87
1 SKRIPSI FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR 2012 Oleh : EKA SUPRIANTO BALALIO 142 280 060 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012

faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eka suprianto balalio

Citation preview

Page 1: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

1

SKRIPSI

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

2012

Oleh :

EKA SUPRIANTO BALALIO

142 280 060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2012

Page 2: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

2

Page 3: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

3

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Sang Pemberi nikmat walaupun tak pernah meminta balasan.

Pengasih dan Penyayang bagi orang–orang yang mau bernaung atas

cinta-Nya.Dengan limpahan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan segala keterbatasan dan kekurangan

dengan judul ”Faktor – factor yang berhubungan dengan kejadian anemia

pada pasien penyakit ginjal kronik yan melakukan Hemodialisis di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar Tahun 2012”.

Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada

junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga beliau,

sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan tantangan

yang penulis hadapi selama menempuh perkuliahan sampai penyelesaian

skripsi ini, namun dengan bantuan semua pihak baik materi maupun

nonmaterial kepada penulis sehingga semua dapat teratasi sesuai

harapan.

Melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Ayahanda

Abd. Basyar dan Ibunda tercinta Suriaty Totondeng S. Pd doa restu, cinta,

Page 4: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

4

kasih sayang, pengorbanan dan dedikasinya dalam mendidik penulis,

yang selalu menjadi motivator dan memberikan semangat, doa yang tulus

dan ikhlas kepada penulis. Terima kasih atas doa dan dukungannya yang

telah membuat hidupku tak berarti tanpa mereka.

Perkenankan pula penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Maryunis, S.Kep, Ns, M. Kes selaku

Pembimbing I dan Bapak Safruddin, S. Kep, Ns Selaku Pembimbing II

yang dengan penuh keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Terima kasih pula kepada Bapak dr.Muh.Khidri Alwi M. Kes, M. Ag selaku

Penguji I dan Ibu Tutik Agustini, S. Kep, Ns selaku Penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan pemikiran, masukan dan kritikan

yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati tak lupa pula penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H. Muh. Mokhtar Noer Jaya, SE, M.Si selaku ketua Yayasan Wakaf

Universitas Muslim Indonesia Makassar.

2. Prof.Dr.Hj. Masrurah Mokhtar, MA selaku Rektor Universitas Muslim

Indonesia Makassar

3. DR. Sudirman, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

4. dr.H.Muh.Khidri Alwi, M.Kes, M.Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan sekaligus selaku Penguji I

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

Page 5: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

5

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan dan

keterampilan di bidang keperawatan

6. Seluruh staf pegawai, administrasi, keamanan, dan kepustakaan

kampus yang secara langsung maupun tidak langsung membantu

penulis selama menimba ilmu di Universitas Muslim Indonesia

Makassar

7. Adikku tersayang Dwy Jayanti yang selalu menjadi motivator dan

memberikan semangat,doa serta bantuan untuk penulis dalam

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungannya

yang telah membuat hidupku sangat berarti.

8. Wahyuniarsy Masri S.Pd kakak sekaligus orang yang ada dihati dan

berarti bagi penulis yang selalu membantu, memberikan semangat,

motivasi dan mendampingi penulis dalam susah maupun senang

terutama dalam pembuatan skripsi.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Muh. Nurfadli S. Kep, Muh. Syahrul Alam

S. Kep, dan Ria Murkawati S. Kep yang selalu memberikan keceriaan

di hari-hari penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

10. Saudara-saudara terbaikku Heril Amir S. Kep, Andi Febriawan

Ahdam, Husnul Mubarak, Muh. Irvan Buyung dan Abdul Fatah yang

selalu memberikan semangat kepada penulis. Kalian semua telah

mengajarkan arti kebersamaan dan rasa kekeluargaan (Keep Our

Friendship). Senang bisa mengenal dan menjadi bagian dari kalian.

Page 6: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

6

11. Teman-teman terbaikku Dwy Srikandi,Rahmiana Baharuddin S.Kep,

Nasrul Hidayat dan semua teman-teman Keperawatan UMI Angkatan

2008 khususnya kelas C yang tidak sempat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, pengertian serta

segala bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuangan di PSIK FKM UMI Angkatan 2008 yang

telah berjuang bersama-sama dan saling memotivasi untuk

menggapai cita-cita.

13. Junior-junior terbaikku angkatan 2010, 2011, 2012 terkhusus junior-

juniorku Iin, Indah, July, Ummy, Wulan, Nurul, Iccank. Terimakasih

atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan

penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah

pengetahuan bagi penyusun, serta bermanfaat bagi pengembangan

profesi keperawatan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Februari 2013

Penulis

Page 7: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

7

RINGKASAN

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia Skripsi, Februari 2013

Eka Suprianto Balalio (142280060) “FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR 2012” (Dibimbing oleh Maryunis dan Safruddin) (xii + 59 halaman + 15 Tabel + 12 Lampiran)

Dampak dari pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis salah satunya adalah anemia.anemia pada GGK muncul ketika kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt.anemia akan berat lagi apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila ginjal sudah mencapai stadium akhir,anemia akan secara relatif menetap. anemia pada gagal ginjal kronik terutama diakibatkan oleh berkurangnya eritropoetin.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hfaktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasen penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di ruangan hemodialisis di RSUD Labuang Baji Makassar.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan “Accidental Sampling” dengan jumlah sampel 21 diambil dari jumlah populasi yaitu 31 responden. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuisioner kemudian menggunakan uji statistik Chi-Square Fisher’s Extract Test kemudian hasilnya diuji dengan cara dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan narasi.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian anemia karena nilai p=0,593 lebih besar dari α=0,05, tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia karena nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05, tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin denga kejadian anemia karena nilai p=0,701 lebih besar dari α=0,05, tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia karena nilai p=0,274 lebih besar dari α=0,05, dan tidak ada hubungan bermakna antara lama HD dengan kejadian anemia karena nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara umur, status gizi, jenis kelamin, pekerjaan, dan lama HD dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan pada Perawat untuk menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga mereka dipandang sebagai perawat yang dapat dipercaya Hendaknya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat mengutamakan komunikasi dengan baik.

Kata Kunci : Anemia, Penyakit Ginjal Kronik, Hemodialisis.

Daftar Pustaka : 45 (2005-2013)

Page 8: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

RINGKASAN……………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI........................................................................................... ........ iv

DAFTAR TABEL.................................................................................... ........ x

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ....... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian………………………………………… 5

D. Manfaat Penelitian…………………………….................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Ginjal Kronik…....... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Hemodialisis.......................... 13

C. Tinjauan Umum Tentang Anemia................................... 18

D. Tinjauan Tentang Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian

Anemia .......... 21

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ............................................ 25

Page 9: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

9

B. Hipotesis Penelitian……………........................ 26

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.......... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian................................................... 29

B. Tempat dan WaktuPenelitian…………………….. 29

C. Populasi dan Sampel………………………………. 30

D. Pengolahan Data Dan Analisa Data……………... 31

E. InstrumenPenelitian………………………………… 33

F. MasalahEtika……………………………………….. 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil RS Labuang Baji Makassar………………………….. 35

B. Hasil Penelitian………………………………………………. 37

C. Pembahasan…………………………………………………. 47

D. Keterbatasan Penelitian…………………………………….. 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………. 58

B. Saran…………………………………………………………… 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Sebab – sebab Penyakit Ginjal Kronik .......... 9 Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronik........................ 9 Tabel 2.3 Kategori IMT untuk Orang Asia....................................... 21 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Demografi di Ruang Hemodialisis RS. Labuang Baji Makassar 2012................................................................ 39

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …...................................................................... 40

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …….. 40

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …….. 41

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 42

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama HD yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 43

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anemia yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 43

Page 11: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

11

Tabel 5.8 Hubungan Umur dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 43

Tabel 5.9 Hubungan Status Gizi dengan Anemia Pada Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 44

Tabel 5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia Pada Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 45

Tabel 5.11 Hubungan Pekerjaan dengan Anemia Pada Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 46

Tabel 5.12 Hubungan Lama HD dengan Anemia Pada Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 …………………………………………….. 47

Page 12: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Master Tabel Penelitian

Lampiran 5 Layout Hasil Analisa Data

Lampiran 6 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi

Lampiran 7 Surat Izin Rekomendasi Permintaan Data Awal dari FKM UMI

Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Pemprov Sul-Sel

Lampiran 9 Surat Izin Rekomendasi Penelitian dari FKM UMI

Lampiran10 Surat Izin Penelitian dari Pemprov Sul-Sel

Lampiran11 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSUD Labuang Baji Makassar

Lampiran12 Riwayat Hidup Penulis

Page 13: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik adalah proses kerusakan pada ginjal

dengan rentan waktu lebih dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronik dapat

menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60

mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan

kelainan sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi

penyakit ginjal kronik pada penderita kelainan bawaan seperti

hiperoksaluria dan sistinuria (Lieske,2011).

