81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Oleh : Dewi Aprilia Pasolina H0407029 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Sugihardjo, MS 2. Arip Wijianto, SP., MSi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI

PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Dewi Aprilia Pasolina

H0407029

Dosen Pembimbing :

1. Ir. Sugihardjo, MS

2. Arip Wijianto, SP., MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik

di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Dewi Aprilia Pasolina

H 0407029

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 20 Oktober 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Oktober 2011

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1001

Ketua

Ir. Sugihardjo, MS NIP. 19590305 198503 1 004

Anggota I

Arip Wijianto, SP, MSi NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota II

Dr. Ir. Kusnandar, Msi NIP. 19670703 199203 1 004

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di

Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri”. Penyusunan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4. Ir. Sugihardjo, MS, selaku Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta pengetahuan,

5. Arip Wijianto, SP, Msi, selaku Pembimbing Pendamping penulisan skripsi

yang telah memberikan masukan, bimbingan serta pengetahuan,

6. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan

masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyusunan skripsi

menjadi lebih baik.

7. Dosen Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan

Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah

akademik,

8. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi,

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

9. Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Wonogiri yang telah mempermudah

perizinan penelitian dan pengumpulan data,

10. Kepala Kecamatan Pracimantoro yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian di Kecamatan Pracimantoro,

11. Penyuluh di Kecamatan Pracimantoro yang telah membantu mempermudah

pengumpulan data,

12. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data.

13. Kedua orangtua penulis, Bapak Iswahyudi dan Ibu Parni yang senantiasa

memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya,

14. Kakakku tercinta (Mas Eko, Mbak Mimin, Mas Dita dan Mas Sony) dan

adikku tersayang (Bandong) yang juga selalu memberi semangat dan

motivasi,

15. Keluarga Hj. Ratini, Amk, yang telah memberikan tempat tinggal sementara

penulis selama menempuh kuliah di UNS dan motivasi yang selalu diberikan

kepada penulis.

16. Sahabat-sahabat penulis (Ayu, Sofa, Vera, Titin, Arin, Arum, Wury, Wawan,

Dicky, Budy, Sixtuz, Mas Lilik, Mas Rama, Nian dan Diki) terimakasih untuk

persahabatan yang telah dibangun selama ini dan terimakasih telah bersedia

membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

17. Seluruh kawan-kawan PKP’07, kakak tingkat dan adik tingkat yang telah

memberi semangat dalam setiap langkah penulis,

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang

telah membantu berjalannya penelitian ini.

Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan

masukan selalu diharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan

dunia pertanian.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

RINGKASAN ................................................................................................ xi

SUMMARY ................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5

1. Pertanian Organik ........................................................................... 5

2. Inovasi .............................................................................................. 7

3. Adopsi Inovasi ................................................................................ 10

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Inovasi ............. 13

5. Petani ............................................................................................... 19

6. Pupuk Bioorganik ........................................................................... 21

7. Aplikasi Penggunaan Pupuk Bioorganik ........................................ 24

B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 25

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 27

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 28

E. Pembatasan Masalah ........................................................................... 35

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 36

B. Metode Penentuan Lokasi .................................................................... 36

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ............................................. 37

D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 39

F. Metode Analisis Data ......................................................................... 39

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian .................................................... 41

B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42

C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 46

D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 48

E. Gambaran Umum Tentang Keadaan Bioorganik di Kecamatan

Pracimantoro ....................................................................................... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik . 52

B. Adopsi Pupuk Bioorganik ................................................................... 67

C. Hubungan antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri ............................................................................ 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 79

B. Saran .................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 81

LAMPIRAN .................................................................................................... 83

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Faktor-Faktor yang Berubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri .................................................................. 27

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri....................................... 31

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Adopsi Pupuk Bioorganik ................. 34

Tabel 3.1 Data Pengguna Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro ......................................................................... 37

Tabel 3.2 Data Pengguna Pupuk Bioorganik di Setiap Kelompok Tani di 3 Desa Penelitian (Gebangharjo, Watangrejo, Tubokarto) ............................................................................ 38

Tabel 3.3 Distribusi Jumlah Sampel ..................................................... 39

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010 ...................................................................................... 41

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010.................................. 43

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010 ................................. 44

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010 ................................. 46

Tabel 4.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010 .................................................... 47

Tabel 4.6 Jenis Ternak di Kecamatan Pracimantoro ............................ 48

Tabel 4.7 Sarana Perekonomian di Kecamatan Pracimantoro ............. 49

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................ 52

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal .................................................................................. 54

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Nonformal ............................................................................ 55

Tabel 5.4 Luas Penguasaan Lahan Responden .................................... 57

Tabel 5.5 Distribusi Petani menurut Pendapatan dari Usahatani dan Non Usahatani Selama Satu Musim Tanam......................... 58

Tabel 5.6 Distribusi Rata-Rata Petani menurut Pendapatan dari Usahatani dan Non Usahatani Selama Satu Musim Tanam.. 60

Tabel 5.7 Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi Pupuk Bioorganik ... 61

Tabel 5.8 Persepsi Petani Terhadap Keuntungan Relatif .................... 62

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 5.9 Persepsi Petani terhadap Kesesuaian Pupuk Bioorganik ..... 63

Tabel 5.10 Persepsi Petani terhadap Kerumitan Pupuk Bioorganik ...... 64

Tabel 5.11 Persepsi Petani terhadap Ketercobaan Pupuk Bioorganik .. 66

Tabel 5.12 Persepsi Petani terhadap Keteramatan Pupuk Bioorganik .. 67

Tabel 5.13 Adopsi Pupuk Bioorganik berdasarkan Ketepatan Dosis ... 68

Tabel 5.14 Adopsi Pupuk Bioorganik berdasarkan Ketepatan Waktu . 69

Tabel 5.15 Adopsi Pupuk Bioorganik berdasarkan Ketepatan Cara .... 70

Tabel 5.16 Adopsi Pupuk Bioorganik berdasarkan Ketepatan Tempat 72

Tabel 5.17 Hubungan antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri ..................................... 73

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner Penelitian ....................................................................... 83

Lampiran 2: Identitas Responden ....................................................................... 91

Lampiran 3: Tabulasi Frekuensi ......................................................................... 97

Lampiran 4: Nonparametric Correlations .......................................................... 99

Lampiran 5: Peta Kecamatan Pracimantoro ....................................................... 105

Lampiran 6: Dokumentasi .................................................................................. 106

Lampiran 7: Surat Perijinan Penelitian .............................................................. 108

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Dewi Aprilia Pasolina, H0407029. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Ir. Sugihardjo, MS dan Arip Wijianto, SP, Msi.

Pada masa revolusi hijau, penggunaan pupuk kimia dianggap sebagai suatu jaminan akan keberhasilan petani untuk usahataninya. Lambat laun penggunaan pupuk kimia ternyata diketahui mempunyai efek merusak tanah. Dengan adanya permasalahan tersebut, pemerintah beserta masyarakat mencoba membuat terobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari dampak penggunaan pupuk kimia tersebut, serta dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan. Suatu alternatif teknologi pertanian yang dirasa dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pupuk bioorganik. Petani biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengadopsi sebuah inovasi. Adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri sebagai suatu proses hingga akhirnya petani memutuskan untuk menerapkan atau tidak menerapkan inovasi berhubungan dengan banyak faktor. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pacimantoro Kabupaten Wonogiri.

Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Mengkaji adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Wonogiri. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Wonogiri.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional Random Sampling dengan sampel sebanyak 40 responden. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro digunakan uji korelasi rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur petani tergolong dalam kategori muda, pendidikan formal petani tergolong tinggi yaitu tamat SLTA, pendidikan nonformal petani tergolong tinggi, luas usahatani petani tergolong luas yaitu 1,48-1,88, pendapatan petani tergolong tinggi yaitu Rp. 1.260.001- Rp. 1.580.000, dan persepsi mengenai sifat inovasi tergolong baik. Adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis uji korelasi rank spearman dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan formal, pendidikan formal dan sifat inovasi. Namun pendapatan dan luas usahatani berhubungan tidak signifikan dengan adopsi pupuk bioorganik.

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Dewi Aprilia Pasolina, H0407029. "The Factors that correlated with Adoption of Bioorganic Fertilizer in Pracimantoro District Wonogiri Regency". Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under Guidance of Ir. Sugihardjo, MS and Arip Wijianto, SP., Msi.

During the green revolution, the use of chemical fertilizers is considered as a guarantee of the success of farmers for farming. Gradually the use of chemical fertilizers was known to have deleterious soil effects. Given these problems, governments and citizens trying to make inroads with the various alternatives that can provide a way out of the impact of the use of chemical fertilizers, and not forgetting to environmental stewardship. An alternative agricultural technologies were deemed able to overcome these problems is to use a bioorganic fertilizer. Farmers usually takes a relatively long time to adopt an innovation. Bioorganic fertilizer adoption in District Pracimantoro Wonogiri Regency as a process until finally the farmers decide to apply or not apply the innovations associated with many factors. Therefore, in this research will examine the factors associated with the adoption of bioorganic fertilizer in Pacimantoro District Wonogiri Regency.

The aims of research to assess the associated factors with the adoption of bioorganic fertilizer in Pracimantoro District Wonogiri Regency. To assess the adoption of bioorganic fertilizer use in Pracimantoro District Wonogiri Regency. To assess the relationship between the associated factors with the adoption of bioorganic fertilizer with bioorganic fertilizer adoption in Pracimantoro District Wonogiri Regency.

The basic method of this research is descriptive. The location of this research selected by purpossively. The sample was taken by proportional of Random Sampling method with the amount of sample are 40 respondents. To determine the relationship between the associated factors with the adoption of bioorganic fertilizer with bioorganic fertilizer adoption in the Pracimantoro’s District was used correlation test of Rank Spearman(rs).

The Results of research showed the average age of farmers included to the category of young, the formal education of farmers is high which is high school graduation, nonformal education of farmers is high, the extensive farming included to the category of high between 1.48 Ha to 1.88 Ha, the farmer's income is high between Rp. 1,260,001-Rp. 1.58.000, and perceptions about the characteristic of innovation included the category of good. Bioorganic fertilizer adoption in Pracimantoro District included in the category of very high. Based on the result of analysis correlation test of Rank Spearman with 95% confidence level there is a significant relationship between age, formal education, nonformal education and the characteristic of innovation. However, the income and extensive farming is not significantly associated with the adoption of bioorganic fertilizer.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa revolusi hijau, penggunaan pupuk kimia dianggap sebagai

suatu jaminan akan keberhasilan petani untuk usahataninya. Tanpa pupuk

kimia, hampir dipastikan kegiatan pertanian tidak akan berhasil secara

optimal. Lambat laun penggunaan pupuk kimia ternyata diketahui mempunyai

efek merusak tanah. Struktur tanah yang secara alami remah, setelah mendapat

perlakuan dengan pupuk kimia secara terus menerus akhirnya menjadi sangat

keras dan kesuburan tanah pun menurun. Dengan adanya permasalahan

tersebut, pemerintah beserta masyarakat mencoba membuat terobosan dengan

berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari dampak

penggunaan pupuk kimia tersebut, serta dengan tidak melupakan kepedulian

terhadap lingkungan.

Suatu alternatif teknologi pertanian yang dirasa dapat mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pupuk bioorganik. Pupuk

bioorganik atau yang sering disebut dengan pupuk hayati adalah hasil

rekayasa bioteknologi yang berguna bagi pertanian secara umum dengan

kandungan utamanya adalah mikroorganisme-mikroorganisme yang

menguntungkan bagi kesuburan lahan dan pertumbuhan tanaman baik secara

vegatatif maupun generatif.

Pupuk bioorganik sangat bermanfaat baik untuk perbaikan lahan

pertanian maupun untuk tanaman. Perbaikan lahan dalam hai ini meliputi

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menyediakan hara

esensial tanaman. Selain itu bioorganik juga dapat meningkatkan aktivitas

mikrobiologi tanah sehingga proses penyerapan hara menjadi lebih efisien.

Manfaat bioorganik bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan

tanaman dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Penggunaan pupuk bioorganik dirasakan lebih praktis bila dibandingkan

dengan pupuk kimia, karena didalam pupuk bioorganik mengandung

1

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

komposisi-komposisi yang bermanfaat selain untuk pertumbuhan tanaman

(biofertilizer) pupuk bioorganik juga bermanfaat untuk mengembalikan

kondisi tanah yang rusak/menyuburkan kondisi tanah (bioremediasi)

Penggunaan pupuk kimia yang tidak berimbang akan menyebabkan

pencemaran lingkungan dan merusak keseimbangan biota tanah.

Permasalahan yang ditimbulkan akibat dari penggunaan pupuk kimia ini dapat

diatasi dengan menggunakan pupuk bioorganik yang sudah dikemas

sedemikian rupa mengandung mikrobia-mikrobia yang bermanfaat untuk

tanaman dan memperbaiki kondisi lahan.

Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa adanya adopsi. Demikian juga

dengan adanya pupuk bioorganik yang merupakan pendukung pengembangan

pertanian organik tidak akan berguna tanpa adanya adopsi oleh masyarakat,

petani khususnya. Terkait dengan hal tersebut, Kecamatan Pracimantoro

merupakan kecamatan yang mengembangkan pertanian organik. Selama tiga

tahun terakhir ini sudah banyak petani di wilayah ini yang menggunakan

pupuk bioorganik, meskipun dalam penerapannya masih ada beberapa petani

yang masih tergantung dengan pupuk kimia. Hal ini disebabkan dalam

pengambilan keputusan terhadap penggunaan suatu inovasi baru setiap petani

berbeda-beda. Petani biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk

mengadopsi sebuah inovasi. Adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri sebagai suatu proses hingga akhirnya

petani memutuskan untuk menerapkan atau tidak menerapkan inovasi

berhubungan dengan banyak faktor. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan

mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik di

Kecamatan Pacimantoro Kabupaten Wonogiri.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya, dalam adopsi terdapat proses adopsi yang melalui

tahapan-tahapan sebelum masyarakat memutuskan menerima atau menolak

suatu inovasi. Tahapan dalam proses adopsi bioorganik dimulai dari tahap

pengenalan, dimana seseorang mulai mengetahui tentang adanya inovasi.

Kemudian dilajutkan dengan tahap persuasi, dimana seseorang membentuk

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

sikap terhadap inovasi. Selanjutnya tahap keputusan untuk menerima atau

menolak inovasi. Akhirnya, berlanjut pada tahap konfirmasi, dimana

seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuat untuk

terus melanjutkan penerapan inovasi tersebut atau pada akhirnya tidak

menerapkan.

Bioorganik merupakan inovasi yang penting untuk mendukung

pengembangan pertanian organik, namun tidak serta merta inovasi tersebut

diadopsi. Tidak semua petani memperoleh pesan mengenai bioorganik

memutuskan untuk menerima dan menggunakan inovasi tersebut. Setiap

petani dalam proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi pupuk

bioorganik masing-masing berbeda-besa. Biasanya petani tidak begitu saja

menerima inovasi tersebut ketika pertama kalinya mereka mendengar inovasi

tersebut. Mereka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengadopsi

sebuah inovasi.

