ETIKA PERIKLANAN

Embed Size (px)

Citation preview

ETIKA PERIKLANANIklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang dapat dijual kepada konsumen. Masyarakat dapat menilai baik buruknya suatu kegiatan bisnis melalui tayangan iklan. Banyak iklan menyajikan informasi yang berlebihan, palsu, mengecoh, dan mengecewakan masyarakat tanpa menampilkan norma moral. Iklan seperti ini menciptakan citra negatif tentang bisnis, seakan bisnis adalah kegiatan tipu menipu, kegiatan yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan , yauitu keuntungan.

FUNGSI IKLANIklan sebagai Pemberi Informasi Iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan baik keberadaan produk itu, kegunaannya, kelemahannya, dan kemudahan-kemudahannya. Apabila iklan memberikan informasi yang palsu tentang sebuah produk, maka sebenarnya bukan hanya kegiatan iklan saja yang akan dibenci masyarakat, produk yang diiklankan juga akan dibenci dan dijauhi. Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen, maka pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang disampaikan sebuah iklan adalah: 1. Produsen yang memiliki produk tersebut. 2. Biro iklan yang mengemas iklan dalam segala dimensinya, etis, estetik, informatif, dan sebagainya. 3. Bintang iklan. 4. Media massa yang menayangkan iklan. 5. Masyarakat. Prinsip bahwa iklan harus memberikan fakta dan mengatakan yang benar tentang sebuah produk, tidak berarti bahwa iklan perlu mengatakan semua hal tentang sebuah produk, termasuk segala sesuatu yang negatif tentang produk itu. Sehubungan dengan fungsi iklan diatas, pihak konsumen diharapkan mencari informasi yang memadai terlebih dahulu tentang sebuah produk sebelum membelinya. Dalam hal ini pihak produsen berkewajiban untuk memberi informasi yang diperlukan oleh konsumen itu. Pada kenyataannya tidak semua konsumen mempunyai standar kemampuan menyerap informasi secara sama. Memang agak sulit untuk mencari iklan yang sesuai dengan masyarakat yang heterogen. Pada masa mendatang iklan informatif akan lebih digemari, karena :

1. Masyarakat semakin krisis, sehinnga konsumen tidak mudah dibohongi atau ditipu oleh iklan-iklan yang tidak sebenarnya. 2. Masyarakat sudah bosan bahkan muak dengan berbagai iklan yang hanya melebih-lebihkan suatu produk. 3. Peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberi informasi yang benar dan akurat kepada konsumen menjadi tantangan serius bagi iklan. Iklan sebagai Pembentuk Pendapat Umum Dalam hal ini, fungsi iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha mempengaruhi massa pemilih. Secara etis, iklan manipulatif jelas dilarang karena iklan semacam itu benar-benar memanipulasi manusia dan segala aspek kehidupannya, sebagai alat demi tujuan tertentu diluar diri manusia. Untuk bisa membuat penilaian yang lebih memadai mengenai iklan persuatif, ada baiknya kita bedakan dua macam persuasi, yaitu: 1. Persuasi rasional : tetap menghargai otonomi atau kebebasan individu dalam memberi sebuah produk. 2. Persuasi non-rasional : tidak menghiraukan otonomi atau kebebasan individu. Iklan yang menggunakan cara persuasi dianggap tidak etis kalau persuasi itu bersifat non-rasional karena: 1. Iklan semacam itu tidak mengatakan mengenai apa yang sebenarnya, melainkan manipulasi aspek psikologis manusia melalui penampilan iklan yang menggiurkan dan penuh bujuk rayu. 2. Iklan semacam itu merongrong kebebasan memilih pada konsumen. mengungkapkan kenyataan yang

BEBERAPA PERSOALAN ETIS DALAM IKLANAda beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif dan persuatif non-rasional, yaitu: 1. Merongrong otonomi dan kebebasan manusia 2. Menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif 3. Membentuk dan menentukan identitas atau citra dari manusia modern 4. Merongrong rasa keadilan sosial masyarakat Beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan adalah: 1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya konsumen

2. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan manusia 3. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, khususnya secara kasar dan terang-terangan, dan 4. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dngan moralitas: tindakan kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia, dan sebagainya.

