76
EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI- DESEMBER 2014 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: RIZKY ANANDA PRAWIRA M NIM: 1112103000011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-

DESEMBER 2014

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

RIZKY ANANDA PRAWIRA M

NIM: 1112103000011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 3: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

iii

Page 4: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

iv

Page 5: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Alhamdulillahi rabbil alamin, penelitian ini telah selesai, dan akan sulit

terselesaikan jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. DR. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epd, Sp.OT. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS. Dan Chris Adhiyanto,

S.Si, M.Biomed, PhD. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing,

mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada peneliti mulai dari awal

hingga akhir penelitian.

4. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P. dan Nurlaely Mida R, M. Biomed, DMS.

selaku penguji sidang laporan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari,

Ph.D. selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter

angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi untuk dapat

menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.

6. dr.Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku pembimbing akademik yang telah

sabar menasehati dan memberikan dukungan dalam proses pembelajaran

di Program Studi Pendidikan Dokter.

7. Kedua orang tua saya yang tercinta, terhebat, ayahanda H. Yafri

Marpaung, SH. dan ibunda Hj. Maimunah Sagala yang selalu

memberikan dukungan kepada peneliti baik moral maupun materil.

Page 6: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

vi

8. Keenam saudara kandung saya, Lisa, Pipit, Anggi, Fani, Adel dan Nanta

serta seluruh keluarga besar saya yang senantiasa membuat saya

semangat dan kuat dalam mengikuti proses pembelajaran di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Untuk teman seperjuangan kelompok penelitian saya, Nurul Hasanah,

Hipni Solehudin, Amatilah Raifah dan Adamilzary Fikry yang berjuang

bersama.

10. Untuk sahabat karib saya, Faruq, Hipni, Mohammed, Bayu Brahmana,

Fitria Nur Annisa, Putri Lubis, Fitri Handayani yang selalu menasehati,

mendukung, memotivasi peneliti.

11. Untuk sahabat CE ISMKI, Fatin, Udin, Milzam, Nanda, Juka, Valen,

Prima, Nina, Caca yang memberikan dukungan kepada peneliti.

12. Untuk Nakama, teman kost Astya Puri Blok E5 yang selalu membuat saya

terus termotivasi dalam proses pembelajaran kuliah.

13. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang terus semangat bersama dalam

menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah.

14. Pihak RSUD Cengkareng, Direktur rumah sakit beserta jajarannya, Ibu

Cici , Ibu Adis dan seluruh pihak Diklat serta Rekam medis RSUD

Cengkareng yang telah membantu berlangsungnya penelitian ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat

ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

membangun bagi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan para pembaca.

Ciputat, 22 September 2015

Peneliti

Page 7: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

vii

ABSTRAK

Rizky Ananda Prawira M. Program Studi Pendidikan Dokter. Evaluasi

Batu Kandung Kemih di RSUD Cengkareng Pada Januari-Desember 2014

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain retrospektif cross-

sectional yang bertujuan untuk mengevaluasi pasien batu kandung kemih di

RSUD Cengkareng pada Januari-Desember 2014. Hasil dari penelitian

mendapatkan jumlah pasien 73 orang. Berdasarkan jenis kelamin, 90,4% pasien

laki-laki dan 9,6% pasien perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 54,8% umur

46-65 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, 50,7% berpendidikan SD-SMP.

Rerata IMT pasien 24,63 kg/m2

(Overwight). Gejala klinis tersering yaitu

36,23% disuria, 18,11% LUTS dan 17,39% retensi urin. Kelompok ukuran batu

<2 cm sebanyak 23,3%, ukuran 2-4 cm sebanyak 15,1% dan ukuran >4cm

sebanyak 8,2%. Jumlah batu pasien, 90,4% batu tunggal, 9,6% batu multipel.

Penyakit penyerta pasien paling banyak kasus BPH 41,1%. Penatalaksanaan

pasien batu ialah 49,3% tindakan ESWL, 20,5% tindakan sectio alta dan 17,8%

tindakan litoripsi.

Kata Kunci : Batu Kandung Kemih, Evaluasi.

ABSTRACT

Rizky Ananda Prawira M. Medical Education Program. Evaluation of Bladder

Stones in Cengkareng Hospital in January-December 2014

This research is a descriptive cross-sectional design retrosprektif aimed to evaluate

the patient's bladder stones in Cengkareng Hospital on January-December 2014.

The results of the research to get the number of patients 73. By gender, 90.4% of

patients were male and 9.6% female patients. By age group, 5,8% aged 46-65 years.

By education level, 50,7% of primary and junior education. The mean BMI of

patients 24,63 kg / m2 (Overwight). The most common clinical symptoms of dysuria

ie 36,23%, 18,11% and 17,39% LUTS urinary retention. Group size stone <2 cm

23,3%, size of 2-4 cm 15,1%, and size of >4cm 8,2%. Stone number of patients,

90.4% single stone, multiple stones 9.6%. Patient comorbidities most cases 41.1%

of BPH patients .Managementof patients with stone,ESWL action is 49.3%, sectio

alta action is 20.5%, and litotripsi action is 17.8%.

Keywords: Bladder stones, Evaluation.

Page 8: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTARGAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................. 2

1.3.2. Tujuan Khusus................................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1. Kandung Kemih.. ................................................ ....................................... 4

2.2. Batu Saluran Kemih .................................................................................... 7

2.3. Batu Kandung Kemih ................................................................................... 7

Page 9: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

ix

2.3.1. Definisi .............................................................................................. 7

2.3.2. Epidemiologi ..................................................................................... 8

2.3.3 Etiologi ............................................................................................... 9

2.3.4. Klasifikasi .......................................................................................... 9

2.3.5. Patofisiologi....................................................................................... 11

2.3.6. Tanda dan Gejala Klinis .................................................................... 13

2.3.7. Diagnosis ........................................................................................... 16

2.3.7.1. Pencitraan .............................................................................. 16

2.3.7.2. Pemeriksaan Laboratorium ................................................... 16

2.3.8. Penatalaksanaan................................................................................. 18

2.3.8.1. Nyeri Kolik ........................................................................... 18

2.3.8.2 Tindakan Operasi ................................................................... 19

2.4. Kerangka Teori ............................................................................................ 21

2.5. Kerangka Konsep ........................................................................................ 22

2.6. Definisi Operasional .................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 25

3.1. Desain Penelitian ......................................................................................... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 25

3.3. Populasi dan Sampel.................................................................................... 25

3.4. Jumlah Sampel............................................................................................. 25

3.5. Kriteria Sampel ............................................................................................ 25

3.6. Cara Kerja .................................................................................................... 26

3.7. Manajemen Data .......................................................................................... 27

3.7.1. Pengumpulan Data ............................................................................ 27

3.7.2. Pengolahan Data ................................................................................ 27

3.7.3. Analisis Data ...................................................................................... 27

3.7.4. Penyajian Data ................................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28

4.1. Hasil ............................................................................................................ 28

4.2. Pembahasan ................................................................................................. 37

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 43

4.4 Kajian Islam................................................................................................. 43

Page 10: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

x

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 45

5.1 Simpulan ....................................................................................................... 45

5.1.1. Frekuensi Pasien Batu Kandung Kemih ............................................ 45

5.1.2. Karakteristik Pasien Batu Kandung Kemih....................................... 45

5.2. Saran ............................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47

LAMPIRAN ...................................................................................................... 51

Page 11: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Kandung Kemih .............................................................. 5

Gambar 2.2. Refleks Berkemih .......................................................................... 6

Gambar 2.3. Gejala nyeri berdasarkan lokasi penyempitan ureter ..................... 14

Gambar 2.4. Penatalaksanaan Batu Kandung Kemih ......................................... 20

Gambar 4.1. Distribusi jenis kelamin batu kandung kemih ............................... 29

Gambar 4.2. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur pasien .................. 30

Gambar 4.3. Distribusi pekerjaan pasien batu kandung kemih .......................... 30

Gambar 4.4 Tingkat pendidikan pasien batu kandung kemih ............................ 31

Gambar 4.5 Rerata ukuran batu dengan kelompok umur ................................... 32

Gambar 4.6 Rerata Ukuran batu dengan tingkat pendidikan ............................. 33

Gambar 4.7. Distribusi kelumpok ukuran batu .................................................. 35

Gambar 4.8. Prosedur penatalaksanaan batu kandung kemih ............................ 35

Gambar 4.9. Rerata ukuran batu dengan prosedur penatalaksanaan .................. 36

Page 12: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium pasien bsk ......................... 17

Tabel 2.2. rekomendasi pemeriksaan analisa batu ............................................. 17

Tabel 2.3. Rekomendasi terapi nyeri kolik ......................................................... 18

Tabel 2.4. Pilihan NSAID pada Nyeri Kolik ...................................................... 18

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik pasien batu kandung .................................... 28

Tabel 4.2. IMT Pasien Batu kandung kemih (Asia-Pasifik) .............................. 31

Tabel 4.3. Jumlah batu pada pasien batu kandung kemih .................................. 32

Tabel 4.4. Gejala klinis pasien batu kandung kemih .......................................... 33

Tabel 4.5. Penyakit penyerta pasien batu kandung kemih ................................. 34

Tabel 4.6. Hasil Uji Spearman’s ........................................................................ 36

Page 13: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BB Berat Badan

BPH Benign Prostatic Hyperplasia

CRP C-Reactive Protein

DHT Dihidrotestosteron

EAU European Association of Urology

ESWL Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

IMT Indeks Massa Tubuh

IVU Intraveous Urethrography

LUTS Lower Urinary Tract Symptoms

NCCT Non-Contrast CT Scan

NSAID Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

SD Sekolah Dasar

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMA Sekolah Menengah Atas

TB Tinggi Badan

URS Ureterorenoscopy

USG Ultrasonografi

USA United States of America

WHO World Health Organization

Page 14: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan Statistik ................................................................................ 51

Lampiran 2 Riwayat Penulis ....................................................................................... 58

Lampiran 3 Contoh Format Data Sekunder Pasien Batu ............................................ 59

Page 15: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kandung kemih merupakan bagian dari sistem saluran kemih yang

tersusun atas otot polos dan berfungsi dalam penampungan sementara urin yang

diproduksi dari ginjal sebelum adanya rangsangan untuk berkemih.1

Kandung

kemih dewasa memilki kapasitas untuk menampung urin sekitar 400-500 ml.2

Dalam mengontrol refleks berkemihnya, otot kandung kemih memilki serat saraf

parasimpatis. Stimulasi yang ditimbulkan akan merangsang serat saraf

parasimpatis ini, kemudian menyebabkan otot kandung kemih berkontraksi dan

secara mekanis sfingter interna akan terbuka. Saat itu pula, sinyal inhibitorik pada

sfingter eksterna dikirim dan sfingter menjadi relaksasi.1

Batu saluran kemih merupakan penyakit yang sudah umum di masyarakat,

dengan jumlah kasus 750.000/tahun di Jerman.3 Di Indonesia, batu saluran kemih

memegang andil yang besar dari total pasien di bidang urologi, walaupun angka

kejadian pasti di Indonesia belum bisa ditentukan.4

Batu kandung kemih

merupakan bagian dari batu saluran kemih. Batu yang terbentuk merupakan hasil

dari pengendapan urin yang tertampung di dalam organ kandung kemih.5 Seperti

yang diketahui bahwa saluran kemih terbagi atas dua yaitu saluran kemih bagian

atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan

uretra)6.

Kewaspadaan akan faktor-faktor yang memicu terbentuknya batu saluran

kemih masih dihiraukan. Frekuensi kasus batu kandung kemih mengalami

peningkatan setelah umur 50 tahun ke atas.7

Batu kandung kemih sudah menjadi penyakit umum batu saluran kemih

bagian bawah yang saat ini mencapai 5% dari jumlah kasus batu saluran kemih.7

Kejadian batu kandung kemih pada daerah non-endemik, sering terjadi pada orang

dewasa terkait dengan penyakit penyerta yang mengakibatkan stasis urin.