Begitu juga dengan petani di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten

Wonogiri yang cukup sulit terlepas dari penggunaan pupuk kimia dalam

kegiatan usahataninya. Pupuk bioorganik telah dikenalkan oleh para penyuluh

kepada petani di Kecamatan Pracimantoro sejak empat tahun yang lalu.

Penyuluh melakukan sosialisasi kepada petani melalui penyuluhan dan

mengadakan demplot untuk meyakinkan petani agar beralih ke pertanian

organik dengan menggunakan pupuk bioorganik. Banyak petani di Kecamatan

Pracimantoro yang mengadopsi pupuk bioorganik tersebut setelah adanya

sosialisasi. Adopsi pupuk bioorganik oleh petani tentunya berkaitan dengan

beberapa faktor yang berhubungan dengan adopsi seperti di Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik

di Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Wonogiri ?

2. Bagaimana adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro

Kecamatan Wonogiri ?

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

adopsi pupuk bioorganik dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan

Pracimantoro Kecamatan Wonogiri ?

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kecamatan Wonogiri?

2. Mengkaji adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro

Kecamatan Wonogiri ?

3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi

dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kecamatan

Wonogiri?

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi

penggunaan pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten

Wonogiri adalah :

1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang adopsi inovasi

bioorganik, sehingga diharapkan dapat memberi masukan pengetahuan

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi inovasi tersebut.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

3. Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian

selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini.

4. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan mengenai adopsi pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Organik

Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan

prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah

menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the

plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von

uexkull (1984) dalam Sutanto (2002), memberikan istilah “membangun

kesuburan tanah”. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara

secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi

biomasa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi

akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara

didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik

sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian

konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung

dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu

pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002).

Menurut Riquier, 1977 dalam Suripin, 2004, sumber alam utama,

yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi.

Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan unsur hara dan bahan

organik didaerah perakaran, terkumpulnya garam didaerah perakaran

(salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang

merupakan racun bagi tanaman, (3) penjenuhan oleh air dan erosi.

Kerusakan oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya

kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman atau

menghasilkan barang atau jasa.

5

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Sebagai sumberdaya alam, untuk pertanian, tanah mempunyai dua

fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan (2)

sebagai pendukung tanaman, atau matrik tempat akar tumbuhan

berjangkar sehingga tumbuhan tetap bisa tumbuh keatas, dan air tanah

tersimpan, dan tempat-tempat unsur hara dan air ditambahkan. Kedua

fungsi tersebut dapat menurun atau hilang. Hilangnya atau menurunnya

fungsi tanah inilah yang kita sebut kerusakan tanah atau degradasi tanah.

Hilangnya fungsi yang pertama dapat terus –teris diperbaharui dengan

pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi ke dua tidak mudah diperbaharui oleh

karena diperlukan waktu yang sangat panjang, puluhan bahkan ratusan

tahun untuk pembentukan tanah (Suripin, 2004).

Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak

dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif.

Dua alasan yang selama ini sering ditemukan para ahli adalah (1)

pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan

menurunnya kandungan C dan N-organik, (2) penggunaan pupuk kimia

seperti urea , KCL, dan TSP telah melampaui batas efisiensi teknis dan

ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani

dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun. Kedua alasan

tersebut memberikan dampak buruk bagi pertanian dimasa yang akan

datang jika tidak dimulai antisipasinya (Musnamar, 2003).

Menurut Bahar, 2007 pertanian organik dapat diartikan sebagai

praktek pertanian secara alami menggunakan pupuk organik dan sedikit

mungkin melakukan pengolahan tanah. Bila sepenuhnya mengacu kepada

terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi

petani untuk menerapkannya. Oleh karena itu, pilihan yang dilakukan

adalah melakukan pertanian organik regeneratif, yaitu pertanian dengan

prinsip mengembalikan masukan-masukan alam yang berasal dari bahan

organik.

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Seymour (1997) dalam Salikin (2003) menjelaskan kriteria sistem

pertanian organik yang diberikan oleh IFOAM (International Federation of

Agriculture Movement) setidaknya harus memenuhi enam kriteria standar.

Sebagai berikut:

1) Lokalita, pertanian organik berupaya mendayagunakan potensi lokalita

yang ada sebagai suatu agroekosistem yang tertutup dengan

memanfaatkan bahan baku dari sekitanya.

2) Tanah, pertanian organik berupaya menjaga, merawat, dan

memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui pemupukan organik,

pergiliran tanaman, konservasi lahan, dan sebagainya.

3) Meredam polusi, pertanian organik dapat meredam polusi air dan udara

dengan menghindari pembuangan limbah dan pembakaran sisa-sisa

tanaman secara sembarangan serta menghindari penggunaan bahan

sintetik yang dapat menjadi sumber polusi.

4) Kualitas produk, pertanian organik menghasilkan produk-produk

pertanian berkualitas yaitu produk dapat menyesuaikan diri terhadap

iklim dan jenis tanah setempat, citarasanya disenangi dan memiliki

harga yang tinggi di pasar lokal, daya hasil tinggi, toleran terhadap

hama dan penyakit dan tahan rebah dan memenuhi standar mutu gizi

dan aman bagi lingkungan serta kesehatan.

5) Pemanfaatan energi, pengelolaan pertanian organik menghindari sejauh

mungkin penggunaan energi dari luar yang berasal dari bahan bakar

fosil (pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar minyak).

Kesempatan kerja, para petani organik memperoleh kepuasan dan

mampu menghargai pekerja lainnya dengan upah yang layak.

2. Inovasi

Menurut Soekartawi (1988), inovasi adalah suatu ide yang

dipandang baru oleh seseorang. Karena latar belakang seseorang berbeda-

beda, maka didalam menilai secara obyektif apakah suatu ide baru yang

dimaksud itu adalah sangat relatif sifatnya. Sifat baru ide tersebut kadang-

kadang menentukan reaksi seseorang. Reaksi ini tentu saja berbeda-beda

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

antara individu satu dengan yang lain. Dengan demikian, maka suatu

pandangan inovasi mungkin berupa suatu teknologi baru, cara organisasi

yang baru, cara pemasaran pertanian yang baru dan sebagainya.

Rogers dan Shoemaker (1971) berpendapat bahwa:

“An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption”.

Mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau

obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh

individu atau masyarakat sasaran penyuluh. Pengertian baru yang melekat

pada istilah inovasi tersebut bukan selalu berarti baru diciptakan, tetapi

dapat berupa sesuatu yang sudah lama dikenal, diterima, digunakan atau

diterapkan oleh masyarakat di luar sistem sosial yang menganggapnya

sebagai sesuatu yang masih baru (Mardikanto, 1993).

Inovasi adalah suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai

sesuatu yang baru oleh individu atau suatu kelompok. Persepsi adalah

suatu hasil kegiatan yang membuat seseorang memperhatikan obyek

disekitarnya baik yang diam maupun yang bergerak. Teknologi yang

diterapkan melalui sebuah penelitian itulah yang disebut inovasi

(Ray, 1998).

Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas

menjadi sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru

yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan,

dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas

tertentu. Yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-

perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya

perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga

masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1993).

Penemu adalah orang yang pertama memperkenalkan gagasan baru

atau praktek, dan umumnya mempunyai suatu reputasi di dalam

masyarakat tersebut. Di dalam praktek difusi pertanian, mereka biasanya

menegaskan syarat-syarat dari kecepatan dimana mereka mempraktekkan

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

satu atau lebih praktek pertanian baru, walaupun praktek adopsi telah

dicoba dan diteskan melalui penelitian dan mungkin pada pertanian

progresif lainnya (Lionberger, 1960).

Inovasi sebagai sesuatu yang baru, di dalam komunikasi

pembangunan selalu diusahakan agar dapat diketahui, diterima dan

digunakan (diterapkan, dilaksanakan) oleh segenap warga masyarakat.

Untuk itu, setiap inovasi harus memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang

mencerminkan kualifikasi inovasi yang bersangkutan untuk dapat diterima

dan digunakan. Mardikanto (1993), membagi dua kelompok besar

karakteristik inovasi, yaitu :

1) Sifat intrinsik inovasi yang meliputi :

a) Informasi ilmia yang melekat/dilekatkan pada inovasinya.

b) Nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan(teknis, ekonomis, sosial-

budaya dan politis) yang melekat pada inovasinya.

c) Tingkat kerumitan (komleksitas inovasi)

d) Mudah/tidaknya dikomunikasikan

e) Mudah atau tidaknya inovasi itu dicobakan

f) Mudah atau tidaknya inovasi itu diamati.

2) Karakteristik ekstrinsik, yaitu karakteristik yang tergantung atau

dipengaruhi oleh kondisi masyarakat penggunan atau lingkungannya,

yaitu :

a) Kesesuaian atau kecocokannya

b) Keuntungan relatif

Menurut Suprapto dan Fahrianoor (2004), inovasi adalah gagasan,

tindakan atau barang yang dianggap baru. Kebaruan inovasi beru tersebut

diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya.

Jika suatu suatu ide dianggap baru oleh seseorang, maka ia adalah inovasi

(bagi orang itu). “Baru” dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru

sama sekali. Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan

yang dibuat oleh seseorang.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Adopsi Inovasi

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa:

pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan

(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini

mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat

melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya

dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya

dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain,

sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau

ketrampilannya (Mardikanto, 1993).

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu

ide, alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan

komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasinya dari bentuk adopsi ini

dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode maupun peralatan

dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya

(Mardikanto dan Sutarni, 1982).

Dalam mengadopsi suatu inovasi tidak semua orang mengadopsi

pada tingkat yang sama. Ada orang yang melakukannya bahkan setelah

bertahun-tahun. Dalam hal ini biasanya pengadopsi dibagi menjadi 5

kategori: (1) inovator, (2) pengadopsi, (3) mayoritas awal, (4) mayoritas

lambat, (5) kelompok lambat (Van den Ban, 1999).

Menurut Mosher (1978), menyatakan bahwa dalam proses adopsi

atau menerima inovasi terdapat 5 tahap yaitu :

1). Awareness

Tahap pertama terhadap adopsi inovasi. Sasaran sudah

sadar/mengetahui adanya suatu inovasi tetapi informasi yang diperoleh

sasaran tentang inovasi itu masih kurang lengkap.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2). Interest

Tahap kedua terhadap adopsi inovasi. Tumbuhnya minat pada sasaran

terhadap inovasi yang ditandai dengan keinginan untuk mencari

informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi itu.

3). Evaluation

Sasaran mulai berfikir dan melakukan penilaian terhadap inovasi itu

yang dihubungkan dengan dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang

serta menentukan mencobanya atau tidak.

4). Trial

Pada tahap ke empat tahap adopsi inovasi, sasaran sudah berani untuk

menerapkan inovasi itu dalam sekala kecil untuk menentukan

keuntungan dan manfaatnya sesuai dengan situasi dirinya.

5). Either Repeated use or rejection

Tidak semua petani yang telah melalui tahap pertama, kedua, ketiga

dan ke empat dapat dikatakan petani telah mengadopsi suatu inovasi.

Akan tetapi pada tahap ke lima ini petani baru akan memutuskan

untuk kembali menggunakan (adopsi) inovasi atau malah menolak

inovasi baru tersebut.

Ibrahim et al (2003) menggolongkan adopter berdasarkan

kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi menjadi lima golongan, yaitu:

a. Inovator (golongan perintis atau pelopor). Golongan perintis

jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini

gemar mencoba inovasi dan berani mengambil resiko (risk taker).

Pendidikannya lebih tinggi dari rata-rata pada masyarakatnya serta

aktif mencari informasi, baik melalui tulisan, audio visual maupun ke

sumber-sumber teknologi secara langsung. Umurnya setengah baya

dan memiliki status sosial yang tinggi, serta ditunjang sumber

keuangan yang mapan. Pada umumnya berpartisipasi aktif dalam

menyebarkan inovasi.

b. Early adopter (golongan pengetrap dini). Golongan ini mempunyai

tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mendengarkan radio, memiliki faktor produksi non lahan yang yang

relative lengkap sehingga dapat menerapkan suatu inovasi. Golongan

pengetrap dini memiliki status sosial sedang karena pada umumnya

berusia muda antara 25-40 tahun. Selain itu memiliki status ekonomi

yang baik. Pada umumnya golongan ini memiliki prakarsa besar, aktif

dalam kegiatan masyarakat dan suka membantu pelaksanaan

pembangunan di daerahnya. Golongan ini dapat dijadikan mitra

penyuluh pertanian dalam menyebarkan inovasi sehingga

mempercepat proses adopsi kelompok sosialnya.

c. Early majority (golongan pengetrap awal). Golongan ini mempunyai

tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya.

Golongan ini dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut

memberikan keuntungan kepadanya. Golongan pengetrap awal

mempunyai status sosial ekonomi sedang. Pada umumnya memiliki

umur lebih dari 40 tahun dan berpengalaman. Pola hubungan yang

dilakukan cenderung lokalit dan kurang giat mencari informasi

mengenai inovasi. Keputusan menerima adopsi diperhitungkan dengan

teliti, sebab kegagalan penerapan inovasi sangat mempengaruhi

penghidupan dan kehidupannya.

d. Late majority (golongan pengetrap akhir). Golongan ini pada

umumnya berusia lanjut dan memiliki pendidikan yang rendah. Status

sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.

Salah satu faktor penghambat diri dalam penerapan inovasi ini adalah

pengalaman pahit masa lalunya. Dengan status ekonomi yang rendah,

kegagalan penerapan suatu inovasi akan mengancam penghidupan dan

kehidupannya. Pola hubungan yang dilakukan lokalit, sehingga

akselerasi penerapan inovasi dapat dilakukan, apabila golongan

penerap awal juga menerapkan inovasi yang disuluhkan.

e. Laggard (golongan penolak). Golongan penolak ini pada umumnya

berusia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya

sangat rendah, bahkan buta huruf. Status sosial ekonominya sangat

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

rendah dan tidak suka perubahan-perubahan. Pola hubungan yang

dilakukan sangat lokalit sekali.

Keputusan inovasi dibuat melalui suatu analisis perkiraan biaya

dimana masalah terbesar adalah ketidakpastian. Orang-Orang akan

mengadopsi suatu inovasi tersebut jika mereka percaya, bahwa semua

pertimbangan untuk meningkatkan keuntungan mereka. Sehingga mereka

dapat percaya bahwa inovasi bisa menghasilkan manfaat terhadap ide yang

digantikan (Rogers, 1995).

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Inovasi

Adopsi suatu teknologi oleh petani berkaitan erat dengan perilaku

petani sebagai pengelola usahataninya. Perilaku petani sebagai pengelola

usahataninya akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal

yaitu meliputi faktor sosial antara lain tingkat pendidikan, pengalaman

bertani dan jumlah anggota keluarga. Faktor ekonomi misalnya tingkat

pendapatan dan faktor kelembagaan, misal status penguasaan lahan

(Syafa’at, 1990).