Sampai saat ini penderita penyakit gagal ginjal tergolong

banyak, menurut data dari Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI)

pada tahun 2005 di seluruh dunia terdapat 1,1 juta orang menjalani

dialisis kronik, serta diproyeksikan pada tahun 2010 menjadi lebih dari

2 juta orang. Di Indonesia sendiri, angka kejadian gagal ginjal terminal

berada pada 100 pasien baru setiap 1 juta penduduk per tahun

(YDGI, 2005).

Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal

ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 2003 terjadi 166.000

kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada tahun 2008 menjadi

372.000 kasus. angka ini diperkirakan, masih akan terus naik. Pada

tahun pada tahun 2014 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000

kasus.Selain itu, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika

diperkirakan mengalami penyakit ginal kronik tahap awal. Hal yang

Page 14: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

14

sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura itu, pada akhir tahun

1996 didapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima, terapi

pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari

200.000 penderita (Santoso, 2008).

Pada tahun 2008 jumlah pasien gagal ginjal mencapai 2260

orang, salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita

gagal ginjal dari tahun ke tahun di dunia ini salah satunya adalah

kurangnya kesadaran masyarakat terhadap infeksi dini penyakit

tersebut (Vida, 2008).

Penyakit ginjal menyebabkan pasien mengalami

permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial

yang dirasakan sebabagi kondisi yang menekan dan permasalahan

psikologis yang dialami pasien penyakit ginjal kronik ditunjukkan dari

sejak pertama kali pasien divonis mengalami penyakit ginjal kronik

(Iskandarsyah, 2006).

Prosedur pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki

keadaan tersebut adalah melalui hemodialisis atau transplantasi

ginjal, tetapi karena mahalnya biaya operasi transplantasi ginjal dan

susahnya pencarian donor ginjal, maka cara terbanyak yang

digunakan yaitu hemodialisis (Iskandarsyah, 2006).

Dampak dari pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisis salah satunya adalah anemia.anemia pada GGK

muncul ketika kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt.anemia akan berat

Page 15: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

15

lagi apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila ginjal

sudah mencapai stadium akhir,anemia akan secara relatif menetap.

anemia pada gagal ginjal kronik terutama diakibatkan oleh

berkurangnya eritropoetin. Anemia merupakan kendala yang cukup

besar bagi upaya mempertahankan kualitas hidup pasien penyakit

ginjal kronik (Lewis,2005).

Dalam penelitian sebelumnya faktor utama yang menyebabkan

terjadinya anemia adalah defisiensi eritropoetin (EPO) sebagai akibat

kerusakan sel-sel penghasil EPO (sel peritubuler) pada ginjal. Di

samping itu ada beberapa factor yang memperberat terjadinya

anemia antara lain adanya zat inhibitor eritropoesis, pendarahan

akibat trombopati, anemia hemolitik akibat terjadinya mikroangiopati,

kehilangan darah akibat pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium atau darah yang terperangkap atau darah yang

tertinggal di alat hemodialisis, defisiensi zat besi dan zat nutrisi lainya,

hiperparatiroid sekunder (Suryanto, 2005).

Anemia pada penyakit ginjal kronik umumnya disebabkan oleh

berkurangnya hemoglobin dalam darah sehingga proses produksi

eritropoetin juga berkurang.selanjutnya mereka mengalami anemia

jika kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dl.di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar ruang hemodialisis dari bulan Januari sampai Oktober 2012

terdapat 31 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodilaisis ( Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, 2012).

Page 16: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

16

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, jumlah kunjungan

rawat jalan dengan diagnosa gagal ginjal pada tahun 2009 sebanyak -

3503 kunjungan, tahun 2010 sebanyak 3203 kunjungan, tahun 2011

sebanyak 2545 kunjungan, dan pada tahun 2012 (Januari – Oktober)

jumlah kunjungan sebanyak 2347 kunjungan (Rumahh Sakit Labuang

Baji Makassar, 2012).

Dari observasi awal serta wawancara singkat dengan kepala

ruangan hemodialisis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji

Makassar, didapatkan perubahan fisik yang terjadi pada mereka yang

menjalani hemodialisis yaitu pruritus (gatal-gatal pada kulit),

kering,belang,dan juga termasuk anemia yang merupakan efek dari

proses hemodialisis.

Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat

diketahui pelaksanaan hemodialisis dapat mengakibatkan Anemia

pada sebagian besar pasien penyakit ginjal kronik.Selama ini

penelitian tentang hubungan anemia pada pasien penyakit ginjal

kronik yang melakukan hemodialysis masih kurang , sehingga hal ini

yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas,

maka rumusan masalahnya adalah “Faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan kejadian Anemia pada pasien Penyakit Ginjal

Page 17: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

17

Kronik yang melakukan hemodialisis di Ruang Hemodialisis Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Untuk mengetahui Faktor – faktor yang berhubungan dengan

kejadian Anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

melakukan Hemodialisis di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian

anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji

Makassar 2012.

b. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan

kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit

Labuang Baji Makassar 2012.

c. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

melakukan hemodialisis di ruang hemodialisis Rumah sakit

Labuang Baji Makassar 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan

kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

Page 18: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

18

melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit

Labuang Baji Makassar 2012.

e. Untuk mengetahui hubungan antara lama HD dengan kejadian

anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji

Makassar 2012.

D. Manfaat Peneliti

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah

bagi peningkatan ilmu pengetahuan,terutama yang terkait dengan

kejadian anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

melakukan hemodialisis.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada

perawat ruang hemodialisis tentang Anemia yang sering terjadi

pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang telah melakukan

Hemodialisis.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sedang

menjalani terapi Hemodialisis.

4. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi

peneliti berikutnya.

5. Sebagai latihan dan pengalaman berharga bagi peneliti untuk

mengetahui kejadian anemia yang terjadi pada pasien Penyakit

Page 19: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

19

Ginjal Kronik yang melakukan Hemodialisis dan dapat

menerapkanya di lapangan.

6. Mengembangkan intervensi keperawatan bagi pasien penyakit

ginjal kronik yang mengalami anemia untuk pemberian eritropoetin

atau tindakan lain guna meminimalisir timbulnya pendarahan yang

dapat menyebabkan anemia.

Page 20: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Penyakit Ginjal Kronik

1. Defenisi

Smeltzer (2005) menjelaskan penyakit ginjal kronik adalah

gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi

urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Penyakit ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (end-

stage ginjal disease, ERDS) adalah istilah yang digunakan untuk

menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh proses

kerusakan ireversibel (Patricia, 2006).

Penyakit ginjal kronik menurut Corwin (2006) yaitu destruksi

struktur ginjal yang progresif dan terus menerus.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit ginjal

kronik merupakan penurunan fungsi ginjal perlahan yang

mengakibatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil-hasil

metabolisme tubuh terganggu. Hal ini terjadi setelah berbagai

macam penyakit yang merusak nefron ginjal yang lebih lanjut akan

dibahas pada etiologi penyakit ginjal kronik (Corwin, 2006).

Page 21: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

21

2. Etiologi

Price & Wilson (2006) mengklasifikasikan sebab-sebab penyakit

ginjal kronik dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi sebab-sebab penyakit ginjal kronik

3. Tanda dan Gelaja

Smeltzer (2005) dalam buku ajar keperawatan medikal bedah

menjelaskan tanda dan gejala penyakit ginjal kronik.