Page 16: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

2

Sedangkan pada daerah yang endemik, angka kejadian tinggi pada anak-

anak terkait dengan kelainan anatomi, faktor sosial ekonomi dan faktor dari

makanan yang mempengaruhi terjadinya pembentukan batu kandung kemih.7

Resiko terjadinya batu kandung kemih lebih besar pada laki-laki.8 Pembentukan

batu sangat berkaitan dengan suhu lingkungan terutama yang paling berdampak

pada para pekerja yang berada di suhu ekstrim tersebut.9

Hingga saat ini, peneitian mengenai studi prevalensi yang bersifat

mengevaluasi pasien-pasien batu kandung kemih di Indonesia masih dinilai

terbatas. Dengan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melakukan

penelitian mengenai evaluasi pasien batu kandung kemih. Untuk mencapai tujuan

tersebut, perlu dilakukan penelitian dalam ruang yang lebih kecil dahulu untuk

menilai angka dan karakteristik batu kandung kemih pada beberapa tahun terakhir.

Dalam hal ini penelitian mengenai evaluasi pasien batu kandung kemih akan

dilakukan pada RSUD Cengkareng dengan judul “ Evaluasi batu kandung kemih

di RSUD Cengkareng pada Januari-Desember 2014”. Hasil penelitian ini

diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap

resiko pembentukan batu kandung kemih dan mampu menambah wawasan para

dokter untuk lebih mengerti perkembangan batu kandung kemih di Indonesia.

Sehingga nantinya dapat melakukan pencegahan terhadap resiko-resiko yang

dimilki pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prevalensi pasien batu kandung kemih di RSUD Cengkareng

pada Januari-Desember 2014.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan angka prevalensi pasien batu kandung kemih di

RSUD Cengkareng pada Januari-Desember 2014.

Page 17: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui karakteristik pasien batu kandung kemih di RSUD

Cengkareng pada Januari-Desember 2014.

Mengetahui ukuran batu pada pasien batu kandung kemih di RSUD

Cengkareng pada Januari-Desember 2014.

Mengetahui hubungan antara ukuran batu dengan jumlah sel eritrosit

dalam urin pasien batu kandung kemih.

Mengetahui penatalaksanaan batu kandung kemih di RSUD Cengkareng

pada Januari-Desember 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Mengetahui angka prevalensi batu kandung kemih di RSUD Cengkareng

pada Januari-Desember 2014 sebagai pembelajaran dokter untuk

meningkatkan kewaspadaan serta kompetensi dalam penatalaksanaan dan

pencegahan terhadap batu kandung kemih.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar “SARJANA KEDOKTERAN”

pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan bagian dari sistem kemih. Sistem kemih itu

sendiri terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih hingga uretra. Urin diproduksi di

ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Kandung kemih

berperan untuk penyimpanan urin sementara sebelum adanya rangsangan untuk

berkemih.1 Kapasitas urin dalam kandung kemih dewasa sekitar 400-500 ml.

2

Secara anatomi, saat kosong kandung kemih orang dewasa terletak pada

rongga pelvis yang letaknya di belakang pubis dan di bagian superior dilapisi

peritoneum. Saat terisi, kandung kemih terletak di atas simfisis yang dapat kita

raba dan perkusi.2 Kandung kemih berbentuk piramid. Pada laki-laki, vesikula

seminalis terletak di permukaan posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh

vas deferens, rektum terletak di belakang. Pada perempuan, di antara kandung

kemih dan rektum terdapat vagina. Leher kandung kemih menyatu dengan prostat

pada laki-laki sedangkan pada perempuan langsung melekat pada fasia pelvis.10

Kandung kemih memiliki sel epitel dan otot polos yang mampu secara

aktif mengakomodasi perubahan besar kandung kemih dalam volume urin. Sel

epitel kandung kemih yang melapisi bagian dalam mempunyai luas permukaan

yang dapat bertambah dan berkurang sewaktu kandung kemih terisi dan

mengosongkan diri melalui refleks berkemih. Otot kandung kemih merupakan

otot polos yang dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan

tegangan pada dinding kandung kemih (Gambar 2.1). Dinding kandung kemih

yang berlipat-lipat dapat menjadi rata saat terjadinya pengisian urin ke kandung

kemih untuk peningkatan kapasitas penyimpanannya. Otot polos kandung kemih

banyak mengandung serat parasimpatis. Stimulasi pada serat ini akan

menyebabkan otot polos berkontraksi untuk mengosongkan isi kandung kemih ke

saluran uretra. Namun, jalan keluar aliran kemih menuju uretra dikontrol oleh

proses kontraksi dan relaksasi dari sfingter uretra interna dan eksterna.1

4

Page 19: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

5

Gambar 2.1. Anatomi kandung kemih

(Sumber : Vysera Biomedica, http://www.vysera.com)

Lapisan mukosa kandung kemih terdiri dari sel epitel transisional.

Lapisan submukosa kandung kemih sebagian besar tersusun atas jaringan ikat

dan jaringan elastis. Bagian eksternal lapisan submukosa merupakan otot

detrusor yang terdiri dari serat otot polos dan terususun acak secara longitudinal,

sirkular dan spiral.2 Saraf motoris yang mempersarafi otot detrusor ini berasal

dari serabut saraf parasimpatis eferen dari S2-S4. Stimulasi pada serabut saraf

tersebut akan menyebabkan kontraksi pada kandung kemih, sedangkan sfingter

melalui serabut dari sumber yang sama akan terinhibisi sehingga sfingter interna

terbuka membuat miksi jadi terkordinasi. Sebaliknya, serabut eferen simpatis

akan menghambat otot detrusor menjadi relaksasi dan menstimulasi sfingter

untuk berkontraksi.10

Pengeluaran urin dari kandung kemih diatur oleh proses refleks berkemih.

Sfingter interna dan sfingter eksterna uretra yang berada di bawah kandung

kemih akan berkontraksi dan berelaksasi sesuai dengan kontrol dari serabut saraf

(Gambar 2.1). Serabut saraf simpatis dan parasimpatis mengatur terjadinya

proses refleks berkemih. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang pada

kandung kemih terangsang. Reseptor regang ini akan terangsang saat kapasitas

kandung kemih sudah terisi urin sehinga tegangan pada dinding akan meningkat.

Semakin besar tegangan yang ditimbulkan, akan semakin besar tingkat

Page 20: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

6

pengaktifan reseptor regangan. Serat saraf aferen dari reseptor regangan akan

membawa impuls ke medula spinalis dan akan merangsang saraf parasimpatis

untuk kontraksi kandung kemih serta menghambat neuron motorik dari sfingter

eksterna sehingga sfingter terbuka sedangkan sfingter interna secara mekanis

akan terbuka ketika kandung kemih berkontraksi. Proses berkemih juga

memiliki kontrol volunter yang bisa membatasi refeks berkemih. Saat kandung

kemih terisi, akan menimbulkan presepsi penuhnya kandung kemih pada

manumur sebelum sfingter eksterna secara refleks relaksasi. Shingga kontrol

volunter berkemih dapat membuat proses pengosongan kandung kemih sesuai

keinginan dengan mengencangkan sfingter eksterna dan dafragma pelvis.

Namun, proses berkemih tidak dapat ditahan sepenuhnya, dikarenakan tegangan

yang timbul akibat bertambahnya volume urin akan meningkat. Sinyal

inhibitorik pada otot sfingter eksterna juga semakin kuat yang tidak dapat

dibatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter akan melemas dan

kandung kemih secara tidak terkontrol akan berkontraksi untuk mengosongkan

isinya (Gambar 2.2).1

Gambar 2.2. Refleks berkemih

( Sumber: Fisiologi Manumur, Sherwood)

Kandung kemih terisi

Reseptor regang

Kontraksi kandung kemih

Saraf parasimpatis

Kandung kemih

Sfingter uretra intena secara mekanis terbuka ketika kandung kemih

berkontraksi

Kortek serebri

Neuron motorik ke sfingter

eksterna

Sfingter uretra eksterna membuka ketika neuron

motork dihambat

Sfingter uretra eksterna tertutup ketika neuron

motork terangsang

Berkemih Tidak berkemih

Page 21: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

7

2.2 Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih merupakan penyakit dalam bidang urologi yang sering

sekali dijumpai di rumah sakit umum daerah maupun di kota. Penyakit ini

merupakan penyakit dimana terbentuknya kristal dalam urin hingga berkembang

menjadi batu di dalam saluran kemih termasuk dari ureter hingga uretra dan

mampu menyumbat saluran tersebut sehingga menimbulkan gejala klinis yang

bervariasi dari disuria, nyeri pinggang, hematouria, dan sumbatan saluran kemih.7

Batu saluran kemih menempati urutan ketiga penyakit tersering di bidang

urologi setelah infeksi saluran kemih dan patologis prostat. Proses

pembentukannya bisa terjadi di ginjal, ureter, kandung kemih. Bahkan bisa juga

ke saluran uretra yang nantinya menyebabkan iritasi terhadap mukosa uretra.

Proses pembentukan batu ini disebut dengan urolitiasis.2

2.3 Batu Kandung Kemih

2.3.1 Definisi

Batu kandung kemih merupakan jenis batu yang keberadaanya di saluran

kemih bagian bawah. Seperti yang diketahui bahwa saluran kemih terbagi atas dua

yaitu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bagian

bawah (kandung kemih dan uretra).6

Terbentuknya batu saluran kemih pada

bagian atas tidak akan selalu menjadi penyebab terbentukanya batu saluran kemih

pada bagian bawah. Karena penyebab yang paling berpengaruh terhadap

terbentuknya batu kandung kemih berhubungan dengan terjadinya stasis kemih di

kandung kemih itu sendiri. Penyebab lain adalah adanya kelainan anatomi

kandung kemih, striktur, infeksi, atau adanya benda asing pada kandung kemih.

Permasalahan yang terjadi pada perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Pada

laki-laki, permasalahan pembesaran prostat sangat erat kaitannya dengan

obstruksi kandung kemih yang bisa berujung pada retensi dan stasis urin yang

mampu membuat terbentuknya batu. Sedangkan pada perempuan, disfungsi dan

obstruksi kandung kemih dapat terjadi, tetapi jarang kaitannya dengan

pembentukan batu. Kemungkinan terkait dengan progresiftivitas obstruksinya.

Page 22: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

8

Teori terbentuknya batu tersebut secara umum masuk ke dalam penjelasan

patofisiologi batu saluran kemih.5

2.3.2 Epidemiologi

Pada data yang telah dilaporkan, menurut European Association of

Urology (EAU) sepanjang hidup manumur memilki tingkat resiko tebentuk batu

saluran kemih sekitar 5-10% dengan laki-laki yang lebih sering dibandingkan

perempuan 3:1 serta puncak insidensi di dekade keempat dan kelima. Diduga

karena kadar kalsium sebagai bahan pembentuk utama batu saluran kemih pada

perempuan lebih rendah dari pada laki-laki dan juga kadar sitrat pada air kemih

sebagai inhibitor terjadinya pembentukan batu lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki.11

Penelitian di RSUP Kandou Manado dari tahun 2010-2012 didapatkan ada

99 pasien dengan diagnosa batu ginjal dengan kelompok umur 21-35 tahun dan

terdapat peningkatan lebih besar pada perempuan.12

Terjadi peningkatan angka kejadian batu saluran kemih bagian atas pada

negara barat seperti Jerman dan Amerika. Peningkatan endemik batu saluran

kemih anak pada negara-negara berkembang seperti Turki, China, India dan

Indonesia.4

Peningkatan resiko terjadi juga pada pasien yang mengalami

hiperkalsiuria, riwayat batu saluran kemih pada keluarga, hiperparatiroid,

penyakit kistik ginjal, asidosis tubular, cystinuria, hiperoxalria, hiperuricosuria,

penyakit gout, riwayat pembedahan saluran gastrointestinal.