MAKNA MENIPU DALAM IKLANDisini ada tiga kondisi yang bisa dikategorikan sebagai menipu: 1. Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain 2. Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji kepada pihak yang dituju untuk mengatakan apa adanya 3. Pernyataan salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenaran. Berbohong diartikan sebagai perkataan atau pernyataan yang tidak sesuai dengan hal atau keadaan yang sebenarnya. Bohong adalah perkataan tidak benar dan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran suatu produk, iklan yang membuat pernyataan yang meyebabkan mereka salah menarik kesimpulan tentang produk itu tetap dianggap menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak ada maksud apapun untuk memperdaya. Dengan kata lain, bahkan iklan yang hanya bohong, dan tidak ada maksud memperdaya, sudah dikategorikan sebagai penipuan, karena itu dianggap tidak etis. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang menipu, karena itu secara moral dikutuk adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam pasar.

KEBEBASAN KONSUMENBukan permintaan yang melahirkan produksi, melainkan produksi yang melahirkan permintaan. Artinya, apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat sesungguhnya disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh adanya produksi. Permintaan muncul karena adanya produksi barang tertentu yang ditawarkan

pasar. Demi menciptaan dan membangkitkan permintaan inilah, iklan memainkan perana yang sangat penting dan strategis. Iklan yang informatif pun belum tentu netral dan tidak merongrong kebebasan konsumen dalam menentukan pilihan barang dan jasa tertentu. Ditinjau dari sudut pandang Galbraith, iklan yang informative tidak lagi netral karena informasi yang disampaikan telah menciptakan kebutuhan atau keinginan dalam diri konsumen.

IMPLEMENTASI ETIKA PERIKLANAN DI INDONESIAPara pelaku industry periklanan yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) telah berhasil menyelesaikan dan menyepakati penyempurnaan atas buku Tata Karma dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI). Penyempurnaan yang dilakukan adalah untuk menampung tiga gejala penting yang menjadi penyebab terjadinya perubahan besar daam industry periklanan Indonesia saat ini, yaitu: 1. Lompatan teknologi komunikasi dan informasi yang memunculkan berbagai wujud pesan dan media periklanan. 2. Konvergensi media yang mengharuskan adanya konsistensi perlakuan antar media, antar klausal. 3. Kebutuhan untuk berkampanye pemasaran yang menyeluruh dan terpadu, sehingga memunculkan juga bentuk-bentuk jasa, dan metode dalam berprofesi, serta berpraktek usaha. Penyempurnaan keseluruhan aspek tentang buku TKTCPI selanutnya disepakati disebut Etika Pariwara Indonesia. Beberapa butir penting EPI terkait dengan etika adalah sebagai berikut: Sikap Industri Dalam kaitan komitmen, terdapat ketegasan isu periklanan, khususnya dalam halhal: a. Swakrama, sebagai sikap dasar industri periklanan yang dianut secara universal. b. Menempatkan etika dalam struktur nilai moral. c. Membantu masyarakat memperoleh informasi mungkin. d. Mengukuhkan kesetaraan gender. sebanyak dan sebaik

e. Perlindungan kepada hak-hak dasar anak. f. Menutup ruang gerak bagi eksploitasi dan pemanfaatan pornografi dalam periklanan. g. Membuka diri bagi kemungkinan terus berkembangnya isi, ragam, pemeran dan wahana periklanan. h. Dukungan bagi segala upaya yang sah dan wajar untuk dapat meningkatkan belanja perkapita periklanan Indonesia. Asosiasi Pendukung Para pengurus pusat atau pimpinan dari berbagai asosiasi atau lembaga telah meratifikasi dan menyepakati pemberlakuannya EPI ini, yaitu: a. AMLI ( Asosiasi Perusahaan Media Luar-griya Indonesia ) b. APPI ( Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia ) c. ASPINDO ( Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia ) d. ATVLI ( Asosiasi Televisi Lokal Indonesia ) e. ATVSI ( Asosiasi Televisi Swasta Indonesia ) f. GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia ) g. PPPI ( Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia ) h. PRSSNI ( Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia ) i. j. Posisi EPI menjadi induk yang memayungi semua standar etika periklanan intern yang terdapat pada kode etik masing-masing asosiasi dan lembaga pengemban dan pendukungnya. Dokumen-dokumen kode etik yang dimaksud antara lain: a. Pedoman Perilaku Televisi Indonesia ATVSI b. Standar Profesional Radio Siaran PRSSNI c. Standar Perusahaan Periklanan Indonesia PPPI d. Kode Etik Periklanan Suratkabar SPS Pijakan Awal Tiga pijakan utama yang digunakan adalah: a. Memberi arah atau ancangan pada cita-cita terciptanya adab periklanan Indonesia yang sejahtera secara ekonomi dan luhur secara budaya. SPS ( Serikat Penerbit Suratkabar ) Yayasan Televisi Republik Indonesia