Tabel 2.2 Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik

Kardiovaskuler Hipertensi Pitting edema (kaki,tangan,sacrum ) Edema periorbital Friction rub pericardial Pembesaran vena leher

Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Kulit kering bersisik

Klasifikasi Penyakit Penyakit Infeksi Penyakit peradangan Penyakit vascular hipertensif Gangguan jaringan penyambung Gangguan konginetal dan herediter Penyakit metabolic Nefropati toksik Nefropati obstruktif

Pielonefritis kronik Glomerulonefritis Nefroskelerosis benigna Nefroskelerosis maligna Lupus eritomotosus sistemik Poliarteritis nosoda Skelerosis sistemik progresif Penyakit ginjal polikiistik Asidosis tubulus ginjal Diabetes mellitus Gout Hiperparatiroidisme Amiloidosis Penyalahgunaan analgetic Nefropati timbale Saluran kemih bagian atas : kalkuli,retinoperitoneal Saluran kemih bagian atas : hipertrofi prostat,striktur uretra,anomaly conginetal pada leher kandung kemih dan uretra

Page 22: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

22

Pruritus Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar

Pulmoner Krekels Sputum kental Nafas dangkal Pernafasan kussmaul

Gastrointestinal Nafas berbau ammonia Ulserasi dan pendarahan di mulut Anoreksia,mual da muntah Konstipasi dan diare Pendarahan dari saluran GI

Neurologi Kelemahan dan keletihan Konfusi Disorientasi Kejang Kelemahan pada tungkai Rasa panas pada telapak kaki Perubahan perilaku

Muskuloskeletal Kram otot Kekuatan otot hilang Fraktur tulang Foot drop

Reproduksi Amenorea Atrofi testikuler

4. Stadium

Seperti pada pembahasan sebelumnya, penurunan fungsi

ginjal tidak berlangsung secara sekaligus, melainkan berlangsung

seiring berjalannya waktu.

Apabila masalah pada ginjal dapat dideteksi sedini mungkin

maka terapi untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal dapat

dilakukan dengan cepat untuk sebisa mungkin penurunan fungsi

ginjal tersebut tidak mencapai stadium akhir. Untuk itu penting bagi

penderita mengetahui pada stadium berapa penyakit ginjal kronik

Page 23: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

23

yang dideritanya agar tim medis dapat memberikan terapi yang

tepat (Hartono, 2008).

Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) (2008) membagi 5

stadium penyakit ginjal kronik yang ditentukan melalui

penghitungan nilai glumelular filtration rate (GFR).

a. Stadium 1, dengan GFR normal (>90 ml/min)

b. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)

c. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat (30 s/d 59 ml/min)

d. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah (15 s/d 29 ml/min)

e. Stadium 5, penyakit gagal ginjal stadium akhir / terminal (>15

ml/min).

5. Penatalaksanaan

Smeltzer (2005) memaparkan bahwa tujuan

penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan

homeostatis selama mungkin.

Prosedur pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki

keadaan tersebut adalah melalui hemodialisis atau transplantasi

ginjal, tetapi karena mahalnya biaya operasi transplantasi ginjal

dan susahnya pencarian donor ginjal, maka cara terbanyak yang

digunakan yaitu hemodialisis (Iskandarsyah, 2006).

membahas bahwa terapi hemodialisis dibutuhkan apabila

fungsi ginjal seseorang telah mencapai tingkatan terakhir (stadium

5) atau lebih lazim dengan penyakit ginjal terminal dan pada

Page 24: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

24

keadaan ini hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah

kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua

kompartemen yang terpisah. Hemodialisis akan dipaparkan secara

jelas pada pembahasan selanjutnya (Kumala, 2011).

B. Tinjauan tentang Hemodialisa

1. Definisi

Hemodialisis adalah tindakan mengeluarkan air yang

berlebih zat sisa nitrogen yang terdiri atas ureum, kreatinin,

serta asam urat dan elektrolit seperti kalium, fosfor, dan lain-

lain yang berlebihan pada klien penyakit ginjal kronik,

khususnya pada penyakit ginjal terminal (Hartono, 2008).

Corwin (2006) menjelaskan hemodialisis adalah dialisis

yang dilakukan diluar tubuh. Pada prosedur ini darah

dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter dan masuk ke

dalam sebuah alat besar (mesin) yamng memiliki

membranesemipermeabel.

Hemodialisis adalah tindakan untuk mengambil zat-zat

nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air

yang berlebih (Smeltzer, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa hemodialisis merupakan tindakan mengeluarkan zat sisa

metabolisme dan cairan berlebih melalui membran semi

permiabel dengan prinsip dialysis (Smeltzer, 2005)

Page 25: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

25

2. Indikasi Dan Kontraindikasi

Indikasi hemodialisis yaitu penyakit ginjal yang tidak lagi

dapat dikontrol melalui penatalaksanaan konservatif,

pemburukan sindrom uremia yang berhubungan dengan EDRS

(mis, mual, muntah, perubahan neurologis, kondidi neuropatik,

perikarditis), gangguan cairan atau elektrolit berat yang tidak

dapat dikontrol oleh tindakan yang lebih sederhatan (Patricia,

2006).

3. Prinsip Kerja

Smeltzer (2005) menjelaskan ada 3 prinsip yang

mendasari kerja hemodialisis,yaitu:

a. Difusi, toksik dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi

dengan cara bergerak dari darah (konsentrasi tinggi) ke

cairan dialisat (konsentrasi rendah).

b. Osmosis, air yang berlebih dikeluarkan melalui proses

osmosis, pengeluaran air dikendalikan dengan menciptakan

gradien tekanan air bergerak dari daerah dengan tekanan

yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih

rendah (cairan dialisat).

c. Ultrafiltrasi, gradien dapat ditingkatkan melalui penambahan

tekanan negatif yang dikenal sebagai untrafiltrasi pada

mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini

Page 26: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

26

sebagai kekuatan pengisap pada membran dan

memfasilitasi pengeluaran air.

Patricia (2006) menjelaskan proses hemodialisis

dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi

dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan)

yang memindahkan produk limbah yang terakumulasi dari darah

ke dalam mesin dialisis. Pada mesin tersebut, cairan dialisat

dipompa melalui salah satu sisi membran filter, sementara

darah klien keluar dari sisi yang lain.

4. Komplikasi

Smeltzer (2005) Beberapa komplikasi yang dapat terjadi

pada hemodialisis yaitu :

a. Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan

dikeluarkan.

b. Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang tetapi

dapat terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada, dapat terjadi karena pCO2 menurun

Bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh

d. Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk

akhir metabolisme meninggalkan kulit

e. Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena

perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai

serangan kejang.

Page 27: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

27

f. Kram otot yang nyeri, terjadi ketika cairan dan elektrolit

dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel.

5. Perubahan yang terjadi pada pasien hemodialisis

Orang dengan penyakit kronis menghadapi perubahan

permanen dalam gaya hidupnya, ancaman, martabat dan harga

diri, gangguan transisi hidup normal dan penurunan sumber-

sumber. Hal ini diperkuat dengan hasil survey, pasien dengan

penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis lebih

dari 4 tahun maka ia telah mulai dapat menyesuaikan diri

dengan penyakitnya (Iskandarsyah, 2006).

YDGI (2008) menjelaskan perubahan yang terjadi pada

pasien hemodialisis antara lain :

a. Problem kulit, seperti gatal-gatal (pruritus), kulit kering

(xerosis), kulit belang (skin discoloration).

b. Rasa mual dan lelah.

c. Masalah tidur, gangguan tidur dialami sekitar 50-80% pasien

yang menjalani terapi hemodialisis.

Lubis (2006) terjadinya perubahan dan gangguan pada

fungsi tubuh pasien hemodialisis, menyebabkan pasien harus

melakukan penyesuaian diri secara terus menerus selama sisa

hidupnya. Penyesuaian ini mencakup keterbatasan dalam

memanfaatkan kemampuan fisik dan motorik, penyesuaian

terhadap perubahaan fisik dan pola hidup, ketergantungan

Page 28: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

28

secara fisik dan ekonomi pada orang lain serta ketergantungan

pada mesin dialisa selama sisa hidup.