Angka kejadian batu saluran kemih yang terjadi di negara Jerman sekitar

750.000 kasus per tahun yang mana sebagian besarnya akan mengalami

kesembuhan sedangkan diketahui sekitar 25% dari kasus yang ada akan

mengalami kekambuhan pembentukan batu kembali.

Page 23: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

9

2.3.3 Etiologi

Terbentuknya batu kandung kemih sama dengan teori batu saluran kemih

pada umumnya yang melibatkan banyak penyebab. Sedangkan teori yang

menjelaskan proses pembentukannya juga masih belum pasti. Teori yang paling

diyakini adalah terjadinya supersaturasi air kemih. Proses saturasi ini tergantung

pada pH urin, jumlah ion yang terkandung, konsentrasi zat pelarut-terlarut.7

Etiologi batu saluran kemih masih belum pasti. Ada kecenderungan laki-

laki memliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pola hidup

yang tidak baik juga mendukung hal ini terjadi. Kebiasaan kurang minum dapat

meningkatkan saturasi air kemih. Angka kejadian juga tinggi pada orang yang

memilki berat badan yang berlebih.7

Geografi yang tidak baik seperti suhu lingkungan yang panas maupun

kering mempengaruhi konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga meningkatkan

resiko dehidrasi. Hal ini juga mempengaruhi konsentrasi urin termasuk

kejenuhannya. Karena itu dapat meningkatkan saturasi urin. Selain dikarenakan

terori supersaturasi ini, hal yang diduga kuat dalam terjadinya pembentukan batu

adalah tidak adanya inhibitor terhadap batu ini. Bisa dikarenakan asupan yang

kurang seperti makanan yang mengandung sitrat, dikarenakan sitrat adalah

inhibitor paling kuat.2

2.3.4 Klasifikasi 2,7

Komposisi batu saluran kemih pada umumnya mengandung kalsium

oksalat monohidrat dan dihidrat, asam urat, ammonium, fosfat, sistin, xantin, dan

2,8-dihidroxyadenin. Kandungan beberapa senyawa ini bisa mengindikasikan

adanya pembentukan batu jika ditemukan peningkatannnya. Kemudian, jenis-jenis

batus yang sering ditemukan pada pasien batu saluran kemih terbagi secara umum

atas 4 jenis yaitu, batu kalsium, batu asam urat, batu struvit dan batu sistin. Batu

kalsium terbagi lagi menjadi batu kalsium oksalat dan batu kalsium fosfat.2,7

Batu saluran kemih jenis kalsium oksalat sebagai jenis terbanyak yaitu

sekitar >80% dari semua jenis batu. Hal ini secara keseluruhan belum dimengerti.

Page 24: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

10

a. Kalsium

Kalsium menunjukkan jenis yang terbanyak dari semua kasus sekitar

80-85%. Nefrolitiasis disebabkan oleh peningkatan kalsium, peningkatan

asam urat, peningkatan oksalat atau menururnnya sitrat. 2,7

Hiperkalsiuria adalah keadaan yang mendasari terjadinya jenis batu

ini. Tapi teori yang berkembang masih kontroversial apakah hiperkalsiuria

yang menyebabkan batu atau penyakit non-batu. Hiperkalsiuria sangat

umum terdapat pada pasien batu, sekitar 30-60% kasus. 2,7

Hiperkalsiuria bisa disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium di

usus, gangguan reabsorbsi kalsium di ginjal, gangguan metabolik kalisum

di usus, tulang dan ginjal. 2,7

Hiperoksaluria merupakan keadaan dimana oksalat dalam urin

melebihi 40 mg/hari. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya

peningkatan saturasi di dalam urin. Biasanya dilatar belakangi oleh adanya

cedera pada tubulus ginjal. Selain itu bisa juga dikarenakan gangguan

biosintesis oksalat atau karena diet yang berlebih. 2,7

Keadaan lain yang bisa membuat terbentuknya batu kalsium adalah

hipositraturia, pH urin yang rendah, asidosis tubulus ginjal,

hipomagnesuria.2,7

b. Asam urat

Tiga faktor penentu pembentukan batu asam urat adalah pH urin yang

rendah, volume urin yang rendah, dan hiperurikosuria. Normalnya jumlah

asam urat adalah 96 mg/l, jumlah ini sangat mudah dilampaui oleh jumlah

asam urat yang dieksresikan yaitu sekitar 500-600 mg/L. Sehingga mudah

menyebabkan urin jadi jenuh dan pH urin jadi menurun. 2,7

Faktor utama dari penyebab batu asam urat adalah pH urin yang

rendah. Karena sebagian besar pasien dengan batu asam urat menunjukkan

eksresi asam urat yang normal. Bentuk batu asam urat sangatlah bervariasi

dari yang berukuran kecil hingga besar sehingga menunjukkan gambaran

staghorn (tanduk rusa).2,7

Page 25: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

11

c. Sistin

Batu sistin sangat jarang terjadi. Di Amerika Serikat, angka

kejadiannya sekitar 1 dari 1000. Sekitar 1-2 % dari kejadian semua batu.

Batu sistin sering disebabkan oleh faktor keturunan yaitu resesif autosomal

yang pada umumnya adanya kerusakan pada tubulus ginjal sehingga

eksresi sistin urin yang berlebihan. Kelarutan sistin dalam urin tergantung

pada pH urin. Penyebab utama dalam pembentukan batu sistin adalah

tidak adanya pembentukan inhibitor terhadap sistin di dalam urin.2,7

d. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit atau sering sering disebut batu infeksi. Patogenesis

terbentuknya batu struvit dikarenakan adanya infeksi bakteri yang bersifat

urealisis. Urealisis ini akan menghasilkan amonia dan konsentrasi urea

serta pH basa yang cukup untuk membentuk batu struvit. Bakteri yang

tergolong dalam bakteri pemecah urea adalah Proteus sp, Klebsiella,

Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Staphiloccocus. 2,7

2.3.5 Patofisiologis7

Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana terbentuknya

batu saluran kemih. Teori-teori tersebut masih diyakini hingga saat ini. Faktor

terpenting adalah keseimbangan konsentrasi zat terlarut dan pelarut. Ketika

berbagai faktor seperti asupan cairan yang kurang, kondisi iklim yang panas serta

penyebab lainnya terdapat dalam tubuh kita maka proses pembentukan batu akan

terjadi. 7

Walaupun begitu, disaat konsentrasi zat-zat terlarut seperti mineral garam

tinggi dari pada zat pelarutnya, tidak akan langsung terjadi proses pembentukan

batu. Hal ini disebabkan adanya inhibitor pembentukan batu yang tinggi. Namun,

jika inhibitor pembentuk batu ini lebih sedikit dari pada zat pelarut, maka kristal

akan terbentuk. 7

Pembentukan kristal tidak dapat terjadi dalam waktu yang cepat

bersamaan dengan filtrasi urin di dalam tubulus ginjal. Hal ini terjadi apabila di

Page 26: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

12

dalam nefron ginjal, konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari zat pelarut maka

nukleasi akan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Jika dari awal sudah terdapat

obstruksi di saluran kemih, maka aliran kemih ke bawah akan melambat, sehingga

meningkatkan konsentrasi zat terlarut yang mempercepat proses nukleasi. 7

Jika konsentrasi kalsium oksalat telah mencapai ambang pembentukan

batu, maka akan terbentuk nukleasi homogen. Nukleasi adalah struktur Kristal inti

yang tidak larut air yang akan terus tumbuh membentuk batu dan akan

menyumbat saluran kemih. Zat inhibitor akan bekerja dengan menghancurkan

kristal dan menstabilkannya agar dapat larut dalam air kemih. Saat proses filtrasi

urin didalam ginjal melalui nefron terjadi yaitu sekitar 5 sampai 7 menit, kristal

tidak akan dapat tumbuh mencapai ukuran lumen saluran kemih. Tapi

pertumbuhan kristal disertai agregasi nya akan menambah ukuran yang mampu

mencapai lumen saluran kemih. Senyawa Inhibitor akan menghambat

pertumbuhan dan agregasi kristal.7

Proses agregasi kristal terjadi pengikatan antara kristal yang satu dengan

yang lainnya sehingga semakin besar. Kemudian terjadi retensi kristal di mukosa

saluran kemih. Kristal akan bertahan di mukosa. Setelah ada aliran urin yang akan

mendorong kristal ke saluran kemih, maka kristal ini akan menyumbat saluran

tersebut. Itu semua tergantung besarnya ukuran kristal. Namun jika ukurannya

telah sama dengan diameter lumen maka akan terbentuk obstruksi saluran kemih. 7

Sambil terbawa oleh aliran kemih, bentuk dari kristal yang terbentuk juga

mampu mengiritasi mukosa saluran kemih. Bahkan tidak jarang akan membuat

perdarahan kecil. Maka dalam temuan klinis didapatkan hematuria. Obstruksi

saluran kemih yang terjadi juga dapat menimbulkan regangan pada dinding

saluran kemih. Hal ini dapat menginduksi rasa sakit pada pinggang dan

sekitarnya. 7

Pada umumnya pembentukan batu terjadi secara langsung di dalam

kandung kemih tersebut. Walau pun tidak jarang batu di kandung kemih berasal

dari pembentukan batu di ginjal. Setelah mengalami supersaturasi di ginjal batu

yang tumbuh dan membentuk “randall plak” akan terbawa ke saluran ureter dan

Page 27: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

13

akan ke kandung kemih. Bahan-bahan kristal ini akan meningkatkan konsentrasi

kristal di dalam kandung kemih. Begitu juga demikian pada kandung kemih,

dengan adanya faktor-faktor resiko yang memicu terjadinya supersaturasi urin

atau tidak adanya inhibitor batu maka akan membentuk kristal pada kandung

kemih yang nantinya terus tumbuh dan mampu menyebabkan obstruksi kandung

kemih.5

Pada orang dewasa, lebih dari 50% kasus jenis batu adalah batu asam urat.

Sedangkan pada batu ginjal adalah batu kalsium oksalat. Selain itu juga

ditemukan batu jenis kalsium oksalat, kalsium fosfat, amonium urat, sistein, atau

magnesium amonium fosfat (berhubungan dengan infeksi). Tidak jarang penderita

batu kandung kemih berjenis asam urat tidak didahului oleh riwayat

hiperurisemia. Sedangkan pada anak-anak, batu yang terbentuk terutama adalah

asam urat amonium, kalsium oksalat, atau campuran murni asam urat dan

amonium kalsium oksalat dengan kalsium fosfat.5

Batu yang terbentuk bisa tunggal atau pun ganda dengan ukuran kecil

hingga besar. Permukaan batu dari yang halus sampai dengan permukaan yang

kasar, bergerigi atau membentuk spiculated yang disebut “jack”. Secara umum

batu kandung kemih bersifat dinamis. Batu yang menetap biasanya terbentuk pada

bagian yang telah mengalami penjahitan.5

2.3.6 Tanda dan Gejala Klinis2

Biasanya penderita batu saluran kemih akan mengalami gejala klinis

berupa rasa nyeri ketika buang air kecil, atau nyeri sekali pada punggung atau

pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bisa berlangsung cepat dan lama.

Penderita juga bisa merasakan rasa mual dan muntah dengan nyeri yang

dirasakan. 2

Page 28: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

14

a. Nyeri

Karakter nyeri yang terjadi biasanya tergantung pada lokasi nyeri.

