21
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Oleh: Anna Andreani Akse dan L.Meily Kurniawidjaya ABSTRAK Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat sampai usia 6 bulan. Cakupan ASI belum memenuhi target. Penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan dengan desain cross sectional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif ada peningkatan menjadi 63,9%. Ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur,pekerjaaan, paritan, tempat menyimpan ASI dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Perlu adanya penyebaran informasi mengenai manfaat pemberian ASI. Kata Kunci : Perilaku, ASI eksklusif ABSTRACT Exclusive Mother’s Milk is a daily baby feed program that give only Mother’s Milk without any additional liquid or solid supplement except vitamin and mineral until the baby reach the age of six month. In this days Mother’s Milk scope is not reach the target yet. This research is meant to know more about the related factors of exclusive Mother’s Milk program behavior in Kebayoran Lama Health Centre, South Jakarta with cross sectional design. The research result show that exclusive Mother’s Milk program behavior is increase to 63,9%. There is a conection between education, knowledge, attitude, family support to exclusive Mother’s Milk program behavior. And there is no conectin between ages, trenching, jobs with exclusive Mother’s Milk program behavior. It needs to kow about the information of exclusive Mother’s Milk program. Keyword: behavior, exclusive Mother’s Milk *Peminatan Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (e-mail: [email protected]) Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN KEBAYORAN LAMA

JAKARTA SELATAN TAHUN 2013

Oleh:

Anna Andreani Akse dan L.Meily Kurniawidjaya

ABSTRAK

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat sampai usia 6 bulan. Cakupan ASI belum memenuhi target. Penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan dengan desain cross sectional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif ada peningkatan menjadi 63,9%. Ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur,pekerjaaan, paritan, tempat menyimpan ASI dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Perlu adanya penyebaran informasi mengenai manfaat pemberian ASI. Kata Kunci : Perilaku, ASI eksklusif

ABSTRACT

Exclusive Mother’s Milk is a daily baby feed program that give only Mother’s Milk without any additional liquid or solid supplement except vitamin and mineral until the baby reach the age of six month. In this days Mother’s Milk scope is not reach the target yet. This research is meant to know more about the related factors of exclusive Mother’s Milk program behavior in Kebayoran Lama Health Centre, South Jakarta with cross sectional design. The research result show that exclusive Mother’s Milk program behavior is increase to 63,9%. There is a conection between education, knowledge, attitude, family support to exclusive Mother’s Milk program behavior. And there is no conectin between ages, trenching, jobs with exclusive Mother’s Milk program behavior. It needs to kow about the information of exclusive Mother’s Milk program. Keyword: behavior, exclusive Mother’s Milk

*Peminatan Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (e-mail: [email protected])  

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 2: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

 

Pendahuluan

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang berupa cairan terbaik bagi bayi

karena ASI sukar untuk digantikan dengan makanan atau cairan jenis apapun,

kandungan gizi dan zat-zat yang ada dalam ASI tidak ada yang menyamai karena

mengandung gizi yang cukup lengkap, mengandung zat imun untuk kekebalan

tubuh bayi, enzim, hormon, dan anti infeksi. Selain itu struktur cairan ASI

menyesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi mudah terserap.

ASI juga dapat melindungi kesehatan ibu karena dapat mengurangi perdarahan

pasca persalinan, mengurangi stres, mengurangi resiko kanker payudara dan

indung telur, mengurangi anemia, memperpanjang jarak kehamilan berikutnya,

dan lebih menghemat waktu dan materi. Secara aspek psikologis dapat

mempererat hubungan ibu dan bayi, serta meningkatkan status mental dan

intelektual.(Depkes RI, 2005)

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah

salah satu indikator yang digunakan dalam menentukan derajat kesehatan suatu

bangsa. Dari hasil berbagai penelitian yang telah ada bahwa angka kematian ini

terkait berbagai faktor antara lain masalah Gizi. Status gizi ibu pada waktu

melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun

langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan

gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang

paling sempurna dan paling murah adalah ASI atau Air Susu Ibu. Pemberian Air

Susu Ibu pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak

dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling

sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai

gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak,

memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan

ikatan emosional antara ibu dan bayinya.

Angka ASI Eksklusif didunia sangat bervariasi dan tidak berbanding lurus

dengan kemajuan suatu negara. Jepang dan Inggris adalah contoh negara maju

dengan Angka ASI Eksklusif yang rendah. Susu formula, sosial budaya, dan

wanita bekerja menjadi alasan pemakaian susu formula yang tinggi. Berdasarkan

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 3: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

penelitian WHO yang dikutip oleh Roesli (2008) pada enam negara berkembang,

resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut

tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini

meningkat menjadi 48%.

Secara Nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6

bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2%

tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun

2009 menjadi 61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi

sampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008

dan meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas,2007 – 2009).

Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran

karena masa amenorhoe lebih panjang, pemulihan status gizi yang lebih baik

sebelum kehamilan berikutnya. UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada

ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Sesudah usia 6

bulan bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan

tetap memberikan ASI sampai minimal umur 2 tahun. Pemerintah Indonesia

melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasi kepada ibu untuk menyusui

eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Dalam Riskesdas 2010 dikumpulkan

data tentang pola pemberian ASI pada anak 0-23 bulan yang meliputi : proses

mulai menyusui, pemberian kolostrum, pemberian makanan prelakteal, menyusui

eksklusif, dan pemberian MP-ASI.

Berdasarkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010

presentase pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi di wilayah pedesaan dibanding

perkotaan : untuk usia 0-1 bulan di pedesaan 50% dan perkotaan 41,7 %, untuk

usia 2-3 bulan di pedesaan 41,7 % dan perkotaan 34,8 % dan untuk usia 4-5 bulan

di pedesaan 34,8% dan perkotaan 26,9%.Presentase pemberian makanan

prelakteal berupa susu formula lebih tinggi di perkotaan (82,3%) dari pada di

perdesaan (59,8%). Di perdesaan, persentase pemberian makanan prelakteal non-

susu (air putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang,

nasi/bubur, dan lainnya) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Menurut tingkat

pendidikan dan status ekonomi terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat

pendidikan dan status ekonomi, cenderung semakin tinggi persentase pemberian

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 4: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

makanan prelakteal berupa susu. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan

dan status ekonomi, semakin tinggi persentase pemberian makanan prelakteal

non-susu (air putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu,

pisang, nasi/bubur, dan lainnya). Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama

bagi bayi, namun tidak semua bayi mendapatkan ASI dari ibunya. Periode

pemberian ASI sebaiknya adalah sejak lahir sampai bayi berumur 2 tahun, tetapi

tidak semua bayi dapat disusui selama periode tersebut. Kriteria menyusui

eksklusif berbeda menurut data yang diperoleh melalui survei, sehingga dalam

membandingkan hasil suatu survei perlu ditelaah lebih dahulu masing-masing

kriteria menyusui eksklusif. Pada salah satu survei menyusui eksklusif dapat

didefinisikan bila selama 24 jam terakhir bayi masih menyusui dan hanya

diberikan ASI saja tanpa diberikan makanan lain selain ASI. Referensi waktunya

adalah hanya selama 24 jam terakhir tanpa memperhitungkan riwayat pemberian

makanan lain pada waktu sebelumnya. Akan tetapi, definisi tersebut masih

mengandung kelemahan karena kemungkinan bayi diberikan makanan lain

sebelumnya, terutama saat bayi bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Makanan

tersebut disebut sebagai makanan prelakteal yang umumnya masih dilakukan

sebagian ibu di Indonesia.

Berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasioanal (Susenas) Tahun 2009

di Indonesia sebesar 61,3 % persentase meningkat di Tahun 2010 berdasarkan

data terakhir cakupan pemberian ASI Eksklusif (0-6 bulan) di Indonesia sebesar

61,5 % sementara itu cakupan pemberian ASI Eksklusif (0-6 bulan) menurut

Provinsi di Indonesia Tahun 2010 untuk Provinsi DKI Jakarta sebesar 62,1 %

(Susenas,2010).

Cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan menurut Provinsi di

Indonesia Tahun 2011 untuk provinsi DKI Jakarta sebesar 38,6 % cakupan

pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan untuk wilayah Jakarta Timur sebesar 53,9 %

(Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2011).

Dan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada tahun

2012 bayi yang mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan adalah 49 %. Dan ini

menunjukkan masih belum mencapai target Nasional yang dicanangkan

pemerintah yaitu 80% untuk pemberian ASI Eksklusif.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 5: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

(Profil Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan, 2012)

Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan tinggi dan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, di antaranya perilaku ibu menyusui yang

kurang mendapat dukungan, pemberian makanan dan minuman sebelum ASI

keluar, ibu kurang percaya diri kalau ASI-nya cukup untuk bayi, ibu kembali

bekerja, dan gencarnya promosi susu formula. Selain itu, sikap petugas kesehatan

yang kurang mendukung, lemahnya perencanaan program Peningkatan Pemberian

ASI (PP-ASI), lemahnya sanksi pelaksanaan Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB)

bagi tenaga medis yang tidak mendukung program ASI.

ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara Eksklusif

adalah dimana bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa diberikan atau

tergantikan dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,

santan, atau tanpa makanan padat lain seperti pisang, pepaya, bubur susu, dan

lain-lain. Sesungguhnya, memberikan ASI adalah cara memberikan makanan

secara alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapat informasi bahkan

seringkali dapat informasi yang salah tentang pemanfaatan ASI eksklusif, tentang

bagaimana menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila terdapat

masalah dalam pemberian ASI.

