi geografi40

.

Sistem informasi geografi merupakan suatu sistem handal untuk

menangani informasi yang terreferensi secara spasial yang digunakan

secara efektif dalam berbagai keperluan analisis dan pengembalian

keputusan spasial41

. SIG adalah sebuah sistem untuk pengelolaan,

penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan (display) data yang

terkait dengan permukaan bumi. Sehingga dalam arti sempit SIG

merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional

dan jaringan42

.

2. Komponen Sistem Informasi Geografi

Komponen SIG merupakan komponen yang berfungsi untuk

menunjang penggunaan SIG dalam pengaplikasiannya untuk lebih

optimal. Komponen SIG terdiri dari ;

39 Eva Banowati, Geografi Permukiman, dalam M Luthfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran

Permukiman di Kecamatan Kendal Kabupaten“, Skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas

Muhamadiyah Surakarta, h.5 (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2006), h.11

40

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, (Jakarta: tp, 2015), h.200

41

Sumbangan Baja, Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan Aplikasi GIS, Fuzzy Set,

dan MCDM, (Makasar: UNHAS, 2012) h.23

42

Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, (Yogyakarta: Ombak,

2013), h. 130

Page 38: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

25

a. Perangkat Keras (Hardware)

Hardware merupakan bagian dari sistem komputer yang dapat

mendukung analisis geografis dan pemetaan. Adapun perangkat keras

(Hardware) dalam SIG diantaranya:

1) Digitzer, adalah alat yang digunakan untuk mengubah data teristris

menjadi data digital.

2) Plotter, adalah alat yang digunakan untuk mencetak peta yang

besar.

3) Printer, adalah alat yang digunakan untuk mencetak data atau peta

dalam ukuran yang relative kecil.

4) CPU (Control Processing Unit) adalah pusat pemrosesan data

digital.

5) VDU (Visual Display) adalah komponen yang digunakan sebagai

layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan CPU.

6) Disk Drive adalah bagian CPU yang mampu menghidupkan suatu

program.

7) Tape Drive adalah bagian CPU yang mampu menyimpan data hasil

pemrosesan.

b. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat ini berupa program-program yang mendukung kerja SIG,

seperti input data, proses data, dan output data, disamping program

kerja seperti Mapinpo, Arcview, ArcGis dan sebagainya

c. Brainware

Merupakan komponen yang bertanggungjawab sebagai pelaksana

dalam proses pengumpulan, proses, analisis, dan publikasi data

geografis43

. Adapun gambar komponen sistem informasi geografis

(SIG) seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.

43 Sodikin, op. cit., h. 200-201

Page 39: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

26

Gambar 2.1

Komponen SIG

Sumber : Agus Suryantoro

(Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis) (2013: 132)

3. Cara Kerja Sistem Informasi Geografis (SIG)

Dalam sebuah sistem tentunya memiliki tahapan-tahapan yang harus

dilakukan dengansistemayis dan menyeluruh. Adapun dalam sistem

informasi geografis terdapat beberapa tahapan kerja, antara lain44

:

a. Tahap Perolehan Data

Sistem informasi geografis membutuhkan data masukan sebagai

sumber dalam pemetaan atau analisis informasi geografis. Data

tersebut dapat kita peroleh dari beberapa sumber antara lain data

lapangan (teristris), data peta data citra dan juga database.

b. Tahap Input Data

Setelah sumber data diperoleh baik data lapangan, data peta, data citra

ataupun database dimasukkan kedalam suatu program sistem

informasi geografis yang nantinya akan diolah dan dimanipulasi.

c. Tahap Pengolahan Manipulasi dan Analisis Data

Setelah sumber data geografis dimasukan, kemudian data tersebut akan

diolah melalui serangkaian program sistem informasi geografis,

analisis tersebut dapat berupa:

1) Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data

spasial yang baru

44 Ibid., h. 203-206

MANUSIA

GIS DATA

SOFTWARE

APLIKASI

HARDWARE

Page 40: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

27

2) Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih

data spasial yang berbeda.

3) Networking, yaitu analisis yang mengacu pada jaringan yang terdiri

dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung.

4) Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga

yang bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang mekingkupi suatu

obyek dan luas wilayahnya.

5) Analisis tiga dimensi, yaitu analisis dengan cara data

divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi.

d. Tahap Output Data

Merupakan tahap keluaran yang disajikan dari hasil pengolahan,

manipulasi dan analisis data. Keluaran ini dapat berbentuk peta, bagan,

grafik, tabel, atau berupa hasil-hasil perhitungan. Adapun tahapan-

tahapan dalam analisis sistem informasi geografis seperti yang

disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Tahapan Analisis Data Dalam SIG

Sumber : Agus Suryantoro (Integrasi Aplikasi Sistm Informasi Geografis)

E. Penginderaan Jauh

1. Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh memiliki beberapa istilah yang berbeda satu negara

dengan negara lainnya, di negara Inggris penginderaan jauh dikenal

dengan remote sensing, di Perancis dikenal dengan teledection, di Spanyol

Input data

Spasial Memperbaiki edit dan

membuat topologi

Input data

artibut

Analisis Data

Memanage dan

Memanipulasi data

Penyajian Hasil Analisa

Design Database

Page 41: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

28

dikenal dengan sensoria remote, di Jerman dikenal femerkundung

sedangkan di Rusia dikenal dengan distansionaya45

. Menurut Campbell

penginderaan jauh diartikan sebagai suatu ilmu untuk mendapatkan

informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang

diperoleh dari jarak jauh sedangkan menurut Curran, penginderaan jauh

yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar

lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan

informasi yang berguna.46

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

penginderaan jauh adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengambil

gambaran muka bumi dari jarak jauh dengan menggunakan alat-alat

tertentu di luar angkasa yang nantinya akan menghasilkan suatu citra atau

gambar yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan keadaan di muka bumi

sesungguhnya.

2. Sistem Satelit pada Penginderaan Jauh

Pengambilan data pada penginderaan jauh menggunakan dua cara di

luar angkasa dengan menggunakan satelit yang nantinya akan

menghasilkan citra satelit dan kedua menggunakan pesawat dengan

ketinggian di atmosfer yang nantinya akan menghasilkan foto udara.

Terdapat 2 sistem satelit pada penginderaan jauh, yakni sistem aktif dan

sistem pasif. Adapun untuk lebih jelasnya seperti yang disajikan pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbedaan Sistem Pasif dan Sistem Aktif Penginderaan Jauh

Sistem Pasif Sistem Aktif

1. Sumber cahayanya

menggunakan sinar matahari

1. Sumber cahayanya

menggunakan sinar buatan.

Misalnya, Lidar dan Radar

2. Menggunakan gelombang

makro

2. Menggunakan gelombang mikro

3. Menggunakan pantukan sinar 3. Dapat beroperasi pada cuaca

45

Ibid., h. 1 46

Ibid., h. 2

Page 42: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

29

matahari berawan

4. Hanya dapat beroperasi pada

siang hari

4. Dapat beroperasi pada siang dan

malam hari. Sumber: Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh 2015

3. Citra Landsat

Citra landsat merupakan citra satelit yang awalnya diperlopori oleh

NASA Amerika Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam

yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources Technology

Satellite), kemudian satelit ini berganti nama menjadi Landsat.

Perkembangan citra landsat bertahap dari citra landsat 1 sampai dengan

saat ini ada citra landsat 8, landsat ini membawa sensor TM (Thematic

Mapper) yang mempunyai resolusi 30 x 30 m. Terdapat banyak aplikasi

dari data Landsat TM seperti pemetaan penutupan lahan, pemetaan

penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu

permukaan dan lain-lain47

. Selain citra landsat terdapat citra lainnya seperti

IKONOS, Quickbird, TERRA, IRS, SPOT 4 dan lainnya tergantung

kepada nama dan jenis satelit yang digunakan. Adapun interpretasi citra

adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali

obyek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari obyek tersebut.48

F. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relavan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah Dan Dampak

Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010. Skripsi

yang ditulis oleh Moh. Khoirul Muslikin, Jurusan Geografi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang, tahun 2015. Penelitian ini bertujuan

untuk; (1) mengetahui seberapa besar alih fungsi lahan sawah menjadi non

sawah di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010; (2) mengetahui

seberapa besar dampak alih fungsi lahan sawah ke non sawah terhadap

produksi padi di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010. Metodologi

47

Ibid., h. 19-21 48

Ibid., h. 39

Tabel 2.1 (lanjutan)

Page 43: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

30

penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah metode Total Sampling,

dengan sampel seluruh lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan

non sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat alih fungsi lahan sawah menjadi non

sawah di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010 yaitu sebesar

7.417,60 ha. Perubahan itu terdiri dari 2.230,84 ha yang berubah

menjadi pemukiman, kemudian yang berubah menjadi tegalan sebesar

1.453,12 ha, kebun sebesar 1.551,73 ha dan yang berubah menjadi

hutan sebesar 2.181,91 ha. Alih fungsi lahan sawah menjadi non

sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-2010 berdampak positif terhadap

produksi padi. Hal tersebut diwujudkan dengan meningkatnya tingkat

produksi padi di Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun 2000-2010

produksi padi di Kabupaten Blora mengalami peningkatan sebesar 39.785

ton.