Batu dengan ukuran yang kecil bisa melewati saluran ureteropelvic

junction, persilangan arteri illica, dan saat memasuki kandung kemih.

Gambar 2.3. Gejala nyeri berdasarkan lokasi penyempitan ureter

(Sumber: Urinary Stone disease,Smith’s)2

Nyeri yang dirasakan di ginjal bisa bersifat kolik atau pun non-kolik.

Nyeri kolik ginjal disebabkan oleh peregangan ureter, sedangkan nyeri

non-kolik ginjal dikarenakan distensi pada kapsul ginjal. Nyeri ini didasari

oleh terjadinya obstruksi batu pada ginjal atau pun saluran kemih.2

Pada ureter nyeri biasanya disebabkan oleh percabangan saraf di

illioinguinal dan cabang saraf genitofemoralis. Nyeri yang muncul

biasanya bersifat akut yang dapat timbul dan dapat memberat saat dinding

Page 29: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

15

ureter berkontraksi. Nyeri yang dirasakan pasien ini mampu membuat

pasien terbangun dari tidurnya. Pada kolik renal, derajat nyeri biasanya

tergantung pada lokasi batu di dalam ginjal.2

b. Hematuria

Pemeriksaan urinalisis lengkap dapat melihat gambaran hematuria

(eritrosit dalam urin). Pasien biasanya mengeluh urin keruh yang

menandakan adanya sel epitel, serta urin yang berwarna merah. Hematuria

ini disebabkan oleh iritasi batu pada mukosa ureter, sehingga pembuluh

darah kecil dan mukosa jadi rusak dan terjadi perdarahan. Derajat

hematuria juga tergantung dari ukuran dan jumlah batu, derajat obstruksi,

serta ketajaman batu dalam mengiritasi. Derajat terendah jika pasien

mengeluh urinnya sedikit kemerahan.2

c. Infeksi

Batu struvit sangat identik dengan batu infeksi. Penyebab yang

sangat jarang ialah infeksi Escherichia coli. Infeksi ini akan menyebabkan

timbulnya peradangan pada saluran kemih. Adanya tanda-tanda

peradangan, maka bisa memperberat obstruksi yang telah terjadi.

Eksotoksin dan endotoksin yang dihasilkan mikroba dapat mengubah pola

peristaltik saluran kemih yang berhubungan dengan presepsi nyeri yang

dirasakan pasien. Pada kasus yang berat, peradangan akibat infeksi ini

akan menghasilkan pus yang dapat memberat obstruksi, sehingga terjadi

hidronefrosis.2

d. Demam

Demam yang terjadi pada batu saluran kemih sering

mengindikasikan kegawatdaruratan medis. Demam yang tinggi juga dapat

mengindikasikan terjadinya sepsis. Oleh karena itu, gejala demam ini

harus segera ditangani dan diberikan penatalaksanaan yang sesuai.2

Page 30: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

16

e. Mual dan muntah

Obstruksi pada saluran kemih bagian atas sering dikaitkan dengan

terjadinya gejala mual dan muntah. Mekanisme mengenai gejala ini belum

bisa dijelaskan secara pasti.2

2.3.7 Diagnosis

Penegakan diagnosis batu saluran kemih menurut EAU, melihat gejala

klinis yang ada pada pasien. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pinggang,

muntah, demam, hematuria atau bahkan bisa asimtomatik. Anamnesis yang baik

sangat diperlukan untuk mengetahui riwayat klinis dan perlu dilakukan

pemeriksaan fisik sebagai pemeriksaan standar.11

2.3.7.1 Pencitraan

Selain gejala klinis yang jelas, atau bahkan asimtomatik, penegakan

diagnosis harus didukung pencitraan yang tepat. USG harus digunakan sebagai

alat pencitraan utama dalam penegakan diagnosis jika tersedia. USG sangat aman

terhadap efek radiasi. Jika tersedia pemeriksaan tidak boleh ditunda.11

USG dapat mengidentifikasi batu yang terletak di sistem pelviokalises,

ureter, dan vesikoureter. USG memilki sensitivitas 19-93% dan spesifitas 84-

100%. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan jika diagnosis masih ragu untuk

ditegakkan dengan gejala yang ada.11

Untuk pasien dengan keluhan nyeri pinggang akut perlu dievaluasi

dengan NCCT. Pemeriksaan ini sudah menjadi standar baku menggantikan

pemeriksaan IVU dan memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi.

NCCT mampu menentukan struktur dan kepadatan batu.11

2.3.7.2 Pemeriksaan laboratorium

Pada pasien emergensi dengan batu saluran kemih membutuhkan

pemeriksaan darah dan pemeriksaan urin.

Page 31: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

17

Tabel 2.1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium pasien batu saluran kemih11

Untuk pasien non-emergensi juga memerlukan pemeriksaan laboratorium

yang sama. Jika tidak ada tindakan intervensi, maka pemeriksaan natrium, kalium,

CRP dan pembekuan darah dapat ditunda/dihilangkan.

Untuk pemeriksaan analisis batu harus dilakukan pada semua jenis batu

saat pertama kali didiagnosis. analisis ini dapat diulang pada pasien yang rentan

terhadap kekambuhan.

Tabel 2.2. Rekomendasi pemeriksaan analisa batu11

Urinalisis Level

Sedimen urin/tes dipstik dari sampel urin

Eritrosit

Leukosit

Nitrit

Pengukuran pH urin

Kultur urin atau pemeriksaan mikroskopi

A*

A

Pemeriksaan darah

Sampel darah

Kreatinin

Asam urat

Kalsium

Sodium

Potassium

A*

Hitung jenis

CRP

A*

Jika dapat dilakukan:

Tes koagulasi (PTT dan NRT)

A*

*diperbaharui berdasarkan consensus

CRP=C-reaktif protein; INR= international normalised ratio; PTT= partial

thromboplastin time

Rekomendasi Level

Melakukan pemeriksaan analisis batu saat batu terbentuk pertama

kali dengan menggunakan prosedur yang valid

A

Analisis batu ulang dilakukan pada pasien:

Pasien dengan kekambuhan batu meskipun telah terapi obat

Kekambuhan batu yang cepat setelah pembersihan batu

Kekambuhan batu yang lambat setelah pembersihan batu

yang mungkin dikarenakan perubahan komposisi batu

B

Page 32: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

18

2.3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan batu kandung kemih merujuk pada Guideline pengobatan

batu saluran kemih yang dikeluarkan oleh EUA.11

Batu kandung kemih terbentuk

oleh berbagai penyebab seperti infeksi, anomali organ, obstruksi kandung kemih,

faktor stasis urin dan juga dikarenakan telah adanya batu pada saluran kemih atas

seperti di ginjal. Sehingga pengobatannya mengacu pada penyebabnya. Hal

tersebut bertujuan untuk pencegahan terjadinya kekambuhan.5

2.3.8.1 Nyeri Kolik

Nyeri akut adalah gejala awal yang harus diterapi pada batu saluran

kemih. Karena sifatnya yang dapat memberikan kesan sakit pada pasien, dan juga

sangat menggangu aktivitas pasien. NSAID masih dipercaya efektif untuk terapi

nyeri ini. Penggunan Opioid seperti petidin memiliki efek muntah yang lebih

tinggi dibandingkan NSAID, sehingga pengunaan opioid dengan peptidin tidak

dianjurkan.11

Tabel 2.3. Rekomendasi terapi nyeri kolik.11

Tabel 2.4. Pilihan NSAID pada Nyeri Kolik.11

Rekomendasi Level

Pada saat episode akut, nyeri harus segera ditangani A

Bia mungkin, golongan NSAID sebagai obat pilihan pertama A

Rekomendasi Level

Pilihan pertama: dimulai dengan golongan NSAID. Contoh: diklofenak*,

indometasin atau ibuprofen**

A

Pilihan kedia: hidromorfin, pentazokin atau tramadol C

Mengunakan α-bloker untuk meredakan nyeri kolik yang berulang A

*mempengaruhi laju filtrasi glomerulus pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal

**direkomendasikan untuk mengatasi nyeri berulang setelah kolik uretra

Page 33: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

19

2.3.8.2 Tindakan Operasi

Penatalaksanaan yang sering digunakan adalah endoskopi. Jika batu terlalu

besar dan permukaannya terlalu kasar atau karena saluran uretra terlalu sempit

(pada kasus anak kecil) maka pembedahan suprapubik atau perkutaneus perlu

dipertimbangkan sebagai terapi yang lebih baik.5

Penggunaan ESWL dengan cara memecahkan batu dengan teknik

gelombang masih banyak digunakan untuk terapi batu saluran kemih.

Penggunaannya sering terbatas pada permukaan batu yang lebih kasar dan batu

yang lebih besar. Begitu juga penggunaan pada anak-anak dan perempuan perlu

dipertimbangkan terkait dengan kerusakan ovarium dan gangguan fungsi organ,

walaupun jarang terjadi.12

Saat ini untuk tindakan pembedahan ada 3 cara pembedahan yang berbeda

untuk dilakukan, yaitu:

a) Transurethral cystolitholapaxy

b) Percutaneous suprapubic cystolitholapaxy

c) Open suprapubic cystotomy

Page 34: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 35: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

21

2.4 Kerangka Teori

Faktor

Resiko Batu

Supersaturasi Penurunan

Inhibtor Batu

Penurunan PH urin

Distensi &

Kontraksi

lumen

Nyeri

Iritasi

mukosa

lumen

Distensi

lumen

Kalsium

oksalat

Sistin Struvit Asam

urat

Di dalam saluran

kemih

Pencitraan

USG NCCT

Hiperkalsiuria

Hiperoksaluria

Asam urat ↑

Nukleaisasi

Pertumbuhan

Agregasi

Retensi

UROLITHIASIS

Page 36: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

22

2.5 Kerangka Konsep

Evaluasi pasien

batu kandung

kemih

Status rekam

medis pasien

batu kandung

kemih

Faktor Resiko

batu kandung

kemih

Umur

Jenis kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

IMT(Indeks

Masa Tubuh)

Pemeriksaan

penunjang:

USG

Lab. darah

Urinalisis

Analisa batu

Penatalaksanaan

Page 37: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

23

2.6 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Skala Hasil Ukur

1 Rekam medis Suatu berkas yang

berisi catatan dalam

bentuk dokumen

mengenai identitas

pasien, hasil

pemeriksaan fisik,

hasil pemeriksaan

penunjang,

pengobatan,

tindakan, dan

pelayanan.

Observasi Data

rekam

medis

Ordinal 1. Pasien yang

menderita

batu

kandung

kemih

2. Pasien yang

tidak

menderita

kandung

kemih

2 Batu saluran

kemih

Penyakit yang

disebabkan oleh

terbentuknya

kristal(batu) di dalam

saluran kemih atas

dan bawah yang bisa

menyebabkan

obstruksi saluran

kemih tersebut

Observasi Data

rekam

medis

Ordinal 1. Pasien yang

menderita

batu saluran

kemih

2. Pasien yang

tidak

menderita

batu saluran

kemih

3 Batu kandung

kemih

Penyakit batu saluran

kemih bagian bawah

yang disebabkan

terbenuknya

kristal(batu) di dalam

organ kandung

kemih dan dapat

menyebabkan

obstruksi kandung

Observasi Data

rekam

medis

Ordinal 1. Pasien yang

menderita

batu

kandung

kemih

2. Pasien yang

tidak

menderita

kandung

Page 38: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

24

kemih kemih

4 Evaluasi Suatu tindakan untuk

melihat dan menilai

kembali karakteristik

pasien kandung

kemih pada Januari-

Desember 2014

Observasi Data

rekam

medis

Nominal 1. Pasien

kandung

kemih jenis

asam urat

2. Pasien

kandung

kemih jenis

kalsium

oksalat

3. Pasien

kandung

kemih jenis

lain

5 Pemeriksaan

penunjang

Suatu tindakan yang

dilakukan untuk

membantu dokter

dalam menegakkan

diagnosis.