Perkembangan zaman menuntut kehidupan yang lebih kompetitif sehingga

wanita lebih banyak bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Sesuai kodratnya, pekerja wanita juga akan mengalami haid, kehamilan,

melahirkan dan menyusui, namun mereka diperlakukan sama. Memberikan ASI

pada ibu bekerja merupakan masalah yang belum bisa diatasi dengan baik karena

tempat kerja para ibu yang menyusui belum ramah terhadap bayi. Susu formula

yang akhirnya menjadi solusi yang sangat tepat bagi mereka karena keadaan

tersebut.

Mengingat pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada Bayi, dan belum

tercapainya Cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang hanya mencapai Persentase 49%, maka

Penelitian ini perlu dilakukan.

     

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 6: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa

tambahan makanan padat lainnya hingga berusia 6 bulan pertama kehidupannya.

(Roesli, 2009).

Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti

ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan

perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan

bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI Eksklusif juga

mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang

menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan

bila anak tersebut sakit.( Kementrian Negara pemberdayaan perempuan RI, 2008).

Manfaat ASI

Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalanterutama

Immuniglobullin A (IgA) yang melindungi bayi dariberbagai infeksi terutama

diare, membantu pengeluaranmeconium. Menyelamatkan kehidupan bayi.

Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yangseimbang dan cukup

kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. Selalu

bersih dan selalu siap tersedia dalam suhu yang sesuai. Mudah dicerna dan zat gizi

mudah diserap. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang

dapat menimbulkan alergi. Pemberian ASI Eksklusif akan melindungi bayi baru

lahir dariberbagai penyakit akan, terutama alergi dan gangguan pencernaan.

Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah hypothermia padabayi baru lahir.

Pemberian ASI Eksklusif berarti mempertahankan pemberian ASI sekurangnya 4-

6 bulan. Pemberian ASI akan membantu pencegahan infeksi.

Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu yaitu memberikan 98% metode

kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan

hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali. Menempelkan

segera bayi pada payudara membantupengeluaran plasenta karena isapan bayi

merangsangkontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan resiko pasca persalinan.

Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 7: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

produksi ASI dan proses laktasi Isapan puting segera dan sering membantu

mencegahpayudara bengkak. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja

ibu karenaASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehatdan

tersedia dalam suhu yang cocok. Pemberian ASI sangat ekonomis.

Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi

Manfaat ASI Eksklusif bagi Keluarga antara lain tidak perlu uang untuk

membeli susu formula, kayu bakar atauminyak untuk merebus air, susu atau

peralatan. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit(hemat)

dalam perawatan kesehatan dan berkurangnyakekhawatiran bayi akan sakit.

Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASIekslusif. Menghemat

waktu keluarga bila bayi lebih sehat. Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti

hemat tenaga bagikeluarga sebab ASI selalu siap tersedia.

Metode

Lokasi penelitian bertempat di wilayah kerja Puskesmas Kebayoran Lama

Jakarta Selatan. Penelitian ini kuantitatif jenis survey menggunakan rancangan

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi

usia 7-11 bulan yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kebayoran Lama

Jakarta Selatan.

Sampel penelitian ini didapat dengan kriteria inklusi ibu-ibu yang memiliki

bayi usia 7-11 bulan, Ibu tersebut tinggal dalam wilayah kerja Puskesmas

Kebayoran Lama Jakarta selatan dan memiliki bayi 0- 11 bulan . Apabila ibu

tersebut memiliki lebih dari 1 bayi yang berusia 6-11 bulan, maka hanya dianggap

sebagai 1 sampel adalah anak yang paling kecil. Ibu tersebut tidak keberatan

untuk dijadikan responden. Tercatat dalam Kohort Ibu dan Bayi di Puskesmas.

Sampel diambil secara acak pada setiap ibu yang berkunjung di klinik dan

posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama ditanyakan

berapa umur bayi, setelah itu dilakukan wawancara pada ibu dengan

menggunakan kuisioner sesuai dengan kriteria Inklusi sampai mencukupi jumlah

sampel yang sudah ditentukan yaitu 120 orang sampel.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara

menggunakan kuesioner dengan instrumen kuesioner yang dikembangkan dari

berbagai penelitian mengenai pengetahuan sikap dan perilaku meliputi Variabel

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 8: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Dependen yaitu Perilaku Pemberian ASI Eksklusif dan Variabel Independen yaitu

Karakteristik ibu (Umur, pendidikan, pekerjaan, paritas), Pengetahuan, dan Sikap.

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif didapatkan dengan wawancara kepada

responden ibu mengenai perilaku pemberian ASI kepada bayinya tanpa diberikan

makanan lain sampai bayi berusia 6 bulan, setelah itu baru diberikan makanan

tambahan (MP-ASI).