Banyak ulama mengatakan bahwa berbekam pada

bulan ramadhan itu membatalkan puasa.Berbekam

(mengeluarkan darah kotor dari kepala dan anggota tubuh

lainnya) adalah makruh karena bisa mengakibatkan tubuh

menjadi lemas dan menyeret orang berbekam untuk berbuka

puasa. Demikian pula halnya yang semakna dengan ini adalah

memberikan donor darah ataupun proses dyalisis.

Hukum ini merupakan bentuk kompromi dari hadits

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, yaitu hadits

mutawatir yang di dalamnya beliau menyatakan :

حاج فطر ال محجوم أ م وال

Terjemahan : “Telah berbuka orang yang berbekam dan orang yang membekamnya.” (H.R.Mutawir).

C. Tinjauan Tentang Anemia

1. Defenisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak

memproduksi sel darah merah dalam kadar yang cukup. Hal ini

dapat dinilai dari kadar hemoglobin atau sel darah merah pasein

yang berada dalam nilai dibawah normal melalui pemeriksaan

laboratorium dengan mengambil sampel darah. Hemoglobin

adalah suatu protein yang mengikat oksigen dan

Page 29: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

29

mengangkutnya dari paru-paru keseluruh tubuh. Nilai normal

untuk Hb secara umum adalah dalam kisaran 11.5s/d 17

gram/dl. Bila kadar Hb berkurang karena menurunnya sel darah

merah maka akan timbul gejala-gejala anemia seperti :

a. Pucat, lemas, rasa mengantuk

b. Pusing berkunang-kunang

c. Berdebar-debar

d. Sesak nafas

e. Kesemutan

f. Tidak dapat mentoleransi dingin

g. Berkurang kemampuan beraktifitas

h. Gangguan fungsi seksual

i. Gejala pada jantung seperti ampek, sesak, hingga bisa

berakibat gagal Jantung

2. Etiologi

Pada penyebab anemia yang terjadi pada penyakit ginjal

kronis antara lain :

a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

b. Pendarahan

c. Penekanan sum-sum utulang ( misalnya oleh

kanker )

d. Defisiensi nutrient ( nutrisional Anemia ) meliputi

defisiensi besi,folicacid,piridoksin,vitamin C dan

Page 30: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

30

Copper (Hoffbrand,2006).

3. Derajat Anemia

Menurut Konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(2009) bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan

dengan menggunakan alat cyanmet. Hasil pemeriksaan Hb

dengan Cyanmet dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Hb 11gr% : tidak anemia

b. Hb 9-10gr% : anemia ringan

c. Hb 7-8gr% : anemia sedang

d. Hb <7gr% : anemia berat

4. Patofisiologi

Patogenesis pada penyakit ginjal kronik pada awalnya

tergantung pada penyakitnya yang mendasarinya, akan tetapi

dalam perkembangan selanjutnya proses terjadi kurang lebih

akan sama.karena penurunan fungsi glomelurus filtrasi di

akibatkan karena penyakit tertentu menyebabkan terganggunya

eksresi asam nukleat yang mengakibatkan penumpukan purin di

tibulus ginjal,lama kelamaan timbunn tersebut akan membentuk

kristal di ginjal (Hoffbrand, 2006).

Pada penyakit vesikuler yang terjadi peradangan akan

terjadi kerusakan yang menyebabkan penurunan filtrasi

glomelurus,ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron

berkurang,sehingga ada dua adaptasi yang penting yang

Page 31: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

31

dilakukan ginjal.sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam

usaha untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal

(Hoffbrand, 2006).

Pada penyakit ginjal kronik juga mengganggu sistem

reproduksi wanita sering mengalami ketidak teraturan

menstruasi terutama amenore dan infertilitas.pada pria akan

terjadi penurunan libido dikarenakan mengalami atrofi

testis,oligosperma (jumlah sperma menurun) dan motilitas

sperma berkurang.pada sistem endokrin juga akan mengalami

gangguan seperti gangguan insulin dan paratiroid

hormon.anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah

merah,penurunan rentang,hidup sel darah merah,peningkatan

kecenderungan pendarahan (akibat kerusakan fungsi

trombosit).perubahan pertumbuhan berhubungan dengan

perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.(Black & Hawks,

2005).

D. Tinjauan tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Anemia

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,

dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40

tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut

Page 32: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

32

>60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung

sejak dilahirkan (Harlock, 2007).

Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun biasanya organ-

organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-

penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya

serta daya tahan tubuh masih kuat.tetapi pada usia >25 adalah

usia yang rentan akan penyakit kronik seperti gagal ginjal

kronik.orang yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan

menjalani terapi hemodialisis kemungkinan besar akan anemia

(Dini, dkk, 2009).

2. Status gizi

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari

nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2005). Status

gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu (Supariasa,2009). Sedangkan menurut Gibson

(2010) status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil

akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam

tubuh dan utilisasinya.

Status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia karena

adanya pembatasan asupan karena diet. Untuk mengetahui baik

buruknya gizi seseorang yang biasa di gunakan adalah berat

badan. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur

Page 33: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

33

kategori berat badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau

yang singkat dengan IMT. Cara menghitung IMT adalah dengan :

berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter)

(Gibson, 2010).

Untuk orang Asia dewasa, kategori IMT adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.3 Kategori IMT untuk Orang ASIA

Klasifikasi IMT (kg/m2)

BB kurang BB normal BB lebih - Preobesitas - Obesitas I - Obesitas II

< 18,5 18,5 – 22,9 23 23 – 24,5 25 – 29,9 > 30

Artinya, jika Anda mendapatkan IMT 18,5 – 22,9, berarti

Berat Badan Anda termasuk dalam kategori normal (Mietha, 2009).

3. Jenis Kelamin

Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara

biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Siklus biologis

membuat wanita lebih rentan terserang anemia dibandingkan pria.

Sayangnya banyak wanita yang cenderung mengabaikan penyakit

ini (Indarti, 2007).

Anemia di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang memengaruhi produktivitas penderitanya.

Page 34: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

34

Tercatat angka kematian ibu di negeri ini mencapai 390/100 ribu

kelahiran hidup (Dinkes,2010).

Adapun data tahun 2007, 20 persen dari 515.000 kematian di

seluruh dunia disebabkan anemia.Untuk menangkalnya, para

wanita harus lebih banyak mengonsumsi makanan yang

mengandung zat besi.Kebutuhan dan cadangan zat besi untuk

perempuan itu 1 mg/hari. Sedangkan untuk perempuan hamil

mencapai 6-10 mg/hari, kebutuhan zat besi untuk ibu hamil

meningkat seiring bertambahnya jumlah cairan di dalam tubuh

(Indarti, 2007).

Hal lain yang membuat wanita lebih berisiko terkena anemia

adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid

atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung

dari hari pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan

berikutnya.Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. Kalau

diperkirakan pembalut yang dihabiskan dalam jangka waktu itu

antara 3-5 pembalut per hari atau sekitar 80 ml darah selama haid.

kadar hemoglobin darah antara laki-laki dan perempuan tidak

sama. Laki-laki normal memiliki kadar 13 gr persen, sedangkan

perempuan normal dan lansia memiliki 12 gr persen. (Irawan, dkk,

2008).

Page 35: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

35

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan

jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah

sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dan juga

pekerjaan yang lebih baik adalah pekerjaan yang dapat

berkembang, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman.

(Notoatmodjo, 2007).

Banyak orang sering melakukan aktivitas yang berlebihan

tanpa memikirkan kesehatanya.melakukan aktivitas yang

berlebihan dapat menyebabkan lemah,letih dan lesu,dimana lemah

,letih dan lesu dapat menyebabkan anemia.melakukan aktivitas

boleh saja akan tetapi harus di seimbangkan dengan istrahat yang

cukup,olahraga yang teratur dan juga makanan yang bergizi

(Pujangkoro,2006).

5. Lama Hemodialisis

Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 sampai 12 jam

dalam seminggu untuk mencuci seluruh darah yang ada, tetapi

karena ini waktu yang cukup panjang, maka biasanya akan dibagi

menjadi tiga kali pertemuan dalam seminggu selama 3-5 jam setiap

kali hemodialisa (Hartawan, 2010).

