36
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan manusia dibutuhkan keadaan yang seimbang (homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi ginjal terganggu, maka akan timbul ketidakseimbangan yang salah satu akibatnya akan timbul batu. Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal. Insiden terbentuknya batu menurut A. Suwito mendapatkan angka prevalensi batu saluran kencing 51,9/10.000 penduduk. Pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu ginjal. Terbentuknya batu dapat dipengaruhi oleh faktor intristik seperti : usia, jenis kelamin, ras, dan oleh faktor ekstristik seperti: lokasi geografis, pekerjaan, iklim, ekonomi. Puncak insiden terjadi pada usia 30 – 50 tahun.

Bab II Askep Batu Kandung Kemih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab II Askep Batu Kandung Kemih

Citation preview

Page 1: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan manusia dibutuhkan keadaan yang seimbang

(homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah

ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan

volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi

ginjal terganggu, maka akan timbul ketidakseimbangan yang salah satu

akibatnya akan timbul batu.

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem

perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung

kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih

tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

ginjal.

Insiden terbentuknya batu menurut A. Suwito mendapatkan angka

prevalensi batu saluran kencing 51,9/10.000 penduduk. Pada pria lebih

banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih

sering ditemukan batu ginjal. Terbentuknya batu dapat dipengaruhi oleh

faktor intristik seperti : usia, jenis kelamin, ras, dan oleh faktor ekstristik

seperti: lokasi geografis, pekerjaan, iklim, ekonomi. Puncak insiden terjadi

pada usia 30 – 50 tahun.

Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin

hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti

maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat,

terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.

Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang

pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah

banyak (3 – 4 liter/hari), diet yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang

ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul

keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang

mengalami batu pada kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar

tidak terjadi pembentukan batu yang baru pada kandung kemih.

Page 2: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian batu kandung kemih ?

2. Apa tanda gejala batu kandung kemih ?

3. Apa etiologi batu kandung kemih ?

4. Apa patofisiologi batu kandung kemih ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan batu kandung kemih ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian batu kandung kemih.

2. Untuk mengetahui tanda gejala batu kandung kemih

3. Untuk mengetahui etiologi batu kandung kemih.

4. Untuk mengetahui patofisiologi batu kandung kemih.

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan batu kandung

kemih.

2

Page 3: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI

1. Definisi

a. Batu kandung kemih adalah adanya batu di traktus urinarius ( ginjal,

ureter, kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal, kalsium, oksalat,

fosfat, kalsium urat, asam urat, magnesium.( Brunner & Suddart )

b. Batu kandung kemih adalah penymbatan saluran kemih.( Smeltzer Bare )

c. Batu kandung kemih adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang

menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, dapat menyebar ke paha,

abdomen dan daerah genitalia. Medikasi yang di ketahui menyebabkan

banyak pada klien mencakup penggunaan antasida, diamox, vit D,

laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria

terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya

dengan zat fosfat oksalat.

d. Batu kandung kemih adalah batu tidak normal di dalam saluran kemih

yang mengandung komponen kristal dan matrik organik pada vesika

urinaria yang sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat / fosfat.

( Hendrawan )

2. Etiologi

a. Faktor Endogen

1) Hyperkalsuria

a) Hyperlaksuria idiopatik ( disebabkan masukan tinggi, natrium,

kalsium, dan protein )

b) Hyperparatiroidisme primer

c) Kelebihan vitamin D dan kalsium

d) Asidosis tubulus ginjal type 1

2) Hyperoksaluria

a) Hyperoksaluria enterik

b) Hyperoksaluria idiopatik ( meningkatnya oksalat, protein )

c) Hyperoksaluria herediter ( type 1 dan 2 )

3

Page 4: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

3) Hypersistinuria

Suatu kelainan herediter resesif autosomal di pengangkutan

asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal.

b. Faktor Eksogen

1) Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkam nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentukanbatu saluran kemih. Infeksi

bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan

mengubah pH urine menjadi alkali.