2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Serta

Dampaknya Terhadap Produksi Padi Di Kota Depok. Skripsi yang

ditulis oleh Nadia Khairunnisa Andhika, Departemen Ekonomi Sumberdaya

dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor, tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung laju alih

fungsi lahan di Kota Depok; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan sawah secara makro dan mikro di Kota

Depok; (3) mengestimasi dampak alih fungsi lahan sawah di Kota Depok.

Hasil penelitian didapatkan perubahan laju luasan lahan sawah di Kota

Depok yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 2001-2012 laju

luasan sawah relatif menurun dengan total laju alih fungsi lahan sawah

sebesar 0.80 persen atau sekitar 815 ha. Alih fungsi terbesar terjadi pada

tahun 2005, yaitu sebesar 370 ha. Sebagian besar alih fungsi dilakukan

karena meningkatnya pembangunan pemukiman penduduk.

3) Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani

Padi Yang Hilang Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi

Kasus: Kecamatan Bogor Selatan). Skripsi yang ditulis oleh Ayu Amalia,

Page 44: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

31

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, tahun 2014. Penelitian ini bertujuan

untuk; (1) mengestimasi dampak alih fungsi sawah terhadap pendapatan

usaha tani padi yang hilang di Kecamatan Bogor Selatan; (2) menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan

di Kecamatan Bogor Selatan. Hasil dari peneilitian ini menyebutkan bahwa

dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap pendapatan petani adalah

berkurangnya pendapatan petani pemilik lahan dengan rata-rata sebesar

Rp.1.023.658/musim. Adapun berkurangnya pendapatan petani

disebabkan karena lahan yang dimiliki semakin berkurang, bahkan ada

yang tidak mempunyai lahan sehingga menjadi petani penggarap.

Berkurangnya pendapatan petani tidak ada ganti rugi dari pengembang,

karena alasan petani untuk menjual lahan atas kemauan sendiri keperluan

ekonomi, dan ada yang tidak atas kemauan sendiri.

4) Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan

Pangan Di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus: Desa Sukasirna,

Kecamatan Sukaluyu). Skripsi yang ditulis oleh Devi Aryani Sulistyawati,

Departemen Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, tahun 2014. Penelitian ini bertujuan

untuk; (1) menganalisis pola dan laju alih fungsi lahan pertanian di

Kabupaten Cianjur; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cianjur; (3) mengetahui

kelembagaan lahan di Kabupaten Cianjur; (4) menganalisis dampak alih

fungsi lahan pertanian terhadap pendapatan petani dan memperkirakan

nilai kerugian produksi padi serta pengaruhnya terhadap ketahanan pangan

di Kabupaten Cianjur; (5) menganalisis implikasi kebijakan yang tepat

untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil dari penelitian ini menjelaskan

bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten

Cianjur pada skala makro, yaitu jumlah industri dan PDRB non pertanian.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi pada skala mikro, yaitu jumlah

tanggungan petani, biaya produksi usaha tani dan proporsi pendapatan dari

Page 45: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

32

hasil tani terhadap pendapatan total. Akibat adanya alih fungsi lahan

menyebabkan perubahan rata-rata pendapatan total petani sebelum dan

sesudah alih fungsi lahan mengalami penurunan sebesar Rp. 1.041.720.

Selain pendapatan, akibat adanya alih fungsi lahan juga menyebabkan

penurunan produksi padi. Produksi padi yang hilang sebesar 33.172,15 ton

atau sekitar Rp 142.640.232.430.

5) Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisis Pola

Sebarab dan Perkembangan Permukiman (Studi Kasus: Kabupaten

Bogor, Jawa Barat). Skripsi yang ditulis oleh Rizma Hudayya, Program

Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, tahun

2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor fisik seperti

kemiringan lereng, elevasi, dan aksesibilitas terhadap pola sebaran dan

perkembangan permukiman di Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun

1990 hingga tahun 2008 dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis

(SIG). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Pola perkembangan

permukiman terbanyak dari seluruh periode yaitu 1990-2001, 2001-2004,

dan 2004-2008, terdapat pada elevasi <250 mdpl, kemiringan lereng ≤15%,

dan aksesibilitas dekat. Dari fakta ini maka dapat dikatakan bahwa pola

sebaran permukiman yang ada berpengaruh terhadap pola perkembangan

permukiman selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor

fisik yang paling mempengaruhi perkembangan permukiman adalah

kemiringan lereng ≤15% dan aksesibilitas dekat. Permukiman berkembang

pada daerah yang telah memiliki permukiman sebelumnya atau memperluas

kawasan permukiman yang sudah ada, sedangkan pembukaan lahan

permukiman baru jarang terjadi.

Untuk lebih memudahkan memahami keterkaitan antara penelitian di

atas dengan penelitian penulis, maka penulis sajikan tabel persamaan dan

perbedaan penelitian relavan dengan penelitian penulis pada Tabel 2.2.

Page 46: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

33

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relavan

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1 Moh.

Khoirul

Muslikin.

(Skripsi

pada

Universitas

Negeri

Semarang

tahun 2015)

Kajian Alih

Fungsi Lahan

Sawah Menjadi

Non-Sawah dan

Dampak Terhadap

Produksi Padi di

Kabupaten Blora

Tahun 2000-2010

Mengkaji

mengenai alih

fungsi lahan

sawah dan

dampaknya

mengenai hasil

produksi padi

Variable yang dikaji

lebih luas untuk

lahan pertanian non-

sawah dan tidak

menggunakan

analisis sistem

informasi geografis

(SIG)

2 Nadia

Khairunnisa

Andhika

(Skripsi

pada Indtitut

Pertanian

Bogor tahun

2013)

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Alih Fungsi Lahan

Sawah Serta

Dampaknya

Terhadap

Produksi Padi di

Kota Depok

Mengkaji

mengenai

perubahan alih

fungsi lahan

pertanian sawah

dan dampaknya

terhadap

produksi padi

Variable yang dikaji

mengenai faktor-

faktor yang

mempengaruhinya.

Penelitian yang

dilakukan tidak

menggunakan

aplikasi sistem

informasi geografis

(SIG)

3 Ayu Amalia

(Skripsi

pada Institut

Pertanian

Bogor tahun

2014)

Dampak Konversi

Lahan Sawah

Terhadap

Pendapatan Usaha

Tani Padi yang

Hilang dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhinya

(Studi Kasus:

Kecamatan Bogor

Mengkaji

mengenai alih

fungsi/konversi

lahan sawah dan

dampak

terhadap

pendapatan/hasil

produksi petani

Variabel yang dikaji

tidak hanya

mengenai hasil dari

produksi padi

namun juga

mengkaji mengenai

faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Penelitian tidak

menggunakan

aplikasi sistem

Page 47: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

34

Selatan) informasi geografis

(SIG)

4 Devi Aryani

Sulistyawati

(Skripsi

pada Institut

Pertanian

Bogor tahun

2014)

Analisis Dampak

Alih Fungsi Lahan

Pertanian

Terhadap

Ketahanan Pangan

di Kabupaten

Cianjur (Studi

Kasus: Desa

Sukasirna,

Kecamatan

Sukaluyu)

Mengaji

mengenai alih

fungsi lahan

pertanian dan

dampaknya

terhadap

produksi dan

ketahanan

pangan .

Variabel yang

digunakan peneliti

sangat luas, yakni

mengenai lahan

pertanian secara

umum tidak

terfokus terhadap

variable pertanian

sawah/padi saja.

5 Rizma

Hudayya

(Skripsi

pada Institut

Pertanian

Bogor tahun

2010)

Aplikasi Sistem

Informasi

Geografis (SIG)

untuk Analisis

Pola Sebaran dan

Perkembangan

Permukiman

(Studi Kasus:

Kabupaten Bogor,

Jawa Barat)

Penelitian

berbasis sistem

informasi

geografis (SIG)

dengan sistem

pengolahan data

menggunakan

citra satelit

dengan tekhnik

overlay.

Penelitian ini

mengkaji mengenai

analisis pola

sebaran dan

perkembangan

permukiman, bukan

mengenai lahan

pertanian serta

pengaruhnya.