Pengetahuan responden didapatkan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan pengetahuan tentang ASI yaitu antara lain manfaat kolostrum,

perlunya pemberian ASI, frekuensi menyusui, pemberian makanan pengganti ASI

dan makanan tambahan, manfaat ASI bagi ibu dan bayi. Sikap ibu didapatkan

dengan mengajukan beberapa pernyataan yang menggambarkan perilaku ibu

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Untuk

pengumpulan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kebayoran Lama Jakarta

Selatan berupa Profil, gambaran umum dan data lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Analisis data dilakukan secara bertahap. Analisis univariat untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase tiap variabel. Analisis bivariat

dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen dan independen. Uji

statistik yang digunakan adalah Chi-Square / Continuity Correction. Keputusan

digunakan derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Bila nilai p < 0,05 maka uji

statistik bermakna (signifikan) dan bila nilai p lebih dari 0,05 maka perhitungan

statistiknya tidak bermakna. Untuk mengetahui derajat / kekuatan hubungan

dilihat dari nilai OR.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 9: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Hasil

Karakteristik Responden

Tabel Distribusi Responden di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2013

Variabel Frekuensi (n)

Persentase (%)

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

76 44

63,3 36,7

Umur Ibu Muda Tua

61 59

50,8 49,2

Pendidikan Ibu Tingkat Pendidikan Dasar Tingkat Pendidikan Menengah dan Tinggi

17 103

14,2 85,8

Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Bekerja

100 20

83,3 16,7

Paritas Ibu 1 orang anak >1 orang anak

30 90

25 75

Pengetahuan Ibu Rendah Tinggi

37 83

30,8 69,2

Sikap Ibu Negatif Positif

21 99

17,5 82,5

Adanya tempat menyimpan ASI Tidak ada Ada

107 11

89,2 10,2

Dukungan Keluarga Tidak mendukung Mendukung

19 101

15,8 84,2

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 10: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Pembahasan

Perilaku pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kebayoran

Lama lebih banyak memberikan ASI Eksklusif (63,3%) dibandingkan tidak

memberikan ASI Eksklusif (36,7%). Berdasarkan teori perilaku yang

dikemukakan oleh Green (1980) perilaku kesehatan dalam hal ini perilaku dalam

pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu, predisposising

Faktor (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya),Enabling Factor (ketersedian fasilitas dan sarana kesehatan,

kebijakan),Reinforcing Factor (dukungan keluarga/suami, dan petugas kesehatan).

Umur muda yaitu umur ibu ≤ dari mean (27 tahun) sebanyak 61 responden

(50,8%) dan umur tua yaitu umur ibu > dari mean sebanyak 59 responden

(49,2%). Periode umur yang baik untuk menyusui adalah sekitar umur 20-35

tahun. Bila umur kurang dari 20 tahun wanita masih dalam masa pertumbuhan,

dari faktor biologisnya sudah siap namun aspek psikologisnya belum matang.

Begitu pula jika ibu menyusui umur lebih 35 tahun, masalah kesehatan sering

timbul dengan komplikasi (Hartanto, 2008).

Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan menengah dan

tinggi sebanyak 103 responden (85,8%) tingkat pendidikan rendah sebanyak 17

responden (14,2%) tingkat pendidikan dasar. Tingkat pendidikan seseorang

sangat berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari

luar, seperti sikap atau penerimaan anjuran menyusui. Orang yang berpendidikan

tinggi akan memberikan respon yang rasional dibanding mereka yang

berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian

besar responden yang tidak bekerja sebanyak 100 orang (83,3%) dibandingkan

responden yang bekerja sebanyak 20 responden (16,7%).Pekerjaan ibu juga

diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam

memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila

dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini

disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah (sektor formal) memiliki akses

yang lebih baik terhadap berbagai informasi.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 11: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Berdasarkan penelitian diketahui sebagian besar responden yang memiliki

> 1 orang anak 90 orang (75%) sedangkan yang memiliki 1 orang anak sebanyak

30 orang (25%).Ibu yang mempunyai 1-2 anak mempunyai kemungkinan

menyusui ASI eksklusif 10 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak

mempunyai anak sejumlah itu (Soeparmanto, 2001).

Hasil dari penelitian menunjukkan dari 120 responden, sebanyak 37

responden (30,8%) pengetahuan rendah dan 83 responden (69,2%) pengetahuan

tinggi. Artinya, dalam penelitian ini didapatkan pengetahuan tinggi lebih banyak

dari pengetahuan rendah. Pengetahuan dalam faktor-faktor yang berhubungan

denga perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, karena teknik menyusui yang

salah juga akan mempengaruhi aktifitas pemberian ASI eksklusif namun

pemberian ASI eksklusif tidak terbatas karena kurangnya pengatehuan ibu

menyusui, namun juga karena faktor-faktor lain seperti mitos atau kepercayaan

yang menyebabkan orang tua merasa tidak apa tidak memberikan ASI eksklusif

kepada bayi mereka (Sulistyoningsih, 2006).  

