112
ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT (Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara) MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

  • Upload
    ngomien

  • View
    246

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN

BEKASI JAWA BARAT

(Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara)

MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya manyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan

Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat: Studi

Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara adalah karya saya sendiri dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2013

M.Dika Yudhistira

H44080073

Page 3: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

RINGKASAN

M. DIKA YUDHISTIRA. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian

Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa

Sriamur Kecamatan Tambun Utara). Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Kabupaten Bekasi pada saat ini mempunyai tata guna lahan dengan

mayoritas lahan pertanian. Seiring dengan meningkatnya aktifitas pembangunan

dan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan juga meningkat pesat.

Sementara itu ketersediaan atau luas lahan pada dasarnya tidak berubah, sehingga

peningkatan kebutuhan lahan untuk suatu kegiatan akan mengurangi ketersediaan

lahan untuk kegiatan lainnya. Hal ini menyebabkan sering terjadi benturan

kepentingan dan pada akhirnya terjadi alih fungsi lahan petanian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak yang terjadi

akibat alih fungsi lahan terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bekasi. Adapun

tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis pola dan karakteristik

alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (2) menganalisis laju alih fungsi

lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (3) menganalisis kelembagaan lahan di

Kabupaten Bekasi, (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (5) menganalisis dampak akibat alih fungsi

lahan pertanian di Kabupaten Bekasi.

Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di Desa Sriamur, Kecamatan

Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan

selama bulan Februari - Maret 2013. Data primer diperoleh dari hasil wawancara

melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui dinas-dinas terkait dan

penulusuran melalui internet. Pola dan karakteristik dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Laju alih fungsi lahan dianalisis dengan

persamaan laju alih fungsi lahan parsial. Kelembagaan lahan dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif,. Penduga faktor-faktor yang mempengaruhi alih

fungsi lahan dianalisis secara makro dan mikro menggunakan model regresi linier

berganda dan model regresi logistik. Dampak yang terjadi dianalisis dengan

menggunakan estimasi dampak produksi dan rata-rata selisih perbedaan

pendapatan. Dampak terhadap produksi juga di simulasikan dan dibandingkan

dengan kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Bekasi sebagai peramalan

terhadap ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pola alih fungsi lahan pertanian yang

terjadi adalah pola yang diawali dengan alih kekuasaan lahan dari petani kepada

pihak lain. Petani menjual lahan pertanian kepada pemborong. Pihak pemborong

nantinya menjual lahan tersebut kepada investor untuk dialihfungsikan menjadi

pemukiman atau industri pengolahan. Laju alih fungsi lahan pertanian yang terjadi

di Kabupaten Bekasi tahun 2001-2011 berfluktuasi dengan rata-rata sebesar -0,43

persen. Laju alih fungsi lahan yang tertinggi adalah -1,55 persen pada tahun 2010.

Kelembagaan lahan yang dianalisis dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

secara vertikal menyatakan bahwa Kabupaten Bekasi dijadikan wilayah

penyangga dari Jabodetabek, sehingga pembangunan di Kabupaten Bekasi harus

mendukung perkembangan di daerah Jabodetabek. Selain itu permasalahan

kepemilikan lahan menjadi penyebab petani mengambil keputusan untuk menjual

lahannya. Hal ini menyebabkan banyaknya pembangunan pemukiman dan industri

Page 4: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

pengolahan di wilayah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan pertanian secara makro yaitu PDRB dan laju pertumbuhan penduduk,

sedangkan faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian secara mikro

adalah jumlah tanggungan petani dan proporsi pendapatan usaha tani dari

pendapatan total. Dampak yang terjadi terhadap produksi adalah hilangnya

produksi gabah pada sepuluh tahun terakhir sebesar 28.091,25 ton atau bernilai

sekitar Rp 73.733.652.728. Rata-rata pendapatan petani berkurang setelah alih

fungsi lahan sebesar Rp 3.331.548. Berdasarkan perkiraan luas lahan dan

dampaknya terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa pada tahun 2015

produksi beras di Kabupaten Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan beras

penduduk dengan kekurangan sebesar 12.052 ton. Jika terdapat penurunan

konsumsi beras perkapita sebesar 1,5 persen setiap tahunnya maka Kabupaten

Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan beras pada tahun 2018 dengan

kekurangan sebesar 1.440 ton.

Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan Pertanian, Ketahanan Pangan, Kabupaten Bekasi.

Page 5: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN

BEKASI JAWA BARAT

(Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara)

MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA

H44080073

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

Judul Penelitian : Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap

Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi

Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara).

Nama : Muhamad Dika Yudhistira

NIM : H44080073

Disetujui,

Pembimbing

Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

NIP 19800603 200912 1 006

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T

NIP 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak

Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi

Jawa Barat (Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara)”. Penulis

mengucapkan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dedi Umar Farouq dan Ibu Ika Atika Pujiati, orang tua yang selalu

memberikan kekuatan, dukungan, baik moril dan materi serta limpahan doa

yang tidak pernah terputus kepada penulis.

2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, solusi dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Nindyantoro, M.SP dan Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen penguji utama dan

dosen penguji perwakilan departemen.

4. Bapak Sarmili dan Asep yang telah meluangkan waktunya menemani dan

mengantar penulis dalam pengumpulan data.

5. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Andini, Erna, Anis, Nanda, Nia, dan

Budi atas segala dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan ESL 45 yang telah banyak mengajari dan

memberikan tutor kepada penulis selama masa kuliah.

7. Semua pihak yang membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan

skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2013

Penulis

Page 8: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap

Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa Sriamur

Kecamatan Tambun Utara)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

penyelesaian tugas akhir studi Program Sarjana (S1) Departemen Ekonomi

Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengkaji pola dan laju alih fungsi

lahan pertanian, menidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya, juga

menganalisis dampak akibat alih fungsi lahan pertanian tersebut. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan acuan untuk kebijakan pengendalian alih fungsi lahan

di Kabupaten Bekasi. Penulis mengucapakan terima kasih kepada Bapak Rizal

Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi sehingga skripsi ini bisa

selesai. Semoga skripsi ini dapat berberguna bagi ilmu pengetahuan. Amin.

Bogor, September 2013

Penulis

Page 9: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

2.1. Lahan Pertanian .................................................................................. 10

2.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian .............................................................. 11

2.3. Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan ......................................... 13

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ..... 14

2.5. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian ................... 16

2.6. Kelembagaan Lahan ........................................................................... 18

2.7. Landasan Hukum Kebijakan Alih Fungsi Lahan ............................... 20

2.8. Ketahanan Pangan .............................................................................. 23

2.9. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 27

3.1. Kerangka Teoritis ............................................................................... 27

3.2. Kerangka Operasional ........................................................................ 28

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 31

4.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................... 31

4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 31

4.3. Metode Pengambilan Contoh ............................................................. 32

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 33

4.4.1. Analisis Deskriptif .................................................................... 33

4.4.2. Analisis Laju Alih Fungsi Lahan .............................................. 34

4.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 35

4.4.4. Analisis Regresi Logistik .......................................................... 41

4.4.5. Analisis Estimasi Dampak Produksi ......................................... 45

4.4.6. Analisis Terhadap Dampak Pendapatan Petani......................... 47

V. GAMBARAN UMUM ............................................................................ 48

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 48

5.1.1. Kabupaten Bekasi .................................................................... 48

5.1.2. Kecamatan Tambun Utara ....................................................... 49

5.1.3. Desa Sriamur ........................................................................... 50

Page 10: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

vi

5.2. Karakteristik Responden ................................................................... 51

5.2.1. Tingkat Usia ............................................................................ 51

5.2.2. Tingkat Pendidikan ................................................................. 52

5.2.3. Jumlah Tanggungan ................................................................ 52

5.2.4. Tingkat Pendapatan ................................................................. 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 54

6.1. Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan Kabupaten Bekasi ........... 54

6.2. Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Bekasi .................. 56

6.3. Analisis Kelembagaan Lahan Kabupaten Bekasi ............................... 57

6.4. Faktor Makro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kabupaten

Bekasi ................................................................................................. 63

6.5. Faktor Mikro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kecamatan

Tambun Utara ..................................................................................... 67

6.6. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Kabupaten

Bekasi ................................................................................................. 71

6.7. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Petani

Kecamatan Tambun Utara .................................................................. 73

6.8. Perkiraan Perubahan Luas Sawah dan Dampak Terhadap

Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi ............................................ 76

VII. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79

7.1. Simpulan ............................................................................................. 79

7.2. Saran ................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81

LAMPIRAN ....................................................................................................... 84

Page 11: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Indonesia pada Tahun 2010-2011 Menurut Lapangan

Usaha atas Dasar Harga Berlaku ............................................................. 2

2. Jumlah Industri dan Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2000-

2011 dengan Laju Pertumbuhannya ........................................................ 5

3. Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi Tahun

2002-2011 ............................................................................................... 56

4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Makro yang Mempengaruhi Perubahan

Luas Lahan Sawah Kabupaten Bekasi .................................................... 64

5. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Mikro yang Mempengaruhi Petani untuk

Menjual Lahan Pertanian ........................................................................ 68

6. Dampak Terhadap Produksi Padi dan Nilai Produksi Padi Akibat Alih

Fungsi Lahan Sawah .............................................................................. 72

7. Dampak Terhadap Produksi Padi dan Nilai Produksi Padi Akibat

Pembukaan Lahan Sawah Baru ............................................................... 73

8. Rata-Rata Perubahan Pendapatan per Bulan Petani Akibat Alih Fungsi

Lahan Pertanian ke Non Pertanian .......................................................... 75

9. Perkiraan Perubahan Luas Lahan dan Dampak Terhadap Ketahanan

Pangan di Kabupaten Bekasi dengan Konsumsi Beras Perkapita Tetap . 77

10. Perkiraan Perubahan Luas Lahan dan Dampak Terhadap Ketahanan

Pangan di Kabupaten Bekasi dengan Konsumsi Beras Perkapita

Menurun .................................................................................................. 78

Page 12: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perbandingan Jumlah Penduduk di Indonesia dan Pulau Jawa ............... 4

2. Ilustrasi Land Rent Sebagai Sisa Surplus Ekonomi Setelah Biaya

Produksi Dikeluarkan .............................................................................. 27

3. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 30

4. Perbandingan Tingkat Usia Responden .................................................. 50

5. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden........................................ 51

6. Perbandingan Jumlah Tanggungan Responden ...................................... 53

7. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden ....................................... 53

8. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi Tahun 2001-2011 .................. 54

Page 13: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ............................................................................... 84

2. Tata Guna Lahan Eksisting Kabupaten Bekasi tahun 2011 .................... 87

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2011-2013 ...... 88

4. Hasil Regresi Linear Berganda ............................................................... 89

5. Hasil Regresi Logistik ............................................................................. 92

6. Harga Gabah Kering Giling Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2011 ........ 94

7. Perhitungan Pendapatan Petani Sebelum dan Setelah Alih Fungsi

Lahan ....................................................................................................... 96

Page 14: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. Dari sisi

ekonomi, lahan merupakan input tetap yang utama dari kegiatan produksi suatu

komoditas. Banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan produksi tersebut

secara umum merupakan permintaan turunan dari permintaan komoditas yang

dihasilkan. Oleh karena itu, perkembangan kebutuhan lahan untuk setiap kegiatan

produksi akan dipengaruhi oleh perkembangan permintaan dari setiap

komoditasnya.

Sejalan dengan meningkatnya aktifitas pembangunan dan pertambahan

penduduk, kebutuhan akan lahan juga meningkat pesat. Sementara itu

ketersediaan dan luas lahan pada dasarnya tidak berubah. Meskipun kualitas

sumberdaya lahan dapat ditingkatkan, kuantitasnya di setiap daerah relatif tetap.

Pada kondisi tersebut maka peningkatan kebutuhan lahan untuk suatu kegiatan

produksi akan mengurangi ketersediaan lahan untuk kegiatan produksi lainnya.

Hal ini menyebabkan sering terjadi benturan kepentingan dan alih fungsi lahan.

Pembangunan di Indonesia lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi

sehingga sektor yang memegang pengaruh paling besar akan maju dengan pesat.

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya bagi

Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga sektor tersebut berkembang pesat. PDB

merupakan salah satu indikator yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi.

Pesatnya perkembangan industri berdampak pada peningkatan permintaan lahan

Page 15: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

2

untuk sektor tersebut. Kondisi tersebut berdampak negatif bagi sektor lain yang

sangat membutuhkan lahan sebagai input utamanya, seperti sektor pertanian.

Sektor pertanian secara luas merupakan sektor kedua setelah industri pengolahan

yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDB Indonesia. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 1 dimana pertanian secara luas, yaitu pertanian, peternakan,

kehutanan, dan perikanan pada tahun 2010 dan 2011 menyumbang masing-

masing sebesar Rp 985,4 triliyun dan Rp 1.039,5 triliyun. Sumbangan sektor

pertanian ini naik sebesar Rp 54,1 triliyun. Namun sektor industri pengolahan

menyumbang nilai yang lebih besar, yaitu Rp 1.595,8 triliyun dan 1.803,5 triliyun.

Subangan sektor industri pengolahan ini naik sebesar Rp 207,7 triliyun.

Tabel 1. Nilai PDB Indonesia pada Tahun 2010-2011 Menurut Lapangan

Usaha atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha 2010 2011

Pertanian, peternakan, kehutanan, dan

perikanan 985,4 1.093,5

Pertambangan dan penggalian 718,1 886,3

Industri pengolahan 1.595,8 1.803,5

Listrik, gas, dan air bersih 49,1 55,7

Bangunan 660,9 756,5

Perdagangan, hotel, dan restoran 882,5 1.022,1

Pengangkutan dan komunikasi 423,2 491,2

Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 466,6 535,0

Jasa-jasa 654,7 783,3

Produk Domestik Bruto (PDB) 6.436,3 7.427,1

PDB Tanpa Migas 5.936,2 6.794,4 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pesatnya pembangunan sektor industri pengolahan ini tentunya akan

menarik perhatian bagi para investor yang akan menanamkan modal, terutama di

Pulau Jawa karena infrastruktur yang sudah mencukupi. Mereka akan cenderung

memilih berinvestasi ke arah sektor industri daripada sektor pertanian. Pemerintah

daerah tentu saja akan menanggapi positif para investor tadi karena jika daerah

Page 16: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

3

mereka banyak memiliki industri pengolahan maka pemasukan untuk daerah pun

akan meningkat. Walaupun kriteria lahan yang diperlukan untuk industri

pengolahan dan pertanian tersebut berbeda, pada kenyataannya masih terjadi

benturan kepentingan dan terjadilah konversi lahan dari pertanian untuk dijadikan

industri pengolahan.

Kependudukan di Indonesia juga tidak merata dan terus bertambah

bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Dapat dilihat pada Gambar 1.

Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan

penduduk ini menyebabkan keperluan bangunan juga ikut bertambah. Tidak

hanya bangunan rumah untuk tempat tinggal, tetapi juga infrastruktur lain yang

mendukung masyarakat, seperti sekolah, perkantoran, rumah sakit, jalan raya, dsb.

Selain itu penduduk di Indonesia juga tidak tersebar merata. Mayoritas penduduk

Indonesia berada di Pulau Jawa. Dapat dilihat pada Gambar 1. bahwa lebih dari

setengah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Hal ini menjadi dilema

dimana Pulau Jawa merupakan pulau yang subur dan cocok untuk pertanian

pangan berhadapan dengan penduduknya yang terus bertambah dan membutuhkan

bangunan untuk mereka tinggal, sehingga terjadilah alih fungsi dari lahan

pertanian.

Page 17: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

4

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Penduduk di Indonesia dan Pulau Jawa

Alih fungsi lahan pertanian sebenarnya bukan hal baru. Sejalan dengan

adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di sektor

industri menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Pertumbuhan tersebut

membutuhkan lahan yang lebih luas untuk pembangunan, sementara ketersediaan

lahan yang relatif tetap menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan.

Kebanyakan lahan yang dialihfungsikan adalah lahan-lahan pertanian karena land

rent (sewa lahan) pertanian umumnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan non

pertanian. menurut Barlowe (1978) land rent merupakan nilai ekonomi yang

diperoleh oleh suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan

proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai sewa lahan tersebut

adalah lokasi lahan, karena mempengaruhi jarak dari lahan dengan pusat pasar.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan fenomena alih fungsi lahan

pertanian ini merupakan dampak dari transformasi struktur ekonomi dari pertanian

ke industri atau demografi dari pedesaan ke perkotaan, yang pada akhirnya

mendorong transformasi sumberdaya lahan dari pertanian ke non pertanian.

0

50000000

100000000

150000000

200000000

250000000

1971 1980 1990 2000 2010

Jum

lah

Pe

nd

ud

uk

Tahun Sensus

Jumlah Penduduk Indonesia

Jumlah Penduduk Pulau Jawa

Page 18: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

5

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang memiliki wilayah

pertanian yang cukup luas. Kabupaten Bekasi sendiri ikut menyokong pangan

dalam skala nasional. Namun perkembangan ekonomi di Kabupaten Bekasi telah

mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penggunaan lahan. Lokasi Kabupaten

Bekasi yang dekat dengan Ibu Kota Jakarta menyebabkan wilayah ini mempunyai

nilai sewa lahan atau land rent untuk sektor non pertanian yang besar. Kepadatan

penduduk di Jakarta juga telah meluas dan menyebabkan struktur demografi

Kabupaten Bekasi bertransformasi dari pedesaan menjadi perkotaan. Hal ini

menyebakan permintaan akan lahan industri dan pemukiman meningkat karena

lokasi tersebut dekat dengan pusat kota.

Tabel 2. Jumlah Industri dan Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi

Tahun 2000-2011 dengan Laju Pertumbuhannya

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Industri

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Laju Pertumbuhan

Industri

2000 1.642.952 568 - -

2001 1.696.425 595 3,25% 4,75%

2002 1.727.066 638 1,81% 7,23%

2003 1.877.414 703 8,71% 10,19%

2004 1.950.209 761 3,88% 8,25%

2005 2.027.902 749 3,98% -1,58%

2006 2.054.795 744 1,33% -0,67%

2007 2.125.960 842 3,46% 13,17%

2008 2.193.776 752 3,19% -10,69%

2009 2.274.842 788 3,70% 4,79%

2010 2.630.401 813 15,63% 3,17%

2011 2.753.961 844 4,70% 3,81% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Berbagai Terbitan

Dapat dilihat pada Tabel 2 jumlah penduduk dan jumlah industri relatif

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk bahkan sepat

mengalami peningkatan yang cukup drastis, yaitu dengan laju sebesar 15,63

persen. Hal ini terjadi juga pada jumlah industri yang meningkat drastis pada

Page 19: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

6

tahun 2007 yang menandakan ketertarikan investor di daerah ini cukup besar.