Mardikanto (1996) menambahkan bahwa faktor eksternal petani

yang mempengaruhi perubahan-perubahan meliputi lingkungan sosial dan

lingkungan ekonomi. Adapun lingkungan sosial yang mempengaruhi

adalah kebudayaan, opini publik, pengambil keputusan dalam keluarga dan

kekuatan lembaga sosial. Sedangkan kekuatan-kekuatan ekonomi yang

berkembang dimasyarakat meliputi: a). Tersedianya dana atau kredit

usahatani, b). Tersedianya sarana produksi dan peralatan usahatani, c).

Perkembangan teknologi pengolahan hasil, dan d). Pemasaran hasil.

Menurut Soekartawi (1988) dalam proses pengambilan keputusan,

apakah seseorang menolak atau menerima suatu inovasi adalah banyak

tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi

internal orang tersebut (misalnya pendidikan, status sosial, umur dan

sebagainya), serta situasi eksternal atau situasi lingkungan (misalnya

frekuensi kontak dengan sumber informasi, kesukaan mendengarkan radio

atau menonton televisi, menghadiri temu karya dan sebagainya).

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Hanafi (1987) mengatakan bahwa antara adopter yang inovatif

dengan yang kurang inovatif memiliki ciri-ciri sosial ekonomi yang

berbeda. Dibandingkan dengan adopter yang lebih lambat, anggota sistem

yang lebih inovatif itu:

a. Lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca

tulis.

b. Mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial ditandai

dengan pendapatan, tingkat kehidupan, kesehatan, prestise pekerjaan

atau jabatan, pengenalan diri tehadap kelas sosial tersebut.

c. Mempunyai tingkat mobilitas keatas lebih besar, yakni kecenderungan

untuk lebih meningkat lagi status sosialnya.

d. Mempunyai ladang yang lebih luas (jika ia petani).

e. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial, dimana produk-produk

yang dihasilkan ditujukan untuk dijual bukan semata-mata untuk

konsumsi sendiri, karena barang kali mereka mengadopsi inovasi

untuk lebih meningkatkan produksi sehingga pendapatan juga

meningkat.

f. Memiliki sikap lebih berkenan terhadap kredit.

g. Mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan adopsi antara lain :

Menurut Nasution (1998) kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh

Sifat inovasi, yang terdiri dari :

a. Keuntungan relatif (relative advantages)

Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan sesuatu

keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya.

b. Keserasian (Compatibility)

Apakah inovasi itu serasi dengan nilai-nilai. Sistem kepercayaan,

gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutugan,

selera, adat istiadat, dan sebagainya dari masyarakat yang

bersangkutan.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c. Kerumitan (complexity)

Apakan inovasi baru tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya

masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab

selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan

tambahan beban baru.

d. Dapat dicobakan (triability)

Bahwa suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan

dulu dalam ukuran kecil sebelum seseorang terlanjur menerimanya

secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu

ingin menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatannya

e. Observabilitas

Jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat

langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk

mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi

tersebut berupa sesuatu yang abstrak yang hanya dapat diwujudkan

dalam pikiran atau hanya dalam bayangan..

Adapun faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kecepatan

adopsi tergantung dari faktor internal dari adopter itu sendiri, antara lain :

1. Umur

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa makin muda petani

biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum

mereka ketahui. Sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum

berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

2. Pendidikan formal

Menurut Soekartawi (1988) yaitu mereka yang berpendidikan

tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi.

Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit

melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Ditambah pernyataan

Hanafi (1987), dari segi pendidikan ciri-ciri bagi adopter yang lebih

inovatif, yaitu lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kemampuan baca tulis. Orang yang cepat berhenti dari penggunaan

inovasi itu pendidikannya kurang, status sosialnya rendah, kurang

berhubungan dengan agen pembaharu.

Menurut Mardikanto (1994), bahwa didalam proses adopsi

teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani

dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena

adopsi teknologi akan dapat berkembang dengan cepat bila petani

mempunyai dasar pendidikan dan keterampilan yang memadai.

Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah

formal yang pernah dialami petani.

Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar

petani adalah pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan

semakin rasional pola pikir dan jasa nalarnya. Dengan pendidikan yang

semakin tinggi diharapkan, makin berkembang wawasan berpikirnya

dan semakin baik keputusannya dalam menentukan cara-cara

berusahatani yang lebih baik. Menurut Madigan (1962) dalam Cruz

(1987) Petani yang mencapai pendidikan lebih tinggi mempunyai

tingkat adopsi yang lebih tinggi daripada mereka yang mencapai tingkat

pendidikan yang rendah. Seorang agen pembaharu dapat mendapatkan

hasil yang terbaik ketika berhadapan dengan orang yang tingkat

pendidikannya lebih tinggi.

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Krasner dan Ullman

(1973), yang menyatakan bahwa sebuah pendidikan penting dan

diperlukan untuk setiap orang. Tujuan dari pendidikan adalah

memberikan pengalaman yang akan mengubah seseorang menuju arah

yang lebih baik. Definisi dari baik bisa dalam arti perkembangan secara

teologi (ilmu agama), dan dari pengertian tersebut dapat diambil

keputusan secara logika mengenai makna yang lurus dan kepantasan

dalam bergaul bagi seorang siswa. Pendidikan juga bisa didefinisikan

sebagai suatu kesuksesan dalam menjadi bagian dari masyarakat,

menggunakan kurikulum, serta meningkatkan perilaku sosial yang

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

selalu mengikuti dalam kehidupan. Bagaimanapun, pendidikan

merupakan sebuah perisiapan yang baik untuk kehidupan yang lebih

baik atau suatu kehidupan yang baik akan membuat seseorang menjadi

berbeda dengan yang lain, sebagai contoh sifat alamiah yang berkaitan

dengan perilaku.

3. Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal mengarah pada pada pendidikan yang

bertempat di luar dari aturan non formal. Khususnya, istilah atau

ungkapan pendidikan non formal digunakan pada orang dewasa yang

buta huruf dan pendidikan lanjutan untuk orang dewasa (Spencer,

1981). Menurut Kartasapoetra (1991), penyuluhan merupakan suatu

sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem

pendidikan di luar sistem persekolahan yang biasa.

Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal adalah

pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan

formal bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus.

Salah satu contohnya adalah penyuluhan pertanian. Penyuluhan

merupakan sistem pendidikan yang bersifat nonformal atau sistem

pendidikan diluar sistem persekolahan.

Selanjutnya, menurut Hollander (1970). pendidikan non formal

bisa diperoleh dari kelompok-kelompok dimana seseorang berada,

Persepsi sosial dengan kompetensi dalam perilaku interpersonal dan

dengan efisiensi kelompok. Yang pertama dari proposisi-proposisi ini

menyatakan bahwa individu yang memiliki pengetahuan lebih tentang

niat, preferensi, dan keyakinan orang lain, semakin efektif untuk dapat

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dengan orang-orang lain.

Proposisi kedua yang diperiksa di sini melibatkan perpanjangan yang

pertama. Ia memahami bahwa kelompok-kelompok terdiri dari

individu dengan persepsi sosial yang akurat akan lebih efisien

daripada kelompok terdiri dari anggota dengan persepsi sosial kurang

akurat. Perilaku yang diharapkan dari satu orang suplemen yang

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

diharapkan orang lain. Seringkali, seperti dalam kasus kelompok

kerja, peran satu peserta tidak dapat diundangkan kecuali orang lain

memberlakukan peran mereka dengan baik, dan kinerja yang tidak

memadai dari setiap peran yang seseorang mungkin akan menganggu

seluruh sistem.

4. Luas lahan

Adopter yang lebih inovatif mempunyai ladang yang lebih

luas. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial, dimana produk-

produk yang dihasilkan ditujukan untuk dijual bukan semata-mata

untuk konsumsi sendiri. Untuk itu mereka yang mengadopsi inovasi

lebih meningkatkan produksi (Hanafi, 1987). Menurut Mardikanto

(1993) semakin luas penguasaan lahan biasanya semakin cepat

mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.

Menurut Hernanto (1993), berdasarkan luas penguasaan lahan

petani dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Golongan petani luas (lebih dari 2 hektar)

2) Golongan petani sedang (0,5-2 hektar)

3) Golongan petani sempit (kurang dari 0,5 hektar)

4) Golongan buruh tani tidak bertanah.

5. Pendapatan

Petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan

semakin cepat mengadopsi inovasi. Pendapatan akan mendorong

petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan,

seperti untuk kegiatan produktif (biaya produksi periode selanjutnya),

kegiatan konsumtif (untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,

rekreasi dan pajak-pajak), pemeliharaan investasi serta tabungan dan

investasi. Adapun biaya hidup tersebut diperoleh dari berbagai

sumber, antara lain dari sumber usahatani sendiri, sumber usaha lain

di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga kerja pada usahatani

lain dan pendapatan dari luar usahatani (Hernanto, 1993).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Rendahnya tingkat pendapatan di sektor pertanian salah satunya

disebabkan oleh tingkat kepemilikan lahan pertanian yang sempit

akibat jumlah penduduk yang semakin bertambah dari waktu ke

waktu, sehingga ketersediaan lahan pertanian semakin berkurang

akibat dibangunnya pemukiman baru di pedesaan (Gustaman, 2004).

Secara umum pendapatan petani memang rendah pada usahatani

tanaman pangan dan tanaman tahunan, untuk petani di Jawa ataupun

di luar Jawa dan transmigran, pendapatan mereka relatif rendah

(Hernanto, 1993).

5. Petani

Petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap

menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usaha tani

dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga

bayaran. Petani bukanlah bawahan penyuluh, berarti tidak ada pula sifat

perintah dan tugas serta kewajiban tertentu sesuatu hal, tidak pula sesuatu

sangsi jabatan terhadap hasil kerja yang telah diperlihatkan oleh petani

(Samsudin, 1982).

Petani merupakan penduduk atau orang-orang yang secara de facto

memiliki atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai

kekuasaan atas pengelolaan faktor-faktor produksi pertanian (meliputi

tanah berikut faktor alam yang melingkupinya, tenaga kerja termasuk

organisasi dan skill, modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

(Mardikanto dan Sri Sutarni, 1982).

Menurut Soekartawi (1988), petani dicirikan oleh karakteristik

sebagai berikut:

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari 240 kg beras per

kapita per tahun.

b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 Ha lahan

sawah di Jawa atau 0,5 Ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mempunyai lahan tegal, maka luasnya 0,50 Ha di Jawa atau 1,00 Ha di

luar Jawa.

c. Patani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.

d. Petani yang memiliki pengetahuan yang terbatas.

Kemampuan petani untuk menerima sesuatu hal baru sifatnya tidak

sama, tergantung kepada keadaan status sosial, status ekonomi, psikologis

dan juga tingkat pendidikan mereka. Pemasukan hal-hal baru yang selalu

memakan waktu, sesuai tahapan-tahapan proses adopsi. Dengan demikian

tahapan antara petani yang satu dengan yang lainnya pada suatu saat yang

sama mungkin akan tidak sama. Sifat-sifat petani pada umumnya

dipengaruhi pola pertanian daerahnya, luas pemilikan tanah, letak desa,

topografi, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat ekonominya. Pada

umumnya segala sesuatu tindakan petani selalu dipengaruhi oleh keadaan

luar yang ada dalam lingkungannya.

Hal-hal yang mempengaruhi petani tersebut :

a. Pengaruh Dari Susunan Keluarga Sendiri

Banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, tingkat

perbedaan umur dan tingkat pendidikan dalam keluarga selalu

mempengaruhi bentuk tindakan dan kegiatan usaha tani. Jika jumlah

keluarganya banyak, petani tidak akan terlalu sibuk dibanding dengan

petani yang jumlah keluarganya sedikit. Pembagian kerja akan lebih

terarah jika tingkat umur dan pendidikan keluarga petani tidak banyak

berbeda satu sama lain.

b. Pengaruh Masyarakat Sekitar

Susunan masyarakat, norma-norma sosial masyarakat dan rata-rata

status sosial ekonomi biasanya mempengaruhi kegiatan usaha tahi

petani petani yang ada di dalamnya.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Pengaruh Agama dan Kepercayaan

Banyak kegiatan dan bentuk usaha tani yang dipengaruhi oleh

kepercayaan dan adat istiadat masyarakat setempat misalnya dengan

sesajen.

(Samsudin, 1982).

6. Pupuk bioorganik

Pupuk bioorganik adalah hasil rekayasa bioteknologi yang berguna

bagi pertanian secara umum dengan kandungan utamanya adalah

mikroorganisme-mikroorganisme menguntungkan bagi kesuburan lahan

dan pertumbuhan tanaman baik secara vegetatif maupun generatif. Pupuk

bioorganik tidak mengandung Nitrogen, Phospat, maupun Kalium. Akan

tetapi mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, apabila di dalam

tanah dapat menghasilkan Nitrogen yang ditambatkan dari udara,

menguraikan P dan K yang terikat dengan senyawa lain. Kelompok

mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak lama. Mikroba

penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga yang

bebas (tidak bersimbiosis).

Mikroba pelarut P dilaporkan oleh orang rusia bernama Pikovskaya

pada tahun 1948 yaitu Bacillus megatherium var. Phosphaticum dan mulai

digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an. Beberapa

mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber sukar

larut ditemukan baik dari kelompok fungi atau dari krlompok bakteri.

Mikroba lain yang juga sering digunakan adalah Mikoriza, yang

terdiri dari dua kelompok utama yaitu: endomikoriza dan ektomikoriza.

Mikoriza bersimbiosis dengan tanaman. Secara mudahnya endomikoriza

berarti mikoriza yang ada di dalam dan ektomikoriza adalah mikoriza yang

ada di luar. Endomikoriza atau VAM umumnya adalah fungi tingkat

rendah sedangkan ektomikoriza adalah jamur tingkat tinggi. Mikroriza

memiliki peranan yang cukup komplek. Dia tidak hanya berperan

membantu penyerapan hara P, tetapi juga melindungi tanaman dari

serangan penyakit dan memberikan nutrisi lain bagi tanaman.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Mikroba-mikroba bahan aktif pupuk bioorganik dikemas dalam

bahan pembawa, bisa dalam bentuk cair atau padat. Pupuk bioorganik juga

ada yang hanya terdiri dari satu atau beberapa mikroba saja, tetapi ada juga

yang mengklaim terdiri dari bermacam-macam mikroba. Pupuk bioorganik

ini yang kemudian diaplikasikan ke tanaman.

Dalam melakukan pemupukan harus diperhatikan berbagai hal yang

meliputi ketepan dosis, waktu dan cara agar pemupukan dapat efektif dan

efisien. Jumlah pupuk yang digunakan biasanya tergantung dari kebutuhan

tanaman akan N. Pemberian pupuk paling baik digunakan pada waktu

sebelum pengolahan tanah, sehingga pupuk dapat terus diolah ke dalam

tanah (Rinsema, 1993).