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki sikap positif 99 orang (82,5%) sedangkan yang memiliki sikap negatif

sebanyak 21 orang (17,5%).Sikap adalah perasaan mendukung maupun perasaan

tidak mendukung pada suatu objek (Azwar, 2003).Proses menyusui merupakan

proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak

karena akan timbul rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun

memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruh bagi keberhasilan

menyusui (Sulistyoningsih, 2006)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden tidak

memiliki tempat menyimpan ASI sebanyak 107 orang (89,2%) sedangkan yang

memiliki tempat menyimpan ASI sebanyak 13 orang (10,8%).Menurut IDAI

(2012) bahwa wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI adalah yang keras,

terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat menyimpan ASI untuk jangka

waktu yang lama. Kantung plastik khusus sebagai wadah penyimpanan ASI dapat

dipergunakan untuk jangka pendek yaitu kurang dari 72 jam. Penggunaan kantung

plastik untuk jangka waktu yang lama tidak dianjurkan karena plastik tersebut

dapat tumpah, bocor, terkontaminasi dan beberapa komponen ASI dapat

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 12: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

menempel pada kantung plastik tersebut sehingga nilai gizi ASI berkurang. Selain

itu wadah penyimpanan ASI sebaiknya kedap udara.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang

didukung keluarga sebanyak 101 orang (84,2%) dibandingkan responden yang

keluarganya tidak mendukung sebanyak 19 orang (15,2%).Keberhasilan dalam

memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja sangat

tergantung dari lingkungan terutama dukungan dari suami, anggota

keluarga lain, rekan sekerja dan komunitas sehingga ibu dapat dengan

nyaman memberikan ASI serta mengasuh anaknya sambil bekerja.

Memberikan ASI bukanlah semata-mata masalah ibu seorang diri

melainkan juga masalah keluarga dan masyarakat.

Variabel yang berhubungan dengan ASI eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan responden dengan umur muda yang

memberikan ASI Eksklusif sebesar 63,9% tidak jauh beda dengan umur tua

sebesar 62,7%. Hasil uji statistik diperoleh p value (1,000) maka dapat

disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu

dengan prilaku pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Nurjanah (2007) yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang

bermakna antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif. Tetapi hal ini tidak

sesuai dengan teori dari Pudjadi (2000) yang menyatakan bahwa umur adalah

faktor yang menentukan pemberian ASI Eksklusif. Perbedaan hasil penelitian ini

dengan teori, mungkin disebabkan menurut Swasono (2008) promosi susu

formula sangat gencar dilakukan, sehingga dapat menjadi stimulus bagi para ibu

untuk memilih memberikan susu formula dibandingkan pemberian ASI.

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan ibu dari 120 responden lebih

dari separuh tingkat pendidikan menengah dan tinggi memberikan ASI Eksklusif

sebesar 68,9% dibandingkan tingkat pendidikan rendah sebesar 29,4 %, artinya

responden yang tingkat pendidikan menengah dan tinggi lebih banyak dari

responden yang tingkat pendidikan rendah yang memberikan ASI Eksklusif. Hal

ini didukung dengan uji statistik yang memperlihatkan adanya hubungan yang

bermakna antara pendidikan ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 13: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

dengan p value sebesar 0,003, dan menghasilkan OR sebesar 5,325. Hal ini

berarti responden dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi mempunyai

peluang memberikan ASI Eksklusif 5,325 kali dibandingkan responden dengan

tingkat pendidikan dasar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zakiyah (2012) yang

mengatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu

dengan pemberian ASI Eksklusif. Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin

mempunyai perilaku untuk memberikan ASI Eksklusif. Namun penelitian ini

bertolak bekakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2007) yang

mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

dan pemberian ASI Eksklusif, dengan nilai OR sebesar 1,79 yang berarti ibu yang

berpendidikan rendah berpeluang untuk memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1,79

kali dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi.

Menurut Siregar (2004), kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam bekerja

dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat

menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Selain itu

kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja seperti cuti yang terlalu

singkat juga sangat mempengaruhi perilaku menyusui eksklusif pada ibu. Hasil

penelitian dari 120 responden didapatkan bahwa ibu yang tidak bekerja

memberikan ASI Eksklusif sebesar 66% tidak jauh beda dengan ibu yang

bekerja memberikan ASI Eksklusif sebesar 50%. Dari hasil tersebut ditemukan

tidak adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku

pemberian ASI Eksklusif dengan p value sebesar 1,000.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yuliandarin (2009) dan

Zakiyah (2012) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara

pekerjaan ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Dari penelitiannya

disimpulkan bahwa bagi ibu rumah tangga menyusui tidak terjadwal dan bukan

merupakan beban dan masalah sedangkan bagi ibu yang bekerja diluar rumah

harus meninggalkan anaknya selama 7 jam sehingga menyusui bukanlah hal

mudah buat mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki 1 orang anak

memberikan ASI Eksklusif sebesar 73,3% tidak jauh beda dengan ibu yang

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 14: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

memiliki > 1 orang anak sebesar 60%. Didapatkan tidak adanya hubungan yang

bermakna antara paritas dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif dengan p value

sebesar 0,274. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliandarin (2009) yang

menemukan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan

perilaku pemberian ASI Eksklusif.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Hariyani (2008), Proverawati (2010), Widyastuti (2004) yang

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan perilaku

pemberian ASI Eksklusif. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi

ASI jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang melahirkan pertama kali. Jumlah

persalinan yang pernah dialami ibu memberikan pengalaman dalam memberikan

ASI kepada bayi. Ibu akan semakin berpengalaman dalam memberikan ASI dan

mengetahui ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga

tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI.