Hal ini tidak sama untuk tiap orang,lamanya waktu yang

dibutuhkan dan berapa kali dalam seminggu harus dilakukan

Page 36: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

36

hemodialisis sangat tergantung pada derajat keruskan ginjal, diet

sehari-hari, penyakit lain yang mnyertai, ukuran tubuh, dan lain-lain

(Hartawan, 2010).

Lama HD mempengaruhi kejadian anemia karena Kehilangan

darah akibat waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa. Hal ini

dapat terjadi karena hampir tidak mungkin semua darah pasien

kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa. Pasti ada darah

pasien yang tinggal di dialyzer (ginjal buatan) atau bloodline,

meskipun jumlah nya tidak signifikan (Jansen,2007).

Page 37: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

37

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dikemukakan pada tinjauan

pustaka, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Moderat

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel yang di teliti

Variabel yang tidak diteliti

Umur

Status Gizi

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Lama HD

Anemia pada pasien gagal ginjal

kronik yang di lakukan

hemodialisis

Sosial Ekonomi

Page 38: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

38

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini :

1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis.

2. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis.

3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yag melakukan hemodialisis.

4. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis.

5. Ada hubungan antara lama hemodialisis dengan kejadian anemia

pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis.

C. Definisi Operasional

1. Umur

Umur yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah umur

pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

kriteria objektif:

Dewasa : apabila 18 - 40 tahun

Dewasa Madya : apabila 41 – 60 tahun

Lanjut Usia : apabila > 60 tahun

Page 39: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

39

2. Status gizi

Status gizi yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah

status gizi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialis. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk

mengukur kategori berat badan seseorang adalah Indeks Massa

Tubuh atau yang singkat dengan IMT (indek massa tubuh). Cara

menghitung IMT adalah dengan : berat badan (kilo gram) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (meter).

Kriteria Objektif :

Gizi Buruk : apabila IMT < 18,5 – 22,9 kg/m2

Gizi Baik : apabila IMT > 18,5 – 22,9 kg/m2

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini

adalah jenis kelamin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialis.

kritteria objektif :

Perempuan : apabila tercatat di KTP berjenis kelamin Perempuan

Laki-laki : apabila tercatat di KTP berjenis kelamin Laki-laki

4. Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah

pekerjaan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialis.

Page 40: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

40

kriteria objektif :

Tidak Bekerja / Beraktivitas : apabila responden tidak melakukan

kegiatan secara aktif,contoh pesiunan PNS, Pensiunan TNI/POLRI,

dan lain-lain.

Bekerja/Beraktivitas : apabila responden melakukan

kegiatan tertentu secara aktif,seperti wiraswasta, PNS, TNI/POLRI,

Petani, dan lain-lain.

5. Lama HD

Lama HD yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah

lama HD pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialis.

kriteria objektif :

Belum lama :apabila responden melakukan hemodialisis < 6 bulan.

Lama :apabila responden melakukan hemodialisis > 6 bulan.

6. Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

hemodialisis.

Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

hemodialisis.

kriteria objektif :

Anemia : apabila kadar hemoglobin < 11 gr persen.

Tidak anemia : apabila kadar hemoglobin > 11 gr persen.

Page 41: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

41

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan Accidental sampling. Menurut Sugiyono (2005)

Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang

yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini

biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana

sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti

memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu factor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di ruang

hemodialisis RS. Labuang Baji Makassar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang hemodialisis RS. Labuang

Baji Makssar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012.

Page 42: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

42

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti (Hidayat 2007).

Pada penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh pasien

yang menjalani terapi hemodialisis diruang hemodialisis Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar sebanyak 31 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian (subset) dari populasi

yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili

populasinya (Sastroasmoro, 2008).

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang

menjalani terapi hemodialisis diruang hemodialisis Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar yang dengan menggunakan Concecutive

sampling yaitu semua pasien yang menjalani terapi hemodialisis

diruang hemodialisis Rumah Sakit labuang Baji Makassar yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

1) Pasien dengan penyakit ginjal kronik, yang menjalani

hemodialisis.

Page 43: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

43

2) Pasien hemodialisis yang menjalani perawatan inap dan

rawat jalan, dengan frekuensi hemodialisis > 1 kali dalam

1 tahun terakhir.

3) Pasien hemodialisis berusia dewasa (18 - 40 tahun),

dewasa madya (41- 60 tahun), dan lansia (> 60 tahun).

4) Pasien hemodialisis dengan pembiayaan hemodialisis

secara mandiri ataupun bantuan pihak lain.

5) Pasien yang bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

1) Pasien dengan ketidakmampuan berkomunikasi.

2) Pasien dengan penurunan kesadaran.

3) Pasien yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

D. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Setelah semua data diedit ulang, kemudian dilakukan

pemeriksaan kelengkapan data, kesinambungan data

keseragaman data.

b. Koding

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua

jawaban diberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban

dengan pengkodean.

Page 44: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

44

c. Tabulating

Menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai dengan

analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis.

d. Setelah data ditabulasi maka pengolahan dilakukan dengan

menggunakan program komputer yang disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Setelah dilakukan tiga tahapan di atas maka selanjutnya

data diolah dengan menggunakan bantuan program computer

SPSS.

a. Analisa Univariat

Untuk menampilkan istribusi frekuensi dan presentase

dari tiap-tiap variable (independen dan dependen) dalam

bentuk table atau gambar.

b. Analisa Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variable independen

dan variable dependen dengan menggunakan uji statistic chi-

square dengan batas kemaknaan p < 0,05, yang berarti ada

hubungan antara dua variable yang diukur.

E. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi

langsung. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui

pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di

Page 45: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

45

lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan

berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi

penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang

ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan

observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan

kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. (Nursalam, 2006).

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung.

Pengumpulan data tentang umur, status gizi, pekerjaan, jenis kelamin,

dan lama HD didapatkan dari observasi langsung.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini

Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Informed consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak

akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Page 46: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

46

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

Page 47: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

47

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

1. Visi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan

2. Misi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

a. Mewujudkan Profesionalisme SDM

b. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

c. Memberikan Pelayanan Prima

d. Efisiensi Biaya Rumah Sakit

e. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan

3. Motto Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

Siap Dengan Pelayanan Komunikatif, Bermutu, Aman, Jujur

Dan Ikhlas.

4. Falsafah Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

Bahwa Kesehatan Jasmani Maupun Rohani Merupakan Hak

Setiap Orang, Oleh Karena Itu Rumah Sakit Berusaha Untuk

Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Kepada

Masyarakat, Bik Bersifat Penyembuhan, Pemulihan, Pencegahan

Maupun Peningkatan Serta Ditunjang Oleh Kwalitas Sumber Daya

Manusia.

Page 48: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

48

5. Tujuan Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

a. Meningkatnya Kemampuan Profesionalisme

b. Terwujudnya Sarana Pelayanan Yang Aman Dan Nyaman

6. Fasilitas Pelayanan Medik Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

a. Instalasi Rawat Jalan

1) Poliklinik Mata

2) Poliklinik Bedah

3) Poliklinik Paru dan TB

4) Poliklinik Kebidanan, Kandungan dan KB

5) Poliklinik KIA dan Laktasi

6) Poliklinik Penyakit Dalam

7) Poliklinik Saraf

8) Poliklinik Kardiologi

9) Poliklinik Mulut dan Gigi

10) Poliklinik Fisioterapi

11) Poliklinik Paru

12) Poliklinik Endokrin

13) Poliklinik THT

14) Poliklinik Kulit dan Kelamin

15) Poliklinik Konsultasi Gizi

16) Poliklinik Jiwa

17) Poliklinik Anak

18) Unit Hemodialisa

Page 49: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

49

19) Apotek Rawat Jalan

20) General Chek Up

21) Poliklinik Jantung

22) Poliklinik Bedah Orthopedi

23) Poliklinik Bedah Urologi

b. Instalasi Rawat Inap

1) 14 ruang perawatan umum

2) 6 (enam) ruang perawatan khusus (ruang bedah sentral, bedah

kebidanan/kandungan, perawatan khusus/RPK, rawat intensif,

hemodialisa, kamar bersalin), dan perawatan CVCU.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Labuang Baji makassar

dari tanggal 14 November - 14 Desember 2012. Banyaknya sampel yang

direncanakan adalah 31 orang responden namun yang memenuhi kriteria

inklusi hanya 21 responden dimana yang 3 orang tidak melanjutkan lagi

terapi hemodialisis dan 7 telah meninggal dunia.