Tabel 2.2 (lanjutan)

Tabel 2.2 (lanjutan)

Page 48: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

35

G. Kerangka Berpikir

Tingginya angka pertumbuhan penduduk mendorong penggunaan lahan

untuk kebutuhan manusia semakin meningkat. Kebutuhan lahan tersebut

diantaranya untuk permukiman penduduk, kawasan industri, jalan dan fasilitas

penunjang lainnya untuk kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan tersebut maka terjadilah konversi lahan, khususnya lahan

pertanian. Pada penelitian ini penulis akan memanfaatkan aplikasi sistem

informasi geografis, sehingga penulis hanya fokus menganalisa data hasil citra

satelit yang diolah menggunakan aplikasi sistem informasi geografis. Adapun

untuk kerangka berfikir berikut penulis sajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3

Kerangka Berfikir Penelitian

Kebutuhan lahan untuk

aktivitas manusia

Tingginya angka

pertumbuhan penduduk

Kawasan Industri Permukiman penduduk Fasilitas penunjang

pemukiman

Konversi lahan pertanian

menjadi non-pertanian

Analisis perubahan lahan

menggunakan SIG

Pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman terhadap hasil produksi pertanian padi

sawah di Kecamatan Kemang tahun 2005-2015

Page 49: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Kemang terletak pada 6°48'26"-6

°49'22"

Lintang Selatan sampai 106°72'85"-106

°71'42" Bujur Timur. Kecamatan

Kemang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Bogor yang berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Kecamatan

Kemang memiliki luas wilayah 2.667,69 km, yang terdiri dari 9 desa,

yakni ; Desa Semplak Barat, Desa Atang Sanjaya, Desa Parakan Jaya,

Desa Bojong, Desa Kemang, Desa Pabuaran, Desa Tegal, Desa Pondok

Udik dan Desa Jampang1. Adapun untuk mempermudah melihat lokasi

penelitian berikut penulis sajikan peta lokasi penelitian pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Kemang

1 Kecamatan Kemang Dalam Angka Tahun 2016

Page 50: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

37

Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini dimulai

pada bulan Oktober 2018 sampai dengan bulan Juni 2019. Secara lebih

rinci, penulis sajikan waktu dan kegiatan penelitian pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian

kuantitatif deskriptif dengan menggunakan bantuan aplikasi sitem

informasi geografis dan penginderaan jauh. Penelitian deskriptif kuantitatif

merupakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban

terhadap suatu masalah dan atau mendapatkan infoemasi lebih mendalam

dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap

penelitian dengan pendekatan kuantitatif.2 Metode penelitian deskriptif

2 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan

(Yogyakarta: Kencana, 2012), h. 62

No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Penyusunan

Bab I

Pendahuluan

2

Penyusunan

Bab II

Kajian

Pustaka

3

Penyusunan

Bab III

Metode

Penelitian

4 Penyusunan

Bab IV Hasil

Penelitian

5

Penyusunan

Bab V

Kesimpulan

dan Saran

6 Penyusunan

Laporan

Penelitian

Page 51: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

38

diartikan sebagai metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area

populasi tertentu secara objektif.3 Adapun hal pokok yang termasuk dalam

cakupan penelitian deskriptif meliputi4 :

1. Penelitian yang mencari hubungan antara dua variable atau lebih.

2. Penelitian yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan.

3. Penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.

4. Penelitian yang menggambarkan karakter suatu kelompok orang

tertentu.

C. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

1. GPS (Global Position System) Essential, alat ini digunakan untuk

membantu peneliti menemukan koordinat titik pengukuran dan

pengambilan sampel lokasi penelitian.

2. Handphone Android Xiaomi Redmi 4X yang dilengkapi dengan

aplikasi penunjuk arah lokasi atau titik suatu tempat, seperti Google

Maps atau GPS untuk mempermudah proses ground check dan

pemanfaatan kamera handphone untuk dokumentasi selama proses

penelitian berlangsung.

3. Laptop Toshiba Satelite intel core i3 dengan OS Windows 8.

4. Aplikasi Arc GIS 10.1 sebagai aplikasi untuk proses analisis data citra

satelit dan pemetaan digital.

5. Alat tulis, untuk membantu pencatatan data dan hal-hal penting lainnya

selama penelitian berlangsung.

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data SHP Kabupaten Bogor (sumber : Dinas Tata Ruang Kabupaten

Bogor)

2. Peta RBI Kabupaten Bogor skala 1 : 25.000

3 Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012), h. 55.

4 Sukandarrumidi, Metodologi Penelirian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 104-105

Page 52: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

39

3. Monografi Kecamatan Kemang

4. Monografi Kabupaten Bogor

D. Variable Penelitian

Variabel penelitian merupakan karakteristik yang akan diobservasi

dalam sebuah pengamatan.5 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan

pengaruh alih fungsi lahan tersebut terhadap hasil produksi pertanian padi

sawah. Analisis yang pertama (variabel X) mengenai alih fungsi lahan

pertanian menjadi permukiman menggunakan analisis citra pada sistem

informasi geografis dengan penggunaan aplikasi Arc GIS 10.1. Sedangkan

untuk analisis yang kedua (variabel Y) peneliti menggunakan analisis

persamaan regresi linear sederhana. Adapun untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Variabel Penelitian

E. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya6.

Pada pengertian lain populasi merupakan keseluruhan (universum) dari

objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

5 Sambas Ali Muhidin, S.Pd, M.Si dan Dr. Maman Abdurahman, M.Pd, Analisis Korelasi,

Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2017) h. 13

6 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) h.

80

Variabel X

Alih fungsi lahan pertanian

menjadi pemukiman di

Kecamatan Kemang

Variabel Y

Pengaruh alih fungsi lahan

pertanian terhadap hasil

produksi padi sawah di

Kecamatan Kemang

Page 53: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

40

udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga

objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian7. Kedua

pengertian diatas menjelaskan bahwa populasi tidak berbatas pada

manusia saja, namun mencakup keseluruhan benda alam termasuk

wilayah didalamnya. Adapun populasi pada penelitian ini adalah

seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik populasi

yang mewakili keseluruhan populasi dari suatu objek penelitian8.

Sampel pada penelitian ini adalah Kecamatan Kemang, karena

Kecamatan Kemang merupakan wilayah penyangga Kota Bogor

sehingga banyak sekali perkembangan pembangunan yang terjadi baik

secara fisik maupun sosial. Selain itu, Kecamatan Kemang merupakan

daerah asal penulis, sehingga sedikitnya bisa memberikan masukan dan

kontribusi terhadap wilayah mengenai hal yang berkaitan dengan

penelitian ini. Oleh karena itu, penulis memutuskan Kecamatan

Kemang sebagai fokus penelitian dan menjadikan sampel penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penulis membagi menjadi beberapa tahapan dalam proses

pengumpulan data diantaranya yaitu :

1. Studi Literatur

Penelitian ini dimulai dengan tahap studi literatur atau kajian

pustaka yang berhubungan dan relavan dengan variabel dalam kajian

penelitian. Studi literature atau deskripsi teori berisi tentang

penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui

pendefinisian, serta uraian lengkap dan mendalam dari berbagai

referensi. Sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap

hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan

7 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan

Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) h. 99

8 Sugiono, Op.cit, h. 81

Page 54: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

41

terarah.9 Tahap Studi literatur dilakukan dengan tahapan mempelajari

sumber-sumber data dan kajian-kajian teori yang menunjang

pelaksanaan penelitian. Selain itu kajian literatur juga berfungsi

sebagai acuan penulis untuk membandingkan penelitian-penelitian

sebelumnya sehingga bisa menambahkan kekurangan dan

meminimalisir terjadinya kesamaan dengan penelitian sebelumnya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara menjaring informasi atau data

melalui interaksi verbal atau lisan.10

Pengertian lain menjelaskan

bahwa wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan

anatara interviewer (orang yang mewawancarai) dengan interviewer

(orang yang diwawancarai).11

Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dapat

dilakukan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh, dalam wawancara terstruktur

pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis berserta alternatif jawaban yang telah

disiapkan.12

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya dan pedoman yang digunakan hanya garis besar sesuai

dengan kebutuhan data.

Teknik wawancara sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena

keterbatasan data yang tersaji dalam instansi-instansi terkait dengan

kebutuhan data dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan

dalam penelitian ini bersifat tentatif dan kondisional, tidak ada

9 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 86

10

Dr. Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),

h. 48

11

Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2012) h. 45

12

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 194

Page 55: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

42

instrument khusus dalam pencarian data, karena wawancara yang

dilakukan bersifat cair dan sederhana (sharing).

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan data yang

tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitan. Dokumen yang

digunakan dalam penelitian bisa di dapat dari mana saja bukan hanya

dari dokumen yang resmi.13

Sementara pada litelatur yang lain

menjelaskan bahwa studi dokumentasi merupakan sumber yang stabil

dan akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta

dapat dianalisis secara berulang-ulang.14

Teknik dokumentasi juga

dibutuhkan dalam penelitian ini, karena data-data yang tersaji

dihimpun oleh penulis langsung dari Petugas Pertanian Kecamatan

(PPK) Kemang. Beberapa data yang tersedia masih berupa data

coretan lapangan yang belum dibukukan, karena petugas tersebut

turun langsung di lapangan, sehingga untuk memastikan keotentikan

data tersebut penulis memilih untuk mendokumentasikannya dengan

memfoto kemudian dibuatlah penyajian laporan yang lebih sistematis.