2) Hyperurikosuria

Karena masukan diet purin berlebih.

3) Hypositraturia

Idiopatik, asidosis tubulus ginjal.

4) Ginjal spongiosa medular

Volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik, batu asam urat

( pH air kemih rendah )

5) Batu sistin

Sistinuria herediter, batu lain seperti matriks, amonium urat, silikat.

6) Stasis dan Obstruksi

Adanya obstruksi dab stasis urine akan mempermudah pembentukan

batu saluran kemih.

7) Ras

Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi

daripada daerah lain. Daerah seperti afrika selatan hampir tidak

dijumpai kasus batu kandung kemih.

8) Jenis kelamin

Probabilitas pria cenderung mengalami kejadian 3 x lipat di banding

wanita.

9) Usia

Kejadian banyak pada usia rentang 30 - 50 tahun.

10) Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan

mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang

minum menyebabkan kadar substansi dalam urine meningkat.

4

Page 5: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

11) Pekerjaan

Kemungkinan terbentuknya batu kandung kemih akan meningkat

pada orang yang duduk daripada orang dengan pekerjaan yang

banyak bergerak.

12) Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan

keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral

dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.

13) Makanan

Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka

morbiditas batu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian

yang kurang makan putih telur lebih ssering menderita batu saluran

kemih.

3. Manifestasi Klinis

a. Batu pada traktus urinarius

1) Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,

menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala

ginjal serta ureter proksimal.

2) Infeksi (pielonefritis dan sistis yang disertai menggigil, demam dan

disuria).

3) Dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu

menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit

fungsional ( nefron ) ginjal.

4) Nyeri dan ketidaknyamanan.

b. Batu pada piala ginjal

1) Nyeri dalam dan terus menerus di area kastovertebral.

2) Hematuria dan piuria.

3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada

wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada

pria mendekati testis.

4) Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renoinstistinal dan

proksimitas anatomis ginjal ke lambung pankreas dan usus besar.

5) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.

6) Hematuria akibat aksi abrasi batu.

5

Page 6: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

c. Batu pada ureter

1) Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.

2) Rasa ingin berkemih.

3) Hematuri

4) Biasanya batu keluar secaa spontan dengan diameter 0,5 - 1 cm.

d. Batu pada kandung kemih

1) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan

infeksi traktus urinarius dan hematuri.

2) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan

terjadi retensi.

4. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal

dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada

beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan

konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta

peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis

urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain

yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi

asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin

mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung

pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin

yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju

tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan

yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka

penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini

makin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada

batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan

akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak

darah dalam urin, sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi

saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan

terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena

dilatasi ginjal.

6

Page 7: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan

kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal

kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang

mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat

menyebabkan kematian.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisa

Warna kuning, coklat atau gelap.

b. Foto KUB

Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.

c. Endoskopi ginjal

Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.

d. EKG

Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

e. Foto Rontgen

Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.

f. IVP ( intra venous pylografi ) :

Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan

derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan

penebalan abnormal otot kandung kemih.

g. Vesikolitektomi ( sectioalta ) :

Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.

h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.

Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.

i. Pielogram retrograd

Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.

Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,

urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan

urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin,

natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat

diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung

kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang

mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.

7

Page 8: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

6. Penatalaksanaan Medis

Tujuan:

a. Menghilangkan obstruksi

b. Mengobati infeksi.

c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.

d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

e. Operasi dilakukan jika:

1) Sudah terjadi stasis/bendungan.

2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan

bendungan positif harus dilakukan operasi.

Therapi

a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.

b. Allopurinol untuk batu asam urat.

c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

d. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.

1) Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang

mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-

kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat

mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan

laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.

2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu

dan daging.

3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,

susu, kentang.

4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah

raga secara teratur.

7. Komplikasi

a. Hidronefrosis

Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal,

sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih,

kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke

ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.

Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan.

Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan

basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.