Untuk menanggulangi kekurangan unsur makro pada tanaman,

akhir-akhir ini bermunculan pupuk mikro yang rata-rata diberikan lewat

daun. Belakangan pupuk yang kemudian dikenal dengan sebutan pupuk

daun ini tidak saja berisi insur mikro, tetapi sudah dilengkapi dengan unsur

makro. Bisa dimaklumi kalau pupuk daun yang berisi unsur hara lengkap

tersebut disukai petani. Selain pemberian lebih praktis, khasiatnyapun

lebih cepat terlihat. Ada satu hal kelebihan yang paling mencolok dari

pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding

dengan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan lebih

cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Oleh karena itu,

pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil guna dibanding lewat

akar (Lingga dan Marsono, 2002).

Salah satu penyebab kegagalan dalam menyuburkan tanah dengan

menggunakan pupuk adalah akibat dari salah pupuk. Pupuk itu semacam

racun. Pupuk, khususnya pupuk buatan, tak lain adalah bahan-bahan kimia

yang diramu sedemikian rupa meniru zat yang dikandung oleh tanah. Oleh

sebab itu, cara pemakaian, dosis, dan khasiatnya bagi tanaman harus

diketahui dahulu secara benar sebelum dipakai untuk memupuk

(Lingga dan Marsono, 2002).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Perlakuan benih adalah mencampur benih yang akan ditanam dengan

pertisida. Pestisida yang digunakan umumnya pestisida sistemik, jika

bertujuan untuk melindungi tanaman muda. Bila tujuannya hanya untuk

melindungi benih saja, maka dapat digunakan pestisida nonsistemik.

Takaran yang digunakan adalah dosis pestisida perkilogram benih. Benih

yang akan dicampur dengan pestisida dimasukkan kedalam wadah

tertentu. Kemudian benih tersebut dimasukkan kedalam larutan pestisida

sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Sesudah itu, benih yang sudah

dimasukkan kedalam larutan pestisida tersebut diaduk dengan pestisida

hingga merata dan siap untuk ditanam (Djojosumarto, 2000).

Sesuai dengan kegiatan kepentingan berbagai proses fisiologisnya,

tanaman memerlukan unsur hara yang cukup. Berdasarkan kegiatan

kepentingannya itu perlu pemupukan (pemberian unsur hara) yang sesuai

dengan keperluannya yang menurut hasil-hasil penyelidikan berada dalam

kekurangan tersedianya dalam tanah. Dengan demikian, maka jelaslah

bahwa pemupukan itu tidak boleh dilakukan sembarang waktu, harus

memperhatikan waktu dibutuhkannya serta macamnya unsur hara yang

berada dalam keadaan defisiensif. Dengan demikian pula maka pemberian

pupuk akan bermanfaat (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990).

Masa penyemprotan pupuk dapat dilakukan sekali setiap 10 hari.

Setelah beberapa kali disemprot, biasanya tanaman akan memunculkan

tunas-tunas baru yang nantinya menjadi ranting dan daun. Kalau tunas

sudah muncul, penyemprotan dapat dihentikan. Ini disebabkan tunas muda

sangat peka terhadap pupuk, apalagi jika dosisnya terlalu banyak. Nanti

setelah tunas-tunas tersebut sudah menjadi ranting dan daun yang sudah

cukup kuat, barulah tanaman disemprot kembali

(Lingga dan Marsono, 2002)

Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kg yang digunakan

untuk mengendalikan hama atau penyakit setiap satuan luas tertentu atau

tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Adapula

yang mengartikan dosis adalah jumlah pertisida yang sudah dicampur atau

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

diencerkan dengan air, yang digunakan untuk menyemprot hama atau

penyakit dengan luas tertentu (Sudarmo, 1992).

Dosis dalam pengertian kedua adalah jumlah larutan yang diperlukan

setiap tanaman. Biasanya pengertian dosis ini hanya petani profesional dan

ahli saja yang paling mengingat. Mengenai jumlah larutan yang

disemprotkan tersebut sangat penting diketahui agar dosisnya jangan

berlebihan. Kalau berlebihan, akibatnya akan sangat buruk. Sebaliknya

kalau kekurangan, tanaman tidak akan mengalami perubahan

(Lingga dan Marsono, 2002).

7. Aplikasi Penggunaan Pupuk Bioorganik Pada Tanaman Jagung

a. Perlakuan benih

1) Melarutkan 2 tutup botol (20 ml) pupuk bioorganik ke dalam 2 liter

air.

2) Benih dirandam selam 1 jam.

3) Setelah direndam, benih dapat langsung ditanam pada lahan yang

sudah disiapkan.

b. Pengolahan tanah

1) Lahan dicangkul halus dan dibuat baris dengan jarak 80 cm.

Kebutuhan pupuk kandang (kompos) sebanyak 3 ton. Digunakan

untuk menutup benih pada tugalan. Pupuk urea sebanyak setengah

dari dosis anjuran (± 50 kg/ha) dan SP-36 sebanyak setengah dari

dosis anjuran (± 50 kg/ha), diberikan pada jarak 5 cm dari lubang

benih.

2) Setelah benih ditanam, larikan disemprot dengan larutan pupuk

bioorganik 2-3 tutup botol per tangki.

c. Pemeliharaan tanaman

1) Aplikasi pada umur 10 hari setelah tanam.

Melarutkan 1-3 tutup botol (10-30 ml) pupuk bioorganik per tangki

air. Penyemprotan dilakukan merata pada permukaan bawah daun

dan tanah sekitar tanaman.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Aplikasi pada umur 20 hari setelah tanam.

Melarutkan 1-3 tutup botol (10-30 ml) pupuk bioorganik per tangki

air. Penyemprotan dilakukan merata pada permukaan bawah daun

dan tanah sekitar tanaman.

3) Aplikasi pada umur 25 hari setelah tanam

Memberikan pupuk urea sebanyak ½ dari dosis anjuran (± 75

kg/ha), tanam dengan jarak 10 cm dari batang.

4) Aplikasi pada umur 30 hari setelah tanam.

Melarutkan 1-3 tutup botol (10-30 ml) pupuk bioorganik per tangki

air. Penyemprotan merata pada permukaan bawah daun dan tanah

sekitar tanaman.

5) Aplikasi pada umur 40 hari setelah tanam.

Melarutkan 1-3 tutup botol (10-30 ml) pupuk bioorganik per tangki

air. Penyemprotan merata pada permukaan bawah daun dan tanah

sekitar tanaman.

6) Aplikasi pada umur 40 hari setelah tanam

Memberikan pupuk urea sebanyak ½ dari dosis anjuran (±75 kg)

dan KCL sebanyak setengah dari dosis anjuran (±25 kg/ha), tanam

dengan jarak 15 cm dari batang.

B. Kerangka Berpikir

Adopsi atau penerapan terhadap suatu inovasi memerlukan proses

waktu yang lama, yang nantinya akan berpengaruh pada perubahan perilaku

seseorang (pengetahuan, sikap, keterampilan) dalam menerapkan suatu

inovasi. Dimana perubahan perilaku tersebut tergantung pada sifat inovasi,

sejauh mana inovasi itu mudah diterapkan dan tergantung pada individu

petani.

Pada kenyataanya petani tidak begitu saja mau menggunakan setiap

inovasi pada saat pertama kali mereka mendengarnya. Petani mungkin hanya

mengenalnya dan enggan untuk mempraktikkannya pada lahan yang mereka

miliki. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

petani dalam mengadopsi inovasi. Setiap petani memerlukan waktu yang

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

berbeda-beda dalam mengadopsi inovasi, termasuk dalam penggunaan pupuk

bioorganik. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor yang melatar

belakangi petani itu sendiri, baik faktor internal maupun kondisi lingkungan

disekitar mereka.

Proses adopsi pupuk bioorganik tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya, baik intern maupun ekstern. Cepat tidaknya proses adopsi

inovasi sangat tergantung dari faktor intern adopter itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut yang nantinya akan mementukan tercapainya pertanian organik

melalui proses adopsi yaitu ketepatan penggunaan pupuk bioorganik. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi pupuk bioorganik antara lain umur,

pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas usahatani, pendapatan, serta

sifat inovasi. Kaitannya dengan adopsi, semakin muda petani biasanya

mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui,

sehingga mereka lebih cepat melakukan adopsi walaupun dengan pengalaman

yang masih kurang. Pendidikan formal dan nonformal akan berpengaruh pada

kecepatan adopsi. Semakin tinggi pendidikan formal yang di tempuh atau

semakin banyak petani mengikuti pendidikan nonformal maka adopsi inovasi

akan dilakukan dengan cepat karena pengetahuan yang lebih luas. Luas

usahatani berpengaruh juga dalam kecepatan adopsi karena petani yang

memiliki lahan yang luas biasanya memiliki kemampuan ekonomi yang lebih

baik. Sifat inovasi memegang peranan yang sangat penting dalam adopsi

karena sifat inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, ketercobaan

dan keteramatan) dapat digunakan alasan petani untuk mengadopsi atau tidak

suatu inovasi.

Kecamatan Pracimantoro telah empat tahun menerapkan pupuk

bioorganik. Akan tetapi ketepan penggunaan pupuk bioorganik belum dapat

diketahui. Oleh karena itu dalam proses adopsi pupuk biooorganik di

Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dari ketepatan

dosis penggunaan, cara penggunaan, ketepatan waktu, ketepatan tempat

pemupukan sehingga pemupukan dapat efektif dan efisien.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat skema kerangka berfikir

sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

C. Hipotesis Penelitian

Diduga ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan formal,

pendidikan nonformal, luas usahatani, pendapatan, serta sifat inovasi dengan

adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan adopsi

penggunaan pupuk bioorganik

:

1. Umur

2. Pendidikan formal

3. Pendidikan nonformal

4. Luas usahatani

5. Pendapatan

6. Sifat inovasi

Adopsi penggunaan

pupuk bioorganik :

1. Tepat dosis

2. Tepat cara

3. Tepat waktu

4. Tepat tempat

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

a. Faktor faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik.

1) Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan yang

dinyatakan dalam tahun.

2) Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal yang pernah

ditempuh responden.

3) Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diperoleh responden

diluar pendidikan formal, seperti ketika mengikuti penyuluhan

petanian. Diukur dengan frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian

dalam satu musim tanam.

4) Luas usahatani adalah luas lahan pertanian yang dimiliki

responden. Dinyatakan dalam satuan Ha.

5) Pendapatan adalah pendapatan dari kegiatan usahatani dan diluar

usahatani per satu musim tanam.

6) Sifat inovasi, yaitu sifat-sifat yang melekat pada inovasi yang

secara langsung naupun tidak langsung keberadaannya dapat

mendorong atau menghambat dalam adopsi bioorganik yang

meliputi:

a) Keuntungan relatif (relatif advantages), yaitu tingkat dimana

bioorganik dianggap sebagai inovasi yang memberikan

keuntungan secara teknis dan ekonomi. Keuntungan relatif ini

dapat diukur melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh

dari bioorganik melalui persepsi petani responden terhadap

keuntungan relatif bioorganik.

b) Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi

bioorganik dengan kebutuhan petani, kondisi ekonomi dan

kondisi lingkungan. Kesesuain dapat diukur melalui persepsi

petani responden terhadap kesesuian bioorganik dengan

kebutuhan petani, kondisi ekonomi petani, dan kondisi

lingkungan.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c) Kerumitan (complexity), yaitu tingkat dimana inovasi

bioorganik dirasa sulit atau tidaknya untuk diterapkan oleh

petani. Kerumitan diukur melalui persepsi petani responden

terhadap tingkat kerumitan bioorganik dalam hal mendapatkan

pupuk bioorganik, dan penggunaannya.

d) Dapat dicobakan (triability), yaitu tingkat dapat dicobanya

inovasi bioorganik oleh petani. Diukur melalui persepsi petani

responden terhadap dapat atau tidaknya inovasi bioorganik

digunakan di lahan dalam skala kecil

e) Dapat dilihat (observability), yaitu tingkat dapat dilihatnya

hasil dari inovasi bioorganik oleh petani. Diukur melalui

persepsi petani terhadap dapat atau tidaknya inovasi

bioorganik dilihat atau diamati tehadap hasil.

Persepsi petani responden tersebut diukur dengan

pernyataan-pernyataan positif dan negatif dengan kriteria sebagai

berikut:

Pernyataan Positif

Sangat setuju (ST) : skor 5

Setuju (S) : skor 4

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 3

Tidak setuju (TS) : skor 2

Sangat tidak setuju (STS) : skor 1

Pernyataan Negatif

Sangat setuju (ST) : skor 1

Setuju (S) : skor 2

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 3

Tidak setuju (TS) : skor 4

Sangat tidak setuju (STS) : skor 5

b. Adopsi inovasi penggunaan pupuk bioorganik

1) Tepat dosis yaitu ketepatan dosis pemupukan yang dilakukan oleh

petani sesuai dengan rekomendasi. Diukur dari pernyataan atau

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pertanyaan yang merupakan indikator dari dosis pemupukan yang

dilakukan oleh petani.

2) Tepat waktu yaitu saat pemupukan yang dilakukan petani sesuai

denga rekomendasi. Diukur dari pernyataan atau pertanyaan yang

merupakan indikator dari waktu pemupukan yang dilakukan oleh

petani.

3) Tepat cara yaitu teknik pemupukan yang dilakukan petani sesuai

dengan rekomendasi.

4) Tepat tempat yaitu ketepatan pada obyek yang diberi pupuk.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2. Pengukuran Variabel

a. Faktor faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik.

Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

Variabel Indikator Kriteria Skor

1. Umur

2. Pendidikan formal

3. Pendidikan non formal

4. Luas usaha tani

5. Pendapatan

6. Sifat inovasi

Usia petani saat penelitian dilakukan Tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh responden Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan dalam 1 musim tanam Luas usahatani yang dikuasai responden Kemampuan petani mencukupi kebutuhan keluarganya permusim tanam 1. Keuntungan relatif

a. Biaya lebih murah.

b. Mengurangi ketergantungan menggunakan pupuk kimia

c. Biorganik tidak menguntungkan

a. >60 tahun b. 50-59 tahun c. 40-49 tahun d. 31-39 tahun e. ≤ 30 tahun

a. Tidak sekolah b. Tidak/tamat SD c. Tidak/tamat SMP d. Tidak/tamat SMA e. Tamat D3-Sarjana a. Tidak pernah b. 1-2 kali c. 3-4 kali d. 5-6 kali e. > 6 kali

a. 0,25 ha-0,65ha b. 0,66 ha-1,06 ha c. 1,07 ha-1,47 ha d. 1,48 ha-1,88 ha e. >1,88 ha

a. Rp. 300.000-620.000 b. Rp. 620.001-940.000 c. Rp. 940.001-1.260.000 d. Rp. 1.260.001-1.580.000 e. Rp. 1.580.001-1.900.000

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

d. Penggunaan

lebih mudah dan efektif

2. Kompatibilitas

a. Sesuai dengan kebutuhan petani

b. Tidak mencemari lingkungan dan aman digunakan

c. Seseuai dengan kondisi tanah

d. Seseuai dengan kemampuan ekonomi petani

3. Kompleksitas

a. Secara teknik bioorganik lebih mudah digunakan dari pada pupuk kimia.