Observasi Data

rekam

medis

Nominal 1. Dilakukan

pemeriksaan

penunjang

2. Tidak

dilakukan

pemeriksaan

penunjang

6 Penatalaksanaan Terapi lanjutan untuk

pasien batu kandung

kemih yang

dilakukan oleh

dokter di RSUD

Cengkareng

Observasi Data

rekam

medis

Nominal 1. Telah

dilakukan

operasi

2. Tidak

dilakukan

operasi

Page 39: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan retrosprektif

cross-sectional dengan mengumpulkan data di bagian rekam medis untuk

mengevaluasi pasien batu kandung kemih di RSUD Cengkareng pada Januari-

Desember 2014.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Cengkareng akan dilakukan selama

tiga bulan yaitu dari bulan April 2015 sampai bulan Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien Batu Kandung

Kemih rawat inap dan rawat jalan RSUD Cengkareng pada Januari-

Desember 2014.

Sampel penelitian ini adalah jumlah pasien Batu Kandung Kemih yang

didapatkan melalui rekam medis pada RSUD Cengkareng pada Januari-

Desember 2014.

3.4 Jumlah Sampel

Jumlah sampel sebanyak pasien batu kandung kemih yang berkunjung di

RSUD Cengkareng pada Januari-Desember 2014.

3.5 Kriteria Sampel

Kriteria inklusi:

Pasien dengan diagnosis batu kandung kemih

Pasien rawat inap dan rawat jalan

Pasien dewasa (umur ≥18 tahun,WHO)

25

Page 40: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

26

Kriteria Eksklusi:

Pasien yang terdiagnosis bukan batu kandung kemih

Pasien dengan bukan rawat inap dan rawat jalan

Pasien anak (≤18 tahun,WHO)

3.6 Cara Kerja

Persiapan

Penelitian

Pemilihan

Sampel

Pengambilan

Data

Analisis Data

Pembahasan

Hasil Analisis

Data

Kesimpulan

Page 41: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

27

3.7 Manajemen Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Peneliti mengunjungi RSUD Cengkareng yang merupakan tempat

pengambilan sampel penelitian. Peneliti menggunakan data rekam medis yang ada

di RSUD Cengkareng untuk di analisa sehingga mendapatkan karakterisitik

pasien kandung kemih

3.7.2 Pengolahan Data

Verifikasi dengan melakukan pengkajian ulang atau pengkoreksian kembai

data rekam medis.

Coding dengan melakukan pengklasifikasian data rekam medis dengan

kode-kode tertentu, kemudian dibuat ke dalam lembar khusus untuk transfering

data untuk memudahkan proses data entry.

3.7.3 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan program SPSS for windows versi 14. Data

yang telah dikelolah akan di analisis secara deskriptif.

3.7.4 Penyajian Data

Data yang telah di kumpulkan dan telah dianaisa dengan baik akan

disajikan dalam bentuk narasi, tekstuler, grafikal dan tabel.

Page 42: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien batu

kandung kemih yang dirawat inap dan rawat jalan di RSUD Cengkareng pada

bulan Januari hingga Desember 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode Total sampling. Dari 119 data yang diberikan Tim Rekam medis RSUD

Cengkareng, didapatkan 73 pasien yang terdiagnosis batu kandung kemih dan

digunakan sebagai sampel, sedangkan 46 data lainnya dieksklusi karena tidak

terdiagnosis batu kandung kemih.

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik pasien batu kandung kemih

Variabel Frekuensi (n) Presentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Umur

Dewasa

Lansia

Manula

Pekerjaan

Wiraswasta

Karyawan

Buruh

Ibu rumah tangga

66

7

19

40

14

23

21

11

6

90,4%

9,6%

26%

54,8%

19,2%

31,5%

28,8%

15,1%

8,2%

28

Page 43: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

29

66(90,4%)

7 (9,6%)

Jenis kelamin

laki-laki

perempuan

Pada Gambar 4.1 diketahui distribusi batu kandung kemih berdasarkan

jenis kelamin dari 73 pasien batu kandung kemih di RSUD Cengkareng pada

Januari-Desember 2014 didapatkan 9,6% (7 orang) perempuan sedangkan laki-

laki sangat tinggi yaitu 90,4% (66 orang). Rasio kasus batu kandung kemih di

RSUD Cengkareng antara laki-laki dan perempuan sekitar 9,4:1.

Gambar 4.1. Distribusi jenis kelamin batu kandung kemih

Untuk distribusi batu kandung kemih berdasarkan kelompok umur

(Depkes) pada Gambar 4.2 didapatkan kelompok umur dewasa (26-45 tahun) 26

Pedagang

Pensiunan

Guru

Nelayan

Pengangguran

Pendidikan

SD-SMP

SMA

DIPLOMA-SARJANA

5

3

2

1

1

37

32

4

6,8%

4,1%

2,7%

1,4%

1,4%

50,7%

43,8%

5,5%

Page 44: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

30

0

10

20

30

40

50

60

dewasa lansia manula

26

54.8

19.2

Pe

rse

nta

se (

%)

Kelompok Umur

31.5 28.8

15.1

8.2 6.8 4.1 2.7 1.4 1.4

0

10

20

30

40

50

Per

sen

tase

(%

)

Jenis Pekerjaan

% atau 19 orang, kelompok lansia (46-65 tahun) 54,8 % atau 40 orang dan

kelompok manula (>65 tahun) 19,2% atau 14 orang.

Gambar 4.2. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur pasien

Distribusi data pekerjaan pasien batu kandung kemih pada Gambar 4.3

didapatkan hasil sebagai berikut: Wiraswasta 23 orang (31,5%), karyawan 21

orang (28,8%), buruh 11 orang (15,1%), ibu rumah tangga 6 orang (8,2%),

Pedagang 5 orang (6,8%), pensiunan 3 orang (4,1%), guru 2 orang (2,7%), dan

nelayan serta pengangguran masing-masing 1 orang (1,4%).

Gambar 4.3. Distribusi pekerjaan pasien batu kandung kemih

Page 45: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

31

0

10

20

30

40

50

60

SD-SMP SMA Diploma-Sarjana

50.7

43.8

5.5 Per

sen

tae

(%)

Tingkat Pendidikan

Gambaran tingkat pendidikan pasien batu kandung kemih pada Gambar

4.4 didapatkan pasien dengan tingkat pendidikan antara SD hingga SMP

berjumlah 37 orang (50,7%), tingkat pendidikan SMA se-derajat berjumlah 32

orang (43,8%) dan tingkat pendidikan antara Diploma hingga Sarjana berjumlah 4

orang (5,5%).

Gambar 4.4. Tingkat pendidikan pasien batu kandung kemih

Pada Tabel 4.2, hasil indeks masa tubuh pada pasien batu kandung

kemih di RSUD Cengkareng pada Januari-Desember 2014 dari 51 pasien yang

memiliki data antropometri (BB dan TB) terdapat jumlah yang lebih banyak pada

pasien yang Obesitas I 30,1% (22 orang) di ikuti pasien yang IMT normal 21,9%

(16 orang), pasien Overweight 6,8 % (5 orang), pasien Obesitas II 5,5% (4

orang) dan pasien Underweight 5,5% (4 orang).

Tabel 4.2. IMT Pasien Batu kandung kemih (Asia-Pasifik)

Kategori IMT Frekuensi Persentase

Underweight

Normal

Overweight

Obesitas I

Obesitas II

4

16

5

22

4

5,5%

21,9%

6,8%

30,1%

5,5%

Page 46: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

32

27.8

23 22.86

0

5

10

15

20

25

30

Dewasa Lansia Manula

Dia

me

ter

Uku

ran

Bat

u (

mm

)

Kelompok Umur

Pada Tabel 4.3 distribusi batu kandung kemih berdasarkan jumlah batu

kandung kemih dari 73 pasien didapatkan batu kandung kemih tunggal sebanyak

66 pasien (90,4%) dan jumlah batu kandung kemih multipel sebanyak 7 pasien

(9,6%).

Tabel 4.3. Jumlah batu pada pasien batu kandung kemih

Jumlah batu Frekuensi (n) Presentase(%)

Batu Tunggal

Batu Multipel

66

7

90,4%

9,6%

Pada Gambar 4.5 dapat diketahui dari 34 pasien batu kandung kemih yang

memiliki data ukuran batu, didapatkan hasil yang menunjukkan rerata ukuran batu

pada kelompok dewasa sebesar 27,8 mm sedikit lebih besar dari rerata ukuran

batu pada kelompok lansia dan kelompok manula yaitu masing-masing 23 mm

dan 22,86 mm.

Gambar 4.5. Rerata ukuran batu dengan kelompok umur

Pada Gambar 4.6 dapat diketahui dari 34 pasien yang memiliki data

ukuran batu, didapatkan rerata ukuran batu berdasarkan tingkat pendidikan yaitu

pada Tingkat pendidikan SD-SMP 20,15 mm (13 pasien), Tingkat SMA 26,85

mm (20 pasien) dan pada Tingkat pendidikan Diploma-Sarjana 30 mm ( 1 pasien).

Page 47: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

33

0

5

10

15

20

25

30

SD-SMP SMA Diploma-Sarjana

20.15

26.85 30

Uku

ran

Bat

u(m

m)

Tingkat Pendidikan

Gambar 4.6. Rerata Ukuran batu dengan tingkat pendidikan

Pada Tabel 4.4 diketahui distribusi gejala klinis pasien batu kandung

kemih didapatkan gejala disuria sebanyak 50 keluhan (36,23%), LUTS sebanyak

25 keluhan (18,11%), retensi urin sebanyak 24 keluhan (17,39%), hematuria

sebanyak 19 keluhan (13,76%), nyeri pinggang sebanyak 15 keluhan (10,86%)

dan bak keluar batu sebanyak 5 keluhan (3,5%). Jumlah keluhan sebanyak 138

keluhan melebihi jumlah pasien yaitu 73 pasien, hal ini dikarenakan seorang

pasien bisa memiliki lebih dari satu keluhan.

Tabel 4.4. Gejala klinis pasien batu kandung kemih

Gejala klinis Frekuensi (n) Presentase(%)

Disuria

LUTS

Retensi urin

Hematuria

Nyeri pinggang

Bak keluar batu

50

25

24

19

15

5

36,23%

18,11%

17,39%

13,76%

10,86%

3,6%

Page 48: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

34

Pada Tabel 4.5 diketahui distribusi penyakit yang menyertai pasien batu

kandung kemih, didapatkan bahwa pasien batu kandung kemih dengan disertai

penyakit BPH sebanyak 30 pasien (41,1%), batu ginjal sebanyak 8 pasien (11%),

batu ginjal dan BPH sebanyak 5 pasien (6,8%), batu ureter 3 pasien (4,1%),

striktur uretra 2 pasien (2,7%), divertikuli buli 2 pasien (2,7%), batu uretra 1

pasien (1,4%), tersangka ISK 1 pasien (1,4%) dan batu kandung kemih tanpa

penyakit penyerta sebanyak 21 pasien (28,8%).

Tabel 4.5. Penyakit penyerta pasien batu kandung kemih

Gambar 4.7 mendapatkaan distribusi kelompok ukuran batu kandung

kemih. Ukuran batu < 2 cm sebanyak 23,3%, ukuran batu 2-4 cm sebanyak 15,1

% dan ukuran batu >4 cm sebanyak 8,2%.