8

Page 9: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

b. Uremia

Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan

ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi

gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma,

nafas dan keringat berbau urine.

c. Pyelonefritis

Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara

assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan

timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria,

poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.

d. Gagal ginjal akut sampai kronis

e. Obstruksi pada kandung kami

f. Perforasi pada kandung kemih

g. Hematuria atau kencing darah

h. Nyeri pingang kronis

i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu

9

Page 10: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata

Usia : paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50

tahun.

Jenis kelamin : banyak ditemukan pada pria dibanding wanita.

Suku/bangsa : banyak di temukan pada bangsa asia dan afrika.

Pekerjaan : orang yang bekerja dengan banyak duduk atau

kurang aktivitas.

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien dengan batu kandung

kemih adalah nyeri pada kandung kemih dan menjalar ke penis, berat

ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi

nyeri/kolik renal. Klien juga dapat mengalami gangguan

gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine dengan

merasakan nyeri saat berkemih dan sulit untuk mengeluaran urine.

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah di derita oleh penderita

yang berhubungan dengan batu saluran kemih antara lain infeksi

kemih, hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, keadaan –

keadaan yang menyebabkan hiperkalasemia, imobilasi lama dan

dehidrasi.

d. Riwayat penyakit keluarga

Beberapa peyakit atau kelainan yang bersifat heriditer dapat menjadi

penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan

Renal Tubular Asidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan

dehidroxenadeninuria.

(Munver dan Preminger, 2001)

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Pada pasien batu kandung kemih yang datang kerumah sakit

dengan keadaan lelah, letih, dan klien tampak gelisah,dimana

kondisi psikologisnya mempengaruhi karena manifestasi klinis

yang ditimbulkan.

2) Tanda-tanda vital

10

Page 11: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

N : Tidak temukan takikardi maupun barkikardi pada

pasien batu kandung kemih tetapi pada kondisi

tertentu nadi tidak pada kondisi normal, yaitu jika

adanya reaksi inflamasi/infeksi.

S : Suhu pada Pasien batu kandung kemih dalam

keadaan hipertermi karena ada reaksi inflamasi

dan rasa nyeri hebat yang di rasakan.

TD : Tekanan darah pada pasien batu kandung kemih

tidak mengalami peningkatan melainkan ada

faktor genetik hipertensi yang mencetuskannya.

RR : RR pada pasien batu kandung kemih normal 16-

24x/mnt kecuali jika faktor genetic penyakit

saluran napas (asma) pada pasien.

3) B1 – B6

a) Pernapasan (B1: Breathing)

Hidung: Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung

(-)

Trachea : Tak ada kelainan.

Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles

(-)

Bentuk dada : simetris

MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem

pernafasan pada pasien Batu kandung kemih, melainkan

pasien mempunyai riwayat penyakit pernapasan sebelumya.

b) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)

Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri

dada (-), kram kaki (-)

Suara jantung: S1/S2 normal/ tidak terdengar suara jantung

tambahan.

MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem

kardiovaskuler pada pasien batu kandung kemih,

melainakan ada faktor pemicu terjadinya gangguan pada

sistem kjardiovaskuler pada pasien.

c) Persyarafan (B3: Brain)

Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6

11

Page 12: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

MK: Tidak ada masalah keperawatan sistem persarafan

pada pasien batu kandung kemih, melainkan ada faktor

pemicu terjadinya gangguan pada sistem persarafan.

d) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)

Produksi urine : < 500-1000 ml Frekuensi : > 6

x/hari, menetes

Keluhan : Warna pekat seperti teh, terlihat ada kristal

(berbentu batu) dan berbau khas, nyeri pinggang, sifat

nyeri tumpul (kemeng), terus-menerus, meningkat pada saat

berkemih terutama bila keluar butiran-butiran batu, serta

disertai adanya distensi pada kandung kemih.