G. Tekhnik Analisis Data

1. Peta Penggunaan Lahan

Peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang tahun 2005 sampai

dengan tahun 2015 diperoleh dengan melakukan analisis pengolahan

citra .shp/shapefile. Shapefile yang diperoleh oleh peneliti kemudian

diolah dengan bantuan aplikasi sistem informasi geografis ArcGIS

10.1, adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan citra dengan

format shapefile tersebut yaitu:

a) Supervised classification

13 Irwan Seohartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008), h.

70

14

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

cet.II, h. 39

Page 56: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

43

Klasifikasi dalam sistem informasi geografi adalah proses

mengelompokkan data keruangan (spatial) menjadi data

keruangan (spatial) yang berarti dengan identitas (signature).15

Klasifikasi supervised atau biasa disebut dengan klasifikasi

terbimbing merupakan klasifikasi yang menggunakan area yang

telah dilacak. Setelah letak atau jenis diketahui dengan

menentukan objek apa saja yang ada di peta dengan membuat

polygon untuk daerah tertentu dengan identitas yang telah

diberikan. Kemudian aplikasi akan mencari daerah yang

mempunyai kesamaan dengan berdasarkan data yang telah kita

buat.16

b) Overlay

Overlay adalah proses menampalkan suatu peta digital pada

peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan

peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari

kedua peta tersebut.17

Pada penelitian ini proses overlay yang

dilakukan yaitu penggabungan antara peta penggunaan lahan

pertanian dengan peta penggunaan lahan untuk permukiman pada

tahun 2005, 2010 dan 2015. Proses overlay berfungsi untuk

mengetahui perubahan-perubahan penggunaan lahan di

Kecamatan Kemang baik secara visual maupun secara kuantitatif.

c) Layouting Peta

Layouting peta adalah tahapan akhir pada seluruh rangkaian

pembuatan peta sebelum dilakukan pencetakan. Adapun pada

kegiata layout peta akan dilakukan pengaturan tata letak peta dan

penambahan unsur-unsur peta sehingga peta dapat lebih

15 Diakses melalui : geografi.org/2018/02/analisis-spasial-dalam-sistem-informasi.html

16

Diakses melalui : tedieka.com/2016/05/klasifikasi-citra.html

17

Diakses melalui : guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html

Page 57: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

44

informatif, komunikatif, dan sesuai dengan kaidah yang telah

ditentukan.18

2. Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Permukiman

a. Persamaan Regresi Linear Sederhana

Analisis/uji regresi merupakan suatu kajian dari hubungan

antara satu variabel yang diterangkan (the explained variabel)

dengan satu atau lebih variabel yang menerangkan (the

explanatory). Apabila variabel bebasnya hanya satu maka analisis

regresinya disebut dengan regresi sederhana. Sedangkan apabila

variabel bebasnya lebih dari satu, maka analisis regresinya

dikenal dengan regresi linear berganda.19

Penggunaan analisis

regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau

menurunnya variabel dependen melalui menaikkan atau

menurunkan keadaan variabel independen.20

Persamaan regresi

linier sederhana merupakan suatu model persamaan yang

menggambarkan hubungan satu variabel bebas/predictor (X)

dengan satu variabel tak bebas/response (Y)21

yang biasanya

digambarkan dengan garis lurus, seperti disajikan pada Gambar

3.2.

Gambar 3.2

Kurva Persamaan Regresi Linear Sederhana

18 Gabriela Dwisaraswati, Laporan Praktikum Arcgis “Georeferencing, Digitasi, Editing, Dan

Layout Peta Administrasi Kota Jayapura” Tugas Akhir Lab pada Fakultas Teknik, Universitas

Krisnadwipayana (Jakarta : Universitas Krisnadwipayana, 2017) h.19

19

I Made Yuliara, ‘’Modul Regresi Linier Sederhana’’ Jurnal pada Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana h.5 (Bali : Universitas Udayana, 2016), h.1

20

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis h. 194

21

I Made Yuliara, op. cit,. h.2

Page 58: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

45

Adapun Persamaan regresi linier sederhana secara matematik

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = garis regresi/variabel response

a = konstanta (intersep), perpotongan dengan sumbu vertikal

b = konstanta regresi (slope)

X = variabel bebas/predictor

Besarnya konstanta a dan b dapat ditentukan menggunakan

persamaan :

a (∑ ) (∑ ) (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

∑ (∑ ) (∑ )

∑ (∑ )

b. Koefisien Korelasi (r)

Korelasi dalam ilmu statistika memiliki pengertian sebagai

hubungan antara dua variabel atau lebih. hubungan antara dua

variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan

antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.22

Untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel predictor X

dan variabel response Y dengan melakukan analisis korelasi yang

hasilnya dinyatakan oleh suatu bilangan yang dikenal dengan

koefisien korelasi.23

Adapun nilai koefisien korelasi (r) dapat

menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan antara dua variabel

penelitian dengan klasifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut

:

22 Sambas Ali Muhidin, op. cit., h. 105

23

I Made Yuliara, op. cit,. h.5

Y = a + bX

Page 59: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

46

0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan atau hubungan lemah

0,26 – 0,50 = hubungan sedang

0,51 – 0,75 = hubungan kuat

0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat

Untuk mengetahui seberapa besar korelasi dalam penelitian ini

berikut penulis sajikan rumus untuk mencari persamaan koefisien

korelasi (r) sebagai berikut :

(∑ )

(∑ )(∑ )

√[ ∑ ( ∑ )

] [ ∑ ( ∑

)

]

c. Koefisien Determinasi (r2)

Koefisien Determinasi (r Square atau r2) menjelaskan

seberapa besar variasi variabel dependent (Y) dapat dijelaskan

oleh variabel independent (X). Adapun nilai koefisien determinasi

dapat diketahui dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi.

24

d. Uji Signifikansi dan Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat apakah suatu

hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Hipotesis

merupakan asumsi atau pernyataan yang mungkin benar atau

salah mengenai suatu populasi.25

Hipotesis juga diartikan sebagai

pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu

kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan

merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.26

Secara

statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan

populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan

data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Sehingga

24 Ibid., h. 5

25

Ibid., h.6

26

Muslich Ansori, Sri Iswati Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya: Airlangga

University Press, 2009) h. 43

Page 60: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

47

dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan taksiran keadaan

populasi melalui data sampel.27

Dengan mengamati seluruh

populasi, maka suatu hipotesis akan dapat diketahui apakah suatu

penelitian itu benar atau salah. Dalam pengujian hipotesis terdapat

asumsi/pernyataan istilah hipotesis nol. Hipotesis nol merupakan

hipotesis yang akan diuji, dinyatakan oleh H0 dan penolakan H0

dimaknai dengan penerimaan hipotesis lainnya yang dinyatakan

oleh H1.

Setelah ditentukan koefisien determinasi (r2) maka selanjutnya

penulis melakukan uji signifikan hipotesis dengan menggunakan

Uji-t. Uji signifikansi ini digunakan untuk mengetahui apakah

variable bebas/predictor/independent (X) berpengaruh secara

signifikan terhadap variable tak bebas/response/dependent (Y).

Adapun hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

ini yaitu :

a) H0 : variabel X (luas lahan pertanian) tidak berpengaruh

signifikan/nyata terhadap Y (produktivitas padi)

b) H1 : variabel X (luas lahan pertanian) berpengaruh

signifikan/nyata terhadap Y (produktivitas padi)

Tabel uji-t dalam penelitian ini menggunakan nilai = 5 %

dan derajat kebebasan (df) = n – k; (n= jumlah sampel/

pengukuran, k adalah jumlah variabel (variabel bebas + variabel

terikat). Adapun kriteria pengujian nilai t hitung dan t tabel dalam

penelitian ini yaitu :

a) Bila nilai thit < ttab, maka H0 diterima dan H1 ditolak

b) Bila nilai thit > ttab, maka H0 ditolak, H1 diterima

27 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis h. 221

Page 61: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis

Kecamatan Kemang merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kecamatan

Kemang berbatasan dengan Kota Bogor dan berdekatan dengan pusat

pemerintahan Kabupaten Bogor yang berada di Kecamatan Cibinong

sehingga mobilitas masyarakat Kabupaten Bogor yang berada di wilayah

barat dan selatan yang akan melakukan kegiatan administratif pemerintahan

akan melewati wilayah Kecamatan Kemang. Secara astronomis Kecamatan

Kemang terletak pada 6°48'26"-6

°49'22" Lintang Selatan sampai 106

°72'85"-

106°71'42" Bujur Timur. Letak astronomis lintang tersebut mengakibatkan

Kecamatan Kemang memiliki iklim tropis dan letak bujurnya

mengakibatkan Kecamatan Kemang secara pembagian waktu di Indonesia

termasuk ke dalam wilayah Indonesia bagian barat.

Berdasarkan data pokok perencanaan pembangunan daerah Kabupaten

Bogor tahun 2016 luas wilayah Kecamatan Kemang adalah 3.360,1 ha. 83

Secara admistratif batas-batas Kecamatan Kemang meliputi84

:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Parung

b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rancabungur dan Kota

Bogor

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tajur Halang

Adapun secara administratif wilayah Kecamatan Kemang terbagi menjadi 1

kelurahan dan 8 desa, yaitu 85

:

83 Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Bagian IV,

hal 117

84

Diakses melalui : kecamatankemang.bogorkab.go.id, 17 Juni 2019 pukul 11:04

Page 62: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

49

1) Kelurahan Atang

2) Desa Semplak Barat

3) Desa Parakan Jaya

4) Desa Bojong

5) Desa Kemang

6) Desa Pabuaran

7) Desa Tegal

8) Desa Pondok Udik

9) Desa Jampang

Adapun untuk peta administratif Kecamatan Kemang dapat dilihat pada

Gambar 4.1

Gambar 4.1

Peta Administratif Kecamatan Kemang

85 Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Bagian IV,

hal 117

Page 63: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

50

2. Kondisi Fisik

a. Topografi

Kecamatan Kemang merupakan wilayah Kabupaten Bogor yang

berada di bagian utara, berdampingan dengan Kota Bogor. Kecamatan

Kemang berada pada ketinggian 100-500 mdpl dan merupakan daerah

berekologi hilir.86

Topografi Kecamatan Kemang sebagian besar

merupakan dataran yang didominasi oleh lahan pertanian dan

permukiman. Beberapa desa di wilayah Kecamatan Kemang terdapat

perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara VIII, yang

tersebar di Desa Bojong, Kemang dan Pabuaran.

b. Iklim

Secara klimatologi wilayah Kabupaten Bogor termasuk ke dalam

iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di

bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500-5.000

mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil di bagian

timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.87

Secara geografis,

Kecamatan Kemang berada tepat berdampingan dengan Kota Bogor

sehingga iklim dan atau cuaca di wilayah Kecamatan Kemang akan sama

persis dengan iklim di Kota Bogor. Adapun wilayah Kota Bogor

termasuk ke dalam iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3.000-4.000

mm/tahun, dengan suhu rata-rata tiap bulan 260C dengan suhu terendah

21,80C, suhu tertinggi 30,4

0C dan kelembapan udara 70%.