Penyakit penyerta Frekuensi (n) Presentase(%)

BPH

Batu ginjal

Batu ginjal + BPH

Batu ureter

Striktur uretra

Divertikuli buli

Batu uretra

Tersangka ISK

Tanpa Penyerta

30

8

5

3

2

2

1

1

21

41,1%

11%

6,8%

4,1%

2,7%

2,7%

1,4%

1,4%

28,8%

Total 73 100%

Page 49: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

35

0

5

10

15

20

25

<2 cm 2-4 cm >4 cm

23.3

15.1

8.2

per

sen

tase

(%

)

Kelompok Ukuran Batu

0

10

20

30

40

50

ESWL litotripsi sectio alta

49.3

17.8 20.5

Pe

rse

nta

se (

%)

Jenis Tindakan

Gambar 4.7. Distribusi kelumpok ukuran batu

Pada gambar 4.8 mendapatkan distribusi prosedur Penatalaksanaan batu

kandung kemih pada penelitian ini diketahui tindakan ESWL sebanyak 36

tindakan (49,3%), tindakan litotripsi sebanyak 13 tindakan (17,8%) dan tindakan

sectio alta sebanyak 15 tindakan (20,5%).

Gambar 4.8. Prosedur penatalaksanaan batu kandung kemih

Prosedur penatalaksanaan batu kandung kemih biasanya dilakukan

berdasarkan ukuran batu tersebut. Pada gambar 4.9 Pada penelitian ini didapatkan

31 data ukuran batu dari 73 pasien menunjukkan rerata ukuran batu pada prosedur

ESWL sebesar 19,59 mm, prosedur Litotripsi sebesar 15,17 mm, dan prosedur

Sectio alta sebesar 39,13 mm.

Page 50: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

36

0

5

10

15

20

25

30

35

40

ESWL Litotripsi Sectio alta

19,59

15.17

39.13

Uku

ran

bat

u (

mm

)

Jenis Tindakan

Gambar 4.9. Rerata ukuran batu dengan prosedur penatalaksanaan

Pada tabel 4.6, uji normalitas data ukuran batu dengan uji skewness

menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (rasio skewness =1,55). Namun uji

normalitas data eritrosit urin menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal

(rasio skewness =6,17). Selanjutnya dilakukan Uji korelasi dengan uji

Spearman’s, didapatkan bahwa nilai p<0,05 yang menunjukkan korelasi

bermakna. Nilai korelasi spearman’s sebesar 0,522, meunjukkan korelasi positf

dengan kekuatan korelasi sedang. Hasil ini menunjukkan ukuran batu berperan

dalam terjadinya kerusakan lumen mukosa dan pembuluh darah kecil di kandung

kemih. Jenis batu mungkin berperan, namun pada penelitian ini jenis batu tidak

ada data.

Tabel 4.6. Hasil Uji Spearman’s

Kelompok Uji

Ukuran Batu Eritrosit Urin

Korelasi

Spearman’s

p value Korelasi

Spearman’s

p value

Ukuran Batu 1,000 - 0,522 0,32

Eritrosit Urin 0,522 0,32 1,000 -

Page 51: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

37

4.2 PEMBAHASAN

` Penelitian retrospektif ini didapatkan total jumlah kasus batu kandung

kemih sebanyak 73 pasien selama periode Januari-Desember 2014. Jika

dibandingkan dengan jumlah kasus batu kandung kemih pada pusat urologi

Hussein di Yordania dalam kurun waktu 2005-2009 yang berjumlah 242 kasus,

dengan laki-laki berjumlah 208 orang dan perempuan berjumlah 34 orang.13

Jika

dirata-ratakan terdapat 61 kasus/tahun. Ini menunjukkan jumlah kasus di RSUD

Cengkareng sedikit lebih tinggi. Untuk di Indonesia laporan studi prevalensi batu

kandung kemih masih terbatas. Thalut dkk (1976) menemukan kasus batu

kandung kemih yang cukup banyak pada anak di Sumatera Barat dengan angka

kejadian 8,3/100.000 penduduk per tahun.14

Hingga saat ini, laporan kasus

mengenai batu kandung kemih di Indonesia masih sangat terbatas.

Frekuensi kasus batu kandung kemih mengalami peningkatan setelah umur

50 tahun ke atas.8 Penelitian Dursun (2014) mendapatkan hasil batu ureter

cenderung terjadi pada umur muda, sedangkan batu kandung kemih sering pada

kelompok lansia. Lebih lanjut, pada umur lansia didapatkan ukuran batu yang

lebih besar dan tingkat komorbiditas yang lebih sering.15

Obstruksi saluran kemih

menjadi etiologi utama batu kandung kemih karena menyebabkan stasis urin,

infeksi, perubahan pH urin dan supersaturasi urin. Penyebabnya adalah obstruksi

saluran kemih yang sangat berpengaruh dalam pembentukan batu kandung kemih

pada orang umur di atas 50 tahun dengan BPH (Benign prostatic hyperplasia)

sebagai penyebab tersering terjadinya obstruksi tersebut diikuti oleh striktur uretra

dan adenokarsinoma prostat.16

Penuaan merupakan proses dimana banyak fungsi

tubuh yang berkurang atau menurun. Perubahan yang terjadi pada saluran kemih

adalah berkurangnya kontrol berkemih diakibatkan atrofi yang progresif pada

kortes serebri dan neuron. Berkurangnya sel-sel otot berkemih yang digantikan

dengan sel lemak dan jaringan ikat juga menjadi faktor melemahnya kontrol

berkemih. Hal ini sering dikaitkan dengan gangguan urologi pada lansia terutama

obstruksi saluran kemih yang akan beresiko menyebabkan batu saluran kemih.

Seiring dengan peningkatan umur, volume prostat akan membesar diakibatkan

terjadinya penurunan hormon pada laki-laki terutama hormon testosteron.

Page 52: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

38

Hormon testosteran diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT) yang secara kronis

akan merangsang kelenjar prostat membesar.17

Peningkatan umur dapat

meningkatkan resiko terjadinya batu kandung kemih. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang menunjukkan jumlah terbanyak pada umur lanjut.

Batu kandung kemih lebih sering terjadi pada laki-laki.8 Pada perempuan

batu kandung kemih terjadi sekitar 5 % dari semua batu kandung kemih18

.

Prevalensi yang dilaporkan jumlah batu saluran kemih pada laki-laki sekitar 5%-

12% dan perempuan 4%-7%. Namun, terdapat penurunan rasio dari 3:1 laki-laki

dengan perempuan menjadi 1,3:1.19

Di negara barat didapatkan persentase kasus

batu saluran kemih pada laki-laki sekitar 8-19% dan perempuan 3-5% terutama

pada batu ginjal juga lebih sering pada laki-laki. Sedangkan di negara-negara

berkembang rasio kejadian laki-laki dan perempuan yaitu 2,5:1 di Iraq dan 5:1 di

Arab Saudi.20

Penelitian tentang karakteristik batu saluran kemih yang dilakukan

oleh klinik urologi universitas Sarajevo tahun 2007-2013 didapatkan rasio laki-

laki dan perempuan yaitu 1,3:1.21

Pada batu kandung kemih didapatkan rasio

antara laki-laki dengan perempuan yaitu 6:1.13

Kejadian batu saluran kemih atau

pun batu kandung kemih yang sering pada laki-laki dikarenakan resiko terjadinya

obstruksi saluran kemih lebih besar dikarenakan adanya pengaruh pembesaran

prostat seiring dengan peningkatan umur17

. Fan dkk (1999) menemukan hasil

pengaruh hormon androgen dalam meningkatkan dan estrogen dalam menurunkan

ekskresi oksalat dalam urin, konsentrasi oksalat plasma, dan deposit kalsium

oksalat dalam ginjal.22

Hal yang serupa pada penelitian Yagisawa dkk (2001)

menemukan bahwa testosteron akan menekan osteopontin (senyawa inhibitor

batu) pada ginjal dan meningkatkan eksresi oksalat dalam urin. Sedangkan

hormon estrogen bekerja sebaliknya dengan meningkatkan osteopontin pada

ginjal dan menurunkan ekskresi oksalat sehingga menghambat pembentukan

batu.23

Data yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sama

dengan jumah yang cukup tinggi pada laki-laki 66 pasien (90,4%) dibandingkan

perempuan 7 pasien (9,6%) dengan rasio 9,4:1 (Gambar 4.1).

Atan dkk (2005) menemukan 181 dari 10.326 karyawan pekerja industri

baja memiliki penyakit batu saluran kemih. Dari 181 orang tersebut, 103 orang

Page 53: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

39

bekerja di lingkungan bersuhu ≥ 45oC dan 78 orang dilingkungan dengan suhu

kamar. Hal ini menunjukkan suhu udara yang tinggi meningkatkan pembentukan

batu saluran kemih. Didapatkan hasil hipositraturia dan volume urin rendah di

antara keduanya.24

Paparan panas dan status dehidrasi dalam pekerjaan menjadi

faktor resiko untuk terjadinya pembentukan batu. pada penelitian ini juga

menemukan pekerja pabrik kaca yang atau tidak terkena paparan suhu tinggi yang

lama menyebabkan pengeluaran keringat cukup banyak. Semakin tinggi suhu

yang terpapar ke tubuh sejalan dengan penurunan volume dan pH urin yang lebih

rendah, meningkatnya kadar asam urat, dan peningkatan berat jenis urin

menyebabkan kejenuhan air kemih yang tinggi dari asam urat. Didapatkan jenis

batu dengan insidensi tinggi yang terbentuk pada pekerja adalah batu asam urat.

Kemudian, pekerjaan menetap seperti manajer atau pekerja kantoran didapatkan

peningkatan resiko terbentuknya batu saluran kemih tanpa diketahui alasan

pastinya.7 Keith (2008) mendapatkan hasil survei kuosioner dari 406 pekerja laki-

laki di beberapa pekerjaan di Asia bahwa pekerja lapangan tampak berhubungan

dengan peningkatan kasus batu saluran kemih lima kali lipat dibandingkan dengan

pekerja di dalam ruangan. Dalam aktivitas yang sedang, pekerja dengan paparan

suhu yang lebih tinggi, beresiko 3,5 kali lipat terjadinya batu dari pada pekerja

yang sama dengan paparan suhu yang normal.9 Pada penelitian ini didapatkan

distribusi pekerjaan yang tinggi pada pekerja wiraswasta 23 orang, karyawan 21

orang dan buruh 11 orang. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan resiko

terbentuknya batu pada pekerjaan wiraswasta atau karyawan tergantung pada

jenis spesifik pekerjaan tersebut dan didukung adanya faktor suhu lingkungan

kerja serta status dehidrasi pekerja. Sedangkan pekerja buruh bekerja di

lingkungan tropis atau terpapar suhu tinggi sehingga beresiko terjadinya batu

kandung kemih.

Pada penelitian Nur Lina (2008), yang meneliti faktor-faktor resiko

terjadinya batu saluran kemih didapatkan proporsi tingkat pendidikan terbesar

adalah tingkat SD 40,91% dan proporsi terkecil adalah tingkat Diploma 6,82 %.25

Data pada penelitian ini juga didapatkan tingkat pendidikan antara SD sampai

SMP 50,7 %, tingkat SMA 43,8% dan antara Tingkat Diploma hingga Sarjana

5,5%.