Dari responden 120 orang didapatkan hasil penelitian pengetahuan ibu

tinggi lebih banyak memberikan ASI Eksklusif sebesar 74,7% dibanding

pengetahuan ibu rendah yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 37,8%.

Sehingga didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu

dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif dengan p value 0,000 dan nilai OR

sebesar 4,850. Hal ini berarti responden dengan pengetahuan tinggi mempunyai

peluang 4,850 kali memberikan ASI Eksklusif dibandingkan responden dengan

pengetahuan rendah. Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior). Hasil dari penelitian ditemukan bahwa ternyata perilaku yang didasari

pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.

Namun demikian, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian

Helmi (20100 yang menemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Keadaan ini bisa dikarenakan

pengetahuan yang didapatkan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif tidak

dipraktekan dalam kehidupan sehari – hari, hanya sebatas pengetahuan saja.

Hasil penelitian menunjukka sikap ibu positif lebih banyak memberikan

ASI Eksklusif sebesar 74,7% dibandingkan sikap ibu negatif yang memberikan

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 15: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

ASI Eksklusif sebesar 9,5%. Dan didapatkan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif p value

sebesar 0,000 dan nilai OR 28,120. Dari hasil tersebut maka responden dengan

sikap ibu positif mempunyai peluang 28,120 kali memberikan ASI Eksklusif

dibandingkan responden dengan sikap ibu negatif. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Ferawati (2010) yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna

antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif, bahwa responden yang mempunyai

sikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif berpeluang 6,5 kali akan

memberikan ASI secara Eksklusif dibandingkan responden yang mempunyai

sikap negatif.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Iskandar (2012) yang menemukan

tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku

pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan sikap positif dari ibu tidak

mendapatkan dukungan dari keluarga. Data menunjukkan bahwa ibu masih

memiliki sikap negatif berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif, diantaranya

ketakutan terhadap perubahan bentuk payudara dan dianggap tidak menarik lagi

bagi suami jika ibu menyusui.

Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memiliki tempat penyimpanan

ASI yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 84,6% dan ibu yang tidak

memiliki tempat penyimpanan ASI sebesar 60,7%. Dari hasil didapatkan p value

(0,129) yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna antara adanya tempat

penyimpanan ASI dengan prilaku pemberian ASI Eksklusif. Hal ini terjadi

dikarenakan kantor ibu bekerja tidak menyediakan tempat menyimpan ASI.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Baswori (2012) yang menemukan bahwa

adanya hubungan antara adanya tempat menyimpan asi dengan pemberian ASI

Eksklusif .

Dari 120 responden didapatkan adanya pojok ASI mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif sebesar 100% dibanding tidak adanya pojok ASI yang

memberikan ASI eksklusif sebesar 63%. Hasil uji statistik diperoleh p value

(1,000) yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna antara pojok ASI

dengan prilaku pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan adanya ibu yang

memberikn ASI tanpa adanya pojok ASI. Berdasarkan penelitian IDAI (2012)

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 16: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

yang dilakukan dibeberapa kantor dan pabrik bahwa pojok ASI mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif dimana ibu bekerja ternyata merasa nggak nyaman dan

repot harus tetap memberikan ASI eksklusif sambil tetap melakukan

pekerjaannya. Hal ini terkait dengan tidak tersedianya ruang menyusui (pojok

ASI) untuk para ibu memompa ASI di beberapa kantor pemerintahan dan pabrik

yang menjadi tempat penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan keluarga yang mendukung lebih banyak

responden memberikan ASI Eksklusif sebesar 73,3% dibanding adanya keluarga

tidak mendukung sebesar 10,5%. Hasil uji statistik diperoleh p value (0,000)

yang berarti bahwa adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan

prilaku pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan nilai OR 23,296 didapatkan

keluarga mendukung mempunyai peluang sebesar 23,296 memberikan ASI

Eksklusif dibandingkan responden dengan keluarga yang tidak mendukung.

Menurut Roesli (2000) mengatakan dukungan keluarga merupakan faktor yang

pada prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat emosional maupun psikologi

yang diberikan kepada ibu yang menyusui dalam memberikan ASI. Keputusan

memberikan ASI Eksklusif bukan hanya ditentukan oleh ibu. Strategi untuk

memotivasi praktek pemberian ASI Eksklusif adalah meningkatkan keterlibatan

suami dan anggota keluarga lainnya.