MK: Pada sistem perkemihan pasien batu kandung kemih

lebih dirasakan, mulai dari nyeri pada saat berkemih, dan

adanya gangguan eliminasi urine kerena adanya obstruksi

pada saluran kemih dengan adanya batu.

e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)

Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan

baik

Abdomen : Bising usus normal, distensi (-),

nyeri tekan (-)

Rectum : tdk dikaji

BAB : lancar, 1 x/hari

MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem

pencernaan pasien batu kandung kemih, melainkan adanya

gangguan pencernaan sebelumnya.

f) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)

Kemampuan pergerakan sendi : intolenransi, Parese (-),

paralise (-), hemiparese (-)

Extremitas : tidak ada kelainan.

Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).

Kulit :

(a) Warna kulit : pigmentasi normal

(b) Akral : sangat hangat

(c) Turgor : baik

MK: Pada sistem muskoloskaletal pasien batu kandung

kemih sering mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri

yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu.

12

Page 13: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu

kandung kemih dan spasme otot polos.

b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan inflamasi.

c. Retensi urine b.d obstruksi kandung kemih

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil

Rencana

intervensi

Rasional

1 Nyeri b.d cedera

jaringan sekunder

terhadap batu

kandung kemih dan

spasme otot polos

Tujuan: Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan rasa

nyeri

berkurang/hilang

Kriteria hasil

menunjukan nyeri

berkurang sampai

hilang, ekspresi

rileks, skala nyeri

3.

1. Kaji jenis dan

tingkat nyeri

pasien.

Tentukan

apakah

nyerinya

kronis atau

akut. Selain

itu kaji faktor

yang dapat

mengurangi

atau

memperberat

lokasi, dursi,

intensitas dan

karakteristik

nyeri dan

tanda-tanda

gejala

psikologis.

2. Melakukan

observasi

1. Pengkajian

berkelanjutan

membantu

meyakinkan

bahwa

penanganan dapat

memenuhi

kebutuhan pasien

dalam mengurangi

nyeri.

Dokumentasikan

respon pasien

terhadap

pertanyaan anda

dengan bahasanya

sendiri untuk

menghindari

interpretasi

subyektif.

2. Observasi TTV

agar dapat

memantau kondisi

13

Page 14: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

TTV menjaga

agar tetap

dalam kondisi

normal.

3. Minta pasien

untuk

mengguanaka

n sebuah skala

1-10 untuk

menjelaskan

tingkat

nyerinya.

4. Berikan obat

yang

dianjurkan

untuk

mengurangi

nyeri,

bergantung

pada

gambaran

nyeri pasien.

Pantau adanya

reaksi yang

tidak

diinginkan

terhadap obat.

5. Atur periode

istirahat tanpa

terganggu.

TTV klien.

3. Untuk

memfasilitasi

pengkajian yang

akurat tentang

tingkat nyeri

pasien.`

4. Untuk

menentukan

keefektifan obat.

5. Tindakan ini

meningkatkan

kesehatan,

kesejahteraan, dan

peningkatan

tingkat energi,

yang penting

untuk

penguranagan

nyeri.

2. Gangguan eliminasi

urin b.d stimulasi

kandung kemih oleh

batu, obstruksi

mekanik, inflamasi

Tujuan: Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan klien

berkemih dengan

1. Monitor

pemasukan

dan

pengeluaran

serta

karateristik

1. Memberikan

informasi tentang

fungsi ginjal dan

adanya

komplikasi,

contoh infeksi dan

14

Page 15: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

jumlah normal dan

pola biasa/tidak ada

gangguan

Kriteria hasil

jumlah urin

1500ml/jam dan

pola biasa, tidak

ada distensi

kandung kemih dan

edema

urine.

2. Tentukan

pola

berkemih

normal klien

dan tentukan

variasi.

3. Dorong klien

untuk

meningkatkan

pemasukan

cairan

4. Periksa smua

urine, catat

adanya

keluaran batu

dan kirim ke

laboratorium

untuk

dianalisa.

5. Selidiki

keluhan

kandung

kemih penuh :

palpasi untuk

distensi

suprapubik.