88

B. Hasil Penelitian

1. Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015

a) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005

Pada tahun 2005 penggunaan lahan di Kecamatan Kemang hampir di

dominasi oleh lahan pertanian. Adapun peta penggunaan lahan di

Kecamatan Kemang pada tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

86 Diakses melalui : bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis

87

Diakses melalui : bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis

88

Diakses melalui : kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/letak-geografis

Page 64: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

51

Gambar 4.2

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005

Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang

tahun 2005 diketahui bahwa Kecamatan Kemang memiliki luas 3.360,3

Ha. Adapun rincian penggunaan lahan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1

Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005

No Landuse Luas Lahan (M2)

1 Kebun Campuran 4941277,33

2 Perairan Darat 106620,51

3 Perkebunan 6059787,41

4 Permukiman 6506414,61

5 Sawah 14551971,87

6 Semak Belukar 275073,69

7 Tegalan 1162712,15

Total Luas Lahan (M2) 33603857,57

Total Luas Lahan (ha) 3.360,38

Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2005/.shp

Page 65: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

52

Tabel 4.1 menunjukan bahwa luas lahan pertanian sawah merupakan

penggunaan lahan terluas dibanding dengan luas lahan lainnya dengan luas

penggunaan lahan mencapai 1.455,1 ha atau sekitar 43,3%. Luas lahan

permukiman merupakan menjadi luasan penggunaan lahan terbesar kedua

dengan luas mencapai 650,6 ha atau sekitar 19,3% dari seluruh luas

wilayah Kecamatan Kemang. Perkebunan merupakan luasan penggunaan

lahan terbesar ketiga yang memiliki luas 605,9 ha atau sekitar 18% dari

keseluruhan luas wilayah Kecamatan Kemang. Kebun campuran juga

memiliki luas yang cukup besar dengan luas mencapai 494,1 ha atau

sekitar 14,7%, sedangkan luas penggunaan lahan untuk tegalan memiliki

luas 116,2 ha atau sekitar 3,4% dari seluruh luas lahan di Kecamatan

Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan lahan lainnya seluas 38,1 ha atau

sekitar 1,1% terbagi menjadi luasan lahan semak belukar dan perairan

darat.

b) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010

Pada tahun 2010 keberadaan lahan pertanian nampak semakin

menyusut, berganti dengan lahan yang digunakan sebagai permukiman

penduduk. Adapun peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada

tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Page 66: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

53

Gambar 4.3

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010

Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang

tahun 2010 luas Kecamatan Kemang tetap 3.360,3 ha, karena dari tahun

2005-2010 tidak ada pemekaran wilayah di Kecamatan Kemang. Adapun

untuk rincian penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada tahun 2010

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010

No Landuse Luas Lahan

1 Kebun Campuran 5137413,45

2 Perairan Darat 383009,84

3 Perkebunan 5694865,5

4 Permukiman 8515671,18

5 Sawah 5520796,94

6 Semak Belukar 1699721,05

7 Tegalan 6563071,32

8 Industri 89261,13

Total Luas Lahan (M2) 33603810,41

Total Luas Lahan (ha) 3.360,38

Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2010/.shp

Page 67: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

54

Tabel 4.2 merupakan tabel luas penggunaan lahan Kecamatan Kemang

tahun 2010, pada tahun 2010 terjadi perubahan yang cukup signifikan

terhadap penggunaan lahan permukiman dan pertanian sawah.

Penggunahan lahan untuk permukiman pada tahun 2010 mencapai luas

851,5 ha atau sekitar 25,3% dari luas keseluruhan Kecamatan Kemang.

Luas lahan pertanian sawah tahun 2010 mengalami perunurunan dengan

luasan lahan yang tersisa hanya 552,1 ha atau sekitar 16,4% dari seluruh

luas wilayah Kecamatan Kemang. Adapun untuk lahan perkebunan tahun

2010 memiliki luas 569,4 ha atau sekitar 16,4% dari keseluruhan luas

wilayah Kecamatan Kemang. Luas kebun campuran pada tahun 2010

mencapai 513,7 ha atau sekitar 15,2%, untuk luas penggunaan lahan

tegalan memiliki luas 656,3 ha atau sekitar 19,5% dari seluruh luas

Kecamatan Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan lahan lainnya seluas

217,1 ha atau sekitar 6,4% terbagi menjadi luasan lahan semak belukar,

perairan darat dan industri.

c) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015

Pada tahun 2015 keberadaan lahan permukiman semakin

mendominasi di Kecamatan Kemang. Lahan pertanian yang awalnya

sangat mendominasi kini telah berhanti menjadi lahan permukiman.

Adapun peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada tahun 2015

dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Page 68: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

55

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang

Tahun 2015

Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang

tahun 2015 diketahui bahwa Kecamatan Kemang masih memiliki luas

3.360,3 ha, karena hingga tahun 2015 di Kecamatan Kemang tidak ada

pemekaran wilayah kecamatan. Adapun rincian luas penggunaan lahan di

Kecamatan Kemang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015

No Landuse Luas Lahan

1 Kebun Campuran 5791304,52

2 Perairan Darat 431219,04

3 Perkebunan 4359581,54

4 Permukiman 10698156,95

5 Sawah 5585834,13

6 Semak Belukar 740424,07

7 Tegalan 5721649,74

8. Industri 275635,69

Total Luas Lahan (M2) 33603805,68

Total Luas Lahan (Ha) 3.380,38

Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2015/.shp

Tabel 4.3 (lanjutan)

Page 69: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

56

Tabel 4.3 merupakan tabel luas penggunaan lahan Kecamatan

Kemang tahun 2015, pada tahun 2015 terjadi perubahan yang cukup

signifikan terhadap penggunaan lahan permukiman dan pertanian sawah.

Penggunahan lahan untuk permukiman pada tahun 2015 mencapai luas

1069,8 ha atau sekitar 31,8% dari luas keseluruhan Kecamatan Kemang.

Luas lahan pertanian sawah tahun 2015 mencapai 558,5 ha atau sekitar

16,6% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Adapun untuk lahan

perkebunan tahun 2015 memiliki luas 435,9 ha atau sekitar 12,9% dari

keseluruhan luas wilayah Kecamatan Kemang. Luas lahan kebun

campuran pada tahun 2015 mencapai 579,1 ha atau sekitar 17,2% dari

luas keseluruhan Kecamatan Kemang. Sedangkan untuk luas pengunaan

lahan tegalan pada tahun 2015 mencapai 572,1 ha atau sekitar 17% dari

keseluruhan luas Kecamatan Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan

lahan lainnya seluas 144,7 ha atau sekitar 4,3% terbagi menjadi luasan

lahan semak belukar, perairan darat dan kawasan industri.

2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Permukiman

a) Perubahan Luas Lahan Pertanian Tahun 2005-2015

Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dapat

dilihat dari hasil analisis pengamatan citra satelit. Hasil pada gambar di

bawah ini menunjukan bahwa penyusutan lahan pertanian di Kecamatan

Kemang terus meningkat. Perkembangan penggunaan lahan pertanian di

Kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Page 70: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

57

Luas Lahan Pertanian Luas Lahan Pertanian LuasLahan Pertanian

Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015

Gambar 4.5

Perkembangan Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Kemang

Tahun 2005-2015

Adapun untuk luasan penggunaan lahan pertanian secara spesifik telah

dituliskan pada Tabel 4.4 berikut :

Tebel 4.4

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2015

No Landuse

Luas Lahan

Pertanian

Tahun 2005

Luas Lahan

Pertanian

Tahun 2010

Luas Lahan

Pertanian

Tahun 2015

1 Kebun Campuran 4941277,33 5137413,45 5791304,52

2 Perairan Darat 106620,51 383009,84 431219,04

3 Perkebunan 6059787,41 5694865,5 4359581,54

4 Sawah 14551971,87 5520796,94 5585834,13

5 Tegalan 1162712,15 6563071,32 5721649,74

Total Luas Lahan (M2) 26822369,27 23299157,05 21889588,97

Total Luas Lahan (Ha) 2682,2 2329,9 2188,9

Sumber : Peta penggunaan lahan pertanian Kec. Kemang tahun 2005-2015/.shp

Berdasarkan Tabel 4.4 luas lahan pertanian secara keseluruhan pada

tahun 2005 memiliki luas 2682,2 ha atau 79,8% dari seluruh luas

Kecamatan Kemang. Pada tahun 2010 jumlah luas lahan pertanian

mengalami penuruan sebesar 352,3 ha, sehingga luas lahan pertanian pada

tahun 2010 menjadi 2329,9 atau sekitar 69,3%. Kemudian pada tahun

2015 luas lahan pertanian terus mengalami penurunan hingga 140,9 ha,

Page 71: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

58

sehingga pada tahun 2015 luas lahan pertanian menjadi 2188,9 ha atau

sekitar 65,1% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Sehingga jumlah

keseluruhan perubahan luasan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari

tahun 2005 sampai tahun 2015 berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar

18,4% dari seluruh luas lahan pertanian pada tahun 2015. Adapun

penyajian dalam bentuk grafik penurunan penggunaan lahan secara

spesifik penulis sajikan pada grafik 4.1 berikut.