Pada tahun 2005, 2006, dan 2008 jumlah industri sempat mengalami penurunan

(deindustrialisasi), namun hal tersebut disebabkan oleh faktor alam yaitu banjir

besar yang melanda wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi. Faktor tersebut namun

tidak terlalu mejadi kendala dalam pengembangan industri, karena pada tahun-

tahun berikutnya jumlah industri relatif meningkat kembali. Peningkatan jumlah

penduduk dan jumlah industri tersebut tentunya menyebabkan permintaan lahan

untuk pemukiman dan industri meningkat. Hal ini berbenturan dengan persediaan

lahan yang ada, sehingga pengalihfungsian lahan pertanian tidak dapat dihindari.

Persoalan ini harus segera dipecahkan mengingat dampak yang

ditimbulkan dapat merugikan masyarakat. Adanya alih fungsi lahan pertanian,

khususnya pada lahan sawah, akan mempengaruhi produksi beras yang

merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Jika hal ini dibiarkan

terus-menerus akan berpengaruh pada ketahanan pangan, dimana masyarakat

nantinya harus mengimport beras karena produksi dari sawah yang ada tidak dapat

mencukupi kebutuhan sebagai akibat dari alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian.

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Maulana (2004), lahan sebagai faktor produksi mempunyai

karakteristik yang khas, yaitu : (1) penyediaaannya bersifat permanen, tetap, dan

terbatas, (2) lokasi yang pasti dan tidak dapat dipindahkan, (3) bersifat unik, yaitu

satu bidang tanah tidak mempunyai nilai yang sama dengan yang lain dan tidak

terpengaruh oleh waktu. Sementara itu permintaan terhadap lahan yang semakin

Page 20: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

7

bertambah berbenturan dengan karakteristik tersebut. Sehingga secara alamiah

akan terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk berbagai aktifitas.

Alih fungsi lahan pada dasarnya tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan

pembangunan, namun perlu dikendalikan. Peningkatan kebutuhan lahan akibat

semakin tingginya aktifitas perekonomian secara langsung maupun tidak langsung

telah menyebabkan terjadinya pengurangan luas lahan pertanian untuk dijadikan

industri pengolahan dan pemukiman. Secara umum, masalah alih fungsi dalam

penggunaan lahan terjadi karena kriteria kawasan yang belum jelas, koordinasi

pemanfaatan ruang yang belum ada, dan penegakan hukum yang masih lemah.

Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi selama ini di Indonesia

sebenarnya tidak menguntungkan bagi sektor pertanian. Adanya alih fungsi lahan

tersebut dapat menurunkan hasil produksi pertanian. Namun, potensi dampak

yang terjadi kurang diperhatikan oleh petani dan pemerintah daerah. Upaya untuk

pengendalian terhadap alih fungsi lahan tersebut pun sepertinya terabaikan.

Berdasarkan berbagai informasi di atas, maka permasalahan yang dapat

diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola atau karakteristik alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi?

2. Berapakah laju alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi?

3. Bagaimana kelembagaan mengenai penggunaan lahan di Kabupaten

Bekasi?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan tersebut?

5. Bagaimana dampak alih fungsi lahan tersebut terhadap ketahanan pangan

dan perekonomian petani?

Page 21: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

8

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis pola atau karakteristik alih fungsi lahan di Kabupaten

Bekasi.

2. Menganalisis laju alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi.

3. Menganalisis kelembagaan lahan yang ada di Kabupaten Bekasi.

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian

secara makro dan mikro.

5. Menganalisis dampak akibat alih fungsi lahan pertanian terhadap

ketahanan pangan dan perekonomian petani.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat yang dapat diambil

oleh berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana dalam mengaplikasikan

ilmu bidang ekonomi sumberdaya dan lingkungan yang telah dipelajari

selama menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

informasi yang digunakan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi petani pada umumnya, informasi ini dapat menjadi pertimbangan

dalam mengambil keputusan untuk mengalih fungsikan lahan pertanian

mereka.

Page 22: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

9

4. Bagi pemerintah, informasi ini dapat menjadi acuan dalam pembuatan

kebijakan pembangunan sektoral dan kebijakan tata ruang yang sejalan

dengan infrastruktur pembangunan pertanian.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan batasan-batasan yang jelas agar penelitian

lebih terarah dan peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan penelitian. Adapun

ruang lingkup sebagai batasan-batasan dari penelitian ini adalah:

1. Alih fungsi yang dianalisis berupa perubahan lahan pertanian menjadi

fungsi lain yang tidak bisa diubah menjadi lahan pertanian kembali.

2. Lahan pertanian yang dianalisis terbatas pada lahan sawah dan hasil

produksinya berupa padi atau gabah.

3. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dilihat dari faktor makro di

tingkat wilayah dan faktor mikro yang mempengaruhi keputusan petani.

4. Studi kasus yang dilakukan untuk mengetahui pola, faktor, dan dampak

alih fungsi lahan terhadap petani dilakukan di Desa Sriamur, Kecamatan

Tambun Utara.

5. Dampak terhadap ketahanan pangan dilihat dari perbandingan produksi

padi sebelum dan sesudah kegiatan alih fungsi lahan, juga simulasi

perbandingan kebutuhan beras dan produksi beras pada tahun mendatang.

6. Dampak terhadap pendapatan petani dihitung dari rata-rata selisih

pendapatan sebelum dan sesudah konversi dilakukan.

7. Kelembagaan yang di analisis berupa Rencana Tata Ruang Wilayah yang

dianalisis secara vertikal dan analisis mengenai kepemilikan lahan.

Page 23: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan Pertanian

Sebagai sumberdaya alam, lahan merupakan wadah dan faktor produksi

strategis bagi kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak

manfaat dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia, seperti sebagai tempat

tinggal, tempat mencari nafkah, tempat berwisata, dan tempat bercocok tanam.

Lahan mempunyai arti penting bagi masing-masing orang yang

memanfaatkannya. Fungsi lahan bagi masyarakat sebagai tempat tinggal dan

sumber mata pencaharian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi

makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi investor swasta, lahan merupakan aset

untuk mengakumulasikan modal. Bagi pemerintah, lahan merupakan kedaulatan

suatu negara untuk kesejahteraan rakyatnya. Adanya banyak kepentingan yang

saling terkait dalam penggunaan lahan ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih kepentingan antar masyarakat, petani, investor swasta, dan pemerintah

dalam memanfaatkan lahan.

Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan

pertanian, seperti sawah, kebun sayuran, dll. Lahan sawah adalah suatu tipe

penggunaan lahan pertanian yang untuk pengelolaannya menggunakan genangan

air. Oleh karena itu sawah selalu merupakan permukaan datar atau yang

didatarkan dan dibatasi oleh pematang untuk menahan genangan air. Berdasarkan

jenis irigasinya sawah dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (1) sawah irigasi teknis,

yaitu bentuk sawah yang pengairannya berasal dari waduk dan dialirkan melalui

saluran primer dan selanjutnya dibagi-bagi kedalam saluran sekunder dan tersier

Page 24: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

11

melalui bangunan pintu pembagi. (2) sawah irigasi semi teknis, yaitu bentuk

sawah yang pengairannya berasal dari waduk, akan tetapi pemerintah hanya

menguasai bangunan penyadap untuk mengatur pemasukan air. (3) sawah irigasi

sederhana, yaitu pengairan sawan dari mata air dan pembuatan salurannya dibuat

tanpa bangunan permanen oleh masyarakat setempat (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2003). Adapun pada kenyataannya di

Indonesia masih terdapat sawah tadah hujan, yaitu sawah yang pengairannya tidak

menggunakan irigasi. Pengairan pada sawah ini hanya berbasis pada air hujan.

Menurut Sumaryo dan Tahlim (2005), manfaat lahan pertanian dapat

dibagi menjadi dua kategori, use value dan non use value. Use value atau manfaat

penggunaan didapat dari hasil eksploitasi atau kegiatan usaha tani yang dilakukan

pada lahan pertanian. Sedangkan non use value atau manfaat bawaan merupakan

manfaat yang tercipta sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan

eksploitasi dari pemilik lahan pertanian. Yoshida dan Kenkyu (1996) dalam

Sumaryanto (2005) mengutarakan pendapat lain tentang manfaat dari lahan

pertanian. Menurut mereka lahan pertanian dapat berperan dari aspek lingkungan,

seperti pencegah banjir, pengendali keseimbangan air, pencegah erosi,

pengurangan pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah tangga, dan

mencegah pencemaran udara yang berasal dari gas buangan.

2.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian

Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah berubahnya satu penggunaan

lahan ke penggunaan lainnya, sehingga permasalahan yang timbul banyak terkait

dengan kebijakan tata guna lahan (Ruswandi, 2005). Alih fungsi lahan ini secara

umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu

Page 25: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

12

penggunaan ke penggunaan lainnya. Hal ini umumnya terjadi di wilayah sekitar

perkotaan dan dimaksudkan untuk mendukung perkembangan sektor industri dan

jasa. Alih fungsi lahan pertanian sebenarnya bukan merupakan hal baru di

Indonesia. Isu yang berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian marak

diperdebatkan sejak diterbitkannya hasil sensus pertanian yang mengungkapkan

bahwa antara tahun 1983 hingga 1993 telah terjadi penyusutan lahan sawah

sebesar 1,28 juta hektar. Kondisi seperti ini sulit dihindari karena pemanfaatan

lahan untuk kegiatan non pertanian lebih memberikan keuntungan finansial

dibandingkan pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian. Hal ini tercermin pada

nilai land rent untuk kegiatan pertanian yang cenderung lebih kecil dibandingkan

untuk kegiatan non pertanian.

Alih fungsi lahan pertanian merupakan isu yang perlu diperhatikan karena

ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian, terutama pangan. Dalam

kegiatan alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan permintaan dan

penawaran lahan, dimana penawaran atau persediaan lahan sangat terbatas

sedangkan permintaan lahan yang tidak terbatas. Menurut Barlowe (1978), faktor-

faktor yang mempengaruhi penawaran lahan adalah karakteristik fisik alamiah,

faktor ekonomi, faktor teknologi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan lahan adalah populasi penduduk, perkembangan

teknologi, kebiasaan dan tradisi, pendidikan dan kebudayaan, selera dan tujuan,

serta perubahan sikap dan nilai yang disebabkan oleh perkembangan usia. Pada

umumnya permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan terhadap

pendapatan bersifat kurang elastis, sedangkan permintaan komoditas non

pertanian pangan bersifat elastis. Konsekuensinya adalah pembangunan ekonomi

Page 26: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

13

untuk meningkatkan pendapatan cenderung menyebabkan naiknya permintaan

lahan untuk kegiatan non pertanian dibandingkan permintaan lahan untuk kegiatan

pertanian.

2.3. Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan

Sumaryo dan Tahlim (2005) mengungkapkan bahwan pola konversi lahan

dapat di tinjau dalam beberapa aspek. Pertama, alih fungsi lahan yang dilakukan

secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Motif dari pemilik lahan

pertanian untuk merubah penggunaan lahannya antara lain, karena pemenuhan

kebutuhan akan tempat tinggal dan peningkatan pendapatan melalui alih usaha.

Sebagaimana diketahui para petani umumnya berpendapatan sedikit karena

kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga komoditas pertanian yang kurang

bijak dibandingkan dengan harga input pertanian yang tinggi. Sehingga mereka

cenderung membuat tempat tinggal untuk keturunannya atau membuat usaha lain

dengan mengalihfungsikan lahan pertanian milik mereka sendiri. Dampak dari

alih fungsi ini akan baru terasa dalam jangka waktu yang lama. Kedua, alih fungsi

lahan yang diawali dengan alih penguasaan lahan. Pemilik lahan menjual kepada

pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha non pertanian. Para petani

yang cenderung berpendapatan kecil akan menjual lahannya karena tergiur akan

harga lahan yang ditawarkan oleh para investor. Secara empiris, alih fungsi lahan

melalui cara ini umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi

(pengkotaan). Dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi lahan pertanian

dengan pola ini berlangsung cepat dan nyata.

Menurut Utomo (1992) alih fungsi lahan pertanian dapat bersifat

sementara dan bersifat permanen. Jika lahan sawah berubah menjadi perkebunan

Page 27: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

14

maka alih fungsi lahan tersebut bersifat sementara, karena pada tahun-tahun

berikutnya dapat dijadikan sawah kembali. Sedangkan jika lahan sawah berubah

menjadi pemukiman atau industri maka alih fungsi lahan tersebut bersifa

permanen. Alih fungsi lahan yang bersifat permanen memiliki dampak yang lebih

besar dibandingkan alih fungsi lahan yang bersifat sementara.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian

Laju penggunaan lahan akan semakin meningkat seiring dengan

pembangunan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya permintaan akan lahan

mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Menurut

Pakpahan et al (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

pertanian dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor langsung dan tak langsung.

Faktor langsung atau mikro yaitu faktor konversi di tingkat petani dimana faktor

tersebut mempengaruhi langsung keputusan petani. Faktor tersebut antara lain

kondisi sosial ekonomi petani, seperti pendidikan, pendapatan, kemampuan secara

ekonomi, pajak tanah, harga tanah, dan lokasi tanah. Sedangkan faktor tak

langsung atau makro yaitu faktor konversi di tingkat wilayah dimana faktor

tersebut tidak secara langsung mempengaruhi keputusan petani. Faktor ini

mempengaruhi faktor-faktor lain yang nantinya berpengaruh terhadap keputusan

petani. Faktor tersebut antara lain seperti pertumbuhan penduduk yang

mempengaruhi pertumbuhan pembangunan pemukiman dan perubahan struktur

ekonomi ke arah industri dan jasa yang akan meningkatkan kebutuhan akan sarana

transportasi dan lahan untuk industri.

Witjaksono (1996) turut mendukung pendapat tersebut, dimana beliau

memaparkan lima faktor sosial yang mempengaruhi alih fungsi lahan, yaitu

Page 28: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

15

perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan,

pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat.

Dua faktor terakhir berhubungan dengan sistem pemerintahan. Hal ini berkaitan

dengan asumsi bahwa pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat

seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya alih fungsi lahan.

Menurut Nasoetion dan Winoto (1996), proses alih fungsi lahan secara

langsung dan tidak langsung ditentukan oleh dua faktor, yaitu sistem kelembagaan

yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah dan sistem non kelembagaan

yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Menurut penelitiannya, alih

fungsi lahan sawah 59,08 persen ditentukan oleh faktor-faktor yang berkaitan

dengan sistem pertanian yang ada. Sedangkan faktor industrialisasi dan perkotaan

mempengaruhi 32,17 persen dan faktor demografis hanya mempengaruhi 8,75

persen. Sedangkan Utomo (1992) memaparkan bahwa secara umum masalah alih

fungsi dalam penggunaan lahan terjadi antara lain karena pola pemanfaatan lahan

yang masih sektoral, delineasi antar kawasan yang belum jelas, kriteria kawasan

yang belum jelas, koordinasi pemanfaatan ruang yang masih lemah, dan

penegakan hukum seperti UUPA (Undang-undang Pokok Agraria) yang masih

lemah.

Menurut Winoto (2005) faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih

fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian antara lain :

1. Faktor kependudukan, yaitu peningkatan dan penyebaran penduduk di

suatu wilayah. Pesatnya peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan

permintaan tanah. Selain itu, peningkatan taraf hidup masyarakat juga

turut berperan menciptakan tambahan permintaan lahan.

Page 29: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

16

2. Faktor ekonomi, yaitu tingginya land rent yang diperoleh aktifitas sektor

non pertanian dibandingkan dengan sektor pertanian. Rendahnya insentif

untuk bertani disebabkan tingginya biaya produksi, sementara harga hasil

pertanian relatif rendah dan berfluktuasi. Selain itu karena faktor

kebutuhan keluarga petani yang semakin mendesak menyebabkan

terjadinya konversi lahan.

3. Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang

menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian, sehingga tidak

memenuhi batas minimun skala ekonomi usaha yang menguntungkan.

4. Perilaku myopic, yaitu mencari keuntungan jangka pendek namun kurang

memperhatikan jangka panjang dan kepentingan nasional secara

keseluruhan. Hal ini tercermin dari rencana tata ruang wilayah (RTRW)

yang cenderung mendorong konversi tanah pertanian untuk penggunaan

tanah non pertanian.

5. Lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum dari

peraturan yang ada.

2.5. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian

Penyebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan terkonsentrasinya

pembangunan perumahan dan industri di Pulau Jawa. Di satu sisi alih fungsi lahan

ini menambah terbukanya lapangan kerja di sektor non-pertanian seperti jasa

konstruksi dan industri, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang

kurang menguntungkan. Menurut Widjanarko et al (2006) dampak negatif akibat

alih fungsi lahan, antara lain :

Page 30: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

17

1. Berkurangnya luas lahan sawah yang mengakibatkan turunnya produksi

padi, yang menggangu tercapainya swasembada pangan.

2. Berkurangnnya luas sawah yang mengakibatkan bergesernya lapangan

kerja dari sektor pertanian ke non pertanian dimana tenaga kerja lokal

nantinya akan bersaing dengan pendatang. Dampak sosial ini akan

berkembang dengan meningkatnya kecemburuan sosial masyarakat

setempat terhadap pendatang yang nantinya akan berpotensi meningkatkan

konflik sosial.

3. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan

menjadi tidak optimal. Hal ini dikarenakan irigasi yang telah dibangun

menjadi sia-sia karena sawah yang ada dialihfungsikan.

4. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan

ataupun industri karena kesalahan perhitungan mengakibatkan lahan yang

telah dialihfungsikan menjadi tidak termanfaatkan, karena tidak mungkin

dikembalikan menjadi sawah kembali. Sehingga luas lahan tidur akan

meningkat dan nantinya akan menimbulkan konflik sosial seperti

penjarahan tanah.

5. Berkurangnya ekosistem sawah di Pulau Jawa dimana telah terbentuk

selama berpuluh-puluh tahun, sedangkan pencetakan sawah baru di luar

Pulau Jawa tidak memuaskan hasilnya.

Dampak alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang sebenarnya

akan langsung dirasakan oleh masyarakat umum adalah terancamnya ketahanan

pangan. Hal ini dikarenakan produk pertanian yang tadinya dapat dihasilkan

sendiri oleh pertanian lokal menjadi berkurang akibat berkurangnya lahan

Page 31: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

18

pertanian. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah tentu saja akan

meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pangan. Hal ini bertolak belakang

dengan produksi pangan yang akan menurun jika alih fungsi terhadap lahan

pertanian terus dilakukan. Jika hal ini tidak segera dikendalikan maka pemerintah

harus mengimport pangan dari luar sehingga masyarakat akan semakin

bergantung pada produk import.

Konversi lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari

fungsinya lahan sawah yang diperuntukan memproduksi padi. Dengan demikian

adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi

nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke bangunan permanen

akan berimplikasi pada kerugian akibat sudah diinfestasikannya dana untuk

mencetak sawah, membangun waduk, dan sistem irigasi.