Page 54: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

40

Pada penelitian Alexandre (2013) yang meneliti 153 pasien yang

menjalani terapi URS memiliki indeks masa tubuh rata-rata 29,8 kg/m2.26

Peningkatan prevalensi obesitas dan tingkat morbiditas obesitas dalam beberapa

dekade terakhir di USA telah meningkatkan jumlah penatalaksanaan penyakit

batu saluran kemih.27

Didapatkan hubungan antara peningkatan indeks masa

tubuh dengan pembentukan batu yaitu terjadi peningkatan komponen zat terlarut

di dalam urin seperti oksalat dan asam urat yang dapat menyebabkan terjadinya

pembentukan batu. Peningkatan obesitas juga dihubungkan dengan terjadinya

peningkatan volume urin dan osmolalitas urin dibandingkan dengan pasien batu

yang non-obesitas.28,29,30

Asupan nutrisi yang berlebih dapat meningkat zat

pembentuk batu seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Obesitas pada umumnya

berhubungan dengan sindrom metabolik yang akan mengubah metabolisme asam

basa di ginjal, mengakibatkan penurunan pH urin dan meningkatnya resiko

terbentuknya batu asam urat.31

Pada penelitian ini, nilai IMT pasien batu kandung

kemih pada 51 pasien menunjukkan hasil yang lebih banyak untuk Obesitas I

30,1% (22 orang) di ikuti pasien yang IMT normal 21,9% (16 orang), pasien

Overweight 6,8 % (5 orang), pasien Obesitas II 5,5% (4 orang) dan pasien

Underweight 5,5% (4 orang).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Alireza dkk (2014) diketahui bahwa

batu kandung kemih sebagian besarnya adalah berjumlah tunggal, sedangkan batu

multipel ditemukan dalam 25%-30% kasus.32

McKenzie (2013) diketahui bahwa

batu kandung kemih berjumlah tunggal terdapat pada 75 % kasus dibandingkan

batu multipel.33

Untuk penelitian ini didapatkan jumlah batu tunggal 90,4% dan

batu multipel 9,6%.

Batu kandung kemih dapat menimbulkan gejala yang asimtomatik. Akan

tetapi gejala yang ditimbulkan juga sama seperti batu saluran kemih pada

umumnya seperti hematuria, infeksi berulang, dan iritasi.18

Hammad dkk (2008),

menemukan gejala retensi urin akut sebagai gejala yang paling sering muncul

pada batu kandung kemih dari 328 pasien yang terjadi pada banyak umur muda

≤37 tahun dan pada ukuran batu ≤ 1 cm.34

Childs dkk (2013) membandingkan

morbiditas pasien BPH dengan batu kandung kemih yang menunjukkan secara

Page 55: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

41

signifikan asam urat tinggi, kejenuhan dan pH urin yang rendah dibandingkan

pasien BPH tanpa batu kandung kemih.35

Penelitian ini menunjukkan gejala

pasien yang paling banyak adalah disuria, LUTS, dan retensi urin.

Dari hasil penelitian Al-marhoon dkk (2015) di Oman, secara umum

penyakit yang terkait dengan pembentukan batu adalah hipertensi, diabetes, BPH,

Infeksi saluran kemih, obesitas dan atrofi ginjal.36

Hasil yang sama pada

penelitian ini, dimana didapatkan penyakit BPH sebagai penyakit penyerta

terbanyak.

Infeksi saluran kemih dapat dihubungkan dengan pathogenesis terjadinya

batu kandung kemih. Pada 22-34% kasus, Proteus sp. adalah mikroorganisme

yang paling sering di temukan dari kultur urin pasien. Mikroorganisme yang

menginfeksi saluran kemih akan menghasilkan enzim urease yang menghidrolisis

urea menjadi ammonia dan karbon dioksida, sehingga meningkatkan pH urin,

rentan terjadi supersaturasi urin dan pengendapan kristal magnesium ammonium

fosfat.16

Namun pada penelitian ini tidak dapat diidentifikasi mikroorganisme

yang menginfeksi saluran kemih dikarenakan tidak ada data kultur urin pada

rekam medis.

ESWL merupakan prosedur penatalaksanaan batu saluran kemih dengan

keuntungan yang non invasif. ESWL merupakan penatalaksanaan standar pada

batu saluran kemih untuk orang dewasa dengan ukuran batu yang lebih kecil dari

20 mm (2cm) dan memilki resiko bedah yang tinggi.16

Namun, tindakan ESWL

mungkin bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti cedera jaringan,

perdarahan, cedera organ yang berdekatan, obstruksi saluran kemih pasca

pengobatan, dan infeksi saluran kemih pada periode awal tindakan.19

Pada

penelitian ini, didapatkan tingkat penatalaksanaan terbanyak adalah tindakan

ESWL dikarena lebih minimal invasif dan mudah dilaksanakan.

Transurethral cystolitholapaxy merupakan pilihan pertama untuk

penatalaksanaan batu tunggal dengan ukuran batu <4 cm (40 mm) dan pada batu

multiple dengan ukuran < 2 cm (20 mm).13

Vesikolitotomi (sectio alta)

diindikasikan pada pasien batu kandung kemih dengan ukuran batu ≥40 mm. Pada

Page 56: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

42

penelitian ini didapatkan penatalaksanaan transurerthral cystolitholapaxy dengan

litotripsi dilakukan pada batu dengan ukuran < 40 mm. Sedangkan pada tindakan

sectio alta dengan rerata ukuran batu 39,13 mm.

Pada penelitian Isen (2008) dalam mengevaluasi penatalaksanaan litotripsi

batu kandung kemih pada anak didapatkan rerata ukuran batu 14 mm dari kisaran

ukuran batu yaitu 8-20 mm.37

Pada penelitian ini, rerata ukuran batu untuk

penatalaksanaan litotripsi tidak jauh berbeda yaitu 15,17 mm.

Fabio dkk (2012) mengobservasi pasien batu kandung kemih dengan

ukuran batu lebih besar dari 2 cm (rerata ukuran 3,5 cm) pada 24 pasien dan

didapatkan semua pasien menjalani tindakan prosedur endoskopi fragmen batu

segera setelah ESWL yang kemudian 83% dari pasien bebas dari fragmen batu.16

Delaskas dkk (1998), 13 dari 52 pasien di tatalaksana ESWL dan didapatkan

88,4% kasus semua fragmentasi berhasil dikeluarkan setelah satu kali tindakan

dan didapatkan peningkatan 5,7% setelah dilakukan tindakan ESWL yang kedua.

Tindakan cystoscopy diperlukan untuk pemecahan batu pada 17% pasien.16

Garcia

dkk (2003), dari 45 pasien dilakukan tindakan ESWL dengan satu hingga lima

kali tindakan, 99,4 % dari pasien batu berhasil dipecahkan sedangkan 13 % dari

pasien membutuhkan tindakan Cystoscopy.16

Studi banding yang dilakukan pada 128 pasien batu kandung kemih,

didapatkan 5 pasien dengan operasi terbuka, 80 pasien dengan tindakan endoskopi

litotripsi dan 43 pasien dengan ESWL. Hasil didapatkan bahwa pada Operasi

terbuka 100% efektif untuk penghapusan batu. Endoskopi litotripsi memiliki

tingkat tertinggi komplikasi (25%), termasuk perforasi kandung kemih,

perdarahan dan stenosis uretra. Sedangkan tindakan ESWL minimal komplikasi

dan lebih singkat jangka waktu di rumah sakit. Namun, 9% pasien memerlukan

tindakan ulang.16

Page 57: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

43

4.3 Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan penelitan yaitu:

a) Data rekam medis pasien yang diberikan banyak memuat pasien yang

tidak terdiagnosis batu kandung kemih, sehingga dari 119 data,

sebanyak 73 data terdiagnosis batu kandung kemih.

b) Data ukuran batu kandung kemih banyak tidak dicantumkan di rekam

medis sehingga diluar jangkauan peneliti untuk mendapatkannya

c) Analisa batu kandung kemih tidak dilakukan di RSUD Cengkareng,

sehingga diluar kemampuan peneliti untuk melaporkan frekuensi jenis

batu kandung kemih

4.4 Kajian Islam

Batu saluran kemih terbentuk di dalam tubuh manusia disebabkan

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa diantaranya adalah

faktor usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, obesitas dan faktor hidrasi

tubuh. Pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terbentuknya

batu, terutama faktor obesitas dan hidrasi tubuh seseorang. Pola hidup

yang tidak baik sering menyebabkan terbentuknya batu adalah kurang

minum dan kurang beraktifitas. Padahal air diciptakan oleh Allah SWT

untuk makhluknya yaitu manusia dengan begitu banyak. Melalui proses

alam, air diturunkan dari langit sebagai rahmat untuk kehidupan dibumi.

Sebaimana firman Allah SWT dalam surah Al-furqan(48-50):

(48) ى اح أرسل الذي ن بشزا الز أنزلنا رحمتو دي ب طيرا ماء السماء من

“ Dialah yang meniupkan angin(sebagai) pembawa kabar gembira dekat

sebelum kedatanan rahmatnya(hujan); dan kami turunkan dari langit air

yang amat bersih”

(49). تا بلدة بو لنح و م نسق اماأنع خلقنا مما أناس كثزا

“Agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan

agar kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk

kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”

Page 58: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

44

لقد .(50) نيم صزفناه ذكزا ب كفرا إلا الناس أكثز فأبى ل

“Dan sesungguhnya kami telah mempergilirkan hujan itu di antara

manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka

kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)”

Islam telah memperingatkan manusia untuk mempelajari ayat suci

al-quran. Karena didalamnya terdapat pelajaran-pelajaran yang bermanfaat

sebagai petunjuk untuk manusia. Penyakit memang datang dari Allah

SWT dan akan sembuh atas ridhonya. Akan tetapi, agama islam juga

menegaskan bahwa pencegahan lebih baik dari pada mengobati.

Sesungguhnya air yang diturunkan oleh Allah SWT memiliki banyak

manfaat dalam pencegahan suatu penyakit. Namun kita sebagai manusia

lebih memilih lalai dalam melakukan pencegahan. Kebiasaan-kebiasaan

buruk yang sering diperbuat, salah satunya jarang minum air dapat

meningkatkan resiko banyak penyakit salah satunya batu saluran kemih.

Page 59: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

45

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

5.1.1 Frekuensi pasien batu kandung kemih di RSUD Cengkareng

Januari-Desember 2014 adalah sebanyak 73 pasien

5.1.2 Karakteristik pasien batu kandung kemih di RSUD Cengkareng Januari-

Desember 2014 pada penelitian ini adalah:

a) Frekuensi kelompok umur terbanyak dijumpai pada kelompok umur

lansia (46-65 tahun).

b) Pasien berjenis laki-laki lebih banyak dibanding jenis perempuan (9,1:1)

c) Frekuensi pekerjaan tertinggi ditemukan pada pasien dengan pekerjaan

wiraswasta dan karyawan.

d) Frekuensi tingkat pendidikan tertinggi ditemukan pada pasien dengan

riwayat pendidikan kelompok SD-SMP.

e) Frekuensi kategori IMT tebanyak adalah overweight dan obesitas.

f) Frekuensi pasien dengan jumlah batu tunggal lebih banyak

dibandingkan dengan jumah batu multipel.

g) Frekuensi gejala klinis terbanyak dijumpai pada pasien dengan gejala

disuria.

h) Rerata ukuran batu terbesar ditemukan pada kelompok umur dewasa

yaitu 27,8 mm.

i) Frekuensi penyakit penyerta tertinggi dijumpai pada pasien dengan

penyakit BPH.

j) Prosedur penatalaksanaan batu dengan tindakan terbanyak dilakukan

adalah tindakan ESWL.

k) Terdapat hubungan antara ukuran batu dengan nilai eritrosit di dalam

urin.

45

Page 60: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

46

5.2 Saran

Hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode

dan sampel yang lebih adekuat agar dapat menggambarkan keadaan

populasi

Data pasien dari RSUD Cengkareng masih tidak lengkap, sehingga perlu

dilengkapi untuk memudahkan penelitian

Perlu dianalisa jenis batu dengan metode analisa batu di RSUD

Cengkareng untuk memudahkan penatalaksanaan

Page 61: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood,L. Fisiologi manumur dari sel ke sistem. Edisi keenam.