Dari semua dukungan keluarga bagi ibu yang menyusui, dukungan suami

adalah dukungan yang sangat berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Suami cukup memberikan dukungan

secara emosional dan bantuan – bantuan praktis seperti mengganti popok dll

(Roesli, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliandarin (2009) dan

Zakiyah (2012) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Namun hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian Ferawati (2010), Arini (2003) dan Maria

(2004) yang menemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Perilaku pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama terdapatyang memberikan ASI

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 17: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Eksklusif (63,3%) dan tidak memberikan ASI Eksklusif (36,7%). Berdasarkan

umur ibu didapatkan, umur muda yaitu umur ibu ≤ dari mean (27 tahun) sebanyak

61 responden (50,8%) dan umur tua yaitu umur ibu > dari mean sebanyak 59

responden (49,2%). Dari 120 responden diketahui responden memiliki tingkat

pendidikan menengah dan tinggi sebanyak 103 responden (85,8%) dan tingkat

pendidikan rendah sebanyak 17 responden (14,2%) tingkat pendidikan dasar.

Berdasarkan pekerjaan ibu didapatkan responden yang tidak bekerja sebanyak 100

orang (83,3%) dan responden yang bekerja sebanyak 20 responden (16,7%).

Berdasarkan paritas diketahui responden yang memiliki > 1 orang anak 90 orang

(75%) dan yang memiliki 1 orang anak sebanyak 30 orang (25%). Dari 120

responden, sebanyak 37 responden (30,8%) pengetahuan rendah dan 83 responden

(69,2%) pengetahuan tinggi. Berdasarkan sikap ibu didapatkan responden yang

memiliki sikap positif 99 orang (82,5%) dan yang memiliki sikap negatif

sebanyak 21 orang (17,5%). Berdasarkan adanya tempat menyimpan ASI terdapat

responden tidak memiliki tempat menyimpan ASI sebanyak 107 orang (89,2%)

dan yang memiliki tempat menyimpan ASI sebanyak 13 orang (10,8%).

Berdasarkan dukungan keluarga terdapat responden yang didukung keluarga

sebanyak 101 orang (84,2%) dibandingkan responden yang keluarganya tidak

mendukung sebanyak 19 orang (15,2%). Berdasarkan analisis bivariat, terdapat

hubungan bermakna antara pendidikan ibu (p value = 0,003 dan OR = 5,325),

pengetahuan ibu (p value = 0,000 dan OR = 4,850), sikap ibu (p value = 0,000 dan

OR = 28,120), dan dukungan keluarga (p value = 0,000 dan OR = 23,296) dengan

perilaku pemberian ASI Eksklusif. Namun tidak ditemukan hubungan yang

bermakna antara umur ibu, pekerjaan ibu, paritas, adanya tempat menyimpan ASI

dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.

Daftar Pustaka

Agyemang, et al. (2008). Early initiation of breast-feeding in Ghana: barriers and

facilitators. Kintampo Helth Research Center, Ghana Health Service,

kintampo, Ghana; dalam Journal of Perinatology (2008) 28, S46-S52.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 18: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Amin, et al. (2010). Determinants of initiation and exclusivity of breastfeeding in

Al Hassa, Saudi Arabia. Breatfeed Med. 2011 Apr; 6(2): 59-68. Epub

2010 Oct 29.

Andini Indri. (2009) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan

Suami Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di BPS Ny. Erlinda

Surya Anis Semarang Tahun 2009.[Skripsi]. Universitas Diponegoro,

Semarang.

Astuti. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pada

ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan

2010. [Skripsi]. FKM UI, Depok.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI (2010) Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010.

Baker, et al. (2006). Early initiation of and exclusive breastfeeding in large-scale

community-based programmes in Bolivia and Madagascar. Academy for

Educational Development dalam J Health Popul Nutr 2006

Dec;24(4):530-539.

Dashti, et al. (2010). Determinants of breastfeeding initiation among mothers in

Kuwait. Internasional Breastfeeding Journal 2010, 5:7.

Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas

Kesehatan di Puskesmas, Jakarta. Direktorat Gizi Masyarakat.

Depkes RI. (2007). Modul Kegiatan IMD, Jakarta.

Depkes RI. (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD, Jakarta.

Depkes RI. (2007). Pelatihan Konseling Menyusui, Jakarta.

Depneg Pemberdayaan Perempuan. (2008). Pemberdayaan perempuan dalam

peningkatan pemberian ASI, Jakarta.

Edmond, et al. (2006). Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal

mortality. Pediatrics. 2006 Mar; 117(3): e380-6.

Fikawati, Syafiq. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu

Ekslusif Dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia. Makara, Kesehatan,

Vol 14

No 1, Juni 2010: 17-24.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 19: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Green, Kreuteur. (2005). Health Program Planing An Educational And

Ecological Approach. Health promotion Planning, 2005.