Kegiatan alih fungsi lahan pertanian juga berpengaruh terhadap

lingkungan. Perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian akan

mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Secara faktual alih fungsi lahan ini

menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau, mengganggu tata air tanah, serta

ekosistem budidaya pertanian semakin sempit.

2.6. Kelembagaan Lahan

New Institutional Economics (NIE) dalam Fauzi (2010) mengartikan

kelembagan sebagai rules of the game dalam masyarakat atau secara formal

diartikan sebagai kendali yang dirancang manusia yang membentuk interaksi

manusia. Dalam konteks yang lebih konkrit, kelembagaan terdiri dari hukum

formal, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, dan informal, atau nilai-

nilai (values) yang ada dan diakui dalam masyarakat serta bentuk-bentuk

Page 32: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

19

pengorganisasiannya. Dengan demikian norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat dalam hal pemilikan dan pengelolaan lahan menjadi sangat penting

dalam pembangunan ekonomi. Namun faktor kelembagaan merupakan pedang

bermata dua dalam konteks pengelolaan sumber daya lahan. faktor kelembagaan

yang lemah merupakan salah satu faktor yang menjadi driving force dari

degradasi lahan. Buruknya institusi yang dalam bentuk kebijakan formal yang

tidak kondusif, iklim kebijakan yang tidak baik (korupsi dan manajemen yang

buruk) serta masalah property right yang kompleks yang tidak ditangani dengan

baik adalah beberapa faktor yang sangat krusial dalam memicu degradasi lahan

dan buruknya pengelolaan yang berkelanjutan. Di sisi lain, kelembagaan yang

baik akan membantu menjadi leverage dalam pengelolaan yang berkelanjutan.

Menurut Fauzi (2010), salah satu kunci dalam aspek ekonomi

kelembagaan adalah menyangkut property right atau hak pemilikan. Property right

ini melekat dalam bentuk aturan formal dan juga norma sosial atau adat. Relefansi

hak pemilikan ini tergantung dari seberapa besar ia bisa dijalankan dan diakui

dalam masyarakat. ketidakjelasan hak pemilikan dan enforced property rights

terbukti menjadi handicap dalam mentransformasi pembangunan ekonomi yang

berkaitan dengan lahan. Bagian lain yang juga penting dalam konteks ekonomi

kelembagaan adalah menyangkut biaya transaksi. Biaya transaksi adalah

pertimbangan manfaat dalam melakukan transaksi di dalam organisasi antara

aktor yang berbeda dengan menggunakan mekanisme pasar. Dalam konteks inilah

sering terjadi pemahaman yang keliru mengenai apa yang dimaksud dengan biaya

transaksi. Biaya transaksi bukanlah biaya pertukaran (cost of exchange) atau salah

satu biaya dalam jual beli barang dan jasa (termasuk lahan), namun biaya

Page 33: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

20

transaksi lebih diartikan sebagai the cost of establishing and maintaining right.

Biaya transaksi dalam hal ini mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam

ekonomi yakni bounded rationality (rasionalitas terbatas), masalah informasi,

biaya negosisasi kontrak, dan opportunism. Kedua aspek di atas yakni property

rights dan transaction cost adalah bagian penting yang memerlukan pemahaaman

yang serius dalam kelembagaan pengelolaan lahan.

2.7. Landasan Hukum Kebijakan Alih Fungsi Lahan

Dasar kebijakan pertanahan pertanahan adalah Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 (UUD 45) pasal 33 ayat (3), yang menegaskan bahwa bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dari dasar kebijakan

tersebut dibentuk suatu landasan hukum berupa Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA). Dalam penjelasan umumnya, dinyatakan bahwa tujuan diberlakukannya

UUPA adalah:

1. Meletakan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang

merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan

bagi negara dan raktat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan

makmur.

2. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan

dalam hukum pertanahan.

3. Meletakan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-

hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

Page 34: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

21

Landasan hukum dari kebijakan konversi lahan pertanian selain UUPA

antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan pada pasal 50, yang menyebutkan bahwa

segala bentuk perizinan yang mengakibatbatkan alih fungsi lahan

pertanian pangan berkelanjutan batal demi hukum, kecuali untuk

kepentingan umum.

2. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang terutama

pada pasal 37, yang menyebutkan bahwa izin pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dibatalkan oleh

pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2004 tentang penatagunaan tanah

terutama pasal 13, yang menjelaskan penggunaan dan pemanfaatan tanah

di kawasan lindung atau kawasan budidaya harus sesuai dengan fungsi

kawasan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tanun 1998 tentang penertiban dan

pendayagunaan tanah terlantar, dimana pada pasal 11 dijelaskan tanah

yang diperoleh dasar penggunaannya oleh orang perseorangan yang tidak

menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keadaannya atau menurut sifat

dan tujuan pemberian haknya, atau tidak memeliharanya dengan baik, atau

tidak mengambil langkah-langkah pengelolaan bukan karena tidak mampu

dari segi ekonomi, maka kepala kantor pertanahan mengusulkan kepada

kepala kantor wilayah aar pemegang hak diberi peringatan agar dalam

Page 35: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

22

waktu tertentu sudah menggunakan tanahnya sesuai keadaan atau menurut

sifat dan tujuan pemberian haknya.

5. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 tahun 1999 tentang izin lokasi

penguasaan dan teknis tata guna tanah dimana pada pasal 6 disebutkan izin

lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan

tanah dan teknis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta

penguasaan tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan

tanah, serta kemampuan tanah.

Menurut Widjanarko et al (2006) ada tiga kebijakan nasional yang

berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

adalah:

1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan

Presiden Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan

kepada pihak swasta untuk melakukan investasi dalam pembangunan

kawasan industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar.

2. Kebijakan pembangunan pemukiman skala besar dan kota baru. Kebijakan

pemerintah ini sangat berpengaruh terhadap alih fungsi lahan, karena

memunculkan spekulan yang mendorong minat petani menjual lahannya.

3. Kebijakan deregulasi dalam hal penanaman modal dan perizinan sesuai

Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993 memberikan

kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi.

Kebijakan tersebut menyebabkan peningkatan dalam permohonan izin

lokasi untuk kawasan industri, pemukiman, maupun wisata.

Page 36: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

23

2.8. Ketahanan Pangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tanggar yang tercermin dari: (1)

tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman;

(3) merata; dan (4) terjangkau. Dari definisi pada undang-undang tersebut,

ketahanan pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yaitu

pangan dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas atau gizi yang

memadai dalam setiap rumah tangga di Indonesia. Ketersediaan pangan ini

harus mencukupi jumlah satuan kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan

yang aktif dan sehat

2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan sebagai bebas

dari cemaran biologis, kimia, atau benda lain yang dapat mengganggu atau

merusak kesehatan manusia. Hal tersebut juga termasuk aman dari kaidah

agama atau kepercayaan masing-masing.

3. Terpenuhinya pangan secara merata, diartikan dengan pangan yang aman

dan berkualitas tadi harus tersebar merata untuk mencukupi kebutuhan

jumlah kalori setiap rumah tangga di Indonesia.

4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yaitu pangan yang aman

dan berkualitas tadi harus dapat dibeli dengan harga yang terjangkau oleh

semua kalangan masyarakat Indonesia.

Page 37: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

24

2.9. Penelitian Terdahulu

Utama (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa telah terjadi

penurunan luasan lahan sawah sebesar 5.872 hektar di Kabupaten Cirebon selama

rentang waktu antara tahu 1990-2004. Produktifitas padi pun menurun setiap

tahunnya sekitar 2.813,94 ton per tahun. Pada tahun tersebut diasumsikan harga

satu ton Gabah Kering Giling (GKG) adalah Rp 1.850.000, maka rata-rata nilai

produksi yang hilang pertahunnya Rp 5.205.786.533 atau sekitar Rp 5,2 milyar.

Berdasarkan penelitian ini juga petani kehilangan peluang memperoleh

pendapatan usaha tani padi sawah sebesar Rp 7.153.000 per tahun. Kesempatan

kerja pun turut menurun, menurut pengamatan dari penelitian ini kesempatan

kerja hilang sebesar 182.032 Hari Orang Kerja (HOK) dan terjadi kehilangan

pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 4.550.800.000. Beliau juga mengestimasi

model regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk

menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Cirebon. Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di Kabupaten Cirebon menurut

penelitian ini adalah kepadatan penduduk, produktifitas lahan sawah, kontribusi

PDRB sektor non pertanian, dan pertumbuhan panjang jalan aspal. Variabel-

variabel tersebut secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap laju anih fungsi

lahan di Kabupaten Cirebon.

Sandi (2009) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi

lahan di Kabupaten Karawang dari tahun 1999-2008 menggunakan metode

estimasi OLS. Faktor-faktor yang diestimasi oleh beliau adalah luas lahan

perumahan, laju pertambahan penduduk, dan PDRB sektor industri. Hasil dari

estimasi menunjukan bahwa lusa lahan perumahan dan laju pertambahan

Page 38: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

25

penduduk berkorelasi positif dengan laju konversi lahan di Kabupaten Karawang,

sedangkan PDRB sektor industri tidak berpengaruh secara nyata. Dampak dari

konversi lahan tersebut dinilai dari produksi padi yang hilang, yaitu sebesar

6.028,22 ton atau setara dengan Rp 8.524.375.050. Atas hasil penelitian yang

telah dilakukan, beliau merekomendasikan kebijakan berupa pemberlakuan kuota

lahan sawah yang bisa dikorbankan untuk sektor non pertanian. Sehingga,

pembangunan ekonomi yang berimplikasi terhadap konversi lahan sawah telah

sesuai dengan rencana. Kebijakan lainnya yang disarankan adalah pemberian

insentif atau kompensasi bagi para petani sebagai langkah antisipasif untuk

menekan laju konversi lahan sawah. Adapun instrumen kebijakan yang disarankan

adalah penetapan harga komoditas yang lebih melindungi petani serta

pengurangan bahkan pembebasan pajak lahan pertanian.

Sitorus (2011) dalam penelitiannya mengestimasi model regresi linear

berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

di Kabupaten Bogor. Beliau menganalisis model tersebut dengan menggunakan

OLS dengan variabel yang digunakan adalah PDRB sektor bangunan, jumlah

penduduk, harga Gabah Kering Giling (GKG), dan produktifitas padi sawah. Hasil

dari estimasi menunjukan jumlah penduduk berpengaruh secara positif terhadap

alih fungsi lahan dan produksi padi sawah berpengaruh negatif. Sedangkan PDRB

sektor bangunan dan GKG tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan.

Dampak dari alih fungsi lahan di Kabupaten Bogor ini telah menghilangkan nilai

produksi padi sebesar 27.395,42 ton dimana setara dengan Rp 47.939,33 juta.

Pada penelitian tersebut juga didapat nilai elastisitas dari jumlah penduduk dan

produksi padi sawah terhadap konversi lahan sawah, yaitu sebesar 2,52 dan -2,47.

Page 39: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

26

Karena nilai elastisitas jumlah penduduk lebih besar maka beliau menyarankan

pemerintah dapat menanggulangi masalah konversi lahan sawah dengan cara

menggalakan program keluarga berencana dan transmigrasi penduduk untuk

menanggulangi jumlah penduduk yang terus meningkat.

Puspasari (2012) menganalisis laju alih fungsi lahan pertanian yang terjadi

di Kecamatan Karawang Timur pada tahun 2006-2011. Tren laju alih fungsi lahan

pertanian pada tahun tersebut mengalami fluktiasi dengan rata-rata sebesar 0,47

persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian tersebut

dilihat dari tingkat wilayah dan tingkat petani. Pada tingkat wilayah, beliau

menggunakan model regresi linear berganda dan didapatkan hasil yaitu jumlah

industri dan proporsi luas lahan sawah terhadap wilayah merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian. Pada tingkat petani, beliau

menggunakan model regresi logistik dan didapatkan hasil yaitu tingkat usia, luas

lahan, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Rata-rata pendapatan petani

sebelum dan sesudah alih fungsi lahan terjadi perubahan dari Rp 1.421.514,03

menjadi Rp 1.299.796,30. Beliau juga melihat dampak yang terjadi akibat alih

fungsi lahan pertanian terhadap kondisi lingkungan, Namun dampak yang terjadi

tidak terlalu dirasakan oleh responden pada saat penelitian dilakukan.

Page 40: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Persaingan akan kebutuhan untuk berbagai jenis penggunaan lahan

ditentukan oleh besarnya nilai sewa ekonomi lahan (land rent). Land rent yang

dihasilkan oleh lahan pada suatu wilayah akan berbeda-beda tergantung pada

penggunaan lahan tersebut. Barlowe (1978) mengemukanan bahwa land rent

mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila

lahan tersebut digunakan untuk kegiatan produksi. Nilai land rent didapat dari

selisih antara total produksi dengan biaya produksi di suatu petakan lahan.

Sumber : Barlowe, 1978

Gambar 2. Ilustrasi Land Rent Sebagai Sisa Surplus Ekonomi Setelah Biaya

Produksi Dikeluarkan

Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. bahwa nilai land rent didapat

dari � ABEC - � ABFD = � CEFD, dimana � ABEC adalah total produksi,

� ABFD adalah biaya produksi. Dalam pelaksanaannya, ada dua gejala yang

muncul jika hal tersebut diterapkan pada mekanisme pasar, yaitu (1) semakin

F

E C

D

A B Jumlah

Output

Biaya Produksi

AC

MC

Page 41: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

28

besar land rent maka daya saing penggunaan lahan untuk menduduki lokasi yang

strategis semakin besar, (2) Penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang

lebih besar akan menggeser penggunaan lahan dengan land rent yang lebih kecil.

Pada dasarnya land rent sangat dipengaruhi oleh lokasi dari lahan tersebut.

Semakin dekat dengan pusat kota maka nilai land rent dari pemukiman akan

semakin besar. Begitu pula semakin dekat dengan tempat pemasaran eksport-

import maka nilai land rent dari sektor industri akan semakin besar.

3.2. Kerangka Operasional

Lahan merupakan modal penting yang diperlukan dalam proses produksi

pertanian. Namun, perkembangan sektor ekonomi di suatu kawasan mendorong

perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut. Hal ini mendorong perubahan

sumberdaya lahan ke penggunaan yang memberikan nilai ekonomi lebih tinggi.

Lahan yang awalnya berupa lahan pertanian diubah menjadi bentuk lain berupa

industri yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, pertumbuhan

penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal

serta sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup juga ikut meningkat. Keberadaan

lahan yang relatif tetap memaksa lahan pertanian untuk dialihfungsikan menjadi

bentuk lain berupa pemukiman dan infrastruktur kependudukan.

Alih fungsi lahan pertanian merupakan tuntutan terhadap pembangunan di

sektor non pertanian seperti industri, perumahan, dan jasa. Adanya alih fungsi

lahan dari pertanian ke non pertanian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

faktor yang mempengaruhi di tingkat wilayah maupun di tingkat petani. Faktor di

tingkat petani merupakan faktor mikro yang secara langsung mempengaruhi

keputusan petani untuk mengalihfungsikan atau menjual lahan, sedangkan faktor

Page 42: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

29

di tingkat wilayah merupakan faktor makro berupa data yang secara tidak

langsung mempengaruhi kepetusan pemerintah setempat untuk mengambil

kebijakan pengalihfungsian lahan. Selain itu kelembagaan yang ada juga ikut

mempengaruhi, karena kelembagaan tersebut dapat mendukung atau mencegah

alih fungsi lahan yang terjadi. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya

penyempitan lahan pertanian. Penyempitan pada lahan pertanian ini akan

berdampak langsung pada volume produksi padi yang mempengaruhi ketahanan

pangan, dan pada kondisi ekonomi petani karena skala produksinya tidak

mencukupi untuk sampai menguntungkan. Analisis dari faktor-faktor yang

mempengaruhi dan dampak yang ditimbulkan oleh alih fungsi lahan dapat

dijadikan patokan kebijakan untuk mengontrol alih fungsi lahan tersebut. Skema

operasional di atas ditampilkan secara sederhana dalam Gambar 3.

Page 43: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

30

Keterangan :

Ruang Lingkup Penelitian

Sumber: Peneliti, 2013

Gambar 3. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional

Pertumbuhan Penduduk

Peningkatan Kebutuhan

Lahan Pemukiman

Alih Fungsi Lahan Pertanian

Pola dan Laju Alih Fungsi Lahan

Faktor yang Mempengaruhi Dampak yang Terjadi

Faktor

Mikro

Faktor

Makro

Terhadap

Ketahanan

Pangan

Terhadap

Ekonomi

Petani

Pembangunan Ekonomi

Peningkatan Kebutuhan

Lahan Industri

Kebijakan Pengelolaan Lahan

Faktor

Kelembagaan

Analisis

Logistik

Analisis

Regresi

Analisis

Deskriptif

Rata-rata

Selisih

Pendapatan

Estimasi

Dampak

Produksi

Page 44: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Lokasi pengambilan data untuk keperluan penelitian yang dipilih adalah

Kabupaten Bekasi. Lokasi ini dipilih karena di daerah tersebut banyak dibangunan

pemukiman dan industri, padahal tata guna lahan di daerah tersebut pada saat ini

mayoritas merupakan lahan sawah. Hal ini mengindikasikan terjadinya alih fungsi

lahan pertanian ke pemukiman ataupun industri. Selain itu wilayah ini juga

merupakan salah satu daerah di Jawa Barat dengan perkembangan ekonomi yang

paling cepat, sehingga memberikan implikasi adanya perubahan tata guna lahan.

Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di Desa Sriamur, Kecamatan Tambun

Utara. Desa tersebut dipilih karena pada daerah tersebut banyak terjadi alih fungsi

lahan pertanian. Proses pengumpulan data primer dan sekunder di wilayah

tersebut dilakukan pada bulan Februari 2013 hingga Maret 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer digunakan untuk mengetahui faktor-faktor mikro yang

mempengaruhi alih fungsi lahan di tingkat petani dan dampak terhadap

pendapatan petani. Data tersebut didapat dari hasil penyebaran kuesioner dan

wawancara langsung dengan petani penggarap sekaligus pemilik lahan. Petani

tersebut dipilih karena dianggap tahu seluk-beluk produksi sawahnya dan

mempunyai kekuasaan untuk mengalihfungsikan lahan miliknya Data sekunder

digunakan untuk mengetahui laju alih fungsi lahan yang terjadi, faktor-faktor

makro yang mempengaruhi alih fungsi lahan di tingkat wilayah, dan dampak

Page 45: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

32

terhadap produksi padi yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Data

tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional, Dinas

Pertanian, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Kantor Kecamatan, dan

Kantor Desa.

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh atau sample yang dilakukan kepada petani dilakukan

secara snowball sampling. Teknik snowball sampling merupakan bentuk dari non

probability sampling method. Metode ini dipilih karena jumlah populasi yang

akan diteliti tidak diketahui secara pasti. Cara ini dilakukan dengan mencari

sample pertama dan mewawancarainya. Setelah itu peneliti meminta sample

pertama tadi untuk menunjukan orang lain yang sekiranya dapat diwawancarai

sesuai dengan kriteria yang diinginkan, dan begitu pula seterusnya. Dalam hal ini

populasi yang akan diteliti tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sample.