6. Kolaborasi

berikan obat

sesuai

indikasi:

alupurenol

(ziloprim),

asetazolamid

(diamox)

pendarahan.

2. Kalkulus dapat

menyebabkan

eksitabilitas saraf

yang

menyebabkan

sensasi kebutuhan

berkemih segera.

3. Peningkatan

hidrasi membilas

bakteri, darah dan

debris dan dapat

membantu

lewatnya batu.

4. Penemuan batu

dapat

meningkatkan

identifikasi tipe

batu dan

mempengaruhi

pilihan terapi

5. Retensi urine

dapat terjadi,

menyebabkan

distensi jaringan

(kandung kemih

atau ginjal) dan

potensial rsiko

infeksi, gagal

ginjal.

6. Meningkatkan pH

urine (alkalinitas),

umtuk

menurunkan batu

asam

15

Page 16: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

4. Retensi urine b.d

obstruksi kandung

kemih

Tujuan: Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan klien

dapat

mempertahankan

keseimbangan

cairan adekuat

Kriteria hasil

1. Tidak ada

residu urin

>100-200cc

2. Bebas dari ISK

3. Tidak ada

spasme bladder

4. Balance cairan

seimbang

1. Monitor

intake dan

output

2. Monitor

penggunaan

obat

antikolionergi

k

3. Monitor

derajat

distensi

bladder

4. Instruksikan

pada pasien

dan keluarga

untuk

mencatat

output urine.

1. Membantu

meminimalkan

terjadinya

komplikasi.

2. Membantu

proses

penyembuhan

secara optimal

3. Mengoptimalk

an pemberian

asuhan

keperawatan.

16

Page 17: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

BAB III

ANALISA KASUS

Tn. Z ( 45 Thn) mengeluhkan nyeri pinggang, frekuensi BAK meningkat dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat BAK, mual dan muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh Tn.Z : 39oC dan waktu dicek urin berwarna pekat seperti teh, serta teraba distensi kandung kemih.

DS : Tn Z mengeluhkan nyeri pinggang, frekuensi BAK meningkat

dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat

BAK, mual dan muntah.

DO : Suhu Px 39oC dan waktu dicek urine berwarna pekat seperti teh,

dan palpasi ditemukan distensi pada daerah kandung kemih pasien.

Kesimpulan : Sehingga dari data subyektif dan data obyektif di atas dapat

di tarik dioagnosa medis “Batu Kandung Kemih”,karena manifestai

klinis dari terjadinya Batu Kandung Kemih adalah frekuensi,

disuria, urine berarna pekat seperti teh, hipertermi (peningkatan

suhu tubuh) dan palpasi pada punggung bagian bawah

menimbulkan nyeri tekan pada pasien serta adanya distensi pada

kandung kemih.

Diagnosa Medis : Batu Kandung kemih

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : Tn. Z

Umur : 45 Thn

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan rasa nyeri pada pinggang

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien saat di perikasa mengatakan nyeri pinggang, frekuensi BAK

meningkat dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat

BAK, mual dan muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh 39oC

17

Page 18: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelum masuk ke RS pernah merasa nyeri hebat pada pinggang nya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien pernah mengidap Batu Kandung Kemih.

6. Pola Aktivitas Sehari – hari

a. Pola Istirahat

Sebelum sakit pasien tidur selama 6-8 jam perhari

Setelah sakit pasien tidur selama 4-5 jam perhari karena terganggu rasa

nyeri pada punggung.

b. Pola Makan Minum

Sebelum sakit pasien makan MB 3x sehari dan minum air rata – rata 1 ltr

perhari.

Setelah di perikasa Pasien sulit makan karena mual dan muntah. Diet

TKTP

Pasein minum sekitar 1/2 ltr per hari

c. Pola Eliminasi

Sebelum px di bawa ke rs px merasa bak nya normal dan tidak terasa

sakit.