Data primer diambil melalui pemberian Lembar observasi kepada

responden. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka berikut ini akan

disajikan karakteristik demografi responden, analisa univariat dan analisa

bivariat variabel yang diteliti.

Page 50: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

50

1. Karakteristik Demografi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

di Ruang Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012

Karakteristik n %

Umur: Dewasa

Lansia

17

4

81,0

19,0

Status Gizi : Gizi Buruk

Gizi Baik

20

1

95,2

4,8

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

15

6

71,4

28,6

Pekerjaan: Bekerja

Tidak Bekerja

18

3

85,7

14,3

Lama HD : Belum Lama

Lama

20

1

95,2

4,8

Anemia : Ya

Tidak

14

7

66,7

33,3

Jumlah 21 100

Sumber : Data Primer, 2012

2. Analisa Univariat Dalam analisis ini akan diuraikan distribusi frekwensi semua

variabel yang diteliti meliputi Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Status gizi,

HD ke berapa, Lama HD, Dan Anemia .

Page 51: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

51

a. Umur

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Umur n %

Dewasa

Lansia

17

4

81,0

19,0

Total 21 100,0

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.2 tentang distribusi responden berdasarkan

umur yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik

yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji

Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berumur

dewasa (18-60 tahun) sebanyak 17 orang (81,0%), sedangkan

lansia (> 60 tahun) sebanyak 4 orang (19,0%).

b. Status Gizi

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012 Status Gizi n %

Gizi Baik Gizi Buruk

20 1

95,2 4,8

Total 21 100,0

Page 52: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

52

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.3 tentang distribusi responden berdasarkan

Status gizi yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal

kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji

Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berstatus

gizi baik sebanyak 20 orang (95,2%), dan gizi buruk sebanyak 1

orang (4,8%).

c. Jenis Kelamin

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal

Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar 2012

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 15 71,4

Perempuan 6 28,6

Total 21 100,0 Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.4 tentang distribusi responden berdasarkan

Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit

ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4%), dan

perempuan sebanyak 6 orang (28,6%).

Page 53: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

53

d. Pekerjaan

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Pekerjaan n %

Bekerja 18 85,7

Tidak Bekerja 3 14,3

Total 21 100,0

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.5 tentang distribusi responden berdasarkan

Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit

ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden

yang bekerja sebanyak 18 orang (85,7%), dan tidak bekerja

sebanyak 3 orang (14,3%).

Page 54: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

54

e. Lama HD

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama HD yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Lama HD n %

Lama Belum Lama

1 20

4,8 95,2

Total 21 100,0 Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.6 tentang distribusi responden berdasarkan

Lama HD yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal

kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji

Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang belum lama

melakukan Hemodialisis sebanyak 20 orang (95,2%), dan yang

sudah lama sebanyak 1 orang (4,8%).

f. Anemia

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anemia yang

Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012 Anemia n %

Ya

Tidak

14

7

66,7

33,3

Total 21 100

Page 55: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

55

Sumber : Data primer 2012

Dari tabel 5.7 tentang distribusi responden berdasarkan

pasien yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal

kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji

Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang tidak

mengalami anemia sebanyak 14 orang (66,7%), dan yang

mengalami sebanyak 7 orang (33,3%).

3. Analisa Bivariat a. Hubungan Umur Dengan Anemia

Tabel 5.8 Hubungan Umur dengan Anemia Pada Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar 2012

Umur

Anemia Jumlah Nilai p Ya Tidak

n % n % N % Dewasa Lansia

11 3

64,7 75,0

6 1

35,3 25,0

17 4

100 100

0,593

Total 13 61,9 8 38,1 21 100 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat responden mengalami anemia

pada dewasa sebanyak 11 orang (64,7%), dan yang tidak mengalami

anemia pada dewasa sebanyak 6 orang (35,3%). Sedangkan pada

lansia yang mengalami anemia sebanyak 3 orang (75,0%), dan yang

tidak mengalami anemia sebanyak 1 orang (25,0%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,593 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat

Page 56: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

56

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan anemia.

b. Hubungan Antara Status Gizi dengan Anemia

Tabel 5.9 Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Status Gizi Anemia Jumlah

Nilai p Ya Tidak n % n % N %

Gizi Baik Gizi Buruk

13 1

65,0 100

7 0

35,0 0,0

20 1

100 100

0,667

Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan Tabel 5.9 terlihat responden yang mengalami anemia

pada gizi baik sebanyak 13 orang (65,0%) dan yang tidak mengalami

anemia sebanyak 7 orang (35,0%), pada semua pasien gizi buruk

mengalami anemia sebanyak 1 orang ( 100%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status

gizi dengan anemia.

Page 57: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

57

c. Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia

Tabel 5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Jenis Kelamin Anemia Jumlah

Nilai p Ya Tidak n % n % n %

Laki-laki Perempuan

10 4

66,7 66,7

5 2

33,3 33,3

15 6

100 100

0,701

Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat responden yang mengalami

anemia pada jenis kelamin Laki-laki sebanyak 10 orang (66,7%) dan

yang tidak mengalami anemia sebanyak 5 orang (33,3%). Sedangkan

pada perempuan yang mengalami anemia sebanyak 4 orang (66,7%)

dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 2 orang (33,3%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,701 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dengan anemia.

Page 58: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

58

d. Hubungan antara pekerjaan dengan anemia

Tabel 5.11 Hubungan Pekerjaan dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Pekerjaan Anemia Jumlah

Nilai p Ya Tidak n % n % n %

Bekerja Tidak Bekerja

11 3

61,1 100

7 0

38,9 0,0

18 3

100 100

0,274

Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan Tabel 5.11 terlihat responden yang mengalami

anemia pada pasien yang bekerja sebanyak 11 orang (61,1%) dan yang

tidak mengalami anemia sebanyak 7 orang (38,9%), pada semua

pasien tidak bekerja yang mengalami anemia sebanyak 3 orang

(100%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,274 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan dengan anemia.

Page 59: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

59

e. Hubungan antara lama HD dengan Anemia.

Tabel 5.12 Hubungan Lama HD dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

2012

Lama HD Anemia Jumlah

Nilai p Ya Tidak n % n % n %

Belum lama Lama

13 1

65,0 100

7 0

35,0 0,0

20 1

100 100

0,667

Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan Tabel 5.12 terlihat responden yang mengalami

anemia pada pasien yang belum lama melakukan HD sebanyak 13

orang (65,0%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 7 orang

(35,0%), pada semua pasien yang sudah lama melakukan HD

mengalami anemia sebanyak 1 orang (100%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Lama

HD dengan anemia.

C. Pembahasan

1. Hubungan antara Umur dengan Anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan umur yang mengalami anemia pada pasien penyakit

ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang

baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berumur

Page 60: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

60

dewasa (18-60 tahun) sebanyak 17 orang (81,0%), sedangkan

lansia (> 60 tahun) sebanyak 4 orang (19,0%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,593 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suryanto (2005)

yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian

anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis.

Di umur lansia resiko terjadinya anemia sangat besar. Semakin

bertambah usia seseorang semakin berisiko mengalami malanutrisi. Bila

malanutrisi ini tidak ditangani dengan baik bisa berlanjut ke keadaan

kekurangan energi, protein, zat besi dan nutrisi lain. Kekurangan zat besi

dapat berisiko anemia, mudah lelah dan menurunnya level imun

(oktaviani, 2013).

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Prasetyo (2008)

yang menemukan bahwa umur berpengaruh terhadap kejadian anemia

yaitu pada usia >35 tahun merupakan gerbang memasuki periode usia

risiko tinggi dari segi reproduksi maupun fungsi organ-organ lainnya

menjalankan fungsinya seperti penurunan kemampuan penyerapan zat

besi sehingga terjadi anemia (Henderson, 2006).

Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun biasanya organ-

organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-

penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta

Page 61: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

61

daya tahan tubuh masih kuat.tetapi pada usia >25 adalah usia yang

rentan akan penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik (Dini, 2009).