Pengambilan data primer dilakukan melalui teknik wawancara dengan

bantuan kuesioner kepada responden. Responden merupakan pihak yang dapat

memberikan informasi dan dapat mewakili dalam menjawab permasalahan

penelitian. Responden dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu

petani dengan lahan usaha taninya pernah dialihfungsikan dan petani yang tidak

pernah mengalihfungsikan lahannya. Penelitian yang dilaksanakan mengambil

responden mengambil responden sebanyak 30 orang. Penetapan sample ini

didasarkan pada pendapat Juanda (2009) yang menyatakan, bahwa jika tidak ada

informasi mengenai ragam dari populasi maka ukuran sample minimum yang

Page 46: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

33

menggunakan analisis data statistik adalah 30 responden dimana populasi

dianggap menyebar normal.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data, yaitu metode

analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan

dengan tujuan untuk memberikan penjelasan dan interpretasi data dan informasi

pada tabulasi data. Metode analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui laju

alih fungsi lahan, faktor yang mempengaruhinya, dan dampak dari alih fungsi

lahan tersebut. Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah persamaan laju

alih fungsi lahan, analisis regresi berganda, dan analisis uji beda rata-rata.

Pengolahan data dan informasi yang didapat dilakukan secara manual dan

menggunakan komputerisasi dengan program microsoft office excel 2007, EViews

7, dan Statistical Program Service Solution 20.0.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi

yang tepat mengenai masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang

berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap,

pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu

fenomena. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penulisan data dan informasi yang diperoleh selama penelitian dengan

tujuan untuk mengevaluasi data. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengamatan.

Page 47: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

34

2. Merumuskan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel untuk

menghindari kesimpangsiuran interpretasi serta sekaligus untuk

mempermudah interpretasi data.

3. Menghubungkan hasil penelitian yang diperoleh dengan kerangka

pemikiran yang digunakan dalam penelitian, dengan tujuan mencari arti

atau memberi interpretasi yang lebih luas dari data yang diperoleh.

Analisis deskriptif akan memperoleh gambaran mengenai pola atau

karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian,

serta dampaknya terhadap petani. Analisis secara deskripif juga dilakukan untuk

menganalisis kelembagaan-kelembagaan yang ada dalam mengatur kebijakan

pengelolaan lahan di Kabupaten Bekasi.

4.4.2. Analisis Laju Alih Fungsi Lahan

Menurut Sutani (2009) dalam Astuti (2011), dalam perhitungan laju alih

fungsi lahan pertanian digunakan persamaan penyusutan lahan. Laju alih fungsi

lahan dapat ditentukan dengan cara menghitung laju penyusutan lahan secara

parsial. Laju penyusutan lahan secara parsial dapat dijelaskan secara berikut:

𝑉 =𝐿𝑡 − 𝐿𝑡−1

𝐿𝑡−1× 100%

dimana:

V = Laju penyusutan lahan (%)

Lt = Luas lahan tahun ke-t (ha)

Lt-1 = Luas lahan tahun sebelum t (ha)

Laju alih fungsi lahan dapat ditentukan melalui selisih antara luas lahan

tahun ke-t dengan luas lahan tahun sebelum t (t-1). Kemudian dibagi dengan luas

Page 48: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

35

tahun sebelum t tersebut dan dikalikan dengan 100 persen. Hal ini dilakukan juga

pada tahun-tahun berikutnya sehingga diperoleh laju alih fungsi lahan setiap

tahun. Nilai V < 0 berarti bahwa luas lahan tersebut mengalami penyusutan.

4.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah sebuah alat analisis statistik yang

memberikan penjelasan tentang pola hubungan antara dua variabel atau lebih.

Tujuan dari analisis regresi ini adalah menggambarkan hubungan antara variabel

terikat dengan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhinya. Variabel

terikat atau dependen (Y) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel bebas. Sedangkan variabel bebas atau independen (X) adalah variabel

yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel terikat. Metode ini dipilih peneliti

untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan

pertanian secara makro, dimana luas lahan sawah tersebut merupakan variabel

terikat (Y).

Faktor-faktor makro yang diduga berpengaruh terhadap kegiatan alih

fungsi lahan di tingkat wilayah adalah:

1. PDRB (X1)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

yang dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Semakin besar

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mempercepat terjadinya

perubahan struktur ekonomi ke arah sektor manufaktur, jasa, dan sektor

non pertanian lainnya. Hal ini akan menggeser peruntukan lahan dari

pertanian menjadi non pertanian. Hipotesis pada penelitian ini bahwa

semakin besar PDRB maka semakin besar alih fungsi lahan yang terjadi.

Page 49: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

36

2. Laju Pertumbuhan penduduk (X2)

Laju pertumbuhan penduduk adalah kecepatan bertambahnya penduduk.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menambah permintaan

akan tempat tinggal atau pemukiman. Hal ini mendorong peningkatan

pembangunan pemukiman, sehingga menurunkan luasan lahan pertanian.

Hipotesis pada penelitian ini adalah semakin besar laju pertumbuhan

penduduk maka semakin besar alih fungsi lahan yang terjadi.

3. Jumlah Industri (X3)

Industri merupakan salah satu hal yang menyebabkan alih lahan pertanian.

Permintaan terhadap lahan dari masing-masing sektor saling bersaingan.

Jika jumlah industri bertambah maka lahan yang dibutuhkan oleh industri

tersebut juga bertambah. Ada indikasi luas pertanian akan dialihfungsikan

menjadi industri jika jumlah industri tersebut semakin bertambah.

Hipotesis pada penelitian ini adalah semakin banyak jumlah industri yang

ada maka semakin besar pula alih fungsi lahan yang terjadi.

Persamaan model regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan adalah sebagai berikut :

𝐿𝑛𝑌 = 𝛼 + 𝐿𝑛(𝛽1𝑋1) + 𝐿𝑛(𝛽2𝑋2) + 𝐿𝑛(𝛽3𝑋3) + 𝜀

dimana:

Y = Penurunan lahan pertanian

α = Intersep

βi = koefisien regresi

Xi = Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan lahan

ε = Error Term/Residual

Page 50: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

37

Model analisis regresi linear berganda merupakan metode analisis yang

didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Konsep dari metode OLS

adalah menduga koefisien regresi (βi) dengan meminimumkan residual. OLS

dapat menduga koefisien regresi dengan baik, karena: (1) memiliki sifat tidak bias

dengan varian yang minimum, (2) variabelnya konsisten dimana dengan

meningkatnya ukuran sample maka koefisien regresi mengarah pada nilai populasi

yang sebenarnya, dan (3) koefisien regresinya terdistribusi secara normal

(Gujarati 2002).

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor-faktor yang telah

ditentukan dalam persamaan akan mempengaruhi alih fungsi lahan, dilakukan

pengujian ketelitian dan pengujian kemampuan model regresi. Pengujian model

regresi ini terdiri dari uji koefisien determinasi, Uji koefisien regresi menyeluruh,

dan Uji koefisien regresi parsial.

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 mencerminkan seberapa besar keragaman dari variabel terikat

yang dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 memiliki besaran yang

positif dan kurang dari satu (0 ≤ R2

≤ 1). Jika nilai R2

bernilai nol maka keragaman

dari variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Sebaliknya,

jika nilai R2

bernilai satu maka keragaman dari variabel terikat secara keseluruhan

dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara sempurna. R2

dapat dirumuskan

sebagai berikut :

𝑅2 =𝐸𝑆𝑆

𝑇𝑆𝑆

Dimana:

Page 51: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

38

ESS = Explained of Sum Square

TSS = Total of Sum Square

2. Uji Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adj-R2)

Penambahan variabel bebas akan menyebabkan bertambahnya nilai R2.

Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menghitung Adj-R2. Adj-R

2

adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan, sehingga penambahan

nilainya menjadi terbebas dari pengaruh penambahan jumlah variabel bebas. Arti

dari nilai Adj-R2 secara harfiah sama dengan nilai R

2, hanya saja Adj-R

2 lebih

tepat karena telah menghilangkan pengaruh dari jumlah variabel. Adj-R2

dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝐴𝑑𝑗-𝑅2 = 1 −𝑅𝑆𝑆 (𝑛 − 𝐾 − 1)

𝑇𝑆𝑆 (𝑛 − 1)

Dimana:

RSS = Residual of Sum Square

TSS = Total of Sum Square

n = jumlah observasi

K = jumlah koefisien

3. Uji Koefisien Regresi Menyeluruh (F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedur yang digunakan :

H0 : β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0

H1 : minimal ada satu βi ≠ 0

𝐹ℎ𝑖𝑡 =𝐽𝐾𝑅 (𝑘 − 1)

𝐽𝐾𝐺 (𝑛 − 𝑘)

Dimana:

Page 52: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

39

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKG = Jumlah Kuadrat Galat/Residual

k = Jumlah variabel terhadap intersep

n = Jumlah pengamatan (sample)

Apabila Fhit < Ftab maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel bebas

secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan

apabila Fhit > Ftab maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh

nyata terhadap variabel terikat.

4. Uji Koefisien Regresi Parsial (t)

Uji t dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing

variabel bebas sehingga dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat. Menurut Gujarati (2002), adapun prosedur

pengujiannya:

H0 : β1 = 0

H1 : β1 ≠ 0

𝑡ℎ𝑖𝑡 =𝑏 − 𝛽𝑡

𝑆𝑒𝛽

Dimana:

b = parameter pendugaan

βt = parameter hipotesis

Seβ = standar error parameter β

Jika thit < ttabel α/2, maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Namun, jika thit > ttabel α/2, maka H0

Page 53: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

40

ditolak, artinya variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat.

Model yang dihasilkan dari regresi linear haruslah baik. Jika tidak maka

akan mempengaruhi interpretasinya. Interpretasi ini benar jika model regresi

linear memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat

dicapai bila memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik merupakan pengujian

pada model yang telah berbentuk linear untuk mendapatkan model yang baik.

Setelah model diregresikan dilakukan uji penyimpangan asumsi, yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah pada model tersebut

residual terdistribusi normal atau tidak. Model yang baik harus mempunyai

residual yang terdistribusi normal atau hampir normal. Uji yang dapat digunakan

adalah dengan membuat histrogram normalitas. Nilai probality yang lebih besar

dari taraf nyata α menandakan residual terdistribusi secara normal.

2. Uji Heterokedastisitas

Suatu model dapat dikatakan mempunyai sifat heterokedastisitas jika

ragam residual dalam model tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari variabel-

variabel bebas dalam model regresi. Akibat dari sifat ini adalah penduga OLS-nya

tidak efisien lagi karena standar residualnya bias ke bawah. Salah satu cara

mendeteksi heterokedasitisitas adalah dengan melakukan uji Glejser. Uji ini

dilakukan dengan meregresikan nilai absolut dari residual terhadap variabel bebas

yang diperkirakan memiliki hubungan erat dengan ragam model, dimana setelah

pergresian tersebut didapatkan nilai unsur kesalahan (Prob. Chi-Square). Jika nilai

Page 54: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

41

tersebut lebih besar dari taraf nyata α yang digunakan maka tidak ada

permasalahan heterokedastisitas.

3. Uji Autokolerasi

Autokorelasi terjadi jika ada korelasi serial antara residual. Korelasi

tersebut terjadi karena residual saling mempengaruhi satu sama lain sehingga

residual tersebut tidak bebas. Korelasi tersebut menyebabkan penduga OLS

menjadi tidak efisien lagi. Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji Breusch-Godfrey. Uji ini dilakukan dengan meregresikan

residual dengan lag residual dan semua regresor. Hasil regresi tersebut akan

diperoleh koefisien determinasi (Prob. Chi-Square) untuk mengetahui

autokorelasi. Jika nilai tersebut lebih besar dari taraf α yang digunakan maka tidak

ada permasalahan autokorelasi.

4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear sempurna antar variabel

bebas dalam suatu model. Hal ini terjadi jika nilai R2 tinggi namun banyak

variabel yang tidak signifikan dari uji t. Suatu model yang mempunyai sifat ini

maka interpretasi dari model tersebut akan menjadi sulit. Salah satu cara untuk

mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi

masalah multikolinearitas yang serius.

4.4.4. Analisis Regresi Logistik

Untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

pertanian secara mikro, digunakan analisis regresi logistik (logit). Alat analisis ini

merupakan model non linear, baik dalam parameter maupun variabel. Menurut

Page 55: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

42

Juanda (2009), model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang sebagai

berikut:

𝑃𝑖 = 𝐹 𝑍𝑖 = 𝐹 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖 =1

1 + 𝑒−𝑧𝑖=

1

1 + 𝑒− 𝛼+𝛽𝑋𝑖

Kemudian persamaan tadi dapat dibalik dengan menggunakan aljabar

biasa menjadi:

𝑒𝑧𝑖 =𝑃𝑖

1 − 𝑃𝑖

Variabel dalam persamaan di atas disebut sebagai odds, yang sering

diistilahkan dengan resiko atau kemungkinan, yaitu rasio peluang terjadinya

pilihan 1 terhadap peluang terjadinya pilihan 0 alternatif. Parameter model

estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood. Parameter e

dalam persamaan tadi mempresentasikan bilangan dasar logaritma natural (ln).

Jika persamaan tersebut ditransformasikan dengan logaritma natural, maka:

𝑍𝑖 = ln𝑃𝑖

1−𝑃𝑖 dimana 𝑍𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖

Maka persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

𝑙𝑛𝑃𝑖

1 − 𝑃𝑖= 𝑍𝑖 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4 + 𝛽5𝑋5 + 𝜀

Dimana:

Z = Peluang terjadi alih fungsi lahan (1) dan tidak alih fungsi lahan (0)

α = Intersep

βi = Koefisien regresi

Xi = Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan alih fungsi lahan

ε = Error term/Residual

Page 56: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

43

Faktor-faktor mikro yang diduga berpengaruh terhadap kegiatan alih

fungsi lahan di tingkat petani adalah:

1. Pengalaman bertani (X1)

Pengalaman bertani yaitu periode atau lamanya seseorang telah melakukan

kegiatan bertani semasa hidupnya. Semakin lama seseorang bertani maka

keahlian untuk bertani akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani untuk menjual atau

tidak lahan yang digarap olehnya.

2. Jumlah tanggungan (X2)

Jumlah tanggungan adalah jumlah orang yang keidupannya masih

ditanggung oleh petani. Jumlah orang yang harus ditanggung petani

dianggap mempengaruhi keputusan untuk menjual lahan. karena semakin

banyak jumlah tanggungannya maka petani semakin membutuhkan uang.

3. Luas lahan (X3)

Luas lahan adalah besarnya area sawah atau pertanian yang dimiliki oleh

petani. Luas lahan diduga akan mempengaruhi jumlah produksi yang

dihasilkan oleh petani. Sehingga hal ini akan mempengaruhi keuntungan

dan berpengaruh terhadap keputusan untuk menjual atau mengkonversikan

lahan.

4. Biaya produksi (X4)

Biaya produksi adalah biaya pengeluaran petani untuk memproduksi padi

hingga panen tiba, seperti bibit, pupuk, air, dll. Variabel ini dapat

mempengaruhi keputusan petani, karena jika biaya semakin tinggi maka

petani akan cenderung menjual lahan pertaniannya.

Page 57: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

44

5. Proporsi pendapatan dari usaha tani (X5)

Proporsi pendapatan dari usaha tani adalah persentase pendapatan dari

hasil usaha tani dibandingkan dengan pendapatan total. Pendapatan total

yaitu pendapatan dari hasil usaha tani ditambah dengan pendapatan

sampingan. Jika proporsi pendapatan petani yang diperoleh dari hasil

usaha tani rendah, akan ada kemungkinan petani tersebut akan mengalih

fungsikan lahannya untuk jenis usaha yang lain. Sehingga dapat terjadi

alih fungsi lahan.

Agar diperoleh hasil analisis regresi logistik yang baik perlu dilakukan

pengujian untuk melihat apakah model tersebut dapat menjelaskan keputusan

secara kualitatif. Statistik uji yang digunakan adalah Odds Ratio dan Likelihood

Ratio.

1. Odds Ratio

Uji ini bertujuan untuk mengukur rasio peluang terjadinya kejadian 1

terhadap kejadian peluang 0. Pada dasarnya uji ini digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam model logit. Nilai

tersebut diperoleh dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (βi).

Dimana dapat didefinisikan sebagai berikut :

𝑃(𝑋𝑖)

1 − 𝑃(𝑋𝑖)

P menyatakan peluang terjadinya peristiwa Z=1 dan 1-P menyatakan

peluang terjadinya Z=0.

Page 58: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

45

2. Likelihood Ratio

Uji ini bertujuan untuk mengukur rasio kemungkinan maksimum dari

peranan variabel penjelas secara serentak. Statistik uji yang dapat dipakai adalah :

H0 : β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0

H1 : minimal ada satu βi ≠ 0

𝐺 = −2 ln𝑙0

𝑙1

Dimana:

l0 = Nilai likelihood tanpa variabel pejelas

l1 = Nilai likelihood dengan model penuh

Apabila G > chi-square maka H0 ditolak yang berarti bahwa minimal ada

satu βi ≠ 0. Artinya model regresi logistik tersebut secara keseluruhan dapat

menjelaskan pilihan individu pengamataan.

4.4.5. Analisis Estimasi Dampak Produksi

Kerugian yang timbul dari alih fungsi lahan pertanian diantaranya berupa

hilangnya peluang memproduksi dan pendapatan usaha tani yang seharusnya

dapat tercipta dari lahan sawah yang hilang. Menurut Utama (2006), nilai

produksi sawah yang hilang dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:

NQ = Σ(Pt . Qt)

dimana:

NQ = Nilai produksi padi sawah yang hilang

Pt = Harga komoditi padi sawah yang ditanam

Qt = Produksi padi sawah yang hilang per tahun

t = Tahun data

Page 59: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

46

Qt = ΣQi

dimana:

Qi = Produksi padi sawah yang hilang per tahun dengan irigasi i yang

terkonversi

i = 1, 2, 3, 4, dimana masing-masing menunjukan jenis sawah irigasi teknis,

semiteknis, sederhana, dan tadah hujan.

Qi = Σ(Si . Hm )

dimana:

Si = Luas lahan sawah dengan jenis irigasi i yang terkonversi

Hm = Produktifitas usaha tani pada musim tanam m dari sawah dengan jenis

irigasi tersebut

m = 1, 2, 3, masing-masing menunjukan musim tanam pertama, keduan dan

terakhir.