Grafik 4.1

Lahan Pertanian Kecamatan Kemang

Sumber: BAPPEDA Kab. Bogor

b) Perubahan Luas Lahan Permukiman Tahun 2005-2015

Perkembangan luas penggunaan lahan permukiman di Kecamatan

Kemang pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 terus meningkat

hampir di seluruh wilayah Kecamatan Kemang, meskipun peningkatannya

tidak signifikan menyeluruh di seluruh desa. Hasil pada gambar 4.6 di

bawah ini menunjukan bahwa peningkatan luas lahan permukiman di

Kecamatan Kemang terus meningkat secara dignifikan.

0

5000000

10000000

15000000

20000000

2005 2010 2015

dal

am s

atu

an M

2

Axis Title

GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN

PERTANIAN KECAMATAN KEMANG

TAHUN 2005-2015

Kebun Campuran Perairan Darat Perkebunan

Sawah Tegalan

Page 72: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

59

Lahan Permukiman Lahan Permukiman Lahan Permukiman

Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015

Gambar 4.6

Perkembangan penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Kemang

Tahun 2005-2015

Adapun untuk luasan penggunaan lahan pertanian secara spesifik telah

dituliskan pada tabel 4.5 berikut :

Tebel 4.5

Luas Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2015

No Landuse

Luas Lahan

Permukiman

Tahun 2005

Luas Lahan

Permukiman

Tahun 2010

Luas Lahan

Permukiman

Tahun 2015

1 Permukiman 6503414,61 8516771,18 10698156,95

Total Luas Lahan (M2) 6503414,61 8516771,18 10698156,95

Total Luas Lahan (Ha) 650,3 851,6 1069,8

Sumber : Peta penggunaan lahan permukiman Kec. Kemang tahun 2005-

2015/.shp

Luas lahan permukiman di Kecamatan Kemang pada tahun 2005

mencapai 650,6 ha atau sekitar 19,3% dari seluruh luas Kecamatan

Kemang. Pada tahun 2010 jumlah luas lahan permukiman mengalami

kenaikan seluas 200,9 ha, sehingga luas lahan permukiman pada tahun

2010 menjadi 851,5 ha atau sekitar 25,3%. Kemudian pada tahun 2015

luas lahan permukiman kembali mengalami kenaikan mencapai 218,2 ha

sehingga luas lahan permukiman tahun 2015 menjadi 1069,8 ha atau

sekitar 31,8%. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luasan lahan

permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun

Page 73: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

60

2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan

permukiman tahun 2005.

Adapun secara grafik peningkatan luasan lahan permukiman di

Kecamatan Kemang tahun 2005-2015 penulis sajikan dalam grafik 4.2

berikut.

Grafik 4.2

Lahan Permukiman Kecamatan Kemang

Sumber: BAPPEDA Kab. Bogor

c) Hasil Overlay Penggunaan Lahan Pertanian dan Permukiman

Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015

Setelah mengetahui masing-masing luas penggunaan lahan pertanian

dan permukiman, selanjutnya adalah tahap overlay yakni penggabungan

dari peta penggunaan lahan pertanian dan permukiman. Overlay dilakukan

untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi pada suatu wilayah dari

suatu periode/tahun ke periode selanjutnya. Berikut penulis sajikan peta

perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman di

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2015 pada Gambar 4.7.

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

2005 2010 2015

dal

am s

atu

an M

2

Axis Title

GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN

KECAMATAN KEMANG

TAHUN 2005-2015

Permukiman

Page 74: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

61

Penggunaan Lahan Pertanian Penggunaan Lahan Pertanian Penggunaan Lahan

Pertanian

dan Permukiman dan Permukiman dan Permukiman

Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015

Gambar 4.7

Perkembangan penggunaan lahan pertanian dan permukiman

Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015

Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari

tahun 2005 sampai tahun 2015 berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar

18,4% dari seluruh luas lahan pertanian pada tahun 2005. Sedangkan

perubahan luas lahan permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar

64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Sehingga rasio

pengurangan luas lahan petanian di Kecamatan Kemang mencapai

sebanyak 49.3 ha.

d) Hasil Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang

Produktivitas padi dalam penelitian ini merupakan variabel Y, sesuai

dengan judul penelitian ini yakni ’’Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian

Menjadi Permukiman Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan

Kemang’’. Sehingga setelah mengetahui besaran perubahan penggunaan

lahan melalui analisis citra sateit, maka berikut penulis tampilkan data

mengenai produktivitas padi sawah di Kecamatan Kemang tahun 2005,

2010 dan 2015 pada tabel 4.6.

Page 75: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

62

Tabel 4.6

Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang

Tahun 2005-2015

No Tahun Luas Tanam (ha) Produktivitas (ton)

1 2005 524 3144

2 2010 362 2172

3 2015 269 1345

Sumber : Data lapangan UPT Petanian Kec. Kemang

Tabel 4.6 menunjukan terjadi penurunan luas tanam dan jumlah

produktivitas padi yang dihasilkan di wilayah Kecamatan Kemang pada

tahun 2005 sampai dengan tahun 2015. Tahun 2005 sampai dengan tahun

2010, luas tanam padi sawah mengalami penurunan seluas 162 ha atau

sekitar 32,4 ha pertahun. Adapun jumlah produktivitas padi sawah juga

mengalami penurunan sebesar 1.017 ton atau sekitar 203,4 ton pertahun.

e) Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Petanian Menjadi Permukiman

Terhadap Produktivitas Padi

1) Persamaan Regresi Linear Sederhana

Nilai persamaan regresi sederhana yang dicari dalam penelitian

ini berdasarkan pada data luas lahan pertanian sebagai variabel (x) dan

produktivitas padi sebagai variabel (y). Adapun data luas lahan

pertanian dan produktivitas telah disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Data Persamaan Regresi Linear Sederhana

n x y x2 y

2 xy

3

2682,2 3144 7194196,84 9884736 8432836,8

2329,9 2172 5428434,01 4717584 5060542,8

2188,9 1345 4791283,21 1809025 2944070,5

∑ 7201 6661 17413914,06 16411345 16437450,1

Dari tampilan Tabel 4.7 maka diketahui nilai :

x = Luas Lahan

y = Produktivitas Padi

Page 76: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

63

Langkah mengetahui nilai persamaan regresi linear sederhana,

nilai yang pertama kali dicari adalah nilai a dan b. Berikut ini

merupakan penghitungan nilai a dan b :

a) Nilai b

∑ (∑ ) (∑ )

∑ (∑ )

b ( )( )

( )

b

b

b

b

b) Nilai a

a (∑ ) (∑ ) (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

a ( ) ( ) ( )( )

( )

a ( ) ( )

Page 77: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

64

a

a

a

Dari proses hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai persamaan

regresi linear sederhana dan kurva titik pertemuannya pada Gambar 4.7 :

10000 -

9000 -

8000 -

7000 -

6000 -

5000 -

4000 -

3000 -

2000 -

1000 -

0

Gambar 4.8

Kurva Hasil Persamaan Regresi Linear Sederhana

Produktivitas Padi dan Luas Lahan Pertanian

Persamaan regresi linear diatas menjelaskan bahwa variabel independen

luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan nilainya jika kita tahu nilai variabel

produktivitas padi (y) dengan persamaan nilai b = 3,5 dengan demikian,

variabel produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas

lahan pertanian bertambah setiap 1 (ha).

2) Koefisien Korelasi (r)

𝑌 + (𝑥) 𝑌 𝑎 + 𝑏𝑥

100

0

200

0

300

0

400

0

500

0

600

0

700

0

800

0

900

0

100

00

Y

X -6

Y = -6,1 + 3,5 (X)

Pertemuan antara rata-rata Y dan X

rata-rata X = 2000

rata-rata Y = 6993,9

Pro

dukti

vit

as

Pad

i (t

on)

Luas Lahan Pertanian (ha)

Maka :

Setiap penambahan atau pengurangan

1X bernilai 3,49695 (3,5)

Page 78: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

65

(∑ )

(∑ )(∑ )

√[ ∑ ( ∑ )

] [ ∑ ( ∑

)

]

r ( )

( )( )

√[ ( )

] [ ( )

]

3) Koefisien Determinasi (r2)

Koefisien Determinasi (r Square atau r2) menjelaskan seberapa besar

variasi variabel dependent (Y/produktivitas) dapat dijelaskan oleh

variabel independent (X/luas lahan pertanian).

Adapun nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

( )

( )

Hasil perhitungan diatas menjelaskan bahwa koefisien korelasi

dalam penelitian ini sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi (r2)

sebesar 0,962 atau 96%. Dengan demikian berarti variabel independen

(luas lahan pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen

(produktivitas padi) sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor

lain.