Setelah di bawa ke rs dan di periksa frekuensi BAK meningkat dengan

urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat BAK

d. Pola Personal Hygiene

Saat di periksa kondisi pasien terlihat kurang bersih.

e. Pola Aktivitas lain

Saat di periksa dir s px merasa tidak bebas bergerak karena sakit nyeri

bergerak

f. Pola Psikososial

Sosial/Interaksi:

Dukungan keluarga : aktif

18

Page 19: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif

g. Pola Spiritual

1) Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah

2) Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah

3) Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat

4) Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual

agama yang diharapkan saat ini: ibadah

5) Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak

ada

6) Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam

menghadapi situasi sakit saat ini: Ya

7) Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya

8) Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan

7. Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaan Umum

Riwayat Sebelum Sakit : tidak ada.

Penyakit berat yang penah diderita : tidak ada

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : tidak ada

Kebiasaan berobat : pukesmas

Alergi : -

Kebiasaan merokok/alkohol : merokok

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama MRS :Nyeri pinggang

Keluhan utama saat ini :Nyeri pinggang

Riwayat keluhan utama : Nyeri pinggang telah dialami klien

sejak kira-kira 3 tahun yang lalu

dan belun pernah MRS dan belum

pernah menjalani operasi dan

disertai nyeri pada saat berkemih.

Mual (+), muntah (+).serta teraba

distensi kandung kemih.

19

Page 20: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

b. Tanda-tanda Vital

S : 39 0C (axilla)

N : 88 x/mnt, teratur, lemah.

TD : 180/90 mmH, lengan kiri, berbaring

RR : 22 x/mnt, normal

HR : 84 x/mnt, teratur

TB : 160 cm

BB : 60 kg.

c. Body Systems:

1) Pernapasan (B1: Breathing)

Hidung : Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung (-)

Trachea : Tak ada kelainan.

Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)

Bentuk dada : simetris

2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)

Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (+), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram

kaki (-)

Suara jantung: S1/S2 normal/murni

Edema: tungkai (+)

3) Persyarafan (B3: Brain)

Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6

Nervus Cranial : Tidak ada kelainan

4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)

Produksi urine : ± 500-1000 ml Frekuensi : > 6 x/hari, menetes

Warna : pekat seperti teh Bau : biasa

Keluhan : nyeri pinggang, sifat nyeri tumpul (kemeng), terus-

menerus, meningkat pada saat berkemih terutama bila

20

Page 21: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

keluar butiran-butiran batu .waktu dicek urin berwarna

pekat seperti teh, serta teraba distensi kandung kemih.

5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)

Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan baik

Abdomen : Bising usus normal, distensi (-), nyeri tekan (-)

Rectum : tdk dikaji

BAB : lancar, 1 x/hari

Diet : TKTP

6). Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)

Kemampuan pergerakan sendi : bebas, Parese (-), paralise (-),

hemiparese (-)

Extremitas : tidak ada kelainan.

Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).

Kulit :

- Warna kulit : pigmentasi normal

- Akral : sangat hangat

- Turgor : baik

7). Sistem Endokrin

Terapi hormon: --

Karakteristik sex sekunder: normal

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

8). Sistem Reproduksi

Terapi hormon: --

Karakteristik sex sekunder: normal

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

21

Page 22: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

22

Page 23: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

23

Page 24: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Batu kandung kemih merupakan penyakit dengan terbentuknya batu pada

kandung kemih, penyuluhan sangat penting kaitannya mengenai pencegahan

terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4

liter/hari), diet yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas

yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran

kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada

kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadi pembentukan

batu yang baru pada kandung kemih.

B. Saran

Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan

dengan semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan

maksimal.

24

Page 25: Bab II Askep Batu Kandung Kemih

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( tanpa tahun ). Nic Noc Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek

Klinis. Jakarta : EGC

Margatan Arcole. (1995). Kencing Batu Dapat Memicu Gagal Ginjal. Solo : CV

Aneka

Smeltzer, Suzanne dan Brenda G Bare. ( tanpa tahun ). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Taylor dan Cella Spark. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana

Asuhan. Jakarta : EGC

25