Jakarta;EGC. 2012

2. Smith’s, Tanagho EA, Mcaninch JW. Urinary Stone disease:in General

Urology .7th

ed. USA;The McGraw-Hill. 2008

3. Knoll T. Epidemiology, Pathogenesis, and Pathophysiology of Urolithiasis.

European Urology Supplements. 9 (2010) :802-806

4. Tondok M, Monoarfa A, Limpeleh H. Angka Kejadian Batu Ginjal di RSUP

Prof.DR.R.D.Kandou Manado Periode Januari 2010 - Desember 2012.

Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013

5. Joseph Basler MD. Bladder stones. University of Texas Health Science

Center at San Antonio: Medscape; [update 2014 Nov 11].

6. Batu Saluran Kemih [Internet]. Medan: Repository Universitas Sumatera

Utara; 2012 [dikutip,Jan2015]

7. Alan JW. Campbe-Wals Urology. 10th

ed: Philadelphia; Esevier Saunders.

2012

8. Sheng T, He-Fu H, Shu-Fen C. Encrusted Bladder Stone on Non-absorbable

Sutures after a Cesarean Section: A Case Report. JTUA. 2009;20;143-5

9. Baxby K, Morgan RJ. Synopsis of Causation: Urinary Calculus. Ninewells

Hospital and Medical School. 2008

10. Faiz O, Moffat D. At a Glance Anatomi [Internet]. Jakarta: Erlangga Medical

Series. 2004 [Hal 56-57]. [dikutip, Agustus 2015]

11. Turk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Straub M, Seitz C. Guidelines on

Urolithiasis. European Association of Urology. 2011 [updated March 2011]

12. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan Klinik penyakit

Batu Saluran Kemih. IAUI. 2005

13. Firas A, Adnan A, Mazen A, Saed A, Abdullah A. Urinary Bladder Stone:

Ways of Management at Prience Hussein Urology Center. JRMS. 2011 June;

18(2):61-66

47

Page 62: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

48

14. Thalut K, Rizal A, Brockis JG, Bowyer RC, Taylor Ta, Wisniewski ZS. The

endemic bladder stones of Indonesia-epidemiology and clinical features.

Br.J.Urol. 1976;48(7):617-21.

15. Dursun M, Ozbek E, Otunctemur A, Sahin S, Cakir SS. Clinical presentation

of urolithiasis in older and younger population. Arch Ital Urol Androl. 2014

Dec; 30;86(4):249-52

16. Fabio C, Eduardo M, Alexandre D, Rafael FC, Miguel S. Surgical

Management og Bladder Stones: Literatur Review. Rev.Col.Bras.Cir.

2012;40(3):227-233

17. Amalia R. Faktor-faktor resiko terjadinya pembesaran prostat jinak (Studi

kasus di RS dr.Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang).

Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang. 2007

18. Stav K, Dwyer PL. Urinary bladder stones in women. Obstet Gynecol Surv.

2012 Nov;67(11):715-25

19. Necmettin MM, Ozden E. Effect of urinary stone disease and its treatment on

renal function. Worl J NepHrol. 2005 May 6 ;4(2):271-276

20. Trinchieri, Alberto. Epidemiology of urolithiasis: an update. Clinical Cases in

Mineral and Bone Metabolism. 2008;5(2):101-106

21. Prstojevic JK, Junuzovic D, Hassanbegovic M, Lepara Z, Selimovic M.

Characteristics of Calculi in the Urinary Tract. Mater Sociomed. 2014

Oct;26(5):297-302

22. Fan J, Chandhoke PS, Grampsas SA. Role of sex hormones in experimental

calcium oxalate nephrolithiasis. J Am Soc NepHrol. 1999 Nov;10 Suppl

14:S376-80

23. Yagisawa T, Ito F, Osaka Y, Amano H, Kobayashi C, Toma H. The influence

of sex hormones on renal osteopontin expression and urinary constituens in

experimental urolithiasis. J Urol. 2001 Sep:1078-82

24. Atan L, Andreoni C, Ortiz V, Silva EK, et al. High kidney stone risk in men

working in steel industry at hot temperatures. Urology. 2005 May;65(5)858-

61

Page 63: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

49

25. Lina N. Faktor-faktor resiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki (

Studi Kasus di RS dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung

Semarang). Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP.

Semarang. 2008

26. Alexandre P, Wilson R, Cesar J, David S, Fernando J. Outcomes of

intracorporeal lithotripsy of upper tract stones is nor affected by BMI and

skin-to-stone distance (SSD) in obese and morbid patients.Int Braz J Urol.

2013Sept-Oct;39:702-11

27. Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, McDowell MA, Tabak CJ, Flegal KM.

Prevalence of overweight and obesity in the united states,1999-2004. JAMA.

2006 Apr 5;295:1549-55

28. Powell CR, Stoller ML, Schwartz BF, Kane C, Gentle DL. Bruce JE, et al.

Impact of body weight on urinary electrolytes in urinary stones formers.

Urology. 2000 Jun;55:825-30

29. Siener R, Glatz S, Nicolay C, Hesse A. The role of overweight and obesiy in

calcium oxalate stone formation. Obes Res. 2004 Jan;12(1):106-13

30. Negri AL, Spivacow FR, Del Valle EE, Forrester M, Rosende G, Pinduli I.

Role of overweight and obesity on urinary excretion of promoters and

inhibitors of stone formation in stone formers. Urol Res. 2008 Dec;36(6):303-

7

31. Asplin JR. Obesity and urolithiasis. Adv Chronis Kidney Dis. 2009

Jan;16(1):11-20

32. Alireza F, Reza SM, Rasole JA. Delivery Huge Bladder Stone in a Thirty-

Five-Year-Old Man. NepHro Urol Mon. 2014 Nov;6(6):e20574

33. McKenzie Gemma, Hall James. Management of stone disease. In:

ChristopHer R, editor: Renal and Urological Surgery. Oxford:Elsevier; 2013.

Volume 31, Issue 7, Pages 319-388

34. Hammad FT, Kaya M, Kazim E. Bladder calculi: did the clinical picture

change. Urology. 2006 Jun;67(6):1154-8

35. Childs M A, Lance A M, Laureano J R, Torrence M W, James E L, Amy E

K. Pathogenesis of Bladder Calculi in the Presence of Urinary Stasis. The

Journal of Urology. 2013 Apr; Vol.189;1347-1351

Page 64: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

50

36. Al-Marhoon MS, Bayourni R, Al-Farsi Y, Al-Hinai A, et al. Urinary stone

composition in Oman: with high incidence of cystinuria. Urolithiasis. 2015

Jun;43(3):207-11

37. Isen K, Em S, Kilic V, Utku V, Bogatekin S, Ergin H. Management of

bladder stone with penumatic lithotripsy using a ureteroscope in children. J

Endourol. 2008 May; 22(5):1037-40

38. Shih CJ, Chen YT, Ou SM, Yang WC, Chen TJ, Tarng DC. Urinary Calculi

and Risk of Cancer: a nationwide population-bassed study. Medicine

(Baltimore). 2014 Dec; 93(29):e342

Page 65: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

51

66(90,4%)

7 (9,6%)

Jenis kelamin

laki-laki

perempuan

Lampiran 1

Pengolahan Statistik

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

laki-laki 66 90,4 90,4 90,4

perempuan 7 9,6 9,6 100,0

Total 73 100,0 100,0

Page 66: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 67: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 68: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 69: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 70: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

56

(Lanjutan)

Jumlah Batu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Batu kandung kemih

Tunggal

66 90,4 90,4 90,4

Batu kandung kemih

multipel

7 9,6 9,6 100,0

Total 73 100,0 100,0

Page 71: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER
Page 72: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

58

Lampiran 2

Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizky Ananda Prawira Marpaung

Tempat Tanggal Lahir : Kota Pinang. 09 November 1994

Alamat : Jl. Tarumanegara Komplek Astya Puri 2 Blok E/5

Ciputat,Tanggerang Selatan

Email : [email protected]

No.Telepon : 085763017030

Riwayat Pendidikan :

TK Raja Garuda Mas Blok Songo(1999-2000)

SD Raja Garuda Mas Blok Songo(2000-2006)

MTS Ponpes Modern Daar Al-ulu’um

Kisaran(2006-2009)

MAN 2 Model Medan(2009-2012)

FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarat(2012-sekarang)

Page 73: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

59

Lampiran 3

Contoh Data Sekunder

DATA REKAM MEDIS

Jenis rawat: □ INAP □ JALAN

Alasan INAP:

I. Identitas pasien

a. Nama :

b. No.rekam medis :

c. Jenis kelamin : □ laki-laki

□ perempuan

d. Umur :

e. Pekerjaan : □ wiraswasta □ pedagang

□ buruh

□ guru □IRT □karyawan

□...

f. Pendidikan : □ SD □ SMP □ SMA

□S1

□....

g. Status perkawinan : □ kawin □ belum kawin □

janda/duda

h. Agama : islam/kristen/protestan/hindu/budha/....

II. Antropometri

a. Tinggi badan :

b. Berat Badan :

c. IMT :

III. Keluhan urology pasien :

a. Gejala obstruktif

□ pancaran mengecil □ kencing tidak tuntas □ Retensi urin

b. Gejala iritatif

□ urgensi □ frekuensi □ disuria

c. Gejala lainnya

□ demam □ Nyeri Pinggang

Page 74: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

60

(Lanjutan)

□ hematuria □ Kolik renal

□ tanpa gejala(Silent STONE) □ BAK KERUH

IV. Diagnosis Utama:

□ Batu Buli □....

v. penyakit penyerta/ riwayat penyakit :

a. urologi

□ batu ginjal □Batu ureter □LUTS □ BPH

□ Hidronefrosis □ pielonefrosis □ Tumor ginjal □

Tumor buli □ nefrolitiasis □ Kista Ginjal □ Striktur

uretra □ ISK

b. non-urology

□ DM 1 □DM2 □ hipertensi □ TB □ pneumoni □

CHF □ stroke □DHF □ anemia □

VI. ukuran batu:

□<1 cm (....) □ 1cm □ 2 cm □ 3 cm □ 4 cm

□ 5 cm □> 5 cm(.....) □ tidak ada

data

VII. Lab. Darah:

Pemeriksaan

a. Ureum

b. Kreatinin

c. Asam urat

VIII. Jenis Penanganan

□ Watchful waiting □ vesicolitotomi

Page 75: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

61

(Lanjutan)

□ Medikamentosa (dissolution therapy) □ sistoscopi

□Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) □ Sectio Alfa

□Percutaneous NepHrolithotomy (PNL) □ TURP

□Ureterorenoscopy (URS) □ VESICOLITOTRIPSI

□URS Laser Lithotripsy □ BIOPSI ..................

□Operasi terbuka (konvensional atau laparoskopi) □

□ DJ STENT

VIII. Riwayat Kebiasaan

□ MEROKOK : YA/TIDAK KET:

□ Minum alkohol : YA/ TIDAK KET:

□ kebiasaan lain, berupa :......

IX. Urinalisis

Urinalisa Nilai Rujukan

Satuan

Jumlah urin/hari

>500 ml/hr

Ml

Warna Kuning

Kejernihan Jernih

Berat jenis 1,005-1,030

PH 4,5-8,0

Darah Negatif

Protein Negatif

Urobilinogen 3,2-6,0

Leukosit esterase

Negatif

Bakteria Negatif

Keton Negatif

Leukosit 0-5

Eritrosit 0-2

Sel epitel Negatif

Page 76: EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37969...EVALUASI BATU KANDUNG KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PADA JANUARI-DESEMBER

62