4) Uji Signifikansi dan Hipotesis

Berikut penulis sajikan hasil pengujian nilai signifikansi dan

penerimaan hipotesis dalam penelitian ini

a) Nilai thitung

Page 79: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

66

√( ) + ( )

+ ( +

)

√( ) + ( ) + (

+

)

√( ) + ( ) + (

+

)

√ + (

)

√ (

)

√ ( )

( )

Hasil dari pengujian nilai thitung di atas, diperoleh hasil akhir yaitu

11,23. Setelah mengetahui hasil uji thitung selanjutnya adalah mencari

nilai ttabel untuk mengetahui hasil akhir dari hipotesis penelitian ini.

Berikut penulis sajikan hasil perhitungan ttabel :

b) Uji ttabel

Df = degree of freedom (df)

n = Jumlah data

k = Jumlah Variabel

Page 80: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

67

= 3 - 2

= 1

Diketahui nilai df adalah 1, setelah itu lihat tabel keseluruhan

mengenai nilai df pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Titik presentase distribusi t (Pr df = 1-5 )

Pr df 0.25-0.50 0.10-0.20 0.05-0.10 0.025-0.050 0.01- 0.02

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052

2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456

3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070

4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai ttabel dengan titik presentase

nilai df = 1 dan nilai . Maka nilai ttabel penelitian

ini adalah 6,31375.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel dengan

nilai perbandingan thitung dan ttabel = 11,23 > 6,31375 dengan

demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima dengan asumsi

bahwa luas lahan pertanian memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap produktivitas padi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data-data yang dihimpun dan analisis yang dilakukan oleh

penulis terhadap peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang Kabupaten

Bogor, maka pembahasan mengenai pengaruh alih fungsi lahan pertanian

menjadi permukiman terhadap hasil produksi padi sawah di Kecamatan

Kemang pada tahun 2005-2015 sebagai berikut.

Jumlah ketersediaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Luas lahan pertanian di Kecamatan Kemang secara keseluruhan

pada tahun 2005 adalah 2682,2 ha sedangkan pada tahun 2010 jumlah luas

lahan pertanian di Kecamatan Kemang menjadi 2329,9 atau mengalami

Page 81: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

68

penuruan sebanyak 352,3 ha. Kemudian pada tahun 2015 luas lahan pertanian

kembali mengalami penurunan menjadi 2188,9 ha atau mengalami penurunan

sebanyak 140,9 ha. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luasan lahan

pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai tahun 2015

berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan

pertanian pada tahun 2005.

Sedangkan luas penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan

Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 semakin meningkat,

angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 ha atau bertambah

sekitar 64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Luas lahan

permukiman di Kecamatan Kemang pada tahun 2005 mencapai 650,6 ha atau

sekitar 19,3% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Sedangkan pada tahun

2010 jumlah luas lahan permukiman menjadi 851,5 ha atau mengalami

kenaikan seluas 200,9 ha. Pada tahun 2015 luas lahan permukiman kembali

mengalami kenaikan mencapai 218,2 ha sehingga luas lahan permukiman

tahun 2015 menjadi 1069,8 ha. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luas

lahan permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan

permukiman tahun 2005.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang

memberikan dampak yang besar terhadap produktivitas pertanian di

Kecamatan Kemang khususnya produktivitas padi sawah. Hasil analisis

persamaan regresi linear sederhana dengan menggunakan luas lahan sebagai

variabel (x) dan produktivitas padi sebagai variabel (y) menghasilkan nilai

persamaan yakni + ( ), dengan demikian dapat diartikan

bahwa luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan nilainya jika kita tahu nilai

variabel produktivitas padi (y) dengan persamaan nilai b = 3,5 dengan

demikian, variabel produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton)

apabila luas lahan pertanian bertambah setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan

pertanian berkurang seluas 1 ha maka produktivitas padi sawah akan menurun

sebesar 3,5 ton.

Page 82: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

69

Nilai persamaan regresi linear pada penelitian ini telah melewati

beberapa uji kebenaran hasil penelitian. Berdasarkan uji korelasi nilai yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,98 dengan berarti nilai koefisien

determinasi adalah 0,96. Dengan demikian berarti variabel independen (luas

lahan pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen (produktivitas padi)

sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor lain.

Setelah melewati uji korelasi, peneliti melakukan uji signifikansi

terhadap hipotesis yang telah dibuat. Berdasarkan perhitungan dari uji

signifikansi diperoleh nilai thitung pada penelitian ini adalah 11,23. Sedangkan

nilai distribusi ttabel pada penelitian ini dengan titik presentase nilai df = 1 dan

nilai . adalah 6,31375. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

nilai thitung > ttabel dengan nilai perbandingan thitung dan ttabel = 11,23 > 6,31375

dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima dengan asumsi bahwa

luas lahan pertanian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

produktivitas padi.

D. Dampak Sosial Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap

Masyarakat

Secara umum kegiatan alih fungsi lahan lahan pertanian akan membawa

dampak negatif terhadap kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan

keseimbangan ekosistem alam. Namun, disisi lain alih fungsi lahan pertanian

tersebut membawa dampak positif bagi pemilik lahan pertanian maupun

masyarakat yang berada di wilayah kegiatan alih fungsi lahan tersebut.

Berikut ini beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memberikan

penjelasan mengenai dampak sosial ekonomi dari kegiatan alih fungsi lahan

khususnya pertanian.

1. Ayu Amalia dalam skripsinya yang berjudul Dampak Konversi Lahan

Sawah Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Yang Hilang Dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)

Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa dampak negatif alih fungsi

lahan, yaitu:

Page 83: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

70

1) Berkurangnya luas lahan sawah yang mengakibatkan turunnya

produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.

2) Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan bergesernya lapangan

kerja dari sektor pertanian ke non pertanian tenaga kerja lokal

nantinya akan bersaing dengan pendatang. Dampak sosial ini akan

berkembang dengan meningkatnya kecemburuan sosial masyarakat

sekitar terhadap pendatang yang akan berpotensi meningkatkan

konflik sosial.

3) Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan

menjadi tidak optimal. Irigasi yang dibangun menjadi sia-sia karena

sawah yang dialihfungsikan.

4) Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan

ataupun industri karena kesalahan perhitungan mengakibatkan lahan

yang telah dialihfungsikan menjadi tidak termanfaatkan, karena tidak

mungkin dikembalikan menjadi sawah kembali.

5) Berkurangnya ekosistem sawah akibat terjadinya alih fungsi.

2. Devi Aryani Sulistyawati 2014 dalam skripsinya yang berjudul Analisis

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di

Kabupaten Cianjur (Studi Kasus : Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu)

juga menjelaskan bahwa dampak adanya alih fungsi lahan menimbulkan

dampak negatif. Hal tersebut dijelaskan dengan hasil penelitiannya yang

menyebutkan bahwa alih fungsi lahan pertanian menyebabkan perubahan

rata-rata pendapatan total petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan

mengalami penurunan sebesar Rp. 1.041.720. Selain pendapatan, akibat

adanya alih fungsi lahan juga menyebabkan penurunan produksi padi.

Produksi padi yang hilang sebesar 33.172,15 ton atau sekitar Rp

142.640.232.430. Hasil simulasi ketahanan pangan adalah produksi beras

di Kabupaten Cianjur tidak dapat memenuhi kebutuhan berasnya pada

tahun 2027 dengan kekurangan beras sebesar 31 ton, sedangkan jika

terjadi penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun maka

Page 84: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

71

Kabupaten Cianjur tidak dapat memenuhi kebutuhan beras pada tahun

2045 dengan kekurangan beras sebesar 3.043 ton.

3. Moh. Khoirul Muslikin 2015 dalam skripsinya yang berjudul Kajian Alih

Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah dan Dampak Terhadap Produksi

Padi Di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010 menyebutkan bahwa alih

fungsi lahan sawah menjadi non sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-

2010 menyebutkan bahwa alih fungsi lahan pertanian berdampak positif

terhadap produksi padi. Ditandai dengan meningkatnya tingkat produksi

padi di Kabupaten Blora. Dalam kurun waktu tahun 2000-2010 produksi

padi di Kabupaten Blora mengalami peningkatan sebesar 39.785 ton.

Peningkatan produksi padi di Kabupaten Blora terjadi karena adanya

teknologi pertanian modern yang sudah digunakan oleh petani. Bahkan

sekarang Kabupaten Blora termasuk dalam 3 Kabupaten yang menjadi

percontohan penerapan pertanian modern di Indonesia

4. Ika Pewista dalam jurnalnya yang berjudul Faktor Dan Pengaruh Alih

Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Di

Kabupaten Bantul. Kasus Daerah Perkotaan, Pinggiran Dan Pedesaan

Tahun 2001-2010 menyebutkan bahwa Dampak alih fungsi lahan

pertanian terhadap matapencaharian penduduk di desa Panggungharjo

tidak berpengaruh besar, dimana jumlah petani masih tetap. Alih fungsi

lahan yang dilakukan dapat memunculkan jenis pekerjaan baru bagi

sebagian pelakunya, seperti yang terjadi pada penduduk desa Bantul dan

desa Kebonagung yang melakukan diversifikasi matapencaharian yaitu

sebagai pedagang dan wiraswasta. Pada penelitian ini secara dominan

matapencaharian kepala keluarga tidak berpengaruh besar terhadap

kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang telah dilakukan. Sedangkan

pendapatan yang diperoleh setelah terjadinya alih fungsi lahan cenderung

menurun, terutama pada penduduk yang memiliki lahan yang sempit dan

masih menggantungkan usahanya di sektor pertanian.