Tidak ditemukannya hubungan antara umur dengan kejadian

anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih

dari setengah responden berumur dewasa (81,0%) dan selebihnya yaitu

responden lansia (19,0%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan

umur cenderung dialami pada pasien dengan umur lansia yaitu > 60

tahun. Dimana hal ini menunjukan bahwa data yang dimiliki cenderung

homogeny. Dan dalam penelitian ini responden yang berumur lansia

hanya sedikit. Meskipun umur sangat berhubungan dengan kejadian

anemia namun tidak selamanya mempengaruhi kejadian anemia pada

umur tertentu terutama pada umur dewasa karena pada umur tersebut

organ – organ tubuh masih berfungsi dengan baik dan masih bisa

menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat (Dini, 2009).

2. Hubungan antara Status Gizi dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan Status gizi yang mengalami anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang

berstatus gizi baik sebanyak 20 orang (95,2%), dan gizi buruk

sebanyak 1 orang (4,8%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

Page 62: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

62

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Levin

(2008) yang menemukan bahwa terjadi kelainan gizi berupa

malnutrisi protein dan protein pada gagal ginjal kronik yang

didialisis. Kehilangan protein dalam tindakan dialisis, bila tidak

ditanggulangi dengan baik,akan menyebabkan gangguan status

gizi termasuk anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Halima (2012) yang menemukan tidak ada hubungan antara status

gizi dan anemia karena lebih dari setengah responden memiliki

status gizi yang baik. Apabila status gizi baik, maka tingkatan

anemia pada pasien dapat dicegah.

Status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia karena adanya

pembatasan asupan karena diet. Untuk mengetahui baik buruknya gizi

seseorang yang biasa di gunakan adalah berat badan (Gibson, 2010).

Tidak ditemukannya hubungan antara status gizi

berdasarkan IMT dengan kejadian anemia pada penelitian ini

disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah

responden status gizinya normal (95,2%) dan selebihnya yaitu

responden dengan status gizi buruk (4,8%). Sedangkan anemia

yang berkaitan dengan status gizi cenderung dialami pada pasien

dengan malnutrusi. Dan dalam penelitian ini insiden malnutrisi

Page 63: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

63

hanya sedikit. Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, yaitu

terajdi turunnya masa otot atau serum protein yang dapat

menyebabkan terjadinya anemia, namun apabila status gizi baik,

maka tingkatan anemia pada pasien dapat dicegah.

3. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4%), dan

perempuan sebanyak 6 orang (28,6%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,701 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan

Yuliansari (2007) bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap

kejadian anemia setelah melakukan hemodialisis di mana

perempuan lebih beresiko mengalami anemia. Hal yang membuat

wanita lebih berisiko terkena anemia adalah siklus haid atau

menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang

normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid

Page 64: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

64

hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya.Lama menstruasi

yang normal itu antara 3-7 hari (Irawan, 2008).

Tidak ditemukannya hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada

penelitian ini lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki –

laki (71,4%) dan selebihnya yaitu responden berjenis kelamin

perempuan (28,6%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan

jenis kelamin cenderung dialami pada pasien berjenis kelamin

perempuan. Dan dalam penelitian ini responden yang berjenis

kelamin perempuan hanya sedikit. Meskipun jenis kelamin sangat

berhubungan dengan kejadian anemia namun tidak selamanya

mempengaruhi kejadian anemia pada jenis kelamin tertentu

terutama pada jenis kelamin laki-laki karena kadar hemoglobin

antara laki - laki dan perempuan berbeda. Selain itu perempuan

memiliki siklus haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi

dua kali lebih banyak daripada laki – laki (Rajab, 2009).

4. Hubungan antara Pekerjaan dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang bekerja

sebanyak 18 orang (85,7%), dan tidak bekerja sebanyak 3 orang

(14,3%).

Page 65: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

65

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,274 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan

anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suryanto (2005)

yang menemukan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian

anemia pada pasien yang melakukan hemodialisis. Banyak orang sering

melakukan aktivitas yang berlebihan tanpa memikirkan

kesehatanya.melakukan aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkan

lemah,letih dan lesu,dimana lemah ,letih dan lesu dapat menyebabkan

anemia.melakukan aktivitas boleh saja akan tetapi harus di seimbangkan

dengan istrahat yang cukup,olahraga yang teratur dan juga makanan

yang bergizi (Pujangkoro,2006).

Tidak ditemukannya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian

anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih

dari setengah responden yang bekerja (85,7%) dan selebihnya yaitu

responden yang tidak bekerja (14,3%). Sedangkan anemia yang

berkaitan dengan pekerjaan cenderung dialami pada pasien yang

melakukan pekerjaan berat. Jenis pekerjaan seseorang berpengaruh

terhadap resiko terjadinya anemia. Dan dalam penelitian ini pekerjaan

yang diteliti bukanlah jenis pekerjaanya tetapi apakah dia bekerja atau

tidak.

Page 66: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

66

5. Hubungan antara lama HD dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan Lama HD yang mengalami anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit

labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang

belum lama melakukan Hemodialisis sebanyak 20 orang (95,2%),

dan yang sudah lama sebanyak 1 orang (4,8%).

Dari hasil Uji Statistik chi square Fisher’s Extract Test diperoleh

nilai p=0,667 lebih besar dari α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Lama HD dengan

anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suryanto (2005) yang menunjukkan bahwa lama HD

mempengaruhi kejadian anemia karena Kehilangan darah akibat

waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa. Hal ini dapat terjadi

karena hampir tidak mungkin semua darah pasien kembali

seluruhnya setelah terapi hemodialisa. Pasti ada darah pasien yang

tinggal di dialyzer (ginjal buatan) atau bloodline, meskipun jumlah

nya tidak signifikan (Jansen,2007).

Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 sampai 12 jam dalam

seminggu untuk mencuci seluruh darah yang ada, tetapi karena ini waktu

yang cukup panjang, maka biasanya akan dibagi menjadi tiga kali

pertemuan dalam seminggu selama 3-5 jam setiap kali hemodialisa

(Hartawan, 2010).

Page 67: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

67

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandiara

(2005) yang menghitung jumlah zat besi yang hilang pada

penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler

adalah 1,5 gram hingga 2,0 gram setiap tahunnya. Jumlah ini jauh

lebih besar daripada zat besi yang dapat diserap melalui makanan

oleh saluran cerna yaitu 1-2 mg per hari atau dapat meningkat

sampai 4 mg pada keadaan defisiensi zat besi, sehingga pada

penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler,

pemberian suplementasi terapi zat besi hampir selalu harus

diberikan untuk mencegah defisiensi zat besi.

Tidak ditemukannya hubungan antara Lama HD dengan kejadian

anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih

dari setengah responden belum lama menjalani terapi hemodialisis

(95,2%) dan selebihnya yaitu responden yang sudah lama (4,8%).

Sedangkan anemia yang berkaitan dengan lama HD cenderung dialami

pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis dalam waktu yang lama.

Dan dalam penelitian ini responden yang sudah lama menjalani terapi

hemodialisis hanya sedikit. Meskipun lama HD sangat berhubungan

dengan kejadian anemia namun tidak selamanya mempengaruhi kejadian

anemia pada berapa lama orang tersebut melakukan HD, terutama pada

orang yang belum lama melakukan HD karena pada orang yang sudah

lama melakukan HD beresiko mengalami anemia karena Kehilangan

darah akibat waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa.

Page 68: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

68

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah

Accidental sampling dimana peneliti mengambil responden sebagai sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagais ampel bila orang yang kebetulan

ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh. Hal itu yang menyebabkan jumlah sampel yang

didapatkan tidak sesuai dengan jumlah populasi yaitu 21 responden dari

jumlah populasi sebesar 31 responden. Dan dalam penelitian ini tidak

ditemukan hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia,

status gizi dengan anemia, jenis kelamin dengan anemia, pekerjaan dengan

anemia, dan lama HD dengan anemia dikarenakan jumlah sampel yang

didapatkan hanya sedikit.

Page 69: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

69

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dapat diambil

kesimpulan :

1. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien

penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar.

2. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

3. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

5. Tidak ada hubungan antara Lama HD dengan kejadian anemia pada

pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

Page 70: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

70

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang factor – factor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal

kronik yang melakukan hemodialisis di Ruang Hemodialisis RS

Labuang Baji Makassar, maka perlu kiranya:

1. Perawat harus menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga mereka

dipandang sebagai perawat yang dapat dipercaya

2. Hendaknya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan kepeda pasien,

perawat mengutamakan komunikasi dengan baik.

3. Perawat hendaknya berhati-hati dan memperhatikan latar belakang

pendidikan, status sosial pasien dalam melakukan tindakan keperawatan,

sehingga pemahaman pasien tidak berbeda dengan apa yang

dimaksudkan oleh perawat.

Page 71: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

71

DAFTAR PUSTAKA

Bandiara. R. 2005. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis, Universitas Padjajaran & Rumah Sakit Hasan Sadikin: Bandung.

Black,J.M & Hawks,J.H.2005.Medical Surgical Nursing Clinic Management

For PositiveOutcomes.Volume 1.Australia :Elsevier. Corwin,E.J.2006.Patofisiologi HVS edisi 3.jakarta : EGC.

Depkes RI. 2010. Produktivitas Anemia. Jakarta : Pusat pendidikan Tenaga Kerja.

Dini,K.dkk. 2009. Anemia pada hemodialisis. Jakarta: Puspa Swara. Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI, 2010. Panduan Penulisan Proposal

dan Skripsi, FKM UMI, Makassar.

Gibson, R.S. 2010. Principles of Nutritional Assessment. Oxford: Oxford University Press.

Hadi,H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap

KebijakanPembangunan Kesehatan Nasional. Seminar Kesehatan Nasional . Yogyakarta: CSSG.

Halima. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkatan Anemia

Pada Pasien yang Mendapatkan Terapi Zat Besi yang Menjalani Hemodialisis. UNHAS.

Henderson, C. 2006. Buku ajar konsep kebidanan, Jakarta: EGC. Hartono. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. . Jakarta : Interna

Publishing. Hartawan.2010.Dialysis.http://health.nytimes.com/health/guides/test/dialysi

s/overview.html. Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Hidayat,A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa

Data. Jakarta : Salemba Medika.

Page 72: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

72

Hoffbrand,A.V.2006.Kapita Selecta Hematologi.Jakarta : EGC

Harlock. 2007. Psikologi perkembangan edisi 5. Jakarta : Erlangga

Indarti .J. 2007.Kamus Kedokteran UI Edisi Lima. Jakarta : FKUI.

Irawan,C.dkk. 2008. Anemia Dan Wanita. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.

Iskandarsyah.2006.Psikologis pasien Gagagl Ginjal Kronik.Jakarta : Air

Langga. Jansen. 2007. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Kumala,H.C.2011.Hemodyalisis.http://www.medicinenet.com/hemodialysis/article.htm. Diakses tanggal 19 Oktober 2012.

Lewis.2005.Medical Surgical Nursing. New York : Mosby.

Levin, ect (2008) Guidelines for the management of chronic kidney disease, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2582781/, diakses 22 Juni 2012

Lieske,J,C.2011. Epidemiology of Nephrolithiasis and Chronic Kidney

Disease.USA. Mayo Clinic Division of Nephrology and Hypertension.

Lubis. 2006. Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur

Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis Reguler. http://www.usu.ac.id/.Diakses tanggal 15 Oktober 2012.

Mietha, 2009. Menghitung Indeks Massa Tubuh.

http://mietha.wordpress.com/2009/03/12/menghitung-indeks-massa-tubuh-imt/. Diakses tanggal 22 Oktober 2012.

Notoatmojo, 2007. Pendidikan Dan prilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta Nursalam,S.P. 2006. Metodologi Riset keperawatan. Jakarta : CV Sugeng

seto. Oktaviani.2013.http://wolipop.detik.com/read/2013/01/19/125530/2147178/1135

/6-suplemen-yang-dibutuhkan-oleh-setiap-wanita. Diakses tanggal 15 Februari 2013.

Page 73: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

73

Patricia,A.P.2006. Medical Surgikal Nersing.Jakarta : EGC.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2009. Konsensus Manajemen Anemia Pada pasien Gagal Ginjal Kronik, EGC: Jakarta.

Prasetyo, Yudha Fitrian. 2008. Hubungan Usia Terhadap Anemia Pada

Pasien Geriatri Dengan Penyakit Kronik. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.

Price,S.A & Wilson,L,M. 2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.

Pujangkoro,S.A. 2006. Analisis Jabatan. Jurnal Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Rajab, W. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa

Kebidanan.Jakarta : EGC Rumah Sakit Labuang Baji.2012.Data Rumah Sakit Labuang

Baji.Makassar. Santoso,D. 2008. Angka Kejadian Sakit Ginjal Di Dunia.

http://www.angkakejadian.int/publication/AB%20AGUSS.htm. Diakses tanggal 22 Oktober 2012.

Sastroasmoro.2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke

Tiga.Jakarta : CV. Sagung Seto. Smeltzer,B.2005.Medical Surgical Nursing. vol : 2.Jakarta : EGC.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Supariasa,D.N. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suryanto,U. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Pasien Yang Telah Dilakukan Hemodialysis.Yogyakarta : FK Universitas Muhammadiyah.

Vida,M. 2008. Epidemologi Gagal Ginjal. (http://vida-ners. Blogspot.com).

Diakses tanggal 22 Oktober 2012. YDGI. 2005. Penderita Penyakit Gagal Ginjal. http://www.ygdi.org/. Diakses

tanggal 20 Oktober 2012.

Page 74: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

74

YDGI, 2008. Klasifikasi Stadium Penyakit Gagal Ginjal. http://www.ygdi.org/. Diakses tanggaL 20 Oktober 2012.

Yuliansari, 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia

Pada Remaja Dan Dewasa. FKUI.

Page 75: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

75

Page 76: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

76

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

2012

Oleh :

EKA SUPRIANTO BALALIO 142 280 060

Kami adalah mahasiswa Program Study Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia. Penelitian

ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara kejadian Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

melakukan hemodialysis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Partisipas saudara sangat diperlukan dalam penelitian ini untuk

meningkatkan pengetahuan pasien tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

melakukan hemodialysis.

Kami mengharap tanggapan/jawaban yang saudara berikan sesuai

dengan pendapat saudara sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Kami

menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara.

Page 77: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

77

Partisipasi saudara bersifat bebas, saudara bebas untuk ikut atau

tidak ikut tanpa adanya sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi

peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom dibawah

ini.

Tanda Tangan :…………………………………

Tanggal :………………………………...

No. Responden :………………………………….

Page 78: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

78

LEMBAR OBSERVASI

1. No. Responden : ……………………….. 2. Nama :…………………………

3. Umur : a. Dewasa Muda (18 – 40 tahun)

b. Dewasa Madya ( 41 – 60 tahun)

c. Lansia ( > 60 tahun)

4. Jenis kelamin : a. Pria

b. Wanita

5. Pekerjaan Anda : a. PNS

b. TNI/POLRI

c. Petani

d. Mahasiswa/pelajar

e. Lain-lain, sebutkan…………

7. Berat Badan : …………………………………..

8. Tinggi Badan : …………………………………..

9. HD Ke Berapa : …………………………………..

10. Lama HD Dalam Setahun : …………………………………

11. Kadar Hemoglobin : …………………………………

Page 79: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

79

Page 80: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

80

Page 81: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

81

Page 82: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

82

Page 83: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

83

Page 84: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

84

Page 85: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

85

Page 86: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

86

Page 87: faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis

87

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Luwuk dan pada tahun yang

sama pula penulis lulus seleksi masuk di Universitas Muslim Indonesia.

Penulis memilih Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

Penulis dilahirkan di Luwuk Sulawesi

Tengah Kabupaten Banggai pada

tanggal 09 April 1991. Anak dari

pasangan berbahagia Ayah Abd.

Basyar dan Ibu Suriaty Totondeng,

S.Pd. Penulis merupakan putra

pertama dari dua bersaudara. Tahun

1996 penulis lulus dari TK.

Bhayangkari, Tahun 2002 penulis

lulus dari SD. Inpres 9 Luwuk, Tahun

2005 penulis lulus dari SMP Negri 2

luwuk.