4. Triabilitas a. Petani dapat

mencoba pupuk bioorganik sendiri

b. Bioorganik harus digunakan untuk lahan yang lebih luas

d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

c. Bioorganik bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman

d. Petani dapat mencoba menerapkan bioorganik dalam skala kecil

5. Observabilitas

a. Hasil dari penggunaan bioorganik dapat diamati

b. Tanaman yang disemprot dengan bioorganik tahan terhadap serangan hama dan penyakit

c. Tanaman yang

disemprot dengan bioorganik pertumbuhannya lebih cepat.

d. Tanaman yang disemprot dengan bioorganik mempunyai hasil yang lebih tinggi

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu/ragu-ragu d. Setuju

e. Sangat setuju

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Adopsi Pupuk Bioorganik Variabel Indikator Kriteria Skor

1. Tepat dosis

2. Tepat waktu

3. Tepat cara

Ketepatan dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani sesuai dengan rekomendasi.

*Rekomendasi 1. Perlakuan pada

benih : 2 tutup botol (20 ml).

2. Pengolahan tanah : 2-3 tutup botol/tangki.

3. Pemeliharaan tanaman : a. Aplikasi pada

umur 10 HST : 1-3 tutup botol/tangki

b. Aplikasi pada umur 20 HST : 1-3 tutup botol/tangki

c. Aplikasi pada umur 30 HST : 1-3 tutup botol/tangki

d. Aplikasi pada umur 40 HST : 1-3 tutup botol/tangki

*1 tutup botol = 10 ml Saat pemupukan yang dilakukan petani sesuai dengan rekomendasi *Rekomendasi

a. Aplikasi pada umur 10 HST

b. Aplikasi pada umur 20 HST

c. Aplikasi pada umur 30 HST

d. Alpikasi pada umur 40 HST

Teknik pemupukan yang tepat sesuai dengan rekomendasi

a. Perlakuan pada benih, pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman melebihi dosis yang dianjurkan

b. Perlakuan pada benih, pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman kurang dari dosis yang dianjurkan

c. Perlakuan pada benih sudah tepat dosis, tapi pada pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman tidak sesuai dosis yang dianjurkan

d. Perlakuan pada benih tidak tepat dosis, tapi pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman sudah sesuai dosis yang dianjurkan

e. Perlakuan pada benih, pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman sudah sesuai dosis yang dianjurkan

a. 0-10 HST b. 10-20 HST c. 10 HST +20 HST d. 10 HST +20 HST+30 HST e. 10 HST + 20 HST + 30

HST + 40 HST a. Pemupukan dilakukan 1-

3 kali b. Pemupukan dilakukan 4

kali dengan dosis yang tidak tepat dan

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

1

2

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4. Tepat tempat

Ketepatan pada obyek yang diberi pupuk

disemprotkan tidak merata.

c. Pemupukan dilakukan 4 kali dengan dosis yang tidak tepat dan disemprotkan merata.

d. Pemupukan dilakukan 4 kali dengan dosis yang tepat dan disemprotkan tidak merata.

e. Pemupukan dilakukan 4 kali dengan dosis yang tepat dan di semprotkan merata.

a. Hanya pada benih b. Hanya pada permukaan

lahannya saja c. Hanya disemprotkan pada

tanaman d. Disemprotkan pada

permukaan lahan dan tanaman

e. Digunakan pada benih, permukaan lahan serta tanaman

3

4

5

1 2

3

4

5

E. Pembatasan Masalah

1. Faktor faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik yang

diteliti meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas

usahatani, pendapatan serta sifat inovasi.

2. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang

telah menggunakan pupuk bioorganik dalam budidaya jagung.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan data-data dan menyajikan,

menganalisis serta menginterpretasikan data yang dikumpulkan (Narbuko dan

Achmadi, 1999).

Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik survei, yaitu teknik

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data dengan maksud menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis

(Singarimbun dan Effendi, 1985).

B. Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan

lokasi penelitian melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik

yang dimiliki calon sampel atau responden dengan kriteria tertentu yang

ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti, sesuai tujuan penelitian

(Mardikanto, 2001).

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pracimantoro dengan

pertimbangan bahwa Kecamatan Pracimantoro telah menerapkan pertanian

organik tetapi belum semua petani di kecamatan tersebut mengadospi pupuk

bioorganik. Bahkan ada sebuah kelompok tani yang telah membuat sendiri

pupuk organik untuk diaplikasikan ke lahan usahataninya. Oleh karena itu,

peneliti memandang perlu dilakukan penelitian mengenai adopsi pupuk

bioorganik.

36

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kecamatan

Pracimantoro yang menggunakan pupuk bioorganik. Adapun data

persentase pengguna pupuk bioorganik di Kecamatan pracimantoro

sebagaimana dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Data Pengguna Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro

Desa Total Jumlah Anggota

Pengguna Pupuk Bioorganik

Persentase (%)

Sumber agung 662 96 14,5 Petir sari 491 81 16,5 Joho 1129 169 14,5 Gambir manis 1173 323 27,5 Watangrejo 738 516 69,9 Suci 1136 303 26,7 Jimbar 558 92 16,5 Sambiroto 731 140 19,2 Pracimantoro 593 245 42,8 Gedong 851 188 22,1 Gebangharjo 618 347 56,1 Sedayu 725 147 20,3 Banaran 617 71 11,5 Trukan 679 184 27,1 Tubokarto 857 529 61,7 Lebak 553 70 12,7 Glinggang 641 149 23,2 Wonodadi 554 80 14,4

Sumber : Data BPP Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa persentase pengguna pupuk

bioorganik terbanyak dari 18 desa di Kecamatan Pracimantoro adalah di

Desa Watangrejo, Desa Gebangharjo dan Desa Tubokarto. Lebih dari 50

% petani di 3 desa tersebut telah menggunakan pupuk bioorganik.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode

proporsional random sampling, yaitu pengambilan responden dengan

menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok

yang diwakilinya. Adapun data jumlah sampel dari 3 Desa Penelitian

sebagaimana dilihat pada tabel 3.2

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 3.2 Data Pengguna Pupuk Bioorganik di Setiap Kelompok Tani di 3 Desa Penelitian (Gebangharjo, Watangrejo, Tubokarto).

Nama Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota

Pengguna Pupuk

Bioorganik

%

Gebangharjo Siti Mulyani Sedya Makmur Sido Mulyo Ngudi Mulyo Ngudi Lestari Sido Makmur Ngudi Makmur Sedyo Mulyo

43 84 41

166 156 66 32 30

39 84 25 72 58 37 15 17

90,7 100 60,9 43,4 37,2 56,1 42,9 54,8

Watangrejo Kepuh Sari Ngudi Rejo Ngudi Mulyo Manggolorejo Sido rejo Mekar sari Ngudi rejeki Sumber Rejeki

98 76

112 244 93 44 30 41

82 15 26 238 59 37 26 33

83,6 19,7 23,2 97,5 63,4 84,1 86,7 80,5

Tubokarto Ngudi Darmo mulyo Marsudi Mulyo Sri Rejeki Sari Tani Mulyo Sedyo mulyo Tani mulyo Damar Selo Ngudi Makmur Segar Makmur

179 70 65

120 74

115 55

124 55

86 30 53 69 41 62 45 119 24

48,0 42,8 81,5 57,5 55,4 53,9 81,8 95,9 43,6

Sumber : BPP Kecamatan Pracimantoro Tahun 2010

Berdasarkan tabel 3.2, sampel terdiri dari 3 desa yaitu Desa

Gebangharjo, Desa Watangrejo dan desa Tubokarto dan diambil masing-

masing 1 kelompok tani tiap desa yang didasarkan pada prosentase

terbanyak pengguna pupuk bioorganik yaitu kelompok tani Sedyo

Makmur, Manggolorejo dan Ngudi Makmur. Kemudian jumlah sampel

yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 responden dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

㠘 骘 奴浓娘 x 40

Keterangan :

ni : jumlah sampel petani yang menggunakan pupuk bioorganik tiap

Kelompo Tani

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

nk : jumlah petani yang menggunakan pupuk bioorganik dari masing-

masing Kelompok Tani

N : jumlah petani dari ke-3 Kelompok Tani

Tabel 3.3 Distribusi Jumlah Sampel

No Nama Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel 1. Gebangharjo Sedyo Makmur 84 7 2. Watangrejo Manggolorejo 244 22 3. Tubokarto Ngudi Makmur 124 11

Jumlah 452 40

Sumber: Data BPP Kecamatan Pracimantoro Tahun 2009

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau dari

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian

2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan:

a. Wawancara, wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

mengadopsi penggunaan pupuk bioorganik.

b. Obervasi, teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran

yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

c. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara

pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait

dengan penelitian.

F. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi

pupuk bioorganik serta mengukur tingkat adopsi pupuk bioorganik dihitung

dengan rumus lebar interval sebagai berikut :

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Lebar interval = jumlah skor tertinggi-jumlah skor terendah Jumlah kelas

Untuk mengetahui hubungan antar faktor yang berhubungan dengan

adopsi pupuk bioorganik dengan tingkat adopsi pupuk bioorganik di

Kecamatan Pracimantoro digunakan uji korelasi rank sperman (rs). Menurut

Siegel (1994) rumus jenjang sperman adalah sebagai berikut :

NN

dirs

N

i

--=å=3

1

261

dimana:

rs = koefisien korelasi rank spearman

di = beda rangking

N = jumlah sampel

Sedangkan untuk menguji tingkat signifikasi rs digunakan uji t student,

karena sampel yang diambil lebih dari 10 (>10) dengan rumus :

21

2

rs

Nrst

--

=

Kriteria pengambilan keputusan:

1. jika t hitung > t tabel (α = 0,05), maka Ho ditolak, berarti ada hubungan

yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi

dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro.

2. jika t hitung < t tabel (α = 0,05), maka Ho diterima, berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

adopsi dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Pupuk Bioorganik.

Pupuk bioorganik merupakan suatu inovasi baru yang perlu dikaji

adopsinya oleh petani di Kecamatan Pracimantoro. Adopsi pupuk bioorganik

tentunya berhubungan dengan berbagai faktor. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik dalam penelitian ini meliputi

umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, luas

penguasaan lahan serta sifat dari inovasi tersebut. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik sebagaimana dapat dilihat dari

pembahasan berikut.

1. Umur

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga

penelitian dilakukan. Umur kadang menjadi ukuran kedewasaan seseorang

dalam mengambil suatu keputusan, meskipun tidak selamanya demikian.

Gambaran mengenai keadaan umur petani di wilayah penelitian

Kecamatan Pracimantoro sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Skor Jumlah (orang) Presentase (%) ≥ 60 1 6 15,0

50-59 2 9 22,5

40-49 3 16 40,0

31-39 4 7 17,5

≤ 30 5 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 mengenai distribusi umur, dapat diketahui

bahwa petani terbanyak pada kategori umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 16

orang atau 40 persen dari total jumlah responden. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar petani termasuk dalam kategori usia muda. Petani

yang tergolong dalam usia muda biasanya masih aktif dalam melakukan

52

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kegiatan usahatani. Selain itu petani dengan usia yang relatif muda

cenderung lebih mudah dalam menerima inovasi.

Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1988), semakin muda umur

petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum

mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan

adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman

dalam soal adosi inovasi tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Lionberger (1960) dalam Mardikanto (2007) yang menyatakan semakin

tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan

cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa

diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

Berdasarkan analisis dari lapang, petani di Kecamatan

Pracimantoro kebanyakan tergolong dalam usia muda yaitu antara 40-49

tahun. Petani ini mau mengadopsi pupuk bioorganik lebih cepat dibanding

petani yang tergolong kategori tua (>50 tahun). Petani muda ini

nampaknya sadar akan kerusakan yang terjadi oleh penggunaan pupuk

kimia. Oleh karena itu petani muda mempunyai kesadaran untuk

memperbaiki kerusakan tersebut agar nantinya lahan usahatani mereka

bisa menghasilkan hasil usahatani yang baik tanpa merusak lingkungan.

Berbeda dengan petani yang tergolong dalam usia tua (>50 tahun), ada

beberapa dari meraka yang cepat mengadopsi pupuk bioorganik karena

kesadarannya untuk memperbaiki kerusakan tanah. Akan tetapi

kebanyakan dari mereka hanya bertujuan untuk selalu meningkatkan hasil

panen dengan selalu menggunakan pupuk kimia dalam usahataninya yang

sudah dilakukan turun temurun dari masyarakat setempat, sehingga sulit

untuk menerima suatu inovasi karena takut gagal.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan tingkat pendidikan formal yang

pernah ditempuh responden pada bangku terakhir sekolah atau lembaga

pendidikan formal. Pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi

suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan cenderung

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

terbuka untuk menerima hal-hal yang baru. Gambaran mengenai

pendidikan formal petani di Kecamatan Pracimantoro sebagaimana dapat

dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat Pendidikan Skor Jumlah (orang) Presentase (%)

Tidak sekolah 1 5 12,5 Tidak/tamat SD 2 12 30,0 Tidak/tamat SMP 3 7 17,5 Tidak/tamat SMA 4 14 35,0 Tamat D3/sarjana 5 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

petani berpendidikan tidak tamat/tamat SMA yaitu sebanyak 14 orang

atau 35,00 persen dari jumlah responden. Kemudian tingkat pendidikan

formal tidak/tamat SD sebanyak 12 orang atau 30,00 persen, tidak/tamat

SMP sebanyak 7 orang atau 17,50 persen , tidak bersekolah sebanyak 5

orang atau 12,50 persen dan sisanya 5,00 persen atau sebanyak 2 orang

adalah lulusan D3/sarjana. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa petani yang mencapai pendidikan formal tamat SMA lebih

banyak. Hal ini berarti petani di Kecamatan Pracimantoro sudah mulai

sadar akan arti pentingnya pendidikan.

Menurut Soekartawi (1988) yaitu mereka yang berpendidikan

tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu

pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit

melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Ditambah pernyataan Hanafi

(1987), dari segi pendidikan ciri-ciri bagi adopter yang lebih inovatif,

yaitu lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca

tulis. Orang yang cepat berhenti dari penggunaan inovasi itu

pendidikannya kurang, status sosialnya rendah, kurang berhubungan

dengan agen pembaharu.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh petani di Kecamatan

Pracimantoro akan mempengaruhi cepat tidaknya adopsi pupuk

bioorganik. Pendidikan formal petani akan mempengaruhi pola pikir

terhadap pengelolaan usahatanimya dan permasalahan yang dihadapi.

Selain itu petani yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai

pengetahuan yang lebih luas sehingga sehingga lebih cepat mengambil

keputusan untuk mengadospi inovasi baru.

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pendidikan yang diperoleh petani di luar pendidikan formal. Pendidikan

nonformal di sini adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang

dewasa (baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis), memiliki

program yang terencana, dapat dilakukan dimana saja, tidak terikat waktu

serta disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan

dengan hal ini, maka pendidikan nonformal diasumsikan sebagai

penyuluhan yang pernah diikuti oleh petani.