Page 85: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan penulis telah

menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menarik dua kesimpulan dari

hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 2005 sampai

dengan tahun 2015, di Kecamatan Kemang terjadi perubahan

penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman yang cukup signifikan.

Jumlah ketersediaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan mencapai 492,3

ha atau sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan pertanian yang ada di

Kecamatan Kemang. Sedangkan penggunaan lahan untuk permukiman di

Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 semakin

meningkat, angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 ha atau

bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005.

2. Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang

tentu memberikan dampak yang besar terhadap produktivitas pertanian di

Kecamatan Kemang khususnya produktivitas padi sawah. Hasil analisis

persamaan regresi linear sederhana menghasilkan nilai persamaan yakni

+ ( ) yang berarti luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan

nilainya jika kita tahu nilai variabel produktivitas padi (y) dengan

persamaan nilai b = 3,5 dengan demikian, variabel produktivitas padi

akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas lahan pertanian bertambah

setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan pertanian berkurang seluas 1 ha

maka produktivitas padi sawah akan menurun sebesar 3,5 ton. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan hasil uji korelasi antara kedua variabel

tersebut yakni variabel alih fungsi lahan pertanian (x) dan variabel

produktivitas padi (y) dengan nilai koefisien korelasi 0,98 dan nilai

Page 86: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

73

koefisien determinasi 0,96 yang berarti variabel independen (luas lahan

pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen (produktivitas padi)

sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis dari penelitian yang telah

dilakukan ini yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kemang harus terus ditekan, karena

pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya

terhadap penggunaan lahan, baik itu penggunaan lahan untuk permukiman

maupun kebutuhan penunjang lainnya untuk aktivitas masyarakat.

Penekanan terhadap pertumbuhan penduduk dapat dimaksimalkan dengan

cara sosialisasi program keluarga berencana (KB) terstruktur, sistematis

dan masif.

2. Konsistensi dalam menerapkan kebijakan penggunaan lahan harus

dijalankan dengan baik oleh pemerintah daerah, terutama perlindungan

untuk penggunaan lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan alih fungsi

lahan pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk

setempat saja, akan tetapi ada peran pengembang perumahan (developer)

yang memanfaatkan lokasi strategis untuk mendirikan perumahan dengan

sasaran masyarakat yang beraktifitas di perkotaan.

3. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan sosialisasi

terhadap para petani tentang pentingnya ketahanan pangan sehingga

menumbuhkan kesadaran agar tetap menjaga dan melestarikan lahan

pertanian yang dimilikinya. Selain itu, perlu adanya upaya dari pemerintah

untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dengan memfasilitasi

kebutuhan petani untuk menunjang keberlangsungan sektor pertanian.

Page 87: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ansori, Muslich, Iswati, Sri. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:

Airlangga University Press, 2009.

Baja, Sumbangan. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan Aplikasi GIS,

Fuzzy Set, dan MCDM. Makasar: UNHAS, 2012

Banowati, Eva, Sriyanto. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Ombak, 2013.

Bungin, M Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.

Haryanto, Sukandarrumidi. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Muhidin, Sambas, Ali, Abdurahman, Maman. Analisis Korelasi, Regresi, dan

Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2017.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012.

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh. Jakarta: tp. 2015

Soehartono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008.

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelirian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Page 88: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

75

Suryantoro, Agus. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta:

Ombak, 2013

Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset,

2014.

Tati Nurmala et al. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Yusuf, A Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan

Yogyakarta: Kencana, 2012.

Skripsi dan Tesis :

Amalia, Ayu. Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Pendapatan Usahatani

Padi yang Hilang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Studi Kasus:

Kecamatan Bogor Selatan. Skripsi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya

dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor: 2014

Andika, Nadia, Khairunnisa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi

Lahan Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi di Kota Depok.

skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instutut Pertanian Bogor,

Bogor: 2013

Fajarini, Rahmi. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata

Ruang di Kabupaten Bogor. tesis pada Institut Pertanian Bogor: 2014

Hudayya, Rizma. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Analisis Pola

Sebaran Dan Perkembangan Permukiman (Studi Kasus Kabupaten Bogor,

Jawa Barat). Skripsi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor: 2010

Page 89: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

76

Khakim, M Luthfi. Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi. skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas

Muhamadiyah Surakarta: 2012

Muslikin, Moh, Khoirul. Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah

dan Dampak Terhadap Produksi Padi di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010.

Skripsi pada Program Sarjana Sains Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Malang, Malang: 2015

Sulistyawati, Devi, Aryani. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian

Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus : Desa

Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu). Skripsi pada Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor: 2014

Jurnal :

Affan, Faizal, Musaqqif. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk

Permukiman Dan Industri Dengan Menggunakan Sistem Informasi

Geografis (SIG). jurnal pada IKIP Veteran, Semarang: 2014

Cristi, Corolina, Linda, Saleh, Choirul, Suwondo, Implementasi Kebijakan Alih

Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan. jurnal pada

Administrasi Publik Univeritas Brawijaya, Malang:

Dewi, Ida, AL, Sarjana, I Made. Faktor-Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan

Sawah Menjadi Lahan Non-Pertanian. jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3,

No. 2 pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali: 2015

Dwisaraswati, Gabriela. Laporan Praktikum Arcgis “Georeferencing, Digitasi,

Editing, Dan Layout Peta Administrasi Kota Jayapura. jurnal lab pada

Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana, Jakarta: 2017

Page 90: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

77

Eko, T, Rahayu, Sri. Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap RDTR di

Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati. jurnal pada Universitas

Diponegoro, Semarang: 2012

Nugroho, Iwan, Dahuri, Rokhmin. Pembangunan Wilayah Perpektif Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan. Jurnal pada LP3ES Ed. Rev. cet.2 Jakarta: 2012

Setiawan, Handoko, Probo. Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non

Pertanian Kasus Di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota

Samarinda. jurnal pada eJournal Sosiatri-Sosiologi Volume 4 Nomor 2.

Universitas Mulawarman: 2016

Yuliara, I Made. Modul Regresi Linier Sederhana. jurnal pada Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali: 2016

Website:

http://antaranews.com/berita/499795/alih-fungsi-lahan-pertanian-picu-timbulnya-

bencana diakses pada 22 januari 2018 pukul 12:05 WIB

http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-populasi-

terbanyak-di-dunia/ diakses pada 22 januari 2018 pukul 13:05 WIB

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646 diakses pada 22 januari 2018

pukul 12:48 WIB

http://www.balipost.com/news/2017/04/11/5075/Memprihatinkan,Alih-Fungsi-

Lahan-Pertanian...html diakses pada 28 Januari 2018 pukul 14:42 WIB

http://geografi.org/2018/02/analisis-spasial-dalam-sistem-informasi.html diakses

pada 15 Juni 2019 pukul 10:04 WIB

http://tedieka.com/2016/05/klasifikasi-citra.html diakses pada 15 Juni 2019 pukul

10:30 WIB

Page 91: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

78

http://guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html diakses pada 17

juni 2019 pukul 11:04 WIB

http://kecamatankemang.bogorkab.go.id diakses pada 17 juni 2019 pukul

13:25 WIB

http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis diakses pada 17 juni

2019 pukul 15:05 WIB

Page 92: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

79

LAMPIRAN KEGIATAN PENELITIAN

No Gambar Keterangan

1

Ketersediaan lahan pesawahaan di

wilayah Kp. Kiara Desa Pabuaran

Kecamatan Kemang Kabupaten

Bogor.

2

Ketersediaan lahan pesawahaan di

wilayah Kp. Tengah Desa Pabuaran

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

3

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Kiara

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor bersama petani

setempat.

4

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Kiara

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor.

Page 93: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

80

5

Ketersediaan lahan pesawahaan di

wilayah Kp. Tengah Desa Pabuaran

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

6

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Tengah

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor bersama tokoh

pemuda perwakilan dari Karang

Taruna Desa Pabuaran.

7

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Anyar

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor.

8

Pendampingan Petugas Pertanian

Kecamatan (PPK) Kemang Kabupaten

Bogor di Kp. Sawah Desa Bojong

Kecamatan Kemang

Page 94: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

81

9

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Anyar

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor

10

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Anyar

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor di dampingi Petugas

Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)

Bapak Heri.

11

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Anyar

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor di dampingi Petugas

Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)

Bapak Heri.

12

Kegiatan ground chek lahan

pesawahaan di wilayah Kp. Anyar

Desa Pabuaran Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor di dampingi Petugas

Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)

Bapak Heri dan petani setempat.

Page 95: PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …

i

BIODATA PENULIS

Penulis bernama Muhammad Bahrul Hidayat, dilahirkan

pada tanggal 22 Desember 1995 di Bogor. Penulis bertempat

di Desa Bojong, Kec. Kemang, Kabupaten Bogor. Penulis

menempuh pendidikan dimulai dari SDN Bojong 02 (lulus

tahun 2007), kemudian melanjutkan sekolah di MTs.

Mathla’ul Anwar Nurul Kamal (lulus tahun 2010), setelah

itu melanjutkan ke MAN 1 Kota Bogor (lulus tahun 2013)

hingga akhirnya bisa menempuh perkuliahan di Jurusan

Pendidkan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.