Pada penelitian ini, dampak dari konversi lahan terhadap produksi padi

tersebut tidak dihitung secara terpisah berdasarkan jenis irigasi, karena adanya

keterbatasan data yang tersedia. Nilai dari produktifitas lahan pertaniannya juga

dikalikan dengan pola tanam dalam satu tahun, sehingga didapat nilai luas panen

dari lahan yang hilang dalam satu tahun. Pada penelitian ini peneliti

mengasumsikan semua lahan mempunyai pola tanam dua kali. Diasumsikan pula

produktifitas seluruh jenis irigasi dan seluruh masa tanam dalam satu tahun adalah

sama.

Page 60: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

47

4.4.6. Analisis Terhadap Dampak Pendapatan Petani

Analisis dampak pendapatan ini dilakukan dengan deskriptif kuantitatif,

yaitu dengan merata-ratakan perbedaan pendapatan. Perbedaan pendapatan

dihitung dengan mencari selisih antara pendapatan petani sebelum terjadi alih

fungsi lahan dan perkiraan pendapatan setelah terjadi alih fungsi lahan. Nilai dari

selisih tersebut nantinya dirata-ratakan sehingga didapatkan rata-rata perubahan

pendapatan petani akibat alih fungsi lahan.

Χ =Π − Π′

n

dimana :

Х = Rata-rata perubahan pendapatan

П = Pendapatan sebelum alih fungsi lahan

П' = Pendapatan sesudah alih fungsi lahan

n = Jumlah contoh atau sample

Page 61: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk analisis dalam penelitian ini yaitu Kabupaten

Bekasi. Daerah tersebut dipilih karena tingginya alih fungsi lahan akibat

pembangunan industri dan pemukiman. Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara

merupakan salah satu desa di Kabupaten Bekasi. Desa tersebut merupakan desa

dengan basis pertanian, Namun dalam RTRW Kabupaten Bekasi desa tersebut

termasuk dalam wilayah yang akan diperuntukan untuk pemukiman dan industri.

Dengan alasan tersebut peneliti melakukan studi kasus dilakukan di Desa Sriamur,

Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.

5.1.1. Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat dan

beribukota di Cikarang. Secara geografis letak kabupaten Bekasi berada pada

posisi 6o

10' 53" - 6o

30' 6" Lintang Selatan dan 160o

48' 28" - 107o

27' 29" Bujur

Timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 1.224,88 km2

dengan jumlah

penduduk sekitar 2.166.005 jiwa. Wilayah tersebut terdiri atas 23 kecamatan, lima

kelurahan, dan 182 desa. Kabupaten Bekasi di sebelah utara berbatasan dengan

Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan

Kota Bekasi dan DKI Jakarta. Topografinya terbagi atas dua bagian, yaitu dataran

rendah yang meliputi sebagian wilayah bagian utara dan dataran bergelombang di

wilayah bagian selatan. Ketinggian lokasi antara 6-115 meter dan kemiringan 0-

250. Suhu udara yang terjadi di Kabupaten Bekasi berkisar antara 28o -32

o C.

Page 62: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

49

5.1.2. Kecamatan Tambun Utara

Kecamatan Tambun Utara merupakan pemekaran dari Kecamatan Tambun

yang saat ini terbagi atas dua bagian selatan dan utara. Kecamatan ini memiliki

luas wilayah sebesar 3.235,092 Ha. Sebelah Utara Kecamatan ini berbatasan

dengan Kecamatan Sukawangi, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Tanggelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tambun Selatan, dan

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Babelan. Tambun Utara terdiri dari

delapan desa, 24 dusun, 95 RW, dan 509 RT. Delapan desa yang berada di

Tambun Utara yaitu:

1. Desa Karang Satria : 377,616 Ha

2. Desa Satria Jaya : 387,200 Ha

3. Desa Jejalen Jaya : 300,000 Ha

4. Desa Srimahi : 457,000 Ha

5. Desa Srijaya : 408,945 Ha

6. Desa Sriamur : 413,136 Ha

7. Desa Sri Mukti : 457,000 Ha

8. Desa Satria Mekar : 434,136 Ha

Letak geografis Kecamatan Tambun Utara berada di lintasan Kali Bekasi

dan Kali CBL yang bermuara ke Laut Jawa. Topografi Kecamatan ini berbentuk

wilayah daratan dan persawahan dengan kemiringan 0-1 derajat. Kecamatan ini

beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28-29o C. Jenis tanah di Tambun Utara

terbagi dua, yaitu bagian utara alluvial kelabu juga coklat, dan bagian selatan

alluvial Glei Humus juga coklat. Jumlah penduduk di Kecamatan Tambun Utara

berjumlah sekitar 147.244 jiwa. Secara Umum persentase mata pencaharian

Page 63: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

50

penduduk terdiri dari 65 persen pertanian, 15 persen sektor jasa, 10 persen

perdagangan, dan 10 persen sektor lainnya.

5.1.3. Desa Sriamur

Desa Sriamur termasuk kedalam Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten

Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 413,136 Ha

yang terdiri dari 256,288 Ha tanah sawah dan 156,848 Ha Tanah Darat. Batas

wilayah Desa Sriamur sebelah utara berbatasan dengan Desa Suka Mekar, sebelah

timur berbatasan dengan Desa Sri Mukti, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Satria Mekar, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Babelan. Desa

Sriamur terbagi dalam 8 RW dan 51 RT. Desa ini mempunyai fasilitas jalan raya

sepanjang 15 km pada bagian tengah yang memotong bagian utara dan selatan.

Jumlah penduduk di Desa Sriamur berjumlah 17.121 jiwa dan terbagi

dalam 4.130 kepala keluarga. Penduduk laki-laki berjumlah 8.863 jiwa dan

perempuan berjumlah 8.258 jiwa. Jumlah angkatan kerja di Desa Sriamur

berjumlah 7.136 jiwa dengan persentase yang sudah bekerja sebesar 72,25 persen

dan persentase pengangguran sebesar 27,75 persen. Secara umum persentase mata

pencaharian penduduk terdiri dari 11,61 persen petani, 26,23 persen pedagang, 15

persen pegawai swasta, 11,01 persen buruh pabrik, 3,33 persen pegawai negeri

sipil, 2,07 persen wiraswasta, 2,28 pertukangan, 1,18 persen sektor jasa, dan 27,29

sektor lainnya.

Page 64: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

51

5.2. Karakteristik Responden

Menurut data yang diperoleh dari Kantor Desa Sriamur tahun 2012,

Jumlah petani di desa tersebut adalah sebanyak 828 orang atau sekitar 11,61

persen dari jumlah penduduk. Namun tidak diketahui data mengenai petani yang

menjadi pengarap sekaligus pemilik lahan, petani yang hanya menjadi penggarap

saja, dan yang hanya menjadi buruh tani. Responden yang diambil oleh peneliti

merupakan petani penggarap sekaligus pemilik sebanyak 30 orang. Karakteristik

responden berdasarkan sosial ekonominya dapat dijelaskan dalam kriteria di

bawah ini.

5.2.1. Tingkat Usia

Tingkat usia responden tidak berkisar antara 40-60 tahun. Persentase usia

terbesar ada pada rentang umur 45-49 tahun yaitu sebesar 33 persen. Persentase

usia terkecil ada pada rentang umur 60-65 tahun yaitu sebesar 7 persen.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 4. Perbandingan Tingkat Usia Responden

20%

33%17%

23%

7%

40-44 45-49 50-54 55-59 60-65

Page 65: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

52

5.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden hanya terdiri dari dua jenis, yaitu SD dan

SMP. Mayoritas dari responden hanya lulusan SD yaitu sebesar 67 persen.

Sedangkan sisanya 33 persen merupakan lulusan SMP.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 5. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden

5.2.3. Jumlah Tanggungan

Pada Penelitian ini sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan

sebanyak tiga orang, yaitu sebesar 47 persen. Responden yang memiliki jumlah

tanggungan dua orang dan yang tidak memiliki tanggungan sama besar yaitu 20

persen. Responden yang memiliki jumlah tanggungan satu orang memiliki

persentase paling kecil yaitu sebesar 13 persen.

67%

33%

sd smp

Page 66: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

53

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 6. Perbandingan Jumlah Tanggungan Responden

5.2.4. Tingkat Pendapatan

Rata-rata responden mempunyai tingkat pendapatan berkisar antara 5-6

juta rupiah. Tingkat pendapatan terbesar (9-10 juta rupiah) berjumlah 4 orang atau

sekitar 13 persen dari total responden. Jumlah tersebut sama dengan tingkat

pendapatan terkecil (1-2 juta rupiah).

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 7. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden

20%

13%

20%

47%

tidak ada 1 orang 2 orang 3 orang

14%

23%

30%

20%

13%

1-2 juta 3-4 juta 5-6 juta 7-8 juta 9-10 juta

Page 67: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan Kabupaten Bekasi

Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Kabupaten Bekasi

terjadi hampir setiap tahun. Perubahan lahan tersebut umumnya menjadi industri,

pemukiman, maupun sarana dan prasarana seperti jalan raya, sekolah,

perkantoran, dll. Penurunan luas lahan sawah yang terjadi di Kabupaten Bekasi

dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi 2012 (diolah)

Gambar 8. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi Tahun 2001-2011

Gambar tersebut menunjukan luas lahan sawah yang relatif menurun dari

tahun 2002 sampai tahun 2011, sedangkan sebelum tahun 2002 luas lahan sawah

di Kabupaten Bekasi relatif meningkat. Penurunan lahan sawah pada tahun

tersebut berfluktiatif dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2007 dan 2011 luas

lahan sawah mengalami peningkatan. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi

peningkatan tersebut disebabkan pencetakan lahan sawah baru dari lahan kering

seperti kebun, tanah kosong, rawa, dan hutan yang ada. Pembukaan lahan ini

51000

52000

53000

54000

55000

56000

57000

58000

Luas

Lah

an S

awah

(H

a)

Tahun

Luas Lahan Sawah

Page 68: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

55

dilakukan untuk mempertahankan kondisi wilayah Kabupaten Bekasi yang

berbasis pertanian. Tata guna lahan Kabupaten Bekasi sampai tahun 2013 dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Menurut Sumaryo dan Tahlim (2005), ada dua pola alih fungsi lahan

pertanian. Pertama, alih fungsi lahan yang dilakukan secara langsung oleh pemilik

lahan yang bersangkutan atau petani, seperti membuat rumah untuk keluarganya

atau gudang untuk penyimpanan. Kedua, alih fungsi lahan pertanian yang diawali

dengan alih penguasaan lahan. Pemilik lahan pertanian menjual lahan mereka

kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha non pertanian.

Pimilik lahan secara tidak langsung dianggap mengalihfungsikan lahan pertanian

tersebut. Pada studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Tambun Utara, umumnya

petani tidak mengalihfungsikan lahan secara langsung. Sebagian besar masyarakat

membatasi wilayah sawah yang berbatasan dengan pemukiman dengan

menggunakan parit atau pagar. Wilayah sawah tersebut tabu jika diubah menjadi

rumah. Umumnya mereka menggunakan lahan kering seperti kebun jika ingin

membuat rumah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi menetapkan kebijakan bahwa

wilayah bagian barat dan selatan, yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta,

Kota Bekasi, dan Kabupaten Bogor, akan dijadikan wilayah pemukiman dan

industri. Hal ini disebabkan nilai ekonomi lahan atau land rent dari industri dan

pemukiman lebih besar dari pada pertanian, mengingat wilayah tersebut dekat

dengan pusat kota dan pusat eksport-import. Implikasi dari kebijakan ini adalah

petani harus menjual lahan sawah mereka untuk untuk dialihfungsikan menjadi

pemukiman atau industri. Pada studi kasus yang dilakukan, Pemerintah Kabupaten

Page 69: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

56

Bekasi bekejasama dengan perusahaan pemborong. Pemborong tersebut bertugas

membebaskan lahan dari hak bertani para petani. Petani menjual lahan pertanian

atau sawah yang mereka miliki kepada pemborong, setelah itu pemborong

menjual lahan tersebut kepada pihak pengembang pemukiman atau investor

industri. Lahan pertanian yang sudah dibeli oleh pemborong tidak langsung

dialihfungsikan menjadi bentuk lain, karena menunggu adanya pihak investor atau

pengembang yang akan membeli lahan tersebut. Saat lahan tersebut kosong petani

masih dapat menggarap lahan sampai ada investor atau pengembang yang

membeli dan membuat industri atau pemukiman di lahan tersebut. Dapat

disimpulkan bahwa pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Bekasi

adalah pola yang kedua, dimana alih fungsi lahan diawali dengan adanya alih

penguasaan lahan dari petani kepada pengembang. Analisis mengenai tata cara

jual beli pihak petani kepada pemborong akan dibahas lebih lanjut pada Bab

Analisis Kelembagaan Lahan Kabupaten Bekasi.

6.2. Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Bekasi

Alih fungsi lahan sawah selama periode 2002-2011 di Kabupaten Bekasi

berfluktuatif dari tahun ke tahun. Secara umum lahan sawah di Kabupaten Bekasi

selama sepuluh tahun terakhir berkurang sebesar 3.123 hektar atau sekitar 347

hektar per tahun. Alih fungsi lahan tersebut menyebabkan luas sawah di

Kabupaten Bekasi berubah dari luas 56.826 hektar pada tahun 2002 menjadi

53.703 hektar pada akhir tahun 2011. Laju penyusutan luas sawah tiap tahunnya

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 70: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

57

Tabel 3. Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi

Tahun 2002-2011

Tahun Luas Sawah

(Ha)

Pencetakan

Sawah Baru

(Ha)

Luas Sawah

Terkonversi

(Ha)

Laju Penyusutan

Luas Sawah

(%)

2001 56.077 - - -

2002 56.826 749 0 1,34

2003 55.989 0 837 -1,47

2004 55.859 0 130 -0,23

2005 55.354 0 505 -0,90

2006 55.150 0 204 -0,37

2007 55.582 432 0 0,78

2008 55.074 0 508 -0,91

2009 54.425 0 649 -1,18

2010 53.584 0 841 -1,55

2011 53.703 119 0 0,22

Total 1.300 3.674 -4,27

Rata-rata 130 367,4 -0,43 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, berbagai terbitan (diolah)

Pada Tabel 3 nilai laju penyusutan luas sawah yang bertanda negatif

menggambarkan adanya penyusutan luas lahan sawah akibat alih fungsi lahan.

Nilai yang bertanda positif menggambarkan adanya pencetakan sawah baru. Luas

penyusutan lahan sawah selama sepuluh tahun terakhir di Kabupaten Bekasi juga

cukup besar, yaitu dengan total sekitar -4,27 persen atau sebesar 3.674 hektar.

Artinya selama sepuluh tahun terakhir lahan sawah telah menyusut sebesar 4,27.

Penurunan luas lahan dimulai pada tahun 2003 dimana lahan berkurang sebanyak

837 hektar dari 56.826 hektar menjadi 55.989 hektar. Pada tahun tersebut luas

sawah menyusut sebesar 1,47 persen, hal ini menandakan mulainya industrialisasi

di Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2007 lahan sawah sempat bertambah 432 hektar

atau meningkat sebesar 0,78 persen karena adanya pencetakan lahan sawah baru.

Pencetakan sawah ini diakibatkan adanya deindustrialisasi akibat banjir besar

pada wilayah tersebut. Investor yang mempunyai lahan di Kabupaten Bekasi tidak

Page 71: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

58

jadi membuat industri sehingga ada banyak lahan kering yang kosong. Lahan

kosong tersebut dimanfaatkan oleh warga setempat untuk dijadikan sawah. Alih

fungsi lahan yang terbesar yaitu pada akhir tahun 2010 dengan luas sebesar 841

hektar atau menyusut sebesar 1,55 persen. Pada tahun tersebut pemerintah

menetapkan kebijakan pengalokasian pemukiman di wilayah barat, dimana

mayoritas wilayah tersebut merupakan wilayah sawah. Pada tahun 2011 lahan

sawah meningkat sebesar 0,22 persen, karena pemerintah setempat membuka

lahan sawah dari lahan kering seluas 119 hektar untuk mempertahankan kondisi

pertanian di wilayah tersebut. Rata-rata laju penyusutan lahan selama sepuluh

tahun terakhir yaitu -0,43 persen.

6.3. Analisis Kelembagaan Lahan Kabupaten Bekasi

Kelembagaan merupakan kendali yang dibuat oleh manusia unuk

membentuk interaksi manusia. Kelembagaan terdiri dari hukum formal, baik

dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, dan informal, atau nilai-nilai yang ada

dan diakui dalam masyarakat serta bentuk-bentuk pengorganisasiannya.

Kelembagaan yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa tingkatan, karena adanya

sistem otonomi daerah. Berdasarkan UU no. 32 tahun 2004 mengenai otonomi

daerah, pemerintah pusat memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk

mengelola wilayahnya masing-masing. Adanya sistem ini menyebabkan suatu

kelembagaan dari pemerintah pusat dapat di modifikasi oleh pemerintah daerah,

sehingga pembahasan kelembagaan harus dibahas dan dibandingkan secara

vertikal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, sampai ke pemerintah

kabupaten. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengenai

perbandingan RTRW dalam skala nasional, provinsi, dan kabupaten.

Page 72: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

59

Kementrian Hukum dan HAM (2008), membahas RTRW nasional

mengenai pengembangan daerah di Indonesia dibagi kedalam kawasan-kawasan

yang dapat spesifik fungsi dan peruntukannya. Kawasan yang berfungsi melayani

kegiatan skala internasional dan nasional disebut Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

Kriteria kawasan yang dapat dijadikan PKN, yaitu:

1. Kawasan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor dan impor

2. Kawasan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat industri dan jasa

skala nasional

3. Kawasan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi

skala nasional.

Adapun peraturan umum dalam pengembangan wilayah PKN adalah:

1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi skala nasional dan

internasional harus didukung fasilitas infrastruktur yang sesuai dengan

kegiatan ekonominya

2. Pengembangan fungsi untuk pusat pemukiman dalam wilayah PKN

didorong untuk pembangunan ke arah vertikal.

Bappeda Provinsi Jawa Barat (2010), menetapkan dalam RTRW Jawa

Barat bahwa kawasan perkotaan Bodebek (Bogor Depok Bekasi) sebagai wilayah

PKN. Wilayah tersebut berperan menjadi pusat koleksi dan distribusi dalam skala

nasional dan internasional. Pembangunan di wilayah tersebut diarahkan sebagai

kota terdepan yang berbatasan dengan ibukota negara. Wilayah Bodebek

dikembangkan menjadi simpul sektor pelayanan dan jasa perkotaan, sektor

perdagangan, serta sektor industri padat tenaga kerja. RTRW provinsi juga

Page 73: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

60

menyebutkan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi dijadikan wilayah

penyangga dalam sistem PKN kawasan Bodebek. Pembangunan di wilayah

tersebut diarahkan untuk mengembangkan sektor industri ramah lingkungan,

pertambangan mineral logam dan non logam, serta kawasan pemukiman untuk

mendukung pembangunan di wilayah PKN.