Pendidikan nonformal yang diukur dalam penelitian ini adalah

banyaknya kegiatan penyuluhan yang pernah diikuti oleh petani dalam

kurun waktu satu musim tanam. Gambaran mengenai pendidikan non

formal petani sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal Skor Jumlah (orang) Presentase (%)

Tidak pernah 1 2 5,00 1-2 kali 2 3 7,50 3-4 kali 3 3 7,50 5-6 kali 4 19 47,50 > 6 kali 5 13 32,50

Jumlah 40 100,00

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

nonformal petani di Kecamatan Pracimantoro termasuk dalam kategori

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tinggi yaitu sebanyak 5-6 kali atau 47,50 persen petani sering mengikuti

kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang diadakan berupa

kunjungan oleh penyuluh, sarasehan oleh penyuluh di lahan usahatani

dan juga penyuluhan dalam pertemuan kelompok tani. Pada musim

tanam ini sebagian besar petani mengikuti penyuluhan seputar pola

tanam, sistem tanam, pengobatan, pemupukan serta sosialisasi pertanian

organik. Untuk penyuluhan tentang penggunaan pupuk bioorganik

biasanya disipkan pada setiap kegiatan penyuluhan yaitu dengan

menganjurkan kepada petani untuk selalu menggunakan pupuk

bioorganik.

Menurut Kartasapoetra (1991), penyuluhan termasuk suatu sistem

pendidikan yang bersifat nonformal atau suatu sistem pendidikan diluar

sistem sekolah yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai

sesuatu dengan memuaskan dan mengerjakannya sendiri. Jadi dalam

pendidikan nonformal, pelajar dituntut untuk kreatif dan mandiri.

Penyuluhan sering dilakukan pada awal musim tanam, biasanya

petani mengikuti lebih dari 5 kali penyuluhan. Hal ini menunjukkan

bahwa minat petani terhadap kegiatan penyuluhan masih cukup besar,

karena melalui kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh pihak

penyelenggara dirasakan dapat menambah pengetahuan, membuka

wawasan serta dapat digunakan sebagai ajang untuk mempererat

kekerabatan petani-petani khususnya petani di Kecamatan Pracimantoro.

Peran aktif petani dalam kegiatan penyuluhan menunjukkan bahwa

kemauan petani untuk menambah pengetahuan, ketrampilan, serta

menerima inovasi dalam mengelola usahataninya masih cukup besar.

Keaktifan petani terbentuk karena motivasi petani untuk meningkatkan

perekonomian dan kesejahteraan keluarganya cukup tinggi.

4. Luas Usahatani

Luas usahatani mempengaruhi tingkat pendapatan petani dan akan

mempengaruhi status sosial ekonomi dari petani tersebut. Petani yang

memiliki lahan yang luas biasanya status sosial ekonominya tinggi

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dibandingkan dengan yang memiliki lahan yang sempit. Luas penguasaan

lahan akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Hal ini disebabkan

karena luas penguasaan lahan akan mempengaruhi banyaknya pendapatan

yang diterima oleh petani. Semakin luas penguasaan lahan yang digunakan

untuk kegiatan usahatani maka akan semakin tinggi pula hasil

produksinya. Hernanto (1993) menyebutkan, luas lahan usahatani

menetukan pendapatan, taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumah

tangga tani. Hal tersebut tentunya akan turut meningkatkan pendapatan

usahatani sehingga meningkatkan adopsi terhadap suatu inovasi.

Adapun yang dimaksud dengan luas usahatani dalam penelitian ini

adalah ukuran luas lahan pertanian yang dikuasai responden baik milik

sendiri maupun menyewa. Gambaran mengenai luas usahatani petani

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Luas Penguasaan Lahan Responden

Luas Usahatani (ha) Skor Jumlah (orang) Presentase (%)

0,25-0,65 1 3 7,5 0,66-1,06 2 8 20,0 1,07-1,47 3 13 32,5 1,48-1,88 4 15 37,5

≥1,89 5 1 2,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa luas usahatani di

Kecamatan Pracimantoro termasuk dalam kategori cukup luas. Luas

penguasaan lahan yang dikelola petani ini meliputi sawah, pekarangan dan

tegal. Menurut Mardikanto (1996), luas usahatani mempengaruhi

kecepatan adopsi inovasi. Biasanya semakin luas usahatani yang dikelola

petani, maka semakin cepat mengadopsi inovasi. Hal ini karena petani

mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih baik.

Berdasarkan tabel 5.4, sebagian besar responden mempunyai lahan

yang cukup luas. Dengan kepemilikan lahan usahatani yang cukup luas

petani biasanya lebih cepat dalam menerima inovasi baru. Petani yang

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

memiliki lahan luas akan berani mencoba inovasi pada sebagian kecil

lahannya tanpa takut gagal karena masih memiliki sebagian besar luas

lahannya yang tidak dicobakan terhadap suatu inovasi. Berbeda dengan

petani yang mempunyai lahan yang sempit, pada umumnya petani yang

memiliki lahan sempit cenderung tidak berani mencoba suatu inovasi

karena takut gagal.

5. Pendapatan

Secara umum pendapatan akan mempengaruhi terhadap kemampuan

individu dalam mengadopsi suatu inovasi. Hal ini dikarenakan dalam

mengadopsi suatu inovasi selain memerlukan pendidikan dan ketrampilan

juga memerlukan biaya. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pendapatan dari kegiatan usahatani dan luar usahatani per satu

musim tanam. Pendapatan usahatani diperoleh dari total penerimaan

usahatani dikurangi biaya usahatani. Petani dengan pendapatan yang tinggi

akan cenderung lebih cepat untuk menerima dan menerapkan suatu inovasi

karena petani dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai

kemampuan untuk mendapatkan sebuah inovasi. Gambaran mengenai

pendapatan petani di Kecamatan Pracimantoro sebagaimana dapat dilihat

pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Petani Menurut Pendapatan dari Usahatani dan Non Usahatani Selama Satu Musim Tanam

Pendapatan (Rp/MT) Skor Jumlah (orang) Prosentase (%) 300.000-620.000 1 1 2,5 620.001-940.000 2 1 2,5

940.001-1.260.000 3 2 5,0 1.260.001-1.580.000 4 25 62,5 1.580.000-1.900.000 5 11 27,5 Jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Hasil analisis tabel 5.5 dapat menggambarkan pendapatan

responden. sebagian besar petani memiliki pendapatan dengan kategori

tinggi berjumlah 25 responden dengan persentase 62,5 persen dengan

pendapatan kisaran antara Rp. 1.260.001-Rp. 1.580.000 per satu musim

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tanam. Mardikanto (1996) menegaskan bahwa petani dengan tingkat

pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat

mengadopsi inovasi.

Pendapatan terendah petani adalah Rp. 300.000,_/musim tanam

sedangkan pendapatan tertinggi petani adalah Rp. 1.900.000,-/musim

tanam. Petani yang mempunyai pendapatan terendah umumnya adalah

petani yang memiliki lahan yang sangat sempit sehingga hasil

usahataninya pun sedikit. Adapun penyebab lainnya adalah biaya

usahatani yang dikeluarkan lebih besar. Faktor alam juga menentukan

pendapatan petani misalnya gagal panen karena kekeringan serta kondisi

tanah yang berkapur, sehingga petani lebih memilih memanen tanaman

lebih awal untuk dijadikan pakan ternak. Petani yang pendapatannya lebih

tinggi biasanya adalah petani yang memiliki lahan lebih luas serta

mempunyai pekerjaan sampingan baik dari sektor pertanian maupun

nonpertanian.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa pendapatan petani per

musim tanam adalah sebanyak 1.260.001-1.580.000 yaitu sebanyak 25

orang atau 62,5 persen dari jumlah seluruh pendapatan petani. Hal ini

dikarenakan sebagian besar petani memiliki luas lahan yang hampir sama

serta komoditas yang ditanampun juga sama setiap musimnya. Komoditas

yang paling banyak di tanam di daerah penelitian adalah palawija

terutama jagung dan ketela pohon.

Pendapatan petani pada penelitian kali ini merupakan pendapatan

yang diperoleh dari penghasilan kegiatan on farm dan kegiatan off farm.

Petani kadang harus bekerja di luar sektor pertanian yaitu seperti

berdagang, PNS dan wiraswasta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

karena penghasilan dari sektor pertanian tidak mampu mencukupi

kebutuhan rumah tangga petani. Selain penghasilan dari sektor pertanian

kurang mencukupi kebutuhan petani yang menyebabkan petani bekerja di

luar sektor pertanian disebabkan penghasilan dari sektor pertanian

dipengaruhi oleh faktor alam yang penuh dengan ketidakpastian dan tidak

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dapat dicegah jika terjadi gagal panen. Rata-rata pendapatan dari 40

responden yang diperoleh dari hasil usahatani dan non usahatani dalam

satu musim tanam dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Rata-rata Responden Menurut Pendapatan dari Usahatani dan Non Usahatani Selama Satu Musim Tanam

Sumber Pendapatan Rata-Rata (Rp)

Prosentase (%)

1. Non usahatani (Warung, Dagang di pasar, Buruh bangunan)

Rp. 625.000

30.9%

2. Usahatani Rp. 1.394.625 69,1% Total pendapatan Rp 2.019.625 100,00

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa pendapatan petani

sebanyak 69,1 persen diperoleh dari pendapatan usahatani, dan

pendapatan non usahatani sebesar 30,9 persen. Petani bekerja di luar

kegiatan non usahatani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan rumah

tangganya. Mereka bekerja apa saja selama pekerjaan itu halal dan tidak

melanggar peraturan. Kegiatan non usahatani dilakukan terutama pada

saat musim kemarau dimana kegiatan non usahatani relatif sedikit

memberikan penghasilan kepada petani. Pekerjaan yang dilakukan oleh

petani diantaranya sebagai pedagang baik yang berbasis pada dagangan

hasil bumi pertanian ataupun dagangan selain dari hasil bumi, ataupun

sebagai buruh bangunan.

6. Persepsi terhadap Sifat Inovasi

Suatu inovasi pasti memiliki sifat-sifat yang melekat dalam inovasi

tersebut. Demikian juga dengan pupuk bioorganik yang merupakan suatu

inovasi bagi petani di Kecamatan Pracimantoro juga memiliki sifat-sifat

yang melekat pada inovasi tersebut. Sifat inovasi dalam penelitian ini

diukur dengan persepsi petani terhadap sifat inovasi pupuk bioorganik.

Gambaran mengenai persepsi petani terhadap inovasi pupuk bioorganik

sebagaimana dilihat dalam tabel 5.7

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 5.7 Persepsi petani terhadap Sifat Inovasi Pupuk Bioorganik

Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah 1 2,5 rendah 1 2,5 sedang 8 20 Tinggi 18 45 Sangat tinggi 12 30

Total 40 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 18 petani atau

sebesar 45 persen menilai bahwa sifat inovasi pupuk bioorganik masuk

dalam kategori tinggi. Hal ini berarti sifat inovasi yang terdapat pada

pupuk bioorganik menurut penilaian atau persepi petani cenderung tinggi

atau baik.

Sifat inovasi itu sendiri bisa ditinjau dari lima hal, yaitu

keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, ketercobaan, dan keteramatan

terhadap inovasi dalam hal ini berupa pupuk bioorganik. Kelima

komponen tersebut dapat diketahui melalui penilaian atau persepsi

responden terhadap pupuk bioorganik. Gambaran mengenai persepsi

petani terhadap sifat inovasi pupuk bioorganik dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Persepsi Terhadap Keuntungan Relatif

Suatu inovasi akan mudah diadopsi apabila menguntungkan bagi

calon adopternya. Begitu juga dengan pupuk bioorganik yang

merupakan sebuah inovasi tentunya akan lebih mudah diadopsi apabila

dapat memberikan keuntungan bagi calon adopternya. Keuntungan

relatif pupuk bioorganik dapat dilihat melalui persepsi petani terhadap

pupuk bioorganik yang terdiri dari keuntungan dari segi teknis dan

ekonomis. Keuntungan dari segi teknis berupa kemudahan dalam

penggunaan atau aplikasi dari pupuk bioorganik tersebut. Secara

ekonomi, pupuk bioorganik memberi keuntungan karena biaya yang

lebih murah dan bisa digunakan untuk lahan yang luas. Gambaran

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mengenai keuntungan relatif pupuk bioorganik sebagaimana dapat

dilihat pada tabel 5.8

Tabel 5.8 Persepsi Petani Terhadap Keuntungan Relatif

Kriteria Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah 2 5,0 rendah 9 22,5 sedang 15 37,5 Tinggi 11 27,5 Sangat tinggi 3 7,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa persepsi petani

terhadap keuntungan relatif pada pupuk bioorganik tergolong sedang

dan cenderung tinggi dengan frekuensi sebanyak 15 petani atau 37,5

persen. Terdapat 11 petani atau 27,5 persen yang memberikan persepsi

baik (tinggi) terhadap keuntungan relatif pupuk bioorganik, 3 petani

atau 7,5 persen memberikan persepsi sangat baik (sangat tinggi), 9

petani atau 922,5 persen memberikan persepsi tidak baik (rendah) dan

sisanya sebanyak 2 petani atau 5,0 persen memberikan persepsi sangat

tidak baik (sangat rendah) terhadap inovasi pupuk bioorganik.

Sebanyak 37,5 persen petani menilai sedang atau ragu-ragu

tehadap keuntungan relatif pupuk bioorganik karena pupuk bioorganik

dianggap kurang meningkatkan hasil dari usahatani mereka, sehingga

pupuk bioorganik dianggap kurang memberikan keuntungan bagi

petani baik secara teknis maupun ekonomis. Secara teknis sebagian

besar responden menilai bahwa pupuk bioorganik dalam

penggunaanya harus cukup teliti dalam hal penyemprotan dan tidak

seperti pupuk kimia yang hanya cukup disebarkan ke lahan saja.

Secara ekonomis biaya pembelian pupuk bioorganik dirasa

lebih murah dibandingan pupuk kimia. Akan tetapi masih banyak

petani yang masih menggunakan pupuk kimia bersamaan dengan

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pupuk bioorganik. Hal ini menyebabkan bertambahnya biaya

usahatani sehingga keuntungan akan berkurang.

b. Persepsi Petani Terhadap Kesesuaian

Kesesuaian inovasi berupa persepsi petani terhadap kesesuaian

inovasi pupuk bioorganik dengan kebutuhan petani, keadaan

lingkungan, kondisi tanah dan sesuai dengan kemampuan ekonomi

petani. Gambaran mengenai kesesuaian pupuk bioorganik

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5.9 Persepsi Petani Terhadap Kesesuaian Pupuk Bioorganik

Kriteria Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah 3 7,5 rendah 4 10 sedang 3 7,5 Tinggi 13 32,5 Sangat tinggi 17 42,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebanyak 17

petani atau 42,5 persen menilai sifat inovasi yang berupa kesesuaian

pupuk bioorganik sangat baik (sangat tinggi). Sebanyak 13 petani atau

32,5 persen menilai baik (tinggi). Sebanyak 4 petani atau 10,0 persen

menilai tidak baik (rendah) dan sebanyak masing-masing 3 petani atau

7,5 persen menilai sifat inovasi yeng berupa kesesuaian dengan ragu-

ragu (sedang) dan sangat tidak baik (sangat rendah).