Hauck, et al. (2011). A Western survey of breastfeeding initiation, prevalence and

early cessation patterns. Matern Child Health J. 2011 Feb; 15(2): 260-8.

Iwan Ariawan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada penelitian kesehatan.

FKM UI Jurusan Biostatistik dan Kependudukan.

Iskandar, et al. (1990). Initiation and duration of breastfeeding in Indonesia. Asia

Pac Popul J. 1990 Mar; 5(1): 89-112

Khasanah. (2010). ASI atau Susu Formula. FlashBooks, 2011.

Kiki Purnama. (2010). Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif

Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Di RB Kartini Panjang

Kecamatan Panjang Utara Kota Bandar Lampung Tahun

2010.[Skripsi]. Bandar Lampung.

Kumar, et al. (2011). Determinants in initiation of breastfeeding among lactating

women in block R. S. Pura of district Jammu (India). Annals of Tropical

Medicine and Public Health/ Jul-Dec 2011/ Vol 4/ Issue 2.

Leblanc, et al. (2008). Effect of a prenatal nutritional intevention program on

initiation and duration of breastfeeding. Canadian Journal of Practice

and Research 2008;69:101-105.

Lee, et al. (2006). A population-based survey on infant feeding practice (0-2

years) in Hongkong: breastfeeding rate and patterns among 3,161 infant

below 6 month old. Hongkong Nutrition Association, dalam Asia Pac J

Clin Nutr 2006; 15(3): 377-387.

Lemeshow, et al. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Madhu, et al. (2009). Breastfeeding practice and newborn care in rural area :

A Descriptive cross-sectional study. Departement of pharmacology, St

Johns Medical College, Bangalore, India dalam Indian Journal of

Community Medicine/vol 34/issue 3/jully 2009.

Morhason, et al. (2009). Social support during childbirth as catalyst for early

breastfeeding initiation for first-time Nigerian mothers. International

Breastfeeding Journal 2009, 4:16 doi: 10. 1186/1746-4358-4-16.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 20: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Mullany, et al. (2008). Breast-Feeding Patterns, Time to Initiation, and Mortality

Risk among Newborns in Southern Nepal. The Journal of Nutrition; Mar

2008; 138, 3; Academic Research Library pg. 599.

Nani. (2010). Hubungan Kelompok Pendukung Ibu dalam penerapan IMD di

Puskesmas Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun

2010. [Skripsi]. FKM UI, Depok.

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, 2005.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, 2007.

Notoatmodjo. (2010). Teori Ilmu Prilaku. Rineka Cipta, 2010.

Ogunlensi. (2009). Maternal socio-demographic factors influencing the initiation

and exclusivity of breastfeeding in Nigerian semi-urban setting. Matern

Child Health J (2010) 14;459-465.

Paramitha. (2008). Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini dari

http://www.ASI.PASTI.com [online][8 Maret 2009]

Pertiwi. (2008). Pemberian ASI dini dan faktor-faktor yang berhubungan di

Puskesmas Rangkapan Jaya Kecamatan Pancoran Mas Depok Tahun

2008. [Skripsi]. FKM, UI. Depok.

Putri. (2009). Pengetahuan, Sikap dan Niat Ibu Hamil untuk melakukan IMD di

Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat Tahun

2009. [Skripsi]. FKM, UI. Depok.

Roesli, U (2008). Inisiasi Menyusui Dini. Pustaka Bunda, Jakarta.

Roesli, U (2009).Seri I Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Jaya, Jakarta.

Rusnita. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD di

kamar bersalin IGD RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

November 2008 [Skripsi]. FKM UI, Depok.

Soetjiningsih. (1997). ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. EGC, Jakarta, 1997.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta,

Bandung, 2009.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2012.

Suharsono. (1993). MemasyarakatkanPenyusuan Dini Dan Rawat Gabung.

Majalah Kedokteran. Indonesia, Volum:43, Nomor:6, Juni, 1993.

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013

Page 21: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN …

Suheryan. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan inisiasi pemberian

ASI dini di wilayah Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun

2005 [Tesis]. FKM UI, Depok.

Sulaningsih. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian

ASI pada jam pertama setelah melahirkan di Kabupaten Cirebon

Propinsi Jawa Barat tahun 2006 [Skripsi]. FKM UI, Depok.

Vieira, et al. (2010). Determinants of breastfeeding initiation within the first hour

life in a Brazilian population: cross-sectional study. BMC Public Health

2010, 10:760.

Ward, M, et all. (2004). Infant feeding : factors affecting initiation, exclusivity

and duration. Id Med J. Abstract ; Jul-Aug ; 97 (7): 197-9.

Williams, Robert. (1993). Nutrition in Pregnancy and Lactation. Fifth edition,

Mosby-Year Book,1993.

 

 

 

Faktor-faktor yang..., Anna Andreani Akse, FKM-UI, 2013