Bappeda Kabupaten Bekasi (2011) membuat RTRW Kabupaten Bekasi

berpatokan pada RTRW Provinsi Jawa Barat dimana pembangunan di wilayah

Kabupaten Bekasi akan diarahkan menjadi penyangga dalam sistem PKN

Bodebek. Sebagai bentuk kerjasama dengan wilayah lain maka Kecamatan Setu

dan Tambun Selatan turut diarahkan pembangunannya menjadi wilayah PKN.

Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota

Bekasi dan Kabupaten Bogor. Kecamatan lain yang berdekatan dengan

Kecamatan Setu dan Tambun Selatan dijadikan wilayah PPK (Pusat Pelayana

Kawasan). Wilayah ini merupakan wilayah pendukung dari wilayah PKN.

Kecamatan yang termasuk dalam PPK adalah Kecamatan Serang Baru,

Bojongmangu, Kedungwaringin, Karang Bahagia, Tambelang, Pebayuran,

Babelan, Tambun Utara, Sukakarya, Cabangbungin, Muaragembong, dan

Sukawangi. Secara Umum fungsi dari Kecamatan ini yaitu sebagai penyangga

dari kawasan PKN. Fungsi yang lebih spesifik dari kedua belas kawasan tersebut

adalah untuk dibuat industri menengah, pemukiman warga, dan pertanian pangan

yang mendukung kegiatan yang akan dilakukan pada wilayah PKN.

Kabupaten Bekasi dalam RTRW-nya lebih spesifik membagi

pengembangan kawasannya kedalam wilayah-wilayah pengembangan.

Pengembangan wilayah terbagi dalam empat Wilayah Pengembangan (WP). WP I

Page 74: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

61

yaitu Kabupaten Bekasi bagian tengah diarahkan dengan fungsi utama

pengembangan industri, perdagangan, dan jasa. WP II yaitu Kabupaten Bekasi

bagian selatan diarahkan dengan fungsi utama pengembangan pusat pemerintahan

kabupaten dan pemukiman skala besar. WP III yaitu Kabupaten Bekasi bagian

Timur diarahkan dengan fungsi utama pengembangan pertanian lahan basah. WP

IV yaitu Kabupaten Bekasi bagian utara diarahkan dengan fungsi utama

pengembangan simpul transportasi laut dan udara, pertambangan, pemukiman,

perikanan, dan pelestarian kawasan hutan lindung. Gambaran dari RTRW

Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisis mengenai RTRW secara vertikal ini memberi pemahaman bahwa

pemerintah pusat telah menetapkan wilayah PKN yaitu wilayah Jakarta dan

sekitarnya (Jabodetabek). Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun melaksanakan dan

menetapkan bahwa wilayah perkotaan Bodebek dijadikan wilayah PKN. Wilayah

Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi dijadikan wilayah penyangga atau

pendukung PKN. Pemerintah Kabupaten Bekasi membuat rencana tata ruang

berdasarkan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Kabupaten Bekasi menetapkan kecamatan-kecamatan yang berbatasan

dengan wilayah PKN menjadi wilayah penyangga. Kecamatan-kecamatan tersebut

pada saat ini merupakan wilayah dengan basis pertanian. Pembangunan wilayah

yang diarahkan pada pemukiman dan industri menengah membuat lahan pertanian

menjadi dialihfungsikan. Dapat disimpulkan kelembagaan mengenai tata ruang

secara vertikal menjadi faktor dalam alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di

Kabupaten Bekasi.

Page 75: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

62

Kelembagaan yang dianalisis juga pada kelembagaan lahan yang sering

jadi permasalahkan yaitu kepemilikan lahan. Di Kabupaten Bekasi, khususnya di

Tambun Utara, lahan pertanian yang ada merupakan lahan warisan tanpa

sertifikat. Warga Bekasi dibebaskan untuk mengolah lahan yang ada pada jaman

dahulu saat Presiden Soeharto mencetuskan kebijakan revolusi hijau. Pengolah

lahan yang dilakukan adalah menjadi lahan pertanian padi atau lahan sawah.

Pemerintah juga memberikan bantuan seperti pupuk, benih, dan pembuatan

irigasi. Seiring berjalannya waktu, lahan tersebut menjadi diakui kepemilikannya

oleh warga yang mengolah. Lahan tersebut pun diwariskan turun temurun kepada

anak dan cucu mereka atau di jual kepada pihak lain dengan syarat lahan tersebut

masih menjadi lahan pertanian.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bekasi berdasarkan pembahasan RTRW

sebelumnya, akan merubah wilayah tersebut menjadi wilayah pemukiman dan

industri. Wilayah tersebut dianggap strategis dalam distribusi karena berdekatan

dengan pusat eksport-import dan pusat kota. Pemerintah Kabupaten Bekasi

bekerjasama dengan perusahaan pemborong untuk mengupayakan wilayah yang

sudah ditetapkan sebelumnya dapat dijadikan pemukinan dan industri. Pihak

pemborong menetapkan pembelian lahan dengan harga yang telah ditetapkan

sebelumnya, pada studi kasus di Tambun Utara harga yang ditetapkan adalah Rp

10.000 per meter. Harga tersebut ditetapkan dengan pertimbangan karena pihak

pemborong harus membuat sertifikat lahan baru dan menawarkannya kepada

investor lokal atau asing yang ingin membuat pemukiman atau industri. Sebagian

besar petani di Tambun Utara sebenarnya tidak mau menjual lahan mereka,

namun mereka tidak pilihan lain karena tidak mempunyai sertifikat kepemilikan

Page 76: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

63

lahan. Pemborong membeli lahan dari petani dengan membuat SPH (Surat

Pelepasan Hak) atau SJB (Surat Jual Beli) dari petani. Lahan yang telah dilepas

haknya selanjutnya dibuatkan sertifikat kepemilikan oleh pemborong. Hal tersebut

dilakukan untuk mencegah adanya sengketa lahan pada masa yang akan datang.

Lahan yang telah dibeli oleh pemborong selanjutnya akan ditawarkan

kepada investor. Berdasarkan tata cara tersebut lahan pertanian menjadi lahan

kering yang kosong atau tidak dibuat apapun, karena ada waktu dimana lahan

telah dibeli oleh pemborong namun belum ada investor yang mau membuat

industri. Lahan tersebut digolongkan kepada lahan yang sementara tidak

digunakan (Temporary Fallow Land). Pada waktu tersebut petani diperbolehkan

untuk menggarap lahan menjadi sawah, dengan catatan lahan tersebut dapat

kapanpun dialihfungsikan menjadi pemukiman atau industri.

6.4. Faktor Makro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kabupaten

Bekasi

Pemerintah Kabupaten Bekasi mengarahkan tata ruang wilayahnya untuk

menjadikan wilayah barat dan selatan sebagai wilayah pemukiman dan industri,

sebagaimana pada Lampiran 3. Namun hal tersebut berakibat pada penurunan luas

lahan sawah yang menjadi basis dari perekonomian masyarakat di Kabupaten

Bekasi. Keputusan Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk merubah tata guna lahan

disebabkan oleh faktor makro yang berasal dari tingkat wilayah. Faktor-faktor

yang diduga mempengaruhi dalam skala makro tersebut adalah PDRB Kabupaten

Bekasi, laju pertumbuhan penduduk, dan jumlah industri.

Analisis dalam penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan di tingkat wilayah digunakan analisis regresi linier berganda. Data yang

digunakan dalam menentukan model tersebut merupakan data time series tahun

Page 77: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

64

2002-2011. Peneliti mengolah data-data tersebut menggunakan software Eviews 7.

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke

non pertanian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Makro yang Mempengaruhi

Perubahan Luas Lahan Sawah Kabupaten Bekasi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Keterangan

X1 -0,049732 0,011136 -4,465716 0,0043*) PDRB

X2 -0,007442 0,003376 -2,204627 0,0697*)

Laju

Pertumbuhan

Penduduk

X3 0,036156 0,049977 0,723457 0,4966 Jumlah Industri

C 11,58374 0,197204 58,73995 0 Konstanta

R-squared 0,915840 Log likelihood 38,60975

Adjusted R-squared 0,873760 F-statistic 21,76431

Durbin-Watson stat 1,460561 Prob F-statistic 0,001262 Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)

Keterangan : *) nyata pada taraf 10 persen

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh koefisien determinasi (Adjusted R-squared)

sebesar 0,873760. Hal ini menunjukan bahwa keragaman variabel terikat dapat

diterangkan oleh variabel bebasnya mencapai 87,37 persen dan sisanya 12,63

persen diterangkan oleh variabel lain diluar model. Nilai peluang uji F (Prob F-

statistic) yang diperoleh sebesar 0,001262 atau sebesar 0,12 persen, nilai tersebut

lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal tersebut

memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel bebas

yang mempengaruhi variabel terikatnya.

Model yang dihasilkan dari regresi linear tersebut cukup baik, karena

memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai

bila memenuhi asumsi klasik, yaitu model tidak memiliki sifat multikolinearitas,

normalitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Hasil uji asumsi klasik ini dapat

dilihat pada Lampiran 4. Pembuktian multikolinearitas dalam model

Page 78: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

65

menggunakan nilai VIF sebagai kriterianya. Berdasarkan hasil pengolahan data,

masing-masing variabel dalam model memiliki nilai centered VIF yang berkisar

antara 0 sampai 5. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada variabel yang memiliki

permasalahan multikolinearitas. Untuk membuktikan asumsi normalitas maka

digunakan nilai probabilitas pada histogram of normality test. Dalam model ini

nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf α = 10 persen, yaitu sebesar 0,6529 atau

65,29 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada model ini residual menyebar secara

normal atau tidak terjadi permasalahan normalitas. Pemeriksaan asumsi

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey. Berdasarkan

hasil uji tersebut diperoleh nilai Prob. chi-square sebesar 0,2277 atau sebesar

22,77 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 10 persen, sehingga model

ini tidak memiliki permasalahan autokorelasi. Pada model ini juga tidak terdapat

permasalahan heterokedastisitas, karena dari hasil uji Glejser diperoleh nilai Prob.

chi-square sebesar 0.1732 atau 17,32 persen. Nilai tersebut juga lebih besar dari

taraf α = 10 persen. Berdasarkan Tabel 4, fungsi faktor-faktor yang

mempengaruhi luas lahan sawah adalah sebagai berikut:

𝐿𝑛𝑌 = 11,58374 − 0,049732 𝐿𝑛𝑋1 − 0,007442 𝐿𝑛𝑋2 + 0,036156 𝐿𝑛𝑋3

Berdasarkan hasil estimasi dari model regresi pada Tabel 4 dapat dilihat

bahwa nilai probabilitas dari variabel PDRB lebih kecil dari taraf nyata 10 persen

(0,04 < 0,10). Hal ini berarti bahwa PDRB berpengaruh nyata terhadap perubahan

luas lahan sawah. Koefisien variabel yang bernilai -0,05 pada tabel menjelaskan

bahwa, setiap kenaikan 10 persen PDRB maka luas lahan sawah akan berkurang

atau beralih fungsi menjadi non sawah sebesar 0,5 persen. Hasil estimasi ini

Page 79: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

66

sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, PDRB

berkorelasi negatif dengan luas lahan sawah.

PDRB merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Semakin

besar pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mempercepat terjadinya

perubahan struktur ekonomi ke arah sektor manufaktur, jasa, dan sektor non

pertanian lainnya. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bekasi ini menjadi

penggerak berubahnya struktur wilayah dari pedesaan yang berbasis pada

pertanian, menjadi perkotaan yang berbasis pada sektor manufaktur dan jasa.

Proses pengkotaan ini akan diawali dari area yang berbatasan langsung dengan

wilayah yang berkegiatan ekonomi tinggi, karena dianggap strategis dan mudah

untuk mendapatkan infestor. Dapat dilihat pada Lampiran 3. mengenai RTRW

Kabupaten Bekasi area yang berbatasan dengan Kota Jakarta, Kota Bekasi, dan

Kabupaten Bogor akan diubah menjadi zona pemukiman dan industri. Hal ini

mengindikasikan adanya pengalihfungsian lahan dari pertanian ke non pertanian.

Nilai probabilitas dari variabel laju pertumbuhan penduduk lebih kecil dari

taraf nyata 10 persen (0,06 < 0,10). Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan

penduduk berpengaruh nyata terhadap perubahan luas lahan sawah. Koefisien

variabel yang bernilai -0,007 pada tabel menjelaskan bahwa, setiap kenaikan 10

persen laju pertumbuhan penduduk maka luas lahan sawah akan berkurang atau

beralih fungsi menjadi non sawah sebesar 0,07 persen. Hasil estimasi ini sesuai

dengan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, laju pertumbuhan

penduduk berkorelasi negatif dengan luas lahan sawah.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk

yang terus meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk berakibat pada naiknya

Page 80: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

67

permintaan lahan untuk pemukiman. Selain itu penduduk juga membutuhkan

penunjang berupa sarana dan prasarana seperti, jalan, sekolah, rumah sakit, dll.

Hal tersebut akan mempengaruhi permintaan akan lahan. Lahan yang jumlahnya

terbatas menjadi kendala dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga banyak

lahan sawah yang dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman. Hal ini

mengindikasikan adanya pengalihfungsian lahan dari pertanian ke non pertanian.

Jumlah Industri berpengaruh positif terhadap perubahan lahan sawah.

Namun tidak berpengaruh nyata dimana nilai probabilitas dari variabel jumlah

industri lebih besar dari taraf nyata 10 persen (0,49 > 0,10). Hasil estimasi ini

tidak sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah industri akan sangat berpengaruh

terhadap luas lahan sawah. Variabel jumlah industri yang tidak berpengaruh nyata

dapat diinterpretasikan bahwa banyaknya industri di Kabupaten Bekasi belum

tentu membutuhkan lahan luas yang sampai mengalihfungsikan lahan sawah.

6.5. Faktor Mikro yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Kecamatan

Tambun Utara

Alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi tidak hanya disebabkan oleh faktor

makro yang berasal dari tingkat wilayah, namun faktor mikro yang berasal dari

diri petani juga ikut mempengaruhinya. Sebagaimana yang telah dibahas

sebelumnya bahwa pengalihfungsian lahan diawali dengan penjualan lahan dari

petani ke investor. Setelah penjualan itu barulah para investor mengalihfungsikan

lahan tersebut menjadi pemukiman atau industri. Faktor ini dianalisis untuk

melihat apa penyebab petani menjual lahan kepada investor sehingga lahan

tersebut dapat dialihfungsikan.

Studi kasus mengenai faktor mikro yang mempengaruhi alih fungsi lahan

di Kabupaten Bekasi ini dilakukan di Kecamatan Tambun Utara. Sebanyak tiga

Page 81: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

68

puluh responden dalam penelitian ini merupakan petani pemilik penggarap.

Sembilan belas orang merupakan petani yang telah menjual seluruh lahannya

kepada investor, sedangkan sebelas orang merupakan petani yang tidak mau atau

belum menjual lahannya kepada investor. Adapun variabel bebas yang diduga

mempengaruhi keputusan petani dalam menjual lahannya adalah luas lahan,

persentase pendapatan usaha tani, biaya produksi, pengalaman, dan jumlah

tanggungan. Variabel terikat yang digunakan terdapat dua kemungkinan. Bagi

responden yang telah menjual lahan sawahnya diberi nilai 1 (Z=1) dan bagi

responden yang tidak atau belum menjual lahan sawahnya diberi nilai 0 (Z=0).

Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode enter disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Mikro yang Mempengaruhi Petani

untuk Menjual Lahan Pertanian

Variable Coefficient Sig. Exp (β) Keterangan

X1 -0,039 0,736 0,962 Pengalaman

X2 -2,132 0,057*) 0,119 Tanggungan

X3 0,868 0,432 2,383 Luas lahan

X4 0,000 0,280 1,000 Biaya Produksi

X5 -0,324 0,034*) 0,723 Proporsi Pendapatan

C 6,713 0,731 822,917 Konstanta Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan : *) nyata pada taraf 10 persen

Tabel hasil regresi logistik lainnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diperoleh nilai Sig pada

Omnimbus test sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang

digunakan yaitu 10 persen (0,000 < 0,100), artinya variabel bebas yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjual lahan.

Dari hasil analisis juga didapat nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,552 dan

Nagelkerke R Square sebesar 0,755. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar

dari Cox & Snell R Square menunjukan kemampuan kelima variabel bebas dalam

Page 82: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

69

menjelaskan varian alih fungsi lahan sebesar 75,5 persen dan terdapat 24,5 persen

faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel terikat. Nilai Sig pada Hosmer

and Lemeshow Test yang diperoleh adalah sebesar 0,460. Nilai tersebut lebih

besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen (0,460 > 0,100), artinya

model yang dibuat dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan.

Selanjutnya nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh

sebesar 93,3 persen. Nilai tersebut menunjukan bahwa dari 30 data yang ada

terdapat 28 data yang tepat pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukan bahwa

model yang dihasilkan baik.

Berdasarkan Tabel 5 dapat terlihat bahwa dari lima variabel bebas yang

diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjual lahan ternyata

hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap keputusan petani tersebut adalah jumlah tanggungan dan

persentase pendapatan usaha tani. Signifikan atau tidaknya pengaruh suatu

variabel dilihat dari nilai Sig pada Tabel 5 yang lebih kecil dari taraf nyata yang

digunakan yaitu 10 persen. Variabel lain mempunyai nilai Sig yang lebih besar

dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal ini berarti pengalaman

bertani, luas lahan sawah yang dimiliki, dan biaya produksi per hektar tidak

berpengaruh secara nyata terhadap peluang keputusan petani untuk menjual

lahannya. Model yang diperoleh dari hasil regresi logistik pada Tabel 5 adalah

sebagai berikut:

𝑍 = 822,917 − 0,962𝑋1 − 0,119𝑋2 + 2,383𝑋3 + 1,000𝑋4 − 0,723𝑋5

Variabel jumlah tanggungan memiliki nilai Sig. sebesar 0,057. Nilai

tersebut berarti bahwa jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap peluang

Page 83: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

70

terjadinya penjualan lahan oleh petani pada taraf nyata 10 persen (0,057 < 0,100).

Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif (-2,132) dan nilai Exp (β) atau

odds ratio yang diperoleh sebesar 0,119. Hal ini berarti bahwa jika jumlah

tanggungan petani bertambah satu orang, maka peluang petani untuk menjual

lahan lebih kecil 0,119 kali dibandingkan untuk tidak menjual lahan. Semakin

banyak jumlah tanggungan petani maka semakin rendah peluang petani tersebut

untuk menjual lahan.

Jumlah tanggungan petani merupakan jumlah orang yang kehidupannya

masih ditanggung oleh petani tersebut. Semakin banyak jumlah tanggungan

berarti semakin banyak beban hidup yang ditanggung oleh petani. Petani dengan

beban hidup yang lebih besar akan berpeluang lebih kecil untuk menjual

lahannya. Hal ini disebabkan karena mereka sudah biasa bertani untuk membiayai

beban hidup mereka. Petani akan memilih pekerjaan yang sudah mereka kuasai

untuk membiayai tanggungan yang besar dibandingkan harus menjual lahan dan

mencari pekerjaan lain yang belum mereka ketahui.