Sebanyak 42,5 persen petani menilai inovasi pupuk bioorganik

memiliki kesesuaian yang sangat baik (sangat tinggi) karena inovasi

tersebut sesuai dengan kebutuhan petani, kondisi tanah dan lingkungan

maupun kemampuan ekonomi petani itu sendiri. Kesesuaian dengan

kebutuhan petani yaitu inovasi pupuk bioorganik ada pada saat petani

membutuhkan inovasi tersebut. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan

yaitu penggunaan pupuk kimia dirasa sudah merusak kondisi tanah

lahan pertanian. Pertumbuhan tanaman memerlukan hara yang cukup

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

agar dapat berkembang dengan baik. Menggunakan pupuk bioorganik

dapat bermanfaat untuk mengembalikan kesuburan tanah dan terdapat

hormon pertumbuhan untuk tanaman. Oleh karena itu keberadaan

pupuk bioorganik sangat sesuai dengan kondisi tanah di Kecamatan

Pracimantoro yang sudah mulai tidak subur karena penggunaan pupuk

kimia yang berlebihan.

c. Persepsi Petani Terhadap Kerumitan

Kerumitan suatu inovasi dapat mempengaruhi seseorang dalam

adopsi inovasinya. Kerumitan pupuk bioorganik dapat dilihat melalui

persepsi petani terhadap kemudahan cara penggunaan pupuk

bioorganik. Gambaran mengenai tingkat kerumitan pupuk bioorganik

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Persepsi Petani Terhadap Kerumitan Pupuk Bioorganik

Kriteria Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah - - rendah 16 40,0 sedang - - Tinggi 21 52,5 Sangat tinggi 3 7,5

40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tebel 5.10 dapat diketahui bahwa sebanyak 21

petani atau 52,5 persen menilai inovasi pupuk bioorganik mempunyai

tingkat kerumitan yang rendah. Sebanyak 16 petani atau 40,0 persen

menilai inovasi pupuk bioorganik mempunyai tingkat kerumitan yang

tinggi dan sebanyak 3 petani atau 7,0 persen menilai inovasi pupuk

bioorganik mempunyai tingkat kerumitan yang sangat rendah.

Sebanyak 52,2 persen petani menilai tingkat kerumitan pupuk

bioorganik baik karena cara penggunaan pupuk bioorganik dirasakan

lebih mudah bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Cara penggunaan

pupuk bioorganik sudah tertera dalam kemasan pupuk itu sendiri. Cara

penggunaannya hanya cukup dengan menambahkan beberapa mili

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pupuk bioorganik (biasanya takaran menggunakan tutup botolnya)

dengan satu tangki air. Dengan takaran yang sudah tersedia (tutup

botol) akan mempermudah petani dalam mengira-ngira pupuk

bioorganik yang akan digunakan.

Sebanyak 40,0 persen petani menilai tingkat kerumitan pupuk

bioorganik tinggi karena petani menganggap bahwa cara penggunaan

pupuk bioorganik membutuhkan ketelitian. Aplikasinya dirasa kurang

simpel karena harus disemprotkan ke lahan dan juga pada bagian

tanaman sehingga petani tidak sabar dalam pengaplikasian pupuk

bioorganik ini. Sebanyak 7,5 persen petani menilai tingkat kerumitan

pupuk bioorganik sangat rendah. Hal ini dikarenakan cara penggunaan

pupuk bioorganik yang sangat mudah, cukup membaca rekomendasi

yaitu mencampurkan beberapa mili pupuk bioorganik dengan satu

tangki air yang takarannya sudah ditentukan.

d. Persepsi Petani Terhadap Ketercobaan

Pada umumnya pengetahuan petani tentang inovasi tertentu

tidaklah tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan

sumberdaya petani. Oleh karena itu, suatu inovasi yang mempunyai

ketercobaan yang tinggi akan cenderung lebih cepat diadopsi.

Sebelum suatu inovasi diadopsi oleh petani hendaknya suatu inovasi

dapat dicobakan dalam skala yang lebih kecil. Petani juga akan lebih

percaya pada suatu inovasi ketika suatu inovasi dapat dicoba atau

mungkin telah dicoba oleh petani lain dan memiliki tingkat

keberhasilan. Ketercobaan pupuk bioorganik disini dapat dilihat

dengan persepsi petani terhadap penerapan pupuk bioorganik pada

lahan. Gambaran mengenai persepsi petani terhadap ketercobaan

pupuk bioorganik sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.11.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 5.11 Persepsi Petani Terhadap Ketercobaan Pupuk Bioorganik

Kriteria Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah 2 5,0 rendah - - sedang 8 20,0 Tinggi 14 35,0 Sangat tinggi 16 40,0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebanyak 16

petani atau 40,0 persen menilai sangat baik (sangat tinggi) terhadap

ketercobaan pupuk bioorganik. Sebanyak 14 petani atau 35,0 persen

petani menilai baik (tinggi) terhadap ketercobaan pupuk bioorganik.

Sebanyak 8 petani atau 20,0 persen menilai ragu-ragu (sedang)

terhadap ketercobaan pupuk bioorganik dan sisanya yaitu sebanyak 2

petani atau 5,0 persen menilai sangat tidak baik (sangat rendah)

terhadap ketercobaan pupuk bioorganik.

Sebanyak 40,0 persen petani menilai sangat baik (sangat

tinggi) terhadap ketercobaan pupuk bioorganik karena petani menilai

inovasi pupuk bioorganik dapat dicoba sebelum benar-benar diadopsi.

Petani dapat membuat campuran pupuk dengan air dengan takaran

yang sesuai dengan rekomendasi. Kemudian petani dapat mencobakan

pupuk bioorganik ke lahan yang sempit. Petani menilai pupuk

bioorganik dapat membenahi struktur tanah yang sudah rusak dan

menyuburkan tanaman. Mereka juga menilai bahwa pupuk bioorganik

dapat meningkatkan produksi usahatani mereka. Oleh karena itu

banyak petani di Kecamatan Pracimantoro mencoba menggunakan

pupuk bioorganik.

e. Persepsi Petani Terhadap Keteramatan

Keteramatan pupuk bioorganik di sini dapat dilihat melalui

persepsi petani terhadap ketermatan pada hasil usahatani, ketahanan

terhadap hama dan penyakit dan kecepatan pertumbuhan tanaman.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Gambaran mengenai persepsi petani terhadap keteramatan pupuk

bioorganik sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Persepsi Petani Terhadap Keteramatan Pupuk Bioorganik

Kriteria Frekuensi (orang) Presentase (%)

Sangat rendah 2 5,0 rendah 2 5,0 sedang 4 10,0 Tinggi 19 47,5 Sangat tinggi 13 32,5

Total 40 100,0

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa petani menilai

keteramatan pupuk bioorganik dalam kriteria baik (tinggi) sebanyak

19 petani atau 47,5 persen. Sebanyak 13 petani atau 32,5 persen

menilai keteramatan pupuk bioorganik sangat baik (sangat tinggi).

Sebanyak 4 petani atau 10,0 persen menilai keteramatan pupuk

bioorganik dengan ragu-ragu (sedang). Sebanyak masing-masing 2

petani atau 5,0 persen menilai keteramatan pupuk bioorganik buruk

(rendah) dan sangat buruk (sangat rendah).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

keteramatan pupuk bioorganik tergolong tinggi. Sebanyak 47,5 persen

petani menilai keteramatan pupuk bioorganik baik karena petani dapat

mengamati hasil dari penggunaan pupuk bioorganik. Petani dapat

merasakan hasil usahatani meningkat setelah menggunakan pupuk

bioorganik. Tanaman yang disemprot dengan pupuk bioorganik juga

tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pertumbuhannya

lebih cepat.

B. Adopsi Pupuk Bioorganik

Terdapat empat komponen tingkat adopsi yang akan dikaji dalam

adopsi pupuk bioorganik yang meliputi ketepatan dosis, ketepatan cara,

ketepatan waktu dan ketepatan tempat pemupukan. Berikut adalah uraian

mengenai adopsi terhadap pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

1. Tepat Dosis

Dosis adalah jumlah larutan yang diperlukan setiap tanaman.

Biasanya pengertian dosis ini hanya petani profesional dan ahli saja yang

paling mengingat. Mengenai jumlah larutan yang disemprotkan tersebut

sangat penting diketahui agar dosisnya jangan berlebihan. Jika

berlebihan, akibatnya akan sangat buruk. Sebaliknya jika kekurangan,

tanaman tidak akan mengalami perubahan. Ketepatan dosis dalam

pemupukan, indikator yang digunakan sebagai ukuran adalah ketepatan

dosis pemupukan yang dilakukan petani sesuai dengan rekomendasi pada

setiap perlakuan, dimana perlakuan tersebut meliputi perlakuan pada

benih, perlakuan pada tanah serta perlakuan pada pemeliharaan.

Gambaran mengenai adopsi terhadap pupuk bioorganik berdasar

ketepatan dosis sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13 Adopsi Pupuk Bioorganik bersadar Ketepatan Dosis

No Kategori Skor Frekuensi (orang)

Presentase (%)

1. Sangat rendah 1 - - 2. rendah 2 3 7,5 3. Sedang 3 4 10,0 4. Tinggi 4 18 45,0 5. Sangat Tinggi 5 15 37,5

Total 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa adopsi pupuk

bioorganik berdasarkan ketepatan dosis penggunaan di Kecamatan

Pracimantoro tergolong tinggi yaitu sebanyak 18 petani atau 45,0 persen.

Sebanyak 15 petani atau 37,5 persen tergolong sangat tinggi. Sebanyak 4

petani atau 10 persen tergolong sedang dan sisanya sebanyak 3 petani

atau 7,5 persen adopsi pupuk bioorganik berdasarkan ketepatan dosis

adalah tergolong rendah.

Berdasarkan analisis data dari lapang diketahui bahwa petani telah

mengetahui dosis pemupukan yang tepat. Dosis pemupukan yang

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dilakukan pada setiap perlakuan sebagian besar telah sesuai dengan yang

direkomendasikan. Mereka memperhatikan dengan seksama dosis yang

telah dianjurkan agar hasil usahatani mereka meningkat karena petani

mengetahui dampak yang akan timbul apabila menggunakan dosis

pemupukan yang tidak tepat.

2. Tepat Waktu

Ketepatan waktu dalam hal ini adalah ketepatan atau jarak

pemupukan pertama ke pemupukan selanjutnya. Rentan waktu yang baik

dalam pumupukan adalah 10 hari. Dalam ketepatan waktu pemupukan,

indikator yang digunakan adalah ketepatan waktu pemupukan seperti

yang telah direkomendasikan. Gambaran mengenai adopsi pupuk

bioorganik berdasarkan ketepatan waktu pemupukan sebagaimana dapat

dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14 Adopsi Pupuk Bioorganik bersadar Ketepatan Waktu

No Kategori Skor Frekuensi (orang)

Presentase (%)

1. Sangat rendah 1 1 2,5 2. rendah 2 3 7,5 3. Sedang 3 5 12,5 4. Tinggi 4 6 15,0 5. Sangat Tinggi 5 25 62,5

Total 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.14 ketepatan waktu dalam penggunaan pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro menunjukkan bahwa sebanyak 25

petani atau 62,5 persen dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 6 petani

atau 15,0 persen dalam kategori tinggi. Sebanyak 5 petani atau 12,5

persen dalam kategori sedang. Sebanyak 3 petani atau 7,5 persen dalam

ketegori rendah dan sebanyak 1 petani atau 2,5 persen dalam kategori

sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan adopsi pupuk bioorganik

berdasarkan ketepatan waktu pemupukan tergolong sangat tinggi.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Berdasarkan analisis data dari lapang menunjukkan bahwa petani

dalam malakukan masa pemupukan telah sesuai dengan rekomendasi.

Pemupukan dilakukan pada awal sebelum penanaman (untuk nutrisi

tanah) dan setelah tanam sebanyak empat kali pemupukan dengan

rentang waktu 10 hari. Selain itu petani melakukan pemupukan pada

waktu sore hari agar pupuk yang disemprotkan tidak menguap karena

panas.

3. Tepat cara

Cara pemupukan merupakan hal penentu kesuburan suatu

tanaman. Dengan cara pemupukan yang benar maka hasil dari usahatani

akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Dalam ketepatan cara

pemupukan, indikator yang digunakan adalah teknik pemupukan yang

tepat sesuai dengan rekomendasi. Gambaran mengenai adopsi pupuk

bioorganik berdasarkan ketepatan cara pemupukan sebagaimana dapat

dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5.15 Adopsi Pupuk Bioorganik bersadar Ketepatan Cara

No Kategori Skor Frekuensi (orang)

Presentase (%)

1. Sangat rendah 1 5 12,5 2. rendah 2 2 5,0 3. Sedang 3 3 7,5 4. Tinggi 4 8 20,0 5. Sangat Tinggi 5 22 55,0

Total 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tebel 5.15 ketepatan cara pemupukan dengan pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro menunjukkan bahwa sebanyak 22

petani atau 55,0 persen dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 8 petani

atau 20,0 persen dalam kategori tinggi. Sebanyak 3 petani atau 7,5 persen

dalam kategori sednag. Sebanyak 2 petani atau 5,0 persen dalam ketegori

rendah dan sebanyak 5 petani atau 12,5 persen dalam kategori sangat

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adopsi pupuk bioorganik

berdasar ketepan cara tergolong sangat tinggi.

Berdasarkan analisis data dari lapang menunjukkan bahwa

sebagian besar petani sudah melakukan cara pemupukan dengan benar

sesuai yang telah direkomendasikan. Sebagian besar petani melakukan

pemupukan sebanyak empat kali dengan dosis yang tepat. Hal ini

dikarenakan harapan besar petani agar hasil usahataninya meningkat.

Akan tetapi ada pula sebagian dari mereka yang melakukan pemupukan

kurang dari empat kali tetapi dengan dosis yang sudah tepat. Hal ini

terkait dengan kemampuan ekonomi petani untuk membeli pupuk

bioorganik.

4. Tepat Tempat

Pupuk dapat dikatakan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada

tanah agar dapat menambah unsur-unsur atau zat makanan yang

diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau

lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terserap oleh tanaman.

Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk

akar) dan tanaman (pupuk daun). Ketepatan tempat dalam pemupukan,

indikator yang digunakan adalah ketepatan pada obyek yang diberi pupuk

yang meliputi benih, tanah dan pada tanaman itu sendiri. Gambaran

mengenai adopsi pupuk bioorganik berdasarkan ketepatan tempat

pemupukan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.16.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 5.16 Adopsi Pupuk Bioorganik bersadar Ketepatan Tempat

No Kategori Skor Frekuensi (orang)

Presentase (%)

1. Sangat rendah 1 - - 2. rendah 2 1 2,5 3. Sedang 3 6 15,0 4. Tinggi 4 17 42,5 5. Sangat Tinggi 5 16 40,0

Total 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 5.16 ketepatan tempat pemupukan dengan pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro menunjukkan bahwa sebanyak 16

petani atau 40 persen dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 17 petani

atau 42,5 persen dalam kategori tinggi. Sebanyak 6 petani atau 15,0

persen dalam kategori sedang dan 1 petani atau 2,5 persen dalam kategori

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adopsi pupuk bioorganik

berdasarkan ketepatan tempat pemupukan tergolong tinggi.