Variabel persentase pendapatan usaha tani memiliki nilai Sig sebesar

0,034. Nilai tersebut berarti bahwa persentase pendapatan usaha tani berpengaruh

nyata terhadap peluang terjadinya penjualan lahan oleh petani pada taraf nyata 10

persen (0,034 < 0,100). Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif (-0,324)

dan nilai Exp (β) atau odds ratio yang diperoleh sebesar 0,723. Hal ini berarti

bahwa jika persentase pendapatan usaha tani bertambah satu persen, maka

peluang petani untuk menjual lahan lebih kecil 0,723 kali dibandingkan untuk

tidak menjual lahan. Semakin besar persentase pendapatan usaha tani petani maka

semakin rendah peluang petani tersebut untuk menjual lahan.

Page 84: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

71

Persentase pendapatan usaha tani merupakan proporsi pendapatan usaha

tani seorang petani dari pendapatan totalnya. Semakin besar persentase tersebut

berarti semakin besar ketergantungan petani pada usaha tani yang dimiliki. Petani

yang sangat bergantung pada usaha taninya akan berpeluang lebih kecil untuk

menjual lahannya. Hal ini disebabkan pemikiran rasional petani yang berpikiran

bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada usaha tani tersebut. Petani yang

persentase pendapatan usaha taninya besar akan lebih memilih melakukan

pekerjaan yang sudah berhasil dan sangat berpengaruh dibandingkan harus

menjual lahan dan melakukan pekerjaan lain yang belum tentu berhasil.

6.6. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Kabupaten

Bekasi

Lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi non pertanian akan

berakibat langsung terhadap jumlah produksi padi dan nilai dari produksi padi

yang dihasilkan dari wilayah tersebut. Jumlah produksi padi yang hilang

dipengaruhi antara lain oleh luas panen yang hilang, produktifitas lahan sawah,

dan pola tanam dalam satu tahun. Luas panen merupakan jumlah luasan sawah

yang digarap atau berhasil panen dalam satu tahun. Pada penelitian ini

diasumsikan petani menggarap seluruh lahan sawah yang hilang tersebut dan tidak

ada gagal panen. Diasumsikan juga pola tanam dalam satu tahun untuk seluruh

lahan dipanen dua kali. Artinya luas panen yang hilang tersebut dua kali lipat dari

luas lahan sawah yang terkonversi. Produktifitas lahan sawah adalah hasil panen

per hektar lahan sawah. Produktifitas untuk seluruh tipe atau jenis sawah pada

penelitian ini disumsikan sama, sehingga tidak ada pembedaan tipe irigasi dan

jenis padi yang ditanam. Perhitungan mengenai produksi dan nilai produksi yang

hilang dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 85: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

72

Tabel 6. Dampak Terhadap Produksi Padi dan Nilai Produksi Padi Akibat

Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2011

Tahun

Produktivitas

Padi Sawah

(ton/ha)

Luas Lahan

Terkonversi

(ha)

Produksi Padi

yang Hilang

(ton)

Nilai Produksi

Padi yang

Hilang (Rp)

2002 5,26 0 0,00 0

2003 5,55 837 9.290,70 13.757.668.560

2004 5,36 130 1.393,86 1.992.104.712

2005 5,47 505 5.526,72 9.059.952.096

2006 5,62 204 2.292,96 5.155.261.968

2007 5,54 0 0,00 0

2008 5,60 508 5.688,58 14.208.945.115

2009 6,12 649 7.941,16 23.443.110.244

2010 6,02 841 10.120,59 34.705.540.944

2011 6,31 0 0,00 0

Total 3.674 42.254,58 102.322.583.640 Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, total

produksi padi yang hilang selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar

42.254,582 ton. Nilai produksi padi diestimasi menggunakan harga gabah kering

giling yang berlaku di Kabupaten Bekasi pada tahun tersebut. Tabel mengenai

harga gabah kering giling dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah produksi padi

yang hilang dikalikan dengan harga pembelian pemerintahnya. Dapat dilihat pada

Tabel 6, nilai produksi yang hilang adalah sebesar Rp 102.322.583.640 atau

sekitar 102,32 milyar rupiah.

Pada tahun 2002, 2007, dan 2011 luas lahan sawah di Kabupaten Bekasi

sempat mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pembukaan lahan sawah baru

dari lahan kering yang ada. Pembukaan lahan ini dilakukan untuk menanggulangi

pengalihfungsian lahan yang terjadi. Hal ini menyebabkan surplus produksi padi

pada tahun-tahun tersebut. Dengan asumsi yang sama, perhitungan mengenai

surplus tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 86: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

73

Tabel 7. Dampak Terhadap Produksi Padi dan Nilai Produksi Padi Akibat

Pembukaan Lahan Sawah Baru di Kabupaten Bekasi Tahun 2002-

2011

Tahun

Produktivitas

Padi Sawah

(ton/ha)

Pencetakan

Sawah Baru

(ha)

Surplus

Produksi Padi

(ton)

Surplus Nilai

Produksi Padi

(Rp)

2002 5,26 749 7.876,48 11.355.526.982

2003 5,55 0 0,00 0

2004 5,36 0 0,00 0

2005 5,47 0 0,00 0

2006 5,62 0 0,00 0

2007 5,54 432 4.784,83 12.196.536.768

2008 5,60 0 0,00 0

2009 6,12 0 0,00 0

2010 6,02 0 0,00 0

2011 6,31 119 1.502,02 5.036.867.161

Total 1.300 14.163,33 28.588.930.912 Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)

Total surplus produksi padi akibat pembukaan lahan sawah baru sebesar

14.163,33 ton atau dengan nilai sekitar 28,58 milyar. Surplus ini tidak menutupi

produksi padi yang hilang pada tahun-tahun sebelumnya, karena total pembukaan

lahan hanya sebesar 1.300 hektar sedangkan total alih fungsi lahan sebesar 3.674

hektar. Produksi padi pada sepuluh tahun terakhir masih hilang sekitar 28.091,25

ton atau bernilai sekitar Rp 73.733.652.728. Nilai tersebut diperoleh dari selisih

produksi yang hilang dan surplus produksi.

6.7. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Petani Kecamatan

Tambun Utara

Alih fungsi lahan yang terjadi akan mengurangi total pendapatan petani,

karena petani kehilangan lahan yang dapat digarap. Dalam studi kasus yang

dilakukan, alih fungsi lahan yang terjadi diawali dengan perpindahan kekuasaan

lahan dari petani kepada pengembang. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non

pertanian oleh pengembang masih sedikit, namun lahan pertanian yang ada sudah

Page 87: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

74

dibeli oleh pengembang tersebut. Pada saat ini petani yang telah menjual lahannya

masih menggarap lahannya sehingga belum terlihat dampak pendapatan dari alih

fungsi lahan, sehingga dampak terhadap pendapatan petani belum mempunyai

pengaruh yang signifikan.

Dalam menghitung dampak pendapatan yang terjadi diasumsikan bahwa

lahan yang telah di jual oleh petani telah dialihfungsikan oleh pengembang. Hasil

produksi dari lahan yang telah di jual tersebut dianggap nol karena pada masa

mendatang lahan tersebut akan menjadi lahan non pertanian. Dalam perhitungan

rata-rata perubahan pendapatan yang terjadi, pendapatan sebelum alih fungsi

lahan diasumsikan merupakan pendapatan total petani dari hasil pertanian dan

pendapatan sampingan pada saat peneliti melakukan wawancara. Pendapatan

setelah alih fungsi lahan diasumsikan didapat dari perhitungan pendapatan

sampingan dan perkiraan pendapatan dari rencana pekerjaan yang akan dilakukan

petani. Perhitungan mengenai pendapatan sebelum dan setelah alih fungsi lahan

dapat dilihat pada Lampiran 7. Pendapatan sebelum terjadi alih fungsi lahan dan

perkiraan pendapatan setelah alih fungsi lahan selanjutnya diselisihkan. Hasil

selisih tersebut dapat melihat pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap

pendapatan petani setempat. Perhitungan rata-rata perubahan pendapatan yang ada

dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 88: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

75

Tabel 8. Rata-Rata Perubahan Pendapatan per Bulan Petani Akibat Alih

Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian

Responden

Pendapatan Sebelum

Alih Fungsi

(Rp)

Perkiraan Pendapatan

Setelah Alih Fungsi

(Rp)

Selisih

Pendapatan

(RP)

1 4.887.500 2.000.000 -2.887.500

2 2.755.000 0 -2.755.000

3 6.587.500 3.000.000 -3.587.500

4 6.625.000 3.000.000 -3.625.000

5 7.250.000 3.000.000 -4.250.000

6 3.843.750 1.000.000 -2.843.750

7 8.125.000 0 -8.125.000

8 6.382.667 3.000.000 -3.382.667

9 2.287.500 1.500.000 -787.500

10 2.937.281 1.000.000 -1.937.281

11 4.486.042 0 -4.486.042

12 3.562.500 1.500.000 -2.062.500

13 6.892.208 0 -6.892.208

14 5.743.750 1.500.000 -4.243.750

15 4.333.333 0 -4.333.333

16 5.712.500 4.500.000 -1.212.500

17 9.781.250 4.500.000 -5.281.250

18 3.606.625 0 -3.606.625

19 1.850.000 4.850.000 3.000.000

Total -63.299.406

Rata-rata -3.331.548 Sumber : Data primer (diolah)

Dapat dilihat pada Tabel 8 didapat nilai rata-rata selisih pendapatan

tersebut sebesar Rp -3.331.548. Nilai ini berarti bahwa rata-rata petani akan

berkurang pendapatan total perbulannya sekitar 3,33 juta rupiah. Hal ini akan

terjadi ketika seluruh lahan mereka sudah dialihfungsikan menjadi non pertanian

oleh pengembang. Pada tabel juga dapat dilihat bahwa sebagian petani tidak

memiliki pendapatan sampingan, sehingga mereka tidak mempunyai pendapatan

jika alih fungsi lahan telah dilakukan oleh pengembang. Perlu diketahui bahwa

alasan petani memjual lahan mereka adalah karena desakan dari pihak desa untuk

Page 89: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

76

mencegah terjadinya sengketa lahan, karena pada umumnya petani tidak

mempunyai sertifikat lahan.

6.8. Perkiraan Perubahan Luas Sawah dan Dampak Terhadap Ketahanan

Pangan di Kabupaten Bekasi

Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Bekasi jika terus

berlanjut akan mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut. Lahan pertanian

yang terus menurun akan menyebabkan produksi beras yang menurun pula. Hal

ini bertabrakan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, dimana

kebutuhan akan beras akan terus meningkat. Simulasi ini dilakukan dengan

membandingkan jumlah beras yang dapat diproduksi dan jumlah beras yang

dibutuhkan masyarakat pada tahun mendatang.

Jumlah beras yang diproduksi diperoleh dari konversi jumlah gabah pada

satu tahun yang sama. Jumlah gabah yang diproduksi dihitung dari luas sawah

dikalikan produktivitas sawah dan jumlah musim panen. Luas sawah per tahunnya

diasumsikan berubah dengan laju sebesar -0,43 persen dan produktivitas lahan

diasumsikan berubah dengan laju 2,11 persen. Nilai tersebut didapat dari rata-rata

laju perubahan pada 2002-2011. Musin panen di seluruh lahan diasumsikan sama

yaitu dengan jumlah dua kali panen. Jumlah gabah tersebut dikonversi dengan

asumsi bahwa jumlah beras merupakan 62,74 persen dari jumpah gabah. Jumlah

kebutuhan beras masyarakat didapat dari jumlah penduduk dikalikan jumlah

konsumsi beras per kapita. Jumlah penduduk diasumsikan berubah pertahunnya

dengan laju sebesar 5,04 persen dan konsumsi beras diasumsikan tetap yaitu 139,5

kg per jiwa. Berdasarkan asumsi tersebut maka perkiraan luas sawah dan dampak

terhadap ketahanan pangan dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 90: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

77

Tabel 9. Perkiraan Perubahan Luas Lahan dan Dampak Terhadap

Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi dengan Konsumsi Beras

Perkapita Tetap

Tahun

Luas

Sawah

(Ha)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Produksi

Beras

(Ton)

Kebutuhan

Beras

(Ton)

Selisih

Beras

(Ton)

2011 53.703 2.753.961 425.276 383.214 42.063

2012 53.473 2.892.692 432.380 402.518 29.862

2013 53.245 3.038.411 439.603 422.795 16.808

2014 53.017 3.191.471 446.946 444.093 2.853

2015 52.791 3.352.241 454.412 466.464 -12.052 Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)

Tabel 9 menjelaskan bahwa pada tahun 2015 produksi beras tidak dapat

memenuhi kebutuhan beras di Kabupaten Bekasi. Kebutuhan beras pada tahun

tersebut lebih besar dari produksi berasnya. Kebutuhan beras pada tahun 2015

diperkirakan sebesar 466.464 ton dengan produksi diperkirakan hanya sebesar

454.412 ton. Sehingga pada tahun tersebut akan terjadi kekurangan beras sebesar

12.052 ton.

Kebutuhan beras masyarakat Indonesia lebih dari dua kali lipat rata-rata

kebutuhan beras dunia pertahunnya yang hanya berkisar antara 60 kg per jiwa.

Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementrian Pertanian Indonesia menargetkan

dapat menekan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun. Penekanan konsumsi

beras ini diperoleh dengan melakukan program penganekaragaman konsumsi

pangan dari pangan lokal, seperti singkong dan jagung. Target penurunan

konsumsi beras sebesar 1,5 persen tadi dapat dimasukan kedalam simulasi.

Kebutuhan beras masyarakat akan lebih sedikit bila ada penurunan konsumsi

beras setiap tahunnya. Berdasarkan asumsi yang sama namun terdapat penurunan

konsumsi beras sebesar 1,5 persen, maka simulasi mengenai ketahan pangan dapat

dilihat pada Tabel 10.

Page 91: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

78

Tabel 10. Perkiraan Perubahan Luas Lahan dan Dampak Terhadap

Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi dengan Konsumsi

Beras Perkapita Menurun

Tahun

Luas

Sawah

(Ha)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Produksi

Beras (Ton)

Kebutuhan

Beras (Ton)

Selisih

Beras

(Ton)

2011 53.703 2.753.961 425.276 377.465 47.811

2012 53.473 2.892.692 432.380 390.533 41.847

2013 53.245 3.038.411 439.603 404.053 35.550

2014 53.017 3.191.471 446.946 418.041 28.905

2015 52.791 3.352.241 454.412 432.513 21.898

2016 52.565 3.521.110 462.002 447.487 14.516

2017 52.340 3.698.486 469.720 462.978 6.741

2018 52.117 3.884.797 477.566 479.006 -1.440 Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)

Dengan adanya penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen setiap

tahunnya maka Kabupaten Bekasi dapat memenuhi kebutuhan beras

masyarakatnya sampai pada tahun 2018. Penurunan konsumsi beras tersebut

menyebabkan ketahanan pangan lebih lama tiga tahun dibandingkan dengan tidak

adanya penurunan konsumsi beras. Pada tahun tersebut diperkirakan produksi

beras sekitar 477.566 ton dengan konsumsi beras masyarakat sebesar 479.006 ton.

Kabupaten Bekasi akan kekurangan produksi beras sebesar 1.440 ton pada tahun

2018 jika terdapat penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen.

Page 92: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Pola alih fungsi lahan yang terjadi adalah pola yang diawali dengan

adanya alih penguasaan lahan dari petani pemilik lahan kepada

pengembang. Setelah terjadi alih kekuasaan barulah lahan dialihfungsikan

oleh pengembang menjadi sektor non pertanian. Karakteristik alih fungsi

lahan yang terjadi yaitu lahan pertanian di Kabupaten Bekasi mayoritas

dialihfungsikan menjadi Pemukiman dan Industri yang tidak dapat diubah

kembali menjadi lahan sawah.

2. Laju penyusutan lahan pertanian selama sepuluh tahun terakhir di

Kabupaten Bekasi sebesar 4,27 persen atau sekitar 0,43 persen per

tahunnya.

3. Kebijakan RTRW secara vertikal telah menetapkan Kabupaten Bekasi

menjadi wilayah penyangga dari wilayah PKN Jabodetabek, sehingga tata

ruang di wilayah tersebut akan diperuntukan untuk pemukiman, industri,

dan jasa. Hal tersebut disebabkan nilai ekonomi lahan dari industri dan

pemukiman lebih besar dari pada pertanian, mengingat wilayah tersebut

dekat dengan pusat kota dan pusat eksport-import. Kepemilikan lahan

pertanian di Tambun Utara menjadi kendala bagi petani untuk

mempertahankan lahan miliknya, karena petani tidak memliki sertifikat

lahan.

4. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten

Bekasi pada skala makro, yaitu PDRB dan Laju Pertumbuhan Penduduk.

Page 93: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

80

Faktor yang mempengaruhi pada skala mikro, yaitu jumlah tanggungan

petani dan proporsi pendapatan dari hasil tani terhadap pendapatan total.

5. Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap produksi gabah di Kabupaten

Bekasi dalam sepuluh tahun terakhir adalah hilangnya produksi gabah

sebesar 28.091,25 ton atau sekitar Rp 73.733.652.728. Dampak alih fungsi

lahan pertanian terhadap pendapatan petani adalah berkurangnya

pendapatan petani pemilik lahan dengan rata-rata sebesar Rp 3.331.548.

Hasil perkiraan perubahan luas sawah dan dampaknya terhadap ketahanan

pangan adalah produksi beras tidak dapat memenuhi kebutuhan pada tahun

2015 dengan kekurangan sebesar 12.052 ton, sedangkan jika terjadi

penurunan konsumsi beras perkapita sebesar 1,5 persen per tahun maka

produksi beras tidak akan mencukupi kebutuhan pada tahun 2018 dengan

kekurangan 1.440 ton.

7.2. Saran

1. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bekasi haruslah ditekan, karena

salah satu hal yang berpengaruh dalam alih fungsi lahan pertanian adalah

permintaan pemukiman akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk dapat ditekan melalui emigrasi dari Kabupaten

Bekasi ke wilayah lain yang tidak padat penduduk.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai luas wilayah pertanian

yang dapat dialihfungsikan dan penetapan wilayah pertanian minimum

(lahan pertanian abadi), agar produksi beras masih dapat mencukupi

kebutuhan di wilayah tersebut.

Page 94: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

DAFTAR PUSTAKA

Astuti D. 2011. Keterkaitan Harga Lahan Terhadap Laju Konversi Lahan di Hulu

Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Barlowe R. 1978. Land Resources Economics: The Economics of Real Estate.

Prentice-Hall. New Jersey.

Badan Pusat Statistik. 2011. Indonesia Dalam Angka Tahun 2011. BPS. Jakarta.

_________________. 2012. Indonesia Dalam Angka Tahun 2012. BPS. Jakarta.

_________________. 2002. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2002. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2003. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2003. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2004. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2004. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2005. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2005. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2006. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2006. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2007. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2007. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2008. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2008. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2009. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2009. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2010. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2010. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2011. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2011. BPS.

Kabupaten Bekasi.

_________________. 2012. Kabupaten Bekasi Dalam Angka Tahun 2012. BPS.

Kabupaten Bekasi.

Page 95: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

82

Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2010. Peraturan Daerah nomor 22 tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Bappeda Kabupaten Bekasi. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 12

tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi.

Cikarang Pusat. Bekasi.

Fauzi A. 2010. Peran Ekonomi Kelembagaan dalam Pengelolaan Lahan

Berkelanjutan. Artikel. http://icnie.org/2010/11/peran-ekonomi-

kelembagaan-dalam-pengelolaan-lahan-berkelanjutan. diakses pada

tanggal 30 Maret 2013.

Gujarati D. 2002. Basic Econometrics. Mc Graw Hill. Singapore.

Juanda B . 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.

________. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis, edisi kedua. IPB

Press. Bogor.

K Fanny. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tanggerang. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kemetrian Hukum dan HAM. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Jakarta.

Maulana F. 2004. Konversi Lahan Pertanian di Pantura Jawa Barat. Skripsi.

Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Nasoetion L, J Winoto. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan

Dampaknya terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Prosiding

Seminar Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air.

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Pakpahan A, N Sumaryanto, Syafa'at. 1993. Analisis Kebijaksanaan Konversi

Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian. Pusat Penelitian Sosial

Ekonomi Pertanian. Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2003. Petunjuk

Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Petanian.

Jakarta.

Puspasari A . 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian

dan dampaknya di Kecamatan Karawang Timur. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Page 96: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

83

Ruswandi A. 2005. Dampak Konversi Lahan Pertanian Perubahan Kesejahteraan

Petani dan Perkembangan Wilayah. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Sandi R. 2009. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah di

Kabupaten Karawang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sitorus S. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Sawah di Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumaryanto, et al (2005). Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke.

Penggunaan Non Pertanian. Laporan Penelitian Tahun II. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Sumaryo, S Tahlim. 2005. Pemahaman Dampak Negatif Konversi Lahan Sawah

Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya. Prosiding

Seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Pertanian Abadi.

LPPM IPB. Bogor.

Utama D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Sawah ke Penggunaan non Sawah di Kabupaten Cirebon. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Utomo. 1992. Alih Fungsi Lahan: Tinjauan Analisis dalam Makalah Seminar

Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Universitas

Lampung. Lampung

Widjanarko et al. 2006. Aspek Pertanahan dalam Pengendaliaan Alih Funsi Lahan

Pertanian (Sawah). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan

Sawah. Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Funsi Tanah Pertanian dan

Implementasinya. Prosiding Seminar Penanganan Konversi Lahan dan

Pencapaian Pertanian Abadi. LPPM IPB. Bogor.

Witjaksono R. 1996. Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Dalam

Prosiding Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan

dan Air. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Page 97: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

LAMPIRAN

Page 98: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

85

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

LINGKUNGAN

Jl. Kamper level 5 wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor (16680)

KUESIONER PENELITIAN

Hari/Tanggal : ..............................................................................................

Nomor Responden : ..............................................................................................

Nama Responden : ..............................................................................................

Alamat Responden : ..............................................................................................

..............................................................................................

No. Telepon/ HP : ..............................................................................................

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan wawancara untuk narasumber dalam

skripsi mengenai “Analisis Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap

Ketahanan Pangan" oleh Muhamad D. Yudhistira (H44080073). Kami memohon

partisipasi saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga

dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin

kerahasiaanya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam

kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara, Saya ucapkan terima

kasih.

A. Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin : L/P

2. Umur : ........ tahun

3. Status pernikahan : belum/sudah menikah

4. Pendidikan formal terakhir

□ Tidak Sekolah □ Lulus SMA

□ Tidak Lulus SD □ Lulus PT

□ Lulus SD □ Lainnya ...............

□ Lulus SLTP

5. Pendidikan non-formal

a. ........................................................... Lamanya : .............. bulan/tahun

b. ........................................................... Lamanya : .............. bulan/tahun

c. ........................................................... Lamanya : .............. bulan/tahun

6. Status kependudukan

□ Penduduk asli

□ Pendatang

□ Lainnya .....................

7. Lama tinggal : .......... tahun

8. Jumlah tanggungan keluarga .......... orang

Page 99: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

86

9. Pekerjaan sampingan petani

□ Ada

a. sebagai ....................... penghasilan Rp......................................../bulan

b. sebagai ....................... penghasilan Rp......................................../bulan

c. sebagai ....................... penghasilan Rp......................................../bulan

□ Tidak ada

B. Kondisi Pertanian

1. Pengalaman Bertani : ................. tahun

2. Keikutsertaan pada kelompok tani

□ Ya, Nama Poktan : .................................., Lamanya : .............. tahun

□ Tidak

3. Status Kepemilikan lahan

□ Milik Sendiri □ Sewa

□ Gabungan/kerjasama □ Lainnya ...............

4. Luas total lahan pertanian yang dimiliki ..............ha

5. Luas lahan sawah yang dimiliki ...............ha

6. Luas lahan bangunan (di dalam lahan pertanian) yang dimiliki .............m2

7. Jarak lahan pertanian dengan rumah ................. km

8. Jarak lahan pertanian dengan jalan raya ................... km

9. Jumlah panen padi per tahun ........ kali

10. Produktifitas lahan sawah satu kali panen ......................./ha

11. Jumlah hasil panen yang dikonsumsi sendiri dan digunakan untuk bibit

adalah ............

12. Harga jual padi Rp............................/......

13. Biaya pertanian sampai satu kali panen

a. Sewa Lahan : e. Air :

b. Bibit : f. Pajak :

c. Pupuk : g. Transpotasi :

d. Upah : h. Lainnya :

C. Persepsi Terhadap Alih Fungsi Lahan

1. Pernah menjual/mengubah fungsi lahan

□ Ya

a. Tahun ............. Luasnya ....................... Harga jual/menjadi

....................

b. Tahun ............. Luasnya ....................... Harga jual/menjadi

....................

c. Tahun ............. Luasnya ....................... Harga jual/menjadi

....................

□ Tidak

Page 100: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

87

2. Pendapatan hasil pertanian (padi) sebelum menjual lahan satu kali panen

Rp..........................

3. Pendapatan sampingan sebelum menjual lahan Rp......................../bulan

4. Pernah ditawari untuk menjual lahan pertanian

□ Ya

a. Pelaku ............. Luasnya ....................... Harga jual ................

b. Pelaku ............. Luasnya ....................... Harga jual ................

c. Pelaku ............. Luasnya ....................... Harga jual ................

□ Tidak

5. Pernah ada penyuluhan pemerintah terhadap alih fungsi lahan

□ Ya

a. Tahun ..........

b. Tahun ..........

c. Tahun ..........

□ Tidak

6. Pernah dapat bantuan pemerintah untuk pertanian

□ Ya

a. Tahun ........... berupa .............................. sebesar .........................

b. Tahun ........... berupa .............................. sebesar .........................

c. Tahun ........... berupa .............................. sebesar .........................

□ Tidak

7. Dengan keadaan sekarang, apakah ada keinginan untuk menjual lahan

□ Ya

□ Tidak

8. Jika seandainya lahan akan di jual, harga lahan yang diinginkan

Rp .........................................

9. Jika seandainya lahan akan di jual, yang selanjutnya dilakukan petani

□ Bertani tetapi pindah ke wilayah lain

□ Ganti pekerjaan sebagai ............................

□ Tidak bekerja lagi

Page 101: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

88

Lampiran 2. Tata Guna Lahan Eksisting Kabupaten Bekasi tahun 2011

Page 102: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

89

Lampiran 3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi 2011-2013

Page 103: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

90

Lampiran 4. Hasil Regresi Linear Berganda

Estimation Output

Dependent Variable: LN_LS

Method: Least Squares

Date: 08/17/13 Time: 13:51

Sample: 2002 2011

Included observations: 10 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -0.049732 0.011136 -4.465716 0.0043

LN_LJP -0.007442 0.003376 -2.204627 0.0697

LN_JI 0.036156 0.049977 0.723457 0.4966

C 11.58374 0.197204 58.73995 0.0000 R-squared 0.915840 Mean dependent var 10.91775

Adjusted R-squared 0.873760 S.D. dependent var 0.018505

S.E. of regression 0.006575 Akaike info criterion -6.921949

Sum squared resid 0.000259 Schwarz criterion -6.800915

Log likelihood 38.60975 Hannan-Quinn criter. -7.054723

F-statistic 21.76431 Durbin-Watson stat 1.460561

Prob(F-statistic) 0.001262

Histogram of Normality Test

Page 104: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

91

Variance Inflation Factors

Date: 08/17/13 Time: 13:51

Sample: 2002 2011

Included observations: 10 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF LN_GDP 0.000124 9307.885 3.480881

LN_LJP 1.14E-05 6.170531 1.164541

LN_JI 0.002498 25436.95 3.744127

C 0.038889 8996.137 NA

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.840667 Prob. F(2,4) 0.4957

Obs*R-squared 2.959399 Prob. Chi-Square(2) 0.2277

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 08/17/13 Time: 13:51

Sample: 2002 2011

Included observations: 10

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -0.004981 0.014595 -0.341265 0.7501

LN_LJP 0.001403 0.004126 0.340100 0.7509

LN_JI 0.025970 0.066823 0.388644 0.7173

C -0.084372 0.235428 -0.358375 0.7382

RESID(-1) 0.461686 0.590163 0.782303 0.4778

RESID(-2) -0.589290 0.538751 -1.093808 0.3355 R-squared 0.295940 Mean dependent var -1.95E-15

Adjusted R-squared -0.584135 S.D. dependent var 0.005368

S.E. of regression 0.006757 Akaike info criterion -6.872841

Sum squared resid 0.000183 Schwarz criterion -6.691290

Log likelihood 40.36420 Hannan-Quinn criter. -7.072002

F-statistic 0.336267 Durbin-Watson stat 1.909263

Prob(F-statistic) 0.868495

Page 105: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

92

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 1.984878 Prob. F(3,6) 0.2178

Obs*R-squared 4.981026 Prob. Chi-Square(3) 0.1732

Scaled explained SS 3.160428 Prob. Chi-Square(3) 0.3675

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID

Method: Least Squares

Date: 08/17/13 Time: 13:52

Sample: 2002 2011

Included observations: 10 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.145862 0.086605 -1.684229 0.1431

LN_GDP 0.000113 0.004891 0.023059 0.9824

LN_LJP -0.003107 0.001483 -2.095488 0.0810

LN_JI 0.022927 0.021948 1.044574 0.3365 R-squared 0.498103 Mean dependent var 0.003996

Adjusted R-squared 0.247154 S.D. dependent var 0.003328

S.E. of regression 0.002887 Akaike info criterion -8.567717

Sum squared resid 5.00E-05 Schwarz criterion -8.446683

Log likelihood 46.83858 Hannan-Quinn criter. -8.700491

F-statistic 1.984878 Durbin-Watson stat 2.515464

Prob(F-statistic) 0.217761

Page 106: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

93

Lampiran 5. Hasil Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a pengalaman -.039 .115 .114 1 .736 .962

tanggungan -2.132 1.122 3.611 1 .057 .119

luas .868 1.105 .618 1 .432 2.383

biaya .000 .000 1.167 1 .280 1.000

persentase -.324 .153 4.488 1 .034 .723

Constant 6.713 19.534 .118 1 .731 822.917

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 24.100 5 .000

Block 24.100 5 .000

Model 24.100 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 15.329a .552 .755

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 7.731 8 .460

Page 107: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

94

Classification Tablea

Observed

Predicted

Konversi Percentage

Correct tidak jual jual

Step 1 Konversi tidak jual 10 1 90.9

jual 1 18 94.7

Overall Percentage 93.3

Correlation Matrix

Constant pengalaman tanggungan luas biaya persentase

Step 1 Constant 1.000 .131 .026 .336 -.770 -.115

pengalaman .131 1.000 .614 -.727 -.481 .541

tanggungan .026 .614 1.000 -.706 -.481 .688

luas .336 -.727 -.706 1.000 .071 -.569

biaya -.770 -.481 -.481 .071 1.000 -.540

persentase -.115 .541 .688 -.569 -.540 1.000

Page 108: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

95

Lampiran 6. Harga Gabah Kering Giling Kabupaten Bekasi Tahun 2002-

2011

Bulan / Month 2002 (Rp/Kg)

2003 (Rp/Kg)

2004 (Rp/Kg)

2005 (Rp/Kg)

2006 (Rp/Kg)

Januari / January

1,500.0

1,480.0

1,566.7

1,620.0

2,283.3

Pebruari / February

1,700.0

1,490.0

1,566.7

1,608.0

1,930.7

Maret / March

1,500.0

1,460.0

1,533.3

1,683.0

1,731.5

April / April

1,200.0

1,490.0

1,400.0

1,347.0

1,857.5

Mei / May

1,500.0

1,380.0

1,433.3

1,330.0

2,470.0

Juni / June

1,500.0

1,430.0

1,316.7

1,518.0

2,545.0

Juli / July

1,200.0

1,440.0

1,300.0

1,558.0

2,187.5

Agustus / August

1,200.0

1,520.0

1,333.3

1,577.0

2,258.8

September / September

1,500.0

1,510.0

1,333.3

1,690.0

2,200.0

Oktober / October

1,500.0

1,530.0

1,333.3

1,705.0

2,325.0

November / November

1,500.0

1,560.0

1,383.3

1,823.0

2,350.0

Desember / December

1,500.0

1,480.0

1,650.0

2,213.0

2,840.0

Rata-rata / Average

1,441.7

1,480.8

1,429.2

1,639.3

2,248.3 Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi, Berbagai Terbitan

Page 109: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

96

Bulan / Month 2007 (Rp/Kg)

2008 (Rp/Kg)

2009 (Rp/Kg)

2010 (Rp/Kg)

2011 (Rp/Kg)

Januari / January

3,054.0

2,550.0

2,800.0

3,200.0

3,655.6

Pebruari / February

2,855.0

2,400.0

3,100.0

3,950.0

3,410.0

Maret / March

2,736.0

2,013.0

3,100.0

3,300.0

2,950.0

April / April

2,508.0

2,175.0

3,000.0

2,950.0

2,887.5

Mei / May

2,342.0

2,620.0

2,925.0

3,000.0

2,975.0

Juni / June

2,401.0

2,660.0

2,800.0

2,950.0

3,100.0

Juli / July

2,376.0

2,590.0

2,800.0

3,850.0

3,437.5

Agustus / August

2,510.0

2,490.0

2,800.0

4,000.0

3,431.3

September / September

2,528.0

2,550.0

3,000.0

3,850.0

3,450.0

Oktober / October

2,469.0

2,580.0

3,000.0

4,000.0

3,543.8

November / November

2,451.0

2,620.0

2,900.0

2,900.0

3,625.0

Desember / December

2,450.0

2,725.0

3,200.0

3,200.0

3,775.0

Rata-rata / Average

2,549.0

2,497.8

2,952.1

3,429.2

3,353.4 Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Bekasi, Berbagai Terbitan

Page 110: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

97

Lampiran 7. Perhitungan Pendapatan Petani Sebelum dan Setelah Alih

Fungsi Lahan

Perhitungan Pendapatan Petani Sebelum Alih Fungsi Lahan

No.

Pendapatan

Usaha Tani

(Rp)

Pekerjaan Sampingan

Pendapatan

Sampingan

(Rp)

Pendapatan

Sebelum Alih

Fungsi (Rp)

1 2.887.500 Pedagang 2.000.000 4.887.500

2 2.755.000 Tidak Ada 0 2.755.000

3 6.587.500 Tidak Ada 0 6.587.500

4 3.625.000 Pedagang 3.000.000 6.625.000

5 4.250.000 Pedagang 3.000.000 7.250.000

6 2.843.750 Pegawai Percetakan 1.000.000 3.843.750

7 8.125.000 Tidak Ada 0 8.125.000

8 3.382.667 Pemilik Warung 3.000.000 6.382.667

9 787.500 Peternak Jangkrik 1.500.000 2.287.500

10 2.137.281 Pegawai Desa 800.000 2.937.281

11 4.486.042 Tidak Ada 0 4.486.042

12 2.062.500 Pegawai Percetakan 1.500.000 3.562.500

13 6.892.208 Tidak Ada 0 6.892.208

14 4.243.750 Pemilik Warung 1.500.000 5.743.750

15 4.333.333 Tidak Ada 0 4.333.333

16 5.712.500 Tidak Ada 0 5.712.500

17 5.281.250 Peternak Ayam 4.500.000 9.781.250

18 3.606.625 Tidak Ada 0 3.606.625

19 1.000.000 Penjual Nasi Uduk 850.000 1.850.000

Page 111: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

98

Perhitungan Pendapatan Petani Setelah Alih Fungsi Lahan

No.

Pendapatan

Sampingan

(Rp)

Rencana Pekerjaan

Perkiraan

Pendapatan

(Rp)

Perkiraan

Pendapatan

Setalah Alih

Fungsi (Rp)

1 2.000.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 2.000.000

2 0 Tidak Bekerja 0 0

3 0 Dagang 3.000.000 3.000.000

4 3.000.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 3.000.000

5 3.000.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 3.000.000

6 1.000.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 1.000.000

7 0 Tidak Bekerja 0 0

8 3.000.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 3.000.000

9 1.500.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 1.500.000

10 800.000 Buruh Tani 200.000 1.000.000

11 0 Tidak Bekerja 0 0

12 1.500.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 1.500.000

13 0 Tidak Bekerja 0 0

14 1.500.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 1.500.000

15 0 Tidak Bekerja 0 0

16 0 Ternak Ayam 4.500.000 4.500.000

17 4.500.000 Meneruskan Pekerjaan

Sampingan 0 4.500.000

18 0 Tidak Bekerja 0 0

19 850.000 Petani Tanaman Hias 4.000.000 4.850.000

Page 112: ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN … · ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN ... MUHAMAD DIKA YUDHISTIRA. DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN . FAKULTAS

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhamad Dika Yudhistira, lahir pada tanggal 23 Agustus

1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara,

pasangan Bapak Dedi Umar Farouq dan Ibu Ika Atikah Pujiati. Penulis

menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Polisi 4 pada tahun 2002. Kemudian

melanjutkan ke SMP Islam Terpadu Ummul Quro Bogor, lulus pada tahun 2005.

Penulis selanjutnya diterima di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus di tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi

yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi mayor Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan minor

Arsitektur Lanskap dari Departemen Arsitektur Lanskap.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan dan

kepanitiaan. Penulis merupakan anggota Resources and Environtmental

Economics Association (REESA) sebagai staff divisi E-Ship periode 2010-2011.

Setelah itu penulis diberi amanah untuk menjadi kepala divisi E-Ship periode

2011-2012.