Berdasarkn hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa petani

dalam melakukan pemupukan dengan pupuk bioorganik sudah sesuai

dengan tempat-tempat yang dianjurkan. Pemupukan dilakukan pada

tanah yang biasanya dilakukan sebelum tanaman mulai ditanam dan

bertujuan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Petani juga melakukan

pemupukan pada tanaman terutaman pada bagian daun. Pemupukan

dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk pada bagian bawah daun,

karena letak stomata daun berada di bawah. Petani responden belum

menerapkan pupuk bioorganik ini untuk merendam benih agar

pertumbuhan bisa lebih cepat. Mereka beranggapan bahwa perlakuan

pada benih dirasa tidak perlu. Tanpa direndam dengan pupuk

bioorganik, benih akan tetap dapat tumbuh dengan cepat karena varietas

yang digunakan sudah cukup bagus.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

C. Hubungan antara Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Adopsi dengan Adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji faktor-faktor yang

berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro

Kabupaten Wonogiri. Untuk mengetahui hubungan antar faktor yang

berhubungan dengan adopsi dengan adopsi pupuk bioorganik menggunakan

uji korelasi rank sperman dengan tingkat kepercayaan 95% atau α sebesar

0,05. Adapun untuk mempermudah analisis data menggunakan program SPSS

versi 17.0 for windows. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan adopsi dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17 Hubungan antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi dengan Adopsi Pupuk Bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

No Faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi

(X)

Adopsi pupuk bioorganik Keterangan rs α t

hitung

1. Umur (X1) 0,435** 0,05 2,978 SS 2. Pendidikan Formal (X2) 0,650** 0,05 5,275 SS 3. Pendidikan Nonformal (X3) 0,770** 0,05 7,440 SS 4. Luas Usahatani (X4) 0,282 0,05 1,811 NS 5. Pendapatan (X5) 0,251 0,05 1,594 NS 6. Sifat Inovasi (X6) 0,587** 0,05 4,471 SS

Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: rs : Korelasi rank Spearman

t tabel : 2,021 (α= 0,05) * : Signifikan

** : Sangat Signifikan NS : Non Signifikan (Tidak Signifikan) SS : Sangat Signifikan

S : Signifikan

1. Hubungan Antara Umur Petani (X1) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui koefisien korelasi antara

umur dan adopsi pupuk boorganik adalah sebesar 0,435 dengan arah

hubungan positif, pada taraf kepercayaan 95% nilai thitung lebih besar dari

ttabel yaitu 2,978 > 2,021 maka Ho ditolak, yang artinya umur petani

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

berhubungan signifikan dengan adopsi pupuk bioorganik dengan arah

hubungan yang positif. Adanya arah hubungan yang positif berarti

semakin tinggi umur petani maka semakin cepat adopsi pupuk bioorganik

Adanya hubungan yang signifikan dengan arah yang positif antara

umur petani dengan adopsi pupuk bioorganik berarti ada pengaruh antara

umur dan adopsi, semakin muda umur petani maka semakin cepat adopsi

pupuk bioorganik. Hal ini disebabkan karena petani yang berusia muda

biasanya lebih produktif dan senang mencoba inovasi baru dalam

usahataninya untuk menambah pengalaman dalam kegiatan usahataninya.

Petani yang tergolong dalam usia tua lebih sulit mengadopsi pupuk

bioorganik karena kebanyakan dari mereka melakukan kegiatan usahatani

secara turun temurun dan biasanya masih berfikiran kolot sehingga sulit

menerima inovasi baru.

Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1988), semakin muda umur

petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum

mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan

adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman

dalam soal adosi inovasi tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Lionberger (1960) dalam Mardikanto (2007) yang menyatakan semakin

tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan

cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa

diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

2. Hubungan antara Pendidikan Formal Petani (X2) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui koefisien korelasi antara

pendidikan formal dengan adopsi pupuk boorganik adalah sebesar 0,650

dengan arah hubungan yang positif, pada taraf kepercayaan 95% nilai

thitung lebih besar dari ttabel yaitu 5,275 > 2,021 maka Ho ditolak, yang

artinya pendidikan formal petani berhubungan signifikan dengan adopsi

pupuk bioorganik dengan arah hubungan yang positif. Adanya arah

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

hubungan yang positif berarti semakin tinggi pendidikan formal yang

ditempuh petani maka semakin cepat adopsi pupuk bioorganik

Adanya hubungan yang siginfikan berarti ada pengaruh antara

pendidikan formal dengan adopsi pupuk bioorganik, semakin tingi tingkat

pendidikan maka semakin cepat adopsi pupuk bioorganik hal ini

disebabkan karena tingginya tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi cara berfikir mereka. Mereka akan berfikir lebih terbuka

dan luas untuk menyikapi berbagai inovasi yang masuk, karena seseorang

akan lebih berpikiran rasional. Berbeda dengan petani yang berpendidikan

lebih rendah. Petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah biasanya

pengetahuan merekapun sempit sehingga lebih lamban dalam mengadopsi

pupuk bioorganik.

3. Hubungan antara Pendidikan Nonformal Petani (X3) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui koefisien korelasi antara

pendidikan nonformal dengan adopsi pupuk boorganik adalah sebesar

0,770 dengan arah hubungan yang positif, pada taraf kepercayaan 95%

nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 7,440 > 2,021 maka Ho ditolak, yang

artinya pendidikan nonformal petani berhubungan signifikan dengan

adopsi pupuk bioorganik.

Adanya hubungan yang signifikan dengan arah yang positif berarti

ada pengaruh antara pendidikan nonformal dengan adopsi pupuk, semakin

tinggi pendidikan nonformal maka semakin cepat adopsi pupuk

bioorganik. Hal ini disebabkan oleh frekuensi penyuluhan yang semakin

sering dilakukan akan semakin menambah pengetahuan petani mengenai

hal baru. Petani akan lebih banyak menerima informasi sehingga berguna

untuk meningkatkan pengetahuan, khususnya mengenai pupuk

bioorganik. Melalui kegiatan penyuluhan, beragam informasi mengenai

pupuk bioorganik diberikan kepada petani. Petani akan memperoleh

pengetahuan dan petani lebih memahami keuntungan dan kelamahan dari

pupuk bioorganik sehingga secara tidak langsung hal ini akan

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi pupuk bioorganik

atau tidak.

Frekuensi penyuluh dalam memberikan penyuluhan mempengaruhi

petani dalam mengadopsi suatu inovasi. Pada mulanya petani di

Kecamatan Pracimantoro selalu menggunakan pupuk kimia dalam setiap

kegiatan usahataninya. Mereka tidak mempedulikan dampak yang

ditimbulkan dan hanya memikirkan hasilnya saja. Oleh karena itu, BPP

Kecamatan Pracimantoro mengadakan sosialisasi mengenai pertanian

organik. Disini penyuluh juga banyak mengenalkan berbagai macam

pupuk bioorganik dan kelebihan-kelebihannya. Pemerintah berharap

petani berminat untuk menggunakan inovasi yang berupa pupuk

bioorganik tersebut. Penyuluh juga melakukan demonstrasi plot untuk

mengambil kepercayaan petani terhadap keunggulan inovasi yang baru

dikenalkan yang berupa pupuk bioorganik tersebut. Cepat tidaknya petani

mengadopsi tergantung dari hasil demonstrasi plot tersebut.

4. Hubungan antara Luas Usahatani (X4) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Tabel 5.17 menunjukkan koefisien korelasi antara luas usahatani

dengan adopsi pupuk bioorganik sebesar 0,282 yang berati bahwa luas

usahatani mempunyai hubungan yang lemah dengan arah yang positif.

Berdasarkan perhitungan rs pada taraf kepercayaan 95% didapat nilai

thitung lebih kecil dari ttabel yaitu 1,811 ≤ 2,021 maka Ho diterima, yang

artinya luas usahatani dengan adopsi pupuk bioorganik berhubungan tidak

signifikan.

Hasil analisis hubungan antara luas usahatani dengan adopsi pupuk

bioorganik menunjukkan rs sebesar 0,282 yang berarti korelasinya lemah

dan berhubungan tidak signifikan. Berarti tidak hanya petani yang

mempunyai lahan usahatani yang luas yang cepat mengadopsi pupuk

bioorganik, akan tetapi petani yang memiliki lahan sedang dan sempit

juga bisa mengadopsi pupuk bioorganik dengan cepat. Hal ini

dikarenakan keinginan petani untuk menigkatkan hasil usahataninya.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Mereka percaya bahwa pupuk bioorganik akan memberikan hasil yang

maksimal. Penyuluh telah memberikan demonstrasi plot untuk

memperoleh kepercayaan petani terhadap suatu inovasi. Berdasarkan

demonstrasi plot tersebut petani baik yang memiliki lahan yang luas

maupun sempit tidak segan-segan untuk mengadopsi pupuk bioorganik

tersebut karena mereka berasumsi bahwa hasilnya tidak jauh beda dengan

hasil dari demonstrasi plot yang dilakukan penyuluh tersebut.

5. Hubungan antara Pendapatan Petani (X5) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi

antara pendapatan dengan adopsi pupuk bioorganik adalah sebesar 0,251

dengan arah yang positif yang berarti semakin tinggi pendapatan petani

maka semakin cepat adopsi pupuk bioorganik. Berdasarkan perhitungan rs

pada taraf kepercayaan 95% didapat nilai thitung lebih kecil dari ttabel yaitu

1,594 ≤ 2,021 maka Ho diterima, yang artinya pendapatan petani dengan

adopsi pupuk bioorganik berhubungan tidak signifikan.

Berdasarkan analisis data menunjukkan nilai rs sebesar 0,251 yang

berarti korelasinya lemah dan berhubungan tidak signifikan. Berarti petani

yang mempunyai pendapatan yang tinggi ataupun rendah sama-sama

memiliki kemampuan untuk mengadopsi pupuk bioorganik dengan cepat.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Hernanto (1993), secara umum

petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin

cepat mengadopsi inovasi.

Petani di Kecamatan Pracimantoro baik yang berpenghasilan tinggi

ataupun rendah sama-sama mengadopsi pupuk bioorganik karena memang

harga pupuk bioorganik relatif lebih murah yaitu sekitar Rp. 40.000,00-

Rp. 60.000,00 per liter dibandingkan dengan harga pupuk kimia. Petani

biasanya menggunakan pupuk urea dan ponska dimana kebutuhan untuk

pupuk urea rata-rata sebanyak 50kg x Rp. 1.700,00 = Rp. 85.000,00 dan

pupuk ponska rata-rata sebanyak 50kg x Rp. 25.000,00 = Rp. 125.000,00.

Dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kimia untuk sekali

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

musim tanam sebesar Rp. 210.000,00 dapat dikatakan bahwa harga pupuk

bioorganik lebih murah dan dapat dijangkau petani yang berpendapatan

tinggi ataupun petani yang berpendapatan rendah sekalipun.

6. Hubungan antara Sifat Inovasi (X6) dengan Adopsi Pupuk Bioorganik (Y).

Tabel 5.17 menunjukkan koefisien korelasi antara sifat inovasi

dengan adopsi pupuk bioorganik senilai 0,587 dengan arah yang positif.

Berarti bahwa semakin baik sifat inovasi maka semakin cepat adopsi

pupuk bioorganik. Hasil perhitungan rs pada taraf kepercayaan 95%

didapat nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 4,471 > 2,021 maka Ho

ditolak, yang artinya antara sifat inovasi dengan adopsi pupuk bioorganik

berhubungan signifikan.

Menurut Mardikanto (1992), setiap inovasi harus memiliki sifat-

sifat atau karakteristik yang mencerminkan kualifikasi inovasi yang

bersangkutan untuk dapat diterima dan digunakan.

Hasil analisis dilapang menunjukkan bahwa sifat inovasi tergolong

dalam kategori sangat tinggi. Sifat inovasi mempengaruhi adopsi pupuk

bioorganik. Sifat inovasi diukur secara subjektif, dimana sifat inovasi

meliputi keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, ketercobaan dan

keteramatan. Sifat inovasi dari pupuk bioorganik disini tegolong sangat

tinggi sehingga banyak petani yang mau menggunakan pupuk bioorganik

tersebut. Semakin baik sifat inovasi yang melekat pada sebuah inovasi

maka semakin tinggi kemauan petani untuk mengadopsi inovasi tersebut.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji faktor-

faktor yang berhubungan dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi yang terdiri dari umur

petani yang tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 40,0 persen,

pendidikan formal petani yang tergolong dalam kategori tinggi yaitu

sebanyak 35,0 persen, pendidikan nonformal petani yang tergolong tinggi

yaitu sebanyak 47,5 persen. Luas lahan usahatani petani yang tergolong

tinggi yaitu sebanyak 37,5 persen, tingkat pendapatan petani yang

tergolong tinggi yaitu sebanyak 62,5 persen serta sifat inovasi yang

tergolong tinggi yaitu sebanyak 45,0 persen.

2. Adopsi pupuk bioorganik yang meliputi ketepatan dosis tergolong tinggi

yaitu sebanyak 45,5 persen, ketepatan waktu tergolong sangat tinggi yaitu

sebanyak 62,5 persen, ketepatan cara tergolong dalam kategori sangat

tinggi yaitu sebanyak 55,0 persen serta ketepatan tempat tergolong dalam

kategori tinggi yaitu sebanyak 42,5 persen.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan formal,

pendidikan nonformal serta sifat inovasi dengan adopsi pupuk bioorganik,

sedangkan pendapatan serta luas usahatani tidak terdapat hubungan yang

signifikan dengan adopsi pupuk bioorganik di Kecamatan Pracimantoro

Kabupaten Wonogiri.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Adanya kategori pendidikan nonformal yang tergolong tinggi dan terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan nonformal dengan adopsi

79

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI …/Faktor...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI PUPUK BIOORGANIK DI KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

pupuk bioorganik, maka frekuensi kegiatan penyuluhan harus

pertahankan, penyuluh mungkin harus melakukan anjangsana bersama

petani-petani diluar daerah yang telah berhasil mencanangkan pertanian

organik sehingga terjadi tukar informasi antar petani yang nantinya akan

menjadi pertimbangan petani untuk ikut beralih ke pertanian organik.

2. Penelitian ini hanya dibatasi dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan adopsi pupuk bioorganik yang meliputi umur, pendidikan formal,

pendidikan nonformal, pendapatan, luas usahatani serta sifat inovasi.

Untuk masa yang akan datang diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan

dengan memperluas ruang lingkup dan mengikutsertakan faktor-faktor lain

yang memungkinkan ikut mempengaruhi adopsi petani terhadap pupuk

bioorganik di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.